• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam komunikasi dokter-pasien di klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam komunikasi dokter-pasien di klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN DI KLINIK MAKMUR

JAYA CIPUTAT, TANGERANG SELATAN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Annisa Zakiroh

1111103000033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Laporan penelitian ini berjudul “Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan

Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam

Komunikasi Dokter-Pasien di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan”.

Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini,M. Gizi, Sp.GK selaku ketua Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing I dan dr. Lady CC

Koesoema, SpKK sebagai pembimbing II yang telah banyak menyediakan

waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya

dalam pengerjaan penelitian dan penyususnan laporan penelitian ini.

4. dr. Risahmawati, Ph.D dan dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT selaku penguji

sidang riset yang memberi banyak masukan pada revisi laporan penelitian

ini.

5. dr. Flori Ratnasari Ph.D selaku penanggung jawab riset Pendidikan Dokter

2011 yang selalu membantu pelaksanaanproses penelitian dan

mengingatkan kami untuk segera menyelesaikan penelitian.

6. Bapak, Ibu dosen dan segenap Civitas Akademika FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman

(6)

vi

proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

8. Ibunda Mundjilah, Amd.Keb, sumber kekuatan utama penulis yang selalu

memberikan motivasi baik moril maupun materil, kasih sayang dan

doatiada henti yang tulus kepada penulis.Ayahanda (Alm.) Suharyono,

sosok panutan yang meninggalkan banyak kebaikan dan kekuatan dalam

diri penulis, semoga Allah SWT menempatkan Bapak disisi terbaik-Nya.

Serta kakak-kakak penulis yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materil hingga penelitian ini selesai.

9. Avissa Mada, Wulan Roudotul, Silmi Lisani, Farah Nabilla, Rissa Adinda

dan Riwi Bedori yang telah menjadi teman terbaik penulis selama

menempuh pendidikan dan memberikan banyak sekali dukungan dan

bantuan tidak ternilai selama mengerjakan penelitian.

10.Teman-teman seangkatan penulis di Program Studi Pendidikan Dokter

2011 yang telah berbagi banyak ilmu dan kebersamaan selama tiga tahun

terakhir ini.

11.Teman-teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Ciputat, 8 September 2014

(7)

vii

Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

2014.

Latar belakang: Keterampilan interpersonal yang baik dalam komunikasi dokter-pasien dapat memberikan hasil pengobatan yang baik dan meningkatkan kepuasan pasien. FKIK UIN Syarif Hidayatullah (FKIK UINSH) memiliki kurikulum Dokter Muslim yang salah satu tujuannya adalahmeningkatkan keterampilan interpersonal islami pada lulusannya. Tujuan: Mengetahui persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah (UINSH) Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat.

Metode: Disain penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel

purposive sampling dan total sampel 204. Data dikumpulkan menggunakan kuesionerpada Juli-Agustus 2014 dan dianalisa dengan SPSS 16 menggunakan Chi square test.Hasil:Dokter lulusan FKIK UINSH menunjukkan keterampilan interpersonal yang lebih baik (76,9%) dibanding dokter bukan lulusan FKIK UINSH (69,7%). Terdapat perbedaan persepsi pasien yang signifikan (p=0,000) terhadap keterampilan interpersonalantara dokter lulusan dengan bukan lulusan FKIK UINSH di Klinik Makmur Jaya Ciputat.

Kesimpulan: Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UINSH lebih tinggi dibanding dengan dokter bukan lulusan FKIK UINSH di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

(8)

viii

Jaya Clinic Ciputat, South Tangerang. 2014.

Background: Good interpersonal skill on doctor-patient communication can give positive

result of therapy and improve patients’ satisfication. Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah has Moslem Doctor Curriculum as an effort to increase islamicinterpersonal skill to their graduates.

Aim: To identify patients’ perception on doctor’s interpersonal skills in doctor-patient communication between doctor who graduated and isn’t graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta at Makmur Jaya Clinic Ciputat, South Tangerang.

Method: The study design was cross sectional using purposive sampling technique and total samples were 204. Data was gathered using questionnaires within July-August 2014and analyzed by SPSS 16 using Chi square test.

Results: Doctor who graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta shows good interpersonal skill (76,9%)

better than doctor who isn’t graduated (69,7%). There was significant difference (p=0,000)of patients’ perception on doctor’s interpersonal skills between doctor who

graduated and isn’t graduated from Faculty of Medicine and Health Science Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.

(9)

ix

1.1 Latar belakang ...

1.2 Rumusan masalah ...

1.3 Hipotesis ...

1.4 Tujuan penelitian ...

1.4.1 Tujuan umum ...

1.4.2 Tujuan khusus ...

1.5 Manfaat penelitian ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keterampilan Interpersonal…...

2.2 Komunikasi... ...

2.3 Komunikasi Dokter-Pasien...

2.4 Komunikasi Efektif Dokter-Pasien...

2.5 Kurikulum Pendidikan Profesi Dokter Indonesia ...

2.6 Kurikulum Dokter Muslim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...

(10)

x

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ...

3.4.Cara Kerja Penelitian ...

3.5.Variabel Yang Diteliti...

3.6.Manajemen Data ...

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

33

33

34

35

37

59

61

(11)

xi

Tabel 2.9. Definisi Operasional ... 32

Tabel 3.2.1.Timeline Penelitian ... 33

Tabel 4.1.3.1 Distribusi Responden Penelitian ... 39

Tabel 4.1.3.2 Deskripsi Dokter ... 40

Tabel 4.1.3.3 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menunjukkan Pemahaman Atas Perasaan Pasien ... 41

Tabel 4.1.3.4 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menenangkan Pasien Saat Mengeluhkan Sakit Yang Dirasakan ... 41

Tabel 4.1.3.5 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Dengan Bahasa Yang Sederhana Tentang Penyakit Pasien ... 42

Tabel 4.1.3.6 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Meyakinkan Pasien Bahwa Pasien Akan Baik-baik Saja ... 42

Tabel 4.1.3.7 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Menjelaskan Pengobatan Yang Harus Pasien Lakukan Dengan Gamblang ... 43

Tabel 4.1.3.8 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Keterbukaan Dokter Dalam Menerima Pendapat Pasien ... 44

Tabel 4.1.3.9 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Memberi Kesempatan Bagi Pasien Untuk Bertanya... 44

Tabel 4.1.3.10 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Mengapresiasi Tindakan dan Jenis Pengobatan Yang Pernah Pasien Lakukan Sebelumnya ... 45

Tabel 4.1.3.11 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Terlihat Tenang Selama Pemeriksaan dan Menenangkan Pasien ... 45

Tabel 4.1.3.12 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Memperhatikan Pasien Saat Pasien Bicara ... 46

(12)

xii

Tabel 4.1.3.15 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter

Menjelaskan Seluruh Prosedur Pengobatan Dengan Sabar ... 48

Tabel 4.1.3.16 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Ketidakseganan Dokter

Bertanya Tentang Keadaan Keluarga Pasien ... 48

Tabel 4.1.3.17 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter

Menanyakan Daerah Tempat Tinggal Pasien ... 49

Tabel 4.1.3.18 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter

Mengingat Nama Pasien Dengan Baik ... 49

Tabel 4.1.3.19 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter Memberi

Penjelasan Yang Lengkap Tentang Penyakit Yang Pasien Derita ... 50

Tabel 4.1.3.20 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter

Menunjukkan Kepedulian Pada Kesembuhan Pasien ... 51

Tabel 4.1.3.21Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemauan Dokter Menyapa

Pasien Dengan Memanggil Nama ... 51

Tabel 4.1.3.22 Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kemampuan Dokter

Menjelaskan Riwayat Penyakit Pasien Dari Awal Sampai Tuntas ... 52

Tabel 4.1.3.23Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Kejujuran Dokter Mengatakan

Perihal Penyakit Yang Pasien Derita ... 52

Tabel 4.1.3.24Perbedaan Persepsi Pasien Terhadap Tidak Adanya Usaha Dokter

Menyembunyikan Diagnosis Penyakit Pasien ... 53

Tabel 4.1.3.25 Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dalam

Komuikasi Dokter-Pasien ... 53

Tabel 4.1.3.26 Distribusi Pilihan Pasien Lebih Suka Langsung Berkonsultasi

(13)

xiii

Gambar 2.1.2.2 Model Penampilan Interpersonal ... 9

Gambar 2.2.2.1. Model Proses Komunikasi ... 12

Gambar 2.3.2.1. Tahap komunikasi dokter-pasien ... 14

Gambar 2.5.1. Pondasi dan Pilar Kompetensi ... 24

Gambar 2.7. Kerangka Teori ... 31

Gambar 2.8. Kerangka Konsep ... 32

Gambar 4.1.3.. Alasan Responden Lebih Suka Langsung Berkonsultasi Dengan Dokter Spesialis ... 55

Gambar 4.1.3.2 Alasan Responden Lebih Suka Berkonsultasi Dengan Dokter Umum ... 56

(14)

xiv

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Kepada Pimpinan Klinik Makmur Jaya,

Ciputat ... 83

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian ... 84

(15)

1

1.1. Latar Belakang

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia1, komunikasi dokter-pasien adalah

salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang dokter, karena kompetensi ini

dapat menentukan keberhasilan penyelesaian masalah kesehatan pasien. Hingga

saat ini, dapat dikatakan kalau para dokter masih mengabaikan kompetensi

komunikasi dokter-pasien, baik dalam proses pendidikan maupun praktik

kedokteran.

Di Indonesia, banyak dokter merasa tidak memiliki waktu yang cukup

untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya.

Hal ini dapat berakibat dokter tidak mendapat keterangan yang cukup untuk

menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut.

Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan

dokter (superior-inferior), sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya

menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.

Menggali keterangan dari pasien tidaklah mudah, karena memang tidak

dapat diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang

dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan,

maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling

percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga

dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan

memberi obat yang tepat bagi pasien.

Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak

superior-inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan

sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu

mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana

tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang

(16)

Berdasarkan penelitian Iswandari, Suryadi dan Nugraha mengenai

ketidakpuasan pasien di Indonesia terhadap kinerja dokter di layanan primer

umumnya dihubungkan dengan komunikasi dan perilaku, sebagaimana tercantum

dalam penelitian Sri Linuwih2. Sri Linuwih2 juga menyebutkan bahwa hal tersebut

sejalan dengan laporan tentang data pengaduan masyarakat yang diterima Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) selama periode Maret 2006

hingga Mei 2010, dimana terdapat 126 pengaduan berupa pelanggaran asuhan

medik, kompetensi dan komunikasi.

Pernyataan dr. Khie Chen, salah satu anggota Perhimpunan Ahli Penyakit

Dalam Indonesia (PAPDI) yang dikutip oleh Arianto3 mengemukakan bahwa

terjadinya sengketa medis lebih sering disebabkan kesenjangan persepsi antara

dokter dan pasien. Pasien dan keluarga merasa kurang puas dengan proses atau

hasil pengobatan yang dilakukan, sedangkan pada sisi lain, dokter dan pihak

rumah sakit merasa sudah melakukan pengobatan secara optimal. Sengketa medis

juga terjadi karena adanya ekspektasi berlebihan dari pasien terhadap dokter, adanya perbedaan ‘bahasa’, makna pesan, dan atau ketidaksiapan dokter untuk menjalin komunikasi yang empatik.

Keterampilan interpersonal menjadi semakin dibutuhkan dalam profesi

kedokteran, karena kini ekspektasi pasien terhadap dokter tidak lagi hanya

pengetahuan mengenai ilmu kedokteran saja. Untuk melakukan praktik

kedokteran profesional dengan efektif, dokter harus mengembangkan

keterampilan interpersonal dalam komunikasi, kepemimpinan, manajemen,

mengajar dan manajemen waktu. Hal tersebut kini menjadi subjek pengajaran

yang semakin penting dalam pendidikan kedokteran.4

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, sebagai institusi pendidikan kedokteran mencoba menangkap isu tersebut

dan memberi solusi dari sisi pendidikan. Keunggulan FKIK berupa kurikulum

untuk menghasilkan lulusan sebagai Dokter Muslim. Salah satu tujuan Dokter

(17)

kegiatan-kegiatan pendidikannya dengan harapan hal ini dapat memicu peningkatan

kemampuan interpersonal yang islami kelak ketika menjadi seorang dokter.

Keterampilan interpersonal dokter dalam melakukan komunikasi

dokter-pasien hingga saat ini masih belum banyak diteliti di Indonesia. Penelitian

Iskandar yang tercantum dalam penelitian Herqutanto5 menunjukkan bahwa

dalam komunikasi petugas kesehatan dengan pasiennya, kualitas informasi yang

ditukar masih belum baik. Hal tersebut terjadi karena keterampilan komunikasi

petugas kesehatannya sangat terbatas.

Berdasarkan target yang telah ditentukan terhadap dokter lulusan FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyangkut penerapan kurikulum Dokter

Muslim, maka perlu adanya tindak lanjut pencapaian target tersebut.

Penindaklanjutan ini berupa penilaian apakah dokter lulusan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta telah memenuhi target yang ditetapkan oleh institusi. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui

bagaimana keterampilan interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta berdasarkan persepsi pasien. Tidak hanya itu, penelitian ini

juga bertujuan membuat perbandingan persepsi pasien terhadap keterampilan

interpersonal dokter lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan dokter

bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah tersebut, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan

interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan dengan bukan

lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat,

(18)

1.3. Hipotesis

Terdapat perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal

dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan dengan bukan lulusan

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat,

Tangerang Selatan.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam

komunikasi dokter-pasien dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbedaan persepsi pasien terhadap keterampilan

interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan

dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Mengetahui pilihan pasien lebih suka langsung berkonsultasi dengan

dokter spesialis atau ke dokter umum jika sakit beserta alasannya.

c. Mengetahui harapan pasien tentang keterampilan interpersonal yang harus

dimiliki seorang dokter.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

a. Sebagai syarat untuk kelulusan pendidikan preklinik Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Melatih kemampuan pribadi dalam melakukan riset dan penelitian.

1.5.2. Bagi Institusi

a. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi

dan tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan

(19)

b. Menjadi data penelitian untuk rujukan bagi penelitian berikutnya.

1.5.3. Bagi Masyarakat

Agar dapat menerima pelayanan kedokteran yang lebih berkualitas khususnya

dalam penerapan keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien

(20)

6

2.1. Keterampilan Interpersonal

2.1.1. Pengertian

Keterampilan interpersonal adalah keterampilan dasar yang termasuk

kedalamnya adalah kemampuan berhadapan dan berhubungan dengan orang lain

dalam hubungan satu orang dengan orang lainnya.6

Jika keterampilan komunikasi terlihat dari perilaku seseorang dan

bagaimana ia mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya, maka keterampilan

interpersonal lebih berorientasi pada proses dan hubungan dengan orang lain.

Keterampilan interpersonal berfokus pada komunikasi terhadap orang lain.

Stewart mengatakan bahwa keterampilan interpersonal dibangun berdasarkan

keterampilan dasar komunikasi, dimana jika hanya ada keterampilan komunikasi

saja, itu tidak akan cukup untuk membangun dan mempertahakankan hubungan

terapetik dengan pasien.7

Elemen penting dari keterampilan interpersonal termasuk:

1. Hormat, memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan;

2. Memperhatikan pasien dari apa yang dia katakan hingga gerak-geriknya;

3. Selalu benar-benar ada saat dibutuhkan pasien, sadar akan pentingnya

hubungan dengan pasien;

4. Memiliki maksud kepedulian yang baik, tidak hanya untuk

menyembuhkan penderitaan yang pasien rasakan tapi juga merasa ingin

tahu dan tertarik dengan ide, nilai, dan kepentingan pasien;

5. Fleksibilitas, yang berarti mampu memantau hubungan dengan pasien

yang sesungguhnya dan menjadikan keterampilan interpersonal sebagai

(21)

Tabel 2.1.1.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal

Keterampilan

Interpersonal Deskripsi Keterampilan Terkait

Keterampilan Komunikasi

Mendengar aktif

Menaruh perhatian penuh pada apa yang dikatakan, menanyakan pihak lain untuk menjelaskan lebih tepat tentang apa yang ia katakan, dan memohon kata-kata atau ide yang ambigu untuk diulang

Mendengar dengan empati dan simpati; mendengar untuk pemahaman

Komunikasi

lisan Mengirim pesan verbal secara konstruktif

Mengabarkan; mengekspresikan diri anda dengan gamblang; mengkomunikasikan emosi; komunikasi inteerpersonal Komunikasi

tertulis Menulis dengan jelas dan tepat

Kejelasan; mengkomunikasikan arti yang dimaksudkan

Komunikasi tegas

Secara langsung mengekspresikan perasaan, pilihan, kebutuhan dan opini seseorang dengan cara yang tidak mengancam tidak juga menghukum orang lain

Mengemukakan ide; ketegasan sosial; mempertahankan hak; peintah; menyatakan kebutuhan anda

Komunikasi nonverbal

Menguatkan atau menggantikan komunikasi wicara melalui penggunaan bahasa tubuh, isyarat, suara, atau benda-benda

Ekspresi perasaan; persepsi/pengakuan perasaan; ekspresi wajah

Membangun Hubungan

Kerjasama dan koordinasi

Pemahaman dan bekerja dengan orang lain dalam grup atau timl termasuk menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengerjakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tim

Penyesuaian; kesadaran berbagi bersama situasional; pelaksanaan pengawasan dan umpan balik; hubungan interpersonal; komunikasi; membuat keputusan; keterpaduan; penyelesaian masalah dalam grup; menjadi pelaku dalam tim

Kepercayaan

Keyakinan atau kepercayaan individu pada integritas atau hal yang dapat dipercaya dari seseorang atau sesuatu; kemauan sebuah pihak untuk menjadi lemah pada aksi dari pihak lain sesuai dengan ekspektasi bahwa beberapa aksi penting tertentu akan dilakukan

Kesadaran diri; penyingkapan diri; tangkas

Kepekaan antar-budaya

Menghargai perbedaan individu diantara orang-orang

Penerimaan; keterbukaan terhadap ide-ide baru; kepekaan kepada orang lain; relasi lintas budaya

Orientasi pelayanan

Sebuah perangkat kecendrungan individu dasar dan kecondongan untuk menyediakan pelayanan, menjadi sopan dan penolong dalam berhadapan dengan pelanggan, klien, dan rekan

Melampaui ekspektasi pelanggan; keterampilan kepuasan pelanggan; kemampuan untuk menjaga hubungan baik dengan klien; penjualan; membangun hubungan; mewakili organisasi kepada pelanggan dan publik

Presentasi diri

Proses dimana seorang individu mencoba mempengaruhi reaksi dan gambaran yang orang miliki tentang mereka dan ide-ide mereka; mengelola kesan-kesan agar

mencakup range yang luas dari perilaku yang dapat membentuk pengaruh positif kepada rekan kerja

Ekspresi diri; pengelolaan kesan; pengelolaan persepsi; promosi diri

Pengaruh sosial

Memandu orang-orang ke arah adopsi

perilaku, kepercayaan dan sikap yang spesifik; mempengaruhi distribusi keuntungan dan

Etika bisnis; pemberian alasan;

(22)

kerugian pada organisasi melalui sebuah aksi tinggi; mengesankan persetujuan; relasi; persuasi, keterampilan politik yang positif

Resolusi dan negosiasi konflik

Mengadvokasi sebuah posisi dengan pikiran terbuka, tidak memasukkan pertentangan dengan anggota lain ke dalam urusan pribadi, menempatkan diri pada posisi orang lain, mengikuti argument rasional dan mencegah evaluasi yang terlalu dini, dan mencoba mempersatukan ide-ide terbaik dari seluruh pandangan dan perspektif

Gaya mengatasi konflik; pengelolaan konflik; pencegahan konflik; berkompromi; penyelesaian masalah; penawaran integratif; negosiasi berprinsip; negosiasi kultural; mediasi

Sumber: Klein, DeRouin dan Salas (2006) sebagaimana tercantum pada Assesing

21st Century Skill.8

2.1.2. Pentingnya Keterampilan Interpersonal

Dalam kehidupan sehari-hari, hampir tidak mungkin manusia tidak

berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam skema hidup bersama ini muncul

kebutuhan untuk memahami kebutuhan manusia lain, maka timbullah komunikasi

antar manusia.9

Ketika berkomunikasi, banyak hal yang harus dikuasai dan mengerti,

antara lain:

1. Bagaimana mengenal diri sendiri,

2. Bagaimana mengenal dan memahami orang lain,

3. Bagaimana mengekspresikan diri,

4. Bagaimana menegaskan kebutuhan,

5. Bagaimana memberikan dan menerima masukan,

6. Bagaimana mendengarkan pembicaraan dengan orang lain,

7. Bagaimana memengaruhi orang lain,

8. Bagaimana menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan orang lain,

9. Bagaimana menjadi anggota sebuah tim/kelompok/grup,

10.Bagaimana melakukan negosiasi,

11.Bagaimana menyelesaikan konflik,

12.dan lainnya.9

Kemampuan diatas sangat memengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsikan dirinya terhadap orang lain, dan bagaimana orang lain

(23)

hal pertama yang dapat dirasakan adalah rasa percaya diri yang kemudian

membuat seseorang dihargai oleh orang lain, dan pada akhirnya akan dapat

membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain.9

Dalam dunia kerja dan bisnis, keterampilan interpersonal yang baik dapat

membawa kesuksesan dalam perkerjaan dan tentunya akan memberikan

keuntungan finansial/material maupun keuntungan spiritual.9

Gambar 2.1.2.1. Siklus keterampilan interpersonal.

Sumber: Lestari, Riri, Ak. 2007.

Gambar 2.1.2.2 Model penampilan interpersonal.

Keterampilan dengan orang lain

(24)

CATATAN: Lima besar ciri kepribadian = keterbukaan, teliti, ekstraversion, keramahan, dan neurotisisme; KE = kecerdasan emosional; KI = keterampilan interpersonal.

Sumber: Presentasi Stephen Fiore. Klein, DeRouin dan Salas (2006) sebagaimana

tercantum pada Assesing 21st Century Skill.8

Gambar 2.1.2.2 menunjukkan pegembangan model penampilan

interpersonal yang mengilustrasikan interaksi antara berbagai pengaruh, seperti

karakteristik personal, pengalaman hidup sebelumnya, dan karakteristik

situasional; keterampilan komunikasi dasar dan keterampilan membangun

hubungan seorang individu yang digunakan pada setiap situasi; dan hasil yang

muncul dari individu, grup, atau organisasi.

2.1.3. Pentingnya Keterampilan Interpersonal Bagi Dokter

The General Medical Council di Inggris telah menetapkan standar praktik

medis yang baik dimana menekankan bahwa perhatian/perawatan kepada pasien

seharusnya menjadi perhatian khusus para dokter.10 Memantau perkembangan

pasien serta meningkatkan kinerja perawatan klinis sangat penting untuk

mencapai tujuan tersebut. Selain itu, mengembangkan keterampilan interpersonal

seorang dokter sangatlah penting untuk menjaga standar klinis yang baik dan juga

bermanfaat dalam jangka panjang. Kegagalan dalam komunikasi antara pasien

dan dokter dapat menempatkan dokter dalam posisi yang riskan.4

Agar memiliki kesempatan menjadi dokter yang sukses, setiap hubungan

interpersonal antara dokter dengan pasien harus mempunyai tujuan dan segala

upaya dikerahkan sebisa mungkin agar terhindar dari transaksi kepentingan saja.6

Keterampilan interpersonal yang baik akan membawa pada:

a. Pengurangan litigasi (perselisihan hukum di pengadilan),

b. Menciptakan lingkungan yang ramah bagi pasien dan karyawan,

c. Peningkatan produktivitas karyawan,

d. Manajemen waktu yang efektif,

(25)

f. Pengembangan reputasi yang baik untuk lembaga atau rumah sakit,

g. Meningkatkan kualitas pelatihan karyawan dan karyawan baru.4

2.1.4. Metode Penilaian Keterampilan Interpersonal

Ada banyak metode yang digunakan untuk menilai keterampilan

interpersonal. Penilaian keterampilan interpersonal dapat dilakukan dengan:

1. Pengamatan langsung,

2. Umpan balik dari pasien

3. Review 360 derajat,

4. Konsultasi dalam bentuk rekaman.7

2.1.5. Metode Untuk Meningkatkan Keterampilan Interpersonal

Sama halnya dengan keterampilan lain pada umumnya, keterampilan

interpersonal dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya.6 Langkah-langkah

berikut diharapkan dapat diadaptasi untuk mengembangkan keterampilan

interpersonal:

1. Memasukkan keterampilan interpersonal dalam kurikulum lembaga

penyelenggara pendidikan kedokteran,

2. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam penilaian sebelum

memasuki sekolah spesialisasi,

3. Keterampilan interpersonal disertakan dalam penilaian tahunan dokter

yang sedang mengikuti pelatihan,

4. Keterampilan interpersonal digunakan sebagai bagian dari penilaian dokter

pasca sarjana,

5. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam proses penilaian dan

revalidasi oleh dokter senior,

6. Mengajarkan keterampilan interpersonal melalui kursus dan workshop

(26)

2.2. Komunikasi

2.2.1. Pengertian

Menurut Komaruddin (1994), secara umum, pengertian komunikasi adalah

sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada

orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul

apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi.

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu

alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang

apapun. Komunikasi berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima

pikiran-pikiran, informasi, perasaan dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik

tercapainya pengertian yang sama antara peyampai pesan dan penerima pesan.1

2.2.2. Elemen-elemen Dalam Modul Proses Komunikasi

Menurut Hardjana (2003), komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima

dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti

dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal

itu.1

Schermerhorn, Junt & Osborn (1994) menggambar model proses

komunikasi sebagai berikut:

Gambar 2.2.2.1. Model Proses Komunikasi

Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Sumber

Mengirim Pesan Menerima

(27)

Sumber atau kadang disebut juga pengirim pesan adalah orang yang

menyampaikan pemikiran atau informasi yang dimilikinya. Pengirim pesan

bertanggungjawab dalam menerjemahkan ide atau pemikiran menjadi sesuatu

yang berarti, dapat berupa pesan verbal, tulisan, dan atau nonverbal, atau

kombinasi dari ketiganya. Pesan ini dikomunikasikan melalui saluran yang sesuai

dengan kebutuhan.

Pesan diterima oleh penerima pesan. Penerima akan menerjemahkan pesan

tersebut berdasarkan batasan pengertian yang dimilikiya. Dengan demikian, dapat

saja terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang

dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan kemungkinan hadirnya

penghambat. Penghambat dalam pengertian ini bisa diakibatkan oleh perbedaan

sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah

bahasa, dan lainnya.

Pada saat menyampaikan pesan, pengirim perlu memastikan apakah pesan

telah diterima dengan baik. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar

pesan diterima dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim.

Umpan balik penting sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi

salah interpretasi.1

2.3. Komunikasi Dokter-Pasien

2.3.1. Pengertian

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia1, komunikasi dokter-pasien adalah

hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama

proses pemeriksaan/pengobatan/perawatan yang terjadi di ruang praktik

perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu

menyelesaikan masalah kesehatan pasien.

2.3.2. Struktur Komunikasi Dokter-Pasien

Struktur komunikasi dokter-pasien terdiri dari tiga hal yang harus berjalan

(28)

Gambar 2.3.2.1. Tahap komunikasi dokter-pasien.

Sumber: Silverman J, Kurtz SM, Draper J, Kurtz SM. 2005.

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa tahap komunikasi dokter-pasien

meliputi:

1. Memulai wawancara,

2. Mengumpulkan informasi,

3. Penjelasan dan perencanaan,

4. Menutup wawancara.11

Membangun rapport awal

Mengidentifikasi alasan kunjungan Pengaturan agenda

Eksplorasi awal masalah-masalah pasien

(29)

Kemudian pada saat melaksanakan tahap-tahap komunikasi dokter-pasien

tersebut ada dua hal yang selalu diperhatikan, yaitu:

1. Kemampuan menjalin hubungan/sambung rasa dengan pasien,

2. Kemampuan menstruktur wawancara.

Kemampuan menjalin hubungan dan kemampuan menstruktur wawancara

harus selalu digunakan secara tepat pada tiap tahap komunikasi dokter-pasien.

Bisa dikatakan kedua hal tersebut harus bisa berjalan secara paralel pada saat

wawancara sedang berlangsung.

2.3.3. Aplikasi Komunikasi Dokter-Pasien

Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di

tempat praktik dapat diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang

dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah

pasien.1

Untuk sampai pada tahap tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti

pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, nonverbal), menjadi

pendengar yang baik, adanya penghambat proses komunikasi, pemilihan alat

penyampai pikiran atau informasi yang tepat, dan mengenal mengekspresikan

perasaan dan emosi. 1

Dalam hubungan dokter-pasien, baik dokter maupun pasien dapat berperan

sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien

sebagai pengirim pesan, menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab

pertanyaan dokter sesuai pengetahuannya. Sementara dokter sebagai pengirim

pesan, berperan pada saat menyampaikan penjelasan penyakit rencana pengobatan

dan terapi, efek samping obat yang mungkin terjadi, serta dampak dari dilakukan

atau tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini, dokter

bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan. 1

Sebagai penerima pesan, dokter perlu berkonsentrasi dan memperhatikan

setiap pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud pasien, dokter

sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan klarifikasi. Mengingat

(30)

perlu mengambil peran aktif. Ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan

dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benar-benar memahami

pesan yang telah disampaikannya. 1

2.3.4. Pentingnya Komunikasi Dokter-Pasien

Komunikasi dalam bidang kesehatan sangat penting. Sebuah konferensi di

Toronto yang membahas tentang komunikasi kesehatan menghasilkan ‘Toronto Consesus’ dimana terdapat delapan butir pernyataan hubungan antara praktek komunikasi dan kesehatan sebagai berikut:

1. Masalah komunikasi dalam praktisi medik sangat penting dan biasa

terjadi,

2. Kegelisahan dan ketidakpuasan pasien mempunyai relasi dengan

ketidakpastian dan kurangnya informasi, penjelasan, dan umpan balik,

3. Dokter sering salah persepsi atas banyaknya dan tipe dari informasi yang

pasien sebenarnya ingin dapatkan,

4. Kualitas komunikasi klinis yang telah ditingkatkan ada hubungannya

dengan hasil kesehatan yang positif,

5. Menjelaskan dan mengerti apa yang pasien inginkan, bahkan jika

sebenarnya tidak dapat diselesaikan, dapat berdampak pada penurunan

kecemasan pasien,

6. Partisipasi yang besar oleh pasien saat bertemu mempertinggi tingkat

kepuasan, pemenuhan, dan hasil dari pengobatan,

7. Level dari tekanan psikologis di pasien dengan peyakit yang serius

berkurang ketika mereka merasa sudah mendapatkan informasi yang

cukup,

8. Keuntungan dari komunikasi klinik sangat mungkin dalam praktisi klinik

dan dapat didapatkan sehari-hari, tanpa harus memperpanjang waktu. Hal

ini bisa dilakukan jika orang-orang di klinik telah belajar teknik-teknik

(31)

2.4. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

2.4.1. Pengertian

Komunikasi efektif pasien adalah pengembangan hubungan

dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan tujuan utama

penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diprlukan dalam rangka

membangun kerjasama antara dokter dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan

secara verbal dan nonverbal menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan

kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama-sama dokter

mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya.1

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan

oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa

mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dengan

dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun

hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif

dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan

keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.1

2.4.2. Tujuan Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

Tujuan komunikasi yang relevan dengan profesi dokter adalah:

1. Memfasilitasi tercapainya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan

pasien).

2. Membantu pengembangan rencana perawatan bersama pasien, untuk

kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk

kemampuan finansial.

3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah

kesehatan pasien.

4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang

penyakit/masalah yang dihadapinya.

5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah

(32)

2.4.3. Manfaat Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

Manfaat komunikasi efektif dokter-pasien diantaranya adalah:

1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari

dokter atau institusi pelayanan medis.

2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupaka dasar

hubungan dokter-pasien yang baik.

3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.

4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal

dalam menghadapi penyakitnya. 1

2.4.4. Aplikasi Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

a. Sikap profesional dokter

Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan

dengan tugasnya, yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai

peran dan fungsinya; mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu,

pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain; dan mampu

menghadapi berbagai macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan

profesi kesehatan yang lain. Menurut Silverman11 Di dalam proses komunikasi

dokter-pasien, sikap profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman,

aman, dan percaya pada dokter, yang merupakan landasan bagi

berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sikap profesional ini hendaknya

dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi

berlangsung, dan di akhir konsultasi. 1

Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:

 Menyilakan masuk dan mengucapkan salam,  Memanggil/menyapa pasien dengan namanya,

 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup

waktu, menganggap penting informasi yang akan diberikan,

(33)

 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter

umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi,

konsultasi tumbuh kembang, dan lain-lain),

 Menilai suasana hati lawan bicara,

 Memperhatikan sikap nonverbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa

tubuh) pasien,

 Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan

makna menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan,  Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi

yang tidak perlu,

 Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang,

 Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau

pengambilan keputusan,

 Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah

pihak,

 Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang. 1

b. Sesi pengumpulan informasi

Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu

sesi pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan

sesi penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter

dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat,

sugesti atau motivasi dan konseling) secara prematur.1

Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi

penggalian informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan

(34)

 Kotak 1:

Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang

dikemukakan oleh dokter  Kotak 2:

Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur

yang telah disusunnya sendiri.

 Kotak 3:

Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi

kedua belah pihak. 1

c. Sesi penyampaian informasi

Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat

sampai kepada sesi memberikan penjelasan. Tanpa informasi yang akurat di

sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak dalam kecurigaan yang tidak

beralasan.1

Secara ringkas ada enam hal yang penting diperhatikan agar efektif

dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:

1. Materi informasi apa yang disampaikan

a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak

nyaman/sakit saat pemeriksaan).

b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.

c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan

diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek

samping/komplikasi.

d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk

menegakkan diagnosis.

e. Diagnosis, jenis atau tipe. 1

2

3

(35)

f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan

masing-masing cara).

g. Prognosis.

h. Dukungan yang tersedia.

2. Siapa yang diberi informasi

a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.

b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.

c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan

bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak

memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung.

3. Berapa banyak atau sejauh mana

a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa

perlu untuk disampaikan, dengan memperhatikan kesiapan mental

pasien.

b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan

sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan

selanjutnya.

4. Kapan menyampaikan informasi

Segera jika kondisi dan situasinya memungkinkan.

5. Di mana menyampaikannya

a. Di ruang praktik dokter.

b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.

c. Di ruang diskusi.

d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga

dan dokter.

6. Bagaimana menyampaikannya

a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak

melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang

dikirim melalui pos, faksimil, SMS, internet.

(36)

- Materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis,

prognosis sudah disepakati oleh tim);

- Ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu

orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon;

- Waktu yang cukup;

- Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh

keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir

sebaiknya lebih dari satu orang).

c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan

dibicarakan.

d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang

diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi

yang akan diberikan. 1

d. SAJI, Langkah-langkah Komunikasi

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan

komunikasi, yaitu SAJI.1

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut:

 Salam:

Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan

waktu untuk berbicara dengannya.

 Ajak bicara:

Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri.

Dorong agar pasien mau dan dapat mengemkakan pikiran dan

perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat

memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Dokter dapat

menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha

menggali informasi.

 Jelaskan:

Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang

(37)

terjebak oleh pikirannya sendiri. Luruskan perseps yang keliru.

Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas

dan detil.

 Ingatkan:

Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin

memasukkan berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya

kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal-hal yang

penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan

klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi

terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta

mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting. 1

2.5. Kurikulum Pendidikan Profesi Dokter Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)

2.5.1 Area Kompetensi

Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas

yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan

ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu

kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan.12

Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut:

1. Profesionalitas yang luhur

2. Mawas diri dan pengembangan diri

3. Komunikasi efektif

4. Pengelolaan informasi

5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran

6. Keterampilan klinis

(38)

Gambar 2.5.1.1. Pondasi dan pilar kompetensi.

Sumber: Konsil Kedokteran Indonesia, 2012.

2.5.2 Komponen Kompetensi Area Komunikasi Efektif

1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga,

2. Berkomunikasi dengan mitra kerja,

3. Berkomunikasi dengan masyarakat.12

2.5.3. Penjabaran Kompetensi Komunikasi Efektif

- Kompetensi inti

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan

pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi

lain.

- Lulusan Dokter Mampu

Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya

- Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal

- Berempati secara verbal dan nonverbal

- Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti

- Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan secara holistik dan komprehensif

- Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk,

informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun,

(39)

- Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual

pasien dan keluarga.12

2.5.4. Daftar Pokok Bahasan Komunikasi Efektif

1. Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan mudah dimengerti

2. Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan

a. Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif

b. Metode untuk memberikan situasi yang nyaman dan kondusif dalam

berkomunikasi efektif

c. Metode untuk mendorong pasien agar memberikan informasi dengan

sukarela

d. Metode melakukan anamnesis secara sistematis

e. Metode untuk mengidentifikasi tujuan pasien berkonsultasi

f. Melingkupi biopsikososiokultural spiritual

3. Berbagai elemen komunikasi efektif

a. Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi masa

b. Gaya dalam berkomunikasi

c. Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone suara,

kata-kata yang digunakan atau dihindari

d. Keterampilan untuk mendengarkan aktif

e. Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien marah, sedih,

takut, atau kondisi khusus

f. Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi

4. Komunikasi lintas budaya dan keberagaman

Perilaku yang tidak merendahkan atau menyalahkan pasien, bersikap sabar,

dan sensitif terhadap budaya

5. Kaidah penulisan dan laporan ilmiah

(40)

2.6. Kurikulum Dokter Muslim FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yang menjadi pembeda antara pendidikan dokter di FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan pendidikan dokter di fakultas kedokteran lainnya

adalah terdapatnya kurikulum Dokter Muslim yang diaplikasikan kepada seluruh

mahasiswa Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dokter muslim adalah dokter yang memiliki pengetahuan, keterampilan

dan pendalaman ilmu kedokteran dan mampu mengintegrasikan seluruh proses

aplikasi keilmuannya dengan didasarkan pada prinsip akidah, syariah dan akhlak

sehingga atas kesadaran diri sebagai seorang muslim, mampu memaknai profesi

dokter sebagai ibadah sedangkan nilai dan ajaran Islam diwujudkan dalam

perilaku dan akhlak islami pada kehidupan sehari-hari.13

Standar Kompetensi Dokter Muslim (SKDM)

2.6.1. Area Kompetensi

Area kompetensi dokter muslim meliputi:

1. Akidah

Adalah keyakinan iman yang kokoh kepada Allah SWT, Malaikat,

Kitab-kitab, Rasul, Hari Kemudian serta Qada dan Qadar yang disimpulkan dalam

tiga bidang pengetahuan terhadap dasar keimanan (ma’rifat al mabda’),

perantara (ma’rifat al wositoh) dan hari kemudian (ma’rifat al sam’iyat/a ma’ad).

2. Syariah

Adalah jalan pendekatan diri kepada Allah SWT yang kemudian lebih popular

disebut fiqh dan selanjutnya kemudia dijabarkan dalam empat bidang yaitu ibadat, mu’amalat, munakahat dan jinayat.

3. Akhlak

Adalah tuntutan bagi seorang muslim dalam berhubungan kepada Allah,

dirinya, manusia dan seluruh alam semesta. Setiap muslim hendaklah

melakukan perilaku terpuji (Akhlaq al mahmudah) dan meninggalkan perilaku

(41)

Area kompetensi SKDM tersebut dalam penjabarannya terintegrasi dalam

tujuh area kompetensi dokter yang tertuang dalam SKDI seperti yang tercantum

diatas. Area akidah dalam SKDM terintegrasi dalam penjabaran tujuh kompetensi

SKDI yang berkenaan dengan potensi manusia, area syariah akan berkaitan

dengan aspek hukum sedangkan persoalan etika dokter diintegrasikan dengan area

akhlak SKDM. 13

2.6.2. Komponen Kompetensi

Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya menurut konsep ukhuwah

dalam Islam: mengucapkan “Assalamu’alaikum”, menyapa dengan ramah,

bersikap empati terhadap beban psikologis keluarga, ikut memikirkan serta

memberikan jalan keluar terhadap persoalan baik finansial maupun meningkatkan

rasa kesabaran mereka.

1. Berkomunikasi dengan sejawat sebagai sesma yang berfungsi sebagai

khilafah: mengembangkan semangat persaudaraan, saling menolong,

memberi saran, belajar.

2. Berkomunikasi dengan masyarakat menurut kelompok agamanya: sesama

muslim (ukhuwah Islamiyah), sesama warga bangsa (ukhuwah watoniah)

dan sebagai sesama umat manusia (ukhuwah basyariah).

3. Berkomunikasi dengan profesi lain dengan cara saling menolong

(ta’awun), saling belajar kelebihan dari orang lain. 13

2.6.3. Penjabaran Kompetensi

- Kompetensi inti

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan

pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain

dengan didasarkan pada siddiq, amanah, tabligh dan fathanah.

- Lulusan dokter muslim mampu:

Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya.

1. Bersambung rasa dengan pasien dan keluaganya.

- Mengucapkan “Assalamu’alaikum” atau menjawab ucapan salam

(42)

- Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien dengan

menggunakan pendekatan melalui bahasa-bahasa Islam,

- Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya yang dilakukan

secara tulus, ikhlas dan amanah,

- Mendengarkan dengan aktif (penuh perhatian dan memberi waktu

yang cukup pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan

menggali permasalahan pasien) melalui sikap yang bersahabat dan

kekeluargaan,

- Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran, maupun

harapannya dengan menggunakan bahasa yang proporsional

dengan berpedoman kepada nilai akidah dan akhlak,

- Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat

pribadi dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu dengan menjauhi

sikap melakukan ghibah,

- Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta

persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan

dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien dan berlandaskan

kepada nilai ibadah.

2. Mengumpulkan informasi

- Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam

menggali informasi (move from open to closed question properly)

dengan tutur kata yang lembut (hilm),

- Meminta penjelasan dari pasien pada pertanyaan yang kurang

dimengerti secara ramah dan santun,

- Menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa

lalu dengan berpedoman pada sikap tarahum dan tawadlu’,

- Melakukan penggalian data secara runtut dan efisien dengan

menuntut pola berpikir pasien menggunakan pembicaraan sesuai

(43)

Berbicaralah dengan manusia sesuai dengan derajat akal mereka.”,

- Tidak memberikan nasihat maupun penjelasan yang prematur saat

masih mengumpulkan data dengan cara yang bijak dan santun.

3. Memahami perspektif pasien

- Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang

menyangkut penyakitnya dengan tetap mengajak pasien selalu

berpedoman kepada prinsip akidah dan ibadah bahwa semua

kekuasaan adalah milik Allah dan manusia hanya mampu berusaha,

- Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien,

kekhawatirannya dan harapannya melalui pendekatan prinsip

akidah dengan cara yang bijaksana,

- Melakukan fasilitasi secara profesional terhadap ungkapan emosi

pasien (marah, takut, malu, sedih, bingung, euforia, maupun pasien

dengan hambatan komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis)

dengan tetap berpedoman kepada prinsip akhlak mulia,

- Mampu merespon verbal maupun bahasa nonverbal dari pasien

secara profesional dengan penuh kesabaran,

- Memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma

setempat untuk menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna

dan hubungan dokter pasien yang profesional dengan tetap

mengacu kepada realitas kemajemukan manusia yang harus

didekati melalui prinsip akhlak mulia,

- Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti pasien

(termasuk bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur, tingkat

pendidikan ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas

informasi, menjelaskan hasil diagnosis, pilihan penanganan dan

prognosis serta mengaitkannya dengan ayat-ayat Al-Quran dan

mengutip hadist Rasul yang berkenaan serta kata-kata yang

(44)

4. Memberi penjelasan dan informasi

- Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan

stres sebelum melakukan pemeriksaan fisik melalui pendekatan

akidah dan akhlak,

- Memberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin

timbul selama pemeriksaan fisik atau tindakannya dan mengajak

pasien untuk selalu bersabar serta meyakinkannya bahwa orang

yang sabar terhadap penyakitnya akan memperoleh ampunan Allah

terhadap dosa-dosanya,

- Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang

tujuan, keperluan, manfaat, risiko prosedur diagnostik dan tindakan

medis (terapi, operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan

dengan cara yang lembut (layyin),

- Menjawab pertanyaan dengan jujur, memberi konsulatasi, atau

meganjurkan rujukan untuk permasalahan yang sulit dengan

menyatakan bahwa tidak semua gejala penyakit diketahui oleh

seorang dokter,

- Memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien

maupun keluarganya dengan meniatkannya sebagai bagian dari

sedekah dan infaq ilmu,

- Memastikan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan

pilihan-pilihan tindakan telah dipahami oleh pasien,

- Memberikan waktu yang cukup kepada pasien dengan cara yang

ramah dan bijak untuk merenungkan kembali serta berkonsultasi

sebelum membuat persetujuan kalau perlu dengan melakukan zikir

dan sholat istikharah terhadap pilihan-pilihan tindakan,

- Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan menjunjung

tinggi etika kedokteran dengan selalu mengajak pasien beserta

keluarganya untuk selalu melakukan pendekatan sejalan dengan

(45)

- Memastikan kesinambungan pelayanan yang telah dibuat dan

disepakati sesuai dengan kemampuan pasien.13

2.7. Kerangka Teori

- Tujuan, rencana (agenda) - Motivasi

- Peran

- Norma dan aturan

Persepsi dan Proses Penyaringan Kognitif

(46)

2.8. Kerangka Konsep

2.9. Definisi Operasional

Tabel 2.9.1. Definisi Operasional

Variabel Pengukur Alat Ukur Cara

Pengukuran

(47)

33

3.1. Disain Penelitian

Penelitian menggunakan disain penelitian analitik dengan pendekatan

cross-sectional14 untuk mengetahui perbandingan persepsi pasien terhadap

keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien antara dokter lulusan

dengan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Klinik Makmur

Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang

Selatan pada bulan Juli-Agustus 2014 dengan menggunakan data primer berupa

kuesioner yang diisi oleh subyek penelitian.

Tabel 3.2.1. Timeline Penelitian

No. Kegiatan

Waktu

Pebruari Maret April Mei

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pembuatan proposal

2. Penyebaran kuesioner 3. Pengolahan data 4. Analisa data 5. Sintesa hasil analisa 6. Laporan

No. Kegiatan

Waktu

Juni Juli Agustus September

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pembuatan proposal

(48)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien yang berobat ke

Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan. Sampel adalah pasien klinik

yang dipilih secara purposive sampling.14

3.3.1. Jumlah Sampel

Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus

besar sampel penelitian analisa kategorik tidak berpasangan14 yaitu sebagai

berikut:

N1 = N2 = �√ +�β√ + ²

− ²

N1=N2 : jumlah sampel penelitian

Zα : derivat baku alpha

Zβ : derivat baku beta

P1 : proporsi pada beresiko atau kasus

Q1 : 1-P1

P2 : proporsi pada kelompok tidak terpajan/control, 50%

Q2 : 1-P2

P : proporsi total +

Q : 1-P

P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna,

ditetapkan 0,2

Jadi,

P1 = P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7

Q1 = 1-P1 = 1-0,7 = 0,3

P = + = , + , = , = 0,6

Q = 1-P = 1-0,6 = 0,4

Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk total sampel penelitian didapatkan

hasil sebagai berikut:

= , √ , , + , √ , , + , , 2

(49)

3.3.2. Kriteria Sampel

a. Kriteria inklusi

- Subyek merupakan pasien dokter yang berusia diatas 15 tahun.

- Subyek merupakan pasien dari pelayanan dokter umum di Klinik Makmur

Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

- Subyek bersedia menjadi responden penelitian.

b. Kriteria eksklusi

- Subyek tidak dapat berkomunikasi aktif dalam Bahasa Indonesia.

- Subyek merupakan pasien gawat darurat.

- Subyek mengalami gangguan mental.

3.4. Cara Kerja Penelitian

Persiapan penelitian

Menentukan tempat melakukan penelitian

Menentukan subyek yang memenuhi kriteria inklusi Subyek dipilih secara purposive sampling

Pengisian kuesioner

Analisa data penyusunan laporan

Kesimpulan

(50)

3.5. Variabel yang Diteliti

3.5.1 Variabel terikat

Persepsi pasien terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi

dokter-pasien dokter lulusan dan bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di

Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan.

3.5.2 Variabel bebas

Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien.

3.6. Manajemen Data

3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS 16, dengan

melakukan pemeriksaan seluruh data yang terkumpul (editing), memberi

angka-angka atau kode-kode tertentu yang telah disesuaikan dengan data kuesioner

(coding), memasukkan data sesuai kode yang ditentukan masing-masing variabel

sehingga menjadi suatu data dasar (entry). Data digolongkan, serta

disederhanakan sehingga mudah dibaca dan diinterpretasikan (cleaning).15

3.6.2. Analisa Data

Analisa data meliputi analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa

univariat pada data meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir,

pekerjaan, dan frekuensi pasien mengunjungi dokter, lama berpkraktek dokter,

usia dokter, pilihan pasien berkonsultasi jika sakit dan harapan pasien tentang

keterampilan interpersonal yang harus dimiliki dokter.

Analisa bivariat pada penelitian ini adalah analisa hubungan kategorik

dengan kategorik yang menggunakan uji Chi Square bila memenuhi syarat. Jika

tidak memenuhi syarat uji Chi-Square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu uji

(51)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data primer di Klinik

Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan pada bulan Juli dan Agustus 2014.

Penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling. Setelah dilakukan

penyebaran kuesioner, terkumpul kuesioner sebanyak 204 kuesioner.

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambar Umum Lokasi Penelitian

4.1.1.1.Lokasi Klinik Makmur Jaya Ciputat

Jl. W.R. Supratman, No. 29 Kelurahan Cempaka Putih, Kampung Utan, Ciputat

Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.

4.1.1.2.Pelayanan

Klinik Makmur Jaya Ciputat memberikan pelayanan terpadu yang terdiri dari:

1. Dokter umum,

2. Dokter gigi,

3. Laboratorium sederhana,

4. Rawat inap,

5. Rumah bersalin.

4.1.1.3.Fasilitas

Klinik Makmur Jaya Ciputat memiliki luas bangunan sebesar 315 m² dengan

fasilitas sebagai berikut:

1. Ruang dokter umum,

2. Ruang dokter gigi,

3. Laboratorium sederhana,

4. Radiologi ultrasonografi (USG),

5. Ruang tunggu,

6. Customer service,

(52)

8. Apotek,

9. Rawat inap,

10.Rumah bersalin.17

4.1.1.4.Dokter dan Tenaga Medis

Terdapat sepuluh orang dokter umum dan dua orang dokter gigi yang

berpraktek secara reguler di Klinik Makmur Jaya Ciputat. Ditambah dengan satu

orang perawat, dua orang bidan, dan tiga orang asisten apoteker.

Terdapat lima orang dokter umum lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan tiga orang dokter umum bukan lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang berpraktek secara reguler di Klinik Makur Jaya Ciputat, proporsi

tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila dokter yang seharusnya berpraktek

berhalangan hadir sehingga digantikan oleh dokter umum lainnya.

4.1.2. Uji Validitas Kuesioner

Kuesioner yang digunakan terdiri dari 22 pertanyaan mengenai sikap dan

perilaku yang ditunjukkan dokter saat komunikasi dokter-pasien berlangsung.

Kuesioner dijawab dengan pilihan ‘Ya’ dan ‘Tidak’. Masing-masing pertanyaan

akan diberikan skor sebagai berikut, skor 1 untuk jawaban ‘Tidak’ dan skor 2 untuk jawaban ‘Ya’. Skor total terendah adalah 22 dan skor total tertinggi adalah 44. Kuesioner didapatkan dari penelitian Fika Ekayanti18 dan telah dilakukan uji

validitas dan uji reliabilitas dengan Croanbach Alfa dan didapatkan hasil

Croanbach Alfa=0,795. Suatu instrumen penelitian dikatakan memiliki tingkat

reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa >0,60.15

Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data karena kuesioner tersebut telah memenuhi syarat kelayakan suatu

instrumen.

4.1.3. Data Hasil Penelitian

Pada penelitian yang dilakukan di Klinik Makmur Jaya Ciputat ini

didapatkan data 204 responden yang terdiri dari 102 responden pasien dokter

(53)

pasien dokter bukan lulusan FKIK UINSH. Keseluruhan responden adalah pasien

yang berkunjung ke pelayanan dokter umum di Klinik Makmur Jaya Ciputat.

Tabel 4.1.3.1 Distribusi Responden Penelitian

No. Kategori Responden

1. Usia N %

Petani/nelayan/buruh 4 2,0

Lainnya 29 14,2

5. Frekuensi Berkunjung N % Baru pertama kali 44 21,6

2-5 kali 105 51,5

Lebih dari 6 kali 55 27,0

Frekuensi responden terbanyak ada pada kelompok usia 25-34 tahun yaitu

sebanyak 51 orang responden atau sekitar 25,0% dari total responden. Responden

perempuan lebih dominan dalam penelitian ini dengan jumlah responden

perempuan sebanyak 127 orang atau sekitar 62,3% dari total responden. Rata-rata

tingkat pendidikan terakhir responden adalah tamat SMA/MA yaitu sebanyak 105

orang atau sekitar 51,5% dari total responden. 78 orang atau 38,2% responden

tidak bekerja, Ibu Rumah Tangga dan pensiunan termasuk dalam kategori ini

Gambar

Gambar 2.1.2.1. Siklus Keterampilan Interpersonal ..........................................
Tabel 2.1.1.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal
Gambar 2.1.2.1. Siklus keterampilan interpersonal.
Gambar 2.2.2.1. Model Proses Komunikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

pada entitas bagian Bidang Hukum BKD memproses data persetujuan cuti yang menghasilkan permintaan cuti dan disimpan ke dalam database yang bernama tabel cuti, dan juga

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Jember Hak Bebas Royalty Noneksklusif (Non Exclusive Royalty-Free

The persistence of herbicides applied in vineyards has become a concern in recent years due to their wide use. Investigations into the fate of herbicides in a vineyard in the

bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) dan pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah,Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah Jenis

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hedonic Shopping Value dan Fashion Involvement tidak berpengaruh terhadap perilaku Impulse Buying pada Matahari Department Store di

Terdapat 3 keluaran charger yang digunakan untuk mengisi sel 1,2, dan 3 pada baterai, dengan arus maksimal pengisian tiap sel 1 A.. Frekuensi switching yang digunakan sebesar

bertanyalah kepada orang tuamu apa fungsi masing masing ruang tulislah hasilnya pada tabel. buatlah tabel seperti contoh

Wahyu Widiana, Proses Pengambi/an Departemen Agama tentang Penentuan Awai dan Akhir Ramadhan (Tangerang: ICM!, Orsa! Kawasan Puspitek dan Sekitamya, 1994), Cet.. Jika menurut