• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji dinas kesehatan kota Tangerang pada musim haji tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji dinas kesehatan kota Tangerang pada musim haji tahun 2010"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh

Isnaini S.

NIM: 107053002269

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

▸ Baca selengkapnya: soal tes wawasan kesehatan haji 2023

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S - 1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2011

(5)

i

Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”. Dibawah bimbingan Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA

Dari tahun ke tahun jamaah haji semakin bertambah, sepanjang sejarah pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian khusus. Banyak komponen dalam penyelenggaraan ibadah haji, komponen itu mulai dari pendaftaran, transportasi, akomodasi, keamanan, katering, dan kesehatan. Dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji menunjukkan bahwa hingga dewasa ini pelaksanaan ibadah haji telah mengalami perkembangan.

Seiring perkembangan dan meningkatnya ekonomi Indonesia, meningkat pula jumlah jamaah haji dan bahkan belakangan ini jumlah pendaftarnya melampaui kuota yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensinya dari meningkatnya jumlah jamaah haji, maka komponen-komponen penyelenggaraan haji perlu ditingkatkan seperti akomodasi, katering, transportasi dan kesehatan. Dalam implementasinya, bentuk pelayanan mengalami perubahaan khusus dalam bidang kesehatan. Proses persiapan keberangkatan jamaah haji diperketat dengan adanya penambahan pemeriksaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen Agama dan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen Kesehatan. Jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji sesuai dengan ketentuan isthithoah(mampu) secara jasmani dan rohani.

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metodologi penelitian pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.

(6)

ii

swt yang telah memberikan nikmat serta karuniaNya sehingga tangan ini masih

mampu menorehkan kata demi kata untuk menjadi sebuah karya yang bermakna.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada para nabi dan rasul, Muhammad SAW

kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir

zaman. Karena beliaulah yang menjadi suri tauladan bagi kami agar menjadi insan

yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Dalam penulisan skripsi ini,penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang tak terhingga kepada semua pihak yang

membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun

materil, karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ayahanda Akhmad Sofuan dan Ibunda Mustakimah yang terus menjadikan

penulis mengerti arti perjalanan hidup yang di ridhoi Allah. Dan memberikan

banyak perhatian, pengorbanan, motivasi, cinta, kasih sayang yang tulus

ikhlas terus beliau berikan sehingga penulis dapat tegar dan semangat dalam

(7)

iii

2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

3. Drs. Cecep Castrawijaya , MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah,

selaku Ketua Munaqasah dan Penguji II, yang telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan studi di Jurusan Manejemen Dakwah serta memberikan

masukan dan arahan untuk membantu penulis dalam memperbaiki skripsi ini.

4. H. Mulkanasir, BA., Spd, MM Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan

Manajemen Dakwah.

5. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberikan nasihat dan arahan kepada

penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah

selalu memberikan rahmat dan perlindungannya.

(8)

iv

banyak membantu penulis dalam memberikan referensi buku-buku dalam

penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu Lia (Bagian Umum) dan Bapak Suhardiman, SKM, MKM, yang telah

memberikan kesempatan, sehingga penulis dapat melakukan penelitian di

Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Serta Bapak Ikhwan, SKM, yang telah

meluangkan banyak waktunya untuk memberikan masukan, arahan serta

bimbingan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Dr. Wahyu Prasetyawan, MA selaku penguji I yang telah banyak memberikan

masukan dan arahan untuk membantu penulis dalam memperbaiki skripsi ini.

10. Adik-adik ku tersayang (mamas yunus, de ana, de ani), dan saudara-saudaraku

yang telah memberikan semangat

, do’a, dan keceriaan

selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Buchori, Ade, Ayu, Ali, Mutmainnah, Jihan, dan Omar yang

telah memberi semangat dan membantu penulis selama menyelesaikan skripsi

ini, dan seluruh temen-temen seperjuangan mahasiswa manajemen dakwah

angkatan 2007 yang penulis banggakan.

(9)

v

Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya

dan bagi segenap keluarga besar Jurusan Manajemen Dakwah pada Khususnya.

Jakarta, Maret 2011

(10)

vi

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian... 5

D. Metodologi Penelitian... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI A. Manajemen Pelayanan Kesehatan ... 13

1. Pengertian Manajemen Pelayanan Kesehatan... 13

2. Fungsi Manajemen... . 17

3. Ruang Lingkup Manajemen Pelayanan Kesehatan ... 18

4. Ciri-ciri Pelayanan Yang Baik ... 20

B. Jamaah Haji... 23

1. Pengertian Jamaah Haji... 23

2. Klasifikasi Jamaah Haji ... 24

3. Makna Istitha’ah Pada Aspek Kesehatan... 25

(11)

vii

A. Visi-Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang ... 36

B. Tujuan dan Sasaran... . 40

C. Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang ... 42

D. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang ... 44

BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH HAJI A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji ... 48

1. Menentukan Perencanaan (Planning) ... 48

2. Melakukan pengorganisasian (Organizing) ... 56

3. Mengadakan Penggerakkan (Actuating) ... 60

4. Menjalankan Pengawasan (Controlling)... 62

5. Melaksanakan Evalusi (Evaluating) ... 65

B. Aspek Kesehatan Yang Dilayani Dinas Kesehatan Kota Tangerang ... 65

C. Analisis terhadap Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji dan Aspek Kesehatan yang Dilayani ... 68

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Haji pada hakekatnya merupakan aktifitas suci yang pelaksanaannya diwajibkan oleh Allah kepada seluruh umat Islam yang telah mencapai (istitho’ah) mampu, disebut aktifitas suci karena seluruh rangkaian kegiatan adalah ibadah. Haji juga disebut sebagai ibadah puncak yang melambangkan ketaatan serta penyerahan diri secara total kepada Allah baik secara fisik-material maupun spiritual.1

Sebagaimana Allah berfirman di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:

















Artinya : “ Allah telah menjadikan ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia”.(QS. Al-Maidah : 97).

Bagi setiap muslim, termasuk muslim di Indonesia, ibadah haji memiliki makna sangat penting. Dalam konteks Indonesia, ibadah haji tidak hanya dilihat sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan kaum Muslimin bagi mereka yang mampu tetapi juga memiliki makna sosiologis dan historis sangat berarti. Secara sosiologis dan historis, dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam Indonesia tidak bisa terlepas dari ibadah haji.2

1

Ali Syari’ati,Haji(Bandung: Penerbit Pustaka, 2000 ), hal. 1 2

(13)

Dari tahun ke tahun jamaah haji semakin bertambah, sepanjang sejarah pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian khusus. Banyak komponen dalam penyelenggaraan ibadah haji, komponen itu mulai dari pendaftaran, transportasi, akomodasi, keamanan, katering, dan kesehatan. Dalam rangkaian penyelenggaraan ibadah haji menunjukkan bahwa hingga dewasa ini pelaksanaan ibadah haji telah mengalami perkembangan.

Seiring perkembangan dan meningkatnya ekonomi Indonesia, meningkat pula jumlah jamaah haji dan bahkan belakangan ini jumlah pendaftarnya melampaui kuota yang telah ditetapkan. Sebagai konsekuensinya dari meningkatnya jumlah jamaah haji, maka komponen-komponen penyelenggaraan haji perlu ditingkatkan seperti akomodasi, katering, transportasi dan kesehatan. Dalam implementasinya, bentuk pelayanan mengalami perubahaan khusus dalam bidang kesehatan. Proses persiapan keberangkatan jamaah haji diperketat dengan adanya penambahan pemeriksaan, yakni pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen Agama dan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Departemen Kesehatan.

Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan kesehatan jamaah haji untuk menjaga agar jamaah haji tetap dalam keadaan sehat antara lain tidak menularkan atau ketularan penyakit selama menjalankan ibadah haji.3

Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan, Departemen Agama selalu melakukan koordinasi dengan Departemen Kesehatan. Kesehatan,

3

(14)

Misalnya: peningkatan pelatihan petugas kesehatan dengan kurikulum yang mengarah kepada : (1) peningkatan kemampuan teknis dan medis yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan jamaah haji (2) penguasaan materi khusus misalnya penanganan kasus meningitis dan formularium obat haji (3) peningkatan kinerja petugas sehingga tercipta petugas yang berdedikasi dan bertanggung jawab. Kemudian pemerintah juga melakukan penyuluhan kesehatan kepada jamaah haji dengan tujuan : (1) menumbuhkan pengertian calon jamaah tentang kondisi sehat yang sangat diperlukan dalam melaksanakan ibadah haji (2) meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji sesuai ketentuan dan direkam dalam buku kesehatan haji (3) melakukan rujukan calon jamaah haji resiko tinggi sesegera mungkin bagi yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

(15)

ketiga, pemeriksaan di embarkasi dilakukan secara selektif, termasuk kelengkapan dokumen kesehatan haji.4

Untuk mencapai upaya pencegahan dan persiapan yang tepat. Persiapan sebelum ke berangakatan mencakup kekuatan fisik dan mental dalam keadaan prima, karena keadaan di Arab Saudi berbeda dengan keadaan di Indonesia, yaitu cuaca dan iklim yang lebih tinggi, keadaan lingkungan yang lebih beraneka ragam, serta jenis makanan yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukannya sistem manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji. Kini Dinas Kesehatan telah berperan aktif untuk mempersiapkan dan upaya pencegahan dalam menjaga kesehatan jamaah haji dari sebelum pemberangkatan ibadah haji. Persiapan kesehatan yang optimal akan membantu kelancaran kegiatan ritual ibadah yang akan dikerjakan nantinya. Sehingga jamaah akan lebih khusyuk dalam melaksanakan ibadah haji.

Ciri pelayanan yang baik yang dapat memberikan kepuasan kepada jamaah adalah memiliki karyawan yang professional, tersedia sarana dan prasarana yang baik, tersedia semua produk yang diinginkan, bertanggung jawab kepada setiap jamaah dari awal hingga selesai, mampu melayani secara cepat dan tepat, mampu berkomunikasi secara jelas, memiliki pengetahuan umum lainnya, mampu memberikan kepercayaan kepada jamaah.5

Dan pembinaan kesehatan haji dilakukan secara intensif dan terus-menerus sejak terdaftar sampai saat ke berangkatan, yang meliputi aspek-aspek kesehatan umum.

4

Muhammad M. Basyuni,Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK Press, 2008), h. 159

5

(16)

Dilihat dari gambaran di atas saya tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap masalah ini dengan judul “ Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah penulis hanya membatasi pada manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji yang diberikan oleh Departemen Kesehatan pada musim haji tahun 2010.

2. Perumusan Masalah

Agar perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, maka dalam penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada musim haji tahun 2010?

b. Aspek kesehatan apa saja yang dapat dilayani Dinas Kesehatan Kota Tangerang terhadap jamaah haji Tahun 2010?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(17)

1. Untuk mengetahui sistem manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada musim haji tahun 2010. 2. Untuk mengetahui aspek kesehatan yang dilayani Dinas Kesehatan Kota

Tangerang terhadap jamaah haji Tahun 2010.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang manajemen haji dan umrah, khususnya dalam pelayanan kesehatan jamaah haji.

2. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang menarik dan dapat menambah wawasan khasanah keilmuan bagi para pembaca khususnya mahasiswa manajemen dakwah, serta dapat berguna bagi banyak pihak terutama sebagai tambahan referensi atau perbandingan bagi studi-studi yang akan datang.

3. Praktisi

(18)

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis mengharapkan dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.6

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat memberikan informasi refresentatif, mereka terdiri dari kepala seksi bagian pelayanan kesehatan dan para jajaran bagian haji/staf haji serta jamaah haji yang telah dibantu oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang melalui pelayanan kesehatan jamaah haji yang diberikan. Sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini adalah manajemen yang digunakan dalam pelayanan kesehatan pada jamaah haji.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Jl. Daan Mogot No. 69 Tangerang. Waktu Penelitian dimulai

6

(19)

pada bulan Januari dan berakhir pada bulan Maret 2011. Pada musim haji tahun 2010.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Maka penulis menggunakan jenis penelitian di antaranya yaitufield research (penelitian lapangan), penulis mengadakan jenis penelitian dengan datang langsung ke lapangan (objek) penelitian di Dinas Kesehatan Kota Tangerang, sedangkan data yang diperoleh dari metode ini merupakan data primer (utama) penelitian.

Dalam penelitian lapangan ini, penulis juga menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan di antaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.7 Penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati langsung terhadap segala sesuatu yang terkait dengan masalah pelayanan kesehatan jamaah haji yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

b. Wawancara

Wawancara (interview) ialah Tanya jawab lisan antara penulis dengan Kasi Haji dan Staff Jajarannya yang di dalamnya terdiri dari ketua bidang P2PL, ketua seksi P21, staff P2I, dan pihak puskesmas.

7

(20)

Penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin, yaitu penulis menggunakan beberapa pernyataan kepada responden yang telah penulis siapkan, lalu dijawab oleh responden dengan bebas dan terbuka.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.8 Penulis menggunakan data-data dan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku, profile company, arsip-arsip maupun diktat-diktat pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang dan lain sebagainya yang dapat mendukung serta berkaitan dengan masalah penelitian.

Selanjutnya dalam menggunakan data-data tersebut, penulis berusaha untuk memaparkan kerangka awal mengenai objek studi yang ditulis dengan memahami seksama, kemudian memberikan interpretasi sesuai kecenderungan danframe of thinking.

d. Teknik analisis data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data; di mana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan., kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis.

8

(21)

e. Teknik Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku. Pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), yang disusun oleh tim penulis UIN JAKARTA dan di terbitkan oleh CEQDA UIN Jakarta pada tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang ibadah haji, judul-judul skripsi tersebut adalah:

Dzul Kifli “Manajemen Pelayanan Jamaah Haji dan Umroh PT. PATUNA TOUR DAN TRAVEL” skripsi mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2010 ini membahas tentang bagaimana upaya PT. PATUNA TOUR DAN TRAVEL dalam memberikan pelayanan ibadah haji dan umroh pada jamaah sesuai dengan teori manajemen customer service serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pelayanaan ibadah haji dan umroh.

(22)

strategi pelayanan prima KANDEPAG Jakarta Barat dalam membantu perjalanan ibadah haji calon jamaah haji.

Ahmad Muis “Strategi Pelayanan Prima Kementerian Agama Jakarta Selatan Pada Calon Jamaah Haji.” Skripsi mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2010, berisi tentang petugas pelaksana Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam memberikan pelayanan prima pada calon jamaah haji dan strategi pelayanan prima Kementerian Agama Jakarta Selatan dalam penyelenggaraan ibadah calon jamaah haji.

Dilihat dari beberapa judul skripsi diatas, berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini penulis menggambarkan bagaimana manajemen pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Banyak perbedaan dari penelitian ini yakni ditinjau dari sisi objek yaitu manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji dan dari sisi subjek yaitu Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Dalam hal ini dari segi judul berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti pun berbeda yaitu materi mengenai manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji dan aspek kesehatan apa saja yang dilayani Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yang penulis bahas tentang “Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010”.

F. Sistematika Penulisan

(23)

BAB I : PENDAHULUAN

Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN

PELAYANAN KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI

Pengertian manajemen pelayanan kesehatan, Fungsi manajemen, Ruang lingkup manajemen pelayanan kesehatan, Ciri-ciri pelayanan yang baik, Pengertian jamaah haji, Klasifikasi jamaah haji, Makna Istitho’ah pada aspek kesehatan, Pelayanan Kesehatan jamaah Haji.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG DINAS KESEHATAN

KOTA TANGERANG

Visi dan Misi Dinas Kesehatan, Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan, Tujuan dan Sasaran, Struktur Organisasi Dinas Kesehatan.

BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

JAMA’AH HAJI TAHUN 2010

Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji, Aspek Kesehatan Yang Dilayani Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Analisis.

BAB V : PENUTUP

(24)

13

KESEHATAN DAN JAMAAH HAJI DINAS KESEHATAN

KOTA TANGERANG

A. Manajemen Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Manajemen Pelayanan Kesehatan

Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengatuaran yang baik. Agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan baik. Proses pengaturan kegiatan ilmiah ini disebut manajemen, sedangkan proses untuk mengatur kegiatan-kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat disebut “Manajemen Pelayanan Kesehatan

Masyarakat”.1

Ada beberapa definisi manajemen sebagai berikut : dalam kamus manajemen, arti dari istilah manajemen, arti dari istilah manajemen adalah: manajemen, pengurusan, kepemimpinan, ketatalaksanaan, dan kepengurusan, pengelolaan dan sebagainya.2

Dari segi etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris yang diambil dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand

1

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta:Rineka Cipta, 2007), h. 82

2

(25)

berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to guide berarti memimpin atau membimbing. Jadi apabila dilihat dari asal katanya, manajemen berarti mengurus, mengendalikan, memimpin atau membimbing.3

Dengan sangat bervariasi para ahli manajemen mendefinisikan manajemen dari sudut pandang mereka. Dapat dikemukakan mengenai batasan-batasan pengertian manajemen oleh George R Terry, manajemen merupakan proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber lainnya.4

Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di dalam beerbagai jenis organisasi untuk membantu manajer memecahakn masalah organisasi, atas dasar pemikiran tersebut, manajemen juga dapat diterapkan dibidang kesehatan untuk membantu para manajer organisasi kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum sistem kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, atau mencapai suatu keadaan sehat bagi individu atau kelompok-kelompok masyarakat.5

3

E.K. Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. (Jakarta: Bharatara Karya Aksara, 1996) cet ke-2, h. 6

4

Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi,(Jakarta: PT Raja Grafindo Rosada, 1998), Cet. 1, h.1

5

(26)

Dari batasan-batasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan umum bahwa manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Seorang manajer dalam mencapai tujuan adalah secara bersama-sama dengan orang lain atau bawahannya. Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut. “Manajemen Kesehatan

adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan

masyarakat melalui program kesehatan.6

Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian pelayanan kesehatan yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan terhadap jemaah haji sesuai standar agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji yang sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan sendiri merupakan upaya menjaga kemandirian kesehatan jemaah dengan persiapan obat dan cara-cara konsultasi kesehatan di perjalanan, asupan makan dan gizi,

konsultasi dan bimbingan kesehatan.7

Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/pra haji dan pada saat kepulangan/pasca haji), pelayanan kesehatan di embarkasi dan debarkasi, pelayanan kesehatan selama di penerbangan, pelayanan kesehatan selama di Arab Saudi, dan pelayanan kesehatan di 6

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta:Rineka Cipta, 2007), h. 83

7

(27)

kelompok terbang. Pelayanan kesehatan tersebut satu dengan lain merupakan proses pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehansif.8

Kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan

kesehatan masyarakat.9

Untuk dapat menyelenggarakan manajemen pelayanan dengan baik, ada prinsip-prinsip manajemen pelayanan yang dapat di pakai sebagai acuan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Identifikasi kebutuhan konsumen yang sesungguhnya

b. Sediakan pelayanan yang terpadu (one-stop-shop) c. Buat sistem yang mendukung pelayanan konsumen

d. Usahakan agar semua orang atau karyawan bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan

e. Layanilah keluhan konsumen secara baik f. Terus berinovasi

g. Karyawan adalah sama pentingnya dengan konsumen h. Bersikap tegas tetapi ramah terhadap konsumen

i. Jalin komunikasi dan interaksi khusus dengan pelanggan j. Selalu mengontrol kualitas.10

8

Ibid, h. 13 9

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 83-84

10

(28)

2. Fungsi Manajemen

Fungsi pertama pada manajemen adalah perencanaan atauplanning yaitu pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa, juga proses dasar di mana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya.11Adapun perencanaan atau planning adalah tindakan menentukan sasaran yang ingin dicapai dan tindakan yang seharusnya dilaksanakan.12

Fungsi kedua pada manajemen adalah pengorganisasian atau organizing. Setiap usaha mencapai tujuan apabila harus melibatkan banyak orang maka mutlak diperlukan adanya organisasi. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk pencapaian suatu tujuan bersama.13Untuk mencapai tujuan, maka diperlukan berbagai langkah dan kegiatan, langkah-langkah dirumuskan dan disusun sebagai kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian pengorganisasian mencakup usaha membagi-bagi pekerjaan untuk mencapai tujuan.

Fungsi ketiga dalam manajemen adalah penggerakkan atau actuating. Adapun istilah pergerakkan yaitu actuating (memberikan bimbingan), motivating (memberikan motivasi), directing (memberikan arah), influencing (mempengaruhi), commending (memberikan komando atau perintah) Beberapa istilah dikemas untuk aktuasi karena beberapa

11

T. Hani Handoko,Manajemen,(Yogyakarta : BPFE, 1997), Edisi ke-2, h. 77-78 12

AM. Kardaman. Pengantar Ilmu Manajemen. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1996). Cet. Ke-1, h. 46

13

(29)

istilah tersebut dianggap mempunyai pengertian yang sama yaitu menggerakkan dan mengarahkan pelaksanaaan program.14

Fungsi yang keempat adalah pengawasan atau controlling. Pengawasan adalah suatu tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan untuk kemudian dilakukan perbaikan dan mencegah terulang kembali kesalahan-kesalahan itu, begitu pula agar pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang ditetapkan.15

Dan fungsi kelima dalam manajemen adalah evaluasi atau evaluating.Baik pengawasan maupun evaluasi selalu mengumpulkan data. Untuk dimanfaatkan memperbaiki fungsi perencanaan. Keduanya juga mempunyai orientasi masa depan.16

3. Ruang Lingkup Manajemen Pelayanan Kesehatan

Seperti halnya manajemen perusahaan, dibidang kesehatan juga dikenal berbagai jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber daya yang dikelolanya. Ada bidang yang mengurus personalia (manajemen personalia), keuangan (manajemen keuangan), logistik-obat dan peralatan (manajemen logistik), pelayanan kesehatan (manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen) dan sebagainya.17

14

A. A. Gde Munginjaya,Manajemen Kesehatan,(Jakarta : Buku Kedokteran EGC), cet I, h. 85

15

Diati Julitirsa dan John Suprihanto,Manajemen Suatu Pengantar.(Yogyakarta : BPFE. 1992). Cet. ke-2, h. 101

16

A. A. Gde Munginjaya,Manajemen Kesehatan,(Jakarta : Buku Kedokteran EGC), cet I, h.96

17

(30)

Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara menyeluruh yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan pemerintah daerah, serta perlu adanya pedoman yang dapat menjadi acuan penyelenggaraan kesehatan haji di tanah air, di embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di Arab Saudi. Pedoman dimaksud telah disusun dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1394/Menkes/SK/2002 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji, yang dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, perlu dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian.18

Bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan jamaah haji merupakan rangkaian kegiatan terstruktur dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan kemandirian jemaah haji. Kegiatan bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap atau berkesinambungan sejak dari puskesmas, pemeriksaan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan di unit pelayanan di kabupaten/kota, bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan jemaah haji selama perjalanan dari daerah asal, di asrama haji embarkasi, selama perjalanan Indonesia–Arab Saudi, selama di Arab Saudi, di asrama haji debarkasi dan sampai dengan 14 hari pertama sekembalinya ke tanah air.

18

(31)

Bimbingan dan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara perorangan, maupun berkelompok melalui berbagai kegiatan pertemuan, penyuluhan media massa, dan cara-cara promosi lainnya.19

4. Ciri-Ciri Pelayanan Yang Baik

Pengertian pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan kepuasan kepada jamaah dengan standar yang sudah ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukan oleh sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Banyak perusahaan yang ingin dianggap selalu yang terbaik dimata jamaah. Karena jamaah akan menjadi setia terhadap produk yang ditawarkan. Disamping itu, perusahaan juga berharap pelayanan yang diberikan kepada jamaah dapat ditularkan kepada calon jamaah lainnya. Hal ini merupakan promosi tersendiri bagi perusahaan yang berjalan terus secara berantai dari mulut kemulut. Dengan kata lain, pelayanan yang baik akan meningkatkan image perusahaan dimata jamaahnya. Image ini harus selalu dibangun agar citra perusahaan dapat selalu meningkat.

Dalam prakteknya pelayanan yang baik memiliki cirri-ciri tersendiri dan hamper perusahaan menggunakan criteria yang sama untuk membentuk ciri-ciri pelayanan yang baik. Terdapat beberapa faktor pendukung yang berpengaruh langsung terhadap mutu pelayanan yang diberikan.

19

(32)

Yang mempengaruhi pelayanan yang baik pertama adalah faktor manusia yang memberikan pelayanan tersebut. Manusia (karyawan) yang melayani jamaah harus memiliki kemampuan melayani jamaah secara tepat dan cepat. Disamping itu, karyawan harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, sopan santun, ramah, dan bertanggung jawab penuh terhadap jamaahnya.

Kedua pelayanan yang baik juga harus diikuti oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan, ketepatan, dan keakuratan pekerjaan. Sarana dan prasarana harus dilengkapi oleh kemajuan teknologi terkini. Pada akhirnya, sarana dan prasarana yang dimiliki juga harus dioperasikan oleh manusia yang berkualitas pula. Jadi dapat dikatakan kedua faktor tersebut saling menunjang satu sama lainnya.20

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry sebagaimana dikutip oleh Philip Kottler menyusun faktor utama yang menjadi penentu dalam meningkatkan mutu pelayanan, antara lain:21

a. Akses

Pelayanan harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah dicapai pada saat yang tidak merepotkan dan cepat.

b. Komunikasi

Pelayanan harus diuraikan dengan jelas dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh jamaah.

20

Kasmir,Etika Customer Service, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 14 21

(33)

c. Kompetensi

Pegawai atau karyawan harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan.

d. Kesopanan

Pegawai atau karyawan harus bersikap ramah, penuh hormat dan penuh perhatian.

e. Kredibilitas

Instansi dan pegawai harus bisa di percaya dan memahami keinginan utama yang diharapkan jamaah.

f. Reabilitas

Pelayanan harus dilaksanakan dengan konsisten dan cermat. g. Cepat Tanggap

Pegawai harus memberikan tanggapan dengan cepat dan kreatif atas permintaan dan masalah jamaah.

h. Kepastian

Pelayanan harus bebas dari bahaya, resiko, atau hal-hal yang meragukan.

i. Hal-hal yang berwujud

Hal-hal yang berwujud pada sebuah pelayanan harus dengan tepat memproyeksikan mutu pelayanan yang akan diberikan.

j. Memahami atau Mengenali Masyarakat

(34)

B. Jamaah Haji

1. Pengertian Jamaah Haji

Jamaah adalah kata bahasa Arab yang artinya “kompak” atau “bersama-sama”, ungkapan shalat berjamaah berarti shalat yang

dikerjakan secara bersama-sama dibawah pimpinan seorang imam. Jama’ah juga berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap,

pendirian, keyakinan, dan tugas serta tujuan yang sama. Islam menganjurkan umat Islam menggalang kekompakan dan kebersamaan, yaitu suatu masyarakat yang terdiri dari pribadi-pribadi muslim, yang berpegang pada norma-norma Islam, menegakkan prinsip “ta’awun” (tolong-menolong) dan (kerja sama) untuk tegaknya kekuatan bersama demi tercapainya tujuan yang sama.22

Secara substansial haji merupakan bagian dari ritual keagamaan kaum Muslim yang bersifat personal. Meskipun demikian, sepanjang sejarahnya pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian negara.23

Dalam buku Fiqih Empat Mazhab bagian ibadat (puasa, zakat, haji, kurban), Abdurrahman al-Zaziri menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “Haji”secara bahasa menuju kemuliaan, sedangkan pengertian haji secara istilah adalah amalan-amalan tertentu dan cara tertentu pula.24

22

Prof. Dr. H. Harun Nasution,Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta, Djembatan, 1992), h. 486-487

23

Muhammad M. Basyuni,Reformasi Manajemen Haji, (Jakarta : FDK Press, 2008), hal. 45

24

(35)

Sebagai salah satu rukun Islam, ibadah haji diwajibkan satu kali sepanjang hidup setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat utamanya yaitu memiliki kemampuan ekonomi maupun fisik. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan syarat tersebut adalah keamanan, transportasi, dan akomodasi selama pelaksanaan haji. Seorang muslim yang melakukan ibadah haji akan melaksanakan rangkaian ritual mulai dari memakai ihram, thawaf, wukuf dan sebagainya, berikut larangan-larangan yang berkaitan dengan ibadah.25

Sedangkan pengertian jamaah haji yaitu Warga Negara Indonesia beraganma Islam yang telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.26

2. Klasifikasi Jamaah Haji

Adapun ruang lingkup jamaah haji adalah sebagai berikut :

a. Jamaah haji mandiri adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain.

b. Jamaah haji observasi adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat.

25

Abdul Halim, Ensiklopedi Haji dan Umroh, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 84

26

(36)

c. Jamaah haji pengawasan adalah jamaah haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat dan atau obat dan orang lain.

d. Jamaah haji tunda adalah jamaah haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.

e. Jamaah haji resiko tinggi adalah jamaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi beresiko sakit dan atau mati selama perjalanan ibadah haji, meliputi:

1) Jamaah haji lanjut usia

2) Jamaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak boleh terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peratutan kesehatan yang berlaku.

3) Jamaah haji wanita hamil

4) Jamaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait penyakit kronis dan atau penyakit tertentu lainnya.27

3. Makna Istitha’ah Pada Aspek Kesehatan

Istitha’ah secara etimologi berarti kemampuan dan kesanggupan

melakukan sesuatu. Istitha’ah dalam pengertian kebahasaan berasal dari akar kata tâ’a, yaitu tau’an, berarti taat patuh dan tunduk. Istithâ’ah berarti keadaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan syara’ sesuai dengan kondisinya. Semakin besar kemmapuan seseorang

semakin besar tuntutan untuk mengerjakan suatu perbuatan. Kajian tentang

27

(37)

istithâ’ah dibahas hampir ke semua furu’ (cabang) ibadah, pada masalah

shalat, puasa, kifarat, nikah dan lain-lain. Akan tetapi yang lebih rinci dibicarakan adalah istithâ’ah dalam ibadah haji. Hal itu disebabkan karena

dalam persoalan haji menghimpun dua kemampuan, kemampuan fisik dan materi sekaligus.28

Kata istitha’ah sangat popular digunakan dalam kitab-kitab sumber

hukum Islam seperti Al-Qur’an, hadis, dan fikih. Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan batasan-batasan istithâ’ah. Misalnya pada ayat yang artinya : “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap

Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS. Ali Imran: 97). Para ulama fikih berpendapat ketika berbicara tentang batas-batas dan asapek-aspek kemampuan itu.

Berdasarkan pemahaman di atas, mazhab Hanafi menyatakan bahwa makna istitha’ah terbagi atas tiga macam yaitu (1) istitha’ah

amaliyah (kemampuan biaya), (2) istitha’ah badaniyyah (kemampuan

kesehatan) dan, (3) istitha’ah amniyyah (kemampuan keamanan dalam

perjalanan). Seseorang yang memenuhi ketiga kemampuan ini wajib melaksanakan haji. Kemampuan pertama mencakup kemampuan menyiapkan biaya pergi-pulang untuk dirinya, biaya untuk keluarga yang ditinggalkan dan biaya selama berada ditanah suci. Kemampuan kedua mencakup kemampuan kesehatan badan. Oleh karena itu orang sakit, tertimpa musibah, lumpuh, buta dan berusia lanjut yang tidak mungkin

28

(38)

berjalan sendiri tidak wajib melaksanakan ibadah haji. Kemampuan ketiga mencakup keselamatan dan keamanan selama dalam perjalanan dan menunaikan ibadah haji termasuk dalam kemampuan ketiga ini ialah adanya seorang mahram yang balig, berakal, dan tidak fasik untuk menemani wanita selama melaksanakan haji.

Menurut Mazhab Maliki istitha’ah ialah kemampuan untuk pergi dan sampai di Mekah baik dengan berjalan kaki atau memiliki kendaraan. Kemampuan untuk kembali lagi ke negerinya tidak dipandang sebagai istitha’ah kecuali apabila ia mungkin tinggal di Mekah atau daerah sekitarnya. Golongan ini membagi istitha’ah kepada tiga macam pula,

yaitu (1) kemampuan kesehatan jasmani, (2) kemampuan biaya dan (3) kemampuan tersedianya jalan untuk sampai di Mekah.

(39)

Mazhab Hambali mensyaratkan 2 kemampuan yaitu kemampuan menyiapkan bekal dan (ongkos) kendaraan. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Daru Gufni dari Jabir, Ibnu Umar, Ibnu Amir, Anas bin Malik dan Aisyah yang menyatakan bahwa pernah seorang laki-laki datang kepada Rasullah Saw untuk bertanya tentang sesuatu yang mewajibkan haji itu ialah bekal dan kendaraan.29

Istithâ’ah dalam ibadah haji mempunyai pengertian lebih luas

dibanding istithâ’ah di dalam ibadah-ibadah lain seperti shalat, puasa, dan

lain-lain.

Para ulama menjelaskan makna istithâ’ah mencakup dalam

beberapa hal, antara lain:30

a. Istithâ’ah harta yaitu adanya perbekalan untuk membayar Ongkos Naik Haji (ONH) pergi dan pulang serta biaya hidup, tempat tinggal, makanan dan minuman yang cukup. Orang yang berangkat haji dengan cara meminta-minta dan mengajukan proposal untuk mendapatkan ongkos haji atau meminta jatah dari pemerintah atau dari instansi tertentu. Sebenarnya belum ada kewajiban haji bagi mereka. Namun demikian, bila haji dilaksanakan dengan biaya pemberian orang lain, hajinya tetap sah dan sudah dianggap melaksanakan rukun Islam yang kelima.

29

Ibid, h. 259-260

30

(40)
(41)

c. Kemampuan (istithâ’ah) untuk mendapatkan kendaraan atau alat transportasi sama ada dengan menyewa atau membeli tiketnya merupakan syarat wajib haji. Jika seseorang sudah mendapatkan visa haji akan tetapi tidak ada tiket pesawat reguler atau carter yang membawanya ke haji, maka kewajibannya telah gugur, dan demikian pula bagi seorang wanita yang berangkat tanpa muhrim/mahram, maka belum wajib melaksanakan ibadah haji. Rasul Saw bersabda : Wanita tidak boleh bepergian lebih dari dua hari kecuali ditemani suami atau mahramnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Persoalan mahram ini, Kerajaan Arab Saudi telah memberi kemudahan bagi wanita usia lanjut dan berombongan, tidak disyaratkan mahram untuk mendapatkan visa haji dan umrah.

Akhirnya, istithâ’ah dalam semua ibadah menjadi syarat

terlaksananya semua perintah Allah Swt, semakin tinggi kemampuan, semakin tinggi pula tuntutan syara’ kepadanya. Sebaliknya, berkurang kemampuan, berkurang pula tuntutan Allah kepadanya. Dan Allah Swt tidak membebankan seseorang melainkan sesuai kemampuan. Hikmah dari semua itu agar ibadah terlaksana dengan ikhlas.

Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang mampu (istitho’ah) mengerjakannya

(42)

melaksanakan ibadah haji dapat digolongkan dalam dua pengertian, yaitu:31

Pertama, kemampuan personal yang harus dipenuhi oleh masing-masing kemampuan ekonomi yang cukup baik bagi dirinya maupun keluarga yang ditinggalkan, dan didukung dengan pengetahuan agama khususnya tentang manasik haji.

Kedua, kemampuan umum yang bersifat eksternal yang harus dipenuhi oleh lingkungan-negara dan Pemerintah- mencakup antara lain peraturan perundangan-undangan yang berlaku, keamanan dalam perjalanan, fasilitas, transportasi, dan hubungan antarnegara baik multilateral maupun bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan kerajaan Arab Saudi. Dengan terpenuhinya dua kemampuan tersebut, maka perjalanan untuk menunaikan ibadah haji baru dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Sebagai sebuah kewajiban, ibadah haji merupakan jalan menuju pada pemenuhan nilai keagamaan untuk menjadi seorang muslim yang kaffah. Ali Shariati (1978), memandang semangat (motivasi) haji sebagai berikut: “ Jika ditinjau dari sudut pandang yang praktis dan konseptual,

maka rukun-rukun Islam yang terpenting yang memberikan motivasi kepada nation Muslim dan yang membuat warga-warganya sadar, merdeka

31

(43)

terhormat, serta memiliki tanggung jawab sosial adalah tauhid, jihad dan haji”.32

Kesehatan ditinjau dari sisi agama yaitu kemampuan dalam ibadah haji (istitha’ah) adalah kemampuan material, kemampuan kesehatan, kemampuan keamanan. Haji adalah ibadah fisik hampir 90% kegiatan ibadah haji menggunakan fisik yaitu: sholat, towaf, sa’I, lempar jumroh,

mabit dan perjalanan dari kemah ketempat ibadah, juga dari pondokan ke tempat ibadah. Semua itu memerlukan kondisi fisik yang prima dan sehat.33

Salah satu faktor penting bagi jamaah dalam pelaksanaan rangkaian ibadah haji adalah kondisi kesehatan yang prima bagi jamaah haji yang sehat, dan kondisi kesehatan yang optimal bagi jamaah haji yang memang telah mengidap sesuatu penyakit kronis tertentu, agar kegiatan fisik yang merupakan inti dari ibadah haji itu dapat terlaksana dengan baik dan benar.34

Upaya menjaga kondisi fisik yang optimal ataupun prima sangat dianjurkan mulai dari Tanah air, selama perjalanan, dan selama berada di Tanah Suci. Pada prinsipnya, upaya menjaga kondisi kesehatan untuk persiapan bernagakt haji, tidaklah begitu berbeda dengan upaya kesehatan umum yang selalu dianjurkan menurut ilmu kesehatan. Hanya saja, sebagai tambahan dalam pelaksanaan haji adalah persiapan jamaah dalam

32

Ali Syari’ati,H aji(Bandung: Penerbit Pustaka, 2000), h. 5 33

Drs. H. Ade Marfudin, MM,Peduli Kesehatan Haji 2010, (Jakarta: Lembaga Dakwah Kesehatan UIN SYAHID, 2010), h. 2

34

(44)

menghadapi perubahan alam/cuaca dan lingkungan di negara Arab Saudi yang jauh berbeda dengan keadaan di negara kita Indonesia. Salah satu aspek yang menentukan tingkat kesehatan untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji adalah gizi atau makanan selama persiapan didaerah asal sebelum berangkat.

Konsultasi medik sebelum berangkat sebaiknya dilakukan beberapa bulan sebelumnya, terutama bagi calon jamaah yang mempunyai “simpanan” penyakit ataupun merasa ada keluhan pada tubuh yang selama

ini sehat. Konsultasi medic minimal 4-6 minggu sebelum berangkat. Konsultasi medic disini adalah melakukan pemeriksaan yang lengkap serta menceritakan semua keluhan yang ada kepada dokter yang memeriksa atau yang merawat. Tidak perlu ada penyakit yang disembunyikan atau dirahasiakan kepada dokter pemeriksa.

Dokter pemeriksa calon jamaahn haji (dokter puskesmas) dan kedua (Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten), cenderung untuk memberikan penilaian klinis yang lebih baik dari yang ditemukannya dan para calon jamaah, cenderung untuk mengaku “ sehat “ kepada dokter pemeriksa agar

proses pemeriksaannya berjalan lancar. Kedua hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi dan terulang lagi demi kebaikan dan kenyamanan perjalanan haji.35

35

(45)

4. Pelayanan Kesehatan Jama’ah Haji

Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji. Pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, dan respon KLB, penanggulangan KLB, dan musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji.36

Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah haji pada bidang kesehatan, sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam. Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya peningkatan kondisi kesehatan sebelum keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama menunaikan ibadah sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah haji.37

Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya. Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaaan kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status kesehatan sebagai landasan karakteristik, prediksi dan pennetuan cara

36

Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji, (Departemen Kesehatan RI: 2009), h.5 37

(46)

eliminasi faktor resiko kesehatan. Dengan demikian, prosedur dan jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secara holistic.38

Pemeriksaan kesehatan jamaah haji adalah penilaian status kesehatan bagi jamaah haji yang telah memiliki nomor porsi sebagai upaya penyiapan kesanggupan ber-haji melalui mekanisme baku pada sarana pelayanan kesehatan terstandar yang diselenggarakan secara kontinum (berkesinambungan)dan komprehensif (menyeluruh). Yang dimaksud kontinum dan komprehensif yaitu : bahwa proses dan hasil pemeriksaan selaras dan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan dalam rangka perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan perlindungan jamaah haji.39

Untuk memberikan pelayanan bagi jemaah haji yang mempunyai kategori resiko tinggi yaitu kondisi/penyakit tertentu yang terdapat pada jemaah haji yang dapat memperburuk kesehatannya selama menjalankan ibadah haji maka mulai tahun 1999 dibentuk kloter khusus bagi jemaah haji resiko tinggi. Kloter risti ini adalah kloter jemaah haji biasa yang dipersiapkan bagi jemaah haji resiko tinggi dengan pelayanan khusus di bidang pelayanan umum, ibadah dan kesehatan serta fasilitas lainnya untuk menghindarkan lebih beresiko tinggi dengan mengarah kepada terwujudnya ibadah yang sah, lancar dan selamat.40

38

Ibid. h.7 39

Ibid. h. 8 40

(47)

36

KOTA TANGERANG

Dalam sebuah pemerintahan daerah didalamnya pasti terdapat departemen-departemen yang membantu berjalanya sebuah pemerintahan. Departemen-departemen terdiri dari beberapa sub bidang, yaitu Dinas Sosial, Dinas Agama, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian, Dinas Pariwisata, Dinas Tata Kota, Dinas Kebersihan, dan Dinas Kependudukan. Pada Dinas kesehatan Kota Tangerang periode pertama tahun 1993-2007 dipimpin oleh dr. H. R. Nuriman Machsudin, M.Kes. dan pada periode kedua tahun 2007 hingga sekarang dr. Hj, Lilly Indrawati, M. Kes.

A. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

1. Visi

(48)

adalah otonomi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu sebagai institusi pemerintahan, perumusan visi Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengacu pada pembangunan kesehatan Kota Tangerang dan Pemerintahan Pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1

Seiring dengan upaya untuk mendukung pencapaian visi Kota Tangerang Tahun 2009-2013 sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Tangerang Tahun 2009-2013 dan berpijak pada kedudukan, tugas pokok dan fungsinya serta isu strategis yang dihadapi dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang Menetapkan Visi Tahun 2009-2013 sebagai berikut : “Masyarakat Kota Tangerang Yang Sehat Secara Mandiri”. Latar belakang dan makna visi tersebut adalah bahwa dalam mewujudkan suksesnya pembangunan setidaknya terdapat du komponen yaitu pemerintahan dan masyarakat. Selama ini terdapat kesan bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan kewajiban pemerintahan dan masyarakat adalah objek pembangunan. Hal ini membawa konsekuensi tujuan pembangunan tidak tercapai dengan optimal, karena pemerintahan memiliki berbagai keterbatasan antara lain sumber dana, dan sumber daya manusia, disamping itu berakibat rasa memiliki masyarakat atas hasil-hasil pembangunan juga kurang. Oleh karena itu pelaksanaan pembangunan saat ini menempatkan pemerintahan

1

(49)

sebagai fasilitator pembangunan bukan lagi penguasa dan mendorong partisipasi aktif konstruktif masyarakat. Pemberdayaan masyarakat menjadi fokus karena potensi yang ada pada masyarakat sangat besar. Demikian pula pembangunan kesehatan meletakkan masyarakat pada subjek pembangunan sehingga kemandirian masyarakat untuk hidup sehat merupakan cita-cita yang akan diwujudkan. Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perllaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.2

2. Misi

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintahan, sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan diatas maka perlu ditetapkan misi yang merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Dalam rangka perumusan Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-2013 maka perlu diperhatikan relevansi dan dukungannya terhadap pencapaian misi Kota Tangerang Tahun 2009-2013 sebagaimana tertuang dalam Rencana

2

(50)

Pembanguan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Tangerang Tahun 2009-2013.

Berpijak pada visi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-2013 yang telah ditetapkan dan upaya untuk mendukung pencapaian misi Kota Tangerang Tahun 2009-2013 maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang menetapkan misi Tahun 2009-2013 sebagai berikut:3

a. Mewujudkan tata kelola kelembagaan yang berkualitas dan sumber daya aparatur yang profesional.

b. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas. c. Mewujudkan kesehatan lingkungan yang berkualitas.

Misi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009-2013 tersebut diharapkan memberikan kontribusi aktif dalam rangka mendukung pencapaian Misi Kota Tangerang Tahun 2009-2013 khususnya pada ”Misi Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial”

Dengan kewenangan yang dimilki maka Dinas Kesehatan Kota Tangerang mengemban misi untuk mencapai visi melalui berbagai upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan baik secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat. Untuk itu pembinaan yang berorientasi internal berupa pembinaan operasional dan fasilitas kesehatan menjadi sangat penting. Disamping itu upaya yang

3

(51)

berorientasi eksternal berupa pembinaan dan pemberdayaan partisipasi masyarakat juga sangat penting.4

B. Tujuan dan Sasaran

Sebagai bentuk upaya penjabaran visi dan misi yang telah ditetapkan tujuan dan sasaran pada setiap misi. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yaitu sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan. Sedangkan sasaran merupakan penjabaran dari tujuan, yaitu hasil yang akan dicapai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik, terinci, dapat diukur dan dapat dicapai, serta dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Adapun tujuan Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2009–2013 adalah sebagai berikut :5

a. Meningkatkan kinerja kelembagaan.

b. Meningkatkan ketersediaan, mutu dan pengawasan obat, perbekalan kesehatan dan makanan.

c. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan sarana dan prasarana kesehatan.

d. Meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.

e. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat miskin. f. Meningkatkan manajemen pelayanan kesehatan.

4

Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2009, h. 12-13 5

(52)

g. Meningkatkan kesehatan lingkungan. h. Meningkatkan pengendalian penyakit.

Adapun sasaran Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2009 – 2013 adalah :6

a. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan administrasi perkantoran.

b. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana kerja. c. Meningkatnya kualitas SDM aparatur.

d. Meningkatnya kualitas perencanaan, pengendalian dan evaluasi program, kegiatan dan keuangan SKPD.

e. Meningkatnya kecukupan dan kualitas obat dan perbekalan kesehatan. f. Terkendalinya kualitas obat dan bahan makanan.

g. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan.

h. Meningkatnya pelayanan kesehatan masyarakat. i. Meningkatnya perilaku hidup sehat masyarakat. j. Meningkatnya gizi keluarga dan masyarakat.

k. Meningkatnya pelayanan kesehatan individu dan keluarga. l. Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu.

m. Menigkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

n. Meningkatnya mutumanajemen pelayanan kesehatan.

6

(53)

o. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan. p. Menurunya penyakit menular.

C. Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Berdasarkan visi-misi yang telah ditetapkan maka perlu strategi sebagai suatu landasan tindak lanjut untuk mencapai tujuan dan sasaran serta merespon isu strategis. Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. Berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran, serta strategi yang telah ditetapkan maka dirumuskan kebijakan. Strategi Dinas Kesehatan Kota Tangerang tahun 2009–2013 adalah sebagai berikut :7

1. Pemantapan tata kerja dan pelayanan kelembagaan. 2. Pemantapan kapasitas sarana dan prasarana kerja. 3. Pemantapan disiplin dan kualitas SDM aparatur.

4. Pemantapan kualitas pengelolaan program, kegiatan dan keuangan SKPD. 5. Peningkatan ketersediaandan mutu obat dan perbekalan kesehatan. 6. Peningkatan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya. 7. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

9. Peningkatan perilaku hidup sehat di masyarakat dan institusi. 10. Peningkatan status gizi pada keluarga dan masyarakat.

7

(54)

11. Peningkatan kesehatan individu dan keluarga. 12. Peningkatan kesehatan individu dan keluarga. 13. Peningkatan kesehatan ibu.

14. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat miskin. 15. Pemantapan dan pemeliharaan manajemen pelayanan kesehatan. 16. Pemeliharaan dan pengawasan kesehatan lingkungan.

17. Pemantapan pencegahan dan penanggulangan penyakit.

Adapun kebijakan yang diterapkan Dinas Kesehatan Kota Tangerang adalah sebagai berikut :8

1. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan administrasi perkantoran. 2. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana kerja.

3. Meningkatkan disiplin dan kemampuan teknis SDM aparatur.

4. Meningkatkan perencanaan, pengendalian dan evaluasi program, kegiatan dan keuangan SKPD.

5. Meningkatkan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. 6. Meningkatkan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya. 7. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

8. Meningkatkan pemerataan kualitas pelayanankesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

9. Meningkatnya kerjasama lintas sektoral dan partisipasi masyarakat dala promosi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.

8

(55)

10. Meningkatkan kesadaran gizi keluarga, khususnya pada ibu hamil, bayi, balita dan usia produktif.

11. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada anak balita dan lansia. 12. Meningkatkan pelayanan keselamatan ibu dan anak.

13. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat miskin. 14. Mengelola dan meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesehatan. 15. Meningkatkan pengawasan kualitas air dan lingkungan.

16. Meningkatkan pencegahan dan penanggulangan penyakit.

D. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dan tugas perbantuan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 5 tahun 2008 tentang pembentukan dan susunan organisasi dinas daerah. Dinas Kesehatan Kota Tangerang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah dibidang kesehatan berdasarkan asas otomi dan tugas perbantuan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kesehatan

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :9 1. Perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum kesehatan

9

(56)

3. Melaksanakan teknis administratif meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, sarana prasarana dan administrasi perlengkapan. 4. Perencanaan dan pelaksanaan informasi kesehatan serta penangananan

kesehatan masyarakat.

5. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan.

6. Pembinaan teknis unit kerja dinas dan unit pelaksanan teknis dinas serta tenaga fungsional.

7. Pembinaan kesehatan keluarga dan kesehatan lingkungan serta pencegahan dan pemberantasan penyakit.

8. Pengawasan obat dan makanan.

9. Pemberian ijin pelayanan bidang kesehatan.

10. Pembinaan,pengendalian dan pengawasan bidang kesehatan 11. Eavaluasi dan pelaporan serta penyelenggaraan ketata-usahaan. 12. Pengoroordinasian lintas sektoral

13. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, susunan organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang adalah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

(57)

c) Sub Bagian Perencanaan

3. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, yang membawahkan : a) Seksi Kesehatan Reproduksi Ibu dan Keluarga Berencana b) Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat

c) Seksi Kesehatan Anak, Remaja dan Lanjut Usia 4. Bidang Pelayanan Kesehatan, yang membawahkan :

a) Seksi Pengawasan Obat dan Makanan b) Seksi Sertifikasi dan Sarana Kesehatan c) Seksi Kesehatan Khusus

5. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, yang membawahkan:

a) Seksi Pengendalian Penyakit Menular b) Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi c) Seksi Penyehatan Lingkungan

6. Bidang Pengembangan Sumber Daya, yang membawahkan : a) Seksi Perbekalan Kesehatan

b) Seksi Peran Serta Masyarakat

c) Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 7. UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat.

8. UPTD Gudang Farmasi

9. UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah 10. UPTD Kesehatan Daerah

(58)

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Seksi Penyehatan Lingkungan Seksi Kesehatan Khusus Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat Seksi Peran Serta Masyarakat Kepala Dinas Kelompok Jabatan Fungsional Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Seksi Kes. Anak

Remaja & Lansia

Seksi Sertifikasi & Sarana Kesehatan

Seksi Pengamatan Penyakt dan

Imunisasi Seksi Kes.

Reproduksi Ibu & KB Seksi Pengawasan Obat dan Makanan Seksi Perbekalan Kesehatan Seksi Pengendalian Penyakit Menular Bidang Bina Kes.

Masyarakat Bidang Pelayanan Kesehatan Bidang Pengembangan Sumber Daya Bidang Pengendalian Peny. & Peyehatan Lingkungan Sub. Bag Perencanaan Sub. Bag Keuangan Sub. Bag Umum &

Kepeg.

Sekretariat

UPTD Puskesmas UPTD Gudang Farmasi

(59)

48

JAMAAH HAJI

A. Manajemen Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Kota Tangerang

Dalam pemanfaatan tenaga dan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi dengan melalui serangkaian kegiatan yang merupakan proses manajemen.1 Kegiatan tersebut terbagi kedalam empat fungsi, yaitu Perencanaan, Pengorganisasian, Pergerakkan, dan Pengawasan. Yakni keempat fungsi tersebut berfungsi pada pelayanan kesehatan jamaah haji di Dinas Kesehatan Kota Tangerang yang akan penulis bahas pada bab ini. 1. Menentukan Perencanaan (Planning)

Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan yang bersifat kontinum dan komprehensif dengan melaksanakan proses pemeriksaan kesehatan, pengobatan, pemeliharaan kesehatan terhadap jamaah haji sesuai standar agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji dengan sebaik-baiknya serta dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan kemandirian jamaah haji. Adapun untuk mencapai itu semua penyelenggaraan ibadah haji, sebagaimana diamanahkan dalam undang-undang Nomor 13 tahun 2008, bertujuan memberikan pembinaan,

1

(60)

pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jamaah haji sehingga jamaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama islam, dan untuk maksud tersebut. Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan menyediakan layanan administrasi, bimbingan manasik haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, keamanan dan hal-hal lain yang diperlukan oleh jamaah haji.2

Berkaitan dengan pelayanan kesehatan, Menteri Kesehatan mengeluarkan pedoman atau acuan dalam melakukan pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji, baik pada saat persiapan maupun pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji dan kewaspadaan terhadap penularan penyakit yang terbawa oleh jamaah haji. Yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan sektor terkait pemerintah daerah yaitu pada dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing seperti puskesmas dan rumah sakit rujukan. Kegiatan pelayanan kesehatan jamaah haji pada Dinas Kesehatan ditangani oleh bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) khusus haji yang kegiatannya meliputi bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan. Untuk melakukan itu semua, maka bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) khusus haji mengambil langkah-langkah kegiatan. Adapun fungsi perencanaan yang

2

(61)

diterapkan dalam pelayanan kesehatan jamaah haji Dinas Kesehatan Kota Tangerang melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:3

a. Perkiraan dan perhitungan masa depan

Kemampuan untuk memperkirakan dan memperhitungkan situasi suatu kegiatan beserta sasaran-sasaran yang diperlukan untuk waktu mendatang adalah mutlak diperlukan bagi penyusunan perencanaan suatu kegiatan yang efektif, karena waktu yang akan datang bersifat dinamis dan berubah-ubah dengan memperkirakan dan memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada masa depan dapat memberikan alternatif dan solusi agar rencana kegiatan tetap terlaksana. Akan tetapi, Dinas Kesehatan Kota Tangerang memperkirakan dan memperhitungkan masa depan dalam pelayanan kesehatan jamaah haji yang melipu

Gambar

Tabel Jadwal Kegiatan :

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melalukan penelitian, dapat diketahui bahwa pelayanan jamaah haji pada Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan mulai dari pendaftaran, manasik haji,

Melalui penelitian yang dilakukan, dengan ini dapat diketahui bahwa manajemen pelayanan pemondokan asrama haji Jakarta pondok Gede belum mengalami kendala-kendala

Melalui penelitian yang dilakukan dengan ini dapat diketahui bahwa manajemen pelayanan Jamaah Haji pada Asrama Embarkasi DKI Jakarta belum mengalami kendala-kendala yang

Apakah kualitas pelayanan ibadah haji yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kota Ternate tahun 2015-2016 sudah memenuhi kepuasan jamaah haji2. Kementrian Agama RI, “Peningkatan

Ditinjau dari dimensi empati/empathy jamaah haji Kota Pangkalpinang tahun 2011/1432 H dalam menunaikan kewajibannya belum mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan pemerintah...

Seiring berjalanya waktu dengan semakin bertambahnya calon jamaah haji yang mengikuti bimbingan manasik haji maka YASMA mengikuti saran dari Kantor Departemen

1. Dinas Kesehatan Kabupaten kendal telah melakukan perencanaan jauh – jauh hari sebelum melaksanakan pelayanan kepada calon jamaah haji. pengorganisasian yang

Menurut kelompok usia, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi diketahui bahwa sebagian besar jamaah calon haji Kabupaten Banyuwangi tahun