• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 Di Embarkasi Jakarta Pondok Gede

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 Di Embarkasi Jakarta Pondok Gede"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

JAKARTA PONDOK GEDE

Skripsi

Diajukan Kepada Faultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S. Sos.)

Oleh:

Akhmad Al Habash NIM: 1112053100041

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

JAKARTA PONDOK GEDE

Skripsi

Diajukan Kepada Faultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S. Sos.)

Oleh : Akhmad Al Habash NIM: 1112053100041

Di Bawah Bimbingan :

Drs. H. Ahmad Kartono, M. Si

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi ini berjudul: “Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat tanggal 30 September 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos.) pada jurusan Manajemen Dakwah.

Jakarta, 10 Oktober 2016

Sidang Munaqasah Ketua Merangkap Anggota,

Drs. Cecep Castrawijaya.MA NIP. 19670818 199803 1 002

Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Sugiharto, MA

NIP. 19660806 199603 1 001 Anggota,

Penguji I,

Dra. Hj. Jundah Sulaeman, MA NIP. 19620303 199203 2 001

Penguji II,

Amirudin, M. Si

NIP. 19820608 201101 1 003 Pembimbing,

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos.) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 September 2016

(5)

i

Akhmad Al Habash, 1112053100041, Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede, di bawah bimbingan Drs. H. Ahmad Kartono, M. Si.

Haji merupakan ibadah yang sangat masyhur bagi umat muslim di seluruh dunia yang mana merupakan salah satu rukun islam yang ke-lima. Dari tahun ke tahun minat jemaah untuk melaksanakan ibadah haji begitu meningkat, itu terbukti dengan lamanyaWaiting Listmenunggu jadwal pemberangkatan. Pada musim haji tahun 2016 ini pemerintah mengeluarkan peraturan baru mengenai Istithaah

kesehatan jemaah haji yang terdaftar untuk berangkat haji. Kesanggupan (Istithaah) secara fisik menjadi syarat boleh dan tidaknya jemaah untuk berangkat. Sebelum berangkat jemaah harus melaksanakan pemeriksaan kesehatan hingga 3 kali. Pemeriksaan kesehatan akhir dilaksanakan di Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pondok Gede sebagai penentu bisa atau tidaknya jemaah tersebut berangkat.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui manajemen pelayanan kesehatan yang ada di Embarkasi Jakarta Pondok Gede. 2) Apa saja bentuk pelayanan yang diberikan. 3) Mengetahui ketentuan jemaah yang dapat diberangkatkan setelah pemeriksaan akhir. 4) Mengetahui faktor pendukung dan penghambat selama kegiatan ini berlangsung.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif yaitu dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi selama musim haji berlangsung baik dengan melakukan pengamatan, wawancara ataupun dokumentasi untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh orang banyak.

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa manajemen pelayanan kesehatan yang diberikan di Asrama Haji sangat besar dampaknya bagi jemaah, dengan adanya manajemen yang baik maka akan melancarkan dan memudahkan proses pemeriksaan kesehatan. Apakah jemaah sudah menjalani suntik meningitis, kemudian jemaah haji risti (resiko tinggi) akan disematkan gelang untuk mengetahui kondisi kesehatan jemaah tersebut, jika jemaah sakit atau belum periksa kesehatan baik hasil pemeriksaan yang tidak lengkap atau BKJH (Buku Kesehatan Jemaah Haji) tidak ada maka akan diarahkan ke poliklinik, serta rujukan ke laboratorium dan apabila perlu perawatan maka akan dirujuk ke RS Haji Jakarta Pondok Gede.

Tidak semua jemaah yang sudah mendapatkan SPMA (Surat Panggilan Masuk Asrama) bisa diberangkatkan, berdasarkan peraturan baru jemaah yang tidak bisa diberangkatkan adalah jemaah yang menjalani cuci darah, jemaah yang hamil dan belum melakukan suntik meningitis, jemaah yang masih ada bakteri TBC, jemaah yang HB nya dibawah 8,5 juga ditunda sampai HB nya naik karena ini akan mempengaruhi kesehatannya ketika di pesawat. Salah satu faktor penghambat untuk pelayanan ini adalah jemaah yang datang tidak sesuai waktu undangan di SPMA, dan kegiatan ini berjalan dengan baik karena SDM yang memadai.

(6)

ii

Puji syukurAlhamduliilahirabbil’alamiinpenulis panjatkan kehadirat Allah Swt, berkat rahmat, pertolongan, kekuatan dan kasih sayang serta Cinta Beliaulah penulis mampu menyelesaikan sebuah skripsi untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan perkuliahan di jurusan Manajemen Dakwah konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah. Sholawat dan salamAllahumma sholli’ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammadpenulis lantunkan buat baginda Rosullah SAW, beliaulah suri teladan kita umat Islam, beliaulahUswatun Hasanahyang harus kita ikuti jejak-jejak amal sholeh beliau dalam menjalani kehidupan ini.

Alhamdulillah dalam waktu kurang lebih 2 bulan, akhirnya penulis mampu juga menyelesaikan proses penulisan karya ilmiah ini yang berjudul “Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta

Pondok Gede”guna untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini. Namun, dengan keterbatasan dan kekurangan akhirnya penulisan karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Hal ini tidak akan selesai dengan sendirinya, melainkan karena dukungan dan bantuan banyak pihak, baik moril maupun materil.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

(7)

iii

2. Kakak, adek, keponakan dan semua keluarga besar penulis yang tak hentinya memberikan dukungan sehingga skripsi ini mampu diselesaikan.

3. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, MA, beserta jajarannya.

4. Drs. Cecep Castrawijaya, MM. selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah. 5. Drs. Sugiharto, MM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.

6. Drs. H. Ahmad Kartono, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi. Beliau yang telah mengajarkan banyak mata kuliah tentang haji dan umrah sejak dari bangku kuliah dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini. Semoga Allah balas jasa beliau yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis dan teman-teman MHU (Manajemen Haji & Umrah) angakatan 2012. Mudah-mudahan ilmu yang diberikan bermanfaat hingga akhir hayat. 7. Dra. Hj. Jundah Sulaeman, MA. selaku dosen penguji 1 dan Amirudin, M. Si.

selaku dosen penguji 2 dalam sidang munaqasah untuk memberikan masukan yang sangat membantu penulis dalam menyempurnakan revisi skripsi untuk kesempurnaan penulisan skripsi.

8. Drs. H. Hasanudin. MA, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan kepada penulis.

(8)

iv bisa mencapai gelar sarjana.

11. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah serta perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah mengizinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi di ruangan perpustakaan, serta melayani dalam peminjaman buku.

12. Rahmat Ohello M. Kes, Dr. Theresia Hermin S.W, Dra. Atik Yuliharti M. Kes, Yuliandri SKM, M. Kes, Pak Arif dan semua tim kesehatan Embarkasi Jakarta Pondok Gede yang telah membantu penulis dalam memberikan data, sehingga skripsi ini bisa diselesaikan sesuai dengan harapan.

13. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Haji Jakarata Pondok Gede dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Embarkasi Jakarta Pondok Gede.

14. Saudari Revi Rahadian sekaligus partner yang sangat membantu penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah balas jasa beliau dan menjadikan beliau wanita sukses dunia maupun akhirat.

(9)

v meridhoi semua aktifitas kita.Aamiin.

Sebagai kata terakhir penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi pembaca semua dan bagi pihak yang menyelenggarakan biro perjalanan travel khususnya Haji dan Umrah. Sekali lagi penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu melancarkan penulisan ini. Semoga urusan kita semua Allah mudahkan dan Allah ridhoi.Aamiin.

Jakarta, 25 September 2016

(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...6

1. Pembatasan Masalah ...6

2. Perumusan masalah ...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...7

1. Tujuan Penelitian ...7

2. Manfaat Penelitian ...7

D. Metodologi Penelitian ...8

1. Metode Penelitian...8

2. Subjek dan Objek Penelitian ...9

3. Tempat dan Waktu Penelitian ...9

4. Teknik Pengumpulan Data...9

a. Wawancara...9

b. Observasi...10

c. Dokumentasi ...10

(11)

vii

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG MENAJEMEN PELAYANAN

KESEHATAN DAN JEMAAH HAJI ...14

A. Manajemen Pelayanan Kesehatan...14

1. Pengertian Manajemen Pelayanan Kesehatan...14

2. Fungsi Manajemen Pelayanan Kesehatan ...19

3. Unsur Manajemen Pelayanan Kesehatan ...23

4. Ruang Lingkup Manajemen Pelayanan Kesehatan...25

5. Ciri-ciri Pelayanan Kesehatan yang Baik ...28

B. Jemaah Haji...31

1. Pengertian Jemaah Haji...31

2. Klasifikasi Jemaah Haji...33

3. MaknaIstithaahPada Aspek Kesehatan Jemaah Haji...34

4. Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji...38

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) BIDANG KESEHATAN EMBARKASI JAKARTA PONDOK GEDE...41

A. Sejarah Berdirinya PPIH Bidang Kesehatan Embarkasi Jakarta Pondok Gede ...41

(12)

viii

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN JEMAAH HAJI PADA MUSIM HAJI 2016 DI EMBARKASI JAKARTA PONDOK

GEDE ...66

A. Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan, Pengawasan dan Evaluasi Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede...66

1. Perencanaan(Planning)...66

2. Pengorganisasian(Organizing)...77

3. Penggerakkan(Actuating)...83

4. Pengawasan(Controling)...83

5. Evaluasi(Evaluating)...87

B. Bentuk Pelayanan Kesehatan Terhadap Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede...90

C. Ketentuan Jemaah Haji yang dapat Diberangkatkan Setelah Melalui Proses Pemeriksaan Kesehatan Akhir Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede...93

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede ...96

1. Faktor Pendukung Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji ...96

2. Faktor Penghambat Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji...98

(13)

ix

(14)

x Gambar 3.1

Gambar 3.2

(15)

xi

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Haji merupakan ibadah yang sangat masyhur bagi umat muslim di seluruh dunia yang mana merupakan salah satu rukun islam yang ke-lima. Banyak sejarah serta jejak-jejak peninggalan para Nabi dan Rasul yang akan kita ketahui ketika kita melaksanakan ibadah haji. Setiap tahun yang menunaikan ibadah haji sangat banyak dari berbagai negara, ras dan jenis kelamin yang berbeda. Salah satunya yang hadir dari berbagai negara islam dunia yaitu negeri kita Indonesia.

Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, masyarakatnya memiliki antusiasme yang sangat besar untuk pergi berhaji. Pemerintah Arab Saudi menentukan kuota bagi jemaah haji Indonesia sebesar 211.000 orang setiap tahunnya. Namun sejak 2013 kuota tersebut berkurang hingga 20 persen. Jumlah jemaah haji Indonesia dibatasi menjadi 168.000 orang saja. Pengurangan tersebut terjadi akibat proyek perluasan Masjidil Haram.1

(17)

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan kuota haji untuk tahun 2016, untuk Indonesia dan seluruh negara sama seperti tahun lalu. Kuota jemaah Indonesia sendiri sebanyak 168.800 jemaah haji dari berbagai provinsi.2 Untuk provinsi DKI Jakarta jumlah jemaah haji yang mendapatkan kuota pemberangkatan sebanyak 5.628 orang.3

Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh Kementerian Agama RI, Abdul Jamil meminta calon haji tahun 2016 mengantisipasi musim panas di Arab Saudi.4 Musim haji tahun 2016 ini akan dibarengi datangnya suhu panas ekstrem di Arab Saudi. Kota Mekkah diprediksi panas membara di siang hari, sehingga para jemaah calon haji diimbau untuk melakukan langkah-langkah antisipasi agar aman dari serangan stroke akibat paparan sinar matahari (sunstroke). Sebuah hasil studi dari lembaga riset iklim internasional dibawah kendali Institut Penjaga Dua Masjid Suci menyatakan baru-baru ini seperti dikutip laman portal berita terkemuka di Arab Saudi, musim haji 2016 akan jatuh pada bulan-bulan dengan kondisi cuaca panas sangat ekstrem, yakni Juni-Juli-Agustus-September. “Cuaca panas pada musim haji tahun ini adalah yang terpanas dalam 10 tahun kedepan,” ujar hasil studi itu.5

2 Agung Sasongko, Menag: Kuota Haji 2016 Tetap 168.800, http://republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/16/03/16/o447id313-menag-kuota-haji-2016-tetap-168800, diakses 20 September 2016, jam 10.34 WIB.

3 Erna Martiyanti, 5.628 Jemaah Haji DKI Diberangkatkan Dalam 15 Kloter, http://www.beritajakarta.com/read/34022/5628_Jemaah_Haji_DKI_Diberangkatkan_Dalam_15_K loter#.V_j0LeV97Mw, diakses 20 September 2016, jam 10.35 WIB.

4 Debby Hariyanti Mano, Kemenag Imbau Calon Haji Antisipasi Musim Panas, http://gorontalo.antaranews.com/berita/25109/kemenag-imbau-calon-haji-antisipasi-musim-panas?utm_source=fly&utm_medium=related&utm_campaign=news, diakses 20 September 2016, jam 10.36 WIB.

(18)

Mengingat besarnya medan perjalanan ibadah haji sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:

Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu)

menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban

manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup

mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari

(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak

memerlukan sesuatu) dari semesta”(QS. Ali Imran : 97)

Kesanggupan atau kemampuan (Istithaah) merupakan syarat yang telah ditetapkan bagi mereka yang ingin menunaikan rukun islam ke-lima, yaitu ibadah haji. Secara singkat, syarat kesanggupan atau kemampuan itu dapat diuraikan dalam bentuk kemampuan finansial dan kesehatan jasmani, sehingga seorang dapat menanggung beban berat perjalanan ibadah haji yang sering dianalogikan sebagai jihad kecil.6

“Mampu” atau “Istithaah” bidang kesehatan adalah mampu menunaikan ibadah haji ditinjau dari jasmani yang sehat dan kuat agar dapat melaksanakan perjalanan dan mudah melakukan proses ibadah haji, berakal

6 Departemen Agama R.I. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Jakarta,

(19)

sehat dan memiliki kesiapan mental untuk menunaikan ibadah haji, aman dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi, serta aman bagi keluarga yang ditinggalkannya.7

Sebagaimana amanat Undang Undang nomor 13 tahun 2008, pasal 3 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji bahwa Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi jemaah haji sehingga jemaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai ketentuan ajaran agama Islam. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 442/MENKES/SK/VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaran Kesehatan Haji, tujuan Penyelenggaraan Kesehatan Haji adalah meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan, menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah, sampai tiba kembali di Tanah Air dan mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar / masuk oleh jemaah haji.

Pelayanan Kesehatan dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan, perawatan, dan pemeliharaan kesehatan jemaah haji yang diikuti dengan bimbingan dan penyuluhan kesehatan, yang diselenggarakan di Puskesmas, Rumah Sakit dan dalam perjalanan di kelompok terbang dan selama di Arab Saudi melalui pelayanan kesehatan di BPHI Daker dan BPHI sektor.8

Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/pra

7Pedoman Teknis Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji(Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014), h. 1

8Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji(Pusat Kesehatan Haji Kementrian

(20)

haji dan pada saat kepulangan/pasca haji), pelayanan kesehatan di embarkasi dan debarkasi, pelayanan kesehatan selama di penerbangan, pelayanan kesehatan selama di Arab Saudi, dan pelayanan kesehatan di kelompok terbang. Pelayanan kesehatan tersebut satu dengan lain merupakan proses pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif.9

Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan di embarkasi yang merupakan salah satu bentuk pemeriksaan tahap ketiga. Pemeriksaan tahap tiga merupakan pemeriksaan final untuk menentukan apakah calon jemaah haji laik berangkat atau tidak.

Untuk melakukan upaya persiapan yang tepat kepada calon jemaah haji, diperlukannya sistem manajemen pelayanan kesehatan jamaah haji. Persiapan di embarkasi menjelang ke berangakatan dilakukan secara selektif, mencakup pemeriksaan kelengkapan dokumen, pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kekuatan fisik dan mental agar jemaah haji dapat melaksanakan ibadah dalam keadaan prima dan mantap. Karena keadaan lingkungan dan cuaca di Arab Saudi sangat berbeda dengan keadaan di Indonesia. Maka sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan yang baru nomor 15 Tahun 2016 tentangIstithaah Kesehatan Jemaah Haji, penetapan status jemaah haji yang tidak memenuhi syarat istithaah maka tidak laik terbang sebagaimana yang telah disepakati oleh PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) Embarkasi Bidang Kesehehatan.

9Sumber paper, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 422 SK VI tahun

(21)

Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian terhadap masalah ini dengan judul“Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan dalam permasalahan yang akan penulis angkat, dengan tujuan untuk menghindari perluasan materi yang akan dibahas. Adapun batasan masalah yang akan penulis angkat adalah tentang Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan dari masalah di atas, maka masalah-masalah pokok yang akan penulis bahas dalam skripsi ini adalah: a. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan terhadap jemaah haji

pada musim haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede?

b. Apa saja bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap jemaah haji pada musim haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede?

c. Bagaimana ketentuan jemaah haji yang dapat diberangkatkan? d. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan

(22)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada di atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, diantaranya: a. Untuk mengetahui sistem manajemen pelayanan kesehatan yang ada

di Embarkasi Jakarta Pondok Gede

b. Untuk mengetahui bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap jemaah haji.

c. Untuk mengetahui ketentuan jemaah haji yang dapat diberangkatkan ke Arab Saudi.

d. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pelayanan kesehatan di Embarkasi Jakarta Pondok Gede.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah:

a. Manfaat Akademik

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa membantu referensi keilmuan di bidang Manajemen Haji dan Umrah serta menjadi acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah lainnya. b. Manfaat Praktis.

(23)

Bimbingan Ibadah Haji) dalam membantu calon jemaahnya untuk menjaga kesehatan sebelum dan selama musim haji. 2. Menjadi pedoman untuk para calon jemaah haji dalam

mempersiapkan kesehatan sebelum berangkat dan selama di tanah suci.

3. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji khususnya bidang pelayanan kesehatan Embarkasi Jakarta Pondok Gede dapat memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah haji.

4. Bagi penulis, seluruh tahapan penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh mengenai manajemen pelayanan kesehatan yang ada di Embarkasi Jakarta Pondok Gede dapat memperluas wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empiris penulis.

D. Metodologi penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10

Sedangkan menurut Nawawi, pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi

(24)

dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek dan dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.11

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan Embarkasi Jakarta Pondok Gede 2016. Sedangkan yang dijadikan objek penelitian ini adalah Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede.

3. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini mengambil lokasi di Asrama Haji Jakarta Pondok Gede yang beralamat di Jalan Raya Pondok Gede Jakarta Timur Telepon 021 8009421. Waktu penelitian ini, dilakukan sejak bulan Agustus sampai dengan bulan September 2016.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan

(25)

terlebih dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain.12 Penulis menggunakan teknik interview bebas terpimpin, yaitu penulis menggunakan beberapa pertanyaan kepada responden yang telah penulis siapkan, lalu dijawab oleh responden dengan bebas dan terbuka.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung yakni dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala dan obyek yang diteliti.13Penulis melakukan penelitian dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis bahan dan data terkait dengan pelayanan yang dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan Embarkasi Jakarta Pondok Gede.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.14 Penulis menggunakan data dan sumber yang ada di lapangan dengan masalah yang akan dibahas sebagai usaha dalam memamaparkan sebuah objek studi yang ditulis dan memahami dengan seksama subjek penelitian. Serta

12Juliansyah Noor,Metode Penelitian Skripsi, Tesis. Disertasi, dan Karya Ilmiah(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 138

(26)

memberikan interpretasi yang sesuai dengan gambaran yang dipikirkan.

d. Sumber Data

1) Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, dari individu seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan peneliti, yakni peneliti melakukan sendiri observasi dilapangan maupun di laboratorium.15 Pelaksanaannya dapat berupa survey dengan mewawancarai.

2) Data Sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah buku-buku, jurnal, makalah, website dan sumber informasi lainnya.

E. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang ibadah haji, judul-judul skripsi tersebut adalah :

Isnaini S, “Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haj Dinas Kesehatan Kota Tangerang Pada Musim Haji Tahun 2010.” Skripsi mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2011 ini, membahas

(27)

tentang bagaimana sistem manajemen pelayanan kesehatan yang diterapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang kepada jemaah haji sesuai dengan fungsi manajemen serta aspek kesehatan yang dilayani.

Putri Debby Iswar, “Evaluasi Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI Tahun 2014.” Skripsi mahasiswi Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2015, berisi pembahasan tentang bagaimana hasil evaluasi pelayanan dalam standar pelaksanaan kesehatan jemaah haji di Pusat Kesehatan Haji Kementrian Kesehatan RI serta presentase dari segi kesehatan dan wafat jemaah haji baik di dalam maupun di luar sarana pelayanan kesehatan Kementrian RI.

Arief Ridwan Budiman, “ResponJemaah Haji Terhadap Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2013.” Skripsi mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2014 ini memaparkan bahasan tentang bagaimana mengetahui respon jemaah haji terhadap kualitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bekasi dan mengetahui perbedaan kualitas pelayanan kesehatan jemaah haji dengan variabel tingkat pendidikan dan usia jemaah haji.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima bab, adapun pembahasannya secara rinci adalah sebagai berikut :

(28)

BAB II : Membahas tentang manajemen pelayanan kesehatan meliputi pengertian, fungsi, ruang lingkup, dan ciri-ciri pelayanan kesehatan yang baik dan membahas tentang jemaah haji meliputi pengertian, klasifikasi, maknaistithaahkesehatan, dan pelayanan kesehatan jemaah haji.

BAB III : Tinjauan umum tentang Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan Embarkasi Jakarta Pondok Gede, sejarah berdirinya, struktur organisasi, visi dan misi, serta tugas pokok dan fungsi panitia pelayanan kesehatan.

BAB IV :Analisis Manajemen Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Pada Musim Haji 2016 di Embarkasi Jakarta Pondok Gede meliputi manajemen secara umum tentang pelayanan kesehatan jemaah haji di Embarkasi Jakarta Pondok Gede, bentuk pelayanan kesehatan, ketentuan Jemaah haji yang dapat diberangkatkan serta faktor pendukung dan faktor penghambat pelayanan kesehatan.

(29)

14

MENAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN DAN JEMAAH HAJI A. Manajemen Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian Manajemen Pelayanan Kesehatan

Pada setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan telah terdapat kesepakatan perlunya menerapkan ilmu manajemen. Ilmu manajemen diperlukan oleh hampir semua jenis profesi, baik yang bekerja di swasta, pemerintah, yayasan, maupun lembaga swadaya masyrakat (LSM). Ilmu manajemen diperlukan dalam pengelolaan setiap organisasi, baik organisasi bisnis, organisasi sekolah, organisasi profesi, organisasi politik maupun organisasi sosial kemasyarakatan.1

Demikian juga kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan baik. Prosess pengaturan kegiatan ilmiah ini disebut manajemen, sedangkan proses untuk mengatur kegiatan-kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat disebut “Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat”.2

1Dian wijayanto, SPi, MM, MSE,Pengantar Manajemen(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 1

(30)

Pentingnya ilmu manajemen dalam menerapkan pelayanan kesehatan, menyebabkan keharusan bagi setiap petugas terutama bagi pengelola pelayanan kesehatan untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan manejemen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Beberapa ahli mencoba menjelaskan arti kata manajemen. Sama seperti bidang studi lainnya, definisi manajemen telah berkembang sedemikian rupa sehingga akan dijumpai variasi definisi manajemen.

Ada beberapa definisi manajemen sebagai berikut: dalam kamus manajemen, arti dari istilah manajemen adalah: kepengurusan, kepemimpinan, ketatalaksanaan, dan kepengurusan, pengelolaan dan sebagainya.3

Secara bahasa, manajemen berasal dari bahasainggris yaitu “to manage” yang berarti mengatur.4 Demikian pula halnya, dalam mendefinisikan istilah manajemen secara etimologi mempunyai arti pimpinan, direksi dalam mengurus dan memerintah, memimpin atau dapat diartikan juga sebagai pengurusan.5

Sedangkan secara terminologi, menurut Miftah Thoha manajemen merupakan pengelolaan suatu organisasi yang dibatasi dengan tertib. Dengan kata lain, manajemen harus menjalankan

prinsip-3Moekijat,Kamus Manajemen(Bandung: CV. Mandar Maju, 1990), Cet. Ke-4, h. 290-291 4 Malayu SP Hasibuan, Manajemen: Dasar,Pengertian dan Masalah (Jakarta: Gunung Agung, 1986), h. 2

(31)

prinsip perencanaan, pengaturan, motivasi, dan pengendalian dalam menjalankan roda organisasi.6

Beberapa definisi manajemen yang dikutip dari beberapa ahli diantaranya: manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner J.A., R.E. Freeman dan D.R. Gilbert Jr., 1995). Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Mary Parker Follet dalam Stoner J.A., R.E. Freeman dan D.R. Gilbert Jr., 1995).7Drs. H. Malayu S.P Hasibuan memberikan definisi, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.8

Dari variasi definisi tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa, manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Pada dasarnya manajemen memang dibutuhkan oleh semua organisasi karena tanpa ilmu manejemen semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai suatu tujuan akan sia-sia belaka.

6Miftah Thoha,Kepemimpinan Dalam Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), h. 10

7Dian wijayanto, SPi, MM, MSE,Pengantar Manajemen(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 1

(32)

Kemudian untuk pengertian “pelayanan”, yang berarti “usaha melayani kebutuhan orang lain”atau dari pengertian“melayani”yang berarti “membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang”.9

Sedangkan pengertian kesehatan menurut Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 1 ayat 1 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara sosial ekonomi. Jadi pengertian kesehatan cakupannya sangat luas, mencakup sehat fisik maupun non fisik (jiwa, sosial ekonomi).10

Adapun pengertian pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba yang dikutip Azwar adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara individu atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.11 Menurut Ascobat Gani bahwa pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan, pengobatan, dan pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia kala.12

Dari berbagai pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang melalui upaya individu maupun institusi dalam rangka untuk memelihara kesehatan yang ada di

9Marcia Stahhope dan Jeanette Lancaster,Perawatan Kesehatan Masyarakat(Bandung: UPAD, 1990), h. 28-29

10Subekti,Kitab Undang-Undang(Jakarta, PT Pradnya Paramita, 1990), Cet Ke-23, h.351 11Azrul Azwar,Pengantar Administrasi Kesehatan(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), Cet Ke-1, h. 35

(33)

masyarakat baik dalam bidang preventif (pencegahan), promotive (peningkatan), kuratif(pengobatan),danrehabilitatif(pemulihan) agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani maupun sosialnya serta diharapkan berumur panjang.

Berdasarakan semua rumusan pengertian dan definisi diatas, dapat di pahami bahwa manajemen pelayanan kesehatan adalah suatu proses rangkaian kegiatan yang bersifat kontinum (berkesinambungan) dankomprehensif(menyeluruh) dalam mengatur sumber daya manusia baik dari petugas kesehatan maupun non-petugas kesehatan dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi serta mengevaluasi semua kegiatan pelayanan kesehatan melalui program kesehatan agar tercapainya tujuan umum maupun tujuan khusus dalam meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat. Oleh karena itu, Manajemen pelayanan kesehatan merupakan kunci utama untuk meningkatkan kualitas pola hidup sehat dalam bermasyarakat baik lingkungan ataupun sosial agar tercapainya kesejahteraan individu, kelompok, maupun seluruh lapisan masyarakat supaya memiliki semangat dalam bekerja dan beraktifitas tanpa terhalang oleh sebuah penyakit dan memberikan rasa aman kepada warga negara demi terciptanya negara yang sehat, maju, sejahtera, berdayang saing, dan berkarakter.

(34)

seoptimal mungkin agar calon jemaah haji dapat berangkat menunaikan ibadah haji, khususnya untuk memenuhi kriteria istithaah sebelum melakukan perjalanan haji, selama di Arab Saudi bahkan sampai kembali ke Tanah Air. Pemeliharaan kesehatan juga merupakan upaya dalam menciptakan kemandirian dalam melaksanakan ibadah haji, upaya kesehatan ini bisa diwujudkan dengan persiapan obat-obatan serta melakukan konsultasi kesehatan selama perjalanan, asupan makanan dan gizi, himbauan untuk selalu minum air putih untuk mencegah dehidrasi dan penyediaan kantong peepis sebagai solusi untuk tidak menunggu antrian di toilet.

Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan terdiri dari pelayanan kesehatan di daerah (pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan/pra haji dan pada saat kepulangan/pasca haji), pelayanan kesehatan di embarkasi dan debarkasi, pelayanan kesehatan selama di penerbangan, pelayanan kesehatan selama di Arab Saudi, dan pelayanan kesehatan di kelompok terbang. Pelayanan kesehatan tersebut satu dengan lain merupakan proses pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif.13

2. Fungsi Manajemen Pelayanan Kesehatan

Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemen yang baik dan teratur. Manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses tertentu dalam fungsi yang

13Sumber paper, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 422 SK VI tahun

(35)

terkait. Maksudnya adalah serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan. Proses adalah metode atau cara sistematis dalam melakukan atau menangani suatu kegiatan.

Proses manajemen dapat dibagi menjadi 3 tahap: perencanaan, implementasi, dan evaluasi.14 Menurut Juliansyah Noor (2013:38) Fungsi manajemen yaitu elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.15

Fungsi-fungsi manajemen pelayanan kesehatan sama dengan fungsi-fungsi manajemen pada umumnya yang diterapkan disetiap perusahaan, organisasi, lembaga dan instansi.

George R Terry dalam bukunya Principles of Management sebagaimana dikutip oleh Winardi, mengemukakan bahwa fungsi-fungsi manajemen terdiri dari Planning, Organizing, Actuating, Controlling.16

Uraian fungsi manajemen diatas sebagai berikut: a. Planning(Perencanaan)

Perencanaan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang terhadap sesuatu yang

14Dian wijayanto, SPi, MM, MSE,Pengantar Manajemen(Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 10

15Dr. Juliansyah noor, S.E., M.M, Penelitian Ilmu Manajemen: Tinjauan Filosofis dan

Praktis(Jakarta: Fajar Indrapratama Mandiri, 2013), h.38

(36)

akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.17

Dalam buku pengantar ilmu manajemen, bahwa perencanaan mempunyai empat tujuan penting, yaitu:

1) Mengurangi dan mengimbangi ketidak pastian dan perubahan perubahan diwaktu yang akan datang.

2) Memusatkan perhatian kepada sasaran.

3) Mendapatkan atau menjamin proses pencapaian tujuan. 4) Memudahkan pengawasan.18

b. Organizing(Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan simbolnya.19

Fungsi manajemen pengorganisasian memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah proses kegiatan suatu organisasi. Karena dalam pendistribusian kerja telah ditetapkan perindividu dalam setiap ketetapan kerja yang diberikan tanpa menimbulkan

17Maringan Masry Simbolon,Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 38

18 AM. Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar lmu Manajemen: Buku Panduan

Mahasiswa(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), h.47

(37)

kumulasi pekerjaan dan tentu akan sangat mempermudah dalam merealisasikan tujuan sebuah organisasi.

c. Actuating(Penggerakan)

Menurut Ahmad Fadli HS, penggerakan adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi.

Didalam Actuating atau penggerakkan mengandung kegiatan memberi motivasi, mempengaruhi, koordinasi, bimbingan dan mengarahkan para pelaksana atau anggota organisasi untuk segera melaksanakan rencana atauplanning.

d. Controlling(Pengawasan)

Menurut Mc. Farland yang dikutip dalam buku Maringan Masry Simbolon mendefinisikan pengawasan sebagai barikut, “Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijkan yang telah ditentukan”20

Kegiatan dalam fungsi pengawasan dan pengendalian, yaitu: 1) Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan

target sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

2) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.

(38)

3) Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target.

3. Unsur Manajemen Pelayanan Kesehatan

Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus Robert V. (1960) manajemen mempunyai lima unsur (5), yaitu:21

a. Manusia (Men) b. Uang (Money)

c. Bahan baku (Materials) d. Mesin (Machines) e. Metode (Methods)

Dalam penerapannya, unsur manajemen saling berkaitan erat satu sama lainnya. Masing-masing dari unsur tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur manajemen tersebut maka penerapan fungsi manajemen tidak akan bisa berjalan dengan baik dan semestinya.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, unsur tersebut juga terdapat pada manajemen pelayanan kesehatan. Masing-masing elemen sangat penting dalam rangka penerapan fungsi manajemen untuk mencapai hasil yang maksimal dan efisiensi dalam aktifitas pelayanan kesehatan, diantaranya:22

21Yayat M Herujito,Dasar-dasar manajemen(Jakarta: Grasindo, 2001), h.6

(39)

a. Manusia (Men)

Pembangunan organisasi kesehatan seperti rumah sakit, sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terlaksanananya manajemen.

b. Uang (Money)

Uang atau anggaran sangat diperlukan sebagai biaya yang harus dimiliki organisasi untuk melakukan pelayanan kesehatan, mulai dari perizinan, pembangunan rumah sakit, peralatan, pembayaran tenaga kerja dan lain sebagainya.

c. Bahan baku (Materials)

Meterial adalah obat-obatan yang digunakan organisasi kesehatan untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan secara efisien. d. Mesin (Machines)

Mesin adalah peralatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan seperti peralatan untuk perawatan gigi, peralatan untuk persalinan, peralatan radiologi dan sebagainya.

e. Metode (Methods)

(40)

4. Ruang Lingkup Manajemen Pelayanan Kesehatan

Seperti halnya manajemen perusahaan, di bidang kesehatan juga dikenal berbagai jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber daya yang dikelolanya. Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan:23

a. Manajemen sumber daya manusia (personalia)

b. Manajemen keuangan (mengurusicashflowkeuangan) c. Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)

d. Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (melayani pelayanan kesehatan masyarakat)

Untuk masing-masing bidang tersebut dikembangkan manajemen yang lebih spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokok institusi kesehatan. Penerapan manajemen pada unit pelaksana teknis seperti puskesmas dan RS merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing unit pelayanan kesehatan tersebut, dan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi (unit kerja dan sebagainya) secara efektif, efisien, produktif, dan bermutu.24

Berkaitan dengan ruang lingkup pelayanan kesehatan haji, Menteri Kesehatan berkewajiban melakukan pembinaan dan pelayanan kesehatan ibadah haji, baik pada saat persiapan maupun pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji dan kewaspadaan terhadap penularan

23Susatyo Herlambang, S.E, M.M, Arita Murwani, S, Kep, M.kes,Cara Mudah Memahami

Manajemen Kesehatan dan Rumah sakit(Yogyakarta: Gosyen publishing, 2012), h. 26

(41)

penyakit yang terbawa oleh jemaah haji, yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan sektor terkait dan pemerintah daerah.

Pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dilaksanakan secara menyeluruh yang meliputi upayapromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan dalam pelaksanaannya perlu kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan pemerintah daerah, serta perlu adanya pedoman yang dapat menjadi acuan penyelenggaraan kesehatan haji di tanah air, di embarkasi dan debarkasi serta selama perjalanan di Arab Saudi. Pedoman dimaksud telah disusun dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1394/Menkes/SK/2002 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Haji, yang dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, perlu dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian.25

Bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan jemaah haji merupakan rangkaian kegiatan terstruktur dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan kemandirian jemaah haji. Kegiatan bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertahap atau berkesinambungan sejak dari puskesmas, pemeriksaan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan di unit pelayanan di kabupaten/kota, bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan jemaah haji selama perjalanan dari daerah asal, di asrama haji embarkasi, selama perjalanan Indonesia - Arab

25Sumber paper, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 422 SK VI tahun

(42)

Saudi, selama di Arab Saudi, di asrama haji debarkasi dan sampai dengan 14 hari pertama sekembalinya ke tanah air.26

Bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji merupakan upaya meningkatkan status kesehatan jemaah dengan cara-cara promotif dengan menekankan pendekatan manajemen risiko serta kemandirian jemaah haji. Ruang lingkup kegiatan meliputi peningkatan pemahaman perjalanan ibadah haji sebagai kondisi matra yang berpengaruh terhadap kesehatan, manajemen berhaji sehat dan mandiri, persiapan kesehatan (fisik dan psikis), logistik dan keperluan lain untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan juga berarti memberikan bimbingan kesehatan pada jemaah haji yang mendapatkan pelayanan kesehatan.

Kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji dapat dilakukan melalui penyuluhan dan bimbingan perorangan, penyuluhan dan bimbingan berkelompok, kemitraan dalam rangka bimbingan dan penyuluhan kesehatan jemaah haji serta promosi kesehatan haji. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan dilakukan terus menerus dan berkesinambungan secara komprehensif sejak jauh hari sebelum keberangkatan, selama perjalanan ibadah haji dan sekembalinya ke tanah air.27

(43)

5. Ciri-Ciri Pelayanan Kesehatan yang Baik

Pengertian pelayanan yang baik adalah kemampuan sebuah organisasi, lembaga, instansi maupun perusahaan dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan atau jemaah haji khususnya dalam bidang pelayanan ibadah haji dengan standar yang sudah ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukan oleh sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Banyak biro perjalanan haji dan umrah yang ingin dianggap selalu yang terbaik dimata jemaah. Karena jemaah akan menjadi setia terhadap produk yang ditawarkan. Disamping itu, biro perjalanan haji dan umrah juga berharap pelayanan yang diberikan kepada jemaah dapat ditularkan kepada calon jemaah lainnya. Hal ini merupakan promosi tersendiri bagi biro perjalanan haji dan umrah yang berjalan terus secara berantai dari mulut kemulut. Dengan kata lain, pelayanan yang baik akan meningkatkan image biro perjalanan haji dan umrah tersebut dimata jemaahnya. Image ini harus selalu dibangun agar citra biro perjalanan haji dan umrah dapat selalu meningkat.

Dalam prakteknya, pelayanan yang baik memiliki ciri-ciri tersendiri dan hampir semua organisasi, lembaga, instansi maupun perusahaan menggunakan kriteria yang sama untuk membentuk ciri-ciri pelayanan yang baik. Terdapat beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelayanan yang baik, antara lain:

(44)

Disamping itu juga harus berkemampuan dalam berkomunikasi, sopan santun, ramah dan bertanggung jawab penuh terhadap pelanggan ataupun jemaahnya.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan dan ketepatan dan keakuratan pekerjaan. Sarana dan prasarana yang dimiliki harus dilengkapi oleh kemajuan teknologi terkini dan juga harus dioperasikan oleh manusia yang berkualitas. Jadi dapat dikatakan kedua faktor tersebut saling menunjang satu sama lainnya.28

Berikut ini beberapa ciri pelayanan yang baik yang harus dikuti oleh karyawan yang bertugas melayani pelanggan atau jemaah haji antara lain:

1) Tersedianya karyawan atau petugas yang baik 2) Tersedianya sarana dan prasarana yang baik

3) Bertanggung jawab kepada jemaah sejak awal hingga selesai 4) Mampu melayani cepat dan tepat

5) Mampu berkomunikasi

6) Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi 7) Memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik 8) Berusaha memahami kebutuhan jemaah

9) Mampu memberikan kepercayaan kepada jemaah29

(45)

Sebagai bentuk pelayanan kesehatan, baik dari jenis pelayanan kesehatan kedokteran maupun dari jenis pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki berbagai syarat pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah:

a. Tersedianya dan berkesinambungan, yakni syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan.

b. Dapat diterima dan wajar, syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. c. Mudah dicapai, syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan

yang baik adalah mudah dicapai oleh masyarakat (di sudut lokasi).

d. Mudah dijangkau, syarat pokok ke empat pelayanan kesehatan yang baik adalah modal di jangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini termasuk dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

(46)

diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.30

B. Jemaah Haji

1. Pengertian Jemaah Haji

Secara bahasa (Etimologi), Jemaah diambil dari kata َﻊ َﻤ َﺟ jama’a, artinya mengumpulkan sesuatu dengan mendekatkan sesuatu dengan mendekatkan sebagian dengan sebagian lain. Seperti kalimat

jama’tuhu(saya telah mengumpulkannya); َﻊ َﻤ َﺘ ْﺟ ﺎ َﻓ fajtama’a(maka berkumpullah). Kata tersebut juga berasal dari kata ُع ﺎ َﻤ ِﺘ ْﺟ ِﻹ ا ijtima’ (perkumpulan). Ia lawan kata dari ُق ﱡﺮ َﻔ ﱠﺘ ﻟ ا “tafarruq” (perceraian) dan juga lawan kata dari ُﺔ َﻗ ْﺮ ُﻔ ﻟ ا “furqah” (perpecahan). Jemaah adalah sekolompok orang banyak; dikatakan juga sekolompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan. Jemaah juga berarti kaum yang bersepakat dalam suatu masalah.31

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jemaah atau jemaah yang mana dalam penulisan yang benar atau sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah jemaah (je·ma·ah) yaitu adalah kumpulan atau rombongan orang beribadah, orang banyak atau publik.32

30Azrul Azwar,Pengantar Administrasi Kesehatan, h. 38-39

31Abdullah bin Abdil Hamid Al-Atsari, Intisari aqidah ahlus sunnah wal jemaah, terj. Farid bin Muhammad Bathathy (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2006), h.54.

(47)

Demikian pula pengertian jemaah secara istilah (Terminologi),

jemaah mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan konteks

kalimat dan kaitannya.Pertama, dikaitkan dengan kata“ahlu sunnah” sehingga menjadi ahlu sunnah wal jemaah, yang berarti golongan yang

mengikuti sunah dan tradisi Nabi Muhammad SAW serta berada dalam

kumpulan kaum muslim.Kedua, istilah jemaah dikaitkan denganijma’ sebagai sumber hukum. Ijma’ merupakan hasil kesepakatan jemaah

dalam suatu masalah yang di dalamnya terdapat silang pendapat.Ketiga, istilah jemaah dengan imam atau pemimpin, yang berarti komunitas

kaum muslimin (jemaah) yang dipimpin seorang imam.

Istilah jemaah juga berkaitan dengan masalah shalat, terutama

dalam pelaksanaan shalat jum’at yang harus mencukupi jumlah 40

orang. Sehingga jika jumlah ini tidak terpenuhi, maka shalatnya tidak

sah. Mazhab-mazhab lain berpendapat bahwa jika pengertian jemaah

telah terpenuhi – ditinjau dari segi jumlahnya, tiga orang atau lebih,

termasuk imam – maka sholat jum’at sah. Hal ini disebutkan arti dari

istilah jemaah itu sendiri, yaitu jamak, banyak, atau lebih dari tiga

orang.33

Sebagai salah satu dari rukun Islam yang kelima, pengertian haji

diambil dari etimologi bahasa Arab dimana kata haji mempunyai arti

qashad, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’

(48)

haji ialah sengaja mengunjungi Ka’bah untuk melaksakan serangkaian

amal ibadah sesuai dengan syarat dan rukun tertentu.34

Sedangkan pengertian jemaah haji adalah Warga Negara

Indonesia beragama Islam yang telah mendaftarkan diri dan melunasi

biaya BPIH pada kantor Kemeng/Kabupaten/Kota berdasarkan kuota

yang tersedia untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan

yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia.35

2. Klasifikasi Jemaah Haji

Sebagaimana pengertian jemaah haji yang telah disebutkan.

Klasifikasi jemaah haji Indonesia menurut tingkat kondisi kesehatannya

adalah sebagai berikut:

a. Jemaah haji mandiri adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan

mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan

alat/obat dan orang lain.

b. Jemaah haji observasi adalah jemaah haji yang memiliki

kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat

atau obat.

c. Jemaah haji pengawasan adalah jemaah haji yang memiliki

kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat

atau obat dan orang lain.

34Kementerian Agama RI Ditjen PHU,Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia(Jakarta: Ditjen PHU Kemenag RI CV. Duta Peraga, 2010), h. 87

(49)

d. Jemaah haji tunda adalah jemaah haji yang kondisi kesehatannya

tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan haji.

e. Jemaah haji resiko tinggi adalah jemaah haji dengan kondisi

kesehatan yang secara epidemiologi beresiko sakit dan atau mati

selama perjalanan ibadah haji, meliputi :

1) Jemaah haji lanjut usia.

2) Jemaah haji penderita penyakit menular tertentu yang tidak

boleh terbawa keluar dari Indonesia berdasarkan peraturan

kesehatan yang berlaku.

3) Jemaah haji wanita hamil.

4) Jemaah haji dengan ketidakmampuan tertentu terkait

penyakit kronis dan atau penyakit tertentu lainnya.36

3. MaknaIstithaahPada Aspek Kesehatan Jemaah Haji

Istithaah adalah kemampuan atau kesanggupan fisisk/badan, biaya dan keamanan untuk melakukan perjalanan sampai ke Makkah

dalam rangka ibadah haji.37

Menurut etimologi, istithaah berarti kemampuan dan kesanggupan melakukan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesiaistithaahberasal dari akar katata’a, yaitutau’an, berarti taat patuh dan tunduk.Istithaahberarti keadaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan syara’ sesuai kondisinya. Semakin besar

36 Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji, (Pusat Kesehatan Haji Kementrian Kesehatan RI: 2010), h.3-4

37Drs. H. Ahmad Kartono, M. Si,Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan Ibadah

(50)

kemampuan seseorang maka semakin besar tuntutan untuk melakukan

suatu perbuatan. BahasanIstithaahhampir ada disemua furu’ (cabang) ibadah, misalnya dalam sholat, puasa, kifarat, dan lainnya. Namun lebih

dalamnya kajianistithaahini di dalam ibadah haji, karena dalam ibadah haji menghimpun dua kemampuan sekaligus, kemampuan fisik dan

kemampuan materi.38

Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 97 yang artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu

bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah”. Dari ayat di atas para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan mampu

(istithaah) dalam berhaji.

Istithaah menurut madzhab Hanafi terbagi dalam 3 kategori yaitu (1) istithaah amaliyah (biaya), (2) istithaah badaniyyah (kesehatan) dan, istithaah amniyah (kemampuan keamaan selama perjalanan dan sampai ke tanah air). Wajib bagi seseorang yang

memenuhi kategori ini untuk melaksanakan ibadah haji. Kemampuan

pertama kemampuan amaliyah yang mencakup kemampuan dalam menyiapkan biaya selama melakukan perjalanan, biaya dalam

memenuhi persyaratan sebelum berangkat, biaya selama berada di tanah

suci dan biaya untuk orang yang ditinggalkan (keluarga). Kemampuan

kedua adalah kemampuan badaniyyah yaitu kesehatan badan. Mampu secara jasmani dan rohani untuk melakukan perjalanan haji, terbebas

dari segala penyakit yang membahayakan bahkan penyakit yang

(51)

membuat orang lain terbebani, orang yang sakit, buta, lumpuh, cacat dan

yang berusia lanjut yang tidak mungkin mampu berjalan sendiri tanpa

bantuan orang lain tidak wajib melaksanakan ibadah haji. Kemampuan

ketiga adalahamaniyyahyaitu kemampuan yang menjamin keselamatan dan keamanan selama dalam perjalanan dan menunaikan ibadah haji

bahkan keamanan bagi keluarga yang ditinggalkan di tanah air,

kemampuan yang ketiga ini termasuk di dalamnya dengan adanya

seorang mahram bagi perempuan, mahram yang baligh, berakal, tidak

fasik untuk menemani perempuan selama melakukan perjalanan dan

ibadah haji.

Istithaah menurut mazhab Maliki adalah kemampuan untuk pergi dan sampai di Mekkah baik berjalan kaki atau dengan menaiki

kendaraan. Tidak termasuk di dalamnya kemampuan untuk kembali lagi

ke Tanah Air kecuali apabila jika ia tinggal di Makkah atau daerah

sekitar Makkah. Menurut Mazhab iniIstithaahterbagi dalam 3 bentuk, yaitu (1) kesehatan jasmani, (2) kemampuan biaya, (3) kemampuan

fasilitas kendaraan dan jalan untuk sampai ke Makkah.

Sedangkan Mazhab Syafi’i membagi istithaah ke dalam 7 bentu, yaitu: (1) kemampuan kesehatan jasmani yang dapat diukur

dengan kemampuan untuk duduk di atas kendaraan tanpa menimbulkan

kesulitan, (2) kemampuan biaya untuk pergi dan pulang, (3) adanya

kendaraan, (4) adanya bekal selama pelaksanaan haji, (5) adanya

keamaan, baik dalam perjalanan atau di tanah suci, (6) harus ada

(52)

batas waktu yang ditentukan, sejak bulan syawal sampai dengan tanggal

10 Dzulhijjah.

Mazhab Hambali mensyaratkan 2 kemampuan yaitu

kemampuan menyiapkan bekal dan (ongkos) kendaraan. Hal ini

berdasarkan hadis riwayat Daru Gufni dari Jabir, Ibnu Umar, Ibnu Amir,

Anas bin Malik dan Aisyah yang menyatakan bahwa pernah seorang

laki-laki datang kepada Rasullah Saw untuk bertanya tentang sesuatu

yang mewajibkan haji itu ialah bekal dan kendaraan.39

“Mampu” atau “Istithaah” bidang kesehatan adalah mampu

menunaikan ibadah haji ditinjau dari jasmani yang sehat dan kuat agar

dapat melaksanakan perjalanan dan mudah melakukan proses ibadah

haji, berakal sehat dan memiliki kesiapan mental untuk menunaikan

ibadah haji, aman dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji di arab

Saudi, serta aman bagi keluarga yang ditinggalkan.40

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 15 Tahun 2016 Pasal 1 menjelaskan bahwaIstithaahkesehatan jemaah haji adalah kemampuan jemaah haji dari aspek kesehatan yang

meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat

dipertanggung jawabkan sehingga jemaah haji dapat menjalankan

ibadahnya sesuai tuntutan agama Islam.41

39Ibid, h. 259-260

40Pedoman Teknis Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji(Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014), h. 1

41 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2016. Tentang

(53)

4. Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji

Penyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan

pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan

dan penyuluhan kesehatan haji. Pelayanan kesehatan, imunisasi,

surveilans, dan respon KLB (Kejadian Luar Biasa), penanggulangan

KLB, dan musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen

penyelenggaraan kesehatan haji.42

Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan

pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya bagi

jemaah haji pada bidang kesehatan, sehingga jemaah haji dapat

menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.

Tujuan tersebut dicapai melalui upaya-upaya peningkatan kondisi

kesehatan sebelum keberangkatan, menjaga kondisi sehat selama

menunaikan ibadah sampai tiba kembali ke Indonesia, serta mencegah

transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh

jemaah haji.43

Kesehatan adalah modal perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi

kesehatan yang memadai, niscaya prosesi ritual peribadatan menjadi

tidak maksimal. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan

diri agar memliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya.

(54)

Untuk itu, upaya pertama yang perlu ditempuh adalah pemeriksaaan

kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan merupakan upaya identifikasi status

kesehatan sebagai landasan karakteristik, prediksi dan pennetuan cara

eliminasi faktor resiko kesehatan. Dengan demikian, prosedur dan

jenis-jenis pemeriksaan mesti ditatalaksana secaraholistic.44

Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah penilaian status

kesehatan bagi jemaah haji yang telah memiliki nomor porsi sebagai

upaya penyiapan kesanggupan ber-haji melalui mekanisme baku pada

sarana pelayanan kesehatan terstandar yang diselenggarakan secara

kontinum (berkesinambungan) dan komprehensif (menyeluruh). Yang dimaksud kontinum dan komprehensif yaitu: bahwa proses dan hasil

pemeriksaan selaras dan bermanfaat bagi pelayanan kesehatan dalam

rangka perawatan dan pemeliharaan, serta upaya-upaya pembinaan dan

perlindungan jemaah haji.45

Untuk memberikan pelayanan bagi jemaah haji yang

mempunyai kategori resiko tinggi yaitu kondisi/penyakit tertentu yang

terdapat pada jemaah haji yang dapat memperburuk kesehatannya

selama menjalankan ibadah haji maka mulai tahun 1999 dibentuk kloter

khusus bagi jemaah haji resiko tinggi. Kloter risti ini adalah kloter

jemaah haji biasa yang dipersiapkan bagi jemaah haji resiko tinggi

dengan pelayanan khusus di bidang pelayanan umum, ibadah dan

(55)

kesehatan serta fasilitas lainnya untuk menghindarkan lebih beresiko

tinggi dengan mengarah kepada terwujudnya ibadah yang sah, lancar

dan selamat.46

(56)

41

PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH)

BIDANG KESEHATAN EMBARKASI JAKARTA PONDOK GEDE A. Sejarah Berdirinya PPIH Bidang Kesehatan Embarkasi Jakarta

Pondok Gede

Menengok kembali sejarah berdirinya PPIH bidang kesehatan

Embarkasi Jakarta Pondok Gede, tak lepas dari sejarah karantina jemaah

haji dan sejarah Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pondok Gede serta sejarah

pemerintah Indonesia itu sendiri dalam mengatasi permasalahan

pengelolaan ibadah haji yang tidak kunjung selesai.

Pada saat itu Indonesia masih hidup dalam zaman kolonial Belanda.

Bahwasanya perjalanan dari Indonesia yang dahulu disebut Hindia-Belanda

ke Mekkah memerlukan waktu berbulan –bulan dengan kapal. Perjalanan yang sebelumnya memerlukan waktu berbulan-bulan, bahkan

bertahun-tahun dengan kapal layar, kini dapat ditempuh dalam sebulan lebih. Bahkan,

sampai 1970-an mayoritas jemaah menunaikan ibadah haji dengan kapal

laut. Kala itu, masih jarang orang pergi haji dengan pesawat terbang.1

Manakala kondisi kapal yang masih sederhana, tidak terjaga

kebersihannya, serta banyaknya jemaah memudahkan penularan penyakit

infeksi.

1 Alwi Shahab, Haji dan Perlawanan Terhadap Penjajah,

(57)

Di awal tahun 1900 dari 18.535 jemaah haji, sebanyak 2.634 orang

meninggal karena penyakit infeksi (disentri, kolera, dan pneumonia). Pada

tahun 1911, penyakit pes masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak

Surabaya. Pemerintah Hindia-Belanda membuat kebijakan Quarantine

Ordonanti atau Ordonansi Karantina (Staatsblad Nomor 277 tahun 1911)

untuk mencegah penularan penyakit. Untuk penanganan kesehatan di

pelabuhan di laksanakan oleh Haven Arts (Dokter Pelabuhan) dibawah Haven Master(Syahbandar). Adapun isi kebijakan tersebut adalah:2

1. Perbaikan dalam seluruh fasilitas selama pelayaran haji.

2. Tersedianya fasilitas kesehatan di kapal.

3. Tersedianya dokter di kapal.

4. Pembatasan penumpang di setiap kapal.

5. Setiap jemaah haji harus diperiksa kesehatannya dan diberikan suntikan

serum.

6. Setiap kapal harus singgah di pulau karantina terlebih dahulu.

Saat itu di Indonesia hanya ada 2Haven Artsyaitu di Pulau Rubiah di Sabang (Aceh) & Pulau Onrust di Teluk (Jakarta).3 Sejak tahun 1911

itulah, dua pulau tersebut ditetapkan sebagai karantina pemeriksaan

kesehatan jemaah haji.

Pada perkembangannya pulau karantina berfungsi sebagai

embarkasi dan debarkasi bagi jemaah haji. Sebagai embarasi, dua pulau

2Sumber Paper, Power Point KKP Kelas 1 Soekarno-Hatta,Tentang Karantina Kesehatan

Jemaah Haji(Jakarta: KKP Soekarno-Hatta, 2016), h 4-6.

3 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Soekarno-Hatta, Sejarah,

(58)

karantina ini dibangun barak untuk tempat tinggal jemaah haji dan beberapa

fasilitas pendukung, seperti barak kesehatan, kantor petugas karantina,

sarana pelabuhan dan gudang makanan. Jemaah haji juga diperiksa

kesehatannya di pulau ini dan harus tinggal selama 5 – 25 hari sebelum melanjutkan perjalanan ke Mekkah serta pemeriksaan sanitasi kapal yang

singgah harus diperiksa kebersihan dan kesehatannya. Sebagai debarkasi,

jemaah haji yang datang dari Mekkah harus menetap di pulau karantina

selama 5 –10 hari. Selain itu, pakaian dan barang harus dicuci bersih dan disemprotkan cairan disinfeksi. Serta petugas karantina juga harus

membersihkan kapal dengan cairan disinfeksi. Dan pada akhirnya pulau

karantina hanya berfungsi hingga 1939.4

Pada era awal kemerdekaan dan Demokrasi terpimpin ini, sekitar

tahun 1949/1950 Pemerintah RI membentuk 5 Pelabuhan Karantina, yaitu

Pelabuhan Karantina Kelas I Tanjung Priok dan Sabang, Pelabuhan

Karantina Kelas II Surabaya dan Semarang serta Pelabuhan Karantina Kelas

III Cilacap.5 Inilah periode peran resmi Pemerintah RI dalam kesehatan

pelabuhan dimulai. Pada tahun 1952, perekonomian negara mulai membaik

sehingga pemerintah menyediakan pilihan bagi jemaah haji untuk berangkat

ke Tanah Suci menggunakan armada pesawat terbang.6

4Sumber Paper, Power Point KKP Kelas 1 Soekarno-Hatta,Tentang Karantina Kesehatan

Jemaah Haji(Jakarta: KKP Soekarno-Hatta, 2016), h 7

5 Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Soekarno-Hatta, Sejarah,

http://www.kkpsoetta.com/web/profil/page/1, diakses 22 September 2016, jam 12.35 WIB. 6Sumber Paper, Power Point KKP Kelas 1 Soekarno-Hatta,Tentang Karantina Kesehatan

Gambar

Gambar 3.2Struktur Organisasi Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Jakarta
Tabel 4.1Pengawasan Kesehatan di Asrama Haji Jakarta Pondok Gede ........86
Gambar 3.1Struktur Organisasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Gambar 3.2Struktur Organisasi Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Jakarta
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana prosedural pengolahan dokumen haji dan pelayanan apa saja yang dilakukan Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta

Menurut analisis penulis mengenai aspek kesehatan yang dilayani Dinas Kesehatan, yakni seluruh jamaah haji sebanyak 2180 yang terdiri dari 1023 jamaah haji

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat adalah Baik, yaitu

Secara umum tenaga kesehatan berasal dari Kantor Kesehatan Pelabuhan, ditambah dari Dinas Kesehatan Provinsi (tidak semua embarkasi), Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam hal

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh persepsi masyarakat tentang mutu pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan, aktivitas fisik dan pelayanan kesehatan dengan kejadian diabetes mellitu s pada lansia di wilayah Puskesmas Pondok Gede

Secara umum tenaga kesehatan berasal dari Kantor Kesehatan Pelabuhan, ditambah dari Dinas Kesehatan Provinsi (tidak semua embarkasi), Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dalam hal

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kaur mengenai apa saja kendala yang dialami oleh Kemenag dalam memberikan pelayanan terhadap