(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: DENI IRAWAN NIM. 109018300097
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
Skripsi berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI”, disusun oleh Deni Irawan NIM. 109018300097, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 21 Februari 2014
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi,
iii
Skripsi berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI” disusun oleh Deni Irawan, NIM. 109018300097, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian
Munaqosah pada tanggal 11 Maret 2014 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
Panitia Ujian Munaqosah 1. Ketua Panitia (Ketua Jurusan PGMI)
Dr. Fauzan, MA
NIP. 19761107 200701 1 013 2. Penguji I
Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 3. Penguji II
Dr. Gelar Dwi Rahayu, M.Pd NIP. 19720419 199903 2 002
Tanggal
...
...
...
Tanda Tangan
...
...
...
Jakarta, April 2014
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Dekan,
Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D
iv Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Deni Irawan
NIM : 109018300097
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI
Menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang
pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain
atau telah digunakan sebagai persyaratan studi di perguruan tinggi lain kecuali pada
bagian-bagian tertentu saya ambil sebagai acuan. Apabila ternyata terbukti bahwa
pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 21 Februari 2014
v
Nama : Deni Irawan
NIM : 109018300097
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jenis Penelitian : Skripsi
Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta atas penulisan karya ilmiah saya, demi mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak penyimpanan, mengalih mediakan/mengalih formatkan.
3. Mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
4. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan perpustakaan UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta, dari segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 21 Februari 2014
Yang Menyatakan,
vi
Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI (PTK di SDN Cengkareng Timur 01 Pagi-Jakarta Barat)
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, STAD, dan Motivasi Belajar
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas IV SDN Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melalui empat tahapan; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang terdiri dari empat kali pertemuan pada setiap siklusnya. Data penelitian berupa motivasi belajar siswa diperoleh melalui instrumen angket yang diberikan kepada setiap siswa pada setiap akhir siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa pada siklus I sebesar 77,62% dengan kategori “Sedang”. Pada siklus II meningkat menjadi 95,08% dengan kategori “Tinggi”. Peningkatan motivasi belajar Matematika siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 17,46%. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa kelas IV SDN Cengkareng Timur 01 Pagi-Jakarta Barat.
Pada penelitian tindakan ini, motivasi belajar matematika siswa dapat meningkat dengan diterapkannya langkah-langkah yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) diantaranya dengan memberi angka atau nilai atas kegiatan dan hasil belajar siswa, penghargaan dan pemberian hadiah, pujian guru, persaingan antar kelompok, dan keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa juga termotivasi dengan adanya metode-metode belajar yang menarik, aktif, dan kreatif, serta tujuan belajar yang akan dicapai siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
vii
Motivation SD/MI (CAR in SDN 01 East Cengkareng-West Jakarta) Keywords: Cooperative Learning, STAD, and Learning Motivation
This study aims to improve students' motivation to learn mathematics through cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) in the fourth grade students of SDN 01 Morning East Cengkareng-West Jakarta. The design of this study was Classroom Action Research (CAR) through four stages; planning, implementation, observation, and reflection. The study consisted of two cycles consisting of four meetings in each cycle. The research data in the form of student motivation is obtained through a questionnaire instrument given to each student at the end of each cycle.
The results showed that Student Teams Achievement Divisions (STAD) can increase students' motivation to learn mathematics in the first cycle of 77.62% to the category of "Moderate". In the second cycle increased to 95.08% in the category of "High". Increasing students' motivation to learn mathematics from the first cycle to the second cycle of 17.46%. From the above description it can be concluded that the cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) may increase the motivation to learn mathematics fourth grade students of SDN 01 Morning East Cengkareng-West Jakarta.
In this action research, students' motivation to learn mathematics can be increased with the implementation of the measures contained in the cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) gave them the number or value of the activity and student learning outcomes, awards and gifts, teacher praise, competition between groups, and student involvement in learning. Students are also motivated by the presence of learning methods are interesting, active, and creative, as well as the learning objectives to be achieved by students during the learning process takes place.
viii
Masa depan adalah milik mereka yang percaya tentang keindahan mimpi-mimpi mereka.
(Eleanor Roosevelt)
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan
kemajuan selangkah pun.
(Soekarno)
Hidup seekor lebah lebih bernilai daripada binatang lain bukan lantaran ia pekerja giat, tapi karena ia lebih suka bekerja (menghasilkan madu) untuk kenikmatan pihak lain.
(Anonim)
Tak ada yang dapat menghentikan orang yang bersikap mental benar dari upayanya meraih cita-cita, dan tidak ada satu pun yang dapat menolong orang bersikap mental keliru.
(Thomas Jefferson)
Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan. Kita menghargai cahaya karena kita pernah dalam kegelapan. Maka begitu pula, kita dapat bergembira karena kita pernah
merasakan kesedihan.
(David L. Weatherford)
Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli, dan tidak dapat dihancurkan.
(Hitopadesa)
Do’a memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi percaya, dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.
ix
For all those time you stood by me
For all the truth that you made me see
For all the joy you brought to my life
For all the wrong that you made right
For every dream you made come true
For all the love i found in you
I’ll be forever thankful
You’re the one who held me up, never let me fall You’re the one who saw me through it all
You were my strength when i was weak
You were my voice when i couldn’t speak You were my eyes when i couldn’t see
You saw the best there was in me
Lifted me up when i couldn’t reach
You gave me wings and made me fly
You touch my hand i could touch the sky
I lost my faith you gave it back to me
You said no star was out of reach
Kupersembahkan karya ini untuk:
o Ayah dan Bunda tersayang, yang sangat kusayangi dan segalanya bagiku, love you. o Adik-adikku yang selalu memberikan dukungan dengan kasih sayang dan perhatiannya,
x
Tiada kata yang paling indah selain memanjatkan puji kepada Yang Maha
Suci, memuja kepada Yang Maha Kuasa, dan bersyukur kepada Yang Maha
Ghofur. Dia-lah Allah SWT Yang Maha Esa, Maha Agung dan Maha Bijaksana.
Berkat inayah, taufiq, dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelasaikan skripsi
ini dengan baik dan lancar.
Rasa hormat, ta’zim, dan kerinduan kepada Baginda Rasulullah Nabi
Muhammad SAW yang memberikan pencerahan kepada seluruh umat manusia,
semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarga,
sahabat, para pewarisnya, dan kepada kita selaku umat akhir jaman semoga
menjadi umat yang selalu mengikuti akan ajarannya, Amin.
Sebuah karya ilmiah ini tentunya masih sangat banyak kekurangan dan
kelemahan dalam penulisan dan penyusunannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak maka dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril
dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Fauzan MA., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang selalu mengingatkan untuk terus menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si., Dosen Penasehat Akademik Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan
xi
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmu kepada penulis, semoga dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
6. Teristimewa Keluarga Besar penulis, Ayahanda Radino dan Ibunda
Suminem, atas ketulusan dan kesabaran beliau dalam membesarkan,
merawat, mendidik, dan menolong penulis agar senantiasa menjadi orang
yang sabar, tidak mudah putus asa, tawakal, bermanfaat bagi orang lain, serta do’a beliau yang selalu menyertai hidup penulis. Teriring do’a semoga Allah mengampuni dosa dan kekhilafan beliau dan menyayangi
beliau seperti keduanya menyayangi penulis, amin. Dan kepada adik
Rohman Azi Saputra dan Faozan Nur Amanullah, yang selalu mendukung
penulis dengan perhatian dan kasih sayang.
7. Untuk yang tersayang, my lovely Rahesya Fara Aulia yang selalu memberikan semangat dan senyuman kasih sayang, cinta, perhatian, dan
motivasinya.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan dari awal perkuliahan satu kelas dan satu
angkatan (Imam Hanafi, Abdul Aziz, Ramdan Suwarman, Rudy Purbianto,
Agi Nurahmadana, Herey Purwanto, Syifa Kumala, Mailina Hidayati,
Fathi Maulawi, Ahmad Maulana, Akbar Gunawan, Muhammad Sukroni,
Heri Dermawan, Angga Pranata, Rizky Pradana, Wahyu Samadyo, Nayla
Rizkiyah, Ryan Syahrini, Anggi Restiana, Sita Jayanti, Annisa Nurul Aini,
Ina Isfarina, Yuni Anggraeni, Yanita Puspitasari, Shinta Anggraeni,
Khumaira Ziya, dan Rafika Nurhidayati) yang tidak henti-hentinya
memberikan bantuan, motivasi, dan kehangatan serta kebersamaan dalam
ikatan persahabatan yang seperti dalam satu keluarga.
9. Kawan-kawan TQN Sirrul Asrar (Hufaz Fazari, Syahidain, Faizal Bahren,
Sahari, Andre Gunawan, Hendi, Aris, Imam Baihaqi, dan Ahmad Ghozali)
xii
membangun untuk lebih baik, kreatif, dan mandiri.
Semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah Subhanahuwata’ala membalas
segala kebaikan saudara-saudari semuanya dengan yang lebih baik. Semoga Allah Subhanahu wata’ala dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis, Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis,
pembaca, dan kaum muslimin, serta semoga Allah Subhanahu wata’ala
membimbing, menolong, dan memberikan taufik, rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita semua. Semoga shalawat dan salam serta barakah senantiasa Allah
Subhanahu wata’ala limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi
wasallam, keluarganya, para sahabatnya, serta para pewaris dan pengikutnya.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin.
Jakarta, 27 Rabi’ul Awal 1435 H 29 Januari 2014 M
Penulis
xiii
HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ABSTRAK...
A. Latar Belakang Masalah...
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian...
C. Pembatasan Fokus Penelitian...
D. Perumusan Masalah Penelitian...
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian... 1
6
7
7
xiv
1. Pembelajaran Kooperatif...
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif...
b. Prinsip dan Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif...
c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif...
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif...
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... a. Pengertian STAD...
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tipe STAD...
3. Motivasi Belajar...
f. Tujuan Motivasi Belajar...
g. Ciri-Ciri Orang Memiliki Motivasi...
h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar...
i. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar...
4. Pembelajaran Matematika di SD/MI...
a. Pengertian Matematika...
b. Pembelajaran Matematika di SD/MI...
B. Hasil Penelitian yang Relevan...
xv
A. Tempat dan Waktu Penelitian...
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian...
C. Subjek Penelitian...
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian...
E. Tahapan Intervensi Tindakan...
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan...
G. Data dan Sumber Data...
H. Instrumen Pengumpulan Data...
I. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data...
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan...
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan... 38
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data...
1. Penelitian Pendahuluan...
2. Penelitian Siklus I...
a) Perencanaan...
b) Pelaksanaan...
c) Observasi...
d) Refleksi...
3. Penelitian Siklus II...
xvi BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...
B. Saran... 94
95
DAFTAR PUSTAKA... LEMBAR UJI REFERENSI... LAMPIRAN...
96
98
DAFTAR TABEL
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif………...
Penghitungan Perkembangan Skor Individu...
Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok...
Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas..………...
Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Matematika...
Kriteria Penilaian Angket Motivasi Siswa………...
Kategori Nilai Angket Motivasi Belajar...
Skor Perkembangan Individu 1...
Skor Perkembangan Individu 2...
Skor Perkembangan Individu 3...
Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus I…………...
Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I…………...
Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I……...
Hasil Wawancara Siswa pada Siklus I………...
Hasil Jawaban Angket Motivasi Belajar pada Siklus I...
Perhitungan Rata-Rata Skor Angket Siklus I………...
Tindakan Perbaikan pada Siklus I………...
Skor Perkembangan Individu 4...
Skor Perkembangan Individu 5...
Skor Perkembangan Individu 6...
Skor Perkembangan Individu 7...
Skor Perkembangan Individu 8...
Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus II...
Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus II………...
Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II………...
Hasil Wawancara Siswa pada Siklus II...
Hasil Jawaban Angket Motivasi Belajar pada Siklus II……...
xviii Gambar 2.1
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Proses Motivasi Dasar...
Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin………...
Diagram Persentase Aktifitas Mengajar Guru Siklus I dan II....
Diagram Persentase Aktifitas Belajar Siswa Siklus I dan II...
Diagram Persentase Angket Motivasi Belajar Siklus I dan II.... 20
40
88
89
xix
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II...
Posisi Duduk Kelompok Belajar...
Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I...
Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II...
Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I...
Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II...
Hasil Jawaban Angket Motivasi Belajar Matematika Siklus I...
Hasil Jawaban Angket Motivasi Belajar Matematika Siklus II...
Hasil Wawancara Guru Pra Penelitian...
Hasil Wawancara Guru Setelah Penelitian Siklus I...
Hasil Wawancara Guru Setelah Penelitian Siklus II...
Hasil Wawancara Siswa Setelah Penelitian Siklus I...
Hasil Wawancara Siswa Setelah Penelitian Siklus II...
Kisi-Kisi Instrumen Observasi Aktifitas Belajar Siswa ………....
Rubrik Penilaian Observasi Aktifitas Belajar Kelompok…….…..
Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa...………...
Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa………...
Perhitungan Rata-Rata Angket Motivasi Belajar Siklus I…...
Perhitungan Rata-Rata Angket Motivasi Belajar Siklus II…...
Lembar Kerja Siswa Siklus I…...
Lembar Kerja Siswa Siklus II...
Hasil Observasi Aktifitas Belajar Kelompok...
1 A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan
hidup suatu negara dan bangsa, dan untuk mengembangkan kualitas sumber daya
manusia. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab
pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang
makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri,
dan profesional pada bidangnya masing-masing.
Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab II
Pasal 3, menerangkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
Tujuan pendidikan nasional dapat dicapai dengan upaya
menyelenggarakan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Karena melalui pendidikan,
satu persatu tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diupayakan. Maka dari itu
pemerintah wajib memberikan kesempatan kepada warga negaranya untuk
memperoleh pendidikan, karena memperoleh pendidikan merupakan hak bagi
setiap warga suatu negara itu sendiri, dan setiap negara harus menjamin
keberlangsungan jalannya sebuah proses pendidikan bagi warga negaranya. Selain
itu belajar juga merupakan kewajiban bagi setiap individu agar memperoleh ilmu
pengetahuan guna meningkatkan derajat kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kualitas pendidikan harus ditingkatkan secara terus menerus agar sesuai dengan
tujuan yang dirancang.
1
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka perlu dilakukan
beberapa rencana dan proses, salah satunya adalah dengan proses pembelajaran.
Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan kegiatan yang terpadu dan
menyeluruh antara siswa dengan guru dalam suasana yang bersifat pengajaran.
Dalam hal proses pembelajaran seyogyanya para guru mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Bab IV Pasal 19 tentang Standar Proses yang berbunyi:
"Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi, aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik".2
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan
manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk
melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab,
produktif, dan berbudi pekerti luhur.
Keadaan di atas menjadi tantangan bagi para pendidik untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan sistem pendidikan, program
kurikulum, strategi belajar mengajar, serta sarana dan prasarana pendidikan
mempengaruhi perkembangan siswa dalam bidang akademis, sosial, maupun
pribadi. Karena pendidikan merupakan sebuah usaha terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
dapat mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, dan kecerdasan.
Kemampuan guru dalam menentukan metode yang sesuai dengan tujuan
dan materi pelajaran juga merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa. Tuntutan tersebut harus dimiliki oleh seorang guru ketika
melakukan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Hal
tersebut sejalan dengan tuntutan kurikulum saat ini yang sangat memperhatikan
metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru.
2
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki
peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran
sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran matematika diberikan
kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan
tinggi.
Peserta didik pada masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak
yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga 12 tahun. Menurut para ahli psikologi,
yang juga harus diperhatikan dalam pendidikan adalah menyelesaikan tugas
perkembangan pada tahap yang sedang berlangsung. Salah satu tugas
perkembangan anak usia sekolah dasar adalah belajar, bergaul dan bersahabat
dengan anak-anak sebayanya, dan bekerja dalam kelompok. Tahap perkembangan
ini harus bisa dimiliki anak usia SD agar perkembangan tahap berikutnya tidak
mengalami gangguan yang mengakibatkan perkembangan sosial yang
menyimpang.
Akan tetapi, pada kenyataannya banyak dijumpai pembelajaran di SD/MI
masih jauh dari harapan. Pembelajaran di SD/MI masih banyak menggunakan
pembelajaran konvensional yang hanya terpusat pada guru semata (teacher centered). Pembelajaran ini masih sering diterapkan oleh guru dengan alasan pembelajaran ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita waktu yang banyak
sehingga menyebabkan sedikit tuntutan aktifitas belajar dari siswa. Dalam proses
pembelajaran masih sering dijumpai adanya kecenderungan peserta didik yang
menyerah meskipun mereka sebenarnya masih bingung tentang materi yang
disampaikan. Ditambah lagi dalam praktik belajar, kepribadian (kecerdasan
emosional) terabaikan hanya mengutamakan aspek akademik (kecerdasan
intelektual) semata yang dipentingkan.
Proses pembelajaran seperti yang diungkapkan tersebut sangat tidak
diharapkan. Konsep-konsep matematika lebih banyak langsung diberikan kepada
siswa tanpa adanya proses yang bermakna yang melibatkan siswa untuk
pengalaman dalam belajar yang nantinya akan berdampak pada hasil akademik
yang rendah maupun kepribadian yang kurang baik. Untuk mencapai tujuan
Dengan kata lain, keberhasilan proses pembelajaran juga bergantung pada
bagaimana suatu bahan ajar disampaikan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah
pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif,
salah satunya adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan
merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling baik untuk permulaan
bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.3 Pada tipe ini
terdapat beberapa tahap yang harus dilalui selama proses pembelajaran. Tahap
awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang
dirancang sebelumnya oleh guru. Setelah itu siswa bersaing dalam turnamen
untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antar
kelompok yang dikemas dalam suatu permainan agar pembelajaran tidak
membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat membuat siswa
aktif dan termotivasi mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa yang lain, sehingga masing-masing
siswa lebih menguasai materi. Dalam pembelajaran tipe STAD, guru berkeliling
untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini memungkinkan siswa
untuk berinteraksi dengan guru dan diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa
untuk bertanya atau berpendapat kepada guru.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti terhadap guru
matematika kelas IV SDN Cengkareng Timur 01 Pagi Jakarta Barat, didapat
informasi bahwa metode pengajaran didominasi oleh aktifitas guru sehingga
pembelajaran masih bersifat teoritis dan jauh dari pengalaman belajar yang
berdampak pada keaktifan dan keterlibatan siswa. Guru masih ragu menggunakan
metode diskusi kelompok dengan asumsi bahwa siswa lebih sulit dikondisikan
jika dibentuk dalam kelompok karena siswa hanya bercanda dengan temannya dan
hanya menyita waktu belajar. Hal tersebut terlihat ketika guru menjelaskan
konsep Matematika lebih menekankan pada pemberian materi secara langsung.
3
Selain itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa
didapat beberapa informasi yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa
yaitu: 1) beberapa siswa kurang bersemangat saat mengikuti pembelajaran
matematika, 2) siswa masih membutuhkan dorongan dari guru dalam mengajukan
pertanyaan atau mengungkapkan pendapat, 3) masih ada siswa yang tidak
mengerjakan tugas atau PR, 4) siswa merasa sudah puas dan paham tentang
materi yang diajarkan namun ketika diajukan pertanyaan siswa terlihat
kebingungan, 5) siswa kurang berminat dalam memecahkan soal matematika yang
bersifat menantang, 6) beberapa siswa terlihat masih mengobrol dengan temannya
pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, 7) masih ada siswa yang datang
terlambat, dan 8) beberapa siswa masih terlihat bermain-main di luar kelas ketika
guru telah memasuki ruang kelas.
Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika di
sekolah tersebut, maka perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Dengan pertimbangan salah satu ciri masa anak usia SD/MI adalah
senang bergaul dan bekerja dalam kelompok sebayanya, maka untuk memenuhi
tugas perkembangan anak pada usia tersebut digunakanlah kegiatan belajar yang
salah satunya adalah melalui pembelajaran kooperatif atau pembelajaran
kelompok. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
berdiskusi dengan temannya. Apalagi pembelajaran kelompok sangat baik untuk
pendidikan di Indonesia yang merupakan negara majemuk untuk segala aspeknya
dan sejalan dengan ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran bahwa
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:
(
٢
ةيآا نم :ةدئاملا
)
...
ِناَوْدُعْلاَو
ِمْثِإا ىَلَع ْاوُنَواَعَ ت َاَو ىَوْقَ تلاَو ِربْلا ىَلَع ْاوُنَواَعَ تَو
Berdasarkan dari uraian di atas peneliti ingin melakukan suatu penelitian
tindakan kelas guna meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
matematika pada pokok bahasan menggunakan pengukuran sudut, panjang, dan
berat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas IV SDN Cengkareng Timur 01 Pagi, jalan Daan Mogot KM. 14, Cengkareng-Jakarta Barat. Adapun judul
penelitian ini yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Siswa kurang mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar dikarenakan
metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh guru.
2. Keterlibatan siswa dalam belajar masih kurang sehingga menyebabkan
rendahnya hasrat dan minat siswa dalam belajar.
3. Kurangnya interaksi belajar siswa sesama teman sebayanya, bergaul bersama,
dan bekerja bersama teman sebayanya.
Penelitian ini difokuskan untuk meneliti pada aspek motivasi belajar siswa
terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada
motivasi belajar siswa.
1. Motivasi belajar.
Motivasi yang dimaksud dalam kegiatan belajar adalah adanya dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku pada umumnya, meliputi adanya hasrat dan keinginan
berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan
cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif
sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.
2. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Salah satu ciri perkembangan masa anak usia SD/MI adalah senang bergaul dan bekerja
dalam kelompok sebayanya, maka untuk memenuhi tugas perkembangan
anak pada usia tersebut digunakan kegiatan belajar yang salah satunya adalah
melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari
konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman sebayanya.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar matematika
siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Manfaat dari hasil penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis:
1) Manfaat Teoritis
Untuk menambah khazanah hasil penelitian tentang upaya peningkatan
motivasi belajar matematika siswa dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan membuka kemungkinan
dilakukan penelitian tindakan lebih lanjut tentang permasalahan sejenis.
2) Manfaat Praktis
a) Bagi guru, dapat mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang
tepat dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
b) Bagi siswa, menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan
pembelajaran, berani dalam mengungkapkan pendapat, mengajukan
pertanyaan, sehingga siswa mendapatkan pengalaman dalam
belajarnya.
c) Bagi sekolah, dapat mengadakan perbaikan pembelajaran dan
peningkatan mutu pendidikan, khususnya mata pelajaran
Matematika.
d) Bagi peneliti, mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan motivasi belajar matematika siswa, sehingga hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan mata kuliah
9 A. Deskripsi Teoretik
1. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberikan petunjuk kepada guru di kelas.
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam kelas
untuk mempermudah proses belajar siswa. Di antara model pembelajaran
yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas adalah pembelajaran
kooperatif.
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan interaksi antarsiswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan. Menurut Slavin, pembelajaran konstruktivis
dalam pengajaran menerapkan metode pembelajaran kooperatif secara
ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan menjadi lebih mudah untuk
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka
saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut secara bersama-sama.1
Lebih lanjut Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim
kecil yang bersifat heterogen, yaitu antara 4-6 orang degan latar belakang
1
kemampuan akademik berbeda yang harus saling membantu anggota tim
untuk mencapai tujuan pembelajaran, jenis kelamin, dan ras yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling
memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga
diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap
keberhasilan kelompok2
Riyanto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan
akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill), dan termasuk interpersonal skill.3
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model yang digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa terutama
untuk mengatasi permasalahan yang ditemuka n guru dalam
mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik
sekaligus keterampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil
yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan yaitu mencapai
ketuntasan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar, serta dapat
meningkatkan kepekaan sosial dan empati di antara siswa.
b. Prinsip dan Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Ada yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan
model pembelajaran yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
prinsip dan cirinya. Unsur yang mendasari pembelajaran kooperatif
sebagaimana yang dijelaskan oleh Riyanto yaitu:4
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 244-245.
3
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: PT. Kencana, 2009), h. 271.
4
1) Positive independence, artinya adanya saling ketergantungan positif yaitu anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama
dalam pencampaian tujuan.
2) Face to face interaction, artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.
3) Individual accountability, artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai
keberhasilan kelompok.
4) Use of collaborative/social skill, artinya harus menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu
berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.
5) Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.
Jadi, dalam menggunakan pembelajaran kooperatif harus
menerapkan lima prinsip tersebut agar mencapai hasil yang maksimal
dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut:
1) Kelompok dibentuk secara heterogen dengan komposisi siswa
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, serta pria dan wanita
berdasarkan etnik dan ras yang berbeda.
2) Siswa dalam kelompok sehidup semati.
3) Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama.
4) Membagi tugas dan tanggung jawab yang sama.
5) Akan dievaluasi untuk semua.
6) Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama.
7) Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang
c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif banyak sekali model-model
pembelajaran yang diperkenalkan, antara tipe pembelajaran yang satu
dengan yang lainnya memiliki masing-masing perbedaan, baik pada
keunggulan, cara pembelajaran, maupun kekurangannya. Tipe
pembelajaran kooperatif yang sudah diterapkan di antaranya yaitu:
STAD (Student Teams Achievement Division), TAI (Team Assisted Individualization), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, dan Penelitian Kelompok (Group Investigation);5
1) STAD (Student Teams Achievement Division)
Dalam STAD siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok
dengan beranggotakan 4-5 siswa, dalam kelompok tersebut harus
berbagai macam siswa, seperti tingkatan dalam prestasi, jenis
kelamin, rasa atau suku dan agama. Selanjutnya guru memberikan
materi kepada tiap kelompok, setiap siswa dalam kelompok
tersebut harus mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri. Dalam
penilaiannya guru memeberikan skor kepada masing- masing siswa
sesuai kesepakatan bersama.
2) TAI (Team Accelerated Instruction)
TAI atau pembelajaran individual dibantu tim pada
dasamya hampir sama dengan STAD, dalam penggunaan tim
belajar empat anggota berkemampuan campur dan penghargaan
untuk tim berkinerja tinggi, bedanya bila STAD menggunakan satu
langkah pengajaran di kelas, TAI menggabungkan pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran individu.
3) TGT (Teams Games Tournament)
TGT atau pertandingan-pertandingan tim merupakan
pengembangan dari STAD. Setelah siswa belajar dalam
kelompoknya, masing-masing anggota kelompok akan mengadakan
5
lomba dengan anggota kelompok lain, sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Penilaian kelompok didasarkan pada jumlah nilai
yang diperoleh dari masing masing anggota kelompok.
4) Jigsaw
Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok-
kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima
orang yang berbeda tingkat kemampuan, ras, atau jenis
kelaminnya. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas
untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan.
Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya.
Setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang
menjadi ahli pada topik yang sama, Mereka mendiskusikan topik
yang menjadi bagiannya. Pada tahap ini setiap siswa diperbolehkan
bertanya, mengungkapkan pendapat, berdiskusi untuk menguasai
bahan pelajaran. Pada akhir kegiatan setiap anggota mengerjakan
tes untuk semua sub topik dan topik yang dipelajari. Skor hasil tes
tiap kelompok dihitung dan diumumkan secara terbuka.
5) GI (Group Investigation)
Group Investigation adalah strategi pembelajaran yang
dirancang agar siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan
masalah dan mengembangkan keterampilan meneliti. Di dalam
teknik ini siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok, dan
perencanaan serta proyek kooperatif. Tiap kelompok diberi
tanggung jawab untuk memilih topik yang diminati, membagi
tugas-tugas menjadi sub-sub topiknya tersebut. Mereka juga
mengintegrasikan materi sub-sub topiknya untuk menyusun laporan
kelompok. Laporan hasil kerja kelompok dilaporkan kesemua
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbeda dengan model
pembelajaran yang lain. Terdapat enam langkah utama atau tahapan di
dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam
menjalankannya harus sistematis dan saling terkait. Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1: Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif6
Fase Tingkah laku guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran
yang akan dicapai pada pelajaran dan
menekankan pentingnya materi ajar
tersebut serta memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
melalui demonstrasi atau bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa tata cara
membentuk kelompok-kelompok belajar
dan membimbing setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efesien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas belajar mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru memberikan penghargaan terhadap
hasil belajar siswa baik secara individu
maupun kelompok.
6
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian STAD
Model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan
kawan-kawannya di Universitas John Hopkin. Model STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti dan juga sangat mudah diadaptasi.7
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan
dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran
menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan
suatu pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhimya,
seluruh siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut,
dengan catatan pada saat kuis berlangsung mereka tidak boleh saling
membantu.
Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.8
Jika siswa menginginkan timnya memperoleh hadiah, mereka
harus saling membantu teman sekelompoknya dalam memahami
pelajaran. Mereka harus saling mendorong dan memotivasi teman
sekelompoknya untuk melakukan yang terbaik, menunjukkan bahwa
belajar itu sangat penting, berharga, dan menyenangkan.
7
Ibid., h. 213.
8
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dalam menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini guru
harus memperhatikan gambaran secara baik tentang langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar tujuan yang dinginkan
dapat tercapai. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe
STAD adalah sebagai berikut:9
1) Penyampaian tujuan dan motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
2) Pembagian kelompok
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,
gender/jenis kelamin, dan rasa atau etnik.
3) Presentasi dari guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih
dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut
dipelajari. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media,
demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Dijelaskan pula tentang keterampilan dan
kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan
yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru
menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,
sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing
memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan bantuan bila
diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
9
5) Kuis (evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian
terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa
diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja
sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individual
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan
ajar tersebut.
6) Penghargaan prestasi tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan
diberikan angka dengan rentang 0–100. Selanjutnya pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru
dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Menghitung skor individu
Menurut Slavin, untuk menghitung perkembangan skor
individu dihitung sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 2.2: Penghitungan Perkembangan Skor Individu
Nilai Tes Skor
Lebih dari 10 Poin dibawah skor awal 0 Poin
10-1 poin di bawah skor awal 10 Poin
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 Poin
Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 Poin
b) Menghitung skor kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua perkembangan indvidu anggota kelompok dan membagi
sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor
perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana
Tabel 2.3:Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok
Rata-Rata Skor Kualifikasi
0 N 6 Tim yang Sangat Kurang Baik
7 N 12 Tim yang Kurang Baik
13 N 18 Tim yang Cukup Baik
19 N 24 Tim yang Baik
25 N 30 Tim yang Sangat Baik
c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok
Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh
predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada
masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria
tertentu yang ditetapkan guru).
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Keunggulan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
sebagai berikut:10
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan
saling membantu sesama siswa yang lain.
2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan.
3) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif.
4) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
5) Meningkatkan kecakapan individu.
6) Meningkatkan kecakapan kelompok.
7) Meningkatkan komitmen.
8) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya.
9) Tidak bersifat kompetitif, dan
10)Tidak memiliki rasa dendam.
10
Sedangkan kekurangan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah sebagai berikut:
1) Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami dan
melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2) Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya
yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai, dan yang
kurang pandai pun merasa minder apabila dikelompokkan dengan
temannya yang lebih pandai meskipun lama-kelamaan perasaan itu
akan hilang dengan sendirinya.
3) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang, dan
4) Penghargaan terhadap kelompok berdasarkan skor peningkatan
individu yang diperoleh masing-masing kelompok. Dengan
demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor
individu.
3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.11 Menurut
Mc. Donald, “Motivation is an energy change within the person
characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc.
Donald, bahwa motivasi juga mengandung tiga elemen penting, yaitu:12
11
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 11, h. 73.
12
1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
2) Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal). Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana
emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang
bermotif.
3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi
yang bermotivasi memberikan respons-respons ke arah suatu tujuan
tertentu.
Menurut Sartain, dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior, mengemukakan bahwa “…pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam
suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan
(goal) atau perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan/membatasi tingkah laku organisme itu”.13
Dengan demikian motivasi merupakan kekuatan yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Seperti
proses yang digambarkan menurut Irwanto, dkk. sebagai berikut:
Gambar 2.1: Proses Motivasi Dasar14
13
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 65.
14
Zikri Neni Iska, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2011), h. 79. KEBUTUHAN TUJUAN
Dari beberapa pengertian tentang motivasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari
dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan secara maksimal dengan
cara meningkatkan kemampuannya.
b. Fungsi Motivasi
Dalam proses belajar mengajar, motivasi sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pada diri seseorang, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar.
Sehubungan hal tersebut Sardiman menjelaskan ada tiga fungsi
motivasi, antara lain:15
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikin motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya;
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut.
Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa fungsi motivasi dalam
belajar adalah sebagai berikut: (1) Mendorong manusia untuk melakukan
suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan; (2)
Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai; (3) Menentukan perbuatan
yang harus dilakukan.16
15
Sardiman, op. cit., h. 85.
16
Selanjutnya, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha
dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya
usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
fungsi motivasi belajar merupakan suatu dorongan untuk memenuhi
kebutuhan pada diri seseorang dengan tujuan agar seseorang yang belajar
dapat melahirkan prestasi yang lebih baik. Dengan hal tersebut seseorang
akan melakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh karena adanya
motivasi yang baik.
c. Macam-Macam Motivasi
Macam atau jenis motivasi dapat ditinjau dari; Dasar
Pembentukkannya, menurut pendapat Frandsen, menurut pembagian dari
Woodworth dan Marquis, motivasi Jasmaniah dan Rohaniah, motivasi
Intrinsik dan Ekstrinsik, sebagaimana dikutip dalam buku Sardiman
sebagai berikut:17
1) Motivasi dilihat dari Dasar Pembentukkannya terdiri dari:
a) Motif bawaan, adalah motif yang dibawa sejak lahir dan tanpa
dipelajari. Misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk
minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dan
sebagainya.
b) Motif yang dipelajari, adalah dorongan yang timbul karena
dipelajari. Misalkan: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu
pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam
masyarakat. Motif ini seringkali disebut dengan motif-motif
yang diisyaratkan secara sosial karena manusia hidup dalam
17
lingkungan sosial dengan sesama manusia lain sehingga
motivasi itu terbentuk.
2) Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis terdiri
dari:
a) Motif atau kebutuhan orgamis, misalnya: kebutuhan untuk
minum, makan, bernapas, dan kebutuhan untuk beristirahat.
b) Motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:
dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk
membalas, untuk berusaha. Motivasi ini timbul karena
rangsangan dari luar.
c) Motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk
melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan untuk
menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat
menghadapi dunia luar secara efektif.
3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jasmaniah adalah seperti, refleksi, insting
otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah
adalah kemauan.
4) Motivasi instrinsik dan ekstrinsik
a) Motivasi instrinsik, adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Misalnya, seseorang yang senang membaca, tidak
disuruh atau didorong oleh orang lain.
b) Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Misalnya,
d. Jenis-Jenis Motivasi
Para ahli mengadakan pembagian jenis-jenis motivasi menurut
teorinya masing-masing. Dari keseluruhan teori motivasi, dapat diajukan
tiga pendekatan untuk menentukan jenis-jenis motivasi, yakni:18
1) Pendekatan Kebutuhan
Abaraham H. Maslow melihat motivasi dari segi kebutuhan
manusia. Kebutuhan manusia sifatnya bertingkat-tingkat.
Pemuasan terhadap tingkat kebutuhan tertentu dapat dilakukan jika
tingkat kebutuhan sebelumnya telah mendapat pemuasan.
Kebutuhan-kebutuhan itu ialah:
a) Kebutuhan fisiologi, yakni kebutuhan primer yang harus
dipuaskan lebih dahulu, yang terdiri dari kebutuhan pangan,
sandang, dan tempat berlindung.
b) Kebutuhan keamanan, baik keamanan batin maupun
keamanan barang atau benda.
c) Kebutuhan sosial, yang terdiri dari kebutuhan perasaan
untuk diterima oleh orang lain, perasaan dihormati,
kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan perasaan
berpartisipasi.
d) Kebutuhan berprestasi, yakni kebutuhan yang erat
hubungannya dengan status seseorang.
2) Pendekatan Fungsional. Pendekatan ini berdasarkan pada konsep
motivasi, yakni:
a) Penggerak, yang memberi tenaga tetapi tidak membimbing,
bagaikan mesin tetapi tidak mengemudikan kegiatan.
b) Harapan, keyakinan sementara bahwa suatu hasil akan
diperoleh setelah dilakukannya suatu tindakan tertentu.
c) Insentif, objek tujuan yang aktual. Ganjaran (reward) dapat diberikan dalam bentuk konkrit atau simbolik.
18
3) Pendekatan Deskriptif
Masalah motivasi ditinjau dari pengertian-pengertian
deskriptif yang menunjuk pada kejadian-kejadian yang dapat
diamati dan hubungan-hubungan pelajaran.
e. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut
disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan
untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Uno, berdasarkan sumbernya motivasi juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu ”motivasi intrinsik timbulnya tidak dari luar karena karena memang ada dalam diri individu tersebut, dan motivasi ekstrinsik timbul
karena adanya rangsangan dari luar individu.”19 Di mana untuk proses
belajar mengajar, motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena
biasanya dapat bertahan lama. Untuk motivasi ekstrinsik dapat diberikan
oleh guru dengan jalan mengatur kondisi dan situasi belajar menjadi
kondusif. Dengan jalan memberi penguatan-penguatan maka motivasi
yang mulanya bersifat ekstrinsik diharapkan akan berubah menjadi
motivasi intrinsik.
19
Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi
ekstrinsik:
a) Pendidik memerlukan anak didiknya sebagai manusia yang
berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaanya,
maupun keyakinannya.
b) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan
kegiatan pendidikannya.
c) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan
kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan,
baik secara pribadi maupun akademis.
d) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan
bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya.
e) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada
profesinya sebagai pendidik.
Sedangkan motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Indikator motivasi belajar dapat di klasifikasikan sebagai
berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2) Adanya dorongan
dan kebutuhan dalam belajar, 3) Adanya harapan dan cita-cita masa
depan, 4) Adanya penghargaan dalam belajar, 5) Adanya kegiatan yang
menarik dalam belajar, 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. 20
f. Tujuan Motivasi Belajar
Secara umum, dapat dikatakan bahwa “tujuan motivasi adalah menggerakkan atau mengunggah seseorang agar timbul keinginan dan
kemampuannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu”. Bagi seorang guru, “tujuan motivasi
20
adalah untuk mennggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang digarapkan dalam kurikulum sekolah”.21
Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai,
makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan
memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari
oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang
dimotivasi.
g. Ciri-Ciri Orang Memiliki Motivasi
Menurut Sardiman, motivasi yang ada pada diri setiap orang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:22
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
21
Iska, op. cit., h.76.
22