• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pelayanan pemondokan asarma haji Jakrta Pondok Cabe pada musim Haji tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen pelayanan pemondokan asarma haji Jakrta Pondok Cabe pada musim Haji tahun 2010"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PELAYANAN

PEMONDOKAN ASRAMA HAJI JAKARTA PONDOK GEDE

PADA MUSIM HAJI TAHUN 2010

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh:

ROHAYATI KHOSIDAH NIM : 107053000582

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2011

(5)

i ABSTRAK

Rohayati Khosidah (107053000582)

“Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede Dalam Memberikan Kepuasan Terhadap Jamaah Haji”

Dibawah Bimbingan Umi Musyarrofah, MA.

Manajemen pelayanan pemondokan asrama haji adalah bagaimana Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menelola dan mengatur pemberian pelayanan yang akan diberikan kepada calon/jamaah haji yang begitu banyak, agar tidak terjadi hal-hal yang akan mengganggu perjalanan ibadah haji. Dan agar calon/jamaah haji yang akan berangkat merasa puas dengan kondisi fisik yang kuat (sehat) dan penyelesaian dokumen-dokumen perjalanan telah selesai.

Diantara pelayanan yang diberikan selama berada di asrama haji yaitu pelayanan satu atap (One stop Service), dimana pada pelayanan ini calon/jamaah haji menerima semua perlengkapan dokumen perjalanan, pelayanan pengasramaan, pelayanan makan/katering, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan, pelayanan manasik haji, pelayanan keamanan dan pelayanan keimigrasian.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelayanan pemondokan Asrama haji Pondok Gede Jakarta dalam memberikan kepuasan terhadap jamaah haji serta mengetahui bagaimanakah langkah-langkah pelayanan pemondokan Asrama Haji Pondok Gede Jakarta dalam memberikan kepuasan terhadap jamaah haji.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Dalam hal ini peneliti mengamati langsung subyek yang diteliti dengan melakukan wawancara oleh pihak pengurus Badan Pengelola Asrama Haji (BPAH) Embarkasi Jakarta Pondok Gede dan bersumber pula pada buku-buku yang dapat menunjang kelengkapan data.

(6)

ii

KATA PENGANTAR





Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Peneliti menyadari

sepenuhnya, skripsi ini bukan semata-mata hasil kerja keras peneliti sendiri, tetapi

dukungan dari berbagai pihak, khususnya para pembimbing yang telah

mendorong para peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu peneliti

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan

setulus hati kepada berbagai pihak, khususnya:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku pembantu Dekan I, Bapak Drs.

Mahmud Djalal, MA. Selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Drs. Study

Rijal LK, MA selaku Pembantu Dekan III.

3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen

Dakwah yang selalu memberikan dukungan untuk penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Mulkanasir, Ba, S.P, MM., selaku Sekretaris Jurusan

Manajemen Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

untuk penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Hj. Umi Musyarrofah, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

dengan besar hati dan sabar, meluangkan waktunya untuk memberikan

saran, konsultasi, dan bimbingan terhadap skripsi ini hingga akhirnya bisa

sampai ke meja munaqasah.

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen

(7)

iii

kepada peneliti. Semua amal kebaikan bapak dan ibu dibalas dengan

pahala yang tidak terhingga.

7. Bapak Drs. H. Sutami, M.Pd.I, selaku Ketua BPAH Embarkasi Jakarta

Pondok Gede yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

melakukan penelitian.

8. Bapak H. Dimyati, RF, BA selaku wakil ketua II yang telah memberikan

kesempatan, arahan dan informasi mengenai pelayanan yang diberikan

selama berada di asrama haji, dan izin penelitian di asrama haji Jakarta

Pondok Gede.

9. Bapak Louisna Pujiantoro (Aan) selaku sekretariat BPAH yang selalu

memberikan arahan, semangat, dan motivasi kepada penulis, serta pegawai

lainnya di asrama haji Jakarta Pondok Gede.

10.Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpusatakaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi peneliti untuk

mengadakan studi kepustakaan.

11.Tim Penguji Sidang Munaqasyah yang telah banyak memberikan saran

dan kritik dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini menjadi lebih

baik.

12.Keluarga yang selalu mendukung baik secara moral maupun materil.

Terutama dari doa Umi Aliyah E. Rusmianti dan Ayah Muhammad Roib

serta Kakakku (A. Jalil Al-zuhdi) dan Adik-adik (M. Rozi Al-Faruq, A.

Aziz Al-Muslim dan si kecil M. Alif Fuddin) yang selalu memberikan

semangat penulis dalam penyelesaian skripsi ini..

13.Sahabat Manajemen Dakwah angkatan 2007 khususnya Iin Irnawati yang

tiada henti memberikan bantuan, dukungan, motivasi, semangat, untuk

(8)

iv

Nuraeni, Atik Nurdiana, Eem Huzaimah, Lilis Mukhlisoh dan Fauziah

sebagai sahabat Genk 7 (Genk Seven). Tidak lupa juga buat Juniardi

Kautsar serta terkhusus lagi untuk MD A dan MD B dan Teman-teman ku

di kosan yang telah membantu tanpa lelah dan penuh kesabaran, dan

semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tanpa dukungan mereka semua skripsi ini tidak akan terwujud. Semoga

dukungan dan doa dari semuanya akan dibalas oleh Allah SWT.

Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca dalam memperkaya khasanah ilmu dibidang Manajemen Dakwah.

Peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, Juni 2011

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka... 13

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II : LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN A. Manajemen ... 17

B. Pelayanan ... 24

C. Asrama Haji ... 30

E. Jama’ah Haji ... 36

(10)

vi

B. Visi, Misi dan Motto Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pondok

Gede ... 40

C. Landasan, Tujuan dan Manfaat Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pondok Gede ... 40

D. Tugas Pokok dan fungsi BPAH ... 43

E. Struktur Organisasi Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede-Jakarta ... 43

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN A. Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede terhadap Calon/Jama’ah Haji... 50

B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Memberikan Pelayanan Kepada Calon/Jamaah Haji ... 80

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran-saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(11)

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1. Data Jumlah Asrama Haji Embarkasi ... 41

2. Tabel 4.1 Rujukan Jamaah Haji Embarkasi Jakarta Pondok Gede Tahun

2010... 65

3. Tabel 4.2 Jadwal Pelatihan dan pembinaan Manasik Haji Embarkasi

Jakarta Pondok Gede...

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 82

2. Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Asrama Haji Jakarta Pondok

Gede ... 89

3. Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dan Wawancara dari Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta... 90

4. Lampiran 4. Surat Bimbingan Skripsi dari Fakultas Ilmu dakwah dan

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu ibadah yang wajib di laksanakan oleh setiap muslim yang

mampu, baik mampu secara fisik maupun finansial adalah ibadah haji. Setiap

tahun jutaan orang dari berbagai penjuru dunia berbondong-bondong menuju

ke Mekah dan Madinah untuk menunaikan ibadah haji tersebut. Panggilan

ibadah ini terus bergaung dan melintasi bukan hanya batas-batas negara,

politik, sosial, ekonomi dan budaya, melainkan juga melintasi batas waktu dan

zaman. Gema panggilan tersebut menggerakkan mereka yang terpanggil untuk

berupaya untuk menunaikan ibadah haji sekalipun harus menghadapi berbagai

hambatan dan kesulitan. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 97















Artinya : yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.1

Tidak berlebihan jika dengan menunaikan ibadah haji, seorang muslim

merasa telah menyempurnakan agamanya. Dalam konteks masyarakat muslim

Indonesia, gelar haji secara sosiologis juga merupakan status sosial. Para

penyandangnya tidak hanya dipandang memiliki kemampuan ekonomi, tidak

1

(15)

2

jarang bahkan dipandang sebagai ‘alim, yaitu seseorang yang memiliki kemam puan dalam bidang ilmu keagamaan.2

Secara substansial haji merupakan bagian ritual keagamaan kaum

muslimin yang bersifat personal. Meskipun demikian, sepanjang sejarahnya

pelaksanaan ibadah haji selalu mendapatkan perhatian negara. Besarnya

perhatian negara itu terutama karena haji itu sangat kompleks, tidak hanya

berkaitan dengan karakteristik jamaah yang beragam, tetapi juga melibatkan

hubungan bilateral dua negara, yaitu Indonesia dan Arab Saudi. Di samping

itu, banyak komponen yang menuntut keterlibatan berbagai pihak dalam

rangkaian proses ibadah haji.3

Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh dapat di laksanakan oleh

pemerintah dan swasta. Berbeda dengan haji regular yang di urusi pemerintah,

segala sesuatu kebutuhan haji khusus diurusi oleh pemerintah dan ada

beberapa diurusi oleh biro perjalanan yang dimiliki oleh pihak swasta.

Umumnya biaya yang harus di bayar oleh jamaah haji lebih tinggi dari pada

haji regular yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Pemerintah Indonesia telah lama mengatur perjalanan haji Indonesia

melalui perjalanan haji regular dan khusus (dulu bernama ONH plus).

Pengaturan ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah jamaah haji

Indonesia (JHI) dari tahun ke tahun. Di samping itu, karena adanya kebijakan

2

Muhammad M. Basyuni “Reformasi Manajemen Haji” (Jakarta : FDK Press, 2008),.h.2

3

(16)

3

pemerintah Arab Saudi berkaitan dengan penerbangan, penempatan jamaah di

Madinah, Mekah, Arafah, dan Mina.4

Didalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh dijelaskan tentang

kewajiban pemerintah terhadap jamaah haji, yakni pemerintah berkewajiban

melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan menyediakan

layanan administrasi, bimbingan manasik haji, akomodasi, transportasi,

pelayanan kesehatan, keamanan dan hal-hal yang diperlukan oleh jamaah

haji.5

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional yang dilakukan

oleh pemerintah dengan tujuan memberikan pembinaan, pelayanan dan

perlindungan agar pelaksanaan ibadah haji berjalan aman, tertib, lancar,

nyaman dan sesuai dengan tuntutan agama sehingga jamaah haji dapat

melaksanakan ibadah hajinya secara mandiri dan memperoleh haji mabrur.6

Salah satu faktor yang mendukung untuk memperoleh haji yang mabrur

adalah dengan adanya persiapan-persiapan yang maksimal, seperti persiapan

ilmu manasiknya, kesehatan dan lain sebagainya.

Disinilah peran pemerintah dalam membantu para jamaah haji untuk

mempersiapkan segala kebutuhan salama melaksanakan ibadah haji, dengan

didirikannya pemondokan asrama bagi para jamaah haji sebelum

4

M. Julius St “Panduan Lengkap Dan Praktis Haji Tamattu”, cetakan pertama, (Malang : Bayumedia Publishing, 2007), h..9

5

Sumber paper, Undang-undang Republik Indonesia no. 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan iibadah haji (Jakarta : Biro hukum dan kerjasama Luar Negeri secretariat Jenderal Departemen agama RI, 2008),.h.10

6

(17)

4

diberangkatkan ke tanah suci, untuk beristirahat dam mempersiapkan segala

keperluan untuk melaksanakan ibadah haji.

Pemondokan haji merupakan salah satu aspek penting dalam

penyelenggaraan ibadah haji. Pemondokan atau akomodasi haji dibagi

kedalam dua bagian. Pertama, penyediaan tempat penginapan atau pengasramaan sebagai penampungan sementara pada waktu jamaah haji

berada ditempat embarkasi dan di debarkasi. Kedua, pemondokan selama berada di Arab Saudi.

Perjalanan ibadah haji bukanlah perjalanan yang sebentar, melainkan

perjalanan yang cukup jauh, oleh karena itu harus ada persiapan-persiapan

yang maksimal, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan tujuan

menunaikan ibadah haji dapat terlaksana untuk menjadi haji yang mabrur.

Akomodasi bagi jamaah haji merupakan kebutuhan dasar setelah

konsumsi dan sandang yang banyak memakan biaya dalam komponen BPIH

menempati urutan kedua setelah biaya angkutan udara. Sebelum

pemberangkatan ke Arab Saudi, jamaah haji di asramakan di masing-masing

asrama haji embarkasi maksimal selama 24 jam sebelum penerbangan ke Arab

Saudi. Fungsi asrama haji selain sebagai tempat pemulihan kesehatan dan

peristirahatan setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan

dari daerah asal masing-masing jamaah, juga sebagai tempat penyelesaian

proses penerbangan untuk perjalanan ke tanah suci.

Asrama Haji terdiri dari dua kelas, yaitu asrama haji embarkasi dan

(18)

5

pemondokan sekaligus pelayanan operasional pemberangkatan dan

pemulangan haji, sejak dari kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke

pelabuhan embarkasi dan sebaliknya penerimaan dari waktu kedatangan dan

kesiapan kembali ketempat asal jamaah. Kebijakan pengasramaan di

embarkasi ini disamping dimaksudkan untuk proses reservation termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk pemulihan kebugaran jamaah dan pemberian bimbingan praktis manasik.

Penyelenggaraan ibadah haji bukanlah pekerjaan yang sederhana,

khususnya dalam hal pelayanan terhadap jamaah, mengingat jumlah jamaah

haji yang harus dikelola merupakan yang terbanyak didunia.7 Begitu juga

pelayanan kepada jamaah haji yang diberikan di asrama haji (embarkasi),

mengingat tempat itu adalah merupakan tempat peristirahatan dan persiapan

terakhir sebelum pemberangkatan ke Tanah suci, dengan menggunakan kapal

terbang selama delapan jam, dimana para jamaah haji diberikan pelayanan

sebelum pemberangkatan ke Tanah Suci, sehingga para jamaah haji dapat

beristirahat dan mendapatkan pelayanan lainnya, seperti pemeriksaan

kesehatan dan bimbingan manasik haji, yang sebelumnya sudah di berikan di

kota masing-masing.

Sebelum jamaah haji berangkat ke Tanah Suci, jamaah haji

ditempatkan di asrama embarkasi, tentunya setelah ada pelepasaan dari kantor

kementrian Agama masing-masing wilayah dengan disyaratkan membawa

SPMA (Surat Panggilan Masuk Asrama). Asrama embarkasi adalah pelayanan

7

(19)

6

satu atap, dimana semua perlengkapan jamaah haji dibagikan. Seperti buku

kesehatan, paspor, gelang identitas, kartu jatah makan jamaah haji dan uang

living cost.

Pelayanan kepada jamaah haji dilakukan oleh petugas yang ditunjuk

oleh pemerintah pusat, yang terdiri dari: Pertama, petugas yang tidak menyertai jamaah haji meliputi petugas di tanah air, yaitu petugas yang masuk

dalam stuktur PPHI dan direkrut dari pegawai negeri sipil dilingkungan

Departemen Agama, unit lain yang terkait dan tenaga musiman di Arab Saudi

yang berasal dari unsur Staf Teknis Urusan Haji Jeddah dan tenaga musiman,

yakni mahasiswa Indonesia di Timur Tengah, dan petugas non-kloter yang

direkrut dari unsur pegawai negeri sipil dilingkungan Departemen Agama,

instansi lain, ormas dan unsur masyarakat. Petugas non-kloter ini ditempatkan

pada titik-titik pelayanan jamaah di Arab Saudi, yaitu sector pelayanan umum,

pelayanan kesehatan dan pelayanan ibadah, sesuai dengan bidang tugas

masing-masing.

Dalam rangka pengelolaan Asrama Haji, Departemen Agama

membentuk Badan Pengelola Asrama Haji dilingkungan Departemen Agama

yang disingkat BPAH. BPAH dibentuk dalam rangka mengamankan,

memelihara, dan menjaga aset pemerintah, sehingga dapat berdaya guna

secara efektif terutama untuk kepentingan misi pelayanan Haji dan mengatur

pemanfaatan diluar musim Haji secara swakelola dan swadana.

Selanjutnya adalah bagaimana pelayanan pemondokan di asrama haji

embarkasi ini menjadi tempat yang semaksimal mungkin dalam memberikan

(20)

7

terlantar atau tidak mendapatkan pelayanan untuk persiapan pemberangkatan

ke tanah suci jika tidak adanya sistem manajemen yang baik.

Diharapkan dengan penerapan sistem manajemen yang baik dalam

melaksanakan pelayanan terhadap jamaah haji sebelum pemberangkatan ke

Tanah Suci dapat terlaksana dengan efektif dan efisien sesuai dengan harapan

dan dalam memberikan kepuasan terhadap jamaah haji.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis

dengan amat tertarik untuk meneliti mengenai pelayanan yang di berikan

kepada jamaah haji di Pemondokan Asrama Embarkasi, dan kemudian penulis

jadikan bahan sekaligus objek skripsi dengan judul “Pelayanan Pemondokan

Asrama Haji Jakarta Pondok Gede pada Musim Haji Tahun 2010”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam hal ini penulis memberikan batasan dan perumusan masalah

sebagai berikut:

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini diambil agar penelitian

yang penulis lakukan lebih terarah dan terperinci, penulis akan membatasi

permasalahan yang akan dibahas yakni pada manajemen pelayanan

pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede pada musim haji tahun

2010. Penelitian memfokuskan tentang sejauh mana pelayanan tersebut di

(21)

8

2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang akan dibahas diatas, penulisan

merumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah Manajemen Pelayanan pemondokan Asrama Haji

Jakarta Pondok Gede terhadap jamaah haji?

b. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan

pelayanan kepada jamaah haji?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, ada tiga besar yang

menjadi tujuan penulis, adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui bagaimana manajemen pemondokan Asrama haji Jakarta

Pondok Gede dalam memberikan pelayanan terhadap jamaah haji.

b. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat dalam

Memberikan Pelayanan kepada calon/jamaah haji.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki nilai manfaat secara teoritis dan praktis

diantaranya:

a. Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam memperoleh

informasi tentang pelayanan-pelayanan yang diberikan kepada para

(22)

9

b. Praktis

1) Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pondok Gede

Sebagai sumber evaluasi pemondokan asrama haji Jakarta

Pondok Gede untuk bisa menjadi lebih baik dan lebih meningkatan

pelayanan. Dan sebagai referensi untuk menjalankan manajemen

yang lebih efektif dan efisien. Agar tidak terjadi penyimpangan

dalam proses memberikan pelayanan kepada para jamaah haji.

2) Jamaah

Sebagai salah satu sumber informasi bagi jamaah haji

mengenai pelayanan yag di dapat selama berada di pemondokan

asrama haji Jakarta Pondok Gede.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif Menurut

Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Loxy Moleong adalah sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek dalam penelitian ini adalah Badan Pengelola Asrama Haji

Jakarta Pondok Gede.

8

(23)

10

b. Objek Penelitian Ini adalah Manajemen pelayanan Pada pemondokan

asrama haji Jakarta pondok Gede.

3. Pemilihan Informan

Pemilihan informan berdasarkan populasi penelitian ini

menjadikan Wakil Ketua I dan Wakil Ketua II sebagai informan.

Penelitian ini penetapan subjek penelitiannya menggunakan sampel teoritis

adalah sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau

konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan

penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili

(bersifat representatif terhadap fenomena yang dipelajari).9

Sampel ini digunakan karena keterbatasan waktu dan dana. Peneliti

tidak mungkin dapat melakukan penelitian pada berbagai kelompok yang

berbeda.

Pemilihan orang yang tepat dengan berbagai argumentasi

konseptualnya menjadi penting untuk memperoleh data yang paling akurat

sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, peneliti juga harus

menentukan secara hati-hati waktu dan kondisi yang tepat untuk

mewawancarai atau mengamati responden. Oleh karena itu, peneliti

memilih informan yang menjamin diperolehnya data penting sesuai topik

yang diteliti yaitu sebanyak dua orang di Asrama Haji Jakarta Pondok

Gede.

9

(24)

11

4. Sumber Data

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber

respondennya, dalam hal ini data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan informan dari pihak Asrama Haji Jakarta Pondok Gede.

b. Data Sekunder

Adalah data tidak langsung, yaitu informan lain yang

mengetahui tentang seluk beluk asrama haji Jakarta Pondok Gede,

catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang berkaitan, brosur, dan

diktat asrama haji. Serta sumber lainnya yang berkaitan dengan

penulisan skripsi ini.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung kelapangan dengan mendatangi narasumber yakni pada

Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok Gede, hal ini guna

mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian

berkaitan dengan Manajemen Pelayanan Asrama Haji dalam

memberikan kepuasan terhadap jamaah Haji. Dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini penulis telah melakukan observasi sebanyak 12

(25)

12

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti

dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab

dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden

merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.10

Untuk mendapatkan data-data yang valid dan sah, penulis

melakukan wawancara langsung kepada Bapak H. Dimyati, RF, BA,

Bapak Drs. H. Achmad Chunaini Shaleh dan Bapak Louisna

Pudjiantoro.

6. Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang

lain.11 Teknik pengelolaan data yang peneliti gunakan dalam mengolah

data penelitian ini adalah dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi,

dan bahan pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni

peneliti mencoba memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh

10

W. Gulo, Metodelogi Penelitian (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 116.

11

(26)

13

kemudian menganalisa data dengan berpedoman dengan sumber-sumber

tertulis.

7. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

mengguankan “Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Desertasi)”, karagan Hamid Nasution dkk, CeQDA UIN Syarif

Hidayatullah, 2007.12

8. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Asrama Haji Pondok Gede, yang

beralamatkan di Jalan Raya Pondok Gede Jakarta Timur Tlp. (021)

8009421, 8092374.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2011

sampai dengan 19 Mei 2011.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjuan yang sudah dilakukan beberapa sumber

kepustakaan, penulis menemukan skripsi yang dijadikan tinjauan pustaka

sebagai bahan perbandingan dan untuk menghindari adanya penjiplakan dalam

pembuatan skripsi yang akan saya susun. Adapun tinjauan pustaka dalam

penelitian ini diantaranya:

12

(27)

14

1. Skripsi yang berjudul “Analisis Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi

(PEST) pada Pengelolaan Asrama Haji Embarkasi Jakarta Bekasi”, yang

disusun oleh Nur Syamsiah, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu

dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sangat berbeda dengan permasalahan yang

ingin penulis angkat dalam penulisan skripsi ini, yaitu penulis

memfokuskan hanya kepada pelayanana-pelayanan yang diberikan oleh

Asrama Haji dalam memberikan kepuasan kepada Jamaah Haji sebelum di

berangkatkan ke Tanah Suci.

2. Skripsi karya Dzul Kifli/105053001783, Program Studi Manajemen

Dakwah, mengangkat tentang “Manajemen Pelayanan Jamaah Haji dan

Umroh PT. Patuna Tour dan Travel”. Penelitian ini hampir sama dengan

penelitian yang penulis lakukan, karena sama-sama membahas tentang

manajemen pelayanan, hanya yang menbedakan dengan penelitian yang

penulis lakukan adalah bagaima manajemen pelayanan ini dilaksanakan

dengan baik oleh BPAH untuk memberikan kepuasan terhadap jamaah

haji.

3. “Analisis Tingkat Harapan dan Kepuasan Jamaah Haji terhadap Pelayanan

PT. Hikmah Perdana Tour Jakarta” yang di susun oleh Diniati, Program

Studi Manajemen Dakwah. Jelas berbeda dengan penelitiann yang dibahas

oleh penulis, karena penelitian yang dibahas oleh Diniati memfokuskan

bagaimana tingkat harapan dan kepuasan, sedangkan penulis

memfokuskan tentang Manajemen Pelayanan untuk memberikan kepuasan

(28)

15

F. Sistematika Penulisan

Sebagai suatu pembahasan ilmiah maka sifat sistematis merupakan

syarat mutlak. Hal ini di maksudkan untuk mengetahui urutan konsistensi dan

koherensi jalur pemikiran sehingga daya analisa, kemampuan syntesa dan

potensi nalar dari pemikiran tersebut mudah mencapai sasaran yang dituju.

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-masing memiliki

sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut :

BAB I, Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian yang digunakan, tinjauan pustaka, serta sistematika

penulisan.

BAB II, Tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian tentang

Manajemen, pelayanan dan ciri-ciri pelayanan yang baik. Kemudian

pengertian asrama haji, kepuasan dan jamaah haji.

BAB III, Gambaran umum pemondokan asrama haji Jakarta Pondok

Gede yang memuat tentang : gambaran umum tentang pemondokan Asrama

haji Jakarta Pondok Gede, bagaimana latar belakang sejaranhya, stuktur

organisasinya, tujuan dan manfaat visi dan misi dan klasifikasi asrama haji.

BAB IV, Hasil penelitian dan pembahasan penulis menjelaskan

tentang pembahasan inti : yaitu tentang bagaimanakah manajemen pelayanan

(29)

16

calon/jamaah haji, dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam memberikan pelayanan terhadap calon/jamaah haji.

BAB V, Penutup memuat tentang : kesimpulan dan saran sebagai

sumbangan penulis untuk melengkapi kekurangan yang ada di sertai dengan

(30)

17 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Manajemen sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan

pokok, baik oleh sekumpulan individu, kelompok, maupun organisasi

untuk mencapai tujuannya. Pengetahuan manajemen telah mengajarkan

banyak hal tentang bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai secara efisien

dan efektif.

Ada beberapa definisi manajemen, diantaranya dalam kamus

manajemen, arti dari istilah manajemen adalah: pengurusan,

kepemimpinan, ketatalaksanaan, pengelolaan dan sebagainya.1 Demikian

pula halnya dalam mendefinisikan istilah manajemen secara etimologi

mempunyai arti pimpinan, direksi dalam mengurus dan memerintah,

memimpin atau dapat juga diartikan sebagai pengurusan.2

Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun

untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan

benar. Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian manajemen,

walaupun pada dasarnya mempunyai makna yang kurang lebih sama.

Diantaranya yaitu3:

1

Moekijat, Kamus Manajemen, (Bandung : CV: Mandar Maju, 1990), Cet. 4, h. 290

2

Abdul Sanie, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara 1992), Cet. 4, h. 1

3

(31)

18

Mary Parker Follet menyatakan bahwa manajemen adalah the art of gettings done through people, yaitu sebagai suatu seni untuk mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui orang lain. Hal ini meminta

perhatian pada kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi

dengan mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan,

tanpa melakukan pekerjaan sendiri.

T. Hani Handoko mengutip pendapat Stoner tentang manajemen,

manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan

mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber

daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang

dinyatakan dengan jelas.4

Menurut Joseph L. Massie dalam bukunya Dasar-dasar

Manajemen, mengungkapkan definisi manajemen ialah sebagai proses

yang mengarahkan langkah-langkah kelompok menuju tujuan yang sama.

Proses ini melibatkan teknik-teknik yang digunakan oleh sekelompok

orang-orang terkemuka untuk mengkoordinasikan aktifitas orang lain.5

Manajemen sebagai suatu kolektivitas, adalak kolektivitas

orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi, dengan kata lain

segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu

lembaga atau organisasi tertentu. Menurut Prof Drs. Zaini Muchtarom,

“manajemen adalah aktivitas untuk mengatur kegunaan sumberdaya bagi

tercapainya tujuan organisasi secara efektif”.6

4

T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM) Edisi kedua, h. 8

5

Joseph L. Massie, Dasar-dasar manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1983) Cet. 3, h.5

6

(32)

19

Jadi penulis berpendapat bahwa manajemen adalah proses

menggerakkan sumber daya manusia yang berada di suatu organisasi

melalui kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan baik dari perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan dan tindakan pengawasan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan kata lain dengan

manajemen keberhasilan suatu organisasi sangat memungkinkan akan

dapat dicapai.

2. Fungsi-fungsi Manajemen

Fungsi – fungsi Manajemen adalah sebagai berikut menurut Henry

Fayol ada:7

a. Planning

Menunjukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa

yang akan datang dan apa yang harus di perbuat agar dapat mencapai

tujuan-tujuan itu.

b. Organizing

Mengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan

memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

c. Staffing

Menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,

penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.

d. Motivating

Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah

tujuan-tujuan.

7

(33)

20

e. Controlling

Mengukur Pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan

sebab-sebab penyimpangan- penyimpangan dan mengambil tindakan –

tindakan korektif dimana perlu.

Adapun Fungsi-fungsi manajemen menurut T. Hani Handoko adalah

sebagai Berikut:

a. Planning (perencanaan)

Adalah penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur,

metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan

b. Organizing (penggorganisasian)

Adalah penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Staffing ( Penyusunan Personalia)

Adalah penarikan, pelatihan, pengembangan, serta penempatan dan

pembagian orientasi para karyawan dalam lingkungan kerja yang

menguntungkan dan produktif.

d. Pengarahan

Adalah membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa

(34)

21

e. Controlling (pengawasan)

Adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin

bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah

ditetapkan.8

Sedangkan menurut Joseph L. Massie. Ada 7 fungsi-fungsi

manajemen diantaranya adalah:

a. Pengambilan keputusan (Decision Making) ialah proses pemilihan arah langkah yang harus diambil dan alternative-alternatif yang ada untuk

mencapai hasil yang diinginkan.

b. Pengorganisasian (Organizing) proses penentuan struktur dan alokasi kerja.

c. Pengisian staf (Staffing) proses yang dilakukan para manajer untuk menseleksi, melatih, mempromosikan, dan membebas tugaskan

bawahan.

d. Perencanaan (Planning) proses antisipasi seorang manajer akan masa depan dan menemukan alternative-alternatif arah langkah yang terbuka

untuknya.

e. Pengawasan (Controlling) proses mengukur pelaksanaan yang berlaku sekarang dan memberikan panduan kearah sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya.

f. Komunikasi (Comunicating) ialah proses pengalihan ide-ide kepada orang lain untuk keperluan mencapai hasil uang diinginkan.

8

(35)

22

g. Pengarahan (Directing) proses bimbingan pelaksanaan actual para bawahan menuju kesasaran bersama. Pengawasan (supervising)

merupakan satu aspek fungsi ini pada tingkat bawah yang

memungkinkan pengawasan pekerjaan fisiknya.9

Proses kegiatan manajemen dalam sebuah organisasi yang mencakup

fungsi-fungsi tersebut diatas, diharapkan dapat membawa organisasi

tersebut ke arah pencapaian sasaran (target) yng telah ditentukan dan

tujuan yang telah ditetapkan.

3. Unsur-unsur Manajemen

Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus

tersedia dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Sanie

membagi unsur alat manajemen (tool of manajemen) kedalam enam bagian di antaranya :

a. Man, yakni tenaga kerja manusia, sumber daya manusia (SDM) yang ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh pada

lancer atau tidaknya manajemen lembaga dalam melaksanakan tujuan

yang dilaksanakan.

b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah setempat atau dari

donator yang secara sukarela memberikan sumbangan demi kemajuan

sebuah proses dakwah. Disamping itu, dana juga dapat diperoleh dari

lembaga usaha yang dikembangkan.

9

(36)

23

c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan. Dalam penentuan metode ini harus direncanakan secara matang sehingga tidak

terjadi kevakuman di tengah jalan.

d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai tujuan atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses pencapaian

tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.

e. Machines, yakni alat-alat yang diperlukan, dalam hal ini alat-alat yang digunakan bertujuan untuk memaksimalkan bahan-bahan yang

tersedia.

f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi dalam hal ini, misi lembaga dapat diterima oleh masyarakat yang pada gilirannya

mereka dapat menerima produk yang telah diciptakan.10

Faktor manusia dalam manajemen merupakan unsur terpenting

sehingga berhasil atau gagalnya suatu manajemen tergantung pada

kemampuan manajer untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang

kearah tujuan yang akan dicapai. Karena begitu pentingnya unsur manusia

dalam manajemen, melebihi unsur lainnya, maka boleh dikatakan bahwa

manajemen itu merupakan proses sosial yang mengatasi segala-galanya.11

Dalam hal unsur-unsur manajemen yang di ungkapkan oleh Abdul

Sanie di atas, menurut penulis betapapun unsur-unsur tersebut akan selalu

terbatas. Oleh karena itu seorang manajer harus menggunakannya secara

10

Abdul Sani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 1987) , h. 28.

11

(37)

24

efisien, terutama terhadap unsur dana dan sumber daya alam yang tak

dapat diperbaharui.

B. Pelayanan

1. Pengertian Pelayanan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pelayanan diartikan sebagai

kemudahan yang diberikan sehubungan jual beli barang atau jasa.12

Pelayanan diartikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau

organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau nasabah.13

Tentang pengertian pelayanan para ahli mengemukakan

pendapatnya yang berbeda-beda satu sama lain. Diantaranya para ahli

yang mengemukakan pendapat pelayanan yaitu sebagai berikut :

a. Menurut AS. Moenir, “Pelayanan sebagai proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung diterima. Dengan

kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan tindakan yang

dilakukan orang lain agar masing-masing memperoleh keuntungan

yang diharapkan dan mendapat kepuasan.14

b. Menurut Philip Kottler, “pelayanan dapat diartikan sebagai suatu

aktivitas yang bermanfaat atau yang diberikan oleh satu atau beberapa

pihak kepada pihak lain untuk dapat memuaskan kebutuhan dan

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3, cet. Ke-2, h. 446.

13

Kasmir, Etika Customer Service, (Jakarta : PT. raja Grafindo Persada), 2005, h. 15.

14

(38)

25

keinginan yang pada dasarnya bersifat berwujud dan tidak akan

menimbulkan kepemilikan apapun kepada yang menerimanya.15

c. Sedangkan menurut H.N. Casson, mendefinisikan pelayanan sebagai

tindakan yang dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan,

mencari petunjuk atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan

tujuan menciptakan good will atau nama baik serta peningkatan penjualan serta pendapatan.16

d. Pelayanan menurut Atep Adya Brata adalah segala usaha penyediaan

fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon pembeli atau

pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya transaksi.17

Dari beberapa pendapat maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pelayanan adalah sesuatu yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli

dan pelanggan untuk menciptakan loyalitas para pembeli dan pelanggan

terhadap perusahaan.

Dalam hal melayani pembeli dan pelanggan, kualitas pelayanan

pun perlu diperhatikan karena jika layanan jasa yang diterima melampaui

atau melebihi harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai

kualitas jasa yang “ideal” (unggul). Sebaliknya jika layanan jasa yang

diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas jasa

dipersepsikan buruk. Maka dengan demikian baik buruknya kualitas jasa

tergantung pada kemampuan penyediaan pelayanan suatu jasa dalam

15

Philip Kottler, Marketing Manajemen : Analisis Planning, Implementation and Control, Eight Edition, New Jersey, (Prentice Hall, 1994), h.446

16

Herbert N. Cason, Petunjuk Praktis Dalam Berusaha, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), h.13

17

(39)

26

upaya untuk memenuhi harapan pelanggan secara konsisten, tepat dan

memuaskan.

Berdasarkan pengertian manajemen dan pelayanan diatas, menurut

peneliti manajemen pelayanan dapat diartikan proses menggerakkan

sumberdaya manusia yang berada disuatu organisasi dalam bentuk

tindakan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan, dalam hal ini

yaitu kepuasan calon/jamaah haji.

2. Dimensi Mutu Pelayanan

Menurut Zeithaml dan Philip Kotler terdapat lima kriteria penentu

mutu pelayanan, yaitu :

a. Reliability (keandalan)

Kemampuan untuk memberikan pelayanan secara akurat sesuai

yang dijanjikan.

b. Responsieveness (ketanggapan)

Kemampuan karyawan untuk membantu pelanggan untuk

menyediakan pelayanan dengan cepat.

c. Assurance (keyakinan/jaminan)

Pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk melayani

dengan rasa percaya diri.

d. Emphaty (perhatian)

Karyawan harus memberikan perhatian secara individual

(40)

27

e. Tangibles (keberwujudan), yaitu Penampilan fasilitas fisik, peralatan,

dan alat komunikasi.18

Berdasarkan uraian diatas, 5 kriteria menurut Zeithaml dan Philip

Kotler yang dikutip oleh Zul Kifli dalam skripsinya menjelaskan bahwa

kriteria-kriteria tersebut telah menuju kepada arah pelayanan yang baik.

Misalnya kriteria reliability atau keandalan, dimana semua anggota

organisasi yang bergerak memberikan pelayanan mempunyai kemampuan

untuk memberikan pelayanan secara akurat sesuai yang dijanjikan. Dalam

arti tidak hanya janji-janji memberikan pelayanan yang baik, tetapi

pelayanan yang baik itu tidak dirasakan oleh jamaah. Begitu pula

kriteria-kriteria yang lainnya, yang menuju kepada arah pelayanan yang baik.

3. Ciri-ciri Pelayanan Yang Baik

Pengertian pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan

dalam memberikan kepuasan kepada jamaah dengan standar yang sudah

ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukkan oleh submer daya manusia

dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Disampinng itu, perusahaan juga

berharap pelayanan yang diberikan kepada jamaah dapat ditularkan kepada

calon jamaah lainnya. Dalam prakteknya pelayanan yang baik memiliki

ciri-ciri tersendiri dan hampir semua perusahaan menggunakan kriteria

yang sama untuk membentuk ciri-ciri pelayanan yang baik. Terdapat

18

(41)

28

beberapa faktor pendukung yang berpengaruh langsung terhadap mutu

pelayanan yang diberikan.19

Menurut Kasmir, memiliki beberapa ciri pelayanan yang baik bagi

perusahaan yang harus melayani jamaah, yaitu : tersedianya karyawan

yang baik, tersedianya sarana prasarana yang baik, bertanggung jawab

kepada setiap jamaah sejak awal hingga selesai, mampu melayani secara

cepat dan tepat, mampu berkomunikasi, memiliki pengetahuan dan

kemampuan yang baik dan berusaha memahami kebutuhan jamaah.20

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tersedianya karyawan yang baik

Kenyamanan jamaah sangat tergantung dari karyawan yang

melayaninya. Karyawan harus ramah, sopan dan menarik. Di samping

itu, karyawan harus tetap tanggap, pandai berbicara, menyenangkan,

serta pintar. Karyawan harus mampu memikat dan mengambil hati

jamaah sehingga jamaah semakin tertarik.

b. Tersedianya sarana prasarana yang baik

Pada dasarnya jamaah ingin dilayani secara prima. Untuk

melayani jamaah, salah satu yang paling penting diperhatikan

disamping kualitas dan kuantitas sumber daya manusia adalah sarana

dan prasarana yang dimiliki perusahaan. Peralatan dan fasilitas yang

dimiliki seperti ruang tunggu dan ruang untuk menerima tamu harus

19

Diniati, “Analisis Tingkat Harapan dan Kepuasan Jamaah Haji terhadap Pelayanan PT. Hikmah Perdana Tour Jakarta,” (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilku Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004), h. 26

20

(42)

29

dilengkapi berbagai fasilitas sehingga membuat jamaah nyaman atau

betah dalam ruangan tersebut.

c. Bertanggung jawab kepada setiap jamaah sejak awal hingga selesai.

Artinya dalam menjalankan kegiatan pelayanan karyawan

harus bisa melayani dari awal sampai selesai jamaah akan merasa puas

jika karyawan bertanggung jawab terhadap pelayanan yang

diinginkannya.

d. Mampu melayani secara cepat dan tepat.

Mampu melayani secara cepat dan tepat artinya dalam

melayani jamaah diharapkan karyawan harus melakukan sesuai

prosedur. Layanan yang diberikan sesuai dengan jadwal untuk

pekerjaan tertentu dan jangan membuat kesalahan dalam arti pelayanan

yang diberikan tidak sesuai dengan standar perusahaan dan keinginan

jamaah.

e. Mampu berkomunikasi

Mampu berkomunikasi artinya karyawan harus mampu

berbicara kepada jamaah. Karyawan juga harus dengan cepat

memahami keinginan jamaah. Selain itu, karyawan harus mampu

berkomunikasi dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti.

Jangan menggunakan istilah yang suit untuk dimengerti.

f. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik

Karena tugas karyawan selalu berhubungan dengan manusia,

karyawan perlu dididik khususnya mengenai kemampuan dan

(43)

30

dalam bekerja. Kemampuan dalam bekerja akan mampu mempercepat

proses pekerjaan sesuai dengan waktu yang di tentukan.

g. Berusaha memahami kebutuhan jamaah

Berusaha memahami kebutuhan jamaah artinya karyawan harus

cepat tanggap terhadap apa yang diinginkan oleh jamaah. Karyawan

yang lamban akan membuat jamaah lari. Usahakan mengerti dan

memahami keinginan dan kebutuhan jamaah secara tepat.

Dengan adanya faktor pertimbangan dalam meningkatkan mutu

pelayanan diharapkan jamaah dapat merasakan seperti yang mereka

inginkan. Sehingga dapat mewujudkan pelayanan yang terbaik bagi

jamaah.

C. Asrama Haji

1. Pengertian Asrama Haji

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asrama berarti bangunan

tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu, terdiri atas

sejumlah kamar dan di pimpin oleh seorang kepala asrama.21

Sedangkan menurut Fachruddin HS, pengertian haji adalah sengaja

berkunjung menziarahi Ka’bah (Baitullah) yang terletak dalam Masjidil Haram (masjid suci) di Makkah Al mukarramah, dengan niat menunaikan

21

(44)

31

ibadah haji yaitu rukun Islam yang kelima karena memenuhi perintah

Allah.22

Berdasarkan pengertian di atas, asrama haji adalah asrama yang

dibangun oleh Departemen Agama sebagai tempat akomodasi, dalam hal

ini sebagai tempat pengasramaan dan sebagai tempat penyelesaian senua

dokumen-dokumen perjalanan, pada waktu pemberangkatan dan

pemulangan calon jamaah haji.

2. Latar Belakang Pembangunan Asrama Haji

Keberadaan asrama haji dalam pelayanan haji berkaitan dengan

kebutuhan akomodasi untuk kesiapan operasional pemberangkatan dan

pemulangan jamaah haji dalam rangkaian operasional pelayanan

perjalanan haji dari Tanah air ke Arab Saudi dan sebaliknya.

Asrama haji mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting bagi

upaya peningkatan pelayanan haji, yaitu sebagai sarana kesiapan

pemberangkatan calon jamaah; tempat processing CIQ (Custom, Immigration and Quarantine), mempersiapkan kondisi serta pemulihan fisik dan mental calon jamaah haji dalam rangka menghadapi perjalanan

yang sangat melelahkan serta sebagai tempat reservasi untuk dapat

kembali ke tempat asal masing-masing sesudah selesai menunaikan ibadah

haji.

Untuk kebutuhan pelayanan pengasramaan jamaah haji, pada

mulanya dan selama bertahun-tahun Pemerintah menyewa wisma atau

22

(45)

32

asrama swasta dengan pengeluaran biaya yang sangat besar. Besarnya

biaya yang dikeluarkan untuk menyewa wisma dalam satu kali musim haji

sebanding atau cukup untuk membangun satu gedung asrama haji.

Berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan tersebut dan sebagai realisasi

dari kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap penyelenggaraan

pelayanan haji, lahirlah pemikiran dan upaya memiliki asrama haji sendiri

yang perwujudannya dimulai dengan membangun asrama haji laut pada

awal Pelita 1, kemudian berkembang setelah pemberangkatan haji melalui

angkutan udara.23

Pembangunan asrama haji disamping didasarkan atas pemikiran

tersebut, juga dilandasi pertimbangan kebutuhan praktis peningkatan

pelayanan :

a. Pemakaian wisma atau asrama swasta yang hanya disewa satu musim

disamping tidak memungkinkan dapat tersedianya sarana dan fasilitas

akomodasi dan pelayanan operasional haji sesuai kebutuhan pelayanan

terhadap jamaah haji, juga tidak adanya sarana khusus bagi

kepentingan visualisasi praktek manasik haji.

b. Memiliki asrama haji sendiri, diluar musim haji dapat dimanfaatkan

bagi kepentingan umum dan social keagamaan yang dapat

meningkatkan dan menunjang misi dan kepentingan Departemen

23

(46)

33

Agama khususnya tugas dan fungsi Ditjen Penyelenggaraan Haji dan

Umroh.

Upaya dan kegiatan pembangunan asrama yang dilakukan selama

ini, dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan dana yang

tersedia, baik dari anggaran BPIH, APBN, APBD dan hasil pengelolaan

asrama haji.

3. Klasifikasi Asrama Haji

Adapun pengklasifikasian Asrama Haji dibagi dua macam, yaitu :

a. Asrama Haji Embarkasi

Asrama haji embarkasi adalah tempat pemondokan sekaligus

pelayanan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji, sejak

dari kegiatan penerimaan sampai pemberangkatan ke Pelabuhan

embarkasi dan sebaliknya penerimaan waktu kedatangan dan kesiapan

kembali ke tempat asal jamaah.

Pengasramaan embarkasi, disamping dimaksudkan untuk

proses CIQ (Custom, Immigration and Quarantine) termasuk kelengkapan dokumen perjalanan dan pemberian living cost, juga untuk pemulihan kelelahan fisik jamaah (reservasi) dan pemberian

bimbingan praktis manasik haji yang di praktekkan langsung sesuai

sarana yang telah tersedia, maupun proses perjalanan haji.

Kebijakan pengasramaan di Embarkasi ini disamping

(47)

34

kebugaran jamaah agar para jamaah haji dapat menjalankan ibadah haji

dengan kondisi siap dan sehat, selain itu juga pemberian bimbingan

praktis manasik, yang mana di asrama haji ini bimbingan manasik

hanya sebagai pengulangan dan pemantapan, karena pada umumnya

jamaah haji sudah menerimanya ketika berada di daerah

masing-masing.

Jumlah Asrama Haji Embarkasi yang ada saat ini terdiri dari 14

[image:47.595.147.521.180.710.2]

asrama, yaitu24 :

Tabel 2.1

Data Jumlah Asrama Haji Embarkasi

No Asrama Haji Kapasitas Keterangan

1 Banda Aceh 660 Orang

2 Medan 1.650 Orang

3 Batam 1.110 Orang

4 Jakarta Pondok Gede 2.991 Orang

5 Jakarta Bekasi 1.700 Orang

6 Boyolali / Surakarta 2.408 Orang

7 Surabaya 2.550 Orang

8 Ujung Pandang / Makassar 2.048 Orang

9 Balik Papan 672 Orang

10 Banjarmasin 770 Orang

11 Padang 900 Orang

12 Palembang 829 Orang

13 Mataram 520 Orang

14 Gorontalo 320 Orang

Sumber : “Profil Asrama Haji Embarkasi & Transit” pada tahun 2010.

24

(48)

35

b. Asrama Provinsi atau Transit

Asrama Provinsi atau Transit yaitu tempat pemondokan

sementara calon jamaah haji untuk kesiapan pemberangkatan ke

Asrama Haji Embarkasi sesuai kloter atau jadwal penerbangan.

Asrama Haji Transit TK. 1 atau Provinsi, yang berada di

Ibukota Provinsi, yaitu :

1) Asrama Haji Transit Provinsi Riau :

a) Pekanbaru (Rumabai)

b) Dumai (Asrama Haji awal Pelita 1)

2) Asrama Haji Transit Provinsi Jambi, Kodya Jambi

3) Asrama Haji Transit Bengkulu, Kodya Bengkulu

4) Asrama Haji Transit Lampung :

a) Rajabasa-Bandar Lampung

b) Lungsir-Teluk Betung (awalya asrama haji laut)

5) Asrama Haji Transit D.I. Yogyakarta di Yogyakarta

6) Asrama Haji Transit Jawa Tengah di Semarang

7) Asrama Haji Transit Nusa Tenggara Timur di Kupang

8) Asrama Haji Transit Kalimantan Barat di Pontianak

9) Asrama Haji Transit Kalimantan Tengah di Palangkaraya

10)Asrama Haji Transit Sulawesi Tengah di Palu

11)Asrama Haji Transit Sulawesi Tenggara di Kendari

12)Asrama Haji Transit Sulawesi Utara di Manado

13)Asrama Haji Transit Papua di Jayapura

(49)

36

Beberapa kegiatan yang diikuti calon jamaah haji selama proses

pengasramaan saat akan diberangkatkan, antara lain :

a. Menyerahkan koper besar ke petugas Bea Cukai untuk di periksa dan

ditimbang dan proses X-ray

b. Melapor kepada petugas pendaftaran dengan menyerahkan Surat

Panggilan Masuk Asrama (SPMA) dan lembar biru

c. Mendapatkan kartu makan dan kartu akomodasi

d. Pemeriksaan kartu kesehatan dicounter kesehatan

e. Jamaah haji menerima living cost, gelang identitas dan boarding pass

atau tiket pesawat.

f. Menuju gedung penginapan

g. Pembinaan haji yang berupa ceramah akhlakul karimah dan kesehatan

dilanjutkan dengan praktek ibadah haji di lapangan manasik haji

Saat pemulangan haji harus melalui asrama haji sebelum

dipulangkan ke tempat asal masing-masing dengan kegiatan antara lain :

a. Saat kedatangan, berkumpul di Hall penerimaan. Sementara itu koper

besar di tata dalam Hall lainnya

b. Menyerahkan paspor untuk pemeriksaan kedatangan jamaah haji,

penukaran uang dan pengambilan tas.25

D. Jama’ah Haji

Jama’ah menurut bahasa diambil dari kata “jama’a” yang artinya

mengumpulkan sesuatu. Sedangkan menurut istilah jama’ah adalah

25

(50)

37

sekelompok orang banyak dan dikatakan juga sekelompok manusia yang

berkumpul berdasarkan tujuan yang sama.26

Adapun pengertian haji menurut bahasa berarti menyengaja suatu

perbuatan. Sedangkan menurut istilah adalah menyengaja mengunjungi

Baitullah dalam bulan-bulan haji untuk mengerjakan thawaf, sa’I dan wukuf di

Arafah dengan menurut syarat-syarat serta menunaikan segala wajib-wajibnya.

Muhammad Baqir Al-Hasby menyatakan bahwa haji berasal dari

bahasa arab, yaitu “hajj”, yang berarti menuju atau mengunjungi sesuatu.

Sedangkan menurut istilah agama ialah mengunjungi ka’bah dan sekitarnya di

kota Makkah untuk mengerjakan ibadah thawaf, as’I, wukuf dan sebagainya

semata-mata demi melaksanakan perintah Allah SWT dan meraih

keridhoannya.27

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan jama’ah haji adalah sekelompok orang yang berkumpul dan

menyengaja mengunjungi ka’bah (Baitullah) di Makkah untuk mengerjakan

serangkaian ibadah haji berupa thawaf, sa’i, wukuf dan lain sebagainya

semata-mata demi melaksanakan perintah Allah dan meraih keridhoannya.

26

http//:www.ahlisunnahwaljama’ah.com, diakses pada tanggal 4 Juni 2011

27

(51)
[image:51.595.115.527.76.458.2]

38 BAB III

GAMBARAN UMUM ASRAMA HAJI EMBARKASI JAKARTA PONDOK GEDE

A. Sejarah Berdirinya Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede-Jakarta

Dalam upaya peningkatan pelayanan bimbingan dan perlindungan

Jamaah Haji, salah satu fasilitas pelayanan adalah keberadaan Asrama Haji

yang mempunyai nilai dan manfaat ganda pada masa operasional haji yaitu

tempat akomodasi dan proses keberangkatan calon jamaah haji ketanah suci

maupun kepulangan pada saat kembali ketempat asal jamaah serta sekaligus

menjadi tempat aktivitas oleh masyarakat umum pengguna jasa, instansi

pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan, dan lain-lain.

Asrama haji yang dibangun pemerintah pada awal pembangunannya

dimanfaatkan terbatas untuk pelayanan akomodasi serta kemudahan

pengaturan pemberangkatan dan pemulangan jamaah agar sejalan dengan

perkembangan zaman, diluar musim haji, juga dimanfaatkan untuk

kepentingan umum.

Asrama haji Pondok Gede Jakarta pertama kali didirikan pada tahun

1976, dengan status tanah sertifikat hak milik Departemen Agama RI Ditjen

penyelenggaraan haji dan umroh. Asrama haji ini berdiri diatas tanah seluas

162.123 M2, dengan kapasitas tampung 2.991 orang.1

Melalui proses pengembangan sarana fisik secara bertahap sampai saat

ini menunjukan kemajuan yang sangat berarti dalam memberikan pelayanan

1

(52)

39

kearah yang lebih baik lagi. Hali ini jelas dari fisik maupun fasilitas

pendukung lainnya yang merupakan asset pemerintah yang bisa bermanfaat

bagi umat.

Embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) pada tahun 2009 melayanai

calon/jamaah haji yang berasal dari 3 provinsi yaitu provinsi DKI Jakarta,

Lampung dan Banten. Pada operasional pemberangkatan haji tahun 2010,

calon jamaah haji yang berasal dari provinsi Lampung, sesuai dengan surat

keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Nomor: D/476

tahun 2010, diberangkatkan melalui embarkasi haji antara Lampung baik

proses dokumen, kesehatan, keimigrasian dan proses lainnya dilaksanakan di

embarkasi antara Lampung, namun penerbangan ke tanah suci melalui

terminal haji Bandara Soekarnu Hatta.

Oleh karena itu, dalam hal proses penerimaan jamaah maupun

akomodasi, calon jamaah haji asal provinsi Lampung tidak di asrama haji

Jakarta Pondok Gede.

Pada dictum kedua dalam SK Dirjen tersebut dikatakan bahwa

embarkasi haji antara Lampung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

embarkasi Jakarta Pondok gede yang pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan

oleh PPIH embarkasi Jakarta Pondok Gede sesuai dengan keputusan Direktur

Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umroh Nomor D/348 Tahun 2010 tentang

penetapan embarkasi dan debarkasi haji tahun 1431 H / 2010 M.2

2

(53)

40

B. Visi dan Misi dan Motto Asrama Haji Embarkasi Pondok gede-Jakarta

Visi : Terwujudnya Asrama Haji yang terpelihara rapi, mandiri dan

berkualitas dalam melayani calon/jamaah haji dan masyarakat umum.

Sedangkan misinya sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan baik fasilitas, sarana, prasarana

maupun kualitas SDM.

2. Menciptakan suasana yang kondusif, nyaman, aman, tentram, damai

serta tercipta ukhuwah yang bisa dirasakan pengguna jasa.

3. Meningkatkan inovasi kinerja pengurus dan karyawan dalam rangka

meningkatkan pemeliharaan, pengelolaan dan pengembangan asrama

haji sebahgai aset pemerinyah untuk kepentingan umat.

Adapun motto Asrama Haji Pondok gede Jakarta adalah Lima K, yaitu:

1. Keramahan

2. Kebersihan

3. Kenyamanan

4. Ketepatan / kecepatan

5. Keamanan

C. Landasan, Tujuan dan Manfaat Asrama Haji Embarkasi Pondok

Gede-Jakarta

1. Landasan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede-Jakarta

Adapun yang menjadi landasan di dirikannya Asrama Haji

(54)

41

a. Kepres 53/1981 tentang Penyelenggaraan Urusan Haji

b. SK Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 80/1991 M tanggal 16

Agustus 1991 tentang Pengesahan Hasil Evaluasi Penyelenggaraan

Operasional Urusan Haji Tahun 1991 M / 1411 H.

c. Keputusan Dirjen Penyelenggaraan haji dan umroh nomor D/28/2008

tentang pedoman kerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

pusat dan embarkasi.

d. Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Jawa Barat No. 645.

B/4588-bintanl/1991 tanggal 14 september 1991 tentang rekomendasi

Pembangunan Asrama haji Jawa Barat

e. Keputusan Direktur Jenderal penyelenggaraan haji dan umroh nomor

D/438 tahun 2010, tentang pembentukan Panitia Penyelenggara Ibadah

Haji (PPIH) embarkasi Jakarta pondok Gede tahun 1431 H / 2010 M.

f. Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh nomor:

D/476 tahun 2010 tentang penetapan embarkasi antara Lampung tahun

1431 H / 2010 M.

g. Keputusan ketua PPIH Embarkasi Jakarta Pondok Gede nomor :

018/PPIH/KET/X/2010 tanggal 7 oktober 2010 tentang pengangkatan

pembantu Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) embarkasi

Jakarta Pondok Gede masa pemberangkatan tahun 1431 H /2010 M.

2. Tujuan Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede-Jakarta

Peningkatan pelayanan haji merupakan salah satu tugas pemerintah

(55)

42

ini Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan

Haji. Usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain

membangun Asrama Haji baik disetiap provinsi tempat embarkasi maupun

di setiap Ibu Kota Provinsi Transit.

Ini berarti bahwa asrama-asrama haji tersebut adalah milik

pemerintah yang harus dikelola sebaik-baiknya sehingga pada saat musim

haji tiba dapat digunakan oleh para jamaah dalam kondisi yang lebih baik

dan siap pakai.3

Adapun yang menjadi tujuan didirikannya Asrama Haji Embarkasi

Pondok Gede-jakarta ini adalah :

a. Penyediaan sarana dan prasarana urusan haji khususnya dan pusat

kegiatan umat Islam dalam rangka penyediaan fasilitas yang

refresentatif

b. Peningkatan pelayanan ibadah haji bagi umat Islam khususnya di Jawa

Barat.

3. Manfaat Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede-Jakarta

a. Dilihat dari segi pembangunan adalah merealisasi ingub Nomor 28

tahun 1990 tentang Percepatan dan Pencapaian Target Kerja.

b. Memenuhi hajat masyarakat banyak khususnya umat Islam yang akan

melaksanakan ibadah haji sehigga mereka istirahat dengan aman,

tenang, nyaman dan tentram.

3

(56)

43

c. Memberikan pelayanan penerimaan jamaah, transit, dokumen,

akomodasi, pembinaan jamaah dan petugas, keamanan, perbekalan,

penerbangan, imigrasi, bea cukai dan kesehatan kepada calon jamaah

haji selama berada di asrama haji.

d. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan dengan unsur / instansi terkait.

D. Tugas Pokok dan Fungsi BPAH (Badan Pengelola Asrama Haji)

1. Tugas pokok BPAH melaksanakan berbagai tugas Diresktur Jendral dalam

hal ini Direktur Pelayanan Haji dan Umroh di Bidang Pelayanan

Akomodasi Haji pada musim haji dan Pengelolaan Asrama haji di luar

musim haji sesuai de

Gambar

Tabel 2.1 Data Jumlah Asrama Haji Embarkasi
GAMBARAN UMUM ASRAMA HAJI EMBARKASI JAKARTA
Alur/Gambar 4.1 Flowchart Pelayanan One Stop Service7
Tabel 4.1 RUJUKAN JAMAAH HAJI
+5

Referensi

Dokumen terkait

Langkah awal yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Bogor ialah merumuskan strategi pelayanan kesehatan haji, oleh karena itu untuk memberikan pelayanan

Sedangkan pada penelitian ( Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Pada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Dengan Kepuasan Konsumen Jama’ah Haji,

Adapun kesimpulannya KBIH Al-Ikhwan menerapkan unsur-unsur manajemen yang baik sehingga dalam memberikan pelayanan ibadah haji bisa secara optimal, sehingga dapat memberikan

Hasil dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen pelayanan haji dan umrah pada Travel Wisata Akbar Baimbai Desa Sei Rukam Kecamatan

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah data calon jemaah haji Embarkasi Jakarta- Pondok Gede dengan kebiasaan merokok yang datang untuk pemeriksaan

Meskipun berdasarkan hasil CSI menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pada asrama haji medan dikategorikan puas, namun berdasarkan penelitian dengan menggunakan metode

Skripsi yang berjudul Manajemen Pelayanan Kesehatan pada Jemaah Haji di Dinas Kesehatan Kota Banjaramsin ditulis oleh Muhammad Haikal Fiqry telah diujikan dalam sidang Tim

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kaur mengenai apa saja kendala yang dialami oleh Kemenag dalam memberikan pelayanan terhadap