• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus: PD. Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus: PD. Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor)"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

(Sttudi Kasus:

PROGRA

IN

PD Mas Ad

AGUS A

AM STUDI FAKULT NSTITUT P

dam Berdas

Oleh : SATRIYO A14104072

MANAJEM TAS PERTA PERTANIA

2008

si, Kec. Rum

BUDI

MEN AGRI ANIAN AN BOGOR

mpin, Bogor

IBISNIS

R

(2)

AGUS SATRIYO BUDI. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus: PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor). Di bawah bimbingan YUSALINA.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. Pengusaha mikro ini disebut economically active poor atau sebagai orang miskin yang aktif bekerja. Realitas perekonomian Indonesia secara mayoritas dipenuhi oleh pemain usaha mikro ini, yaitu berjumlah 98 persen dari total unit usaha atau sejumlah 39 juta usaha. Di daerah manapun banyak kita temui usaha mikro, terlebih lagi terkait dengan usaha boga, karena dianggap mudah untuk memulai usahanya dan tentu semua orang membutuhkan makanan dan minuman. Dewasa ini salah satu jenis produk yang banyak dikembangkan oleh usaha kecil adalah minuman ringan. Salah satu alternatif pengembangan produk minuman ringan yang memenuhi persyaratan kepraktisan dalam pemakaian adalah produk minuman instan.

Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan persentase alokasi pengeluaran masyarakat terhadap produk minuman instan pada tahun 2006 sebesar 41,52 persen, padahal pada tahun 1999 hanya sebesar 37,06 persen. Produk minuman instan dalam perkembangannya dapat diproduksi dari berbagai macam bahan baku diantaranya dengan bahan baku kedelai. Kedelai diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botol. Susu kedelai pada umumnya memiliki dua bentuk yaitu cair dan bubuk. Salah satu pelaku bisnis yang memproduksi susu kedelai adalah usaha kecil Mas Adam Berdasi. PD Mas Adam Berdasi memproduksi susu kedelai bubuk dengan merk “Cap Kedelai Mas”.

(3)

Cibodas, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa usaha tersebut merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk susu kedelai bubuk di wilayah Bogor dan berencana untuk mengembangkan usahanya. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer yang didapatkan melalui wawancara langsung dengan pemilik perusahaan, pengisian kuesioner oleh responden, pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan pegawai Dinas Kesehatan dan pegawai Departemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta wawancara dengan konsumen susu kedelai sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas alisis deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matriks SWOT dan Matriks QSP.

Berdasarkan analisis lingkungan internal PD Mas Adam Berdasi, perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan perusahaan antara lain, hubungan baik antara karyawan dengan perusahaan, pengambilan keputusan yang mempertimbangkan masukan dari bawahan, sistem akuntansi keuangan sudah tertata dengan baik, penggunaan mesin produksi modern, produk berkualitas, harga lebih terjangkau dibandingkan pesaing, terjalin hubungan yang baik dengan distributor, memiliki sertifikasi halal dari MUI dan izin dari Depkes, dan memiliki web. Sedangkan kelemahan perusahaan antara lain, curahan waktu kepala staf terhadap perusahaan cukup terbatas, sikap tertutup dari perusahaan yang menolak pinjaman dari kreditur, modal terbatas, kurangnya inovasi produk, kemasan bagian dalam produk menggunakan plastik bukan alumunium foil, daerah pemasaran masih terbatas, kegiatan promosi rendah, dan armada distribusi perusahaan terbatas.

Berdasarkan analisis eksternal perusahaan yaitu lingkungan umum dan lingkungan industri, perusahaan mempunyai peluang dan ancaman. Adapun peluang bagi perusahaan antara lain, perubahan pola konsumsi masyarakat dari bahan makanan hewani ke nabati, peningkatan jumlah penduduk, banyaknya skim kredit bagi usaha kecil menengah, kebijakan tarif impor kedelai 10 persen menjadi 0 persen, mesin produksi spray dryer yang efektif, pasokan bahan baku yang kontinyu, dan hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri besar. Sedangkan ancaman bagi perusahaan adalah biaya produksi (kedelai, gula, BBM) meningkat, bargaining position pembeli kuat, barang subtitusi tinggi, jaringan distribusi pesaing lebih luas, dan persaingan semakin kuat.

Berdasarkan nilai tertimbang pada matriks IFE sebesar 2,762 dan matriks EFE sebesar 2,396 diperoleh gambaran posisi perusahaan saat ini dalam matriks IE. PD Mas Adam Berdasi berada pada sel V, yaitu tahap hold and maintain, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

(4)

diversifikasi produk (TAS = 5,899), melakukan efisiensi biaya produksi (TAS = 5,886), memperbaiki bentuk kemasan bagian dalam untuk menjaga image produk (TAS = 5,876), mempertahankan kualitas produk susu kedelai bubuk instan yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi (TAS = 5,830), optimalisasi sumberdaya yang ada (TAS = 5,784), dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan (TAS = 5,706).

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang berhubungan dengan pengembangan usaha PD Mas Adam Berdasi, yaitu perusahaan sebaiknya membuka diri terhadap kredit yang ditawarkan oleh pihak yang memberikan pinjaman untuk pengembangan usahanya, perusahaan sebaiknya segera mengganti kemasan dalam produk dengan alumunium foil. Hal ini dilakukan untuk menjaga brand image produk agar konsumen lebih percaya. Perusahaan sebaiknya menggunakan alternatif kedelai varietas lokal “Agrobomo” yang telah diteliti oleh LIPI dapat digunakan sebagai bahan baku susu kedelai, mengingat harga kedelai impor mengalami peningkatan.

(5)

(Studi Kasus: PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor)

Oleh :

AGUS SATRIYO BUDI A14104072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Program Studi : Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus: PD. Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan pada Program Sarjana Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 131 914 523

Mengetahuui, Dekan Fakutas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019

(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SUSU KEDELAI BUBUK INSTAN (STUDI KASUS: PD MAS ADAM BERDASI, KEC. RUMPIN, BOGOR)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Agus Satriyo Budi

(8)

Penulis dilahirkan di Demak, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 28 Mei 1986, sebagai anak pertama dari lima bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Samuji dan Ibu Sumarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Prasetyo Budi di Desa Pasir, Demak (1991-1992), SDN Pasir IV di Desa Pasir, Demak (1992-1998), SMPN 1 Welahan, Jepara (1998-2001), dan SMAN 1 Bae, Kudus (2001-2004). Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

(9)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi kasus : PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor)”, disusun berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal PD Mas Adam Berdasi, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak PD Mas Adam Berdasi sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha susu bubuk kedelai PD Mas Adam Berdasi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini hanya karya kecil dihadapan kebesaran Allah SWT. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Akhir kata ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Mei 2008

(10)

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai kemudahan dalam segala hal. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya :

1. Bapak dan Mama tercinta, adik-adik dan seluruh keluarga tersayang atas segala dukungan, pengorbanan, kasih sayang, dan do’a tulus yang tiada hentinya selama penulis menempuh pendidikan.

2. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan dan bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Ir. Joko Purwono, MS atas kesediannya menjadi dosen penguji utama serta

atas masukan-masukannya yang berarti dalam proses penyempurnaan skripsi. 4. Rahmat Yanuar, SP. MSi atas kesediannya menjadi dosen penguji wakil

komisi pendidikan serta atas masukan-masukannya yang berarti dalam proses penyempurnaan skripsi.

5. Ir. Netty Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa perkuliahan.

6. Pihak manajemen PD Mas Adam Berdasi atas kerja sama dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian di perusahaan tersebut.

7. Nurul Ikhmawati yang memberikan semangat, kebaikan, pengertian, ketulusan, dukungan, bantuan, pengalaman dan kesan indah dalam menjalani kehidupan.

(11)

(Sttudi Kasus:

PROGRA

IN

PD Mas Ad

AGUS A

AM STUDI FAKULT NSTITUT P

dam Berdas

Oleh : SATRIYO A14104072

MANAJEM TAS PERTA PERTANIA

2008

si, Kec. Rum

BUDI

MEN AGRI ANIAN AN BOGOR

mpin, Bogor

IBISNIS

R

(12)

AGUS SATRIYO BUDI. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus: PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor). Di bawah bimbingan YUSALINA.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. Pengusaha mikro ini disebut economically active poor atau sebagai orang miskin yang aktif bekerja. Realitas perekonomian Indonesia secara mayoritas dipenuhi oleh pemain usaha mikro ini, yaitu berjumlah 98 persen dari total unit usaha atau sejumlah 39 juta usaha. Di daerah manapun banyak kita temui usaha mikro, terlebih lagi terkait dengan usaha boga, karena dianggap mudah untuk memulai usahanya dan tentu semua orang membutuhkan makanan dan minuman. Dewasa ini salah satu jenis produk yang banyak dikembangkan oleh usaha kecil adalah minuman ringan. Salah satu alternatif pengembangan produk minuman ringan yang memenuhi persyaratan kepraktisan dalam pemakaian adalah produk minuman instan.

Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan persentase alokasi pengeluaran masyarakat terhadap produk minuman instan pada tahun 2006 sebesar 41,52 persen, padahal pada tahun 1999 hanya sebesar 37,06 persen. Produk minuman instan dalam perkembangannya dapat diproduksi dari berbagai macam bahan baku diantaranya dengan bahan baku kedelai. Kedelai diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botol. Susu kedelai pada umumnya memiliki dua bentuk yaitu cair dan bubuk. Salah satu pelaku bisnis yang memproduksi susu kedelai adalah usaha kecil Mas Adam Berdasi. PD Mas Adam Berdasi memproduksi susu kedelai bubuk dengan merk “Cap Kedelai Mas”.

(13)

Cibodas, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa usaha tersebut merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk susu kedelai bubuk di wilayah Bogor dan berencana untuk mengembangkan usahanya. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Mei. Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer yang didapatkan melalui wawancara langsung dengan pemilik perusahaan, pengisian kuesioner oleh responden, pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan pegawai Dinas Kesehatan dan pegawai Departemen Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta wawancara dengan konsumen susu kedelai sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengolahan dan analisis data terdiri atas alisis deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matriks SWOT dan Matriks QSP.

Berdasarkan analisis lingkungan internal PD Mas Adam Berdasi, perusahaan mempunyai kekuatan dan kelemahan. Adapun kekuatan perusahaan antara lain, hubungan baik antara karyawan dengan perusahaan, pengambilan keputusan yang mempertimbangkan masukan dari bawahan, sistem akuntansi keuangan sudah tertata dengan baik, penggunaan mesin produksi modern, produk berkualitas, harga lebih terjangkau dibandingkan pesaing, terjalin hubungan yang baik dengan distributor, memiliki sertifikasi halal dari MUI dan izin dari Depkes, dan memiliki web. Sedangkan kelemahan perusahaan antara lain, curahan waktu kepala staf terhadap perusahaan cukup terbatas, sikap tertutup dari perusahaan yang menolak pinjaman dari kreditur, modal terbatas, kurangnya inovasi produk, kemasan bagian dalam produk menggunakan plastik bukan alumunium foil, daerah pemasaran masih terbatas, kegiatan promosi rendah, dan armada distribusi perusahaan terbatas.

Berdasarkan analisis eksternal perusahaan yaitu lingkungan umum dan lingkungan industri, perusahaan mempunyai peluang dan ancaman. Adapun peluang bagi perusahaan antara lain, perubahan pola konsumsi masyarakat dari bahan makanan hewani ke nabati, peningkatan jumlah penduduk, banyaknya skim kredit bagi usaha kecil menengah, kebijakan tarif impor kedelai 10 persen menjadi 0 persen, mesin produksi spray dryer yang efektif, pasokan bahan baku yang kontinyu, dan hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri besar. Sedangkan ancaman bagi perusahaan adalah biaya produksi (kedelai, gula, BBM) meningkat, bargaining position pembeli kuat, barang subtitusi tinggi, jaringan distribusi pesaing lebih luas, dan persaingan semakin kuat.

Berdasarkan nilai tertimbang pada matriks IFE sebesar 2,762 dan matriks EFE sebesar 2,396 diperoleh gambaran posisi perusahaan saat ini dalam matriks IE. PD Mas Adam Berdasi berada pada sel V, yaitu tahap hold and maintain, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

(14)

diversifikasi produk (TAS = 5,899), melakukan efisiensi biaya produksi (TAS = 5,886), memperbaiki bentuk kemasan bagian dalam untuk menjaga image produk (TAS = 5,876), mempertahankan kualitas produk susu kedelai bubuk instan yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi (TAS = 5,830), optimalisasi sumberdaya yang ada (TAS = 5,784), dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan (TAS = 5,706).

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang berhubungan dengan pengembangan usaha PD Mas Adam Berdasi, yaitu perusahaan sebaiknya membuka diri terhadap kredit yang ditawarkan oleh pihak yang memberikan pinjaman untuk pengembangan usahanya, perusahaan sebaiknya segera mengganti kemasan dalam produk dengan alumunium foil. Hal ini dilakukan untuk menjaga brand image produk agar konsumen lebih percaya. Perusahaan sebaiknya menggunakan alternatif kedelai varietas lokal “Agrobomo” yang telah diteliti oleh LIPI dapat digunakan sebagai bahan baku susu kedelai, mengingat harga kedelai impor mengalami peningkatan.

(15)

(Studi Kasus: PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor)

Oleh :

AGUS SATRIYO BUDI A14104072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Program Studi : Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus: PD. Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan pada Program Sarjana Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dra. Yusalina, MSi NIP. 131 914 523

Mengetahuui, Dekan Fakutas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019

(17)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SUSU KEDELAI BUBUK INSTAN (STUDI KASUS: PD MAS ADAM BERDASI, KEC. RUMPIN, BOGOR)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN.

Bogor, Mei 2008

Agus Satriyo Budi

(18)

Penulis dilahirkan di Demak, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 28 Mei 1986, sebagai anak pertama dari lima bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak Samuji dan Ibu Sumarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Prasetyo Budi di Desa Pasir, Demak (1991-1992), SDN Pasir IV di Desa Pasir, Demak (1992-1998), SMPN 1 Welahan, Jepara (1998-2001), dan SMAN 1 Bae, Kudus (2001-2004). Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

(19)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi kasus : PD Mas Adam Berdasi, Kec. Rumpin, Bogor)”, disusun berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal PD Mas Adam Berdasi, dan merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan pihak PD Mas Adam Berdasi sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha susu bubuk kedelai PD Mas Adam Berdasi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini hanya karya kecil dihadapan kebesaran Allah SWT. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Akhir kata ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Mei 2008

(20)

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai kemudahan dalam segala hal. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya :

1. Bapak dan Mama tercinta, adik-adik dan seluruh keluarga tersayang atas segala dukungan, pengorbanan, kasih sayang, dan do’a tulus yang tiada hentinya selama penulis menempuh pendidikan.

2. Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan dan bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Ir. Joko Purwono, MS atas kesediannya menjadi dosen penguji utama serta

atas masukan-masukannya yang berarti dalam proses penyempurnaan skripsi. 4. Rahmat Yanuar, SP. MSi atas kesediannya menjadi dosen penguji wakil

komisi pendidikan serta atas masukan-masukannya yang berarti dalam proses penyempurnaan skripsi.

5. Ir. Netty Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh masa perkuliahan.

6. Pihak manajemen PD Mas Adam Berdasi atas kerja sama dan bantuan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian di perusahaan tersebut.

7. Nurul Ikhmawati yang memberikan semangat, kebaikan, pengertian, ketulusan, dukungan, bantuan, pengalaman dan kesan indah dalam menjalani kehidupan.

(21)

9. Nurmala K. Padjaitan, M. DEA, Suprehatin, SP, Noor Avianto, SP, Yenny Dudiagunoviani, dan Ayusia Rahajeng Pradesy atas semangat dan dorongan menjadi seseorang yang dapat memaknai hidup.

10.Teman-teman AGB’41 (Syaifudin Luqman, Trio Kendal, Yanti, Dilla, Sri W, Vio, Venty) atas kebersamaan, kekompakan dan dukungan yang masih terjalin sampai saat ini.

11.Rekan-rekan sedaerah yang tergabung dalam KKB (Keluarga Kudus Bogor), dan adik-adik atas bantuan, perhatian, dan dukungan yang diberikan.

12.Teman-teman KKP (Landes, Fera, Yayu, Ririn, Imat, Ncek, Ardi, Bibib, Jane, Medina) dan Jalan Cagak Crew atas dukungan, kebersamaan, dan kekompakan selama KKP.

13.Teman-teman di kost “Pondok 8”, atas bantuan dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama ini serta atas kebersamaan dan canda tawanya selama masa-masa di kostan.

14.Rekan-rekan yang tergabung dalam HMKS (Himpunan Mahasiswa Kalimantan Selatan), dan adik-adik (Kiki, Dina, Rara, Nobon, Ophi) atas bantuan, perhatian, dan dukungan yang diberikan.

15.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2008

(22)

KATA PENGANTAR ... i

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 40

IV METODE PENELITIAN

(23)

4.3.2 Analisis tiga Tahap Formulasi ... 55 4.3.2.1 Tahap Input ... 55 4.3.2.2 Tahap Pencocokan ... 59 4.3.2.3 Tahap Keputusan ... 61

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Gambaran Umum PD Mas Adam Berdasi ... 64

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

6.1 Analisis Lingkungan Internal ... 71

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI

7.1 Identifikasi Faktor Internal... 96 7.2 Identifikasi Faktor Eksternal ... 104 7.3 Analisis Matriks IFE dan EFE ... 111 7.4 Analisis Matriks IE dan SWOT ... 114 7.5 Pemilihan Strategi ... 120

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan ... 123 8.2 Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(24)

1. Profil UMKM di Indonesia pada Tahun 2003 dan Tahun 2006 .... 3 2. Persentase Alokasi Pengeluaran Masyarakat Terhadap Produk

Minuman Instan ... 4 3. Perbandingan Komposisi Susu Kedelai, Susu Sapi dan

Air Susu Ibu ... 6 4. Daftar Jumlah Permintaan Susu Kedelai Bubuk Instan

Cap Kedelai Mas ... 7 5. Daftar Harga Susu Kedelai Bubuk Instan di Hero Swalayan ... 9 6. Daftar Harga Susu Bubuk Instan Rasa Coklat

di Hero Swalayan ... 10 17. Perkembangan Harga Kedelai Bulan November 2007

(25)

Nomor Halaman

(26)

No. Halaman

1. Gambar web dan Produk dari PD Mas Adam Berdasi ... 131 2. Pembobotan Terhadap Kekuatan dan Kelemahan serta

Peluang dan Ancaman Perusahaan ... 130 3. Penilaian Bobot Rata-Rata Faktor Strategis Internal dan

(27)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terlintas dalam benak hingga saat ini masih dengan ciri khas modal yang kecil, resiko yang tinggi tetapi dengan return (pengembalian) yang tinggi (Manurung, 2005). Perkembangan sebelum krisis ekonomi, masih dikenal dengan Usaha Kecil Menengah (UKM) cenderung mengalami stagnasi dalam arti tidak ada pertumbuhan yang berarti dari jumlah usaha maupun investasi.

Di masa krisis pada periode 1998–2000, UKM menjadi UMKM (dengan memasukkan usaha mikro) sebagai salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia. Krisis ekonomi memberikan efek yang menyulitkan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Di masa krisis ekonomi, pengangguran, hilangnya penghasilan serta sulitnya memenuhi kebutuhan pokok merupakan persoalan-persoalan sosial yang sangat dirasakan masyarakat sebagai akibat dari krisis ini. Hasil survei yang dilakukan oleh Bank Dunia bekerjasama dengan Ford Foundation dan Badan Pusat Statistik (September–Oktober, 1998) menegaskan bahwa ketiga persoalan itu oleh masyarakat ditempatkan sebagai persoalan prioritas atau harus segera mendapatkan penyelesaian (Pambudi, 2005). Dengan kata lain, ketiga hal tersebut merupakan persoalan yang sangat pelik yang dihadapi masyarakat pada umumnya dan harus segera ditanggulangi.

(28)

tertolong dan implikasinya juga dalam hal pendapatan. Bagaimana dengan anjloknya pendapatan masyarakat berpengaruh terhadap daya beli produk yang sebelumnya disuplai oleh usaha berskala besar? Hal inilah sebuah peluang bagi produk-produk UMKM yang justru menjadi subtitusi bagi produk-produk usaha berskala besar yang mengalami kebangkrutan atau setidaknya masa-masa sulit dalam hal keuangan akibat krisis ekonomi. Selain itu, kemampuan UMKM untuk menjadi pilar penting bagi perekonomian masyarakat dalam menghadapi terpaan krisis moneter tidak lepas dari kemampuan UMKM untuk merespon krisis ekonomi secara cepat dan fleksibel dibandingkan dengan kemampuan usaha besar (Manurung, 2005).

(29)

Tabel 1. Profil UMKM di Indonesia pada Tahun 2003 dan Tahun 2006

Indikator 2003 2006

Jumlah Usaha (juta unit) 38,72 42,40 Tenaga Kerja (juta orang) 70,40 79,03 Nilai Ekspor (Rp Triliun) 75,45 75,86 Porsi terhadap Ekspor Non-Migas (%) 19,35 19,90 Porsi terhadap PDB (%) 54,50 56,70 Porsi terhadap Total Kredit (%) 44,61 44,78 Sumber : Badan Pusat Statistika, 2006 dalam Manurung, 2006

Tambunan, 2002, dalam Ismawan, 2005, menjelaskan terminologi World Bank akan pengusaha mikro sebagai bagian dari UMKM. Pengusaha mikro ini disebut economically active poor atau sebagai orang miskin yang aktif bekerja. Realitas perekonomian Indonesia secara mayoritas dipenuhi oleh pemain usaha mikro ini, yaitu berjumlah 98 persen dari total unit usaha atau sejumlah 39 juta usaha. Hal tersebut menunjukkan porsi yang besar dalam struktur konfigurasi ekonomi Indonesia secara keseluruhan dari 39,72 juta unit usaha yang ada dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu sebesar 99,97 persen dari total usaha atau sejumlah 39,71 juta usaha.

Bagaimanapun keberadan usaha mikro, merupakan fakta semangat jiwa kewirausahaan di masyarakat pada umumnya. Dimana usaha mikro merupakan hal yang sangat strategis untuk mewujudkan broad based development atau development through equity (Ismawan, 2005). Di daerah manapun banyak kita temui usaha mikro ini, terlebih lagi terkait dengan usaha boga, karena dianggap mudah untuk memulai usahanya dan tentu semua orang membutuhkan makanan dan minuman.

(30)

minuman ringan yang memenuhi persyaratan kepraktisan dalam pemakaian adalah produk minuman instan. Menurut Hartomo dan Widiatmoko (1993), minuman instan adalah rekonstitusinya seketika dan tanpa bantuan/adukan mekanik, artinya memerlukan sifat pembasahan bagus, terendam, mudah terdispersi/menyebar dan terlarut semua komponen dalam cairan.

Aspek kemudahan dalam penyajian, penyimpanan dan transportasi merupakan nilai tambah yang memiliki produk minuman instan dibandingkan minuman ringan biasa yang bentuk cair. Keunggulan serbuk minuman instan adalah kemampuan larut tanpa melibatkan pengadukan secara manual, dengan syarat semua komponen mudah larut dalam air.

Permintaan terhadap minuman instan akhir-akhir ini mulai meningkat setelah krisis ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan persentase alokasi pengeluaran masyarakat terhadap produk minuman instan pada tahun 1987 mencapai 38,72 persen pada tahun 1996 sebesar 44,66 persen. Namun pada tahun 1999 menurun manjadi 37,06 persen kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi 41,52 persen. Persentase alokasi pengeluaran per tahun masyarakat terhadap produk minuman instan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Alokasi Pengeluaran Masyarakat Terhadap Produk Minuman Instan Makanan 61,28 60,36 56,86 55,34 62,94 65,81 94,13 58,48

Minuman Instan

38,72 39,64 43,14 44,66 37,06 34,19 35,87 41,52

Total 100 100 100 100 100 100 100 100

(31)

Produk minuman instan dalam perkembangannya dapat diproduksi dari berbagai macam bahan baku diantaranya dengan bahan baku kedelai. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu komoditas agribisnis yang memiliki manfaat ekonomis yang luas dan strategis, sekaligus berkaitan erat bagi pengembangan subsistem agribisnis hilir. Kacang kedelai bagi industri pengolahan pangan di Indonesia banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sudah sangat terkenal adalah tempe, kecap, tauco dan tauge. Selain itu, kedelai diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botol.

Susu kedelai pada umumnya memiliki dua bentuk yaitu cair dan bubuk. Bentuk cair lebih banyak dibuat dan diperdagangkan. Susu kedelai dapat disajikan dalam bentuk murni, artinya tanpa penambahan gula dan cita rasa baru, dapat juga ditambah gula atau flavor seperti moka, pandan, panili, coklat, strawberi, dan lain-lain. Susu kedelai bubuk merupakan cara alamiah dalam mendiversifikasi produk susu kedelai cair agar lebih awet.

(32)

Teknologi, 2000). Pada Tabel 3 menunjukkan komposisi susu kedelai, susu sapi dan Air Susu Ibu (ASI).

Tabel 3. Perbandingan Komposisi Susu Kedelai, Susu Sapi dan Air Susu Ibu

Komposisi Susu Kedelai (%) Susu Sapi (%) ASI (%)

Air 88,60 88,60 88,60

Kalori 52,99 58,00 62,00

Protein 4,40 2,90 1,40

Karbohidrat 3,80 4,50 7,20

Lemak 2,50 0,30 3,10

Vit. B1 0,04 0,04 0,02

Vit. B2 0,02 0,15 0,03

Vit. A 0,02 0,20 0,20

Sumber : Deputi Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2000

Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan protein susu kedelai lebih besar 1,52 kali dari susu sapi dan 3,14 kali lebih besar dari ASI. Nilai kalori kedelai hampir menyerupai susu sapi. ASI memiliki kandungan lemak yang paling besar bila dibandingkan dengan susu kedelai dan susu sapi. Kandungan lemak susu kedelai 8,3 kali lebih besar bila dibandingkan susu sapi. Meskipun demikian, susu kedelai ini lebih aman dari kolesterol karena mengandung lemak tak jenuh.

Komposisi susu kedelai hampir sama dengan susu sapi. Karena itu, susu kedelai dapat digunakan sebagai alternatif pengganti susu sapi. Susu ini baik dikonsumsi oleh mereka yang tidak suka susu sapi atau alergi susu sapi, yaitu orang-orang yang tidak punya atau kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya, sehingga tidak mampu mencerna laktosa dalam susu sapi (Koswara, 2006).

(33)

1.2. Perumusan Masalah

PD Mas Adam Berdasi yang ada di Kecamatan Rumpin-Bogor, adalah salah satu usaha kecil dan menengah yang menghasilkan susu kedelai bubuk. Produk susu kedelai bubuk tersebut dipasarkan di supermarket dan toko-toko wilayah Bogor. Susu kedelai bubuk Cap Kedelai Mas baru diproduksi pada tahun 1997 setelah mendapat izin Departemen Kesehatan. Awalnya PD Adam Mas Berdasi memproduksi susu kedelai cair pada tahun 1991 - 1997. Permintaan susu kedelai bubuk instan Cap Kedelai Mas mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar Jumlah Permintaan Susu Kedelai Bubuk Instan Cap Kedelai Mas

Bulan Tempat pemasaran

Jumlah

Hero, Pakally, Grand, Sinar prima, Al-amin, Apotek semplak, Remaja, Bukit Rivaria,

Berkah, Koperasi DPRD

500 490 (10)

Des. 07

Hero, Pakally, Grand, Sinar prima, Al-amin, Apotek semplak, Remaja, Bukit Rivaria,

Berkah, Koperasi DPRD, Ganation, Mawar

500 530 30

Jan. 08

Hero, Pakally, Grand, Sinar prima, Al-amin, Apotek semplak, Remaja, Bukit Rivaria,

Berkah, Koperasi DPRD, Ganation, Mawar

500 530 30

Feb. 08

Hero, Pakally, Grand, Sinar prima, Al-amin, Apotek semplak, Remaja, Bukit Rivaria,

Berkah, Koperasi DPRD, Koperasi Handayani, Ganation,

Mawar

500 560 60

Mar. 08

Hero, Pakally, Grand, Sinar prima, Al-amin, Apotek semplak, Remaja, Bukit Rivaria,

Berkah, Koperasi Handayani, Ganation, Mawar, Popeye

500 570 70

Sumber: PD AdamMas Berdasi, 2008

(34)

ditanggulangi perusahaan karena kapasitas tiga mesin produksi mencapai 100 kg per jam dan tenaga produksi selama ini masih mampu dalam menghadapi kelebihan produksi tersebut.

Walaupun mempunyai permintaan yang meningkat dapat ditanggulangi, PD Mas Adam Berdasi ini masih menghadapi berbagai kendala dalam pengembangan usaha. Sejak tahun berdiri 1991, usaha kecil ini menghadapi kendala internal maupun eksternal dalam proses perkembangan usahanya.

Kendala-kendala internal ini antara lain sumberdaya manusia, keuangan, produksi operasi dan pemasaran. Kendala-kendala pada sumberdaya manusia adalah karena jumlahnya masih sedikit, hanya enam orang yaitu satu orang bagian pengadaan bahan baku, satu orang bagian produksi yang membawahi tiga karyawan, dan satu orang bagian pemasaran. Walaupun sudah mempunyai tugas yang jelas tetapi mereka masih melakukan tugas yang ganda. Hal ini diperparah dengan curahan waktu yang diberikan masih kurang karena masing-masing kepala bagian mempunyai pekerjaan di bidang lain. Kendala pada bagian pemasaran yaitu belum adanya karyawan dibidang pemasaran yang dapat berkonsentrasi memasarkan, sehingga menyebabkan belum adanya inovasi sistem pemasaran, sistem distribusi, promosi dan penjualan serta belum adanya armada distribusi sehingga menyebabkan jangkauan pemasarannya masih terbatas. Sedangkan segi keuangan, PD Mas Adam Berdasi masih terbatas karena saat ini perusahaan belum pernah mendapatkan bantuan keuangan dari pihak manapun.

(35)

memproduksi susu bubuk kedelai dengan berbagai merek, yaitu Maureen, Alamina, MDL-525 dan Melilea yang wilayah pemasarannya berada di wilayah Bogor sehingga membuat tingkat persaingan semakin ketat. Tingkat persaingan tersebut dapat dilihat dari strategi harga yang diterapkan oleh masing-masing perusahaan. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Daftar Harga Susu Kedelai Bubuk Instan di Hero Swalayan Merk Dagang Harga (Rp/250 gr)

Alamina 19.166,67

Cap Kedelai Mas 13.250,00

Maureen 13.850,00 Melilea 25.000,00 MDL-525 43.750,00 Sumber : Hero Swalayan Padjajaran, 2008

Berdasarkan Tabel 5 harga susu bubuk kedelai yang paling mahal adalah MDL-525 dengan harga Rp 43.750,00 per 250 gr. Sedangkan harga susu kedelai bubuk terjangkau adalah Cap Kedelai Mas dengan harga Rp Rp 13.250,00 per 250 gr. Hal ini memberikan peluang bagi produk susu kedelai bubuk Cap Kedelai Mas yang merupakan produksi PD Mas Adam Berdasi untuk mengembangkan usahanya.

(36)

Tabel 6. Daftar Harga Susu Bubuk Instan Rasa Coklat di Hero Swalayan Merk Dagang Harga (Rp/250 gr)

Abbott 23.418,75 Beneeto 18.035,75 Dancow 16.125,00

Frisian flag 15.312,50

HiLo 19.100,00 Indomilk 15.181,25 Milo 15.166,67 Produgen 15.916,67 Sumber : Hero Swalayan Padjajaran, 2008

Berdasarkan Tabel 6 harga susu bubuk instan yang paling mahal adalah merk dagang Abbott dengan harga Rp 23.418,75 per 250 gr. Sedangkan harga susu bubuk instan terjangkau adalah milo dengan harga Rp 15.166,67 per 250 gr. Hal ini memberikan peluang bagi produk susu kedelai bubuk Cap Kedelai Mas yang diproduksi PD Mas Adam Berdasi, dikarenakan harga jualnya lebih terjangkau yaitu dijual dengan harga Rp 13.250,00 per 250 gr.

Selain menghadapi persaingan yang ketat, para perusahaan yang berproduksi dengan bahan baku kedelai mengalami masalah yaitu peningkatan harga kedelai impor. Tingkat konsumsi 8,1 kg per kapita per tahun pada tahun 2005, produksi kedelai dalam negeri yang baru mencapai 808 ribu hanya mampu memenuhi 38 persen kebutuhan, sedangkan sisanya harus diimpor. Impor kedelai pada tahun 2005 telah mencapai 1,2 juta ton, kemudian meningkat pada tahun 2007 karena produksi dalam negeri turun 25 persen menjadi 608 ribu ton. Hal ini menyebabkan harga kedelai meningkat.1 Peningkatan harga kedelai impor sebagai bahan baku utama susu kedelai bubuk, membuat pihak manajemen PD Mas Adam Berdasi harus mampu menyiasatinya.

1

(37)

Melihat fenomena tersebut, kekuatan dan kendala merupakan peluang dan ancaman yang dapat disusun menjadi rencana strategis yang tepat. Oleh karena itu, PD Mas Adam Berdasi perlu membuat suatu perencanaan jangka panjang yang menyeluruh dalam rangka pengembangan usaha untuk dijadikan dasar bagi perencanaan fungsi-fungsi operasionalisasi perusahaan. Manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk lebih proaktif dalam membentuk masa depan sendiri. Selain itu dari manajemen strategis didapatkan variabel kunci dari setiap faktor kemungkinan yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan, dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan dapat menentukan keputusan strategis.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diperinci beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal apa saja yang menentukan keberhasilan pengembangan PD Mas Adam Berdasi?

2. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada pihak PD Mas Adam Berdasi sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal PD Mas Adam Berdasi,

(38)

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna:

1. Bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengembangkan usaha susu bubuk kedelai PD Mas Adam Berdasi

2. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi mengenai usaha susu bubuk kedelai dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini meliputi gambaran umum PD Mas Adam Berdasi, analisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi yang dapat diterapkan perusahaan susu bubuk kedelai PD Mas Adam Berdasi di Desa Cibodas, Kecamatan Rumpin, Bogor.

(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedelai

2.1.1. Deskripsi Kedelai

Sejarah masuknya kedelai ke Indonesia tidak diketahui secara pasti, namun kemungkinan besar dibawa oleh pedagang Cina pada abad ke 13. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Menurut Romburgh (1892) seperti dikutip oleh Manwan dan Sumarno (1996), kedelai telah menjadi tanaman pangan penting di samping padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar, serta merupakan bagian usaha pertanian mantap di Pulau Jawa pada penghujung abad ke-19. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max (L.) Meriil. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Decotyledoneae Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae Genus : Glycine

Species : Glycine max (L). Meriil (Adisarwanto, 2005).

(40)

bundar atau bulat agak pipih. Besar biji bervariasi, tergantung varietas. Di Indonesia besar biji bervariasi dari 6 gram – 30 gram (Suprapto, 2001).

Sistem perakaran kedelai terdiri dari akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Akar kedelai muncul dari belahan kulit biji yang muncul sekitar mesofil. Perkembangan batangnya sendiri dibedakan mnejadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga, sedangkan pertumbuhan batang indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga (Adisarwanto, 2005).

(41)

2.1.2. Manfaat Kedelai

Popularitas kedelai sebagai komponen pangan diawali dari publikasi hasil penelitian di berbagai negara seperti di Cina dan Jepang yang dalam studi epidemologinya menyimpulkan bahwa makanan dari kedelai dapat menurunkan resiko kanker payudara, kolon dan usus, kanker prostat dan lain-lain. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian lain yang senada (Hariyadi, 2000).

Berbagai penelitian terakhir menyebutkan bahwa prospek kedelai semakin cerah dan sangat menjanjikan. Berbagai studi yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa kedelai tidak hanya bergizi, namun juga berkhasiat dalam mencegah dan mengatasi hipertensi, stroke, arterioclerorisis, jantung koroner, diabetes dan liver. Kedelai juga diyakini dapat mencegah dan mengatasi anemia serta terbukti berkhasiat dalam mengurangi berat badan. Kandungan vitamin A, B1, B2, C dan E mempercepat metabolisme kulit untuk kecantikan sehingga tetap

awet muda (Hembing, 2003).

Hariyadi (2000) menyatakan bahwa, kedelai diketahui mengandung sejumlah antikarsinogenik, sehingga akhirnya National Cancer Institute menyatakan pentingnya makanan dari kedelai untuk pencegahan kanker. Berbagai produk kedelai bermunculan sebagai bahan pangan dengan keistimewaan khusus antara lain (Koswara, 2005):

a. Serat makanan kedelai (soy dietary fiber), berupa produk tepung dari kulit kedelai yang tidak hanya mengandung serat makan yang unggul, tetapi juga mengandung komponen penurun kolesterol.

(42)

dengan diet rendah lemak dan rendah kolesterol, mampu menurunkan kolesterol.

c. Saponin kedelai (soy saponin) dipercaya mampu menurunkan kolesterol. Selain itu saponin juga mampu menahan absorpsi kolesterol sehingga lebih banyak kolesterol yang dapat dikeluarkan dari tubuh.

d. Fitosterol merupakan komponen yang menyerupai kolesterol, namun pada proses metabolisme dalam tubuh fitosterol bersaing dengan kolesterol makanan untuk diserap oleh usus, sehingga menurunkan kadar kolesterol darah.

e. Isoflavon merupakan ciri unik bagi kedelai. Isoflavon khususnya; daidzin [ein], glycet[ein], dan genistin[ein], diyakini merupakan komposisi fungsional yang penting, dan tidak hanya mampu mencegah kanker, tetapi juga mampu mengurangi kolesterol.

Produk kedelai yang mengandung isoflavon dapat membantu pengobatan simptom monopouse. Pada wanita yang memproduksi sedikit estrogen, isoflavon (phitoestrogen) dapat menghasilkan cukup aktivitas estrogen untuk mengatasi simptom akibat monopouse, misalnya hot flashes. Suatu penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi 48 gram tepung kedelai per hari mengalami gejala hot flashes 40 persen lebih rendah. Berdasarkan segi epidemologi, wanita Jepang yang konsumsi isoflavon yang tinggi jarang dijumpai simptom post monopousal (Koswara, 2005).

(43)

osteoporosis. Studi yang lain menunjukkan hasil yang sama pada saat menggunakan genistein saja. Ipriflavone, obat yang dimetabolisme menjadi daidzein telah terbukti dapat menghambat kehilangan kalsium melalui urine pada wanita post monopouse. Isoflavon kedelai juga dapat menurunkan resiko penyakit jantung dengan membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Protein kedelai telah terbukti mempunyai efek menurunkan kolesterol, yang dipercaya karena adanya isaflavon di dalam protein tersebut.

Studi epidemologi juga telah membuktikan bahwa masyarakat yang secara teratur mengkonsumsi makanan dari kedelai, memiliki kasus kanker payudara, kolon dan prostat yang lebih rendah. Isoflavon kedelai juga terbukti, melalui penelitian in vitro dapat menghambat enzim tirosin kinase, oleh karena itu dapat menghambat perkembangan sel-sel kanker dan angiogenesis. Hal ini berarti suatu tumor tidak dapat membuat pembuluh darah baru, sehingga tidak dapat tumbuh (Koswara, 2005).

(44)

Di samping hal-hal tersebut terdapat beberapa manfaat lain yang menerangkan peranan protein kedelai dalam menurunkan kolesterol, misalnya protein kedelai kaya akan asam amino glisin dan orginin yang mempunyai kecenderungan dapat menurunkan asam insulin darah yang diikuti dengan penurunan sintesa kolesterol. Dilain pihak, protein hewani mempunyai kandungan lisin yang tinggi dan cenderung untuk meningkatkan insulin darah, serta mendorong sintesis kolesterol. Rasio yang tinggi antara arginin terhadap lisin dalam protein kedelai akan membuat kadar kolesterol darah hanya sedikit terpengaruh oleh protein kedelai. Arginin akan menahan efek peningkatan kolesterol oleh lisin (Koswara, 2005).

(45)

2.2. Konsep Susu

Sumber kalsium banyak terdapat pada bahan pangan hewani, khususnya pada susu. Tucker (2002) menyatakan bahwa susu sebagai pangan yang berperan penting pada pencegahan osteoporosis sudah diakui oleh banyak negara. Beberapa penelitian yang telah dilakukan (Kalkwarf et al. 2003 ; Sandler et al. 1985) menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi susu pada saat remaja dengan kejadian osteoporosis pada saat usia lanjut. Hasil-hasil penelitian tersebut menemukan bahwa konsumsi susu yang rendah saat usia muda dan remaja dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko tulang rapuh sebesar dua kali lipat. Peneliti memperkirakan bahwa 11 persen kejadian osteoporosis saat usia lanjut berhubungan dengan rendahnya konsumsi susu pada saat remaja (Khomsan, 2002).

Menurut Sediaoetama (1993) jenis-jenis modifikasi susu dalam perdagangan, diantaranya adalah:

1. Susu Segar

Susu sapi segar adalah hasil pemerasan sapi secara langsung, tanpa ditambah zat-zat lain ataupun mengalami pengolahan. Susu ini tidak terlalu manis dan mengandung protein kira-kira tiga kali konsentrasinya dalam ASI

2. Susu Asam

(46)

dihindari atau setidak-tidaknya dihambat. Susu asam ini lebih dikenal dengan yoghurt.

3. Susu Skim

Susu ini sebenarnya limbah produksi mentega, setelah lemak dalam susu tersebut diambil untuk dijadikan mentega. Susu skim mengandung energi lebih rendah, karena lemaknya sudah diambil. Jenis susu ini masih baik dikonsumsi sebagai suplemen protein, yang masih berkualitas baik dan bahkan konsentrasinya meningkat dengan dikuranginya lemak tersebut. 4. Susu Bubuk

Susu bubuk terjadi dengan mengeringkan susu sehingga tertinggal komponen padat dari susu tersebut. Oleh karena, komponen padat ini merupakan sekitar 14 persen dari susu asalnya, maka rekonstitusi menjadi susu cair kembali ialah dengan menambahkan air matang sebanyak tujuh kali sebanyak susu bubuknya. Pada proses pengeringan ini terjadi perubahan atau kerusakan pada beberapa zat gizi komponennya, diantaranya vitamin A dan beberapa anggota B-kompleks. Karena itu pada susu bubuk ditambahkan zat gizi yang rusak atau berkurang ini.

5. Susu Kental Manis

(47)

Meskipun demikian, sebaiknya susu ini jangan terlalu lama dibiarkan setelah dibuka kalengnya, karena lama-lama akan terjadi kerusakan (pembusukan).

2.3. Susu Kedelai

Kedelai telah menjadi makanan sehari-hari penduduk Asia. Pada sebagian besar negara Asia, konsumsi isoflavon diperkirakan antara 25 – 45 mg per hari. Jepang merupakan negara yang mengkonsumsi isoflavon terbesar, diperkirakan konsumsi harian orang Jepang adalah 200 mg per hari. Di negara-negara Barat konsumsinya kurang dari 5 mg isoflavon per hari. Kedelai dapat dibuat menjadi susu kedelai dengan cara penggilingan biji kedelai yang telah direndam dalam air. Hasil penggilingan kemudian disaring untuk memperoleh filtrat, yang kemudian dididihkan dan diberi bumbu untuk meningkatkan rasanya (Koswara, 1992). Definisi susu kedelai menurut SNI 01-3830-1995 adalah produk yang berasal dari ekstrak biji kacang kedelai dengan air atau larutan tepung kedelai dalam air, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain serta bahan tambahan makanan lainnya yang diizinkan.

(48)

dikenal susu kedelai dalam kemasan kotak karton yang diproduksi oleh beberapa industri minuman (Koswara, 2006).

2.3.1. Metode Pembuatan Susu Kedelai

Pada prinsipnya terdapat dua bentuk susu kedelai, cair dan bubuk. Bentuk cair lebih banyak dibuat dan diperdagangkan. Susu kedalai dapat disajikan dalam bentuk murni, artinya tanpa penambahan gula dan cita rasa baru. Dapat juga ditambah gula atau flavor seperti moka, pandan, panili, coklat, strawberi, dan lain-lain. Jumlah gula yang ditambahkan biasanya sekitar 5 – 7 persen dari berat susu. Untuk meningkatkan selera anak-anak, kandungan gula dapat ditingkatkan menjadi 5 – 15 persen. Akan tetapi kadar gula yang dianjurkan adalah tujuh persen. Kadar gula 11 persen atau lebih menyebabkan cepat kenyang (Koswara, 2006).

Susu kedelai cair dapat dibuat dengan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana yang tidak memerlukan keterampilan tinggi, maupun dengan teknologi modern dalam pabrik. Dewasa ini banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat susu kedelai cair dengan hasil yang baik. Beberapa metode yang umum digunakan dalam pembuatan susu kedelai untuk minuman manusia antara lain metode Illinois, metode Pusbangtepa-IPB, dan metode sederhana.

(49)

Gambar 1. Flowchat Susu Kedelai Metode Illinois.

Metode Pusbangtepa-IPB dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, secara garis besar cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 2.

NaCHO3 0,25 persen

selama 30 menit

suhu 85oC dan dihomogenisasi pada

tekanan 1.500 psi

dihomogenisasi kembali pada tekanan 1.500 psi

KEDELAI

Bubur Kedelai Encer Dimasak

suhu 90oC - 100oC selama 15 menit

Ditiris dan dicuci

Digiling Direndam

Susu Kedelai Diencerkan

Ditambah gula dan bahan penyedap

(50)

Gambar 2. Flowchat Susu Kedelai Metode Pusbangtepa-IPB.

Metode sederhana dapat digunakan untuk skala yang lebih kecil dan peralatan yang lebih sederhana. Cocok bagi skala rumah tangga dan industri kecil. Tahapan pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 3.

KEDELAI

Sortasi

Direbus Direndam (+ 8 jam)

Dicuci

Digiling dan saring Air Panas (1:8)

Pada Suhu 1210C selama

20 menit

Susu Kedelai

Dibotolkan dan disterilisasi Ditambahkan gula pasir,

(51)

Gambar 3. Flowchat Susu Kedelai Metode Sederhana.

(52)

Gambar 4. Flowchat Susu Kedelai Bubuk Metode Pusbangtepa-IPB.

2.3.2. Perbandingan Antara Susu Kedelai dengan Susu Sapi

Berdasarkan seluruh karbohidrat dalam susu kedelai, hanya 12-14 persen yang dapat digunakan tubuh secara biologis. Karbohidratnya terdiri atas golongan oligosakarida dan golongan polisakarida. Golongan oligosakarida terdiri dari sukrosa, stakiosa, dan raffinosa yang larut dalam air, sedangkan golongan

KEDELAI

larutan NaOH 0,15% selama 30 menit larutan NaOH 0,05% selama 8 jam

Suhu 170-185oC

Sortasi dan Cuci

Giling Rendam Rendam

Dikupas dan dicuci

Air panas (8:1)

Alirkan ke Pengering Semprot

Ditambah santan kelapa sebanyak 10–20%

Homogenisasi pada tekanan 3.300 psi

Susu Kedelai Bubuk

(53)

polisakarida terdiri dari erabinogalaktan dan bahan-bahan selulosa yang tidak larut dalam air dan alkohol, serta tidak dapat dicerna. Secara umum susu kedelai mempunyai kandungan vitamin B

2, B2 niasin, piridoksin, dan golongan vitamin B

yang tinggi. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah cukup banyak ialah vitamin E dan K (Koswara, 2006).

Mutu protein dalam susu kedelai hampir sama dengan mutu protein susu sapi, begitu juga komposisi zat gizi yang terkandung di dalamnya. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam susu kedelai dan susu sapi lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi Susu Kedelai dan Susu Sapi Tiap 100 Gram

Komponen Susu Kedelai Susu Sapi

Kalori (Kkal) 41,00 61,00

Protein (gram) 3,50 3,20

Lemak (gram) 2,50 3,50

Karbohidrat (gram) 5,00 4,30

Kalsium (mg) 50,00 143,00

Fosfor (gram) 45,00 60,00

Besi (gram) 0,70 1,70

Vitamin A (SI) 200,00 130,00

Vitamin B1 (tamin)(mg) 0,08 0,03

Vitamin C (mg) 2,00 1,00

Air (gram) 87,00 88,33

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI, dalam Koswara 2006

Protein efisiensi rasio (PER) susu kedelai adalah 2,3, sedangkan PER susu sapi 2,5. PER 2,3 artinya, setiap gram protein yang dimakan akan menghasilkan pertambahan berat badan pada hewan percobaan (tikus putih) sebanyak 2,3 g pada kondisi percobaan baku. Susu kedelai tidak mengandung vitamin B

(54)

kandungan mineralnya terutama kalsium lebih sedikit dibandingkan susu sapi. Karena itu, dianjurkan penambahan atau fortifikasi mineral dan vitamin pada susu kedelai yang diproduksi oleh industri besar (Koswara, 2006).

2.4. Definisi Industri

Industri diartikan sebagai sekumpulan perusahaan yang serupa atau sekelompok produk yang berkaitan erat (Lipsey, et ɑl., 1996). Dumairy (1995), menjelaskan bahwa industri memiliki dua arti, yang (1) himpunan perusahaan sejenis, dan (2) Sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Definisi Industri Pengolahan adalah semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong produk primer.

Adapun yang dimaksud produk primer adalah produk yang tergolong bahan mentah yang dihasilkan oleh kegiatan eksploitasi sumberdaya alam seperti hasil pertanian, hasil kehutanan, pertambangan, dan lain sebagainya. Adapun golongan dan jenis industri dapat dibedakan berdasarkan besar kecil modal, tempat bahan baku, jumlah tenaga kerja dan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986. Beberapa golongan industri sebagai berikut2:

Golongan atau macam industri berdasarkan besar kecil modal.

1. Industri padat modal, adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.

2

(55)

2. Industri padat karya, adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

Jenis atau macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku:

1. Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.

2. Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.

3. Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.

Jenis-jenis atau macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 terdiri dari:

1. Industri kimia dasar, contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dan sebagainya.

2. Industri mesin dan logam dasar, misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dan lain-lain.

3. Industri kecil, contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dan lain-lain.

(56)

Adapun jenis atau macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja:

1. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

2. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.

3. Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

4. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan atau tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.

2.5 Ciri-ciri dan Potensi Industri Kecil

2.5.1 Ciri-ciri Industri Kecil

Industri kecil pada umumnya lebih banyak berkembang di pedesaan. Industri kecil dapat berkembang dengan mudah karena tidak membutuhkan modal yang banyak, bahan baku dapat diperoleh dengan mudah, tidak memerlukan keahlian khusus dalam proses produksinya dan teknologi yang digunakan masih sederhana. Hal ini dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan pembangunan pedesaan.

Beberapa ciri-ciri industri kecil adalah sebagai berikut3:

1. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah dan pada umumnya sekaligus menjadi pimpinan (single ownership and management) dan memerlukan bimbingan kewirausahaan.

3

(57)

2. Administrasi perusahaan pada umumnya masih bersifat sederhana, kurang teratur, belum berbentuk badan hokum.

3. Tidak mampu menyediakan jaminan (coliateral) guna mendapatkan kredit dari dunia perbankan.

4. Hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja masih lebih bersifat kekeluargaan.

5. Pembiayaan atau permodalan pada umumnya belum memungkinkan dapat menyediakan bahan yang cukup untuk kontinuitas produksi.

6. Proses produksinya masih sederhana dan sebagian besar masih bersifat tradisional.

7. Produksinya pada umumnya belum tetap dan desainnya kurang dapat mengikuti selera pasar.

2.5.2 Potensi Industri Kecil

Menurut Depperindag (2002) secara umum peranan industri kecil dalam konteks nasional dan lokal terwujud dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan nilai tambah dan distribusi pendapatan terutama pada kelompok masyarakat miskin. Keberadaan industri kecil penting dalam pembangunan suatu wilayah, hal ini didasarkan pada beberapa pemikiran pokok yaitu:

(58)

2. Industri kecil menggunakan bahan baku yang berasal dari lingkungan terdekat sehinggga biaya produksi dapat ditekan seminimal mungkin, dan tingkat upah yang relatif rendah.

3. Harga jual yang relatif rendah dan adanya permintaan dari beberapa jenis komoditi yang tidak dapat diproduksi dengan mesin secara maksimal merupakan suatu aspek pendukung kuat.

Industri kecil berpotensi untuk dikembangkan karena masih potensialnya sumberdaya alam ditiap daerah yang belum didayagunakan secara optimal. Selain itu adanya dukungan politis dan komitmen pemerintah serta masyarakat untuk mengembangkan industri kecil (Depperindag, 2002).

PD Mas Adam Berdasi adalah suatu perusahaan yang memproduksi susu kedelai bubuk. Perusahaan tersebut mempunyai enam tenaga kerja, oleh karena itu perusahaaan ini dapat dikategorikan ke dalam industri kecil. Potensi dari perusahaan ini besar, karena dengan berkembangnya perusahaan ini dapat menyerap tenaga kerja di lingkungan sekitarnya.

2.6 Penelitian Terdahulu

(59)

kelemahan, peluang dan ancaman serta dimiliki perusahaan serta menganalisis strategi pemasaran dalam memasarkan produknya dan (3) menganalisis strategi pemasaran susu kedelai dengan mengkaji tipe bisnis, posisi produk dan bauran pemasaran. Metode yang digunakan yaitu analisis nilai tambah dengan metode Hayami, strategi pemasaran produk dianalisis dengan matrik SWOT, dan untuk menganalisis tipe bisnis digunakan analisis portofolio produk Boston Consulting Group. Posisi produk dianalisis dengan menggunakan konsep daur hidup produk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan kedelai menjadi susu kedelai pada PT Salim Graha memberikan nilai tambah yang meningkat dari tahun 1992-1993, tetapi imbalan bagi tenaga kerja sangat kecil dibandingkan dengan imbalan bagi modal dan manajemen. Faktor lingkungan usaha, secara umum memberikan pengaruh nyata terhadap strategi yang diterapkan PT Salim Graha dalam memasarkan minuman segar susu kedelai. Strategi pemasaran produk minuman segar susu kedelai yang dilakukan PT Salim Graha dapat dikatakan baik.

(60)

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan titik impas produksi susu kedelai bubuk pada kapasitas produksi 15 kg per pengolahan (dua hari) adalah 2.944 kotak per tahun untuk rasa vanili, sedangkan untuk rasa strowberi dan coklat titk impasnya sama yaitu 3.024 kotak per tahun. Nilai NPV dari tiga jenis produk susu kedelai bubuk didapat sebesar Rp 36.077.745 selama lima tahun, dengan tingkat bunga 20 persen. Nilai IRR sebesar 70 persen, Net B/C sebesar 2,72 serta pay back period 2,19 tahun.

Berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan dapat diketahui bahwa apabila terjadi penurunan harga jual produk sebesar 10 persen, maka nilai NPV yang akan dihasilkan yaitu Rp 14.595.089. Begitu pula apabila terjadi kenaikan harga bahan baku dan bahan pembantu sebesar 10 persen nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 29.859.819. Usaha susu kedelai bubuk layak untuk dilanjutkan degan syarat perusahaan mampu memenuhi jumlah produksi yang digunakan dalam perhitungan yaitu sebesar 12.636 kotak pada tahun pertama, 18.954 kotak pada tahun kedua dan 25.272 untuk tahun ketiga hingga tahun kelima.

(61)

pengeluaran, NPV, IRR, Net B/C, PBP, dengan menggunakan asumsi-asumsi yang relevan.

Berdasarkan analisis finasial melalui dua skenario dapat disimpulkan layak untuk dikembangkan. Analisis sensitivitas dan switching value menunjukkan bahwa kelayakan finasial dari penurunan harga jual output dan jumlah output produk ini maksimal 21,25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ini cenderung kurang begitu peka karena pengaruhnya cukup kecil. Batas kelayakan finasial dari peningkatan harga input maksimal 44,55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga input cenderung tidak peka. Analisis sensitifitas yang dilakukan dengan perubahan discount rate sampai 18 persen dengan pertimbangan discount rate yang mungkin saja terjadi, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi discount rate maka usaha ini masih tetap layak untuk dikembangkan walaupun keuntungan usaha dan Net B/C nya akan semakin turun.

Juliantina (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Atribut dan Rentang Harga Susu Kedelai Bubuk Merek Maureen (Studi Kasus di PD Alam Lestari Tasikmalaya, dengan menggunakan alat analisis deskriptif, model multiatribut Fishbein dan analisis sensitivitas harga. Analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan data-data dalam bentuk tabel dan persentase. Model multiatribut Fishbein diukur dengan menggunakan skala Likert.

(62)

pilihan rasa, sedangkan susu kedelai merek MDL 525 unggul dalam atribut promosi dan merek. Atribut lainnya seperti kehalusan serbuk, warna, tingkat kelanguan dan kemasan merupakan unggulan dari susu kedelai bubuk Malilea. Perbandingan skor rata-rata sikap responden terhadap susu kedelai bubuk merek Maureen lebih baik dari pada merek susu bubuk yang lainnya.

(63)

Tabel 8. Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Tahun Judul Masalah Tujuan Alat Analisis Hasil dan Pembahasan

Langitan 1995 Analisis Nilai Tambah Pengolahan susu kedelai pada PT Salim Graha memberikan nilai tambah yang meningkat dari tahun 1992-1993, tetapi imbalan bagi tenaga kerja sangat kecil dibandingkan dengan imbalan bagi modal dan manajemen. Faktor lingkungan usaha, secara umum memberikan pengaruh nyata terhadap strategi yang diterapkan PT Salim Graha dalam memasarkan minuman segar susu kedelai

Arwin 2000 Analisis Kelayakan Usaha dan

(64)

Sayekti 2005 Analisis Kelayakan

(65)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Strategi

Strategi adalah istilah yang dapat ditarik dari zaman Yunani kuno, yang biasa diartikan sebagai komandan militer. Pada millennium berikutnya, konsep strategi terus difokuskan kepada interpretasi-interpretasi militer. Istilah strategi mulai diadaptasi dengan konteks bisnis pada masa Revolusi Industri II, dan mulai banyak digunakan pada abad kedua puluh.

Kata strategi berasal dari kata Yunani, stratègos yang artinya adalah jenderal (Webster’s Dictionary, 1999). Seorang jenderal merencanakan dan mengarahkan kekuatan militer yang dimiliki pada posisi atau lokasi penting sebelum pertempuran dengan musuh dimulai. Kekuatan militer yang dimiliki merupakan sumberdaya, rencana tentang pendayagunaan kekuatan militer adalah strategi, sementara tujuan yang ingin dicapai adalah mengalahkan lawan dan meraih kemenangan. Selama ribuan tahun, konsep tentang strategi teru terfokus pada bidang militer. Cal von Clausewitz dalam tulisannya mengatakan “… strategy is use of engagements for the object of war” (Ghemawat, 2001, 2)

(66)

Pola ini dapat berupa strategi yang direncanakan (intended and planed strategy) dan strategi yang tidak direncanakan (emengent or unplanned strategy) (Mitzberg, 2003, 4-5).

Tujuan penerapan strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Terdapat elemen strategi yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan kegiatan. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya, dan implementasi yang efektif (David, 2004, 159)

Dalam suatu bisnis, strategi dikelompokkan menjadi empat tipe, yaitu strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif (David, 2004). Pemilihan tipe stategi ini didasarkan atas kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman baik dari lingkungan luar maupun lingkungan dalam suatu bisnis.

a. Strategi Integratif

Strategi ini memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan atau pesaing, terdiri dari:

1. Integrasi ke depan yaitu memiliki atau meningkatkan kendali atas distributor atau pengecer

2. Integrasi ke belakang yaitu mencoba memiliki atau meningkatkan kendali atas perusahaan pemasok.

(67)

b. Strategi Intensif

Strategi ini memerlukan usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada, terdiri dari:

1. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar dari produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih gencar.

2. Pengembangan pasar yaitu memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah geografi baru.

3. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki produk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan yang baru.

c. Strategi Diversifikasi

1. Diversifikasi konsentrik yaitu menambah produk atau jasa baru, tetapi masih terkait.

2. Diversifikasi konglomerat yaitu menambah produk atau jasa baru, yang tidak terkait, untuk para pelanggan baru.

3. Diversifikasi horizontal yaitu menambah produk atau jasa baru, tidak terkait, untuk pelanggan yang sudah ada

d. Strategi Defensif

1. Rasionalisasi biaya yaitu merestrukturisasi dengan cara mengurangi biaya dan aset agar bisa meningkatkan penjualan dan keuntungan.

2. Divestasi yaitu menjual suatu divisi atau bagian dari suatu organisasi. 3. Likuidasi yaitu menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap

(68)

3.1.2 Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi merupakan serangkaian komitmen, keputusan dan tindakan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memperoleh strategi persaingan dalam menghasilkan keuntungan di atas rata-rata. Proses ini berhubungan erat dengan keunggulan bersaing yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage) dan resiko yang dimiliki oleh perusahaan.

Perusahaan memiliki keunggulan bersaing yang berkesinambungan apabila mampu mengimplementasikan strategi penciptaan nilai (value creating) dimana perusahaan lain tidak mampu meniru hal yang sama. Resiko adalah ketidakpastian keuntungan ekonomis jika suatu investasi dilakukan (Hitt, 2005, 5)

(69)

Umpan Balik

Gambar 5. Model Komprehensif Manajemen Strategis.

(Sumber : David, 2004)

3.1.2.1 Perumusan Strategi

Langkah awal perumusan strategi adalah memberikan masukan lingkungan eksternal dan lingkungan internal, sehingga dapat dirumuskan tekad strategi (strategic intent) dan misi (strategic mission). Tekad strategi adalah “internally focused”, yakni komitmen menyeluruh untuk memenangkan persaingan dengan mengidentifikasi dan menggalang kekuatan sumberdaya, kapabilitas dan kompetensi untuk mencapai tujuan.

(70)

Mem-dilayani, berdasarkan kompetensi inti yang dimiliki. Dalam bahasa praktis, misi strategi adalah jawaban pertanyaan “what businesses are we in?”.

Tujuan merupakan pusat dari kegiatan perusahaan yang digunakan sebagai penilai prestasi perusahaan. Tujuan berperan penting dalam perumusan dan implementasi strategi perusahaan, karena itu manajemen puncak harus mampu merumuskan, melembagakan, mengkombinasikan dan menguatkan tujuan perusahaan melalui perusahaan.

3.1.2.2 Lingkungan Eksternal

Menurut David (2004), analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan, sehingga perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan kepada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan.

Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu :

1. Lingkungan Umum

Gambar

Tabel 3. Perbandingan Komposisi Susu Kedelai, Susu Sapi dan Air Susu Ibu
Tabel 4. Daftar Jumlah Permintaan Susu Kedelai Bubuk Instan Cap Kedelai
Gambar 1. Flowchat Susu Kedelai Metode Illinois.
Gambar 2. Flowchat Susu Kedelai Metode Pusbangtepa-IPB.
+7

Referensi

Dokumen terkait