Bahasa Indonesia Yang
Baik dan Benar
Disusun Oleh :
Beril Ch. Saputra (201431001)
Raymond Peyon (201431002)
Meivan R. Pandita(201431003)
Rista A. Jene (201431004)Dosen Pembimbing : Dra. Bertha Padang, M.Pd.
YAYASAN GMIM Ds A.Z. R WENAS
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Tomohon, 24 Maret 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...1
DAFTAR ISI...2
BAB I...3
PENDAHULUAN...3
1.1 Latar Belakang...3
1.2 Rumusan Masalah...4
1.3 Tujuan Penulisan...4
BAB II...5
PEMBAHASAN...5
2.1 Pengertian...5
2.2 Bahasa Indonesia Yang Baik...6
2.3 Bahasa Indonesia Yang Benar...6
2.4 Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar...6
2.5 Letak Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari...9
2.6 Cara Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar...11
BAB III...14
PENUTUP...14
3.1 Kesimpulan...14
3.2 Saran...14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dunia ini, terdapat banyak sekali bahasa. Baik sebagai bahasa nasional bagi suatu negara, maupun yang berada di daerah dalam suatu negara. Namun, apa sebenarnya bahasa itu? Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Tidak beda dengan negara lain. Indonesia juga memiliki bahasa nasional yang telah diakui oleh dunia internasioal. Bahasa Indonesia merupakan bahasa melayu yang telah dijadikan bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sejak kecil kia telah diajarkan untuk menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun disetiap daerah yang ada di Indonesia memiliki bahasa daerahnya sendiri.
Dalam penulisan makalah ini, kami ingin membahas permasalah tentang bahasa Indonesia. Seperti penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta cara menggunakannya untuk kita berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik dengan orang Indonesia sendiri maupun orang asing.
Dari penulisan ini juga, kita khususnya sebagai orang Indonesia mampu untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat memperkenalkan bahasa Indonesia kepada dunia internasional tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar? 2. Bagaimana letak penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari?
3. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar?
1.3 Tujuan Penulisan
Agar bisa mengetahui bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Agar bisa mengetahui letak penggunaan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh, dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh spesifik dari sistem tersebut. Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi berarti sebagai alat bunyi yang mempunyai maksud atau tujuan yang digunakan pemakainya untuk berinteraksi dengan lawan bicara agar tidak tercipta suatu kesalahpahaman. Ada juga pengertian bahasa dari pandangan para ahli.
1. Pengertian Bahasa menurut (Depdiknas, 2005: 3).
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
2. Menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126).
Bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.
3. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002: 88)
Bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik.
merupakan bahasa melayu yang telah dijadikan bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
2.2 Bahasa Indonesia Yang Baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma bahasa.
2.3 Bahasa Indonesia Yang Benar
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak baku.
2.4 Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesusai dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita akan menggunakan pakaian renang pada saat akan berenang di kolam renang sambil membimbing anak-anak belajar berenang. Akan tetapi, tentu kita akan mengenakan pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang mengkilat, dan seorang laki-laki mungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada saat ia menghadiri suatu pertemuan resmi, pada saat menghadiri pesta perkawinan rekan sejawat, atau pada saat menghadiri sidang DPR.
Akan sangat ganjil bukan, jika pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap, dasi, dan sebagainya itu digunakan untuk berenang. Demikian juga kita akan dinilai sebagai orang yang kurang adab jika menghadiri acara dengar pendapat di DPR dengan pakaian renang karena di sana ada ketentuan yang sudah disepakati bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi di DPR harus berpakaian rapi. Barangkali kita masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang oleh petugas protokol ditolak menghadiri acara dengar pendapat di DPR karena pengusaha yang "nyentrik" itu tidak menggunakan pakian rapi.
Kalau contoh itu dianalogikan dengan pemakaian bahasa, betapa ganjilnya percakapan seorang suami dengan istrinya jika berlangsung seperti berikut:
Suami :"Bu, bolehkan Bapak bertanya, apakah Ibu sudah menyiapakan
hidangan untuk makan siang hari ini?"
Istri :"Ya tentu saja. Saya sudah masak nasi lengkap dengan sayur kesenangan Bapak, dan sekarang silakan Bapak menikmati
disiapkan".
Suami :"Mari Bapak cicipi makanan ini. Oh, menurut hemat Bapak, seandainya Ibu menambahkan sedikit garam ke dalam sayur ini,
pasti sayur tersebut akan lebih lezat."
Istri :"Mudah-mudahan pada kesempaan lain Ibu dapat membuat sayur
yang lebih enak sesuai dengan saran Bapak."
Sebaliknya, bagaimana pendapat Anda jika seorang mahasiswa (pembicara) bertanya kepada seorang dosen (pendengar) tentang materi kuliah yang diberikan dosen (objek), pada saat kuliah (waktu), di kampus (tempat), dalam situasi belajar-mengajar (resmi) sebagai berikiut: "Maaf
Mas, gue kepengen usul, coba jelasin dulu dong garis besar kuliah kita,
apadah sesuai kurikulum universitas kita?"
Kedua contoh rekaan itu dapat dikatakan tidak tepat. Contoh pertama sangat menggelikan karena pada situasi santai digunakan bahasa yang resmi sehingga terasa kaku; kasus kedua juga sangat tidak tepat karena pada situasi formal digunkan kata-kata dialek dan struktur yang tidak baku (ditetak miring) sehingga mirip percakapan di warung kopi. Kedua contoh itu tidak baik dan tidak benar karena bahasa yang digunakan tidak seuai dengan situasi pemakaian, lagi pula tidak sesuai dengan kaidah bahasa.
Begitu pula dengan pemakaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa, Sunda, Bali, Batak, dan Banjar dalam bahasa Indonesia pada situasi resmi dan formal sebaiknya dikurangi.
Kata memuaskan diucapkan (memuasken); pendidikan yang
Pemakaian lafal asing sama saja salahnya dengan pemakaian lafal daerah. Ada orang yang sudah terbiasa mengucakan kata logis dan
sosiologi menajdi (lohis) dan (sosiolohi). Ada lagi yang melafalkan kata
sukses menjadi (sakses); produk menjadi (prodak); dan sebagainya.
Dalam sebuah papan nama tertulis, Dana Proyek ini berasal dari
dana yang di himpun dari pajak yang anda bayar, imbuhan di pada kata di himpun ditulis terpisah, padahal seharus serangkai yakni dihimpun. Sapaan
anda seharusnya diawali dengan huruf besar; Anda.
Pemakaian kata daripada dalam kalimat, Saya tahu persis daerah
ini merupakan basis daripada PKI tidak tepat. Ungkapan basis daripada
PKI termasuk ungkapan yang menyatakan milik tidak perlu menggunakan
daripada. Begitu juga dalam kepemilikikan yang lain, seperti Pemimpin daripada PLO, ketua dairpada KUD, pintu daripada rumah dan seterusnya.
Dalam bahasa Indonesia daripada digunakan dalam perbandingan,
seperti Sikap Pemimpim PLO lebih keras daripada sikap Presiden Mesir
dalam menghadapi Israel.
2.5 Letak Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari Penggunaan bahasa Indonesia sering kali digabung dengan bahasa asing ataupun dengan bahasa prokem atau bahasa gaul. Bahasa prokem atau Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim
digunakan di Jakarta pada tahun 1970-an yang kemudian digantikan oleh
ragam yang disebut sebagai bahasa gaul. Bahasa prokem ditandai oleh
kata-kata Indonesia atau kata dialek Betawi yang dipotong dua fonemnya
sintaksis dan morfologi ragam ini memanfaatkan sintaksis dan morfologi bahasa Indonesia dan dialek Betawi.
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem
yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan
angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan,
sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).
Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya
matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T diubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.
Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999. Struktur dan tatabahasa dari bahasa prokem tidak terlalu jauh berbeda dari bahasa formalnya (bahasa Indonesia), dalam banyak kasus kosakata yang dimilikinya hanya merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Perbedaan utama antara bahasa formal dengan bahasa prokem ada dalam perbendaharaan kata.
Banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa daerahnya masing-masing atau juga menggunakan bahasa prokem. Contoh :
Bahasa Indonesia
Bahasa prokem (informal)
Aku, saya Gue, gua (ditulis pula gw)
Kamu Lu, lo (ditulis pula lw)
Penatlah! Capek deh!
Benarkah? Emangnya bener?, Beneran?
Tidak Enggak,Gk,Ga
Tidak peduli Emang gue pikirin! (singkatnya EGP),Peduli
amat!
Norak/Udik Kamseupay
2.6 Cara Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar yaitu dengan
menggunakan aturan pola dasar kalimat bahasa Indonesia seperti SPO atau SPOK.
a. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
o Gambar itu / bagus.
S P (kata sifat)
o Peserta penataran ini / empat puluh orang.
S P (kata bilangan)
b. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
S P O
c. Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S P Pel.
d. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S P O Pel.
e. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S P K
f. Kalimat Dasar Berpola S P O K
verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
S P O K
g. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S P Pel. K
h. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan adanya penulisan ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia sangatlah penting khususnya bagi bangsa Indonesia karena bahasa Indonesia merupakan ciri khas dari bangsa Indonesia dan dengan mengerti dan memahami cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serts penggunaannya kita dapat melestarikannya dan mampu bersaing dengan bahasa lain.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1Anonim, http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem, diakses tanggal 24
Maret 2015.
2Anonim,
https://vhi3y4.wordpress.com/contoh-menggunakan-bahasa-indonesia-secara-baik-dan-benar/, diakses tanggal 24 Maret 2015.
3Anonim, http://daudp65.webs.com/bind/bibaik-bnar.htm, diakses tanggal