• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batang Kuis Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batang Kuis Deli Serdang"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN

TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN

BATANG KUIS DELI SERDANG

TESIS

Oleh

MUTYA DARA MASAYU

127024006/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

2014

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN

BATANG KUIS DELI SERDANG

ABSTRAK

Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab, semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di Indonesia. Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada satu keluarga. Semakin tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota. Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Jika sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka rezeki juga akan bertambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial untuk variable pendidikan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,009 < Nilai Alpha penelitian sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendidikan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien pendidikan yaitu sebesar 0,259 menunjukkan bahwa peningkatan Pendidikan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,259 satuan. Untuk variable Pendapatan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,027 < nilai Alpha penelitian ini sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendapatan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien Pendapatan yaitu 0,367 menunjukkan bahwa peningkatan Pendapatan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,367 satuan. Dari hasil uji secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Pendapatan lebih berpengaruh nyata terhadap Fertilitas daripada variabel Pendidikan. Uji secara serempak diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai alpha penelitian ini sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ada pengaruh nyata Pendidikan dan Pendapatan terhadap Fertilitas. Dari uji determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,125 atau 125%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pendidikan dan Pendapatan dalam penelitian ini mampu menerangkan Fertilitas sebesar 12,5% sedangkan sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

(3)

EFFECT OF EDUCATION AND INCOME OF FERTILITY IN KECAMATAN BATANG KUIS DELI SERDANG

ABSTRACT

Education was important in determining birth rates. Therefore, more and more new family members in a family, it will also affect the level of education later when it has entered a period of education. Therefore, it becomes important to look at the variables of education to be one of the variables that affect the birth rate in Indonesia. Another fundamental factor that may affect birth rates that occurred in Indonesia amount to the income level of the family. The higher the amount of income for the family, the greater the desire of the head to want to increase the number of family members. But interestingly, that the belief in the majority of the population in Indonesia, which states that a lot of kids a lot of sustenance. If it is so then the number of people is something that is very difficult to control, because of its size the higher the birth rate also increases sustenance. The results of this study indicate that partial to the education variables obtained sig count of 0.009 <Alpha value of 0.05 this study means that there is a real effect of education on fertility. Education coefficient is equal to 0.259 indicates that an increase of 1 unit of Education will be followed on Fertility improvement of 0,259 units. For variable earned income sig count of 0,027 <Alpha value of 0.05 this study this means that there is a real effect of income on fertility. Income coefficient is 0.367 indicates that an increase in income by 1 unit will be followed on increasing fertility of 0,367 units. From the partial test results can be seen that the variable income is more significant effect on fertility than education variables. Obtained simultaneously test sig count of 0.002 is smaller than the value of the study alpha of 0.05, indicating that there is simultaneously a real influence on Fertility Education and Income. Values obtained from the test of determination R2 of 0.125 or 125%. This suggests that education and income variables in this study were able to explain the fertility of 12.5% while the remaining 87.5% is explained by other factors that are not included in this research model.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik

dan tepat waktu.

Dengan tesis yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pendapatan

Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batang Kuis Deli Serdang”.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis menerima saran yang bersifat membangun dari semua pihak

guna menyempurnakan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis pada saat perkuliahan

dan penulisan tesis ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), SpA (K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Ketua Program Studi Magister

Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen

Pembimbing II

4. Bapak Dr. R. Hamdani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Magister Studi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku Dosen Pembimbing II

6. Bapak Warjio,.MA,.Ph.D selaku Dosen Pembanding

7. Bapak Hatta Ridho, S.sos, MSP selaku Dosen Pembanding

8. Bapak dan Ibu seluruh Dosen dan Staff pengajar Program Studi Magister

(5)

9. Kedua orang tua tercinta, Papa Drs. H. Irwan Mastoti dan Mama Hj.Zulfiana

S.Sos yang telah memberikan kasih sayang dan telah memberikan kasih

sayang dan doa yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini. Untuk abang tercinta dan adik tercinta, Oky Gaffa

Maulana S.sos dan Septy Wanna Masayu dan juga sahabat tersayang Arie

Ritonga yang telah memberikan semangat dan doa untuk penulis.

10.Sahabat dan teman-teman Magister Studi Pembangunan Fisip USU

Akhirnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bentuk kebaikan yang telah

diberikan mendapat ganjaran berlipat dari Allah Swt.Aamiin.

Medan, Juli 2014

Penulis

(6)

RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Mutya Dara Masayu Tempat Tanggal Lahir : Stabat, 23 September 1990 Agama : Islam

Nama Ayah : Drs. H. Irwan Mastoti Nama Ibu : Hj. Zulfiana, S.Sos

Alamat : Jl.Kelapa Sawit, No.16, Perdamaian, Stabat.

PENDIDIKAN

- 1995 – 1996 : TK Aisyiyah Bustanul Atfhal

- 1996 – 2002 : SDN 054904 Bambuan Stabat

- 2002 – 2005 : SMP N 1 Stabat

- 2005 – 2008 : SMA N 1 Stabat

- 2008 – 2012 : Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara

Pengalaman Pekerjaan : 2012, Magang di Bank Indonesia Medan.

Demikian daftar riwayat hidup ini saya perbuat untuk dapat diketahui.

Medan, Juli 2014

(7)

DAFTAR ISI

2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan ... 11

2.1.3. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan ... 12

2.1.4. Pengertian Pendapatan ... 14

2.1.5. Sumber – Sumber Pendapatan ... 16

2.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Pendapatan……… . 17

2.1.7. Pengertian Fertilitas ... 18

2.1.8. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas ... 20

(8)

3.6. Pengujian Kualitas Data ... 33

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Batangkuis ... 38

4.1.2. Tugas dan Wewenang ... 41

4.1.10. Pengujian Hipotesis ... 68

4.2. Pembahasan ... 71

4.2.1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Fertilitas ... 71

4.2.2. Pengaruh Pendapatan Terhadap Fertilitas ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 75

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Sumber Pendapatan Rumah Tangga ... 16

2.2. Penelitian Terdahulu ... 26

3.1. Jadwal Penelitian ... 29

3.2. Definisi Operasional Variabel ... 31

4.1. Jumlah Penduduk Kelompok Umur ... 39

4.2. Sumber Mata Pencarian Penduduk ... 40

4.3. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 45

4.4. Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan ... 46

4.5. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Peserta Didik ... 47

4.6. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Alat Pendidikan ... 48

4.7. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Tujuan Pendidikan ... 49

4.8. Responden Tentang Guru ... 50

4.9. Responden Tentang Lingkungan Pendidikan ... 51

4.10. Responden Tentang Jenis Pekerjaan atau Jabatan ... 52

4.11. Responden Tentang Pendidikan ... 53

4.12. Responden Tentang Masa Kerja ... 54

4.13. Responden Tentang Jumlah Anggaran Keluarga ... 55

4.14. Responden Tentang Kepercayaan dan Agama ... 56

4.15. Responden Tentang Tingkat Pendidikan ... 57

(10)

4.17. Responden Tentang Adat Istiadat dan Masyarakat ... 58

4.18. Responden Tentang Kematian dan kesehatan ... 59

4.19. Responden Tentang Struktur Penduduk ... 60

4.20. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Pendidikan ... 62

4.21. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Pendapatan ... 62

4.22. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Fertilitas ... 63

4.23. Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 63

4.24. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 64

4.25. Coeficients ... 65

4.26. Coefficients ... 67

4.27. Anovab ... 70

4.28. Model Summaryb ... 70

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 79

2. Tabulasi Jawaban Responden ... 83

3. Tabel r ... 92

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 93

5. Hasil Regresi ... 94

(13)

2014

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN

BATANG KUIS DELI SERDANG

ABSTRAK

Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab, semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di Indonesia. Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada satu keluarga. Semakin tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota. Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Jika sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka rezeki juga akan bertambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial untuk variable pendidikan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,009 < Nilai Alpha penelitian sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendidikan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien pendidikan yaitu sebesar 0,259 menunjukkan bahwa peningkatan Pendidikan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,259 satuan. Untuk variable Pendapatan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,027 < nilai Alpha penelitian ini sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendapatan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien Pendapatan yaitu 0,367 menunjukkan bahwa peningkatan Pendapatan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,367 satuan. Dari hasil uji secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Pendapatan lebih berpengaruh nyata terhadap Fertilitas daripada variabel Pendidikan. Uji secara serempak diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai alpha penelitian ini sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ada pengaruh nyata Pendidikan dan Pendapatan terhadap Fertilitas. Dari uji determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,125 atau 125%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pendidikan dan Pendapatan dalam penelitian ini mampu menerangkan Fertilitas sebesar 12,5% sedangkan sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

(14)

EFFECT OF EDUCATION AND INCOME OF FERTILITY IN KECAMATAN BATANG KUIS DELI SERDANG

ABSTRACT

Education was important in determining birth rates. Therefore, more and more new family members in a family, it will also affect the level of education later when it has entered a period of education. Therefore, it becomes important to look at the variables of education to be one of the variables that affect the birth rate in Indonesia. Another fundamental factor that may affect birth rates that occurred in Indonesia amount to the income level of the family. The higher the amount of income for the family, the greater the desire of the head to want to increase the number of family members. But interestingly, that the belief in the majority of the population in Indonesia, which states that a lot of kids a lot of sustenance. If it is so then the number of people is something that is very difficult to control, because of its size the higher the birth rate also increases sustenance. The results of this study indicate that partial to the education variables obtained sig count of 0.009 <Alpha value of 0.05 this study means that there is a real effect of education on fertility. Education coefficient is equal to 0.259 indicates that an increase of 1 unit of Education will be followed on Fertility improvement of 0,259 units. For variable earned income sig count of 0,027 <Alpha value of 0.05 this study this means that there is a real effect of income on fertility. Income coefficient is 0.367 indicates that an increase in income by 1 unit will be followed on increasing fertility of 0,367 units. From the partial test results can be seen that the variable income is more significant effect on fertility than education variables. Obtained simultaneously test sig count of 0.002 is smaller than the value of the study alpha of 0.05, indicating that there is simultaneously a real influence on Fertility Education and Income. Values obtained from the test of determination R2 of 0.125 or 125%. This suggests that education and income variables in this study were able to explain the fertility of 12.5% while the remaining 87.5% is explained by other factors that are not included in this research model.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan, pertumbuhan jumlah

penduduk dunia ternyata lebih tinggi daripada perkiraan. Revisi prediksi

pertumbuhan tersebut memunculkan pertanyaan soal daya dukung alam dan

sejumlah masalah lain. Dalam laporan bertajuk ”Prospek Populasi Dunia: Revisi

2012”, disebutkan, penduduk dunia akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

2025 dari jumlah 7,2 miliar jiwa saat ni. Jumlah itu akan terus berkembang

menjadi 9,6 miliar pada tahun 2050. Prediksi sebelumnya, penduduk dunia

diperkirakan ”hanya” mencapai 9,3 miliar jiwa pada 2050. Menurut laporan

terbaru ini, pertumbuhan penduduk paling tinggi akan terjadi di negara-negara

berkembang (C.S.Silver dalam Razak, 2012).

Fertilitas yang merupakan tingkat kelahiran dari setiap penduduk secara

otomatis akan menambahkan jumlah penduduk di daerah tersebut. Sangat banyak

faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di suatu daerah. Beberapa faktor yang

dapat disebutkan sangat dapat mempengaruhi tingkat fertilitas adalah tingkat

keselamatan ibu dan anak pada setiap persalinan, tingkat pendapatan penduduk,

tingkat pendidikan penduduk dan lain sebagainya. Hatmadji (2004:57)

menyebutkan besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung

pada beberapa faktor misalnya, struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada

waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita,

(16)

Jika tingkat fertilitas pada suatu daerah baik, maka jumlah penduduk juga

meningkat, hal ini akan menjadi permasalahan tersendiri bagi daerah tersebut.

Permasalahan ini sehubungan dengan tingkat kebutuhan akan wilayah perumahan,

makanan, dan ketersediaan lapangan pekerjaan nantinya. Oleh sebab itu,

pemerintah akan berupaya untuk terus dapat menekan tingkat fertilitas di

daerahnya masing – masing.

Seperti yang telah disebutkan bahwa Kecamatan Batangkuis sebagai

salah satu kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang banyak adalah salah

satu kecamatan yang tingkat fertilitasnya yang tinggi. Fertilitas tinggi ini

disebabkan oleh kemampuan bagian kesehatan untuk memberikan keselamatan

bagi penduduk ketika waktu melakukan persalinan. Selain itu, penyebab lain dari

tingginya tingkat fertilitas adalah tingkat pendidikan (Hatmadji, 2004:57).

Pendidikan jika dibagi berdasarkan kelompok besar, akan terbagi

menjadi pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal dapat

berupa pendidikan dilingkungan sekolah resmi yang diselenggarakan oleh

pemerintah ataupun swasta. Pendidikan formal ini mulai dari Sekolah Dasar (SD)

sampai dengan Pendidikan Tinggi (PT). Sedangkan pendidikan informal

merupakan pendidikan yang diperoleh diluar dari jalur pendidikan di bangku

sekolah. Contoh dari pendidikan informal ini dapat berupa kursus – kursus dan

pelatihan, termasuk pendidikan paket A, paket B, ataupun pendidikan paket C.

Tingkat pendidikan seseorang baik dari sisi formal ataupun tingkat

informal tergantung dari seseorang memandang pendidikan itu. Semakin tinggi

(17)

dikeluarganya akan jumlah anak yang diinginkannya. Semakin tinggi tingkat

pendidikannya, maka akan semakin direncanakanlah berapa pertambahan jumlah

anggota keluarga baru. Dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan

seseorang maka akan semakin rendah kualitas perencanaan akan pertambahan

jumlah anggota keluarga baru. Namun demikian tidak menutup kemungkinan

jumlah itu dipengaruhi oleh tingkat kesehatan dari penduduk itu sendiri (Bouge

dalam Rahmawati, 2008).

Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab

semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan

berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki

masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel

pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di

Indonesia.

Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran

yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada suatu keluarga. Semakin

tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari

kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota.

Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar

penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Jika

sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang

sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka

rezeki juga akan bertambah. Leibenstein (1985) sebagai peletak dasar dari teori

(18)

dilihat dari dua aspek, yang pertama kegunaan dan yang kedua biaya. Ketika

orang tua menilai bahwa anak dilihat dari sisi kegunaan maka, jumlah kelahiran

akan meningkat, karena semakin banyak anak, maka tingkat balas jasa akan

meningkat dan pendapatan juga meningkat. Namun ketika orang tua

menginginkan anak yang berkualitas, tentunya biaya akan bertambah, maka

tingkat kelahiran akan dikontrol oleh orang tua mengingat akan biaya yang

dikeluarkan kelak (Leibenstein,1985).

Badan Pusat Statistik (BPS) pada laporan bulanannya menunjukkan

bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada September 2013 adalah sebesar 237,6

juta orang. Jumlah ini terdiri atas 119,6 juta orang laki-laki dan 118 juta orang

perempua

tentunya Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu kabupaten di Indonesia

memberikan kontribusi. Tahun 2010 jumlah penduduk Deli Serdang sebesar

1.790.431 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 717 jiwa per km2. Jumlah

rumah tangga sebanyak 420.305 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata

dihuni oleh 4-5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000–

2010 sebesar 2,62 persen. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2010 lebih

banyak dari penduduk perempuannya dengan dengan rasio jenis kelamin sebesar

101,51 yang artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk

laki-laki

Kecamatan Batangkuis sebagai salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Deli Serdang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak

(19)

adalah 27.719

sebesar itu maka Kecamatan Batangkuis menjadi salah satu kecamatan

penyumbang jumlah penduduk yang besar bagi Kabupaten Deli Serdang.

Data pada tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk menurut golongan

Dewasa, anak – anak serta jenis kelamin di Kecamatan Batangkuis adalah sebagai

berikut.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga

Sumber: Batangkuis dalam angka, 2011

Tabel I.1 menunjukkan bahwa setiap rumah tangga memiliki 4 orang

jumlah anggota keluarga, hanya pada daerah bakaran batu saja yang menunjukkan

bahwa jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga adalah 5 orang. Secara

umum ini menggambarkan bahwa tingkat fertilitas pada kecamatan Batangkuis

telah mampu dikendalikan oleh pemerintah, namun yang menjadi catatan adalah

kecamatan Batangkuis adalah salah satu kecamatan yang menyumbang jumlah

penduduk terbanyak di Kabupaten Deli Serdang.

Namun diketahui bahwa rata – rata pendidikan warga di Kecamatan

(20)

pendidikan menengah yaitu setingkat pendidikan menengah pertama, dan banyak

anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi karena alasan

ingin meningkatkan penghasilan pendapatan keluarga.

Hal yang menarik pada penelitian ini adalah walaupun tingkat pendidikan

warga Kecamatan Batangkuis secara rata – rata masih rendah, serta tingkat

pendapatan yang juga masih rendah, namun kesadaran akan jumlah keluarga yang

berkualitas sudah dipegang teguh oleh keluarga.

Berdasarkan pada penjelasan – penjelasan tersebut, maka sangat perlu

untuk melihat faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran di

Kabupaten Deli Serdang khususnya di kecamatan Batangkuis. Oleh sebab itu,

maka penulis melakukan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Tingkat

Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batangkuis

Deli Serdang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka penulis merumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah tingkat pendidikan penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang

2. Apakah tingkat pendapatan penduduk berpengaruh secara siginifikan

terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang

3. Apakah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan secara bersama – sama

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka penulis menetapkan yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan penduduk berpengaruh secara

signifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang

2. Untuk mengetahui apakah tingkat pendapatan penduduk berpengaruh secara

siginifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang

3. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan secara

bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelahiran di

kecamatan Batangkuis Deli Serdang.

1.4. Manafaat Penelitian

Diharapkan hasil yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan

kemampuan berfikir dan kemampuan menulis karya ilmiah.

2. Hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh pihak – pihak yang memiliki

kepentingan dalam mengendalikan tingkat kelahiran di Indonesia menjadi

salah satu referensinya

3. Menambah khasanah keilmuan yang ada, khususnya tentang tingkat

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Dalam upaya agar manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya,

maka diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut dapat terlaksana, dan

pendidikan adalah salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat

penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan

ini Sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan

keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu

bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara

tersebut, sebab pembangunan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan

keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikutsertaan

upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap fase dan proses

pembangunan.

Pengertian pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa

mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi

tujuan kehidupan secara efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari sekadar

pengajaran, karena dalam kenyataan pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara

individu-individu. Dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa atau negara dapat

(23)

sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan (Azra,

1999:3).

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik

terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama.

Para ahli pendidikan telah banyak yang mengartikan pengertian

pendidikan. Pengertian-pengertian yang diberikan beragam sekali, sehingga

terjadi perbedaan – perbedaan tergantung tokoh itu memandangnya. Walaupun

ada perbedaan pandangan tentang pengertian pendidikan, secara umum terdapat

kesamaan didalam merumuskan pengertian pendidikan tersebut.

Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang

pendidikan. Idris (1995:11) mengatakan bahwa pendidikan ialah serangkaian

kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan sianak didik

secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan

bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.

Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian

pendidikan sebagai berikut .Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari

kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan

baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala

pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup”.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan ialah usaha

manusia secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik

(24)

Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan

yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang

diinginkan. Disisi lain pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, ia

merupakan kebutuhan mutlak harus dipenuhi untuk mempertahankan eksistensi

ummat manusia atau juga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tuntunan atau

bimbingan itu harus dapat merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak

didik yang bersifat menumbuhkan serta mengembangkan baik jasmani maupun

rohani.

Setelah penulis uraikan beberapa pengertian pendidikan secara umum

maka tentunya ada pengertian secara khusus. Pengertian secara khusus ini adalah

pengertian pendidikan menurut Islam. Jika pengertian pendidikan dikaitkan

dengan agama Islam akan menimbulkan makna lain dan mempunyai arti

tersendiri, disamping ada perbedaan-perbedaan atau sifat yang menjadi ciri-ciri

dalam pendidikan Islam, yaitu pendidikan yang diwarnai oleh nilai-nilai Islam.

Pendidikan umum diharapkan terbentuknya kepribadian anak didik sesuai dengan

ajaran Islam, sehingga ia menjadi orang dewasa yang berbudi pekerti luhur

menurut ukuran Islam. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan Islam yang

dikemukakan oleh Marimba dalam Uhbiyati (1997:9) menyatakan bahwa

pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum

agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam.

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli

(25)

anak, sebagian lagi menurut pendidikan teori dan praktek, sebagian lain

menghendaki terwujudnya kepribadian Muslim. Namun dari perbedaan pendapat

tersebut dapat diambil kesimpulan adanya titik persamaan yang secara ringkas

dapat dikemukakan sebagai berikut: Pendidikan Islam adalah bimbingan yang

dilakukan oleh orang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia

memiliki kepribadian muslim.Konsep ini menjelaskan, bahwa pendidikan

memiliki fungsi dan tujuan tertentu, dengan pendidikan akan tercapai kehidupan

yang harmonis yang seimbang antara kehidupan fisik material, kebutuhan mental

spiritual, mampu berdiri sendiri tanpa ketergantungan terhadap orang lain dan

berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut serta

cita-cita yang telah ditetapkan.

2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan

Kelancaran proses pendidikan dan keberhasilan pendidikan tidak dapat

dibebankan secara berat pada salah satu faktor pendidikan. Menurut Idris

(1995:21) faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah anak didik, alat

pendidikan, tujuan pendidikan, pendidik dan lingkungan pendidikan. Kelima

faktor pendidikan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Dari kelima faktor pendidikan di atas, faktor yang paling menentukan

ialah guru atau pendidik, seperti pembinaan yang telah diperolehnya, kemampuan,

atau keterampilannya dalam melakukan tugas sebagai guru, kepribadiannya, atau

falsafah hidup yang dianutnya, tujuan guru dalam melakukan tugas guru, teori

belajar dan mengajar yang dianutnya. Semua itu akan memberi cap pada

(26)

2.1.3. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,

ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang pendidikan terdapat dalam Bab VI pasal

13, 14, 15, dan 16.

1. Jalur Pendidikan

Sesuai dengan pasal 13, ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa. Jalur

Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat

saling melengkapi dan memperkaya.

2. Jenis Pendidikan

Sesuai dengan pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

tahun 2003 bahwa .Jenis pendidika mencakup pendidikan umum, kejuruan,

akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus

Jalur pendidikan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah tingkat

pendidikan formal, di mana sekolah sebagai tempat berlangsungnya

pendidikan formal melaksanakan tugas pendidikan yang disesuaikan dengan

tahapan kemampuan peserta didik sehingga perlu adanya jenjang-jenjang

pendidikan. Menurut Murni Yusuf (1998), jalur pendidikan formal yaitu

pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam

periode tertentu dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

3. Jenjang Pendidikan

Istilah jenjang pendidikan dapat dikatakan sebagai tahapan atau tingkatan

yang akan ditempuh dalam pendidikan sesuai yang tercantum dalam jenjang

(27)

tahapan dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan para perserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan

pelajaran.

Sementara dalam UU SISDIKNAS pasal 14 dinyatakan bahwa jenjang

pendidikan formal yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar

diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan serta membentuk

pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di masyarakat.

Selain itu befungsi pula sebagai landasan untuk jenjang pendidikan menengah,

karena tidak cukup hanya dengan mengenyam pendidikan dasar saja untuk

memperluas wawasan dan pengetahuan. Khusus bagi wanita dalam membina

rumah tangganya dengan segala problemnya nanti. Pendidikan menengah

diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar dan juga

memiliki kemampuan mengenai hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial

budaya dan juga alam sekitarnya. Dalam pendidikan menengah ini kedewasaan

seseorang mulai tumbuh dan berkembang dalam menentukan jalan hidup yang

akan dijalaninya. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta

didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan

profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu

pengetahuan teknologi dan kesenian.

Dengan pendidikan tinggi inilah seseorang, dalam hal ini adalah orang

tua khususnya ibu diharapkan mampu menghadapi segala masalah yang dihadapi

(28)

sebuah keluarga dihpkan dapat mengenyam pendidikan tinggi sebagai bekal

wawasan yang akan menuntunnya dalam kedewasaan berfikir dan bertindak di

dalam rumah tangganya sehingga menjadi keluarga sakinnah mawaddah wa

rahmah atau dalam bahasa kita menjadi keluarga sejahtera.

2.1.4. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat

suatu daerah dalam masa tertentu, diukur dengan nilai uang. Tinggi rendahnya

nilai pendapatan menunjukkan tingginya produktivitasnya, yang dihasilkan oleh

masyarakat tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari kita telah mengetahui tentang

pengertian pendapatan. Pendapatan diartikan sebagai penerimaan baik berupa

uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak sendiri dari pekerjan atau

aktivitas yang kita lakukan dan dengan dinilai sebuah uang atas harga yang

berlaku pada saat ini. Pendapatan seorang dapat dikatakan meningkat apabila

kebutuhan pokok seorangpun akan meningkat. Untuk mencapai kemakmuran dan

kesejahteraan dalam hidupnya seseorang harus berusaha untuk mendapatkan

penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Tinggi rendahnya ekonomi

masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara besarnya pendapatan,

pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.

Menurut Jhingan (2004 : 105) pendapatan ialah penerimaan yang

dihasilkan dengan penjualan barang-barang atau jasa dan jumlahnya diukur

dengan pembebanan yang dillakukan terhadap pembeli atau klien untuk barang

(29)

Sedangkan menurut Nazier dan Fadel (2006 : 130) pendapatan ialah

suatu pertumbuhan asset yang mengakibatkan bertambahnya owner equity, tetapi

bukan karena pertambahan modal dan dari pemiliknya dan bukan pula merupakan

pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya kewajiban atau

lialibilitas.

Dari definisi diatas bahwa pendapatan bukan saja diperoleh akibat

adanya pertambahan modal baru dari pemilik modal tersebut dan bukan pula

akibat dari bertambahnya kewajiban-kewajiban yang ditanggung oleh pemilik

modal tersebut.

Menurut Nazier dan Fadel (2006:135) pendapatan mengandung dua hal

utama yaitu:

1. Pendapatan dari hasil pekerjaan seseorang

Pendapatan dari hasil pekerjaan seseorang adalah melakukan pekerjaan dalam

konsep bekerja mencari nafkah / membantu mencari nafkah yang

menghasilkan barang dan jasa yang bekerja selama waktu tertentu

berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah / gaji

termasuk semua tunjangan dan bonus bagi bekerja atau karyawan dan hasil

usaha berupa sewa, harga atau keuntungan, baik berupa uang atau barang.

2. Pendapatan yang datangnya dari milik sendiri

Pendapatan yang datangnya dari milik sendiri adalah orang yang melakukan

kegiatan yang dihasilkan hanya untuk di konsumsi sendiri. Misalkan

budidaya tanaman bahan makanan pokok yaitu ubi kayu, jagung dan lain

(30)

Menurut Yani (2002 : 152) distribusi pendapatan berdasarkan besarnya

yaitu distribusi pendapatan Rumah tangga yang berbeda tanpa mengacu pada

sumber pendapatan atau kelas sosialnya dan ketidakmerataan distribusi

pendapatan cukup besar di semua negara.

2.1.5. Sumber – Sumber Pendapatan

Sumber pendapatan jika dilihat dari pihak yang memperolehnya akan

berbeda – beda. Sumber pendapatan pemerintah daerah akan berbeda dengan

sumber pendapatan perusahaan komersil, ataupun pendapatan untuk rumah

tangga. Pada bagian ini akan dijelaskan pendapatan rumah tangga.

Menurut Iqbal (2004) pendapatan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

Pendapatan dari berbagai aktivitas pertanian (on Farm), usaha diluar pertanian (off

farm) dan usaha diluar sektor pertanian pertanian. Untuk lebih jelasnya tentang

sumber pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Table 2.1 Sumber Pendapatan Rumah Tangga

No Kelompok Sumber

(31)

2.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Pendapatan

Menurut Yani (2002:159) tinggi rendahnya pendapatan masyarakat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Jenis pekerjaan atau jabatan

2. Pendidikan

3. Masa Kerja

4. Jumlah anggota keluarga

Menurut Yani (2002:162) jenis-Jenis pendapatan dan penerimaan

anggota keluarga dapat dilihat dari:

1. Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang dari hasil gaji,

upah, usaha sendiri dan segala kegiatan yang berhubungan dengan penjualan

barang-barang.

2. Pendapatan berupa barang yaitu segala penghasilan yang diperoleh dalam

bentuk barang terhadap jasa yang diberikan tetapi ada juga bentuk barang

yang diterima bukan berupa balas jasa.

3. Lain- lain yakni penerimaan berupa uang dan barang yakni bersifat transfer

yang biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.

Pendapatan mengacu pada pendapatan bersih dari satu bulan dari tiap

keluarga

Seperti halnya pegawai negeri mendapat gaji juga mendapat tunjangan

fungsional, beras, uang transport, uang makan. Untuk pekerjaan lain perhitungannya

akan mengikuti perhitungan pegawai negeri yaitu hanya mneghitung pendapatan

bersih. Pembagian jenis pekerjaan dari tiap keluarga : pegawai negeri, tentara, bekerja

(32)

tingkat pendapatan keluarga mempunyai peranan penting terhadap proses

perkembangan dan proses pendidikan anak. Dengan perekonomian yang cukup, siswa

mendapat kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya.

2.1.7. Pengertian Fertilitas

Menurut Ida Bagoes (2000:77), Fertilitas sebagai istilah demografi

diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau

sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi

yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk

melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.

Menurut Kusuma (2005:101), mempunyai arti sama dengan fertilitas

hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada

perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada

perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

Menurut Cholil, et,all (2000 : 80), Fertilitas adalah berhubungan dengan

jumlah anak lahir hidup dari seorang wanita atau banyaknya bayi yang dilahirkan

hidup oleh seorang wanita ataupun sekelompok wanita. Dengan perkataan lain,

fertilitas merupakan performan reproduksi aktual dari seorang wanita atau

sekelompok wanita. Perbedaan antara fertilitas (jumlah anak lahir hidup) dan

fekunditas (kemampuan biologis untuk melahirkan anak lahir hidup) sering

membingungkan. Wanita yang mampu melahirkan seorang anak hidup secara

biologis adalah fekund (subur) sedangkan wanita yang tidak mampu melahirkan

anak secara lahir hidup adalah steril. Wanita yang secara biologis subur tidak

(33)

alat-alat kontrasepsi atau abstinensi, baik fekunditas maupun fertilitasi selalau

berkaitan dengan masa resproduksi wanita. Masa reproduksi wanita di mulai sejak

datangnya haid pertama dari seorang wanita (distandarisasi pada usia 15 tahun)

sampai dengan haid yang terakhir (mati haid = menopouse) yang disepakati pada

usia 49 tahun. Semakin dewasa wanita tersebut, dikatakan bahwa usia reproduksi

wanita adalah mulai umur 15 tahun dan berakhir pada usia 49 tahun.

Untuk mengetahui mengapa suatu negara (khususnya negara maju) lebih

rendah tingkat fertilitasnya dari negara-negara berkembang, digunakan variabel

sebagai alat analisis.

Menurut Tampubolon (2001:104), Variabel antara mempengaruhi

langsung fertilitas seorang wanita, semenjak faktor ekonomi, sosial budaya dan

lainnya akan berpengaruh secara tidak langsung, agar seorang wanita dapat

melahirkan, maka ia harus melalui tiga tahap, yaitu

1. Harus mengadakan hubungan seks

2. Harus mengalami kehamilan

3. Harus dapat melahirkan (partus)

Tampubolon (2001:105) menjelaskan bahwa variabel antara terdiri dari

11 variabel yang dikelompokkan, yakni Variabel Seks, variabel konsepsi dan

variabel gestasi.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan seks (variabel

hubungan seks).

a. Dimulai dan diakhirinya hubungan seks (ikatan seksual) dalam usia

(34)

1) Usia memulai hubungan seks.

2) Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah

mengadakan hubungan seks, yaitu wanita yang tidak pernah kawin.

3) Perpisahan pada usia reproduksi seperti perceraian, berpisah

ditinggal suami bekerja, pisah ranjang atau suami meninggal.

b. Kemungkinan hubungan seks selama dalam ikatan seksual

1) Abstinensi dengan sengaja atau sukarela.

2) Abstinensi karena terpaksa (karena impoten, sakit, perpisahan yang

tidak terelakkan tapi bersifat sementara).

3) Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk periode abstinensi)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsepsi (variabel konsepsi)

a. Kesuburan dan kemandulan biologis yang tidak disengaja.

b. Digunakan atau tidaknya kontrasepsi baik yang kimiawi dan mekanis

maupun lainnya (tradisional).

c. Kesuburan dan kemandulan yang disengaja, seperti strilisasi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gestasi dan kelahiran dengan selamat

a. Mortalitas yang tidak disengaja seperti abortus.

b. Mortalitas yang disengaja seperti pengguguran.

2.1.8. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas

Menurut Siswono (2001:79), Faktor-faktor penunjang tingginya angka

(35)

1. Kepercayaan dan agama

Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama

atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti

KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding

bila peserta KB banyak.

2. MTingkat pendidikan

Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang

berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang

merencanakan jumlah anak secara rasional.

3. Kondisi perekonomian

Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah

anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara

berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak

4. Adat istiadat di masyarakat

Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk.

Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada

yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau

sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau

sebaliknya.

5. Kematian dan kesehatan

Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan

yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi

(36)

6. Struktur Penduduk

Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih

tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih

banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).

Menurut Tjokroamijojo (2001:105), Kelahiran bersifat menambah jumlah

penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan

yang mendukung kelahiran (pro natalitas). Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro

natalitas) antara lain:

1. Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga

akan malu.

2. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.

3. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.

4. Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.

5. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila

belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.

Menurut Tjokroamijojo (2001:110), Faktor fertilitas mengakibatkan

pertambahan jumlah penduduk menjadi besar. Faktor-faktor penghambat

kelahiran (Fertilitas), antara lain:

1. Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah

anak.

2. Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun

(37)

3. Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya.

4. Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan

anak diberikan hanya sampai anak ke – 2.

5. Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.

Menurut berbagai studi yang telah dilakukan, penurunan angka fertilitas

total yang terjadi di Indonesia selain disebabkan oleh pelaksanaan program KB,

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini (Rujiman, 2011):

1. Umur Kawin Pertama

Dalam masyarakat Indonesia, hubungan antara laki – laki dan perempuan

dipandang harus melalui lembaga perkawinan yang sah menurut norma

agama dan menurut Undang – Undang Perkawinan Tahun 1974. Selain itu,

karena usia perkawinan juga dipengaruhi oleh adat istiadat dan anggapan

masyarakat tentang umur berapa sebaiknya perempuan meninkah, maka umur

kawin pertama dapat menjadi indicator dimulainya seseorang perempuan

berpeluang untuk hasil dan melahirkan. Dalam kondisi seperti ini, perempuan

yang kawin pada usia muda mempunyai tentang waktu untuk kehamilan dan

melahirkan, lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang kawin pada

umur yang lebih tua dan mempunyai lebih banyak anak dibandingkan dengan

mereka yang menikah pada umur lebih tua

2. Peningkatan Pendidikan Perempuan

Kesempatan perempuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi

(38)

yang menunda perkawinan untuk menyelesaikan pendidikan yang diinginkan.

Selain itu, perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung memilih terjun ke

pasar kerja terlebih dahulu sebelum memasuki perkawinan. Kalaupun mereka

menikah pada usia muda, pengetahuan mereka tentang alat pencegahan

kehamilan cukup tinggi sehingga sebagian dari mereka menunda kelahiran

anak atau menyelesaikan masa repoduksi, baru kemudian masuk ke pasar

kerja.

Hasil studi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan yang berbentuk huruf

U terbalik antara tingkat pendidikan dengan jumlah anak yang dipunyai. Hasil

SDKI tahun 1994 dan 1997 menunjukkan hubungan dengan bentuk huruf U

terbalik. Pada pendidikan yang sangat rendah tingkat fertilitas rendah dan

angka kelahiran meningkat pada tingkat pendidikan tamat SD. Setelah tamat

SD, fertilitas menunjukkan penurunan dengan meningkatnya pendidikan

3. Partisipasi Perempuan Dalam Pasar Kerja.

Peningkatan pendidikan bagi perempuan dan peningkatan peluang bagi

perempuan untuk bekerja menyebabkan peningkatan partisipasi angkatan

kerja perempuan. Semakin terbukanya industry, terutama industry garmen

eletkronik, serta industry jasa menyebabkan banyak perempuan terjun ke

pasar kerja. Hal ini menyebabkan terjadinya penundaan usia kawin pertama.

Hatmadji dan Suradji (1979) menjelaskan bahwa hasil SUPAS 1985

memperlihatkan bahwa perempuan yang hanya mengurus rumah tangga saja

cenderung mempunyai anak yang lebih banyak, sedangkan perempuan yang

(39)

bahwa perbedaan jumlah anak yang dilahirkan antara perempuan yang

bekerja dan mengurus rumah tangga lebih besar diperkotaan daripada

diperdesaan.

4. Lingkungan Tempat Seseorang Dibesarkan

Tempat tinggal dari lahir sampai berumur 12 tahun dianggap mempengaruhi

persepsi dan jalan pikiran seseorang untuk bersikap dan berperilaku, termasuk

perilaku melahirkan. Seseorang yang dibesarkan di perkotaan akan

mempunyai sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh situasi perkotaan yang

umumnya lebih modern dibandingkan dengan tempat mereka yang

dibesarkan di daerah perdesaan. Selain itu, tempat tinggal di perkotaan

memudahkan diperolehnya informasi tentang berbagai pengetahuan modern

termasuk mengenai metode pengaturan dan pencegahan kehamilan

dibandingkan di perdesaan. Oleh sebab itu, muncul dugaan bahwa angka

kelahiran di daerah perkotaan akan lebih rendah dibandingkan dengan angka

kelahiran di perdesaan. Hasil SDKI 1997 menunjukkan bahwa angka fertilitas

total diperkotaan lebih rendah dibandingkan dengan angka fertilitas total di

perdesaan masing – masing 2,40 dan 2,98 (Adioetomo dan Samosir dalam

Rujiman, 2008).

Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan

angka kelahiran (Fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan

(40)

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan untuk mendukung

hasil penelitian ini nantinya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti/Tahun Judul

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1 Harniwita

(2008)

Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Gizi Keluarga Di Desa Buluh Cina Kecamatan Belajar Anak Kelas II Di SMK Triguna anak kelas II, namun dorongan orang tua

Sumber: Dari Berbagai Sumber, 2012

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasikan sebagai

(41)

antara variable-variabel penelitian yaitu variable bebas dengan variable terikat.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pendidikan dan

tingkat pendapatan. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah Fertilitas.

Pendidikan merupakan pendidikan formal yang telah dijalani oleh

penduduk yang diperoleh secara formal. Pendidikan formal merupakan

pendidikan yang diselenggarakan secara bersama antara pemerintah dan swasta.

Contoh dari pendidikan formal ini adalah seperti, SD, SMP, SMA/SMK dan

Perguruan Tinggi.

Pendapatan merupakan jumlah penerimaan bulanan dari penduduk untuk

kehidupannya sehari – hari. Sumber pendapatan ini tidak menjadi perhatian

khusus. Sebab ukuran darimana tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap

variabel Fertilitas.

Sedangkan Fertilitas adalah tingkat kelahiran yang selamat, atau dengan

kata lain tingkat Fertilitas ini dapat diukur dengan jumlah anak yang dimiliki oleh

penduduk, yang nantinya akan dijadikan sampel penelitian.

Sesuai dengan teori yang telah diuraikan bahwa faktor – faktor yang

mempengaruhi tingkat Fertilitas adalah ekonomi yang diukur dengan pendapatan

bulannnya dan pendidikan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada penelitian ini dapat disusun

kerangka konseptual untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih menghasilkan

sesuai dengan harapan dari penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini

(42)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Pada

penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini yaitu

“Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan

terhadap fertilitas di Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang”.

Tingkat Pendidikan (X1)

Pendapatan (X2)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara

3.1.2. Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai dengan

Juli 2014, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Sumber: Direncanakan 2014

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu

penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, tidak terlalu

menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data

sebanyak – banyaknya dari populasi yang luas, tetapi dengan mudah dapat

(44)

dianalisis, baik melalui rumus – rumus statistik maupun komputer. Sedangkan

pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asosiatif. Menurut Sugiono

(2010:5) “Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel atau lebih”. Dalam Penelitian asosiatif akan diamati

secara seksama aspek-aspek tertentu yang berkainta erat dengan masalah yang

diteliti, sehingga diperoleh data primer yang menunjang penyusunan laporan

penelitian ini

3.3. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan

dan pendapatan sebagai variabel independen dan Fertilitas sebagai variabel

dependen. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel tidak bebas yaitu variabel yang dapat

dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah Fertilitas sebagai variabel Y. Variabel ini akan diukur dengan melihat

faktor yang mempengaruhinya seperti pada gambar kerangka konseptual.

2. Variabel Independen

Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak

dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah tingkat pendidikan sebagai variabel X1, dan pendapatan sebagai

variabel X2, dengan kriteria sesuai dengan yang tertera pada gambar

(45)

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel Sumber Indikator Skala

Pengukuran

Pendidikan Idris Zahara (1995) 1. Peserta Didik 2. Alat Pendidikan 3. Tujuan Pendidikan 4. Guru

5. Lingkungan Pendidikan

Interval

Pendapatan Ahmad Yani (2002) 1. Jenis pekerjaan atau jabatan

2. Pendidikan 3. Masa kerja

4. Jumlah anggota keluarga

Interval

Fertilitas Siswono (2001) 1. Kepercayaan dan Agama 2. Kondisi Perekonomian 3. Adat Istiadat di

Masyarakat

4. Kematian dan Kesehatan 5. Struktur Penduduk

Interval

Sumber : Idris Zahara (1995), Ahmad Yani (2002), Siswono (2001)

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Menurut

Rochacty, dkk (2007:63) “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau

segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populassi dalam penelitian

adalah pasangan usia subur yang berada di wilayah Kecamatan Batangkuis

Kabupaten Deli Serdang. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 10.041

pasangan usia subur di kecamatan Batangkuis.

3.4.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

(46)

ditarik dari populasi. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah

metode Random Sampling. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini

digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Intijanto, 2009):

1

d = presisi yang ditetapkan (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10%)

Dengan demikian maka jumlah sampel yang diambil sebanyak :

100

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Untuk

memperoleh data tersebut digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui :

1. Observasi

Yaitu pengamatan penelitian dengan cara peninjauan langsung ke wilayah

Batangkuis

2. Angket (quesioner)

Yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan pada responden yang dijadikan

(47)

disediakan. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert

dengan kriteria skala jawaban pada angket adalah seperti berikut ini:

Jawaban A Bobot = 5

Jawaban B Bobot = 4

Jawaban C Bobot = 3

Jawaban D Bobot = 2

Jawaban E Bobot = 1

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi dokumen, yaitu mengumpulkan

data-data yang dibutuhkan dari dokumen yang dimiliki pemerintah Kecamatan

Batangkuis.

3.6. Pengujian Kualitas Data

3.6.1. Uji Validitas

Tujuan dari dilakukannya uji validitas adalah untuk mengukur ketepatan

suatu instrumen penelitian atau dengan kata lain bahwa uji ini dilakukan untuk

mengetahui sejauhmana item pertanyaan yang digunakan dapat menguji suatu

model dalam penelitian ini. Adapun kriteria pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan nilai korelasi masing-masing item pertanyaan terhadap totalnya

( r- hitung ) dengan r-tabel, dimana item pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung

lebih besar dari r-tabel ( r-hitung > r-tabel ).

3.6.2. Uji Reliabilitas

Pengujian ini dilakukan untuk menjamin instrumen yang digunakan

(48)

sehingga apabila digunakan berulang-ulang maka akan menghasilkan yang sama.

Reliabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan nilai 1, reliabilitas dianggap sudah

cukup memuaskan atau tinggi adalah lebih besar atau sama dengan 0,60. Untuk

pengujian ini dilakukan dengan teknik Cronbach Alfa.

3.6.3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel independen dan dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Nilai

residual mengikuti distribusi normal. Untuk melihat distribusi data normal atau

tidak menggunakan analisa statistic, sebab uji normalitas dengan grafik dapat

menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual. Uji normalitas statistik ini

meggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (Wahid Sulaiman, 2004:90).

3.6.4. Uji Asumsi Klassik

1. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2001:91) uji multikolineritas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Sebuah persamaan regresi dikatakan baik bila persamaan

tersebut memiliki variabel independen yang saling tidak berkorelasi.

Multikolineritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance

inflation faktor (VIF) apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF

kurang dari 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolineritas.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

(49)

kepengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang

homoskesdatisitas atau tidak menjadi heteroskedastisitas.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis penelitian ini adalah analisis statistik dan menggunakan software

SPSS 16, yaitu:

3.7.1. Statistik Deskriptif

Stastik deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk

menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi

sebuah informasi. Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran

terhadap data-data variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

3.7.2. Statistik Inferensial

Statistik inferensial bertujuan untuk menguji apakah model regresi

variabel pengganggu memiliki distibusi normal. Model regresi yang baik adalah

distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendekati

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafis dan uji

statistic.

1. Regresi Linear Berganda

Sebelum menganalisis data yang terkumpul melalui penelitian ini, terlebih

dahulu diterapkan metode analisis yang akan digunakan sehingga

pelaksanaannya lebih muda dan terarah. Penelitian ini menggunakan analisis

regresi linier berganda. Data dianilisis dengan model sebagai berikut:

(50)

Dimana:

Y = Variabel dependen (Fertilitas)

a = Konstanta

X1 = Variabel Independen (tingkat pendidikan)

X2 = Variabel Independen (pendapatan)

b1 = Koefisien regresi tingkat pendidikan

b2 = Koefisien regresi pendapatan

e = Faktor lain diluar model

2. Koefiisien Determinasi

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel independen. Nilainya antara 0 – 1, semakin

mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan

amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati angka satu, suatu model

semakin baik.

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji-F dan uji-t

a. Pengujian secara Simultan (Uji F Statistik)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam

penelitian ini, H3 diuji dengan menggunakan uji-F (analisis regresi

berganda). Hipotesis ketiga dianalisis regresi berganda untuk melihat

seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan pendapatan secara

(51)

b. Uji Parsial (Uji t Statistik)

Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain

untuk menguji pengaruh variabel independen dan variabel dependen

secara parsial. H1 dan H2 diuji dengan menggunakan uji t (regresi linear

sederhana). Dimana dalam hal ini adapun bentuk kriteria yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Ho diterima apabila t hitung < t tabel

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Batangkuis

Daerah Kecamatan Batangkuis terletak di wilayah Kabupaten Deli

Serdang dengan jarak dari Ibukota Kabupaten (Lubuk Pakam) sejauh ± 15Km.

Ketinggian wilayahnya dari atas permukaan laut antara 4 – 30 meter, dan

dikategorikan daerah dataran rendah yang luasnya ± 40.43 Km2 terdiri dari 11

Desa dan 72 Dusun. Adapun batas wilayah kecamatan Batangkuis adalah sebagai

berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan.

Komposisi penduduk yang multi etnis terdiri dari berbagai suku bangsa

antara lain: Jawa, Tapanuli, Karo, Minang, Melayu, Agama yang dianut terdiri

dari Islam. Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha, dimana Islam adalah sebagai

agama mayoritas.

Sebagian besar rumah tangga memiliki mata pencaharian utama disektor

pertanian, perkebunan dan lahan pertanian pada umumnya adalah sawah tadah

hujan.

Jumlah penduduk menurut Kelompok Umur di Kecamatan Batangkuis

(53)

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelompok Umur

Sumber: Batangkuis Dalam Angka, 2011

Tabel 4.1. mengambarkan bahwa jumlah penduduk pada usia Balita

cukup tinggi yaitu sebanyak 4.014 orang atau sama dengan 7,15% dibandingkan

dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk dilihat dari

usia 5 – 9 tahun (anak – anak) adalah sebanyak 5.154 orang atau sama dengan

9.18% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah

penduduk dari usia 10 -14 tahun dan 15 – 19 tahun (golongan remaja) adalah

sebanyak 11.833 orang atau sama dengan 21,06% dibandingkan dengan jumlah

penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk dari usia 20 -24 tahun dan 25

– 25 tahun (Pemuda) adalah sebanyak 10.156 orang atau sama dengan 18.08%

dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk

dari usia 30 - 60 tahun (Dewasa) adalah sebanyak 22.311 orang atau sama dengan

39.72% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis.

Sedangkan jumlah penduduk dari usia 60 tahun keatas (Tua) adalah sebanyak

2.702 orang atau sama dengan 4.81% dibandingkan dengan jumlah penduduk

(54)

berada di Batangkuis didominasi oleh orang dengan golonga umur Dewasa yaitu

sekitar 30 – 60 tahun atau sama dengan 39.72%.

Selanjut jika dilihat dari mata pencaharian, maka diketahui bahwa

sumber mata pencaharian penduduk di Kecamatan Batangkuis Tahun 2010 adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Sumber Mata Pencarian Penduduk

Sumber: Batangkuis Dalam Angka, 2011

Tabel 4.2. menggambarkan bahwa jumlah penduduk yang memiliki

sumber mata pencarian dari bertani adalah sebanyak 20.644 orang atau sama

dengan 46,55% dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di

kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian

dari berdagang adalah sebanyak 1.320 orang atau sama dengan 2,96%

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis.

Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian dari melaut (nelayan)

adalah sebanyak 25 orang atau sama dengan 0,06% dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang

Gambar

Table 2.1 Sumber Pendapatan Rumah Tangga
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan secara serempak terdapat pengaruh PNPM-P2KP yang terdiri dari pelatihan dan pinjaman terhadap pendapatan masyarakat

Perbedaan ini semakin nyata setelah terbukti dengan hasil perhitungan statistik yang signifikan karena hasil t hitung sebesar 5,993 dengan nilai probabilitas (Sig-t) sebesar

Jika nilai sig dalam penelitian lebih kecil dari alpha (sig &lt; alpha), maka secara parsial variabel independen (kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual)

Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Nilai signifikansi sebesar 0,195 &gt; 0,08, nilai R = 0,159 dan R square 0,025 sehingga

Dari hasil beberapa wawancara di atas di ketahui bahwa peran kepala sekolah dalam membantu memilih nilai hasil proses belajar dapat dikatakan cukup baik meski

Apabila nilai – nilai probabilitas t hitung lebih kecil dari niali alpha 0,05 maka dapat disumpulkan bahwa variabel independen memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap

Pengaruh Variabel Tingkat Pendidikan Terhadap Keberhasilan usaha Berdasarkan hasil uji hipotesis Variabel Tingkat Pendidikan memperoleh nilai t hitung 5,742 > t tabel 1.660, dan Sig

Motivator X2 yang memepengaruhi Pendapatan Petani Hasil analisis diperoleh nilai t hitung untuk variabel Motivator X2 sebesar 3.128 jika dibandingkan dengan nilai t tabel yang