1
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN
TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN
BATANG KUIS DELI SERDANG
TESIS
Oleh
MUTYA DARA MASAYU
127024006/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2014
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN
BATANG KUIS DELI SERDANG
ABSTRAK
Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab, semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di Indonesia. Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada satu keluarga. Semakin tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota. Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Jika sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka rezeki juga akan bertambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial untuk variable pendidikan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,009 < Nilai Alpha penelitian sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendidikan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien pendidikan yaitu sebesar 0,259 menunjukkan bahwa peningkatan Pendidikan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,259 satuan. Untuk variable Pendapatan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,027 < nilai Alpha penelitian ini sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendapatan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien Pendapatan yaitu 0,367 menunjukkan bahwa peningkatan Pendapatan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,367 satuan. Dari hasil uji secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Pendapatan lebih berpengaruh nyata terhadap Fertilitas daripada variabel Pendidikan. Uji secara serempak diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai alpha penelitian ini sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ada pengaruh nyata Pendidikan dan Pendapatan terhadap Fertilitas. Dari uji determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,125 atau 125%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pendidikan dan Pendapatan dalam penelitian ini mampu menerangkan Fertilitas sebesar 12,5% sedangkan sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
EFFECT OF EDUCATION AND INCOME OF FERTILITY IN KECAMATAN BATANG KUIS DELI SERDANG
ABSTRACT
Education was important in determining birth rates. Therefore, more and more new family members in a family, it will also affect the level of education later when it has entered a period of education. Therefore, it becomes important to look at the variables of education to be one of the variables that affect the birth rate in Indonesia. Another fundamental factor that may affect birth rates that occurred in Indonesia amount to the income level of the family. The higher the amount of income for the family, the greater the desire of the head to want to increase the number of family members. But interestingly, that the belief in the majority of the population in Indonesia, which states that a lot of kids a lot of sustenance. If it is so then the number of people is something that is very difficult to control, because of its size the higher the birth rate also increases sustenance. The results of this study indicate that partial to the education variables obtained sig count of 0.009 <Alpha value of 0.05 this study means that there is a real effect of education on fertility. Education coefficient is equal to 0.259 indicates that an increase of 1 unit of Education will be followed on Fertility improvement of 0,259 units. For variable earned income sig count of 0,027 <Alpha value of 0.05 this study this means that there is a real effect of income on fertility. Income coefficient is 0.367 indicates that an increase in income by 1 unit will be followed on increasing fertility of 0,367 units. From the partial test results can be seen that the variable income is more significant effect on fertility than education variables. Obtained simultaneously test sig count of 0.002 is smaller than the value of the study alpha of 0.05, indicating that there is simultaneously a real influence on Fertility Education and Income. Values obtained from the test of determination R2 of 0.125 or 125%. This suggests that education and income variables in this study were able to explain the fertility of 12.5% while the remaining 87.5% is explained by other factors that are not included in this research model.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik
dan tepat waktu.
Dengan tesis yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pendapatan
Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batang Kuis Deli Serdang”.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis menerima saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna menyempurnakan tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis pada saat perkuliahan
dan penulisan tesis ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), SpA (K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Ketua Program Studi Magister
Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen
Pembimbing II
4. Bapak Dr. R. Hamdani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Magister Studi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku Dosen Pembimbing II
6. Bapak Warjio,.MA,.Ph.D selaku Dosen Pembanding
7. Bapak Hatta Ridho, S.sos, MSP selaku Dosen Pembanding
8. Bapak dan Ibu seluruh Dosen dan Staff pengajar Program Studi Magister
9. Kedua orang tua tercinta, Papa Drs. H. Irwan Mastoti dan Mama Hj.Zulfiana
S.Sos yang telah memberikan kasih sayang dan telah memberikan kasih
sayang dan doa yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Untuk abang tercinta dan adik tercinta, Oky Gaffa
Maulana S.sos dan Septy Wanna Masayu dan juga sahabat tersayang Arie
Ritonga yang telah memberikan semangat dan doa untuk penulis.
10.Sahabat dan teman-teman Magister Studi Pembangunan Fisip USU
Akhirnya kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu, yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala bentuk kebaikan yang telah
diberikan mendapat ganjaran berlipat dari Allah Swt.Aamiin.
Medan, Juli 2014
Penulis
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS
Nama : Mutya Dara Masayu Tempat Tanggal Lahir : Stabat, 23 September 1990 Agama : Islam
Nama Ayah : Drs. H. Irwan Mastoti Nama Ibu : Hj. Zulfiana, S.Sos
Alamat : Jl.Kelapa Sawit, No.16, Perdamaian, Stabat.
PENDIDIKAN
- 1995 – 1996 : TK Aisyiyah Bustanul Atfhal
- 1996 – 2002 : SDN 054904 Bambuan Stabat
- 2002 – 2005 : SMP N 1 Stabat
- 2005 – 2008 : SMA N 1 Stabat
- 2008 – 2012 : Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara
Pengalaman Pekerjaan : 2012, Magang di Bank Indonesia Medan.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya perbuat untuk dapat diketahui.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan ... 11
2.1.3. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan ... 12
2.1.4. Pengertian Pendapatan ... 14
2.1.5. Sumber – Sumber Pendapatan ... 16
2.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Pendapatan……… . 17
2.1.7. Pengertian Fertilitas ... 18
2.1.8. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas ... 20
3.6. Pengujian Kualitas Data ... 33
4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Batangkuis ... 38
4.1.2. Tugas dan Wewenang ... 41
4.1.10. Pengujian Hipotesis ... 68
4.2. Pembahasan ... 71
4.2.1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Fertilitas ... 71
4.2.2. Pengaruh Pendapatan Terhadap Fertilitas ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
5.1. Kesimpulan ... 74
5.2. Saran ... 75
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Sumber Pendapatan Rumah Tangga ... 16
2.2. Penelitian Terdahulu ... 26
3.1. Jadwal Penelitian ... 29
3.2. Definisi Operasional Variabel ... 31
4.1. Jumlah Penduduk Kelompok Umur ... 39
4.2. Sumber Mata Pencarian Penduduk ... 40
4.3. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 45
4.4. Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan ... 46
4.5. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Peserta Didik ... 47
4.6. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Alat Pendidikan ... 48
4.7. Tabulasi Jawaban Responden Tentang Tujuan Pendidikan ... 49
4.8. Responden Tentang Guru ... 50
4.9. Responden Tentang Lingkungan Pendidikan ... 51
4.10. Responden Tentang Jenis Pekerjaan atau Jabatan ... 52
4.11. Responden Tentang Pendidikan ... 53
4.12. Responden Tentang Masa Kerja ... 54
4.13. Responden Tentang Jumlah Anggaran Keluarga ... 55
4.14. Responden Tentang Kepercayaan dan Agama ... 56
4.15. Responden Tentang Tingkat Pendidikan ... 57
4.17. Responden Tentang Adat Istiadat dan Masyarakat ... 58
4.18. Responden Tentang Kematian dan kesehatan ... 59
4.19. Responden Tentang Struktur Penduduk ... 60
4.20. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Pendidikan ... 62
4.21. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Pendapatan ... 62
4.22. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Fertilitas ... 63
4.23. Hasil Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 63
4.24. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 64
4.25. Coeficients ... 65
4.26. Coefficients ... 67
4.27. Anovab ... 70
4.28. Model Summaryb ... 70
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Kerangka Konseptual ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 79
2. Tabulasi Jawaban Responden ... 83
3. Tabel r ... 92
4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 93
5. Hasil Regresi ... 94
2014
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP FERTILITAS DI KECAMATAN
BATANG KUIS DELI SERDANG
ABSTRAK
Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab, semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di Indonesia. Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada satu keluarga. Semakin tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota. Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Jika sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka rezeki juga akan bertambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial untuk variable pendidikan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,009 < Nilai Alpha penelitian sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendidikan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien pendidikan yaitu sebesar 0,259 menunjukkan bahwa peningkatan Pendidikan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,259 satuan. Untuk variable Pendapatan diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,027 < nilai Alpha penelitian ini sebesar 0,05 ini berarti bahwa ada pengaruh nyata Pendapatan terhadap Fertilitas. Besarnya koefisien Pendapatan yaitu 0,367 menunjukkan bahwa peningkatan Pendapatan sebesar 1 satuan maka akan diikuti pada peningkatan Fertilitas sebesar 0,367 satuan. Dari hasil uji secara parsial dapat diketahui bahwa variabel Pendapatan lebih berpengaruh nyata terhadap Fertilitas daripada variabel Pendidikan. Uji secara serempak diperoleh nilai sig hitung sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai alpha penelitian ini sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa secara serempak ada pengaruh nyata Pendidikan dan Pendapatan terhadap Fertilitas. Dari uji determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,125 atau 125%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pendidikan dan Pendapatan dalam penelitian ini mampu menerangkan Fertilitas sebesar 12,5% sedangkan sisanya sebesar 87,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
EFFECT OF EDUCATION AND INCOME OF FERTILITY IN KECAMATAN BATANG KUIS DELI SERDANG
ABSTRACT
Education was important in determining birth rates. Therefore, more and more new family members in a family, it will also affect the level of education later when it has entered a period of education. Therefore, it becomes important to look at the variables of education to be one of the variables that affect the birth rate in Indonesia. Another fundamental factor that may affect birth rates that occurred in Indonesia amount to the income level of the family. The higher the amount of income for the family, the greater the desire of the head to want to increase the number of family members. But interestingly, that the belief in the majority of the population in Indonesia, which states that a lot of kids a lot of sustenance. If it is so then the number of people is something that is very difficult to control, because of its size the higher the birth rate also increases sustenance. The results of this study indicate that partial to the education variables obtained sig count of 0.009 <Alpha value of 0.05 this study means that there is a real effect of education on fertility. Education coefficient is equal to 0.259 indicates that an increase of 1 unit of Education will be followed on Fertility improvement of 0,259 units. For variable earned income sig count of 0,027 <Alpha value of 0.05 this study this means that there is a real effect of income on fertility. Income coefficient is 0.367 indicates that an increase in income by 1 unit will be followed on increasing fertility of 0,367 units. From the partial test results can be seen that the variable income is more significant effect on fertility than education variables. Obtained simultaneously test sig count of 0.002 is smaller than the value of the study alpha of 0.05, indicating that there is simultaneously a real influence on Fertility Education and Income. Values obtained from the test of determination R2 of 0.125 or 125%. This suggests that education and income variables in this study were able to explain the fertility of 12.5% while the remaining 87.5% is explained by other factors that are not included in this research model.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan, pertumbuhan jumlah
penduduk dunia ternyata lebih tinggi daripada perkiraan. Revisi prediksi
pertumbuhan tersebut memunculkan pertanyaan soal daya dukung alam dan
sejumlah masalah lain. Dalam laporan bertajuk ”Prospek Populasi Dunia: Revisi
2012”, disebutkan, penduduk dunia akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun
2025 dari jumlah 7,2 miliar jiwa saat ni. Jumlah itu akan terus berkembang
menjadi 9,6 miliar pada tahun 2050. Prediksi sebelumnya, penduduk dunia
diperkirakan ”hanya” mencapai 9,3 miliar jiwa pada 2050. Menurut laporan
terbaru ini, pertumbuhan penduduk paling tinggi akan terjadi di negara-negara
berkembang (C.S.Silver dalam Razak, 2012).
Fertilitas yang merupakan tingkat kelahiran dari setiap penduduk secara
otomatis akan menambahkan jumlah penduduk di daerah tersebut. Sangat banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas di suatu daerah. Beberapa faktor yang
dapat disebutkan sangat dapat mempengaruhi tingkat fertilitas adalah tingkat
keselamatan ibu dan anak pada setiap persalinan, tingkat pendapatan penduduk,
tingkat pendidikan penduduk dan lain sebagainya. Hatmadji (2004:57)
menyebutkan besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung
pada beberapa faktor misalnya, struktur umur, tingkat pendidikan, umur pada
waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita,
Jika tingkat fertilitas pada suatu daerah baik, maka jumlah penduduk juga
meningkat, hal ini akan menjadi permasalahan tersendiri bagi daerah tersebut.
Permasalahan ini sehubungan dengan tingkat kebutuhan akan wilayah perumahan,
makanan, dan ketersediaan lapangan pekerjaan nantinya. Oleh sebab itu,
pemerintah akan berupaya untuk terus dapat menekan tingkat fertilitas di
daerahnya masing – masing.
Seperti yang telah disebutkan bahwa Kecamatan Batangkuis sebagai
salah satu kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang banyak adalah salah
satu kecamatan yang tingkat fertilitasnya yang tinggi. Fertilitas tinggi ini
disebabkan oleh kemampuan bagian kesehatan untuk memberikan keselamatan
bagi penduduk ketika waktu melakukan persalinan. Selain itu, penyebab lain dari
tingginya tingkat fertilitas adalah tingkat pendidikan (Hatmadji, 2004:57).
Pendidikan jika dibagi berdasarkan kelompok besar, akan terbagi
menjadi pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal dapat
berupa pendidikan dilingkungan sekolah resmi yang diselenggarakan oleh
pemerintah ataupun swasta. Pendidikan formal ini mulai dari Sekolah Dasar (SD)
sampai dengan Pendidikan Tinggi (PT). Sedangkan pendidikan informal
merupakan pendidikan yang diperoleh diluar dari jalur pendidikan di bangku
sekolah. Contoh dari pendidikan informal ini dapat berupa kursus – kursus dan
pelatihan, termasuk pendidikan paket A, paket B, ataupun pendidikan paket C.
Tingkat pendidikan seseorang baik dari sisi formal ataupun tingkat
informal tergantung dari seseorang memandang pendidikan itu. Semakin tinggi
dikeluarganya akan jumlah anak yang diinginkannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikannya, maka akan semakin direncanakanlah berapa pertambahan jumlah
anggota keluarga baru. Dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin rendah kualitas perencanaan akan pertambahan
jumlah anggota keluarga baru. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
jumlah itu dipengaruhi oleh tingkat kesehatan dari penduduk itu sendiri (Bouge
dalam Rahmawati, 2008).
Pendidikan menjadi penting dalam menentukan tingkat kelahiran. Sebab
semakin banyak anggota keluarga baru pada suatu keluarga, maka akan
berpengaruh juga terhadap tingkat pendidikannya nanti ketika telah memasuki
masa pendidikan. Oleh sebab itu, menjadi penting untuk melihat variabel
pendidikan menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat kelahiran di
Indonesia.
Faktor fundamental lain yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran
yang terjadi di Indonesia jumlah tingkat pendapatan pada suatu keluarga. Semakin
tinggi jumlah pendapatan bagi keluarga, maka akan semakin besar keinginan dari
kepala keluarga untuk menginginkan pertambahan jumlah anggota.
Namun yang menarik, bahwa adanya keyakinan pada sebagian besar
penduduk di Indonesia yang menyatakan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Jika
sudah demikian maka pertambahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang
sangat sulit dikontrol, karena ukurannya semakin tinggi tingkat kelahiran maka
rezeki juga akan bertambah. Leibenstein (1985) sebagai peletak dasar dari teori
dilihat dari dua aspek, yang pertama kegunaan dan yang kedua biaya. Ketika
orang tua menilai bahwa anak dilihat dari sisi kegunaan maka, jumlah kelahiran
akan meningkat, karena semakin banyak anak, maka tingkat balas jasa akan
meningkat dan pendapatan juga meningkat. Namun ketika orang tua
menginginkan anak yang berkualitas, tentunya biaya akan bertambah, maka
tingkat kelahiran akan dikontrol oleh orang tua mengingat akan biaya yang
dikeluarkan kelak (Leibenstein,1985).
Badan Pusat Statistik (BPS) pada laporan bulanannya menunjukkan
bahwa jumlah penduduk di Indonesia pada September 2013 adalah sebesar 237,6
juta orang. Jumlah ini terdiri atas 119,6 juta orang laki-laki dan 118 juta orang
perempua
tentunya Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu kabupaten di Indonesia
memberikan kontribusi. Tahun 2010 jumlah penduduk Deli Serdang sebesar
1.790.431 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 717 jiwa per km2. Jumlah
rumah tangga sebanyak 420.305 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata
dihuni oleh 4-5 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000–
2010 sebesar 2,62 persen. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2010 lebih
banyak dari penduduk perempuannya dengan dengan rasio jenis kelamin sebesar
101,51 yang artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk
laki-laki
Kecamatan Batangkuis sebagai salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Deli Serdang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak
adalah 27.719
sebesar itu maka Kecamatan Batangkuis menjadi salah satu kecamatan
penyumbang jumlah penduduk yang besar bagi Kabupaten Deli Serdang.
Data pada tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk menurut golongan
Dewasa, anak – anak serta jenis kelamin di Kecamatan Batangkuis adalah sebagai
berikut.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga
Sumber: Batangkuis dalam angka, 2011
Tabel I.1 menunjukkan bahwa setiap rumah tangga memiliki 4 orang
jumlah anggota keluarga, hanya pada daerah bakaran batu saja yang menunjukkan
bahwa jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga adalah 5 orang. Secara
umum ini menggambarkan bahwa tingkat fertilitas pada kecamatan Batangkuis
telah mampu dikendalikan oleh pemerintah, namun yang menjadi catatan adalah
kecamatan Batangkuis adalah salah satu kecamatan yang menyumbang jumlah
penduduk terbanyak di Kabupaten Deli Serdang.
Namun diketahui bahwa rata – rata pendidikan warga di Kecamatan
pendidikan menengah yaitu setingkat pendidikan menengah pertama, dan banyak
anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi karena alasan
ingin meningkatkan penghasilan pendapatan keluarga.
Hal yang menarik pada penelitian ini adalah walaupun tingkat pendidikan
warga Kecamatan Batangkuis secara rata – rata masih rendah, serta tingkat
pendapatan yang juga masih rendah, namun kesadaran akan jumlah keluarga yang
berkualitas sudah dipegang teguh oleh keluarga.
Berdasarkan pada penjelasan – penjelasan tersebut, maka sangat perlu
untuk melihat faktor – faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelahiran di
Kabupaten Deli Serdang khususnya di kecamatan Batangkuis. Oleh sebab itu,
maka penulis melakukan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Tingkat
Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Fertilitas di Kecamatan Batangkuis
Deli Serdang”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka penulis merumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah tingkat pendidikan penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang
2. Apakah tingkat pendapatan penduduk berpengaruh secara siginifikan
terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang
3. Apakah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan secara bersama – sama
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka penulis menetapkan yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan penduduk berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang
2. Untuk mengetahui apakah tingkat pendapatan penduduk berpengaruh secara
siginifikan terhadap tingkat kelahiran di kecamatan Batangkuis Deli Serdang
3. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan secara
bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kelahiran di
kecamatan Batangkuis Deli Serdang.
1.4. Manafaat Penelitian
Diharapkan hasil yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat dalam mengembangkan
kemampuan berfikir dan kemampuan menulis karya ilmiah.
2. Hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh pihak – pihak yang memiliki
kepentingan dalam mengendalikan tingkat kelahiran di Indonesia menjadi
salah satu referensinya
3. Menambah khasanah keilmuan yang ada, khususnya tentang tingkat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Teoritis
2.1.1. Pengertian Pendidikan
Dalam upaya agar manusia dapat menjalankan fungsi kemanusiaannya,
maka diperlukan suatu sarana agar fungsi tersebut dapat terlaksana, dan
pendidikan adalah salah satunya. Pendidikan merupakan masalah yang sangat
penting dalam kehidupan, bukan saja sangat penting, bahkan masalah pendidikan
ini Sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kehidupan, baik dalam kehidupan
keluarga, maupun dalam kehidupan bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu
bangsa sebagian besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara
tersebut, sebab pembangunan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan
keamanan pada suatu bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikutsertaan
upaya pendidikan untuk menstimulir dan menyertai dalam setiap fase dan proses
pembangunan.
Pengertian pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi
tujuan kehidupan secara efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari sekadar
pengajaran, karena dalam kenyataan pendidikan adalah suatu proses dimana suatu
bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di antara
individu-individu. Dengan kesadaran tersebut, suatu bangsa atau negara dapat
sehingga menjadi inspirasi bagi mereka dalam setiap aspek kehidupan (Azra,
1999:3).
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Para ahli pendidikan telah banyak yang mengartikan pengertian
pendidikan. Pengertian-pengertian yang diberikan beragam sekali, sehingga
terjadi perbedaan – perbedaan tergantung tokoh itu memandangnya. Walaupun
ada perbedaan pandangan tentang pengertian pendidikan, secara umum terdapat
kesamaan didalam merumuskan pengertian pendidikan tersebut.
Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang
pendidikan. Idris (1995:11) mengatakan bahwa pendidikan ialah serangkaian
kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan sianak didik
secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan
bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian
pendidikan sebagai berikut .Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari
kegelapan, kebodohan dan kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan
baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala
pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup”.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan ialah usaha
manusia secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik
Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan
yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang
diinginkan. Disisi lain pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, ia
merupakan kebutuhan mutlak harus dipenuhi untuk mempertahankan eksistensi
ummat manusia atau juga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tuntunan atau
bimbingan itu harus dapat merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak
didik yang bersifat menumbuhkan serta mengembangkan baik jasmani maupun
rohani.
Setelah penulis uraikan beberapa pengertian pendidikan secara umum
maka tentunya ada pengertian secara khusus. Pengertian secara khusus ini adalah
pengertian pendidikan menurut Islam. Jika pengertian pendidikan dikaitkan
dengan agama Islam akan menimbulkan makna lain dan mempunyai arti
tersendiri, disamping ada perbedaan-perbedaan atau sifat yang menjadi ciri-ciri
dalam pendidikan Islam, yaitu pendidikan yang diwarnai oleh nilai-nilai Islam.
Pendidikan umum diharapkan terbentuknya kepribadian anak didik sesuai dengan
ajaran Islam, sehingga ia menjadi orang dewasa yang berbudi pekerti luhur
menurut ukuran Islam. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan Islam yang
dikemukakan oleh Marimba dalam Uhbiyati (1997:9) menyatakan bahwa
pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli
anak, sebagian lagi menurut pendidikan teori dan praktek, sebagian lain
menghendaki terwujudnya kepribadian Muslim. Namun dari perbedaan pendapat
tersebut dapat diambil kesimpulan adanya titik persamaan yang secara ringkas
dapat dikemukakan sebagai berikut: Pendidikan Islam adalah bimbingan yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan agar ia
memiliki kepribadian muslim.Konsep ini menjelaskan, bahwa pendidikan
memiliki fungsi dan tujuan tertentu, dengan pendidikan akan tercapai kehidupan
yang harmonis yang seimbang antara kehidupan fisik material, kebutuhan mental
spiritual, mampu berdiri sendiri tanpa ketergantungan terhadap orang lain dan
berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut serta
cita-cita yang telah ditetapkan.
2.1.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Kelancaran proses pendidikan dan keberhasilan pendidikan tidak dapat
dibebankan secara berat pada salah satu faktor pendidikan. Menurut Idris
(1995:21) faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah anak didik, alat
pendidikan, tujuan pendidikan, pendidik dan lingkungan pendidikan. Kelima
faktor pendidikan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Dari kelima faktor pendidikan di atas, faktor yang paling menentukan
ialah guru atau pendidik, seperti pembinaan yang telah diperolehnya, kemampuan,
atau keterampilannya dalam melakukan tugas sebagai guru, kepribadiannya, atau
falsafah hidup yang dianutnya, tujuan guru dalam melakukan tugas guru, teori
belajar dan mengajar yang dianutnya. Semua itu akan memberi cap pada
2.1.3. Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
ketentuan tentang jalur, jenis dan jenjang pendidikan terdapat dalam Bab VI pasal
13, 14, 15, dan 16.
1. Jalur Pendidikan
Sesuai dengan pasal 13, ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa. Jalur
Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya.
2. Jenis Pendidikan
Sesuai dengan pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003 bahwa .Jenis pendidika mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus
Jalur pendidikan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah tingkat
pendidikan formal, di mana sekolah sebagai tempat berlangsungnya
pendidikan formal melaksanakan tugas pendidikan yang disesuaikan dengan
tahapan kemampuan peserta didik sehingga perlu adanya jenjang-jenjang
pendidikan. Menurut Murni Yusuf (1998), jalur pendidikan formal yaitu
pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam
periode tertentu dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
3. Jenjang Pendidikan
Istilah jenjang pendidikan dapat dikatakan sebagai tahapan atau tingkatan
yang akan ditempuh dalam pendidikan sesuai yang tercantum dalam jenjang
tahapan dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan para perserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan
pelajaran.
Sementara dalam UU SISDIKNAS pasal 14 dinyatakan bahwa jenjang
pendidikan formal yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar
diselenggarakan untuk mengembangkan sikap, kemampuan serta membentuk
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup di masyarakat.
Selain itu befungsi pula sebagai landasan untuk jenjang pendidikan menengah,
karena tidak cukup hanya dengan mengenyam pendidikan dasar saja untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan. Khusus bagi wanita dalam membina
rumah tangganya dengan segala problemnya nanti. Pendidikan menengah
diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar dan juga
memiliki kemampuan mengenai hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya dan juga alam sekitarnya. Dalam pendidikan menengah ini kedewasaan
seseorang mulai tumbuh dan berkembang dalam menentukan jalan hidup yang
akan dijalaninya. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta
didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan
profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu
pengetahuan teknologi dan kesenian.
Dengan pendidikan tinggi inilah seseorang, dalam hal ini adalah orang
tua khususnya ibu diharapkan mampu menghadapi segala masalah yang dihadapi
sebuah keluarga dihpkan dapat mengenyam pendidikan tinggi sebagai bekal
wawasan yang akan menuntunnya dalam kedewasaan berfikir dan bertindak di
dalam rumah tangganya sehingga menjadi keluarga sakinnah mawaddah wa
rahmah atau dalam bahasa kita menjadi keluarga sejahtera.
2.1.4. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
suatu daerah dalam masa tertentu, diukur dengan nilai uang. Tinggi rendahnya
nilai pendapatan menunjukkan tingginya produktivitasnya, yang dihasilkan oleh
masyarakat tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari kita telah mengetahui tentang
pengertian pendapatan. Pendapatan diartikan sebagai penerimaan baik berupa
uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak sendiri dari pekerjan atau
aktivitas yang kita lakukan dan dengan dinilai sebuah uang atas harga yang
berlaku pada saat ini. Pendapatan seorang dapat dikatakan meningkat apabila
kebutuhan pokok seorangpun akan meningkat. Untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan dalam hidupnya seseorang harus berusaha untuk mendapatkan
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Tinggi rendahnya ekonomi
masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara besarnya pendapatan,
pengeluaran, dan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
Menurut Jhingan (2004 : 105) pendapatan ialah penerimaan yang
dihasilkan dengan penjualan barang-barang atau jasa dan jumlahnya diukur
dengan pembebanan yang dillakukan terhadap pembeli atau klien untuk barang
Sedangkan menurut Nazier dan Fadel (2006 : 130) pendapatan ialah
suatu pertumbuhan asset yang mengakibatkan bertambahnya owner equity, tetapi
bukan karena pertambahan modal dan dari pemiliknya dan bukan pula merupakan
pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya kewajiban atau
lialibilitas.
Dari definisi diatas bahwa pendapatan bukan saja diperoleh akibat
adanya pertambahan modal baru dari pemilik modal tersebut dan bukan pula
akibat dari bertambahnya kewajiban-kewajiban yang ditanggung oleh pemilik
modal tersebut.
Menurut Nazier dan Fadel (2006:135) pendapatan mengandung dua hal
utama yaitu:
1. Pendapatan dari hasil pekerjaan seseorang
Pendapatan dari hasil pekerjaan seseorang adalah melakukan pekerjaan dalam
konsep bekerja mencari nafkah / membantu mencari nafkah yang
menghasilkan barang dan jasa yang bekerja selama waktu tertentu
berturut-turut dan tidak terputus. Penghasilan atau keuntungan mencakup upah / gaji
termasuk semua tunjangan dan bonus bagi bekerja atau karyawan dan hasil
usaha berupa sewa, harga atau keuntungan, baik berupa uang atau barang.
2. Pendapatan yang datangnya dari milik sendiri
Pendapatan yang datangnya dari milik sendiri adalah orang yang melakukan
kegiatan yang dihasilkan hanya untuk di konsumsi sendiri. Misalkan
budidaya tanaman bahan makanan pokok yaitu ubi kayu, jagung dan lain
Menurut Yani (2002 : 152) distribusi pendapatan berdasarkan besarnya
yaitu distribusi pendapatan Rumah tangga yang berbeda tanpa mengacu pada
sumber pendapatan atau kelas sosialnya dan ketidakmerataan distribusi
pendapatan cukup besar di semua negara.
2.1.5. Sumber – Sumber Pendapatan
Sumber pendapatan jika dilihat dari pihak yang memperolehnya akan
berbeda – beda. Sumber pendapatan pemerintah daerah akan berbeda dengan
sumber pendapatan perusahaan komersil, ataupun pendapatan untuk rumah
tangga. Pada bagian ini akan dijelaskan pendapatan rumah tangga.
Menurut Iqbal (2004) pendapatan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Pendapatan dari berbagai aktivitas pertanian (on Farm), usaha diluar pertanian (off
farm) dan usaha diluar sektor pertanian pertanian. Untuk lebih jelasnya tentang
sumber pendapatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Table 2.1 Sumber Pendapatan Rumah Tangga
No Kelompok Sumber
2.1.6. Faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Pendapatan
Menurut Yani (2002:159) tinggi rendahnya pendapatan masyarakat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Jenis pekerjaan atau jabatan
2. Pendidikan
3. Masa Kerja
4. Jumlah anggota keluarga
Menurut Yani (2002:162) jenis-Jenis pendapatan dan penerimaan
anggota keluarga dapat dilihat dari:
1. Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang dari hasil gaji,
upah, usaha sendiri dan segala kegiatan yang berhubungan dengan penjualan
barang-barang.
2. Pendapatan berupa barang yaitu segala penghasilan yang diperoleh dalam
bentuk barang terhadap jasa yang diberikan tetapi ada juga bentuk barang
yang diterima bukan berupa balas jasa.
3. Lain- lain yakni penerimaan berupa uang dan barang yakni bersifat transfer
yang biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga.
Pendapatan mengacu pada pendapatan bersih dari satu bulan dari tiap
keluarga
Seperti halnya pegawai negeri mendapat gaji juga mendapat tunjangan
fungsional, beras, uang transport, uang makan. Untuk pekerjaan lain perhitungannya
akan mengikuti perhitungan pegawai negeri yaitu hanya mneghitung pendapatan
bersih. Pembagian jenis pekerjaan dari tiap keluarga : pegawai negeri, tentara, bekerja
tingkat pendapatan keluarga mempunyai peranan penting terhadap proses
perkembangan dan proses pendidikan anak. Dengan perekonomian yang cukup, siswa
mendapat kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya.
2.1.7. Pengertian Fertilitas
Menurut Ida Bagoes (2000:77), Fertilitas sebagai istilah demografi
diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau
sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi
yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.
Menurut Kusuma (2005:101), mempunyai arti sama dengan fertilitas
hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada
perubahan penduduk dan reproduksi manusia.
Menurut Cholil, et,all (2000 : 80), Fertilitas adalah berhubungan dengan
jumlah anak lahir hidup dari seorang wanita atau banyaknya bayi yang dilahirkan
hidup oleh seorang wanita ataupun sekelompok wanita. Dengan perkataan lain,
fertilitas merupakan performan reproduksi aktual dari seorang wanita atau
sekelompok wanita. Perbedaan antara fertilitas (jumlah anak lahir hidup) dan
fekunditas (kemampuan biologis untuk melahirkan anak lahir hidup) sering
membingungkan. Wanita yang mampu melahirkan seorang anak hidup secara
biologis adalah fekund (subur) sedangkan wanita yang tidak mampu melahirkan
anak secara lahir hidup adalah steril. Wanita yang secara biologis subur tidak
alat-alat kontrasepsi atau abstinensi, baik fekunditas maupun fertilitasi selalau
berkaitan dengan masa resproduksi wanita. Masa reproduksi wanita di mulai sejak
datangnya haid pertama dari seorang wanita (distandarisasi pada usia 15 tahun)
sampai dengan haid yang terakhir (mati haid = menopouse) yang disepakati pada
usia 49 tahun. Semakin dewasa wanita tersebut, dikatakan bahwa usia reproduksi
wanita adalah mulai umur 15 tahun dan berakhir pada usia 49 tahun.
Untuk mengetahui mengapa suatu negara (khususnya negara maju) lebih
rendah tingkat fertilitasnya dari negara-negara berkembang, digunakan variabel
sebagai alat analisis.
Menurut Tampubolon (2001:104), Variabel antara mempengaruhi
langsung fertilitas seorang wanita, semenjak faktor ekonomi, sosial budaya dan
lainnya akan berpengaruh secara tidak langsung, agar seorang wanita dapat
melahirkan, maka ia harus melalui tiga tahap, yaitu
1. Harus mengadakan hubungan seks
2. Harus mengalami kehamilan
3. Harus dapat melahirkan (partus)
Tampubolon (2001:105) menjelaskan bahwa variabel antara terdiri dari
11 variabel yang dikelompokkan, yakni Variabel Seks, variabel konsepsi dan
variabel gestasi.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan hubungan seks (variabel
hubungan seks).
a. Dimulai dan diakhirinya hubungan seks (ikatan seksual) dalam usia
1) Usia memulai hubungan seks.
2) Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah
mengadakan hubungan seks, yaitu wanita yang tidak pernah kawin.
3) Perpisahan pada usia reproduksi seperti perceraian, berpisah
ditinggal suami bekerja, pisah ranjang atau suami meninggal.
b. Kemungkinan hubungan seks selama dalam ikatan seksual
1) Abstinensi dengan sengaja atau sukarela.
2) Abstinensi karena terpaksa (karena impoten, sakit, perpisahan yang
tidak terelakkan tapi bersifat sementara).
3) Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk periode abstinensi)
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsepsi (variabel konsepsi)
a. Kesuburan dan kemandulan biologis yang tidak disengaja.
b. Digunakan atau tidaknya kontrasepsi baik yang kimiawi dan mekanis
maupun lainnya (tradisional).
c. Kesuburan dan kemandulan yang disengaja, seperti strilisasi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gestasi dan kelahiran dengan selamat
a. Mortalitas yang tidak disengaja seperti abortus.
b. Mortalitas yang disengaja seperti pengguguran.
2.1.8. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas
Menurut Siswono (2001:79), Faktor-faktor penunjang tingginya angka
1. Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama
atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti
KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding
bila peserta KB banyak.
2. MTingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang
berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang
merencanakan jumlah anak secara rasional.
3. Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah
anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara
berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak
4. Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk.
Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada
yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau
sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau
sebaliknya.
5. Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan
yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi
6. Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih
tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih
banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).
Menurut Tjokroamijojo (2001:105), Kelahiran bersifat menambah jumlah
penduduk. Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (anti natalitas) dan
yang mendukung kelahiran (pro natalitas). Faktor-faktor penunjang kelahiran (pro
natalitas) antara lain:
1. Kawin pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat kawin keluarga
akan malu.
2. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
3. Anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
4. Anak menjadi kebanggaan bagi orang tua.
5. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila
belum ada anak laki-laki, orang akan ingin mempunyai anak lagi.
Menurut Tjokroamijojo (2001:110), Faktor fertilitas mengakibatkan
pertambahan jumlah penduduk menjadi besar. Faktor-faktor penghambat
kelahiran (Fertilitas), antara lain:
1. Adanya program keluarga berencana yang mengupayakan pembatasan jumlah
anak.
2. Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun
3. Anggapan anak menjadi beban keluarga dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
4. Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan
anak diberikan hanya sampai anak ke – 2.
5. Penundaaan kawin sampai selesai pendidikan akan memperoleh pekerjaan.
Menurut berbagai studi yang telah dilakukan, penurunan angka fertilitas
total yang terjadi di Indonesia selain disebabkan oleh pelaksanaan program KB,
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini (Rujiman, 2011):
1. Umur Kawin Pertama
Dalam masyarakat Indonesia, hubungan antara laki – laki dan perempuan
dipandang harus melalui lembaga perkawinan yang sah menurut norma
agama dan menurut Undang – Undang Perkawinan Tahun 1974. Selain itu,
karena usia perkawinan juga dipengaruhi oleh adat istiadat dan anggapan
masyarakat tentang umur berapa sebaiknya perempuan meninkah, maka umur
kawin pertama dapat menjadi indicator dimulainya seseorang perempuan
berpeluang untuk hasil dan melahirkan. Dalam kondisi seperti ini, perempuan
yang kawin pada usia muda mempunyai tentang waktu untuk kehamilan dan
melahirkan, lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang kawin pada
umur yang lebih tua dan mempunyai lebih banyak anak dibandingkan dengan
mereka yang menikah pada umur lebih tua
2. Peningkatan Pendidikan Perempuan
Kesempatan perempuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi
yang menunda perkawinan untuk menyelesaikan pendidikan yang diinginkan.
Selain itu, perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung memilih terjun ke
pasar kerja terlebih dahulu sebelum memasuki perkawinan. Kalaupun mereka
menikah pada usia muda, pengetahuan mereka tentang alat pencegahan
kehamilan cukup tinggi sehingga sebagian dari mereka menunda kelahiran
anak atau menyelesaikan masa repoduksi, baru kemudian masuk ke pasar
kerja.
Hasil studi di Indonesia menunjukkan adanya hubungan yang berbentuk huruf
U terbalik antara tingkat pendidikan dengan jumlah anak yang dipunyai. Hasil
SDKI tahun 1994 dan 1997 menunjukkan hubungan dengan bentuk huruf U
terbalik. Pada pendidikan yang sangat rendah tingkat fertilitas rendah dan
angka kelahiran meningkat pada tingkat pendidikan tamat SD. Setelah tamat
SD, fertilitas menunjukkan penurunan dengan meningkatnya pendidikan
3. Partisipasi Perempuan Dalam Pasar Kerja.
Peningkatan pendidikan bagi perempuan dan peningkatan peluang bagi
perempuan untuk bekerja menyebabkan peningkatan partisipasi angkatan
kerja perempuan. Semakin terbukanya industry, terutama industry garmen
eletkronik, serta industry jasa menyebabkan banyak perempuan terjun ke
pasar kerja. Hal ini menyebabkan terjadinya penundaan usia kawin pertama.
Hatmadji dan Suradji (1979) menjelaskan bahwa hasil SUPAS 1985
memperlihatkan bahwa perempuan yang hanya mengurus rumah tangga saja
cenderung mempunyai anak yang lebih banyak, sedangkan perempuan yang
bahwa perbedaan jumlah anak yang dilahirkan antara perempuan yang
bekerja dan mengurus rumah tangga lebih besar diperkotaan daripada
diperdesaan.
4. Lingkungan Tempat Seseorang Dibesarkan
Tempat tinggal dari lahir sampai berumur 12 tahun dianggap mempengaruhi
persepsi dan jalan pikiran seseorang untuk bersikap dan berperilaku, termasuk
perilaku melahirkan. Seseorang yang dibesarkan di perkotaan akan
mempunyai sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh situasi perkotaan yang
umumnya lebih modern dibandingkan dengan tempat mereka yang
dibesarkan di daerah perdesaan. Selain itu, tempat tinggal di perkotaan
memudahkan diperolehnya informasi tentang berbagai pengetahuan modern
termasuk mengenai metode pengaturan dan pencegahan kehamilan
dibandingkan di perdesaan. Oleh sebab itu, muncul dugaan bahwa angka
kelahiran di daerah perkotaan akan lebih rendah dibandingkan dengan angka
kelahiran di perdesaan. Hasil SDKI 1997 menunjukkan bahwa angka fertilitas
total diperkotaan lebih rendah dibandingkan dengan angka fertilitas total di
perdesaan masing – masing 2,40 dan 2,98 (Adioetomo dan Samosir dalam
Rujiman, 2008).
Untuk menentukan jumlah kelahiran dalam satu wilayah digunakan
angka kelahiran (Fertilitas). Angka kelahiran yaitu angka yang menunjukkan
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan untuk mendukung
hasil penelitian ini nantinya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti/Tahun Judul
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian 1 Harniwita
(2008)
Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Gizi Keluarga Di Desa Buluh Cina Kecamatan Belajar Anak Kelas II Di SMK Triguna anak kelas II, namun dorongan orang tua
Sumber: Dari Berbagai Sumber, 2012
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasikan sebagai
antara variable-variabel penelitian yaitu variable bebas dengan variable terikat.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pendidikan dan
tingkat pendapatan. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah Fertilitas.
Pendidikan merupakan pendidikan formal yang telah dijalani oleh
penduduk yang diperoleh secara formal. Pendidikan formal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan secara bersama antara pemerintah dan swasta.
Contoh dari pendidikan formal ini adalah seperti, SD, SMP, SMA/SMK dan
Perguruan Tinggi.
Pendapatan merupakan jumlah penerimaan bulanan dari penduduk untuk
kehidupannya sehari – hari. Sumber pendapatan ini tidak menjadi perhatian
khusus. Sebab ukuran darimana tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap
variabel Fertilitas.
Sedangkan Fertilitas adalah tingkat kelahiran yang selamat, atau dengan
kata lain tingkat Fertilitas ini dapat diukur dengan jumlah anak yang dimiliki oleh
penduduk, yang nantinya akan dijadikan sampel penelitian.
Sesuai dengan teori yang telah diuraikan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi tingkat Fertilitas adalah ekonomi yang diukur dengan pendapatan
bulannnya dan pendidikan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada penelitian ini dapat disusun
kerangka konseptual untuk mengarahkan penelitian ini agar lebih menghasilkan
sesuai dengan harapan dari penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Pada
penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian ini yaitu
“Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dan pendapatan
terhadap fertilitas di Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang”.
Tingkat Pendidikan (X1)
Pendapatan (X2)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batangkuis, Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara
3.1.2. Waktu Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2014 sampai dengan
Juli 2014, dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Sumber: Direncanakan 2014
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang tidak mementingkan kedalaman data, tidak terlalu
menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data
sebanyak – banyaknya dari populasi yang luas, tetapi dengan mudah dapat
dianalisis, baik melalui rumus – rumus statistik maupun komputer. Sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asosiatif. Menurut Sugiono
(2010:5) “Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih”. Dalam Penelitian asosiatif akan diamati
secara seksama aspek-aspek tertentu yang berkainta erat dengan masalah yang
diteliti, sehingga diperoleh data primer yang menunjang penyusunan laporan
penelitian ini
3.3. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan
dan pendapatan sebagai variabel independen dan Fertilitas sebagai variabel
dependen. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel tidak bebas yaitu variabel yang dapat
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Fertilitas sebagai variabel Y. Variabel ini akan diukur dengan melihat
faktor yang mempengaruhinya seperti pada gambar kerangka konseptual.
2. Variabel Independen
Variabel Independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah tingkat pendidikan sebagai variabel X1, dan pendapatan sebagai
variabel X2, dengan kriteria sesuai dengan yang tertera pada gambar
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Sumber Indikator Skala
Pengukuran
Pendidikan Idris Zahara (1995) 1. Peserta Didik 2. Alat Pendidikan 3. Tujuan Pendidikan 4. Guru
5. Lingkungan Pendidikan
Interval
Pendapatan Ahmad Yani (2002) 1. Jenis pekerjaan atau jabatan
2. Pendidikan 3. Masa kerja
4. Jumlah anggota keluarga
Interval
Fertilitas Siswono (2001) 1. Kepercayaan dan Agama 2. Kondisi Perekonomian 3. Adat Istiadat di
Masyarakat
4. Kematian dan Kesehatan 5. Struktur Penduduk
Interval
Sumber : Idris Zahara (1995), Ahmad Yani (2002), Siswono (2001)
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Menurut
Rochacty, dkk (2007:63) “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau
segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu”. Populassi dalam penelitian
adalah pasangan usia subur yang berada di wilayah Kecamatan Batangkuis
Kabupaten Deli Serdang. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 10.041
pasangan usia subur di kecamatan Batangkuis.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
ditarik dari populasi. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah
metode Random Sampling. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
digunakan rumus Slovin sebagai berikut (Intijanto, 2009):
1
d = presisi yang ditetapkan (dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 10%)
Dengan demikian maka jumlah sampel yang diambil sebanyak :
100
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Untuk
memperoleh data tersebut digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
3.5.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui :
1. Observasi
Yaitu pengamatan penelitian dengan cara peninjauan langsung ke wilayah
Batangkuis
2. Angket (quesioner)
Yaitu dengan menyebarkan daftar pertanyaan pada responden yang dijadikan
disediakan. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala likert
dengan kriteria skala jawaban pada angket adalah seperti berikut ini:
Jawaban A Bobot = 5
Jawaban B Bobot = 4
Jawaban C Bobot = 3
Jawaban D Bobot = 2
Jawaban E Bobot = 1
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi dokumen, yaitu mengumpulkan
data-data yang dibutuhkan dari dokumen yang dimiliki pemerintah Kecamatan
Batangkuis.
3.6. Pengujian Kualitas Data
3.6.1. Uji Validitas
Tujuan dari dilakukannya uji validitas adalah untuk mengukur ketepatan
suatu instrumen penelitian atau dengan kata lain bahwa uji ini dilakukan untuk
mengetahui sejauhmana item pertanyaan yang digunakan dapat menguji suatu
model dalam penelitian ini. Adapun kriteria pengujian ini dilakukan dengan
membandingkan nilai korelasi masing-masing item pertanyaan terhadap totalnya
( r- hitung ) dengan r-tabel, dimana item pertanyaan dikatakan valid jika r-hitung
lebih besar dari r-tabel ( r-hitung > r-tabel ).
3.6.2. Uji Reliabilitas
Pengujian ini dilakukan untuk menjamin instrumen yang digunakan
sehingga apabila digunakan berulang-ulang maka akan menghasilkan yang sama.
Reliabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan nilai 1, reliabilitas dianggap sudah
cukup memuaskan atau tinggi adalah lebih besar atau sama dengan 0,60. Untuk
pengujian ini dilakukan dengan teknik Cronbach Alfa.
3.6.3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel independen dan dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Nilai
residual mengikuti distribusi normal. Untuk melihat distribusi data normal atau
tidak menggunakan analisa statistic, sebab uji normalitas dengan grafik dapat
menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual. Uji normalitas statistik ini
meggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (Wahid Sulaiman, 2004:90).
3.6.4. Uji Asumsi Klassik
1. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2001:91) uji multikolineritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Sebuah persamaan regresi dikatakan baik bila persamaan
tersebut memiliki variabel independen yang saling tidak berkorelasi.
Multikolineritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance
inflation faktor (VIF) apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan VIF
kurang dari 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolineritas.
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
kepengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang
homoskesdatisitas atau tidak menjadi heteroskedastisitas.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis penelitian ini adalah analisis statistik dan menggunakan software
SPSS 16, yaitu:
3.7.1. Statistik Deskriptif
Stastik deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi
sebuah informasi. Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran
terhadap data-data variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
3.7.2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial bertujuan untuk menguji apakah model regresi
variabel pengganggu memiliki distibusi normal. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendekati
apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafis dan uji
statistic.
1. Regresi Linear Berganda
Sebelum menganalisis data yang terkumpul melalui penelitian ini, terlebih
dahulu diterapkan metode analisis yang akan digunakan sehingga
pelaksanaannya lebih muda dan terarah. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier berganda. Data dianilisis dengan model sebagai berikut:
Dimana:
Y = Variabel dependen (Fertilitas)
a = Konstanta
X1 = Variabel Independen (tingkat pendidikan)
X2 = Variabel Independen (pendapatan)
b1 = Koefisien regresi tingkat pendidikan
b2 = Koefisien regresi pendapatan
e = Faktor lain diluar model
2. Koefiisien Determinasi
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Nilainya antara 0 – 1, semakin
mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan
amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati angka satu, suatu model
semakin baik.
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji-F dan uji-t
a. Pengujian secara Simultan (Uji F Statistik)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam
penelitian ini, H3 diuji dengan menggunakan uji-F (analisis regresi
berganda). Hipotesis ketiga dianalisis regresi berganda untuk melihat
seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan pendapatan secara
b. Uji Parsial (Uji t Statistik)
Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, atau dengan kata lain
untuk menguji pengaruh variabel independen dan variabel dependen
secara parsial. H1 dan H2 diuji dengan menggunakan uji t (regresi linear
sederhana). Dimana dalam hal ini adapun bentuk kriteria yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Ho diterima apabila t hitung < t tabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Batangkuis
Daerah Kecamatan Batangkuis terletak di wilayah Kabupaten Deli
Serdang dengan jarak dari Ibukota Kabupaten (Lubuk Pakam) sejauh ± 15Km.
Ketinggian wilayahnya dari atas permukaan laut antara 4 – 30 meter, dan
dikategorikan daerah dataran rendah yang luasnya ± 40.43 Km2 terdiri dari 11
Desa dan 72 Dusun. Adapun batas wilayah kecamatan Batangkuis adalah sebagai
berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Labu.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beringin dan Pantai Labu.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan.
Komposisi penduduk yang multi etnis terdiri dari berbagai suku bangsa
antara lain: Jawa, Tapanuli, Karo, Minang, Melayu, Agama yang dianut terdiri
dari Islam. Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha, dimana Islam adalah sebagai
agama mayoritas.
Sebagian besar rumah tangga memiliki mata pencaharian utama disektor
pertanian, perkebunan dan lahan pertanian pada umumnya adalah sawah tadah
hujan.
Jumlah penduduk menurut Kelompok Umur di Kecamatan Batangkuis
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelompok Umur
Sumber: Batangkuis Dalam Angka, 2011
Tabel 4.1. mengambarkan bahwa jumlah penduduk pada usia Balita
cukup tinggi yaitu sebanyak 4.014 orang atau sama dengan 7,15% dibandingkan
dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk dilihat dari
usia 5 – 9 tahun (anak – anak) adalah sebanyak 5.154 orang atau sama dengan
9.18% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah
penduduk dari usia 10 -14 tahun dan 15 – 19 tahun (golongan remaja) adalah
sebanyak 11.833 orang atau sama dengan 21,06% dibandingkan dengan jumlah
penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk dari usia 20 -24 tahun dan 25
– 25 tahun (Pemuda) adalah sebanyak 10.156 orang atau sama dengan 18.08%
dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk
dari usia 30 - 60 tahun (Dewasa) adalah sebanyak 22.311 orang atau sama dengan
39.72% dibandingkan dengan jumlah penduduk kecamatan Batangkuis.
Sedangkan jumlah penduduk dari usia 60 tahun keatas (Tua) adalah sebanyak
2.702 orang atau sama dengan 4.81% dibandingkan dengan jumlah penduduk
berada di Batangkuis didominasi oleh orang dengan golonga umur Dewasa yaitu
sekitar 30 – 60 tahun atau sama dengan 39.72%.
Selanjut jika dilihat dari mata pencaharian, maka diketahui bahwa
sumber mata pencaharian penduduk di Kecamatan Batangkuis Tahun 2010 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Sumber Mata Pencarian Penduduk
Sumber: Batangkuis Dalam Angka, 2011
Tabel 4.2. menggambarkan bahwa jumlah penduduk yang memiliki
sumber mata pencarian dari bertani adalah sebanyak 20.644 orang atau sama
dengan 46,55% dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di
kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian
dari berdagang adalah sebanyak 1.320 orang atau sama dengan 2,96%
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis.
Jumlah penduduk yang memiliki sumber mata pencarian dari melaut (nelayan)
adalah sebanyak 25 orang atau sama dengan 0,06% dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang bekerja di kecamatan Batangkuis. Jumlah penduduk yang