i ABSTRAK
Hasanah. Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika dan Minat Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika dan minat belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran berbasis masalah dan untuk melihat interaksi antara kemampuan awal dan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika dan minat belajar siswa. Jenis penelitian eksperimen semu dengan sampel penelitian sebanyak 23 siswa pada kelas eksperimen dan 24 siswa pada kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan awal, tes kemampuan pemahaman konsep matematika dan angket minat belajar. Data yang diperoleh dianalisis dengan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa (2) peningkatan minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa (3) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep (4) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal dengan pembelajaran terhadap peningkatan minat belajar siswa.
ii ABSTRACT
Hasanah. Increasing Mathematics Concept Understanding Ability and Learning Interest of Student Through Problem Based Learning at Class IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II. Thesis. Post Graduate Program State University Of Medan, 2016.
The research aims to know increasing the mathematics concept understanding ability and learning interest of student after the implementation of problem-based learning and to see the interaction between early skills and learning to increasing mathematics concept understanding ability and learning interest of student. The design of this research was quasi-experimental. There were 47 students as the sample of this study containing 23 students at experiment class and 24 students at control class. The instruments is used consist of the test early mathematics skills, the test mathematics concept understanding ability and the questionnarie learning interest. The data were analyzed by applying two ways analysis of variance (ANOVA). The result showed that (1) The increasing the mathematics concept understanding ability taught by using problem based learning was higher than that taught by using usual learning (2) The increasing learning interest of student taught by using problem based learning was higher than that taught by using usual learning (3) There was no interaction between early mathematics skills and learning with increasing the mathematics concept understanding ability (4) There was no interaction between early mathematics skills and learning with increasing learning interest of student.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil „aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: “Peningkatan Pemahaman Konsep
Matematika dan Minat Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan segala ketulusannya baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan tersebut dengan kebaikan yang lebih banyak. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Terutama kepada Ayahanda Hujni, S.Pd.I dan Ibunda Supini, S.Pd.I serta adik-adikku Dina Khairika, S.Pd dan Farhan Abdul Ghani yang telah memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan serta dorongan selama pendidikan hingga terselesaikannya studi ini.
iv
3. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis mulai awal penyusunan sampai tesis ini selesai.
4. Bapak Dr. Zulkifli Matondang, M.Si, sebagai Pembimbing II yang telah mengarahkan dan memberikan motivasi yang sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.
5. Bapak Dr. Deny Setiawan M.Si, selaku Ketua Prodi Pendidikan Dasar Pascasarjana UNIMED yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
7. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna dan membantu penulis selama menjalani pendidikan.
9. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.
v
11.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.
Medan, Maret 2016 Penulis
vi
2.1.1.Kemampuan Pemahaman Konsep ... 16
2.1.2.Minat Belajar... 19
2.1.3.Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 25
2.1.4.Pembelajaran Biasa ... 32
2.1.5.Perbedaan PBM dengan Pembelajaran Biasa ... 35
2.1.6.Kemampuan Awal... 36
2.1.7.Teori Belajar yang Mendukung ... 38
2.1.8.Hasil Penelitian yang Relevan ... 41
2.2.Kerangka Konseptual ... 43
2.3.Hipotesis Penelitian ... 50
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 51
3.2.Lokasi Penelitian... 51
3.3.Populasi dan Sampel... 51
3.4.Variabel Penelitian ... 53
3.5.Defenisi Operasional Variabel ... 54
3.6.Desain Penelitian ... 55
3.7.Instrumen Penelitian ... 56
3.7.1.Tes Kemampuan Kemampuan Awal ... 57
3.7.2.Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 59
3.7.3.Angket Minat Belajar ... 61
vii
3.9.Prosedur Penelitian ... 68
3.10 Teknik Analisis Data ... 69
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 75
4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal ... 75
4.1.1.1 Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 76
4.1.2. Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 82
4.1.2.1 Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 82
4.1.3. Deskripsi Minat Belajar Siswa ... 84
4.1.3.1 Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 85
4.1.4. Hasil Uji Persyaratan Hipotesis ... 86
4.1.4.1 Uji Normalitas ... 86
4.1.4.2 Uji Homogenitas ... 87
4.1.5. Pengujian Hipotesis Statistik ... 88
4.1.5.1 Hipotesis Statistik Pertama ... 89
4.2.3. Kemampuan Pemahaman Konsep ... 98
4.2.4. Minat Belajar Siswa ... 101
4.2.5. Interaksi antara kemampuan awal dan pembelajaran terhadap pemahaman konsep ... 102
4.2.6. Interaksi antara kemampuan awal dan pembelajaran terhadap minat belajar ... 104
4.2.7. Keterbatasan Penelitian ... 106
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 108
5.2. Saran ... 109
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ulangan Midsemester Genap Matematika
Kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II ... 9
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 28
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Biasa ... 34
Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Biasa... ... 35
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 55
Tabel 3.2 Model Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Penelitian ... 56
Tabel 3.3 Kriteria pengelompokan KAM ... 58
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 59
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 60
Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Minat Belajar ... 61
Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Angket Minat Belajar ... 61
Tabel 3.8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62
Tabel 3.9 Hasil Validasi Tes Kemampuan Awal ... 63
Tabel 3.10 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... 63
Tabel 3.11 Hasil Kesimpulan Validasi Angket Minat Belajar Siswa... .. 63
Tabel 3.12 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy... 65
Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validitas Item Tes KemampuanAwal... ... 65
Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Validitas Item Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 66
Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian... 68
Tabel 4.1 Rerata dan Simpangan Baku Tes Kemampuan Awal………... 76
Tabel 4.2 Deskripsi Data KAM Siswa Kedua Kelompok Untuk Setiap Kategori KAM ... 78
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Distribusi Data KAM ... 79
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians Kelompok Data KAM ... 80
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata KAM ... 81
Tabel 4.6 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 83
Tabel 4.7 Deskripsi Peningkatan Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 85
ix
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Indeks Gain Kemampuan Pemahaman konsep dan Minat Belajar ... 88 Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep 89 Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 89 Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis Interaksi Kemampuan awal dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman konsep ... 90
Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Interaksi Kemampuan Awal dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 92
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa ... 4
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 69
Gambar 4.1 Rerata dan standar deviasi KAM ... 77
Gambar 4.2 Rerata setiap kategori KAM………. 79
Gambar 4.3 Rerata Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan Pembelajaran dan KAM Siswa ... 83
Gambar 4.4. Diagram Selisih Rerata Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan KAM Siswa dan Pembelajaran…84 Gambar 4.5 Rerata Gain Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pembelajaran dan KAM Siswa...85
Gambar 4.6 Selisih Rerata Gain Minat Belajar Siswa Berdasarkan KAM dan Pembelajaran……….86
Gambar 4.7 Interaksi Antara Kemampuan Awal dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep ... 91
Gambar 4.8 Interaksi Antara Kemampuan Awal dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 92
xi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
1-1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(Eksperimen)... . 115
1-2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kontrol)... . 136
1-3 Lembar Kerja Siswa (LKS)... . 144
2-1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Matematika... 159
2-2 Tes Kemampuan Awal Matematika ... 160
2-3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Awal Matematika ... 161
2-4 Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika... 162
2-5 Kunci Jawaban Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika... 164
2-6 Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 168
2-7 Kunci Jawaban Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 170
2-8 Angket Minat Belajar Siswa... ... 174
3-1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 178
3-2 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS)... 179
3-3 Hasil Validasi Tes Kemampuan Awal ... 180
3-4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... 181
3-5 Hasil Validasi Angket Minat Belajar... .... 182
3-6 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Awal ... 184
3-7 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... ... 186
3-8 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket Minat Belajar... ... 190
4-1 Data Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 192
4-2 Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep... 194
4-3 Indeks Gain Kemampuan Pemahaman Konsep dan Minat Belajar Siswa .. 196
4-4 Data Pretes dan Postes Angket Minat Belajar... .... 198
4-5 Hasil uji T perbedaan rerata kemampuan awal ... 202
4-6 Hasil Uji Persyaratan Hipotesis ... 203
4-7 Hasil Uji Hipotesis... 207
5-1 Dokumentasi Penelitian... 211
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika adalah ilmu realita, dalam artian ilmu yang bermula dari
kehidupan nyata. Selayaknya pembelajarannya dimulai dari sesuatu yang nyata,
dari ilustrasi yang dekat dan mampu dijangkau siswa, dan kemudian
disederhanakan dalam formulasi matematis. Mengajarkan matematika bukan
sekedar menyampaikan aturan-aturan, definisi-definisi, ataupun rumus-rumus
yang sudah jadi. Konsep matematika seharusnya disampaikan bermula pada
kondisi atau permasalahan nyata (Asriani, 2010). Matematika telah menjadi alat
penting dalam berbagai hal. Hampir setiap bidang ilmu dan teknologi memakai
matematika. Dalam realita yang demikian, penguasaan terhadap matematika
menjadi syarat perlu agar dapat mempertahankan eksistensi di era perkembangan
ilmu dan teknologi sekarang ini.
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari Sekolah
Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Hal itu menunjukkan betapa
pentingnya peranan matematika dalam dunia pendidikan dan perkembangan
teknologi sekarang ini. Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan
dasar bagi penerapan konsep matematika pada jenjang berikutnya. Mengingat
pentingnya peranan matematika, upaya untuk meningkatkan sistem
pengajaran matematika selalu menjadi perhatian,khususnya bagi pemerintah dan
ahli pendidikan matematika. Salah satu upaya nyata yang telah dilakukan
pemerintah terlihat pada penyempurnaan kurikulum matematika. Salah satu tujuan
2
pembelajaran matematika yang termaktub dalam Permendiknas Nomor 22 tahun
2006 Tentang Standar Isi, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
Menurut Rohana (2011:111) Dalam memahami konsep matematika
diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan
saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep matematika
masih lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan
Ruseffendi (2006:156) bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar
matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana
sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika
dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal pemahaman konsep
merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika seperti
yang dinyatakan Zulkardi (2003:7) bahwa ”mata pelajaran matematika
menekankan pada konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik
harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan
soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata.
Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis dari yang
paling sederhana ke yang paling kompleks.
Menurut Suherman (2003) matematika bukanlah menjadi mata pelajaran
yang harus dihindari, ada teori belajar matematika yang sebenarnya mudah untuk
dilakukan yaitu memahami konsep dan bukan menghapal rumus, maksudnya teori
3
memahami konsep untuk setiap soal yang diberikan. Walaupun di dalam
matematika ada rumus yang harus dihapal, namun inti dari pelajaran matematika
adalah pemahaman. Seberapa hebat dalam menghafal berbagai rumus matematika,
tidak akan bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami. Pemahaman konsep
menjadi modal utama dalam menguasai pelajaran matematika.
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep
akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap
pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa
memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain
seperti penalaran, komunikasi dan pemecahan masalah. Namun sebagian besar
siswa masih beranggapan bahwa matematika itu sulit, tidak sedikit diantara
mereka menghindari pelajaran matematika, padahal matematika merupakan ilmu
yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari, siswa merasa selalu sulit dalam
memahami matematika walaupun telah mengenal matematika sejak di TK ataupun
SD. Hal demikian terjadi karena siswa kurang memahami konsep dalam
matematika ketika mempelajari matematika itu sendiri. Siswa lebih mengenal
bahwa matematika adalah hal yang rumit, berhubungan dengan lambang-lambang
yang abstrak. Siswa sebaiknya diajak mengalami secara langsung bagaimana
kegiatan matematika dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat memaknai
manfaat matematika dalam kehidupan.
Menurut teori belajar konstruktivisme piaget kegiatan belajar adalah
kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui
pengetahuan sebelumnya (Paul, 1997:33). Hal ini mengandung makna bahwa
4
berkesinambungan, karena konsep matematika yang satu dengan yang lainnya
saling berkaitan, mengakibatkan bahwa penyelesaian matematika mengharuskan
siswa untuk memahami konsep sebelumnya. berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep bagi siswa sangat berperan penting dalam
pembelajaran matematika.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan pemahaman
konsep perlu dimiliki oleh setiap siswa. Namun kenyataannya, kemampuan
pemahaman konsep siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat setelah
dilakukannya studi pendahuluan terhadap siswa MIS Al-Washliyah Tandam Hilir
II Hamparan Perak. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah
tergambar dari beberapa penyelesaian siswa terhadap soal berikut:
Tuliskan dengan kata-katamu sendiri pengertian dari KPK dan FPB !
Gambar 1.1 Contoh jawaban siswa tes pemahaman konsep pendahuluan
Dari contoh lembar jawaban siswa di atas diperoleh, masih banyak siswa
yang tidak mengetahui konsep dasar dari KPK dan FPB. KPK ialah nilai terkecil
dari suatu kelipatan persekutuan 2 bilangan ataupun lebih bilangan. FPB adalah
nilai paling besar dari faktor-faktor persekutuan dari 2 bilangan atau lebih. Maka
dari 45 siswa tidak ada yang mampu menyelesaikan soal tersebut, siswa hanya
menjawab kepanjangan dari singkatan KPK dan FPB, ini menunjukkan rendahnya
5
Selanjutnya siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep
matematika mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep. Sejalan
dengan pemikiran Ruseffendi (1998:157) konsep adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau
kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut. Untuk
mengetahui hal itu, dapat diberikan beberapa contoh dengan jawaban yang benar
dan salah. Jika siswa memiliki pemahaman konsep yang baik maka siswa akan
dapat menentukan contoh dengan jawaban yang benar dan salah dengan
memberikan alasan. Soal berikutnya yang diberikan kepada siswa:
Jika KPK dari pasangan bilangan adalah 12 maka pasangan bilangan yang
dimaksud adalah:
a) 3 dan 5
b) 4 dan 6
c) 6 dan 9
d) 3, 4 dan 6
6
Gambar 1.2 Lembar Jawaban Siswa
Jika FPB dari pasangan bilangan adalah 4 maka pasangan bilangan yang
dimaksud adalah:
a) 12 dan 8
b) 13 dan 7
c) 56 dan 84
d) 35 dan 45
Berikan alasanmu dan tentukan penyelesaiannya!
Gambar 1.3 Lembar Jawaban Siswa
Dari hasil jawaban siswa terlihat lebih jelas bahwa siswa masih belum
mengetahui konsep dasar dari KPK dan FPB. Masih banyak siswa tidak dapat
menentukan yang mana KPK dan FPB, dimana dari 45 orang siswa hanya 6 orang
7
Untuk mencapai pemahaman konsep peserta didik dalam matematika
bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman terhadap suatu konsep
matematika dilakukan secara individual. Setiap peserta didik mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep-konsep matematika. Namun
demikian peningkatan pemahaman konsep matematika perlu diupayakan demi
keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut, guru dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain
pembelajaran matematika dengan metode, teori atau pendekatan yang mampu
menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. Menurut Susilo
(dalam Susanto: 2013) guru matematika yang baik adalah guru yang mampu
mengatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran didalam kelas secara
bijaksana. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi
sangat tergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat
menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik
awal berhasilnya pembelajaran.
Pemahaman konsep juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi
yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk
mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan (Hudoyo : 1985) yang
menyatakan: “Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat
dipahami peserta didik“. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil
membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang
8
Tingkat pemahaman suatu materi antara siswa yang satu dengan siswa
yang lain berbeda-beda. Ada siswa yang daya serapnya tinggi dan ada pula siswa
yang membutuhkan waktu lama untuk memahami suatu materi, sehingga ketika
mengerjakan soal siswa merasa kesulitan karena kurang memiliki bekal
pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan
hasil pengamatan, pemahaman konsep matematika kelas IV tergolong rendah.
Mereka lebih cenderung menghafal rumus daripada konsep pembelajarannya.
Peneliti juga menemukan adanya permasalahan lain bagi anak dalam
memperoleh pemahaman konsep matematika yaitu rendahnya minat belajar
matematika. Dari hasil wawancara terhadap salah seorang guru di MIS
Al-Washliyah Tandam Hilir II, mengungkapkan bahwa minat yang ditunjukkan oleh
siswa terhadap pelajaran mulai mengalami kemerosotan, khususnya pada
pelajaran matematika. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang
memperhatikan, siswa lebih banyak asyik dengan kegiatannya sendiri
dibandingkan memperhatikan pelajarannya sehingga guru seringkali
mengingatkan pelajarannya pada saat pembelajaran berlangsung, ketika diberi
tugas untuk mengerjakan soal, siswa cepat sekali menjawab “tidak bisa” “sulit”
sebelum mencoba untuk menjawab soal yang diberikan guru.
Kurangnya minat belajar matematika berakibat rendahnya prestasi yang
dicapai. Idealnya dalam suatu pembelajaran, 80% siswa harus mampu mencapai
nilai diatas batas ketuntasan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
diterapkan sekolah adalah 65. Namun kenyataan yang terjadi pada siswa kelas IV
9
pemahaman konsep belum mencapai KKM. Hal tersebutdapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ulangan Mid Semester Genap Matematika Kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II
IV-A IV-B
UM 63 60
Sumber : Daftar Nilai Kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II T.P. 2014/ 2015
Berdasarkan data di atas, jika rata nilai siswa perkelas di
rata-ratakan maka diperoleh 61,5. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
adalah 65. Bila dibandingkan rata-rata nilai perkelas tersebut dengan KKM,
diperoleh 61,5< 65. Dapat disimpulkan bahwa nilai matematika siswa kelas IV
MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II belum menunjukkan hasil belajar yang baik.
Salah satu cara agar konsep suatu materi dapat terserap dengan baik yaitu
dengan meningkatkan minat belajar siswa. Minat belajar siswa dapat terbentuk
apabila guru mampu memahami dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Model pembelajaran yang sering di temui pada
pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran bercorak “teacher
centered”, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Sehingga guru menjadi
pemeran utama dan kehadirannya menjadi sangat menentukan. Pembelajaran
menjadi tak dapat dilakukan tanpa kehadiran guru. Siswa cenderung pasif dan
tidak berperan selama proses pembelajaran. Sehingga proses yang muncul adalah
“take and give”. Dalam merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa
dengan model standar, yakni pembelajaran yang bermula dari rumus,
10
yang demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk melakukan observasi
(mengamati), eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan aktivitas-aktivitas
lain yang memungkinkan mereka terlibat dan memahami permasalahan yang
sesungguhnya. Model seperti ini yang mengakibatkan matematika bak kumpulan
rumus yang menyeramkan, sulit dipelajari, dan nampak abstrak. Fenomena ini
juga terjadi di MIS AL-Washliyah Tandam Hilir II, dimana guru menjelaskan
materi sementara siswa menjadi penerima informasi yang baik dari guru.
Sehingga siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru dan mengingat
rumus-rumus dan menghapal cara pengerjaan soal yang dilakukan guru. Oleh
karena itu siswa beranggapan bahwa menyelesaikan suatu soal atau permasalahan
matematika cukup dengan mengikuti atau mencontoh apa yang dikerjakan oleh
guru yang menyebabkan pembelajaran yang kurang bermakna sehingga
pemahaman konsep terhadap matematika kurang tercapai dari tujuan
pembelajaran.
Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek
dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai
pendekatan pembelajaran yang inovatif. Ivor K.Davis (dalam Rusman, 2014:229)
mengemukakan bahwa “salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah
melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan
mengajarnya guru”. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat
memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman
belajarnya.
Model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam kelas adalah salah satu
11
(2005 : 107) menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, seyogyanya
bahasan matematika tidak disajikan yang sudah tersusun secara final, melainkan
siswa dapat terlibat aktif di dalam menemukan konsep-konsep, struktur-struktur
sampai kepada teorema atau rumus-rumus. Salah satu model pembelajaran yang
memungkinkan dikembangkannya keterampilan berfikir siswa adalah
pembelajaran berbasis masalah (PBM).
Menurut Arends (dalam Trianto, 2014: 64) pengajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik (nyata) dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran berbasis masalah juga salah satu model pembelajaran yang sangat
dianjurkan dalam kurikulum 2013.
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu pembelajaran yang
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa melalui memecahkan suatu
masalah. Pemberian masalah akan menimbulkan rasa ingin tahu siswa, bagaimana
cara menyelesaikanya, konsep yang bagaimana yang diperlukan untuk
pemecahannya dan metode apa yang tepat digunakan untuk penyelesainya.
Pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas berpikir
dan melakukan sharing ide sesama teman sekelompok untuk mengatasi masalah.
Melalui pembelajaran seperti ini yaitu menganalisis, mencari, menemukan, dan
bekerja dalam berkelompok, siswa tidak akan mudah melupakan konsep
matematika.
Penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran berbasis masalah telah
12
secara keseluruhan siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran
berbasis masalah secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan siswa yang menggunakan
pembelajaran biasa; (2) siswa yang bersikap positif terhadap matematika
mempunyai kemampuan pemahaman matematis secara signifikan lebih baik
dibandingkan siswa yang bersikap negatif terhadap matematika; (3) proses
penyelesaian masalah siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran
berbasis masalah lebih bervariasi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan
pembelajaran biasa; (4) ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran
berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
biasa.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk meneliti “
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Minat belajar
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas IV MIS Al-Washliyah
13
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
penelitian ini dapat diidentifikasi, adalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru “take and give”, kurang
mengembangkan berbagai model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran,
pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan metode hafalan.
2. Kurangnya interaksi antar siswa.
3. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.
4. Rendahnya minat belajar matematika.
5. Banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika karena matematika
dianggap sulit.
6. Hasil ujian siswa “pemahaman konsep” belum tuntas.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu
dilakukannya pembatasan masalah. Penelitian ini membicarakan kemampuan
pemahaman konsep dan minat belajar siswa terhadap matematika melalui
pembelajaran berbasis masalah dan interaksi antara kemampuan awal dengan
pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan minat
14
1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa?
2. Apakah minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah
lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan minat belajar siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
2. Mengetahui peningkatan minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran
berbasis masalah dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
3. Mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep
15
4. Mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan minat belajar siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan
sekaligus bermanfaat sebagai berikut:
1. Sebagai masukkan bagi guru dalam menentukan pembelajaran yang tepat
dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
optimal yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan minat belajar
siswa.
2. Bagi siswa memberikan variasi pembelajaran matematika untuk memperoleh
pengalaman belajar yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa
lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran matematika.
3. Bagi peneliti penelitian ini sebagai pengalaman langsung dan diharapkan
dapat menambah pengetahuan, khususnya untuk mengetahui sejauh mana
peningkatan pemahaman konsep dan minat belajar siswa setelah dilakukan
108
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan dengan mengacu ke rumusan masalah penelitian. Adapun kesimpulannya antara lain sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
2. Peningkatan minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. 3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal
matematika terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan minat belajar siswa.
109
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka berikut ini beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan pembelajaran berbasis masalah di bidang matematika khususnya. Sarannya adalah sebagai berikut :
1) Kepada Guru
Pembelajaran berbasis masalah pada kemampuan pemahaman konsep matematika dan minat belajar siswa dapat diterapkan pada semua kategori KAM. Oleh karena itu hendaknya pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan sehingga membuat siswa terlatih dalam memecahkan masalah melalui proses memahami masalah dan menyelesaikan masalah
2) Kepada Lembaga terkait
110
3) Kepada Peneliti
111
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M.T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta : Kencana.
Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Arfiyadi. 2012. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). (Online), (http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/2012/08/pembelajaran-berbasis-masalah-pbm_25.html). Diakses 25 Agustus 2012.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara
As’ari, A.R. 1998. Penggunaan Alat Peraga Manipulatif dalam Penanaman Konsep Matematika. Jurnal Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Pengajaran. 27(I):1-13
Asriani, E. 2010. Matematika dan Cara Mengajarkannya. (Online), (http://www. ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=MATEMATIKA%20DAN%20CARA% 20MENGAJARKANNYA&&nomorurut_artikel=448, diakses 13 Juli 2010).
Bell, Frederick H. 1981. Teaching and Learning Mathematics (in Secondary School) IOWA : WnC Brown Comp. Publisher.
Daruisama, N. 2014. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. (Online),
(http://www.idsejarah.net/2014/11/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah.html, diakses 06 November 2014).
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djayadisastra, Y. 1989. Psikologi Perkembangan. Bandung: BPGT.
Djemari, M. 2008. Teknik Penyusunan instrument tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Efendi, M.Y. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Penalaran Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Peluang Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Di SMA Negeri 2 Binjai. Tesis tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.
112
Hake, R. R. 1998. Interactive-engagement vs traditional methods: A six-thousandstudent survey of mechanics test data for introductory physics
courses. American Journal of Physics, (Oline),
(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf, diakses 28 Januari 2015).
Hamalik, O. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.
Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. ISSN : 1907-8838, Jurnal, (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/ JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._I_No._1Januari_2007/6._Tatang_Herman .pdf), diakses 01 Januari 2007).
Hudoyo, H. 1985. Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud.
. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : Universitas Negeri Malang.
Iskandar, H. 2010. Tumbuhkan Minat Kembangkan Bakat, Jakarta: ST Book.
Jainuri, M. 2014. Pemahaman Konsep Matematis. (Online), (http://bolehsaja .net/pemahaman-konsep-matematis/#.VWkl1lJmSKE), diakses 3 Mei 2014.
Juliansyah Noor, 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group.
Jihad, A. dan Haris. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kartono, K. 1995. Bimbingan Belajar di SMU dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kholik, 2011. Metode Pembelajaran Konvensional. (Online),
(https://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/), diakses 8 Nopember 2011.
Marpaung, T. 2014. Peningkatkan Pemahaman Konsep Matematis dan Sikap Terhadap matematika Siswa SMP dengna Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.
Nawari. 2010. Analisis Statistik Dengan MS. Excel 2007 Dan SPSS 17. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Nasution, S. 2002. ”Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar”.
Bandung : PT. Bumi Aksara.
113
Paul, S. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Riyanti. 2012. Pembelajaran Konvensional. (Online), (http://sin-riyanti.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-konvensional_5536.html), diakses 30 Oktober 2012.
Rohana. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman Konsep Mahasiswa FKIP Universitas PGRI. Palembang :Prosiding PGRI.
Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
. 1998. Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Rusman, 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Safari 2005. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: APSI Pusat.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya batak. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya : PPs UNESA.
Siregar, N. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Pengetahuan Prosedural
Matematika Siswa SMP. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta.
. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta.
Subaryana. 2005. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta : IKIP PGRI Wates.
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI.
Suryanto, A. 2009. Evaluasi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
114
Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajara Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.
, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wahyuni, S. 2014. Perbedaan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa SMA antara yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pengajaran langsung. Tesis tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.
Zulkardi. 2003. Pendidikan Matematika di Indonesia : Beberapa Permasalahan dan Upaya Penyelesaiannya. Palembang: Unsri.