PENGHAPUSAN SISTEM SIBAYAK
PADA STUKTUR PEMERINTAHAN
MASYARAKAT KARO
1946 -1947
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JEFFRY PRANATA BARUS 3123121025
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
JEFFRY PRANATA BARUS, NIM: 3123121025 PENGHAPUSA SISTEM SIBAYAK PADA STRUKTRUR PEMERINTAHAN MASYARAKAT KARO 1946-1947. SKRIPSI, PROGRAM STUDY PENDIDIKAN SEJARAH, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimna perjalanan pemerintahan Sibayak hingga di hapusnya sistem pemerintahan Sibayak di Tanah Karo berganti menjadi sistem Demokrasi pada masa setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dan juga untuk mengeatui bagaimana struk pemerintahan Karo setealah tidak menggunakan sistem Sibayak lagi.Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah Kualitatif, dimana hasil wawancara (interview Research) dengan narasumber yaitu beberapa masyarakat Lingga yang mengetahui tentang sistem pemerintahan Sibayak di Tanah Karo sesudah kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dikumpulkan dan dideskripsikan, kemudian ditambah dengan Study Pustaka (Library Reaserch) dengan menambahkan kutipan dari sumber-sumber buku yang berkaitan dengan Sibayak di Tanah Karo. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa sitem pemerintahan Sibayak sudah ada sebelum datangnya bangsa Belanda, namun guna menyederhanakan sistem pemerintahan di tanah Koloni mereka, maka Belanda mengangkat empat Sibayak guna memimpin Tanah Karo dengan luas kekuasaan yang berbeda pula. Menghilangnya sistem Sibayak di Tanah Karo tidak sepenuhnya dihapuskan oleh pemerintah, walaupu ada kaitannya perubahan sistem kekuasaan ini dengan revolusi sosial di Sumatra Timur. Bergantinya sistem Sibayak menjadi sistem demokrasi di Tanah Karo lebih pada dikarenakan raja yang memerintah tidak kembali ke desa tempat ia menjadi seorang Sibayak dikarenakan ditahan dan di asingkan sehingga secara otomatis sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi dipilih masyarakat Karo sebagai sistem pemerintahan yang baru. Begitu. Selain itu juga dikarenakan adanya Sibayak yang tidak terkena dampak dari revolusi sosial yaitu Sibayak Suka.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis sampaikan dan panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas kasih dan karunianya serta segala berkat sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Skripsi ini berjudul “ Perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan 1906-2015”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik moril, waktu maupun
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Secara khusus
penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan (UNIMED) .
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Drs.Yushar Tanjung, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Sejarah
4. Bapak Syahrul Nizar Saragih, S.Hum, M.A, selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Sejarah.
5. Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi
Penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
arahan, rencana penelitian serta pengertian sejak awal sampai selesainya
penulisan skripsi ini.
6. Ibu Ika Purnama Sari, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
(PA) dan selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan
masukan serta saran-saran terhadap skripsi penulis agar lebih baik lagi.
7. Bapak Drs. Yushar Tanjung,M.Si, selaku Ketua jurusan sekaligus dosen
pemberi saran dan penguji yang telah memberikan masukan dan saran
8. Bapak Dr. Hidayat,M.Si, M.Pd, selaku dosen pemberi saran dan penguji
yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis agar skripsi ini
lebih baik lagi.
9. Bapak dan Ibu Staf Pengajar di Jurusan Pendidikan Sejarah, yang telah
memberikan bekal ilmu yang sangat berlimpah bagi penulis selama belajar
di Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed.
10. Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua:
Bapak Y.G Barus dan Ibu S. Br Sembiring. Terimakasih untuk Ibuku yang
selama ini memberikan dukungan dengan tulus, membimbing dan
memenuhi semua kebutuhan selama menempuh perkuliahan serta selalu
mendoakan dan memberi semangat.terimaksih juga kepada kedua adik
saya Yani Constantia br Barus dan Meysia Br barus yang selalu
mendoakan saya.
11. Bapak Persadaan Karo-karo, Tersek Ginting dan Pamon Sinulingga yang
telah memberikan saya waktu dan informasi akan kajian penelitian saya
sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan dengan benar.
12. Bapak dan Ibu masyarakat Lingga yang telah memberikan banyak
Informasi kepada penulis sehingga penulis mendapatkan data-data yang
diperlukan selama melakukan penelitian di Desa Lingga.
13. Teman-teman terbaikku Reguler B 2012 yang selalu memberikan kesan
dan pesan luar biasa. Tuhan sangat baik karena sudah menempatkanku
diantara kalian, canda tawa, tangis, perdebatan, perselisihan, kerjasama
dan pengalaman, yang sudah kita jalani bersama akan menjadi hal yang
selalu kurindukan.
14. Seluruh Teman-Teman di IMKA RUDANG MAYANG UNIMED yang
tak bisa saya sebutkan satu-persatu terkhusus komisariat IMKA FIS, saya
ucakpan banyak terimakasih atas masuka-masukan teman-teman semua
terkusus saat penentuan judul skripsi saya.
15. Temanku Kiki br Yolanda Kaban, Fitri br Barus dan Eva br Ginting yang
16. Teman-teman saya di kos 87B, Rio Barus, Rio Sembiring, Odi Bangun,
Iqbal Siregar dan Dede Bangun yang selalu memberi saya dukungan,
hiburan saat proses pengerjaan skripsi ini.
17. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu
yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan perkuliahan ini.
Penulis sangat menyadari masih sangat banyak kekurangan dari segi isi
maupun dari tata bahasa dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
skripsi ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia
pendidikan khususnya Pendidikan Jurusan Sejarah Unimed.
Medan, September 2016 Penulis
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
2.1 Kajian Pustaka... 6
2.2 Kerangka Konseptual... ... 9
2.2.1 Konsep Sibayak ... 9
2.2.2 Sibayak Pada Masa Penjajahan Jepang ... 11
2.2.3 Sibayak Pada Masa Awal Kemerdekaan 1945 ... 13
2.2.4 Konsep Masyarakat... ... 14
2.2.5 Konsep Sejarah Suku Karo... ... 15
2.2.6 Konsep Sistem Pemerinthan Suku Karo... ... 18
2.3. Kerangka Berpikir... 21
2.4. Hipotesis... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22
3.1 Metode Penelitian... 22
3.2 Lokasi Penelitian... 22
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 23
3.5 Teknik Analisis Data... 23
BAB IV Pembahasan. ... 27
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27
4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Karo ... 27
4.1.2 Keadaan Sosial .. ... 27
4.1.3 Pemerintahan .. ... 30
4.1.4 Bentuk Dan Susunan Pemerintahan Daerah ... 33
4.1.5 Lokasi dan Keadaan Geografis Kecamatan Simpang Empar... 36
4.1.6 Sekilas Tentang Desa Lingga ... 40
4.2 Hasil Penelitian ... 42
4.2.1 Latar Belakang munculnya Sibayak Lingga Di Tanah Karo ... 42
4.2.1.1 Munculnya Sistem Pemerintahan Sibayak Di Tanah Karo... 46
4.2.2 Latar Belakang Dihapusnya Sistem Sibayak Pada Struktur Pemerintahan Masyarakat Karo ... 50
4.3 Dampak Dari Menghilangnya Sistem Sibayak Pada Struktur Pemerintahan Masyarakat Karo ... 54
BAB V Kesimpulan Dan Saran ... 59
5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran ... 60
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nama Para Bupati Karo... 34
Tabel 2 Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan
Simpang Empat 2015... 36
Tabel 3 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Simpang Empat,2014... 38
Tabel 4 Tinggi Wilayah Di Atas Permukaan Laut(DPL)
Menurut Desa/Kelurahan, PODES 2014... 39
Tabel 5 Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Kantor Kepala
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pada tahun 1862, sejak bangsa Belanda yang bernama Neunheys di ijinkan
Sultan Mahmud membuka perkebunan tembakau disekitar Titi Papan dekat
Labuhan, suku bangsa Karo merasa terancam oleh expansi kolonial Belanda dan
sejak mulai tahun 1872, secara terang-terangan melakukan expansi ke seluruh
dataran tinggi Karo secara terus- menerus sampai tahun 1907.
Begitu juga setelah gugurnya Panglima Nabung Surbakti tahun 1907 dan
hancurnya Pasukan Panglima Kiras Bangun bersama seluruh pasukan-pasukan
Silimin Sibayak Baturaden yang bermarga Sinulingga, barulah Pemerintah
Belanda merasa Aman di daerah Karo. Sewaktu Belanda datang, masyarakat suku
karo masih merupakan masyarakat yang murni tradisional. Susunan prekonomian
dan kebudayaan masih bersifat agraris. Kondisi tanah yang subur menyebabkan
masyarakatnya bersifat berswasembada. Hanya beberapa jenis kebutuhan yang
dimasukkan dari daerah luar seperti Garam, sedangkan kebutuhan lainnya
diproduksi hanya untuk kebutuhan sendiri.
Begitupun dalam hal perdagangan, hampir tidak dikenal. Walaupun ada,
hanya dalam bentuk barter saja. Jenis dan jumlah kebutuhan yang tidak pernah
bertambah, inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi statis. Anggota
masyarakat menerima keadaan yang statis ini sebagai suatau hal yang wajar.
Perubahan ke arah yang lebih baik, maupun kemungkinan ke arah itu tidak pernah
2
Setelah mengalami kontak dengan Belanda, pandangan masyarakat Karo
lebih terbuka. Kedatangan Belanda sendiri membawa serta perubahan sosial yang
bersifat fundamental, terutama dalam bidang pemerintahan dengan digesernya
kekuasaan dari tangan masyarakat Suku Karo ke tangan pemerintahan Belanda.
Perubahan lainnya yang diadakan Belanda hanyalah dalam rangka penegakan
kekuasaaan pemerintah Kolonial di seluruh dataran tinggi karo. Namun dalam
perubahan tersebut, terselip pula benih-benih perubahan yang pada waktunya
kelak akan berkembang menjadi perubahan yang membawa manfaat kepada
masyarakat Karo seperti dibukanya Jalan- jalan seperti jalan Kabanjahe- Medan.
Jauh sesudah pemerintah Kolonial Belanda menjalankan kekuasaan di
Tanah Karo, yaitu mulai 1911, barulah pemerintah Belanda menjalanakan
penetapan batas-batas Administrasi Pemerintahaan sejalan dengan dengan siasat
Politik Divide ed Impera yaitu dengan memecah belah masyarakat suku Karo.
Dalam menjalankan siasatnya tersebut, maka di Tanah Karo dibentuk
sistem Sibayak. Diamana yang diberi gelar Sibayak inilah yang menjadi kepala
ataupun pemimpin di daerahnya. Sisitem ini lebih dikenal dengan Raja Berempat
dimana ada empat Sibayak yaitu Sibayak Lingga yang kedudukannya di kampung
Lingga, Sibayak Suka yang kedudukannya di kampung Suka, Sibayak Barus Jahe
kedudukannya di kampung Barus Jahe, Sibayak Sarinembah berkedudukan di
kampung Sarinembah. Masing- masing Sibayak ini juga memiliki luas kekuasaan
yang berbeda pula.
Susunan pemerintahan di Tanah Karo pada masa penjajahan Belanda
3
dibantu oleh seorang Aspiran Konteler dari pegawai Gurbenmen yang
membawahkan Raja Berempat atupun lebih dikenal dengan Sibayak. Para
Sibayak ini, membawahi beberapa Raja Urung dan Raja Urung mengepalai suatu
daerah Urung. Di bawah raja Urung terdapat Pengulu-pengulu Kesain di tiap-tiap
kampung, dan dari pengulu kampung inilah baru sampai ke pemeintahan paling
kecil yaitu masyarakat suku Karo
Dari uraian diatas terlihat bahwa Belanda memecah masyarakat suku Karo
dengan politik Devide ed Impera. Pemerintah Kolonial Belanda mempunyai
konsep bahwa suku Bangsa Karo itu harus dipecah-pecah supaya keutuhan pola
kebudayaan Panca Marga atau Marga Silima itu dapat di obrak-abrik sampai
hancur dan diperbaharui dengan pola kebudayaan baru yang sesuai dengan
pandangan hidup bangsa penjajah.
Tata susila Karo yang mencerminkan kepribadin yaang jujur dan anti
segala bentuk penjajahan, yang menurut pemerintah Belanda harus direvisi
dengan segala cara dan siasat supaya masyarakat Karo setidak-tidaknya jinak
terhadap penjajahan Belanda. Itulah siasat politik kolonial Belanda pada jaman
tempo dulu guna memecah-belah masyarakat Karo.
Dari semua hal tersebut, maka penulis merasa tertarik akan membahas
mengenai bagaimana sebenarnya sistem Sibayak di Tanah Karo pada masa
Kolonial Belanda dan mengapa sistem ini hilang setelah kemerdekaan 1945. Oleh
karena itu, maka peneliti mengangkat judul penelitian PENGHAPUSAN
SISITEM SIBAYAK PADA STRUKTUR PEMERINTAHAN
4
1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi masalah,
yaitu:
1. Latar belakang munculnya sistem Sibayak.
2. Penyebab penghapusan sistem Sibayak.
3. Dampak dari dihapusnya sistem Sibayak pada sistem pemerintahan
masyarakat Karo
1.3. Batasan Masalah
Dikarenakan luasnya masalah yang harus dibahas, yaitu maka peneliti
membatasi masalah kepada “ Penghapusan Sistem Sibayak Pada Struktur
Pemerintahan Masyarakat Suku Karo 1946-1947”.
1.4. Rumusan masalah
1. Apakah latar belakang dari munculnya Sistem Sibayak di Tanah Karo?
2. Apa dampak dari dihapusnya sistem Sibayak pada masyarakat Karo ?
1.5. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya sistem Sibayak di Tanah
Karo
2. Untuk mengetahui dampak dari penghapusan sistem Sibayak pada sistem
5
1.6. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis, sebagai penambah sumber bacaan akan sejarah Suku
Karo.Bagi lembaga Pendidikan,
2. sebagai suatu pengetahuan akan Sejarah Suku Karo dan sebagai sumber
bacaan.
59
BAB V
KESMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh Kesimpulan
sebagai Berikut :
1. Pada waktu kedatangan bangsa Belanda ke tanah Karo, dataran tinggi
Karo mencakup sejumlah Urung yang terdiri dari sejumlah Kuta induk
(antara 10 dan 20), masing-masing terikat dengan sejumlah Kuta kecil
dibawahnya (dusun). Kuta-kuta ini merupakan pencaran dari kuta asal.
Selain urung, di dataran tinggi Karo mencakup delapan kuta mandiri
dimana kebanyakan dari kuta ini juga terbagi dalam Kesain.
Masing-masing kesain memiliki namanya sendiri, “Pemimpin“ sendiri (pengulu
Kesain) dan wilayahnya sendiri. Pemimpin-pemimpin yang menjalankan
kekuasaan secara umum disebut raja, yang sifatnya turun temurun yang
diberi gelar Sibayak
2. Setelah bangsa Belanda berhasil menguasai dataran Tinggi Karo, maka
pihak Kolonial Belanda membentuk oderofdeeling Karolanden dimana
Tanah Karo ditetapkan sebagai Afdeling (Kabupaten Karo).
3. Untuk menyederhanakan pemerintahan di dataran tinggi Karo maka
pemerintah Belanda Mengurangi jumlah Urung dengan bertumpu pada
raja berempat atupun lebih kenal dengan Sibayak. Dengan diangkatnya
Sibayak ini maka praktis pemerintahan di Tanah Karo berlaku Sistem
60
sejumlah urung. Sistem tersebut bertujuan untuk memperkuat kesatuan
pemerintahan dan pengadilan di dataran tinggi Karo.
4. Sistem Sibayak tidak dihapuskan melainkan berganti menjadi demokrasi.
Terkhusus di kerajaan Lingga, setelah pulang dari pengungsiam pada
tahun 1947 raja mereka Pa Kelelong (sibayak Lingga pada masa itu) tidak
kembali ke Desa Lingga. Sehingga dapat dikatakan pemerintahan Sibayak
tidak dihapuskan melainkan menghilang setelah dikenalnya sistem
demokrasi di Tanah Karo.
5. Setelah berakhirnya sistem Sibayak maka sistem Demokrasi diterima
dengan baik guna menjalankan pemerintahan di Tanah Karo dilihat dari
cara dilakukannnya pemilu guna menentukan pemimpin yang baru
sesudah Sibayak.
6. Selain berubahnya Sibayak sebagai pemimpin tertinggi di Tanah Karo
beralih ketangan seorang Bupati, hal ini juga berlaku pada status posisi
urung yang digantikan menjadi luhak dan setelah keputusan sidang
Komite Nasional Indonesia Tanah Karo pada 1 Mei 1946 posisi luhak
digantikan oleh Camat.
5.2 Saran
1. Sekiranya masyarakat Karo dapat lebih mengenal sejarah sistem
pemerintahan yang pernah ada di Tanah Karo. Hal ini sangat perlu
dikarenakan sejarah merupakan satu identitas penting dalam kehidupan
61
2. Bagi peneliti yang hendak mengupas lebih lanjut sejarah perjalanan Sistem
pemerintahan Sibayak di Tanah Karo, sekiranya dapat dilengkapi karena
peneliti merasa masih banyak ruang kosong dari penelitian ini.
3. Sekiranya generasi muda Karo bisa mengkaji lebih dalam lagi mengenai
ke-empat Sibayak yang pernah ada di Tanah Karo guna melengkapi
pengetahuan kita akan Sibayak di Tanah Karo.
4. Bagi masyarakat Lingga, kiranya dapat mengabadikan bagaimana
perjalanan kerajaan Sibayak Lingga dikarenakan dalam proses penelitian
hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui bagaimana sejarah
DAFRTAR PUSTAKA
Bangun, Teridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: Inti Idayu Pers.
Bangun, Teridah. 2005. Karo dalam Perobahan Sosial. Jakarta: Yayasan Lau Simalem.
Bps.2015.Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka 2015.Berastagi: BPS
Ginting,Biak.2002. Sejarah Perjuangan Suku Karo Dan Dari Perang Medan
Area. Medan: Ravi Bina
Ginting, Sada Kata.2014. Ranan adat. Kabanjahe: Yayasan Merga Silima.
Koentjaranigrat. 2011. Pengantar antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.
Perret,Daniel.2010.Kolonialisme Dan Etnisitas.Jakarta: Gramedia
Putro, Brahma.1979. Karo dari zaman Ke Zaman. Medan: Ulih Saber.
Reid, Anthony.1987.Perjuangan Rakyat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sinar,Luckman.2006.Bangun Dan Runtuhnya Kerajaan Melayu Di Sumatra
Timur.Medan: Yayasan Kesultanan Serdang.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Tarigan,Sarjani.Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam BerbudayaMedan
Tarigan,Sarjani.2011. Kepercayaan Orang Karo.Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.
Tarigan,Sarjani.2014.Sekilas Sejarah Pemerintahan Tanah karo. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.
Tarigan, Sarjani. 2014.Pengadilan Keradjaan Pemerintah Tanah Tinggi Karo
Doeloe.Medan: Balai Adat Karo Indonesia.