• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI

PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS

SUMATERA BARAT

RULLI KURNIAWAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

ABSTRAK

RULLI KURNIAWAN, C54104018. Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE.

PPS Bungus sebagai satu-satunya pelabuhan perikanan tipe A di Sumatera, diproyeksikan dan diharapkan dapat menjadi sentra perikanan tangkap terutama di pesisir barat Pulau Sumatera. Untuk itu, perhatian yang penuh pada pengembangan dan pengelolaan fasilitas perlu dilakukan. Salah satu fasilitas yang perlu mendapat perhatian tersebut adalah air bersih dan instalasi penyediaanya. Penyediaan air bersih di PPS Bungus dilakukan melalui dua kali mekanisme pengolahan untuk memenuhi seluruh aktivitas di pelabuhan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kebutuhan aktual air bersih di PPS Bungus pada tahun 2006 berada di bawah jumlah kebutuhan teoritisnya. Ketersediaan air bersih di pelabuhan tersebut mampu mencukupi kebutuhan aktual air bersih namun belum mencukupi jumlah kebutuhan teoritisnya.

(3)

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI

PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS

SUMATERA BARAT

RULLI KURNIAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(4)

Judul Skripsi : Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Sumatera Barat

Nama : Rulli Kurniawan

Nomor Pokok : C54104018

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui: Pembimbing

Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA NIP. 130 338 568

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Indra Jaya NIP. 131 578 799

(5)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis melakukan penelitian berjudul “Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di PPS Bungus Sumatera Barat”.

Skripsi ini terdiri dari 8 bab berisikan: bab 1 Pendahuluan, bab 2 Tinjauan Pustaka, bab 3 Metodologi Penelitian, bab 4 Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, bab 5 Pengelolaan Air Bersih di PPS Bungus, bab 6 Mekanisme Penyediaan dan Pendistribusian Air Bersih di PPS Bungus dan bab 7 Tingkat Kebutuhan dan Pemanfaatan Air Bersih serta Bab 8 Kesimpulan dan Saran.

Kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, 20 Januari 2009

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1985 dari pasangan Bapak Masrul dan Ibu Elida Nawawi di Kecamatan Sungai Penuh, Kerinci, Provinsi Jambi. Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis, yaitu SDN 271/III Sungai Penuh dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 9 Sungai Penuh dan dinyatakan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 2 Sungai Penuh dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) dan mengambil Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan pada tahun 2004.

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, penulis pernah mengikuti organisasi diantaranya BEM FPIK Departemen Kebijakan Perikanan Kelautan dan Politik periode 2005-2006 serta KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Komisariat IPB periode 2005-2006.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah... 1

1.3 Tujuan penelitian ... 2

1.4 Manfaat penelitian ... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera ... 3

2.2.1 Pengertian dan klasifikasi pelabuhan perikanan ... 3

2.2.2 Fasilitas pelabuhan perikanan ... 4

2.2.3 Fungsi dan peran pelabuhan perikanan ... 5

2.2 Air ... 6

2.2.1 Pengertian tentang air ... 6

2.2.2 Sumber air dan klasifikasinya ... 7

2.2.3 Instalasi pengolahan air ... 9

2.3 Air bersih di Pelabuhan Perikanan... 12

2.3.1 Pemanfaatan air bersih pelabuhan perikanan ... 12

2.3.2 Sumber air bersih di pelabuhan perikanan ... 12

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat penelitian ... 14

3.2 Metode penelitian ... 14

3.3 Analisis Data ... 16

3.3.1 Mekanisme penyediaan dan distribusi air bersih…… ... 16

3.3.2 Tingkat kebutuhan dan pemanfaatan air bersih ... 16

4 PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS 4.1 Lokasi, Sejarah dan Organisasi ... 19

4.1.1 Lokasi ... 19

4.1.2 Sejarah ... 19

4.1.3 Organisasi ... 20

4.2 Perikanan Tangkap di PPS Bungus ... 21

4.2.1 Unit penangkapan ikan ... 21

4.2.2 Hasil tangkapan ... 25

4.2.3 Musim ikan, musim pendaratan dan daerah penangkapan ikan .... 28

4.3 Fasiltas PPS Bungus ... 29

4.3.1 Fasilitas pokok ... 29

4.3.2 Fasilitas fungsional ... 29

(8)

5 PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PPS BUNGUS

5.1 Penyediaan Air Bersih ... 32

5.1.1 Kondisi dan kapasitas sumber air baku ... 32

5.1.2 Fasilitas penyediaan air bersih (unit produksi) ... 35

5.2 Pendistribusian Air Bersih ... 42

5.2.1 Fasilitas pendistribusian air bersih ... 42

5.2.2 Kemampuan distribusi... 45

6 MEKANISME PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH DI PPS BUNGUS 6.1 Mekanisme penyediaan air bersih ... 47

6.2 Mekanisme pendistribusian air bersih ... 49

7 TINGKAT KEBUTUHAN DAN PEMANFAATAN AIR BERSIH DI PPS BUNGUS 7.1 Tingkat Kebutuhan Air Bersih di PPS Bungus ... 56

7.1.1 Tingkat kebutuhan air bersih pada kegiatan penangkapan ikan .... 56

7.1.2 Tingkat kebutuhan air bersih pada unit kegiatan pabrik es ... 64

7.1.3 Tingkat kebutuhan air bersih pada unit processing ... 66

7.1.4 Tingkat kebutuhan air bersih pada unit perumahan ... 67

7.1.5 Tingkat kebutuhan air bersih pada unit perkantoran ... 68

7.2 Tingkat Pemanfaatan Air Bersih di PPS ... 70

7.2.1 Tingkat pemanfaatan aktual ... 71

7.2.2 Tingkat pemanfaatan teoritis ... 71

8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan... 73

8.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Pengguna dan penggunaan air bersih di Pelabuhan Perikanan... 12

2 Data dan Informasi yang dikumpulkan, sifat, sumber dan cara pengum- pulan data pada penelitian ... 15

3 Jumlah kumulatif per tahun armada penangkapan ikan di PPS Bungus periode 1997 - 2006 ... 22

4 Alat penangkap ikan di PPS Bungus... 23

5 Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap yang dioperasikan di PPS Bungus Tahun 2006 ... 24

6 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus tahun 2006 ... 25

7 Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997 – 2006 ... 26

8 Daftar harga jual air bersih di PPS Bungus pada tahun 2007... 50

9 Jumlah distribusi air bersih di PPS Bungus selama tahun 2006 ... 54

10 Kebutuhan aktual air bersih unit kegiatan melaut kapal tonda ... 57

11 Kebutuhan aktual air bersih unit kegiatan melaut kapal purse seine ... 57

12 Kebutuhan aktual air bersih unit kegiatan melaut kapal long line ... 58

13 Kebutuhan aktual air bersih unit kegiatan melaut perahu bagan ... 58

14 Tingkat kebutuhan air bersih untuk aktifitas penangkapan ikan di PPS bungus ... 60

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Unsur-unsur fungsional dalam sistem penyediaan air bersih ... 10

2 Bagan alir yang umum untuk instalasi pengolahan air ... 11

3 Grafik perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPS Bungus periode 1997 - 2006 ... 23

4 Grafik perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997 - 2006 ... 26

5 Grafik perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997 - 2006 ... 27

6 Sumber air baku PPS Bungus; aliran air permukaan ... 33

7 Intake penyediaan air bersih PPS Bungus ... 36

8 Bak sedimentasi system pengolahan air bersih di PPS Bungus ... 38

9 Instalasi (pipa) transmisi ... 39

10 Bak pengolahan (saringan pasir lambat) ... 40

11 Penampang melintang saringan pasir lambat ... 41

12 Reservoir air bersih PPS Bungus ... 43

13 Tangki air PPS Bungus ... 44

14 Skema penyediaan air bersih PPS Bungus ... 47

15 Skema pengolahan air bersih PPS Bungus ... 48

16 Skema distribusi air bersih di PPS Bungus ... 49

17 Pendistribusian air bersih di dermaga ... 51

18 Jumlah air yang didistribusikan di PPS Bungus selama tahun 2007 ... 54

19 Perbandingan kebutuhan aktual dan teoritis air bersih untuk aktifitas penangkapan di PPS Bungus pada tahun 2006 ... 61

(11)

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI

PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS

SUMATERA BARAT

RULLI KURNIAWAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

ABSTRAK

RULLI KURNIAWAN, C54104018. Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus Sumatera Barat. Dibimbing oleh ANWAR BEY PANE.

PPS Bungus sebagai satu-satunya pelabuhan perikanan tipe A di Sumatera, diproyeksikan dan diharapkan dapat menjadi sentra perikanan tangkap terutama di pesisir barat Pulau Sumatera. Untuk itu, perhatian yang penuh pada pengembangan dan pengelolaan fasilitas perlu dilakukan. Salah satu fasilitas yang perlu mendapat perhatian tersebut adalah air bersih dan instalasi penyediaanya. Penyediaan air bersih di PPS Bungus dilakukan melalui dua kali mekanisme pengolahan untuk memenuhi seluruh aktivitas di pelabuhan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kebutuhan aktual air bersih di PPS Bungus pada tahun 2006 berada di bawah jumlah kebutuhan teoritisnya. Ketersediaan air bersih di pelabuhan tersebut mampu mencukupi kebutuhan aktual air bersih namun belum mencukupi jumlah kebutuhan teoritisnya.

(13)

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI

PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS

SUMATERA BARAT

RULLI KURNIAWAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(14)

Judul Skripsi : Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Sumatera Barat

Nama : Rulli Kurniawan

Nomor Pokok : C54104018

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui: Pembimbing

Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA NIP. 130 338 568

Diketahui:

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Indra Jaya NIP. 131 578 799

(15)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis melakukan penelitian berjudul “Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di PPS Bungus Sumatera Barat”.

Skripsi ini terdiri dari 8 bab berisikan: bab 1 Pendahuluan, bab 2 Tinjauan Pustaka, bab 3 Metodologi Penelitian, bab 4 Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, bab 5 Pengelolaan Air Bersih di PPS Bungus, bab 6 Mekanisme Penyediaan dan Pendistribusian Air Bersih di PPS Bungus dan bab 7 Tingkat Kebutuhan dan Pemanfaatan Air Bersih serta Bab 8 Kesimpulan dan Saran.

Kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Bogor, 20 Januari 2009

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1985 dari pasangan Bapak Masrul dan Ibu Elida Nawawi di Kecamatan Sungai Penuh, Kerinci, Provinsi Jambi. Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis, yaitu SDN 271/III Sungai Penuh dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 9 Sungai Penuh dan dinyatakan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 2 Sungai Penuh dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB) dan mengambil Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan pada tahun 2004.

Selama menjadi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, penulis pernah mengikuti organisasi diantaranya BEM FPIK Departemen Kebijakan Perikanan Kelautan dan Politik periode 2005-2006 serta KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) Komisariat IPB periode 2005-2006.

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah... 1

1.3 Tujuan penelitian ... 2

1.4 Manfaat penelitian ... 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera ... 3

2.2.1 Pengertian dan klasifikasi pelabuhan perikanan ... 3

2.2.2 Fasilitas pelabuhan perikanan ... 4

2.2.3 Fungsi dan peran pelabuhan perikanan ... 5

2.2 Air ... 6

2.2.1 Pengertian tentang air ... 6

2.2.2 Sumber air dan klasifikasinya ... 7

2.2.3 Instalasi pengolahan air ... 9

2.3 Air bersih di Pelabuhan Perikanan... 12

2.3.1 Pemanfaatan air bersih pelabuhan perikanan ... 12

2.3.2 Sumber air bersih di pelabuhan perikanan ... 12

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat penelitian ... 14

3.2 Metode penelitian ... 14

3.3 Analisis Data ... 16

3.3.1 Mekanisme penyediaan dan distribusi air bersih…… ... 16

3.3.2 Tingkat kebutuhan dan pemanfaatan air bersih ... 16

4 PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS 4.1 Lokasi, Sejarah dan Organisasi ... 19

4.1.1 Lokasi ... 19

4.1.2 Sejarah ... 19

4.1.3 Organisasi ... 20

4.2 Perikanan Tangkap di PPS Bungus ... 21

4.2.1 Unit penangkapan ikan ... 21

4.2.2 Hasil tangkapan ... 25

4.2.3 Musim ikan, musim pendaratan dan daerah penangkapan ikan .... 28

4.3 Fasiltas PPS Bungus ... 29

4.3.1 Fasilitas pokok ... 29

4.3.2 Fasilitas fungsional ... 29

(18)

5 PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PPS BUNGUS

5.1 Penyediaan Air Bersih ... 32

5.1.1 Kondisi dan kapasitas sumber air baku ... 32

5.1.2 Fasilitas penyediaan air bersih (unit produksi) ... 35

5.2 Pendistribusian Air Bersih ... 42

5.2.1 Fasilitas pendistribusian air bersih ... 42

5.2.2 Kemampuan distribusi... 45

6 MEKANISME PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH DI PPS BUNGUS 6.1 Mekanisme penyediaan air bersih ... 47

6.2 Mekanisme pendistribusian air bersih ... 49

7 TINGKAT KEBUTUHAN DAN PEMANFAATAN AIR BERSIH DI PPS BUNGUS 7.1 Tingkat Kebutuhan Air Bersih di PPS Bungus ... 56

7.1.1 Tingkat kebutuhan air bersih pada kegiatan penangkapan ikan .... 56

7.1.2 Tingkat kebutuhan air bersih pada unit kegiatan pabrik es ... 64

7.1.3 Tingkat kebutuhan air bersih pada unit processing ... 66

7.1.4 Tingkat kebutuhan air bersih pada unit perumahan ... 67

7.1.5 Tingkat kebutuhan air bersih pada unit perkantoran ... 68

7.2 Tingkat Pemanfaatan Air Bersih di PPS ... 70

7.2.1 Tingkat pemanfaatan aktual ... 71

7.2.2 Tingkat pemanfaatan teoritis ... 71

8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan... 73

8.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Pengguna dan penggunaan air bersih di Pelabuhan Perikanan... 12

2 Data dan Informasi yang dikumpulkan, sifat, sumber dan cara pengum- pulan data pada penelitian ... 15

3 Jumlah kumulatif per tahun armada penangkapan ikan di PPS Bungus periode 1997 - 2006 ... 22

4 Alat penangkap ikan di PPS Bungus... 23

5 Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap yang dioperasikan di PPS Bungus Tahun 2006 ... 24

6 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus tahun 2006 ... 25

7 Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997 – 2006 ... 26

8 Daftar harga jual air bersih di PPS Bungus pada tahun 2007... 50

9 Jumlah distribusi air bersih di PPS Bungus selama tahun 2006 ... 54

10 Kebutuhan aktual air bersih unit kegiatan melaut kapal tonda ... 57

11 Kebutuhan aktual air bersih unit kegiatan melaut kapal purse seine ... 57

12 Kebutuhan aktual air bersih unit kegiatan melaut kapal long line ... 58

13 Kebutuhan aktual air bersih unit kegiatan melaut perahu bagan ... 58

14 Tingkat kebutuhan air bersih untuk aktifitas penangkapan ikan di PPS bungus ... 60

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Unsur-unsur fungsional dalam sistem penyediaan air bersih ... 10

2 Bagan alir yang umum untuk instalasi pengolahan air ... 11

3 Grafik perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPS Bungus periode 1997 - 2006 ... 23

4 Grafik perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997 - 2006 ... 26

5 Grafik perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997 - 2006 ... 27

6 Sumber air baku PPS Bungus; aliran air permukaan ... 33

7 Intake penyediaan air bersih PPS Bungus ... 36

8 Bak sedimentasi system pengolahan air bersih di PPS Bungus ... 38

9 Instalasi (pipa) transmisi ... 39

10 Bak pengolahan (saringan pasir lambat) ... 40

11 Penampang melintang saringan pasir lambat ... 41

12 Reservoir air bersih PPS Bungus ... 43

13 Tangki air PPS Bungus ... 44

14 Skema penyediaan air bersih PPS Bungus ... 47

15 Skema pengolahan air bersih PPS Bungus ... 48

16 Skema distribusi air bersih di PPS Bungus ... 49

17 Pendistribusian air bersih di dermaga ... 51

18 Jumlah air yang didistribusikan di PPS Bungus selama tahun 2007 ... 54

19 Perbandingan kebutuhan aktual dan teoritis air bersih untuk aktifitas penangkapan di PPS Bungus pada tahun 2006 ... 61

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Layout PPS Bungus ... 77

2 Layout distribusi air bersih di PPS Bungus ... 78

3. Denah Pendistribusian air bersih di PPS Bungus... 79

4 Struktur organisasi PPS Bungus ... 80

5 Perhitungan kebutuhan air bersih teoritis per jenis kapal ... 81

6 Perhitungan kebutuhan air bersih teoritis untuk seluruh kapal ... 83

7 Perhitungan pemanfaatan air bersih per jenis kapal ... 85

(22)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PPS Bungus sebagai satu-satunya pelabuhan perikanan tipe A di Sumatera saat ini, diproyeksikan dan diharapkan dapat menjadi sentra perikanan tangkap terutama di pesisir barat Pulau Sumatera. Melalui fungsinya sebagai pelabuhan perikanan diharapkan dapat membangkitkan dan mendorong pertumbuhan sektor lainnya secara terintegritas (multiplier effect) di kawasan barat Sumatera. Hal ini sesuai dengan visi PPS Bungus menjadi pusat perikanan terpadu di kawasan barat sumatera pada tahun 2009.

Visi PPS Bungus tersebut ditunjang oleh besarnya potensi kelautan khususnya perikanan tangkap. Berdasarkan data DKP Sumbar (2006), hingga tahun 2006 potensi perikanan tangkap di pesisir barat Sumatera yang telah dimanfaatkan baru sebesar 35% dari total potensi yang ada. Besarnya potensi perikanan tangkap tersebut memungkinkan untuk berkembangnya berbagai usaha yang terkait dengan industri perikanan tangkap di PPS Bungus, seperti usaha perikanan tuna long line, usaha perikanan purse seine, pabrik es dan cold storage, dock yard dan unit pengolahan berupa pengalengan, pengeringan, tepung ikan

serta berbagai usaha penunjang lainnya seperti usaha perlatan/perbekalan melaut dan sebagainya.

Seiring dengan perkembangan tersebut, menuntut pihak pengelola pelabuhan meningkatkan dan mengembangkan segala fasilitas yang menunjang aktifitas kepelabuhanan. Salah satu fasilitas yang perlu mendapat perhatian tersebut adalah air bersih dan instalasi penyediaannya. Air bersih memiliki peran penting dalam mendukung kelancaran akitifitas di pelabuhan perikanan. Bahkan Lubis (2006) menyebutkan bahwa air bersih dan instalasi penyediaannya merupakan salah satu jenis fasilitas yang „mutlak‟ ada di pelabuhan perikanan.

(23)

1.2 Perumusan Masalah

1) Belum diketahui jumlah air bersih yang seharusnya disediakan terkait aktivitas yang ada di PPS Bungus saat ini.

2) Belum diketahui jumlah air bersih yang digunakan untuk masing-masing unit kegiatan (yang menggunakan air bersih) di PPS Bungus.

Hal tersebut diatas dapat menimbulkan permasalahan dalam optimalisasi produksi dan distribusi air bersih bagi kelancaran aktivitas di PPS Bungus.

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui pengelolaan (mekanisme penyediaan dan pendistribusian) air bersih di PPS Bungus.

2) Mengetahui tingkat kebutuhan dan pemanfaatan air bersih di PPS Bungus

1.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi pihak pelabuhan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan pemanfaatan dan pengelolaan air bersih

(24)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera

2.1.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Masih menurut peraturan tersebut, pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi empat kategori utama, yaitu:

1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS); 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN); 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP); 4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).

Pelabuhan perikanan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 tersebut, diklasifikasikan menjadi:

1) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), dengan kriteria:

(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan laut lepas

(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 60 GT

(3) Panjang darmaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m

(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000 GT kapal perikanan sekaligus (5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor

(6) Terdapat industri perikanan

(25)

(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 GT

(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m

(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus (5) Terdapat industri penangkapan

3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dengan kriteria:

(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial

(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 10 GT

(3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 2 m

(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus

4) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), dengan kriteria:

(1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman dan perairan kepulauan

(2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT

(3) Panjang dermaga sekurang-kurang 50 m, dengan kedalaman kolam minus 2 m

(4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus

2.1.2 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 pasal 22 tentang Pelabuhan Perikanan menyebutkan bahwa fasilitas pelabuhan perikanan meliputi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, fasilitas penunjang.

(26)

(1) Pelindung seperti breakwater, revetment dan groin; (2) Tambat seperti darmaga dan jetty;

(3) Perairan seperti kolam dan alur pelayaran;

(4) Penghubung seperti jalan, drainase, gorong-gorong, jembatan; (5) Lahan pelabuhan perikanan.

2) Fasilitas fungsional sekurang-kurangnya meliputi

(1) Pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan ikan (TPI);

(2) Navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, SSB, rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas;

(3) Suplai air bersih, es dan listrik;

(4) Pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jaring;

(5) Penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan laboratorium pembinaan mutu;

(6) Perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan; (7) Transportasi seperti alat-alat angkut ikan dan es; dan (8) Pengolahan limbah seperti IPAL

3) Fasilitas penunjang sekurang-kurangnya meliputi: (1) Pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan

(2) Pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga, dan pos pelayanan terpadu

(3) Sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan MCK (4) Kios IPTEK

(5) Penyelenggaraan fungsi pemerintahan.

2.1.3 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

(27)

dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

1) Pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan serta kapal pengawas perikanan 2) Pelayanan bongkar muat

3) Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan 4) Pemasaran dan distribusi ikan

5) Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan

6) Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan 7) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan

8) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya perikanan 9) Pelaksanaan kesyahbandaran

10) Pelaksanaan fungsi karantina ikan

11) Publikasi hasil riset kelautan dan perikanan 12) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari

13) Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan dan ketertiban, kebakaran dan pencemaran).

2.2 Air

2.2.1 Pengertian Tentang Air

Beberapa penyebutan istilah sehubungan dengan air bersih:

1) Sumberdaya air (water reseources) menyatakan pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat, jumlah, kualitas dan karakteristik air di permukaan bumi (Arsyad, 1989 vide Nugroho 2002).

2) Air baku (raw water) adalah sumberdaya air yang mengisi badan-badan air (waduk, sungai, danau, mata air). Dirjen Cipta Karya 2001, diacu Nugroho (2002), mendefenisikan sebagai sumber air yang perlu atau tidak perlu diolah menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga.

3) Air bersih (safe water) adalah sumberdaya air yang aman dan bersih, memerlukan perlakukan tertentu untuk dijadikan air minum (Nugroho, 2002). 4) Air minum (drink water) adalah air bersih yang bisa dipergunakan oleh

(28)

5) Fresh water: sumberdaya air yang jumlahnya lebih banyak dari safe water, merujuk kepada pengertian seluruh air tawar di muka bumi dan atmosfir, selain dari lautan (World Bank 1996, vide Nugroho 2002).

2.2.2 Sumberdaya Air dan Klasifikasinya 1) Sumberdaya air

Arsyad (1989) vide Nugroho (2002) menyatakan sumberdaya air (water reseources) memiliki pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat,

jumlah, kualitas dan perilaku air di muka bumi. Berdasarkan siklus hidrologi diketahui bahwa awal sumber air tawar adalah air hujan. Air hujan mengalir sesuai dengan daerah jatuhnya, sebagian akan berubah menjadi uap air yang kemudian kembali membentuk awan, sebagian mengalir sebagai air sungai dan sebagian tertahan sebagai air danau serta sebagian lagi mengalir sebagai air tanah. Baik air tanah maupun air permukaan sebagian besar selanjutnya akan bermuara ke laut dan bercampur dengan air laut sehingga menjadi air asin. Air daratan yang menguap akan bergabung dengan uap air yang berasal dari laut untuk selanjutnya menjadi awan dan akan jatuh lagi sebagai air hujan.

Berdasarkan siklus hidrologi tersebut, kategori air baku yang dapat digunakan sebagai sumber air bersih pada umumnya meliputi; air hujan, air permukaan (air sungai dan air danau), air tanah (Rahayu, 2002) dan air permukaan tanah (Pane, 2005).

(1) Air hujan

Air hujan mempunyai potensi terbesar sebagai sumber air dibandingkan dengan sumber lainnya, karena semua sumber air lainnya berawal dari sumber ini (air hujan). Faktor kekurangan air hujan adalah keberadaannya yang sangat singkat, biasanya hanya sekitar 75% dari jumlah hari dalam setahun dan hanya beberapa jam dalam sehari, hal inipun bergantung pada lokasi/daerah. Selain keberadaannya singkat, sumber air ini juga mempunyai kesinambungan yang buruk. Untuk memanfaatkan sumber air ini biasanya diperlukan penampungan dengan kapasitas yang besar karena harus dapat menampung jumlah yang dibutuhkan untuk beberapa bulan.

(29)

Air permukaan mempunyai jumlah terbesar kedua setelah air hujan, namun memiliki kesinambungan yang lebih baik. Biasaya keberadaan air permukaan dapat mencapai setahun penuh, hanya saja diikuti fluktuasi yang sangat bergantung pada keadaan alam.

(3) Air tanah

Air tanah memiliki jumlah yang lebih terbatas dari air permukaan dan bahkan pada daerah tertentu sumber air ini nyaris tidak dijumpai. Keberadaan sumber air tanah bergantung pada kondisi batuan di wilayah tersebut serta daerah pasokannya. Kualitas sumber air tanah biasanya lebih baik dari air permukaan, terutama kualitas biologisnya, namun terkadang dijumpai kekurangan dalam kualitas kimiawinya. Yang sering ditemukan adalah tingginya kandungan besi dan mangan

(4) Air Permukaan Tanah

Air jenis ini berasal dari presipitasi (turun mengendapnya) air yang berasal dari air hujan menembus langsung ke dalam tanah. Selain melalui proses tersebut, air ini juga berasal dari air hujan yang memasuki sungai dan merembes ke tanah. Sumber lain air jenis ini adalah air lapisan, yakni air yang terdapat jauh di bawah tanah yang terbawa keluar dalam batuan intrusif dan air yang terjebak dalam batuan sedimen selama pembentukan sedimen.

2) Baku Mutu Sumberdaya Air

Setiap negara memiliki standar kualitas air yang berbeda-beda, hal ini terkait tujuan penggunaan dan kondisi alam yang juga berbeda. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001, penggolangan air menurut peruntukannya, terbagi menjadi:

(1) Kelas satu, yakni air yang peruntukannya dapat digunakan sebagai air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(30)

(3) Kelas tiga, yakni air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(4) Kelas empat, yakni air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.2.3 Intalasi Pengolahan Air

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) bertujuan menghasilkan air yang memenuhi standar kualitas air bersih dengan harga yang sesuai bagi konsumen (Qasim et al., 2000 vide Watironna 2005). Instalasi Pengolahan Air (IPA) mengambil air baku dari sumber-sumber air seperti sungai atau danau, dan melewatkannya melalui proses-proses atau perlakuan tertentu (Kerry, 1996 vide Watironna 2005). Proses pengolahan air permukaan menjadi air bersih atau air minum secara umum dapat diterangkan sebagai berikut (PAM Jaya, 1998 vide Beni 2003):

(1) Pengambilan air baku (Water Intake): tahap pengambilan air permukaan yang akan diproduksi di instalasi

(2) Proses pembubuhan bahan koagulan (coagulation). Koagulan adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam air baku yang akan diolah di dalam tangki (coagulation tank). Koagulan ini mempunyai sifat dapat mengikat kotoran yang berupa koloidal yang terdapat dalam air baku. Koagulan yang biasa dipakai adalah larutan Aluminium sulphate (Alum).

(3) Proses pengendapan (sedimentation), berfungsi untuk membuang partikel-partikel seperti lanau, pasir dan bahan flokulasi yang terapung melalui pengendapan. Flokulasi adalah pembentukan gumpalan-gumpalan halus melalui pencampuran.

(4) Proses filtrasi (filtration), tahap penyaringan bahan-bahan flokulasi sisa yang masih halus.

(31)

(6) Clear water tank (CWT), tempat penampungan air bersih untuk kemudian didistribusikan.

[image:31.595.251.363.193.422.2]

Pada umumnya unsur-unsur dalam instalasi pengolahan dapat dilihat pada Gambar 1 (Linsley dan Franzini, 1996).

Gambar 1 Unsur-unsur fungsional dalam sistem penyediaan air bersih.

Unsur-unsur (Gambar 1) yang membentuk suatu sistem penyediaan air yang modern meliputi (1) sumber-sumber penyediaan, (2) sarana-sarana penampungan, (3) sarana-sarana penyaluran (ke pengolahan), (4) sarana-sarana pengolahan, (5) sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan) tampungan sementara, serta (6) sarana-sarana distribusi.

(32)
[image:32.595.151.467.142.455.2]

beberapa titik distribusi. Distribusi merupakan sarana-sarana yang dipergunakan untuk membagi air ke masing-masing pemakai yang terkait di dalam sistem.

Gambar 2 Bagan alir yang umum untuk instalasi pengolahan air.

Gambar 2 merupakan bagan alir umum untuk instalasi pengolahan air. Menurut Linsley dan Franzini, jenis pengolahan air yang dibutuhkan bergantung pada ciri-ciri fisik dan kimiawi air yang bersangkutan. Tidak seluruh tahapan pada bagan alir tersebut harus dilalui, namun terkadang perlu dilakukan perlakuan (treatment) khusus yang jarang atau tidak umum digunakan, semua bergantung pada ciri-ciri fisik dan kimiawi air baku.

(33)

KAPP = (KAM + KAI + KAP + KAE + KAO + KAR + KAB + KAL) 2.3 Air Bersih di Pelabuhan Perikanan

2.3.1 Pemanfaatan air bersih di Pelabuhan Perikanan

Air bersih di pelabuhan perikanan merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan. Lubis (2006) menggolongkan air bersih dan fasilitas instalasinya di pelabuhan sebagai fasilitas yang bersifat mutlak/vital, artinya fasilitas yang tidak boleh tidak ada di suatu pelabuhan perikanan. Penggunaan dan pengguna air bersih di pelabuhan perikanan dikelompokkan oleh Pane (2005) sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Pengguna dan Penggunaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan

No Pengguna Penggunaan

1. Nelayan/ABK/kapal Air minum

Memasak bahan makanan Mandi, WC

Mencuci pakaian, peralatan Pembersihan hasil tangkapan Pembersihan kapal

2. Pabrik es Pembuatan es

Air minum karyawan Mandi, WC, pencucian

3. Industri olahan Bahan tambahan

Air minum karyawan

Mandi, WC, pencucian peralatan 4. Perkantoran pelabuhan perikanan Air minum karyawan

Mandi, WC

5. Perumahan pelabuhan Air minum

Memasak bahan makanan Mandi, WC

Mencuci pakaian 6. Instalasi atau fasilitas pelabuhan

perikanan

Pembersihan dermaga Pembersihan lantai TPI

Sumber: Pane, 2005

Kebutuhan air bersih di PPS Bungus diketahui dengan menggunakan rumus Pane (2005), sebagai berikut:

[image:33.595.114.513.284.612.2]
(34)

KAPP : Kebutuhan air di pelabuhan perikanan

KAM : Kebutuhan air bersih untuk melaut (liter/hari) KAE : Kebutuhan air bersih untuk pabrik es (liter/hari) KAO : Kebutuhan air bersih untuk undustri olahan (liter/hari)

KAR : Kebutuhan air bersih untuk perumahan di pelabuhan perikanan (liter/hari)

KAB : Kebutuhan air bersih untuk perkantoran (liter/hari)

2.3.2 Sumber Air bersih di Pelabuhan Perikanan

Sumber air bersih di suatu pelabuhan perikanan dapat berasal dari berbagai sumber seperti sungai, situ, waduk, sumur artesis, PAM, air laut olahan dan waduk buatan (Pane, 2006). Tidak semua air yang berasal dari sumber-sumber air tersebut (sungai, situ, waduk, sumur artesis, PAM, air laut olahan, dan waduk buatan) dapat langsung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, karena masih memerlukan pengolahan lebih lanjut agar air tersebut memenuhi syarat standar kebersihan.

(35)

3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PPS Bungus Sumatera Barat. Pengamatan dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Februari 2008.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu mengkaji pengelolaan dan pemanfaatan air bersih di PPS Bungus Sumatera Barat. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini meliputi aspek pengelolaan yang meliputi penyediaan dan pendistribusian, aspek pemanfaatan yang meliputi tingkat kebutuhan dan pemanfaatan air bersih yang ada di PPS Bungus. Kedua aspek tersebut diteliti dalam rangka memperoleh data dan informasi mengenai kondisi terkini air bersih PPS Bungus dan sekaligus mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Informasi dan permasalahan-permasalahan yang diperoleh digunakan sebagai bahan kajian untuk melahirkan solusi dan masukan bagi perbaikan proses atau mekanisne pengelolaan air bersih di pelabuhan ini.

Responden diambil secara purposive yang dianggap dapat mewakili kepentingan penelitian. Responden yang dipilih terdiri atas:

 Penyedia atau pengelola air bersih 2 orang

 Nelayan, pemilik kapal/pengusaha penangkapan, nahkoda

atau ABK 10 orang

 Pihak Pelabuhan Perikanan 2 orang

 Pihak industri/usaha pengolahan 3 orang/usaha

 Pihak pabrik es 2 orang

(36)

Tabel 2 Data dan Informasi yang dikumpulkan, Sifat, Sumber dan Cara Pengumpulan Data pada Penelitian

Tujuan Informasi yang dipelukan Sifat Data Sumber Cara Pengumpulan Data

Mekanisme Penyediaan dan Pendistribusian air bersih

1. Sumber, kualitas dan kapasitas air bersih 2. Fasilitas penyediaan dan pendistribusian

air bersih yang mencakup jenis, kondisi dan ukuran

3. Pihak yang terlibat dalam penyediaan dan pendistribusian air bersih

4. Mekanisme penyediaan dan

pendistribusian air bersih 5. Prosedur pemesanan air bersih

Primer Pengelola pelabuhan (UPT)

1. Wawancara (kuesioner) 2. Pengamatan

Tingkat Pemanfaatan dan Kebutuhan air bersih

1. Unit kegiatan yang ada di PPS Bungus dan memanfaatkan air bersih dari pelabuhan

2. Jumlah pengguna per unit kegiatan 3. Jumlah hari operasi kegiatan 4. Tujuan penggunaan air bersih Khusus untuk kebutuhan melaut:

1. Rata-rata hari operasi penangkapan dalam setahun

2. Lama trip

3. Rata-rata jumlah awak kapal per kapal 4. Frekuensi trip per tahun

5. Jumlah kebutuhan air bersih per trip

Primer 1. Nahkoda/pemilik kapal/nelayan 2. Pabrik es 3. Processing

4. Perkantoran 5. Perumahan 6. UPT

Wawancara (kuesioner)

Data pendukung 1. Keadaan umum pelabuhan

2. Laporan statistik pelabuhan 3. Keadaan umum daerah

Sekunder 1. DKP 2. UPT 3. Pemda

[image:36.842.82.753.100.501.2]
(37)

KAPP = (KAM + KAE + KAO + KAR + KAB) 3.3 Analisis Data

3.3.1 Mekanisme Penyediaan dan Pendistribusian Air Bersih

Analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni menggambarkan kondisi dan mekanisme penyediaan dan pendistribusian air bersih di PPS Bungus. Hal yang terkait dalam analisis ini mencakup pengelola dalam pengadaan (penyediaan), fasilitas dan mekanisme pengadaan, fasilitas dan mekanisme distribusi.

3.3.2 Tingkat Kebutuhan dan Pemanfaatan Air Bersih 1) Penghitungan Kebutuhan Teoritis Air Bersih

Kebutuhan teoritis air bersih di PPS Bungus dapat diketahui dengan menggunakan rumus Pane (2005)(subbab 2.3.1), sebagai berikut:

Keterangan:

KAPP : Kebutuhan air di pelabuhan perikanan

KAM : Kebutuhan air bersih untuk melaut (liter/hari) KAE : Kebutuhan air bersih untuk pabrik es (liter/hari) KAO : Kebutuhan air bersih untuk industri olahan (liter/hari)

KAR : Kebutuhan air bersih untuk perumahan di pelabuhan perikanan (liter/hari)

KAB : Kebutuhan air bersih untuk perkantoran (liter/hari)

Rumus ini meliputi seluruh kegiatan di pelabuhan perikanan yang membutuhkan suplai air bersih dalam aktivitasnya. Unsur tersebut dianalisis lagi dengan menggunakan rumus:

(1) KAM (Kebutuhan air bersih untuk melaut liter/hari) xA

N x I KMx KAM

360 1

 

 KM : banyaknya kapal yang direncanakan melakukan pembelian kebutuhan melaut di Pelabuhan Perikanan (unit)

(38)

N : rata-rata jumlah awak kapal perkapal yang direncanakan di PP (orang/unit)

A : 50 liter/orang/hari untuk kapal motor, 3 liter/orang/hari untuk perahu motor tempel

 : koefisien besarnya cadangan air bersih di kapal (0,5)

(2) KAE (Kebutuhan air bersih untuk pabrik es liter/hari) (Direktorat Jenderal Perikanan, 1981)

xK KAE

K : kapasitas pabrik es per hari (ton/hari)

 : koefisien kebutuhan air bersih pabrik es (1,1 – 1,3) (3) KAO (Kebutuhan air bersih untuk industri olahan liter/hari)

FKOi : faktor konversi kebutuhan air bersih industri olahan ke-I di PP

(liter/Kg/hari)

KOLi : kebutuhan bahan baku ikan industri olahan ke-I perhari (Kg)

(4) KAR (Kebutuhan air bersih untuk perumahan di pelabuhan perikanan liter/hari)

KAR = FKR x M

FKR : faktor kondisi kebutuhan air perumahan (70 liter/hari/orang)

M : banyaknya seluruh anggota keluarga dewasa di semua rumah dinas di PP (orang)

(5) KAB (Kebutuhan air bersih untuk perkantoran liter/hari) KAB = FKB x O/L

FKB : faktor konversi kebutuhan air bersih perkantoran di PP (30 liter/hari/orang atau 2,81/m3 luas lantai)

O : banyaknya semua tenaga kerja disemua perkantoran PP (orang)  L : luas lantai jemur perkantoran PP

n

n

FKOixKOIi KAO

(39)

% 100 x KT KAM TK % 100 x T KAM TPA % 100 x T KT TPT

2) Penghitungan Kebutuhan Aktual Air Bersih

Penghitungan jumlah kebutuhan aktual air bersih di PPS Bungus dilakukan dengan terlebih dahulu mengklasifikasikan pemanfaatan air bersih per unit kegiatan di pelabuhan perikanan. Kemudian dilakukan penghitungan jumlah air yang digunakan per unit kegiatan tersebut.

Data yang diperlukan untuk perhitungan diperoleh melalui kuesioner dan wawancara, yaitu meliputi jumlah air yang digunakan, jumlah pengguna per unit kegiatan, jumlah hari operasi kegiatan (per minggu atau per bulan) dan tujuan penggunaan air bersih tersebut.

3) Penghitungan Tingkat Kebutuhan dan Pemanfaatan Air Bersih

Setelah jumlah kebutuhan aktual dan teoritis diketahui, dilakukan penghitungan menggunakan rumus Pane (2005):

(1) Tingkat Kebutuhan (TK)

(2) Tingkat Pemanfaatan Aktual (TPA)

(3) Tingkat Pemanfaatan Teoritis (TPT)

Keterangan:

TK : Tingkat kebutuhan air bersih (%) TPA : Tingkat pemanfaatan aktual (%) TPT : Tingkat pemanfaatan teoritis (%)

KA : Kebutuhan aktual air bersih (ton/tahun), ekivalen dengan KAP

KT : Kebutuhan teoritis air bersih (ton/tahun), ekivalen dengan KAM, KAE, KAO, KAR dan KAB

(40)

4

PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS

4.1 Lokasi, Sejarah dan Organisasi 4.1.1 Lokasi

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus terletak di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Secara geografis, PPS Bungus berada pada koordinat 010–02‟ –15” LS dan 1000– 23‟ –34” BT (PPS Bungus, 2006).

Keadaan cuaca disekitar PPS Bungus secara umum sama dengan cuaca daerah yang dilalui oleh ekuator lainnya, yaitu angin yang bergerak dengan kecepatan teratur dan curah hujan serta jumlah hari hujan yang tinggi. Kondisi perairan di pelabuhan ini pun cukup tenang karena terlindung oleh gugusan Kepulauan Mentawai.

PPS Bungus memiliki areal tanah seluas 14 ha dan kolam pelabuhan seluas 7,5 ha. Jarak lokasi pelabuhan ini dengan pusat Kota Padang adalah sejauh 16 Km dan jarak menuju Bandar Udara Minangkabau sejauh 30 Km yang terhubung oleh jalan arteri Padang Bypass.

Kondisi jalan dari dan menuju lokasi pelabuhan cukup baik (sudah beraspal) sehingga mudah dijangkau oleh sarana transportasi yang ada. Jenis-jenis angkutan umum yang tersedia diantaranya mobil angkutan kota, sepeda motor dan becak.

Keberadaan PPS Bungus telah dapat dirasakan manfaatnya oleh segenap pengguna jasa di pelabuhan, terutama masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan, namun sampai sekarang tingkat pemanfaatannya belum optimal, keadaan ini diindikasikan oleh (Luthfi, 2005):

a. Masih rendahnya tingkat pemanfaatan fasilitas pelabuhan; b. Masih rendahnya tingkat kunjungan kapal per hari;

c. Masih enggannya sebagian masyarakat nelayan (nelayan tonda) untuk menjadikan PPS Bungus sebagai home base-nya

4.1.2 Sejarah

Pembangunan PPS Bungus berawal dari proyek Pembangunan dan Pengembangan Perikanan Sumatera atau lebih dikenal dengan nama Sumatera Fisheries Development Project (SFDP). Pembangunan ini dimulai sejak tahun

(41)

Pembangunan Asia (ADB Loan 474-INO) sebesar US$ 9.3 juta dan dana pendamping setiap tahun anggaran dari APBN. Pada periode ini SFDP telah berhasil membangun beberapa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Pada tahun 1991, status pelabuhan ini menjadi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Bungus (PPS Bungus, 2006).

Perkembangan selanjutnya terhitung mulai tanggal 1 Mei 2001, PPN Bungus ditingkatkan statusnya menjadi Pelabuhan Perikanan tipe A dengan klasifikasi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus berdasarkan SK. Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 26/I/MEN/2001 (Vide Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 86/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001) (Atharis, 2007).

4.1.3 Organisasi

1) Struktur Organisasi

Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26.I/MEN/2001 tahun 2001, struktur organisasi PPS Bungus terdiri atas (PPS Bungus, 2006):

1) Kepala Pelabuhan;

2) Kepala Bagian Tata Usaha, yang terdiri atas Kasubag Umum dan Kasubag Keuangan;

3) Kepala Bidang Tata Operasional yang terdiri atas Kasi Kesyahbandaran Perikanan dan Kasi Pemasaran dan Informasi;

4) Kepala Bidang Pengusahaan yang terdiri Kasi Sarana dan Kasi Pelayanan dan Pengembangan Usaha. Termasuk tangggung jawab bidang ini adalah mengatur pelayanan air bersih untuk berbagai unit kegiatan di pelabuhan. 5) Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri Pemangku Jabatan Fungsional di

bidang Pengawasan Sumberdaya Perikanan dan Pemangku Jabatan Fungsional lainnya yang diatur berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

2) Fungsi PPS Bungus

(42)

tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya (penangkapan) untuk pelestariannya (PPS Bungus, 2006).

Dalam pelaksanaan tugasnya sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2004, PPS Bungus mempunyai fungsi sebagai berikut:

(1) Tempat tambat labuh kapal perikanan;

(2) Tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi ikan serta tempat pelaksanaan mutu hasil perikanan;

(3) Tempat pengumpulan data tangkapan;

(4) Tempat pelaksanaan penyuluhan, pengembangan masyarakat nelayan dan tempat untuk memperlancar operasional kapal perikanan.

4.2 Perikanan Tangkap di PPS Bungus 4.2.1 Unit Penangkapan Ikan

1) Armada Penangkapan Ikan

Armada penangkapan ikan yang beroperasi di PPS Bungus terdiri atas kapal motor bermesin dalam (inboard) yang berukuran < 10 GT sampai dengan > 50 GT dan jenis perahu motor tempel (outboard). Kapal motor biasa digunakan pada alat tangkap tuna long line dan purse seine, sedangkan perahu motor tempel (PTM) biasa digunakan pada alat tangkap pancing tonda, payang dan gill net.

Pada tahun 2006, armada penangkapan ikan di PPS Bungus berjumlah kumulatif 1.275 unit*) per tahun dengan komposisi perahu tanpa motor berjumlah kumulatif 154 unit (12,1%), perahu motor tempel (PMT) kumulatif 645 unit (50,6%) dan kapal motor (KM) berjumlah kumulatif 476 unit per tahun (37,3 %) (PPS Bungus, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa perahu motor tempel merupakan armada penangkapan ikan yang dominan di PPS Bungus.

(43)

Perkembangan jumlah kumulatif armada penangkapan ikan di PPS Bungus selama periode 1997 – 2006 disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 3. Rata-rata pertumbuhan jumlah kumulatif armada penangkapan ikan yang ada di PPS Bungus selama periode 1997 - 2006 adalah sebesar -2,9 unit per tahun. Titik terendah tejadi pada tahun 2004 dengan tingkat pertumbuhan menurun 50% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini disebabkan adanya permasalahan (konflik) antara masyarakat nelayan setempat (Kecamatan Bungus) dengan nelayan pendatang. Menurut keterangan pihak pengelola pelabuhan, sikap kurang terbukanya masyarakat setempat dalam menghadapi persaingan dengan nelayan pendatang menimbulkan suasana yang tidak nyaman bagi sebagian besar nelayan untuk berlabuh di pelabuhan ini.

Kenaikan jumlah kumulatif armada kembali terjadi mulai tahun 2005 sebesar 45,2 % (sejumlah kumulatif 598 unit pada tahun 2004 menjadi 868 unit). Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 46,9 % (sejumlah kumulatif 868 unit pada tahun 2005 menjadi 1.275 unit). Kondisi ini disebabkan oleh meredanya konflik yang terjadi di PPS Bungus dan juga terkait oleh kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk memberikan bantuan armada penangkapan sejumlah 407 unit untuk wilayah Kota Padang yang berbasis pada PPS Bungus (PPS Bungus, 2006).

Tabel 3 Jumlah kumulatif per tahun armada penangkapan ikan di PPS Bungus periode 1997-2006

Tahun Jumlah Armada (unit)

Pertumbuhan (%)

1997 3.383 -

1998 3.141 -7,1

1999 3.016 -4,0

2000 2.614 -13,3

2001 3.590 37,3

2002 2.674 -25,5

2003 1.195 -55,3

2004 598 -50,0

2005 868 45,2

2006 1.275 47,0

Kisaran 589 – 3.590 -55,3 – 46,9

Rata-rata 2.235,4 -2,9

[image:43.595.113.514.519.733.2]
(44)

Gambar 3 Grafik perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPS Bungus periode 1997-2006.

2) Alat Tangkap

Terdapat berbagai jenis alat tangkap yang pengoperasiannya berbasis di PPS Bungus, diantaranya long line, purse seine, pancing tonda, payang dan gill net. Pada tahun 2006, alat tangkap di PPS Bungus berjumlah 1.413 unit yang di dominasi oleh alat tangkap pancing tonda, gill net, payang dan hand line. Jumlah alat tangkap tersebut adalah 300 unit (21,23%) untuk pancing tonda, 291 unit (20,59%) untuk gill net, 167 unit (11,82%) untuk bagan perahu dan 316 unit (22,36%) untuk hand line (PPS Bungus, 2006).

Tabel 4 Alat penangkapan ikan di PPS Bungus tahun 2006 No. Jenis Alat Tangkap Jumlah

(unit)

Komposisi (%)

1. Bagan 167 11,8

2. Gill net 291 20,6

3. Hand line 316 22,4

4. Long line 243 17,2

5. Pancing Tonda 300 21,2

6. Payang 81 5,7

7. Purse Seine 15 1,1

Jumlah 1.413 100,0

[image:44.595.115.512.99.337.2] [image:44.595.113.514.582.745.2]
(45)

Alat tangkap hand line merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan di PPS Bungus seperti terlihat pada Tabel 4, karena alat tangkap ini merupakan alat tangkap skala kecil dengan armada penangkapan menggunakan perahu motor tempel berukuran 0 – 5 GT. Investasi dan biaya kebutuhan melaut yang tidak terlalu memberatkan nelayan menjadikan alat tangkap ini sebagai pilihan nelayan untuk menangkap ikan.

3) Nelayan

Nelayan di PPS Bungus terdiri atas dua kelompok, yaitu nelayan buruh dan nelayan pemilik. Nelayan buruh adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, sedangkan nelayan pemilik adalah orang yang memiliki armada penangkapan ikan dan tidak selalu ikut dalam operasi penangkapan ikan.

Mayoritas nelayan PPS Bungus merupakan penduduk asli Kecamatan Bungus dan masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir Kota Padang, namun banyak juga nelayan pendatang yang berasal dari daerah lain baik dari Sumatera Barat sendiri maupun dari Sumatera Utara dan Bengkulu.

Jumlah nelayan yang kapalnya berkunjung di PPS Bungus, baik untuk membongkar hasil tangkapan, mengisi perbekalan maupun perbaikan selama tahun 2006 tercatat sebanyak 2.139 orang. Jumlah ini mengalami penurunan disebabkan banyak nelayan yang beralih pekerjaan seperti tukang ojek, petani dan pedagang akibat semakin tingginya biaya untuk melaut (PPS Bungus, 2006).

Tabel 5 Jumlah nelayan berdasarkan alat tangkap yang dioperasikan di PPS Bungus tahun 2006

NO Jenis alat tangkap Jumlah nelayan (orang)

Komposisi (%)

1. Bagan 200 9,4

2. Gillnet 101 4,9

3. Hand line 90 4,2

4. Long line 415 19,4

5. Pancing tonda 580 27,1

6. Payang 150 7,0

7. Purse seine 600 28,1

Jumlah 2.139 100,0

[image:45.595.117.516.553.731.2]
(46)

Berdasarkan jenis alat tangkap yang beroperasi (Tabel 5), jumlah nelayan yang paling dominan adalah nelayan purse seine dengan jumlah nelayan 600 orang (28,1% dari jumlah nelayan keselurahan) dan diikuti nelayan kapal tonda dengan jumlah nelayan 580 orang (27,1% dari jumlah nelayan keselurahan).

4.2.2 Hasil Tangkapan

Produksi hasil tangkapan di PPS Bungus terdiri atas hasil tangkapan ikan yang didaratkan oleh nelayan lokal (nelayan kapal tonda) dan nelayan-nelayan pesisir Kota Padang serta daerah-daerah lain di Sumatera Barat. Nelayan-nelayan dari Sibolga dan Bengkulu juga banyak yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Bungus (PPS Bungus 2006e).

Produksi ikan yang di daratkan di PPS Bungus didominasi oleh jenis ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol serta beberapa jenis ikan karang. Volume hasil tangkapan yang di daratkan pada tahun 2006 sebanyak 2.012,9 ton, dengan nilai sebesar Rp. 74.453.085.180,- (PPS Bungus 2006)

Tabel 6 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus tahun 2006

Bulan Volume

(ton)

Nilai (Rp 1 juta)

Januari 58,5 409

Februari 100,7 840

Maret 94,2 1.114

April 189,9 5.307

Mei 124,9 5.508

Juni 106,4 7.056

Juli 257,1 10.564

Agustus 194,1 9.350

September 252,4 8.539

Oktober 429,3 19.842

November 113,0 5.404

Desember 92,4 519

Jumlah 2.012,9 74.453

Rata-rata 167,7 6.204

Sumber: PPS Bungus, 2006

[image:46.595.110.514.429.701.2]
(47)

2004 dan kemudian naik cukup tajam pada tahun 2006. Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan periode 1997 – 2006 di PPS Bungus disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 4

Tabel 7 Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997-2006

Tahun Produksi (ton) Pertumbuhan (%) Nilai Produksi (Rp 1.000) Pertumbuhan (%)

1997 2.920,3 6.210

1998 3.857,5 32,1 15.583 150,9

1999 3.398,3 -11,9 21.905 40,6

2000 1.603,3 -52,8 11.069 -49,5

2001 2.706,5 68,8 19.223 73,7

2002 2.190,9 -19,1 16.750 -12,9

2003 1.207,6 -44,9 6.611 -60,5

2004 503,7 -58,3 3.902 -50,0

2005 628,9 24,9 5.252 34,6

2006 2.012,9 220,1 74.453 1.317,6

Kisaran 503 – 3.857,5 -58,3 – 220,1 3.902 – 7.4453 -50,0 – 1.317,6

Rata-rata 2.103,0 17,7 18.096 161,5

Sumber: PPS Bungus, 2006

Kecenderungan menurunnya jumlah produksi hasil tangkapan hingga tahun 2004 terkait erat dengan aktivitas produksi yang semakin menurun. Kondisi ini terlihat dari jumlah armada penangkapan yang melakukan operasi penangkapan dan pendaratan ikan di PPS Bungus yang juga mengalami penurunan yang tajam pada tahun-tahun tersebut.

Mendekati tahun 2006, jumlah armada penangkapan mulai bertambah seiring dengan berbagai program yang diluncurkan oleh pihak pelabuhan, Pemda dan stakeholders yang terkait, sehingga aktivitas penangkapan menjadi meningkat dan akibatnya jumlah pendaratan ikanpun juga turut meningkat.

[image:47.595.116.515.169.414.2]
(48)

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

P r o d u k si (1 0 0 0 to n ) Tahun 0 10 20 30 40 50 60 70 80

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

N

il

a

i

P

r

o

d

u

k

si

(R

p

.

1

J

u

ta

)

Tahun

Gambar 4 Grafik perkembangan volume produksi hasil tangkapan di PPS Bungus periode 1997-2006.

Penurunan terbesar pada persentase pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di PPS Bungus terjadi pada tahun 2003 – 2004 (Gambar5), yaitu sebesar -60% dan -40%. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi penurunan jumlah produksi hasil tangkapan sebesar -58,29% dari tahun sebelumnya, sedangkan peningkatan persentase nilai produksi tertinggi terjadi pada periode 2005 – 2006, yaitu sebesar 1.317,60%.

[image:48.595.116.510.71.297.2] [image:48.595.116.511.482.704.2]
(49)

Jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan mempengaruhi jumlah nilai produksi, sehingga mempengaruhi nilai jual ikan hasil tangkapan nelayan di PPS Bungus. Maksudnya adalah ketika jumlah produksi hasil tangkapan sedikit sedangkan jumlah permintaan konsumen tinggi maka harga ikan akan semakin tinggi, tetapi sebaliknya ketika jumlah produksi ikan banyak tetapi permintaan konsumen sedikit maka harga ikan mengalami penurunan.

Kenaikan volume produksi yang besar terjadi pada tahun 2006 dengan pertumbuhan 220,06%. Peningkatan ini diduga terkait dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dimana sejak akhir tahun 2005, pemerintah mulai melaksanakana kegiatan Optikapi yaitu modernisasi atau alih teknologi penangkapan, dari penangkapan skala kecil ke besar, yaitu dengan pengadaan kapal purse seine berukuran 100 GT dan 90 GT. Melalui pengadaan enam unit kapal purse seine ini upaya penangkapan menjadi lebih tinggi sehingga produksi hasil tangkapanpun meningkat. Peningkatan drastis produksi ikan di PPS Bungus juga disebabkan oleh semakin banyaknya armada kapal purse seine dari Sibolga yang membongkar hasil tangkapan di PPS Bungus (PPS Bungus, 2006).

4.2.3 Musim ikan, Musim Pendaratan dan Daerah Penangkapan Ikan Nelayan PPS Bungus

Berdasarkan wawancara dengan pihak PPS Bungus, musim ikan terutama pada tahun 2006 terjadi pada bulan Oktober sampai Maret (musim barat daya). Pada musim ini hasil tangkapan nelayan baik di Bungus maupun pesisir barat Sumatera umumnya relatif lebih tinggi, terutama pada bulan Oktober dan November (musim puncak penangkapan).

Musim pendaratan ikan di PPS Bungus terkait erat dengan musim ikan dan musim penangkapan. Hal ini terjadi pada bulan Oktober sampai Maret (musim barat daya). Pada Tabel 6, terlihat bahwa pada bulan-bulan tersebut pendaratan ikan di PPS Bungus mencapai jumlah tertinggi.

(50)

sekitar Pulau Nias (Provinsi Sumatera Utara) dan daerah Enggano (Provinsi Bengkulu) (Atharis, 2008).

4.3 Fasilitas PPS Bungus

PPS Bungus dalam memberikan pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat nelayan mulai dari persiapan penangkapan ikan sampai proses pemasarannya dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut meliputi (PPS Bungus, 2006):

4.3.1 Fasilitas Pokok

1) Dermaga Bongkar dan Muat

Panjang dermaga PPS Bungus keseluruhan sepanjang 217 meter, terbuat dari konstruksi beton dan digunakan sebagai dermaga bongkar ikan, dermaga muat, dermaga bunker untuk bertambat dan persiapan melaut.

2) Jetty

Jalan penghubung (jetty) di PPS Bungus sepanjang 40 m dan lebar 10 m terbuat dari konstruksi beton, berfungsi sebagai penghubung dalam pengangkutan ikan dari dermaga bongkar ke tempat pelelangan ikan (TPI).

3) Kolam pelabuhan dan tanah pelabuhan

Kolam pelabuhan berfungsi sebagai tempat berlabuh kapal menunggu giliran untuk bersandar di dermaga atau istirahat menunggu pemberangkatan trip penangkapan berikutnya. Luas kolam sekitar 7,5 ha dengan kedalaman air berkisar 7 – 15 meter.

4) Jalan Utama Pelabuhan

Jalan utama pelabuhan terdapat sepanjang 1.500 meter, sebagian terbuat dari konstruksi beton, sedangkan untuk ke atau dari komplek perumahan disediakan jalan dengan konstruksi aspal sepanjang 200 meter.

4.3.2 Fasilitas Fungsional 1) Gedung kantor administrasi

(51)

2) Receiving Hall

Luas keseluruhan areal receiving hall ini sekitar 3.334 m2, dipergunakan sebagai tempat pelelangan ikan (TPI) seluas 720 m2, untuk pabrik es PT. Danitama Mina seluas 1.522 m2 dan sisanya seluas 1.092 m2 merupakan bangunan cold storage.

3) Galangan kapal

Fasilitas galangan kapal berupa fasilitas dock kering (dry dock), berikut lapangan perbaikan seluas 2.869 m2 yang dapat menampung secara berjejer sekaligus sebanyak 20 unit kapal. Dry dock ini dilengkapi dengan alat pengangkat kapal (vessel lift).

4) Bengkel

Fasilitas bengkel memiliki luas areal 250 m2 dapat melayani perbaikan kerusakan berat atau ringan bagi kapal-kapal nelayan, baik pekerjaan perkayuan maupun mesin (mekanik logam).

5) Sarana pelayanan perbekalan

(1) Tangki BBM berkapasitas 75 ton dilengkapi dengan 2 unit pompa distribusi

(2) Tangki air tawar dengan kapasitas 50 ton dengan sumber air dari PDAM, sedangkan reservoar kapasitas 300 ton sumber air dari pegunungan dekat PPS Bungus.

6) Arel pengepakan

Tersedia areal seluas 670 m2 yang dialokasikan untuk kegiatan processing dan pengepakan ikan.

7) Ruang generator

Semula bangunan ini diperuntukkan untuk rumah genset. Setelah genset tidak dipergunakan lagi sebagai mesin pembangkit listrik, gedung seluas 214 m2 ini digunakan sementara sebagai ruangan pertemuan.

8) Instalasi Air Bersih

(52)

9) Instalasi Listrik

Kapasitas instalasi listrik PPS Bungus sebesar 147 kVA. Arus listrik ini berasal dari PLN Kota Padang.

10) Radio SSB

Guna menunjang kelancaran arus informasi dari dan ke pelabuhan perikanan digunakan sarana komunikasi SSB yang dapat berhubungan baik dengan stasiun radio SSB lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan juga dengan kapal-kapal yang membutuhkan.

4.3.3 Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang tersedia di PPS Bungus adalah sebagai berikut: 1) Mess nelayan 16 kamar

2) Wisma tamu 1 unit (140 m2) 3) Mess operator 3 unit

4) Perumahan karyawan 19 unit

5) Masjid 1 unit

(53)

5

PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PPS BUNGUS

5.1 Penyediaan Air Bersih

Air bersih untuk berbagai kegiatan di PPS Bungus disediakan dan dikelola langung oleh pihak pelabuhan. Pada subbab ini akan dibahas bagaimana kondisi sumber air bersih, fasilitas dan mekanisme penyediaan hingga fasilitas dan mekanisme pendistribusian air bersih ke unit-unit kegiatan di lingkungan pelabuhan.

Secara umum, proses penyediaan air bersih di PPS Bungus hampir sama dengan proses yang terdapat diberbagai PDAM yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini juga akan dicantumkan proses pengelolaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM tersebut sebagai perbandingan.

5.1.1 Kondisi dan Kapasitas Sumber Air Baku

Air baku merupakan air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum (Dirjen Cipta Karya, 2008). Menurut Kusnaedi (2002) vide Watironna (2005) air baku merupakan air yang digunakan sebagai bahan baku dalam proses pengolahan air, baik untuk air minum maupun untuk keperluan lainnya.

Sumber air baku PPS Bungus berasal dari aliran air permukaan. Sumber aliran air permukaan PPS Bungus berada pada salah satu bukit dari jajaran bukit barisan. Secara vertikal, sumber air baku PPS Bungus berada pada ketinggian sekitar 15 m dan secara horizontal berjarak sekitar 250 m dari daerah pelayanan. Menurut defenisi Dirjen Cipta Karya (2003) air permukaan merupakan sumber air yang terdapat di permukaan tanah seperti sungai, danau dan waduk/bendungan yang merupakan tampungan air hujan.

(54)

Penentuan aliran air permukaan sebagai sumber air baku di PPS Bungus berdasarkan pertimbangan kualitas adalah menghindari pengolahan air yang terlalu komplek yang akan menyebabkan sistem penyediaan air bersih menjadi mahal sedangkan berdasarkan pertimbangan kuantitas adalah debit sumber air harus cukup untuk melayani kebutuhan air bersih di pelabuhan dan debit minimum sumber air harus lebih besar daripada debit maksimal pemakaian air bersih per hari sehingga diharapkan dapat menjamin kesinambungan pengadaan air bersih.

Secara visual, kondisi air baku PPS Bungus jernih seperti terlihat pada Gambar 6, meskipun menurut Rahayu (2002) air permukaan pada umumnya mempunyai kekeruhan dan terkadang disertai dengan kandungan organik yang cukup tinggi. Oleh karena itu, menurut Rahayu air dengan kondisi seperti ini hanya cocok untuk keperluan pertanian namun belum layak untuk dikonsumsi langsung sebagai air minum, kecuali setelah melalui tahapan pengolahan terlebih dahulu.

[image:54.595.114.512.394.709.2]
(55)

Hasil pengujian menyebutkan, secara keseluruhan (fisik dan kimiawi) air baku PPS Bungus tergolong baik, namun masih bermasalah pada tingkat kesadahan. Permasalahan ini akan dapat diatasi cukup dengan pengolahan air baku metode konvensional (instalasi pengolahan air yang hanya menggunakan pasir sebagai media penyaringan) (Dirjen Cipta Karya, 2008).

Berbeda halnya jika sumber air baku berasal dari air tanah, apalagi lokasi sumur bor masih dalam wilayah pelayanan (pelabuhan), memiliki kemungkinan tingkat pencemaran relatif lebih tinggi sehingga pengolahan air pun membutuhkan perlakuan yang lebih cermat. Sebagaimana di PPS Kendari, kondisi air bakunya tidak begitu baik (secara fisik dan kimia) akibat menggunakan air baku yang berasal dari tanah, sehingga diperlukan perlakuan (treatment) tambahan (seperti pembubu

Gambar

Gambar 1 Unsur-unsur fungsional dalam sistem penyediaan air bersih.
Gambar 2 Bagan alir yang umum untuk instalasi pengolahan air.
Tabel 1   Pengguna dan Penggunaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan
Tabel 2 Data dan Informasi yang dikumpulkan, Sifat, Sumber dan Cara  Pengumpulan Data pada Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 Terdapat tiga tipe pemasaran di PPSNZJ yaitu tipe pemasaran eskpor ikan segar, tipe pemasaran industri pengolahan dan tipe pemasaran domestik. Tipe pemasaran yang dapat

untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan merumuskan alternatif pengembangan PPS Bungus sebagai pusat pendaratan ikan tuna di perairan

Sistem pelayanan air bersih adalah suatu sistem suplai air bersih yang meliputi pengambilan air baku, unit pengolahan air bersih serta sistem distribusi air bersih

Perbedaan antara tingkat kepentingan atau harapan dari nelayan dengan kinerja yang diberikan oleh pihak pelabuhan dapat menggambarkan besarnya kesenjangan yang

Salah satu contoh Unit pengolahan air bersih untuk PUSKESMAS menggunakan air baku air tanah dengan menggunakan proses penyaringan dengan filter pasir silika, filter

Fasilitas distribusi hasil tangkapan yang ada di PPS Belawan yaitu tempat pelelangan ikan (TPI), pabrik es, cold storage dan area parkir. Tingkat pemanfaatan fasilitas

Aksebilitas khususnya untuk jalur distribusi ikan dari dan keluar PPS Kendari dengan adanya Bandara, Kendari New Port, Infrastruktur Jalan Beraspal tanpa Hambatan dan Jembatan

Penulis menyarankan perlu adanya inovasi penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon yang di sesuaikan dengan jenis ikan hasil tangkapan yang bertujuan untuk