HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PELECEHAN SEKSUALDI
TEMPAT KERJA DENGAN KETERLIBATAN KERJAPADA SPG
Oleh: RAMA ADI WANA PUTRA ( 01810128 )
Psychology
Dibuat: 2008-03-15 , dengan 3 file(s).
Keywords: sikap, pelecehan seksual
Berkembangnya bisnis jasa periklanan merupakan indikasi meningkatnya kebutuhan perusahaan akan kegiatan pemasaran. Salah satu jenis strategi pemasaran yang sering digunakan ialah direct promotion, dimana biasanya perusahaan periklanan menggunakan SPG atau sales promotion girls sebagai mediator untuk mempromosikan produk kepada para konsumen. Pemakaian SPG ditujukan untuk menciptakan sebuah image agar konsumen lebih tertarik dengan produk yang ditawarkan. Agar promosi dapat berjalan dengan baik maka
dibutuhkan SPG yang bisa terlibat dan mengenal pekerjaannya dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut maka perusahaan ataupun agency SPG harus memahami dan memperhatikan kebutuhan SPG agar dapat meningkatkan
keterlibatan kerja pada SPG. Salah satu faktor penghambat keterlibatan kerja ialah faktor organizational stressor, dimana terdapat faktor pelecehan seksual di tempat kerja di dalamnya. Oleh karena itu maka untuk mewujudkan keterlibatan kerja yang tinggi maka perlu diperhatikan juga sikap SPG terhadap pelecehan seksual di tempat kerjanya.
Variabel penelitian ini adalah sikap terhadap pelecehan seksual di tempat kerja sebagai variabel bebas dan keterlibatan kerja sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SPG yang terdaftar dalam agency SPG TIGASISI adv. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling, dimana sampelnya berjumlah 50 orang. Uji validitas menggunakan rumus dengan prosedur korelasi product moment dari Karl Pearson.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara sikap terhadap pelecehan seksual di tempat kerja dengan keterlibatan kerja pada SPG dengan nilai koefisien korelasi (r) = 0, 579 dan probabilitas kesalahan (p) = 0,000. Artinya pada karyawan yang memiliki sikap terhadap pelecehan seksual di tempat kerja yang negatif ditemukan memiliki keterlibatan kerja yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Sementara sikap terhadap pelecehan seksual di tempat kerja memberikan sumbangan efektif terhadap keterlibatan kerja sebesar 33,5 %, sedangkan sisanya sebesar 66,5 % berasal dari variabel lain yang tidak diteliti.
The developing advertisement business is one indicator if the highly
increased company’s need of marketing acrivity. Direct promotion is one vastly
comprehend the working aspects are necessary. On the other hand, the company
should be aware of the SPG’s needs to increase their job involvement. This
excellent promotion will not work if the organizational stressor factor, such as
sexual harassment, appears at work place. To obtain a high SPG’s job
involvement, it is necessary to be aware of their attitude towards sexual harassment at the work place.
This research presents the attitude toward sexual harassment at work place as independent variable and job involvement as dependent variable. Registered SPG from TIGASISI SPG agency adv. are used as population. Sampling
technique used is total sampling, whereas 50 people involved. The validity test is
conducted through Karl Pearson’s product moment correlation procedure. The result shows that there’s a negative significant correlation on SPG’s
attitude towards sexual harassment at work place and their job involvement. Correlation coefficient value is (r)=0,579
while error probability (p)=0,000. This
concluded that employees with negative attitude toward sexual harassment at work place have high job involvement and so is the opposite. The attitude towards sexual harassment at work place effectively contributes to job involvement as
much as 33,5%, while the rest of 66,5% is from other variables haven’t yet