KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN DI KLINIK MAKMUR
JAYA CIPUTAT, TANGERANG SELATAN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Annisa Zakiroh
1111103000033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Laporan penelitian ini berjudul “Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan
Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam
Komunikasi Dokter-Pasien di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan”.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini,M. Gizi, Sp.GK selaku ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing I dan dr. Lady CC
Koesoema, SpKK sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya
dalam pengerjaan penelitian dan penyususnan laporan penelitian ini.
4. dr. Risahmawati, Ph.D dan dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT selaku penguji
sidang riset yang memberi banyak masukan pada revisi laporan penelitian
ini.
5. dr. Flori Ratnasari Ph.D selaku penanggung jawab riset Pendidikan Dokter
2011 yang selalu membantu pelaksanaanproses penelitian dan
mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan penelitian.
6. Bapak, Ibu dosen dan segenap Civitas Akademika FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman
vi
proses pengumpulan data di lokasi penelitian.
8. Ibunda Mundjilah, Amd.Keb, sumber kekuatan utama penulis yang selalu
memberikan motivasi baik moril maupun materil, kasih sayang dan
doatiada henti yang tulus kepada penulis.Ayahanda (Alm.) Suharyono,
sosok panutan yang meninggalkan banyak kebaikan dan kekuatan dalam
diri penulis, semoga Allah SWT menempatkan Bapak disisi terbaik-Nya.
Serta kakak-kakak penulis yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil hingga penelitian ini selesai.
9. Avissa Mada, Wulan Roudotul, Silmi Lisani, Farah Nabilla, Rissa Adinda
dan Riwi Bedori yang telah menjadi teman terbaik penulis selama
menempuh pendidikan dan memberikan banyak sekali dukungan dan
bantuan tidak ternilai selama mengerjakan penelitian.
10.Teman-teman seangkatan penulis di Program Studi Pendidikan Dokter
2011 yang telah berbagi banyak ilmu dan kebersamaan selama tiga tahun
terakhir ini.
11.Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Ciputat, 8 September 2014
vii
Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.
2014.
Latar belakang: Keterampilan interpersonal yang baik dalam komunikasi dokter-pasien dapat memberikan hasil pengobatan yang baik dan meningkatkan kepuasan pasien. FKIK UIN Syarif Hidayatullah (FKIK UINSH) memiliki kurikulum Dokter Muslim yang salah satu tujuannya adalahmeningkatkan keterampilan interpersonal islami pada lulusannya. Tujuan: Mengetahui persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah (UINSH) Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat.
Metode: Disain penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel
purposive sampling dan total sampel 204. Data dikumpulkan menggunakan kuesionerpada Juli-Agustus 2014 dan dianalisa dengan SPSS 16 menggunakan Chi square test.Hasil:Dokter lulusan FKIK UINSH menunjukkan keterampilan interpersonal yang lebih baik (76,9%) dibanding dokter bukan lulusan FKIK UINSH (69,7%). Terdapat perbedaan persepsi pasien yang signifikan (p=0,000) terhadap keterampilan interpersonalantara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH di Klinik Makmur Jaya Ciputat.
Kesimpulan: Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UINSH lebih tinggi dibanding dengan dokter bukan lulusan FKIK UINSH di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.
viii
Jaya Clinic Ciputat, South Tangerang. 2014.
Background: Good interpersonal skill on doctor-patient communication can give positive
result of therapy and improve patients’ satisfication. Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah has Moslem Doctor Curriculum as an effort to increase islamicinterpersonal skill to their graduates.
Aim: To identify patients’ perception on doctor’s interpersonal skills in doctor-patient communication between doctor who graduated and isn’t graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta at Makmur Jaya Clinic Ciputat, South Tangerang.
Method: The study design was cross sectional using purposive sampling technique and total samples were 204. Data was gathered using questionnaires within July-August 2014and analyzed by SPSS 16 using Chi square test.
Results: Doctor who graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta shows good interpersonal skill (76,9%)
better than doctor who isn’t graduated (69,7%). There was significant difference (p=0,000)of patients’ perception on doctor’s interpersonal skills between doctor who
graduated and isn’t graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
1.1 Latar belakang ...
1.2 Rumusan masalah ...
1.3 Hipotesis ...
1.4 Tujuan penelitian ...
1.4.1 Tujuan umum ...
1.4.2 Tujuan khusus ...
1.5 Manfaat penelitian ...
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keterampilan Interpersonal…...
2.2 Komunikasi... ...
2.3 Komunikasi Dokter-Pasien...
2.4 Komunikasi Efektif Dokter-Pasien...
2.5 Kurikulum Pendidikan Profesi Dokter Indonesia ...
2.6 Kurikulum Dokter Muslim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...
x
3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ...
3.4.Cara Kerja Penelitian ...
3.5.Variabel Yang Diteliti...
3.6.Manajemen Data ...
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
33
33
34
35
37
59
61
xi
Tabel 2.9. Definisi Operasional ... 32
Tabel 3.2.1.Timeline Penelitian ... 33
Tabel 4.1.3.1 Distribusi Responden Penelitian ... 39
Tabel 4.1.3.2 Deskripsi Dokter ... 40
Tabel 4.1.3.3 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menunjukkan Pemahaman Atas Perasaan Pasien ... 41
Tabel 4.1.3.4 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menenangkan Pasien Saat Mengeluhkan Sakit Yang Dirasakan ... 41
Tabel 4.1.3.5 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Dengan Bahasa Yang Sederhana Tentang Penyakit Pasien ... 42
Tabel 4.1.3.6 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Meyakinkan Pasien Bahwa Pasien Akan Baik-baik Saja ... 42
Tabel 4.1.3.7 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Pengobatan Yang Harus Pasien Lakukan Dengan Gamblang ... 43
Tabel 4.1.3.8 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Keterbukaan Dokter Dalam Menerima Pendapat Pasien ... 44
Tabel 4.1.3.9 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Memberi Kesempatan Bagi Pasien Untuk Bertanya... 44
Tabel 4.1.3.10 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Mengapresiasi Tindakan dan Jenis Pengobatan Yang Pernah Pasien Lakukan Sebelumnya ... 45
Tabel 4.1.3.11 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Terlihat Tenang Selama Pemeriksaan dan Menenangkan Pasien ... 45
Tabel 4.1.3.12 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Memperhatikan Pasien Saat Pasien Bicara ... 46
xii
Tabel 4.1.3.15 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter
Menjelaskan Seluruh Prosedur Pengobatan Dengan Sabar ... 48
Tabel 4.1.3.16 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Ketidakseganan Dokter
Bertanya Tentang Keadaan Keluarga Pasien ... 48
Tabel 4.1.3.17 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter
Menanyakan Daerah Tempat Tinggal Pasien ... 49
Tabel 4.1.3.18 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter
Mengingat Nama Pasien Dengan Baik ... 49
Tabel 4.1.3.19 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Memberi
Penjelasan Yang Lengkap Tentang Penyakit Yang Pasien Derita ... 50
Tabel 4.1.3.20 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter
Menunjukkan Kepedulian Pada Kesembuhan Pasien ... 51
Tabel 4.1.3.21Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Menyapa
Pasien Dengan Memanggil Nama ... 51
Tabel 4.1.3.22 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter
Menjelaskan Riwayat Penyakit Pasien Dari Awal Sampai Tuntas ... 52
Tabel 4.1.3.23Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kejujuran Dokter Mengatakan
Perihal Penyakit Yang Pasien Derita ... 52
Tabel 4.1.3.24Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Tidak Adanya Usaha Dokter
Menyembunyikan Diagnosis Penyakit Pasien ... 53
Tabel 4.1.3.25 Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dalam
Komuikasi Dokter-Pasien ... 53
Tabel 4.1.3.26 Distribusi Pilihan Pasien Lebih Suka Langsung Berkonsultasi
xiii
Gambar 2.1.2.2 Model Penampilan Interpersonal ... 9
Gambar 2.2.2.1. Model Proses Komunikasi ... 12
Gambar 2.3.2.1. Tahap komunikasi dokter-pasien ... 14
Gambar 2.5.1. Pondasi dan Pilar Kompetensi ... 24
Gambar 2.7. Kerangka Teori ... 31
Gambar 2.8. Kerangka Konsep ... 32
Gambar 4.1.3.. Alasan Responden Lebih Suka Langsung Berkonsultasi Dengan Dokter Spesialis ... 55
Gambar 4.1.3.2 Alasan Responden Lebih Suka Berkonsultasi Dengan Dokter Umum ... 56
xiv
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Kepada Pimpinan Klinik Makmur Jaya,
Ciputat ... 83
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 84
1
1.1. Latar Belakang
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia1, komunikasi dokter-pasien adalah
salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter, karena kompetensi ini
dapat menentukan keberhasilan penyelesaian masalah kesehatan pasien. Hingga
saat ini, dapat dikatakan kalau para dokter masih mengabaikan kompetensi
komunikasi dokter-pasien, baik dalam proses pendidikan maupun praktik
kedokteran.
Di Indonesia, banyak dokter merasa tidak memiliki waktu yang cukup
untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya.
Hal ini dapat berakibat dokter tidak mendapat keterangan yang cukup untuk
menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut.
Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan
dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya
menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.
Menggali keterangan dari pasien tidaklah mudah, karena memang tidak
dapat diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang
dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan,
maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling
percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga
dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan
memberi obat yang tepat bagi pasien.
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak
superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan
sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu
mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana
tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang
Berdasarkan penelitian Iswandari, Suryadi dan Nugraha mengenai
ketidakpuasan pasien di Indonesia terhadap kinerja dokter di layanan primer
umumnya dihubungkan dengan komunikasi dan perilaku, sebagaimana tercantum
dalam penelitian Sri Linuwih2. Sri Linuwih2 juga menyebutkan bahwa hal tersebut
sejalan dengan laporan tentang data pengaduan masyarakat yang diterima Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) selama periode Maret 2006
hingga Mei 2010, dimana terdapat 126 pengaduan berupa pelanggaran asuhan
medik, kompetensi dan komunikasi.
Pernyataan dr. Khie Chen, salah satu anggota Perhimpunan Ahli Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI) yang dikutip oleh Arianto3 mengemukakan bahwa
terjadinya sengketa medis lebih sering disebabkan kesenjangan persepsi antara
dokter dan pasien. Pasien dan keluarga merasa kurang puas dengan proses atau
hasil pengobatan yang dilakukan, sedangkan pada sisi lain, dokter dan pihak
rumah sakit merasa sudah melakukan pengobatan secara optimal. Sengketa medis
juga terjadi karena adanya ekspektasi berlebihan dari pasien terhadap dokter, adanya perbedaan ‘bahasa’, makna pesan, dan atau ketidaksiapan dokter untuk menjalin komunikasi yang empatik.
Keterampilan interpersonal menjadi semakin dibutuhkan dalam profesi
kedokteran, karena kini ekspektasi pasien terhadap dokter tidak lagi hanya
pengetahuan mengenai ilmu kedokteran saja. Untuk melakukan praktik
kedokteran profesional dengan efektif, dokter harus mengembangkan
keterampilan interpersonal dalam komunikasi, kepemimpinan, manajemen,
mengajar dan manajemen waktu. Hal tersebut kini menjadi subjek pengajaran
yang semakin penting dalam pendidikan kedokteran.4
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sebagai institusi pendidikan kedokteran mencoba menangkap isu tersebut
dan memberi solusi dari sisi pendidikan. Keunggulan FKIK berupa kurikulum
untuk menghasilkan lulusan sebagai Dokter Muslim. Salah satu tujuan Dokter
kegiatan-kegiatan pendidikannya dengan harapan hal ini dapat memicu peningkatan
kemampuan interpersonal yang islami kelak ketika menjadi seorang dokter.
Keterampilan interpersonal dokter dalam melakukan komunikasi
dokter-pasien hingga saat ini masih belum banyak diteliti di Indonesia. Penelitian
Iskandar yang tercantum dalam penelitian Herqutanto5 menunjukkan bahwa
dalam komunikasi petugas kesehatan dengan pasiennya, kualitas informasi yang
ditukar masih belum baik. Hal tersebut terjadi karena keterampilan komunikasi
petugas kesehatannya sangat terbatas.
Berdasarkan target yang telah ditentukan terhadap dokter lulusan FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyangkut penerapan kurikulum Dokter
Muslim, maka perlu adanya tindak lanjut pencapaian target tersebut.
Penindaklanjutan ini berupa penilaian apakah dokter lulusan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta telah memenuhi target yang ditetapkan oleh institusi. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta berdasarkan persepsi pasien. Tidak hanya itu, penelitian ini
juga bertujuan membuat perbandingan persepsi pasien terhadap keterampilan
interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan dokter
bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah tersebut, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan
interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan dengan bukan
lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat,
1.3. Hipotesis
Terdapat perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal
dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan dengan bukan lulusan
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat,
Tangerang Selatan.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Mengetahui persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam
komunikasi dokter-pasien dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan
interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan
dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mengetahui pilihan pasien lebih suka langsung berkonsultasi dengan
dokter spesialis atau ke dokter umum jika sakit beserta alasannya.
c. Mengetahui harapan pasien tentang keterampilan interpersonal yang harus
dimiliki seorang dokter.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Peneliti
a. Sebagai syarat untuk kelulusan pendidikan preklinik Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Melatih kemampuan pribadi dalam melakukan riset dan penelitian.
1.5.2. Bagi Institusi
a. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi
dan tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan
b. Menjadi data penelitian untuk rujukan bagi penelitian berikutnya.
1.5.3. Bagi Masyarakat
Agar dapat menerima pelayanan kedokteran yang lebih berkualitas khususnya
dalam penerapan keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien
6
2.1. Keterampilan Interpersonal
2.1.1. Pengertian
Keterampilan interpersonal adalah keterampilan dasar yang termasuk
kedalamnya adalah kemampuan berhadapan dan berhubungan dengan orang lain
dalam hubungan satu orang dengan orang lainnya.6
Jika keterampilan komunikasi terlihat dari perilaku seseorang dan
bagaimana ia mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya, maka keterampilan
interpersonal lebih berorientasi pada proses dan hubungan dengan orang lain.
Keterampilan interpersonal berfokus pada komunikasi terhadap orang lain.
Stewart mengatakan bahwa keterampilan interpersonal dibangun berdasarkan
keterampilan dasar komunikasi, dimana jika hanya ada keterampilan komunikasi
saja, itu tidak akan cukup untuk membangun dan mempertahakankan hubungan
terapetik dengan pasien.7
Elemen penting dari keterampilan interpersonal termasuk:
1. Hormat, memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan;
2. Memperhatikan pasien dari apa yang dia katakan hingga gerak-geriknya;
3. Selalu benar-benar ada saat dibutuhkan pasien, sadar akan pentingnya
hubungan dengan pasien;
4. Memiliki maksud kepedulian yang baik, tidak hanya untuk
menyembuhkan penderitaan yang pasien rasakan tapi juga merasa ingin
tahu dan tertarik dengan ide, nilai, dan kepentingan pasien;
5. Fleksibilitas, yang berarti mampu memantau hubungan dengan pasien
yang sesungguhnya dan menjadikan keterampilan interpersonal sebagai
Tabel 2.1.1.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal
Keterampilan
Interpersonal Deskripsi Keterampilan Terkait
Keterampilan Komunikasi
Mendengar aktif
Menaruh perhatian penuh pada apa yang dikatakan, menanyakan pihak lain untuk menjelaskan lebih tepat tentang apa yang ia katakan, dan memohon kata-kata atau ide yang ambigu untuk diulang
Mendengar dengan empati dan simpati; mendengar untuk pemahaman
Komunikasi
lisan Mengirim pesan verbal secara konstruktif
Mengabarkan; mengekspresikan diri anda dengan gamblang; mengkomunikasikan emosi; komunikasi inteerpersonal Komunikasi
tertulis Menulis dengan jelas dan tepat
Kejelasan; mengkomunikasikan arti yang dimaksudkan
Komunikasi tegas
Secara langsung mengekspresikan perasaan, pilihan, kebutuhan dan opini seseorang dengan cara yang tidak mengancam tidak juga menghukum orang lain
Mengemukakan ide; ketegasan sosial; mempertahankan hak; peintah; menyatakan kebutuhan anda
Komunikasi nonverbal
Menguatkan atau menggantikan komunikasi wicara melalui penggunaan bahasa tubuh, isyarat, suara, atau benda-benda
Ekspresi perasaan; persepsi/pengakuan perasaan; ekspresi wajah
Membangun Hubungan
Kerjasama dan koordinasi
Pemahaman dan bekerja dengan orang lain dalam grup atau timl termasuk menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengerjakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tim
Penyesuaian; kesadaran berbagi bersama situasional; pelaksanaan pengawasan dan umpan balik; hubungan interpersonal; komunikasi; membuat keputusan; keterpaduan; penyelesaian masalah dalam grup; menjadi pelaku dalam tim
Kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan individu pada integritas atau hal yang dapat dipercaya dari seseorang atau sesuatu; kemauan sebuah pihak untuk menjadi lemah pada aksi dari pihak lain sesuai dengan ekspektasi bahwa beberapa aksi penting tertentu akan dilakukan
Kesadaran diri; penyingkapan diri; tangkas
Kepekaan antar-budaya
Menghargai perbedaan individu diantara orang-orang
Penerimaan; keterbukaan terhadap ide-ide baru; kepekaan kepada orang lain; relasi lintas budaya
Orientasi pelayanan
Sebuah perangkat kecendrungan individu dasar dan kecondongan untuk menyediakan pelayanan, menjadi sopan dan penolong dalam berhadapan dengan pelanggan, klien, dan rekan
Melampaui ekspektasi pelanggan; keterampilan kepuasan pelanggan; kemampuan untuk menjaga hubungan baik dengan klien; penjualan; membangun hubungan; mewakili organisasi kepada pelanggan dan publik
Presentasi diri
Proses dimana seorang individu mencoba mempengaruhi reaksi dan gambaran yang orang miliki tentang mereka dan ide-ide mereka; mengelola kesan-kesan agar
mencakup range yang luas dari perilaku yang dapat membentuk pengaruh positif kepada rekan kerja
Ekspresi diri; pengelolaan kesan; pengelolaan persepsi; promosi diri
Pengaruh sosial
Memandu orang-orang ke arah adopsi
perilaku, kepercayaan dan sikap yang spesifik; mempengaruhi distribusi keuntungan dan
Etika bisnis; pemberian alasan;
kerugian pada organisasi melalui sebuah aksi tinggi; mengesankan persetujuan; relasi; persuasi, keterampilan politik yang positif
Resolusi dan negosiasi konflik
Mengadvokasi sebuah posisi dengan pikiran terbuka, tidak memasukkan pertentangan dengan anggota lain ke dalam urusan pribadi, menempatkan diri pada posisi orang lain, mengikuti argument rasional dan mencegah evaluasi yang terlalu dini, dan mencoba mempersatukan ide-ide terbaik dari seluruh pandangan dan perspektif
Gaya mengatasi konflik; pengelolaan konflik; pencegahan konflik; berkompromi; penyelesaian masalah; penawaran integratif; negosiasi berprinsip; negosiasi kultural; mediasi
Sumber: Klein, DeRouin dan Salas (2006) sebagaimana tercantum pada Assesing
21st Century Skill.8
2.1.2. Pentingnya Keterampilan Interpersonal
Dalam kehidupan sehari-hari, hampir tidak mungkin manusia tidak
berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam skema hidup bersama ini muncul
kebutuhan untuk memahami kebutuhan manusia lain, maka timbullah komunikasi
antar manusia.9
Ketika berkomunikasi, banyak hal yang harus dikuasai dan mengerti,
antara lain:
1. Bagaimana mengenal diri sendiri,
2. Bagaimana mengenal dan memahami orang lain,
3. Bagaimana mengekspresikan diri,
4. Bagaimana menegaskan kebutuhan,
5. Bagaimana memberikan dan menerima masukan,
6. Bagaimana mendengarkan pembicaraan dengan orang lain,
7. Bagaimana memengaruhi orang lain,
8. Bagaimana menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan orang lain,
9. Bagaimana menjadi anggota sebuah tim/kelompok/grup,
10.Bagaimana melakukan negosiasi,
11.Bagaimana menyelesaikan konflik,
12.dan lainnya.9
Kemampuan diatas sangat memengaruhi bagaimana seseorang
mempersepsikan dirinya terhadap orang lain, dan bagaimana orang lain
hal pertama yang dapat dirasakan adalah rasa percaya diri yang kemudian
membuat seseorang dihargai oleh orang lain, dan pada akhirnya akan dapat
membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.9
Dalam dunia kerja dan bisnis, keterampilan interpersonal yang baik dapat
membawa kesuksesan dalam perkerjaan dan tentunya akan memberikan
keuntungan finansial/material maupun keuntungan spiritual.9
Gambar 2.1.2.1. Siklus keterampilan interpersonal.
Sumber: Lestari, Riri, Ak. 2007.
Gambar 2.1.2.2 Model penampilan interpersonal.
Keterampilan dengan orang lain
CATATAN: Lima besar ciri kepribadian = keterbukaan, teliti, ekstraversion, keramahan, dan neurotisisme; KE = kecerdasan emosional; KI = keterampilan interpersonal.
Sumber: Presentasi Stephen Fiore. Klein, DeRouin dan Salas (2006) sebagaimana
tercantum pada Assesing 21st Century Skill.8
Gambar 2.1.2.2 menunjukkan pegembangan model penampilan
interpersonal yang mengilustrasikan interaksi antara berbagai pengaruh, seperti
karakteristik personal, pengalaman hidup sebelumnya, dan karakteristik
situasional; keterampilan komunikasi dasar dan keterampilan membangun
hubungan seorang individu yang digunakan pada setiap situasi; dan hasil yang
muncul dari individu, grup, atau organisasi.
2.1.3. Pentingnya Keterampilan Interpersonal Bagi Dokter
The General Medical Council di Inggris telah menetapkan standar praktik
medis yang baik dimana menekankan bahwa perhatian/perawatan kepada pasien
seharusnya menjadi perhatian khusus para dokter.10 Memantau perkembangan
pasien serta meningkatkan kinerja perawatan klinis sangat penting untuk
mencapai tujuan tersebut. Selain itu, mengembangkan keterampilan interpersonal
seorang dokter sangatlah penting untuk menjaga standar klinis yang baik dan juga
bermanfaat dalam jangka panjang. Kegagalan dalam komunikasi antara pasien
dan dokter dapat menempatkan dokter dalam posisi yang riskan.4
Agar memiliki kesempatan menjadi dokter yang sukses, setiap hubungan
interpersonal antara dokter dengan pasien harus mempunyai tujuan dan segala
upaya dikerahkan sebisa mungkin agar terhindar dari transaksi kepentingan saja.6
Keterampilan interpersonal yang baik akan membawa pada:
a. Pengurangan litigasi (perselisihan hukum di pengadilan),
b. Menciptakan lingkungan yang ramah bagi pasien dan karyawan,
c. Peningkatan produktivitas karyawan,
d. Manajemen waktu yang efektif,
f. Pengembangan reputasi yang baik untuk lembaga atau rumah sakit,
g. Meningkatkan kualitas pelatihan karyawan dan karyawan baru.4
2.1.4. Metode Penilaian Keterampilan Interpersonal
Ada banyak metode yang digunakan untuk menilai keterampilan
interpersonal. Penilaian keterampilan interpersonal dapat dilakukan dengan:
1. Pengamatan langsung,
2. Umpan balik dari pasien
3. Review 360 derajat,
4. Konsultasi dalam bentuk rekaman.7
2.1.5. Metode Untuk Meningkatkan Keterampilan Interpersonal
Sama halnya dengan keterampilan lain pada umumnya, keterampilan
interpersonal dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya.6 Langkah-langkah
berikut diharapkan dapat diadaptasi untuk mengembangkan keterampilan
interpersonal:
1. Memasukkan keterampilan interpersonal dalam kurikulum lembaga
penyelenggara pendidikan kedokteran,
2. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam penilaian sebelum
memasuki sekolah spesialisasi,
3. Keterampilan interpersonal disertakan dalam penilaian tahunan dokter
yang sedang mengikuti pelatihan,
4. Keterampilan interpersonal digunakan sebagai bagian dari penilaian dokter
pasca sarjana,
5. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam proses penilaian dan
revalidasi oleh dokter senior,
6. Mengajarkan keterampilan interpersonal melalui kursus dan workshop
2.2. Komunikasi
2.2.1. Pengertian
Menurut Komaruddin (1994), secara umum, pengertian komunikasi adalah
sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada
orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul
apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi.
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu
alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang
apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima
pikiran-pikiran, informasi, perasaan dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik
tercapainya pengertian yang sama antara peyampai pesan dan penerima pesan.1
2.2.2. Elemen-elemen Dalam Modul Proses Komunikasi
Menurut Hardjana (2003), komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima
dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal
itu.1
Schermerhorn, Junt & Osborn (1994) menggambar model proses
komunikasi sebagai berikut:
Gambar 2.2.2.1. Model Proses Komunikasi
Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Sumber
Mengirim Pesan Menerima
Sumber atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah orang yang
menyampaikan pemikiran atau informasi yang dimilikinya. Pengirim pesan
bertanggungjawab dalam menerjemahkan ide atau pemikiran menjadi sesuatu
yang berarti, dapat berupa pesan verbal, tulisan, dan atau nonverbal, atau
kombinasi dari ketiganya. Pesan ini dikomunikasikan melalui saluran yang sesuai
dengan kebutuhan.
Pesan diterima oleh penerima pesan. Penerima akan menerjemahkan pesan
tersebut berdasarkan batasan pengertian yang dimilikiya. Dengan demikian, dapat
saja terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang
dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan kemungkinan hadirnya
penghambat. Penghambat dalam pengertian ini bisa diakibatkan oleh perbedaan
sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah
bahasa, dan lainnya.
Pada saat menyampaikan pesan, pengirim perlu memastikan apakah pesan
telah diterima dengan baik. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar
pesan diterima dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim.
Umpan balik penting sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi
salah interpretasi.1
2.3. Komunikasi Dokter-Pasien
2.3.1. Pengertian
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia1, komunikasi dokter-pasien adalah
hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama
proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di ruang praktik
perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu
menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
2.3.2. Struktur Komunikasi Dokter-Pasien
Struktur komunikasi dokter-pasien terdiri dari tiga hal yang harus berjalan
Gambar 2.3.2.1. Tahap komunikasi dokter-pasien.
Sumber: Silverman J, Kurtz SM, Draper J, Kurtz SM. 2005.
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa tahap komunikasi dokter-pasien
meliputi:
1. Memulai wawancara,
2. Mengumpulkan informasi,
3. Penjelasan dan perencanaan,
4. Menutup wawancara.11
Membangun rapport awal
Mengidentifikasi alasan kunjungan Pengaturan agenda
Eksplorasi awal masalah-masalah pasien
Kemudian pada saat melaksanakan tahap-tahap komunikasi dokter-pasien
tersebut ada dua hal yang selalu diperhatikan, yaitu:
1. Kemampuan menjalin hubungan/sambung rasa dengan pasien,
2. Kemampuan menstruktur wawancara.
Kemampuan menjalin hubungan dan kemampuan menstruktur wawancara
harus selalu digunakan secara tepat pada tiap tahap komunikasi dokter-pasien.
Bisa dikatakan kedua hal tersebut harus bisa berjalan secara paralel pada saat
wawancara sedang berlangsung.
2.3.3. Aplikasi Komunikasi Dokter-Pasien
Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di
tempat praktik dapat diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang
dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah
pasien.1
Untuk sampai pada tahap tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti
pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, nonverbal), menjadi
pendengar yang baik, adanya penghambat proses komunikasi, pemilihan alat
penyampai pikiran atau informasi yang tepat, dan mengenal mengekspresikan
perasaan dan emosi. 1
Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan
sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien
sebagai pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab
pertanyaan dokter sesuai pengetahuannya. Sementara dokter sebagai pengirim
pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit rencana pengobatan
dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi, serta dampak dari dilakukan
atau tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, dokter
bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan. 1
Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan
setiap pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud pasien, dokter
sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan klarifikasi. Mengingat
perlu mengambil peran aktif. Ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan
dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar-benar memahami
pesan yang telah disampaikannya. 1
2.3.4. Pentingnya Komunikasi Dokter-Pasien
Komunikasi dalam bidang kesehatan sangat penting. Sebuah konferensi di
Toronto yang membahas tentang komunikasi kesehatan menghasilkan ‘Toronto Consesus’ dimana terdapat delapan butir pernyataan hubungan antara praktek komunikasi dan kesehatan sebagai berikut:
1. Masalah komunikasi dalam praktisi medik sangat penting dan biasa
terjadi,
2. Kegelisahan dan ketidakpuasan pasien mempunyai relasi dengan
ketidakpastian dan kurangnya informasi, penjelasan, dan umpan balik,
3. Dokter sering salah persepsi atas banyaknya dan tipe dari informasi yang
pasien sebenarnya ingin dapatkan,
4. Kualitas komunikasi klinis yang telah ditingkatkan ada hubungannya
dengan hasil kesehatan yang positif,
5. Menjelaskan dan mengerti apa yang pasien inginkan, bahkan jika
sebenarnya tidak dapat diselesaikan, dapat berdampak pada penurunan
kecemasan pasien,
6. Partisipasi yang besar oleh pasien saat bertemu mempertinggi tingkat
kepuasan, pemenuhan, dan hasil dari pengobatan,
7. Level dari tekanan psikologis di pasien dengan peyakit yang serius
berkurang ketika mereka merasa sudah mendapatkan informasi yang
cukup,
8. Keuntungan dari komunikasi klinik sangat mungkin dalam praktisi klinik
dan dapat didapatkan sehari-hari, tanpa harus memperpanjang waktu. Hal
ini bisa dilakukan jika orang-orang di klinik telah belajar teknik-teknik
2.4. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
2.4.1. Pengertian
Komunikasi efektif pasien adalah pengembangan hubungan
dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama
penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diprlukan dalam rangka
membangun kerjasama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan
secara verbal dan nonverbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan
kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter
mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya.1
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan
oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa
mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dengan
dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun
hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif
dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan
keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.1
2.4.2. Tujuan Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
Tujuan komunikasi yang relevan dengan profesi dokter adalah:
1. Memfasilitasi tercapainya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan
pasien).
2. Membantu pengembangan rencana perawatan bersama pasien, untuk
kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk
kemampuan finansial.
3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah
kesehatan pasien.
4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang
penyakit/masalah yang dihadapinya.
5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah
2.4.3. Manfaat Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
Manfaat komunikasi efektif dokter-pasien diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari
dokter atau institusi pelayanan medis.
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupaka dasar
hubungan dokter-pasien yang baik.
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal
dalam menghadapi penyakitnya. 1
2.4.4. Aplikasi Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
a. Sikap profesional dokter
Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan
dengan tugasnya, yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai
peran dan fungsinya; mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu,
pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain; dan mampu
menghadapi berbagai macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan
profesi kesehatan yang lain. Menurut Silverman11 Di dalam proses komunikasi
dokter-pasien, sikap profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman,
aman, dan percaya pada dokter, yang merupakan landasan bagi
berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sikap profesional ini hendaknya
dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi
berlangsung, dan di akhir konsultasi. 1
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
Menyilakan masuk dan mengucapkan salam, Memanggil/menyapa pasien dengan namanya,
Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup
waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan,
Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter
umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi,
konsultasi tumbuh kembang, dan lain-lain),
Menilai suasana hati lawan bicara,
Memperhatikan sikap nonverbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa
tubuh) pasien,
Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan
makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan, Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi
yang tidak perlu,
Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang,
Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau
pengambilan keputusan,
Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah
pihak,
Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang. 1
b. Sesi pengumpulan informasi
Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu
sesi pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan
sesi penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter
dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat,
sugesti atau motivasi dan konseling) secara prematur.1
Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi
penggalian informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan
Kotak 1:
Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang
dikemukakan oleh dokter Kotak 2:
Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur
yang telah disusunnya sendiri.
Kotak 3:
Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi
kedua belah pihak. 1
c. Sesi penyampaian informasi
Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat
sampai kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa informasi yang akurat di
sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak dalam kecurigaan yang tidak
beralasan.1
Secara ringkas ada enam hal yang penting diperhatikan agar efektif
dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:
1. Materi informasi apa yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan).
b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan
diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek
samping/komplikasi.
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
e. Diagnosis, jenis atau tipe. 1
2
3
f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan
masing-masing cara).
g. Prognosis.
h. Dukungan yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan
bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak
memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung.
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa
perlu untuk disampaikan, dengan memperhatikan kesiapan mental
pasien.
b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan
sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan
selanjutnya.
4. Kapan menyampaikan informasi
Segera jika kondisi dan situasinya memungkinkan.
5. Di mana menyampaikannya
a. Di ruang praktik dokter.
b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.
c. Di ruang diskusi.
d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga
dan dokter.
6. Bagaimana menyampaikannya
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak
melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang
dikirim melalui pos, faksimil, SMS, internet.
- Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,
prognosis sudah disepakati oleh tim);
- Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu
orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;
- Waktu yang cukup;
- Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir
sebaiknya lebih dari satu orang).
c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan
dibicarakan.
d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang
diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi
yang akan diberikan. 1
d. SAJI, Langkah-langkah Komunikasi
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi, yaitu SAJI.1
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut:
Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan
waktu untuk berbicara dengannya.
Ajak bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri.
Dorong agar pasien mau dan dapat mengemkakan pikiran dan
perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat
memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat
menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha
menggali informasi.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang
terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan perseps yang keliru.
Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas
dan detil.
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin
memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya
kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang
penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan
klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi
terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta
mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting. 1
2.5. Kurikulum Pendidikan Profesi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)
2.5.1 Area Kompetensi
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas
yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan
ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu
kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.12
Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang luhur
2. Mawas diri dan pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
6. Keterampilan klinis
Gambar 2.5.1.1. Pondasi dan pilar kompetensi.
Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia, 2012.
2.5.2 Komponen Kompetensi Area Komunikasi Efektif
1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga,
2. Berkomunikasi dengan mitra kerja,
3. Berkomunikasi dengan masyarakat.12
2.5.3. Penjabaran Kompetensi Komunikasi Efektif
- Kompetensi inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi
lain.
- Lulusan Dokter Mampu
Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
- Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal
- Berempati secara verbal dan nonverbal
- Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti
- Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan komprehensif
- Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk,
informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun,
- Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual
pasien dan keluarga.12
2.5.4. Daftar Pokok Bahasan Komunikasi Efektif
1. Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan mudah dimengerti
2. Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan
a. Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif
b. Metode untuk memberikan situasi yang nyaman dan kondusif dalam
berkomunikasi efektif
c. Metode untuk mendorong pasien agar memberikan informasi dengan
sukarela
d. Metode melakukan anamnesis secara sistematis
e. Metode untuk mengidentifikasi tujuan pasien berkonsultasi
f. Melingkupi biopsikososiokultural spiritual
3. Berbagai elemen komunikasi efektif
a. Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi masa
b. Gaya dalam berkomunikasi
c. Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone suara,
kata-kata yang digunakan atau dihindari
d. Keterampilan untuk mendengarkan aktif
e. Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien marah, sedih,
takut, atau kondisi khusus
f. Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi
4. Komunikasi lintas budaya dan keberagaman
Perilaku yang tidak merendahkan atau menyalahkan pasien, bersikap sabar,
dan sensitif terhadap budaya
5. Kaidah penulisan dan laporan ilmiah
2.6. Kurikulum Dokter Muslim FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Yang menjadi pembeda antara pendidikan dokter di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan pendidikan dokter di fakultas kedokteran lainnya
adalah terdapatnya kurikulum Dokter Muslim yang diaplikasikan kepada seluruh
mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dokter muslim adalah dokter yang memiliki pengetahuan, keterampilan
dan pendalaman ilmu kedokteran dan mampu mengintegrasikan seluruh proses
aplikasi keilmuannya dengan didasarkan pada prinsip akidah, syariah dan akhlak
sehingga atas kesadaran diri sebagai seorang muslim, mampu memaknai profesi
dokter sebagai ibadah sedangkan nilai dan ajaran Islam diwujudkan dalam
perilaku dan akhlak islami pada kehidupan sehari-hari.13
Standar Kompetensi Dokter Muslim (SKDM)
2.6.1. Area Kompetensi
Area kompetensi dokter muslim meliputi:
1. Akidah
Adalah keyakinan iman yang kokoh kepada Allah SWT, Malaikat,
Kitab-kitab, Rasul, Hari Kemudian serta Qada dan Qadar yang disimpulkan dalam
tiga bidang pengetahuan terhadap dasar keimanan (ma’rifat al mabda’),
perantara (ma’rifat al wositoh) dan hari kemudian (ma’rifat al sam’iyat/a ma’ad).
2. Syariah
Adalah jalan pendekatan diri kepada Allah SWT yang kemudian lebih popular
disebut fiqh dan selanjutnya kemudia dijabarkan dalam empat bidang yaitu ibadat, mu’amalat, munakahat dan jinayat.
3. Akhlak
Adalah tuntutan bagi seorang muslim dalam berhubungan kepada Allah,
dirinya, manusia dan seluruh alam semesta. Setiap muslim hendaklah
melakukan perilaku terpuji (Akhlaq al mahmudah) dan meninggalkan perilaku
Area kompetensi SKDM tersebut dalam penjabarannya terintegrasi dalam
tujuh area kompetensi dokter yang tertuang dalam SKDI seperti yang tercantum
diatas. Area akidah dalam SKDM terintegrasi dalam penjabaran tujuh kompetensi
SKDI yang berkenaan dengan potensi manusia, area syariah akan berkaitan
dengan aspek hukum sedangkan persoalan etika dokter diintegrasikan dengan area
akhlak SKDM. 13
2.6.2. Komponen Kompetensi
Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya menurut konsep ukhuwah
dalam Islam: mengucapkan “Assalamu’alaikum”, menyapa dengan ramah,
bersikap empati terhadap beban psikologis keluarga, ikut memikirkan serta
memberikan jalan keluar terhadap persoalan baik finansial maupun meningkatkan
rasa kesabaran mereka.
1. Berkomunikasi dengan sejawat sebagai sesma yang berfungsi sebagai
khilafah: mengembangkan semangat persaudaraan, saling menolong,
memberi saran, belajar.
2. Berkomunikasi dengan masyarakat menurut kelompok agamanya: sesama
muslim (ukhuwah Islamiyah), sesama warga bangsa (ukhuwah watoniah)
dan sebagai sesama umat manusia (ukhuwah basyariah).
3. Berkomunikasi dengan profesi lain dengan cara saling menolong
(ta’awun), saling belajar kelebihan dari orang lain. 13
2.6.3. Penjabaran Kompetensi
- Kompetensi inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain
dengan didasarkan pada siddiq, amanah, tabligh dan fathanah.
- Lulusan dokter muslim mampu:
Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya.
1. Bersambung rasa dengan pasien dan keluaganya.
- Mengucapkan “Assalamu’alaikum” atau menjawab ucapan salam
- Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien dengan
menggunakan pendekatan melalui bahasa-bahasa Islam,
- Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya yang dilakukan
secara tulus, ikhlas dan amanah,
- Mendengarkan dengan aktif (penuh perhatian dan memberi waktu
yang cukup pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan
menggali permasalahan pasien) melalui sikap yang bersahabat dan
kekeluargaan,
- Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran, maupun
harapannya dengan menggunakan bahasa yang proporsional
dengan berpedoman kepada nilai akidah dan akhlak,
- Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat
pribadi dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu dengan menjauhi
sikap melakukan ghibah,
- Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta
persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan
dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan berlandaskan
kepada nilai ibadah.
2. Mengumpulkan informasi
- Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam
menggali informasi (move from open to closed question properly)
dengan tutur kata yang lembut (hilm),
- Meminta penjelasan dari pasien pada pertanyaan yang kurang
dimengerti secara ramah dan santun,
- Menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa
lalu dengan berpedoman pada sikap tarahum dan tawadlu’,
- Melakukan penggalian data secara runtut dan efisien dengan
menuntut pola berpikir pasien menggunakan pembicaraan sesuai
“Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan derajat akal mereka.”,
- Tidak memberikan nasihat maupun penjelasan yang prematur saat
masih mengumpulkan data dengan cara yang bijak dan santun.
3. Memahami perspektif pasien
- Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang
menyangkut penyakitnya dengan tetap mengajak pasien selalu
berpedoman kepada prinsip akidah dan ibadah bahwa semua
kekuasaan adalah milik Allah dan manusia hanya mampu berusaha,
- Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien,
kekhawatirannya dan harapannya melalui pendekatan prinsip
akidah dengan cara yang bijaksana,
- Melakukan fasilitasi secara profesional terhadap ungkapan emosi
pasien (marah, takut, malu, sedih, bingung, euforia, maupun pasien
dengan hambatan komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis)
dengan tetap berpedoman kepada prinsip akhlak mulia,
- Mampu merespon verbal maupun bahasa nonverbal dari pasien
secara profesional dengan penuh kesabaran,
- Memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma
setempat untuk menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna
dan hubungan dokter pasien yang profesional dengan tetap
mengacu kepada realitas kemajemukan manusia yang harus
didekati melalui prinsip akhlak mulia,
- Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti pasien
(termasuk bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur, tingkat
pendidikan ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas
informasi, menjelaskan hasil diagnosis, pilihan penanganan dan
prognosis serta mengaitkannya dengan ayat-ayat Al-Quran dan
mengutip hadist Rasul yang berkenaan serta kata-kata yang
4. Memberi penjelasan dan informasi
- Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan
stres sebelum melakukan pemeriksaan fisik melalui pendekatan
akidah dan akhlak,
- Memberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin
timbul selama pemeriksaan fisik atau tindakannya dan mengajak
pasien untuk selalu bersabar serta meyakinkannya bahwa orang
yang sabar terhadap penyakitnya akan memperoleh ampunan Allah
terhadap dosa-dosanya,
- Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang
tujuan, keperluan, manfaat, risiko prosedur diagnostik dan tindakan
medis (terapi, operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan
dengan cara yang lembut (layyin),
- Menjawab pertanyaan dengan jujur, memberi konsulatasi, atau
meganjurkan rujukan untuk permasalahan yang sulit dengan
menyatakan bahwa tidak semua gejala penyakit diketahui oleh
seorang dokter,
- Memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien
maupun keluarganya dengan meniatkannya sebagai bagian dari
sedekah dan infaq ilmu,
- Memastikan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan
pilihan-pilihan tindakan telah dipahami oleh pasien,
- Memberikan waktu yang cukup kepada pasien dengan cara yang
ramah dan bijak untuk merenungkan kembali serta berkonsultasi
sebelum membuat persetujuan kalau perlu dengan melakukan zikir
dan sholat istikharah terhadap pilihan-pilihan tindakan,
- Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan menjunjung
tinggi etika kedokteran dengan selalu mengajak pasien beserta
keluarganya untuk selalu melakukan pendekatan sejalan dengan
- Memastikan kesinambungan pelayanan yang telah dibuat dan
disepakati sesuai dengan kemampuan pasien.13
2.7. Kerangka Teori
- Tujuan, rencana (agenda) - Motivasi
- Peran
- Norma dan aturan
Persepsi dan Proses Penyaringan Kognitif
2.8. Kerangka Konsep
2.9. Definisi Operasional
Tabel 2.9.1. Definisi Operasional
Variabel Pengukur Alat Ukur Cara
Pengukuran
33
3.1. Disain Penelitian
Penelitian menggunakan disain penelitian analitik dengan pendekatan
cross-sectional14 untuk mengetahui perbandingan persepsi pasien terhadap
keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan
dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur
Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang
Selatan pada bulan Juli-Agustus 2014 dengan menggunakan data primer berupa
kuesioner yang diisi oleh subyek penelitian.
Tabel 3.2.1. Timeline Penelitian
No. Kegiatan
Waktu
Pebruari Maret April Mei
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pembuatan proposal
2. Penyebaran kuesioner 3. Pengolahan data 4. Analisa data 5. Sintesa hasil analisa 6. Laporan
No. Kegiatan
Waktu
Juni Juli Agustus September
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pembuatan proposal
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien yang berobat ke
Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan. Sampel adalah pasien klinik
yang dipilih secara purposive sampling.14
3.3.1. Jumlah Sampel
Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus
besar sampel penelitian analisa kategorik tidak berpasangan14 yaitu sebagai
berikut:
N1 = N2 = �√ +�β√ + ²
− ²
N1=N2 : jumlah sampel penelitian
Zα : derivat baku alpha
Zβ : derivat baku beta
P1 : proporsi pada beresiko atau kasus
Q1 : 1-P1
P2 : proporsi pada kelompok tidak terpajan/control, 50%
Q2 : 1-P2
P : proporsi total +
Q : 1-P
P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna,
ditetapkan 0,2
Jadi,
P1 = P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7
Q1 = 1-P1 = 1-0,7 = 0,3
P = + = , + , = , = 0,6
Q = 1-P = 1-0,6 = 0,4
Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk total sampel penelitian didapatkan
hasil sebagai berikut:
= , √ , , + , √ , , + , , 2
3.3.2. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi
- Subyek merupakan pasien dokter yang berusia diatas 15 tahun.
- Subyek merupakan pasien dari pelayanan dokter umum di Klinik Makmur
Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.
- Subyek bersedia menjadi responden penelitian.
b. Kriteria eksklusi
- Subyek tidak dapat berkomunikasi aktif dalam Bahasa Indonesia.
- Subyek merupakan pasien gawat darurat.
- Subyek mengalami gangguan mental.
3.4. Cara Kerja Penelitian
Persiapan penelitian
Menentukan tempat melakukan penelitian
Menentukan subyek yang memenuhi kriteria inklusi Subyek dipilih secara purposive sampling
Pengisian kuesioner
Analisa data penyusunan laporan
Kesimpulan
3.5. Variabel yang Diteliti
3.5.1 Variabel terikat
Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi
dokter-pasien dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.
3.5.2 Variabel bebas
Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien.
3.6. Manajemen Data
3.6.1 Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS 16, dengan
melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi
angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disesuaikan dengan data kuesioner
(coding), memasukkan data sesuai kode yang ditentukan masing-masing variabel
sehingga menjadi suatu data dasar (entry). Data digolongkan, serta
disederhanakan sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan (cleaning).15
3.6.2. Analisa Data
Analisa data meliputi analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa
univariat pada data meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir,
pekerjaan, dan frekuensi pasien mengunjungi dokter, lama berpkraktek dokter,
usia dokter, pilihan pasien berkonsultasi jika sakit dan harapan pasien tentang
keterampilan interpersonal yang harus dimiliki dokter.
Analisa bivariat pada penelitian ini adalah analisa hubungan kategorik
dengan kategorik yang menggunakan uji Chi Square bila memenuhi syarat. Jika
tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer di Klinik
Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan pada bulan Juli dan Agustus 2014.
Penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling. Setelah dilakukan
penyebaran kuesioner, terkumpul kuesioner sebanyak 204 kuesioner.
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian
4.1.1.1.Lokasi Klinik Makmur Jaya Ciputat
Jl. W.R. Supratman, No. 29 Kelurahan Cempaka Putih, Kampung Utan, Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.
4.1.1.2.Pelayanan
Klinik Makmur Jaya Ciputat memberikan pelayanan terpadu yang terdiri dari:
1. Dokter umum,
2. Dokter gigi,
3. Laboratorium sederhana,
4. Rawat inap,
5. Rumah bersalin.
4.1.1.3.Fasilitas
Klinik Makmur Jaya Ciputat memiliki luas bangunan sebesar 315 m² dengan
fasilitas sebagai berikut:
1. Ruang dokter umum,
2. Ruang dokter gigi,
3. Laboratorium sederhana,
4. Radiologi ultrasonografi (USG),
5. Ruang tunggu,
6. Customer service,
8. Apotek,
9. Rawat inap,
10.Rumah bersalin.17
4.1.1.4.Dokter dan Tenaga Medis
Terdapat sepuluh orang dokter umum dan dua orang dokter gigi yang
berpraktek secara reguler di Klinik Makmur Jaya Ciputat. Ditambah dengan satu
orang perawat, dua orang bidan, dan tiga orang asisten apoteker.
Terdapat lima orang dokter umum lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan tiga orang dokter umum bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang berpraktek secara reguler di Klinik Makur Jaya Ciputat, proporsi
tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila dokter yang seharusnya berpraktek
berhalangan hadir sehingga digantikan oleh dokter umum lainnya.
4.1.2. Uji Validitas Kuesioner
Kuesioner yang digunakan terdiri dari 22 pertanyaan mengenai sikap dan
perilaku yang ditunjukkan dokter saat komunikasi dokter-pasien berlangsung.
Kuesioner dijawab dengan pilihan ‘Ya’ dan ‘Tidak’. Masing-masing pertanyaan
akan diberikan skor sebagai berikut, skor 1 untuk jawaban ‘Tidak’ dan skor 2 untuk jawaban ‘Ya’. Skor total terendah adalah 22 dan skor total tertinggi adalah 44. Kuesioner didapatkan dari penelitian Fika Ekayanti18 dan telah dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas dengan Croanbach Alfa dan didapatkan hasil
Croanbach Alfa=0,795. Suatu instrumen penelitian dikatakan memiliki tingkat
reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa >0,60.15
Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat
pengumpul data karena kuesioner tersebut telah memenuhi syarat kelayakan suatu
instrumen.
4.1.3. Data Hasil Penelitian
Pada penelitian yang dilakukan di Klinik Makmur Jaya Ciputat ini
didapatkan data 204 responden yang terdiri dari 102 responden pasien dokter
pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH. Keseluruhan responden adalah pasien
yang berkunjung ke pelayanan dokter umum di Klinik Makmur Jaya Ciputat.
Tabel 4.1.3.1 Distribusi Responden Penelitian
No. Kategori Responden
1. Usia N %
Petani/nelayan/buruh 4 2,0
Lainnya 29 14,2
5. Frekuensi Berkunjung N % Baru pertama kali 44 21,6
2-5 kali 105 51,5
Lebih dari 6 kali 55 27,0
Frekuensi responden terbanyak ada pada kelompok usia 25-34 tahun yaitu
sebanyak 51 orang responden atau sekitar 25,0% dari total responden. Responden
perempuan lebih dominan dalam penelitian ini dengan jumlah responden
perempuan sebanyak 127 orang atau sekitar 62,3% dari total responden. Rata-rata
tingkat pendidikan terakhir responden adalah tamat SMA/MA yaitu sebanyak 105
orang atau sekitar 51,5% dari total responden. 78 orang atau 38,2% responden
tidak bekerja, Ibu Rumah Tangga dan pensiunan termasuk dalam kategori ini