PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN SKRIPSI, SEPTEMBER 2015
ALIFIA NADANTI, NIM 1110101000078
GAMBARAN HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN ES BUAH YANG
TERKONTAMINASI BAKTERI COLIFORM DI KELURAHAN PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015
(xiii + 107 Pages, 2 Charts, 2 Graphs, 6.Tabels, 13 Appendixs) ABSTRAK
Pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman yang aman merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.Hal tersebut dikarenakan pangan berpotensi sebagai media penularan penyakit bagi manusia. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator tercemarnya air atau makanan karena keberadaannya merupakan indikasi terjadinya kontaminasi oleh bakteri patogen. Salah satu jenis minuman jajanan yang rentan terjadi cemaran bakteri Coliform adalah es buah segar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran personal higiene, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja serta mengetahui kadar bakteri Coliform pada es buah segar di Kelurahan Pisangan.Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional pada 29 pedagang es buah kaki lima di Kelurahan Pisangan pada bulan Maret-Agustus Tahun 2015.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 26 (89,6%) sampel es buah mengandung bakteri Coliform yang melewati ambang batas.Total mikroba berkisar antara 7,5 x 102 – 5,6 x 107 koloni/gram. Pada variabel personal higiene, sebanyak 15 pedagang (51,7%) tidak memenuhi persyaratan. Sebanyak 20 pedagang (69%) memenuhi variabel higiene sanitasi peralatan. Pada variabel higiene sanitasi bahan baku, 19 pedagang (65,5%) memenuhi syarat . Pada variabel sarana penjaja, mayoritas pedagang 89,7% tidak memenuhi syarat . Diharapkan dinas kesehatan membuat program pengawasan terhadap pedagang, dengan cara pemeriksaan higiene dan sanitasi serta pemeriksaan terhadap kandungan mikrobiologi yang terdapat es buah secara berkala.
Daftar Bacaan : 69 (1998-2014)
UNDERGRADUATED THESIS, SEPTEMBER 2015 ALIFIA NADANTI, NIM 1111101000078
DESCRIPTION OF HYGIENE SANITATIONPROCESSINGOFTUTTI-FRUTTI’S CONTAMINATED COLIFORM BACTERIA IN PISANGAN CITY SOUTH TANGERANG 2015
(xiii + 107 Pages, 2 Charts, 2 Graphs, 6.Tabels, 13 Appendixs)
ABSTRACT
Food and drink fullfilment thing and safeness is one of therequirement to achieve an optimized health status. It’s because the food is potentially asa media for human transmission of the disease. Coliform bacteria are used as indicators of waterborne food contamination, because bacteria is an indication of contamination pathogen bacterial. One of a kind drinks that susceptible to Coliform bacteria contaminationis a iced tutti-frutti
The goal of the research is to find out personal hygine, hygine of equpment,sanitation and hygineof raw material, sanitation facilities and to know the extent of Coliform bacteria levels contamination in iced tutti-fruttiin Pisangan.This research metode used a cross-sectional study thatperformed 29 of street vendors of tutti-frutti in Pisangan. The research held on March-August 2015.
Research result shows that from 26 specimens (89,6%) iced tutti-frutti more than those of treshold value forColiform Bacteria Microbes. This microbes amount ranging from7.5 x 102 to 5.6 x 107 Colonies/gram. In the personal hygiene variables , as many as 15 food handler ( 51.7 % ) did not meet the requirements . A total of 20 food handler ( 69 % ) met the hygiene sanitation equipment variables . Hygiene and sanitation in the variable raw materials , 19 handler ( 65.5 % ) were eligible . The variable of facilities of merchant 89.7 % majority of merchant do not qualifyHealth Department is expected to make a monitoring program toward themerchants, with an inspection of sanitation and hygiene method and an examination of the microbiological content from iced tutti-frutti regularly.
Daftar Bacaan : 69 (1998-2014)
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu”
Alhamdulillahirobbil alamin, puji sukur penulis ucapkan kepada AllahSWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang berlimpah,sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “GAMBARAN HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN ES BUAH YANG TERKONTAMINASI BAKTERI COLIFORM
DI KELURAHAN PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015”.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukan hanya karena usaha penulissemata, namun banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi
ini.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulisjuga ingin mengucapkan rasaterimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
3. Ibu Dr. Ela laelasari, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.
4. Ibu Ir. Febrianti M.Si , selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dan saran perbaikan terhadap skripsi ini.
telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
6. Ayahanda Dahlan Mihardja dan Ibunda Nining Setyo yang telah memberikan
motivasi dan doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran penyusunan skripsi ini
7. Adik ku tersayang Anka Praja, Adela Puspa dan Adena Dedara yang selalu
memberikan doa dan semangat kepada penulis
8. Jamaah Kesling 2011 ( Inu, Caca, Hari, Ois, Almen, Ika, Cepol, Tika, Ila,
Niken, Onoy, Pewe, Ayu, Mbak Fel, Efri, Sela, Ikoh, Awal, Eka, Fiya, Sarjeng, Betti, Rahmatika)
9. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karenaitu, penulis sangat mengharapkan saran perbaikan dari pembaca.
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 2
A. Latar Belakang ... 2
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pertanyaan Peneliti ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Kontaminasi Pangan... 10
B. Agent Kontaminasi Pangsn ... 10
C. Masuknya AgentKontaminasi Pangan Ke Manusia ... 11
D. Syarat Pertumbuhan Bakteri Pada Makanan ... 12
E. Bakteri Patogen Dalam Makanan... 14
F. Sumber Pencemaran Bakteri Coliform... 17
G. Pencegahan Kontaminasi Bakteri Coliform ... 17
H. Higiene Dan Sanitasi ... 18
I. Personal Higiene ... 19
J. Higiene Peralatan ... 21
1. Pemilihan Bahan Makanan ... 24
2. Penyimpanan Bahan Makanan ... 25
3. Pengolahan Makanan ... 26
4. Penyimpanan Makanan Jadi Atau Masak ... 28
5. Pengangkutan Makanan ... 29
6. Penyajian Makanan ... 30
M. Sarana Penjaja ... 31
P.Definisi Makanan Jajanan ... 32
Q.Kerangka Teori ... 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 35
A. Kerangka Konsep ... 35
B. Definisi Operasional Variabel ... 37
BAB IV METODE PENELITIAN ... 40
A. Desain Penelitian ... 40
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 40
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 40
1. Populasi ... 40
2. Sampel ... 41
3. Besar Sampel ... 41
4. Teknik Pengambilan Sampel ... 42
D. Pengumpulan Data ... 42
1. Sumber Data ... 42
E. Pemeriksaan Laboratorium ... 44
F. Pengolaaan Dan Analisis Data ... 47
BAB V HASIL PENELITIAN ... 49
A. Hasil Pengumpulan Data ... 49
1. Kontaminasi bakteri Coliform ... 49
2. Personal Higiene Penjamah ... 51
3. Higiene Sanitasi Peralatan ... 52
4. Higiene Sanitasi Bahan Baku ... 54
5. Sarana Penjaja ... 55
BAB VI PEMBAHASAN ... 58
A. Keterbatasan Penelitian ... 58
B. Kontaminasi Bakteri ... 59
C. Personal Higiene Penjamah ... 62
D. Higiene Sanitasi Peralatan ... 66
E. Higiene Sanitasi Bahan Baku ... 69
F. Sarana Penjaja ... 71
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
Tabel 2.1 Suhu Bahan Makanan ... 25
Tabel 2.2 Suhu Penyimpanan Makanan ... 27
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 33
Tabel 4.1Coding ... 47
Tabel 5.1 Distribusi Bakteri Coliform ... 50
Tabel 5.2 Personal Higiene ... 51
Tabel 5.3 Distribusi Coliform Berdasarkan Personal Higiene ... 52
Tabel 5.4 Higiene Sanitasi Peralatan ... 53
Tabel 5.5 Distribusi Coliform berdasarkan Higiene Sanitasi Peralatan ... 53
Tabel 5.6 Higiene Sanitasi Bahan Baku ... 54
Tabel 5.7 Distribusi Coliform Berdasrkan Higiene Sanitasi Bahan Baku ... 55
Tabel 5.8 Sarana Penjaja ... 56
Tabel 59 Distribusi Coliform Berdasarkan Sarana Penjaja ... 57
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori……… 34
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan.Memperoleh makanan yang cukup, bergizi, dan aman adalah hak setiap manusia (BadanKetahananPangan,
2013). Maka dari itu, di Indonesia upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan upaya kesehatan perseorangan
dan upaya kesehatan masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah pengamanan makanan dan minuman (Undang Undang No 36 Pasal 48, 2009).
Makanan dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit, hal tersebut dikarenakan makanan berpotensi sebagai media penularan penyakit bagi
manusia jika dalam pengolahannya, makanan tersebut tidak diolah secara baik dan benar (Hadi et al., 2014). Salah satu penyakit bawaan makananadalah diare (Achmadi, 2011).
Diare merupakan masalah kesehatan di Indonesia, survei morbiditas yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia dari tahun 2000 s/d 2010 didapatkan bahwa insiden diare terus meningkat (BuletinDiare, 2011). Pada tahun 2000 insiden rate (IR) diare sebesar 301/ 1000 penduduk dan meningkat menjadi 411/1000 penduduk
insiden diare tertinggi antaralain adalah Aceh, Papua, Jakarta, Sulawesi danBanten.
Berdasarkan data dinas kesehatan kota tangerang selatan, diare termasuk kedalam 20 besar penyakit yang paling sering diderita oleh
penduduk usia 5-64 tahun (Dinkes Tangerang Selatan, 2013). Kecamatan Pamulang, dan Ciputat Timur merupakan kecamatan dengan kasus diare tertinggi yaitu sebanyak 720/1000 penduduk dan 525/1000 penduduk.
Kecamatan Ciputat Timur merupakan salah satu kecamatan dengan kasus diare yang ditangani tergolong tinggi (Dinkes Tangerang Selatan, 2013).
Kasus tertinggi diare berada di Kelurahan Pisangan dengan jumlah 182/1000 penduduk.
Terjadinya penyakit bawaan makanan seperti diare, di Indonesia
paling banyak disebabkan oleh cemaran biologi yaitu sebanyak 36,7%, sedangkan yang disebabkan oleh cemaran kimia sebanyak 20,2% dan
makanan kadaluarsa sebesar 13,8% (Dewanti and Hariyadi, 2011). Cemaran biologis merupakan cemaran dalam makanan yang berasal dari bahan hayati, dapat berupa cemaran mikroba atau cemaran lainnya
seperti cemaran protozoa dan nematoda (BPOM, 2009). Salah satu cemaran biologi yang dapat mengontaminasi pangan adalah keberadaan
bakteri Coliform.
Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator tercemarnya air atau makanan karena keberadaannya merupakan indikasi terjadinya
bakteri gram negatif dan berbentuk batang yang merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan manusia dan hewan (Parry and
Palmer, 2002). Bakterigolongan Enterobacter, Shigella, Proteus, Salmonelladan Escherichiacolitermasuk kedalam jenis bakteri Coliform(Radji et al., 2008).
Penyebaran bakteri Coliform secara aktif dapat terjadi dengan cara kontak langsung (bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya)
kemudian diteruskan melalui mulut, selain itu penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui makanan/minuman (Melliawati, 2009b). Minuman
yang tercemar oleh bakteri Coliform dapat berasal dari penanganan yang tidak sesuai standar, serta alat-alat yang digunakan untuk menyiapkan, mengolah dan menyajikan tidak mengindahkan syarat higiene sanitasi
(Ariyani, 2006). Salah satu makanan yang rentan terjadi cemaran oleh bakteri Coliform adalah makanan jajan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012), diketahui sebesar 51,4% minuman jajanan terkontaminasi jenis bakteri Esherichia coli. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian
Bogor (2002) pada makanan jajanan di sekolah ditemukan 58,8% sampel makanan dan 73,3% sampel minuman mengandung bakteri Escherechia
coli, Enterobacter, bahan pengawet dan menggunakan pemanis sakarin. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 3 spesimen es buah yang dijual di Kelurahan Pisangan didapatkan hasil sebagai berikut;
spesimen 2 mengandung 1,1x107 koloni/gr bakteri Coliform dan spesimen 3 mengandung 1,3x107 koloni/gr bakteri Coliform.Salah satu minuman jajanan yang digemari oleh segala golongan usia yaitu es buah segar, hal tersebut karena minuman jajanan ini mengandung buah-buahan
yang baik untuk kesehatan. dan harga yang ditawarkan tergolong murah. Buah-buahan yang terkandung dalam es buah memiliki nilai gizi yang baik untuk tubuh seperti sumber utama vitamin C(Microbial Ecology Of
Food Commodities, 2005).
Es buah sangat rentan terjadi pencemaran bakteriColiform hal
tersebut dikarenakan adanya buah yang memiliki kadar kandungan asam rendah, yang memungkinkan kelangsungan hidup bakteri patogen (Microbial Ecology Of Food Commodities, 2005). Selain itu, suhu dari es
buah berada pada suhu optimum pertumbuhan bakteri yaitu sekitar 100C. Suhu optimum perkembangan bakteri Coliform berada pada rentan
10-600C(Forsythe and Hayes, 1998).
Selain itu, es buah termasuk kedalam kategori makanansegar yang pengolahannya tidak melalui proses pemasakan terlebih dahulu.
Sehingga, jika pengolahannya tidak sesuai dengan standar higiene dan sanitasi akan berpotensi tercemar oleh bakteriColiform.Dari hasil studi
pendahuluan yang dilakukan kepada 3 pedagang es buah di Kelurahan Pisangan, ditemukan pedagang yang tidak memenuhi prinsip higine sanitasi pengolahan es buah.Hal tersebut berpotensi untuk meningkatkan
Terdapat hubungan antara praktek sanitasi dan higiene dengan total mikroba minuman jajanan(Ariyani, 2006). Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Atmiati(2012)yang menyatakan bahwa higiene dan sanitasi penjamah berpengaruh terhadap keberadaan bakteri Escherichia coli pada minuman jajanan. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Falamy et al., (2010) didapatkan hasil bahwa terdapat kontaminasi bakteri Klebsiella sp. dan Salmonella sp
pada minuman jajanan.
Jajanan es buah memiliki potensi terjadi pencemaran,peneliti
tertarik untuk melihat personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja es buah yang berjualan di Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Es buah segar merupakan jajanan yang digemari semua golongan
usia, tetapi jajanan tersebut memiliki resiko yang besar untuk terkontaminasi bakteri.Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, dari 3 spesimenes buah yang diperiksa ketiganya positif
mengandung bakteri Coliform dengan rata-rata bakteri sebesar 1,4x107 koloni/gram.Selain itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan
terhadap 3 pedagang es buah di Kelurahan Pisangan, terdapat pedagang yang tidak memenuhi prinsip higiene sanitasi pengolahan es buah.
Dari penjelasan diatas, maka diperlukan suatu penelitian untuk
sanitasi bahan baku dan sarana penjaja berdasarkan peraturan menteri kesehatan No. 942 tahun 2003 tentang higiene sanitasi makanan
jajan,serta jumlah cemarancoliformpada es buah segar yang dijual di Kelurahan Pisangan.
C. Pertanyaan Peneliti
1. Bagaimana kadar pencemaran bakteri Coliformpada es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015
2. Bagaimana gambaran personal higiene penjamah es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015
3. Bagaimana gambaran higiene sanitasi peralatan pada pengolahan es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan tahun 2015.
4. Bagaimana gambaran higiene sanitasi bahan baku es buah di
Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.
5. Bagaimana gambaran sarana penjajaes buah di Kelurahan Pisangan
Tangerang Selatan Tahun 2015.
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja es buah yang
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya kadar pencemaran bakteri Coliformpada es buah di
Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015
b. Diketahuinya gambaran personal higiene penjamah es buah di
Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015
c. Diketahuinya gambaran higiene sanitasi peralatan pada pengolahan es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan tahun 2015.
d. Diketahuinya gambaran higiene sanitasi bahan baku es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.
e. Diketahuinya gambaran sarana penjaja es buah di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.
E. Manfaat penelitian 1. Bagi Masyarakat
a. Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi masyarakat
dalam mengkonsumsi es buah yang dijual di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan.
2. Bagi Dinas Kesehatan
a. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, dalam hal pengawasan kualitas es buah yang dijual di Kelurah
Pisangan
b. Sebagai masukan untuk Dinas Kesehatan Tangerang Selatan, dalam pembuatan program pemberdayaan pedagang terkait
3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
a. Sebagai tambahan referensi karya tulis dalam bidang higiene dan
sanitasi pada makanan dan minuman jajan
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pisangan pada bulan
Maret-Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku
dan sarana penjaja es buah yang berjualan di Kelurahan Pisangan. Serta mengetahui kadar pencemaran bakteri Coliform pada es buah segar di
Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.
Sampel penelitian ini merupakan penjamah es buah kaki lima yang berjualan di Kelurahan Pisangan Kota Tangerang Selatan. Desain studi
dalam penelitian ini menggunakan cross sectional. Data primer diambil dengan caraobservasi menggunakan tabel cheklist dengan mengacu pada
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 942 Tahun 2003. Sedangkan untuk spesimen es buah dilakukan uji bakteriologis untuk mengetahui kadar pencemaran bakteri Colifrom yang dilakukan di Balai Besar
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontaminasi Pangan
Kontaminan pangan adalah bahan atau senyawa yang secara tidak sengaja ditambahkan, tetapiterdapat pada produk pangan. Kontaminan pangan
ini bisa masuk dan terdapat dalam produkpangan sebagai akibat dari penanganan dan/atau proses mulai dari tahap produksi (di tingkatkultivasi maupun di pabrik), pengemasan, transportasi, penyimpanan ataupun
penyiapannya danpencemaran dari lingkungan (environmental contamination)(Hariyadi, 2010).
B. Agent KontaminanPangan
Berbagai hal yang dapat menjadi penyebab kontaminasi pada pangan (baik yang bersal dari makanan itu sendiri maupun berasal dari luar. Berikut
ini jenis agent yang dapat mengontaminasi makanan(Aswar, 2001) :
1. Golongan parasit
Golongan parasit yang mencemari makanan ialah amuba dan berbagai jenis cacing.Amuba dapat menimbulkan penyakit disentri amuba, sedangkan cacing dapat menimbulkan penyakit cacingan.
2. Golongan kimia
Pencemaran makanan karena zat kimia, biasanya terjadi karena
menyebabkan keracunan makanan karena zat kimia dalam logam itu. Adapun zat kimia yang sering mencemari makanan adalah antimon, arsen, cadmium
dan tembaga. 3. Golongan fisik
Pencemaran makanan yang disebabkan golongan fisik, misalnya bahan potongan gelas, serangga, kaca dan kerikil. Bisa dihilangkan dengan cara penyortiran sebelum makanan disajikan
4. Golongan racun (toxin)
Racun (toxin) yang terdapat pada makanan dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang hidup dalam makanan tersebut, dan racun yang berasal dari bahan makanan itu sendiri yang telah mengandung racun.
5. Golongan mikroorganisme
Berbagai jenis mikroorganisme yang dapat mengontaminasi pangan antara lain jamur dan bakteri. Salah satu bakteri yang dapat menimbulkan
penyakit melalui makanan, seperti Klebsiela sp yang menimbulkan penyakit diare, Salmonella sp yang menimbulkan penyakit tipoid, Streptococcus yang menimbulkan penyakit scarlet fever atau septic score throat dan Esherichia
C. Masuknya Agent Kontaminan Ke Manusia
Menurut Marriot dan Gravani (2006), agent kontaminan dapat masuk
ke manusia dengan 2 cara, yaitu secara langsung (direct) dan secara tidak langsung (indirect). Berikut ini cara masuknya agent kontaminan kedalam
manusia :
1. Secara langsung (direct)
Agent kontaminan dapat masuk kedalam manuisa melalui transfer
langsung dari mikroorganisme ke orang lain, dengan cara kontak langsung
seperti berjabat tangan dan bersentuhan. Selain itu, agent kontaminan dapat
juga masuk kedalam tubuh manusia melalui udara, seperti ketika sedang
bersin, berbicara dan batuk.Agent kontaminan dapat terus berada di udara
sampai jangka waktu tertentu, sehingga orang lain yang menghirup udara
yang sudah terkontaminasi dapat terinfeksiagent tersebut.
2. Secara tidak langsung (indirect)
Agent kontaminan dapat masuk kedalam wahana seperti air, makanan,
dan tanah, sebelum nantinya dapat menginfeksi manusia yang
mengkonsumsinya. Selain itu, benda-benda seperti; uang, pisau dan gagang
pintu mampu mentransmisikan agent kontaminan tersebut. Sehingga dapat
menimbulkan penyaki/infeksi pada manusia. Penyakit usus dan pernapasan
seperti salmonellosis, disentri, dan difteri dapat menyebar melalui transmisi
tidak langsung.Untuk mengurangi penyebaran agent kontaminan secara tidak
langsung, seperti transmi mikroorganisme. Dapat dilakukan pencegahan
D. Syarat Pertumbuhan Bakteri Pada Makanan
Bakteri dapat dengan mudah tumbuh dan berkembang biak jika kedaan
lingkungannya memungkinkan, berikut ini yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada makanan antara lain (Forsythe and Hayes, 1998) :
1. Nutrisi
Nutrisi yang diperlukan oleh bakteritidak hanya sebagai sumber
energi, tetapi juga untuk pembuatan protoplasma dan bahan struktural
tubuhnya. Organisme mungkin memerlukan satu atau lebih nutrisi yang
digunakan untuk pertumbuhannya. Nutrisi yang penting dalam
pertumbuhan bakteri diantaranya: 1) Asam aminodiperlukan untuk
sintesis protein 2) Purin dan pirimidin diperlukan untuk sintesis asam
nukleat , yaitu DNA dan RNA. 3)Vitamin seperti thiamin, flavine
ribosom dan asam nikotinat yang diperlukan untuk sintesis enzim.
2. Suhu
Suhu yang cocok untuk pertumbuhan bakteri yang optimumyaitu berkisar antara 370C. Pada suhu ini, bakteri akan sangat cepat tumbuh dan berkembangbiak. Pada suhu dibawah 10°C bakteri sama sekali
tidak tumbuh danpada suhu diatas 60°C bakteri mulai mati. Oleh karena itu untukmencegah pertumbuhan bakteri, maka makanan sebaiknya
3. Kelembaban
Bakteri akan tumbuh subur dalam makanan dengan tingkat aw
(water activity) yangtinggi yaitu pada 0,9 aw. Makanan yang basah sangat disukai bakteri daripadamakanan kering. Cirinya adalah dihitung
dari aw atau air bebasyang terdapat dalam makanan.Air bebas adalah air yang berada dalam makanan yang statusnyabebas dan tidak terikat dengan molekul makanan. Seperti gula encer, kuah sayur, uap yang
mencair dan lain-lain. Airbebas ini akan digunakan bakteri untuk hidupnya.Sebaliknya air yang terikat dalam makanan tidak dapat
digunakanoleh bakteri seperti larutan garam, madu, sirup,makanan seperti ini adalah bahan yangbanyak mengandung air, tetapi airnya terikat dengan molekulmakanan sehingga air bebasnya tidak ada dan
bakteri tidak dapattumbuh. Oleh karena itu makanan tersebut tahan lama.
4. pH
Setiap bakteri memiliki pH optimum untuk pertumbuhannya. Kebanyakan bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH yang
maksimum dengan reaksi yang paling alkali yaitu berkisar antara 6,8 sampi dengan 7,5.Tetapi terdapat juga bakteri yang tumbuh optimum
E. Bakteri Patogen Dalam Makanan
Golongan bakteri yang dijadikan indikator adanya pathogen dalam
makanan/minuman adalah keberadaan bakteri Coliform.Coliform merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk batang yang merupakan bagian dari
mikroba normal saluran pencernaan manusia dan hewan (Parry and Palmer, 2002). Bakteri golongan Enterobacter, Shigella, Proteus, Salmonella dan Escherichiacoli termasuk kedalam jenis bakteri Coliform(Radji et al., 2008).
1. Escherichia Coli
Merupakan bakteri facultatively anaerobic gram-negative berbentuk
batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, yang merupakan penghuni normal usus. Pertama dijumpai pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenali bersifat komensal maupun berpotensi patogen (Arisman,
2009). Sejauh ini, ada 4 kelas Escherichia coli yang bersifat patogen. keempat kelas tersebut adalah (Brooks et al., 2005) :
a) Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC)
Bakteri tersebut dapat mengakibatkan diare yang parah pada bayi, khususnya di negara berkembang.
b) Escherichia Coli Enterotoksigenetik (ETEC)
Bakteri ini merupakan penyebab paling sering dari “diare
wisatawan” dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi
c) Escherichia Coli Enteroinvasif (EIEC)
Bakteri ini menimbulkan penyakit yang mirip dengan
shigelosis.Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di negara berkembang dan pada para wisatawan yang menuju ke
negara tersebut.EIECmenimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus.
d) Escherichia Coli Enterohemoragik (EHEC)
Bakteri ini menghasilkan verotoksi.Mengakibatkan diare yang berat, anemia hemolitik dan trombositopenia. Banyak kasus
akibat bakteri ini dapat dicegah dengancara memasak daging sapi sampai matang.
2. Shigella
Merupakan bakteri berbentuk batang, yang termasuk kedalam gram negatif. Sifat pertumbuhan adalah bakteri aerob dan fakultatif anaerob, pH
pertumbuhan 6,4-7,8 sedangkan suhu pertumbuhan optimum berkisar antara 370c (Brooks et al., 2005). Habitat alami dari Shigella berada pada sitem saluran intestinal manusia dan binatang menyusui. Infeksi bakteri ini
terbatas pada sistem gastrointestinal: penyebaran ke aliran darah sangat jarang(Jawetz et al., 2001).
3. Salmonella
bermacam-macam infeksi, mulai dari gastroenteritis yang ringan sampai dengan demam tifoid yang berat. Bakteri ini tumbuh pada suasana aerob dan
fakultatif anaerob, pada suhu 15-410c suhu pertumbuhan optimum berkisar antara 37,50c dan pH pertumbuhan berkisar anatara 6-8(Karsinah et al., 2005).Salmonella mempunyai karakteristik memfermentasikan glukosa dan mannosa tanpa memperoduksi gas dan tidak memfermentasikan laktosa dan
sukrosa (Jawetz et al., 2001).
4. Proteus
Spesies Proteus menyebabkan infeksi pada manusia ketika bakteri ini meninggalkan saluran usus.Bakteri ini sering ditemukan dalam infeksi sitem
saluran kencing dan menyebabkan bakteremia, penumonia dan lesi fokal pada pasien yang lemah atau mereka yang menerima tranfusi melalui
pembulu darah. Salah satu jenis bakteri ini yaitu, Proteusmirabilis menyebabkan infeksi saluran kencing dan infeksi lain. Sedangkan Proteus
vulgaris merupakan patogen nosokomial (Brooks et al., 2005).
5. Enterobateriacea
Enterobakteriacea adalah suatu famili kuman yang terdiri dari sejumlah
besar spesies bakteri yang sangat erat hubungannya satu dengan lainnya. Kuman ini hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula
pada host bila kuman tetap berada di usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan jika terjadi perubahan pada host atau bila ada kesempatan
memasuki bagian tubuh lainnya. Sebanyak 80% dari kuman batang gram negatif yang diisolasi di laboratorium merupakan kuman Enterobacteriacea.Organisme-organisme di dalam famili ini mempunyai
peran penting dalam infeksi nosokomial. Misalnya infeksi saluran kemih,
infeksi pada luka, infeksi saluran nafas (Karsinah et al., 2005).
F. Sumber Pencemaran Bakteri Coliform
Sumber pencemaran bakteri Coliformdapat berasal dari berbagai wahana
dan tempat, berikut ini merupakan sumber pencemaran bakteri Coliform diantaranya adalah : 1) makanan yang terkontaminasi, daging sapi,terutama yang tidak matang2) susu yang tidak dipasteurisasi, 3) buah-buahan dan
sayuran mentah, 4)air yang terkontaminasi, termasuk minum air yang tidak dimasak, 5) tinja orang terinfeksi. (foodsafetygov, 2006).
G. Pencegahan Kontaminasi Bakteri Coliform
Untuk melindungi diri dari bakteri Coliform dan penyakit bawaan makanan lainnya, disarankan untuk mengikuti pedoman keamanan pangan
dasar sebagai berikut (Center for Disease Control and Prevention, 2014) :
1. Cuci tangan dengan bersih menggunakan sabun dan air yang
2. Jika sabun dan air tidak tersedia untuk cuci tangan, gunakan handsanitizer berbasis alkohol.
3. Masak daging secara sampai benar-benar matang.
4. Mencegah kontaminasi silang pada saat persiapan makanan dengan
cara mencuci tangan, talenan, wadah dan peralatan yang digunakan. 5. Hindari mengkonsumsi susu mentah, produk susu yang tidak
dipasteurisasi, dan jus yang tidak dipasteurisasi ( seperti apel segar )
6. Hindari menelan air saat berenang di kolam renang.
H. Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan
Higiene diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang kesehatan dan pencegahan suatu penyakit (Tarwotjo, 1998). Sedangkan menurut (Lelieveld
et al., 2003) higiene diartikan dalam istilah yang lebih luas, yaitu tindakan yang menggabungkan setiap tindakan untuk mencegah kontaminasi makanan,
baik dari sumber fisik, mikrobiologi, atau kimia pada setiap tahapan produksi. Higiene dapat diartikan sebagai semua tindakan yang digunakan untuk
mencegah kontaminasi pada pangan untuk mencegah penyakit.
Sedangkan istilah sanitasi diartikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit (Purnawijayanti, 2001). Menurut Marriott dan Gravani (2006), sanitasi dipandang sebagai ilmu terapan yang menggabungkanprinsip-prinsip desain, pengembangan,implementasi, pemeliharaandan / atau
higiene yang dirancang untuk mempertahankan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan pada setiap tahapan produksi , pengolahan , persiapan,
dantempat penyimpanan makanan. Sedangkan menururt Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096 Tahun 2011, Higiene sanitasi merupakan upaya untuk
mengendalikan faktor risikoterjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahanmakanan, orang, tempat dan peralatan agar aman
dikonsumsi.
I. Personal Higiene
Personal higiene merupakan konsep dasar pembersihan, perawatan dan
merupakan langkah pertama untuk terciptanya kesehatan tiap individu. Personal higiene meliputi kebiasaan yang dilakukan untuk menjaga tubuh kita dari bakteri, virus dan jamur (Hassan, 2012). Personal higiene (kebersihan diri/
perseorangan) dapat diartikan sebagai usaha dari individu atau kelompok dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan individu dengan cara
mengendalikan kondisi lingkungan(Depkes RI, 2006).
Syarat personal higiene yang harus dipenuhi oleh penjamah makanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan antara lain
(Keputusan Menteri Kesehatan No.942, 2003) : 1)Tidak menderita penyakit mudah menular sepeti batuk,pilek,diare, 2)Menutup luka, pada luka terbuka/
bisul atau luka lainnya,3)Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian. Serta memakai celemek, dan tutup kepala.4)Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan, 5)Menjamah makanan harus memakai alat/
anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya), 7) Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan yang disajikan dan atau tanpa menutup mulut atau
hidung.
Penelitian yang dilakukan Budiono et al., (2008) pada rumah makan di kota Tembalang diketahui bahwa 97,2% penjamah makanan selalu mencuci
tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan. Hal tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanna et al., (2009) yang
menyebutkan bahwa sebanyak 85,36% pedagang makanan kaki lima tidak melakukan cuci tangan sebelum mengolah makanan. Mencuci tangan
merupakan salah satu faktor untuk mencegah kontaminasi pada makanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Isnawati (2012)menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi higiene penjamah dengan
keberadaan bakteri Coliform pada minuman jajanan dengan p=0,03. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Atmiati (2012) terdapat hubungan
antara personal higine dengan keberadaan bakteri Esherichia coli pada minuman jajanan (p=0,024). Sebaliknya, pada penelitian yang dilakukan oleh Susanna et al., (2009) terhadap makanan jajanan, tidak ditemukan hubungan
J. Higiene Peralatan
Selain personal higine, peralatan yang digunakan untuk mengolah
makanan/ minuman harus terjaga kebersihannya.Peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya
dan memenuhi persyaratan higiene sanitasi. Untuk menjaga peralatan, dilakukan upaya-upaya sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan
No.942, 2003) :
a. Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun. b. Dikeringkan dengan alat pengering/lap yang bersih.
c. Kemudian peralatan yang sudah bersih tersebut disimpan di tempat yang bebas pencemaran.
d. Tidak menggunakan kembali peralatan yang dirancang hanya untuk
sekali pakai.
K. Fasilitas Sanitasi
Ketika bahan makana diolah di dapur/ tempat pengolahan makanan maka fasilitas sanitasi harus selalu diperhatikan.Menurut Saksono (2000), syarat fasilitas sanitasi yang memenuhi standar kesehatan antaralain: 1) Selalu dalam
keadaan bersih, 2) Mempunyai cukup persediaan air bersih untuk mencuci, 3)Mempunyai saluran pembuangan air kotor, 4)Mempunyai bak pencuci
tangan, 5) Mempunyai tempat sampah, 6) Alat yang digunakan dalam keadaan bersih, 7) Mempunyai tempat penyimpanan bahan makanan yang bersih (tidak
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1096 (2011),fasilitas
sanitasi berupa:
1. Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatanmaupun bahan makanan dilengkapi dengan air mengalir dan
sabun, saluranpembuangan tertutup, bak penampungan air dan alat pengering.
2. Air bersih
Air bersih harus tersedia dan jumlahnya cukup.Kualitas air bersih harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturanyang berlaku. 3. Tempat sampah
Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan
sampahkering (an organik).Tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dandiletakkan sedekat mungkin dengan
sumber produksi sampah, namun dapatmenghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanna et al., (2009) terkait fasilitas sanitasi, diketahui bahwa sebanyak 46,34% pedagang makanan
memiliki tempat sampah. Pada penelitian tersebut juga didapatkan hasil bawa terdapat hubungan yang signifikan antara tersedianya tempat sampah dengan keberadaan bakteri berjenisColiform pada makanan dengan nilai p=0,024.
biaknya kuman. Perlu dilakukan upaya pencegahan agar kuman tidak mengontaminasi makanan/minuman, upaya tersebut seperti membuang sampah
secara teratur, tempat sampah dalam kedaan tertutup, dan tempat sampah sering dibersihkan dengan desinfektan (Marwaha, 2007).Penelitian yang
dilakukan oleh Kurniadi et al (2013), diketahui bahwa 93,3% fasilitas sanitasi
dalam keadaan tidak memenuhi syarat dan terdapat hubungan yang signifikan
dengan keberadaan bakteri jenis Coliform dengan p=0,053.
L. Prinsip Higiene Dan Sanitasi Makanan Dan Minuman
Pengelolaan makanan dan minuman harus menerapkan prinsip higiene
dan sanitasi, mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan. Berikut ini merupakan prinsip higiene dan sanitasi makanan
(PERMENKES 1096, 2011) :
1. Bahan Makanan
Bahan makanan adalah semua bahan yang dipergunakan untuk
membuat makanan/minuman baik yang masih segar atau yang sudah diolah oleh pabrik. Bahan makanan yang dimaksud adalah :
a. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu
pengolahan sebelum dihidangkan seperti daging, ikan/udang, buah dan sayura. Bahan makanan tersebut harus dalam keadaan baik, segar
b. Bahan tambahan pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang berlaku.
c. Makanan olahan pabrik harus mempunyai label dan merek yang terdaftar dan mempunyai nomer daftar. Selanjutynya kemasan dalam
keadaan tidak rusak dan belum kadaluarsa.
Penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2003), diketahui bahwa jumlah bakteri dalam bahan makanan berhubungan positif dengan jumlah bakteri
makanan disajikan p=0,01.
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Setelah pemilihan bahan baku, selanjutnya bahan baku tersebut disimpan untu menghindari bahan baku menjadi rusak. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya. Selanjutnya, tempat atau wadah penyimpanan
harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab(PERMENKES
1096, 2011). Syarat kelembaban dan suhu yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
a. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% – 90%
b. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai
Tabel 2.1
Suhu Penyimpanan Bahan Makanan
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No.1098 Tahun 2011
Bakteri yang dipelihara di bawah temperatur minimum atau sedikit di
atas temperatur maksimum, tidak akan segera mati melainkan berada di dalam keadaan tidur atau dormancy(Melliawati, 2009a). Berdasarkan analisa Multiple Logistic Regresi (MLR), yang dilakukan oleh Djaja (2003) suhu
simpan yang kurang optimal berisiko 1,17 kali untuk terjadinya kontaminasi makanan disajikan. Maka dari itu, penyimpanan bahan baku merupakan
tahapan agar tidak adanya kontaminasi pada bahan makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Musa (2013) diketahui bahwa 56% penyimpanan bahan baku pembuatan es kelapa muda di kota Gorontalo tidak memenuhi syarat.
No Jenis Bahan Makanan
Digunakan Dalam Waktu 3 Hari
Atau Kurang
1 Minggu Atau Kurang
1 Minggu Atau Lebih
1 Daging, Ikan, Udang Dan Olahannya -5
0
S/D 00 C -100 S/D -50c > -100c 2 Telor, Susu Dan
Olahannya 5
0
S/D 70 C -50 S/D 00c >-50c 3 Sayur, Buah Dan
Minuman 10
0
c 100c 100c
4 Tepung Dan Biji
250c Atau Suhu Ruangan
250c Atau Suhu Ruangan
3. Pengolahan Makanan :
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari
bahan mentahmenjadi makanan jadi/masak atau siap santap dengan memperhatikan kaidahcara pengolahan makanan yang baik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 1096 (2011), faktor dalam pengolahan makanan mencakup tempat pengolaan makanan, sanitasi peralatan dan wadah serta perilaku penjamah dalam mengolah
makanan.
Tempat pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan teknis
higiene sanitasi.Hal tersebut dilakukan untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya vektor
pembawa bakteri seperti lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya.
Memperhatikan kebersihan dan sanitasi peralatansepeti pisau, talenan dan alat lain yang dipergunakan. Wadah yang siap pakai tidak
boleh dipegang di bagian yang kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut, wadah yang digunakan harus terbuat dari bahan yang food grade. Selain itu, wadah penyimpanan makanan yang
digunakan harus memiliki tutup sehingga terhidar dari kontaminasi seperti debu dan vektor.Kemudian tidak menjamah makanan
Berdasarkan penelitian Sari (2009), sebanyak 62,5% tempat untuk mengolah es krim tidak bebas dari lalat dan tikus. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Agustina et al (2010) didapatkan hasil bahwa sebanyak 65,2% sanitasi alat dalam keadaan tidak baik. Sanitasi
alat yang kurang baik dapat mempengaruhi terjadinya kontaminasi pada makanan/minuman yang disajikan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012) pada makanan jajanan,
diketahui bahwa 73,7% sanitasi alat dalam pengolahan makanan kurang baik. Dan memiliki hubungan signifikan dengan keberadaan
bakteri jenis Coliform p=0,045. Pada penelitian yang dilakukan oleh mustafa (2010) diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi peralatan dengan keberadaan bakteri Coliform pada susu
segar dengan nilai p= 0,004.
4. Penyimpanan Makanan Jadi Atau Masak
Makanan yang disimpan harus dalam keadaan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir, berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain.Suhu dalam
[image:39.595.121.507.685.743.2]penyimpanan makanan matang/jadi harus menjadi perhatian agar makanan tidak rusak (PERMENKES 1096, 2011).
Tabel 2.2
No Jenis bahan Makanan
Suhu penyimpanan Disajikan
dalam waktu lama
Akan segera disajikan
Suhu Penyimpanan Makanan Jadi/Masak Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No.1098 Tahun 2011
Selain memperhatikan suhu, makanan dan minuman yang disajikan harusdengan wadah yang bersih dan aman bagi kesehatan dan atau tutup
makanan dan minuman harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan. Higine sanitasi dalam pewadahan mencakup beberapa hal diantaranya (Keputusan Menteri Kesehatan No.942, 2003) :
1. Semua masakan mempunyai wadah masing-masing yang terpisah. 2. Setiap wadah mempunyai tutup, tetapi berventilasi yang dapat
mengeluarkan uap air.
3. Makanan berkuah dipisahkan antara lauk dengan kuahnya/sausnya.
4. Wadah harus selalu dalam keadaan bersih.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2010),
diketahui bahwa sebanyak 75,8% penyimpanan makanan pada warung makan yang berada di palembang tidak memenuhi syarat. Tetapi tidak
ditemukannya hubungan yang signifikan antara penyimpanan makanan dengan kontaminasi bakteri Coliform dengan nilai p=0,053. Sebaliknya, pada penelitian yang dilakukan oleh Yunaenah (2009)pada makanan
jajanan di kantin sekolah dasar didapatkan hasil terdapat hubungan yang
1 Makanan kering 250C-300C - -
2 Makanan basah - ≥600C -100C
3 Makanan cepat basi
- ≥65,50C -50c s/d -10C
4 Makanan
disajikan dingin
signifikan antara penyimpanan makanan dengan kontaminasi bakteri jenis Coliformdengan p=0,001.
5. Pengangkutan Makanan
Pengangkutan makanan jadi atau siap santap harus memenuhi
persyarakatan sebagai berikut :
a. Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3).
b. Menggunakan kendaraan khusus pengangkut makanan jadi/masak dan harus selalu higienis.
c. Setiap jenis makanan jadi mempunyai wadah masing-masing dan bertutup.
d. Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai dengan
jumlah makanan yang akan ditempatkan.
e. Isi tidak boleh penuh untuk menghindari terjadi uap makanan yang
mencair (kondensasi).
f. Pengangkutan untuk waktu lama, suhu harus diperhatikan dan diatur agar makanan tetap panas pada suhu 600c atau tetap dingin pada suhu 400c.
Pengangkutan makanan yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip
hubungan yang signifikan antara pengangkutan makanan dengan kontaminasi bakteri jenis Coliform p=0,01.
6. Penyajian Makanan
Penyajian makanan yang baik harus memenuhi prinsip- prinsip penyajian makanan, diantaranya:
a. Setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah, tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat
memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
b. Semua peralatan harus dalam keadaan bersih, yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat atau rusak.
c. Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama
tangan dan bibir.
d. Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat dimakan, bahan yang tidak dapat dimakan harus
disingkirkan.
Berdasaran penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009), ditemukan
bahwa pada tahap penyajian es krim di Kota Medan, sebanyak 87,5% tangan penjamah kontak langsung dengan es krim. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi et al.(2013), didapatkan hasil
sekolah dasar di wilayah Kecamatan Kampar tidak memenuhi standar penyajian makanan. Penelitian tersebut, diketahui bahwa ada hubungan
yang signifikan antara penyajian makanan dengan kontaminasi bakteri jenis Coliform dengan nilai p=0,002.
M. Sarana Penaja
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 942 tahun 2011 tentang
pedoman persyaratan higiene sanitasi makanan jajanan, diketahui bahwa saran penjajaadalah fasilitas yang digunakan untuk penanganan makanan jajanan
baik menetap maupun berpindah-pindah.Makanan jajanan yang dijajakan dengan sarana penjaja konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi makanan dari pencemaran.Konstruksi sarana penjaja harus
memenuhi persyaratan yaitu antara lain : 1. Mudah dibersihkan
2. Tersedia tempat untuk : a. air bersih;
b. penyimpanan bahan makanan;
c. penyimpanan makanan jadi/siap disajikan; d. penyimpanan peralatan;
N. Definisi Makanan Jajanan
Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh
pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel (Keputusan Menteri Kesehatan No.942, 2003). Salah satu jajanan yang rawan terjadi kontaminasi adalah minuman jajanan, hal tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012) diketahui
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan No.942 Tahun 2003
Personal higiene, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan
sarana penjaja merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kontaminasi bakteri Coliform pada makanan dan minuman yang disajikan. Personal higiene/
kebersihan penjamah memainkan peran pentingdalam kontaminasi mikroorganisme pada makanan yang disajikan. Personal higiene penjamah terus melekat pada saat proses pengolahan makanan. Maka dari itu, diperlukan personal
higiene yang baik agar makanan yang akan dikonsumsi terbebas dari cemaran mikroorganisme.
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Personal Higiene Penjamah
Higiene Sanitasi Peralatan
Higiene Sanitasi Bahan Baku
Sarana Penjaja
Kadar Bakteri Coliform pada
higiene sanitasi tidak dilakukan sesuai standar yang berlaku. Seperti halnya, peralatan yang digunakan tidak dalam keadaan bersih sehingga memungkinkan
terjadinya kotaminasi bakteri Coliform ke dalam makanan/minuman yang disajikan. Selain itu, jika tidak didukung dengan sarana penjaja yang memadai, seperti hanya ketersediaan air bersih, dapat berakibat pada terkontaminasinya
35
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Higiene sanitasi merupakan kunci keberhasilan dalam pengolahan es buah yang terbebas dari kontaminasi bakteri Coliform. Berikut ini merupakan variabel
yang diteliti dalam penelitian inimeliputi ; 1. Personal Higiene Penjamah
Personal higiene merupakan aspek penting dalam hal pengolahan es
buah.Karena penjamah yang tidak memenuhi stamdar higiene dapat berpotensi mencemari makanan/minuman yang disajikannya.
2. Higiene Sanitasi Peralatan
Variabel ini diteliti karena higiene sanitasi peralatan yang tidak sesuai
dengan standar dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri Coliform pada es buah yang disajikan.
3. Higiene Sanitasi Bahan Baku Es Buah
Variabel ini diteliti karena terkait dengan kualitas es buah segar yang dihasilkan. Jika bahan baku yang digunakan sudah rusak/busuk, maka es buah yang dihasilkan tidak memenuhi standar dan berpotensi sebagai media
penularan penyakit. 4. Sarana Penjajah
Savariabel yang akan diteliti yaitu variabel independen yang meliputi personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan
sarana penjaja. Serta variabel dependen yaitu jumlah pencemaran bakteri coliform pada es buah adalah sebagai berikut :
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Personal Higiene Penjamah
Higiene Sanitasi Peralatan
Higiene Sanitasi Bahan Baku
Sarana Penjaja
B. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Kadarbakteri
coliform
Diketahuimya kadar bakteri coliformberupa pada spesimen es buah
Pemerikasaan laboratoriumde ngan tuang cawan
ALT (Angka Lempeng Total)
Jumlah bakteri Coliform koloni/gram.
1= Memenuhi syarat jika bakteri berjumlah
<1x104koloni/gram 2=Tidak memenuhi syarat jika bakteri berjumlah > 1x104 koloni/gram
(Berdasarkan BPOM No HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009 tentang Batas Cemaran Maksimum Mikroba pada Pangan Olahan Lainnya)
Penjamah selama pelayanan penanganan es buah, berdasarkan Permenkes No 942 tahun 2003
≥ 65% dari total
variabel personal higiene 2= tidak memenuhi syarat jika < 65% dari total skor variabel personal higiene
(Berdasarkan PERMENKES No. 942tahun 2003) 3 Higiene
Sanitasi Peralatan
Barang yang digunakan untuk pelayanan
penanganan es buah memenuhi persyaratan higiene sanitasi
berdasarkan Permenkes No 942 tahun 2003.
Observasi Lembar Observasi
1= memenuhi syarat jika ≥ 65% dari total skor variabel personal higiene 2= tidak memenuhi syarat jika < 65% dari total skor variabel personal higiene
(Berdasarkan
PERMENKES No. 942 tahun 2003)
Ordinal
4 Higiene Sanitasi Bahan Baku Es Buah
Bahan baku dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk dan rasa.
Observasi Lembar observasi
1= memenuhi syarat jika ≥ 65% dari total skor variabel higiene sanitasi bahan baku
total skor variabel higiene sanitasi bahan baku
(Berdasarkan
PERMENKES No. 942 tahun 2003)
5 Sarana Penjaja
Fasilitas untuk penanganan makanan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh Permenkes No.942 tahun 2003
Observasi Lembar observasi
1= memenuhi syarat jika ≥ 65% dari total skor variabel sarana penjaja
2= tidak memenuhi syarat jika < 65% dari total skor sarana penjaja
(Berdasarkan
PERMENKES No. 942 tahun 2003)
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptifdengan desain cross sectional study, dimana variabel independen (fasilitas sanitasi dan prinsip higine sanitasi) dan variabel dependen (keberadan
bakteriColiform)diamati secara bersamaan.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian inidilakukan pada bulan Maret-Juni 2015. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan. Sedangkan untuk tempat pengujian bakteriologi (untuk melihat kandungan bakteri Coliform)
pada penelitian ini dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta.
C. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Dalam peneltian ini, populasi merupakan seluruh penjamah es buah yang juga merupakan pedagang es buah kaki lima yang berada di wilayah
Kelurahan Pisangan Tangerang Selatan. Dari hasil observasi lapangan yang dilakukan pada bulan Januari-Februari 2015, diketahui jumlah penjamah es
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini yaitu
penjamah es buah yang berjualan di Kelurahan Pisangan. Teknik pengambilansampel dilakukan secara nonprobability sampling, hal tersebut
dikarenakan jumlah populasi yang ada relatif kecil.
3. Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus
(Lemeshow et al., 1990):
Dimana :
N = Besar sampel minimal yang dibutuhkan
= 1,96 pada tingkat kepercayaan95%
= Derajat presisi yang diinginkan = 5%
= Besar populasi pedagang yaitu sebanyak 29 =Perkiraan proporsi = 50%
Sehingga didapatkan perhitungan sebagai berikut :
= 27 Pedagang
sehingga seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh, yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Hal tersebut
disebabakan karena jumlah populasi relatif kecil dan peneliti ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang kecil, maka dari itu
digunakan sampling jenuh.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi terkait personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja. Wawancara dilakukan peneliti untuk mengetahui alasan
pedagang tidak menerapkan hal-hal terkait higiene sanitasi pada saat pengolahan es buah.Observasidilakukan pada siang hari. Waktu pengisian lembarobservasidilakukan pukul 12.00-15.00 WIB, Pemilihan waktu
dikarenakan pada waktu tersebut jumlah pembeli tergolong ramai.Sedangkan untuk wawancara dilakukan ketika pedagang dalam kondisi tidak melayani
pembeli.Selanjutnya specimen (es buah) diambil dan segera dibawa ke laboratorim mikrobiologi untuk dilakukan pengujian bakteriologis.
1. Sumber Data
lembar observasi.
2. Alur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama yaitu observasiterkait personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja. Tahap kedua yaitu
pengambilan spesimenes buah untuk diperiksa jumlahbakteri Coliform di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta. Berikut ini merupakan alur
pengumpulan data:
a. Peneliti melakukan observasi terhadap penjamah es buah segar
yang berjualan di kelurahan pisangan.
b. Selanjutnya, pengisian lembar observasi oleh peneliti terkait dengan terkait personal higiene penjamah, higiene sanitasi
peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja.
c. Selanjutnya, pengambilan spesimen es buah yang kemudian dibawa ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta untuk
diperiksa kadarbakteri Coliform nya.
d. Kemudian dilakukan wawancara kepada penjamah terkait alasan
tidak diterapkannya variabel higiene sanitasi.
3. Instrumen Penelitian
diobservasi sedangkan dikatakan tidak memenuhi persyaratan jika < 65% dari total score tiap variabel yang diobservasi.Batas penetapan 65%
didapatkan berdasarkan batas minimal yang harus dipenuhi oleh penyedia makanan yang melayani kebutuhan masyarakat umum, dengan pengolahan makanan secara sederhana (Permenkes No 1096, 2011).
Berikut merupakan perhitungan tiap variabelnya :
a. Untuk variabel personal higiene penjamah, dikatakan memenuhi
syarat jika 6/8 item jawabannya ya.
b. Untuk variabel higiene sanitasi peralatan, dikatakan memenuhi syarat jika 3/4 item jawabannya ya
c. Untuk variabel higiene sanitasi bahan baku, dikatakan memenuhi syarat jika 3/4 item jawabannya ya
d. Untuk variabel sarana penaja, dikatakan memenuhi syarat jika 4/6 item jawabannya ya
E. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri Coliformpada es buah yang dijual di Kelurahan Pisangan.
1. Alat dan Bahan Pengambilan Spesimen: a. Label
b. Pulpen c. CollerBoks d. Es Batu e. Termometer
2. Teknik Pengambilan Spesimen :
c. Beri label pada kemasan es buah yang akan diperiksa
d. Masukandalam collerbox yang sudah berisi dengan es batu ( hal
tersebut digunakan untuk menjaga suhu spesimen es buah agar tidak rusak selama perjalanan)
e. Jaga agar suhu berkisar antara 100C (coolerbox diberi es batu) f. Sampel dikirim ke laboratorium maksimum 1x24 jam
3. Alat Dan Bahan Uji Bakteri Coliform : a. Peralatan untuk pemeriksaan
b. Bahan(media) untuk pemeriksaan 1. Alcohol 70%
2. Alumuniumfoil
3. Aquadest 4. Kloramfenikol
5. Media Letheen Broth (LB)
6. Media Plate Count Agar (PCA) 7. Media Potato Dextrose Agar (PDA)
8. NaCl 0,9%
1.Autoclave 9. Spirtus
4. Cara Pelaksanaan PemeriksaanBakteri Coliform :
Metode pemeriksaan yang digunakan yaitu ALT (Angka Lempeng Total). ALT digunakan untuk menghitungan pertumbuhan koloni bakteri/ gram dari spesimen es buah.Berikut cara kerja pengujian bakteri dengan cara
ALT (agka lempeng total) :
1. Alat, tempat dan lainnya disemprotkan alkohol karena pengerjaannya
dilakukan secara aseptis. 2. Dinyalakan lampu bunsen.
3. Disiapkan 6 buah cawan petri dan masing-masing diberi label 10-2 sampai 10-6.
4. Diambil PCA + TCC 0,5% dengan menggunakan spoit 20 mL dan
dimasukkan pada setiap cawan petri yang masih kosong secara aseptis, masing-masing 20 mL (dilakukan secara duplo).
5. Dihomogenkan dan didinginkan hingga memadat.
6. Pada tabung reaksi 10-2 dihomogenkan lalu dipijarkan dan dipipet 0,5 mL dengan menggunakan mikropipet kemudian cawan petri dipijarkan
dengan lampu Bunsen kemudian pengenceran 10-2 tersebut dimasukkan dalam cawan petri dn diberi label 10-2 (duplo).
7. Tip mikropipet diganti dengan tabung reaksi 10-3 dipijarkan dilampu Bunsen dan dipipet 0,5 mL. dengan mikropipet dan dimasukkan dalam cawan petri yang sudah dipijarkan pada lampu bunsen dan diberi label
inkubator dengan suhu 20-250C (suhu kamar) selama 5 hari dengan posisi cawan tidak terbalik.
9. Diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh
F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Editing :Melakukan pemeriksaan kelengkapan data.
b. Coding: Memberikan kode pada setiap lembar observasi sehingga mempermudah dalam pengecekan ulang dan entry data. Angka yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 dan 2.Angka 1 untuk jawaban
yang sesuai kentuan (ya) dan angka 2 untuk jawaban yang tidak memenuhi ketentuan (tidak). Selain itu, angka 1 juga digunakan untuk
variabel yang memenuhi persyaratan dan angka 2 untuk variabel yang tidak memenuhi persyaratan. Dibawah ini merupakan tabel coding
[image:59.595.131.530.142.726.2]yang nantinya akan digunakan pada lembar observasi:
Tabel 4.1Coding
Objek Pengamatan Coding
A. Personal Higiene
1 Penjamah tidak menderita batuk dan pilek A1 B. Higiene Sanitasi Peralatan
1 Peralatan yang sudah dipakai dicuci dengan air bersih dan dengan sabun
B1 C. Higiene Sanitasi Bahan Baku
1 Bhan baku buah dalam keadaan segar C1
D. Sarana Penjaja
disiapkan, yaitu spss series 16.
d. Cleaning Data:Pengecekan kembali data yang telah dientri. Cara yang dilakukan yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel.
2. Analisis Data
[image:60.595.140.528.183.544.2]Hasil analisisdisajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan.Hasil analisis berupa
gambaranpersonal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana penjaja mengacu pada Peraturan Menteri KesehatanRINo.942 tahun 2003 tentang pedoman persyaratan higiene
sanitasi makanan jajanan. Sedangkan untuk kadar bakteri Coliformmenggunakan uji laboratorium yang standarnyamengacupada
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan pada jajanan es buah segar di Kelurahan Pisangan Ciputat, dilakukan dengan menggunakan data primer. Data primer
berupa data personal higiene penjamah,higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku, sarana penaja dan kadar kontaminasi bakteri Coliform pada
es buah yang dijual di Kelurahan Pisangan. Pengamatan dilakukan terhadap 29 penjamah es buah di Kelurahan Pisangan. Spesimen es buah diambil dari
penjamah tersebut dan langsung dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian kadar bakteri Coliform.Sedangkan untuk faktor personal higiene penjamah, higiene sanitasi peralatan, higiene sanitasi bahan baku dan sarana
penjaja diamati menggunakan lembar observasi.
1. Kontaminasi bakteri Coliform
Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel es buah segar,
dikelompokan berdasarkan kualitas, yaitu tidak memenuhi syarat jika hasil pemeriksaan sampel es buah di laboratorium terdapat bakteri Coliform yang
melewati ambang batas dan dikatakan memenuhi syarat jika tidak melewati ambang batas yang telah ditetapkan. Ketetapan tersebut berdasarkan
Pisangan Tahun 2015
Nama Jumlah (Koloni/gr) Keterangan
Spesimen 1 3 x 103 Memenuhi Syarat
Spesimen 2 1,1 x 107 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 3 1,3 x 107 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 4 1,4 x 107 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 5 1,4 x 105 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 6 4 x 103 Memenuhi Syarat
Spesimen 7 5,7 x 103 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 8 1,5 x 104 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 9 6,8 x 105 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen10 2,5 x 106 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 11 1,1 x 107 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 12 6,1 x 104 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 13 7,5 x 102 Memenuhi Syarat
Spesimen 14 1,3 x 106 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 15 6,7 x 105 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 16 8,5 x 106 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 17 1,6 x 104 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 18 4,6 x 107 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 19 1,0 x 106 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen20 2,4 x 106 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 21 1 x 106 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen22 2,4 x 107 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 23 2,0 x 106 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 24 2,1 x 107 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 25 7,4 x 105 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 26 2,2 x 105 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 27 5,6 x 107 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 28 5,0 x 105 Tidak Memenuhi Syarat
Spesimen 29 1,1 x 106 Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan pemeriksaan di laboratorium yang dilakukan terhadap
[image:62.595.125.538.139.635.2]107koloni/gram. Dengan rata-rata bakteri koloni/gram nya berjumlah 8 x 106 koloni/gram.
2. Personal Higiene Penjamah
[image:63.595.136.529.209.707.2]Berdasarkan hasil uji univariat didapatkangrafik frekuensi personal higiene penjamah, berupa jawaban ya dan tidak sebagai berikut :
Tabel 5.2
Personal Higiene Penjamah Es Buahdi Kelurahan Pisangan
Variabel Kategori Jumlah
(n=29)
Presen tase Tidak menederita batuk dan pilek Ya
Tidak
26 3
89,6% 10,3%
Menutup luka Ya
Tidak
29 0
100% - Menjaga kebersihan tangan,
rambut, kuku dan pakaian Ya Tidak
29 0
100% - Memakai celemek dan penutup
kepala Ya
Tidak
21 8
72,4% 27,5% Mencuci tangan setiap kali hendak
menangani makanan Ya Tidak 1 28 3,4% 96,5%
Memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan
Ya Tidak 15 14 51,7% 48,2%
Tidak sambil merokok dan menggaruk anggota badan
Ya Tidak 28 1 96,5% 3,4%
Tidak batu