• Tidak ada hasil yang ditemukan

Valuasi Ekonomi Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam di DAS Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Valuasi Ekonomi Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam di DAS Deli"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

VALUASI EKONOMI HUTAN SEBAGAI PENYEDIA JASA

WISATA ALAM DI KAWASAN DAS DELI

HASIL PENELITIAN

Oleh :

WELLY MANURUNG/041201020

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

WELLY MANURUNG: Valuasi Ekonomi Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam di Kawasan DAS Deli, dibimbing oleh PINDI PATANA.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi hutan sebagai penyedia jasa wisata alam di kawasan DAS Deli. Penelitian ini dengan memakai metode biaya perjalanan dalam menghitung nilai ekonomi serta analisis SWOT untuk strategi pengembangannya. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode biaya perjalanan diperoleh nilai ekonomi sebesar Rp 588.521.940.000. Hasil analisis SWOT memberikan strategi pengembangan seperti

(3)

ABSTRACT

WELLY MANURUNG: Economic Valuation of Forest For Nature Tourism Service Providers in the Area Watershed Deli, guided by PINDI Patana.

The purpose of this study is to determine the economic value of forests as providers of tourism services in the area of watershed Deli. This study using the travel cost method in calculating the economic value and SWOT analysis to strategy development. Based on the results obtained with the travel cost method of economic value amounting to Rp 588,521,940,000. SWOT analysis provides strategies for developing such

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Balige pada tanggal 28 Agustus 1985 dari ayah Hotman Manurung dan ibu Rismaida Sitorus. Penulis merupakan ketiga dari lima bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1, Balige dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. Adapun judul dari penelitian ini adalah “ Valuasi Ekonomi Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam di DAS Deli” .

Pada kesempatan ini penulis tak lupa memberikan ucapan terimakasih kepada kedua orangtua terkasih yang sampai saat ini masih memberikan bantuan baik secara materil maupun spiritual. Penulis juga tak lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yaitu bapak Pindi Patana S. Hut, M. Sc atas bimbingannya terhadap laporan usul penelitian ini.

Pada hakekatnya penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis akan dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun guna perbaikan dan kesempurnaan usulan penelitian ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat diterima dan untuk selanjutnya akan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.

.

Medan, Januari 2011

(6)

Judul Skripsi : Valuasi Ekonomi Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam di DAS Deli Nama : Welly Manurung

NIM : 041201020 Departemen : Kehutanan

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut., M.Sc.

Mengetahui,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

Konsep Sistem Nilai Ekonomi dan Sumber Daya Hutan ... 4

Pendekatan Metode Biaya Perjalanan ... 4

Pendekatan Metode Kesediaan untuk Membayar ... 7

Letak Geografis dan Topografi ... 8

Luas Kawasan ... 8

Keadaan Iklim ... 9

Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk ... METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 12

Alat dan Bahan ... 12

Tehnik Pengambilan Sampel ... 12

Tehnik Pengumpulan Data ... 13

Data primer ... 13

Data sekunder ... 14

Pengolahan Data ... 14

Pendugaan Nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Metode Biaya ... Perjalanan ...18

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai Ekonomi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan ...22

Analisis SWOT terhadap Kawasan Wisata Permandian Sembahe ...28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 32

Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(8)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data pengunjung untuk mendapatkan nilai manfaat wisata ... 16

2. Tabulasi data umur responden ... 17

3. Tabulasi data jenis kelamin responden ... 23

4. Tabulasi data pendidikan responden ... 25

5. Tabulasi data pekerjaan ... 27

6. Tabulasi data motivasi kunjungan ... 30

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Peta ... 46

2. Rekapitulasi data pengunjung wisata sembahe ... 48

3. Penghitungan nilai jasa hutan sebagai penyedia tempat wisata ... 49

4. Estimasi kurva permintaan ... 50

5. Perhitungan surplus konsumen ... 51

(10)

ABSTRAK

WELLY MANURUNG: Valuasi Ekonomi Hutan Sebagai Penyedia Jasa Wisata Alam di Kawasan DAS Deli, dibimbing oleh PINDI PATANA.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi hutan sebagai penyedia jasa wisata alam di kawasan DAS Deli. Penelitian ini dengan memakai metode biaya perjalanan dalam menghitung nilai ekonomi serta analisis SWOT untuk strategi pengembangannya. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode biaya perjalanan diperoleh nilai ekonomi sebesar Rp 588.521.940.000. Hasil analisis SWOT memberikan strategi pengembangan seperti

(11)

ABSTRACT

WELLY MANURUNG: Economic Valuation of Forest For Nature Tourism Service Providers in the Area Watershed Deli, guided by PINDI Patana.

The purpose of this study is to determine the economic value of forests as providers of tourism services in the area of watershed Deli. This study using the travel cost method in calculating the economic value and SWOT analysis to strategy development. Based on the results obtained with the travel cost method of economic value amounting to Rp 588,521,940,000. SWOT analysis provides strategies for developing such

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan biasanya dianggap sebagai areal yang memiliki banyak nilai atau manfaat yang dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dimana nilai ekonomi dari hutan tersebut biasanya tidak akan selalu dipandang seberapa besar hutan tersebut mampu menghasilkan kayu. Hutan juga mampu menghasilkan hasil- hasil selain kayu yaitu : menghasilkan udara yang segar, memberikan nilai estetika seperti : daya tarik kawasan yang pada akhirnya nilai dari hutan tersebut memiliki keterkaitan dengan dunia pariwisata melalui kegiatan wisata alam.

Salah satu wisata alam yang paling dekat dengan hutan adalah Daerah aliran Sungai (DAS). Keterkaitan antara Hutan dan DAS jarang dibahas dalam satu kesatuan. Keduanya selalu dianggap sebagai komponen terpisah yang hampir tidak memiliki keterkaitan. Namun kenyataan yang terbalik dijumpai jika keterkaitan keduanya dikaji lebih dalam. Terlebih jika dikaitkan dengan dunia wisata maka akan diketahui bahwa hutan memiliki nilai yang sangat besar di samping hanya sekedar penghasil kayu.

Penilaian suatu kawasan objek wisata dapat dilakukan dengan menggunakan teknik biaya perjalanan (travel cost methods). Teknik ini telah banyak digunakan untuk mengistimasi nilai rekreasi suatu kawasan ekoturisme, dengan melihat ketersediaan membayar (willingness to pay) dari para pengunjung. adapun kelebihan dari metode ini adalah data yang digunakan merupakan data yang sebenarnya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk mengunjungi tempat rekreasi tersebut.

(13)

Perumusan Masalah

Kawasan wisata alam merupakan salah satu kawasan yang dapat memberikan jasa lingkungan terhadap manusia yang mengunjungi kawasan tersebut. Kawasan wisata tersebut akan dihitung berapa nilai ekonomisnya dari segi jasa wisata yang dihasilkan.

Beberapa permasalahan yang akan ditelusuri melalui penelitian ini adalah :

1. Berapa nilai ekonomi dari keberadaan kawasan hutan di DAS Deli sebagai penyedia jasa wisata alam?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi biaya perjalanan (Travel Cost)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan besarnya nilai ekonomi hutan di DAS Deli sebagai penyedia jasa wisata alam.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi biaya perjalanan (Travel Cost) 3. Bagaimana strategi pengembangan kawasan wisata alam tersebut ?

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Memberikan data nilai ekonomi hutan di DAS Deli sebagai penyedia jasa wisata alam.

(14)

Kerangka Penelitian

Jasa Ekologis Jasa Wisata

Gambar 1. Bagan kerangka penelitian

Hutan di DAS Deli

Jasa Ekologis Jasa Wisata

Berapa Nilai Ekonomi Wisata ?

Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost)

Metode Kesediaan untuk

Membayar (Willingness to

Pay)

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Wisata Alam

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat (Fandeli dan Mukhlison, 2000).

Secara konseptual ekowisata dapat didefenisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya dalam pengelolaan yang konservatif sehinggga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat (Dirjen Pariwisata, 1995). Masyarakat Ekowisata Indonesia pada tahun 1977 mendefenisikan ekowisata sebagai suatu kegiatan perjalanan wisata yang bertangggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam serta peningkatan pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan ekowisata.

(16)

Ciri-ciri ekowisata menurut Fandeli dan Mukhlison (2000), mengandung unsur-unsur utama yaitu :

1. Konservasi

2. Edukasi dan pemberdayaan outbound 3. pemberdayaan masyarakat setempat

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengusaha ekowisata dalam kawasan hutan harus bersasaran :

1. melestarikan hutan dan kawasannya

2. mendidik semua orang untuk ikut melestarikan hutan yang dimaksud, baik pengunjung, karyawan perusahaan sendiri sampai dengan masyarakat di hutan dan sekitarnya

3. meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dengan demikian tidak menggangu hutan

Konsep Sistem Nilai Ekonomi dan Sumber Daya Hutan

Valuasi ekonomi penggunaan sumberdaya alam hingga saat ini telah berkembang pesat. Di dalam konteks ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan,perhitungan-perhitungan tentang biaya lingkungan sudah cukup banyak berkembang. Menurut Hufscmidt, et al., (1992), secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi biaya lingkungan adalah suatu sumberdaya alam dan lingkungan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi suvey atau penilaian hipotesis yang disajikan berikut ini :

1. Pendekatan Orientasi Pasar

a. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual based market methods) yaitu :

(17)

2) Metode khilangan penghasilan (loss of earning methods)

b. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual terhadap masukan berupa perlindungan lingkungan yaitu :

1) Pengeluaran pencegahan (averted defensif expenditure methods) 2) Biaya penggantian (replacement cost methods)

3) Proyek bayangan (shadow project methods) 4) Analisis keefektifan biaya

c. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based methods) Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan

1) Pendekatan nilai kepemilikan 2) Pendekatan lain terhadap nilai tanah 3) Biaya perjalanan (travel cost)

4) Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods) 5) Penerimaan kompensasi/pampasan

2. Pendekatan Orientasi Survey Adapun pendekatan ini terbagi atas :

a. Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar (Willingness To Pay) b. Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness To Accept)

Pendekatan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost)

Menurut Davis dan Jhonson (1987), pendugaan permintaan terhadap manfaat intangible seperti rekreasi dapat dilakukan dengan pendekatan metode biaya perjalanan. Secara umum, jumlah biaya perjalanan ini termasuk biaya pergi pulang ditambah dengan nilai uang dari waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dan rekreasi tersebut.

(18)

kunjungan itu adalah barang lingkungan maka besarnya biaya perjalanan itu akan dipandang sebagai nilai yang diperoleh oleh penyediaan barang lingkungan tersebut (Yunu, 1999).

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan adanya kesediaan membayar. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh Karena dapat membeli semua barang dan tingkat harga rendah yang sama (Pomeroy, 1992)

Selanjutnya Hufschmidt, et al (1987), menyatakan bahwa permintaan rekreasi alam, semakin jauh tempat tinggal seseorang dari suatu tempat rekreasi tertentu maka permintaan rekreasi terhadap tempat tersebut semakin rendah , dan sebaliknya bila untuk para konsumen yang tempat tinggalnya dekat dengan rekreasi maka permintaannya akan semakin meningkat. Dalam kaitannya dengan surplus konsumen, para konsumen yang datang dari tempat jauh dengan biaya mahal akan dianggap memiliki surplus konsumen yang rendah. Sebaliknya bila mereka yang bertempat tinggal lebih dekat maka dengan biaya perjalanan yang rendah akan memiliki surplus konsumen yang lebih besar.

Pendekatan Metode Kesediaan Untuk Membayar (Willingness to Pay)

Menurut Yakin (1997) pendugaan dalam menentukan nilai manfaat intangible suatu sumber daya alam seperti hutan yang dapat dijadikan sebagai daerah rekreasi, nilainya dapat diduga dengan memakai metode kesediaan untuk membayar (willingness to pay). Metode willingness to pay merupakan salah satu contoh dari metode valuasi contingen (Contingent Valuation Method).

(19)

mentransformasikan preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai uang. Metode willingness to pay biasanya akan dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada responden tentang kesediaan seseorang untuk membayar pihak lain sebagai kompensasi untuk tetap memelihara hutan sehingga nilai keberadaan hutan tersebut akan tetap lestari (Yakin, 1997).

Letak Geogafis dan Topografi

Secara administrarif, kawasan Permandian Sembahe termasuk dalam Desa Sembahe, Kecamatan sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letak geografis, Desa sembahe berada pada koordinat 3º20’29’’ LU- 98º35’6’’ BT.

Adapun batas-batas wilayah Desa Sembahe antara lain : Sebelah Utara : Desa Bingkawan

Sebelah Selatan : Desa Buah Nabar / Sibolangit Sebelah Timur : Desa Buah Nabar

Sebelah Timur : Desa Batu Mbelin

Desa Sembahe terletak ± 800 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan jarak sekitar 35 km dari kota Medan dan dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar satu jam dari Medan

Luas Kawasan

Secara administratif Desa Sembahe memiliki area seluas 207 ha. Dengan perincian pengunaan lahan tanah sawah seluas 10 ha,tanah ladang seluas 172 ha,dan tanah perkampungan seluas 25 ha.

Keadaan iklim

Desa sembahe memiliki iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di desa Sembahe.

Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk

(20)

Masyarakat di sekitar kawasan objek wisata Sembahe adalah mayoritas karo, suku karo terdiri dari beberapa sub suku yaitu : Tarigan, Sembiring, Karo-Karo, Parangin-angin dan Ginting. Pembuka desa sembahe pertama kali adalah orang yang bermarga ketaren dan tarigan.

Sebahagian besar penduduk menggantungkan kehidupan dan mata pencaharian pada sektor :

1. Pertanian

a. Ladang : padi , sayur

b. tanaman buah : jeruk , durian, manggis c. peternakan : babi, kerbau

d. sebahagian kecil berburu

Pertanian merupakan mata pencaharian utama di desa Sembahe dengan hasil utama adalah durian yang terkenal akan rasanya yang sangat khas.

2. Jasa dan perdagangan ; perdagangan hasil bumi, penyewaan pondok kecil maupun penginapan di sekitar kawasan permandian sembahe , pedagang buah, bengkel dll.

3. Pariwisata ; permandian sembahe dan Gua Kemang merupakan daerah tujuan wisata yang paling terkenal di Desa Sembahe. Dengan adanya adanya kedua objek wisata tersebut maka banyak diantara masayarakat Desa Sembahe yang menggantungkan kehidupan perekonomian dengan membuat usaha penginapan, rumah makan, dll.

4. Pegawai pemerintahan, Guru, kuli bangunan

(21)
(22)

1

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di daerah hutan DAS Deli sebagai penyedia jasa wisata alam. Waktu penelitian ini berlangsung selama 2 bulan yang dimulai dari bulan Juni s/d Agustus 2009.

Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : kalkulator, alat tulis, kamera, Statistical Package For Service Solutions (SPSS) Versi 15.0 dan perangkat komputer. Bahan dan objek penelitian ini adalah lembar kuisioner dan wawancara langsung terhadap para pengunjung yang datang berkunjung ke lokasi hutan wisata alam tersebut.

Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam memilih sampel adalah teknik Quota Sampling. Teknik pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel yang menganggap bahwa jumlah sampel yang dipilih sudah mewakili keseluruhan populasi yang ada (Bungin, 2001). Dalam penentuan sampel untuk penelitian yang jumlah populasinya lebih besar maka penentuan sampelnya akan memakai kriteria sebagai berikut :

a. Jika jumlah populasi diketahui maka jumlah sampel akan dapat dicari dengan memakai rumusan Slovin (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000) yaitu :

Dimana :

X = Jumlah sampel yang akan diteliti

(23)

b. Jika jumlah populasi tidak diketahui maka jumlah sampel yang akan diambil adalah di atas 30 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Data Primer

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini melalui observasi dan wawancara terhadap responden di lapangan meliputi :

1. Karakteristik pengunjung yang meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tempat tinggal, tujuan kunjungan, motivasi kunjungan, cara melakukan kunjungan.

2. Data untuk menentukan nilai ekonomi wisata berdasarkan metode biaya perjalanan seperti : biaya perjalanan pulang pergi, biaya konsumsi rekreasi, biaya konsumsi sehari – hari, biaya dokumentasi, biaya lain yang telah dikeluarkan untuk kegiatan rekreasi, biaya pengganti wisata lain.

3. Data untuk menentukan nilai ekonomi wisata berdasarkan metode kesediaan untuk membayar yang meliputi : tingkat umur, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesediaan untuk membayar.

Data Sekunder

(24)

A. Pendugaan Nilai Manfaat Rekreasi Berdasarkan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Biaya perjalanan merupakan jumlah total biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan rekreasi. Adapun biaya perjalanan yang digunakan adalah biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya penginapan, dan biaya untuk membeli tiket masuk kawasan wisata alam. Menurut Davis dan Johnson (1987) dalam Nurdin Sulistiyono (2007) adapun tahapan penentuan nilai ekonomi wisata alam dengan memakai metode biaya perjalanan adalah : 1. Menentukan jumlah rata – rata kunjungan per tahun berdasarkan data pengunjung 5 tahun

terakhir yang diperoleh dari pihak pengelola kawasan wisata.

2. Menduga persentase pengunjung dari tiap derah administratif yang dirumuskan

Pi = 100%

N JCi

Dimana :

Pi = Persentase kunjungan dari daerah administratif JCi = Jumlah kunjungan dari daerah administratif N = Jumlah seluruh kunjungan

3. Menentukan jumlah pengunjung dari daerah masing – masing asal pengunjung yang dirumuskan dengan :

JKi = PiJKt Dimana :

JKi = Jumlah pengunjung dari daerah – i

Pi = Persentase kunjungan dari daerah administratif JKt = Jumlah seluruh kunjungan

(25)

BPR = TR + D + KR + L Dimana :

BPR = Biaya perjalanan rata – rata (Rp/orang) TR = Biaya transportasi (Rp/orang)

D = Biaya dokumentasi (Rp/orang)

KR = Biaya konsumsi selama melakukan wisata (Rp/orang) L = Biaya lain – lain (Rp/orang)

5. Menentukan biaya perjalanan rata – rata zone i yang dirumuskan dengan :

X1i =

Bpi = Biaya perjalanan hasil pengambilan contoh i Ni = Jumlah populasi daerah asal i

6. Menentukan laju kunjungan pengunjung per 1000 orang zona i dalam satu tahun terakhir yang dapat dirumuskan menjadi :

Lki = 1000

JPt

JPi

Dimana :

Lki = Laju kunjungan pengunjung daerah asal i JPi = Jumlah pengunjung daerah asal i

JPt = Jumlah penduduk pengunjung daerah asal

7. Menentukan persamaan regresi dengan variabel terikat (Y) adalah kunjungan per 1000 penduduk dan variabel bebasnya adalah (X1, X2, X3, …. ,Xn) adalah karakteristik

(26)

Maka bentuk umum persamaan tersebut adalah : Y = a + bx

Di mana :

y : Jumlah kunjungan per 1000 penduduk (orang) x : Biaya perjalanan (Rp)

a : Konstanta b : Koefisien regresi

8. Menentukan nilai ekonomi wisata

Nilai ekonomi kawasan wisata alam dapat ditentukan dari total kesediaan membayar seluruh pengunjung pada tingkat harga karcis tanda masuk yang berlaku. Total kesediaan untuk membayar pengunjung adalah luas daerah dibawah kurva permintaan jasa wisata pada tingkat harga yang berlaku. Dan dapat dilihat pada gambar 2 kurva permintaan jasa nilai ekonomi wisata di bawah ini :

Gambar 2. Kurva permintaan jasa nilai ekonomi wisata

Kurva tersebut menunjukkan bahwa daerah segitiga Y1Y2Q adalah daerah surplus

konsumen yang merupakan karakteristik untuk mengetahui tingkat kepuasan para konsumen yang menikmati secara langsung nilai dari kawasan wisata alam. Daerah yang berbentuk persegipanjang OX2QY2 dan segitiga QX1X2 merupakan pendapatan yang diperoleh dari

Surplus Konsumen

(27)

tingkat harga karcis masuk ke kawasan wisata alam tersebut. Dan nilai ekonomi kawasan wisata alam dapat ditentukan dengan rumusan :

NE = Pd + SK

Dimana :

NE = Nilai ekonomi kawasan wisata alam

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai Ekonomi berdasarkan Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost )

Nilai ekonomi wisata dapat diduga dengan menggunakan metode biaya perjalanan yang didasarkan atas kesediaan membayar para pengunjung dalam membeli tiket masuk ke dalam kawasan wisata alam tersebut. Hal ini dapat dilihat dari jumlah biaya perjalanan yang dikeluarkan saat melakukan kegiatan wisata.

Adapun konsep yang mendasari dalam melakukan analisis penilaian ekonomi adalah teknik kesediaan membayar dari tiap individu untuk jasa lingkungan atau sumberdaya, dan begitu juga terhadap penilaian ekonomi wisata daerah Sembahe juga menggunakan teknik tersebut yaitu teknik pendekatan biaya perjalanan. Menurut Davis dan Johnson (1987) biaya perjalanan biasanya meliputi biaya transportasi pergi pulang dari daerah administratif masing-masing pengunjung ke lokasi wisata (mencakup dokumentasi, konsumsi, parkir, tiket masuk, dan lain-lain).

Data yang diperlukan dalam menentukan nilai manfaat rekreasi ini adalah : daerah asal pengunjung, jumlah populasi daerah pengunjung, biaya perjalanan rata-rata dan laju kunjungan per 1000 penduduk yang tersaji pada tabel 1

Tabel 1. Data pengunjung untuk mendapatkan persamaan regresi nilai manfaat wisata

no

(29)

rata-rata. Hasil analisis regresi menunjukkan suatu persamaan regresi yang menjadi persamaan untuk pendugaan nilai manfaat ekonomi rekreasi yaitu :

Y = 2858,03 - 0,01642 X

Persamaan ini adalah bentuk persamaan permintaan untuk manfaat wisata yang berlaku bagi tiap zonasi berdasarkan daerah asal pengunjung yang datang ke sembahe. Adapun nilai koefisien dari persamaan tersebut bernilai negatif yang mengartikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara variabel terikat (Y) yaitu laju kunjungan dan variabel (X) yaitu biaya perjalanan rata-rata. Hal ini mengartikan bahwa semakin tinggi biaya perjalanan rata maka laju kunjungan akan semakin rendah dan sebaliknya jika biaya perjalanan rata-rata semakin rendah maka laju kunjungan akan semakin tinggi.

Hipotesis ekonomi menyatakan bahwa konsumen akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi bila harga komoditi tersebut berkurang dan demikian juga pada permintaan wisata semakin meningkat biaya perjalanan pengunjung ke suatu daerah wisata maka akan mengurangi permintaan terhadap wisata. Dalam menduga nilai ekonomi dari kawasan wisata Sembahe akan digunakan perluasan metode biaya perjalanan dengan memakai simulasi harga karcis (Davis dan Johnson, 1987) yang mana harga karcis berlaku saat ini adalah Rp 1.500,00. Pada penerapan perluasan metode biaya perjalanan ini akan dibuat simulasi harga tiket masuk mulai 0 hingga Rp 38.000,00.

Pada masing-masing tingkat harga tiket yang diduga jumlah kunjungannya

(30)

Pada tingkat harga Rp 38.000,00 nilai tingkat kunjungan adalah 0 yang berarti bahwa tidak ada orang yang bersedia berkunjung ke daerah wisata tersebut bila harga tiket dinaikkan menjadi Rp 38.000,00. Akan menjadi resiko yang buruk bagi pengelola bila menaikkan harga tiket masuk yang dapat berdampak pada penurunan jumlah pengunjung.

Adapun harga tiket yang berlaku saat ini adalah Rp 1.500,00 dengan rata-rata jumlah pengunjung adalah 465970 orang dengan nilai pendapatan yang masuk ke pengelola sebesar Rp 5.485.976.913,00/tahun. Nilai pendapatan tersebut diperoleh dari hasil penjualan tiket saja di luar berbagai hal yang dipakai pengunjung tersebut seperti : fasilitas wisata dan membeli souvenir. Berdasarkan pendugaan jumlah kunjungan ini maka akan dapat dibuat kurva permintaan wisata Sembahe dengan sumbu x sebagai jumlah pengunjung daerah asal dan sumbu y sebagai variasi harga tiket masuk dan tersaji pada gambar 3.

(31)

Variasi Harga Tiket Masuk (Rupiah)

Kurva Perm intaan Wisata Sem bahe

0

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000

Jum lah Pengunjung (orang)

Gambar 3. Kurva permintaan jasa nilai ekonomi wisata permandian sembahe

Hasil analisis kurva permintaan tersebut akan memberikan kepada kita data mengenai nilai surplus konsumen yang dihitung berdasarkan asumsi garis yang menghubungkan dua titik kurva permintaan adalah linear. Adapun hasil perhitungan dari nilai surplus konsumen tersebut dapat dilihat pada lampiran. Hasil analisis kurva permintaan wisata menunjukkan bahwa dengan semakin dinaikkannya harga tiket masuk maka akan menurunkan jumlah pengunjung yang akan datang ke kawasan wisata tersebut.

Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa nilai surplus konsumen sebesar Rp 14.765.214.685,00 dan nilai pendapatan sebesar Rp 5.485.976.913,00/tahun maka diperoleh nilai ekonomi kawasan Sembahe sebesar :

NE = SK + PD

= Rp 14.765.214.685,00 + Rp 5.485.976.913,00 = Rp 20.251.191.598,00

(32)

Tabel 2. Tabulasi data umur responden

No. Umur responden (Orang) Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

1 < 20 7 7

2 20-40 77 77

3 > 40 16 16

Tidak ada kriteria khusus untuk menentukan atau memilih responden yang akan diambil. Dari cakupan umur tersebut dapat diketahui bahwa animo orang yang melakukan kegiatan wisata berada pada umur 20-40 tahun. Hal ini bisa saja terjadi karena kondisi fisik kisaran usia tersebut masih begitu tinggi dan juga dengan kondisi keuangan yang mapan.

Jumlah pengunjung yagn datang ke kawasan ini didominasi oleh kaum lelaki dengan 66 orang dan sisanya para perempuan dengan 34 orang. Data ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Tabulasi data jenis kelamin responden

No. Jenis kelamin Jumlah responden (Orang)

Persentase (%)

1 Laki-laki 66 66

2 Perempuan 34 34

Minat pada tujuan wisata biasanya dipengaruhi oleh selera dimana perempuan umumnya lebih senang pada hal-hal yang tidak mengeluarkan banyak tenaga seperti kegiatan berwisata alam ini. Sehingga kegiatan ini lebih banyak digemari oleh para kaum lelaki.

Tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah pada perguruan tinggi sebanyak 62 orang, SMA ada 35 orang dan SMP ada 3 orang. Tabel 4 berikut menujukkan data pendidikan responden.

Tabel 4. Tabulasi data pendidikan responden

No. Pendidikan tertinggi Jumlah responden (Orang)

(33)

kawasan ini hal ini disebabkan karena mereka memang ingin menyegarkan pikiran setelah lama melakukan pekerjaan. Adapun data mengenai pekerjaan responden terdapat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Tabulasi data pekerjaan

No. Pekerjaan pokok Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

1 PNS 13 13

2 Karyawan swasta 39 39

3 Wiraswasta 26 26

4 Pelajar/Mahasiswa 15 15

5 Supir 4 4

6 Petani 3 3

Kebanyakan para pengunjung yang datang ke Sembahe umumnya kan melakukan kegiatan refreshing daripada mandi hal ini dapat dilihat dari jumlah sebanyak 72 responden yang memilih untuk refreshing daripada mandi. Data ini dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Tabulasi data motivasi kunjungan

No. Motivasi kedatangan Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

1 Refreshing 72 72

2 Mandi 28 28

Umumnya dalam pengelolaan kawasan wisata hal yang paling diperhatikan adalah fasilitas umum. Berdasarkan pendapat para responden ada 52 orang yang mengatakan bahwa fasilitas ini baik dan sisanya sebesar 48 orang mengatakan masih cukup baik. Tabel 7 berikut menunjukkan tanggapan para responden mengenai fasilitas umum.

Tabel 7. Tabulasi data mengenai tanggapan responden terhadap fasilitas umum No. Tanggapan responden Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

1 Baik 52 52

2 Cukup baik 48 48

Tabel 8 di bawah ini merupakan tanggapan pengunjung mengenai pelayanan dan info petugas.

Tabel 8. Tabulasi data mengenai pelayanan dan info petugas

No. Tanggapan responden Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

1 Memuaskan 67 67

(34)

Berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa pelayanan yang terdapat di kawasan ini memuaskan para pengunjung yang artinya masih perlu melakukan perbaikan pelayanan. Dengan melakukan hal tersebut akan membuat pengunjung lebih banyak lagi datang ke sana.

Kebanyakan para pengunjung biasanya datang ke daerah ini bersama keluarga. Dimana dengan datang bersama keluarga akan membuat biaya yagn dikeluarkan akan lebih ringan bila pergi sendiri ataupun secara berkelompok. Umumnya sangat jarang orang mau pergi ke daerah wisata sendiri. Tabel 9 berikut merupakan data mengenai cara melakukan kunjungan.

Tabel 9. Tabulasi data mengenai cara melakukan kunjungan

No. Cara kunjungan Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

1 Keluarga 68 68

2 Berkelompok 19 19

3 Sendiri 13 13

Tabel 10 berikut menunjukkan keterangan dari tiap responden mengenai keamanan Sembahe.

Tabel 10 . Tabulasi data mengenai terhadap kenyamanan

No. Tanggapan responden Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

1 Cukup nyaman 35 35

2 Nyaman 65 65

Menurut para responden kawasan ini masih relatif nyaman yang artinya belum 100% memberikan kepuasan kepada pengunjung untuk berwisata. Untuk itu pengelola lebih serius lagi dalam membenahi kekurangan yang ada.

Kawasan wisata biasanya akan menawarkan keindahan panorama kawasan tersebut. Hampir seluruh responden di kawasan ini menyatakan panorama alam yang ada disana begitu indah sehingg hal ini memacu mereka untuk datang lagi ke kawasan ini untuk menikmati indahnya panorama alam tersebut. Tabel 11 berikut menujukkan persepsi responden terhadap keindahan alam sembahe.

Tabel 11. Tabulasi data mengenai tanggapan terhadap keindahan alam

No. Tanggapan Jumlah responden (Orang) Persentase (%)

1 Cukup indah 37 37

(35)

Analisis SWOT terhadap kawasan wisata Permandian Sembahe

Analisis ini bertujuan untuk memperoleh berbagai strategi pengembangan yang akan diaplikasikan nantinya untuk pengembangan kawasan ini selanjutnya. Analisis SWOT terhadap kawasan wisata permandian Sembahe ini terbagi atas dua faktor yaitu : faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal

Faktor internal terdiri atas kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang dimiliki oleh kawasan wisata Permandian Sembahe. Hasil analisis terhadap kedua faktor internal tersebut dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12 . Faktor-faktor internal pada objek wisata Permandian Sembahe

Faktor- faktor internal objek wisata Permandian Sembahe

No Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

1. Adanya ciri khas kawasan wisata permandian Sembahe yaitu air sungai yang sangat jernih dan udara yang sejuk

2. Akses jalan yang baik menuju lokasi wisata

3. Lokasi sangat mudah dicapai karena sangat dekat dengan jalan raya

4. Di sekitar lokasi Wisata memiliki cukup banyak penginapan / motel yang standar, yang bisa digunakan pengunjung yang datang dari daerah yang jauh.

5. Adanya kearifan tradisional masyrakat sembahe

6. Desa sembahe memiliki daya tarik di luar objek wisata itu sendiri

Pengetahuan masyarakat lokal tentang bidang parawisata sangat minim

Kurangnya lampu untuk penerangan di lokasi wisata Kurangnya kerjasama dari pengelola

Fasilitas yang ada di objek wisata masih terbilang kurang

Adapun hal-hal penting dari faktor ini adalah : A. Kekuatan (Strength)

Hal-hal yang menjadi kekuatan dari Permandian Sembahe ini adalah :

1. Adanya ciri khas kawasan wisata permandian Sembahe yaitu air sungai yang sangat jernih dan udara yang sejuk

(36)

penduduk kota yang merasa jenuh dengan kebisingan, polusi udara dan cuaca panas yang mereka hadapi sehari-hari. Solusi itu adalah berupa air sungai yang sangat jernih dan udara yang sejuk yang merupakan suatu terapi bagi para pengunjung untuk sejenak melupakan rutinitas di kota.

2. Akses jalan yang baik menuju lokasi wisata

Akses jalan yang baik merupakan syarat utama yang harus disediakan oleh pengelola wisata . Kondisi jalan yang baik menuju Permandian Sembahe ini disebabkan karena posisi Permandian Sembahe yang tidak jauh dari jalan umum menuju kabupaten kabanjahe. Pengunjung memiliki banyak pilihan menuju lokasi Permandian ini yaitu dengan menggunakan bis umum, sepeda motor dan mobil

3. Lokasi sangat mudah dicapai karena sangat dekat dengan jalan raya

Permadian Sembahe terletak tidak jauh dari jalan umum menuju kabanjahe. Tidak diperlukan waktu yang lama untuk mencapai lokasi karena permadian sembahe berada tepat di sebelah jalan umum tersebut . Ini merupakan suatu keunggulan tersendiri dari permandian sembahe karena pengunjung tidak perlu mengkhawatirkan masalah dana tambahan untuk menuju lokasi tersebut karena di samping mudah dicapai, kondisi jalan menuju tempat ini juga terbilang bagus

4. Di sekitar lokasi Wisata memiliki cukup banyak penginapan / motel yang standar, yang bisa digunakan pengunjung yang datang dari daerah yang jauh

Kawasan permandian sembahe menyediakn banyak penginapan/motel yang sangat terjangkau bagi segala lapisan masyarakat. Lokasi penginapan tersebar di seluruh lokasi permandian jadi pengunjung memiliki banyak pilihan sesuai selera pengunjung dan sesuai dengan kemampuan ekonomi pengunjung.

5. Adanya kearifan tradisional masyrakat sembahe

Ada suatu kepercayaan di beberapa masyarakat Sembahe yaitu janganlah kita membuang sampah disungai, karena kalau ada yang membuang sampah disungai nanti gunung dan dan penunggu sungai marah. Dari logika dan analisa yang dapat kita lakukan sendiri, sebenarnya masyarakat memunculkan stigma negatif tentang tidak bolehnya membuang sampah disungai adalah untuk mencegah supaya tidak terjadi banjir dan juga supaya sungai tidak terkotori oleh sampah-sampah. Kebijakan yang dilakukan oleh masyarakat ini disebut sebagai Kearifan tradisional. Kearifan tradisional ini diprediksi sudah terjadi secara turun temurun sejak puluhan tahun yang lalu.

(37)

Selain permandian sembahenya, desa Sembahe memiliki daya tarik berupa buah-buahan, masyarakat mengenal buah-buahan khas yang berasal dari Sembahe yaitu Durian dari Sembahe yang dikatakan para penduduk berbeda rasanya dengan durian yang ada di daerah lain.Selain durian, Desa Sembahe juga terkenal dengan buah langsat dan manggisnya. Ketiga buah-buahan ini banyak dikirim ke luar kota, diantaranya kota Medan, Tebing, Pematang Siantar dan Ibu Kota kabupaten Deli Serdang yaitu Lubuk Pakam.

B. Kelemahan

Hal-hal yang menjadi kekuatan dari Permandian Sembahe ini adalah : 1. Pengetahuan masyarakat lokal tentang bidang parawisata sangat minim

Masyarakat lokal harus mendapatkan manfaat dari aktifitas wisata yang dikembangkan seperti initasi, pendidikan, perbaikan ekonomi dan dampak-dampak lainnya. Unit-unit bisnis pendukung wisata seperti pusat penjualan cindera mata, usaha penginapan, restoran dan lainnya, harus dikendalikan oleh masyarakat lokal. Hal itu untuk menjamin keikutsertaan masyarakat lokal dalam pertumbuhan ekonomi setempat, karena aktivitas wisata.

2. Kurangnya kerjasama dari pengelola

Pengelola kawasan permandian Sembahe terkesan mengelola secara sendiri-sendiri. Para pengelola tidak memiliki keinginan untuk memajukan kawasan permadian secara bersama-sama. Tidak ditemukannya pembangunan fasilitas yang cukup berarti dan tidak adanya tambahan hiburan di kawasan permandian menjadi bukti bahwa tidak adanya kesepakatan bersama dari para pengelola dalam memajukan kawasan permandian ini .

3. Fasilitas yang ada di objek wisata masih terbilang kurang

(38)

Faktor eksternal

Faktor eksternal atas peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang dimiliki oleh Permandian Sembahe. Adapun hasilnya tersaji pada tabel 13.

Tabel 13 . Faktor-faktor eksternal pada objek wisata Permandian Sembahe Faktor- faktor eksternal objek wisata Permandian Sembahe

No Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)

1. Adanya keinginan besar dari pemerintah daerah untuk mengelola kawasan wisata Permandian Sembahe

2. Objek wisata Permandian Sembahe berada di kabupaten dengan jumlah penduduk yang paling padat di Sumatera Utara

3. Tidak dijumpai banyak objek wisata alam lain yang setipe dengan Permandian Sembahe

4. Memperbanyak kuantitas promosi akan menambah jumlah pengunjung

Curah hujan yang cukup tinggi di daerah ini

Perusakan hutan di daerah sumber mata air sungai akan berdampak buruk pada keberlangsungan sungai

Cara penataan rukit yang salah oleh para pengelola

A.Peluang (opportunity)

Hal – hal yang menjadi peluang dari Permandian Sembahe adalah :

1. Adanya keinginan besar dari pemerintah daerah untuk mengelola kawasan wisata Permandian Sembahe

Permandian sembahe masih dikelola secara pribadi oleh masyarakat. Pemerintah tidak memiliki campurt tangan yang banyak atas pengelolaan kawasan ini. Namun dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah membuat usulan agar permandian sembahe dapat menjadi aset daerah dan dikelola langsung oleh pemerintah. Campur tangan pemerintah diharapkan dapat memberikan perubahan besar dalam hal peningkatan mutu pelayanan di kawasan permandian sembahe.

2. Objek wisata Permandian Sembahe berada di kabupaten dengan jumlah penduduk yang paling padat di Sumatera Utara

Permandian Sembahe berada di kabupaten Deli Serdang yang merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terpadat di Sumatera Utara. Hal ini seharusnya menjadi motivasi besar bagi para pengelola kawasan wisata ini karena tidak ada kekhawatiran akan kehilangan pangsa pasar. Hal utama yang menjadi bahan pikiran adalah bagaimana menarik pangsa pasar yang begitu besar ini untuk berkunjung ke Permandian Sembahe

(39)

Permandian Sembahe merupakan salah satu objek wisata paling terkenal di Kabupaten Deli Serdang, Karo dan Medan. Meupakan satu-satunya objek wisata yang menawarkan kejernihan air sungai untuk tempat mandi dan kesejukan udara untuk menenangkan pikiran. Tidak dijumpai persaingan yang cukup berarti untuk objek wisata yang sejenis

4. Memperbanyak kuantitas promosi akan menambah jumlah pengunjung

Sangat jarang dijumpai brosur, iklan, atau media promosi sejenisnya yang membawa nama Permandian Sembahe. Padahal banyak masayarakat yang belum mengenal betul permandian Sembahe dan mengenai fasilitas apa saja yang ditawarkan di dalamnya . Dengan memperbanyak promosi dapat dipastikan animo masyarakat untuk berkunjung ke kawasan wisata ini bisa semakin bertambah.

Hal – hal yang menjadi ancaman (Threat) dari Permandian Sembahe adalah : 1. Curah hujan yang cukup tinggi di daerah ini

Desa sembahe termasuk desa dengan curah hujan yang cukup tinggi. Mengingat tujuan utama pengunjung adalah untuk mandi dan merasakan sejuknya air sungai sembahe, semuanya bisa saja mendadak menjadi hal di luar perkiraan karena air hujan dapat membuat keruh air sungai dan menaikkan permukaan air sungai sehingga pengunjung tidak bisa menikmati apa-apa.

2. Perusakan hutan di daerah sumber mata air sungai akan berdampak buruk pada keberlangsungan sungai. Taman Wisata Sibolangit merupakan kawasan hutan yang paling dekat dengan kawasan permandian Sembahe. Dengan rusaknya Taman Wisata Sibolangit otomatis akan mengancam keberlangsungan sungai Sembahe.

3. Cara penataan rumkit yang salah oleh para pengelola

Permandian sembahe terkenal dengan rumkit yang banyak yang tersebar di seluruh pinggir sungai . Suatu kesalahan besar dari pengelola adalah menambah kawasan pembangunan yang terlalu menjorok ke arah sungai sehingga aliran sungai terganggu . Alhasil bila hujan deras datang maka beberapa rumkit akan hanyut oleh derasnya air sungai Sembahe dan pastinya ini akan menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi para pengelola .

Tabel 14 . Penentuan strategi pengembangan berdasarkan matriks SWOT

Strength (S) Weakness (W)

(40)

lokasi dicapai karena terletak dekat dengan jalan raya adalah senjata utama yang digunakan untuk menarik pengunjung datang ke objek wisata

Permandian sembahe dapat menarik animo yang lebih dari pengunjung jika pengelola tidak mengandalkan keindahan alam semata

pariwisata sangat kurang menyebabkan tidak adanya perubahan yang signifikan dalam bidang kepariwisataan. Dibtuhkan keseriusan dari pihak pemerintah dalam menggalakkan bidang pariwisata

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah

1. Besarnya nilai ekonomi Wisata Sembahe berdasarkan metode biaya perjalanan adalah Rp 20.251.191.598,00

2. Berdasarkan hasil SWOT diperoleh strategi pengembangan Wisata Sembahe yaitu : a. Melakukan lebih banyak promosi untuk meningkatkan animo pengunjung

b. Tidak mengandalkan keindahan alam permandian sembahe semata namun menambah daya tarik tambahan berupa pertujunkan kebuadayaan atau hal menarik lainnya c. Pemerintah harus lebih banyak campur tangan dalam usaha pengembangan kawasan

wisata permandian sembahe

Saran

(42)

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2006. Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka. Biro Pusat Statistik Prov. Sumatera Utara. Medan

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Airlangga University Press. Surabaya.

Davis, L. S. and K. N. Jhonson. 1987. Forest Management. Mc Graw Hill Book Compani. New York.

Davis dan Jhonson (1987) dalam N. Sulistiyono. 2007. Pengantar Ekotourisme. Di dalam Affandi O. Editor Buku Panduan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Fandeli, C dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata . Fakultas Kehutanan Universitas

Gadjah Mada dan Unit Konservasi Sumber Daya Alam D. I . Yogyakarta. Yogyakarta.

Hufschmidf, M. M., D. E. James., A. D. Meister., B. T. Bower., J. A. Dixon. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan dan Pedoman Penilaian Ekonomis. Terjemahan Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kusmayadi dan E. Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang kepariwisataan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Nurrochmat D. R. 2005. Strategi Pengelolaan Hutan. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta Pomeroy, R. S. 1992. Economic Valuation : Available Methods dalam Chua T. E dan L. F.

Scrua. US Coastal Resources Management Project

Yakin, 1997. Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan Akademi Presindo Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Bagan kerangka penelitian
Gambar 2. Kurva permintaan jasa nilai ekonomi wisata
Tabel 1.  Data pengunjung untuk mendapatkan persamaan regresi nilai manfaat wisata
Gambar 3. Kurva permintaan jasa nilai ekonomi wisata permandian sembahe
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Perpanjangan Dispensasi Pelayanan Pencatatan

2) Tujuan penelitian sebagai berikut. a) Mengetahui dan mengkaji faktor terjadinya kasus tindak kekerasan seksual terhadap perempuan dalam masyarakat matrilineal di

Modul ini terdiri dari tiga (5) unit belajar. Unit Belajar 1.PERALATAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKIR materinya tentang : 1) Alat pokok, 2) Alat Pendukung, 3) Cara penggunaan

Pembiayaan. Perubahan ini dapat berupa peru- bahan jangka waktu, jumlah, margin/ nisbah, jumlah tunggakan margin/ pokok, obyek yang dijadikan jami - nan,

Secara terpisah, Musliar Kasim Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan berpesan kepada anggota BSNP periode 2014-2018, bahwa implementasi Kurikulum 2013

Pengembangan LKPD hanya sebatas pada tahap pengembangan (develop). 2) Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) Mata Pelajaran Akuntansi Perbankan Syariah Sebagai

57 Kemudian pada saat dalam kondisi mendesak menghadapi sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia dengan membentuk sebuah Badan Penyidik

Adapun simpulan peneliti terkait hasil penelitian pengembangan serta pembahasan ialah: 1) hasil dari pengembangan buku ajar pada mata pelajaran korespondensi