4-?kt4
~ v b b
h
l?
KAJIAN DAYA SIMPAN BUAH LIMA GENOTIPE PEPAYA
Oleh:
Krisna Deviana Purba
A34302061
PROGRAM STUD1 HORTIKULTURA
FAKU LTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KRISNA
DEVIANAPURB.4,
Kajian Daya Simpan BuahLima
Genotipe Pepaya. Dibimbing oleh WINARSO DRAJAD WIDODO dan KETTY SUKETI.Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji daya simpan dan
karakter fisik serta kimia lima genotipe pepaya dengan mempelajari perubahan
fisik dari pepaya yang dipanen pada tiga tingkat kematangan sampai dengan buah
tidak layak dikonsumsi (busuk), serta mengukur kandungan kimia buah dari saat
petik hingga tidak layak dikonsumsi. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah buah pepaya koleksi PKBT IPB di Kebun Percobaan Tajur 1, Bogor,
terdiri atas lima genotipe: IPB 1 betina, IPB 1
x
Str 6-4 betina, IPB 10A, IPB 10A x PB 174, dan IPB 1 x IPB 10A hermaprodit. Bahan kimia yangdigunakan berupa larutan NaOH, iodium, amilum, alkohol, dan indikator
phenolphtalein. Alat yang digunakan meliputi meteran, penggaris, pisau,
timbangan, hand refractometer, hand fruit hardness tester, pHmeter, blender,
gelas ukur, labu takar, erlenmeyer, buret dan alat titrasi lainnya.
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
2 faktor. Faktor yang diuji adalah umur panen dan waktu simpan. Buah yang
diamati meliputi
5
genotipe pepaya dengan 3 umur panen (Ul, U2, U3) dan3 waktu sirnpan (PI, P2, P3) yang masing-masing terdiri dari 6 buah pepaya. Umur panen dihitung sejak bunga mekar, untuk genotipe IPB 1 dipanen pada 130,
135 dan 140 hari setelah anthesis (HSA), genotipe IPB 10A dipanen pada 160,
165 dan 170 HSA, dan genotipe IPB 1
x
Str 6-4, IPB 10Ax
PB 174 dan IPB 1 x IPB 10A dipanen pada saat 140, 145 dan 150 HSA. Waktu simpandilakukan selama
2
hari, 4 hari dan pada saat buah tidak dapat dikonsumsi lagi (busuk), untuk genotipe IPB 1, IPB 1x
Str 6-4, dan IPB 1 x IPB 10A berkisar selama 7 hari, genotipe IPB 10A x PB 174 berkisar 6 hari, dan genotipe IPB 10Aberkisar 9 hari. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji F pada
program SAS 6.12. Data yang menunjukkan pengaruh yang nyata, dilakukan uji
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen dan waktu simpan
pepaya mempengaruhi karakter fisik serta kimia buah. Pengkajian terhadap sifat
kimia menunjukkan bahwa nilai pH meningkat dengan semakin mudanya umur
panen pada genotipe IPB 10A dan IPB 10A
x
PB 174. Umur panen berpengaruh terhadap nilai PTT genotipe IPB 1x
IPB 10A dan waktu simpan berpengaruh terhadap nilai PTT genotipe IPB 10A. Nilai PTT meningkat dengan semakin tuaumur
panen dan semakin lamanya waktu simpan. Umur panen berpengaruh padanilai ATT genotipe IPB 1, sedangkan waktu simpan berpengaruh terhadap nilai
ATT genotipe IPB 10A. Nilai ATT meningkat dengan semakin muda wnur panen
dan semakin lamanya waktu simpan. Semakin tua umur panen pada genotipe
IPB 1 dan IPB 1
x
IPB 10A, meningkatkan kandungan vitamin C buah. Kandungan karoten tertinggi terdapat pada genotipe IPB 1 x Str 6-4. Daya simpan buah yang paling lama terdapat pada genotipe IPB 10A berkisar 9 hari.Umur panen dan waktu simpan berpengaruh terhadap karakter fisik buah
terutama wama kulit dan kekerasan buah. Semakin tua umur panen atau semakin
lama waktu simpan, persentase wama kulit buah yang berwama kuning semakin
besar dan buah semakin lunak. Umur panen dan waktu simpan tidak berpengaruh
terhadap wama daging buah, dimana masing-masing genotipe mempunyai daging
buah benvama oranye hingga merah. Waktu simpan berpengaruh terhadap
besamya persentase bobot bagian yang dapat dimakan pada genotipe IPB 1 dan
KAJIAN DAYA SIMPAN BUAH LIMA GENOTIPE PEPAYA
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sa j a n a pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Krisna Deviana Purba
A34302061
PROGRAM STUD1 HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : KAJIAN DAYA SIMPAN BUAH LIMA GENOTIPE PEPAYA Nama : Krisna Deviana Purba
NRP : A34302061
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dr Ir ~ i n a r s o ~ . Widodo, MS NIP : 131 664 405
Ir ~ e t t v ~ d k e t i , MSi NIP : 131 578 793
*-:*.
" rl-2-x
**, \ .>
*i.
,
,
,.
, Mengetahui,akultas Pertanian
.
RIWAYAT HIIlT.JP
Penulis dilahirkan di Kota Pematangsiantar, Propinsi Sumatera Utara pada
tanggal 23 Desember 1983. Penulis merupakan anak kelima Hasiholan Purba, SH
dan Rosmadiana Sumbayak, SH.
Tahun 1996 penulis lulus dari SD RK Cinta Rakyat 4 Pematangsiantar,
kemudian pada
tahun
1999 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1Pematangsiantar. Selama bersekolah di SMP Negeri 1, penulis menjadi anggota
Pramuka pada Gugus Depan 047-048. Selanjutnya penulis lulus dari SMU
Negeri 2 Pematangsiantar pada tahun 2002. Selama SMU, penulis menjadi
anggota siswa pencinta alam (Brimantala), dan menjabat sebagai bendahara OSIS
pada
tahun
2000-2002.Taliun 2002 penulis diterima di P B melalui jalur SPMB sebagai
mahasiswa pada Program Studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti
kegiatan Pelatihan Kerja di Kantor Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura
dan Direktorat Tanaman Buah Departemen Pertanian Jakarta pada tahun 2004.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TUHAN, berkat kasih karunia
dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sajana pada program
studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada:
1. Dr Ir Winarso Drajad Widodo, MS dan Ir Ketty Suketi, MSi yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan penelitian dan
selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Dr Ir Sriani Sujiprihati, MS selaku dosen penguji atas kritik dan saran
yang telah diberikan.
3.
Dr
Ir Surjono Hadi Sutjahjo, MS atas bimbingan selama penulis belajar di Institut Pertanian Bogor.4. PKBT atas penggunaan lahan, penyediaan bahan tanaman, bahan kimia
dan penggunaan laboratorium yang diberikan.
5. Bapak, Mamak, kakak d m abang penulis (Lenny, Rosalin, Ganda, dan
Padu) atas kasih sayang, dukungan moral d m materil, serta doa yang tak
pemah putus kepada penulis.
6. Teman-teman Hortikult~ua'39 untuk segala bantuan dan semangat yang
telah diberikan pada penulis saat pelaksanaan penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Desember 2006
DAFTAR IS1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
...
1Tujuan
...
3TINJAUAN PUSTAKA
...
Botani dan Biologi Bunga 4...
Ekologi Tanaman Pepaya 5 Kultivar Pepaya...
6Panen dan Pasca Panen
...
7Perubahan Fisiologi Selama Pematangan Buah
...
8Kandungan Gizi dan Manfaat Pepaya
...
10BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat
...
12Bahan dan Alat
. .
...
12Metode Penelltlan
...
12Pelaksanaan
...
13Pengamatan
...
14HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
...
17Pertumbuhan Panjang dan Diameter
...
17...
Panjang. Diameter. Volume. dan Bobot Buah 19 Karakter Kimia, Kandungan Vitamin C dan Karoten...
20...
Daya Simpan Masing-Masing Genotipe. .
26Karakter Fislk
.
.
...
27...
Uji Organoleptik 33 IUESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...
36Saran
...
36DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1
.
Kandungan Vitamin dan Kalsium dalam 100 g Bahan Beberapa JenisBuah
...
112
.
Panjang. Diameter. Volume Lima Genotipe Pepaya...
193
.
Bobot Utuh. Bobot Kulit. dan Bobot Biji Lima Genotipe Pepaya...
204
.
Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1...
205
.
Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1 x Str 6-4....
226
.
Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 10A...
237
.
KaraMer Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 10Ax PB 174...
248
.
Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1 x IPB IOA...
259
.
Daya Simpan Pepaya Hingga Busuk...
2710
.
Karakter Fisik Genotipe IPB 1...
2811
.
Karakter Fisik Genotipe IPB 1 x Str 6-4...
2912
.
Karakter Fisik Genotipe IPB 10A...
3013
.
Karakter Fisik Genotipe IPB 10A x PB 174...
3114
.
Karakter Fisik Genotipe IPB 1 x IPB 10A...
3215
.
Penerimaan Panelis Terl~adap Aroma. Rasa. Warna, dan Keempukan Buah Genotipe IPB 1...
3316
.
Penerimaan Panelis Terhadap Aroma. Rasa. Wama. dan Keempukan Buah Genotipe IPB 1 x Str 6-4...
3417
.
Penerimaan Panelis Terhadap Aroma. Rasa, Wama. dan Keempukan Buah Genotipe IPB 10A...
3419
.
Penerimaan Panelis Terhadap Aroma. Rasa. Wana. dan KeempukanBuah Genotipe IPB 1 x IPB 10A
...
35Nomor Halaman Lampiran 1
.
Curah Hujan Bulanan selama Penelitian...
402
.
Sidik Ragam pH...
413
.
Sidik Ragam Padatan Terlarut Total...
42...
4.
Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 1 43...
5.
Sidik Ragam Asam Tertitrasi Total 44 6.
Sidik Ragam Kandungan Vitamin C...
457
.
Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 1x
Str 6-4...
468
.
Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 10A...
479
.
Analisis Korelasi Pearson Genotipe IPB 1x
IPB 10A...
4810
.
Sidik Ragam Warna Kulit...
4911
.
Sidik Ragam Kekerasan Buah...
5012
.
Sidik Ragam Warna Daging Buah...
5113
.
Sidik Ragan Persentase Bobot Bagian yang Dapat Dimakan...
52DAFTAR GAMBAR
Nomor
1
.
Grafik Pertumbuhan Panjang Buah...
18...
2.
Grafik Pertumbul~an Diameter Buah 18 3.
Grafik Kandungan Karoten...
264
.
Gejala Pepaya yang Terserang Cendawan Colletotrichum...
27Lampiran 1
.
Wama Daging Buah Genotipe IF'B 1 Betina...
542
.
Warna Daging Buah Genotipe IPB 1x
Str 6-4 Betina...
543
.
Wama Daging Buah Genotipe IF'B 10A Hermaprodit...
554
.
Warna Daging Buah Genotipe IPB 1 x IPB 10A Hermaprodit...
55PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan
yang berasal dari Amerika Tropika. Tanaman pepaya berupa herba yang mirip
pohon, pertumbuhannya cukup cepat, tingginya mencapai 2-10 m, dan umumnya
tidak bercabang (Villegas, 1997). Tanaman ini telah dibudidayakan di India,
Srilanka, Malaysia, Indonesia, Amerika Tengah dan Selatan, A E i a Utara dan
Hawaii (Ditjen BPH, 2003).
Terdapat banyak varietas pepaya dengan ukuran dan bentuk yang
beragam. Pepaya di pasar internasional dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu Solo,
Sunrise dan Sunset dengan bobot masing-masing buah berkisar antara
220-600 g/buah. Ketiganya juga dapat dibedakan atas kandungan sukrosa, ukuran,
bentuk dan warna daging bud1 (Ditjen BPH, 2003).
Pepaya merupakan salah satu komoditas buah yang memiliki berbagai
fungsi dan manfaat. Sebagai buah segar, pepaya banyak dipilih konsumen karena
memiliki kandungan nutrisi yang baik dan harganya yang relatif terjangkau
dibandingkan buah laimya. Pepaya juga dapat digunakan untuk membuat rujak
buah, minuman, agar-agar, selai, kue-kue dan buah beku. Buah yang muda dapat
diacar atau direbus sebagai sayur (Villegas, 1997).
Selain mudah dibudidayakan dan berpotensi produksi yang cukup besar,
buah pepaya juga merupakan sumber gizi yang penting terutama sebagai sumber
vitamin C, sedikit vitamin A dan vitamin B kompleks (Broto et al., 1991).
Villegas (1997) mengemukakan bahwa kandungan bahan per 100 g bagian yang
dapat dimakan adalah : 86.6 g air, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 12.1 g karbohidrat,
0.7 g serat, 0.5 g abu, 0.204 g kalium, 0.034 g kalsium, 0.011 g fosfor, 0.001 g
besi, 0.45 g vitamin A, 0.075 g vitamin C, dan jenis gula utarnanya terdiri dari
48.3% sukrosa, 29.8% glukosa, dan 21.9% fruktosa.
Saat ini terdapat kecenderungan konsumen menginginkan jenis pepaya
yang berukuran kecil namun daging buahnya berwanla merah jingga dan rasanya
manis (PKBT, 2004). Hasil penelitian Broto et al. (1991) menunjukkan bahwa
berukuran kecil, dalam arti sebuah pepaya habis dikonsumsi oleh seorang. Jenis
pepaya tersebut umumnya berasal dari pepaya impor yang telah berhasil
dibudidayakan di Indonesia oleh pengusaha yang jeli melihat kecenderungan
konsumen kelas menengah keatas dan peluang ekspornya. Menurut Santoso dan
Purwoko (1995) salah satu faktor yang mempengaruhi selera konsumen adalah
kualitas buah. Kualitas buah ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu
penampilan, tekstur, flavour, nilai nutrisi dan keamanannya. Chan (1979)
mengemukakan bahwa kandungan gula pada pepaya mempunyai peranan penting
dalam penentuan kualitas buah untuk buah segar maupun olahan. Wills dan
Widjanarko (1995) menyatakan bahwa biasanya kualitas buah dan uji
organoleptik dilakukan pada buah yang telah matang penuh yang ditentukan
dengan wama kulit.
Perbedaan tingkat kematangan buah menghasilkan perbedaan sifat fisik
dan kimia huah selama penyimpanan pada suhu kamar. Buah pepaya dapat
dimakan bila sudah matang 60% (Villegas, 1997). Selama proses pematangan
buah mengalami pembahan-pembahan fisik melipt~ti susut bobot, pelunakan
daging buah, pembahan wama kulit serta citarasa. Sedangkan pembahan kimia
meliputi keasaman, padatan terlm~t total, pati, vitamin C (Pantastico, 1975).
Kajian sifat mutu terhadap beberapa varietas pepaya yang terkenal di
Indonesia bel~un banyak dilakukan (Broto et al., 1991). Pusat Kajian Buah-
buahan Tropika (PKBT) mempunyai koleksi jenis genotipe pepaya yang baru,
yang kualitas buahnya belum secara keseluruhan diketahui. Masing-masing
genotipe menlpunyai karakter fisik dan kimia yang berbeda sehingga
penggunaannya juga disesuaikan dengan kandungan yang terdapat didalamnya.
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai
karakter fisik dan kimia buah pepaya dari lima genotipe pepaya disesuaikan
dengan umur panen dan waktu simpan yang paling baik untuk masing-masing
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
untuk
mengkaji daya simpan dan karakter fisikdan kimia lima genotipe pepaya dengan :
1. mempelajari perubahan fisik dari pepaya yang dipanen pada tiga tingkat
kematangan sarnpai dengan buah tidak layak dikonsumsi (husuk)
2. mengukur kandungan kimia buah dari saat petik hingga tidak layak
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Biologi Bunga Pepaya
Tanaman pepaya berasal dari kawasan Amerika Tropika. Saat ini tanaman
pepaya telah menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Dalam taksonomi
tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya (Carica papaya L.) diiasifikasikan sebagai berikut dengan Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae,
Kelas Dicotyledonae, Ordo Caricales, Famili Caricaceae, Genus Carica, dan
Spesies Caricapapaya L (Villegas, 1997).
Tanaman pepaya berupa herba yang mirip pohon, pertumbuhannya cukup
cepat, tingginya dapat mencapai 2-10 m, umumnya tidak bercabang, tetapi dapat
mempunyai cabang bila terjadi pelukaan, mengandung getah putih pada seluruh
bagian batangnya. Daunnya tersusun secara spiral m e l i i a r batang, lembaran
d a m bercelah-celah menjari dan bunga biasanya berumah dua (dioecious).
Panjang tangkai daun mencapai 1 m, berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11,
menjari dalam, tidak berbulu, bervena menonjol, cuping-cupingnya bergerigi
dalam dan lebar (Villegas, 1997). Batang l m ~ s , bulat berongga, dan lunak
(Ashari, 1995).
Bunga pepaya terdiri dari tiga jenis yaitu bunga jantan, bunga betina, dan
bunga hermaprodit. Bunga jantan tersusun dalam malai yang panjangnya
25-100 cm, menggantung, tidak bertangkai, daun kelopak berbentuk cawan,
berukwan kecil, bergerigi lima, daun mahkota berbentuk terompet, panjangnya
2.5 cm, memiliki 5 cuping yang memencar, benvama kuning cerah, benangsari
10 utas dalam 2 lingkaran yang bergiliran dengan cuping daun mahkota. Bunga
betina soliter atau beberapa kuntum berada pada suatu payung menggarpu,
panjang bunga 3.5-5 cm, d a m kelopak berbentuk cawan dengan panjang 3-4 mrn,
memilii 5 gigi sempit wama hijau-kuning, mahkota tersusun atas 5 daun
mahkota yang hampir lepas, dam mahkota berbentuk lanset, melilit, berdaging,
dan benvarna kuning, bakal buah bulat telur sampai lonjong, panjang 2-3 cm,
memilii rongga tengah berisi banyak sekali bakal biji, kepala putik 5 berbentuk
mahkota yang menyatu sebagian, benangsari 10 utas tersusun ddam 2 seri, bakal
buah memanjang; tipe 'pentandria' yang bunganya mirip bunga betina, tetapi
melniliki 5 benangsari. Bunga perantara, benangsari menjadi daun buah semu
yang menghasilkan buah yang bentuknya tidak beraturan. Perbandingan dan
macam bunga yang dihasilkan pada satu pohon dapat bervariasi bergantung
kepada umur dan keadaan lingkungan (Villegas, 1997). Kalie (1994) menyatakan
bahwa bentuk buah ditentukan oleh tipe bunga khususnya oleh bentuk putik dan
komposisi benang sari yang dimiliki. Buah yang dihasilkan oleh putik bunga
betina yang berbentuk bulat akan berbentuk bulat juga. Pohon jantan kadang-
kadang menghasilkan buah berukuran kecil yang disebut pepaya gantung.
Arkle dan Nakasone (1984) menyatakan bahwa meskipun suhu di kebun
buah tidak dapat dikendalikan, faktor lain yang dapat mempengaruhi ekspresi
seks, seperti kelembaban dan kandungan nitrogen, dapat digunakan untuk
mengurangi penganlh kegagalan perkembangan bunga dari suhu yang ekstrim.
Buah pepaya berdasarkan asal usulnya dan jumlah ruang bakal buahnya
termasuk kedalam buah sejati tunggal yaitu buah sejati yang berasal dari
perkembangan satu bakal buah dari satu kuntum bunga yang sama. Berdasarkan
bentuk dan sifat daging buah, pepaya temasuk kedalam tipe buah buni, memiliki
kulit l u x yang tipis, kuat, lentur, sedangkan lapisan dalam berdaging, berair, dan
dapat dimakan, dengan rongga besar ditengah (Pantastico, 1993; Ashari, 1995).
Ekologi Tanaman Pepaya
Tanaman pepaya ideal ditanam pada tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi dan drainase tanahnya baik dengan pH
mendekati netral (6-7). Tanaman pepaya sesuai dengan iklim yang hangat dengan
sinar matahari penuh tanpa naungan. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman
pepaya berkisar antara 22-26'~. Curah hujan (CH) berkisar 1000-2000 mdtahun,
dengan bulan kering (CH < 60 mm) 3-4 bulan, serta beriklim basah. Daerah yang
mempunyai curah hujan yang merata sepanjang tahun lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman (PKBT, 2004).
Pepaya dapat tumbuh baik jika ditanam di lahan terbuka, akan tetapi dapat
dilakukan di Filipina dan di negara-negara lain. Pepaya juga dapat ditanam
sebagai tanaman penghasil uang tunai (cash crop) diantara pohon buah-buahan
yang belum dewasa seperti mangga, jeruk atau rambutan (Villegas, 1997).
Menurut Kalie (2000) buah pepaya akan mempunyai penampilan yang mulus dan
benvarna kuning cerah apabila mendapat cahaya penuh atau diproduksi pada
musim kemarau.
Kultivar Pepaya
Saat ini hanya sedikit varietas pepaya hasil persilangan yang terdapat di
dtmia. Hal ini disebabkan karena tidak banyak negara yang mat1 mengembangkan
pepaya, dan beberapa varietas kehilangan cirinya karena gagal mempertahankan
cirinya tersebut pada turunannya saat penyerbukan (Chan et al., 1994).
Terdapat dua kultivar pepaya yang populer di ASEAN. Kultivar yang
pertama adalah yang berukuran besar, bentuk buah lonjong. Bobot buah berkisar
1-3 kg dengan warna daging buah merah, empuk, tetapi kualitasnya kurang bagus.
Di Indonesia, yang termasuk kultivar ini adalah pepaya Dampit, Jingga dan Paris. Tiga kultivar ini mempunyai morfologi yang berbeda. Pepaya Dampit mempunyai
bentuk buah yang oval dengan permukaan kulit yang kasar (tidak rata), sedangkan
pepaya Jingga dan Paris mempunyai permukaan kulit yang halus. Dari ketiga
kultivar tersebut, hanya kultivar Paris yang mempunyai kulit kuning pada saat
matang optimal. Dua kultivar lainnya mempunyai kulit yang kemerahan sekitar
75% dari total permukaan kulit pada saat buah matang optimal. Kultivar yang
kedua adalah yang berukuran kecil, bentuk buah agak bulat dengan kualitas yang
sangat bagus. Buah ini biasa dimakan dengan sendok, dimana buah dibelall dua
tanpa perlu mengupas kulitnya. Yang termasuk kultivar ini adalah pepaya Solo,
ukuran buah kecil, dengan bobot berkisar 350-500 g, biasanya disajikan untuk satu orang. Pepaya Sunrise Solo merupakan kultivar yang paling populer di
ASEAN. Mempunyai kulit buah yang halus, dengan semburat dan wanla kulit
buah yang kuning kehijauan pada saat matang. Tekstur akan semakin empuk
untuk konsumsi segar pada saat warna kulit menjadi kuning secara keseluruhan.
Ukuran buah tergantung dari lokasi perhmbuhan. Di Malaysia, ukuran buah
Di Indonesia, rata-rata ukuran buah berkisar 300 g, dan di Filipina berkisar 450 g.
Meskipun buahnya berukuran kecil, pepaya ini memp~myai rasa yang enak dan
kandungan gula yang tinggi. Karena kualitas dan wanla daging buah yang cukup
bagus, pepaya Sunrise Solo digunakan pada program pemuliaan di negara-negara
ASEAN untuk mengembangkan kualitas buah pada kultivar lokal (Chan et al.,
1994).
Menurut Samson (1986) buah pepaya yang dapat dipasarkan mempunyai
bobot sekitar 0.5-2 kg dan panjang 10-20 cm. Kulit buah yang hijau tipis akan
berubah menjadi kuning pada bagian bawahnya ketika mulai matang. Daging
buah akan berwarna kuning sampai oranye, dan ada beberapa kultivar pepaya
yang berwarna kemerah-merahan, serta mempunyai aroma yang menyenangkan.
Panen dan Pasca Panen
Pepaya mulai berbunga pada umur 3-4 bulan setelah tanam, dan buahnya
dapat dipanen pada 3-4 bulan setelah bunga mekar. Buah yang
akan
diangkut ketempat yang cukup jauh biasanya dipanen pada saat semburat kuning. Penanganan
pasca panen buah pepaya diwadahi dengan peti kayu atau plastik atau keranjang
bambu yang dialasi sobekan koran atau daun pisang kering dengan posisi
tangkailpangkal buah berada di bawah (PKBT, 2004).
Kulit buah pepaya tipis, biasanya halus, hijau saat belum matang, dan
benvama kuning atau oranye kekuningan saat telah matang. Selama proses
pematangan, warna daging berubah dari putih menjadi kuning atau oranye
kekuningan, atau menjadi merah muda salmon atau merah, tergantung jenis
varietasnya. Bobot buah berkisar dari yang kecil30 g sampai antara 5 sampai 8 kg
untuk ulnlran yang besar, tergantung varietas (Nakasone, 2000). Buah pepaya
sebaiknya dipanen pada tingkat kematangan yang tepat, agar dapat menghasilkan
rasa dan aroma yang bagus (Yon dan Serrano, 1994). Buah yang belum matang
bila dipanen akan menghasilkan mutu jelek dan proses pematangan tidak berjalan
dengan baik. Sebaliiya penundaan waktu pemanenan buah-buahan akan
meningkatkan kepekaan buah pada pembusukan sehingga mutu dan nilai jualnya
rendah (Pantastico, 1989). Pemanenan pepaya untuk komoditi ekspor sebaiknya
buah tiga perempat matang. Buah pepaya dipetik pada stadia tua mentah seperti
yang biasa dilakukan oleh petani produsen (Broto et al., 1991).
Proses respirasi dan transpirasi dapat menyebabkan hilangnya cadangan
makanan dan kadar air buah karena digunakan dalam reaksi metabolisme.
Kehilangan substrat dan air itu tidak dapat digantikan sehingga kerusakan buah
mulai terjadi (Santoso dan P w o k o , 1995). Penyimpanan yang baik perlu
dilakukan pada buah pepaya untuk mencegah kerusakan, terutama pada pada buah
yang telah lunak, juga pada saat pengangkutan untuk mengurangi tingkat
kerusakan buah. Kondisi optimum untuk memperpanjang masa simpan adalah,
pemanenan pada tingkat kematangan yang tepat, penanganan panen yang hati-
hati, buah terhindar dari sinar matahari langsung, penyimpanan pada suhu yang
tepat, pengurangan terjadinya proses respirasi, dan pencegahan dari infeksi hama
dan penyakit (Ralman et al., 1994).
Perubahan Fisiologi Selama Pematangan Buah
Secara fisiologi pepaya termasuk buah Mimakterik, yaitu buah yang
mengalami peningkatan yang tajam dalam respirasi yang ditunjukkan oleh
peningkatan produksi COz. Pertumbuhan pepaya dibagi dalam tiga tahapan
fisiologi setelah inisiasi. Tahapan tersebut meliputi pertumbuhan, pematangan dan
senesence kenuaan). Pematangan pada umumnya tejadi sebelum pertumbuhan
berakhir, dan pematangan yang terjadi secara bersamaan dengan pertumbuhan
disebut fase perkembangan. Perkembangan buah sebagian besar selesai pada saat
buah tersebut masih menempel pada pohon, sedangkan proses pematangan dan
senesence akan berlanjut pada saat tanaman masih di pohon ataupun setelah
dipetik dari pohonnya. Pada umumnya buab dipanen tidak hanya apabila sudah
matang, tapi ada beberapa buah yang dikonsumsi sebagai sayuran dipanen
sebelum pematangan mulai terjadi, contohnya pada labu-labuan (Santoso dan
Purwoko, 1995).
Matto et al. (1993) menyatakan selama pematangan, buah mengalami
beberapa perubahan dalam tekstur, wanla, dan bau, yang menunjukkan terjadinya
perubahan-perubahan dalam susunannya. Perubahan warna dapat terjadi baik oleh
lunak disebabkan oleh perombakan protopektin yang tidak larut menjadi pektin
yang larut, atau hidrolisis zat pati (pada waluh) atau lemak (pada apokad).
Perubahan warna adalah perubahan yang jelas terjadi pada banyak buah
dan seringkali dijadikan sebagai kriteria utama bagi konsumen untuk menentukan
apakah buah tersebut matang atau mentah. Warna hijau dikarenakan adanya
klorofil yang merupakan komplek organik magnesium. Hilangnya warna hijau
karena klorofil mengalami degradasi struktur. Faktor utama yang berperan dalam
degradasi klorofil ini adalah peruballan pH (terutama disebabkan kebocoran asam
organik dari vakuola), sistem oksidatif, dan enzim chlorophyllase. Kehilangan
warna tergantung pada satu atau seluruh faktor-faktor yang bekerja b e m t a n
untuk merusak struktur klorofil. Hilangnya klorofil berkaitan dengan
pembentukan danlatau munculnya pigmen kuning hingga merah (Santoso dan
Purwoko, 1995). Oleh karena itu, perubahan warna dalam pematangan dan
penyimpanan buah menjadi faktor yang penting (Kays, 1991).
Perubahan kulit buah terjadi karena kulit buah kehilangan klorofilnya dan
terjadi sintesis karotenoid dan antosianin selama proses pematangan buah (Kays,
1991). Karotenoid adalah kelompok senyawa yang tersusun dari unit isoprene atau
turunannya. Pada dasarnya ada dua jenis karotenoid, yaitu karoten (tanpa atom
oksigen dalam molekulnya) dan xantofil (menlpunyai atom oksigen dalam
molekulnya). Karoten adalah anggota karoten yang paling banyak terdapat,
pigmen ini pada umumnya menyebabkan warna jingga pada bahannya serta
mempunyai peranan yang penting karena bertindak sebagai pro-vitamin A.
Setelah panen, karotenoid menjadi lebih penting peranannya dibanding klorofil.
Sintesa karotenoid tidak terjadi setelah panen seperti lialnya anthosianin, pada
daun, setelah panen te rjadi p e n m a n kandungan karotenoid (Winarno dan Aman,
1981). Menuntt Yon (1994) kandungan karoten pada pepaya berkisar antara
1.160-2.43 1 mg/100 g bahan, tergantung pada kultivar pepaya.
Akamine dan Goo (1971) menyatakan terdapat hubungan antara warna
kuning pada kulit buah dan kandungan padatan terlarut total (PTT) buah. Gula
merupakan komponen utama PTT. Selama pematangan buah, PTT meningkat
karena te rjadi pemecahan poliier karbohidrat khususnya perubahan pati menjadi
selanjutnya PTT akan m e n u karena hidrolisis gula menjadi asam-asam organik
dan digunakan untuk proses respirasi. Pada buah pepaya Solo kandungan PTT
meningkat dengan semakin menguningnya kulit buah. Kandungan PTT kemudian
m e n m setelah warna kuning pada kulit buah mencapai 80%. Menurut Arriola et
al. (1980) pada buah pepaya matang teijadi peningkatan baik kandungan asam
maupun PTT, namun kandungan gula jauh lebih tinggi dibandingkan kandungan
asam organiknya sehingga rasa manis lebih dominan. Kandungan asam
akan
menurun pada saat buah lewat matang. Hasil penelitian Aisyah (2002)
menunjukkan bahwa sifat kimia utama yang mempengaruhi tingkat kesukaan
adalah PTT. Membuktikan bahwa rasa manis pada buah pepaya sangat
menentukan selera konsumen.
Pematangan buah biasanya meningkatkan jumlah gula sederhana yang
memberi rasa manis, p e n m a n asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik
yang mengurangi rasa sepet dan masam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang memberi
aroma khas pada buah (Matto et al, 1993).
Kandungan Gizi dan Manfaat Pepaya
Selain mudah dibudidayakan dan berpotensi produksi yang cukup besar,
buah pepaya juga merupakan sumber gizi yang penting terutama vitamin C,
sedikit vitamin A dan vitamin B kompleks, serta kandungan kalsium yang cukup
tinggi (Broto et al., 1991). Pada Tabel 1 dapat dilihat perbandingan vitamin dan
kalsium yang terdapat pada buah pepaya dengan beberapa jenis buah laim~ya.
Vitamin C (asam askorbat) hanya merupakan komponen minor dari buah dan
sayuran tetapi sangat penting dalam nutrisi manusia untuk mencegah penyakit
gusi berdarah. Asam-asam yang dominan dalam buah dan sayuran umumnya asam
sitrat dan asam malat (Santoso dan P m o k o , 1995). Getah pepaya juga
mengandung papain yang tergolong enzim atau fennen nabati, yang mampu
melmtkan protein dan fibrin dan mempeptonisasikan sebagiannya. Getah ini
digunakan dalam ilmu kedokteran dalam jumlah yang terbatas untuk mengobati
Tabel 1. Kandungan Vitamin dan Kalsium dalam 100 g Bahan Beberapa Jenis Buah
Buah Vitamin A Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin C Kalsium
(mg) (mg) (ms) (mg)
Ape1 24.00 RE 0.04 0.03 5.00 6.00
Apokad Belimbing Jambu Biji Jeruk Besar Jeruk Keprok M w g a Nenas
Pepaya
Pisang Saw0
Sirsak 1.00 RE 0.07 0.04 20.00 14.00
[image:22.514.39.472.61.761.2]BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Tajur I, Bogor pada
bulan September 2005 sampai Agustus 2006. Lokasi kebun terletak pada
ketinggian 250 m dpl. Pengujian kualitas buah dilakukan di Laboratorium Pusat
Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB dan Laboratorium Produksi Tanaman
Fakultas Pertanian IPB dari bulan Januari - Agustus 2006. Pengujian kandungan
karoten dilakukan di Laboratorium Research Group on Crop Improvement
(RGCI), Departemen Agronomi dan Hortikultura (AGH) Fakultas Pertanian IPB.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah dari lima genotipe
pepaya koleksi PKBT IPB yang meliputi IPB 1 dan IPB 1
x
Str 6-4 betina, IPB 10A, IPB 10Ax
PB 174 dan IPB 1 x IPB 10A hermaprodit. Bahan kimia berupa larutan NaOH, iodium, amilum, alkohol, dan indikator phenolphtalein.Alat yang digunakan meliputi meteran, penggaris, pisau, timbangan, hand
refiactometer, hand Puit hardness tester, pHmeter, blender, gelas ukur, labu
takar, erlenrneyer, buret dan alat titrasi lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
2 faktor. Faktor yang diuji adalah umur panen dan waktu simpan. Umur panen
dihitung sejak bunga mekar, untuk genotipe IPB 1 B dipanen pada 130, 135 dan
140 hari setelah anthesis (HSA), genotipe IPB 10A H dipanen pada 160, 165 dan
170 HSA, dan genotipe IPB 1 x Str 6-4 B, IPB 10A x PB 174 H dan
IPB 1 x IPB 10A H dipanen pada saat 140, 145 dan 150 HSA. Waktu simpan
yang diuji adalah selama 2 liari, 4 hari setelah panen, dan pada saat buah tidak
layak dikonsumsi (busuk), untuk genotipe IPB 1, IPB 1 x Str 6-4, dan IPB 1 x IPB
10A berkisar selama 7 hari, genotipe IPB 10A x PB 174 berkisar 6 hari, dan
genotipe pepaya dengan 3 tingkat umur panen (Ul, U2, U3) dan 3 waktu simpan
(PI, P2, P3) yang masing-masing terdiri dari 6 buah pepaya. Jumlah satuan
percobaan keseluruhan adalah 270 buah.
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji F pada program
SAS 6.12. Data yang menunjukkan pengaruh yang nyata, dilakukan uji lanjut
dengan Uji Tukey pada taraf 5%.
Pelaksanaan
Tanaman yang akan digunakan untuk penelitian diberi label dengan plastik
pada saat bunga mulai mekar (anthesis). Pengamatan panjang dan diameter buah
dilakukan setiap minggu dengan nlenggunakan jangka sorong hingga buah
dipanen. Buah pepaya dipanen berdasarkan umur panen masing-masing genotipe,
kemudian disimpan pada suhu ruang.
Pengkajian karakter fisik dan kimia buah dilakukan setelah penyimpanan
2 hari, 4 hari, dan saat buah tidak layak dikonsumsi lagi sesuai dengan daya
simpan masing-masing genotipe, dengan penyimpanan pada suhu ruang
(25-29'~). Pengamatan karakter fisik buah meliputi panjang dan diameter,
volume, bobot utuh, bobot kulit dan bobot biji, tingkat kekerasan buah, persentase
bobot bagian yang dapat dimakan (%BDD), warna daging buah dan persentase
kulit buah yang berwarna kuning yang diamati secara visual. Pengamatan karakter
kimia buah yang meliputi derajat keasaman sari buah (pH) yang diukur dengan
menggunakan pHmeter; padatan terlarut total (PTT) dengan menggunakan
hancuran buah yang diambil aimya dengan kain saring diteteskan pada
refraktometer; asam tertitrasi total (ATT) yang ditentukan dengan melakukan
titrasi NaOH; kandungan vitamin C yang dilakukan menurut metode
Sudarmaji et al. (1984) dengan melakukan titrasi iodium, dan kandungan karoten
dengan menggunakan spektrofotometer.
Uji organoleptik dilakukan oleh 6 orang panelis untuk menentukan
genotipe pepaya yang paling disukai, yang meliputi warna daging buah, rasa,
Pengamatan
a. Penentuan umur panen
Umur panen ditentukan dalam tiga tingkat yang berbeda, yang disesuaikan
dengan masing-masing genotipe (Ul, U2, U3).
b. Karakter fisik yang diamati meliputi;
-
Panjang buah, diukur dengan menggunakan penggaris dan meteran-
Diameter buah, diukur dengan menggunakan penggaris dan jangka sorong-
Volume buah, ditentukan dengan menimbang banyaknya air yangdikeluarkan dari tumpahan air dalam wadah yang telah diisi dengan air
yang pen&
-
Bobot buah utuh, ditentukan dengan melakukan penimbangan pada buahyang belum dikupas
- Bobot kulit, ditentukan dengan menimbang kulit yang telah diupas dari
daging buahnya
-
Bobot biji, ditentukan dengan menimbang biji yang terdapat dalam buahsetelah dibelali
-
Persentase bobot bagian yang dapat dimakan (%BDD), ditentukan denganpengurangan bobot buah utub dikurangi dengan bobot kulit dan bobot biji,
kemudian dihitung persentase terhadap bobot utuh
BDD (%) = Bobot Utuh - (Bobot Kulit
+
Bobot Biji) x 100% Bobot Utuh-
Tingkat kekerasan buah,
diukur dengan menggunakan handfruit hardnesstester. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah d m ujung
masing-masing sebanyak dua kali (duplo), kemudian dirata-rata.
Kekerasan buah dinyatakan dalam satuan kilogram per detik (kgldetik) - Wama daging buah diamati secara visual dengan skoring wama:
1 = merah, 2 = merah oranye, 3 = oranye, 4 = oranye kuning
-
Wama kulit buah diamati secara visual dengan persentase nilai 1 hingga100% kulit buah yang benvama kuning
- Daya simpan buah yaitu lama hari penyimpanan buah mulai dari saat
IPB 1 x Str 6-4, dan IPB 1 x IPB 10A mempunyai daya simpan berkisar
7 hari, IPB 10A berkisar 9 hari, d m IPB 10A x PB 174 berkisar 6 hari.
c. Karakter kimia yang diamati meliputi;
- Derajat keasaman sari buah, diukur dengan metode yang dilakukan oleh
Apriyantono et al. (1988). Hancuran buah ditimbang, kemudian dicampur dengan air aquades dengan perbandingan 1 : 1. Campuran hasil disaring dengan menggunakan kertas saring, lalu dilakukan pengukuran pH buah. - Padatan Terlarut Total (PTT), diukur dengan menggunakan refraktometer.
Pengukuran dilakukan pada buah yang diiris membujur dan dihancurkan
dengan blender kemudian disaring menggunakan kertas saring. Filtrat
diteteskan secukupnya pada kaca refraktometer, kemudian PTT dihitung
sebagai nilai O~rix yang dapat dibaca pada skala (Muchtadi dan Sugiyono,
1992)
- Asam Tertitrasi Total (ATT), diukur dengan melakukan titrasi NaOH
dengan indikator phenolphtalein. Bahan hancuran sebanyak 50 g disaring
dan dimasukkan kedalam labu takar 200 ml dan ditambahkan air destilata
sampai tanda tera. Filtrat diambil sebanyak 25 rnl diberi 3-4 tetes indikator
phenolphtalein kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N. Titrasi
dilakukan sampai terbentuk wama merah muda yang stabil
% ATT dihitung dengan nunus :
Asam Tertitrasi Total (%) = ml NaOH x N NaOH x fp
x
BE x 100% bobot contoh (mg)N = Normalitas larutan NaOH
fp = faktor pengencer
BE = berat ekuivalen asarn sitrat = 19213
- Kandungan vitamin C (asam askorbat), ditentukan dengan mentitrasi
iodium dengan indikator amilum. Persiapan yang dilakukan sampai
sebelum titrasi sama dengan persiapan pada penentuan asam tertitrasi
total. Filtrat sebanyak 25 ml dititrasi dengan iodium 0.01 N. Sebelum
titrasi filtrat ditambah dengan indikator amilum (1%). Titrasi dilakukan
Kandungan asam askorbat dihitung dengan rumus :
Asam askorbat (mg/100 g) = ml Iod 0.01 N x 0.88 x fp x 100
bobot contoh (g) N = Normalitas
fp = faktor pengencer
-
Kandungan Karoten, ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer. Bahan hancuran sebanyak 0.1 g dikocok dengan menambahkan 5 mlhexana : aseton (1:1), kemudian di sentrifuge. Ulangi ekstraksi sampai
larutan tidak berwama. Satukan semua supernatan, uapkan pada 40-50'~.
Panaskan 2 ml KOH 5% dalam Me-OH pada 7 0 ' ~ selama 30 menit.
Dinginkan 2 ml air bebas ion, dan 4 ml hexana, kemudian sentrifuge, lalu
pisahkan lapisan hexana. Ulangi ekstraksi dengan 2 ml hexana sampai
larutan tidak b e m a . Netralkan dengan 1.5 rnl CH3COOH 5%,
kemudian sentrifuge. Supernatan lewatkan pada Na2S04 anhidrat,
kemudian tera dalam labu t a k a 10 ml. Ukur h 460 nm (Parker, 1992).
Total karoten dihitung dengan rumus :
Total Karoten (mg/100g) = ml Tera x (ABSl2600) x 100
bobot contoh (g)
1 ml0.01 N Iodium = 0.88 mg asam askorbat
Tera = 10ml
ABS = angka yang dihasilkan pada spektrofotometer
Konstanta = 2600
d. Uji organoleptik yang dilakukan oleh 6 panelis untuk mengetahui kesukaan
panelis pada masing-masing genotipe berdasarkan aroma, rasa, warna daging
buah, serta keempukan daging buali.
Penilaian aroma, rasa, warna daging buah, serta keempukan buah dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lahan pepaya berada pada ketinggian 250 m dpl dengan curah hujan rata-
rata berkisar 305 d u l a n (Tabel Lampiran 1). Pada awal pengamatan kondisi
lahan cukup subur dengan tanaman pepaya yang mempunyai cukup banyak. buah
juga tanah yang gembur, tetapi menjelang awal November 2005 terjadi peralihan
musim kemarau ke musim penghujan. Curah hujan yang cukup tinggi dan hampir
setiap hari menyebabkan tanaman pepaya dan buahnya banyak yang terserang
penyakit juga banyak bunga contoh gagal menjadi buah. Awal Januari 2006 mulai
banyak pohon dan buah yang mati dan busuk karena penyakit termasuk buah yang
diamati, sehingga terjadi pengurangan jumlah buah yang diteliti. Memasuki awal
bulan Maret kondisi lahan sudah mulai membaik tetapi dengan tanaman yang
semakin sedikit karena adanya penebangan pada pohon-pohon yang terserang
penyakit.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di laboratorium Minik tanaman,
Departemen Proteksi Tanaman, IPB, penyakit yang menyerang buah adalah
antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), sedangkan yang menyerang pada
tanaman dan daun adalah hawar d a m oleh cendawan Diplodia sp. dan layu
fusarium (Fusarium sp.).
Pertumbuhan Panjang dan Diameter
Pertumbuhan panjang dan diameter masing-masing genotipe dapat dilihat
pada Gambar 1 dan 2. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh genotipe
IPB 1 x IPB 10A hemlaprodit, baik panjang maupun diametemya. Sedangkan
untuk IPB 1 betina, pertumbuhan panjangnya paling rendah, tetapi dengan
pertumbuhan diameter yang cukup tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa buah
pepaya hermaprodit berkembang pesat pada pertumbuhan panjang sedangkan
buah betina berkembang pesat pada pertumbuhan diameter. Menurut Samson
(1986) bentuk buah yang berasal dari bunga betina bentuknya agak bulat,
sedangkan buah yang berasal dari bunga hermaprodit bentuknya bulat panjang
Pertumbuhan panjang dan diameter genotipe IPB 10A hermaprodit paling
lambat dibandingkan genotipe lainnya, pertumbuhannya berhenti pada sekitar
minggu ke-22 sebelum akhirnya dapat dipanen, sehingga menyebabkan umur
panen genotipe IPB 10A mempunyai umur panen yang paling tua dibandingkan
keempat genotipe lainnya. Pertumbuhan genotipe IPB 1 betina berlangsung
sampai minggu ke-19, sehingga umur panennya juga menjadi lebih muda dari
keempat genotipe lainnya.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
[image:29.514.67.436.203.750.2]MSA
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Panjang Buah
0
1
-,
-
, , , , , , , , , , ,1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
MSA
Panjang, Diameter, Volume dan Bobot Buah
Ukuran fisik buah saat panen dari masing-masing genotipe disajikan pada
Tabel 2. Genotipe IPB 1 betina mempunyai ukuran yang lebih pendek
dibandiigkan dengan genotipe IPB 1 x Str 6-4 betina. Sedangkan untuk genotipe
IPB 10A x PB 174 hermaprodit mempunyai ukuran yang paling pendek
dibandingkan dengan genotipe IPB 1
x
IPB 10A dan IPB 10A yang mempunyai ukuran terpanjang. Berdasarkan ukuran diameter buah, terlihat bahwa genotipeIPB 1 dan persilangannya mempunyai diameter yang paling besar baik pada buah
betina maupun buah hermaprodit.
Volume buah terkecil dimiliki oleh IPB 1 betina, sedangkan yang terbesar
adalah IPB 1 x IPB 10A hermaprodit. Dengan melihat perbandingan volume
IPB 1 x Str 6-4 betina dengan buah hermaprodit lain terlihat baliwa buah betina
mempunyai volume rata-rata yang cukup besar dibandingkan dengan hermaprodit
karena bentuknya yang lebih membulat dengan diameter yang lebih besar
dibandingkan dengan buah hermaprodit, sehingga memerlukan lebih banyak
ruang. Buah IPB 1 x IPB 10A mempunyai volume yang paling besar
dibandiigkan genotipe lainnya.
Tabel 2. Panjang, Diameter, Volume Lima Genotipe Pepaya
Kode (Jenis) Panjang
+
sd Diameter2
sd Volume+
sd( 4 (cm) (ml)
IPB 1 (B) 13.88
+
2.23 11.03+
2.35 861.15 +432.55 IPB 1 x Str 64 (B) 17.91 2 2.07 12.53+
2.10 1358.442
548.63 IPB 10A (H) 23.082
2.67 10.01+
1.56 1250.78t
431.12IPB 10A x PB 174 (H) 22.24
+
3.37 10.66+
1.81 1280.44+
542.14 IPB 1 x IPB 10A (H) 22.78+
3.32 11.72+
1.96 1669.63+
682.17Keterangan : B = Betina, H = Hermaprodit, sd = Standar Deviasi
Bobot utuh, bobot kulit, dan bobot biji buah masing-masing genotipe
disajikan pada Tabel 3. Bobot utuh yang semakin besar, akan diikuti dengan
bobot kulit dan bobot biji yang juga akan semakin besar, tetapi untuk genotipe
IPB 10A terlihat bahwa dengan bobot utuh yang tidak terlalu berbeda jauh dengan
Tabel 3. Bobot Utuh, Bobot Kulit, dan Bobot Biji Lima Genotipe Pepaya
Kode (Jenis) Bobot Utuh
+
sd Bobot Kulit+
sd Bobot Biji+
sd(g) (g) (g)
IPB 1 (B) 759.25
2
344.34 127.742
58.00 62.97 t 42.52 IPB 1 xStr
64 (B) 1098.722
433.07 158.632
66.72 75.312
52.83 IPB 10A (H) 1134.702
357.97 129.24+
40.28 86.13+
29.10 IPB 10A x PB 174 (H) 1136.09 t457.36 147.87+
61.10 58.052
29.92 IPB 1x
IPB 1OA (H) 1487.392
573.34 195.522
88.67 106.652
49.77Keterangan : Sama dengan Tabel 2
Karakter Kimia, Kandungan Vitamin C dan Karoten
Karakter kimia dan kandungan vitamin C genotipe IPB 1 dapat dilihat
pada Tabel 4. Hasil sidii ragam (Tabel Larnpiran 2 dan 3) menunjukkan urnur
panen dan waktu silnpan tidak berpengaruh terhadap nilai pH dan kandungan
PTT. Nilai pH berkisar antara 5.1-5.9, sedangkan nilai PTT berkisar antara
1 0 - 1 2 ~ ~ r i x . Umur panen dan waktu simpan berpengaruh nyata terhadap nilai ATT. Nilai ATT semakin menurun pada umur panen yang lebih tua atau demikian
[image:31.514.58.458.231.720.2]sebaliknya (Tabel Lampiran 4). Nilai terendah sebesar 0.07% dicapai pada umur
Tabel 4. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1
pH PTT ATT PTTIATT Vit C
U3P3 5.82 11.07 0.09ab 133.90 120.73ab
Keterangan : Angka yang diikuti oleh hwuf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata ~ - . -
pads ~ j i ~ u k e ~ taraf 5%
panen 140 HSA penyimpanan 2 hari dan tertinggi sebesar 0.12% pada umur panen
130 HSA penyimpanan 4 dan 7 hari. Menurut Arriola et al. (1980) selama
pematangan buah pepaya pada suhu ruang, ATT akan meningkat kemudian ketika
buah lewat matang akan mengalami penunman. Pada data rasio perbandingan
PTTJATT, dapat dilihat bahwa semakin besar kandungan ATT maka nilai rasio
perbandingan PTTIATT akan semakin kecil. Semakin tinggi nil& PTT, nilai ATT
juga akan semakin tinggi. Winarno dan Aman (1981) menyatakan bahwa apabila
buah-buahan menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat, tetapi
kandungan asamnya menurun. Akibatnya rasio gula dan asam akan mengalami
perubahan yang drastis. Keadaan ini berlaku pada buah klimakterik, sedang pada
buah non-klimakterik perubahan tersebut pada umurnnya tidak jelas.
Umur panen berpengaruh nyata terhadap kandungan nilai vitamin C, tetapi
tidak berpengaruh untuk waktu simpan, dimana nilai tertinggi terdapat pada urnur
panen 135 HSA dengan penyimpanan selama 4 hari sebesar 175.61 mg/100 g dan
nilai terendahnya terdapat pada umw panen 130 HSA dengan penyinlpanan
selama 4 hari sebesar 85.36 mg/100 g. Hasil penelitian Wills dan Widjanarko
(1995) nlenunjukkan bahwa kandungan vitamin C pada buah pepaya akan
meningkat sampai akhirnya buah matang penuh. Menurut Arriola et al. (1980)
selama proses pematangan buah, kandungan vitamin C akan meningkat secara
gradual dan mempunyai nilai maksimum saat matang penuh kemudian akan
menurun secara perlahan.
Karakter kimia serta kandungan vitamin C genotipe IPB 1 x Str 6-4 dapat
dilihat pada Tabel 5. Hasil sidik ragam (Tabel Lampiran 2, 3, 5, dan 6)
menunjukkan umur panen dan waktu simpan tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap karakter kimia buah, yang meliputi pH, PTT, ATT maupun
kandungan vitamin C. Nilai pH berkisar antara 5.3-5.9. Nilai PTT berkisar antara
9.6-11.5°~rix. Nilai ATT berkisar antara 0.09-0.12%. Kandungan vitamin C
berkisar antara 11 1.30-1 87.44 mg/100 g. Berdasarkan hasil uji korelasi
(Tabel Lampiran 7) menunjukkan bahwa nilai pH berkorelasi positif dengan
kandungan vitamin C, dan berkorelasi negatif dengan nilai PTT dan ATT, dimana
semakin tinggi pH, maka kandungan vitamin C meningkat, tetapi kandungan PTT
vitamin C berkorelasi positif terhadap nilai PTT dan ATT, dimana dengan
meningkatnya kandungan vitamin C, maka nilai PTT dan ATT juga semakin
meningkat.
Tabel 5. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1 x Str 6-4
PH PTT ATT PTTIATT Vit C
(OBrix)
(%I
(mgf1Oog)U1 5.62 10.31 0.09 118.33 123.08
U3P2 5.92 11.57 0.12 118.58 163.29
U3P3 5.73 10.77 0.11 100.67 168.58
Keterangan : U1 = Umw panen 140 HSA PI = Waktu simpan 2 hari
U2 = Umur panen 145 HSA P2 = Waktu simpan 4 hari U3 = Umur panen 150 HSA P3 = Waktu simpan 7 hari
Nilai pH, PTT, ATT dan kandungan vitamin C genotipe IPB 10A
disajikan pada Tabel 6. Umur panen dan waktu simpan berpengaruh nyata
terhadap nilai pH. Nilai pH terendah terdapat pada umur panen 160 HSA
dengan penyimpanan 9 hari sebesar 5.30, dan nilai tertinggi pada umur panen
170 HSA dengan penyimpanan 2 hari sebesar 6.45. Wills et al. (1998)
menyatakan bahwa perubahan pH berhubungan dengan degradasi kandungan
klorofil yang berpenganth pada perubahan warna buah, semakin rendah nilai pH
maka kandungan klorofil juga semakin berkurang.
Hasil uji korelasi (Tabel Lampiran 8) menunjukkan bahwa nilai pH
berkorelasi positif terhadap kandungan vitamin C, dan berkorelasi negatif
terhadap nilai PTT dan ATT. Umur panen tidak menunjukkan pengaruh terhadap
nilai PTT, tetapi waktu simpan, menunjukkan pengaruh terhadap nilai PTT,
0 .
nilai tertinggi pada waktu simpan 9 hari sebesar 9.62 Bnx. Nilai PTT berkisar
[image:34.514.53.460.125.770.2]antara 7.90-9.80°~rix.
Tabel 6. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 10A
PH PTT ATT PTTIATT Vit C
UlP2 5.95ab 7.91 0.07 140.18 102.07
U1P3 5.30b 9.67 0.10 107.76 151.00
U2P1 5.76ab 8.57 0.08 131.43 105.09
U2P2 6.02ab 8.98 0.08 126.22 121.90
U2P3 5.95ab 9.79 0.10 100.12 125.66
U3P1 6.45a 8.21 0.06 149.12 127.91
U3P2 6.1 lab 9.03 0.09 101.56 135.10
U3P3 5.55ab 9.41 0.09 120.16 154.89
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Tukey taraf 5%
U1 = Umur panen 160 HSA P1 = W a h simpan 2 hari
U2 = Umur panen 165 HSA P2 = Waktu simpan 4 hari
U3 = Umur panen 170 HSA P3 = Waktu simpan 9 hari
Menurut Akamine dan Goo (1971) gula merupakan komponen utanla PTT.
Selama pematangan buah, PTT meningkat karena terjadi pemecahan dan
pembelahan polimer karbohidrat khususnya pati menjadi gula sehingga
kandungan gula secara umum meningkat. Pada tahap selanjutnya PTT menurun
karena hidrolisis gula menjadi asam organik dan digunakan untuk proses respirasi.
Pada penelitian ini, kandungan PTT buah pepaya pada penyimpanan 9 hari
(busuk) mempunyai nilai yang paling tinggi. Data pada tabel menunjukkan bahwa
urnur panen tidak berpengaruh terhadap nilai ATT, tetapi untuk waktu simpan
menunjukkan pengaruh terhadap nilai ATT. Nilai ATT terendah terdapat pada
waktu simpan 2 hari dengan nilai rata-rata sebesar 0.07%, dan tertinggi pada
waktu simpan 9 hari dengan nilai rata-rata sebesar 0.09%. Umur panen dan waktu
simpan tidak menunjukkan pengaruh terhadap kandungan vitamin C, dimana nilai
Karakter kimia dan kandungan vitamin C genotipe IPB 10A x PB 174
disajikan pada Tabel 7. Umur panen dan waktu simpan tidak menunjukkan
pengaruh terhadap karakter kimia buah pada PTT, ATT, rasio perbandingan
PTTIATT, dan kandungan vitamin C. Hanya waktu simpan saja yang
menunjukkan pengaruh terhadap nilai pH. Nilai pH terendah sebesar 5.42 terdapat
pada waktu simpan 4 hari, dan nilai tertinggi sebesar 5.87 pada waktu sirnpan
6 hari. Nilai PTT berkisar antaxa 9.50-10.90~~rix. Nilai ATT berkisar antaxa 0.08-
[image:35.514.55.463.157.762.2]0.10%, dengan kandungan vitamin C berkisar antara 89.30-135.70 mgilOO g.
Tabel 7. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 10A x PB 174
UH PTT ATT PTTJATT Vit C
U3P3 5.73 9.92 0.08 137.90 132.89
Keterangan : Angka yang diiiuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak herbeda nyata ~ a d a Uii Tukev taraf 5%
~1 = Gmur panen 140 HSA PI = Waktu simpan 2 hari U2 = Umur panen 145 HSA P2 = Waktu simpan 4 hari U3 = Umur panen 150 HSA P3 = Waktu simpan 6 hari
Karakter kimia dan kandungan vitamin C genotipe IPB 1 x IPB 10A
disajikan pada Tabel 8. Umur panen berpengaruh terhadap nilai PTT dan
kandungan vitamin C, tetapi tidak lnenunjukkan pengaruh terhadap nilai pH dan
ATT. Waktu simpan tidak menunjukkan pengaruh terhadap pH, PTT, ATT, dan
kandungan vitamin C. Nilai pH berkisar antara 5.40-5.90. Nilai PTT tertinggi
10.10-1 1.90~Brix. Nilai ATT berkisar antara 0.07-0.1 1%. Kandungan vitamin C
paling tinggi terdapat pada umur panen 150 HSA sebesar 177.38 mg/100 g, dan
kandungan terendall pada umur panen 140 HSA sebesar 126.59 mgllOO g.
Kandungan nilai vitamin C berkisar antara 105.20-198.20 mg/100 g. Hasil analisis
korelasi (Tabel Lampiran 9) pada nilai PTT dan kandungan vitamin C,
menunjukkan dengan semakin lama umur panen dan waktu simpan, maka akan
[image:36.514.65.462.246.497.2]meningkatkan nilai PTT dan kandungan vitamin C yang diasilkan.
Tabel 8. Karakter Kimia dan Kandungan Vitamin C Genotipe IPB 1 x IPB 10A
pH PTT ATT PTTJATT Vit C
U3P3 5.63 11.83 0.07 187.69ab 198.20
Keterangan : Sama dengan Tabel 5
Kandungan karoten masing-masing genotipe dapat dilihat pada Gambar 3.
Nilai kandungan karoten tertinggi terdapat pada genotipe IPB 1 x Str 6-4 sebesar
0.053 mg/100 g bahan, dengan daging buah berwarna merah hingga merah-
oranye, dan kandungan terendah terdapat pada genotipe IPB 10A sebesar
0.010 mg/100 g bahan, dengan daging buah benvama oranye hingga oranye-
merah. Pengujian karoten dilakukan pada buah pepaya yang matangnya telah
mencapai kuning 75 persen keatas, sehingga untuk tiap genotipe tidak selalu sama
tingkat Lunur panen dan waktu simpannya. Menurut Yon (1994) kandungan
karoten pada pepaya berkisar antara 1.160-2.43 1 mg/100 g bahan, tergantung pada
(1 995) pada buah pepaya Australia rnenunjukkan total karoten meningkat dengan
meningkatnya kematangan, dan mencapai nilai maksimum pada 2-4 hari setelah
buah matang penuh.
m I W 1 B
'i IPB IOA H
[image:37.514.56.445.34.685.2]m IPB IOA x W 174 H! I P B I x I P B l O A H
1
Gambar 3. Grafik Kandungan Karoten
Daya Simpan Masing-Masing Genotipe
Daya simpan masing-masing genotipe dapat dilihat pada Tabel 9. Daya
simpan pepaya yang paling lama terdapat pada genotipe LPB 10A, yang dapat
mencapai 8-9 hari. Daya simpan yang paling cepat terdapat pada genotipe
IPB 10
x
PB 174 berkisar 5-6 hari, sedangkan untuk genotipe lainnya mempunyai daya simpan yang sama berkisar 6-7 hari.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penyebab utama kebus~kan pada
buah yang disimpan lungga busuk adalah akibat serangan cendawan
Colletotrichum, bahkan ada juga yang terkena cendawan Colletotrichum dan
fusarium sekaligus (Gambar 4). Hasil penelitian Dominica (1998) menunjukkan
bahwa penyakit pasca panen yang menyerang pada buah pepaya adalah
antraknosa dan busuk Rhizopus, terutama pada akhir penyimpanan. Hasil
penelitian Turang dan Tuju (2004) menunjukkan bahwa CoNetotrichum
yang terlihat pada permukaan buah adalah keluarnya lateks pada titik kecil yang
[image:38.514.57.463.84.783.2]kemudian meluas menjadi bercak-bercak coklat.
Tabel 9. Daya Simpan Pepaya Hingga Busuk
Genotipe (Jenis) UP Daya Simpan (Hari)
+
sdIPB 1 (B) 130 HSA 7.83
2
1.47135 HSA 6.33
2
1.86140 HSA 6.50
2
2.59IPB 1 x Str 6-4 (B) 140 HSA 7.00
+
2.28145 HSA 7.17
+
1.94150 HSA 6.50
2
2.26IPB 1 OA (H) 160 HSA 9.50
+
2.07165 HSA 8.50
+
1.64170 HSA 8.83
t
2.93IPB 10A x PB 174 (H) 140 HSA 6.67
+
1.21145 HSA 5.17
2
1.72150 HSA 6.33
2
2.58IPB 1 x IPB 1OA (H) 140 HSA 7.50
+
2.17145 HSA 7.50
i
1.38150 HSA 6.00 0.89
Keterangan : sd = Standar Deviasi
Gambar 4. Gejala Pepaya yang Terserang Cendawan Colletotrichum
Karakter Fisik
Karakter fisik yang meliputi wama kulit, warna daging buah, persentase
bobot bagian yang dapat dimakan, serta kekerasan buah genotipe IPB 1 dapat
dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan hasil sidik ragarn secara keseluruhan,
[image:38.514.50.456.117.620.2]buah (Tabel Lampiran 10 dan l l ) , sedangkan wama daging buah tidak
[image:39.514.41.461.9.798.2]dipengaruhi oleh umur panen dan waktu simpan (Tabel Lampiran 12).
Tabel 10. Karakter Fisik Genotipe IPB 1
Skor Wama Persentase Wama Persentase Kekerasan
Daging Buah Kulit Kuning BDD Wdetik)
U1 1.61 74.72 75.71 2.12
U2 1.22 76.56 74.47 2.02
U3 1.28 68.22 73.67 2.33
P 1 1.17 4 4 . 6 1 ~ 76.85a 3.00a
P2 1.39 79.17b 74.53ab 2.02b
U3P3 1.17b 90.00~ 68.67b 1.66g
Keterangan : Sama dengan Tabel 4
Umur panen dan waktu simpan menunjukkan pengaruh terhadap wama
daging buah. IPB 1 memiliki daging buah bemanla merah hingga merah-oranye
atau merah nluda (Gambar Lampiran 1). Waktu panen berpengaruh terhadap
perubahan wama kulit buah. Persentase wama kulit IPB 1 bertambah kuning
dengan semakin lamanya waktu simpan, tetapi antara umur panen dan waktu
simpan terlihat bahwa wama kulit yang paling kuning berada pada umur panen
130 HSA penyimpanan 7 hari, dan persentase warna kulit terkecil pada umur
panen 140 HSA penyimpanan 2 hari.
Hasil sidik ragam (Tabel Lampiran 13) menunjukkan umur panen dan
waktu simpan berpengaruh terhadap persentase bobot bagian yang dapat dimakan
(%BDD). Waktu simpan yang selnakin lama akan menurunkan besarnya bobot
bagian yang dapat dimakan. Persentase bobot bagian dapat dimakan yang terbesar
terdapat pada umur panen 140 HSA penyimpanan 2 hari sebesar 79.95% dan yang
terkecil pada umur panen 140 HSA penyimpanan 7 hari sebesar 68.67%. Umur
panen tidak berpenganlh terhadap kekerasan buah, tetapi waktu simpan
buah semakin berkurang, yang berarti bahwa buah akan semakin lunak
(Tabel Lampiran 4). Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa proses
pelunakan ini disebabkan terhidrolisisnya zat pektii menjadi komponen-
komponen yang lantt air sehingga total zat pektin akan menurun kadarnya, dan
komponen yang larut air akan meningkat jumlahnya yang mengakibatkan buah
menjadi lunak.
Karakter fisik genotipe IPB 1 x Str 6-4 yang meliputi wama daging buah,
persentase warna kulit, dan persentase BDD, serta kekerasan buah disajikan pada
Tabel 1 1. Umur panen dan waktu simpan berpengaruh terhadap persentase warna
kulit, semakin lama umur panen dan waktu simpan, maka wama kulit buah akan
semakin kuning. Umur panen dan waktu simpan tidak berpengaruh terhadap
wama daging buah. Wama daging buah IPB 1 x Str 6-4 adalah merah hingga
merah-oranye (Gambar Lampiran 2). Umur panen dan waktu simpan tidak
berpengaruh terhadap persentase bobot bagian yang dapat dimakan. Besamya
persentase BDD berkisar antara 75.20-82.90%. Umur panen dan waktu simpan
juga tidak berpengaruh terhadap kekerasan buah, tetapi dari hasil uji korelasi
terlihat bahwa kekerasan buah semakin turun dengan semakin lamanya waktu
[image:40.514.50.455.21.743.2]simpan buah pepaya (Tabel Lampiran 7).
Tabel 1 1. Karakter Fisik Genotipe IPB 1 x Str 6-4
Skor Wama Persentase Wama Persentase Kekerasan
Daging Buah Kulit Kuning BDD (kgldetik)
U1 1.94 74.61 78.63 2.49
U3P3 1.83 93.83ab 75.28 1.88
[image:40.514.63.462.435.720.2]Karakter fisik genotipe IPB 10A disajikan pada Tabel 12. Umur panen dan
waktu simpan berpengaruh nyata terhadap persentase wama kulit, persentase
bobot bagian yang dapat dimakan, dan kekerasan buah, tetapi tidak berpengarub
terhadap wama daging buah genotipe IPB 10A. Wama daging buah genotipe
IPB IOA adalah oranye hingga oranye kemerahan (Gambar Lampiran 3). Dengan
semakin lama waktu simpan, wama kulit buah akan semakin menguning. Waktu
simpan berpengaruh terhadap persentase bobot bagian yang dapat dimakan,
dimana persentase bobot bagian yang dapat dimakan tertinggi berada pada waktu
simpan selama 4 hari. Kekerasan buah semakin menurun pada umur panen dan
[image:41.514.57.461.314.557.2]waktu simpan yang semakin lama.
Tabel 12. Karakter Fisik Genotipe IPB 10A
Skor Wama Persentase Wama Persentase Kekerasan
Daging Buah Kulit Kuning BDD (kddetik)
U 1 3.11 63.00 79.62 2.87
U3P3 2.67
Keterangan : Sama dengan Tabel 6
Karakter fisik genotipe IPB 10A x PB 174 yang meliputi wama daging
buah, persentase wama kulit, persentase bobot bagian yang dapat dimakan, serta
kekerasan buah disajikan pada Tabel 13. Umur panen dan waktu simpan tidak
berpengaruh terhadap wama daging buah, diiana wama daging buah genotipe
IPB 10A x PB 174 b e m a oranye hingga oranye-merah, akan tetapi pada
genotipe ini juga terdapat wama daging buah kuning (Gambar Lampiran 4), yang
mungkin disebabkan karena adanya pengaruh dari tetua induk diiana tetua dari
genotipe PB 174 mempunyai daging buah yang benvama kuning
(Rafikasari, 2006). Waktu simpan juga berpengaruh terhadap persentase warna
kulit, dimana dengan semakin lama waktu simpan, maka persentase warna kuning
akan semakin besar. Umur panen dan waktu simpan tidak berpengaruh terhadap
persentase bobot bagian yang dapat dimakan. Besarnya nilai persentase BDD
berkisar antara 77.20-83.65%. Hasil analisis uji korelasi (Tabel Lampiran 14)
menunjukkan bahwa umur panen berkorelasi negatif terhadap persentase BDD,
dan waktu simpan berkorelasi positif terhadap persentase BDD, dimana semakin
tua umur panen dan semakin cepat waktu simpan m e n d a n besarnya
persentase BDD. Umur panen dan waktu simpan berpengaruh terhadap kekerasan
buah. Kekerasan bud1 terkecil terdapat pada umur panen 140 HSA penyimpanan
6 hari sebesar 1.91 kddetik dan tertinggi terdapat pada umur paneii 140 HSA
[image:42.514.50.453.1.787.2]penyimpanan 2 hari sebesar 3.23 kddetik.
Tabel 13. Karakter Fisik Genotipe IPB 10A x PB 174
Skor Warna Persentase Warna Persentase Kekerasan
Daging Buah Kulit Kuning BDD (kddetik)
U1 3.17 83.17 80.46 2.51
U1P2 3.17 85.83ab 77.28 2.38ab
U1P3 2.67 97.83a 83.28 1.91b
U2P 1 3.67 87.17ab 80.73 2.84ab
U2P2 3.00 84.33ab 82.80 2.53ab
U2P3 2.00 92.17a 83.65 2.28ab
U3P1 2.50 75.83ab 78.58 2.54ab
U3P2 3.17 93.83a 80.48 2.39ab
U3P3 3.33 98.00a 80.13 2.28ab
Keterangan : Sama dengan Tabel 7
Karakter fisik genotipe IPB 1 x IPB IOA yang meliputi warna daging
buah, persentase warna kulit, persentase bobot bagian yang dapat dimakan, serta
berpengamh terhadap warna daging buah dan persentase bobot bagian yang dapat
dimakan. Genotipe IPB 1 x IPB 10A mempunyai warna daging buah yang merah
hingga merah-oranye (Gambar Lampiran 5). Umur panen dan waktu simpan tidak
menunjukkan pengaruh terhadap persentase bobot bagian yang dapat dimakan,
tetapi dari uji korelasi terlihat bahwa un~ur panen dan waktu simpan berkorelasi
negatif terhadap persentase BDD, dimana persentase bobot bagian yang dapat
dimakan menurun dengan bertambahnya umur panen dan waktu simpan
(Tabel Lampiran 9). Umur panen dan waktu simpan berpengaruh terhadap warna
kulit. Persentase wama kulit kuning paling rendah terdapat pada umur panen
140 HSA waktu simpan 2 hari sebesar 48.00%, dan persentase warna kulit kuning
paling tinggi terdapat pada umur panen 145 dan 150 HSA penyimpanan 7 hari
sebesar 98.33% dan 95.83%. Umur panen dan waktu simpan juga menunjukkan
pengamh terhadap kekerasan buall, dimana tingkat kekerasan buah tertinggi
terdapat pada umur panen 140 HSA penyimpanan 4 hari sebesar 3.52 kg/detik,
dan nilai terendah terdapat pada umur panen 140 HSA penyimpanan 7 hari
[image:43.514.51.453.15.754.2]sebesar 1.73 kg/detik.
Tabel 14. Karakter Fisik Genotipe IPB 1 x IPB 10A
Skor Wama Persentase Warna Persentase Kekerasan
Daging Buah Kulit Kuning BDD (kgldetik)
U1 1.94 66.06b 80.44 2.88a
U2 1.94 83.06a 77.59 2.39b
U3P3 1.83 95.83a 76.15 1.82h
Hasil penelitian Dominica (1998) menunjukkan bahwa selama
penyimpanan buah pepaya mengalami perubahan fisik yang b e r p e n g d l pada
keragaan buah. Perubahan tersebut adalah pengeriputan buah yang disebabkan
oleh kehilangan air akibat proses respirasi. Selaui itu juga terjadi kerusakan buah
karena berkembangnya penyakit pasca panen sehingga penampilan buah menjadi
kurang menarik.