• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGHAPUSAN SISTEM SIBAYAK PADA STUKTUR PEMERINTAHAN MASYARAKAT KARO 1946 -1947.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGHAPUSAN SISTEM SIBAYAK PADA STUKTUR PEMERINTAHAN MASYARAKAT KARO 1946 -1947."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGHAPUSAN SISTEM SIBAYAK

PADA STUKTUR PEMERINTAHAN

MASYARAKAT KARO

1946 -1947

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JEFFRY PRANATA BARUS 3123121025

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

JEFFRY PRANATA BARUS, NIM: 3123121025 PENGHAPUSA SISTEM SIBAYAK PADA STRUKTRUR PEMERINTAHAN MASYARAKAT KARO 1946-1947. SKRIPSI, PROGRAM STUDY PENDIDIKAN SEJARAH, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimna perjalanan pemerintahan Sibayak hingga di hapusnya sistem pemerintahan Sibayak di Tanah Karo berganti menjadi sistem Demokrasi pada masa setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dan juga untuk mengeatui bagaimana struk pemerintahan Karo setealah tidak menggunakan sistem Sibayak lagi.Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah Kualitatif, dimana hasil wawancara (interview Research) dengan narasumber yaitu beberapa masyarakat Lingga yang mengetahui tentang sistem pemerintahan Sibayak di Tanah Karo sesudah kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dikumpulkan dan dideskripsikan, kemudian ditambah dengan Study Pustaka (Library Reaserch) dengan menambahkan kutipan dari sumber-sumber buku yang berkaitan dengan Sibayak di Tanah Karo. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa sitem pemerintahan Sibayak sudah ada sebelum datangnya bangsa Belanda, namun guna menyederhanakan sistem pemerintahan di tanah Koloni mereka, maka Belanda mengangkat empat Sibayak guna memimpin Tanah Karo dengan luas kekuasaan yang berbeda pula. Menghilangnya sistem Sibayak di Tanah Karo tidak sepenuhnya dihapuskan oleh pemerintah, walaupu ada kaitannya perubahan sistem kekuasaan ini dengan revolusi sosial di Sumatra Timur. Bergantinya sistem Sibayak menjadi sistem demokrasi di Tanah Karo lebih pada dikarenakan raja yang memerintah tidak kembali ke desa tempat ia menjadi seorang Sibayak dikarenakan ditahan dan di asingkan sehingga secara otomatis sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi dipilih masyarakat Karo sebagai sistem pemerintahan yang baru. Begitu. Selain itu juga dikarenakan adanya Sibayak yang tidak terkena dampak dari revolusi sosial yaitu Sibayak Suka.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis sampaikan dan panjatkan kepada Tuhan Yesus

Kristus atas kasih dan karunianya serta segala berkat sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan

dalam rangka memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Skripsi ini berjudul “ Perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan 1906-2015”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik moril, waktu maupun

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Secara khusus

penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan (UNIMED) .

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Drs.Yushar Tanjung, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Sejarah

4. Bapak Syahrul Nizar Saragih, S.Hum, M.A, selaku Sekretaris Jurusan

Pendidikan Sejarah.

5. Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi

Penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

arahan, rencana penelitian serta pengertian sejak awal sampai selesainya

penulisan skripsi ini.

6. Ibu Ika Purnama Sari, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik

(PA) dan selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan

masukan serta saran-saran terhadap skripsi penulis agar lebih baik lagi.

7. Bapak Drs. Yushar Tanjung,M.Si, selaku Ketua jurusan sekaligus dosen

pemberi saran dan penguji yang telah memberikan masukan dan saran

(7)

8. Bapak Dr. Hidayat,M.Si, M.Pd, selaku dosen pemberi saran dan penguji

yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis agar skripsi ini

lebih baik lagi.

9. Bapak dan Ibu Staf Pengajar di Jurusan Pendidikan Sejarah, yang telah

memberikan bekal ilmu yang sangat berlimpah bagi penulis selama belajar

di Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed.

10. Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua:

Bapak Y.G Barus dan Ibu S. Br Sembiring. Terimakasih untuk Ibuku yang

selama ini memberikan dukungan dengan tulus, membimbing dan

memenuhi semua kebutuhan selama menempuh perkuliahan serta selalu

mendoakan dan memberi semangat.terimaksih juga kepada kedua adik

saya Yani Constantia br Barus dan Meysia Br barus yang selalu

mendoakan saya.

11. Bapak Persadaan Karo-karo, Tersek Ginting dan Pamon Sinulingga yang

telah memberikan saya waktu dan informasi akan kajian penelitian saya

sehingga penulisan skripsi ini bisa diselesaikan dengan benar.

12. Bapak dan Ibu masyarakat Lingga yang telah memberikan banyak

Informasi kepada penulis sehingga penulis mendapatkan data-data yang

diperlukan selama melakukan penelitian di Desa Lingga.

13. Teman-teman terbaikku Reguler B 2012 yang selalu memberikan kesan

dan pesan luar biasa. Tuhan sangat baik karena sudah menempatkanku

diantara kalian, canda tawa, tangis, perdebatan, perselisihan, kerjasama

dan pengalaman, yang sudah kita jalani bersama akan menjadi hal yang

selalu kurindukan.

14. Seluruh Teman-Teman di IMKA RUDANG MAYANG UNIMED yang

tak bisa saya sebutkan satu-persatu terkhusus komisariat IMKA FIS, saya

ucakpan banyak terimakasih atas masuka-masukan teman-teman semua

terkusus saat penentuan judul skripsi saya.

15. Temanku Kiki br Yolanda Kaban, Fitri br Barus dan Eva br Ginting yang

(8)

16. Teman-teman saya di kos 87B, Rio Barus, Rio Sembiring, Odi Bangun,

Iqbal Siregar dan Dede Bangun yang selalu memberi saya dukungan,

hiburan saat proses pengerjaan skripsi ini.

17. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu

yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan perkuliahan ini.

Penulis sangat menyadari masih sangat banyak kekurangan dari segi isi

maupun dari tata bahasa dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan

skripsi ini. Penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan khususnya Pendidikan Jurusan Sejarah Unimed.

Medan, September 2016 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kajian Pustaka... 6

2.2 Kerangka Konseptual... ... 9

2.2.1 Konsep Sibayak ... 9

2.2.2 Sibayak Pada Masa Penjajahan Jepang ... 11

2.2.3 Sibayak Pada Masa Awal Kemerdekaan 1945 ... 13

2.2.4 Konsep Masyarakat... ... 14

2.2.5 Konsep Sejarah Suku Karo... ... 15

2.2.6 Konsep Sistem Pemerinthan Suku Karo... ... 18

2.3. Kerangka Berpikir... 21

2.4. Hipotesis... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Metode Penelitian... 22

3.2 Lokasi Penelitian... 22

(10)

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 23

3.5 Teknik Analisis Data... 23

BAB IV Pembahasan. ... 27

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 27

4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Karo ... 27

4.1.2 Keadaan Sosial .. ... 27

4.1.3 Pemerintahan .. ... 30

4.1.4 Bentuk Dan Susunan Pemerintahan Daerah ... 33

4.1.5 Lokasi dan Keadaan Geografis Kecamatan Simpang Empar... 36

4.1.6 Sekilas Tentang Desa Lingga ... 40

4.2 Hasil Penelitian ... 42

4.2.1 Latar Belakang munculnya Sibayak Lingga Di Tanah Karo ... 42

4.2.1.1 Munculnya Sistem Pemerintahan Sibayak Di Tanah Karo... 46

4.2.2 Latar Belakang Dihapusnya Sistem Sibayak Pada Struktur Pemerintahan Masyarakat Karo ... 50

4.3 Dampak Dari Menghilangnya Sistem Sibayak Pada Struktur Pemerintahan Masyarakat Karo ... 54

BAB V Kesimpulan Dan Saran ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nama Para Bupati Karo... 34

Tabel 2 Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan

Simpang Empat 2015... 36

Tabel 3 Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di

Kecamatan Simpang Empat,2014... 38

Tabel 4 Tinggi Wilayah Di Atas Permukaan Laut(DPL)

Menurut Desa/Kelurahan, PODES 2014... 39

Tabel 5 Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Kantor Kepala

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pada tahun 1862, sejak bangsa Belanda yang bernama Neunheys di ijinkan

Sultan Mahmud membuka perkebunan tembakau disekitar Titi Papan dekat

Labuhan, suku bangsa Karo merasa terancam oleh expansi kolonial Belanda dan

sejak mulai tahun 1872, secara terang-terangan melakukan expansi ke seluruh

dataran tinggi Karo secara terus- menerus sampai tahun 1907.

Begitu juga setelah gugurnya Panglima Nabung Surbakti tahun 1907 dan

hancurnya Pasukan Panglima Kiras Bangun bersama seluruh pasukan-pasukan

Silimin Sibayak Baturaden yang bermarga Sinulingga, barulah Pemerintah

Belanda merasa Aman di daerah Karo. Sewaktu Belanda datang, masyarakat suku

karo masih merupakan masyarakat yang murni tradisional. Susunan prekonomian

dan kebudayaan masih bersifat agraris. Kondisi tanah yang subur menyebabkan

masyarakatnya bersifat berswasembada. Hanya beberapa jenis kebutuhan yang

dimasukkan dari daerah luar seperti Garam, sedangkan kebutuhan lainnya

diproduksi hanya untuk kebutuhan sendiri.

Begitupun dalam hal perdagangan, hampir tidak dikenal. Walaupun ada,

hanya dalam bentuk barter saja. Jenis dan jumlah kebutuhan yang tidak pernah

bertambah, inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi statis. Anggota

masyarakat menerima keadaan yang statis ini sebagai suatau hal yang wajar.

Perubahan ke arah yang lebih baik, maupun kemungkinan ke arah itu tidak pernah

(13)

2

Setelah mengalami kontak dengan Belanda, pandangan masyarakat Karo

lebih terbuka. Kedatangan Belanda sendiri membawa serta perubahan sosial yang

bersifat fundamental, terutama dalam bidang pemerintahan dengan digesernya

kekuasaan dari tangan masyarakat Suku Karo ke tangan pemerintahan Belanda.

Perubahan lainnya yang diadakan Belanda hanyalah dalam rangka penegakan

kekuasaaan pemerintah Kolonial di seluruh dataran tinggi karo. Namun dalam

perubahan tersebut, terselip pula benih-benih perubahan yang pada waktunya

kelak akan berkembang menjadi perubahan yang membawa manfaat kepada

masyarakat Karo seperti dibukanya Jalan- jalan seperti jalan Kabanjahe- Medan.

Jauh sesudah pemerintah Kolonial Belanda menjalankan kekuasaan di

Tanah Karo, yaitu mulai 1911, barulah pemerintah Belanda menjalanakan

penetapan batas-batas Administrasi Pemerintahaan sejalan dengan dengan siasat

Politik Divide ed Impera yaitu dengan memecah belah masyarakat suku Karo.

Dalam menjalankan siasatnya tersebut, maka di Tanah Karo dibentuk

sistem Sibayak. Diamana yang diberi gelar Sibayak inilah yang menjadi kepala

ataupun pemimpin di daerahnya. Sisitem ini lebih dikenal dengan Raja Berempat

dimana ada empat Sibayak yaitu Sibayak Lingga yang kedudukannya di kampung

Lingga, Sibayak Suka yang kedudukannya di kampung Suka, Sibayak Barus Jahe

kedudukannya di kampung Barus Jahe, Sibayak Sarinembah berkedudukan di

kampung Sarinembah. Masing- masing Sibayak ini juga memiliki luas kekuasaan

yang berbeda pula.

Susunan pemerintahan di Tanah Karo pada masa penjajahan Belanda

(14)

3

dibantu oleh seorang Aspiran Konteler dari pegawai Gurbenmen yang

membawahkan Raja Berempat atupun lebih dikenal dengan Sibayak. Para

Sibayak ini, membawahi beberapa Raja Urung dan Raja Urung mengepalai suatu

daerah Urung. Di bawah raja Urung terdapat Pengulu-pengulu Kesain di tiap-tiap

kampung, dan dari pengulu kampung inilah baru sampai ke pemeintahan paling

kecil yaitu masyarakat suku Karo

Dari uraian diatas terlihat bahwa Belanda memecah masyarakat suku Karo

dengan politik Devide ed Impera. Pemerintah Kolonial Belanda mempunyai

konsep bahwa suku Bangsa Karo itu harus dipecah-pecah supaya keutuhan pola

kebudayaan Panca Marga atau Marga Silima itu dapat di obrak-abrik sampai

hancur dan diperbaharui dengan pola kebudayaan baru yang sesuai dengan

pandangan hidup bangsa penjajah.

Tata susila Karo yang mencerminkan kepribadin yaang jujur dan anti

segala bentuk penjajahan, yang menurut pemerintah Belanda harus direvisi

dengan segala cara dan siasat supaya masyarakat Karo setidak-tidaknya jinak

terhadap penjajahan Belanda. Itulah siasat politik kolonial Belanda pada jaman

tempo dulu guna memecah-belah masyarakat Karo.

Dari semua hal tersebut, maka penulis merasa tertarik akan membahas

mengenai bagaimana sebenarnya sistem Sibayak di Tanah Karo pada masa

Kolonial Belanda dan mengapa sistem ini hilang setelah kemerdekaan 1945. Oleh

karena itu, maka peneliti mengangkat judul penelitian PENGHAPUSAN

SISITEM SIBAYAK PADA STRUKTUR PEMERINTAHAN

(15)

4

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi masalah,

yaitu:

1. Latar belakang munculnya sistem Sibayak.

2. Penyebab penghapusan sistem Sibayak.

3. Dampak dari dihapusnya sistem Sibayak pada sistem pemerintahan

masyarakat Karo

1.3. Batasan Masalah

Dikarenakan luasnya masalah yang harus dibahas, yaitu maka peneliti

membatasi masalah kepada “ Penghapusan Sistem Sibayak Pada Struktur

Pemerintahan Masyarakat Suku Karo 1946-1947”.

1.4. Rumusan masalah

1. Apakah latar belakang dari munculnya Sistem Sibayak di Tanah Karo?

2. Apa dampak dari dihapusnya sistem Sibayak pada masyarakat Karo ?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya sistem Sibayak di Tanah

Karo

2. Untuk mengetahui dampak dari penghapusan sistem Sibayak pada sistem

(16)

5

1.6. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis, sebagai penambah sumber bacaan akan sejarah Suku

Karo.Bagi lembaga Pendidikan,

2. sebagai suatu pengetahuan akan Sejarah Suku Karo dan sebagai sumber

bacaan.

(17)

59

BAB V

KESMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh Kesimpulan

sebagai Berikut :

1. Pada waktu kedatangan bangsa Belanda ke tanah Karo, dataran tinggi

Karo mencakup sejumlah Urung yang terdiri dari sejumlah Kuta induk

(antara 10 dan 20), masing-masing terikat dengan sejumlah Kuta kecil

dibawahnya (dusun). Kuta-kuta ini merupakan pencaran dari kuta asal.

Selain urung, di dataran tinggi Karo mencakup delapan kuta mandiri

dimana kebanyakan dari kuta ini juga terbagi dalam Kesain.

Masing-masing kesain memiliki namanya sendiri, “Pemimpin“ sendiri (pengulu

Kesain) dan wilayahnya sendiri. Pemimpin-pemimpin yang menjalankan

kekuasaan secara umum disebut raja, yang sifatnya turun temurun yang

diberi gelar Sibayak

2. Setelah bangsa Belanda berhasil menguasai dataran Tinggi Karo, maka

pihak Kolonial Belanda membentuk oderofdeeling Karolanden dimana

Tanah Karo ditetapkan sebagai Afdeling (Kabupaten Karo).

3. Untuk menyederhanakan pemerintahan di dataran tinggi Karo maka

pemerintah Belanda Mengurangi jumlah Urung dengan bertumpu pada

raja berempat atupun lebih kenal dengan Sibayak. Dengan diangkatnya

Sibayak ini maka praktis pemerintahan di Tanah Karo berlaku Sistem

(18)

60

sejumlah urung. Sistem tersebut bertujuan untuk memperkuat kesatuan

pemerintahan dan pengadilan di dataran tinggi Karo.

4. Sistem Sibayak tidak dihapuskan melainkan berganti menjadi demokrasi.

Terkhusus di kerajaan Lingga, setelah pulang dari pengungsiam pada

tahun 1947 raja mereka Pa Kelelong (sibayak Lingga pada masa itu) tidak

kembali ke Desa Lingga. Sehingga dapat dikatakan pemerintahan Sibayak

tidak dihapuskan melainkan menghilang setelah dikenalnya sistem

demokrasi di Tanah Karo.

5. Setelah berakhirnya sistem Sibayak maka sistem Demokrasi diterima

dengan baik guna menjalankan pemerintahan di Tanah Karo dilihat dari

cara dilakukannnya pemilu guna menentukan pemimpin yang baru

sesudah Sibayak.

6. Selain berubahnya Sibayak sebagai pemimpin tertinggi di Tanah Karo

beralih ketangan seorang Bupati, hal ini juga berlaku pada status posisi

urung yang digantikan menjadi luhak dan setelah keputusan sidang

Komite Nasional Indonesia Tanah Karo pada 1 Mei 1946 posisi luhak

digantikan oleh Camat.

5.2 Saran

1. Sekiranya masyarakat Karo dapat lebih mengenal sejarah sistem

pemerintahan yang pernah ada di Tanah Karo. Hal ini sangat perlu

dikarenakan sejarah merupakan satu identitas penting dalam kehidupan

(19)

61

2. Bagi peneliti yang hendak mengupas lebih lanjut sejarah perjalanan Sistem

pemerintahan Sibayak di Tanah Karo, sekiranya dapat dilengkapi karena

peneliti merasa masih banyak ruang kosong dari penelitian ini.

3. Sekiranya generasi muda Karo bisa mengkaji lebih dalam lagi mengenai

ke-empat Sibayak yang pernah ada di Tanah Karo guna melengkapi

pengetahuan kita akan Sibayak di Tanah Karo.

4. Bagi masyarakat Lingga, kiranya dapat mengabadikan bagaimana

perjalanan kerajaan Sibayak Lingga dikarenakan dalam proses penelitian

hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui bagaimana sejarah

(20)

DAFRTAR PUSTAKA

Bangun, Teridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: Inti Idayu Pers.

Bangun, Teridah. 2005. Karo dalam Perobahan Sosial. Jakarta: Yayasan Lau Simalem.

Bps.2015.Kecamatan Simpang Empat Dalam Angka 2015.Berastagi: BPS

Ginting,Biak.2002. Sejarah Perjuangan Suku Karo Dan Dari Perang Medan

Area. Medan: Ravi Bina

Ginting, Sada Kata.2014. Ranan adat. Kabanjahe: Yayasan Merga Silima.

Koentjaranigrat. 2011. Pengantar antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.

Perret,Daniel.2010.Kolonialisme Dan Etnisitas.Jakarta: Gramedia

Putro, Brahma.1979. Karo dari zaman Ke Zaman. Medan: Ulih Saber.

Reid, Anthony.1987.Perjuangan Rakyat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sinar,Luckman.2006.Bangun Dan Runtuhnya Kerajaan Melayu Di Sumatra

Timur.Medan: Yayasan Kesultanan Serdang.

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Tarigan,Sarjani.Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam BerbudayaMedan

Tarigan,Sarjani.2011. Kepercayaan Orang Karo.Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.

Tarigan,Sarjani.2014.Sekilas Sejarah Pemerintahan Tanah karo. Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia.

Tarigan, Sarjani. 2014.Pengadilan Keradjaan Pemerintah Tanah Tinggi Karo

Doeloe.Medan: Balai Adat Karo Indonesia.

Gambar

Tabel 1Nama Para Bupati Karo.......................................

Referensi

Dokumen terkait

Umi Qurrota Ayun, A210080056. Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan dari

Dalam rangka kelancaran pembuktian Kualifikasi untuk Pekerjaan Supervisi Lanjutan Pembangunan Gereja Ora Et Labora UNKRIP, Palangka Raya, maka Panitia Pengadaan akan

Therefore, the exploration of seychellene bioactivity be svppotted ]n .rilico analyzes with docking single and cluster seychellene, alpha- guaiene, and alpha-butnesene

e-commerce merupakan kegiatan umum yang diaplikasikan oleh user dan pada umumnya orang berfikir bahwa e-commerce adalah on-line shopping yaitu berbelanja dan membeli suatu barang

[r]

Bagi pengguna internet terutama yang masih duduk dibangku sekolah, tata surya merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang mereka pelajari disekolah. Hal itu mendorong

[r]

Seiring dengan kemajuan teknologi dalam bidang komputerisasi yang sangat pesat, maka penulis berniat untuk memberikan metode baru untuk mempelajari kord gitar dengan menggunakan