• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Higiene Sanitasi Pengolahan Es Buah yang Terkontaminasi Bakteri Coliform di Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Higiene Sanitasi Pengolahan Es Buah yang Terkontaminasi Bakteri Coliform di Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN SKRIPSI, SEPTEMBER 2015

ALIFIA NADANTI, NIM 1110101000078

GAMBARAN HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN ES BUAH YANG

TERKONTAMINASI BAKTERI COLIFORM DI KELURAHAN PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015

(xiii + 107 Pages, 2 Charts, 2 Graphs, 6.Tabels, 13 Appendixs) ABSTRAK

Pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman yang aman merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.Hal tersebut dikarenakan pangan berpotensi sebagai media penularan penyakit bagi manusia. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator tercemarnya air atau makanan karena keberadaannya merupakan indikasi terjadinya kontaminasi oleh bakteri patogen. Salah satu jenis minuman jajanan yang rentan terjadi cemaran bakteri Coliform adalah es buah segar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran personal higiene, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja serta mengetahui kadar bakteri Coliform pada es buah segar di Kelurahan Pisangan.Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 29 pedagang es buah kaki lima di Kelurahan Pisangan pada bulan Maret-Agustus Tahun 2015.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 26 (89,6%) sampel es buah mengandung bakteri Coliform yang melewati ambang batas.Total mikroba berkisar antara 7,5 x 102 – 5,6 x 107 koloni/gram. Pada variabel personal higiene, sebanyak 15 pedagang (51,7%) tidak memenuhi persyaratan. Sebanyak 20 pedagang (69%) memenuhi variabel higiene sanitasi peralatan. Pada variabel higiene sanitasi bahan baku, 19 pedagang (65,5%) memenuhi syarat . Pada variabel sarana penjaja, mayoritas pedagang 89,7% tidak memenuhi syarat . Diharapkan dinas kesehatan membuat program pengawasan terhadap pedagang, dengan cara pemeriksaan higiene dan sanitasi serta pemeriksaan terhadap kandungan mikrobiologi yang terdapat es buah secara berkala.

Daftar Bacaan : 69 (1998-2014)

(4)

UNDERGRADUATED THESIS, SEPTEMBER 2015 ALIFIA NADANTI, NIM 1111101000078

DESCRIPTION OF HYGIENE SANITATIONPROCESSINGOFTUTTI-FRUTTI’S CONTAMINATED COLIFORM BACTERIA IN PISANGAN CITY SOUTH TANGERANG 2015

(xiii + 107 Pages, 2 Charts, 2 Graphs, 6.Tabels, 13 Appendixs)

ABSTRACT

Food and drink fullfilment thing and safeness is one of therequirement to achieve an optimized health status. It’s because the food is potentially asa media for human transmission of the disease. Coliform bacteria are used as indicators of waterborne food contamination, because bacteria is an indication of contamination pathogen bacterial. One of a kind drinks that susceptible to Coliform bacteria contaminationis a iced tutti-frutti

The goal of the research is to find out personal hygine, hygine of equpment,sanitation and hygineof raw material, sanitation facilities and to know the extent of Coliform bacteria levels contamination in iced tutti-fruttiin Pisangan.This research metode used a cross-sectional study thatperformed 29 of street vendors of tutti-frutti in Pisangan. The research held on March-August 2015.

Research result shows that from 26 specimens (89,6%) iced tutti-frutti more than those of treshold value forColiform Bacteria Microbes. This microbes amount ranging from7.5 x 102 to 5.6 x 107 Colonies/gram. In the personal hygiene variables , as many as 15 food handler ( 51.7 % ) did not meet the requirements . A total of 20 food handler ( 69 % ) met the hygiene sanitation equipment variables . Hygiene and sanitation in the variable raw materials , 19 handler ( 65.5 % ) were eligible . The variable of facilities of merchant 89.7 % majority of merchant do not qualifyHealth Department is expected to make a monitoring program toward themerchants, with an inspection of sanitation and hygiene method and an examination of the microbiological content from iced tutti-frutti regularly.

Daftar Bacaan : 69 (1998-2014)

(5)
(6)
(7)

Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu”

Alhamdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada AllahSWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah,sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dengan judul GAMBARAN HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN ES BUAH YANG TERKONTAMINASI BAKTERI COLIFORM

DI KELURAHAN PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015”.

Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan hanya karena usaha penulissemata, namun banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi

ini.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulisjuga ingin mengucapkan rasaterimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

3. Ibu Dr. Ela laelasari, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.

4. Ibu Ir. Febrianti M.Si , selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.

(8)

telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

6. Ayahanda Dahlan Mihardja dan Ibunda Nining Setyo yang telah memberikan

motivasi dan doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini

7. Adik ku tersayang Anka Praja, Adela Puspa dan Adena Dedara yang selalu

memberikan doa dan semangat kepada penulis

8. Jamaah Kesling 2011 ( Inu, Caca, Hari, Ois, Almen, Ika, Cepol, Tika, Ila,

Niken, Onoy, Pewe, Ayu, Mbak Fel, Efri, Sela, Ikoh, Awal, Eka, Fiya, Sarjeng, Betti, Rahmatika)

9. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh

karenaitu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.

(9)

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 2

A. Latar Belakang ... 2

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Peneliti ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kontaminasi Pangan... 10

B. Agent Kontaminasi Pangsn ... 10

C. Masuknya AgentKontaminasi Pangan Ke Manusia ... 11

D. Syarat Pertumbuhan Bakteri Pada Makanan ... 12

E. Bakteri Patogen Dalam Makanan... 14

F. Sumber Pencemaran Bakteri Coliform... 17

G. Pencegahan Kontaminasi Bakteri Coliform ... 17

H. Higiene Dan Sanitasi ... 18

I. Personal Higiene ... 19

J. Higiene Peralatan ... 21

(10)

1. Pemilihan Bahan Makanan ... 24

2. Penyimpanan Bahan Makanan ... 25

3. Pengolahan Makanan ... 26

4. Penyimpanan Makanan Jadi Atau Masak ... 28

5. Pengangkutan Makanan ... 29

6. Penyajian Makanan ... 30

M. Sarana Penjaja ... 31

P.Definisi Makanan Jajanan ... 32

Q.Kerangka Teori ... 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 35

A. Kerangka Konsep ... 35

B. Definisi Operasional Variabel ... 37

BAB IV METODE PENELITIAN ... 40

A. Desain Penelitian ... 40

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 40

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel ... 41

3. Besar Sampel ... 41

4. Teknik Pengambilan Sampel ... 42

D. Pengumpulan Data ... 42

1. Sumber Data ... 42

(11)

E. Pemeriksaan Laboratorium ... 44

F. Pengolaaan Dan Analisis Data ... 47

BAB V HASIL PENELITIAN ... 49

A. Hasil Pengumpulan Data ... 49

1. Kontaminasi bakteri Coliform ... 49

2. Personal Higiene Penjamah ... 51

3. Higiene Sanitasi Peralatan ... 52

4. Higiene Sanitasi Bahan Baku ... 54

5. Sarana Penjaja ... 55

BAB VI PEMBAHASAN ... 58

A. Keterbatasan Penelitian ... 58

B. Kontaminasi Bakteri ... 59

C. Personal Higiene Penjamah ... 62

D. Higiene Sanitasi Peralatan ... 66

E. Higiene Sanitasi Bahan Baku ... 69

F. Sarana Penjaja ... 71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(12)

Tabel 2.1 Suhu Bahan Makanan ... 25

Tabel 2.2 Suhu Penyimpanan Makanan ... 27

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 33

Tabel 4.1Coding ... 47

Tabel 5.1 Distribusi Bakteri Coliform ... 50

Tabel 5.2 Personal Higiene ... 51

Tabel 5.3 Distribusi Coliform Berdasarkan Personal Higiene ... 52

Tabel 5.4 Higiene Sanitasi Peralatan ... 53

Tabel 5.5 Distribusi Coliform berdasarkan Higiene Sanitasi Peralatan ... 53

Tabel 5.6 Higiene Sanitasi Bahan Baku ... 54

Tabel 5.7 Distribusi Coliform Berdasrkan Higiene Sanitasi Bahan Baku ... 55

Tabel 5.8 Sarana Penjaja ... 56

Tabel 59 Distribusi Coliform Berdasarkan Sarana Penjaja ... 57

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori……… 34

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan.Memperoleh makanan yang cukup, bergizi, dan aman adalah hak setiap manusia (BadanKetahananPangan,

2013). Maka dari itu, di Indonesia upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan upaya kesehatan perseorangan

dan upaya kesehatan masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah pengamanan makanan dan minuman (Undang Undang No 36 Pasal 48, 2009).

Makanan dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit, hal tersebut dikarenakan makanan berpotensi sebagai media penularan penyakit bagi

manusia jika dalam pengolahannya, makanan tersebut tidak diolah secara baik dan benar (Hadi et al., 2014). Salah satu penyakit bawaan makananadalah diare (Achmadi, 2011).

Diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia, survei morbiditas yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia dari tahun 2000 s/d 2010 didapatkan bahwa insiden diare terus meningkat (BuletinDiare, 2011). Pada tahun 2000 insiden rate (IR) diare sebesar 301/ 1000 penduduk dan meningkat menjadi 411/1000 penduduk

(14)

insiden diare tertinggi antaralain adalah Aceh, Papua, Jakarta, Sulawesi danBanten.

Berdasarkan data dinas kesehatan kota tangerang selatan, diare termasuk kedalam 20 besar penyakit yang paling sering diderita oleh

penduduk usia 5-64 tahun (Dinkes Tangerang Selatan, 2013). Kecamatan Pamulang, dan Ciputat Timur merupakan kecamatan dengan kasus diare tertinggi yaitu sebanyak 720/1000 penduduk dan 525/1000 penduduk.

Kecamatan Ciputat Timur merupakan salah satu kecamatan dengan kasus diare yang ditangani tergolong tinggi (Dinkes Tangerang Selatan, 2013).

Kasus tertinggi diare berada di Kelurahan Pisangan dengan jumlah 182/1000 penduduk.

Terjadinya penyakit bawaan makanan seperti diare, di Indonesia

paling banyak disebabkan oleh cemaran biologi yaitu sebanyak 36,7%, sedangkan yang disebabkan oleh cemaran kimia sebanyak 20,2% dan

makanan kadaluarsa sebesar 13,8% (Dewanti and Hariyadi, 2011). Cemaran biologis merupakan cemaran dalam makanan yang berasal dari bahan hayati, dapat berupa cemaran mikroba atau cemaran lainnya

seperti cemaran protozoa dan nematoda (BPOM, 2009). Salah satu cemaran biologi yang dapat mengontaminasi pangan adalah keberadaan

bakteri Coliform.

Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator tercemarnya air atau makanan karena keberadaannya merupakan indikasi terjadinya

(15)

bakteri gram negatif dan berbentuk batang yang merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan manusia dan hewan (Parry and

Palmer, 2002). Bakterigolongan Enterobacter, Shigella, Proteus, Salmonelladan Escherichiacolitermasuk kedalam jenis bakteri Coliform(Radji et al., 2008).

Penyebaran bakteri Coliform secara aktif dapat terjadi dengan cara kontak langsung (bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya)

kemudian diteruskan melalui mulut, selain itu penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui makanan/minuman (Melliawati, 2009b). Minuman

yang tercemar oleh bakteri Coliform dapat berasal dari penanganan yang tidak sesuai standar, serta alat-alat yang digunakan untuk menyiapkan, mengolah dan menyajikan tidak mengindahkan syarat higiene sanitasi

(Ariyani, 2006). Salah satu makanan yang rentan terjadi cemaran oleh bakteri Coliform adalah makanan jajan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012), diketahui sebesar 51,4% minuman jajanan terkontaminasi jenis bakteri Esherichia coli. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian

Bogor (2002) pada makanan jajanan di sekolah ditemukan 58,8% sampel makanan dan 73,3% sampel minuman mengandung bakteri Escherechia

coli, Enterobacter, bahan pengawet dan menggunakan pemanis sakarin. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 3 spesimen es buah yang dijual di Kelurahan Pisangan didapatkan hasil sebagai berikut;

(16)

spesimen 2 mengandung 1,1x107 koloni/gr bakteri Coliform dan spesimen 3 mengandung 1,3x107 koloni/gr bakteri Coliform.Salah satu minuman jajanan yang digemari oleh segala golongan usia yaitu es buah segar, hal tersebut karena minuman jajanan ini mengandung buah-buahan

yang baik untuk kesehatan. dan harga yang ditawarkan tergolong murah. Buah-buahan yang terkandung dalam es buah memiliki nilai gizi yang baik untuk tubuh seperti sumber utama vitamin C(Microbial Ecology Of

Food Commodities, 2005).

Es buah sangat rentan terjadi pencemaran bakteriColiform hal

tersebut dikarenakan adanya buah yang memiliki kadar kandungan asam rendah, yang memungkinkan kelangsungan hidup bakteri patogen (Microbial Ecology Of Food Commodities, 2005). Selain itu, suhu dari es

buah berada pada suhu optimum pertumbuhan bakteri yaitu sekitar 100C. Suhu optimum perkembangan bakteri Coliform berada pada rentan

10-600C(Forsythe and Hayes, 1998).

Selain itu, es buah termasuk kedalam kategori makanansegar yang pengolahannya tidak melalui proses pemasakan terlebih dahulu.

Sehingga, jika pengolahannya tidak sesuai dengan standar higiene dan sanitasi akan berpotensi tercemar oleh bakteriColiform.Dari hasil studi

pendahuluan yang dilakukan kepada 3 pedagang es buah di Kelurahan Pisangan, ditemukan pedagang yang tidak memenuhi prinsip higine sanitasi pengolahan es buah.Hal tersebut berpotensi untuk meningkatkan

(17)

Terdapat hubungan antara praktek sanitasi dan higiene dengan total mikroba minuman jajanan(Ariyani, 2006). Hal ini diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Atmiati(2012)yang menyatakan bahwa higiene dan sanitasi penjamah berpengaruh terhadap keberadaan bakteri Escherichia coli pada minuman jajanan. Hal tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Falamy et al., (2010) didapatkan hasil bahwa terdapat kontaminasi bakteri Klebsiella sp. dan Salmonella sp

pada minuman jajanan.

Jajanan es buah memiliki potensi terjadi pencemaran,peneliti

tertarik untuk melihat personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja es buah yang berjualan di Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Es buah segar merupakan jajanan yang digemari semua golongan

usia, tetapi jajanan tersebut memiliki resiko yang besar untuk terkontaminasi bakteri.Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, dari 3 spesimenes buah yang diperiksa ketiganya positif

mengandung bakteri Coliform dengan rata-rata bakteri sebesar 1,4x107 koloni/gram.Selain itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan

terhadap 3 pedagang es buah di Kelurahan Pisangan, terdapat pedagang yang tidak memenuhi prinsip higiene sanitasi pengolahan es buah.

Dari penjelasan diatas, maka diperlukan suatu penelitian untuk

(18)

sanitasi bahan baku dan sarana penjaja berdasarkan peraturan menteri kesehatan No. 942 tahun 2003 tentang higiene sanitasi makanan

jajan,serta jumlah cemarancoliformpada es buah segar yang dijual di Kelurahan Pisangan.

C. Pertanyaan Peneliti

1. Bagaimana kadar pencemaran bakteri Coliformpada es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015

2. Bagaimana gambaran personal higiene penjamah es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015

3. Bagaimana gambaran higiene sanitasi peralatan pada pengolahan es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan tahun 2015.

4. Bagaimana gambaran higiene sanitasi bahan baku es buah di

Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.

5. Bagaimana gambaran sarana penjajaes buah di Kelurahan Pisangan

Tangerang Selatan Tahun 2015.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja es buah yang

(19)

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya kadar pencemaran bakteri Coliformpada es buah di

Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015

b. Diketahuinya gambaran personal higiene penjamah es buah di

Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015

c. Diketahuinya gambaran higiene sanitasi peralatan pada pengolahan es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan tahun 2015.

d. Diketahuinya gambaran higiene sanitasi bahan baku es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.

e. Diketahuinya gambaran sarana penjaja es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.

E. Manfaat penelitian 1. Bagi Masyarakat

a. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi masyarakat

dalam mengkonsumsi es buah yang dijual di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan.

2. Bagi Dinas Kesehatan

a. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, dalam hal pengawasan kualitas es buah yang dijual di Kelurah

Pisangan

b. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, dalam pembuatan program pemberdayaan pedagang terkait

(20)

3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

a. Sebagai tambahan referensi karya tulis dalam bidang higiene dan

sanitasi pada makanan dan minuman jajan

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pisangan pada bulan

Maret-Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku

dan sarana penjaja es buah yang berjualan di Kelurahan Pisangan. Serta mengetahui kadar pencemaran bakteri Coliform pada es buah segar di

Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.

Sampel penelitian ini merupakan penjamah es buah kaki lima yang berjualan di Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan. Desain studi

dalam penelitian ini menggunakan cross sectional. Data primer diambil dengan caraobservasi menggunakan tabel cheklist dengan mengacu pada

Keputusan Menteri Kesehatan RI No 942 Tahun 2003. Sedangkan untuk spesimen es buah dilakukan uji bakteriologis untuk mengetahui kadar pencemaran bakteri Colifrom yang dilakukan di Balai Besar

(21)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kontaminasi Pangan

Kontaminan pangan adalah bahan atau senyawa yang secara tidak sengaja ditambahkan, tetapiterdapat pada produk pangan. Kontaminan pangan

ini bisa masuk dan terdapat dalam produkpangan sebagai akibat dari penanganan dan/atau proses mulai dari tahap produksi (di tingkatkultivasi maupun di pabrik), pengemasan, transportasi, penyimpanan ataupun

penyiapannya danpencemaran dari lingkungan (environmental contamination)(Hariyadi, 2010).

B. Agent KontaminanPangan

Berbagai hal yang dapat menjadi penyebab kontaminasi pada pangan (baik yang bersal dari makanan itu sendiri maupun berasal dari luar. Berikut

ini jenis agent yang dapat mengontaminasi makanan(Aswar, 2001) :

1. Golongan parasit

Golongan parasit yang mencemari makanan ialah amuba dan berbagai jenis cacing.Amuba dapat menimbulkan penyakit disentri amuba, sedangkan cacing dapat menimbulkan penyakit cacingan.

2. Golongan kimia

Pencemaran makanan karena zat kimia, biasanya terjadi karena

(22)

menyebabkan keracunan makanan karena zat kimia dalam logam itu. Adapun zat kimia yang sering mencemari makanan adalah antimon, arsen, cadmium

dan tembaga. 3. Golongan fisik

Pencemaran makanan yang disebabkan golongan fisik, misalnya bahan potongan gelas, serangga, kaca dan kerikil. Bisa dihilangkan dengan cara penyortiran sebelum makanan disajikan

4. Golongan racun (toxin)

Racun (toxin) yang terdapat pada makanan dapat disebabkan oleh

mikroorganisme yang hidup dalam makanan tersebut, dan racun yang berasal dari bahan makanan itu sendiri yang telah mengandung racun.

5. Golongan mikroorganisme

Berbagai jenis mikroorganisme yang dapat mengontaminasi pangan antara lain jamur dan bakteri. Salah satu bakteri yang dapat menimbulkan

penyakit melalui makanan, seperti Klebsiela sp yang menimbulkan penyakit diare, Salmonella sp yang menimbulkan penyakit tipoid, Streptococcus yang menimbulkan penyakit scarlet fever atau septic score throat dan Esherichia

(23)

C. Masuknya Agent Kontaminan Ke Manusia

Menurut Marriot dan Gravani (2006), agent kontaminan dapat masuk

ke manusia dengan 2 cara, yaitu secara langsung (direct) dan secara tidak langsung (indirect). Berikut ini cara masuknya agent kontaminan kedalam

manusia :

1. Secara langsung (direct)

Agent kontaminan dapat masuk kedalam manuisa melalui transfer

langsung dari mikroorganisme ke orang lain, dengan cara kontak langsung

seperti berjabat tangan dan bersentuhan. Selain itu, agent kontaminan dapat

juga masuk kedalam tubuh manusia melalui udara, seperti ketika sedang

bersin, berbicara dan batuk.Agent kontaminan dapat terus berada di udara

sampai jangka waktu tertentu, sehingga orang lain yang menghirup udara

yang sudah terkontaminasi dapat terinfeksiagent tersebut.

2. Secara tidak langsung (indirect)

Agent kontaminan dapat masuk kedalam wahana seperti air, makanan,

dan tanah, sebelum nantinya dapat menginfeksi manusia yang

mengkonsumsinya. Selain itu, benda-benda seperti; uang, pisau dan gagang

pintu mampu mentransmisikan agent kontaminan tersebut. Sehingga dapat

menimbulkan penyaki/infeksi pada manusia. Penyakit usus dan pernapasan

seperti salmonellosis, disentri, dan difteri dapat menyebar melalui transmisi

tidak langsung.Untuk mengurangi penyebaran agent kontaminan secara tidak

langsung, seperti transmi mikroorganisme. Dapat dilakukan pencegahan

(24)

D. Syarat Pertumbuhan Bakteri Pada Makanan

Bakteri dapat dengan mudah tumbuh dan berkembang biak jika kedaan

lingkungannya memungkinkan, berikut ini yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada makanan antara lain (Forsythe and Hayes, 1998) :

1. Nutrisi

Nutrisi yang diperlukan oleh bakteritidak hanya sebagai sumber

energi, tetapi juga untuk pembuatan protoplasma dan bahan struktural

tubuhnya. Organisme mungkin memerlukan satu atau lebih nutrisi yang

digunakan untuk pertumbuhannya. Nutrisi yang penting dalam

pertumbuhan bakteri diantaranya: 1) Asam aminodiperlukan untuk

sintesis protein 2) Purin dan pirimidin diperlukan untuk sintesis asam

nukleat , yaitu DNA dan RNA. 3)Vitamin seperti thiamin, flavine

ribosom dan asam nikotinat yang diperlukan untuk sintesis enzim.

2. Suhu

Suhu yang cocok untuk pertumbuhan bakteri yang optimumyaitu berkisar antara 370C. Pada suhu ini, bakteri akan sangat cepat tumbuh dan berkembangbiak. Pada suhu dibawah 10°C bakteri sama sekali

tidak tumbuh danpada suhu diatas 60°C bakteri mulai mati. Oleh karena itu untukmencegah pertumbuhan bakteri, maka makanan sebaiknya

(25)

3. Kelembaban

Bakteri akan tumbuh subur dalam makanan dengan tingkat aw

(water activity) yangtinggi yaitu pada 0,9 aw. Makanan yang basah sangat disukai bakteri daripadamakanan kering. Cirinya adalah dihitung

dari aw atau air bebasyang terdapat dalam makanan.Air bebas adalah air yang berada dalam makanan yang statusnyabebas dan tidak terikat dengan molekul makanan. Seperti gula encer, kuah sayur, uap yang

mencair dan lain-lain. Airbebas ini akan digunakan bakteri untuk hidupnya.Sebaliknya air yang terikat dalam makanan tidak dapat

digunakanoleh bakteri seperti larutan garam, madu, sirup,makanan seperti ini adalah bahan yangbanyak mengandung air, tetapi airnya terikat dengan molekulmakanan sehingga air bebasnya tidak ada dan

bakteri tidak dapattumbuh. Oleh karena itu makanan tersebut tahan lama.

4. pH

Setiap bakteri memiliki pH optimum untuk pertumbuhannya. Kebanyakan bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH yang

maksimum dengan reaksi yang paling alkali yaitu berkisar antara 6,8 sampi dengan 7,5.Tetapi terdapat juga bakteri yang tumbuh optimum

(26)

E. Bakteri Patogen Dalam Makanan

Golongan bakteri yang dijadikan indikator adanya pathogen dalam

makanan/minuman adalah keberadaan bakteri Coliform.Coliform merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk batang yang merupakan bagian dari

mikroba normal saluran pencernaan manusia dan hewan (Parry and Palmer, 2002). Bakteri golongan Enterobacter, Shigella, Proteus, Salmonella dan Escherichiacoli termasuk kedalam jenis bakteri Coliform(Radji et al., 2008).

1. Escherichia Coli

Merupakan bakteri facultatively anaerobic gram-negative berbentuk

batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, yang merupakan penghuni normal usus. Pertama dijumpai pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenali bersifat komensal maupun berpotensi patogen (Arisman,

2009). Sejauh ini, ada 4 kelas Escherichia coli yang bersifat patogen. keempat kelas tersebut adalah (Brooks et al., 2005) :

a) Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC)

Bakteri tersebut dapat mengakibatkan diare yang parah pada bayi, khususnya di negara berkembang.

b) Escherichia Coli Enterotoksigenetik (ETEC)

Bakteri ini merupakan penyebab paling sering dari “diare

wisatawan” dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi

(27)

c) Escherichia Coli Enteroinvasif (EIEC)

Bakteri ini menimbulkan penyakit yang mirip dengan

shigelosis.Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan pada para wisatawan yang menuju ke

negara tersebut.EIECmenimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.

d) Escherichia Coli Enterohemoragik (EHEC)

Bakteri ini menghasilkan verotoksi.Mengakibatkan diare yang berat, anemia hemolitik dan trombositopenia. Banyak kasus

akibat bakteri ini dapat dicegah dengancara memasak daging sapi sampai matang.

2. Shigella

Merupakan bakteri berbentuk batang, yang termasuk kedalam gram negatif. Sifat pertumbuhan adalah bakteri aerob dan fakultatif anaerob, pH

pertumbuhan 6,4-7,8 sedangkan suhu pertumbuhan optimum berkisar antara 370c (Brooks et al., 2005). Habitat alami dari Shigella berada pada sitem saluran intestinal manusia dan binatang menyusui. Infeksi bakteri ini

terbatas pada sistem gastrointestinal: penyebaran ke aliran darah sangat jarang(Jawetz et al., 2001).

3. Salmonella

(28)

bermacam-macam infeksi, mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai dengan demam tifoid yang berat. Bakteri ini tumbuh pada suasana aerob dan

fakultatif anaerob, pada suhu 15-410c suhu pertumbuhan optimum berkisar antara 37,50c dan pH pertumbuhan berkisar anatara 6-8(Karsinah et al., 2005).Salmonella mempunyai karakteristik memfermentasikan glukosa dan mannosa tanpa memperoduksi gas dan tidak memfermentasikan laktosa dan

sukrosa (Jawetz et al., 2001).

4. Proteus

Spesies Proteus menyebabkan infeksi pada manusia ketika bakteri ini meninggalkan saluran usus.Bakteri ini sering ditemukan dalam infeksi sitem

saluran kencing dan menyebabkan bakteremia, penumonia dan lesi fokal pada pasien yang lemah atau mereka yang menerima tranfusi melalui

pembulu darah. Salah satu jenis bakteri ini yaitu, Proteusmirabilis menyebabkan infeksi saluran kencing dan infeksi lain. Sedangkan Proteus

vulgaris merupakan patogen nosokomial (Brooks et al., 2005).

5. Enterobateriacea

Enterobakteriacea adalah suatu famili kuman yang terdiri dari sejumlah

besar spesies bakteri yang sangat erat hubungannya satu dengan lainnya. Kuman ini hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula

(29)

pada host bila kuman tetap berada di usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan jika terjadi perubahan pada host atau bila ada kesempatan

memasuki bagian tubuh lainnya. Sebanyak 80% dari kuman batang gram negatif yang diisolasi di laboratorium merupakan kuman Enterobacteriacea.Organisme-organisme di dalam famili ini mempunyai

peran penting dalam infeksi nosokomial. Misalnya infeksi saluran kemih,

infeksi pada luka, infeksi saluran nafas (Karsinah et al., 2005).

F. Sumber Pencemaran Bakteri Coliform

Sumber pencemaran bakteri Coliformdapat berasal dari berbagai wahana

dan tempat, berikut ini merupakan sumber pencemaran bakteri Coliform diantaranya adalah : 1) makanan yang terkontaminasi, daging sapi,terutama yang tidak matang2) susu yang tidak dipasteurisasi, 3) buah-buahan dan

sayuran mentah, 4)air yang terkontaminasi, termasuk minum air yang tidak dimasak, 5) tinja orang terinfeksi. (foodsafetygov, 2006).

G. Pencegahan Kontaminasi Bakteri Coliform

Untuk melindungi diri dari bakteri Coliform dan penyakit bawaan makanan lainnya, disarankan untuk mengikuti pedoman keamanan pangan

dasar sebagai berikut (Center for Disease Control and Prevention, 2014) :

1. Cuci tangan dengan bersih menggunakan sabun dan air yang

(30)

2. Jika sabun dan air tidak tersedia untuk cuci tangan, gunakan handsanitizer berbasis alkohol.

3. Masak daging secara sampai benar-benar matang.

4. Mencegah kontaminasi silang pada saat persiapan makanan dengan

cara mencuci tangan, talenan, wadah dan peralatan yang digunakan. 5. Hindari mengkonsumsi susu mentah, produk susu yang tidak

dipasteurisasi, dan jus yang tidak dipasteurisasi ( seperti apel segar )

6. Hindari menelan air saat berenang di kolam renang.

H. Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan

Higiene diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang kesehatan dan pencegahan suatu penyakit (Tarwotjo, 1998). Sedangkan menurut (Lelieveld

et al., 2003) higiene diartikan dalam istilah yang lebih luas, yaitu tindakan yang menggabungkan setiap tindakan untuk mencegah kontaminasi makanan,

baik dari sumber fisik, mikrobiologi, atau kimia pada setiap tahapan produksi. Higiene dapat diartikan sebagai semua tindakan yang digunakan untuk

mencegah kontaminasi pada pangan untuk mencegah penyakit.

Sedangkan istilah sanitasi diartikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai

perpindahan penyakit (Purnawijayanti, 2001). Menurut Marriott dan Gravani (2006), sanitasi dipandang sebagai ilmu terapan yang menggabungkanprinsip-prinsip desain, pengembangan,implementasi, pemeliharaandan / atau

(31)

higiene yang dirancang untuk mempertahankan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan pada setiap tahapan produksi , pengolahan , persiapan,

dantempat penyimpanan makanan. Sedangkan menururt Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096 Tahun 2011, Higiene sanitasi merupakan upaya untuk

mengendalikan faktor risikoterjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahanmakanan, orang, tempat dan peralatan agar aman

dikonsumsi.

I. Personal Higiene

Personal higiene merupakan konsep dasar pembersihan, perawatan dan

merupakan langkah pertama untuk terciptanya kesehatan tiap individu. Personal higiene meliputi kebiasaan yang dilakukan untuk menjaga tubuh kita dari bakteri, virus dan jamur (Hassan, 2012). Personal higiene (kebersihan diri/

perseorangan) dapat diartikan sebagai usaha dari individu atau kelompok dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan individu dengan cara

mengendalikan kondisi lingkungan(Depkes RI, 2006).

Syarat personal higiene yang harus dipenuhi oleh penjamah makanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan antara lain

(Keputusan Menteri Kesehatan No.942, 2003) : 1)Tidak menderita penyakit mudah menular sepeti batuk,pilek,diare, 2)Menutup luka, pada luka terbuka/

bisul atau luka lainnya,3)Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian. Serta memakai celemek, dan tutup kepala.4)Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan, 5)Menjamah makanan harus memakai alat/

(32)

anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya), 7) Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau

hidung.

Penelitian yang dilakukan Budiono et al., (2008) pada rumah makan di kota Tembalang diketahui bahwa 97,2% penjamah makanan selalu mencuci

tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan. Hal tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanna et al., (2009) yang

menyebutkan bahwa sebanyak 85,36% pedagang makanan kaki lima tidak melakukan cuci tangan sebelum mengolah makanan. Mencuci tangan

merupakan salah satu faktor untuk mencegah kontaminasi pada makanan.

Penelitian yang dilakukan oleh Isnawati (2012)menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi higiene penjamah dengan

keberadaan bakteri Coliform pada minuman jajanan dengan p=0,03. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Atmiati (2012) terdapat hubungan

antara personal higine dengan keberadaan bakteri Esherichia coli pada minuman jajanan (p=0,024). Sebaliknya, pada penelitian yang dilakukan oleh Susanna et al., (2009) terhadap makanan jajanan, tidak ditemukan hubungan

(33)

J. Higiene Peralatan

Selain personal higine, peralatan yang digunakan untuk mengolah

makanan/ minuman harus terjaga kebersihannya.Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya

dan memenuhi persyaratan higiene sanitasi. Untuk menjaga peralatan, dilakukan upaya-upaya sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan

No.942, 2003) :

a. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun. b. Dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih.

c. Kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas pencemaran.

d. Tidak menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk

sekali pakai.

K. Fasilitas Sanitasi

Ketika bahan makana diolah di dapur/ tempat pengolahan makanan maka fasilitas sanitasi harus selalu diperhatikan.Menurut Saksono (2000), syarat fasilitas sanitasi yang memenuhi standar kesehatan antaralain: 1) Selalu dalam

keadaan bersih, 2) Mempunyai cukup persediaan air bersih untuk mencuci, 3)Mempunyai saluran pembuangan air kotor, 4)Mempunyai bak pencuci

tangan, 5) Mempunyai tempat sampah, 6) Alat yang digunakan dalam keadaan bersih, 7) Mempunyai tempat penyimpanan bahan makanan yang bersih (tidak

(34)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096 (2011),fasilitas

sanitasi berupa:

1. Tempat cuci tangan

Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatanmaupun bahan makanan dilengkapi dengan air mengalir dan

sabun, saluranpembuangan tertutup, bak penampungan air dan alat pengering.

2. Air bersih

Air bersih harus tersedia dan jumlahnya cukup.Kualitas air bersih harus

memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturanyang berlaku. 3. Tempat sampah

Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan

sampahkering (an organik).Tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dandiletakkan sedekat mungkin dengan

sumber produksi sampah, namun dapatmenghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanna et al., (2009) terkait fasilitas sanitasi, diketahui bahwa sebanyak 46,34% pedagang makanan

memiliki tempat sampah. Pada penelitian tersebut juga didapatkan hasil bawa terdapat hubungan yang signifikan antara tersedianya tempat sampah dengan keberadaan bakteri berjenisColiform pada makanan dengan nilai p=0,024.

(35)

biaknya kuman. Perlu dilakukan upaya pencegahan agar kuman tidak mengontaminasi makanan/minuman, upaya tersebut seperti membuang sampah

secara teratur, tempat sampah dalam kedaan tertutup, dan tempat sampah sering dibersihkan dengan desinfektan (Marwaha, 2007).Penelitian yang

dilakukan oleh Kurniadi et al (2013), diketahui bahwa 93,3% fasilitas sanitasi

dalam keadaan tidak memenuhi syarat dan terdapat hubungan yang signifikan

dengan keberadaan bakteri jenis Coliform dengan p=0,053.

L. Prinsip Higiene Dan Sanitasi Makanan Dan Minuman

Pengelolaan makanan dan minuman harus menerapkan prinsip higiene

dan sanitasi, mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan. Berikut ini merupakan prinsip higiene dan sanitasi makanan

(PERMENKES 1096, 2011) :

1. Bahan Makanan

Bahan makanan adalah semua bahan yang dipergunakan untuk

membuat makanan/minuman baik yang masih segar atau yang sudah diolah oleh pabrik. Bahan makanan yang dimaksud adalah :

a. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu

pengolahan sebelum dihidangkan seperti daging, ikan/udang, buah dan sayura. Bahan makanan tersebut harus dalam keadaan baik, segar

(36)

b. Bahan tambahan pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang berlaku.

c. Makanan olahan pabrik harus mempunyai label dan merek yang terdaftar dan mempunyai nomer daftar. Selanjutynya kemasan dalam

keadaan tidak rusak dan belum kadaluarsa.

Penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2003), diketahui bahwa jumlah bakteri dalam bahan makanan berhubungan positif dengan jumlah bakteri

makanan disajikan p=0,01.

2. Penyimpanan Bahan Makanan

Setelah pemilihan bahan baku, selanjutnya bahan baku tersebut disimpan untu menghindari bahan baku menjadi rusak. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan

kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya. Selanjutnya, tempat atau wadah penyimpanan

harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab(PERMENKES

1096, 2011). Syarat kelembaban dan suhu yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

a. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% – 90%

b. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai

(37)
[image:37.595.121.515.191.492.2]

Tabel 2.1

Suhu Penyimpanan Bahan Makanan

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No.1098 Tahun 2011

Bakteri yang dipelihara di bawah temperatur minimum atau sedikit di

atas temperatur maksimum, tidak akan segera mati melainkan berada di dalam keadaan tidur atau dormancy(Melliawati, 2009a). Berdasarkan analisa Multiple Logistic Regresi (MLR), yang dilakukan oleh Djaja (2003) suhu

simpan yang kurang optimal berisiko 1,17 kali untuk terjadinya kontaminasi makanan disajikan. Maka dari itu, penyimpanan bahan baku merupakan

tahapan agar tidak adanya kontaminasi pada bahan makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Musa (2013) diketahui bahwa 56% penyimpanan bahan baku pembuatan es kelapa muda di kota Gorontalo tidak memenuhi syarat.

No Jenis Bahan Makanan

Digunakan Dalam Waktu 3 Hari

Atau Kurang

1 Minggu Atau Kurang

1 Minggu Atau Lebih

1 Daging, Ikan, Udang Dan Olahannya -5

0

S/D 00 C -100 S/D -50c > -100c 2 Telor, Susu Dan

Olahannya 5

0

S/D 70 C -50 S/D 00c >-50c 3 Sayur, Buah Dan

Minuman 10

0

c 100c 100c

4 Tepung Dan Biji

250c Atau Suhu Ruangan

250c Atau Suhu Ruangan

(38)

3. Pengolahan Makanan :

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari

bahan mentahmenjadi makanan jadi/masak atau siap santap dengan memperhatikan kaidahcara pengolahan makanan yang baik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 (2011), faktor dalam pengolahan makanan mencakup tempat pengolaan makanan, sanitasi peralatan dan wadah serta perilaku penjamah dalam mengolah

makanan.

Tempat pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan teknis

higiene sanitasi.Hal tersebut dilakukan untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya vektor

pembawa bakteri seperti lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya.

Memperhatikan kebersihan dan sanitasi peralatansepeti pisau, talenan dan alat lain yang dipergunakan. Wadah yang siap pakai tidak

boleh dipegang di bagian yang kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut, wadah yang digunakan harus terbuat dari bahan yang food grade. Selain itu, wadah penyimpanan makanan yang

digunakan harus memiliki tutup sehingga terhidar dari kontaminasi seperti debu dan vektor.Kemudian tidak menjamah makanan

(39)

Berdasarkan penelitian Sari (2009), sebanyak 62,5% tempat untuk mengolah es krim tidak bebas dari lalat dan tikus. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Agustina et al (2010) didapatkan hasil bahwa sebanyak 65,2% sanitasi alat dalam keadaan tidak baik. Sanitasi

alat yang kurang baik dapat mempengaruhi terjadinya kontaminasi pada makanan/minuman yang disajikan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012) pada makanan jajanan,

diketahui bahwa 73,7% sanitasi alat dalam pengolahan makanan kurang baik. Dan memiliki hubungan signifikan dengan keberadaan

bakteri jenis Coliform p=0,045. Pada penelitian yang dilakukan oleh mustafa (2010) diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi peralatan dengan keberadaan bakteri Coliform pada susu

segar dengan nilai p= 0,004.

4. Penyimpanan Makanan Jadi Atau Masak

Makanan yang disimpan harus dalam keadaan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.Suhu dalam

[image:39.595.121.507.685.743.2]

penyimpanan makanan matang/jadi harus menjadi perhatian agar makanan tidak rusak (PERMENKES 1096, 2011).

Tabel 2.2

No Jenis bahan Makanan

Suhu penyimpanan Disajikan

dalam waktu lama

Akan segera disajikan

(40)

Suhu Penyimpanan Makanan Jadi/Masak Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No.1098 Tahun 2011

Selain memperhatikan suhu, makanan dan minuman yang disajikan harusdengan wadah yang bersih dan aman bagi kesehatan dan atau tutup

makanan dan minuman harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan. Higine sanitasi dalam pewadahan mencakup beberapa hal diantaranya (Keputusan Menteri Kesehatan No.942, 2003) :

1. Semua masakan mempunyai wadah masing-masing yang terpisah. 2. Setiap wadah mempunyai tutup, tetapi berventilasi yang dapat

mengeluarkan uap air.

3. Makanan berkuah dipisahkan antara lauk dengan kuahnya/sausnya.

4. Wadah harus selalu dalam keadaan bersih.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2010),

diketahui bahwa sebanyak 75,8% penyimpanan makanan pada warung makan yang berada di palembang tidak memenuhi syarat. Tetapi tidak

ditemukannya hubungan yang signifikan antara penyimpanan makanan dengan kontaminasi bakteri Coliform dengan nilai p=0,053. Sebaliknya, pada penelitian yang dilakukan oleh Yunaenah (2009)pada makanan

jajanan di kantin sekolah dasar didapatkan hasil terdapat hubungan yang

1 Makanan kering 250C-300C - -

2 Makanan basah - ≥600C -100C

3 Makanan cepat basi

- ≥65,50C -50c s/d -10C

4 Makanan

disajikan dingin

(41)

signifikan antara penyimpanan makanan dengan kontaminasi bakteri jenis Coliformdengan p=0,001.

5. Pengangkutan Makanan

Pengangkutan makanan jadi atau siap santap harus memenuhi

persyarakatan sebagai berikut :

a. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).

b. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu higienis.

c. Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup.

d. Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan

jumlah makanan yang akan ditempatkan.

e. Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang

mencair (kondensasi).

f. Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar makanan tetap panas pada suhu 600c atau tetap dingin pada suhu 400c.

Pengangkutan makanan yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip

(42)

hubungan yang signifikan antara pengangkutan makanan dengan kontaminasi bakteri jenis Coliform p=0,01.

6. Penyajian Makanan

Penyajian makanan yang baik harus memenuhi prinsip- prinsip penyajian makanan, diantaranya:

a. Setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah, tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat

memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.

b. Semua peralatan harus dalam keadaan bersih, yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat atau rusak.

c. Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama

tangan dan bibir.

d. Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat dimakan, bahan yang tidak dapat dimakan harus

disingkirkan.

Berdasaran penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009), ditemukan

bahwa pada tahap penyajian es krim di Kota Medan, sebanyak 87,5% tangan penjamah kontak langsung dengan es krim. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi et al.(2013), didapatkan hasil

(43)

sekolah dasar di wilayah Kecamatan Kampar tidak memenuhi standar penyajian makanan. Penelitian tersebut, diketahui bahwa ada hubungan

yang signifikan antara penyajian makanan dengan kontaminasi bakteri jenis Coliform dengan nilai p=0,002.

M. Sarana Penaja

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 942 tahun 2011 tentang

pedoman persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan, diketahui bahwa saran penjajaadalah fasilitas yang digunakan untuk penanganan makanan jajanan

baik menetap maupun berpindah-pindah.Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran.Konstruksi sarana penjaja harus

memenuhi persyaratan yaitu antara lain : 1. Mudah dibersihkan

2. Tersedia tempat untuk : a. air bersih;

b. penyimpanan bahan makanan;

c. penyimpanan makanan jadi/siap disajikan; d. penyimpanan peralatan;

(44)

N. Definisi Makanan Jajanan

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh

pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah

makan/restoran, dan hotel (Keputusan Menteri Kesehatan No.942, 2003). Salah satu jajanan yang rawan terjadi kontaminasi adalah minuman jajanan, hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012) diketahui

(45)

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan No.942 Tahun 2003

Personal higiene, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan

sarana penjaja merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kontaminasi bakteri Coliform pada makanan dan minuman yang disajikan. Personal higiene/

kebersihan penjamah memainkan peran pentingdalam kontaminasi mikroorganisme pada makanan yang disajikan. Personal higiene penjamah terus melekat pada saat proses pengolahan makanan. Maka dari itu, diperlukan personal

higiene yang baik agar makanan yang akan dikonsumsi terbebas dari cemaran mikroorganisme.

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Personal Higiene Penjamah

Higiene Sanitasi Peralatan

Higiene Sanitasi Bahan Baku

Sarana Penjaja

Kadar Bakteri Coliform pada

(46)

higiene sanitasi tidak dilakukan sesuai standar yang berlaku. Seperti halnya, peralatan yang digunakan tidak dalam keadaan bersih sehingga memungkinkan

terjadinya kotaminasi bakteri Coliform ke dalam makanan/minuman yang disajikan. Selain itu, jika tidak didukung dengan sarana penjaja yang memadai, seperti hanya ketersediaan air bersih, dapat berakibat pada terkontaminasinya

(47)

35

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Higiene sanitasi merupakan kunci keberhasilan dalam pengolahan es buah yang terbebas dari kontaminasi bakteri Coliform. Berikut ini merupakan variabel

yang diteliti dalam penelitian inimeliputi ; 1. Personal Higiene Penjamah

Personal higiene merupakan aspek penting dalam hal pengolahan es

buah.Karena penjamah yang tidak memenuhi stamdar higiene dapat berpotensi mencemari makanan/minuman yang disajikannya.

2. Higiene Sanitasi Peralatan

Variabel ini diteliti karena higiene sanitasi peralatan yang tidak sesuai

dengan standar dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri Coliform pada es buah yang disajikan.

3. Higiene Sanitasi Bahan Baku Es Buah

Variabel ini diteliti karena terkait dengan kualitas es buah segar yang dihasilkan. Jika bahan baku yang digunakan sudah rusak/busuk, maka es buah yang dihasilkan tidak memenuhi standar dan berpotensi sebagai media

penularan penyakit. 4. Sarana Penjajah

(48)

Savariabel yang akan diteliti yaitu variabel independen yang meliputi personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan

sarana penjaja. Serta variabel dependen yaitu jumlah pencemaran bakteri coliform pada es buah adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Personal Higiene Penjamah

Higiene Sanitasi Peralatan

Higiene Sanitasi Bahan Baku

Sarana Penjaja

(49)
[image:49.792.107.731.67.520.2]

B. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Kadarbakteri

coliform

Diketahuimya kadar bakteri coliformberupa pada spesimen es buah

Pemerikasaan laboratoriumde ngan tuang cawan

ALT (Angka Lempeng Total)

Jumlah bakteri Coliform koloni/gram.

1= Memenuhi syarat jika bakteri berjumlah

<1x104koloni/gram 2=Tidak memenuhi syarat jika bakteri berjumlah > 1x104 koloni/gram

(Berdasarkan BPOM No HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Batas Cemaran Maksimum Mikroba pada Pangan Olahan Lainnya)

(50)

Penjamah selama pelayanan penanganan es buah, berdasarkan Permenkes No 942 tahun 2003

≥ 65% dari total

variabel personal higiene 2= tidak memenuhi syarat jika < 65% dari total skor variabel personal higiene

(Berdasarkan PERMENKES No. 942tahun 2003) 3 Higiene

Sanitasi Peralatan

Barang yang digunakan untuk pelayanan

penanganan es buah memenuhi persyaratan higiene sanitasi

berdasarkan Permenkes No 942 tahun 2003.

Observasi Lembar Observasi

1= memenuhi syarat jika ≥ 65% dari total skor variabel personal higiene 2= tidak memenuhi syarat jika < 65% dari total skor variabel personal higiene

(Berdasarkan

PERMENKES No. 942 tahun 2003)

Ordinal

4 Higiene Sanitasi Bahan Baku Es Buah

Bahan baku dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk dan rasa.

Observasi Lembar observasi

1= memenuhi syarat jika ≥ 65% dari total skor variabel higiene sanitasi bahan baku

(51)

total skor variabel higiene sanitasi bahan baku

(Berdasarkan

PERMENKES No. 942 tahun 2003)

5 Sarana Penjaja

Fasilitas untuk penanganan makanan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Permenkes No.942 tahun 2003

Observasi Lembar observasi

1= memenuhi syarat jika ≥ 65% dari total skor variabel sarana penjaja

2= tidak memenuhi syarat jika < 65% dari total skor sarana penjaja

(Berdasarkan

PERMENKES No. 942 tahun 2003)

(52)

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptifdengan desain cross sectional study, dimana variabel independen (fasilitas sanitasi dan prinsip higine sanitasi) dan variabel dependen (keberadan

bakteriColiform)diamati secara bersamaan.

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian inidilakukan pada bulan Maret-Juni 2015. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan. Sedangkan untuk tempat pengujian bakteriologi (untuk melihat kandungan bakteri Coliform)

pada penelitian ini dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Dalam peneltian ini, populasi merupakan seluruh penjamah es buah yang juga merupakan pedagang es buah kaki lima yang berada di wilayah

Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan. Dari hasil observasi lapangan yang dilakukan pada bulan Januari-Februari 2015, diketahui jumlah penjamah es

(53)

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini yaitu

penjamah es buah yang berjualan di Kelurahan Pisangan. Teknik pengambilansampel dilakukan secara nonprobability sampling, hal tersebut

dikarenakan jumlah populasi yang ada relatif kecil.

3. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus

(Lemeshow et al., 1990):

Dimana :

N = Besar sampel minimal yang dibutuhkan

= 1,96 pada tingkat kepercayaan95%

= Derajat presisi yang diinginkan = 5%

= Besar populasi pedagang yaitu sebanyak 29 =Perkiraan proporsi = 50%

Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :

= 27 Pedagang

(54)

sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

4. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Hal tersebut

disebabakan karena jumlah populasi relatif kecil dan peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang kecil, maka dari itu

digunakan sampling jenuh.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi terkait personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja. Wawancara dilakukan peneliti untuk mengetahui alasan

pedagang tidak menerapkan hal-hal terkait higiene sanitasi pada saat pengolahan es buah.Observasidilakukan pada siang hari. Waktu pengisian lembarobservasidilakukan pukul 12.00-15.00 WIB, Pemilihan waktu

dikarenakan pada waktu tersebut jumlah pembeli tergolong ramai.Sedangkan untuk wawancara dilakukan ketika pedagang dalam kondisi tidak melayani

pembeli.Selanjutnya specimen (es buah) diambil dan segera dibawa ke laboratorim mikrobiologi untuk dilakukan pengujian bakteriologis.

1. Sumber Data

(55)

lembar observasi.

2. Alur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama yaitu observasiterkait personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja. Tahap kedua yaitu

pengambilan spesimenes buah untuk diperiksa jumlahbakteri Coliform di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta. Berikut ini merupakan alur

pengumpulan data:

a. Peneliti melakukan observasi terhadap penjamah es buah segar

yang berjualan di kelurahan pisangan.

b. Selanjutnya, pengisian lembar observasi oleh peneliti terkait dengan terkait personal higiene penjamah, higiene sanitasi

peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja.

c. Selanjutnya, pengambilan spesimen es buah yang kemudian dibawa ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta untuk

diperiksa kadarbakteri Coliform nya.

d. Kemudian dilakukan wawancara kepada penjamah terkait alasan

tidak diterapkannya variabel higiene sanitasi.

3. Instrumen Penelitian

(56)

diobservasi sedangkan dikatakan tidak memenuhi persyaratan jika < 65% dari total score tiap variabel yang diobservasi.Batas penetapan 65%

didapatkan berdasarkan batas minimal yang harus dipenuhi oleh penyedia makanan yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan makanan secara sederhana (Permenkes No 1096, 2011).

Berikut merupakan perhitungan tiap variabelnya :

a. Untuk variabel personal higiene penjamah, dikatakan memenuhi

syarat jika 6/8 item jawabannya ya.

b. Untuk variabel higiene sanitasi peralatan, dikatakan memenuhi syarat jika 3/4 item jawabannya ya

c. Untuk variabel higiene sanitasi bahan baku, dikatakan memenuhi syarat jika 3/4 item jawabannya ya

d. Untuk variabel sarana penaja, dikatakan memenuhi syarat jika 4/6 item jawabannya ya

E. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri Coliformpada es buah yang dijual di Kelurahan Pisangan.

1. Alat dan Bahan Pengambilan Spesimen: a. Label

b. Pulpen c. CollerBoks d. Es Batu e. Termometer

2. Teknik Pengambilan Spesimen :

(57)

c. Beri label pada kemasan es buah yang akan diperiksa

d. Masukandalam collerbox yang sudah berisi dengan es batu ( hal

tersebut digunakan untuk menjaga suhu spesimen es buah agar tidak rusak selama perjalanan)

e. Jaga agar suhu berkisar antara 100C (coolerbox diberi es batu) f. Sampel dikirim ke laboratorium maksimum 1x24 jam

3. Alat Dan Bahan Uji Bakteri Coliform : a. Peralatan untuk pemeriksaan

b. Bahan(media) untuk pemeriksaan 1. Alcohol 70%

2. Alumuniumfoil

3. Aquadest 4. Kloramfenikol

5. Media Letheen Broth (LB)

6. Media Plate Count Agar (PCA) 7. Media Potato Dextrose Agar (PDA)

8. NaCl 0,9%

1.Autoclave 9. Spirtus

(58)

4. Cara Pelaksanaan PemeriksaanBakteri Coliform :

Metode pemeriksaan yang digunakan yaitu ALT (Angka Lempeng Total). ALT digunakan untuk menghitungan pertumbuhan koloni bakteri/ gram dari spesimen es buah.Berikut cara kerja pengujian bakteri dengan cara

ALT (agka lempeng total) :

1. Alat, tempat dan lainnya disemprotkan alkohol karena pengerjaannya

dilakukan secara aseptis. 2. Dinyalakan lampu bunsen.

3. Disiapkan 6 buah cawan petri dan masing-masing diberi label 10-2 sampai 10-6.

4. Diambil PCA + TCC 0,5% dengan menggunakan spoit 20 mL dan

dimasukkan pada setiap cawan petri yang masih kosong secara aseptis, masing-masing 20 mL (dilakukan secara duplo).

5. Dihomogenkan dan didinginkan hingga memadat.

6. Pada tabung reaksi 10-2 dihomogenkan lalu dipijarkan dan dipipet 0,5 mL dengan menggunakan mikropipet kemudian cawan petri dipijarkan

dengan lampu Bunsen kemudian pengenceran 10-2 tersebut dimasukkan dalam cawan petri dn diberi label 10-2 (duplo).

7. Tip mikropipet diganti dengan tabung reaksi 10-3 dipijarkan dilampu Bunsen dan dipipet 0,5 mL. dengan mikropipet dan dimasukkan dalam cawan petri yang sudah dipijarkan pada lampu bunsen dan diberi label

(59)

inkubator dengan suhu 20-250C (suhu kamar) selama 5 hari dengan posisi cawan tidak terbalik.

9. Diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh

F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Editing :Melakukan pemeriksaan kelengkapan data.

b. Coding: Memberikan kode pada setiap lembar observasi sehingga mempermudah dalam pengecekan ulang dan entry data. Angka yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 dan 2.Angka 1 untuk jawaban

yang sesuai kentuan (ya) dan angka 2 untuk jawaban yang tidak memenuhi ketentuan (tidak). Selain itu, angka 1 juga digunakan untuk

variabel yang memenuhi persyaratan dan angka 2 untuk variabel yang tidak memenuhi persyaratan. Dibawah ini merupakan tabel coding

[image:59.595.131.530.142.726.2]

yang nantinya akan digunakan pada lembar observasi:

Tabel 4.1Coding

Objek Pengamatan Coding

A. Personal Higiene

1 Penjamah tidak menderita batuk dan pilek A1 B. Higiene Sanitasi Peralatan

1 Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun

B1 C. Higiene Sanitasi Bahan Baku

1 Bhan baku buah dalam keadaan segar C1

D. Sarana Penjaja

(60)

disiapkan, yaitu spss series 16.

d. Cleaning Data:Pengecekan kembali data yang telah dientri. Cara yang dilakukan yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel.

2. Analisis Data

[image:60.595.140.528.183.544.2]

Hasil analisisdisajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan.Hasil analisis berupa

gambaranpersonal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja mengacu pada Peraturan Menteri KesehatanRINo.942 tahun 2003 tentang pedoman persyaratan higiene

sanitasi makanan jajanan. Sedangkan untuk kadar bakteri Coliformmenggunakan uji laboratorium yang standarnyamengacupada

(61)

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Penelitian yang dilakukan pada jajanan es buah segar di Kelurahan Pisangan Ciputat, dilakukan dengan menggunakan data primer. Data primer

berupa data personal higiene penjamah,higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku, sarana penaja dan kadar kontaminasi bakteri Coliform pada

es buah yang dijual di Kelurahan Pisangan. Pengamatan dilakukan terhadap 29 penjamah es buah di Kelurahan Pisangan. Spesimen es buah diambil dari

penjamah tersebut dan langsung dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian kadar bakteri Coliform.Sedangkan untuk faktor personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana

penjaja diamati menggunakan lembar observasi.

1. Kontaminasi bakteri Coliform

Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel es buah segar,

dikelompokan berdasarkan kualitas, yaitu tidak memenuhi syarat jika hasil pemeriksaan sampel es buah di laboratorium terdapat bakteri Coliform yang

melewati ambang batas dan dikatakan memenuhi syarat jika tidak melewati ambang batas yang telah ditetapkan. Ketetapan tersebut berdasarkan

(62)

Pisangan Tahun 2015

Nama Jumlah (Koloni/gr) Keterangan

Spesimen 1 3 x 103 Memenuhi Syarat

Spesimen 2 1,1 x 107 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 3 1,3 x 107 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 4 1,4 x 107 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 5 1,4 x 105 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 6 4 x 103 Memenuhi Syarat

Spesimen 7 5,7 x 103 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 8 1,5 x 104 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 9 6,8 x 105 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen10 2,5 x 106 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 11 1,1 x 107 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 12 6,1 x 104 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 13 7,5 x 102 Memenuhi Syarat

Spesimen 14 1,3 x 106 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 15 6,7 x 105 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 16 8,5 x 106 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 17 1,6 x 104 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 18 4,6 x 107 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 19 1,0 x 106 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen20 2,4 x 106 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 21 1 x 106 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen22 2,4 x 107 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 23 2,0 x 106 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 24 2,1 x 107 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 25 7,4 x 105 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 26 2,2 x 105 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 27 5,6 x 107 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 28 5,0 x 105 Tidak Memenuhi Syarat

Spesimen 29 1,1 x 106 Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan pemeriksaan di laboratorium yang dilakukan terhadap

[image:62.595.125.538.139.635.2]
(63)

107koloni/gram. Dengan rata-rata bakteri koloni/gram nya berjumlah 8 x 106 koloni/gram.

2. Personal Higiene Penjamah

[image:63.595.136.529.209.707.2]

Berdasarkan hasil uji univariat didapatkangrafik frekuensi personal higiene penjamah, berupa jawaban ya dan tidak sebagai berikut :

Tabel 5.2

Personal Higiene Penjamah Es Buahdi Kelurahan Pisangan

Variabel Kategori Jumlah

(n=29)

Presen tase Tidak menederita batuk dan pilek Ya

Tidak

26 3

89,6% 10,3%

Menutup luka Ya

Tidak

29 0

100% - Menjaga kebersihan tangan,

rambut, kuku dan pakaian Ya Tidak

29 0

100% - Memakai celemek dan penutup

kepala Ya

Tidak

21 8

72,4% 27,5% Mencuci tangan setiap kali hendak

menangani makanan Ya Tidak 1 28 3,4% 96,5%

Memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan

Ya Tidak 15 14 51,7% 48,2%

Tidak sambil merokok dan menggaruk anggota badan

Ya Tidak 28 1 96,5% 3,4%

Tidak batu

Gambar

Tabel 2.1 Suhu Penyimpanan Bahan Makanan
Tabel 2.2
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1Coding
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh tingkat kesukaan konsumen terhadap ikan cakalang ( Katsuwonus pelamis L.) asap, yang direndam dalam ekstrak kulit

1. Dalam akta kelahiran si anak. Dalam akta perkawinan ayah atau ibu kalau kemudian meneruskan dengan perkawinan. Dalam akta pengakuan / pengesahan anak. Peristiwa kelahiran

Kedua tidak berdasarkan kepada belanja untuk menguruskan jenazah, tetapi ia diberikan sekali gus dalam bentuk tunai, berdasarkan kepada jumlah kutipan daripada jumlah ahli

Kembung merupakan jenis penyakit yang sering dialami oleh domba dan kambing yang diberi pakan rumput. Rumen domba dan kambing dipenuhi oleh gas yang terjebak dan tidak

Changes to syllabus • The information on the front cover and page 40 regarding regulation has been updated.. This qualification is regulated in England as a Cambridge

Kinerja keuangan dalam penelitian ini terdiri dari rasio solvabilitas/ leverage yang diukur dengan Debt to equity ratio (DER), rasio profitabilitas yang diukur dengan Return on

“number

Rendahnya pemanfaatan jurnal pada pangkalan data ProQuest dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (1) jurnal-jurnal yang dilanggan belum sepenuhnya memenuhi