• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain dan Uji Teknis Sistem Mekanik Mesin Sortasi Buah Manggis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain dan Uji Teknis Sistem Mekanik Mesin Sortasi Buah Manggis"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN DAN UJI TEKNIS SISTEM MEKANIK

MESIN SORTASI BUAH MANGGIS

MUHARFIZA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Desain dan Uji Teknis sistem Mekanik Mesin Sortasi Buah Manggis” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, 13 Oktober 2006.

Muharfiza

(3)

ABSTRAK

MUHARFIZA. F151030061. Desain dan Uji Teknis Sistem Mekanik Mesin Sortasi Buah Manggis. Dibimbing oleh SUROSO dan I WAYAN BUDIASTRA.

Manggis merupakan salah satu produk perkebunan unggulan Indonesia dengan nilai ekspor yang mencapai US$9.31 juta pada tahun 2003. Untuk tetap meningkatkan dan mempertahankan nilai ekspor ini diperlukan penanganan sortasi yang baik. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini, proses sortasi dan pemutuan buah manggis banyak dikembangkan secara otoma tis menggunakan bantuan komputer. Ini didorong oleh terbatasnya kemampuan dan waktu manusia untuk dapat melakukan penyortiran serta berbedanya persepsi setiap penyortir. Pemutuan buah manggis yang sedang dikembangkan dewasa ini adalah pemutuan kualitas bagian dalam dari buah seperti tingkat kematangan, rasa maupun kerusakan. Hingga saat ini, alat sortasi manggis secara otomatis belum ada. Oleh itu diperlukan perekayasaan alat penyortir yang dapat bekerja secara otomatis dan akurat mulai dari pemasukkan buah sampai dengan penampungan hasil sortasi.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang (kapasitas, daya, sistem transmisi dan poros), membangun (rangka, unit pengolahan citra, unit ultrasonik dan sistem transportasi) serta menguji sistem mekanik alat sortasi buah manggis.

(4)

DESAIN DAN UJI TEKNIS SISTEM MEKANIK

MESIN SORTASI BUAH MANGGIS

MUHARFIZA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Penelitian : Desain dan Uji Teknis Sistem Mekanik Mesin Sortasi Buah Manggis Nama Mahasiswa : Muharfiza

NRP : F151030061

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H. Suroso, M.Agr Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr

Ketua Anggota

Diketahui

a.n. Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Keteknikan Pertanian

Sekretaris,

Dr. Ir. H. Suroso, M.Agr Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Nopember 1979 dari ayah Rizal Saleh, SE dan ibu Hafnizar Hasan. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

(7)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Desain dan Uji Teknis Sistem Mekanik Mesin Sortasi Buah Manggis”. Tesis ini merupakan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan mulai bulan September 2005 – Juli 2006. Perancangan dilakukan dengan menggunakan bantuan software komputer, perakitan dilakukan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Departemen Pertanian RI di Serpong sedangkan untuk penyetelan dan pengujian dilakukan di Laboratorium Metatron Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini merupakan bagian dari Program Hibah Pasca yang terdiri dari beberapa bagian penelitian, penulis termasuk dala m bagian manufakturing dengan kegiatan merancang, merakit dan menguji transportasi mesin sortasi tersebut.

Penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Ir. H. Suroso, M.Agr selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya dari awal penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. I Dewa Made Subrata, M.Agr selaku Penguji Luar Komisi yang telah banyak memberikan masukan dan pengayaan dalam tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ketua Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian Bapak Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M. Agr yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan masukan secara langsung maupun tidak langsung.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, yang telah memberikan biaya bantuan pendidikan pascasarjana (BPPS) selama 18 bulan, kepada Rektor Universitas Gunung Leuser serta kepada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang juga telah memberikan bantuan biaya penelitian dalam program Hibah Tim Pascasarjana hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Ucapan terima kasih selanjutnya penulis haturkan kepada Bapak Sulyaden sebagai teknisi di Bengkel Departemen Teknik Pertanian IPB, kepada rekan-rekan penulis: Mas Wagimin, Mas Andre, B’Ade, B’Wein, B’Samsul, B’Din, P’Sandra, B’Ayus, B’Can, C’Mun, Bayu, Iqbal dan Mala yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini, serta teman-teman di IKAMAPA yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Selanjutnya ucapan terima kasih yang teramat dalam penulis haturkan kepada istri penulis tercinta Yudia Handayani, SE yang selalu mendoakan, mencurahkan kasih sayang dan mendorong penulis untuk berhasil. Tidak lupa do’a penulis kepada Ayahanda Rizal Saleh, SE dan Ibunda penulis Hafnizar Hasan yang telah melahirkan, membesarkan serta mendidik penulis juga kedua adik tercinta Drh. Dian Keumala dan Citra Dewi Keumala. Selanjutnya terima kasih kepada Mertua Penulis, Keluarga Besar di Jakarta dan Banda Aceh.

Bogor, 13 Oktober 2006

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ··· x

DAFTAR TABEL ··· xiii

DAFTAR GAMBAR ··· xiv

DAFTAR LAMPIRAN ··· xv

PENDAHULUAN Latar Belakang ··· 1

Tujuan Penelitian ··· 3

Manfaat Penelitian ··· 3

TINJAUAN PUSTAKA Manggis ··· 4

Mesin Sortasi ··· 6

TAHAPAN PENELITIAN Identifikasi Masalah ··· 8

Gagasan Awal ··· 8

Pengembangan dan Penyempurnaan Gagasan ··· 8

Analisis ··· 9

Pelaksanaan ··· 9

PENDEKATAN DESAIN Desain Fungsional ··· 11

Rangka ··· 11

Unit penggerak ··· 12

Unit pengolahan citra ··· 12

Unit ultrasonik ··· 12

Unit pendoromg ··· 12

Unit penampung ··· 13

Desain Struktural ··· 13

Unit penggerak ··· 13

Konstruksi rangka ··· 13

Unit pengolahan citra ··· 14

Unit pengolahan ultrasonik ··· 14

(9)

xi

METODOLOGI PENELITIAN ··· 16

Waktu dan Tempat ··· 16

Alat dan Bahan ··· 16

Analisis Perencanaan ··· 16

Perencanaan kapasitas ··· 16

Perencanaan kebutuhan daya ··· 16

Faktor keamanan ··· 17

Perencanaan sistem transmisi sabuk gilir (timming belt) ··· 19

Perencanaan poros dan pasak ··· 23

Analisis lenturan (bending analysis) ··· 29

Sistem transportasi buah ··· 30

Uji Teknis ··· 31

Analisa kapasitas mesin ··· 31

HASIL PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas ··· 32

Perhitungan Daya yang Dibutuhkan ··· 32

Perhitungan Transmisi Sabuk Gilir ··· 32

Perhitungan sabuk gilir untuk menggerakkan reducer ··· 33

Perhitungan sabuk gilir untuk menggerakkan konveyor ··· 38

Perhitungan Poros dan Pasak ··· 42

Perencanaan pemilihan poros dengan beban puntir ··· 42

Perencanaan pemilihan pasak dan alur pasak ··· 45

Analisa Lenturan ··· 47

Perhitungan gaya akibat beban terpusat ··· 49

Perhitungan momen jarak ··· 50

Perhitungan kontrol tegangan dan lendutan ··· 53

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Penggerak yang Digunakan ··· 55

Transmisi Sabuk Gilir ··· 56

Poros dengan Beban Puntir dan Pasak ··· 58

Rangka Utama, Pengolahan Citra dan Ultrasonik ··· 59

Bak Penampung ··· 61

Mangkuk dan Sistem Transportasi ··· 62

Penguat Tegangan Rantai ··· 64

Rancangan Solenoid ··· 65

(10)

xii

Hasil Uji Teknis ··· 67

SIMPULAN

Simpulan ··· 68

Saran ··· 68

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Komposisi kandungan nilai gizi

buah manggis per 100 gr ··· 1

2 Perkembangan ekspor

buah manggis Indonesia tahun 2000 – 2004 ··· 2

3 Persyaratan mutu manggis segar ··· 5

4 Baja paduan untuk poros ··· 23

5 Baja karbon untuk konstruksi mesin

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diameter poros standar ··· 72

2 Faktor konsentrasi tegangan ß untuk pembebanan puntir statisdari suatu poros bulat dengan pengecilan diameter yang diberi filet ··· 73

3 Faktor konsentrasi tegangan a untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros bulat dengan alur pasak persegi yang diberi filet ··· 73

4 Pemilihan untuk uk uran pasak dan alur pasak ··· 74

5 Faktor koreksi K? ··· 75

6 Daerah penyetelan jarak sumbu poros ··· 75

7 Tipe, ukuran dan pemakaian sabuk gilir ··· 76

8 Kapasitas daya yang ditransmisikan setiap inchi (25.4 mm) lebar sabuk gilir Po (kW) ··· 77

9 Nomor nominal, jumlah gigi dan panjang untuk sabuk gilir standar ··· 78

10 Faktor koreksi untuk berbagai JGT (Jumlah Gigi Terkait) ··· 79

11 Motor listrik dan reducer ··· 80

12 Rancangan rangka utama ··· 81

13 Rancangan unit pengolahan citra ··· 82

14 Rancangan unit ultrasonik ··· 83

15 Rancangan dudukan solenoid ··· 84

16 Rancangan mangkuk ··· 85

17 Rancangan bak penampung ··· 86

18 Rancangan sistem transmisi ··· 87

19 Gambar sistem transportasi buah ··· 88

20 As dan sproket tensioner ··· 89

21 Mesin sortasi hasil rancangan ··· 90

22 Gambar unit ultrasonik hasil rancangan ··· 90

(13)

xvi

24 Gambar solenoid ··· 91

25 Gambar bak penamp ung mutu super dan mutu 1 ··· 92

26 Gambar bak penampung mutu 2 ··· 92

27 Mangkuk dan sistem transportasi hasil rancangan ··· 93

28 Poros dan sproket pengiring ··· 93

29 Roda rotasional ··· 94

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi dan peluang pasar industri buah-buahan dewasa ini terus meningkat,

hal ini disebabkan antara lain karena meningkatnya jumlah konsumen, pendapatan

dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi khususnya buah manggis seperti

terlihat dalam Tabel 1. Untuk mengimbangi konsumsi ini dibutuhkan produk yang

sesuai dengan keinginan konsumen yaitu berkualitas baik dan mutu buah yang

seragam.

Tabel 1 Komposisi kandungan nilai gizi buah manggis per 100 gr (Departemen Kesehatan. 1980)

Jenis Gizi Nilai Gizi

Air 79.7 gr

Kalori 76 kal

Karbohidrat 18.6 gr Serat Kasar 1.3 gr

Lemak 0.8 gr

Protein 0.7 gr

Abu 0.2 gr

Kalsium 18 mgr

Fosfor 11 mgr

Zat Besi 0.3 mgr

Vitamin B: Thiamin 0.06 mgr Vitamin B: Riboflamin 0.01 mgr Vitamin B: Niacin 0.04 mgr

Vitamin C 2 mgr

Salah satu tanaman yang mempunyai prospek baik dalam pemasaran dalam

dan luar negeri adalah manggis. Produksi manggis Indonesia dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan hingga tahun 2003. Pada tahun 2000 Indonesia mampu

memenuhi pangsa ekspor sebesar 7182.098 kg, tahun 2001 sebesar 4868.528 kg,

tahun 2002 sebesar 6512.423 kg, tahun 2003 adalah titik tertinggi dalam volume

ekspor buah manggis hingga mencapai 9304.511 kg sedangkan pada tahun 2004

terjadi penurunan volume ekspor menjadi 3045.379 kg.

Dari total produksi manggis yang dihasilkan oleh petani Indonesia, hanya

sekitar 50% yang layak ekspor dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia yang

(15)

2

pemetikan, penyortiran, penggunaan zat antitranspiran hingga pendistrubusian

manggis yang belum maksimal sehingga tidak dapat memenuhi syarat ekspor.

Tabel 2 Perkembangan ekspor buah manggis Indonesia tahun 2000 – 2004 (Badan Pusat Statistik. 2005)

Tahun Volume (kg)

Nilai (US$) 2000 7.182,098 5.885.038 2001 4.868,528 3.953.234 2002 6.512,423 6.956.915 2003 9.304,511 9.306.042 2004 3.045,379 3.291.855

Salah satu tahapan kegiatan pasca panen untuk memenuhi syarat ekspor

komoditas buah-buahan adalah proses sortasi dan pemutuan. Proses sortasi dan

pemutuan merupakan suatu proses pemisahan produk berdasarkan mutu yang

diperoleh pada pencirian sifat fisik produk yang berhubungan dengan faktor mutu

produk tersebut. Saat ini penyortiran buah dilakukan secara manual yaitu dengan

perkiraan-perkiraan berdasarkan pengalaman. Pada umumnya buah yang disortir

berdasarkan ukuran, berat dan warna buah sehingga mempunyai beberapa

keterbatasan salah satunya adalah tidak dapat diketahuinya kualitas dalam dari

buah tersebut. Tetapi untuk menyiasatinya, petani melakukan pengujian kualitas

dalam buah secara destruktif yaitu dengan mengambil beberapa sampel secara

acak yang kemudian dirusak untuk dapat mengetahui kualitas bagian dalamnya.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini, proses sortasi

dan pemutuan banyak dikembangkan dengan sistem otomatisasi yaitu dengan

menggunakan bantuan komputer. Hal ini disebabkan karena terbatasnya

kemampuan dan waktu manusia untuk dapat melakukan penyortiran dan

perbedaan persepsi setiap penyortir. Pemutuan buah yang sedang dikembangkan

dewasa ini adalah pemutuan kualitas bagian dalam buah seperti tingkat

kematangan, rasa maupun kerusakan. Hingga saat ini alat sortasi manggis secara

otomatis belum ada sehingga diperlukan alat penyortir manggis yang dapat

bekerja secara otomatis dan akurat mulai dari pemasukkan buah sampai dengan

penampungan hasil sortasi sehingga dapat meningkatkan produktifitas dalam

(16)

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem mekanik (kapasitas, daya,

sistem transmisi dan poros), membangun (rangka, unit pengolahan citra, unit

ultrasonik dan sistem transportasi) serta menguji sistem mekanik alat sortasi buah

manggis.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai pembuka wawasan bagi para perancang

untuk dapat mengembangkan mesin sortasi khususnya buah manggis sehingga

didapat hasil rancangan mesin sortasi buah manggis yang lebih kompleks dan

akurat. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat bagi eksportir dalam melakukan

penyortiran buah untuk tidak dilakukan secara manual sehingga hasil penyortiran

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Manggis

Menurut Juanda dan Cahyono (2000). Tanaman manggis dalam tata nama

tumbuhan atau taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Gutiferanales

Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

Manggis merupakan tanaman buah yang berupa pohon yang berasal dari

hutan tropis yang teduh dikawasan Asia Tenggara, dari Asia Tenggara tanaman

ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti

Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara.

Berdasarkan SNI 01-3211-1992, mutu buah manggis dikelaskan menjadi

tiga yaitu mutu super, mutu 1 dan mutu 2 (Tabel 3). Adapun dasar pengkelasan

mutunya adalah dengan melihat keseragaman ukuran diameter buah, tingkat

kesegaran warna kulit, kecacatan atau kebusukan buah, kelengkapan tangkai atau

(18)

5

Tabel 3 Persyaratan mutu manggis segar (Dewan Standar Nasional. 1992)

Jenis Uji Persyaratan

Mutu Super Mutu 1 Mutu 2

Keseragaman Seragam Seragam Seragam

Diameter >65 mm 55-65 mm <55 mm

Tingkat Kesegaran Segar Segar Segar

Warna Kulit

Hijau kemerahan s/d merah muda

mengkilat

Hijau kemerahan s/d merah muda

mengkilat

Hijau mengkilat

Buah Cacat atau

Busuk 0% 0% 0%

Tangkai dan atau

Kelopak Utuh Utuh Utuh

Kadar Kotoran

( )

bb

0% 0% 0%

Serangga Hidup

dan atau Mati Tidak ada Tidak ada Tidak ada Warna

Daging Buah

Putih bersih khas manggis

Putih bersih khas manggis

Putih bersih khas manggis

Untuk standar kualitas buah manggis di Indonesia terdapat tujuh tahap

indeks kematangan yaitu indeks, 0 dengan warna kulit buah kuning kehijauan,

indeks 1 dengan warna kulit buah hijau kekuningan, indeks 3 dengan warna kulit

merah kecoklatan, indeks 4 dengan warna kulit buah merah keunguan, indeks 5

dengan warna kulit buah ungu kemerahan dan indeks 6 dengan warna kulit buah

ungu kehitaman (Direktorat Tanaman Buah, 2002). Seperti ditampilkan dalam

Gambar 1.

Gambar 1 SNI untuk indeks kematangan buah manggis.

0 1

(19)

6

Sedangkan Malaysia mempunyai enam tahap indeks kematangan buah

manggis yaitu, indeks 0 dengan warna hijau dengan sedikit kemerahan, indeks 1

dengan warna merah kekuningan, indeks 2 dengan warna merah, indeks 3 dengan

warna cokelat kemerahan, indeks 4 dengan warna keunguan dan indeks 5 dengan

warna ungu tua.

Dewan Standar Nasional (1992) telah melakukan standarisasi dalam

penentuan diameter, yaitu dengan cara mengukur setiap panjang garis tengah yang

tegak lurus pada tinggi buah manggis segar dari seluruh contoh uji dengan

menggunakan alat pengukur diameter yang sesuai. Buah manggis digolongkan

menjadi 3 standar ya itu <55 mm, 55-65 mm dan >65 mm.

Mesin Sortasi

Selama ini penyotiran buah manggis khususnya dilakukan secara manual

berdasarkan warna, berat dan ukuran dengan menggunakan tenaga manusia

sehingga hasil penyortiran dari setiap buah mempunyai kecenderungan untuk

tidak seragam karena asumsi setiap penyortir berbeda-beda, untuk penyortiran

buah manggis secara manual dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2 Penyortiran buah manggis secara manual

Pantastico (1986) mengatakan bahwa mesin sortasi produk-produk pertanian

telah banyak dikembangkan dengan tujuan untuk mengkelaskan produk pertanian

sesuai dengan kelompoknya sehingga lebih seragam, presisi dan akurat. Alat

sortasi dibedakan menjadi dua macam yaitu alat sortasi manual dan mekanis. Alat

sortasi manual menggunakan bantuan tangan untuk memisahkan produk pertanian

(20)

7

Silanam et al (2002) merancang mesin sortasi mangga berdasarkan berat.

Mesin sortasi ini bertenaga motor transmisi untuk menggerakan unit penimbang

yang berputar, mangga yang melebihi standar berat untuk unit penimbang akan

dikeluarkan sedangkan yang lebih ringan akan dialirkan menuju kategori unit

penimbang berikutnya dengan standar berat yang ditentukan.

Rice Lake Weighing System yaitu sebuah perusahan penyortir buah-buahan tropis dapat memisahkan produk berdasarkan beberapa kriteria seperti berat,

ukuran, bentuk dan warna. Sistem tersebut meliputi sabuk pengumpan, konveyor

penimbang bergerak dan konveyor pengalih. Dalam sistem ini produk diletakan

dan diatur jaraknya pada belt pengumpan oleh operator atau mekanisme proses

sebelumnya. Pemutuan visual dapat dilakukan oleh mesin maupun secara manual

oleh operator. Hasil dari pemutuan tersebut diumpankan ke sistem kontrol. Lokasi

produk pada belt ditentukan dan dihubungkan dengan optical encoder. Produk dialirkan menuju konveyor penimbang bergerak dan ditimbang ketika sedang

bergerak. Sistem kontrol menghubungkan informasi berat produk dengan

informasi pemutuan visualnya, serta secara konstan menentukan status lokasi dari

konveyor sortasi dengan mengacu pada posisi produk dan mengaktifkan

mekanisme pengalihan yang sesuai pada posisi yang tepat dari konveyor sortasi

seperti terlihat dalam.

Mekanisme pengumpan memegang peranan penting dalam mengalirkan

bahan untuk mengurangi kerusakan fisik. Sistem konveyor pada mesin sortasi

buah CVS Unisorter yang dibangun oleh Rice Lake Weighing System Ltd

dirancang dengan memaksimumkan rotasi dari ukuran buah. Roller yang digunakan terbuat dari plastik khusus yang lembut dan kuat. Sistem konveyor ini

disesuaikan dengan konfigurasi kotak pencahayaan dan kamera untuk

memperoleh hasil sortasi berdasarkan warna dan ukuran dimensi yang baik.

Prathama (2002) telah membangun sebuah mesin sortasi mangga

menggunakan sistem deteksi pengolahan citra menggunakan pengendali mikro

komputer. Mesin ini terdiri dari unit penyalur berjalan yang menggunakan

konveyor, unit pengolahan citra yang menggunakan sensor yang dihubungkan

dengan komputer, unit pendorong mangga yang telah disensor dan digerakan

(21)

TAHAPAN PENELITIAN

Identifikasi Masalah

Perekayasaan mesin sortasi yang terbaru yaitu mesin sortasi mangga

berbasis pengolahan citra menggunakan mikrokomputer yang dirancang Prathama

(2002) belum dilengkapi dengan pengolahan ultrasonik. Oleh karena itu

dirancanglah unit pengolahan ultrasonik sebagai uji kualitas buah bagian dalam

serta dilakukan beberapa penyempurnaan seperti konveyor tipe mangkuk agar

buah tidak menggelinding bebas dan lain sebagainya. Desain sistem mekanik

mesin sortasi buah manggis yang diinginkan dapat melakukan penggiringan

secara berkesinambungan sehingga didapat hasil penggiringan yang efisien.

Gagasan Awal

Melengkapi mesin sortasi yang sudah ada dengan pengolahan ultrasonik

yang berfungsi sebagai penguji kualitas buah bagian dalam, sehingga rancangan

ini diharapkan lebih kompak dan optimal dalam kinerjanya. Juga melakukan

perubahan-perubahan desain seperti sistem transmisi (konveyor rantai) dan sistem

transportasi (mangkuk). Mekanisme kerja mesin sortasi diawali dari penempatan

posisi buah yang tepat secara manual yang kemudian ditranportasi hingga pada

penampungan terakhir.

Pengembangan dan Penyempurnaan Gagasan

Perlunya alat pengolah ultrasonik sebagai pengujian kualitas buah bagian

dalam, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian secara destruktif dengan sample acak. Bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam perakitan mesin sortasi ini

yaitu besi berpenampang kubus yang dipergunakan sebagai rangka mesin,

dudukan mangkuk konveyor dan rangka pengolahan citra, plat besi dengan

ketebalan 1.2 mm sebagai penutup rangka bagian atas, plat aluminium dengan

ketebalan 1 mm sebagai rangka ultrasonik. Konveyor rantai sebagai dudukan

mangkuk, as, pillow block tipe P207, kamera CCD, unit ultrasonik, motor listrik 3 fasa, rpm reducer 1:40, timming belt (sabuk gilir) dan puli. Kontrol dengan sistem

(22)

9

Analisis

Dilakukan analisis pembuatan mesin yang mencakup perencanaan elemen

mesin, ketersediaan komponen dipasaran maupun kendala yang mungkin saja

terjadi dilapangan. Dilakukan dengan melakukan perencanaan dan pemilihan

elemen, baik aspek mekanika, kebutuhan tenaga, ketersediaan komponen

dipasaran maupun kendala-kendala yang mungkin saja terjadi dilapangan.

Pelaksanaan

Merupakan langkah untuk mewujudkan hasil rancangan kedalam bentuk

fisik (prototipe). Untuk diagram alirnya dapat ditampilkan dalam Gambar 3.

Prototipe atau bentuk fisik mesin sortasi dibuat berdasarkan rancangan unit sortasi

yang sudah dipindahkan kedalam gambar teknik dan dilengkapi dengan semua

(23)

10

Gambar 3 Diagram alir perencanaan dan pengujian mesin sortasi buah manggis. Identifikasi masalah

Pengembangan dan penyempurnaan gagasan

Perhitungan dan perencanaan elemen mesin (Analisis)

Hasil rancangan

Mempersiapkan bahan dan peralatan pembuatan

hasil rancangan

Perakitan hasil rancangan

Penyetelan dan modifikasi hasil rakitan

Pengujian kinerja hasil rakitan

(kapasitas)

Penyempurnaan hasil rakitan

Mesin sortasi hasil rancangan Tidak

Sesuai Gagasan awal

(24)

PENDEKATAN DESAIN

Perancangan mesin sortasi ini dimaksudkan untuk melakukan penggiringan

buah manggis dengan perencanaan kapasitas sebanyak 600 buah per jam dengan

asumsi bahwa penyortiran yang dilakukan secara manual antara 600 – 800 buah

per jam, tetapi penyortiran yang dilakukan secara manual hanya dapat

memisahkan buah berdasarkan warna dan ukuran saja tanpa dapat mengetahui

kualitas bagian dalamnya. Proses ini dilakukan dengan mengumpankan manggis

ke atas konveyor berjalan (dalam perancangan ini digunakan konveyor

termodifikasi yang terdiri dari rantai rol).

Dalam pengelompokkan mutu didasarkan dengan SNI 01-3211-1992

dengan kelompok mutu super, mutu 1 dan mutu 2. Cara pemisahan berdasarkan

mutu dengan cara mendorong manggis yang terdapat di atas konveyor hingga

menggelinding ke dalam unit penampungnya masing- masing, untuk mekanisme

pendorongnya menggunakan aktuator. Agar buah manggis hasil grading super dan

mutu 1 menggelinding dan tertampung dalam tempat penampungan, maka

diperlukan beda kemiringan. Untuk itu kemiringan mulut penampung yang

diperlukan adalah sebesar 15o – 35o terhadap arah gerakan konveyor, sedangkan untuk buah dengan mutu 2 akan melewati kedua unit pendorong sampai pada

ujung konveyor dan tertampung kedalam bak penampungan dengan perbedaan

ketinggian lebih rendah dari konveyor sebesar 50 mm dan dengan kemiringan

yang sama.

Desain Fungsional

Bagian-bagian mesin sortasi yang akan didesain ini memiliki fungsi yang

berbeda tetapi saling mendukung sehingga menjadi suatu sistem kerja yang

berfungsi optimal sebagai mesin sortasi. Komponennya utamanya adalah rangka,

mesin, unit pengolahan citra, unit pengolahan ultrasonik serta unit pendorong

otomatis.

Rangka

Rangka mesin berfungsi menopang semua beban yang diletakkan di atasnya

(25)

12

beban, rangka bersifat statis dan portabel (mudah dipindahkan). Bahan utama

rangka mesin ini menggunakan besi berpenampang kubus karena material ini

mudah didapat, kuat dan mudah dibentuk.

Unit penggerak

Sumber penggerak utama mesin sortasi ini berasal dari motor listrik yang

kemudian diturunkan kecepatan putarnya menggunakan gigi reducer yang ditransmisikan ke puli melalui sabuk gilir sebagai penggerak konveyor. Reducer

digunakan untuk menurunkan putaran dari motor listrik sehingga kecepatan

konveyor lebih rendah. Puli digunakan sebagai pemindah daya dari motor ke

reducer dan ke konveyor.

Unit pengolahan citra

Unit pengolahan citra berbahan yang sama dengan rangka, unit ini terdiri

dari dudukan kamera yang berfungsi sebagai tempat meletakan kamera, kamera

CCD digunakan sebagai alat masukan citra yang berfungsi sebagai sensor dan

menghasilkan keluaran berupa citra analog sehingga dibutuhkan proses digitasi

dengan menggunakan image frame grabber.

Unit ultrasonik

Unit ultrasonik terdiri dari alat pembangkit, alat penerima, sensor dan

ossiloscope. Unit ultrasonik ini berfungsi sebagai pengujian kualitas buah bagian dalam, untuk penempatan unit ini setelah unit pengolahan citra dan memerlukan

posisi yang tepat serta kokoh karena ketika pengambilan data as tranducer dan

receiver akan berputar sehingga bagian ujung tranducer serta receiver menyentuh buah kemudian tranducer memberikan getaran yang diterima oleh receiver, untuk rangka unit terbuat dari bahan aluminium sedangkan as terbuat dari kuningan dan

pemegang tranducer serta receiver terbuat dari stainless steel.

Unit pendorong

Terbuat dari solenoid DC 12V. Solenoid merupakan gabungan antara spul yang dapat menginduksi sifat magnet batang lunak sehingga mampu menarik besi

(26)

13

pada dudukan hasil rekayasa, dimana bagian tengan dari solenoid terdapat besi

pejal dengan panjang 40 mm dan berdiameter 10 mm. Pada besi pejal tersebut

dikaitkan seutas benang nilon yang juga dikaitkan pada tuas pendorong mangkuk.

Sistem kerja solenoid merupakan induksi magnet yang terjadi ketika diberikan arus listrik, sehingga besi tersebut akan tertarik kedalam bagian tengah solenoid

yang juga menarik tuas pendorong sehingga ketika mangkuk melewati unit

pendorong, maka tuas mangkuk akan terdorong oleh tuas pendorong yang

menyebabkan mangkuk akan terdorong ke arah bak penampung. Kekuatan daya

dorong solenoid disesuaikan dengan berat dan ukuran tuas.

Unit penampung

Unit penampung berfungsi sebagai penampung manggis hasil sortasi yang

dilakukan oleh unit pendorong sesuai dengan mutu yang ditentukan. Unit

penampung ini dipasang dengan posisi miring sehingga buah akan mudah

menggelinding secara teratur, permukaan penampung dilapisi dengan busa dengan

tujuan untuk mengurangi kerusakan buah akibat terjadinya benturan dengan

penampung.

Desain Struktural

Pemilihan bahan-bahan yang akan digunakan sebagai komponen mesin ini

merupakan hal yang paling mendasar. Pemilihan bahan didasarkan hasil analisa

teknis dengan mempertimbangkan ketersediaannya serta memperhatikan segi

ekonomis dan efisiensi kerja.

Unit penggerak

Unit ini merupakan bagian terpenting dalam permesinan dan unit ini terdiri

dari penggerak, gigi reduksi, puli dan sabuk. Unit penggerak akan diletakkan pada

bagian bawah meja penutup sehingga tidak mengganggu kinerja mesin dan ruang.

Konstruksi rangka

Rangka mesin terbuat dari besi berpenampang kubus dengan ukuran

penampang 40 mm × 40 mm dan ketebalannya 1.2 mm, penggunaan besi ini

dengan pertimbangan kekuatan besi ini lebih baik dari pada besi siku, lebih

(27)

14

mesin berukuran 2400 mm × 450 mm × 155 mm dan pada bagian bawah

diberikan roda dengan diameter 100 mm yang bertujuan agar mudah dipindahkan,

dalam pembuatan rangka mesin ini dibutuhkan material kurang lebih 12 m batang

besi. Penyambungan antar rangka akan menggunakan las listrik sedangkan

penggerindaan dilakukan untuk menghaluskan hasil pengelasannya. Rangka

bagian atas ditutup menggunakan plat dengan ketinggian 100 mm dengan

ketebalan plat 1.2 mm, pemasangan dan penguatan plat dilakukan dengan

menggunakan mur Ø 8 mm.

Unit pengolahan citra

Unit pengolahan citra mempunyai bahan rangka yang sama dengan rangka

utama dengan ukuran 700 mm × 300 mm × 450 mm dan unit ini dimodifikasi

tempat dudukannya agar lebih mudah dipindahkan. Tempat dudukan kamera pada

unit ini terbuat dari plat setebal 1.2 mm sepanjang 200 mm dimana plat tersebut

diberi lubang Ø 8 mm dengan jarak 20 mm tiap lubangnya dan pada setiap sudut

rangka bagian atas unit ini dipasangkan lampu TL cerah dengan kekuatan

masing-masing 7 watt.

Unit pengolahan ultrasonik

Unit pengolahan ultrasonik terdiri dari rangka, as penggerak, ulir penggerak,

dudukan selongsong tranducer dan selongsong tranducer. Untuk rangka dan dudukan selongsong tranducer terbuat dari material aluminium dengan ukuran rangka 100 mm × 415 mm × 394 mm dengan ketebalan 10 mm sedangkan

selongsong tranducer berukuran 40 mm × 100 mm dengan ketebalan 20 mm. Aluminium dipilih karena selain mudah didapat dan murah, bahan ini juga mudah

untuk dibentuk. As penggerak dan ulir penggerak berukuran Ø 15 mm berbahan

kuningan yang kokoh dan mudah dibentuk, sedangkan untuk selongsong

tranducer terbuat dari bahan stainless steel dengan Ø 70 mm panjang 110 mm dan ketebalan 1.2 mm.

Unit penampung

Unit penampung terbuat dari plat besi dengan ketebalan 1.2 mm yang pada

bagian dalamnya dilapisi busa dan dibalut oleh kain kevlar dengan ketebalan 10

(28)

15

plat penampung. Unit ini terdiri dari 3 buah, 1 buah dipasang pada akhir jalur

konveyor untuk mutu 2 dan dua buah dipasang sejajar pada sisi rangka

pertengahan jalur konveyor untuk mutu super dan mutu 1, semua penampung

mempunyai kemiringan yang dapat diatur yaitu antara 15o – 35o. Semua penampung terintegrasi dengan rangka dan dapat dilipat sehingga kebut uhan

(29)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan dimulai dari bulan September

2005 sampai Juni 2006 di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian,

Departemen Pertanian RI dan di Bengkel Teknik Pertanian, Departemen Teknik

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan

penelitian meliputi perancangan mesin (desain), perakitan mesin, pengujian mesin

dan pembuatan laporan.

Alat dan Bahan

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah peralatan bengkel seperti,

alat las, bor, grinda, alat bubut, pemotong, mistar ukur dan lain sebagainya.

Bahan-bahan yang akan digunakan adalah plat besi, besi berpenampang

kubus, plat aluminium, rantai, gir, nylon 50 mm, Pillow block P207 dan P203j, as baja, kuningan dan stainless steel, motor listrik 3 fasa, gigi reducer, sproket 40B60 dan 40B36, rantai RS40, roda statis dan rotasional, mur dan baut, dan lain

sebagainya.

Analisis Perencanaan

Agar mesin dapat melakukan penyortiran buah manggis secara otomatis dan

efisien maka perlu dilakukan beberapa pertimbangan dalam merancangnya:

Perencanaan kapasitas

Dalam mendesain alat sortasi ini direncanakan kapasitas penggiringan buah

manggis sebanyak 600 buah per jam.

Perencanaan kebutuhan daya

Penggerak konveyor mangkuk ini direncanakan menggunakan sumber

tenaga gerak motor listrik, agar efisien maka perlu direncanakan daya dan putaran

yang dibutuhkan untuk melakukan penggiringan yang efisien. Secara umum

motor listrik berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik

(30)

17

energi listrik langsung tetapi secara induksi seperti yang terjadi pada energi

kumparan sekunder transformator. Oleh karena itu, motor AC dikenal dengan

motor induksi. Sebenarnya motor induksi dapat di identifikasikan dengan

transformator yang kumparan primer sebagai kumparan motor.

Motor induksi polyphase banyak dipakai dikalangan industri, hal ini berkaitan dengan beberapa keuntungan dan kerugian yang ada, yaitu;

Keuntungannya: harga relatif murah dan perawatannya mudah, sangat sederhana

dan kuat, efisiensi tinggi pada kondisi putar normal. Sedangkan kerugiannya:

kecepatan tidak dapat berubah, kopel awal mutunya rendah dibanding dengan

motor DC shunt dan kecepatan tidak dapat diubah.

Faktor keamanan

Istilah faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi

keamanan dari satu bagian mesin. Misalnya sebuah mesin diberi efek yang kita

sebut sebagai F, kalau F dinaikkan sampai satu besaran tertentu maka akan mengganggu kemampuan bagian mesin. Kalau kita nyatakan batasan ini sebagai

batas akhir, harga F sebagai Fu, maka faktor keamanan dapat dinyatakan sebagai berikut:

F F

FS = u ... 1

Bila F sama dengan Fu maka FS = 1 dan pada saat ini tidak ada keamanan. Akibatnya sering dipakai istilah batas keamanan (margin of safety). Batas keamanan ini dinyatakan dengan persamaan:

1

− =FS

M ... 2 Istilah faktor keamanan dan batas keamanan banyak dipakai, begitu juga

istilah Fu. Faktor keamanan untuk memperhitungkan ketidaktentuan yang mungkin terjadi atas beban yang bekerja pada bagian mesin tersebut. Salah satu

cara memilih faktor keamanan adalah memperhitungkan faktor keamana total atau

faktor keamanan menyeluruh.

Faktor keamanan ini dipakai terhadap semua bagian mesin dan faktor yang

tersendiri dipakai secara terpisah terhadap kekuatan dan terhadap beban atau

terhadap tegangan yang terjadi akibat beban.

p s

j F F

(31)

18

Dengan Fs dipakai untuk memperhitungkan semua variasi atau ketidaktetapan yang me nyangkut kekuatan Fp dipakai untuk memperhitungkan semua variasi yang menyangkut beban. Kalau kita menggunakan suatu faktor

keamanan seperti Fs terhadap kekuatan, maka kekuatan yang didapat tidak akan pernah lebih kecil. Jadi harga terkecil dari kekuatan adalah:

σ

σmin ×Fs = ... 4

jadi tegangan yang terbesar dapat dihitung :σp =Fj×σ atau Fp =Fj×F

Dengan Fjadalah komponen dari faktor keamanan total yang diperhitungkan secara terpisah terhadap ketidaktetapan yang menyangkut tegangan atau beban.

Faktor keamanan dapat dengan cepat diperkirakan pada variasi lima ukuran yang

akan dibahas berikut ini, faktor yang dipakai mengikuti aturan Thumb:

keandalan kegagalan

analisa geometri

tegangan

material FS FS FS FS

FS

FS = × × × × ... 5

• Perkiraan kontribusi untuk material, FSmaterial

FS = 1.0 Jika properti material diketahui, jika secara experimental

diperoleh dari pengujian spesimen.

FS = 1.1 Jika properti material diketahui dari buku panduan atau

nilai fabrikasi.

FS = 1.2 – 1.4 Jika properti material tidak diketahui.

• Perkiraan kontribusi untuk tegangan akibat beban, FStegangan

FS = 1.0 – 1.1 Jika beban dibatasi pada beban statik atau berfluktuasi, jika

beban berlebih atau beban kejut dan jika menggunakan metoda analisa yang

akurat.

FS = 1.2 – 1.3 Jika gaya normal dibatasi pada keadaan tertentu dengan

peningkatan 20% – 50% dan metode analisa tegangan mungkin

menghasilkan kesalahan dibawah 50%.

FS = 1.4 – 1.7 Jika beban tidak diketahui atau metode analisa tegangan

memiliki akurasi yang tidak pasti.

• Perkiraan kontribusi untuk geometri, FSgeometri

FS = 1.0 Jika toleransi hasil produksi tinggi dan terjamin.

FS = 1.0 Jika toleransi hasil produksi rata-rata.

(32)

19

• Perkiraan kontribusi untuk analisa kegagalan, FSanalisa kegagalan

FS = 1.0 – 1.1 Jika analisa kegagalan yang digunakan berasal dari jenis

tegangan seperti tegangan uniaksial atau tegangan statik multiaksial atau

tegangan lelah multiaksial penuh.

FS = 1.2 Jika analisa kegagalan yang digunakan adalah luasan teori

yang sederhana seperti pada multiaksial, tegangan bolak-balik penuh dan

tegangan rata-rata multiaksial.

FS = 1.3 – 1.5 Jika analisa kegagalan adalah statis atau tidak mengalami

perubahan seperti kerusakan pada umumnya atau tegangan rata-rata

multiaksial.

• Perkiraan kontribusi untuk keandalan, FSkeandalan

FS = 1.2 Jika suatu komponen tidak membutuhkan keandalan yang

tinggi.

FS = 1.2 – 1.3 Jika keandalan pada harga rata-rata 92% – 98%.

FS = 1.4 – 1.6 Jika keandalan diharuskan lebih tinggi dari 99%.

Perencanaan sistem transmisi sabuk gilir (timming-belt)

Puli adalah suatu bagian dari mesin yang berguna untuk mendistribusikan

daya dari satu poros ke poros lain, sehingga mekanisme mesin dapat berjalan

dengan baik. Pada umumnya puli terbuat dari baja, baja tuang, besi tuang dan

aluminium. Berdasarkan kedudukan rodanya, puli dapat dibagi menjadi puli tetap

dan puli bergerak. Puli tetap adalah puli yang rodanya berputar pada poros yang

tidak bergerak, sedangkan pada puli bergerak rodanya berputar pada poros yang

kedudukannya dapat bergeser naik turun.

Dalam pemakaian, roda puli tetap dan bergerak umumnya di gabung

menjadi suatu konstruksi dan biasanya digunakan roda puli dengan jumlah yang

banyak untuk memperkecil daya yang dibutuhkan. Puli juga dapat digunakan

bersama-sama dengan sabuk (belt) dalam berbagai mesin. Dua puli yang saling dihubungkan oleh sabuk dimana puli yang satu diputar oleh poros pendorong dan

puli yang lain memutar poros lainnya.

Dalam perancangan ini roda puli diputar oleh poros utama mesin motor,

kemudian roda ini selanjutnya menggerakan roda puli lain yang akan memutar

(33)

20

poros yang terdapat di atas untuk menggerakan konveyor. Kelebihan penggunaan

puli yang pertama adalah biaya pembuatan dan perawatan relatif lebih murah,

yang kedua adalah suaranya lebih halus dibandingkan dengan roda gigi/sproket

dan yang ketiga adalah lebih mudah mentransmisikan daya yang letak porosnya

berjauhan. Sedangkan kekurangan pengguanaan puli yang pertama adalah

efesiensinya lebih kecil dibanding dengan roda gigi/sproket dan yang kedua

adalah lebih mudah slip karena puli memakai transmisi sabuk. Dalam

perancangan puli ini, penulis menentukan diameter puli untuk mendapatkan

perbandingan putaran, sehingga putaran dari motor dapat disalurkan baik

dibesarkan atau dikecilkan sesuai dengan perancangan dengan menggunakan

persamaan dari Sularso dan Kiyokatsu Suga (1978):

i u u d D

n n

p

p 1

; 1 1

2

1 = = = = ... 6

Dimana: n1 = putaran poros motor penggerak (rpm) n2 = putaran poros yang digerakkan (rpm) Dp = diameter puli yang digerakkan (mm) dp = diameter puli penggerak (mm)

Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan

mentransmisikan langsung putaran atau daya menggunakan roda gigi, maka

penggunaan sabuk luwes dan rantai ya ng dibelitkan di sekeliling puli dan sproket

sangatlah berguna. Selain transmisi sabuk dan rantai juga terdapat transmisi kabel

atau tali yang biasanya untuk tujuan khusus, kekurangan pada sabuk transmisi

biasanya terjadi slip antara sabuk dan puli sehingga kecepatan putar pun tidak

dapat disalurkan dengan baik.

Sularso dan Kiyokatsu (1978) mengatakan bahwa transmisi dengan elemen

mesin yang luwes dapat digolongkan atas transmisi sabuk, transmisi rantai, dan

transmisi kabel/tali. Transmisi sabuk dapat dibagi atas tiga kelompok yaitu sabuk

rata, sabuk penampang trapesium dan sabuk dengan gigi yang digerakkan dengan

sproket. Sabuk rata dipasang pada puli silinder dengan meneruskan momen antara

dua poros yang jaraknya dapat sampai 10 m dengan perbandingan putaran antara

1

1 sampai 6 . Sabuk dengan penampang trapesium dipasang pada puli dengan 1

(34)

21

dengan perbandingan putaran 1 sampai 1 7 . Sedangkan untuk sabuk yang 1

digerakkan dengan sproket dengan jarak pusat sampai sampai mencapai 2 m dan

meneruskan putaran secara tepat dengan perbandingan antara 1 sampai 1 6 . 1

Dalam perencanaan ini jenis sabuk yang akan di gunakan adalah sabuk gilir,

sabuk gilir terbuat dari karet neopren atau plastik poliuretan sebagai bahan cetak dengan inti dari serat gelas atau kawat baja, serta gigi- gigi yang dicetak secara

teliti dipermukaan sebelah dalam dari sabuk. Karena sabuk gilir dapat melakukan

transmisi mengait seperti pada roda gigi atau rantai, maka gerakan dengan

perbandingan putaran yang tetap dapat diperoleh.

Untuk meneruskan beban berat atau untuk kondisi kerja pada temperatur

tinggi, lingkungan asam, basa atau lembab dapat dipakai sabuk dari karet neopren. Sabuk poliuretan digunakan untuk transmisi beban ringan yang pada umumnya inti bagian dalamnya terbuat dari serat gelas atau kawat baja.

Batas maksimum kecepatan sabuk gilir kurang lebih 35 m/s yang berarti

lebih tinggi dari sabuk-V dan daya yang di transmisikan sampai dengan 60 kW.

Sabuk gilir dibuat dalam dua tipe, yaitu jenis jarak bagi lingkaran dan jenis

[image:34.596.182.445.463.579.2]

modul. Jarak bagi dinyatakan dalam inchi sedangkan modul dalam milimeter.

Gambar 4 Sabuk gilir (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1978).

Dalam desain ini direncanakan menggunakan sabuk bergerigi (gilir/timming

belt) untuk mentransmisikan daya dan putaran dari motor listrik ke reducer untuk menurunkan putaran motor dan dari reducer ke poros konveyor sebagai penggerak utama sistem transportasi. Untuk itu diagram alir perencanaan sabuk

(35)
[image:35.596.112.493.55.713.2]

22

Gambar 5 Diagram alir perencanaan sabuk gilir untuk reducer dan konveyor. S T A R T

1. Daya ditransmisikan: P (kW) Putaran poros: n1 (rpm) Perbandingan reduksi putaran l Jarak sumbu poros C (mm)

2. Faktor koreksi fc

3. Daya Rencana Pd(kW)

4. Momen puntir rencana T1, T2 (kg mm)

21. Penampang sabuk Panjang keliling (dalam jumlah gigi) Lebar sabuk

Jumlah gigi puli penggerak dan yang digerakan Jarak sumbu poros

S T O P

E N D

12. Jarak sumbu poros (dalam jarak bagi) Cp,

C (mm)

11. Nomor nominal dan panjang sabuk dalam perdagangan L

9. Diameter puli dp, Dp (mm)

Diameter luar puli dk, Dk (mm)

Diameter naf puli dB, DB (mm)

5. Bahan poros Perlakuan panas

20. Ww : Wwlim

= <

6. Diameter poros ds1, ds2 (mm)

7. Pemilihan penampang sabuk

10. Panjang keliling Lp (dalam jumlah jarak bagi)

8. Jumlah gigi puli z1, z2 Perbandingan reduksi i

13. Daerah penyetelan S Ci, S Ct (mm)

14. Daya yang ditransmisikan per satuan lebar Po (kW)

15. Sudut kontak ? (o) Jumlah gigi terkait (JGT) Faktor koreksi JGT ft

16. Faktor lebar gigi fw

17. Lebar gigi sabuk di pasaran Wb(mm)

b

a

a

18. Lebar gigi puli Ww (mm)

19. Batas lebar gigi puli Wwlim(mm)

(36)

23

Perencanaan poros dan pasak

Poros adalah elemen mesin yang berputar yang digunakan untuk

meneruskan daya dari suatu tempat ke tempat lainnya. Daya yang dikirimkan

dilakukan oleh gaya tangensial dan torsi gabungan atau momen torsi, agar

pengiriman daya dapat dilakukan maka harus terdapat elemen-elemen mesin

lainnya yang mendukung seperti sabuk, roda gigi/pasak dan lainnya.

Pada umumnya bahan yang digunakan untuk membuat poros adalah baja

lunak, disamping kadang-kadang digunakan baja berkekuatan tarik tinggi seperti

baja paduan (nikel, krom dan krom vanadium) seperti terlihat dalam Tabel4 dan

baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk

[image:36.596.106.516.354.718.2]

poros dalam Tabel 5.

Tabel 4 Baja paduan untuk poros (Sularso dan Kiyokatsu Suga. 1978)

Standar da n macam Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik     2 mm kg

Baja khrom nikel (JIS G 4102)

SNC 2 SNC 3 SNC21 SNC22 - - pengerasan kulit pengerasan kulit 85 95 80 100 Baja khrom nikel molibden

(JIS G 4103)

SNCM 1 SNCM 2 SNCM 7 SNCM 8 SNCM22 SNCM23 SNCM25 - - - - pengerasan kulit pengerasan kulit pengerasan kulit 85 95 100 105 90 100 120 Baja khrom

(JIS G 4104)

SCr 3 SCr 4 SCr 5 SCr21 SCr22 - - - pengerasan kulit pengerasan kulit 90 95 100 80 85 Baja khrom molibden

(JIS G 4105)

(37)
[image:37.596.107.515.117.334.2]

24

Tabel 5 baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin untuk poros (Sularso dan Kiyokatsu Suga. 1978)

Standar dan macam Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik     2 mm kg Keterangan

Baja karbon konstruksi mesin

(JIS G 4501)

S30C S35C S40C S45C S50C S55C Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan Penormalan 48 52 55 58 62 66 Batang baja yang difinis

dingin (JIS G 3123)

S35C-D S45C-D S55C-D - - - 63 60 72 ditarik dingin, digerinda, dibubut, atau gabungan antara hal-hal tersebut

Poros dibentuk melalui proses rolling panas dan diselesaikan proses akhir

melalui proses grinding untuk mendapatkan kekasaran permukaan yang

sekecil-kecilnya. Poros mempunyai putaran kritis, putaran tersebut terjadi bila putaran

suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi

getaran yang luar biasa besarnya.

Fungsi poros adalah meneruskan daya bersama-sama dengan putaran, peran

utama dalam transmisi ini dipegang oleh poros. Poros diklasifikasikan menjadi 3

bagian menurut pembebanan, yaitu; poros transmisi: poros semacam ini dapat

menerima beban puntir murni dan daya yang di transmisikan melalui kopling, puli

sabuk atau sproket rantai. Spindel: merupakan poros transmisi yang relatif pendek

dan beban utamanya berupa putaran. Gandar: merupakan poros yang tidak

terdapat beban puntir bahkan terkadang tidak boleh berputar, poros ini biasanya

digunakan pada poros ban depan dan belakang pada sepeda motor.

Jika poros hanya menerima beban puntir, maka diameter poros perancangan

(ds) dapat diperoleh dari persamaan berikut:

r J

T =τ

4

32ds

(38)

25

2 s d

r= ... 7

dimana: T = Torsi (Nmm)

t = Tegangan geser (N/mm2) J = Momen inersia polar (mm4) r = Jari-jari poros (mm)

Jika poros hanya menerima beban lentur, maka diameter poros perancangan

(ds) dapat diperoleh dengan persamaan:

r I

M σb

=

4

64ds

I = π ...8

dimana: M = Momen lentur (Nmm)

sb = Tegangan lentur (N/mm2)

I = Momen inersia terhadap sumbu rotasi (mm4) y = Jarak sumbu netral ke diameter terluar (y) =

2 s d r=

Sedangkan jika poros menerima beban kombinasi, beban torsi dan beban lentur

maka diameter poros perancangan (ds) dapat diperoleh dengan persamaan:

2 2 max 4

2

1 σ τ

τ = + ...9

dimana: s : Tegangan lentur atau tarik (N/mm2) t : Tegangan geser (N/mm2)

Untuk itu diagram alir dalam merencanakan poros dengan beban puntir dapat

(39)
[image:39.596.111.322.67.668.2]

26

Gambar 6 Diagram alir perencanaan poros dengan beban puntir.

Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan

bagian-bagian mesin pada poros seperti roda gigi, sproket, puli, kopling dan lain- lain. S T A R T

1. Daya ditransmisikan: P (kW) Putaran poros: n1 (rpm) 2. Faktor koreksi fc

3. Daya Rencana Pd(kW)

4. Momen puntir rencana T (kg mm)

a

13. Diameter poros ds (mm)

Bahan poros, Pelakuan panas Jari-jari filet dari poros bertangga Usuran pasak dan alur pasak

S T O P

E N D

11. Tegangan geser t (kg/mm2 )

10. Faktor konsentrasi tegangan pada poros bertangga ß, pada pasak a

9. Jari-jari filet dari poros bertangga r (mm)

Ukuran pasak dan alur pasak 8. Diameter poros ds (mm)

5. Bahan poros, perlakuan panas, kekuatan tarik sB (kg/mm2)

Apakah poros bertangga atau beralur pasak

Faktor keamanan Sf1, Sf2

6. Tegangan geser poros yang diizinkan ta (kg/mm2)

7. Faktor koreksi untuk momen puntir Kt

Faktor lenturan Cb

12. τ

β α

τ

t K b c atau

Sf a

: 2

= <

(40)

27

[image:40.596.177.443.128.313.2]

Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam seperti dalam

Gambar 7.

Gambar 7 Macam- macam pasak.

Menurut letaknya pada poros, pasak dapat dibedakan antara pasak pelana,

pasak rata, pasak benam dan pasak singgung yang umumnya berpenampang segi

empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus,

pasak benam prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Selain itu

ada juga jenis pasak tembereng dan pasak jarum.

Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi pada porosnya

seperti pada seplain. Yang paling umum digunakan adalah pasak benam yang

dapat meneruskan momen yang besar, sedangkan untuk momen dengan

tumbukkan dapat dipakai pasak singgung.

Pasak benam mempunyai bentuk penampang segi empat dimana terdapat

bentuk prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala untuk memudahkan

pencabutannya. Kemiringan pada pasak tirus umumnya sebesar 1/100 dan

pengerjaan harus hati-hati agar naf tidak menjadi eksentrik. Pada pasak ya ng rata,

sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi goyah dan

rusak. Ukuran dan bentuk standar pasak dapat dilihat dalam lampiran 4, pada

umumnya bahan pasak diambil yang mempunyai kekuatan tarik lebih dari 60

(41)
[image:41.596.108.381.76.696.2]

28

Gambar 8 Diagram alir perencanaan pasak dan alur pasak S T A R T

2. Faktor koreksi fc

3. Daya Rencana Pd(kW)

4. Momen puntir rencana T (kg mm)

17. Usuran pasak b × h Panjang pasak lk (mm)

Bahan pasak, perlakuan panas

S T O P

E N D

8. Diameter poros ds (mm)

5. Bahan poros, perlakuan panas, kekuatan tarik sB (kg/mm2)

Apakah poros bertangga atau beralur pasak

Faktor keamanan Sf1, Sf2

6. Tegangan geser poros yang diizinkan ta (kg/mm2)

7. Faktor koreksi untuk momen puntir Kt

Faktor lenturan Cb

16. b/ds: 0.25 – 0.35

Lk/ds: 0.75 – 1.5

= >

9. Gaya tangensial F (kg)

10. Pasak: lebar b × tinggi h Kedalaman alur pasak poros t1 Kedalaman alur pasak naf t2

11. Bahan pasak , perlakuan panas Kekuatan tarik sB (kg/mm2)

Faktor keamanan Sf1, Sf2

12. Tekanan permukaan pasak yang diizinkan pk (kg/mm2)

Tegangan geser pasak yang diizinkan tka (kg/mm2)

13. Panjang pasak dari tegangan geser yang diizinkan l1 (mm)

Panjang pasak dari tekanan permukaan yang diizinkan L2 (mm)

b a

14. Harga terbesar dari antara l1 dan l2 L (mm)

15. Panjang pasak Lk (mm)

b

a

(42)

29

Analisis lenturan (bending analysis)

Menurut Nash (1972) bending dapat didefinisikan sebagai sebuah batang

yang diberikan sebuah maupun banyak gaya yang diletakkan pada sebuah bidang

dan ditahan oleh sumbu longitudinal. Untuk model pembebanan dapat dibagi

dalam dua jenis yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata, untuk beban terpusat

[image:42.596.178.443.217.286.2]

dapat dilihat dalam Gambar 9.

Gambar 9 Model bending untuk beban terpusat.

Sedangkan untuk model beban terbagi rata dapat dilihat dalam Gambar 10.

Gambar 10 Model bending untuk beban terbagi rata.

Menurut Canonica (1991) kita dapat memerik sa gaya-gaya dalam N, L dan

M yang bekerja pada sebuah batang dari suatu struktur jika:

• Batang mempunyai cukup kekuatan untuk memikul gaya yang bekerja tanpa hancur/patah.

• Batang mempunyai cukup kekakuan, sehingga deformasi/perubahan bentuk tidak membuat struktur sia-sia.

• Batang cukup mempunyai stabilitas, ini berarti bahwa batang tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja pada batang tersebut.

Jika ingin memeriksa bahwa batang mempunyai cukup kekuatan, kita harus

membandingkan gaya-gaya yang ada dalam batang dengan ketahanan/kekuatan

bahan dari batang.

Menurut Canonica (1991) dalam merencanakan sebuah rangka kita perlu

mengetahui syarat-syarat perencanaannya, yaitu; Kita harus tahu dari perhitungan

statika distribusi gaya-gaya dalam M, L dan N. Kita tahu dari peraturan-peraturan O

P

O

ft lb w

[image:42.596.179.445.354.429.2]
(43)

30

tegangan izin σ , τ dan modulus elastisitas (E) dari bahan yang telah kita pilih

untuk rangka. Kita harus menentukan/menghitung ukuran rangka. Kemudian

syarat-syarat yang harus kita penuhi adalah:

• Rangka harus cukup kuat

σ

σ = ≤

W M

...10

τ

τ ≤ ...11 Dimana: s = lenturan (kg/cm2)

t = tegangan geser (kg/cm2) W = modulus ketahanan (N)

M = momen (N)

• Lendutan pada rangka harus kecil

400

max

l

Y ≤ ...12

Dimana: Ymax = lendutan (cm) l = panjang rangka (m)

• Rangka harus cukup stabil

σ

ω Fflens ≤ ...13

Dimana: ? = koefisien tekuk

Fflens = gaya pada flens (kg/cm2)

• Perhitungan biasanya menentukan ukuran rangka

σ M

Wperlu≥ ...14

Jika satu dari syarat-syarat lainnya tidak terpenuhi, maka ukuran rangka harus

dirubah.

Sistem transpo rtasi buah

Konveyor dipergunakan sebagai tempat transportasi bahan dari satu tempat

ketempat lain. Dalam perkembangannya, konveyor dapat dimodifikasi bentuknya

bermacam- macam sesuai dengan kebutuhan dan keperluan desain. Dalam

perencanaan ini konveyor yang digunakan adalah konveyor termodifikasi dari

(44)

31

berbentuk mangkuk sehingga lebih stabil dipergunakan dalam menggiring objek

berbentuk bulat karena mempunyai luasan permukaan yang cukup.

Uji Teknis

Uji teknis di maksudkan untuk melihat kemampuan dari mesin hasil

rancangan yang meliputi kapasitas mesin.

Analisa kapasitas mesin

Parameter jumlah buah manggis diperlukan untuk menghitung kapasitas

penyortiran dan waktu yang dibutuhkan untuk satu jam siklus proses transportasi

dengan persamaan:

t n

q = ...15

dimana:

q : kapasitas kerja (buah/jam)

n : jumlah buah hasil sortasi

t : waktu yang diperlukan untuk satu proses sirkulasi transportasi

(45)

HASIL PERANCANGAN

Perencanaan Kapasitas

Kapasitas yang direncanakan adalah 600 buah per jam dengan kecepatan

putar poros penggerak konveyor sebesar 5 rpm. Dari perencanaan daya tersebut

maka dibutuhkan motor listrik sebagai penggerak utama, dipilih motor listrik

karena mempunyai daya dan putaran yang rendah serta tidak menimbulkan suara

yang mengganggu seperti halnya pada motor bakar.

Karena direncanakan kapasitas penyortiran yang kecil maka dipergunakan

motor listrik dengan daya dan putaran rendah, karena putaran yang diinginkan

sebesar 5 rpm maka diperlukan perbandingan putaran pada puli dan penggunaan

pereduksi putaran. Putaran dari reduksi direncanakan 1:40 sesuai dengan

kecepatan putar yang diinginkan, gambar teknik motor dan reducer dapat dilihat dala m Lampiran 11.

Perhitungan Daya yang Dibutuhkan

Daya adalah hal terpenting dalam sebuah perencanaan, karena daya

berhubungan dengan kemampuan motor penggerak untuk menggerakkan alat.

Untuk itu diasumsikan beban objek yang akan digerakkan adalah sebesar 300 kg

dan putaran yang diinginkan sebesar 5 rpm, maka dapat diperhitungkan daya yang

dibutuhkan sebesar:

60

2 N

W

P= × π×

kW watt

157 . 0 157

60

5 14 . 3 2 300

= =

× × × =

Maka dalam perencanaan ini direncanakan membutuhkan motor penggerak

berdaya sebesar 0.157 kW.

Perhitungan Transmisi Sabuk Gilir (timming-belt)

Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai

(46)

33

mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Namun

demikian, transmisi sabuk tersebut mempunyai kekurangan dibandingkan dengan

transmisi rantai dan roda gigi yaitu ada terjadinya slip kecil antara sabuk dan puli.

Karena itu macam transmisi sabuk biasa tidak dapat dipakai bila dikehendaki

putaran tetap atau perband ingan transmisi yang tetap.

Perhitungan sabuk gilir untuk menggerakkan reducer

Dalam perencanaan ini diasumsikan putaran n1 = 1405 rpm dan n2 = 550 rpm, bahan yang digunakan adalah S45C dengan kekuatan tarik sebesar 58

kg/mm2. Diameter poros penggerak diasumsikan 20 mm dan diameter poros yang digerakkan sebesar 30 mm, untuk jarak sumbu antara poros penggerak dan yang

digerakkan diasumsikan sebesar 260 mm sedangkan untuk batasan diameter luar

puli adalah 100 mm dan lebar puli adalah 35 mm, untuk fc sebesar 1, Sf1 = 6 dan

Sf2 = 2.2 sedangkan Kt sebesar 1.5 dan Cb sebesar 1.7, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Daya rencana untuk sabuk gilir:

P f Pd = c

kW 37 . 0 37 . 0 1 = × =

momen rencana untuk poros penggerak dapat dihitung sebagai berikut:

    × = 1 5 1 9.74 10

n P T d mm kg 5 . 256 1405 37 . 0 10 74 . 9 5 =       × =

momen rencana untuk poros yang digerakkan dapat dihitung sebagai berikut:

    × = 2 5 2 9.74 10

(47)

34

Untuk tegangan geser yang diizinkan adalah:

2 1 Sf Sf B a × = σ τ 2 4 . 4 2 . 2 6 58 mm kg = × =

sehingga didapat diameter poros puli penggerak adalah:

3 1 1 1 1 . 5      

= KC T

d t b

a s τ mm mm 20 12 . 9 5 . 256 7 . 1 5 . 1 4 . 4 1 .

5 13

= =     × × × =

diameter poros puli yang digerakkan adalah:

3 1 2 2 1 . 5      

= KC T

d t b

a s τ mm mm 25 5 . 12 2 . 655 7 . 1 5 . 1 4 . 4 1 .

5 13

= =     × × × =

nilai ds1 = 20 dan ds2 = 25 yang dipilih berdasarkan Lampiran 1.

Berdasarkan fungsinya pada lampiran 7 dipilih penampang sabuk gilir tipe

H karena sabuk berpenampang ini dipergunakan untuk pemakaian penting seperti mesin perkakas, mesin tekstil dan lain- lain. Penampang sabuk H mempunyai jarak

bagi (p) sebesar 12.70 mm. Dan berdasarkan lampiran 8 direncanakan jumlah gigi puli penggerak (z1) sebesar 16, maka jumlah gigi puli yang digerakkan adalah:

2 1 1 2 n n z

z = ×

(48)

35

dengan perbandingan reduksi (i):

1 2 z z i= 56 . 2 16 41 = =

maka diameter lingkaran jarak bagi puli penggerak adalah:

π

1

z p

dp = ×

mm 71 . 64 14 . 3 16 70 . 12 = × =

sedangkan diameter naf puli penggerak adalah:

10 3 5 1+ = s B d d

( )

mm 33 . 43 10 20 3 5 = + =

dengan daerah diameter poros = 15 – 38 (mm), ds1 20 mm sehingga diasumsikan baik. Sedangkan diameter lingkaran jarak bagi puli yang digerakkan adalah:

π

2

z p

Dp = ×

mm 82 . 165 14 . 3 41 70 . 12 = × =

sedangkan untuk diameter naf puli yang digerakkan adalah:

10 3 5 2 + = s B d D

( )

mm 68 . 51 10 25 3 5 = + =
(49)

36

Oleh karena itu didapat panjang keliling sabuk gilir dalam jumlah jarak bagi

sebesar:

(

)

p C z z p C z z Lp 2 1 2 2

1 2 6.28

2     − + + + =

(

)

21 . 70 70 . 12 260 28 . 6 16 41 70 . 12 260 2 2 41 16 2 =     − + + + =

Oleh karena itu, berdasarkan lampiran 9 untuk penampang H diambil nomor nominal sabuk yaitu 350H, jumlah gigi 70 dan panjang jarak bagi 889.00 mm,

untuk itu jarak bagi gigi (Cp) adalah:

(

)

        − −       + +       + = 2 1 2 2 2 1 2 1 86 . 9 2 2 2 4 1 z z z z L z z L Cp

(

)

mm 36 . 20 16 41 86 . 9 2 2 41 16 70 2 41 16 70 4 1 2 2 =         − −       + +       + =

sedangkan untuk jarak sumbu poros adalah:

p C

C= p×

mm 6 . 258 70 . 12 36 . 20 = × =

pada Lampiran 6 berdasarkan nomor nominal sabuk, didapat nilai untuk daerah

penyetelan jarak sumbu poros yaitu: ?Ci = 7 mm dan ?Ct = 6 mm.

Pada lampiran 8 (penampang H), untuk kapasitas daya yang ditransmisikan setiap inchi (25.4 mm) lebar sabuk gilir (Po) diperoleh:

z1 = 16, Po = 2.9 kW untuk 1400 rpm Po= 3.31 kW untuk 1600 rpm Sehingga:       × + = 200 50 1400 1600

1400 rpm selisih P dan P rpm

untuk P

(50)

37 kW 3 200 50 41 . 0 9 . 2 =       × + =

untuk sudut kontak ? (o) adalah:

(

)

C d

Dp p

o− −

=180 57

θ

(

)

o o 71 . 157 6 . 258 71 . 64 82 . 165 57 180 = − − =

dan untuk jumlah gigi terkait yaitu:

1

360 z

JGT = θ ×

7 01 . 7 16 360 71 . 157 = = × =

ft= 1

jika JGT nilainya kurang dari 6 maka perlu dilakukan koreksi. Faktor koreksi ft diberikan dalam lampiran 10, nilai JGT yang kecil dapat memperkecil umur sabuk serta dapat mengikis bahan dasar dan mengeluarkan intinya sehingga dapat

menimbulkan suara yang mengganggu.

Kemudian faktor lebar gigi (fw) adalah:

t o d w f P P f × = 1 123 . 0 1 3 37 . 0 = = × =

untuk mencari lebar gigi sabuk dipasaran adalah:

(51)

38

sedangkan lebar gigi pulinya adalah:

b

w W

W =1.3×

mm 02 . 33 4 . 25 3 . 1 = × =

Untuk batasan lebar puli penggerak adalah 35 mm, sedangkan lebar puli

perhitungan adalah 33.02 mm maka perencanaan untuk sabuk gilir ini dapat

diterima dan aman untuk digunakan.

Perhitungan sabuk gilir untuk menggerakkan konveyor

Dalam perencanaan ini diasumsikan putaran n1 = 13 rpm, diameter poros penggerak 20 mm dan diameter poros yang digerakkan sebesar 31.5 mm dengan

asumsi putaran yang dinginkan n2 = 5 rpm. Jarak sumbu antara poros penggerak dan yang digerakkan diasumsikan sebesar 335 mm sedangkan untuk batasan

diameter luar puli adalah 100 mm dan lebar puli adalah 35 mm, maka dapat

dilakukan perhitungan sebagai beikut:

Daya rencana untuk sabuk gilir:

P f Pd = c

kW 37 . 0 37 . 0 1 = × =

momen rencana untuk poros penggerak dapat dihitung sebagai berikut:

    × = 1 5 1 9.74 10

n P T d mm kg 54 . 27721 13 37 . 0 10 74 . 9 5 =       × =

momen rencana untuk poros yang digerakkan dapat dihitung sebagai berikut:

    × = 2 5 2 9.74 10

(52)

39

untuk itu tegangan geser yang diizinkan adalah:

2 1 Sf Sf B a

Gambar

Tabel 1  Komposisi kandungan nilai gizi buah manggis per 100 gr (Departemen Kesehatan
Tabel 2  Perkembangan ekspor buah manggis Indonesia tahun 2000 – 2004
Gambar 1. 0 1
Gambar 2  Penyortiran buah manggis secara manual
+7

Referensi

Dokumen terkait

S=per&#34;ti keduc jeni* ik*n kqn*umsi yang lein yaitu ik*n mc* dan ikan. paie Br*duksi ilcce bowsljuga terdiri dari suhsisleff

Unit Bisnis lainnya yang akan dibentuk kemudian. INTERNAL

Secara teologis dalam setiap keyakinan tidak dibenarkan adanya anggapan agama adalah sama, akan tetapi agama menjadi dasar untuk setiap umat beragama menjalin

Orang bisa disosialisasikan oleh jabatan, menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan jabatan, pada saat yang sama jabatan tsb dipersonalisasikan, menghasilkan

religious identity individu pada awalnya adalah keluarga, kapasitas kognitif yang berkembang, dan juga kondisi sosial-budaya. Saat ini, kondisi sosial-budaya di

Melalui sumbangan kecil strategi tersebut, penulis berharap kesetaraan “orang normal” dan difabel dapat terwujud karena peserta didik telah dikader melalui pembelajaran

Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengaruh edukasi terhadap kemampuan keluarga dalam perawatan stoma pada anggota keluarga yang mengalami kolostomi di Rindu B

Keunikan dari media ini adalah 2 pengguna yang berbeda yaitu pengguna guru dan pengguna murid yang bisa saling berhubungan melalui tugas yang akan dibuat guru, dimana