• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Kelapa Parutan Kering (Desiccated Coconut)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Alat Kelapa Parutan Kering (Desiccated Coconut)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN ALAT KELAPA PARUTAN KERING

(DESICCATED COCONUT)

SKRIPSI

Oleh:

CARI MALEM KARO KARO

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RANCANG BANGUN ALAT KELAPA PARUTAN KERING

(DESICCATED COCONUT)

SKRIPSI

Oleh :

CARI MALEM KARO KARO

090308051/KETEKNIKEN PEERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(Achwil Putra Munir, STP, M.Si ) Ketua

(3)

ABSTRAK

CARI MALEM KARO-KARO : rancang bangun alat kelapa parutan kering, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.

Pemarutan kelapa saat ini masih digunakan untuk pengambilan santan. Selain itu, kegunaan kelapa juga bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan roti. Untuk itu penulis membuat alat Parutan Kelapa Kering. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, pembuatan alat, pengujian alat dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati adalah kapasitas alat, analisis ekonomi, break event point, internal rate of return, net present value. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas alat 114,07 buah/jam, Analisis ekonomi Rp. 354,06/buah, break event point 16.927,61 buah/tahun, internal rate of return 43,93 %., dan alat ini layak untuk dibuat.

Kata Kunci: alat dan mesin pertanian, kelapa parutan kering, mata pisau.

ABSTRACT

CARI MALEM KARO-KARO: Design of Mechanical Desiccated Coconut, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and NAZIF ICHWAN.

At this time, coconut scraping still use for taking milk squeeze of coconut. Beside that, the coconut use as material to made breads too. Therefore the writer made a desiccated coconut. This research was done in February until May 2014 in Agricultural Engineering Laboratory, Agricultural Faculty, University of North Sumatera, Medan, by literature study, equipment manufacture, testing and observations of parameters. The parameters observed were the equipment capacity, economics analysis, break event point and the feasibility study using value of internal rate of return and net present value. The capacity of the equipment was 114,07 coconut/hour, Economics analysis was Rp. 354,06/coconut, break event point was 16.927,61 coconut/year, internal rate of return was 43,93 % and the equipment was feasible.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Cari Malem Karo Karo dilahirkan di Kuta Pengkih pada tanggal 17

November 1990 dari ayah L. Karo Karo dan ibu A.M. br Ginting. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta ST. Petrus Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Program Studi Keteknikan Pertanian .

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai Badan Pengurus Harian Ikatan Mahasiswa Katolik ST.Fransiskus Xaverius (BPH IMK), sebagai anggota unit kegiatan Ikatan Mahasiswa Teknik Perrtanian (IMATETA), sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Karo Mbuah Page USU.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Rancang Bangun Alat Kelapa Parutan Kering (Desiccated Coconut)” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Achwil Putra Munir, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan

kepada Bapak Nazif Ichwan, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, abang dan kakak yang telah mendukung penulis baik secara moril maupun materil serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis selama penelitian.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2014

(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

PENDAHULUAN ... 1

Latar belakang ... 5

Tujuan penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

Pembatasan masalah... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Sejarah Kelapa ... 6

Botani Kelapa ... 7

Kondisi Perkelapaan di Indonesia ... 7

Kelapa Parutan Kering ... 8

Peranan Mekanisasi Pertanian ... 10

Elemen Mesin ... 11

Motor listrik ... 11

Pulley ... 13

Poros ... 13

Bantalan ... 14

Sabuk V ... 15

Baja tahan Karat ... 15

Besi ... 16

Mekanisme Pembuatan Alat ... 17

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 17

Analisis Ekonomi ... 18

Biaya pemakaian alat ... 18

Break even point ... 20

Net present value ... 21

Internal rate of return ... 22

BAHAN DAN METODE ... 23

Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

Bahan dan Alat Penelitian ... 23

Metode Penelitian ... 23

Prosedur Penelitian ... 23

Persiapan ... 23

Pembuatan alat ... 24

Parameter yang Diamati ... 24

Kapasitas efektif alat ... 24

Analisis ekonomi ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Kapasitas efektif alat ... 29

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 33 Kesimpulan ... 33 Saran ... 33 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

1. Flowchart pelaksanaan penelitian ... 36

2. Gambar teknik alat kelapa parutan kering ... 38

3. Spesifikasi Alat ... 41

4. Gambar alat ... 42

5. Gambar buah kelapa ... 44

6. Analisis ekonomi ... 45

7. Break even point ... 48

8. Net present value ... 49

9. Internal rate of return ... 52

10. Perawatan alat ... 53

(9)

ABSTRAK

CARI MALEM KARO-KARO : rancang bangun alat kelapa parutan kering, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan NAZIF ICHWAN.

Pemarutan kelapa saat ini masih digunakan untuk pengambilan santan. Selain itu, kegunaan kelapa juga bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan roti. Untuk itu penulis membuat alat Parutan Kelapa Kering. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan cara studi literatur, pembuatan alat, pengujian alat dan pengamatan parameter. Parameter yang diamati adalah kapasitas alat, analisis ekonomi, break event point, internal rate of return, net present value. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas alat 114,07 buah/jam, Analisis ekonomi Rp. 354,06/buah, break event point 16.927,61 buah/tahun, internal rate of return 43,93 %., dan alat ini layak untuk dibuat.

Kata Kunci: alat dan mesin pertanian, kelapa parutan kering, mata pisau.

ABSTRACT

CARI MALEM KARO-KARO: Design of Mechanical Desiccated Coconut, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and NAZIF ICHWAN.

At this time, coconut scraping still use for taking milk squeeze of coconut. Beside that, the coconut use as material to made breads too. Therefore the writer made a desiccated coconut. This research was done in February until May 2014 in Agricultural Engineering Laboratory, Agricultural Faculty, University of North Sumatera, Medan, by literature study, equipment manufacture, testing and observations of parameters. The parameters observed were the equipment capacity, economics analysis, break event point and the feasibility study using value of internal rate of return and net present value. The capacity of the equipment was 114,07 coconut/hour, Economics analysis was Rp. 354,06/coconut, break event point was 16.927,61 coconut/year, internal rate of return was 43,93 % and the equipment was feasible.

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dari masa ke masa kebutuhan manusia selalu meningkat. Itulah sebabnya manusia dituntut untuk selalu berusaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kebutuhan hidup manusia di sektor pertanian maka produksi pertanian harus ditingkatkan.

Dalam meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan prasarana yang efektif, diantaranya adalah dukungan alat dan mesin pertanian. Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki penanganan pascapanen yang baik. Penanganan yang dilakukan diusahakan memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para produsen hasil pertanian tersebut.

(11)

tradisional khususnya di sektor pertanian, baik pertanian sawah maupun ladang, unsur manusia masih memegang peranan penting. Karena tenaga manusialah yang akan menggerakkan peralatan yang diperlukan. Kegunaan dari alat tersebut tidak saja dilihat dari segi praktis dan efisiensi kerjanya, tetapi juga digunakan sebagai lambang kepatuhan terhadap nenek moyang atau generasi sebelumnya yang sudah membuktikan kegunaan dan hasilnya, dari mulai mengolah tanah hingga penyebaran hasilnya (Depdikbud, 2001).

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang kompleks. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumberdaya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di zaman modern ini, manusia sebagai mahluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu mengembangkan sesuatu hal maka manusia berusaha untuk menciptakan atau membuat suatu peralatan yang lebih efisien dan praktis yang dapat membantu bahkan menggantikan tenaga manusia dengan alat bantu yaitu mesin pertanian.

(12)

kelapa. Selain itu tanaman kelapa merupakan tanaman serba guna, yang keseluruhan bagiannya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu kelapa mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perekonomian di Indonesia. (Suhardiyono, 1988).

Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia dan Pasifik. Kelapa di samping dapat memberikan devisa bagi negara juga merupakan mata pencarian jutaan petani, yang mampu memberikan penghidupan puluhan juta keluarganya. Hal ini memungkinkan karena tanaman kelapa yang juga sering disebut pohon kehidupan (the tree of life) tumbuh dominan di kawasan pantai. Disebut pohon kehidupan karena seluruh bagian tanamannya sangat bermanfaat bagi manusia. Buah kelapa yang terdiri atas sabut kelapa, tempurung, daging buah dan air kelapa tidak ada yang terbuang dan dapat dimanfaatkan untuk dapat menghasilkan produk industri, antara lain kelapa parutan kering yang banyak digunakan untuk campuran dalam industri makanan kecil seperti permen, gula-gula, kue, puding dan lain-lain. (Suhardiyono, 1987).

Kelapa parut kering (dessicated coconut) merupakan salah satu pemanfaatan buah kelapa, dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih (Buda, 1981). Mengingat Indonesia memiliki sumber daya tanaman kelapa yang melimpah, maka produk kelapa parut kering akan menjadi peluang bagi pengembangan agroindustri kelapa.

(13)

parut kering sendiri bisa dimanfaatkan untuk pembuatan roti, biskuit, manisan ataupun dapat diambil santannya. Untuk itulah perlu kajian lebih lanjut tentang tahapan-tahapan proses pembuatan kelapa parut kering agar dihasilkan kelapa parut kering dengan kualitas yang baik dan memiliki daya simpan tinggi.

Kelapa parut kering pada umumnya dibuat melalui serangkaian tahapan proses, dimana setiap tahapannya akan memberikan konstribusi terhadap mutu produk akhir dari kelapa parut kering yang dihasilkan. Permasalahan yang sering timbul dalam pembuatan kelapa parut kering adalah timbulnya warna dan bau yang menyimpang serta daya simpannya relatif masih rendah, sedangkan warna kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dan tidak adanya bau tengik pada kelapa parut kering selama waktu tertentu sampai kelapa parut kering tersebut siap digunakan. Untuk itu perlu ditelaah secara cermat pada setiap tahapan proses pembuatan kelapa parut kering, yakni mulai dari preparasi (pra proses), proses sampai pasca proses, sehingga didapat teknologi proses pembuatan kelapa parut kering yang mempunyai sifat-sifat yang lebih baik (bermutu) dan mempunyai daya simpan yang lebih tinggi.

Sebenarnya produk kelapa parutaan kering (desiccated coconut) sudah lama digunakan oleh masyarakat indonesia karena indonesia memilki sumber daya kelapa yang melimpah. Mesin parut kelapa berfungsi untuk memarut daging buah kelapa dengan tenaga putaran, putaran tersebut mengakibatkan rol pemarutnya memarut daging buah kelapa. Untuk saat ini mesin parut kelapa kering sudah ada dalam skala industri tapi belum ada dalam skala rumah tangga.

(14)

Pengering yang digunakan ada dua jenis yaitu sinar matahari dan alat pengering buatan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat dan menguji alat kelapa parutan kering dengan menggunakan kelapa sebagai bahan bakunya.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat kelapa parutan kering.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan terutama petani kelapa.

Pembatasan Masalah

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Kelapa

Dengan mengamati pembudidayaan tanaman di daerah-daerah berperadaban tertua di dunia, dimana di Philipina dan Srilanka telah dikenal sejak 300 tahun sebelum Masehi dan di India telah pula dikenal sejak 3000 tahun yang lalu, maka diperkirakan bahwa kelapa pasti berasal dari daerah tropis sekitarnya. Pada akhirnya para peneliti berkesimpulan bahwa kelapa berasal dari kawasan yang sekarang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia. Dari kawasan inilah, baik arus laut maupun perantaraan manusia, kelapa menyebar ke daerah-daerah lain (Suhardiyono, 1988).

(16)

Botani Kelapa

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa digolongkan sebagai: Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Palmales

Famili : Palmae Genus : Cocos

Species : Cocos nucifera

Penggolongan varietas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan-perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat khusus yang lain (Suhardiman, 1999).

Kondisi Perkelapaan di Indonesia

(17)

Menurut Badan Pemusatan Statistik (BPS) Sumatera Utara perkembangan luas areal tanaman kelapa di Sumatera Utara terus meningkat dari tahun ketahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Luas tanaman dan produksi kelapa tanaman perkebunan rakyat Sumatera Utara tahun 2011

Sumatera Utara

Luas Tanaman / Area (ha)

Produksi Production

(ton) T B M

Not Yet Productive

T M Productive

T T M Unpro- Ductive

Jumlah Total

2011

9 367,77 91 554,00 9 184,04 110 105,81 91 629,89

2010

9 346,21 88 751,62 10 143,86 108 241,69 103 606,06

2009

9 285,41 91 870,42 9 602,06 110 757,89 93 087,64

2008

8 633,93 99 897,59 5 988,33 114 519,85 96 823,50

Sumber/Source : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara/Plantation Office of Sumatera Utara Province

Kelapa Parutan Kering

Kelapa parut kering (dessicated coconut) merupakan salah satu pemanfaatan buah kelapa, dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih (Buda, 1981). Sebenarnya produk kelapa parut kering sudah lama diggunakan oleh konsumsen di Indonesia. Mengingat Indonesia memiliki sumber daya tanaman kelapa yang melimpah, maka produk kelapa parut kering akan menjadi peluang bagi pengembangan agroindustri kelapa.

[image:17.595.121.506.200.406.2]
(18)

1. Seleksi awal buah kelapa

Kelapa yang hendak dijadikan DCN adalah kelapa butiran dalam keadaan pecah, berkecambah atau kelapa kurang masak, dipisahkan dan kelapa butiran terpilih dimasukkaan kedalam bin penyimpanan yang beraerasi baik.

2. Pengupasan tempurung

Kelapa butiran dipecah tempurungnya, menggunakan alat pemecah tanpa memecah daging buahnya. Daging buah kelapa yang pecah akan menggangu proses pengupasan testa.

3. Pengupasan testa

Setelah testa dikupas, daging buah kelapa dipecah untuk memisahkan air buahnya. Daging buah dipotong-potong kecil, dicuci dan direndam dalam air mengalir.

4. Pasturiasi

Daging buah kelapa dipanaskan dengan uap pada temperatur 70 derajat-80 derajat celcius selama 8-10 menit atau dimasukkan kedalam air mendidih selama 15 menit.

5. Stabilisasi

Potongan-potongan kecil daging buah kelapa yang telah dipasturisasi, selanjutnya direndam di dalam larutan sulfit dioksida (SO2).

6. Pemarutan

(19)

atau mesin pemarut (grater machine), sedangakan jika diinginkan DCN berupa berbentuk butiran disebut desintegrater.

7. Pengeringan

Kadar air daging buah kelapa dikeringkan sampai 3%. Pengeringan dilakukan pada temperatur 60-70 derajat celcius selama 20-45 menit.

8. Klasifikasi mutu

DCN dipisahkan menurut klasifikasi mutu berdasarkan ukurannya yaitu, sangat halus (ekstra fine), halus (fine), sedang, kasar.

9. Pembungkusan

Pembungkusan dilakukan dengan kantong pembungkus dengan berat yang diinginkan dan tidak diperkenankan mencampur berbagai mutu DCN dalam 1 pembungkus. Pembungkusan kelapa parut kering disesuaikan denganklasifikasi mutu. (Suhardiyono,1987)

Woodroof (1979) mengatakan bahwa kelapa parutan kering digunakan untuk membuat kue, biskuit, puding, permen, eskrim dan produk-produk pangan lainnya. Kelapa parut kering dapat ditambah air, kemudian dipres untuk mendapatkan santan yang digunakan untuk memasak. Kelapa parut kering merupakan bahan yang berkadar air rendah (maksimal 3%) sehingga dapat disimpan lama.

Peranan Mekanisasi Pertanian

(20)

mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan, mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat (Hardjosentono, dkk., 1996).

Peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah:

1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia 2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani

3. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi pertanian

4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani, yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga (subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming)

5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari bersifat agraris menjadi bersifat industri

(Hardjosentono, dkk, 1996).

Elemen Alat

Motor Listrik

(21)

menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996).

Motor listrik mempunyai keuntungan yakni dapat dihidupkan dengan hanya memutar saklar, suara dan getaran tidak menjadi gangguan, udara tidak ada yang dihisap juga tidak ada gas buang dan pada motor DC mempunyai daya besar pada putaran rendah dan pada motor AC menggunakan sumber daya umum yang tidak mudah mengubah putarannya. Namun motor listrik memiliki kekurangan yakni, motor listrik ini membutuhkan sumber daya, kabel harus dapat dihubungkan dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunannya sangat terbatas oleh panjang kabel, kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya maka beratnya akan menjadi besar, secara umum biaya listrik motor listrik ini lebih tinggi daripada harga bahan bakar minyak dan untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor pembakara, maka motor listrik akan lebih berat (Soenarta, 2002).

(22)

Puli (Pulley)

Pulley sabuk dibuat dari besi-cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (di atas 35 m/det) (Stolk dan Kros, 1981).

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Hal- hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros adalah:

1. Kekuatan poros

Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan poros

(23)

kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin (Sularso dan Suga, 2004).

Bantalan

Bantalan (bearing) berguna untuk menumpu poros dan memberi kemungkinan poros dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil mungkin). Beberapa macam bantalan, pada prinsipnya bantalan dapat digolongkan menjadi:

- Bantalan luncur - Bantalan gelinding

(24)

- Bantalan dengan beban aksial

- Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial) (Maleev, 1991).

Sabuk V

Sabuk bentuk trapesium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V. Kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan.

Susunan khas sabuk V terdiri atas :

1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Baja Tahan Karat (Stainless Steel)

(25)

1. Baja Tahan Karat Ferit

Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu kromium sekitar 13 % - 20 % dan tambahan kromium tergantung pada tingkat ketahanan karat yang diperlukan.

2. Baja Tahan Karat Austenit

Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya rendah.

3. Baja Tahan Karat Martensit

Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon. Baja yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan.

(Amanto dan Haryanto, 1999).

Besi

(26)

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas, antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

(27)

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan

(Soeharno, 2007). Biaya Pemakaian Alat

Pengukuran biaya pemarutan bahan dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok

BTT

C

x

BT





+

=

……….…...( 1) dimana:

BT = Total biaya tetap ( Rp/tahun ) BTT = Total biaya tidak tetap ( Rp/jam ) x = Total jam kerja pertahun ( jam/tahun ) C = Kapasitas alat ( jam/satuan produksi )

(28)

1. Biaya tetap

a. Biaya penyusutan ( metode garis lurus )

Dalam pemakaian alsin, biaya ini merupakan biaya yang sangat penting dan dapat merupakan biaya yang terbesar. Biaya ini merupakan biaya untuk mengganti alsin jika umur ekonominya telah sampai atau jika alsin itu dijual sebelum habis masa umur ekonominya. Dapat dihitung dengan metoda garis lurus dengan rumus sebagai berikut :

(

)

n S P

D= −

………...………. (2) dimana :

D = Biaya penyusutan ( Rp/tahun )

P = Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin ( Rp ) S = Nilai akhir alsin ( 10% dari P ) ( Rp )

n = Umur ekonomi ( tahun ) b. Biaya bunga modal dan asuransi

Bunga modal dan asuransi ada kalanya perhitungannya digabung dan kadang kala dipisah, maka biaya-biaya ini diperhitungkan berdasarkan persentase nilai awal. Jika digabung, besarnya adalah:

( )(

)

n n P i I 2 1 + = ...……… (3) dimana :

I = Total biaya bunga modal dan asuransi (Rp/th)

(29)

c. Biaya pajak

Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

d. Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal ( P ) pertahun.

2. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari :

a. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :

(

)

jam

S

P

reparasi

Biaya

1000

%

2

,

1

=

………. (4) b. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

Perhitungan Titik Impas (BEP)

(30)

Untuk menentukan produksi titik impas ( BEP ) maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

N = V R

F

− ………(5)

dimana:

N : jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas per tahun ( Kg )

F : biaya tetap per tahun ( rupiah )

R : penerimaan dari tiap unit produksi ( harga jual ) ( rupiah ) V : biaya tidak tetap per unit produksi. VN = total biaya tidak

tetap per tahun ( rupiah/unit ) Net Present Value

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis financial dengan kriteria investasi. Net present value (NPV) adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan net present value merupakan net benefit yang telah di diskon dengan discount factor. Secara singkat rumusnya :

NPV =

+ − n t t Ct Bt 0 (1 1)

) (

……… (6)

dimana:

B = manfaat penerimaan tiap tahun

C = manfaat biaya yang dikeluarkan tiap tahun t = tahun kegiatan usaha ( t = 1,2,...n )

(31)

Dengan kriteria:

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan;

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan; - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya

yang dikeluarkan (Darun, 2002). Internal rate of return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh:

B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut:

) %)(

% (

% x q p positif dan negatif

Y X X p IRR − + +

= ………...(7)

dan ) %)( % (

% x q p positif dan positif

Y X X q IRR − − + = ………..(8) dimana :

p = suku bunga bank paling atraktif q = suku bunga coba-coba ( > dari p) X = NPV awal pada p

(32)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2014 di

Laboratorium Keteknikan Pertanian Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah : kelapa hibrida, baut dan mur, motor listrik, stainless steel, besi.

Adapun alat-alat yang digunakan adalah : meteran, mesin bubut, mesin bor, mata bor, mesin gerinda, mesin las, obeng, kunci L, pisau, kunci T, drip, kalkulator, komputer dan alat tulis.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur (kepustakaan), kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan/ perangkaian komponen-komponen alat kelapa parutan kering. Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.

Prosedur Penelitian

Persiapan

(33)

mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam penelitian.

Pembuatan alat

Adapun langkah-langkah pembuatan alat kelapa parutan kering ini adalah: 1. Merancang bentuk alat kelapa parutan kering kemudian dibuat gambar

tekniknya.

2. Memilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat kelapa parutan kering.

3. Melakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

4. Memotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

5. Melakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat. 6. Menggerinda permukaan yang terlihat kasar bekas pengelasan.

7. Melakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan menambah daya tarik alat kelapa parutan kering.

8. Merangkai komponen alat kelapa parutan kering.

Pengujian alat

Adapun prosedur pengujian alat adalah : 1. Menyiapkan buah kelapa sebanyak 3 buah

2. Menyalakan motor listrik dengan menghubungkannya pada arus listrik 3. Memasukkan buah kelapa kedalam hopper

(34)

6. Menghtung kapasitas pemarutan buah kelapa yang dihasilkan alat ini per jam, dilakukan analisis ekonomi dan analisis kelayakan usaha

7. Mengulangi perlakuan tersebut sebanyak 3 kali ulangan.

Parameter yang Diamati

Kapasitas efektif alat (buah/ jam)

Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi banyaknya buah kelapa yang diparut terhadap waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemarutan.

Kapasitas alat =

) ( pemarutan ) ( terparut yang buah anyak jam Waktu buah B ………...(9)

Analisis ekonomi (Rp/ kg)

Rumus yang dipakai untuk membuat analisis ekonomi alat ini dapat dilihat pada Persamaan (1). Kemudian dilanjutkan dengan menghitung biaya tetap dan biaya tidak tetap sebagai berikut:

Biaya tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari :

1) Biaya penyusutan (metode garis lurus) dapat dilihat pada Persamaan (2) Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan, besarnya dapat dihitung melalui Persamaan (3)

2) Biaya pajak

(35)

menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

3) Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%, rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun.

Biaya tidak tetap

Menurut Darun (2002), biaya tidak tetap terdiri dari :

1) Biaya perbaikan yang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (4)

2) Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

3) Biaya listrik adalah pengeluaran banyaknya arus listrik yang dipakai pada kondisi kerja per jam.

Break even point

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

(36)

Net present value

Dalam perhitungan NPV ini, umur ekonomi alatnya diperkirakan 7 tahun, besarnya discount rate yang diharapkan sebesar 16 % serta discount rate yang diprediksi sebesar 20 %. Penetapan umur ekonomi alat ini disebabkan antara lain: keausan dan keusangan dari alat tersebut, biaya perbaikan makin naik sampai akhirnya tidak lagi ekonomis untuk memperbaikinya serta teknologi yang semakin berkembang yang membuat unjuk kerja dari alat ini lebih kecil dibandingkan alat yang dibuat dimasa yang akan datang. Penetapan discount rate yang diharapkan harus lebih kecil daripada yang diprediksi, hal ini bertujuan agar usaha masih tetap layak untuk dijalankan.

Internal rate of return

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahan teknik yang digunakan pada alat ini akan mempengaruhi kinerja alat yang akan dirancang. Bahan yang digunakan harus kokoh dan memenuhi persyaratan yang diinginkan serta mudah diperoleh. Pada alat ini rumah alat yang digunakan adalah bahan steenless steel. Pemilihan bahan ini didasari karena steenlees steel tahan terhadap korosi. Kerangka alat pada alat ini terbuat dari besi karena beban yang dihasilkan oleh pemarutan yang terbuat dari steenlees cukup besar sehingga pada saat pemarutan roller pada kerangka alat tetap kokoh. Pemasangan mata pisau menggunakan baut dikarenakan mata pisau yang digunakan bisa dibongkar pasang menggantikan mata pisau yang lainnya. Baut yangdigunakan berjenis baja dikarenakan pada saat pemarutan, getaran yang dihasilkan besar sehingga dengan menggunakan jenis baja kemungkinan bengkokdan rusak dapat teratasi.

Alat pertanian yang akan dijual baik impor maupun ekspor biasanya dikemas dalam bentuk box yang terbuat dari kayu. Dengan mengetahui dimensi dari sebuah alat pertanian, dapat diketahui berapa ukuran box yang sesuai untuk mengemas alat tersebut. Pengukuran dimensi dari suatu alat pertanian bertujuan untuk memproduksi alat dalam jumlah besar dan menjualnya. Selain dimensi dari suatu alat, massa juga perlu untuk diukur yang bertujuan untuk mengetahui berapa tenaga yang diperlukan untuk memindahkan alat pertanian tersebut. Alat ini memiliki panjang 60 cm, lebar 60 cm, tinggi 90 cm dan massa 32 kg.

(38)

maka pada saat pemarutan tidak semua kelapa dapat terparut. Mata pisau terbuat dari plat steenlees dengan ketebalan 0,4 mm dengan cara mendripnya berbentuk bulat. Pemasangan mata pisaunya dapat dilakukan dengan bongkar pasang yaitu, dengan mengunci plat dengan roller menggunakan baut. Dibuat bongkar pasang bertujuan agar memudahkan saat pergantian mata pisau dengan mata pisau yang bervariasi.

Tenaga yang dihasilkan oleh motor listrik adalah sebesar 1 Hp sehingga kelapa yang dapat diparut dalam sekali operasi hanya satu buah kelapa. Hal ini terjadi karena tenaga yang dihasilkan oleh motor listrik tersebut tidak mencukupi untuk pemarutan buah kelapa lebih dari satu dan juga karena daging buah kelapa keras.

Parutan kelapa ini dilengkapi dengan alat pendorong (tutup hopper) yang bertujuan untuk menahan buah kelapa agar tidak keluar dari hopper akibat dari perputaran roller pemarut dan juga untuk mendorong buah kelapayang tidak terparut agar masuk kedalam roller pemarut. Penutup hoppe ini terbuat dari bahan steenlees steel.

Kapasitas Efektif Alat

(39)
[image:39.595.112.512.95.212.2]

Tabel 2. Hasil Pemarutan Kelapa Parut Kering Mata pisau (mm) Jumlah bahan (Buah) Waktu pemarutan rata-rata per buah

(detik) Total waktu pemarutan (jam) Kapasitas alat (buah/jam)

2 3 35,206 0,0294 102,04

3 3 31,537 0,0263 114,07

4 3 18,113 0,0151 198,67

Rata-rata 3 28,285 0,0236 127,12

Berdasarkan tabel hasil penelitian dapat diproleh waktu yang diperlukan untuk memarut 3 buah kelapa dengan mata pisau (2 mm) sebesar 0,0294 jam, waktu untuk mamarut 3 buah kelapa dengan mata pisau (3 mm) sebesar 0,0263 jam, waktu untuk memarut 3 buah kelapa dengan mata pisau (4mm) sebesar 0,0151 jam. Kapasitas efektif alat untuk mata pisau (2 mm) adalah sebesar 102,04 buah/jam, Kapasitas efektif alat untuk mata pisau (3 mm) adalah sebesar 114,07 buah/jam, Kapasitas efektif alat untuk mata pisau (4 mm) adalah sebesar 198,67 buah/jam.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka kelapa yang dihasilkan adalah kelapa berbentuk butiran dengan ukuran 2-5 mm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhardiyono (1987) yang menyatakan bahwa pemotongan sangat halus seperti pita, lempengan dan lainnya dilakukan dengan mesin Thread mill atau mesin pemarut (grater machine), sedangakan jika diinginkan DCN berupa berbentuk butiran disebut desintegrater.

(40)

dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih.

Kelapa parut kering dapat disimpan dengan waktu yang cukup lama. Penggunaan kelapa parut kering ini dapat diambil santannya dan dapat digunakan untuk bahan pembuatan kue. Hal ini sesuai dengan pernyataan Woodroof (1979) yang menyatakan bahwa kelapa parutan kering digunakan untuk membuat kue, biskuit, puding, permen, eskrim dan produk-produk pangan lainnya. Kelapa parut kering dapat ditambah air, kemudian dipres untuk mendapatkan santan yang digunakan untuk memasak. Kelapa parut kering merupakan bahan yang berkadar air rendah (maksimal 3%) sehingga dapat disimpan lama.

Kelapa yang dihasilkan dari penelitian adalah kelapa yang ukurannya berbeda-beda. Ada kelapa yang berukuran 16 mesh (sangat halus), 12 mesh (halus), 10 mesh (halus), 8 mesh (medium), 6 mesh (medium) dan 5 mesh (kasar). Hal ini sesuai dengan peryataan Suhardiyono (1987) yang menyatakan bahwa kelapa parutan kering dipisahkan menurut klasifikasi mutu berdasarkan ukuran yaitu, sangat halus (ekstra fine), halus (fine), sedang dan kasar. Pembungkusan kelapa parutan kering disesuaikan dengan klasifikasi mutu.

(41)

Analisis Ekonomi

Besarnya biaya produksi suatu alat dapat ditentukan menggunakan analisis ekonomi. Dengan analisis ekonomi dapat diperhitungkan seberapa besar keuntungan yang didapatkan dari suatu alat pada saat beroperasi.

Dari analisis ekonomi pada lampiran 6 diperoleh biaya pemarutan kelapa dengan mata pisau 3 mm sebesar Rp. 354,06/buah. Artinya, untuk memarut 1buah kelapa dibutuhkan biaya sebesar Rp. 354,06.

Break Even Point

Dari data yang diperoleh melalui penelitian pada lampiran 7 alat akan mencapai BEPjika apabila alat telah memarut kelapa sebanyak 16.927,61 buah/tahun. Artinya, alat ini akan mencapai titik impas apabila alat ini telah memarut kelapa sebanyak 16.927,61 buah/tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Darun,2002) yang menyatakan bahwa Manfaat perhitungan titik impas ( break event point ) adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan.

Net Present Value

(42)

dapat diketahui besarnya nilai NPV 16 % adalah sebesar Rp. 67.504.130,8 dan NPV 20 % adalah sebesar Rp. 56.221.369 (lampiran 8). Nilai NPV yang diperoleh lebih besar ataupun sama dengan nol artinya, usaha ini layak untuk dijalankan.

Internal Rate Of Return

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas efektif pada alat parutan kelapa kering dengan mata pisau 3 mm adalah sebesar 114,07 buah/jam atau 912,56 buah/hari

2. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam memarut kelapa dengan alat parutan kelapa kering ini adalah sebesar Rp. 354,06 /buah

3. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah memarut kelapa sebesar 16.927,61 buah/tahun.

4. Net present value 16% adalah sebesar Rp. 67.504.130,8 dan 20% adalah sebesar Rp. 56.221.369

5. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 43,93%. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu memodifikasi alat ini sehingga pengeluaran hasil parutan yang masuk kedalam roller dapat keluar dengan lancar.

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas efektif pada alat parutan kelapa kering dengan mata pisau 3 mm adalah sebesar 114,07 buah/jam atau 912,56 buah/hari

2. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam memarut kelapa dengan alat parutan kelapa kering ini adalah sebesar Rp. 354,06 /buah

3. Alat ini akan mencapai nilai break even point apabila telah memarut kelapa sebesar 16.927,61 buah/tahun.

4. Net present value 16% adalah sebesar Rp. 67.504.130,8 dan 20% adalah sebesar Rp. 56.221.369

5. Internal rate of return pada alat ini adalah sebesar 43,93%. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu memodifikasi alat ini sehingga pengeluaran hasil parutan yang masuk kedalam roller dapat keluar dengan lancar.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Amanto, H dan Haryanto. 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta. Buda, K. 1981. Kelapa dan Hasil Olahannya, Bagian THP Fakultas Pertanian

Universitas Udayana, Denpasar.

Darun. 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU. Medan.

Daryanto. 1993. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.

Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Depdikbud. 2001. Peralatan Tradisional di Nusa Tenggara Timur. Depdikbud. NTT.

Djoekardi, D. 1996. Mesin-Mesin Motor Induksi. Universitas Trisakti, Jakarta. Grindwood, D.E. 1985. Coconut Palm Product. Their Processing in development

Countries. FAO. Agricultural Organization of The United Nations, Rome. Hardjosentono, dkk. 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Maleev, L. 1991. Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel. Erlangga. Jakarta. Purba, R. 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU. Medan.

Smith, H. P., dan Wilkes, L.H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGM-Press. Yogyakarta.

Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Press. Yogyakarta.

Soenarta, N dan S. Furuhama. 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta. Stolk, J dan Kros. 1986. Elemen Mesin. Erlangga. Jakarta.

Suhardiman, P. 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta. Suhardiyono, L. 1987. Tanaman Kelapa. Kanisius. Yogyakarta.

(46)

Sukirno. 1999. Mekanisasi Pertanian. UGM. Yogyakarta.

Sularso dan K. Suga. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Pradya Paramitha. Jakarta.

Warisno. 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Kanisius. Yogyakarta.

(47)

Merancang bentuk alat

Menggambar dan menentukan dimensi alat

Memilih bahan Mulai

Digerinda permukaan yang kasar Diukur bahan yang akan digunakan

Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar

Merangkai alat

Pengelasan

Pengecatan

a b

(48)

Analisa data Pengujian Alat

Pengukuran Parameter a

b

Data layak?

(49)
(50)
(51)
(52)

Lampiran 3. Spesifikasi alat parutan kelapa kering Dimensi

Panjang : 60 cm

Lebar : 60 cm

Tinggi : 90 cm Mata pisau

Panjang : 21 cm Diameter : 13 cm Jarak : 1 cm

Berat : 32 kg

(53)

Lampiran 4. Gambar alat

Tampak depan

Tampak belakang

(54)

Tampak samping kanan

(55)

Lampiran 5. Gambar buah kelapa

Bauh kelapa sebelum diparut

Buah kelapa dipotong kecil-kecil

(56)

Lampiran 6. Analisis ekonomi I. Unsur Produksi

1. Total biaya pembuatan alat = Rp. 3.940.000 2. Umur ekonomi (n) = 7 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 394.000

4. Jam kerja = 8 jam/hari

5. Produksi/hari = 912,56 buah/hari 6. Biaya operator = Rp. 40.000/hari 7. Biaya perbaikan = Rp. 17,73/ jam 8. Biaya listrik = Rp. 250,5 /jam

9. Bunga modal dan asuransi = Rp. 405.257,14/ tahun 10.Biaya sewa gedung = Rp. 39.400/ tahun

11.Pajak = Rp. 78.800/ tahun

12.Jam kerja alat per tahun = 2400 jam / tahun (asumsi 300 hari efektif berdasarkan 2014)

II. Perhitungan Biaya Produksi 1. Biaya Tetap (BT)

1. Biaya penyusutan

) 2 ...( ... ... ... ... ... ... ) ( n S P

D= −

7 ) 000 . 394 000 . 940 . 3 ( − = D tahun Rp

(57)

2. Bunga modal dan asuransi

Bunga modal pada bulan Mei 16%, Asuransi 2% Bunga modal dan asuransi

) 3 ...( ... ... ... ... ... 2 ) 1 )( ( n n P i

I = +

7 2 ) 1 7 )( 000 . 940 . 3 %( 18 X + =

= Rp.405.257,14/tahun 3. Biaya sewa gedung

= 1 % . P

000 . 940 . 3 % 1 X = = Rp.39.400/Tahun 4. Pajak

= 2 % . P

=2%X3.940.000

tahun Rp.78.800/ =

Total Biaya Tetap (BT) = Rp.1.030.028,57/tahun

2. Biaya Tidak Tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

= jam S P 2400 ) ( % 2 , 1 − = jam / 2400 ) 000 . 394 000 . 940 . 3 %( 2 , 1 −

(58)

2. Biaya operator = Rp. 5.000/Jam

= Rp. 5.000/jam × 8 jam/hari = Rp. 40.000/hari

3. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0,75 kw

Biaya listrik = 0,75 kw x 334/kwh = Rp. 250,5/jam

Total Biaya Tidak Tetap (BTT) = Rp.40.268,23/Jam

Biaya pemarutan kelapa Biaya Pokok

= BTT C...(1) x BT       +

= X Jam buah

jam 40.268,23 0.0087 / 2400 57 , 028 . 030 . 1       +

(59)

Lampiran 7. Break even point

(

)

...(5) V R F N − =

Biaya tetap (F) = Rp.1.030.028,57/tahun = Rp. 429,17/jam

Biaya tidak tetap (V) = Rp.40.268,23/Jam (1 jam = 114,07 buah) = Rp.353,01/buah

Penerimaan dari tiap buah yang diparut = (16% x (BT+BTT)) + (BT+BTT)

= Rp. 47.208,98/jam = Rp. 413,86/buah

Harga minimal pemarutan buah kelapa adalah sebesar Rp.413,86/buah. Alat akan mencapai break event point jika alat telah memarut buah kelapa sebanyak

(

R V

)

F N − =

(

)

buah Rp.353,01/ h 413,86/bua Rp. n 28,57/tahu Rp.1.030.0 − =
(60)

Lampiran 8. Net present value

Berdasarkan persamaan 5 nilai NVP alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

CIF – COF ≥ 0 ……….(6)

Investasi : Rp. 3.940.000

Pendapatan : Rp. 113.301.561,6/tahun Nilai akhir : Rp. 394.000

Pembiayaan : Rp. 96.643.752/tahun Keuntungan yang diharapkan : Rp 16%

Keuntungan yang diharapkan : Rp 20%

Umur alat : 7 tahun

Cash in Flow 16%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 16%,7) : Rp. 113.301.561,6 x 4,044 : Rp. 458.191.515,10 2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 16%,7)

: Rp. 394.000 x 0,3552 : Rp. 139.948,80 Jumlah CIF : Rp. 458.331.463,9 Cash out Flow 16%

1. Investasi : Rp. 3.940.000

(61)

Jumlah COF : Rp. 394.767.333,10 NVP 16% = CIF – COF

= Rp. 458.331.463,9– Rp. 394.767.333,10 = Rp. 67.504.130,8

Cash in Flow 20%

1. Pendapatan : pendapatan x (P/A, 20%,7) : Rp. 113.301.561,6 x 3,605 : Rp. 408.452.129,6

2. Nilai akhir : nilai akhir x (P/F, 20%,7) : Rp.394.000 x 0,2791 : Rp. 109.965,4 Jumlah CIF : Rp. 408.562.095 Cash out Flow 20%

1. Investasi : Rp. 3.940.000

2. pembiayaan : pembiayaan x (P/A, 20%, 7) : Rp. 96.643.752 x 3,605 = Rp. 348.400.726 Jumlah COF : Rp. 352.340.726 NVP 20% = CIF – COF

(62)
(63)

Lampiran 9. Internal rate of return Discount rate diharapkan (p) = 16% Discount rate dipredeksi (q) = 20%

%) % (

% X q p

Y X X q IRR − − + = %) 16 % 20 ( 56.221.369 -,8 67.504.130 ,8 67.504.130 %

20 + −

(64)

Lampiran 10. Perawatan alat

(65)

Lampiran 11. Keselamatan kerja

Keselamatan kerja merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja. Keselamatan kerja pada alat parutan kelapa kering ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Keselamatan alat

Keselamatan alat yang dimaksud adalah jangan memaksakan buah kelapa dikupas lebih dari satu buah sekali operasi pada alat ini karena dapat mengakibatkan motor listrik menjadi rusak dan poros menjadi patah.

2. Keselamatan operator

Gambar

Tabel 1.  Luas tanaman dan produksi kelapa tanaman perkebunan rakyat Sumatera           Utara tahun 2011
Tabel 2. Hasil Pemarutan Kelapa Parut Kering

Referensi

Dokumen terkait

Program stimulasi literasi merupakan bentuk perlakuan dengan memberikan paket literasi yang berisi buku panduan aktivitas literasi dan satu set media literasi pada anak

Mayoritas masyarakat etnis Tionghoa ingin praktis dan tidak perlu repot dalam mengurus anak tetapi kembali lagi kepada masyarakat itu sendiri merekalah (orangtua) yang menentukan

Penjelasan awal dimulai saat pertama kali memilih selector switch sebagai suatu perintah kerja, apabila selector switch dipilih manual dengan kondisi normal maka begitu

Berdasarkan Data Jawaban Kuisioner diketahui bahwa sebelum diberikan penyuluhan sebagian besar responden tidak siap mental dalam menghadapi menarche, dalam hal

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu

melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,

Angket atau kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk

objek wawancara untuk mengetahui tingkat metakognisi siswa. c.) Hasil observasi yang diperoleh dari pengamatan peneliti pada saat kegiatan. belajar matematika dan pada saat