• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Sistem Reward Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Sistem Reward Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus Di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA

ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI

DENGAN SISTEM REWARD SEBAGAI

VARIABEL MODERATING

(Studi Kasus Di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)

GELADIKARYA

Oleh:

DEWI LINA

NIM : 067007066

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Geladikarya :

Nama : Nim : Program Studi :

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN

BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA

PEGAWAI DENGAN SISTEM REWARD SEBAGAI

VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Di

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)

Dewi Lina 067007066

Magister Manajemen

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng

Ketua

Dra. Sri Mulyani, Ak,MBA

Anggota

Ketua Program Studi,

Prof.Dr.Ir.Darwin Sitompul, M.Eng

Direktur Sekolah Pascasarjana,

(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai serta pengaruh sistem reward dalam hubungan antara kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja pegawai.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel atau untuk menganalisis bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala dan pegawai biro Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan yang berjumlah 111 orang. Penentuan jumlah sampel yang diambil sebagai responden adalah menggunakan penarikan proportionate stratified random sampling. Adapun jumlah sampel dari penelitian berjumlah 87 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data primer berupa kuesioner.Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan metode perhitungan indeks dan statistik inferensial dengan analisa regresi linier berganda untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan analisa regresi bertingkat untuk tujuan kedua.

(4)

yang positif terhadap kinerja sedangkan Budaya Organisasi memiliki arah negatif. (6) Kepemimpinan dan Budaya Organisasi secara serempak berpengaruh terhadap kinerja pegawai biro UMSU. Besarnya pengaruh yang diberikan kepada Kinerja Pegawai sebesar 11,6% sedangkan sisanya 88,4% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hal berarti

Kepemimpinan dan Budaya Organisasikurang kuat untuk mempengaruhi Kinerja

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa geladikarya yang berjudul :

“ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN SISTEM

REWARD SEBAGAI VARIABEL MODERATING” (Studi Kasus di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)

adalah benar hasil karya sendiri yang belum pernah dipublikasikan. Semua

sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas.

Medan, 27 Pebruari 2012

Yang Membuat Pernyataan

(6)

RIWAYAT HIDUP

Dewi Lina, lahir di Tebing Tinggi 29 Januari 1956 dari pasangan Chin Lai dan Saimah. Menikah dengan Drs. Silvanus Ginting,Ak. pada tahun 1987 dan dikarunia 3 orang anak yakni Kania Ginting, Riski Titian Ginting,Bsc, dan Pepita Nesi Ginting.

Pendidikan:

SD karya Medan

SMP Abadi Jaya Medan

SMA Negeri II Medan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Lulus Tahun 1971

Lulus Tahun 1973

Lulus Tahun 1976

Lulus Tahun 1984

Riwayat pekerjaan:

Staff pembukuan di PT. Pantja Simpati Tahun1977 – 1984 Kepala Pembukuan di PT. Wijaya Permai Tahun 1983 – 1984 Tax Accountant di PT. Kimsari Paper Indonesia Tahun 1985 – 1988 Financial Controller di PT. United Kingdom Indonesia Plantation Tahun 1988 - 1999

General Manager di Estate Departement PT. Tolan Tiga Indonesia Tahun 1999 – 2003

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat TUHAN YME karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

geladikarya ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Sistem Reward Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)” yang

merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi

Magister Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Geladikarya ini diselesaikan berkat bimbingan dan arahan serta bantuan

dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan

yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE,. selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr.Ir. Darwin Sitompul, M.Eng., selaku Ketua Program Studi

Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr.Ir. Nazaruddin,M.T. selaku Sekretaris Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng., selaku Ketua Komisi

Pembimbing, dan Ibu Dra. Sri Mulyani, Ak,MBA., selaku Anggota Komisi

Pembimbing.walaupun dalam kesibukan beliau-beliau yang luar biasa masih

menyempatkan diri meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan

petunjuk-petunjuk, saran-saran, masukan dan koreksi serta pengarahan kepada

(8)

5. Seluruh Dosen Program Studi Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengetahuan dan

bimbingan kepada penulis dalam masa pendidikan di Program Studi Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Rektor dan Wakil Rektor Universitas Muhamaddiyah Sumatera Utara

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

7. Bapak Dekan dan Wakil Dekan Seluruh Fakultas yang ada di lingkungan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan dan bantuan dalam rangka pengumpulan data yang berhubungan

dengan geladikarya ini.

8. Bapak-bapak / Ibu-ibu Pimpinan Biro dan Pegawai Biro Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam

rangka mendapatkan data-data yang diperlukan dalan penyelesaian geladikarya

ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan, Dian. Bron, Niko, Dewa, Haris, Edwin, Lely, Pak

Nana, Budi yang telah mengisi hari-hari penulis dengan berbagi suka dan duka

selama menempuh pendidikan di Program studi Magister Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera dan seluruh Staff Sekretariat Program

Magister Manajemen.

Yang sangat penulis sayangi dan sanjung Ibunda Saimah dan Ayahanda

Chin Lai (alm) yang pertama kali memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

(9)

untuk keberhasilan penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi

Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Teristimewa kepada suamiku tercinta Drs. Silvanus Ginting,Ak., yang senantiasa memberi dukungan moril dan materil dan do‟a yang tak henti-hentinya

demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi di Program Magister

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Kepada anak-anakku tersayang Kania Ginting, Riski Titian Ginting,BSc.,

dan Pepita Nesi Ginting, yang senantiasa memberikan dukungan moril sehingga

ibunda dapat menyelesaikan studi di Program Magister Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis memohon kepada TUHAN

semoga kebaikan Bapak-bapak dan Ibu-ibu, keluarga serta rekan-rekan yang telah

membantu dalam penyelesaian studi ini diterima oleh TUHAN YME , Amin.

Medan, 27 Pebruari 2012

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang Masalah ...

1.2 Rumusan Masalah ...

1.3 Tujuan Penelitian ...

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ...

1.5 Ruang Lingkupdan Batasan Penelitian ...

1.6 Asumsi-Asumsi ...

2.1.1.3. Penilaian Kinerja ...

2.1.1.4. Pejabat Penilai Kinerja ...

2.1.2. Kepemimpinan...

2.1.2.1. Pengertian Kepemimpinan ...

(11)

2.1.3.1. Pengertian Budaya Organisasi...

2.1.3.2.Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi...

2.1.4. SISTEM REWARD...

2.1.4.1. Pengertian Reward...

2.1.4.2. Jenis-jenis Reward...

2.2. Review Hasil-Hasil Penelitian ...

2.3. Resume Hasil-Hasil Penelitian ...

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 3.1. Kerangka Konseptual ...

3.2. Rumusan Hipotesis Penelitian ...

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN ... 4.1. Jenis Penelitian ...

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...

4.3. Metode Penelitian ...

4.3.1 Populasi dan Sampel ...

4.3.2 Teknik Pengumpulan Data ...

4.3.3 Variabel Penelitian ...

4.3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...

4.3.5 Teknik Analisis Data...

4.3.5.1. Statistik Deskriptif...

4.3.5.2. Statistik Inferensial...

4.3.6. Uji Kualitas Data...

4.3.7. Pengujian Asumsi Klasik...

4.4. Uji Hipotesis...

BAB V. GAMBARAN UMUM LEMBAGA...

(12)

5.2. Struktur Organisasi...

5.3. Visi Dan Misi...

BAB VI. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN...

6.1. Deskriptif Data...

6.1.1. Demofrafik Responden...

6.1.2. Gambaran Jawaban Responden atas Variabel Penelitian...

6.1.3. Pengujian Kualitas Data ...

6.1.4. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...

6.1.5 Pengujian Hipotesis ...

6.2. Pembahasan ...

6.2.1.Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Sistem

Reward Terhadap Kinerja Pegawai Biro Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara...

6.2.2. Pengaruh Sistem Reward Terhadap hubungan antara

Kepemimpinan, Budaya Organisasi dengan Kinerja Pegawai

(13)

DAFTAR TABEL

Perkembangan Jumlah Mahasiswa dan Jumlah Pegawai Biro Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara...

Review Penelitian Terdahulu...

Jadwal Pelaksanaan Penelitian...

Penentuan Sampel Penelitian...

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...

Responden Menurut Usia...

Responden Menurut Jenis Kelamin...

Responden Menurut Pendidikan Terakhir...

Responden Menurut Masa Kerja...

Tanggapan Responden Mengenai Kepemimpinan...

Tanggapan Responden Mengenai Budaya Organisasi...

Tanggapan Responden Mengenai Sistem Reward...

Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Pegawai...

Hasil UJi Validitas Item Pertanyaan Variabel Kepemimpinan....

Hasil Uji Validitas - Item Pertanyaan Variabel Budaya Organisasi...

Hasil Uji Validitas - Item Pertanyaan Variabel Sistem Reward.

Hasil Uji Validitas - Item Pertanyaan Variabel Kinerja Pegawai

Hasil Uji Reliabilitas - Item Pertanyaan Variabel

Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Sistem Reward dan

Kinerja Pegawai...

Hasil Uji Multikolinearitas Dengan SPSS...

sil Pengujian Multikolinearitas Dengan SPSS

(14)

Tabel 6.16

Tabel 6.17

Hasil Analisis Regresi Pengaruh Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai di UMSU...

Hasil Regresi Bertingkat Pengaruh Sistem Reward Terhadap Hubungan Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Dengan Kinerja Pegawai UMSU...

78

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.

Gambar 3.1.

Gambar 5.1.

Gambar 6.1.

Gambar 6.2.

Gambar 6.3.

Dimensi-Dimensi Budaya Organisasi...

Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja dengan Sistem Reward Sebagai Variabel Moderating...

Bagan Struktur Organisasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara...

Hasil Uji Normalitas Dengan SPSS Dalam Grafik...

Hasil Uji Normalitas Dengan SPSS Dalam Scater Plot...

Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan SPSS...

Hal

29

40

58

74

74

(16)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai serta pengaruh sistem reward dalam hubungan antara kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja pegawai.

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengukur hubungan antara variabel atau untuk menganalisis bagaimana pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala dan pegawai biro Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan yang berjumlah 111 orang. Penentuan jumlah sampel yang diambil sebagai responden adalah menggunakan penarikan proportionate stratified random sampling. Adapun jumlah sampel dari penelitian berjumlah 87 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data primer berupa kuesioner.Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan metode perhitungan indeks dan statistik inferensial dengan analisa regresi linier berganda untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan analisa regresi bertingkat untuk tujuan kedua.

(17)

yang positif terhadap kinerja sedangkan Budaya Organisasi memiliki arah negatif. (6) Kepemimpinan dan Budaya Organisasi secara serempak berpengaruh terhadap kinerja pegawai biro UMSU. Besarnya pengaruh yang diberikan kepada Kinerja Pegawai sebesar 11,6% sedangkan sisanya 88,4% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hal berarti

Kepemimpinan dan Budaya Organisasikurang kuat untuk mempengaruhi Kinerja

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kinerja sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan dalam

upaya mencapai tujuannya. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia ,

pegawai dalam sebuah organisasi sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang

baik bagi pegawai itu sendiri dan juga untuk keberhasilan perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2000) kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Selanjutnya Mangkuprawira (2007) menarik kesimpulan bahwa

kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu

maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh

kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta

keinginan untuk berprestasi. Dengan demikian kinerja terbagi dua jenis yaitu:

kinerja peran pekerjaan yang digambarkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas

hasil dari pekerjaan tersebut. Kinerja kontekstual memberikan sumbangan pada

keefektipan organisasi dengan mendukung keadaan organisasional, sosial dan

psikologis.

Faktor penting yang menentukan kinerja karyawan dan kemampuan

organisasi beradaptasi dengan perubahan lingkungan menurut Bass et.al,

(19)

kepemimpinan (leadership). Kepemimpinan yang efektif harus memberikan

pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan

organisasi. Tanpa kepemimpinan, hubungan antara tujuan perseorangan dan

tujuan organisasi mungkin menjadi tidak searah. Keadaan ini menimbulkan situasi

dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, sementara itu

keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam pencapaian

sasaran-sasarannya.

Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri

seorang yang memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor baik

faktor-faktor intern maupun faktor-faktor-faktor-faktor ekstern. Menurut Winardi (2000)

kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang membentuk dan membantu

orang lain untuk berkerja dan antusias mencapai tujuan yang direncanakan dalam

kaitannya dengan keberhasilan organisasi. Handoko (2003) menyatakan, dalam

kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja,

loyalitas kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja terutama tingkat prestasi suatu

organisasi.

Selain kepemimpinan faktor paling kritikal yang dipandang dapat

mempengaruhi kinerja karyawan adalah budaya organisasi. Budaya organisasi

dikenal luas sebagai fondasi sistem dan aktivitas manajemen dalam setiap

organisasi (Harber et al 1997).

Budaya organisasi menurut Anthony dan Govindarajan (2004) meliputi

keyakinan bersama, nilai-nilai hidup yang dianut, norma prilaku serta

(20)

seluruh jajaran organisasi. Unsur - unsur ini menjadi dasar untuk mengawasi

perilaku pegawai, cara mereka berfikir, kerja sama dan berinteraksi dengan

lingkungannya. Jika budaya organisasi baik, maka akan dapat meningkatkan

prestasi kerja pegawai dan akan dapat menyumbangkan keberhasilan kepada

perusahaan.

Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulan kompetitif yang

utama, yaitu bila budaya organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila

budaya organisasi dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan

cepat dan tepat. Budaya organisasi selain berpengaruh terhadap prestasi kerja

organisasi, berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai. Selanjutnya prestasi

kerja organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja

pegawai yang tinggi merupakan salah satu indikator efektivitas manajemen, yang

berarti bahwa budaya organisasi telah dikelola dengan baik.

Menurut Sule dan Saefullah (2005) budaya organisasi merupakan

nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan

lingkungan di mana organisasi tersebut menjalan kegiatannya. Adanya kesesuaian

antara nilai pribadi dengan nilai perusahaan akan meningkatkan kinerja. Budaya

organisasi merupakan apa yang dipersepsikan oleh para pegawai dan bagaimana

persepsi ini menciptakan pola-pola kepercayaan, nila-nilai, dan harapan-harapan.

Pegawai sebagai bagian dari organisasi perusahaan akan mempersepsikan

nilai-nilai budaya organisasi yang ada di perusahaan, apakah nilai-nilai-nilai-nilai perusahaan

sesuai dengan nilai-nilai individu. Adanya kesesuaian antara nilai pribadi dengan

(21)

berpendapat bahwa semakin meningkat bukti bahwa hanya perusahaan -

perusahaan dengan budaya organisasi yang efektif yang dapat menciptakan

peningkatan produktivitas, meningkatkan rasa ikut memiliki dari karyawan, dan

pada akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan.

Kinerja suatu organisasi tergantung pada kerja pegawainya. Namun, atasan

dapat berperan dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan suatu

organisasi. Dalam hal ini, atasan harus mempunyai peran yang penting dalam

usahanya untuk memotivasi dan mengelola pegawainya. Berkaitan hal diatas,

maka organisasi perlu memberikan perhatian khusus terhadap prestasi yang

diperoleh oleh pegawai dengan cara pemberian reward (hadiah, imbalan, dan

penghargaan) dan motivasi untuk bekerja penuh semangat, memiliki tanggung

jawab yang tinggi terhadap tugasnya, sehingga suatu organisasi akan mudah

dalam memenuhi tujuan yang direncanakan. Menurut Anthony dan Govindarajan

(2004) menyatakan bahwa perusahaan merekrut orang-orang yang baik,

mengharapkan mereka untuk berkinerja dengan baik dan membayar mereka

dengan baik jika kinerja benar-benar aktual.

Bekerjanya seseorang dalam suatu organisasi atau perusahaan tersebut

tidak hanya dalam bentuk upah atau gaji, akan tetapi juga imabalan yang

dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dengan berbagai jenis dan

bentuknya. Untuk maksud tersebut manajemen diharapkan mampu menerapkan

suatu imbalan yang efisien. Suatu reward yang dirancang oleh suatu organisasi

harus mampu memacu motivasi kinerja pegawainya agar kinerja yang tinggi. Oleh

(22)

Sastrohadiwiryo (2002) bahwa reward adalah imbalan jasa atau balas jasa yang

diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut

telah memberikan sumbangan tenaga atau pikiran demi kemajuan perusahaan

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Beberapa studi empiris mengenai pengaruh kompensasi terhadap kinerja

karyawan menunjukkan bahwa pemberian kompensasi yang layak dalam wujud

moneter (monetary rewards), seperti insentif tahunan (annual incentives), dan

dalam wujud non moneter (psychological rewards) seperti promosi jabatan,

pemberian otonomi dan tanggung jawab memiliki pengaruh yang positif terhadap

peningkatan produktivitas karyawan dan peningkatan kinerja perusahaan secara

keseluruhan. Scott, Anthony dan Govindarajan serta Merchant dalam Lako

(2004).

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara disingkat dengan UMSU

merupakan salah satu dari lembaga pendidikan milik persyarikatan

Muhammadiyah, berfungsi menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran,

penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Penelitian ini dilakukan terhadap pegawai biro di Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Sebagai sumber daya manusia, yang

mengemban tugas tidak kalah pentingnya untuk memberikan pelayanan pada

mahasiswa. Mahasiswa dapat mengikuti kegiatan-kegiatan akademik dengan

lancar sampai lulus, selain karena telah menempuh semua mata kuliah sesusai

program studi yang dipilih, juga telah melaksanakan kegiatan administratif yang

(23)

konsekuensi terhadap beban kerja bagi pegawai UMSU. Berikut perbandingan

perkembangan mahasiswa dengan pegawai biro UMSU.

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Mahasiswa dan Jumlah Pegawai Biro Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Sumber: Biro Administrasi Umum dan Biro Administrasi Akademik UMSU

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan antara

jumlah mahasiswa dengan jumlah pegawai biro tidak berbanding lurus mulai dari

tahun ajaran 2008/2009 s/d tahun ajaran 2011/2012, antara lain jumlah

mahasiswa tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 18.281 orang atau naik sebesar

19,14% dari tahun sebelumnya, sedangnya jumlah pegawai biro hanya naik

sebesar 5,71% dari tahun sebelumnya. Kondisi tersebut menjadikan beban kerja

pegawai biro semakin berat, karena perbandingan perubahan secara mutlak dan

relatif (dalam prosentase) dari keduanya pada tahun yang sama tidak

proporsional. Maka kemungkinan pegawai biro sering mengalami kejenuhan , hal

ini akan berdampak pada hasil kerja yang kurang baik yang dapat mempengaruhi

kualitas dan kuantitas kerja serta tingkat kesalahan pekerjaan meningkat (Robbins,

(24)

Kesalahan dalam pencetakan Kartu Hasil Studi (KHS) dan keterlambatan

pemberian Kartu Hasil Studi (KHS), pada semester genap tahun ajaran

2011/2012 , dimana ± 95% KHS mahasiswa dibagikan setelah dimulainya

perkuliahan, yang pada akhirnya terjadi keterlambatan pada pencetakan Kartu

Rencana Studi (KRS) mahasiswa, pelayanan terhadap penerbitan ijazah yang

lebih dari satu bulan sampai dua bulan padahal mahasiswa yang telah

menyelesaikan studinya dapat secepatnya memperoleh ijazah untuk melamar

pekerjaan, dan pelayanan-pelayanan administrasi lainnya seperti up date data

dosen.

UMSU sebagai organisasi yang menekankan formalisasi dan terstruktur di

bawah koordinator Kopretis Wilayah I, salah satu hal yang terpenting untuk

memastikan bahwa SDM yang dimiliki dapat menunjang kinerja, maka UMSU

perlu memperhatikan sistem reward kepada pegawai. Bagaimanapun juga sistem

reward yang dirasakan karyawan tidak terlepas dengan adanya faktor

kepemimpinan dan budaya organisasi yang ada. Selanjutnya hal ini akan

berimplikasi pada peningkatan kinerja pegawai.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah ada pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja

pegawai ?

2. Apakah sistem reward mempengaruhi hubungan antara kepemimpinan dan

(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian geladikarya ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh kepemimpinan dan budaya

organisasi terhadap kinerja pegawai.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh sistem reward dalam hubungan

antara kepemimpinan dan budaya organisasi dengan kinerja pegawai.

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Peneliti, dapat meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah

wawasan.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara dapat menjadi bahan pertimbangan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan upaya peningkatan kinerja pegawai.

3. Sedangkan bagi akademisi dan peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi bahan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1. 5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini, ruang lingkup analisis dibatasi pada masalah kepemimpinan,

budaya organisasi, sistem reward dan kinerja pegawai biro Universitas

(26)

1.6 Asumsi- Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bahwa kepemimpinan, budaya organisasi dapat mempengaruhi kinerja

pegawai dalam bekerja, sistem reward diduga sebagai variabel moderating

yang memperkuat atau memperlemah hubungan kepemimpinan dan budaya

organisasi terhadap kinerja pegawai.

2. Responden diasumsikan mengerti isi kuisioner.

3. Responden penelitian adalah pegawai biro UMSU yang terlibat langsung

dengan pelayanan terhadap mahasiswa.

4. Selama penelitian berlangsung, kegiatan atau aktivitas pegawai tetap berjalan.

5. Indikator-indikator yang ditentukan sesuai dengan teori dan keadaan yang

sebenarnya.

6. Data-data yang digunakan dalam pengukuran kepemimpinan, budaya

organisasi, sistem reward dan kinerja pegawai dianggap benar sehingga layak

digunakan dalam analisis setelah melalui proses uji validitas dan reliabilitas

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Deskripsi Teori

2.1.1 Kinerja

2.1.1.1. Pengertian Kinerja

Menurut Hasibuan (2005) kinerja adalah gabungan dari tiga faktor

penting yaitu kemampuan dan minat seseorang bekerja, kemampuan dan

penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi

seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor di atas, maka semakin besarlah

kinerja karyawan bersangkutan (Hasibuan, 2005)

Menurut Dharma (2003) bahwa kinerja adalah sesuatu yang dikerjakan

atau produk/jasa yang dihasilkan dan diberikan oleh seseorang atau sekelompok

orang. Mathis dan Jackson (2002) berpendapat bahwa, kinerja pada dasarnya

adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan

adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada

organisasi yang antara lain termasuk: (1) kuantitas output, 2) kualitas output, (3)

jangka waktu output, (4) kehadiran di tempat kerja, dan (5) sikap kooperatif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka kinerja karyawan dapat

merupakan hasil yang dicapai karyawan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang

diberikan kepadanya baik secara kuantitas maupun kualitas melalui prosedur yang

berfokus pada tujuan yang hendak dicapai serta dengan terpenuhinya standard

(28)

2.1.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Kinerja yang dicapai karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam menjamin kelangsungan hidup organisasi. Dalam mencapai kinerja yang

tinggi ada beberapa faktor yang mempengaruhi untuk menjadi pemicu apakah

kinerja karyawan tinggi atau rendah. Faktor yang mempengaruhi pencapaian

kinerja yang baik, menurut Mathis dan Jackson (2002) diantaranya adalah : “Kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang

mereka lakukan dan hubungan mereka dengan organisasi “.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2000) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah :

1. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam menghadapi

situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi menggerakkan diri karyawan yang

terarah untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+ skill). Artinya, karyawan

yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh sebab

itu karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan

(29)

Selanjutnya Stern dalam Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu adalah faktor individu dan

faktor lingkungan kerja organisasi.

1. Faktor Individu

Secara psikologis, individu yang normal yang memiliki integritas yang tinggi

antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya

integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka inidividu tersebut

memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan

modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan

potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas

kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, tanpa

adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi

pimpinan mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai

tujuan organisasi. Konsentrasi individu dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh

kemampuan potensi, yaitu kecerdasan pikiran/Intelegensi Quotiont (IQ) dan

kecerdasan emosi/Emotional Quotiont (EQ).

2. Faktor Lingkungan Organisasi

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam

mencapai kinerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain

uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang

menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim

kerja respek dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang relatif

(30)

maka bagi individu yang memiliki tingkat kecerdasan pikiran memadai

dengan kecerdasan emosi baik, sebenaranya ia tetap dapat berprestasi dalam

bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah

dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu

(pemotivator), tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.

Timple dalam Mangkunegara (2000) menyatakan faktor-faktor kinerja

terdiri dari faktor internal dan eksternal.

1) Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan

sifat-sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena

mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras,

sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut

mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki

upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.

2) Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang

yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan

rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

Dari beberapa kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja

seorang karyawan dipengaruhi oleh individu (internal) dan faktor yang ada di

lingkungan kerja karyawan (faktor eksternal). Kinerja yang optimal selain

didorong oleh motivasi seseorang dan tingkat kemampuan yang memadai, oleh

adanya kesempatan yang diberikan, dan lingkungan yang kondusif. Meskipun

seorang individu bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang jadi

(31)

2.1.1.3. Penilaian Kinerja

Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa: “Penilaian kinerja adalah

suatu proses penilaian kinerja karyawan yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya”.

Sastrohadiwiryo (2002) menyatakan bahwa: “Penilaian kinerja adalah

suatu kegiatan yang dilakukan manajemen/penyelia penilai untuk menilai kinerja

tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja uraian/deskripsi

pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun”. Menurut Hasibuan (2005) bahwa: “Penilaian kinerja adalah menilai hasil kerja nyata

dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.

Menempatkan kebijaksanaan berarti, apakah karyawan akan dipromosikan,

didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikkan.”

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dikatakan penilaian kinerja

adalah suatu proses penilaian kinerja karyawan yang dilakukan pemimpin

perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

Masalah penilaian kinerja merupakan suatu hal yang sangat penting, karena

penilaian kinerja mempunyai banyak manfaat, baik bagi karyawan maupun

perusahaan. Penilaian kinerja sangat perlu diperhatikan untuk pengembangan

karier karyawan tersebut lebih lanjut.

Menurut Mangkunegara (2000) unsur-unsur yang dinilai dari kinerja

adalah kualitas kerja, kuantitas kerja, keandalan, Kualitas kerja terdiri dari

ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan. Kuantitas kerja terdiri dari output

(32)

inisiatif, kehati-hatian, kerajinan. Sedangkan Sastrohadiwiryo (2002) menyatakan

unsur-unsur yang dinilai dalam penilaian kinerja antara lain : kesetiaan, prestasi

kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama, prakarsa dan

kepemimpinan.

Bernardin dan Russel dalam Rosyidi (2007) menyebutkan adanya enam

kriteria untuk mengukur kinerja seorang karyawan, yaitu:

1) Quality, sejauh mana kemampuan menghasilkan sesuai dengan kualitas

standar yang ditetapkan perusahaan.

2) Quantity, sejauh mana kemampuan menghasilkan sesuai dengan jumlah

standar yang ditetapkan perusahaan.

3) Timeleness, tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang

dikehendaki dengan memperhatikan koodinasi out put lain serta waktu yang

tersedia untuk kegiatan lain.

4) Cost of effectiveness, sejauh mana tingkat penerapan sumberdaya manusia,

keuangan, teknologi, dan material yang mampu dioptimalkan.

5) Need of supervision, sejauh mana tingkatan seorang karyawan untuk bekerja

dengan teliti tanpa adanya pengawasan yang ketat dari supervisor.

6) Interpersonal input, sejauh mana tingkatan seorang karyawan dalam

pemeliharaan harga diri, nama baik dan kerjasama, diantara rekan kerja dan

bawahan.

Keseluruhan unsur/komponen penilaian kinerja di atas harus ada dalam

pelaksanaan penilaian agar hasil penilaian dapat mencerminkan kinerja dari para

karyawan. Secara umum, penilaian kinerja bertujuan untuk memberikan feedback

(33)

meningkatkan produktifitas organisasi, dan secara khusus dilakukan dalam

kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap karyawan, seperti tujuan

promosi (pengembangan karier), kenaikan gaji, pendidikan dan pelatihan.

2.1.1.4. Pejabat Penilai Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2002) Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh

siapapun yang mengetahui dengan baik kinerja dari karyawan secara individual.

Kemungkinannya adalah sebagai berikut

1. Para Supervisor yang Menilai Karyawan Mereka

Penilaian secara tradisional atas karyawan oleh supervisor didasarkan pada

asumsi bahwa supervisor langsung adalah orang yang paling memenuhi syarat

untuk mengevaluasi kinerja karyawan secara realistis dan adil. Untuk mencapai

tujuan ini, beberapa supervisor menyimpan catatan kinerja mengenai pencapaian

karyawan mereka. Catatan ini menyediakan contoh spesifik untuk digunakan

ketika menilai kinerja.

2. Para Karyawan yang Menilai Atasan Mereka

Sejumlah organisasi dimasa sekarang meminta para karyawan atau

anggota kelompok untuk memberi nilai pada kinerja supervisor dan manajer. Satu

contoh utama dari penilaian jenis ini terjadi diperguruan tinggi dan universitas,

dimana para mahasiswa mengevaluasi kinerja para pengajarnya diruang kelas.

Industri juga menggunakan penilaian karyawan untuk tujuan pengembangan

manajemen. Praktek terbaru bahkan mengevaluasi dewan direksi perusahaan.

Tanggung jawab dasar dari dewan untuk menetapkan tujuan dan mengarahkan

(34)

dewan. Dalam beberapa contoh, para eksekutif mengevaluasi dewan direksi, tetapi

tinjauan dewan terhadap dirinya sendiri atau evaluasi dari luar juga dapat

digunakan.

3. Anggota Tim yang Menilai Sesamanya

Penggunaan rekan kerja dan anggota tim sebagai penilai adalah jenis

penilaian lainnya yang berpotensi baik untuk membantu ataupun sebaliknya.

Sebagai contoh, ketika kelompok dari tenaga penjualan mengadakan pertemuan

sebagai komite untuk menbicarakan mengenai nilai satu sama lain, mereka dapat

mencari ide-ide yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dari

individu-individu yang memiliki nilai lebih rendah. Kemungkinan lainnya, kritik yang ada

dapat mempengaruhi secara negatif hubungan kerja dimasa depan.

4. Sumber-Sumber Dari Luar

Penilai juga dapat dilalukan oleh orang-orang (penilain) dari luar yang

dapat diundang untuk melakukan tinjauan kinerja. Contoh-contoh meliputi tim

peninjau yang mengevaluasi potensi perkembangan seseorang dalam organisasi.

Tetapi orang-orang dari luar mungkin tidak mengetahui permintaan penting dalam

organisasi. Pelanggan atau klien dari sebuah organisasi adalah sumber nyata untuk

penilaian dari luar. Untuk tenaga penjualan atau pekerjaan jasa lainnya, para

pelanggan dapat memberikan masukan yang sangat berguna pada perilaku kinerja

dari tenaga penjualan.

5. Karyawan Menilai Diri Sendiri

Menilai diri sendiri dapat ditetapkan dalam situasi-situasi tertentu Sebagai

(35)

mengenai kekuatan dan kelemahan mereka dan menetapkan tujuan untuk

peningkatan. Para karyawan yang bekerja dalam isolasi atau mempunyai

ketrampilan unik mungkin adalah satu-satunya yang memenuhi syarat untuk

menilai mereka sendiri. Tetapi para karyawan tidak dapat menilai diri sendiri

sebagaimana para supervisor menilai mereka; mereka dapat menggunakan standar

yang sangat berbeda..

6. Karyawan dan Multisumber (umpan balik 360 derajat)

Penilaian dari multi sumber atau umpan balik 360 derajat, popularitasnya

meningkat. Dalam umpan balik multisumber, manajer tidak lagi menjadi sumber

tunggal dari informasi penilaian kinerja. Alih-alih, berbagai rekan kerja dan

pelanggan memberikan umpan balik mengenai karyawan kepada manajer, jadi

memungkinkan manajer untuk mendapatkan masukan dari berbagai sumber.

Tetapi manajer tetap menjadi titik pusat untuk menerima umpan balik dari awal

dan untuk terlibat dalam tindak lanjut yang diperlukan, bahkan dalam sistem yang

multisumber. Jadi persepsi manajer mengenai kinerja karyawan masih

berpengaruh dalam jalannya proses tersebut. Harus diingat bahwa tujuan dari

umpan balik 360 derajat adalah tidak untuk meningkatkan reliabilitas dengan

mengumpulkan pandangan yang sama, tetapi lebih untuk menangkap berbagai

evaluasi atas peran yang berbeda dari karyawan secara individual. Meskipun para

peserta biasanya memandang umpan balik multisumber adalah sesuatu yang

berguna, mereka mengidentifikasi tindak lanjut pada aktifitas pengembangan

berdasarkan pada umpan balik tersebut sebagai faktor paling penting dalam

(36)

2.1.2. Kepemimpinan

2.1.2.1. Pengertian Kepemimpinan

Masalah kepemimpinan menyangkut bidang yang sangat luas dan

memainkan peran yang sangat penting dalam bidang pemasaran, pendidikan,

industri, organisasi sosial bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya

seorang pemimpin maka tujuan organisasi yang ditetapkan tidak akan ada artinya

karena tidak ada orang yang bertindak sebagai penyatu terhadap berbagai

kepentingan yang ada.

Definisi kepemimpinan yang dikutip dari http://www.nwlink.com “Leadership is a process by which a person influences others to accomplish an

objective and directs the organization in a way that makes it more cohesive and

coherent.” Definisi ini hampir mirip dengan Northouse's (2007) “ Leadership is

a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a

common goal”.

Menurut Hersey dan Blanchard dalam Robbins (2001) kepemimpinan

adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau sekelompok

orang dalam usaha mencapai suatu tujuan dalam situasi tertentu. Gibson et.al

(1999) memberikan pengertian kepemimpinan (leadership) sebagai suatu upaya

penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan untuk memotivasi orang-orang

mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain seorang leader adalah seseorang yang

mempunyai daya untuk menarik orang lain dengan tanpa paksaan agar mereka

(37)

. Selanjutnya Hasibuan (2005) menyatakan kepemimpinan adalah cara

seorang mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerjasama dan bekerja

secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Pandji Anoraga (2004)

menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi aktivitas

orang lain melalui komunikasi, baik individual maupun kelompok ke arah pencapaian tujuan.” Sedangkan Winardi (2000) menyatakan kepemimpinan

merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin

yang tergantung dari macam-macam faktor baik faktor-faktor intern maupun

faktor-faktor ekstern.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa

kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi dan mengarahkan perilaku

orang lain, baik individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam kepemimpinan terdapat unsur-unsur seperti pimpinan, kelompok yang

dipimpin, sasaran, aktivitas, interaksi dan kekuatan.

2.1.2.2. Teori-teori Kepemimpinan

Terry dalam Winardi (2000) mengemukakan 8 (delapan) buah teori

kepemimpinan sebagai berikut :

1. Teori Otokratis

Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah,

pemaksaan dan tindakan yang agak arbitrer dalam hubungan antara pemimpin

dengan pihak bawahan. Pemimpin di sini cenderung mencurahkan perhatian

sepenuhnya pada pekerjaan; ia melaksanakan pengawasan seketat mungkin

(38)

Pemimpin otokratis menggunakan perintah-perintah yang biasanya diperkuat

oleh adanya sanksi-sanksi di antara mana, disiplin adalah faktor yang

terpenting.

2. Teori Psikologis

Pendekatan ini terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi

seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik.

Pemimpin memberikan semangat kepada bawahannya untuk bekerja ke arah

pencapaian sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi

tujuan-tujuan pribadi mereka. Kepemimpinan yang memotivasi sangat

memperhatikan hal-hal seperti misalnya pengakuan (recognizing), kepastian

emosional, dan kesempatan untuk memperhatikan keinginan dan

kebutuhannya.

3. Teori Sosiologis.

Pihak lain menganggap bahwa kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha

yang melancarkan aktivitas para pemimpin dan yang berusaha untuk

menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikut. Pemimpin

menetapkan tujuan-tujuan dengan mengikutsertakan para pengikut dalam

pengambilan keputusan terakhir.

Identifikasi tujuan kerapkali memberikan petunjuk yang diperlakukan

oleh para pengikut. Mereka mengetahui hasil-hasil apa, kepercayaan apa, dan

kelakuan apa diharapkan dari mereka. Tetapi, usaha-usaha untuk mencapai

tujuan mempengaruhi interaksi-interaksi antara para pengikut, kadang-kadang

(39)

kelompok-kelompok. Dalam situasi demikian, pemimpin diharapkan untuk

mengambil tindakan-tindakan korektif, menjalankan pengaruh

kepemimpinannya dan mengembalikan harmoni dan usaha-usaha kooperatif

antara para pengikutnya.

4. Teori Suportif

Di sini, pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin

berusaha sebaik-baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan sebaiknya

melalui tindakan membantu usaha-usaha mereka. Untuk maksud itu, pihak

pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja yang membantu mempertebal

keinginan pada setiap pengikut untuk melaksanakan pekerjaan sebaik

mungkin, bekerjasama dengan pihak lain, serta mengembangkan skillnya

serta keinginannya sendiri.

Saran-saran mengenai bagaimana melaksanakan pekerjaan lebih baik,

perbaikan-perbaikan apa dapat dicapai pada kondisi-kondisi kerja, dan ide-ide baru apa harus dicoba, perlu dikembangkan. Adakalanya teori “suportif”

dinyatakan orang sebagai “Teori Partisipatif” (Participative Theory). Ada

juga yang menamakannya “Democratic Theory Of Leadership”.

5. Teori “Laissez Faire

Berdasarkan teori ini, seorang pemimpin memberikan kebebasan

seluas-luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktivitas mereka. Ia

tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu dilakukannya, maka partisipasi

tersebut hampir tidak berarti. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung

(40)

dari pihak pimpinan. Kelompok-kelompok “Laissez-Faire” cenderung

membentuk pemimpin-pemimpin informal.

6. Teori Perilaku Pribadi

Kepemimpinan dapat pula dipelajari berdasarkan kualitas-kualitas

pribadi ataupun pola-pola kelakuan para pemimpin. Pendekatan ini

melakukan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam hal pemimpin. Salah

satu sumbangsih penting teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak

berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan-tindakan identik dalam setiap

situasi yang dihadapi olehnya.

Hingga tingkat tertentu ia bersifat fleksibel, karena ia beranggapan

bahwa ia perlu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk

menghadapi sesuatu problem tertentu. Hal ini memberikan gambaran tentang sebuah “kontinuum” di mana tindakan-tindakan pihak pemimpin dan jumlah

otoritas yang digunakan dihubungkan dengan kebebasan pembuatan

keputusan atau partisipasi yang terbuka bagi pihak bawahan.

Pemimpin macam ini memberikan banyak kebebasan kepada pihak

bawahannya. Seorang pemimpin otokratis yang bijaksana (The Autocratic

Leader Who Is Benevolent). Tipe macam ini memang terdapat dalam

kenyataan orang ini memiliki banyak kekuasaan dan prestise. Ia banyak

menaruh minat terhadap kesejateraan bawahannya; ia sangat bersedia

memecahkan problem mereka dan biasanya ia dapat bertindak cepat dalam

(41)

7. Teori Sosial/Sifat

Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasi sifat-sifat

pemimpin yang dipergunakan untuk menerangkan dan meramalkan

kesuksesan dalam bidang pemimpin. Di antara sifat-sifat yang dianggap harus

dimiliki oleh seorang pemimpin dapat disebut :

a. Intelegensi.

Orang umumnya beranggapan bahwa tingkat intelegensi seorang individu

memberikan petunjuk tentang kemungkinan-kemungkinan baginya untuk

berhasil sebagai seorang pemimpin (hingga suatu tingkat intelegensi

tertentu). Di atas tingkat tersebut yang bersifat relatif tinggi, sukses tidak

begitu pasti. Hal tersebut kiranya dapat diterangkan berdasarkan fakta

bahwa individu-individu yang memiliki tingkat-tingkat intelegensi sangat

tinggi menganggap bahwa aktivitas-aktivitas kepemimpinan dan

tantangan-tantangan tidak cukup bagi mereka; mereka lebih senang

dengan ide-ide abstrak dan pekerjaan riset dasar.

b. Inisiatif.

Hal ini terdiri dari dua bagian :

1) Kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan

2) Kemampuan untuk “melihat” arah tindakan yang tidak “terlihat” oleh

pihak lain. Sifat ini sangat diinginkan pada setiap calon manajer.

3) Energi atau Rangsangan.

Banyak orang berpendapat bahwa salah satu di antara ciri pemimpin

(42)

mencapai tujuan dibandingkan dengan seorang bukan pemimpin.

Energi mental dan fisik diperlukan.

4) Kedewasaan Emosional

Di dalam sifat ini tercakup : dapat diandalkan (dependability)

persistensi dan objektivitas. Seorang pemimpin dapat diandalkan

janji-janjinya mengenai apa yang akan dilaksanakannya. Ia bersedia bekerja lama dan menyebarluaskan sikap “enthusiasme” di antara para

pengikutnya. Ia mengetahui apa yang ingin dicapainya hari ini, tahun

depan atau 5 tahun yang akan datang.

5) Persuasif

Tidak terdapat adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang

akan dipimpin. Untuk memperoleh persetujuan tersebut, seorang

pemimpin biasanya harus menggunakan persuasi.

6) Skill Komunikatif

Seorang pemimpin pandai berbicara dan dapat menulis dengan jelas

serta tegas. Ia memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara

singkat pendapat-pendapat orang lain dan mengambil inti-sari dari

pernyataan pihak lain. Seorang pemimpin menggunakan komunikasi

dengan tepat untuk tujuan-tujuan persuasif, informatif serta stimulatif.

7) Kepercayaan Pada Diri Sendiri

Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai kepercayaan dalam skill

kepemimpinannya. Seorang pemimpin adalah seorang yang cukup

matang dan ia tidak banyak memiliki sifat-sifat berhasil, kebanyakan

(43)

8) Perseptif

Sifat ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-ciri

dan kelakuan orang-orang lain, dan terutama pihak bawahannya. Hal

tersebut juga mencakup kemampuan untuk memproyeksi diri sendiri

secara mental dan emosional ke dalam posisi orang lain.

9) Kreativitas.

Kapasitas untuk bersifat orisinal, untuk memikirkan cara-cara baru

merintis jalan baru sama sekali, guna memecahkan sebuah problem

merupakan sifat yang sangat didambakan pada sorang pemimpin.

10) Partisipasi Sosial

Seorang pemimpin “mengerti” manusia dan ia mengetahui pula

kekuatan serta kelemahan mereka. Ia menyesuaikan diri dengan

berbagai kelompok dan ia memiliki kemampuan untuk berhadapan

dengan orang-orang dari kalangan manapun juga dan ia pula

berkemampuan untuk melakukan konversiasi tentang macam-macam

subjek. Orang-orang bekerjasama secara sukarela dengannya. Ia dapat

didekati, ia seorang yang ramah dan suka menolong orang lain. Teori

tentang sifat, memiliki banyak kekurangan dalam hal mencapai

pengertian mengenai kepemimpinan.

8. Teori Situasi.

Pendekatan ini untuk menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa

harus terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk

(44)

“Multidimensi”. Pada teori ini, dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga

macam elemen yakni : Pemimpin – Pengikut – Situasi. Situasi dianggap sebagai

elemen yang terpenting karena ia memiliki paling banyak variabel.

Selanjunya Edwin Ghizeli dalam Handoko (2003) dalam penelitian

ilmiahnya menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk

kepemimpinan efektif adalah : kemampuan dalam kedudukannya sebagai

pengawas, kebutuhan akan prestasi, kecerdasan, ketegasan, kepercayaan diri, dan inisiatif.”

Selain itu Hersey-Blanchard dalam Robbins (2001) serta Wirjana dan

Supardo (2005) menyatakan bahwa seorang pemimpin sebaiknya memilki

sifat-sifat yaitu sebagai berikut: (1) Telling (kemampuan untuk memberitahu anggota

apa yang harus mereka kerjakan), (2) Selling (kemampuan menjual/memberikan

ide-ide kepada anggota), (3) Participating (kemampuan berpartisipasi dengan

anggota), dan (4) Delegating (kemampuanmendelegasikan kepada anggota).

2.1.3. Budaya Organisasi

2.1.3.1. Pengertian Budaya Organisasi

Seperti halnya pengertian kepemimpinan, pengertian budaya organisasi

banyak diungkapkan oleh para ilmuwan yang merupakan ahli dalam ilmu budaya

organisasi yang pada hakekatnya tidak jauh berbeda antara satu ahli dengan ahli

lainnya. Menurut Jones (2004) budaya organisasi “ A set of shared values and

norms that controls organizational members’ inteactions with each other and

(45)

organisasi (organizational culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang

dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain.” Lebih lanjut, Robbins (2001) menyatakan bahwa sebuah

sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi

pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan

seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai organisasi.

Moeljono (2005) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah sistem

nilai-nilai yang diyakini semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan

serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat,

dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tujuan

perusahaan yang telah ditetapkan. Pengertiannya, bahwa budaya perusahaan

adalah nilai yang menentukan arah perilaku dari anggota di dalam organisasi. Jika

value tadi menjadi shared value, maka terbentuk sebuah kesamaan persepsi akan

perilaku yang sesuai dengan karakter organisasi. Dengan demikian, budaya

organisasi memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

David (2004) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah pola tingkah

laku yang dikembangkan oleh suatu organisasi yang dipelajarinya ketika

menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah terbukti

cukup baik untuk disahkan dan diajarkan kepada anggota baru sebagai cara untuk

menyadari, berpikir dan merasa. Menurut Sule dan Saefullah (2005) budaya

organisasi merupakan nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh

sebuah organisasi terkait dengan lingkungan di mana organisasi tersebut

(46)

Riduwan (2005) menyatakan bahwa ada 10 (sepuluh) dimensi budaya

organisasi yaitu inisiatif individu, toleransi terhadap tindakan, pengarahan,

integrasi, dukungan manajemen, kontrol, identitas, sistem imbalan, toleransi

konflik dan pola komunikasi.

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Hofstede, Geert, Michael Harris

Bond dan Chung-Leung Luk (1993) terdapat 6 (enam) karakteristik dalam suatu

budaya perusahaan yaitu : profesionalisme, jarak dari manajemen, percaya pada

rekan sekerja, keteraturan, permusuhan, dan integrasi. Maka dengan menilai

organisasi itu berdasarkan enam karakteristik ini, akan diperoleh gambaran

majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan

pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi, bagaimana

urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota diharapkan berperilaku.

Sumber : Hofstede, Geert, Michael Harris Bond dan Chung-Leung Luk (1993)

Gambar II.1. Dimensi-Dimensi Budaya Organisasi Budaya

Organisasi

Jarak Dari Manajemen

Percaya Pada Rekan

Sekerja

Keteraturan Permusuhan

Integrasi.

(47)

2.1.3.2. Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi

Menurut Kreitner dan Kinicki (2003) budaya organisasi mempunyai 4

(empat) fungsi yaitu:

1. Memberikan identitas kepada karyawannya

2. Memudahkan komitmen kolektif

3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial

4. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan keberadaannya.

Beberapa manfaat budaya organisasi dikemukakan oleh Robbins (2001)

sebagai berikut:

1. Budaya mempunyai suatu peran menetapkan tapal batas. Artinya budaya

menciptakan perbedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lainnya.

2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

Dengan budaya organisasi yang kuat, anggota organisasi akan memiliki

identitas yang merupakan ciri khas organisasi.

3. Mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan kepentingan individu.

Nilai-nilai yang sudah disepakati bersama, akan dijadikan tolak ukur tindakan

dari setiap individu, dan akan mengesampingkan kepentingannya sendiri.

4. Menjaga stabilitas organisasi. Kesatuan komponen-komponen organisasi yang

direkatkan oleh pemahaman budaya yang sama akan membuat kondisi

organisasi relatif stabil.

Keempat fungsi tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi dapat

membentuk perilaku dan tindakan karyawan dalam menjalankan aktivitasnya di

dalam organisasi, sehingga nilai-nilai yang ada dalam budaya organisasi perlu

(48)

2.1.4. Sistem Reward

2.1.4.1. Pengertian Reward

Menurut Sudarmo dan Sudita (1998), “Reward adalah hadiah, imbalan dan

penghargaan atas suatu dan menguntungkan bagi perusahaan”. Ilmu perilaku telah

membagi imbalan menjadi dua kategori besar yaitu imbalan intrinsik dan imbalan

ektrinsik, hal ini penting di lakukan karena tujuan memberikan imbalan pada

dasarnya adalah untuk memotivasi anggota organisasi, membuat kerasan pekerja

yang sudah ada, dan menarik orang yang berkualitas masuk dalam organisasi.

Menurut Mulyadi (2001) sistem reward dan pengakuan atas kinerja

karyawan merupakan sarana untuk mengarahkan perilaku karyawan keperilaku

yang dihargai dan diakui oleh organisasi

Reward menarik perhatian karyawan dan memberi informasi atau

mengingatkan akan pentingnya sesuatu yang diberi reward dibandingkan dengan

yang lain, reward juga meningkatkan motivasi karyawan terhadap ukuran kinerja,

sehingga membantu karyawan mengalokasikan waktu dan usaha karyawan.

Reward berbasis kinerja mendorong karyawan dapat mengubah kecenderungan

semangat untuk memenuhi kepentingan diri sendiri ke semangat untuk memenuhi

tujuan organisasi (Mulyadi dan Johny, 2001). Dengan demikian reward adalah

semua bentuk return baik finansial maupun non-finansial yang diterima karyawan

karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan. Reward dapat berupa finansial

yaitu berbentuk gaji, upah, bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan sosial

(49)

non-finansial seperti tugas yang menarik, tantangan tugas, tanggung jawab tugas,

peluang kenaikan pangkat, pengakuan, dan lain-lain.

Merchant dalam Lako (2004) menyatakan bahwa rewards dapat

memberikan dua tipe manfaat pengendalian, yaitu bersifat informational dan

motivational. Informational artinya pemberian rewards dimaksudkan untuk

menarik perhatian para karyawan dan mengingatkan mereka tentang pentingnya

hasil-hasil yang diperoleh dari bidang-bidang usaha mereka lakukan seperti costs,

quality, customer service, asset management, dan future growth.

Menurut Mulyadi (2001) sistem penghargaan berbasis kinerja

merupakan satu alat pengendalian penting yang digunakan oleh perusahaan untuk

memotivasi personil agar mencapai tujuan perusahaan dengan prilaku

sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Penerapan sistem penghargaan

berbasis kinerja dilakukan melalui empat langkah yaitu : (1) Penetapan asumsi

tentang lingkungan bisnis yang dimasuki (2) Penetapan faktor penentu

keberhasilan perusahaan (3) Penetapan ukuran kinerja berbasis faktor

keberhasilan perusahaan (4) Penetapan sistem penghargaan berbasis kinerja.

Dengan pemberian Reward yang telah ditetapkan organisasi, bagaimana dukungan

seseorang dalam menghadapi pekerjaan akan melihat bagaimana dampak

pemberian reward kepada seseorang sesuai dengan yang ditetapkan organisasi,

dan bagaimana dampak pemberian reward yang telah ditetapkan organisasi,

memperkuat atau memperlemah hubunganya dengan kinerja.

2.1.4.2. Jenis-jenis Reward

Menurut MBAO 6030, “Reward Systems consist of two elements :1.

(50)

benefits Non-financial Rewards,2. Intrinsic Rewards – centers on the work itself.

praise, recognition, time off and other rewards given to the employee by peers or

superiors”

Menurut Mathis dan Jackson (2002) reward dapat berbentuk intrinsik

(internal) atau ekstrinsik (eksternal). Sedangkan Rananauskas-Marconi dalam

Lako (2004) menyatakan bahwa penghargaan (rewards) manajemen yang

diberikan kepada para karyawan pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam

dua kategori yaitu: intrinsic rewards dan extrinsic rewards.

Intrinsic reward yaitu penghargaan yang diberikan dalam bentuk job

enrichment, pemberian tanggung jawab, partisipasi dalam pengambilan keputusan

dan upaya-upaya lain untuk meningkatkan kepercayaan para karyawan dan

mendorong mereka lebih unggul. Sementara extrinsic rewards yaitu penghargaan

yang diberikan kepada karyawan dalam bentuk direct compensastions, indirect

compensations dan nonfinancial rewards. Direct compensations adalah

kompensasi yang diberikan dalam bentuk gaji dan upah, tunjangan lembur dan

hari raya, profit sharing, stock options, dan pemberian bonus berdasarkan kinerja

setiap individu. Indirect compensastions adalahkompensasi yang diberikan dalam

wujud fringe benefit seperti asuransi, pensiun, dana kesehatan, dan lainnya.

Sedangkan non financial rewards adalah penghargaan yang diberikan dalam

bentuk fasilitas-fasilitas tambahan seperti perumahan, fasilitas kantor yang disukai,

parkir khusus, gelar atau jabatan yang membanggakan, dan punya sekretaris

(51)

2.2. Review Hasil-Hasil Penelitian

Hasil studi empiris yang dilakukan oleh Dalmy (2009) tentang Pengaruh

SDM, Komitmen, Motivasi terhadap Kinerja Auditor dan Reward sebagai variabel

moderating pada Inspektorat Provinsi Jambi. Perbedaan penelitian terletak pada

penggunaan variabel, lokasi penelitian serta populasi penelitian yang diambil

bukanlah kinerja auditor dan ingin pula membuktikan apakah sistem reward

sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan Kepemimpinan dan

Budaya Organisasi terhadap Kinerja pada Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara. Mathilda (2008) dalam penelitannya tentang Pengaruh Partisipasi Dalam

Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Reward Sebagai

Variabel Moderating Pada Asian Agri Group menyimpulkan bahwa Partsipasi

dalam penyusunan anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja dan reward tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan.

Sinaga (2008) dalam penelitannya tentang Pengaruh Budaya Organisasi

dan Reward Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Soelong Laoet Medan

menyimpulkan bahwa budaya organisasi dan reward secara simultan maupun

parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Rani Mariam (2009)

dalam penelitannya tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Karyawan

Sebagai Variabel Intervening : Studi Pada Kantor Pusat PT.Asuransi Jasa

Indonesia (Persero) menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang searah antara gaya

kepemimpinan dengan kepuasan kerja, ada pengaruh yang searah antara budaya

(52)

kepimpinan dengan kinerja karyawan, ada pengaruh yang searah antara budaya

organisasi dengan kinerja karyawan, dan pengaruh yang searah antara kepuasan

kerja dengan kinerja karyawan.

Selanjutnya penelitian A. Tolkah Mansur (2009) yang berjudul Analisis

Pengaruh Budaya Organisasi Dan Rotasi Pekerjaan Terhadap Motivasi Kerja

Untuk Meningkatkan Kinerja Pegawai Ditjen Pajak (Studi Pada Kantor Pelayanan

Pajak Berbasis Administrasi Modern KPP Pratama Semarang Timur)

berkesimpulan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap motivasi

kerja dan kinerja karyawan KPP Pratama Semarang Timur, rotasi pekerjaan

berpengaruh positif terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan KPP Pratama

Semarang Timur, Hasil pengujian pengaruh langsung dan tidak langsung

menunjukkan bahwa motivasi kerja tidak bersinergi dengan budaya organisasi dan

rotasi pekerjaan dalam meningkatkan kinerja karyawan di KPP Pratama Semarang

Timur.

2.3 Resume Hasil-hasil Penelitian

Beberapa penelitian diatas akan di jadikan sebagai pedoman dalam

melakukan penelitian ini mengenai pengaruh kepemimpinan dan budaya organisai

terhadap kinerja pegawai dan sistem reward sebagai variabel moderating dapat

Gambar

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Mahasiswa dan Jumlah Pegawai Biro
Gambar II.1.  Dimensi-Dimensi Budaya Organisasi
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1. Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja dengan Sistem Reward Sebagai Variabel Moderating
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi (S.Akun) pada

Tidak terdapat hubungan yang linear antara peningkatan dosis fraksi air ekstrak etanol daun teh hijau [Camellia sinensis (L.) O.K.] dengan peningkatan efek penurunan

Adapun penelitian sebelumnya yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah (2008), yang meneliti hubungan peran keluarga dengan

Dalam hal ini digunakan, hasil- hasil penelitian atau pendapat para ahli yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap konsumen yang mengkonsumsi ikan yang mengandung zat

Dengan kadar garam yang tinggi akan membuat suatu benda menjadi terapung dan terjadi perubahan tekstur serta berat dan terjadilah suatu proses yang disebut dengan osmosis dimana

Populasi penelitian yang digunakan adalah Kantor Akuntan Publik yang berada di Jawa Tengah.Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Convinience

Tujuan pembuatan website berbasis flash ini ditujukan untuk memberi kemudahan dalam pelayanan pemesanan menu makanan atau minuman serta penyampaian informasi yang

karakterisasi Cyclic Voltammetry untuk sampel karbon nanopori menunjukkan nilai kapasitansi sebesar 27,7 F/g sedangkan nilai kapasitansi maksimum sebesar 35,77 F/g di