• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS IV MIS AL-WASHLIYAH TANDAM HILIR II.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS IV MIS AL-WASHLIYAH TANDAM HILIR II."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

i ABSTRAK

Hasanah. Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika dan Minat Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika dan minat belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran berbasis masalah dan untuk melihat interaksi antara kemampuan awal dan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika dan minat belajar siswa. Jenis penelitian eksperimen semu dengan sampel penelitian sebanyak 23 siswa pada kelas eksperimen dan 24 siswa pada kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan awal, tes kemampuan pemahaman konsep matematika dan angket minat belajar. Data yang diperoleh dianalisis dengan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa (2) peningkatan minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa (3) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal dengan pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep (4) Tidak terdapat interaksi antara kemampuan awal dengan pembelajaran terhadap peningkatan minat belajar siswa.

(5)

ii ABSTRACT

Hasanah. Increasing Mathematics Concept Understanding Ability and Learning Interest of Student Through Problem Based Learning at Class IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II. Thesis. Post Graduate Program State University Of Medan, 2016.

The research aims to know increasing the mathematics concept understanding ability and learning interest of student after the implementation of problem-based learning and to see the interaction between early skills and learning to increasing mathematics concept understanding ability and learning interest of student. The design of this research was quasi-experimental. There were 47 students as the sample of this study containing 23 students at experiment class and 24 students at control class. The instruments is used consist of the test early mathematics skills, the test mathematics concept understanding ability and the questionnarie learning interest. The data were analyzed by applying two ways analysis of variance (ANOVA). The result showed that (1) The increasing the mathematics concept understanding ability taught by using problem based learning was higher than that taught by using usual learning (2) The increasing learning interest of student taught by using problem based learning was higher than that taught by using usual learning (3) There was no interaction between early mathematics skills and learning with increasing the mathematics concept understanding ability (4) There was no interaction between early mathematics skills and learning with increasing learning interest of student.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi robbil „aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: “Peningkatan Pemahaman Konsep

Matematika dan Minat Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan segala ketulusannya baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan tersebut dengan kebaikan yang lebih banyak. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Terutama kepada Ayahanda Hujni, S.Pd.I dan Ibunda Supini, S.Pd.I serta adik-adikku Dina Khairika, S.Pd dan Farhan Abdul Ghani yang telah memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan serta dorongan selama pendidikan hingga terselesaikannya studi ini.

(7)

iv

3. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis mulai awal penyusunan sampai tesis ini selesai.

4. Bapak Dr. Zulkifli Matondang, M.Si, sebagai Pembimbing II yang telah mengarahkan dan memberikan motivasi yang sangat berarti bagi penulis sehingga terselesaikannya tesis ini.

5. Bapak Dr. Deny Setiawan M.Si, selaku Ketua Prodi Pendidikan Dasar Pascasarjana UNIMED yang telah banyak membantu dalam memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna dan membantu penulis selama menjalani pendidikan.

9. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana UNIMED.

(8)

v

11.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.

Medan, Maret 2016 Penulis

(9)

vi

2.1.1.Kemampuan Pemahaman Konsep ... 16

2.1.2.Minat Belajar... 19

2.1.3.Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ... 25

2.1.4.Pembelajaran Biasa ... 32

2.1.5.Perbedaan PBM dengan Pembelajaran Biasa ... 35

2.1.6.Kemampuan Awal... 36

2.1.7.Teori Belajar yang Mendukung ... 38

2.1.8.Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

2.2.Kerangka Konseptual ... 43

2.3.Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 51

3.2.Lokasi Penelitian... 51

3.3.Populasi dan Sampel... 51

3.4.Variabel Penelitian ... 53

3.5.Defenisi Operasional Variabel ... 54

3.6.Desain Penelitian ... 55

3.7.Instrumen Penelitian ... 56

3.7.1.Tes Kemampuan Kemampuan Awal ... 57

3.7.2.Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 59

3.7.3.Angket Minat Belajar ... 61

(10)

vii

3.9.Prosedur Penelitian ... 68

3.10 Teknik Analisis Data ... 69

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 75

4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal ... 75

4.1.1.1 Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 76

4.1.2. Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 82

4.1.2.1 Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 82

4.1.3. Deskripsi Minat Belajar Siswa ... 84

4.1.3.1 Perhitungan Rata-Rata dan Simpangan Baku ... 85

4.1.4. Hasil Uji Persyaratan Hipotesis ... 86

4.1.4.1 Uji Normalitas ... 86

4.1.4.2 Uji Homogenitas ... 87

4.1.5. Pengujian Hipotesis Statistik ... 88

4.1.5.1 Hipotesis Statistik Pertama ... 89

4.2.3. Kemampuan Pemahaman Konsep ... 98

4.2.4. Minat Belajar Siswa ... 101

4.2.5. Interaksi antara kemampuan awal dan pembelajaran terhadap pemahaman konsep ... 102

4.2.6. Interaksi antara kemampuan awal dan pembelajaran terhadap minat belajar ... 104

4.2.7. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 108

5.2. Saran ... 109

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ulangan Midsemester Genap Matematika

Kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II ... 9

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 28

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Biasa ... 34

Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Biasa... ... 35

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 55

Tabel 3.2 Model Weiner Tentang Keterkaitan Antara Variabel Penelitian ... 56

Tabel 3.3 Kriteria pengelompokan KAM ... 58

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 59

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 60

Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Minat Belajar ... 61

Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Angket Minat Belajar ... 61

Tabel 3.8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 62

Tabel 3.9 Hasil Validasi Tes Kemampuan Awal ... 63

Tabel 3.10 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... 63

Tabel 3.11 Hasil Kesimpulan Validasi Angket Minat Belajar Siswa... .. 63

Tabel 3.12 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy... 65

Tabel 3.13 Hasil Perhitungan Validitas Item Tes KemampuanAwal... ... 65

Tabel 3.14 Hasil Perhitungan Validitas Item Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 66

Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian... 68

Tabel 4.1 Rerata dan Simpangan Baku Tes Kemampuan Awal………... 76

Tabel 4.2 Deskripsi Data KAM Siswa Kedua Kelompok Untuk Setiap Kategori KAM ... 78

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Distribusi Data KAM ... 79

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians Kelompok Data KAM ... 80

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rerata KAM ... 81

Tabel 4.6 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 83

Tabel 4.7 Deskripsi Peningkatan Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 85

(12)

ix

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Indeks Gain Kemampuan Pemahaman konsep dan Minat Belajar ... 88 Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep 89 Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 89 Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis Interaksi Kemampuan awal dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman konsep ... 90

Tabel 4.13 Hasil Uji Hipotesis Interaksi Kemampuan Awal dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 92

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa ... 4

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 69

Gambar 4.1 Rerata dan standar deviasi KAM ... 77

Gambar 4.2 Rerata setiap kategori KAM………. 79

Gambar 4.3 Rerata Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan Pembelajaran dan KAM Siswa ... 83

Gambar 4.4. Diagram Selisih Rerata Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan KAM Siswa dan Pembelajaran…84 Gambar 4.5 Rerata Gain Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pembelajaran dan KAM Siswa...85

Gambar 4.6 Selisih Rerata Gain Minat Belajar Siswa Berdasarkan KAM dan Pembelajaran……….86

Gambar 4.7 Interaksi Antara Kemampuan Awal dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep ... 91

Gambar 4.8 Interaksi Antara Kemampuan Awal dan Pembelajaran terhadap Peningkatan Minat Belajar Siswa ... 92

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1-1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(Eksperimen)... . 115

1-2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kontrol)... . 136

1-3 Lembar Kerja Siswa (LKS)... . 144

2-1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Matematika... 159

2-2 Tes Kemampuan Awal Matematika ... 160

2-3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Awal Matematika ... 161

2-4 Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika... 162

2-5 Kunci Jawaban Pretes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika... 164

2-6 Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 168

2-7 Kunci Jawaban Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 170

2-8 Angket Minat Belajar Siswa... ... 174

3-1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 178

3-2 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS)... 179

3-3 Hasil Validasi Tes Kemampuan Awal ... 180

3-4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... 181

3-5 Hasil Validasi Angket Minat Belajar... .... 182

3-6 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Awal ... 184

3-7 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... ... 186

3-8 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Angket Minat Belajar... ... 190

4-1 Data Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 192

4-2 Data Pretes dan Postes Kemampuan Pemahaman Konsep... 194

4-3 Indeks Gain Kemampuan Pemahaman Konsep dan Minat Belajar Siswa .. 196

4-4 Data Pretes dan Postes Angket Minat Belajar... .... 198

4-5 Hasil uji T perbedaan rerata kemampuan awal ... 202

4-6 Hasil Uji Persyaratan Hipotesis ... 203

4-7 Hasil Uji Hipotesis... 207

5-1 Dokumentasi Penelitian... 211

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika adalah ilmu realita, dalam artian ilmu yang bermula dari

kehidupan nyata. Selayaknya pembelajarannya dimulai dari sesuatu yang nyata,

dari ilustrasi yang dekat dan mampu dijangkau siswa, dan kemudian

disederhanakan dalam formulasi matematis. Mengajarkan matematika bukan

sekedar menyampaikan aturan-aturan, definisi-definisi, ataupun rumus-rumus

yang sudah jadi. Konsep matematika seharusnya disampaikan bermula pada

kondisi atau permasalahan nyata (Asriani, 2010). Matematika telah menjadi alat

penting dalam berbagai hal. Hampir setiap bidang ilmu dan teknologi memakai

matematika. Dalam realita yang demikian, penguasaan terhadap matematika

menjadi syarat perlu agar dapat mempertahankan eksistensi di era perkembangan

ilmu dan teknologi sekarang ini.

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari Sekolah

Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Hal itu menunjukkan betapa

pentingnya peranan matematika dalam dunia pendidikan dan perkembangan

teknologi sekarang ini. Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan

dasar bagi penerapan konsep matematika pada jenjang berikutnya. Mengingat

pentingnya peranan matematika, upaya untuk meningkatkan sistem

pengajaran matematika selalu menjadi perhatian,khususnya bagi pemerintah dan

ahli pendidikan matematika. Salah satu upaya nyata yang telah dilakukan

pemerintah terlihat pada penyempurnaan kurikulum matematika. Salah satu tujuan

(16)

2

pembelajaran matematika yang termaktub dalam Permendiknas Nomor 22 tahun

2006 Tentang Standar Isi, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan

memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,

dalam pemecahan masalah.

Menurut Rohana (2011:111) Dalam memahami konsep matematika

diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Sedangkan

saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep – konsep matematika

masih lemah bahkan dipahami dengan keliru. Sebagaimana yang dikemukakan

Ruseffendi (2006:156) bahwa terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar

matematika, tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana

sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika

dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal pemahaman konsep

merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika seperti

yang dinyatakan Zulkardi (2003:7) bahwa ”mata pelajaran matematika

menekankan pada konsep”. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik

harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan

soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata.

Konsep-konsep dalam matematika terorganisasikan secara sistematis dari yang

paling sederhana ke yang paling kompleks.

Menurut Suherman (2003) matematika bukanlah menjadi mata pelajaran

yang harus dihindari, ada teori belajar matematika yang sebenarnya mudah untuk

dilakukan yaitu memahami konsep dan bukan menghapal rumus, maksudnya teori

(17)

3

memahami konsep untuk setiap soal yang diberikan. Walaupun di dalam

matematika ada rumus yang harus dihapal, namun inti dari pelajaran matematika

adalah pemahaman. Seberapa hebat dalam menghafal berbagai rumus matematika,

tidak akan bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami. Pemahaman konsep

menjadi modal utama dalam menguasai pelajaran matematika.

Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep

akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap

pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa

memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain

seperti penalaran, komunikasi dan pemecahan masalah. Namun sebagian besar

siswa masih beranggapan bahwa matematika itu sulit, tidak sedikit diantara

mereka menghindari pelajaran matematika, padahal matematika merupakan ilmu

yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari, siswa merasa selalu sulit dalam

memahami matematika walaupun telah mengenal matematika sejak di TK ataupun

SD. Hal demikian terjadi karena siswa kurang memahami konsep dalam

matematika ketika mempelajari matematika itu sendiri. Siswa lebih mengenal

bahwa matematika adalah hal yang rumit, berhubungan dengan lambang-lambang

yang abstrak. Siswa sebaiknya diajak mengalami secara langsung bagaimana

kegiatan matematika dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat memaknai

manfaat matematika dalam kehidupan.

Menurut teori belajar konstruktivisme piaget kegiatan belajar adalah

kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui

pengetahuan sebelumnya (Paul, 1997:33). Hal ini mengandung makna bahwa

(18)

4

berkesinambungan, karena konsep matematika yang satu dengan yang lainnya

saling berkaitan, mengakibatkan bahwa penyelesaian matematika mengharuskan

siswa untuk memahami konsep sebelumnya. berdasarkan hal tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pemahaman konsep bagi siswa sangat berperan penting dalam

pembelajaran matematika.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan pemahaman

konsep perlu dimiliki oleh setiap siswa. Namun kenyataannya, kemampuan

pemahaman konsep siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat setelah

dilakukannya studi pendahuluan terhadap siswa MIS Al-Washliyah Tandam Hilir

II Hamparan Perak. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah

tergambar dari beberapa penyelesaian siswa terhadap soal berikut:

Tuliskan dengan kata-katamu sendiri pengertian dari KPK dan FPB !

Gambar 1.1 Contoh jawaban siswa tes pemahaman konsep pendahuluan

Dari contoh lembar jawaban siswa di atas diperoleh, masih banyak siswa

yang tidak mengetahui konsep dasar dari KPK dan FPB. KPK ialah nilai terkecil

dari suatu kelipatan persekutuan 2 bilangan ataupun lebih bilangan. FPB adalah

nilai paling besar dari faktor-faktor persekutuan dari 2 bilangan atau lebih. Maka

dari 45 siswa tidak ada yang mampu menyelesaikan soal tersebut, siswa hanya

menjawab kepanjangan dari singkatan KPK dan FPB, ini menunjukkan rendahnya

(19)

5

Selanjutnya siswa yang memiliki kemampuan memahami konsep

matematika mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep. Sejalan

dengan pemikiran Ruseffendi (1998:157) konsep adalah suatu ide abstrak yang

memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau

kejadian itu merupakan contoh dan bukan contoh dari ide tersebut. Untuk

mengetahui hal itu, dapat diberikan beberapa contoh dengan jawaban yang benar

dan salah. Jika siswa memiliki pemahaman konsep yang baik maka siswa akan

dapat menentukan contoh dengan jawaban yang benar dan salah dengan

memberikan alasan. Soal berikutnya yang diberikan kepada siswa:

Jika KPK dari pasangan bilangan adalah 12 maka pasangan bilangan yang

dimaksud adalah:

a) 3 dan 5

b) 4 dan 6

c) 6 dan 9

d) 3, 4 dan 6

(20)

6

Gambar 1.2 Lembar Jawaban Siswa

Jika FPB dari pasangan bilangan adalah 4 maka pasangan bilangan yang

dimaksud adalah:

a) 12 dan 8

b) 13 dan 7

c) 56 dan 84

d) 35 dan 45

Berikan alasanmu dan tentukan penyelesaiannya!

Gambar 1.3 Lembar Jawaban Siswa

Dari hasil jawaban siswa terlihat lebih jelas bahwa siswa masih belum

mengetahui konsep dasar dari KPK dan FPB. Masih banyak siswa tidak dapat

menentukan yang mana KPK dan FPB, dimana dari 45 orang siswa hanya 6 orang

(21)

7

Untuk mencapai pemahaman konsep peserta didik dalam matematika

bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman terhadap suatu konsep

matematika dilakukan secara individual. Setiap peserta didik mempunyai

kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep-konsep matematika. Namun

demikian peningkatan pemahaman konsep matematika perlu diupayakan demi

keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi

permasalahan tersebut, guru dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain

pembelajaran matematika dengan metode, teori atau pendekatan yang mampu

menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. Menurut Susilo

(dalam Susanto: 2013) guru matematika yang baik adalah guru yang mampu

mengatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran didalam kelas secara

bijaksana. Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi

sangat tergantung pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat

menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik

awal berhasilnya pembelajaran.

Pemahaman konsep juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi

yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk

mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan (Hudoyo : 1985) yang

menyatakan: “Tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat

dipahami peserta didik“. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil

membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai yaitu agar bahan yang

(22)

8

Tingkat pemahaman suatu materi antara siswa yang satu dengan siswa

yang lain berbeda-beda. Ada siswa yang daya serapnya tinggi dan ada pula siswa

yang membutuhkan waktu lama untuk memahami suatu materi, sehingga ketika

mengerjakan soal siswa merasa kesulitan karena kurang memiliki bekal

pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan

hasil pengamatan, pemahaman konsep matematika kelas IV tergolong rendah.

Mereka lebih cenderung menghafal rumus daripada konsep pembelajarannya.

Peneliti juga menemukan adanya permasalahan lain bagi anak dalam

memperoleh pemahaman konsep matematika yaitu rendahnya minat belajar

matematika. Dari hasil wawancara terhadap salah seorang guru di MIS

Al-Washliyah Tandam Hilir II, mengungkapkan bahwa minat yang ditunjukkan oleh

siswa terhadap pelajaran mulai mengalami kemerosotan, khususnya pada

pelajaran matematika. Pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang

memperhatikan, siswa lebih banyak asyik dengan kegiatannya sendiri

dibandingkan memperhatikan pelajarannya sehingga guru seringkali

mengingatkan pelajarannya pada saat pembelajaran berlangsung, ketika diberi

tugas untuk mengerjakan soal, siswa cepat sekali menjawab “tidak bisa” “sulit”

sebelum mencoba untuk menjawab soal yang diberikan guru.

Kurangnya minat belajar matematika berakibat rendahnya prestasi yang

dicapai. Idealnya dalam suatu pembelajaran, 80% siswa harus mampu mencapai

nilai diatas batas ketuntasan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

diterapkan sekolah adalah 65. Namun kenyataan yang terjadi pada siswa kelas IV

(23)

9

pemahaman konsep belum mencapai KKM. Hal tersebutdapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ulangan Mid Semester Genap Matematika Kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II

IV-A IV-B

UM 63 60

Sumber : Daftar Nilai Kelas IV MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II T.P. 2014/ 2015

Berdasarkan data di atas, jika rata nilai siswa perkelas di

rata-ratakan maka diperoleh 61,5. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

adalah 65. Bila dibandingkan rata-rata nilai perkelas tersebut dengan KKM,

diperoleh 61,5< 65. Dapat disimpulkan bahwa nilai matematika siswa kelas IV

MIS Al-Washliyah Tandam Hilir II belum menunjukkan hasil belajar yang baik.

Salah satu cara agar konsep suatu materi dapat terserap dengan baik yaitu

dengan meningkatkan minat belajar siswa. Minat belajar siswa dapat terbentuk

apabila guru mampu memahami dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan siswa. Model pembelajaran yang sering di temui pada

pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran bercorak “teacher

centered”, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Sehingga guru menjadi

pemeran utama dan kehadirannya menjadi sangat menentukan. Pembelajaran

menjadi tak dapat dilakukan tanpa kehadiran guru. Siswa cenderung pasif dan

tidak berperan selama proses pembelajaran. Sehingga proses yang muncul adalah

“take and give”. Dalam merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa

dengan model standar, yakni pembelajaran yang bermula dari rumus,

(24)

10

yang demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk melakukan observasi

(mengamati), eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan aktivitas-aktivitas

lain yang memungkinkan mereka terlibat dan memahami permasalahan yang

sesungguhnya. Model seperti ini yang mengakibatkan matematika bak kumpulan

rumus yang menyeramkan, sulit dipelajari, dan nampak abstrak. Fenomena ini

juga terjadi di MIS AL-Washliyah Tandam Hilir II, dimana guru menjelaskan

materi sementara siswa menjadi penerima informasi yang baik dari guru.

Sehingga siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru dan mengingat

rumus-rumus dan menghapal cara pengerjaan soal yang dilakukan guru. Oleh

karena itu siswa beranggapan bahwa menyelesaikan suatu soal atau permasalahan

matematika cukup dengan mengikuti atau mencontoh apa yang dikerjakan oleh

guru yang menyebabkan pembelajaran yang kurang bermakna sehingga

pemahaman konsep terhadap matematika kurang tercapai dari tujuan

pembelajaran.

Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek

dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai

pendekatan pembelajaran yang inovatif. Ivor K.Davis (dalam Rusman, 2014:229)

mengemukakan bahwa “salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah

melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan

mengajarnya guru”. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat

memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman

belajarnya.

Model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam kelas adalah salah satu

(25)

11

(2005 : 107) menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika, seyogyanya

bahasan matematika tidak disajikan yang sudah tersusun secara final, melainkan

siswa dapat terlibat aktif di dalam menemukan konsep-konsep, struktur-struktur

sampai kepada teorema atau rumus-rumus. Salah satu model pembelajaran yang

memungkinkan dikembangkannya keterampilan berfikir siswa adalah

pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Menurut Arends (dalam Trianto, 2014: 64) pengajaran berdasarkan

masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan

permasalahan yang autentik (nyata) dengan maksud untuk menyusun pengetahuan

mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran berbasis masalah juga salah satu model pembelajaran yang sangat

dianjurkan dalam kurikulum 2013.

Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu pembelajaran yang

memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa melalui memecahkan suatu

masalah. Pemberian masalah akan menimbulkan rasa ingin tahu siswa, bagaimana

cara menyelesaikanya, konsep yang bagaimana yang diperlukan untuk

pemecahannya dan metode apa yang tepat digunakan untuk penyelesainya.

Pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas berpikir

dan melakukan sharing ide sesama teman sekelompok untuk mengatasi masalah.

Melalui pembelajaran seperti ini yaitu menganalisis, mencari, menemukan, dan

bekerja dalam berkelompok, siswa tidak akan mudah melupakan konsep

matematika.

Penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran berbasis masalah telah

(26)

12

secara keseluruhan siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran

berbasis masalah secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan siswa yang menggunakan

pembelajaran biasa; (2) siswa yang bersikap positif terhadap matematika

mempunyai kemampuan pemahaman matematis secara signifikan lebih baik

dibandingkan siswa yang bersikap negatif terhadap matematika; (3) proses

penyelesaian masalah siswa yang pembelajarannya dengan model pembelajaran

berbasis masalah lebih bervariasi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan

pembelajaran biasa; (4) ketuntasan belajar siswa yang memperoleh pembelajaran

berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

biasa.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk meneliti “

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Minat belajar

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas IV MIS Al-Washliyah

(27)

13

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

penelitian ini dapat diidentifikasi, adalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru “take and give”, kurang

mengembangkan berbagai model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran,

pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah dan metode hafalan.

2. Kurangnya interaksi antar siswa.

3. Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.

4. Rendahnya minat belajar matematika.

5. Banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika karena matematika

dianggap sulit.

6. Hasil ujian siswa “pemahaman konsep” belum tuntas.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini perlu

dilakukannya pembatasan masalah. Penelitian ini membicarakan kemampuan

pemahaman konsep dan minat belajar siswa terhadap matematika melalui

pembelajaran berbasis masalah dan interaksi antara kemampuan awal dengan

pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan minat

(28)

14

1.4. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang

memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa?

2. Apakah minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah

lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematika terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematika siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematika terhadap peningkatan minat belajar siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa

yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa.

2. Mengetahui peningkatan minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran

berbasis masalah dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

3. Mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematika terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep

(29)

15

4. Mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematika terhadap peningkatan minat belajar siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi dan

sekaligus bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai masukkan bagi guru dalam menentukan pembelajaran yang tepat

dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

optimal yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan minat belajar

siswa.

2. Bagi siswa memberikan variasi pembelajaran matematika untuk memperoleh

pengalaman belajar yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa

lebih aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran matematika.

3. Bagi peneliti penelitian ini sebagai pengalaman langsung dan diharapkan

dapat menambah pengetahuan, khususnya untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan pemahaman konsep dan minat belajar siswa setelah dilakukan

(30)

108

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan dengan mengacu ke rumusan masalah penelitian. Adapun kesimpulannya antara lain sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

2. Peningkatan minat belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. 3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematika terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan minat belajar siswa.

(31)

109

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka berikut ini beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan terhadap penggunaan pembelajaran berbasis masalah di bidang matematika khususnya. Sarannya adalah sebagai berikut :

1) Kepada Guru

Pembelajaran berbasis masalah pada kemampuan pemahaman konsep matematika dan minat belajar siswa dapat diterapkan pada semua kategori KAM. Oleh karena itu hendaknya pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan sehingga membuat siswa terlatih dalam memecahkan masalah melalui proses memahami masalah dan menyelesaikan masalah

2) Kepada Lembaga terkait

(32)

110

3) Kepada Peneliti

(33)

111

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M.T. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta : Kencana.

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Arfiyadi. 2012. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). (Online), (http://modelpembelajarankooperatif.blogspot.com/2012/08/pembelajaran-berbasis-masalah-pbm_25.html). Diakses 25 Agustus 2012.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.

. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

As’ari, A.R. 1998. Penggunaan Alat Peraga Manipulatif dalam Penanaman Konsep Matematika. Jurnal Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Pengajaran. 27(I):1-13

Asriani, E. 2010. Matematika dan Cara Mengajarkannya. (Online), (http://www. ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=MATEMATIKA%20DAN%20CARA% 20MENGAJARKANNYA&&nomorurut_artikel=448, diakses 13 Juli 2010).

Bell, Frederick H. 1981. Teaching and Learning Mathematics (in Secondary School) IOWA : WnC Brown Comp. Publisher.

Daruisama, N. 2014. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. (Online),

(http://www.idsejarah.net/2014/11/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah.html, diakses 06 November 2014).

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Djayadisastra, Y. 1989. Psikologi Perkembangan. Bandung: BPGT.

Djemari, M. 2008. Teknik Penyusunan instrument tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Efendi, M.Y. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Penalaran Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Peluang Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Di SMA Negeri 2 Binjai. Tesis tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.

(34)

112

Hake, R. R. 1998. Interactive-engagement vs traditional methods: A six-thousandstudent survey of mechanics test data for introductory physics

courses. American Journal of Physics, (Oline),

(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf, diakses 28 Januari 2015).

Hamalik, O. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. ISSN : 1907-8838, Jurnal, (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/ JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._I_No._1Januari_2007/6._Tatang_Herman .pdf), diakses 01 Januari 2007).

Hudoyo, H. 1985. Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud.

. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : Universitas Negeri Malang.

Iskandar, H. 2010. Tumbuhkan Minat Kembangkan Bakat, Jakarta: ST Book.

Jainuri, M. 2014. Pemahaman Konsep Matematis. (Online), (http://bolehsaja .net/pemahaman-konsep-matematis/#.VWkl1lJmSKE), diakses 3 Mei 2014.

Juliansyah Noor, 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group.

Jihad, A. dan Haris. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Kartono, K. 1995. Bimbingan Belajar di SMU dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kholik, 2011. Metode Pembelajaran Konvensional. (Online),

(https://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/), diakses 8 Nopember 2011.

Marpaung, T. 2014. Peningkatkan Pemahaman Konsep Matematis dan Sikap Terhadap matematika Siswa SMP dengna Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.

Nawari. 2010. Analisis Statistik Dengan MS. Excel 2007 Dan SPSS 17. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Nasution, S. 2002. ”Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar”.

Bandung : PT. Bumi Aksara.

(35)

113

Paul, S. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Riyanti. 2012. Pembelajaran Konvensional. (Online), (http://sin-riyanti.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-konvensional_5536.html), diakses 30 Oktober 2012.

Rohana. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman Konsep Mahasiswa FKIP Universitas PGRI. Palembang :Prosiding PGRI.

Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

. 1998. Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rusman, 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Safari 2005. Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: APSI Pusat.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya batak. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya : PPs UNESA.

Siregar, N. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Pengetahuan Prosedural

Matematika Siswa SMP. Tesis tidak diterbitkan. Medan : UNIMED.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta.

. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta.

Subaryana. 2005. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta : IKIP PGRI Wates.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI.

Suryanto, A. 2009. Evaluasi pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

(36)

114

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajara Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahyuni, S. 2014. Perbedaan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa SMA antara yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pengajaran langsung. Tesis tidak diterbitkan. Medan: UNIMED.

Zulkardi. 2003. Pendidikan Matematika di Indonesia : Beberapa Permasalahan dan Upaya Penyelesaiannya. Palembang: Unsri.

Gambar

Tabel 4.9    Hasil Uji Homogenitas Indeks Gain Kemampuan
Gambar 1.1 Lembar Jawaban Siswa ...................................................................
Gambar 1.1  Contoh jawaban siswa tes pemahaman konsep pendahuluan
Gambar 1.2  Lembar Jawaban Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Mendikbud Republik lndonesia Nomor 30 Tahun 2012 tentang Organisasidan Tata Kerja Universitas Negeri Malang (Berita Negara Republik lndonesia Tahun ZOt Z

Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang dan ikan ekor kuning di perairan Kepulauan Seribu secara terpadu dan berkelanjutan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah

a) Krim anti hair loss adalah sediaan semipadat yang dibuat dari ekstrak Saw Palmetto dan humectant (propilenglikol dan gliserol) dengan formula optimum yang telah ditentukan

Alfian Ibrahim Sarintan Saleh Desri A Djama Liyan Halid. Winarti Isa

Selain dengan menghitung determinan, ada beberapa ukuran lain yang dapat digunakan untuk memeriksa apakah sistem persamaan lanjar berkondisi buruk [NAK92]:.. Mencoba

Sebagai tindak lanjut dari Surat Penunjukan Penyedia/Jasa (SPPBJ) ini Saudara diharuskan menandatangani Surat Perjanjian paling lambat 14 (empat belas) hari kerja

2.6 Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended melalui Keteram- pilan Membaca Matematika ... METODE

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Efektivitas Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Depok. Disetujui dan