• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PALA DI KECAMATAN TAPAK TUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TESIS. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PALA DI KECAMATAN TAPAK TUAN KABUPATEN ACEH SELATAN TESIS. Oleh"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TUAN KABUPATEN ACEH SELATAN

TESIS

Oleh

DIAN HABIBIE 147039001/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 0 1 7

(2)

TUAN KABUPATEN ACEH SELATAN

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIAN HABIBIE 147039001/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2 0 1 7

(3)

Nama : Dian Habibie

NIM : 147039001

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Prof.Dr.Ir.Zulkifli Lubis,MApp.Sc)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Ir.Rahmanta, MSi) (Dr. Ir. Hasanuddin, MS)

(4)

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

Anggota : 1. Prof.Dr.Ir.Zulkifli Lubis,M.App.Sc 2. Ir.Iskandarini, MM, PhD

3. Sri Fajar Ayu, SP,MM,DBA

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN

PENDAPATAN PETANI PALA DI KECAMATAN TAPAK TUAN KABUPATEN ACEH SELATAN

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2017 yang membuat pernyataan,

Dian Habibie

NIM. 147039001/MAG

(6)

Dipersembahkan kepada:

Dipersembahkan kepada:

Dipersembahkan kepada:

Dipersembahkan kepada:

Orang tua,Adik Orang tua,Adik Orang tua,Adik

Orang tua,Adik dan Seluruh Keluarga dan Seluruh Keluarga dan Seluruh Keluarga dan Seluruh Keluarga

(7)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Petani Pala Di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan

The Factors which Influence the Production and Income of Nutmeg Growers in Tapak Tuan , Aceh Selatan Regency

Dian Habibie

Magister Agribisnis, Universitas Sumatera Utara dianhabibie90@gmail.com

Abstrak

Tanaman Pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan petani pala di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dikarenakan tanaman pala merupakan tanaman endemik Provinsi Aceh khususnya Aceh Selatan. Daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode pengambilan sampel adalah metode kebetulan (Accidental), metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi linier. Hasil penelitian: Faktor Produksi (luas lahan, umur tanaman, pupuk dan tenaga kerja) secara bersama-sama berpengaruh positif/signifikan terhadap produksi pala. Faktor Pendapatan (biaya pupuk dan biaya kerja) secara bersama- sama berpengaruh positif/signifikan terhadap pendapatan petani pala.

Kata Kunci : Produksi, Luas Lahan, Umur Tanaman, Pupuk, Tenaga Kerja, Faktor-Faktor Pendapatan, Biaya Pupuk, Biaya Tenaga Kerja

Abstract

Nutmeg tree (Myristica fragrans houtt) is the Indonesia indigenous plant which comes from Banda Island. The objective of the research was to find out the factor of production which influenced nutmeg growers’ income in Tapak Tuan Subdistrict, South Aceh Regency. The research area was determined purposively because nutmeg tree is an endemic plant of Aceh Province, especially of South Aceh, which could give information in the research. The samples were taken accidentally, and the data were analyzed by using linear regression method. The result of the research showed that the factors of production (land area, plant age, fertilizers, and manpower) simultaneously had positive and significant influence on nutmeg production. The factors of income (cost for fertilizers and cost for manpower) simultaneously had positive and significant influence on nutmeg growers’ income.

Keywords: Production, Land Area, Plant Age, Fertilizer, Manpower, Factor Income, Cost for Fertilizer, Cost for Manpower

(8)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr.

Ir. Zulkifli Lubis, M.App. Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua terutama dalam pertanian pala di Indonesia.

Medan, April 2017

Penulis

(9)

DIAN HABIBIE, lahir di Medan pada tanggal 15 Desember 1990 dari Bapak Aminullah dan Ibu Nilawati Pane. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar Negeri 049 Sei Sagu, tamat tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Lirik tamat tahun 2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pasir Penyu, tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 diterima di Fakultas Pertanian di INSTIPER Yogyakarta tamat tahun 2013.

5. Tahun 2014 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.

(10)

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Pala ... 6

2.1.1. Persiapan Lahan Pala ... 7

2.1.2. Pengendalian Hama dan Penyakit ... 9

2.1.3. Panen ... 11

2.2. Manfaat Pala ... 12

2.3. Penelitian Terdahulu ... 13

2.4. Landasan Teori ... 14

2.4.1. Teori Produksi ... 14

2.4.2. Teori Pendapatan ... 15

2.5. Kerangka Pemikiran ... 15

2.6. Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Lokasi ... 19

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 19

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4. Metode Analisis Data ... 21

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 21

3.6. Definisi Operasional ... 22

(11)

4.2.1. Karakteristik Sampel Menurut Usia ... 24

4.2.2. Karakteristik Sampel Menurut Tingkat Pendidikan ... 25

4.3. Hasil dan Pembahasan ... 27

4.3.1. Analisis Data Produksi ... 27

4.3.1.1. Uji Asumsi Klasik ... 27

4.3.1.1.1. Normalitas ... 27

4.3.1.1.2. Multikolenearitas ... 28

4.3.1.1.3. Heteroskedastisitas ... 29

4.3.1.2. Uji Hipotesis ... 30

4.3.1.2.1. Koefisien Determinasi ... 30

4.3.1.2.2. Uji Serempak (Uji F) ... 31

4.3.1.2.3. Uji Parsial (Uji T) ... 31

4.3.2. Analisis Data Pendapatan ... 34

4.3.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 34

4.3.2.1.1. Normalitas ... 34

4.3.2.1.2. Multikolenearitas ... 35

4.3.2.1.3. Heteroskedastisitas ... 35

4.3.2.2. Uji Hipotesis ... 36

4.3.2.2.1. Koefisien Determinasi ... 36

4.3.2.2.2. Uji Serempak (Uji F) ... 37

4.3.2.2.3. Uji Parsial (Uji T) ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 40

5.2. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43

(12)

No Judul Hal

1. Produksi Komoditi Pala di Indonesia Tahun 2010-2015 ... 2

2. Luas Lahan dan Produksi Pala di Aceh Selatan Tahun 2006-2015 ... 3

3. Potensi Areal Pala di Aceh Selatan pada Tahun 2015 ... 4

4. Kesesuaian Lingkungan Tanaman Pala ... 7

5. Peneliti terdahulu ... 13

6. Data produksi ... 20

7. Data Pendapatan ... 21

8. Karakteristik Sampel Menurut Usia ... 24

9. Karakteristik Sampel Menurut Pendidikan ... 26

10. Koefisien Multikolinearitas Produksi ... 28

11. Korelasi Heterokedastisitas Produksi ... 29

12. Hasil Uji R Produksi Petani Pala ... 30

13. Hasil Uji F Produksi Petani Pala ... 31

14. Hasil Uji T Produksi Petani Pala... 32

15. Koefisien Multikolinearitas Pendapatan ... 35

16. Korelasi Heterokedastisitas Pendapatan ... 36

17. Hasil Uji R Pendapatan Petani Pala ... 37

18. Hasil Uji F Pendapatan Petani Pala ... 37

19. Hasil Uji T Pendapatan Petani Pala ... 38

(13)

No Judul Hal 1. Skema kerangka pemikiran sarana produksi pendapatan petani pala .. 17 2. Peta aceh selatan ... 23 3. Sampel menurut usia ... 25 4. Sampel menurut tingkat pendidikan ... 26 5. Histogram dari faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi

petani buah pala ... 27 6. Histogram dari faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan

petani buah pala ... 34

(14)

No Judul Hal

1. Tahun tanam dan umur tanaman pala ... 43

2. Total biaya pupuk tanaman pala ... 46

3. Total biaya tenaga kerja ... 52

4. Total biaya produksi ... 55

5. Total biaya penerimaan ... 58

6. Pendapatan Petani Pala ... 61

7. Total jumlah variabel X dan Y ... 64

8. Regression Produksi ... 67

9. Regression Pendapatan ... 71

(15)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Petani Pala Di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan

The Factors which Influence the Production and Income of Nutmeg Growers in Tapak Tuan , Aceh Selatan Regency

Dian Habibie

Magister Agribisnis, Universitas Sumatera Utara dianhabibie90@gmail.com

Abstrak

Tanaman Pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan petani pala di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive dikarenakan tanaman pala merupakan tanaman endemik Provinsi Aceh khususnya Aceh Selatan. Daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Metode pengambilan sampel adalah metode kebetulan (Accidental), metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi linier. Hasil penelitian: Faktor Produksi (luas lahan, umur tanaman, pupuk dan tenaga kerja) secara bersama-sama berpengaruh positif/signifikan terhadap produksi pala. Faktor Pendapatan (biaya pupuk dan biaya kerja) secara bersama- sama berpengaruh positif/signifikan terhadap pendapatan petani pala.

Kata Kunci : Produksi, Luas Lahan, Umur Tanaman, Pupuk, Tenaga Kerja, Faktor-Faktor Pendapatan, Biaya Pupuk, Biaya Tenaga Kerja

Abstract

Nutmeg tree (Myristica fragrans houtt) is the Indonesia indigenous plant which comes from Banda Island. The objective of the research was to find out the factor of production which influenced nutmeg growers’ income in Tapak Tuan Subdistrict, South Aceh Regency. The research area was determined purposively because nutmeg tree is an endemic plant of Aceh Province, especially of South Aceh, which could give information in the research. The samples were taken accidentally, and the data were analyzed by using linear regression method. The result of the research showed that the factors of production (land area, plant age, fertilizers, and manpower) simultaneously had positive and significant influence on nutmeg production. The factors of income (cost for fertilizers and cost for manpower) simultaneously had positive and significant influence on nutmeg growers’ income.

Keywords: Production, Land Area, Plant Age, Fertilizer, Manpower, Factor Income, Cost for Fertilizer, Cost for Manpower

(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sektor pertanian yang besar. dimana sektor pertanian tersebut terus berkembang pesat, hingga dapat dilakukan ekspor ke negara lain dan menghasilkan devisa bagi negara. Selain sektor pertanian yang besar, hasil pertanian yang cukup dikenal ialah rempah-rempah, dimana dalam sejarah Indonesia. Belanda datang ke Indonesia dan menjajah guna mandapatkan rempah-rempah. Salah satu rempah yang terkenal adalah buah pala.

Tanaman Pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman Pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, pala termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species (jenis). Dari 15 marga tersebut 5 marga di antaranya berada di daerah tropis Amerika, 6 marga di tropis Afrika dan 4 marga di tropis Asia.

Tanaman Pala merupakan tumbuhan berbatang sedang dengan tinggi mencapai 20 m, memiliki daun berbentuk bulat telur atau lonjong yang selalu hijau sepanjang tahun. Pohon Pala dapat tumbuh di daerah tropis pada ketinggian di bawah 700 m dari permukaan laut, beriklim lembab dan panas, curah hujan 2.000-3.500 mm tanpa mengalami periode musim kering secara nyata. Daerah penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Barat dan Papua (Larasati, dkk. 2008).

(17)

Aceh merupakan salah satu sentra produksi pala di Indonesia dimana produksi pala di Aceh terus meningkat dan Aceh Selatan merupakan salah satu kabupaten di Aceh yang produksi pala-nya terus meningkat dari tahun ke-tahun hal ini dapat disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Produksi Komoditi Pala di Indonesia Tahun 2010-2015

Sumber : Kementrian Pertanian Republik Indonesia

Keterangan : Maluku Utara dan Aceh merupakan sentra produksi pala di Indonesia

No. Daerah Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Provinsi Aceh 2692 2380 5790 6451 8232 8410

2 Provinsi Bali - - 14 14 -

3 Provinsi Bangka-Belitung - - - - -

4 Provinsi Banten 2 2 1 1 1 -

5 Provinsi Bengkulu 4 6 9 17 17 21

6 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - - - - - -

7 Provinsi DKI Jakarta - - - - - -

8 Provinsi Gorontalo 3 5 5 5 6 -

9 Provinsi Jambi - - - - - -

10 Provinsi Jawa Barat 556 775 836 1232 1018 -

11 Provinsi Jawa Tengah 43 94 81 174 154 -

12 Provinsi Jawa Timur 7 19 18 7 7 -

13 Provinsi Kalimantan Barat - 3 3 4 10 -

14 Provinsi Kalimantan Selatan - - - - - -

15 Provinsi Kalimantan Tengah - - - - - -

16 Provinsi Kalimantan Timur 1 1 - - - -

17 Provinsi Kalimantan Utara - - - - - -

18 Provinsi Kepulauan Riau - - - - - -

19 Provinsi Lampung 28 48 54 65 49 -

20 Provinsi Maluku 2027 2663 4642 4321 4456 4406

21 Provinsi Maluku Utara 4436 7179 6788 6783 6026 7549

22 Provinsi Nusatenggara Barat 82 84 - 162 - -

23 Provinsi Nusatenggara Timur 71 84 106 162 156 -

24 Provinsi Papua 1 5 - - - -

25 Provinsi Papua Barat 1373 1373 1373 3014 4658 4658

26 Provinsi Riau - - - - - -

27 Provinsi Sulawesi Barat - - - - 16 -

28 Provinsi Sulawesi Selatan 390 515 495 518 523 -

29 Provinsi Sulawesi Tengah 80 86 173 209 227 201

30 Provinsi Sulawesi Tenggara 102 133 196 369 519 576

31 Provinsi Sulawesi Utara 3024 3307 3410 3455 5203 -

32 Provinsi Sumatera Barat 842 1172 1225 1332 1388 1450

33 Provinsi Sumatera Selatan - - - - - -

34 Provinsi Sumatera Utara 17 27 27 32 43 -

TOTAL 15781 19961 25232 28327 32723 27271

(18)

Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Pala di Aceh Selatan Tahun 2006-2015

Sumber: BPS Aceh Selatan (Statistik 2015)

Keterangan : Terjadi peningkatan luas lahan dan peningkatan produksi pala dari tahun ketahun

Tabel 1, menunjukkan produksi pala di Aceh menduduki Peringkat Ke-2 dari produksi pala nasional. Peringkat pertama di tempati oleh Maluku Utara dengan jumlah produksi di tahun 2015 sebesar 7.549 ton. Aceh sendiri memiliki sentra produksi pala yang terdapat di Aceh Selatan. Aceh selatan memiliki potensi besar pada komoditi pala yang dapat dilihat pada Tabel 2. dimana terjadi peningkatan luas lahan serta diiringi dengan peningkatan produksi pala di Aceh Selatan. Tahun 2013 Aceh Selatan memiliki luas lahan 15.230 Ha dan menghasilkan 5.906 Ton, kemudian dilanjutkan pada tahun berikutnya 2014 dimana Aceh Selatan meningkatkan luas lahan dan terbukti produksinya meningkat menjadi 6.510 Ton, sedangkan pada tahun 2015 produksi pala di Aceh Selatan kembali meningkat menjadi 6614 Ton. Apabila hal ini dapat dipertahankan Aceh Selatan akan dapat bersaing dengan Maluku Utara sebagai sentra penghasil pala utama di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel.3 yang menunjukkan potensi luas areal pala di Aceh Selatan.

NO TAHUN

LUAS AREAL (Ha)

JUMLAH (Ha)

PRODUKSI (Ton)

RATA-RATA PRODUKTIVITAS

(Kg/Ha)

JUMLAH PETANI

(KK)

TBM TM TR

1 2006 4914 4379 1886 11179 3714 848 14113

2 2007 5909 4747 1231 11887 4096 863 12979

3 2008 6357 4759 1284 12400 3909 821 14294

4 2009 7601 4651 1159 13411 3909 821 15806

5 2010 7670 4997 1209 13876 4168 834 16549

6 2011 7404 5597 1182 14183 4650 830 16547

7 2012 7259 6518 1114 14891 5192 797 17566

8 2013 7010 7356 864 15230 5906 803 17865

9 2014 7013 7773 1024 15810 6510 838 18732

10 2015 6910 7851 1060 15821 6614 842 20401

(19)

Tabel 3. Potensi Areal Pala di Aceh Selatan pada tahun 2015

No. Kecamatan Potensi Areal Pala (Ha)

1 Labuan Haji Barat 282

2 Labuan Haji 403

3 Labuan Haji Timur 408

4 Meukek 2450

5 Sawang 1152

6 Samadua 658

7 Tapaktuan 295

8 Pasie Raja 414

9 Kluet Utara 207

10 Kluet Tengah 66,65

11 Kluet Selatan 50

12 Kluet Timur 171

13 Bakongan -

14 Bakongan Timur 468

15 Kota Bahagia 154

16 Trumon 20

17 Trumon Tengah 106,5

18 Trumon Timur 265

Jumlah 7570,15

Sumber : Dinas Pertanian Aceh Selatan

Keterangan : Potensi areal pala terbesar terdapat di Kecamatan Meukek serta diikuti oleh Kecamatan Sawang dan Samadua

Dari data Tabel.3 dapat dilihat potensi luasan areal Aceh Selatan pada 2015 masih besar yaitu 7.570,15 Ha yang bisa dikembangkan di Aceh Selatan untuk tanaman pala. Aceh Selatan sendiri sampai saat ini menggunakan 15.821 Ha lahan yang telah dibuka untuk komoditi pala, yang berarti 32,37% lahan memiliki potensi untuk ditanami tanaman pala.

Aceh memiliki luas areal lahan pala yang besar terutama di Kabupaten Aceh Selatan dan produksi pala di Aceh terus meningkat dari tahun ketahun. Potensi Indonesia untuk memproduksi pala serta permintaan dunia terhadap pala didunia cukup besar. Sehingga penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Faktor-

(20)

faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan petani pala di kecamatan tapak tuan kabupaten Aceh Selatan.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi petani pala di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan.

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan petani pala di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi buah pala di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan petani pala di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Menambah wawasan bagi petani pala dalam mengambil keputusan dalam bertani buah pala.

2. Sebagai masukan di kalangan akademisi dan peneliti dalam melanjutkan penelitian ini.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Pala

Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) dapat tumbuh baik di daerah- daerah yang mempunyai ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut.

Tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur, subur dan sangat cocok pada tanah Vulkanis yang mempunyai pembuangan air (drainase) yang baik. Tanaman Pala juga dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang bertekstur pasir sampai lempung dengan bahan organis yang tinggi. Pada tanah yang kurang subur, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik jika dilakukan pemupukan dan perawatan yang baik.

Sedangkan pH tanah yang cocok untuk tanaman pala adalah 5,5-6,5. (Sunanto.

1993).

Curah hujan terbaik untuk produksi pala adalah 2000-3500 mm/tahun dengan suhu 25-28ºC, tanaman pala juga membutuhkan iklim yang panas dengan curah hujan yang tidak berubah sepanjang tahun. Disamping itu tanaman pala tergolong sebagai tanaman yang peka terhadap angin kencang sehingga dibutuhkan tanaman pelindung. Tanaman pelindung ini juga berfungsi melindungi pala dari sengatan sinar matahari yang terik terutama pada tanaman pala yang masih muda yakni sebelum berumur 4 tahun. (Sunanto. 1993).

Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa kesesuaian lingkungan tanaman Pala dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria yaitu: sangat sesuai, sesuai dan hampir sesuai.

Kriteria sangat sesuai bagi tanaman pala adalah ketinggian 0-700 meter dengan curah hujan 2000-3500 mm/th, memiliki hari hujan 100-160 hari dengan

(22)

temperature 25-28ºC, kelembaban nisbih 60-80%, drainase baik, tekstur tanah berpasir dengan kemasaman tanah (pH) netral.

Tabel 4. Kesesuaian Lingkungan Tanaman Pala

Faktor Kriteria Lokasi

Sangat Sesuai Sesuai Hampir Sesuai

Ketinggian (d.p.l) 0-700 m 700-900 m 900 m

Curah Hujan (mm/th) 2000-3500 1500-2000 1500 atau 4500

Hari Hujan 100-160 80-100 atau 160-180 80 atau 180

Temperatur (ºC) 25-28 20-25 25-31

Kelembaban Nisbih (%) 60-80 55-60 55 atau 85

Drainase Baik Agak baik – baik Agak baik

Tekstur Tanah Berpasir Liat berpasir ataulempung

berpasir

Liat atau berpasir dan kedalaman efektif 1 meter

Kemasaman Tanah (pH) Netral Agak masam

Sumber : Direktorat Jendral Pertanian (2013)

Keterangan : Lahan yang baik untuk tanaman Palah adalah dengan ketinggian 0-700 meter diatas permukaan laut, curah hujan tinggi, drainase baik dan tekstur tanah berpasir

2.1.2. Persiapan Lahan Pala

Pengembangan tanaman pala diawali dengan penanaman pohon pelindung, yaitu dengan menanam pohon kenari atau memanfaatkan pertanaman kelapa yang sudah ada sebagai pelindung.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan lahan antara lain (Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Perkebunan. 2016) :

a. Pohon pelindung sebaiknya tumbuh baik dengan jarak tanam 20 x 20 m.

b. Persiapan lubang tanam untuk tanaman pala dengan jarak tanam 8 x 8 m atau 7 x 7 m.

c. Pengisian lubang tanam dengan tanah bercampur pupuk kandang yang sudah matang.

(23)

1. Pembukaan Lahan

Pembabatan semak belukar dan penebangan pohon-pohon pada areal perkebunan yang baru dibuka. Pengolahan lahan dengan menyingkirkan akar dan sisa-sisa tanaman sehingga tercipta areal yang bersih. Pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar lubang tanam berupa piringan dengan jarak 1 m dari lubang tanam

2. Penanaman Pohon pelindung

Tanaman Pala muda membutuhkan pohon pelindung sebagai naungan terhadap panas sinar matahari langsung dan sebagai penahan angin yang keras karena sangat peka terhadap angin keras. Tiupan angin yang keras dapat mengakibatkan kerusakan pada bagian atas mahkota pohon. Disamping itu dapat mengakibatkan buah yang masih muda berjatuhan. Beberapa pohon pelindung yang dapat digunakan antara lain kenari, dadap, kelapa dan berbagai jenis tanaman yang tinggi dan besar.

Tanaman pelindung yang digunakan sebaiknya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Cepat pertumbuhannya dan lebih tinggi dari tanaman pala.

b. Batang pokok maupun cabang-cabangnya tidak mudah patah.

c. Tidak membentuk mahkota yang lebar dan padat sehingga suasananya tidak terlalu teduh.

d. Daunnya tidak rontok pada musim kemarau.

e. Bukan merupakan pohon inang dari hama dan penyakit pala.

f. Pada awalnya, tanaman pelindung ditanam dengan jarak 20 x 20 m.

3. Pembuatan Lubang Tanam

(24)

Sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam, ditentukan dahulu jarak tanam yang akan digunakan. Jarak tanam untuk tanaman pala adalah 8 m x 8 m atau 7 m x 7 m. Lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm.

Dalam penggalian lubang, tanah lapisan atas dan lapisan bawah dipisah.

Lubang tanah dibiarkan terbuka selama 2– 4 minggu kemudian tanah dikembalikan seperti semula, lapisan bawah dikembalikan ke bagian bawah, dan lapisan atas terlebih dahulu dicampur dengan pupuk kandang matang lalu dikembalikan ke bagian atas. Penanaman dapat dilakukan dua atau tiga minggu kemudian.

2.1.2. Pengendalian Hama dan Penyakit (Kementrian Pertanian Direktorat Jendral Perkebunan. 2013)

1. Hama Tanaman

a. Penggerek Batang (Batocera sp)

Tanda Serangan penggerek batang, yakni terdapat lubang gerekan pada batang dengan diameter 0,5-1 cm, dimana didapati serbuk kayu. Tanaman Pala yang terserang oleh hama ini dalam waktu tertentu dalam mengalami kematian.

b. Anai-anai (Rayap)

Hama anai-anai mulai menyerang dari akar tanaman, kemudian masuk ke pangkal batang dan akhirnya sampai ke dalam batang. Tanda serangan dari hama ini ialah terjadinya bercak hitam pada permukaan batang. Jika bercak hitam itu dikupas, maka sarang dan saluran yang dibuat oleh anai-anai (rayap) akan kelihatan.

c. Kumbang Areoceum foriculatus

Hama ini berukuran kecil dan sering menyerang biji pala. Imagonya menggerek biji, kemudian meletakkan telur di dalamnya. Di dalam biji tersebut,

(25)

telur akan menetas dan menjadi lundi yang dapat menggerek biji pala secara keseluruhan.

2. Penyakit Tanaman a. Penyakit Kanker Batang

Tanda serangan dari penyakit ini adalah terjadinya pembengkakan batang, cabang atau ranting tanaman yang diserang. Pencegahan terhadap penyakit ini dapat dilakukan antara lain dengan membersihkan kebun dari semak belukar, memangkas bagian terserang dan kemudian dibakar.

b. Penyakit Belah Putih

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Coreneum sp. Serangan penyakit ini dapat menyebabkan buah terbelah dan gugur sebelum tua. Gejala serangannya ialah terdapat bercak-bercak kecil berwarna ungu kecoklat-coklatan pada bagian kulit buah. Bercak-bercak tersebut kemudian dan berwarna hitam. Daging buah kemudian mulai tebelah dan gugur. Terbelahnya buah sebelum waktunya kemungkinan disebabkan oleh ketidakseimbangan pembesaran biji dan daging buah.

c. Penyakit Rumah Laba-laba

Penyakit ini terutama menyerang cabang, ranting dan daun. Tanda serangan dari penyakit ini ialah daun mengering dan kemudian diikuti mengeringnya ranting dan cabang. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara memangkas cabang, ranting dan daun yang terserang kemudian dibakar. Dengan cara ini akan mencegah dan menghambat serangan penyakit yang lebih luas.

(26)

d. Penyakit Busuk Buah

Penyakit busuk buah pada pala terbagi manjadi dua, yaitu busuk kering dan busuk basah. Busuk kering terjadi pada umur buah 4 bulan dan disebabkan oleh jamur Stignina myristicae. Sedangkan pada busuk basah disebabkan oleh jamur Collectorichum gloeosporiodes yang menyerang atau menginfeksi buah yang luka.

e. Penyakit Gugur Buah Muda

Gejala-gejala dari serangan penyakit ini adalah adanya buah muda yang gugur. Dimulai dengan gugurnya beberapa buah muda, kemudian semakin banyak buah muda yang gugur. Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan jelas.

(Sunanto.1993).

2.1.3. Panen

Umumnya pohon pala mulai berbuah pada umur 7 tahun dan pada umur 10 tahun telah berproduksi secara menguntungkan. Produksi pala akan terus mengingkat dan pada umur 25 tahun mencapai produksi tertinggi. Pohon pala dapat terus berproduksi sampai 60-70 tahun. Pada umumnya buah pala dapat di petik setelah masak, yaitu sekitar 6-7 bulan sejak mulai bunga. Tanda-tanda buah pala sudah masak adalah jika sebagian dari buah pala tersebut mulai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli berwarna merah. Jika sudah mulai merekah dibiarkan tetap di pohon selama 2-3 hari, maka pembelahan buah menjadi sempurna (buah terbelah dua) dan bijinya akan jatuh ke tanah.

Buah Pala juga dapat membelah sebelum masak, terutama bila ada pengaruh perbedaan suhu udara yang terlalu besar, misalnya pada siang hari

(27)

suhunya sangat panas dan pada malam hari suhunya sangat dingin dan yang biasanya terjadi pada musim kemarau. Biji dari buah yang membelah sebelum masak bentuknya kurus dan jika dikeringkan akan menjadi keriput. Kualitas biji seperti ini nilai ekonominya rendah. (Sunanto. 1993)

2.2. Manfaat Pala

Selain sebagai rempah-rempah, pala juga berfungsi sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri pengalengan, minuman dan kosmetik (Astawan, 2008).

Bagian-bagian tanaman pala tersebut adalah : 1. Kulit batang dan daun

Batang/kayu pohon pala yang disebut dengan “kino” hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Kulit batang dan daun tanaman pala menghasilkan minyak atsiri.

2. Fuli

Fuli adalah benda untuk menyelimuti biji buah pala yang berbentuk seperti anyaman pala, disebut “bunga pala”. Bunga pala ini dalam bentuk kering banyak dijual didalam negeri.

3. Biji Pala

Biji Pala tidak pernah dimanfaatkan oleh orang-orang pribumi sebagai rempah-rempah. Buah pala sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Biji pala sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah- muntah dan lain-lainya.

(28)

4. Daging buah Pala

Daging buah pala sangat baik dan sangat digemari oleh masyarakat jika telah diproses menjadi makanan ringan, misalnya: asinan pala, manisan pala, marmelade, selai pala, kristal daging buah pala.

2.3. Penelitian Terdahulu Tabel 5. Penelitian terdahulu

No. Nama Peneliti

Judul

Penelitian Variabel Metode

Penelitan Hasil Penelitian 1. Reny

Hidayati (2011)

Perbandingan pendapatan dan keuntungan petani pala (myristica fragran haitt) antara penjualan dalam bentuk basah dan kering di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam

Variabel independen:

kebutuhan ekonomi, tingkat pendidikan, jumlah pohon pala, keuntungan penjualan Variabel dependen:

Penjualan pala basah dan penjualan pala kering

Metode analisis data dengan uji t statistk

Variabel kebutuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan jumlah pohon pala berpengaruh nyata terhadap penjualan pala basah.

Variabel keuntungan penjualan berpengaruh nyata terhadap penjualan pala kering.

2. Anggi Hapsari (2012)

Prospek pengembangan usaha pala (Myrisstica argentea Ware) sebagai alternatif kelola sosial oleh PT. Arfak Indra di Kabupaten Fakfak, Papua Barat

Variabel

independen: umur tanaman

Variabel dependen:

produksi dan pendapatan

Metode analisis regresi nonlinear dan analisis kriteria investasi

Variabel umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produksi

3. Kristian Efara (2014)

Analisis produksi dan pemasaran pala di Kabupaten Kaimana

Variabel independen:

Jumlah pohon, tenaga kerja, pendidikan, Variabel dependen:

produksi Pala

Metode analisis regresi berganda dengan model fungsi produksi Cobb- Douglas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani Pala adalah jumlah pohon, tenaga kerja, dan pendidikan

(29)

2.4. Landasan Teori 2.4.1. Teori Produksi

Produksi dalam ekonomi didefinisikan sebagai usaha manusia untuk menciptakan atau menambah daya atau nilai guna dari suatu barang atau benda untuk memenuhi kebutuhan manusia. Fungsi produksi menjelaskan hubungan antara faktor-faktor produksi dengan hasil produksi. Faktor produksi dikenal dengan istilah input, sedangkan hasil produksi disebut hubungan sebagai output.

Hubungan kedua variabel (input dan output) tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk, sebagai berikut:

Q= F(K, L, N, T)…….…………...……….(2.1) Dimana:

Q = Output

K; L; N;T = Input (kapital, tenaga kerja, sumber daya alam, teknologi)

Dalam penerapannya, hubungan input dan output dapat dipisahkan secara khusus. Misalnya, untuk menghasilkan hasil-hasil pertanian akan digunakan input tanah, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian lainnya (tidak termasuk teknologi). Untuk meningkatkan hasil-hasil pertanian tersebut jumlah tenaga kerja, menambah jumlah pupuk, menambah penggunaan pestisida, dan lain sebagainya. Atau cara lain yaitu dengan meningkatkan teknologi pertanian. Untuk menghasilkan barang atau output dapat dilakukan dengan menggunakan 4 (empat) input. (Bangun. 2007).

(30)

2.4.2. Teori Pendapatan

Menurut Skousen,dkk (2010), pendapatan adalah arus masuk atau penyelesaian (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau melakukan aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama atau aktivitas centra yang sedang berlangsung.

Menurut Kusnadi (2000), Pendapatan merupakan penambahan aktiva yang dapat mengakibatkan bertambahnya modal namun bukan dikarenakan penambahan modal dari pemilik atau bukan hutang namun melainkan melalui penjulan barang dan/atau jasa terhadap pihak lain, sebab pendapatan tersebut bisa dikatakan sebagai kontra perstasi yang didapatkan atas jasa-jasa yang sudah diberikan kepada pihak lain.

Sedangkan menurut Menurut Soekartawi (2006), penerimaan dalam usahatani merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = PQ...(2.2) Keterangan :

TR = Penerimaan Total P = Harga Barang

Q = Jumlah barang yang dijual.

2.5. Kerangka Pemikiran

Buah pala memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan menyumbang pemasukan bagi negara. Untuk itu petani pala harus mengetahui faktor-faktor

(31)

produksi terhadap pendapatan petani pala Kecamatan Tapak tuan Kabupaten Aceh Selatan.

Penerapan sarana produksi yang baik dapat memberikan hasil yang baik bagi para petani. Sarana produksi dapat dikembangkan dengan pengetahuan yang ada.

Seperti luas lahan, umur tanaman, pupuk dan tenaga kerja yang baik akan sangat berperan dalam penentuan hasil yang baik. (Gambar. 1)

(32)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sarana Produksi Pendapatan Petani Pala.

Petani Pala

Sarana Produksi

Luas Lahan (Ha)

Umur Tanaman

(Tahun)

Pupuk (Kg)

Tenaga Kerja (hkt)

Produksi

Harga Jual Biaya Produksi

Penerimaan

Pendapatan

(33)

2.6. Hipotesis

1. Diduga variabel luas lahan, umur tanaman, pupuk dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi petani Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan

2. Diduga variabel biaya pupuk dan upah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan petani Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara Purposive dikarenakan Tanaman Pala merupakan tanaman endemik Provinsi Aceh khususnya Aceh Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan April 2016.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan sampel kebetulan (Accidental Sampling) didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Misalnya,

populasi adalah setiap pegguna jalan tol, maka peneliti mengambil sampel dari orang-orang yang kebetulan melintas di jalan tersebut pada waktu pengamatan.

(Prasetyo, dan Lina. 2005).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data dibagi atas dua jenis yaitu data primer dan skunder. Data primer adalah data yang di peroleh dari wawancara dengan sampel, meliputi identitas sampel, luas tanah garapan dan lain-lain yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian. Data sekunder adalah data yang di peroleh dari instansi atau lembaga yang terkait yang baik secara langsung maupun tidak langsung dengan penelitian. Observasi adalah pengamatan yang di lakukan tanpa mengajukan pertanyaan dan pencatatannya tidak tergantung sampel. Pencatatan adalah pengumpulan data dengan mengutip dari instansi terkait dengan penelitian ini. Wawancara adalah pengumpulan data

(35)

dengan cara meminta keterangan melalui daftar pertanyaan yang telah di persiapkan sebelumnya. Metode yang digunakan dalam menentukan besaran sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Prasetyo, dan Lina. 2005) :

= +

Dimana :

n = besaran sampel N = besaran populasi

e = galat pendugaan (batas toleransi kesalahan 10%) Maka di dapat jumlah sample :

= 100981

1 + 100981. 0.1 = 99.90

Jumlah sampel yang di dapat 99.90 maka digenapkan menjadi 100 sample yang diambil di lapangan.

Penelitian dilapangan membutuhkan data produksi dimana untuk luas lahan dibutuhkan data skunder, sedangkan untuk data umur tanaman, pupuk dan tenaga kerja dibutuhkan data primer, dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Data Produksi

Data Dibutuhkan Data Diperoleh Dengan Cara

Luas Lahan Skunder

Umur Tanaman Primer

Pupuk Primer

Tenaga Kerja Primer

Selain data produksi juga dibutuhkan data pendapatan, adapun yang dibutuhkan adalah data biaya pupuk dan biaya tenaga kerja yang keduanya merupakan

(36)

data primer, dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Data Pendapatan

Data Dibutuhkan Data Diperoleh Dengan Cara

Biaya Pupuk Primer

Biaya Tenaga Kerja Primer

3.4. Metode Analisis Data

Model analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dalam bentuk logaritma dengan fungsi produksi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang ditulis dalam persamaan regresi non linier sebagai berikut :

Y1=f(X1,X2,X3,X4)……….(3.4.1) Y2=f(X1,X2)...……….(3.4.2) Dimana :

Persamaan 3.4.1 adalah : Y1 = Produksi (Rp/ha) X1 = Luas lahan (Ha)

X2 = Umur Tanaman (Tahun)

X3 = Pupuk (Kg) X4 = Tenaga Kerja

Persamaan 3.4.2 adalah : Y2 = Pendapatan

X1 = Biaya Pupuk

X2 = Biaya Tenaga Kerja

3.5. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan estimasi model regresi berganda, data yang digunakan harus dipastikan terbebas dari penyimpangan asumsi klasik untuk normalitas,

(37)

multikoliniearitas dan heterokedasitas seperti yang dijelaskan oleh Gujarati (2003).

Uji klasik ini dapat dikatakan sebagai kriteria ekonometrika untuk apakah hasil estimasi memenuhi dasar liner klasik atau tidak. Dengan terpenuhinya uji asumsi klasik ini, maka estimator Ordinary Least Square (OLS) dari koefisien regresi adalah penaksir tak bias linier terbaik (Best Linear Unbiazed Estimator) (Gujarati, 2003)

3.6. Definisi Operasional

Masing-masing variabel dan cara pengukurannya perlu diperjelas untuk memperoleh kesamaan pemahaman persepsi terhadap konsep dalam penelitian ini, antara lain :

1. Jumlah produksi (Y) adalah jumlah total produksi buah pala yang di usahakan oleh petani pala. Satuan yang digunakan adalah (ton/ha).

2. Luas lahan (X1) adalah luas lahan yang dimiliki oleh setiap pemilik lahan untuk penanaman buah pala. Satuan yang digunakan dalam mengukur luas lahan adalah hektar (ha).

3. Umur tanaman (X2) adalah tanaman pala yang ditanam mulai tahun 2000 sampai 2016 dan dan telah berumur 10 - 16 tahun.

4. Pupuk (X4) adalah jumlah dan jenis pupuk yang digunakan untuk memelihara tanaman pala. Satuan yang digunakan adalah (Kg).

5. Tenaga kerja (X2) adalah seluruh penduduk yang mampu bekerja untuk menghasilkan produk dan jasa untuk keperluan masyarakat.

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Aceh Selatan merupakan salah satu dari 22 daerah kabupaten/kota di provinsi Aceh terletak di pantai barat Pulau Sumatera secara geografis terletak antara 2.00 – 4.17 Lintang Utara (LU) dan 90.30 – 89.15 Bujur Timur (BT), dengan luas daerah 4.005,10 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut :

Gambar. 2. Peta Aceh Selatan

- Sebelah Utara dengan Kab. Aceh Tenggara - Sebelah Selatan dengan Lautan India

- Sebelah Barat dengan Kab. Aceh Barat Daya - Sebelah Timur dengan Kab. Subulussalam

Secara umum Kabupaten Aceh Selatan beriklim tropis dan basah dengan curah hujan bervariasi sepanjang tahun sehingga pada musim kemarau hujan juga turun. Musim panas biasanya terjadi pada bulan Januari sampai dengan Agustus

(39)

sedangkan musim hujan terjadi pada bulan September sampai bulan Desember.

Sebahagian bersih terdiri dari daerah pegunungan yang berbukit, 75% daerah hutan lebat dan batu-batuan terjal sedangkan 25% lagi adalah dataran rendah yang terdiri dari perkampungan, areal pertanian, rawa dan semak belukar.

Penduduk Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012 tercatat 213.092 jiwa (website BPS Kab. Aceh Selatan), terdiri dari laki-laki dari 104.955 jiwa danperempuan 108.137 jiwa dengan kepadatan rata-rata 51 jiwa/Km2. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tapak Tuan yaitu 22.939 jiwa sedangkan pendudukyang sedikit jumlahnya di Kecamatan Trumon yaitu 4.260 jiwa.

Penduduk terpadat di Kecamatan Labuhan haji yaitu 287.74 jiwa/Km2 dan yang terjang yaitu 9 jiwa/Km2.

4.2. Karakteristik Petani

4.2.1. Karakteristik Sampel Menurut Usia

Karakteristik sampel menurut usia disajikan pada Tabel.8 :

Tabel 8. Karakteristik Sampel Menurut Usia

No. Usia Jumlah Persentase

(orang) (%)

1 30-40 32 0.32

2 40-50 40 0.40

3 >50 28 0.28

Jumlah 100 100

Sumber: Produk Pendapatan Petani Pala di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan,2016

Keadaan karyawan menurut usia yaitu usia antara 30 - 40 tahun yang berjumlah 32 orang (0.32%), usia antara 40 - 50 tahun yang berjumlah 40 orang (0.40%), dan usia antara >50 tahun yang berjumlah 28 orang (0.28%). Berdasarkan

(40)

hasil karakteristik sampel menurut usia, maka dapat disimpulkan bahwa produksi petani pala pada sampel usia 40 - 50 berpengaruh terhadap pendapatan petani pala di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan, dibandingkan jumlah sampel usia 30-40 dan >50.

Gambar 3. Sampel Menurut Usia

Berdasarkan Gambar 3. disimpulkan bahwa produksi buah pala terhadap petani pala di kecamatan tapak tuan kabupaten aceh selatan dapat meningkatkan pendapatan petani pala di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan, dengan kata lain hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya.

4.2.2. Karakteristik Sampel Menurut Tingkat Pendidikan

Petani pala memiliki empat tingkat pendidikan, dimana tingkat pendidikannya yaitu SD dengan jumlah 26 orang (0.26%), SMP dengan jumlah 29 orang (0.29%),dan yang SMA jumlah 35 orang (0.35%), Perguruan Tinggi dengan jumlah 10 orang (0.1%). Berdasarkan hasil karakteristik sampel menurut tingkat pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa produksi petani pala pada sampel tingkat pendidikan SMA berpengaruh terhadap pendapatan petani pala di

0 10 20 30 40 50

30-40 40-50 >50

Jumlah (orang) Persentase (%)

(41)

Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan dibandingkan jumlah sampel tingkat pendidikan SD, SMP dan Perguruan Tinggi, yang disajikan pada Tabel. 9.

Tabel. 9. Karakteristik Sampel Menurut Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase

(orang) (%)

1 SD 26 0.26

2 SMP 29 0.29

3 SMA 35 0.35

4 PerguruanTinggi 10 0.1

Total 100 100

Sumber: Produksi Pendapatan Petani Pala di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan,2016

Berdasarkan Gambar 4. disimpulkan bahwa produksi buah pala terhadap petani pala di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan dapat meningkatkan pendapatan petani pala di Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan, dengan kata lain hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya.

Gambar 4. Sampel Menurut Tingkat Pendidikan 0

10 20 30 40

SD SMP SMA Perguruan

Tinggi

Jumlah (orang) Persentase (%)

(42)

4.3. Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan 4.3.1. Analisis Data Produksi

4.3.1.1. Uji Asumsi Klasik 4.3.1.1.1. Normalitas

Uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Uji Normalitas berguna untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal.

Gambar.5. Histogram dari faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi petani buah Pala

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS, maka dapat diketahui bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, karena data menyebar diantara garis diagonal.

(43)

4.3.1.1.2. Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas untuk mengetahui adanya hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi, uji multikolenearitas dijelaskan pada Tabel.10.

Tabel.10. Koefisien Multikolinearitas Produksi Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 20.152 21.730 .927 .356

Luas

Lahan 64.785 10.119 .758 6.403 .000 .330 3.034

Umur

Tanaman 3.115 1.270 .168 2.452 .016 .985 1.015

Jumlah

Pupuk .389 .191 .196 2.035 .045 .500 2.000

Jumlah Tenaga Kerja

19.249 5.779 .321 -3.331 .001 .496 2.014

a. Dependent Variable: Produksi

Pada uji multikolenearitas, jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Berdasarkan hasil tersebut maka dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas atau korelasi yang sempurna antara variabel-variabel bebas, yaitu gaji dan premi panen karena VIF lebih kecil dari 10 dan Tolerance lebih besar dari 0,1.

(44)

4.3.1.1.3. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.

Adapun hasil uji heterokedastisitas disajikan pada Tabel.11.

Tabel.11. Korelasi Heteroskedastisitas Produksi Correlations

Luas Lahan

Umur Tanaman

Jumlah Pupuk

Jumlah Tenaga Kerja

Produksi Unstandardized Residual

Luas Lahan Pearson Correlation

1 .053 .705** .707** .678** .000

Sig. (2- tailed)

.602 .000 .000 .000 1.000

N 100 100 100 100 100 100

Umur Tanaman

Pearson Correlation

.053 1 -.011 -.022 .213* .000

Sig. (2- tailed)

.602 .911 .828 .034 1.000

N 100 100 100 100 100 100

Jumlah Pupuk Pearson Correlation

.705** -.011 1 .498** .568** .000

Sig. (2- tailed)

.000 .911 .000 .000 1.000

N 100 100 100 100 100 100

Jumlah Tenaga Kerja

Pearson Correlation

.707** -.022 .498** 1 .308** .000

Sig. (2- tailed)

.000 .828 .000 .002 1.000

N 100 100 100 100 100 100

Produksi Pearson Correlation

.678** .213* .568** .308** 1 .662**

Sig. (2- tailed)

.000 .034 .000 .002 .000

N 100 100 100 100 100 100

Unstandardized Residual

Pearson Correlation

.000 .000 .000 .000 .662** 1

Sig. (2- tailed)

1.000 1.000 1.000 1.000 .000

N 100 100 100 100 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

(45)

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS, maka dapat diketahui bahwa nilai korelasi kedua variabel independen dengan Unstandardized Residual memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

4.3.1.2. Uji Hipotesis

4.3.1.2.1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Hasil koefisien determinasi Pendapatan dan Produksi pada Tabel 12:

Tabel 12. Hasil Uji R Produksi Petani Pala.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 0,749a 0,561 0,543 25,68644

a. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja, Umur Tanaman, Pupuk, Luas Lahan

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat diketahui bahwa R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,561. Hal ini berarti bahwa 56,1%

produksi petani pala dapat dijelaskan oleh variabel luas lahan, umur tanaman, pupuk dan tenaga kerja sedangkan selebihnya 43,9% lainnya dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti pestisida, alat-alat pertanian, bibit dan lain-lain.

(46)

4.3.1.2.2. Uji serempak (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama- sama (serempak) terhadap variabel terikat, hasil uji serempak disajikan pada Tabel.13.

Tabel 13. Hasil Uji F Produksi Petani Pala.

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1

Regression 80194,378 4 20048,595 30,386 ,000b

Residual 62680,372 95 659,793

Total 142874,750 99

a. Dependent Variable: Produksi

b. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja, Umur Tanaman, Pupuk, Luas Lahan

Berdasarkan hasil perhitungan secara serempak atau secara bersama-sama diperoleh nilai F hitung > Ftabel sebesar (30,386 > 2,47) dan berdasarkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, hal ini menandakan bahwa luas lahan, umur tanaman, pupuk dan tenaga kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi petani pala Kecamatan Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan.

4.3.1.2.3. Uji Parsial (Uji T)

Uji Parsial adalah uji beda untuk mengetahui adanya perbedaan mean atau rata-rata yang bermakna antara dua kelompok bebas yang berskala data interval/rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud di sini adalah dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal dari subjek yang berbeda, dengan tujuan apakah kedua kelompok tersebut mempunyai rata-rata yang sama

(47)

atau tidak. Hasil uji secara parsial mengenai produksi petani pala disajikan pada Tabel.14.

Tabel 14. Hasil Uji T Produksi Petani Pala Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 20,152 21,730 ,927 ,356

Luas Lahan 64,785 10,119 ,758 6,403 ,000

Umur Tanaman 3,115 1,270 ,168 2,452 ,016

Pupuk ,389 ,191 ,196 2,035 ,045

Tenaga Kerja 19,249 5,779 ,321 3,331 ,001

Dependent Variable: Produksi

Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut :

Y = 20,152 + 64,785X1 + 3,115X2 + 0,389X3 + 19,249X4

Hasil dari pengujian variabel independen (luas lahan, umur tanaman, pupuk dan tenaga kerja) terhadap pendapatan petani pala akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Faktor Produksi Luas Lahan (X1)

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung > ttabel ( 6,403 > 1,962) pada taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi pala. Dari hasil uji t dimana variabel luas lahan ditambah sebesar 1 Ha akan menaikkan produksi pala sebesar 64,785 Kg Hal ini menyatakan semakin luas lahan maka produksi akan semakin tinggi dan produksi pala juga semakin meningkat.

(48)

2. Faktor Produksi Umur Tanaman (X2)

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung > ttabel ( 2,452 > 1,962) pada taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produksi pala. Dari hasil uji t dimana variabel umur tanaman ditambah sebesar 1 tahun akan menaikkan produksi pala sebesar 3,115 Kg Hal ini menyatakan semakin bertambah umur tanaman maka produksi akan semakin tinggi dan produksi pala juga semakin meningkat.

3. Faktor Produksi Pupuk (X3)

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung > ttabel ( 2,035 > 1,962) pada taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa pupuk berpengaruh nyata terhadap produksi pala. Dari hasil uji t dimana variabel pupuk ditambah sebesar 1 Kg akan menaikkan produksi pala sebesar 0,389 Kg Hal ini menyatakan semakin bertambah pupuk maka produksi akan semakin tinggi dan produksi pala juga semakin meningkat karena petani masih banyak menggunakan pupuk kandang.

4. Faktor Produksi Tenaga Kerja (X4)

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh thitung > ttabel ( 3,331 > 1,962) pada taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi pala. Dari hasil uji t dimana variabel tenaga kerja ditambah sebesar 1 orang tenaga kerja akan menaikkan produksi pala sebesar 19,249 Kg, hal ini menyatakan semakin bertambah tenaga kerja maka produksi akan semakin tinggi dan produksi pala juga semakin meningkat karena petani masih perlu menambah tenaga kerja pada saat panen pada puncaknya.

Dari hasil uji lanjut yang telah dilakukan pada beberapa keterangan diatas, untuk produksi di peroleh hasil berupa tenaga kerja, umur tanaman, pupuk dan luas

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sarana Produksi Pendapatan Petani Pala.  Petani Pala Sarana Produksi  Luas Lahan (Ha) Umur Tanaman (Tahun) Pupuk (Kg)  Tenaga Kerja  (hkt) Produksi
Gambar 3. Sampel Menurut Usia
Gambar 4. Sampel Menurut Tingkat Pendidikan 010203040SDSMPSMAPerguruanTinggi Jumlah (orang)Persentase (%)

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan penelitian terlebih dahulu tentang bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia atau yang akan dapat digunakan untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan

Tingkat percepatan puncak batuan dasar (PBA) yang berhu- bungan dengan berbagai periode ulang beserta kontribusi zona sumber gempa terhadap percepatan probabilitas

Berdasarkan hasil penghitungan intervening , didapati bahwa variabel jumlah uang beredar (X1) terhadap indeks LQ45 (Y3) melalui BI Rate (Y2) pada model struktur ketiga

Pelatihan ini membuat rangkaian sederhana yaitu counter satu digit dan dapat dimodifikasi untuk lebih dari satu digit, serta dimodifikasi menjadi 7 segment dengan menggunakan

C. Rasional Kegiatan : Usaha SMARTPLUG yang akan kami dirikan adalah jenis usaha yang bisa di bilang baru dan belum ada dipasaran luas. Dimana usaha kami ini mengacu pada beberapa

dapat saya ucapkan melainkan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah SWT yang tidak terhingga karena telah menitipkan saya kepada kedua orang tua terhebat yang pernah saya temui,

Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara pola tidur dengan kejadian hipertensi dan mengidenti fi kasi faktor risiko hipertensi pada orang yang mempunyai pola tidur

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat dianalisis bahwa metode yang digunakan untuk memisahkan antara bubuk kapur tulis dengan air adalah filtrasi.