PENGEMBANGAN INDUSTRI GELATIN TULANG IKAN
BANDENG DI KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
SRI ENDAH SEDAH AYU
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTAIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Industri Gelatin Tulang Ikan Bandeng di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Sri Endah Sedah Ayu
ABSTRAK
SRI ENDAH SEDAH AYU. Pengembangan Industri Gelatin Tulang Ikan Bandeng di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Dibimbing oleh TAJUDDIN BANTACUT.
Gelatin adalah salah satu produk industri yang bernilai ekonomi tinggi. Bahan baku yang dapat digunakan adalah tulang ikan bandeng yang merupakan limbah industri bandeng ikan tanpa duri. Tujuan penelitian ini adalah menentukan skala minimum usaha gelatin melalui perhitungan NPV, IRR, PBP, dan BEP serta menganalisis pola pengembangan berbasis masyarakat yang mungkin . kapasitas minimum agar industri gelatin dapat layak adalah 80 kg tepung gelatin per hari dengan melibatkan setidaknya 25 pengusaha tulang ikan bandeng. Pengembangan industri berbasis masyarakat dapat mendukung industri-industri rumah tangga untuk saling bekerja sama mengembangkan industri ini, yakni sebagai pemilik usaha gelatin tulang ikan bandeng.
Kata kunci: usaha berbasis masyarakat
ABSTRACT
SRI ENDAH SEDAH AYU. Development of Community Based Enterprise of Milkfish Bones Gelatin Industry in Kendal, Central Java. Supervised by TAJUDDIN BANTACUT.
Gelatin is one of industrial products that has high economic value. Milkfish bones is the potential raw material to produce it.The bones is produced from industry of milkfish without bone from many home industries.This research wasaimed to identify the minimum capacity of milkfish bone gelatin industry and the form of community based enterprise of milkfish gelatin industry. The minimum capacity was defined by calculating values of NPV, IRR, PBP, and BEP, that is 80 kg of gelatin powder per day. This capacity could be met by involving 25 milkfish home industries. The development of community based enterprise would motivate the home industries to joinly develop this industry. In which they hold position to be the owner of the gelatin industry.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
PENGEMBANGAN INDUSTRI GELATIN TULANG IKAN
BANDENG DI KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH
SRI ENDAH SEDAH AYU
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pegembangan Industri Gelatin Tulang Ikan Bandeng di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
Nama : Sri Endah Sedah Ayu NIM : F34080131
Disetujui oleh
Dr. Ir. Tajuddin Bantacut Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga karya ilmiah berjudul Pengembangan Industri Gelatin Tulang Ikan Bandeng Berbasis Masyarakat di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ini dapat selesai.
Selama penelitian dan penulisan skripsi ini penulis telah mendapat banyak dukungan dan bantuan berbagai pihak, karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Ibu, Ayah, dan ketiga saudara saya, Nizam, Irma dan Rintan atas do’a dan restunya
3. Ibu Ilah Sailah dan Bapak Abdul Basith yang selalu memberikan banyak dukungan dan semangat.
Penulis menyadari skripsi ini masih memerlukan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian serta bagi siapapun yang membacanya.
.
Bogor, Maret 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
METODOLOGI PENELITIAN 2
Pengumpulan Data 2
Analisis Data 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 3
Kelayakan Usaha Gelatin Tulang Ikan Bandeng 3
Pengembangan Usaha Gelatin Ikan Bandeng 12
Pengembangan Industri Gelatin Ikan Bandeng Berbasis Masyarakat di Kawasan
Pengolahan Ikan Bandeng 13
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17
DAFTAR TABEL
1 Harga Gelatin Ikan Bubuk di Pasaran 5
2 Kebutuhan Luas Ruang Produksi 9
3 Asumsi Perhitungan Finasial 10
4 Komponen Biaya Investasi Industri Gelatin Ikan Bandeng 10
5 Kriteria Kelayakan Investasi 11
DAFTAR GAMBAR
1 Nilai Impor Gelatin Bubuk Indonesia Tahun 2009-2012 4
2 Mixing Tank 6
3 Mesin Pengering 7
4 Evaporator 7
5 Spray Dryer 8
6 Mesin Pengemas Bubuk 8
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu kendala dalam pengembangan industri pengolahan adalah faktor ketersediaan bahan baku. Peran bahan baku menjadi sangat penting mengingat jumlah ketersediaannya menentukan sejauh mana target produksi yang ingin dicapai dapat terpenuhi. Dalam menentukan kebutuhannya, perlu diperhatikan segi pemakaian teknologi yang sesuai untuk produk tertentu yang ingin dihasilkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah penggunaan mesin dan peralatan, kebutuha tenaga kerja, dan kemampuan investasi. Keseluruhannya akan berdampak pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Gelatin adalah salah satu produk yang bernilai ekonomi tinggi yang pemenuhan kebutuhannya masih mengandalkan impor dari negara lain. Produk ini banyak diaplikasikan pada berbagai industri, namun penggunaannya banyak menuai kontroversi. Status kehalalannya banyak dipertanyakan mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam sedangkan bahan baku utama penghasil gelatin di dunia berasal dari babi. Selain itu, sebagian umat Hindu tidak mengkonsumsi produk-produk yang berasal dari sapi. Penggunaan sapi sebagai bahan baku juga perlu memperhatikan segi kesehatan karena beredar isu mengenai penyakit sapi gila (mad cow).
Pada umumnya, gelatin diperoleh dari kulit atau tulang binatang mamalia. Penelitian terkini menunjukkan bahwa selain binatang mamalia, limbah perikanan dapat digunakan sebagai bahan baku diantaranya kulit ikan cucut (Astawan et al, 2002), tulang ikan tuna (Amiruldin, 2007), tulang ikan patin (Damayanti, 2007), kulit ikan patin (Dianti, 2008), tulang ikan bandeng (Fatimah, 2008), dan kulit ikan kakap merah (Sartika, 2009). Di negara lain, gelatin ikan telah diproduksi dan beredar dengan berbagai merek, seperti Biotium, Modernist Pantry, Lapi Gelatin, dan Marine Biotech Jiliding.
Di Indonesia, berbagai industri yang bergerak di bidang perikanan telah banyak berkembang. Dengan berkembangya industri perikanan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa limbah yang dihasilkan berpotensi mencemari lingkungan atau bahkan masih dapat diolah untuk menghasilkan produk yang bernilai, salah satunya adalah gelatin.
Pada umumnya, keuntungan dari usaha industri dalam skala besar banyak dinikmati oleh pihak yang menyediakan modal investasi. Perkembangan industri di Indonesia selain didukung oleh investor asing, juga ditopang oleh tumbuh kembangnya usaha kecil dan usaha menengah. Namun, dilihat dari realita yang ada, produktivitasnya masih rendah berbeda dengan industri skala besar. Dalam perkembangannya pun masih menghadapi kendala keterbatasan modal, pembiayaan, serta akses terhadap informasi teknologi dan kelembagaan. Kondisi tersebut memperkuat bahwa usaha kecil perlu diberdayakan.
Tujuan Penelitian
2
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan survey lapangan. Data sekunder diperoleh dari laporan, artikel, jurnal, data statistik dari Dinas Perikanan, Dinas Perindustrian Kabupaten Kendal, serta Badan Pusat Statistik Nasional.
Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap data primer dan data sekunder. Metode pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Metode kualitatif dipaparkan dalam bentuk uraian sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan menghitung nilai NPV, IRR, BEP,dan PBP.
Net Present Value
Net present value adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa yang akan datang pada tingkat suku bunga tertentu (Husnan dan Suwarsono, 2000). Formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:
∑
dengan
Bt = keuntungan pada tahun ke-t (aliran kas masuk tahun ke-t) Ct = biaya pada tahun ke-t (biaya kas keluar tahun ke-t) i = tingkat suku bunga (%)
t = periode investasi (1,2,3,…,n)
n = umur ekonomi proyek
Proyek dianggap layak dan dapat dijalankan apabila NPV > 0, jika NPV < 0 maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.
Internal Rate of Return
Internal rate of return adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen. IRR merupakan tingkat bunga yang digunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama denga investasi proyek. Tujuan penghitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Rumus IRR adalah sebagai berikut:
dengan
3 NPV (-) = NPV bernilai negatif
i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negative
dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai berikut:
jika IRR ≥ discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan
jika IRR < discount rate, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan karena pertumbuhan uang akibat investasi dari proyek tersebut lebih kecil daripada pertumbuhan uang jika ditabung di bank.
Payback Period
Payback period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal suatu investasi, dihitung dari aliran kas bersih. Aliran kas bersih adalah selisih pendapatan terhadap pengeluaran per tahun. Payback period biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun dan dihitung denga rumus:
dengan
P = waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi V = jumlah modal investasi
I = manfaat bersih rata-rata per tahun per periode
Semakin cepat modal investasi dikembalikan maka semakin baik usaha atau proyek tersebut.
Break Even Point
Break event point atau titik impas merupakan titik pada saat biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelayakan Usaha Gelatin Tulang Ikan Bandeng Analisis Pemasaran
4
Perusahaan harus mengukur tidak hanya seberapa banyak orang yang menginginkan produk, namun juga berapa banyak orang yang mau dan mampu membelinya.
Sumber gelatin utama di dunia adalah dari kulit babi dan sapi. Dilaporkan bahwa produksi gelatin dari bahan baku kulit babi 42%, kulit sapi 28,6%, tulang sapi 30% dan porsi lainnya 0,4% (Gelatin Manufacturer Europ, 2012) dengan total produksi mencapai 269.000 ton. penggunaan gelatin dari sumber mamalia memiliki banyak keterbatasan dari aspek religi, sosial, dan kesehatan. Pertentangan pada aspek religi terletak pada status kehalalannya untuk pemeluk agama islam, pembatasan konsumsi babi untuk orang Yahudi, dan pemeluk agama Hindu tidak mengkonsumsi bahan-bahan dari sapi. Di sisi lain, pertentangan pada aspek kesehatan muncul setelah beredar isu penyakit sapi gila (mad cow). Hal tersebut menjadi kendala pemakaian gelatin dari bahan baku sapi. Dalam kasus ini, gelatin ikan dipandang sangat potensial untuk menggantikan peran gelatin mamalia dalam beberapa penggunaan.
Kebutuhan gelatin di Indonesia masih dipenuhi dengan cara impor. Hal ini ditunjukkan dengan data impor gelatin bubuk dari tahun 2009-2012 yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik (Gambar 1). Dilihat pada empat tahun terakhir, jumlah impor gelatin mengalami penurunan kuantitas. Namun demikian, impor masih tetap dilakukan. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan dan sejumlah permintaan terhadap gelatin di dalam negeri yang belum dapat dipenuhi oleh produk lokal.
Gambar 1 Nilai Impor Gelatin Bubuk Indonesia Tahun 2009-2012
5
Tabel 1 Harga Gelatin Ikan Bubuk di Pasaran
Produsen Kuantitas (gram) Harga (USD) Harga (IDR)*
Modernist Pantry 50 7.99 75.226
All in Kosher 28 5.49 51.688
Biotium 2x50 40 376.600
*1 USD = 9415 IDR
Harga gelatin ikan bandeng ditetapkan dengan mengambil batas bawah harga atau harga yang rendah, yaitu Rp 150.000,00 per kg. Penetapan harga ini mengambil batas rendah namun dengan mempertimbangkan harga produk sejenis yang sudah ada di pasaran sehingga diharapkan masih berada dalam batas kewajaran harga gelatin ikan. Hal ini dengan mempertimbangkan bahwa pelanggan mungkin memiliki batasan bawah harga bahwa harga yang lebih rendah dari batas itu menandakan kualitas yang buruk atau kualitas yang tidak dapat diterima dan juga batas atas harga bahwa harga yang lebih tinggi dari batas itu dianggap terlalu berlebihan atau tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan.
Penetapan harga juga dapat dilakukan melalui perkiraan biaya. Metode ini digunakan dengan tujuan menutupi biaya produksi, distribusi, dan penjualan produk, termasuk tingkat pengembalian yang wajar untuk usaha dan resikonya. Pada kasus ini, biasanya perusahaan sudah menentukan kapasitas produksi yang diinginkan sehingga penentuan harga disesuaikan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Ketika perusahaan dapat memperoleh laba dari hasil penjualan, secara langsung biaya produksi akan tertutupi. Dalam hal ini, kurang tepat jika penetapan harga lebih mengacu pada biaya karena komponen biaya dapat disesuaikan denga tujuan perusahaan.
Analisis Teknis dan Teknologis
Analisis teknis teknologis meliputi lokasi proyek, bahan baku, teknologi dan peralatan produksi, desain tata letak dan kebutuhan ruang pabrik, serta organisasi dan tenaga kerja.
Lokasi Proyek
Lokasi proyek meliputi lokasi dan lahan pabrik serta lokasi untuk bukan pabrik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi diantaranya ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, ketersediaan tenaga kerja, dan fasilitas transportasi.
Lokasi pabrik yang ditetapkan untuk industri gelatin tulang ikan bandeng ini adalah Kecamatan Kaliwungu. Lokasi usaha menguntungkan dari sisi bahan baku karena berdekatan dengan industri bandeng tanpa duri. Lokasi ini terletak di jalur pantai utara yang merupakan jalur perdagangan utama di Pulau Jawa sehingga memudahkan dalam akses transportasi darat. Selain itu, lokasi berdekatan dengan pelabuhan Tanjung Mas dan bandar udara Ahmad Yani sehingga memudahkan akses ekspor impor.
Bahan Baku
6
industri ikan bandeng tanpa duri. Industri yang mulai berkembang di Kabupaten Kendal sejak tahun 2011 tersebut terus mengalami peningkatan produksi. Menurut data yang tercatat di Dinas Perikanan Kendal (2012), produksi bandeng tanpa duri pada tahun pertama sebanyak 21.200 kg dan limbah tulang yang dihasilkan sekitar 30% dari bobot bahan baku. Menurut hasil konversi tersebut diperoleh limbah kurang lebih 9.085 kg tulang ikan. Dari lima industri bandeng tanpa duri yang ada, kira-kira diolah sebanyak 800 kg ikan bandeng atau menghasilkan limbah kurang lebih 240 kg tulang ikan bandeng setiap hari.
Teknologi dan Peralatan Produksi
Salah satu kriteria yang sesuai untuk menentukan jenis teknologi yang digunakan adalah ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan. Proses pengolahan tulang ikan bandeng diadopsi dari hasil penelitian Fatimah (2008), yaitu meliputi tahapan proses pencucian bahan, penghilangan lemak (degreasing), demineralisasi, ekstraksi, evaporasi dan pengemasan produk.
Pada tahap pencucian bahan, tulang dan duri ikan dibersihkan dari daging, sisa lemak yang masih menempel, serta kotoran lain. Air yang dibutuhkan untuk mencuci tulang sebanyak 1,5 kali bobot bahan total. Proses pencuciannya dilakukan secara otomatis dengan menggunakan tangki berpengaduk (lihat Gambar 2).
Gambar 2 Mixing Tank
(sumber: http://jinanyaoji.en.alibaba.com/product/288110790-209866597/PZG_Series_Mixing_Tank.html)
7
Gambar 3 Mesin Pengering
(sumber: http://anekamesin.com/mesin-pengering-cabinet-dryer.html) Tulang ikan hasil degreasing kemudian direndam denga larutan asam sitrat 9% denga volume larutan sebanyak 3 kali jumlah bahan selama 24 jam menggunakan tangki berpengaduk. Selama perendaman dilakukan pengadukan. Setelah itu, tulang dicuci sampai pH netral.
Gelatin di dalam tulang diekstrak dengan air panas secara bertahap. Jumlah air yang dibutuhkan pada proses ekstraksi sebanyak 3 kali bobot bahan dan selama perendaman, dilakukan pengadukan. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan tangki berpengaduk. Tahap pertama dilakukan pada suhu 50°C, ke dua 65°C, dan ke tiga 80°C, masing-masing selama 4 jam. Larutan hasil ekstraksi tiap-tiap tahap kemudian ditampung pada tangki agar konsentrasi larutan seragam. Larutan hasil ekstraksi yang tertampung kemudian dievaporasi untuk meningkatkan konsentrasi larutan hingga 30% denga menggunakan evaporator. Pemekatan larutan ini dilakukan untuk memudahkan proses pengeringan larutan menjadi bentuk bubuk.
Gambar 4 Evaporator
(sumber: http://www.alibaba.com/product-gs/409872167/Vacuum_evaporator.html)
8
Gambar 5 Spray Dryer
(sumber:
http://www.alibaba.com/product-gs/549874100/PGL_BThe_pharmaceutical_industry_spray_drying.html) Produk gelatin bubuk yang dihasilkan dikemas dalam kemasan plastik
polypropylene 500 gram dan disimpan pada suhu kamar.
Gambar 6 Mesin Pengemas Bubuk
(sumber:http://www.alibaba.com/product-gs/783220784/DXDCF2000A_type_automatic_quantitative_dry_powder.html)
Desain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik
Desain tata letak berhubungan dengan penyusunan mesin, peralatan produksi serta ruangan dalam pabrik dengan tepat agar proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Susunan yang baik akan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Selain mesin dan peralatan, fasilitas seperti gudang, kantor dan lainnya juga perlu diatur tata letaknya. Selain itu, perancangan tata letak dapat meminimumkan elemen-elemen biaya, seperti biaya konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan, mesin, maupun fasilitas produksi lainnya, biaya pemindahan bahan, biaya produksi, perawatan, mesin, dan biaya penyimpanan produk setengah jadi.
9 otomatis dan berteknologi tinggi, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak dan harus terampil, ahli dan mengerti dengan baik proses yang berjalan.
Area kelonggaran ditentukan sebesar 150%. Kelonggaran 150% ini disediakanuntuk kegiatan penanganan bahan, pergerakan pekerja dan perawatan, lorong, dan kolom sesuai dengan kebutuhan. Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas ruang untuk mesin atau peralatan dapat ditentukan. Salah satu metode dalam menentukan luasan ruang produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi serta luasan untuk melaksanakan proses operasi.kebutuhan luasan ruang produksi gelatin ikan bandeng denga kapasitas produksi 80 kg gelatin per hari ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 2 Kebutuhan Luas Ruang Produksi
Lokasi Luas (m2) Allowance(150%)
Salah satu cara untuk mencapai kemampuan mengelola suatu perusahaan yang baik adalah menentukan struktur formal organisasi. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktivitas kerja serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas tersebut sampai batas-batas tertentu. Selain itu, struktur organisasi memperlihatkan tingkat spesifikasi aktivitas tersebut, menjelaskan hirarki dan susunan kewenangan serta hubugan pelaporan. Dengan struktur organisasi, stabilitas dan komunitas organisasi tetap tertahan.
Penentuan struktur organisasi pada industri gelatin tulang ikan bandeng ini dilakukan berdasarkan bentuk kegiatan dan cara pengelolaan dari kegiatan usaha yang direncanakan secara efisien. Organisasi perusahaan dipimpin oleh seorang direktur yang membawahi 2 bagian, yaitu bagian produksi dan bagian pemasaran. Struktur organisasi ini sangat sederhana mengingat kapasitas produksi yang direcanakan relatif kecil.
Direktur merupakan penanggung jawab tertinggi kegiatan manajemen perusahaan. Direktur bertanggung jawab terhadap seluruh proses dan hasil yang dicapai oleh perusahaan baik dalam bidang produksi maupun pemasaran. Selain itu, direktur juga bertanggung jawab untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain untuk memajukan perusahaan.
Kepala bagian produksi bertanggung jawab terhadap terlaksananya proses produksi gelatin tulang ikan bandeng mulai dari penyediaan bahan baku hingga produk masuk gudag penyimpanan. Bagian produksi dibantu oleh pekerja di masing-masing ruang produksi, bagian gudang bahan baku dan bagian gudang produk jadi.
10
Analisis Finansial
Perhitungan finansial dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan usaha gelatin tulang ikan bandeng. Aspek kelayakan tersebut meliputi antara lain komponen dan besaran modal investasi dan modal kerja yang diperlukan, nilai dan sumber pendapatan usaha, proyeksi rugi laba, proyeksi aliran kas, serta kriteria kelayakannya (NPV, IRR, BEP, dan PBP). Dalam perhitungan kelayakan finansial menggunakan asumsi-asumsi seperti tabel berikut:
Tabel 3 Asumsi Perhitungan Finansial
Rendemen gelatin tulang ikan bandeng 8 % 3 Harga
Harga tulang ikan badeng 0 Rp/kg
Harga gelatin tulang ikan bandeng 150.000 Rp/kg
Biaya investasi diperlukan untuk mendirikan industri gelatin tulang ikan bandeng terdiri atas biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan, pembiayaan kegiatan praoperasi, serta biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan sampai pabrik siap beroperasi. Biaya modal kerja adalah sejumlah dana yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan setelah selesai dibangun.
Biaya investasi tetap untuk mendirikan industri gelatin ikan bandeng diantaranya biaya pengadaan tanah, biaya mendirikan bangunan, pembelian mesin dan peralatan produksi, instrumentasi dan kontrol, perpipaan, instalasi listrik, insulansi, inventaris kantor, perlengkapan kebakaran dan keamanan, sarana transportasi, kegiatan awal (pra investasi), engineering dan supervise, kontraktor, dan kontingensi (biaya tak terduga). Adapun total biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp 3.585.199.346,00.
Tabel 4 Komponen Biaya Investasi Industri Gelatin Ikan Bandeng
No Komponen Nilai Total (Rp/tahun)
A Modal Investasi Tetap Langsung
Biaya Tanah 66.533.250
Biaya Bangunan dan Insulansi 263.214.040
Biaya Peralatan 458.199.205
Instalasi Listrik 32.267.550
Inventaris Kantor 3.226.755
Perlengkapan Kebakaran dan Keamanan 3.226.755
Sarana Transportasi 99.500.000
Total 926.167.555
11 Tabel 4 Komponen Biaya Investasi Industri Gelatin Ikan Bandeng (lanjutan)
No Komponen Nilai Total (Rp/tahun)
B Modal Investasi Tetap Tak Langsung
Biaya Pra Investasi 64.831.729
Engineering dan supervisi 74.093.404
Kontraktor 18.523.351
Biaya pra investasi adalah biaya yang digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan yang diperlukan sebelum produksi mulai berjalan. Biaya pra investasi meliputi studi kelayakan, perizinan, dan akte perusahaan dan pengesahan. Karena berbagai faktor, suatu perkiraan biaya tidak mungkin sepenuhnya tepat. Oleh sebab itu, dalam suatu rencana bisnis biasanya terdapat kontingensi yang disiapkan utuk menutupi kekurangan yang mungkin terjadi. Biaya kontingensi adalah biaya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga yang diperkirakan akan terjadi seperti becana alam atau kesalahan perhitungan awal. Selain itu, biaya kontingensi juga disiapkan untuk mengantisipasi kenaikan harga yang mungkin terjadi selama 10 tahun.
Komponen biaya modal kerja diantaranya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, administrasi umum, pemasaran, serta biaya start-up. Total biaya modal kerja yang dibutuhkan pada awal pendirian pabrik adalah Rp 2.455.274.930,00.
Kriteria investasi dimaksudkan untuk menilai kelayakan suatu proyek atau untuk membuat peringkat beberapa proyek yang harus dipilih. Sebelum melakukan penilaian kriteria investasi, terlebih dulu dilakukan pengkajian terhadap kemampuan proyek dalam memenuhi kewajiban finansialnya serta penghitungan keuntungan yang akan diperoleh selama umur proyek melalui penyusunan perkiraan atau proyeksi laba rugi dan arus kas bersih. Proyeksi rugi laba dan arus kas bersih dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Proyeksi laba rugi adalah selisih antara penjualan bersih produk selama satu periode tertentu dengan total biaya selama periode yag sama. Dalam proyeksi rugi laba akan diketahui pandapatan bersih selama umur proyek investasi berjalan. Arus kas bersih adalah selisih antara arus uang masuk dengan arus uang keluar, besarnya nilai dapat positif atau negatif. Perhitungan arus kas digunakan untuk dasar perhitungan kriteria kelayakan investasi.
Tabel 5 Kriteria Kelayakan Investasi
Kriteria Kelayakan Basis (kg tulang ikan bandeng)
12
sedangkan dengan basis 1000 kg tulang ikan per hari pada tingkat suku bunga yang sama adalah positif Rp 3.486.110.369. Hal ini berarti bahwa bahan baku sebanyak 200 kg tulang ikan bandeng tidak memenuhi skala terkecil agar usaha dapat dijalankan dengan layak atau perusahaan akan mengalami kerugian. Sebaliknya, jika bahan baku dapat dipenuhi sebanyak 1.000 kg tulang ikan per hari maka usaha tersebut dinilai layak untuk didirikan karena nilai NPV positif.
BEP atau titik impas menunjukkan titik pada saat total biaya produksi sama dengan penerimaan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Titik impas selama umur proyek industri gelatin tulang ikan bandeng ini berada pada penjualan saat kapasitas produksi 18.818 kg tepung gelatin per tahun atau setara 62,7 kg tepung gelatin per hari dengan bahan baku sebanyak 785 kg tulang ikan per hari.
Nilai IRR adalah nilai tingkat suku bunga ketika nilai NPV sama dengan nol. Nilai IRR jika bahan bakunya sebanyak 1.000 kg/hari adalah sebesar 0,68. Karena nilai IRR tersebut positif, maka usaha dapat dinyatakan layak untuk dilaksanakan dan menunjukkan bahwa perusahaan mampu beroperasi pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang berlaku.
PBP menggambarkan lamanya waktu yang diperlukan agar dana yang diinvestasikan pada suatu proyek dapat kembali. Seluruh modal yang diinvestasikan dapat dikembalikan setelah proyek berumur 1 tahun jika kapasitas produksi dapat memenuhi 62,7 kg/hari.
Pengembangan Usaha Gelatin Ikan Bandeng Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Produksi tulang ikan bandeng di Kabupaten Kendal rata-rata sebanyak 200 kg/hari. Pada jumlah tersebut, usaha dinilai tidak layak dilihat dari nilai NPV yang negatif. Penentuan kapasitas minimum usaha gelatin tulang ikan bandeng ditinjau dari nilai BEP yaitu 62,7 kg tepung gelatin par hari atau setara 785 kg tulang ikan bandeng per hari. Agar usaha tersebut dapat layak untuk dikembangkan, dibutuhkan setidaknya 785 kg bahan baku. Karena nilai BEP berada pada titik impas, kapasitas minimum yang dinilai dapat mengutungkan adalah 80 kg tepung gelatin ikan per hari atau setara 1.000 kg tulang ikan bandeng per hari.
Bentuk Usaha
Suatu usaha yang ingin dijalankan harus dibentuk dalam suatu wadah yang sesuai untuk menampung segala sesuatu yang berkaita di dalamnya. Selain itu, dibutuhkan legalitas badan hukum di kalangan masyarakat untuk melindungi perusahaan dari segala tuntutan akibat kegiatan yang dijalankannya.
13 Selain itu, diharapkan bahwa perusahaan dapat berjalan secara berkelanjutan di masa yang akan datang sehingga perlu bentuk usaha yang berpotensi berumur panjang. Faktor penting lainnya adalah batasan wewenang, tanggung jawab pemilik usaha untuk mengetahui resiko yang mungkin terjadi dan membatasi peran masing-masing.
Bentuk usaha formal yang dikenal di kalangan masyarakat saat ini, diantaranya persekutuan firma, persekutuan komanditer (CV), perseroan terbatas, dan bentuk usaha koperasi. Masing-masing karakter bentuk usaha mempunyai ukuran dan terikat dengan peraturan masing-masing. Selain bentuk usaha formal, ada pula bentuk usaha informal, yakni bentuk usaha yang tidak membutuhkan badan hukum.
Bentuk usaha firma dan komanditer, relatif sulit untuk memperoleh pinjaman dana dalam jumlah besar dengan jangka waktu lama karena jarang ada perusahaan dengan bentuk ini yang bertahan lama. Selain itu, usia perusahaan juga ditentukan oleh sekutu yang terlibat, yakni masa hidup perusahaan berakhir dengan meninggalnya salah satu atau lebih pemiliknya. Pertimbangan tersebut menjadi hambatan penggunaan bentuk usaha firma atau CV untuk usaha gelatin tulang ikan bandeng.
Bentuk usaha perseroan terbatas mempunyai karakter yang fleksibel yang memungkinkan untuk kesempatan pengembangan yang baik, dilihat dari segi kemudahan memperoleh pinjaman, tanggung jawab pemilik terbatas pada jumlah saham yang dimiliknya, dan masa hidup perusahaan yang tidak dibatasi.
Usaha koperasi adalah usaha yang lebih ditekankan untuk kesejahteraan anggota dan bersifat sukarela. Kegiatan usaha lebih ditekankan di antara kalangan anggota koperasi atau kerjasama antar koperasi. Ukuran usaha dalam koperasi biasanya relatif kecil sehingga sulit memperoleh pinjaman dalam jumlah besar untuk membantu pendanaan perusahaan. Di sisi lain, ada banyak peran pemerintah dalam mengatur usaha koperasi sehingga relatif sulit menggunakan bentuk usaha ini sebagai wadah untuk mengembangkan usaha gelatin tulang ikan bandeng yang sangat membutuhkan dukungan pengembangan teknologi dan banyak berorientasi pada perkembangan pasar.
Pengembangan Industri Gelatin Ikan Bandeng Berbasis Masyarakat di Kawasan Pengolahan Ikan Bandeng
Profil Usaha Industri Gelatin Tulang Ikan Bandeng
Usaha gelatin tulang ikan bandeng adalah salah satu usaha di bidang industri pengolahan yang memanfaatkan sumber daya lokal sebagai upaya untuk menggali potensi industri daerah dan mengembangkan peran masyarakat setempat dalam memajukan perekonomian di wilayahnya. Sumber daya lokal yang digunakan sebagai bahan baku utama dalam proses produksi adalah tulang ikan bandeng. Tulang ikan bandeng ini adalah produk samping dari usaha produksi bandeng tanpa duri yang saat ini mulai berkembang di masyarakat.
14
alternatif pemanfaatan sumber daya laut sebagai bahan utamanya untuk menggatikan peran gelatin mamalia.
Gelatin ikan relatif masih diperdagangkan denga harga yang relatif tinggi karena rendemen yang dihasilkan relatif rendah sedangkan biaya produksinya sangat tinggi. Hal ini karena proses produksinya membutuhkan teknologi yang canggih untuk menghasilkan produk dengan spesifikasi yang diharapkan.
Kebutuhan bahan baku yang relatif tidak sedikit menuntut usaha ini untuk dikembangkan di wilayah penghasil ikan bandeng. Tujuannya adalah memudahkan akses terhadap bahan baku, menekan biaya produksi, dan diharapkan dapat dijadikan sebagai wadah berwirausaha serta penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat.
Konsep Pengembangan
Pengembangan usaha gelatin tulang ikan bandeng baik ditumbuhkan di wilayah penghasil ikan bandeng, yaitu daerah pesisir yang biasanya sangat baik sebagai tempat budidaya ikan bandeng, terutama di wilayah pengolahan ikan bandeng yang banyak menyisakan tulang ikan bandeng sebagai limbah. Konsep pengembangan ini dimulai dari pengelompokan pengusaha kecil yang mengilah ikan bandeng dalam suatu organisasi yang kemudian secara bersama-sama memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki untuk membantu mengembangkan industri dalam skala yang lebih besar.
Usaha yang dijalankan dalam skala kecil tentu produk yang dihasilkan juga dalam jumlah yang kecil sehingga untuk memenuhi kapasitas tertentu, diperlukan penggabungan dari beberapa pihak. Jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk usaha gelatin tulang ikan bandeng ini minimal 1.000 kg tulang ikan bandeng. jika dalam suatu wilayah ada 25 pengusaha ikan bandeng yang dapat memenuhi kapasitas tersebut, maka sudah mampu mendukung 1 industri gelatin ikan bandeng. Jika di wilayah lain juga berkembang minimal 25 pengusaha ikan badeng yang serupa maka bertambah lagi 1 industri gelatin tulang ikan bandeng yang dapat dibentuk, dan demikian seterusnya.
Ketika usaha baru tumbuh di kalangan masyarakat, secara langsung penyediaan kesempatan kerja menjadi bertambah dan perekonomian daerah lebih terdorong dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Selain itu, perkembangan industri di suatu wilayah biasanya diikuti oleh peningkatan akses terhadap informasi, fasilitas transportasi, layanan kesehatan, layanan pendidikan, dan banyak lagi sehingga secara langsung dapat membantu pembangunan daerah. Pemberdayaan
15 industri tersebut semakin mantap serta mampu memfasilitasi masyarakat sekitar untuk turut berpartisipasi dalam pengembanga industri daerah.
Pembiayaan
Konsep pengembangan usaha selalu berkaitan dengan kebutuhan modal atau pembiayaan. Sumber pendanaan dapat berasal dari modal sendiri, modal pinjaman, atau modal kerjasama. Faktor pendanaan ini seringkali menjadi penghambat utama di kalangan usaha mikro karena sulitnya memperoleh dukungan dana dari pihak luar sedangkan dana pribadi atau dana anggota yang ada tidak cukup untuk memulai usaha atau memperbesar usaha yang dimilikinya.
Dana investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan usaha gelatin ikan bandeng yang telah diperhitungkan adalah senilai Rp 3,6 milyar. Secara sederhana, dana tersebut apabila dibagi rata kepada 25 pengusaha tulang ikan badeng, masing-masing memperoleh bagian Rp 144 juta. Namun, cara ini dinilai kurang sesuai karena ukuran usaha dan kemampuan yang berbeda-beda dari setiap pengusaha tulang ikan bandeng. Untuk itu, perlu dukungan dana dari pihak pemerintah daerah agar beban yang ditanggung menjadi lebih ringan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan nilai kriteria investasi, diperoleh nilai NPV negatif Rp 10.443.101.095,00 pada tingkat bahan baku 200 kg tulang ikan bandeng. Karena nilai NPV negatif, usaha tidak layak untuk dijalankan pada kapasitas tersebut. Kekurangan bahan baku menjadi kendala pengembangan industri gelatin tulang ikan bandeng ini. Dengan demikian, kapasitas minimum agar usaha layak, jumlah bahan baku perlu ditingkatkan. Diperoleh nilai BEP pada 785 kg tulang ikan per hari sehingga bahan baku yang dibutuhkan sebanyak 1.000 kg. Pada tingkat kapasitas tersebut, nilai NPV positif Rp 3.486.110.369, nilai IRR 68%, dan PBP 1 tahun. Pada tingkat kapasitas tersebut, usaha dapat dikatakan layak untuk didirikan.
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Amiruldin, Musfiq. 2007. Pembuatan dan Analisis Karakteristik Gelatin dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacores) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Astawan M, Hariyadi P, Mulyani A. 2002. Analisis Sifat Reologi Gelatin dari Kulit Ikan Cucut. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol 13 : 38-46
Damayanti, Dina. 2007. Aplikasi Gelatin dari Tulang Ikan Patin pada Pembuatan Permen Jelly [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Dianti, Melly. 2008. Pemanfaatan Gelatin dari Kulit Ikan Patin (Pangasius sp) sebagai Bahan Baku Pembuatan Edible Film [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Fatimah, Dewi. 2008. Efektivitas Penggunaan Asam Sitrat dalam Pembuatan Gelatin Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) [skripsi]. Malang: Universitas Negeri Malang
GME. 2012. Gelatin Manufacturer of Europe [Internet]. [diacu 27 Mei 2012]. Tersedia dari: http://www.gelatine.org
Husnan, Suad dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek Edisi Revisi. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Ed. 3 Jilid 1. Bob Sabran [Terj]. Penerbit Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN 1
PROYEKSI ARUS KAS INDUSTRI GELATIN TULANG IKAN BANDENG
Uraian Tahun ke-
0 1 2 3 4 5
Kas Masuk
Laba Bersih 0 406.692.799 406.692.799 406.692.799 406.692.799 406.692.799
Depresiasi 0 61.616.645 61.616.645 61.616.645 61.616.645 61.616.645
Modal Sendiri 2.151.119.608 0 0 0 0 0
Modal Pinjaman 1.434.079.739 0 0 0 0 0
Total 3.585.199.346 468.309.444 468.309.444 468.309.444 468.309.444 468.309.444
Kas Keluar
Investasi Tetap 1.129.924.416 0 0 0 0 0
Modal Kerja 2.455.274.930 0 0 0 0 0
Angsuran Pinjaman 0 441.696.559 441.696.559 441.696.559 441.696.559 441.696.559
Total 3.585.199.346 441.696.559 441.696.559 441.696.559 441.696.559 441.696.559
Kas Bersih 0 26.612.884 26.612.884 26.612.884 26.612.884 26.612.884
Kas Awal Tahun 0 0 26.612.884 53.225.768 79.838.652 106.451.536
PROYEKSI ARUS KAS INDUSTRI GELATIN TULANG IKAN BANDENG (Lanjutan)
Uraian Tahun ke-
6 7 8 9 10
Kas Masuk
Laba Bersih 561.573.411 561.573.411 561.573.411 561.573.411 561.573.411
Depresiasi 61.616.645 61.616.645 61.616.645 61.616.645 61.616.645
Modal Sendiri 0 0 0 0 0
Modal Pinjaman 0 0 0 0 0
Total 623.190.055 623.190.055 623.190.055 623.190.055 623.190.055
Kas Keluar
Investasi Tetap 0 0 0 0 0
Modal Kerja 0 0 0 0 0
Angsuran Pinjaman 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0
Kas Bersih 623.190.055 623.190.055 623.190.055 623.190.055 623.190.055
Kas Awal Tahun 133.064.420 756.254.475 1.379.444.531 2.002.634.586 2.625.824.641
LAMPIRAN 2
LAPORAN LABA RUGI INDUSTRI GELATIN TULANG IKAN BANDENG
Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5
Pendapatan 3.600.000.000 3.600.000.000 3.600.000.000 3.600.000.000 3.600.000.000
Biaya Operasional 2.822.752.270 2.822.752.270 2.822.752.270 2.822.752.270 2.822.752.270
Laba Kotor 777.247.730 777.247.730 777.247.730 777.247.730 777.247.730
Bunga kredit 154.880.612 154.880.612 154.880.612 154.880.612 154.880.612
Laba Sebelum Pajak 622.367.118 622.367.118 622.367.118 622.367.118 622.367.118
Pajak (PPh) 215.674.319 215.674.319 215.674.319 215.674.319 215.674.319
Laba Bersih 406.692.799 406.692.799 406.692.799 406.692.799 406.692.799
LAPORAN LABA RUGI INDUSTRI GELATIN TULANG IKAN BANDENG (Lanjutan)
Uraian Tahun ke-
6 7 8 9 10
Pendapatan 3.600.000.000 3.600.000.000 3.600.000.000 3.600.000.000 3.600.000.000
Biaya
Operasional 2.822.752.270 2.822.752.270 2.822.752.270 2.822.752.270 2.822.752.270
Laba Kotor 777.247.730 777.247.730 777.247.730 777.247.730 777.247.730
Bunga kredit 0 0 0 0 0
Laba Sebelum
Pajak 777.247.730 777.247.730 777.247.730 777.247.730 777.247.730
Pajak (PPh) 215.674.319 215.674.319 215.674.319 215.674.319 215.674.319
Laba Bersih 561.573.411 561.573.411 561.573.411 561.573.411 561.573.411
Profit margin
21