TESIS
Oleh
MULIA PANDAPOTAN HARAHAP
097011071/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MULIA PANDAPOTAN HARAHAP
097011071/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH., MHum)
Pembimbing Pembimbing
(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, MHum
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN
2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum
3. Dr. Hasyim Purba, SH, MHum
Nama : MULIA PANDAPOTAN HARAHAP
Nim : 097011071
Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN
Judul Tesis : TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN
KREDIT SINDIKASI BERDASARKAN HUKUM
KONTRAK (STUDY KASUS PT. BANK SUMUT)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan
saya seniri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
lembaga keuangan dalam memajukan pembangunan menjadi penting. Dari pengertian tersebut jelaslah bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran. Berbagai macam kredit yang diberikan oleh lembaga perbankan. Dalam menyalurkan dana dalam bentuk kredit memang merupakan salah satu fungsi utama bank, akan tetapi konsentrasi kredit yang berlebihan dapat membahayakan bank. Kredit sindikasi adalah adalah teknik bagi suatu bank untuk menyebarkan resiko dalam pemberian kredit. Oleh karena itu tidak cocok untuk kredit dalam jumlah kecil, dimana bank dapat sendiri memenuhi permintaan kredit tersebut, Namun apabila jumlah kredit yang sangat besar sehingga resiko yang dirasakan bank terlaku besar dan bank tersebut tidak dapat memikulnya sendiri, meskipun BMPK dari bank belum terlampaui, maka bank tersebut akan berusaha menbentuk suatu sindikasi untuk dapat memberikan dana kepada debitur.
Untuk Menjawab permasalahan dilakukan penelitian yang bersifat dekriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Sumber data yang diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan prosedur perjanjian kredit sindikasi sama dengan perjanjian kredit pada umumnya yang telah ditetapkan oleh bank dengan mendengar masukan dari penasehat hukum yang bersangkutan. Dalam isi perjanjian kredit sindikasi dituangkan dalam suatu bentuk akta notaris. Penerapan asas hukum perjanjian dalam perjanjian kredit sindikasi yaitu tidak terlepas dasar hukum perjanjian yang terdapat dalam KUHPperdata yakni pasal 1313, 1320, 1332 dan 1338 KUHPerdata. Kedudukan hukum dan keseimbangan hukum para pihak dalam perjanjian kredit sindikasi akan terlihat pada keseimbangan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian kredit sindikasi tersebut baik sebagai debitur,arranger, lead manager, manager, agent bank, bank participant.
the development becomes important. From this point of view, it is obvious that a bank functions as “financial intermediary” with its main attempt is gathering and distributing funds to the public, and providing services in transferring payment. There are various kinds of loan granting by the Bank. Granting loan is, of course, one the functions of a Bank, but too excessive in granting it will endanger the Bank itself. Loan syndication is one of the techniques for a Bank to decrease risk in granting the loan. Therefore, it is not appropriate to grant small loan since the Bank can do it. However, the bigger the amount of the loan is, the more risk the Bank will take, and the Bank cannot carry the burden by itself even though BMPK from the Bank is not surpassed, the Bank then will form syndication in order to be able to grant the loan to the debtors.
In order to solve the problems, a descriptive research was conducted by using judicial formative approach. The data were gathered from primary data and from secondary data. The primary data were obtained by conducting interviews, and secondary data were obtained through library research which was analyzed qualitatively.
The result of the research shows that the implementation of the procedure of loan syndication contract is the same as loan contract in general which has stipulated by the Bank by receiving input from its legal advisor. The loan syndication contract is made in the form of a notarial deed. The application of legal principle of the agreement is in the Civil Code; they are Article 1313, 1320, 1332 and 1338 of the Civil Code. The legal position and the legal equilibrium of the parties in the loan syndication contract will be seen in the right and obligation equilibrium of the parties involved in the loan syndication contract: the debtor, the arranger, the lead manager, the manager, the agent bank, and the bank participant.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang dengan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini, juga disampingkan shalawat
beserta salam kepada junjungan umat Muslim Nabi Muhamad SWT, yang dengan
syafaatnya kita harapkan dihari kemudian.
Tesis ini berjudul " TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN
KREDIT SINDIKASI BERDASARKAN HUKUM KONTRAK (Study kasus
PT. Bank Sumut)" Penulisan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada program studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penulisan tesis ini Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Keluarga Besar Universitas Sumatera Utara (USU)
a. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), Selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara :
b. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, MHum, Selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
c. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, Selaku Ketua Program
b. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, Sebagai Dosen
Pembimbing II Penulis.
c. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum, Sebagai Dosen
Pembimbing III Penulis.
d. Bapak Dr. Hasyim Purba, SH, MHum, Selaku dosen penguji penulis.
e. Bapak Dr. Dedi Harianto S.H, MHum, Selaku dosen penguji penulis.
3. Para Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada Pimpinan Bank Sumut Bapak Gus Irawan Pasaribu yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Kepada Seluruh Staf Biro Magister Kenotariatan yang telah banyak memberikan
bantuan kepada Penulis selama ini. Kepada Seluruh teman-teman Mahasiswa
Magister Kenotariatan, Seluruh Staf Pegawai Perlengkapan Biro Rektor USU dan
Seluruh Staf Poliklinik Universitas Sumatera Utara kepada Ibu Drg, Yenny,
selaku wakil Kepala Poliknik Universitas Sumatera Utara.
6. Buat keluarga tercinta Alm. Radjib dan dr. Rose Irawaty, desky, selaku orang tua
dari penulis serta Eka Sartika selaku Istri dari Penulis yang memberi motivasi
kepada penulis dalam penyelesaian Study pada Program Studi Magister
Akhirnya dengan kerendahan hati Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak atas tesis ini, yang diharapkan dapat memberikan masukan yang
membangun bagi Penulis untuk masa depan yang akan datang.
Medan, Juni 2012
Penulis
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 19 Desember 1979
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 178 cm
Berat Badan : 89 Kg
Status : Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jln. Pelita III No.31 Kec. Medan
Perjuangan, Medan
II. KELUARGA
Nama Bapak : Alm. H.M. Radjib Harahap
Nama Ibu : dr. Rose Irawaty, desky
Nama Istri : Eka Sartika
III. RIWAYAT PENDIDIKAN NORMAL
SD Negeri 06060786 Tahun 1985 s/d 1991
SMP Negeri 12 Tahun 1991 s/d 1994
SMU Negeri 1 Sampali 1994 s/d 1997
S1 Fakultas Hukum Medan Area Medan, 2001 s/d 2007
S2 Program Studi Magister kenotariatan Fakultas Hukum USU 2009 s/d 2012
IV. RIWAYAT PENDIDIKAN INFORMAL
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian... 10
D. Manfaat Penelitian... 10
E. Keaslian Penelitian ... 11
F. Kerangka Teori dan Konsep ... 12
1. Kerangka Teori ... 12
2. Kerangka Konsepsi... 16
G. Metode Penelitian ... 21
BAB II PROSEDUR PERJANJIAN KREDIT SINDIKASI ... 25
A. Pengertian Perjanjian kredit Sindikasi... 25
B. Dasar Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kredit Sindikasi di Indonesia ... 25
C. Proses Terjadinya Perjanjian Kredit Sindikasi... 28
D. Manfaat Pemberian Kredit Sindikasi ... 37
E. Sistematika Perjanjian Kredit Sindikasi ... 39
1. Awal Perjanjan/Kepala Akta ... 39
2. Isi Perjanjian/Badan Akta ... 40
3. Penutup Perjanjian/Akhir Akta ... 57
2. Asas-asas perjanjian dalam kredit sindikasi ... 68
C. Akibat Hukum Bagi Para Pihak dalam Kredit Sindikasi ... 71
1. Debitur ... 71
2. Kreditur ... 74
3. Arranger ... 76
4. Agen ... 76
5. Notaris ... 79
6. Legal Firm ... 80
7. Perusahaan Asuransi ... 80
8. Konsultan ... 80
BAB IV KEDUDUKAN DAN KESEIMBANGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KREDIT SINDIKASI 81 A. Prinsip Keseimbangan pada Perjanjian Kredit Pada Umumnya 81 B. Proses Terbentuknya Kontrak Kredit Sindikasi ... 82
C. Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Kredit Sindikasi... 85
1. Kedudukan Hukum Antara Debitur Dengan Pihak Arranger 85 2. Kedudukan Hukum Antar Debitur Dengan Kreditur (Lenders/Participant) ... 88
3. Kedudukan Hukum Antara Para Kreditur Dengan Agen Bank ... 90
4. Kedudukan Hukum Antara Para Kreditur ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 92
A. KESIMPULAN ... 92
B. SARAN ... 93 DAFTAR PUSTAKA
lembaga keuangan dalam memajukan pembangunan menjadi penting. Dari pengertian tersebut jelaslah bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran. Berbagai macam kredit yang diberikan oleh lembaga perbankan. Dalam menyalurkan dana dalam bentuk kredit memang merupakan salah satu fungsi utama bank, akan tetapi konsentrasi kredit yang berlebihan dapat membahayakan bank. Kredit sindikasi adalah adalah teknik bagi suatu bank untuk menyebarkan resiko dalam pemberian kredit. Oleh karena itu tidak cocok untuk kredit dalam jumlah kecil, dimana bank dapat sendiri memenuhi permintaan kredit tersebut, Namun apabila jumlah kredit yang sangat besar sehingga resiko yang dirasakan bank terlaku besar dan bank tersebut tidak dapat memikulnya sendiri, meskipun BMPK dari bank belum terlampaui, maka bank tersebut akan berusaha menbentuk suatu sindikasi untuk dapat memberikan dana kepada debitur.
Untuk Menjawab permasalahan dilakukan penelitian yang bersifat dekriptif dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Sumber data yang diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dalam pelaksanaan prosedur perjanjian kredit sindikasi sama dengan perjanjian kredit pada umumnya yang telah ditetapkan oleh bank dengan mendengar masukan dari penasehat hukum yang bersangkutan. Dalam isi perjanjian kredit sindikasi dituangkan dalam suatu bentuk akta notaris. Penerapan asas hukum perjanjian dalam perjanjian kredit sindikasi yaitu tidak terlepas dasar hukum perjanjian yang terdapat dalam KUHPperdata yakni pasal 1313, 1320, 1332 dan 1338 KUHPerdata. Kedudukan hukum dan keseimbangan hukum para pihak dalam perjanjian kredit sindikasi akan terlihat pada keseimbangan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian kredit sindikasi tersebut baik sebagai debitur,arranger, lead manager, manager, agent bank, bank participant.
the development becomes important. From this point of view, it is obvious that a bank functions as “financial intermediary” with its main attempt is gathering and distributing funds to the public, and providing services in transferring payment. There are various kinds of loan granting by the Bank. Granting loan is, of course, one the functions of a Bank, but too excessive in granting it will endanger the Bank itself. Loan syndication is one of the techniques for a Bank to decrease risk in granting the loan. Therefore, it is not appropriate to grant small loan since the Bank can do it. However, the bigger the amount of the loan is, the more risk the Bank will take, and the Bank cannot carry the burden by itself even though BMPK from the Bank is not surpassed, the Bank then will form syndication in order to be able to grant the loan to the debtors.
In order to solve the problems, a descriptive research was conducted by using judicial formative approach. The data were gathered from primary data and from secondary data. The primary data were obtained by conducting interviews, and secondary data were obtained through library research which was analyzed qualitatively.
The result of the research shows that the implementation of the procedure of loan syndication contract is the same as loan contract in general which has stipulated by the Bank by receiving input from its legal advisor. The loan syndication contract is made in the form of a notarial deed. The application of legal principle of the agreement is in the Civil Code; they are Article 1313, 1320, 1332 and 1338 of the Civil Code. The legal position and the legal equilibrium of the parties in the loan syndication contract will be seen in the right and obligation equilibrium of the parties involved in the loan syndication contract: the debtor, the arranger, the lead manager, the manager, the agent bank, and the bank participant.
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak
perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka
menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari
pemerintah, masyarakat dan lembaga keuangan. Proses kegiatan perusahaan tersebut
dapat terhambat karena kurangnya modal atau dana untuk membiayai pelalsanaan
usahanya.
Dana bagi sebuah perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, dapat
berupa modal (equty) atau utang (loan). Dana berupa modal (equity) dapat diperoleh
dari para pendirinya berupa setoran modal pendiri dan dapat juga diperoleh dari para
pemodal (investor) yang menyetorkan dana untuk modal perusahaan setelah
perusahaan tersebut berdiri.1
Dana merupakan darah bagi para pelaku usaha dalam melakukan kegiatan
usahanya. Ibarat manusia tidak mungkin hidup tanpa darah, pelaku usaha juga akan
“mati” tanapa darah.2Dana yang berupa utang(loan)dapat diperoleh perusahaan dari
berbagai sumber seperti perbankan, lembaga pembiayaan, pasar uang (financial
market) yang memperjual-belikan surat utang jangka pendek dan pasar modal
1
Fanny Kurniawan, SH,Penerapan Hak Jaminan Dalam Kepailitan, Yogyakarta, 2004, h. 2.
2Sutan Remi Sjahdeini, Hak Jaminan Dan Kepailitan, Dalam Transaksi Berjamin (Secured
(capital market) yang memperjual-belikan surat utang jangka panjang, serta
sumber-sumber lembaga keuangan lainnya.
Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai
pengaruh dalam perkembangan perekonomian negara. Perananan Bank sebagai
lembaga keuangan dalam memajukan pembangunan menjadi penting. Hal ini
disebabkan karena salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia terletak pada
industri perbankan. Dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan
bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.3
Dari pengertian tersebut jelaslah bank berfungsi sebagai “financial intermediary”
dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta
memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran.
3 Lahirnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa
sektor Perbankan, yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan penunjang sistem pembayaran, merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses penyesuaian kebijakan dibidang ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan adanya penyempurnaan terhadap sistem Perbankan nasional yang bukan hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individual melainkan juga penyehatan sistem Perbankan secara meyeluruh. Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Diundangkannya Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, juga mengakibatkan terdapatnya dua (2) macam pengelompokan:
Financial Intermediary adalah sifat yang dimiliki oleh suatu lembaga
keuangan baik sebagai peminjam maupun sebagai pemberi pinjaman.4 Financial
Intermediary Institution memiliki karakter sebagai penyedia informasi dan penyedia
layanan terpadu bagi customer-nya. Dalam rangka memberikan pelayanan ini, Bank
sebagai Financial Intermediary Institution memiliki kelebihan yang khas dari skala
ekonomi dalam suatu transaksi keuangan dan diversifikasi rasio. Salah satu kelebihan
tersebut adalah yang berkaitan dengan menghimpun dan menyalurkan kembali uang
secara masal. Bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan kegiatan usaha
pokok mengimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana
masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung
kepada peminjam.5
Berbagai macam kredit yang diberikan oleh lembaga perbankan maupun
lembaga keuangan bukan bank. Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan
fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian baik dalam
bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari.6 Fungsi Kredit sendiri salah satunya
untuk meningkatkan kegairahan berusaha.7Jadi, masyarakat akan lebih bersemangat
untuk meningkatkan usahanya dengan didukung pemberian modal oleh bank.
Disamping Bank, terdapat pula lembaga keuangan non-bank. Salah satu
lembaga keuangan non-bank adalah lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan,
4 Mervyn K. Lewis,Financial Intermediaries, Vermont, Edward Elgar Publishing Limited,
1995, h . 103.
5
Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta, 2003, h. 60.
berada dibawah pengawasan Departmen Keuangan Republik Indonesia. Secara
yuridis-formal, pengakuan mengenai eksistensi Lembaga Pembiayaan di Indonesia
sudah berlangsung selama lebih dari 20 tahun sejak ditetapkannya Keputusan
Presiden No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan11 yang mencabut
Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1988. Saat ini Kep.Pres No. 61 tahun 1988
tersebut telah dicabut dengan Keputusan Presiden No. 9 tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan. Menurut Kep.Pres. No. 9 tahun 2009, disebutkan bahwa yang termasuk
dalam Lembaga Pembiayaan adalah, Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal
Ventura dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur.
Saat ini, peraturan yang mengatur tentang Perusahan Pembiayaan adalah
Keputusan Menteri Keuangan No.84/KMK.012/2006 yang ditetapkan pada 26
September 2006. Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan ini, Keputusan
Menteri Keuangan No.448/KMK.017/2000 tanggal 27 Oktober 2000 tentang
Perusahaan Pembiayaan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan No.172/KMK.06/2002 tanggal 23 April 2002, dan Keputusan Menteri
Keuangan No.172/KMK.06/2002 tanggal 24 April 2002 tentang Penghentian Izin
Usaha Perusahaan Pembiyaan dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
Dalam KMK No.84/KMK.016/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, diatur
bahwa yang menjadi kegiatan usaha suatu Perusahaan Pembiayaan, antara lain:
1. Sewa Guna Usaha, 2. Anjak Piutang;
Ada 5 (lima) kriteria yang harus dipenuhi oleh debitur sebelum mengambil
kredit, yaitu :8
1. Watak (character)
Watak debitur yang dinilai adalah sikap, kepribadian, apakah wataknya dapat
dipercaa atau tidak.
2. Kemampuan (capacity)
Kemampuan seorang debitur yang dinilai adalah kemampuannya dalam
mengembalikan modal yang telah dipinjamkan dengan cara melihat prospek
usahanya.
3. Modal (capital)
Modal ini berfungsi sebagai modal sampingan debitur dalam melakukan kegiatan
usahanya dan modal yang dipinjamkan bank hanya bersifat membantu.
4. Kondisi ekonomi (conditional of economics)
Kondisi ekonomi adalah keadaan ekonimi si debitur yang sangan berpengaruh
dalam rangka pengembalian kredit yang telah dipinjamkan bank.
5. Jaminan (collateral)
Jaminan berfungsi sebagai agunan dari debitur kepada bank apabila kemudian
hari debitur tidak mampu melunasi utangnya.
Jaminan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pemberian kredit.
Jaminan berfungsi untuk memperkecil resiko bank dalam menyalurkan kredit.
8 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
Jaminan kredit merupakan segala sesuatu yang mempunyai nilai mudah untuk
diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran dari hutang
debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat debitur dan kreditur.9 Jaminan
kredit dapt berupa jaminan benda tetap dan benda bergerak.
Baik Bank maupun lembaga keuangan non-bank sama-sama memiliki fungsi
sebagai lembaga keuangan untuk turut memajukan perekonomian bangsa. Akan
tetapi, fungsi menghimpun dana dari masyarakat, yang dimiliki oleh Bank
memberikan perbedaan antara Bank dengan lembaga keuangan non-bank. Fungsi
menyalurkan dana dalam bentuk kredit memang merupakan salah satu fungsi utama
bank, akan tetapi konsentrasi kredit yang berlebihan dapat membahayakan bank.
Untuk itu Bank Indonesia (BI) mewajibkan bank menerapkan prinsip
kehati-hatian penyaluran kredit dan melakukan penyebaran portofolio penyediaan dana
terutama dengan pembatasan penyediaan dana dengan persentase tertentu terhadap
pihak terkait maupun pihak yang tidak terkait dengan memperhatikan keadaan modal
bank. Hal inilah yang lebih dikenal dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK) yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/ 2005 yang
telah diubah dengan PBI No. 8/13/PBI/2006 tentang Batas Umum Pemberian Kredit
Bank Umum. Ketentuan ini diatur lebih lanjut pada Surat Edaran Bank Indonesia
(SEBI) No. 7/14/PBI/DPNP tertanggal 18 April 2005.
Oleh karena adanya aturan BMPK, bank tidak dapat memberikan kredit
melebihi batas maksimum yang telat ditentukan, meskipun pada kenyataannya ada
kalanya suatu nasabah, pada umumnya perusahaan besar, membutuhkan dana yang
sangat besar yang melebihi batas maksimum kredit yang dapat diberikan oleh suatu
bank untuk pembiayaan suatu project atau kegiatan lainnya. Sejalan dengan semakin
pesatnya pertumbuhan pembangunan di Indonesia dan semakin meningkatnya
permintaan dana dari para pelaku usaha dan masyarakat pada umumnya, adanya
penetapan batas maksimum pemberian kredit (BMPK) menjadi penghalang bagi para
pelaku usaha untuk memperoleh dana dalam jumlah yang besar.
Oleh karena itu, dibentuklah lembaga yang bernama sindikasi kredit, yaitu
pemberian kredit dimana ada satu orang debitur yang dberikan kredit oleh dua atau
lebih kreditor. Kredit yang diberikan oleh Sindikasi Kredit disebut Kredit Sindikasi.
Kredit Kredit sindikasi ini mungkin masih awam terdengar karena masih baru
penggunaannya. Kredit ini dipergunakan untuk membiayai proyek besar, sehingga
dilakukan secara berkelompok. Kreditur tidak dapat melakukan sendiri karena
terbatasnya modal yang dipunyai. Sindikasi tidak dilarang di Indonesia, selama
perjanjian yang dibuat diantara para pihak tidak melanggar ketentuan yang ada.
Pada umumnya Sindikasi Kredit ada dua buah perjanjian, yaitu Perjanjian
yang dibuat antara Sindikasi Kredit dengan Debitur dan perjanjian yang dibuat
diantara Sindikasi Kredit itu sendiri. Dalam Sindikasi Kredit, pada umumnya
digunakan agen untuk mengurus segala hal diperlukan dalam Sindikasi Kredit, mulai
dari berfungsi sebagai escrow account hingga sebagai agen yang membagi
pembayaran yang telah disetorkan kepada masing-masing kreditor setelah dikurangi
Kredit sindikasi adalah adalah teknik bagi suatu bank untuk menyebarkan
resiko dalam pemberian kredit. Oleh karena itu tidak cocok untuk kredit dalam
jumlah kecil, dimana bank dapat sendiri memenuhi permintaan kredit tersebut.10
Namun apabila jumlah kredit yang sangat besar sehingga resiko yang dirasakan bank
terlaku besar dan bank tersebut tidak dapat memikulnya sendiri , meskipun BMPK
dari bank belum terlampaui, maka bank tersebut akan berusaha menbentuk suatu
sindikasi utuk dapat memberikan dana kepada debitur.11
Adanya persaingan tersebut maka bank-bank di Indonesia mulai juga
melakukan sindikasi, mula-mula hanya di antara 2 bank lalu di antara 3 sampai 4
bank, dan saat ini dilakukan oleh lebih dari puluhan bank untuk proyek-proyek yang
sangat besar.12Sindikasi saat ini seringkali dilakukan baik di antara bank swasta atau
di antara bank pemerintah maupun di antara bank asing yang mempunyai perwakilan
di Indonesia atau bank swasta dengan pemerintah maupun bank pemerintah dengan
swasta. Kredit sindikasi pada umumnya ditempuh apabila 1 (satu) bank tidak mampu
memenuhi kredit dari debitur, seperti pembangunan hotel berbintang lima, mega mall,
jalan tol dan lain-lain.
Dalam pemberian kredit sindikasi dalam prakteknya untuk lebih
mengamankan dana atau pinjaman yang diberikan kepada debitur diperlukan adanya
jaminan tambahan atau jaminan khusus seperti corporate gurantee,obigasi dan/atau
10
Sutan Remi Sjahdeini,Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian Dan Aspek Hukumnya,
PT. Kreatama, Cetakan Ke II, Jakarta, 2008, h. 27.
11Ibid.
jaminan kebendaan. Pengaturan kredit sindikasi dibuat sendiri oleh para pihak. Kredit
sindikasi juga menggunakan kontrak seperti kredit yang lain sehingga diperlukan
pengetahuan yang baik mengenai aspek hukum kontrak kredit sindikasi tersebut.
Apalagi para pihak yang ada dalam kredit sindikasi lebih banyak. Hal ini akan
meminimalisir penyimpangan yang bisa saja terjadi.
Masalah obyek kontrak para pihak sebaiknya mengetahui karakteristik obyek
kontrak yang akan diperjanjikannya, serta implikasi dari setiap rumusan kontrak yang
dibentuk sehubungan dengan obyek tersebut. Kelalaian terhadap hal ini dapat
menimbulkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan serta
akibat-akibat pelaksanaan kontrak, termasuk keuntungan yang seharusnya diperoleh.
Hal di atas akan terkait dengan sistematika kontrak kredit sindikasi yang dibuat para
pihak. Perlu diketahui mengenai sistematika kontrak kredit sindikasi agar para pihak
memahami kontrak sehingga mempermudah dalam pelaksanaannya.
Masalah kredit sindikasi merupakan masalah yang sangat serius dan perlu
ditindaklanjuti secara hukum karena menyangkut masalah yang berhubungan dengan
masyarakat. Namun, dalam prakteknya penyelesaian secara koordinatif tidaklah
mudah dilakukan, karena tidak semua kreditur memiliki pemahaman yang sama.
Adanya kebebasan berkontrak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru
sehingga diperlukan aturan main yang jelas bagi para pihak. Apalagi hampir di semua
kegiatan menggunakan kontrak. Dengan melihat latar belakang permasalahan yang
ada, maka penulis tertarik untuk membahas Tesis dengan judul :”Tinjauan Yuridis
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah :
1. Bagaimana prosedur kontrak kredit sindikasi ?
2. Bagaimana penerapan asas hukum kontrak dalam kontrak Kredit Sindikasi?
3. Bagaimana kedudukan hukum dan keseimbangan hukum para pihak dalam
kontrak kredit sindikasi ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur terjadinya kontrak kredit sindikasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum kontrak dalam perjanjian
kredit sindikasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban para kreditur dalam
perjanjian kredit sindikasi untuk memenuhi rasa keadilan yang sama.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat, antara lain :
1. Secara teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan perbandingan
bagi praktisi yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan tentang kontrak
b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap
perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum Perdata pada
khususnya, terutama kredit sindikasi.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
b. Memberikan pemahaman, informasi, dan tambahan pengetahuan tentang
kredit sindikasi.
c. Hasil pemikiran ini dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dalam
perkembangan ilmu pengetahuan serta dapat bermanfaat sebagai pedoman
dalam pengadaan penelitian yang lain yang sejenis berikutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang Tentang perjanjian kredit
sindikasi ditinjau dari aspek hukum kontrak. Berdasarkan informasi dan penelusuran
yang telah penulis lakukan di pepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara terhadap hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian tentang Perjanjian Kredit
Sindikasi yang pernah dilakukan :
1. Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak
Tanggungan (studi di bank UBO Indonesia).
2. Aspek Hukum Joint Financing Kredit Dengan Pemberian Jaminan Hak
tanggungan
Maka berdasarkan hal tersebut pengkajian yang berjudul tetang tinjauan
belum pernah sama sekali dilakukan, sehingga dengan demikian maka penelitian ini
adalah asli.
F. Kerangka Teori dan Konsep
1. Kerangka teori
Hukum tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial.13 Oleh karena itu,
hukum tidak bersifat statis melainkan dinamis sesuai dengan perkembangan
masyarakatnya. Hukum adalah ketentuan yang lahir dari dalam dan karena pergaulan
hidup manusia, di dalam kenyataannya selalu tertinggal di belakang masalah yang
diaturnya. Dalam ilmu hukum, subyek hukum (legal subject) adalah setiap pembawa
atau penyandang hak dan kewajiban dalam hubungan-hubungan hukum. Hal ini
sejalan dengan pengertian subyek hukum yaitu suatu yang dapat atau cakap
melakukan perbuatan hukum atau melakukan perbuatan perdata atau membuat
perikatan.14
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,
tesis si penulis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan
perbandingan dan pegangan teoritis.15 Fungsi teori dalam penelititan tesis adalah
untuk memberikan pedoman/petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala
yang diamati.16
13 Satjipto Raharjo,Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1984, h. 99.
14 R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf, Alumni, Bandung, 2001, h.. 17.
15
M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, h. 80.
16Snelbecker dalam Lexy J. Moelong,Metodologi Penelitan Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah untuk mewujudkan
keadilan (rechtgerechtigheid) kemanfaatan (rechtsutileteit) dan kepastian hukum
(rechtszekerheid).17 Menurut W, Friedman, suatu Undang-undang haruslah
memberikan keadilan kepada semua walaupun terdapat perbedaan –perbedaan
diantara pribadi-pribadi tersebut.18
Menurut Van Dunne, kontrak adalah ”Suatu hubungan hukum antara dua
pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum”. Dalam
kredit sindikasi perjanjian atau kontrak yang menjadi dasar terjadi kredit sindikasi
sangat diperlukan untuk memberikan kepastian hukum bagi para pihak.19
Adapun asas-asas hukum kontrak yang termuat dalam buku ke-III
KUHPerdata tersebut antara lain sebagai berikut :
a) Asas kebebasan berkontrak
Asas ini terlihat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan
semua persetujuan yang dibuat secara sah oleh para pihak berlaku sebagai
Undang-undang bagi yang membuatnya. Maksudnya adalah bahwa setiap orang berhak
mengadakan kontrak apa saja baik yang telah diatur maupun yang belum diatur dalam
17Achmad Ali,Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Pt. Gunung
Agung, Tbk, Jakarta, 2002, h. 85.
18 W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kritis Atas Teori-teori
Hukum, diterjemahkan dari buku aslinya ”Legal Theory” oleh Muhammad Arifin, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, h. 7.
19Salim HS,Hukum Kontrak Teori dan Penyusunan Kontrak. Mataram, Depdiknas, 2002, h.
Undang-undang asal kan tidak bertentangan dengan Undang-undang, ketertiban
umum dan norma kesusilaan.20
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan para pihak
untuk :
1) Membuat atau tidak membuat kontrak.
2) Mengadakan kontrak dengan siapa pun.
3) Menentukan isi kontrak, pelaksanaan dan persyaratannya.
4) Menentukan bentuk kontrak, yaitu tertulis atau lisan.
b) Asas Konsensualisme. Asas ini terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata yang
menyatakan untuk adanya suatu persetujuan harus ada kesepakatan dari para
pihak.
c) Asas kekuatan mengikat yang disebut juga asaspacta sunt Servanda. Asas ini
menunjukkan kepastian hukum bagi para pihak yang membuat kontrak, yang
menyatakan bahwa suatu kontrak berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata.21
d) Asas kepribadian. Yang menunjukkan suatu personalia dalam suatu kontrak,
asas ini ditegaskan dalam Pasal 1315 KUHPerdata yang pada pokoknya
menyatakan bahwa suatu kontrak hanya mengikat para pihak yang
mengadakan kontrak tersebut. Asas ini juga dinyatakan secara tegas pada
Pasal 1340 KUHPerdata dan disebutkan adanya pengecualian dari asas ini
20 Mariam Badarulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan,
Alumni, Bandung, 1996, h. 108.
yaitu tentang janji untuk pihak ketiga atau disebut juga derden beding yang
termuat dalam Pasal 1317 KUHPerdata
e) Asas itikad baik atau tee goeder trouw Dalam Pasal 1338 ayat (3)
KUHPerdata menyatakan bahwa setiap orang yang membuat suatu kontrak
harus mempunyai itikad baik.
Pokok permasalahan adalah Hukum kontrak/Contracts Theory22 yang
dikemukakan oleh Melvin A. Eisenberg. Menurut Eisenberg, salah satu teori yang
mendasari hukum kontrak adalah Teori Aksioma. Teori Aksioma bagi suatu substansi
hukum menjadi dasar suatu premis; yaitu bahwa dasar proposisi doktrinal menjadikan
substasi hukum sebagaiself-evidentatau menjadi pembuktian bagi teori itu sendiri.
Dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Eisenberg, maka Hukum
kontrak memandang bahwa idealnya suatu kontrak dibuat dengan asas keadilan dan
setiap kontrak harus diterjemahkan secara objektif. Objektif disini berarti bahwa
penafsiran suatu kontrak harus memperhatikan kepentingan para pihak yang
membuatnya, yaitu kepentingan kreditor dan debitor. Antara sindikasi kredit sebagai
kreditor dan debitornya terikat dalam suatu kontrak yang dibuat diantara para pihak
dengan memperhatikan kaedah yang ada.
Teori Keadilan John Rawls dalam bukunya yang berjudulA Theory Of Justice menekankan pada kesetaraan bagi semua orang, baik kesetaraan dalam kehidupan sosial maupun kesetaraan dalam bentuk pemanfaatan kekayaan alam (social goods). Pembatasan dalam hal ini hanya dapat dizinkan bila ada kemungkinan keuntungan yang lebih besar.23
22 Menurut Black’s, Contract berarti an agreement between two or more parties creating
obligations that are enforceable or otherwise recognizable at law.
Untuk mencapai Keadilan mengukur keuntungan atau hasil pengukuran
keuntungan bukan bertolak dari orang per orang (particular) tetapi bertolak daripure
procedural of justice. Ide dari resiprositas adalah ada pada different principles yang
mempunyai fungsi untuk mengijauantahkan ide resiprositas. Prinsip perbedaan
merupakan peningkatan kekinian dan ekspektasi orang yang beruntung harus sama
dengan kekinian dan ekspektasi orang yang kurang beruntung (resiprositas).
Berdasarkan teori keadilan Adam Smith yakni teori keadilan komutatif yang berprinsipNo Harm. Keadilan komutatif yang berprinsipNo Harmmaksunya adalah prinsip tidak merugikan orang lain, khususnya tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain. Prinsip ini menuntuk agar dalam interaksi sosial apapun setiap orang harus menahan dirinya untuk tidak sampai merugikan hak dan kepentingan orang lain, sebagaimana ia sendiri tidak mau agar hak dan kepentingannya dirugikan oleh siapapun.24
Berdasarkan teori keadilan seperti yang dikemukakan oleh John Rawls dan
Adam Smith tersebut, maka dalam pemberian kredit sindikasi, kontrak kredit
sindikasi haruslah mencerminkan keadilan yang seimbang diantara para pihak, baik
diantara para kreditur dan debiturnya. Jangan sampai ada pihak yang merasa
dirugikan dengan pelaksanaan sindikasi tersebut.
2. Kerangka konsepsi
Konsepsi berasal dari bahasa latin yaitu conceptio yang bermakna hal yang
dimengerti. Sedangkan pengertian berasal dari kata defenitio yang bermakna
perumusan yang pada hakekatnya merupakan suatu bentuk ungkapan pengertian
disamping aneka bentuk lain yang dikenal dalam epistemologi atau teori ilmu
pengetahuan.25
Dalam penelitian hukum, adanya kerangka konsepsi dan landasan teoritis
menjadi syarat yang sangat penting. Dalam beberapa kerangka konsepsi diungkapkan
beberapa konsepsi atau pengertian yang akan digunakan sebagai dasar penelitian
hukum dan didalam landasan atau kerangkan teoritis diuraikan segala sesuatu yang
terdapat dalam teori sebagai sistem aneka teori.26
Suatu teori pada umumnya merupakan gambaran dari apa yang sudah pernah
dilakukan penelititan atau diuraikan, sedangkan suatu konsepsi lebih bersifat
subjektif dari konsepnya untuk sesuatu penelitian atau penguraian yang akan
dirampung. Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau
pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.27
Konsep atau kerangka konsepsi pada hakikatnya merupakan suatu pengarah
atau pedoman yang lebih konkrit daripada kerangka teoritis yang sering kali masih
bersifat abstrak, namun demikian suatu kerangka konsepsi belaka kadang-kadang
masih juga dirasakan abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang
akan dapat pegangan konkrit dalam proses penelitian.28Oleh karena itu, untuk dapat
menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini diperlukan rumusan defenisis
25 Soerjono Soekanto, Sri Mahmuji, Penelitian Hukum Normatif suatu tinjauan singkat,
Rajawali Pers, 1995, hal. 7.
26
Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika Suatu Kompilasi, Rajagrafindo, Jakarta, 2005, h. 2.
27Sarjono Suekanto, Sri Mahmuji,loc Cit.
operasional yang berhubungan dengan istilah-istilah yang akan dipergunakan seperti
Undang-undang dan beberapa literatur.
Istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sudah lama ada dan bukan merupakan
istilah asing. Misalnya dalam hukum dikenal istilah ”Kebebasan Berkontrak”, bukan
”Kebebasan Berperjanjian”, ”Berperhutangan”, atau ”Berperikatan”. Juga lama
dikenal istilah ”kuli kontrak”. Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu
contracts, bahasa Belanda menyebutnyaovereenkomst(perjanjian).29
Menurut Stefen Gifis dalam bukunya Munir Fuady, ada juga yang
memberikan pengertian kepada kontrak sebagai suatu perjanjian atau serangkaian
perjanjian dimana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap
kontrak tersebut oleh hukum dianggap sebagai tugas.30
Selanjutnya Salim HS mengemukakan bahwa hukum kontrak adalah
”Keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua
pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Definisi
lain berpendapat bahwa hukum kontrak dari Ensiklopedia Indonesia adalah rangkaian
kaidah-kaidah hukum yang mengatur berbagai persetujuan dan ikatan antara
warga-warga hukum.
Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa latin credere, yang berarti
kepercayaan. Misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank
adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukkan
29Salim HS,Op Cit, h. 29.
30 Munir Fuady, Misteri di Balik Kontrak Bermasalah, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank kepada debitur adalah
kepercayaan. Atau dari katacreditum/credoyang berarti saya percaya.31
Menurut Ketentuan Pasal 6 Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun
1998 yang mengatur tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992
tentang Perbankan selanjutnya disebut UU Perbankan, kegiatan usaha yang dapat
dilakukan oleh Bank Umum adalah memberikan kredit.
Pengertian kredit dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
pasal 1 butir 11 dapat temukan pengertian kredit adalah sebagai berikut:
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Savelberg dalam buku Mariam Darus Badarulzaman menyatakan bahwa
kredit mempunyai arti antara lain adalah:
a) Sebagai dasar dari suatu perikatan bahwa seseorang berhak menuntut sesuatu
dari orang lain.
b) Sebagai jaminan, yaitu seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain
dengan tujuan untuk memperoleh kembali apa yang diserahkan itu
(commodatus, depositus, regulare, pignus).
Levy dalam Mariam Darus Badarulzaman merumuskan arti hukum dari kredit
sebagai berikut: Menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk digunakan secara
bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu
untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu di
belakang hari.
M Jakile dalam buku Mariam Darus Badarulzaman mengemukakan bahwa
kredit adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu
yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali
hutangnya pada tanggal ersebut.32 Kata sindikasi secara etimologis berasal dari kata
syndicat(latin) yang berarti pengelompokan kepentingan. Bisa juga dari katasyndicat
(Belanda) yang mempunyai arti gabungan pengusaha.33
Yang dimaksud dengan kredit sindikasi tidak lain dari suatu pemberian kredit
seperti biasanya, baik domestik maupun internasional, hanya dalam suatu kredit
sindikasi, pihak krediturnya lebih dari satu pihak sementara pihak debitur tetap 1
(satu) subyek hukum.34Pendapat lain mengenai kredit sindikasi atausyndicated loan
ialah pinjaman yang diberikan oleh beberapa kreditur sindikasi, yang biasanya terdiri
dari bank-bank atau lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur yang biasanya
berbentuk badan hukum untuk membiayai satu atau beberapa proyek (pembangunan
gedung dan pabrik) milik debitur.35
32Mariam Darus Badarulzaman,Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1982 , h.. 21-22 33
S Wojowarsita, Istilah Hukum Latin Indonesia, PT. Intrermasa, Jakarta, 1977, h. 653.
34
Munir Fuady,Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, h. 109.
G. Metode Penelitian
Sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian dimulai
dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan
kaidah-kaidah ilmiah, sebagai berikut :
1. Sifat penelitian dan metode pendekatan
Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk
menganalisis tentang perjanjian kredit sindikasi ditinjau dari hukum kontrak, maka
jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis Normatif yaitu dengan
meneliti bahan kepustakaan atau data skunder yang meliputi buku-buku serta
norma-norma hukum yang terdapat pada praturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan judul dalam penelitian ini. Penelitian yuridis normatif adalah metode
penelitian yang mengacu pada norma-norma yang dilakukan dengan menganalisis
permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan asas-asas hukum serta peraturan
perundang-undangan.36Mengutip istilah Ronald Dworkin, penelitian ini juga disebut
penelitian doktrinal (doctrinal research), yaitu suatu penelitian yang menganalisis
hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as written in the book), maupun yang
diputuskan oleh hakim melalui proses di pengadilan (law it is decided by the judge
through judical prosess).37
36 Soerjono Soekanto, Sri Mahmuji,penelitian hukum normatif, Bayumedia, Surabaya, 2006,
h. 14.
37
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari :
Data sekunder, data yang diperlukan untuk melengkapi data primer. Adapun
data sekunder tersebut antara lain :
1) Bahan hukum primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang besifat autoritatif artinya
mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari Peraturan perundang-undangan
dan putusan pengadilan.38 Peraturan perundang-undangan yang di kaitkan dalam
penulisan tesis ini adalah, Buku ke-III KUHPerdata, Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996 Tentang Hak Tanggungan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang
mengatur Tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,
Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/3/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit, Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tentang Jaminan Pemberian Kredit,
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/33/UPK tanggal 3 Oktober 1973 Tentang
Pembiayaan Bersama oleh Bank Pemerintah, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
11/26/UPK tanggal 12 Januari 1979 Tentang Pembiayaan Secara Konsorsium oleh
Bank Pemerintah, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/1/UKU tanggal 1 Juni
1983 Tentang Pembiayaan kepada Bank Sindikasi.
2) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan publikasi tentang hukum yang bukan
merupakan dokumen resmi, seperti: buku-buku bacaan hasil-hasil penelitian, artikel,
majalah dan jurnal ilmiah hasil seminar atau pertemuan lainnya yang relevan dengan
penelitian ini.
3) Bahan hukum tertier
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum penunjang yang mencakup
Bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder, seperti : kamus hukum, kamus umum, serta bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier diluar hukum yang relevan
dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Beberapa tulisan dalam media internet juga turut menjadi bahan bagi penulisan tesis
ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini. Pengggunaan
secara layak (fair use)terhadap bahan-bahan huku yang diperoleh dari media internet
untuk tujuan ilmiah.39
Selain itu sebagai bahan perbandingan, penulis akan melalukan wawancara
pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Tujuan wawancara ini adalah untuk
menyempurkan penulisan tesis ini dalam membahas masalah perjanjian kredit
sindikai. Wawancara dilakukan Pada Bulan Desember Pada bagian Divisi Kredit pada
PT. Bank Sumut yaitu dengan mewawancara langsung Bapak Teddy Pribadi selaku
pimpinan Divisi Kredit PT. Bank Sumut.
39 Jhonny Ibrahim,Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Jakarta,
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik
kepustakaan (library reseach) untuk mendapatkan data sekunder yang terdiri dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier yakni dengan
meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan tesis ini, seperti buku-buku,
majalah hukum, artikel-artikel dan bahan penunjang lainnya. Alat pengumpulan data
dilakukan dengan cara studi dokumen.
4. Analisis data
Analisis data adalah proses mengumpulkan data, mentabulasi data,
mensistematisasi data, menganalisis data dan menarik kesimpulan dengan
menggunakan logika berfikir deduktif-induktif yaitu menarik kesimpulan dari hal
yang umum kepada hal yang khusus. Analisis data dalam penelitian ini menggunalan
metode pendekatan yang bersifat kualitatif, yaitu pendekatan dengan cara
A. Pengertian Perjanjian Kredit Sindikasi
Berdasarkan poin 1 Ketentuan Umum SK Direksi PT. Bank Sumut Nomor :
371/DIR/DKR-KR/SK/2005 tentang Kredit Sindikasi, yang dimaksud dengan Kredit
Sindikasi adalah
Suatu kerjasama pemberian kredit antara dua atau lebih lembaga keuangan (Bank) kepada atau dengan sebuah perusahaan (Debitur) untuk pembiayaan suatu proyek dengan syarat-syarat atau ketentuan kredit yang sama dengan
perjanjian kredit yang umumnya ditandatangani bersama-sama dan
ditatausahakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Bank yang disebut agen.
Kredit sindikasi adalah adalah teknik bagi suatu bank untuk menyebarkan
resiko dalam pemberian kredit. Oleh karena itu tidak cocok untuk kredit dalam
jumlah kecil, dimana bank dapat sendiri memenuhi permintaan kredit tersebut.40
Namun apabila jumlah kredit yang sangat besar sehingga resiko yang dirasakan bank
terlaku besar dan bank tersebut tidak dapat memikulnya sendiri , meskipun BMPK
dari bank belum terlampaui, maka bank tersebut akan berusaha menbentuk suatu
sindikasi utuk dapat memberikan dana kepada debitur.41
B. Dasar Hukum Pelaksanaan Perjanjian Kredit Sindikasi di Indonesia
Kredit sindikasi yang dilakukan oleh lembaga perbankan adalah kredit yang
diberikan oleh dua atau lebih bank/lembaga keuangan non bank dengan syarat dan
40Sutan Remi Sjahdeini,Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian Dan Aspek Hukumnya,
ketentuan yang sama bagi peserta sindikasi, didokumentasikan dengan dokumen
kredit dan diadministrasikan oleh agen. Hal ini untuk membedakannya dengan kredit
konsorsium.
Perbedaan antara kredit konsorsium dengan kredit sindikasi, yaitu:42
1. Analisa kredit sindikasi dilakukan oleh masing-masing peserta sindikasi
sedangkan analisa kredit konsorsium dilakukan oleh bank induk.
2. Kontrak kredit sindikasi ditandatangani oleh semua peserta sindikasi dan debitur,
dan hanya terdapat 1 kontrak untuk semua pihak dalam sindikasi. Kontrak kredit
konsorsium ditandatangani oleh bank induk debitur. Ada juga kontrak kredit
konsorsium yang ditandatangani bank induk dengan bank peserta konsorsium.
3. Suku bunga kredit sindikasi didasarkan atas kesepakatan kreditur dan debitur,
sedangkan suku bunga kredit konsorsium didasarkan atas kesepakatan bank induk
dengan debitur.
4. Hubungan peserta sindikasi dengan debitur diwakili oleh agen, sedangkan dalam
kredit konsorsium debitur hanya boleh berhubungan dengan bank induk, peserta
konsorsium hanya berhubungan dengan bank induk.
Semua kegiatan yang dilakukan bank tentu membutuhkan hukum sebagai
landasannya. Walaupun belum terdapat Undang-undang yang mengaturnya, kredit
sindikasi berpedoman pada:
42Wawancara penulis dengan Bapak Teddy Pribadi, Bagian Divisi Kredit PT. Bank Sumut,
1. Peraturan Bank Indonesia No. 7/3/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian
Kredit.
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/33/UPK tanggal 3 Oktober 1973 Tentang
Pembiayaan Bersama oleh Bank Pemerintah.
3. Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/26/UPK tanggal 12 Januari 1979 Tentang
Pembiayaan Secara Konsorsium oleh Bank Pemerintah.
4. Surat Edaran Bank Indonesia No. 16/1/UKU tanggal 1 Juni 1983 Tentang
Pembiayaan kepada Bank Sindikasi.
Khusus mengenai pemberian dan pelaksanaan kredit sindikasi pada PT. Bank
Sumut, selain berpedoman kepada aturan di atas juga berpedoman kepada Ketentuan
Umum SK Direksi PT. Bank Sumut Nomor : 371/DIR/DKR-KR/SK/2005 Tentang
Kredit Sindikasi.
Di samping itu peraturan perundang undangan yang terkait dengan kontrak
kredit sindikasi yaitu Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata. Pasal 1320
KUHPerdata mengatur tentang syarat sahnya kontrak, sedangkan Pasal 1338
KUHPerdata mengatur tentang kebebasan para pihak membuat kontrak.
Peraturan-peraturan dari Bank Indonesia tersebut yang menjadi dasar
berlakunya kredit sindikasi di Indonesia. Hal ini tentu mendorong perlu dipikirkannya
pembentukan peraturan Perundang-undangan yang khusus mengatur tentang kredit
sindikasi. Jadi, dengan adanya Undang-undang tersebut akan menjamin kepastian
hukum para pihak dalam melakukan kontrak berdasarkan prinsip kontrak sindikasi.
Dalam Ketentuan Umum SK Direksi PT. Bank Sumut Nomor :
371/DIR/DKR-KR/SK/2005 tentang Kredit Sindikasi, pelaksanaan kredit sindikasi
berpedoman kepada :
1. Buku pedoman perkreditan tentang kredit sindikasi yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan SK direksi tentang kredit sindikasi.
2. Asas-asas perkreditan yang sehat dan prinsip kehati-hatian (prudentian banking).
C. Proses Terjadinya Perjanjian Kredit Sindikasi
Proses terjadinya kredit sindikasi dijelaskan di bawah ini terdiri dari beberapa
rangkaian proses, yaitu :
1. Pembentukan Arranger:
Arranger adalah lembaga yang menerima mandate dari calon debitur untuk
dan atas nama debitur ,mengatur dan mencarikan sumber dana untuk pembiayaan
kredit sindikasi.
Kedudukan arranger ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam
pembentukan organisasi sindikasi,sponsor/calon debitur melakukan pendekatan
kepada calon arranger dengan memberikan informasi tentang rencana pembiayaan
yang akan ditawarkan antara lain :
- Profil Perusahaan
- Kredit yang dibutuhkan dan penggunaannya
- Proposal pembiayaan proyek
Calon arranger melakuakan penelitian awal terhadap rencana pembiayan dan
keterbatasan nya .apabila calon arranger berminat dan mempunyai keyakianan
terhadap prospek pembiayaan dimaksut dan setelah ditentukan syarat-syarat yang
akan dipenuhi oleh calon debitur serta calon debitur menyanggupinya ,maka ditindak
lanjuti dengan penerbitan mandate sebagai kuasa kepada arranger untuk
mengurus/mengkordinir serta membentuk organisasi sindikasi
Penunjukan Lead manager
Lead manager adalah sebuah bank atau lebih yang jumlah keikutsertaanya
(share)Terbesar, sering kali laen manager bertindak sebagai arranger. Tugas dari lead
manager tidak ringan disamping harus mempertaruhkan reputasinya dalam
membentuk sindikasi bagi fasilitas yang diinginkan Debitur. Apabila gagal akan
mempengaruhi dan menyebar dipasar sindikasi, kabar tentang kegagalan ini akan
sangat mempengaruhi reputasi dari lead manager dan sulit mendapat kepercayaan lagi
dikemudian hari untuk membentuk sindikasi. Baik dari debitur sekarang dan debitur
yang akan datang43
2. Pembagian tugas diantara arranger
Apabila yang menjadi arranger adalah sekelompok bank ,sehingga yang
dibentuk Sindikasi kredit itu disebut managing group atau bidding group ,yang
secara bersama-sama medapat mandate dari debitur ,maka yang harus dikerjakan dari
para arranger adalah pembagian tugas dan peranan diantara para anggota kelompok
itu.
Tugas –Tugas arranger tersebut adalah
1. Melakukan penilaian secara mendalam terhadapcredit ratingdebitur
2. Melakukan berbagai negosiasi dengan debitur sebagai kelanjutan dari kontrak
Pertama arranger tersebut dengan penerimaan kredit
3. Bersama-sama dengan debitur menyiapkan information memorandum (info
memo)
4. Mengirim undangan kepada para peserta kredit sindikasi disertaiinformation
Memorandumkepada masing-masing peserta danfeasibility study atas proyek
Atau transaksi yang dibiayai dengan kredit sindikasi tersebut
5 Menyiapakan dokumentasi kredit, terutama berupa perjanjian kredit (loan
agreement) dan dokumentasi jaminan.
6 Menerima kesepakatan para peserta kredit sindikasi tentang siapa yang harus
Ditunjuk sebagaiagent bankbaik yang akan menjadi facility agentmaupun
security agent
7 Menyelengarakan upacara penandatangan perjanjian kredit dan menetapkan
Dimana upacara tersebut diselengarakan
8 Menyiapkantombstonedari kredit sindikasi yang telah disetujui itu
9 Menyelengarakan press conference tenntang kredit sindikasi yang telah
Ditandatangai perjanjian nya .44
3. Penyampaian Offer Oleh Arranger Dan Penyampaian Acceptance Oleh Debitur
Tugas yang paling utama dalam proses pembagian sindikasi padatahap
pre-44Sutan Remi Sjahdeni, Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian Dan Aspek Hukumnya,
Mandate Phaseadalah melakukan kegiatan yang disebutRunning The Book.
Apabila hanya satu arranger, maka semua tugas yang dilakukan oleh
arranger.
Tunggal itu sendiri, namun apabila arranger terdiri dari beberapa Bank, Maka
tugas Running The Book dilakuakan oleh Bank yang Memperoleh Penunjukan oleh
para arranger Bank tersebut DisebutBookrunner atau SyndicatingBank.
Tugas bookrunner menyampaikan penawaran atau tawaran kepada debitur
dengan Mengirimkan suatu dokumen yang disebutTerm Sheet atauOffer Document
Apabila tawaran tersebut disetujui maka oleh debitur ,baik dengan atau tampa
Perubahan mengenai syarat-syarat yang diajukan oleh Bookrunner ,maka debitur
Akan menyampaikan persetujuan yang istilah kukum nya yang tunduk pada
Common lawsistem tersebut disebutacceptance45.
4. Pemberian Mandate Oleh Debitur
Setelah ada pihak yang menjadi arranger atau arranger (bidding Group)
Yang akan membentuk sindikasi kredit, langkah berikut nya dalam proses
Pembentukan kredit sindikasi adalah yang diperolehnya Mandate oleh arranger atau
(Bidding group) dari debitur ,.mandate adalah kewenagan yang diperoleh oleh
arranger atau bidding group untuk membentuk sindikasi yang nantinya memberikan
Sindikasi kepada debitur. Mandate diperoleh oleh arranger atau bidding group dari
debitur setelah terlebih dahulu arranger atau bidding group menyampaikan penawaran
pembiayaan kepada debitur penawaran tersebut disampaikan oleh arranger atau
bidding groupdengan mengeluarkanoffer documentatauterm sheet46.
5. Penyiapan Draf Dokumentasi Kredit
Hal penting lainnya yang dilakukan adalah persiapan draft dokumentasi. Draft
dokumentasi ini antara lain kontrak kredit, akte pengikatan jaminan, dan akta-akta
lainnya. Draft dokumentasi ini memegang peranan penting karena penerimaan atas
penawaran kredit sindikasi kadang masih dibuat bersyarat dan tergantung pada
dokumen ini. Draft dokumentasi ini kemudian dibahas dalam suatu rapat sindikasi
(legal meeting) yang dihadiri oleh arranger, debitur, kreditur, calon agent, notaris
didampingi olehlawyer.
6. Penunjukan Agent Bank
Setelah penandatangan Perjanjian Kredit Sindikasi Ditandatangani Oleh para
pihak Operasional dan adminitrasi dari penggunaan kredit sindikasi tersebut harus
Dilakukan oleh suatu Bank yang berperan Sebagai agent Bank.
Oleh karena Itu para peserta kredit sindikasi harus menyepakati siapa yang
harus ditunjuk atau bertindak sebagai agent bank.
7. penyiapan dan penandatangan Dokumentasi Kredit
Apabila sindikasi sudah terbentuk dan kreditur besedia mengucurkan dana
bagi Debitur maka selanjutnya adalah menyiapkan dokumen kredit untuk kemudian
ditanda tangani bersama-sama ,agar perjanjian ini mempunyai kekuataan dan
46Sutan Remi Sjahdeni, Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian Dan Aspek Hukumnya,
mengikat, perjanjian kredit tersebut haruslah ditandatangani oleh pihak yang
terlibat didalamnya
8. Upacara Penandatangan Perjanjian Kredit Sindikasi
Apabila sekelompok bank bertindak sebagai arranger, maka diantaranya ada
yang Ditunjuk untuk mengatur Upacara penandatangan perjanjian kredit sindikasi
Karena upacara ini merupakan kejadian yang sangat penting dalam kredit sindikasi
Sudah menjadi keharusan dari pihak yang terlibat untuk hadir di acara loan signing
Ceremony.
9. Publisitas
Setelah ditandatanganinya Perjanjian Kredit Sindikasi langkah berikutnya
adalah Publisitas bagi pemberian kredit sindikasi, publisitas ini untuk kepentingan
debitur Kreditur dan bagi publik. Tugas ini dilaksanakan oleh bank yang secara
Khusus ditunjuk oleh bank untuk peserta kredit sindikasi, biasa nya hal ini dilakukan
Oleh Lead Manager bentuk dari publisitas bisa berupa Press Conference bisa ditindak
lanjutin dengan tombstone yang akan dibagi-bagikan dan pemasangan iklan.47
sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan ada perbedaan dalam proses atau
prosedur kredit sindikasi, dimana urutan urutan yang berkenanan dengan prosedur
perjanjian kredit sindikasi,tidak lah bersifat baku,walaupon secara garis besar
prosedur dari perjanjian kredit sindikasi ini sama berikut hasil wawancara penulis
dengan salah satu informan:
47Sutan Remi Sjahdeni, Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian Dan Aspek Hukumnya,
1. Adanya permohonan fasilitas kredit
Permohonan oleh debitur ke salah satu bank bisa juga dengan offer
(penawaran) dari salah satu bank kepada calon penerima kredit. Hal ini tergantung
masing-masing pihak yang menginginkan kredit sindikasi. Sebelum pengajuan
permohonan, debitur harus memenuhi syarat-syarat untuk menjadi debitur kredit
sindikasi, yaitu :
a) Legalitas usaha harus sudah komplit secara hukum seperti ijin usaha, Anggaran Dasar, susunan pengurus, dan lain-lain.
b) Proyek Fisible, yakni bahwa secara teknis bisa dibiayai dan tidak melanggar ketentuan pemerintah.
c) Jaminan tersedia cukup.
d) Mampu menyediakanself financingsesuai ketentuan sindikasi. e) Tunduk pada ketentuan sindikasi.48
2. Pemberian mandat oleh debitur kepada arranger untuk melakukan sindikasi
Apabila bank telah menerima permohonan kredit tersebut, maka debitur
memberi mandat kepada bank untuk melakukan pembiayaan secara sindikasi. Mandat
adalah kewenangan yang diberikan oleh calon penerima kredit kepadaarranger (lead
manager) atau kepada arrangers (managing group) untuk membentuk sindikasi
kredit yang terdiri dari bank-bank yang akan menyediakan pembiayaan yang
dibutuhkan oleh calon penerima kredit. Mandat ini biasanya didahului dengan telepon
terlebih dahulu baru bentuk tertulis.49Arranger adalah pihak yang menjadi perantara
komunikasi antara kreditur dengan debitur. Bank yang diberi mandat dalam
48
Wawancara penulis dengan Bapak Teddy Pribadi, Bagian Divisi Kredit PT. Bank Sumut, pada hari Selasa tanggal 13 Desember 2011 pukul 17.16 Wib.
49Sutan Remi Sjahdeni, Kredit Sindikasi Proses, Teknik Pemberian Dan Aspek Hukumnya,
pembiayaan secara sindikasi (arranger) meminta dokumen-dokumen atau informasi
yang terkait dengan perusahaan atau proyek yang akan dibiayai. Dokumen atau
informasi ini disiapkan oleh nasabah sendiri. Dokumen dan informasi tersebut
sebagai dasar untuk pembuatan info memo dan indikasi term and condition atas
proyek yang akan dibiayai.
3. Penawaran atau undangan kepada calon bank peserta sindikasi
Arranger kemudian membuat surat penawaran kepada bank atau lembaga
keuangan non bank untuk pembiayaan proyek tersebut dilampiri info memoterm and
condition dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk proses analisa bagi
bank-bank atau lembaga keuangan yang ditawari. Info memo yang berisi data tentang
informasi nasabah dan proyek yang akan dibiayai ini tentu akan dijadikan
pertimbangan bagi bank-bank atau lembaga keuangan untuk menerima penawaran
tersebut atau tidak.
4. Analisa kredit oleh bank peserta sindikasi
Setelah didapat bank atau lembaga keuangan yang menerima penawaran
tersebut maka dilakukan presentasi proyek dan kunjungan ke lokasi proyek oleh
debitur, calon kreditur dan arranger. Hal ini diperlukan untuk analisa kredit oleh
bank peserta sindikasi. Persetujuan dan porsi pembiayaan atau term and condition
disampaikan oleh peserta sindikasi ke arranger. Selanjutnya surat keputusan kredit
5. Persiapan draft dokumentasi
Hal penting lainnya yang dilakukan adalah persiapan draft dokumentasi. Draft
dokumentasi ini antara lain kontrak kredit, akte pengikatan jaminan, dan akta-akta
lainnya. Draft dokumentasi ini memegang peranan penting karena penerimaan atas
penawaran kredit sindikasi kadang masih dibuat bersyarat dan tergantung pada
dokumen ini. Draft dokumentasi ini kemudian dibahas dalam suatu rapat sindikasi
(legal meeting) yang dihadiri oleh arranger, debitur, kreditur, calon agent, notaris
didampingi olehlawyer.
6. Loan signing Ceremony
Setelah dokumen-dokumen telah selesai maka dilakukanlah penandatanganan
kontrak kredit sindikasi. Dilakukan dengan upacara khusus yang disebutloan signing
ceremony. Semua pihak yang terlibat ikut tandatangan. Kontrak kredit sindikasi ini
merupakan dokumen yang paling penting, sebagai pedoman dalam pelaksanaan kredit
sindikasi dan merupakan bukti autentik. Setelah terjadinya penandatanganan kontrak
sebagai tanda adanya kesepakatan dan dimulainya kontrak tersebut, tugas arranger
selesai.50
7. Publisitas
Publisitas dilakukan setelah terjadi penandatanganan kontrak kredit sindikasi.
Hal ini dilakukan dengan membuatpress conferenceataupress releaseyang biasanya
dihadiri oleh media cetak maupun elektronik. Tindak lanjut dari publisitas ini
50Wawancara penulis dengan Bapak Teddy Pribadi, Bagian Divisi Kredit PT. Bank Sumut,