• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SELF EFFICACY DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN MAHASISWA DALAM BERORGANISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN SELF EFFICACY DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN MAHASISWA DALAM BERORGANISASI"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA DALAM BERORGANISASI

SKRIPSI

Oleh:

Agus Salim

201110230311177

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

PERBEDAAN

SELF EFFICACY

DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN

MAHASISWA DALAM BERORGANISASI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi

Oleh:

Agus Salim

201110230311177

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Teriring salam dan do’a atas karunia Allah SWT yang selalu senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam menjalankan tugas kekhalifahan dimuka bumi ini sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul Perbedaan Self Efficacy Ditinjau Dari Keikutsertaan Mahasiswa Dalam Berorganisasi, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan support, bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Zakarija Achmat, S.Psi. M.Si dan Muhammad Shohib, S.Psi. M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberikan bimbingan dan arahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Yudi Suharsono S. Psi. M. Si selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi, arahan dan dukungan sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

4. Kepada seluruh Dosen, staf Tata Usaha, staf laboratorium dan asisten laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu Daniel Rahmadin, Ferdiel Hardiansyah, Taufiqurrahman, Najmi, Ma’ruf, Tiara Sri Anjani, Adelia Faranisa Azni, Muslimah, Nahdatul Ais Putri Sumedang Rindu, Nabila Almunawara, skripsi ini untuk kalian.

6. Terima kasih buat dinda tersayang Ivany Dwi Hidayati(Mpena) yang telah memberikan kasih dan cinta, hadirmu memberi semangat baru, kehidupan baru dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis dalam proses sampai saat ini.

7. Kawan – kawan seperjuangan HMI yang telah memberikan penulis proses yang sangat berharga dan pengalaman yang tak terlupakan serta manis pahitnya perjuangan dan kebersamaan terutama HMI Koms Psikologi UMM yakni, Nanang Hidayatullah S.Psi, M. Abdul Azis, S.Psi, Met Zakila Burrahma S.Psi, Daliful Falihin S.Psi, Fuad Ardiansyah, Rizky Budi Kopdar, Rizky Kimet Hammerwal, Dhio Galuh Mahardika, Ibnu Kholdun, Muslimin, dan juga kakanda dan adinda yag tidak bisa ditulis satu persatu disini, terima kasih sudah menjadi teman berdiskusi dan berjuang bersama-sama memahami arti “Yakin Usaha Sampai”.

(6)

iv

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berdo’a semoa Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan limpahan rahmat dan balasan yang setimpal atas peranan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, berkenan dengan itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, Amin.

Billahittaufiq Walhidayah Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 19 Januari 2016 Penulis,

(7)

v

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Surat Pernyataan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar isi ... v

Daftar tabel ... vi

Daftar lampiran ... vii

Identitas ... 1

Intisari ... 1

Kata Kunci / Keywords ... 1

Pendahuluan ... 2

Landasan Teori ... 4

Metode Penelitian ... 8

Hasil Penelitian ... 10

Diskusi ... 11

Simpulan dan Implikasi ... 14

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indek Validitas Skala Penelitian ... 9 Tabel 2. Indek Reliabiltas Skala Penelitian ... 10 Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian ... 10 Tabel 4. Distribusi Mean Self Efficacy Mengikuti organisasi dan Tidak

(9)

vii

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Blue Print skala Self Efficacy (Try Out) ... 18

Lampiran 2. Skala Self Efficacy (Try Out) ... 20

Lampiran 3. Data Kasar skala Self Efficacy (Try Out) ... 23

Lampiran 4. Hasil Validitas dan Reliabiltas Skala Self Efficacy (Try Out) ... 27

Lampiran 5. Rangkuman Validitas dan Reliabilitas Skala self efficacy (Try Out) ... 30

Lampiran 6. Blue Print Skala Self Efficacy (Try Out) ... 32

Lampiran 7. Instrumen Penelitian ... 34

Lampiran 8. Data Kasar Self Efficacy Mahasiswa Mengikuti Organisasi ... 37

Lampiran 9. Data Kasar Self Efficacy Mahasiswa Tidak Mengikuti Organisasi 42 Lampiran 10. Hasil Analisa Data ... 47

Lampiran 11. Hasil Frequensi Demografis ... 49

(10)

PERBEDAAN SELF EFFICACY DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN MAHASISWA DALAM BERORGANISASI

Agus Salim

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Agus1177c@yahoo.com

Self-efficacy dapat ditingkatkan melalui berbagai pengalaman, salah satu adalah dengan keikutsertaan dalam berorganisasi karena didalam organisasi, mahasiswa dapat melatih kepemimpinan, mengelola stress, mengatur waktu, mampu menyelesai konflik dan mengasah kemampuan sosial. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

self-efficacy ditinjau dari keikutsertaan mahasiswa dalam berorganisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, jumlah subjek yang dilibatkan adalah 344 mahasiswa yang sudah melaksanakan perkuliahan selama satu tahun. Metode pengambilan subjek menggunakan purposive sampling dan menggunakan teknik analisis independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan, dengan signifikansinya 0,000 (0,00 < 0,01) dan nilai t sebesar 10.105. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti organisasicenderung memiliki self-efficacy tinggi, sedangkan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi cenderung memiliki self-efficacy rendah.

Kata Kunci :self-efficacy, keikutsertaan berorganisasi, Mahasiswa

Self-efficacy can be improved through the variety of experiences, one of them is followingorganization because in organization, student can train the leadership, cope stress, manage time, able to resolve conflicts and hone social skills. The purpose of this study is to know self-efficacy in terms of student participation in organization. This study uses a quantitative approach, the number of subjects involved is 344 students who has been carrying out lectures for one year. The subject retrievals method uses purposive sampling and analysis technique independent sample t-test. The result of the study shows that there is a significance difference, 0,000 (0,,00<0,01)and the t-value is 10.105. This shows that students who follow organizations tend to havea high self-efficacy, while students who do not follow organizationtend to have low self-efficacy.

(11)

Self efficacy mengacu pada keyakinan sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan atau melakukan suatu tugas yang di perlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Keyakinan akan seluruh kemampuan ini meliputi kepercayaan diri, kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekanan (Alwisol, 2011).

Self efficacy adalah keyakinan sesorang bahwa ia mampu menilai dirinya memiliki kekuatan untuk menghasilkan pengaruh yang diinginkan. Tingginya self efficacy yang di persepsikan akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak dan melakukan sesuatu lebih tepat dan terarah, terutama apabila tujuan yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas (Legowo, Yuwono dan Rustam, 2009). Baiti (2009) menyatakan bahwa seseorang dengan

self efficacy tinggi akan selalu memandang positif kepada kemampuan dirinya, akan memikirkan penyelesaian masalah dengan kepala dingin dan mandiri, berusaha untuk menghadapi masalah dengan situasi apapun, tidak pernah merasa takut ketika mereka menghadapi masalahnya, menjadikan pengalaman buruk di masa lalu menjadi suatu proses pembelajaran untuk menjadi individu yang lebih baik dan selalu bangkit dari kegagalan, memandang hidup sebagai perjuangan, serta memiliki gambaran tentang masa depan dan rencana-rencana agar dapat menjadi sukses. Sebaliknya, seseorang dengan self efficacy

rendah selalu memandang negatif pada kemampuan dirinya, tidak mampu memikirkan solusi dari setiap masalah secara pribadi, merasa takut, khawatir, sedih, menghidar dari masalah, dan merasa tidak memiliki pengalaman hidup yang berarti dan pengalaman buruk di masa lalu menjadikannya individu yang pasrah sehingga menerima hidup apa adanya, memandang hidup itu berat, serta tidak memiliki gambaran tentang masa depannya.

Besarnya peran self efficacy dalam menunjang keberhasilan individu telah banyak menjadi bahan kajian, misalnya sebuah riset yang dilakukan Stretcher (1986), riset ini berfokus pada proses perubahan perilaku pemeliharaan kesehatan seperti merokok, mengontrol berat badan,dan penyalahgunaan alkohol. Hasilnya menyatakan seseorang dengan self efficacy

tinggi akan berusaha untuk memelihara kesehatannya.

Asri dan Hanik (dalam Baiti, 2009), menjelaskan faktor yang ikut mempengaruhi kinerja seseorang dalam mencapai suatu tujuan tertentu adalah salah satunya self efficacy. Semakin tinggi self efficacy seseorang maka semakin tinggi pula kepercayaan diri orang tersebut terhadap kesanggupannya untuk berhasil mencapai tujuan. Self efficacy tinggi itu juga akan membuat seseorang lebih gigih ketika menghadapi tantangan serta lebih termotivasi ketika menghadapi umpan balik negatif. Self efficacyterhadap kapabilitas dalam menghadapi permasalahan akan berpengaruh terhadap situasi-situasi yang sukar dan mengancam. Seseorang yang yakin terhadap kemampuannya dapat mengatasi ancaman-ancaman tersebut, begitu juga pada pola pikirnya tidak akan mengalami gangguan dan berani menghadapi ancaman dan tekanan dalam situasi tertentu. Sebaliknya mereka yang tidak yakin dapat menghadapi ancaman akan mengalami kecemasan yang tinggi.

Betz dan Kacket melaporkan bahwa dengan self efficacy tinggi, maka pada umumnya seseorang akan lebih mudah dan berhasil melampui latihan-latihan yang diberikan kepadanya sehingga hasil akhir dari pembelajaran tersebut yang kemudian tercermin dalam prestasinya cenderung akan lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang memiliki self efficacy

(12)

organisasi pada saat kuliah. Tidak sedikit mahasiswa yang mengikuti organisasi dapat menyelesaikan studinya karena mahasiswa tersebut memiliki self efficacy tinggi (dalam Ahmaini, 2010).

Terkait dengan self efficacy yang mampu mengontrol perilaku seseorang, DeWall, Baumeisteir, Stillman, dan Gailliot (2007) mengadakan riset kepada beberapa mahasiswa di Amerika. Hasilnya menyatakan, self efficacy yang efektif akan lebih mudah mengendalikan dirinya, sedangkan mereka yang memiliki self efficacy yang kurang efektif dapat menimbulkan perilaku agresif. Salah satu dampak ketika sistem self efficacy tidak berjalan efektif dalam diri mahasiswa menjadikan individu tersebut merasa frustasi dengan tugas-tugas perkuliahannya, merasa takut ketika bertemu dengan dosennya dan tidak memiliki rasa keyakinan bahwa mereka mampu menyelesaikan masalah dalam situasi apapun. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Trentacosta dan Shaw (2009) dan Baumester, et al. (2006)

yang menyatakan bahwa self efficacy yang efektif akan menjadikan seseorang individu mampu mengendalikan kondisi egonya. Hal ini pada akhirnya memunculkan pernyataan bahwa aksi-aksi kekerasan yang sering terjadi merupakan salah satu dampak dari kurang efektifnya self efficacy dari mahasiswa. Baik itu kekerasan yang dilakukan sesama mahasiswa atau dengan kelompok lainnya. Disamping itu, baik di media massa maupun media elektronik banyak ditemukan aksi kriminalitas yang dilakukanoleh mahasiswa, seperti mencuri, memperkosa, penyalahgunaan narkoba, melakukan free sex, dan bahkan pembunuhan.

Sedangkan misi utama Perguruan Tinggi adalah menyelenggarakan pengajaran penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Misi tersebut memicu perguruan tinggi menciptakan kegiatan yang bersifat kurikuler dan ekstra-kurikuler. Kegiatan kurikelur seperti halnya perkuliahan yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa, sedangkan kegiatan ekstra-kurikuler bersifat di luar jam perkuliahan yang tidak wajib untuk diikuti oleh mahasiswa. Dari sinilah akhirnya kegiatan mahasiswa mengalami perbedaan yang kemudian memunculkan beberapa tipe mahasiwa, diantaranya adalah mahasiswa utuh (mahasiswa yang unggul dibidang akademik saja), mahasiswa unjuk diri (mahasisiwa yang aktif dalam kuliah dan organisasi), serta mahasiswa “asal katut” (mahasiswa yang menganggap bahwa kuliah itu penting) (Fajar & Effendy, 1992).

(13)

interaksi dan perilaku seseorang sehingga mempengaruhi keputusan mereka, tentu ini akan mampu meningkatkan self efficacy itu sendiri.

Selain itu, keyakinan mahasiswa untuk ikut sertadalam organisasi adalah untuk memperoleh eksistensi dan aktualisasi diri dalam lingkungan dimana mereka berada. Eksistensi ini terkait keinginan dan ego yang ada dalam diri mahasiswa untuk lebih dikenal oleh mahasiswa lain dan para dosen yang ada di fakultas atau program studinya dimana mereka berada (Ahmaini, 2010). Melalui organisasi, mahasiswa yakin bahwa potensi yang dimilikinya dapat diolah dan dikembangkan secara kreatif sehingga memberikan kelebihan dan kebanggaan tersendiri karena memiliki kemampuan yang tidak hanya diukur dari aspek kognitif saja tetapi mahasiswa juga bisa membuktikan kemampuan tersebut secara aplikatif dan praktis. Inilah capaian yang ingin dimiliki oleh mahasiswa yang tidak hanya berorientasi kuliah tetapi juga ikut terlibat berorganisasi, suatu kelebihan tersendiri yang membedakan dengan mahasiswa yang berorientasi pada kuliah saja (Widayanti, 2005). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sakinaruci (2012) bahwa terdapat hubungan positif antara self efficacy

dan keaktifan berorganisasi dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Salatiga. Andrilinia dan Kurniawan (2007), menunjukkanbahwa terdapat perbedaan tingkat efikasi diri core skills (suatu keterampilan umum yang dapat di transfer pada setiap pekerjaan)antara mahasiswa yang aktif berorganisasi dengan mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi dimana tingkat efikasi diri core skills mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki tingkat efikasi diri

core skills yang lebih tinggi dari mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi. Hal ini di pengaruhi oleh suatu interaksi yang terjadi dalam sebuah organisasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaanself efficacy ditinjau darikeikutsertaan mahasiswa dalam berorganisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaanself efficacy ditinjau darikeikutsertaan mahasiswa dalam berorganisasi. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sumbangsih pemikiran, wacana dan informasi bagi pengembangan Psikologi Industri dan Organisasi, dandalam ranah industri dan organisasi, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai salah satu acuan untuk memprediksi self efficacy karyawan ketika proses seleksi dan rekruitmen di lakukan.

Self efficacy

Bandura (1995) menyatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan akan kemampuan seseorang mengatur dan melaksanakan segala tindakan yang dihadapi untuk mengelola situasi pada tingkat tertentu. Self efficacy mempengaruhi bagaimana seseorang berfikir, merasa, memotivasi diri dan bertindak, sehingga seseorang menghadapi tugas, tantangan dan mencapai tujuan. Bandura self efficacy juga merupakan penilaian seseorang atas kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai tujuan, tingkatan kesulitan self efficacy mengacu pada persepsi seseorang pada tugas yang dihadapinya (dalam Zimmerman, 2000).

Aspek-Aspek Self Efficacy

(14)

individu tersebut, seberapa besar usaha yang dilakukan dengan ketahanan perilaku tersebut untuk mencapai tujuan akhir. (2) Self efficacy mempengaruhi seberapa besar kemampuan mengatasi suatu masalah atau situasi yang menantang. Individu yang mempunyai keyakinan bahwa dirinya dapat mengatasi situasi tersebut, akan merasa tidak cemas dan merasa tidak terganggu dengan situasi tersebut. Sebaliknya, bila individu tidak yakin terhadap kemampuan dirinya dapat mengatasi situasi akan menagalami kecemasan yang tinggi. (3) Individu yang mempunyai self efficacy lebih tinggi akan menetapkan target yang tinggi dan selalu konsekuen terhadap target tersebut, individu akan berupaya menetapkan target yang lebih tinggi bila target yang sesunggunya telah mampu tercapai. Sebaliknya, individu dengan self efficacy yang rendah, akan menetapkan target awal sekaligus membuat penetapan pecapaian hasil yang rendah. Individu tersebut akan mengurangi atau bahkan membatalkan target yang telah dicapai apabila menghadapi beberapa rintangan dan pada tugas berikutnya individu tersebut akan cenderung menetap target yang lebih rendah lagi. Dan (4) keyakinan akan kemampuan menumbuhkan motivasi, kemampuan kognitif dan ketetapan dalam bertindak pada individu sangat diperlukan sebagai dasar untuk mencapai hasil kerja yang seoptimal mungkin jika ada tugas yang lebih sulit, maka dibutuhkan usaha yang lebih besar dan menggerakkan serta menguji seberapa alternative untuk perilaku.

Sumber Self Efficacy

Bandura (1995) menyatakan bahwa perubahan suatu perilaku dapat melalui ekspetasi efikasi. Hal ini berupa suatu keyakinan yang dapat diperolah, diubah, ditingkatkan atau diturunkan dengan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni: (1) Pengalaman performansi (performance accomplishment), adalah suatu prestasi yang pernah dicapai dimasa lalu, yang menjadi pengubah self efficacy yang paling kuat pengaruhnya. Jika prestasi masa lalunya bagus maka akan meningkatkan self efficacy, sedang kegagalan akan menurunkan self efficacy. Suatu pencapaian keberhasilan akan memberi dampak self efficacy yang berbeda-beda, tergantung pada proses pencapaiannya. (2) Pengalaman Vikariaus (vicarious experience), yang peroleh melalui model sosial. Self efficacy akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya self efficacy akan menurun jika mengamati orang yang kira-kira memiliki kemampuan yang sama dengan dirinya ternyata gagal. (3) Persuasi sosial(social persuation), artinya self efficacy dapat diperoleh, diperkuat atau diperlemah melalui persuasi sosial. Sumber ini memberi dampak yang terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi. Kondisi tersebut adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan. Dan (4) Keadaan emosi (emotional psycsiological states), yakni keadaan emosi bisa terjadi pada suatu kegiatan dalam bidang tertentu, suatu emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi self efficacy. Namun bisa terjadi bila peningkatan emosi yang tidak berlebihan dapat meningkatkan self efficacy.

Dimensi Self Efficacy

Bandura (dalam Suharsono dan Istiqomah, 2014) mengungkapkan tiga dimensi self-efficacy,

(15)

individu. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan seseorang dalam penyelesaian tugasnya. Seseorang yang memiliki ketahanan dan keuletan yang kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakakan suatu tugas akan terus bertahan dalam usahanya meskipun terdapat banyak tantangan dan kesulitan.

Self efficacy ditinjau dari KeikutsertaanBerorganisasi

Teori belajar sosial yang dikembangkan Bandura (1997) menjelaskan perubahan tingkah laku manusia dipengaruhi oleh adanya pola interaksi manusia serta adanya keyakinan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menghadapi tantangan, menyelasaikan tugas-tugasnya dengan baik dalam situasi apapun, dimana salah satu dasar teori ini adalah self efficacy.

Konsep ini menegaskan bahwa orang yang memilki ekspetasi efikasi dirinya tinggi (percaya bahwa dia dapat mengerjakan sesuai dengan tuntutan situasi) dan harapan hasilnya realistik (memperkirakan hasil sesuai dengan kemampuan diri), seseorang tersebut akan bekerja keras dan bertahan mengerjakan tugas sampai selesai (Bandura dalam Alwisol, 2011).

Individu yang memiliki self efficacy tinggi akan cenderung berusaha secara maksimal untuk mengantisipasi tantangan yang timbul dalam menyelesaikan tugas sesuai tujuan, bahkan ketika menerima umpan balik negatif sekalipun, individu tersebut akan merespon dengan meningkatkan usaha dan motivasi, sedangkan, individu yang memiliki self efficacy rendah cenderung merasa minder atau rendah diri dan menujukan reaksi emosional lainnya bersifat negatif (Bandura dalam Sampurna, 2011). Lebih lanjut, Bandura menjelaskan berkaitan dengan self efficacy sebagai prediktor tingkah laku. Sumber pengontrol tingkah laku adalah timbal balik antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Hal ini berlanjut pada kombinasi

selfefficacy dengan lingkungan sebagai prediktor tingkah laku. Jika lingkungannya responsif maka self efficacy akan tinggi, sehingga prediksi tingkah lakunya adalah individu tersebut akan sukses, mampu melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya. Sebaliknya, jika lingkungannya tidak responsif maka self efficacy akan rendah, sehingga prediksi tingkah lakunya adalah individu tersebut akan depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit (dalam Alwisol, 2011).

Pentingnya self efficacy dalam mencapai suatu tujuan menjadikan setiap manusia mencoba untuk meningkatkan kemampuannya. Indrawijaya (dalam Widayanti, 2005) menjelaskan bahwa bagian penting dari proses belajar adalah interaksi dengan lingkungan, hal ini menjadi pengalaman termasuk untuk meningkatkan self efficacy. Mahasiswa yang ikut terlibat dalam berorganisasi akan mendapatkan beberapa hal yakni: (1) mendapatkan pengalaman dan terbiasa melakukan hubungan dengan orang lain, sehingga mereka mempunyai kemampuan lebih baik dalam menjalin hubungan timbal balik dengan orang lain, (2) menjalin hubungan baik dengan dosen, (3) menjalin hubungan yang tidak terbatas pada lingkup tertentu dan dapat menerima masukan-masukan dari orang lain, (4) memiliki kemampuan komunikasi yang efektif baik secara lisan maupun tulisan, (5) mampu menyampaikan ide gagasan dengan baik kepada orang lain, dan (6) mampu memahami dirinya sendiri dan orang lain, sehingga mampu membawa dan menempatkan dirinya sesuai dengan posisi yang sesuai. Kecenderungan mahasiswa untuk ikut terlibat dalam berorganisasi tersebut adalah memiliki

(16)
(17)

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan self efficacy ditinjau dari keikutsertaan mahasiswa dalam berorganisasi Dalam artian, mahasiswa yang mengikutiorganisasi cenderung memiliki self efficacy tinggi, sedangkan mahasiswa yang tidak mengikutiorganisasi memiliki self efficacy rendah.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental karena analisanya ditekankan pada data-data numerikal yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2012). Penelitian ini bersifat penelitian uji beda, karena peneliti ingin meneliti perbedaan antara kedua variabel pada data yang akan dikumpulkan sekaligus signifikansinya (Winarsunu, 1996).

Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang dengan menggunakan metode purposive sampling (non probability sampling)

dimana sampel diambil berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti (Winarsunu, 1996). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 344 yang merupakan 5 % dari 26.171 (total mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang). Peneliti menggunakan penentuan sampel berdasarkan tabel Krecjie (dalam Sugiyono, 2012). Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang masih aktif dalam mengikuti proses perkuliahan, minimal satu tahun berada di lingkungan kampus dengan asumsi bahwa mereka memiliki kegiatan keorganisasian selain perkuliahan, baik organisasi yang ada dalam kampus maupun diluar kampus.

Variabel dan Instrument Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah self efficacy. Self efficacy adalah keyakinan yang dimiliki seseorang akan kemampuan untuk berhasil dalam situasi tertentu. Hal tersebut ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menghadapi tugas, menghadapi tantangan dan mencapai tujuan. Terdapat empat aspek self efficacy yang diungkapkan oleh Bandura (dalam Fauji, 2008) yakni: (1) kepercayaan diri pada situasi yang tidak menentu yang mengandung kekaburan dan penuh tekanan, (2) keyakinan akan kemampuan dalam mengatasi masalah, (3) keyakinan akan kemampuan mencapai target yang ditetapkan, dan (4) keyakinan akan kemampuan kognitif, kemampuan untuk menumbuhkan motivasi, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil. Hal ini diungkap dengan skala self efficacy.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keikutsertaan berorganisasi.Kemudian keikutsertaan berorganisasi dikategorikan menjadi dua, yakini mahasiswa yang mengikuti organisasi dan yang tidak mengikuti organisasi.

Metode pengumpulan data untuk mengukur variabel terikatnya adalah menggunakan skala

(18)

berkisar antara 0,250-0,763 sedangkan indeks reliabilitas skala ini sebesar 0,927. Sedangkan alat ukur untuk mengukur variabel bebasnya menggunakan riwayat hidup yang disajikan pada skala self efficacy.

Validitas yaitu sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila mampu memberikan hasil pengukurannya yang sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian (Azwar, 2012). Berdasarkan tryout yang dilakukan pada 100 subjek dalam penelitian ini diperoleh hasil dari 33 item skala self efficacy

yang diujikan, ada 28 item yang valid dan 5 item yang gugur. Indeks validitas dari skala self efficacy berkisar antara 0,198 – 0,603. Adapun detail nilai validitas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Indeks Validitas Skala Penelitian

Alat Ukur Jumlah Item

Diujikan Jumlah Item Valid Indeks Validitas

Self efficacy 33 28 0,198 – 0,603

Reliabilitas ialah keterpercayaan, keajegan, keterandalan, konsistensi, atau kestabilan, maksudnya ialah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya untuk mengukur peneilitian. Korelasi cronbach alpha adalah teknik yang digunakan untuk melegitimasi suatu skala penelitian, besar koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas, maka semakin tinggi pula reliabilitas suatu alat ukur (Azwar, 2012). Hasil uji reliabiltas menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas skala self efficacy sebesar 0,860. Artinya bahwa skala penelitian yang digunakan reliable. Adapun detail nilai reliabilitas dapat dilihat pada tabel 2. dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tahapan dibagi menjadi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Pada tahap persiapan peneliti melakukan identifikasi permasalahan kemudian dikaji secara kepustakaan. Pengkajian tersebut dijabarkan dalam bentuk definisi operasional pada setiap variabel yang diteliti. Kemudian peneliti menentukan subjek yang akan diteliti dan skala penelitian yang digunakan.

Kedua adalah tahap pelaksanaan, dimana peneliti melakukan tryout skala penelitian pada tanggal 13-14 oktober 2015 dengan jumlah subjek sebanyak 100 orang. Kemudian dilanjutkan pada proses identifikasi item pada skala penelitian yang ada. terakhir dilakukan pengambilan data pada tanggal 26 oktober sampai 8 september 2015 dengan jumlah 344 orang.

(19)

Proses analisa data yang dilakukan peneliti dengan menggunakan bantuan perhitungan SPSS for windows Ver. 21. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik

Independent Sample T-test, yaitu analisis data yang digunakan untuk menguji perbedaan dari dua kelompok yang tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada 344 mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang. Adapun Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa yang sudah melaksanakan perkuliahan selama satu tahun, hal ini dikarenakan sudah mengenal dunia perkuliahan serta mengidentifikasi subjek yang mengikuti organisasi dan tidak mengikuti organisasi. Berikut sebaran dari dua kelompok subjek berdasar pada keikutsertaan dalamberorganisasi :

Diagram diatas menjelaskan bahwa subjek penelitian berjumlah 172 orang mahasiswa yang mengikuti organisasi dan 172 orang mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi.

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian

Variabel Frekuensi Porsentasi (%) Jenis kelamin

Laki-laki 187 54,4 %

Perempuan 157 45,6 %

Usia

18 – 20 tahun 218 63,4 %

21 – 25 tahun 126 36,6 %

Tabel di atas menjelaskan deskripsi subjek, berdasarkan jenis kelamin, dari total subjek 344 mahasiswa, ada 187 jumlah mahasiswa laki-laki (54,4 %) dan perempuan sebanyak 157 mahasiswa (45,6 %). Berdasarkan usia, yaitu dari umur 18 – 20 tahun sebanyak 218 mahasiswa (63,4 %) sedangkan dari umur 21 – 25 tahun sebanyak 126 mahasiswa (36,6 %).

172 Mahasiswa Mengikuti Organisasi

50% 172 Mahasiswa

Tidak Mengikuti Organisasi

(20)

Tabel 4. Distribusi MeanSelf EfficacyMengikuti Organisasi dan Tidak MengikutiOrganisasi.

Jumlah Subjek Mean Std. Deviasi

Mengikuti organisasi 172 69.55 3.311

Tidak mengikuti organisasi 172 66.14 2.931

Tabel diatas menunjukkan distribusi mean penelitian yang dilakukan pada mahasiswa yang mengikuti organisasi dan tidak mengikuti organisasi, berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa mean dua kelompok mahasiswa memiliki perbedaan sebesar 3,41. Dapat dilihat bahwa

mean yang dimiliki kelompok mahasiswa yang mengikuti organisasi lebih tinggi dari kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi, yaitu sebesar 69,55.

Tabel 5. Hasil Perhitungan T-scoreSelf Efficacy

Jumlah

subjek Rendah Indeks T Score Tinggi Rendah Tinggi Klasifikasi

Mengikuti organisasi 172 30,77 – 47,63 50,44 – 81,36 48 124

Tidak mengikuti organisasi 172 19,52 – 47,63 50,44 – 56,06 104 68

Tabel diatas merupakan hasil perhitungan t-score dimana digunakan untuk mengetahui perbedaan self efficacy. Dari penelitian ini terungkap bahwa self efficacy yang terjadi pada kelompok mahasiswa yang mengikuti organisasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi.

Hal ini terlihat dari hasil perhitungan t-score yang menyatakan bahwa dari 172 mahasiswa yang mengikuti organisasi yang diteliti, hanya 48 (28 %) mahasiswa yang memiliki tingkat

self efficacy yang rendah, sedangkan 124 (72 %) mahasiswa memiliki self efficacy yang tinggi. Lain halnya dengan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi, mahasiswa yang memiliki self efficacy tinggi hanya 68 (40 %) dari 172 mahasiswa yang diteliti dan sebanyak 104 (60 %) mahasiswa yang memiliki self efficacy yang rendah.

Tabel 6. Hasil Analisis t-test

t (2-tailed) Sig. Keterangan Simpulan

10.105 ,000 Sig. < 0,01 Sangat Signifikan

Perhitungan di atas dianalisa dengan menggunakan independent sample t-test dan diolah dengan bantuan SPSS for windows ver. 21. Berdasarkan uji t dengan menggunakan taraf 1 %, sehingga jika p < 0,01 ( 0,00 < 0,01 ) dengan nilai t sebesar 10,105, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara mahasiswa yang mengiktui organisasi dan mahasiswa yang tidak mengiktui organisasi.

DISKUSI

(21)

memiliki self efficacy cenderung tinggi, sebaliknya mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi memiliki self efficacycenderungrendah. Berdasarkan perhitungan t-score

menunjukkan bahwa pada mahasiswa yang mengikuti organisasi mempunyai self efficacy

tinggi sebanyak 124 orang (72 %) dari 172 orang yang diteliti sedangkan pada mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi mempunyai self efficacy rendah sebanyak 104 orang (60 %) dari 172 orang yang diteliti. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Bandura (2009) mengenai tingkat self efficacy. Tingginya self efficacy seseorang dipengaruhi oleh motivasi diri dan tindakan melalui dampaknya terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini erat kaitannya dengan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menghadapi tantangan, sejauh mana usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan serta berapa lama usaha itu bertahan dalam menghadapi kesulitan. Sedangkan seseorang yang memeliki self efficacy

rendah cenderung meragukan kemampuan yang dimilikinya ketika menghadapi tantangan, mendapatkan kegagalan dan cenderung apatis untuk menemukan solusi pemecahan masalah tersebut. Lebih lanjut bandura (1982) mendefinisikan self efficacy adalah sebagai suatu etos kerja yang merupakan kepercayaan bahwa seseorang mampu berhasil melakukan tugas tertentu bahkan dalam konteks tersulit sekalipun.

Mahasiswa yang mengikuti berorganisasi memberi manfaat, yaitu memperluas pergaulan, meningkatkan wawasan/pengetahuan, melatih kemampuan berfikir, menjadi kuat dalam menghadapi tekanan, meningkatkan kemampuan berkomunikasi, melatih kepemimpinan, belajar mengatur waktu, dan mengasah kemampuan sosial (Jumari, Yudana, dan sunu, 2013). Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Yu dan Chen (2012), bahwa proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh individu dengan menciptakan kerangka kerja dibutuhkan suatu penguasaan dan kompotensi, karena individu yang memilikiself efficacy

tinggi akan menetapkan tujuan yang tinggi juga, sedangkan individu yang mempunyai self efficacy yang rendah akan menentapkan tujuan yang rendah pula. Lebih lanjut, self efficacy

berhubungan dengan upaya tugas, ketekunan, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, pemecahan masalah yang efektif dan pengendalian diri.

Iklim organisasi yang kondusif dapat meningkatkan self efficacy, Noormania (2014) mengungkapkan adanya situasi yang nyaman dimana hubungan kerja yang baik antar pegawai, atau hubungan antar staf dengan pimpinan, ini akan mengarah pada hubungan kerjasasma yang serasi sehingga kerja seorang individu dalam melaksanakan pekerjaannya menjadi fokus. Pada tingkatan individu, kesuksesan karir mengacu pada suatu proses kemajuan, kekuatan, kebahagiaan dan kepuasaan sedangkan Pada tingkatan organisasi, pengetahuan tentang memprediksi kesuksesan karir membantu manajer sumber daya manusia untuk mendesain kebijakan-kebijakan karir yang efefktif untuk membantu seseorang untuk menggunakan strategi karirnya (Olivier dan Karim, 2012). Brown (1999), juga menyatakan bahwa contextual, problem-based and community-based learning practice, memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya didunia kampus, pengalaman kerja baik dalam suatu organisasi maupun dalam unit usaha sangat diperlukan. Sisi lain kepemimpinan diri juga erat kaitannya dengan kinerja, hal ini juga dimediasi self efficacy. Prusia, Anderson, dan Manz (1998)

(22)

menjelaskan self efficacy dipengaruhi manajemen waktu dimana kemampuan untuk mengalokasikan waktu dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Kemampuan untuk menyesuaikan diri seorang individu pada organisasi mampu meningkatkan self efficacy

dimana proses bagaimana individu mencampai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannnya (Mahmudi dan Suroso, (2014).Subagyo (2014) juga menjelaskan bahwa lingkungan kerja dan self efficacy memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasi. Hal ini diperjelas karena lingkungan pekerjaan merupakan salah satu komponen dalam organisasi dan membangun suasana kerja yang baik dalam berfikir, dan motivasi diri yang membuat orang tersebut memiliki kepercayaan yang terhadap kapasitas yang dimilikinya sehingga dia akan melakukan uasaha demi tercapainya tujuan organisasi.

Pada konteks organisasi, self efficacy erat kaitannya dengan kesuksesan karir, artinya keberhasilan karir memiliki keuntungan bagi organisasi dan individu. Individu yang memiliki

Self efficacy tinggi dapat berinteraksi mengelola diri, ini mempengaruhi kesuksesan karir karena sebagai individu akan mengambil upaya lebih pada tujuan karir mereka, mereka lebih mungkin untuk mengembangkan rencana dan langkah-langkah untuk sukses dalam pencapaiannya dan menjadi lebih percaya diri akan keyakinan bahwa mereka punya kemampuan untuk memperoleh kualitas diri seperti keterampilan atau kompetensi. Hal ini sejalan dengan Brown et. alyang mengemukakan bahwa self efficacy dan tujuan merupakan penentu tindakan untuk sukses. (Yu dan Chen, 2012)

Self efficacy merupakan sumber daya pribadi yang penting, selain pengembangannya melalui beberapa mekanisme penguasaan pengalaman dan model pembelajaran, tetapi self efficacy

memiliki hubungan yang kuat dengan kepemimpinan, seperti manajer yang sukses dianggap seorang yang kompetiti, percaya diri, obyektif, dan abisius serta menekankan proses membangun diri sebagai panutan dengan memperoleh kepercayaan diri pengikut sebuah organisasi (Schyns dan Sczesny, 2010).

Penelitian lain menjelaskan bahwa tingginya self efficacy dipengaruhi kemampuan seorang individu dalam menghadapai respon fisiologis seperti role stress, ColldanFreeman(dalam Underwood, 2015) mendefinisikanstresperan sebagaicampuran daritigasub-konstruksi: (1),

role conflict yakni pemimpin memberikan harapan yang bervariasi dari konselor sekolah atau pemangku kepentingan lainnya, (2) role ambiguity yaitu terjadi ketika tanggungjawab dan tugas-tugas yang tidak diartikulasikan dari berbagai pemangku kepentingan untuk konselor sekolah menjadi harapan dan tanggung jawab yang jelas, dan (3) role incongruence yaitu terjadi ketika konselor sekolah diminta untuk melakukan suatu tugas diluar pelatihan atau sumber daya yang mereka miliki. Hasil penelitian Underwood (2015) mengungkapkan bahwa konselor sekolah yang memiliki self efficacy mampu menjalankan tugas-tugas dan mampu mengelola stress peran serta merak percaya mampu menyelesaikannya. Sama halnya dengan Jex & Bliese (1999) mengungkapkan bahwa tentara yang memiliki self efficacy tinggi mampu bertahan pada situasi jam kerja yang panjang dan kelebihan beban kerja jika dibandingkan dengan tentara yang memiliki self efficacy yang rendah.

(23)

sedangkan pelatih lebih berperan sebagai fasilitator, hal ini senada dengan pernyataan bandura (1995) bahwa self efficacy bersumber pada tiga hal yakni pengalaman performance, pengalaman vikaurus, dan persuasi sosial.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan dari peneltian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan self efficacy yang signifikan pada mahasiswa yang mengikuti organisasi dan yang tidak mengikuti organisasi. Artinya mahasiswa yang mengikuti organisasi cenderung memiliki self efficacy yang tinggi, sebaliknya mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi cenderung memiliki self efficacy yang rendah, hal ini berdasarkan pada uji t dengan menggunakan taraf 1 %, sehingga jika p < 0,01 ( 0,000< 0,01 ) dengan nilai t sebesar 10.105. Fakta yang ditemukan bahwa tingkat self efficacy pada mahasiswa yang mengikuti organisasi lebih tinggi (69.55) jika dibandingkan dengan self efficacy mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi (66.14).ditemukan juga dalam penelitian ini bahwa mahasiswa mengikuti organisasi yang diteliti ada 60 % dari 172 yang memiliki self efficacy yang rendah. Sedagkan, mahasiswa yang mengikuti organisasi mempunya self efficacy tinggi sebesar 72 % dari 172 orang yang diteliti.

Adapun implikasi dari penelitian ini adalah bagi universitas diharapkan mampu dijadikan salah satu pertimbangan bagi instansi terkait seperti memberikan beasiswa atau penghargaan lain yang sekiranya mampu memberikan motivasi untuk aktif berorganisasi, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan self efficacy mahasiswa yang mengikuti organisasi dengan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi, hal ini mengingat sangat penting bahwa dengan mengikuti organiasi mampu meningkatkan self efficacy serta memberikan keterampilan-keterampilan seperti manajemen waktu, keterampilan memimpin, kemampuan berkomunikasi, dan mengasah kemampuan sosial. Ini akan menjadi modal dalam menghadapi dunia nyata. Implikasi penelitian ini bagi mahasiswa adalah selain mengikuti perkuliahan, Mahasiswa diharapkan untuk terlibat aktif dalam organisasi kemahasiswaan baik dalam kampus maupun diluar kampus untuk meningkatkan interaksi keilmuan dan kompetensi guna meningkatkan self efficacy.

Sedangkan bagi peneliti selanjutnya agar memperbanyak referensi yang akan digunakan, baik itu mengenai variabel terikat maupun variabel bebas dalam penelitian ini, selain itu, perlu diteliti aspek-aspek psikologis lain yang mungkin ikut meningkat berkaitan dengan keikutsertaan dalam berorganisasi pada mahasiswa dan peneliti selanjutnya melakukan verifikasi terhadap keaktifan subjek terhadap organisasi yang diikuti, dimana hal ini mampu memberikan pengaruh untuk meningkatkan self efficacy mahasiswa.

REFERENSI

Alwisol, (2011). Psikologi kepribadian (Ed. Revisi). Malang: UMM Press

(24)

Achmat, Z. (2006). Evektifitas pelatihan pengembangan kepribadian dan kepemimpinan dalam meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa baru UMM tahun 2005/2006. Humanity. 1(2), 77-170

Ahmaini, D. (2010).,Perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif dengan yang tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan PEMA USU. Universitas Sumatra Utara.

Azwar, S (2012). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Baiti, S., N (2009). Studi tentang karakteristik calon transmigran yang memilki self efficacy tinggi dan self efficacy rendah. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Bandura, A. (2009). Cultive self efficacy for personal and organizational effectivitas.

Handbook of Principel of Organizational Behavior. New York: Wiley ;179-200

_______, A. (Ed.) (1995). Self-efficacy in changing societies. New York: Cambridge University Press.

_______, A. (1997). The Social learning theory. New Jersey: Prentice Hall

_______, A. (1982). Self efficacy mechanism in human agency, American Psychologist. (31);122-147

Baumeisteir, Roy F., Gailiot, M., DeWall, C. Nathan., & Oatan, Megan (2006). Self Regulation and Personality: How Interventions Increase Regulatiory Success, and How Depletion Moderates the Effect of Traits on Behavior. Journal of Personality, 6, 1467-6494

Brown, B. L. (1999). Self-Efficacy Beliefs and Career Development. Eric Digest.No. 205. http://www.google.com

DeWall, C. N., Baumeisteir, R. F., Stillman, T. F., & Gailliot, M. F (2007). Violence Restined: Effect of Self-regulation it Depletasion on Aggression. Journal of Experimentgal Social Psychology, 43, 62-76.

Fakultas Psikologi UMM (2014). Pedoman penyusunan skripsi. Malang : UMM Press

Fauji, A. (2008). Perbedaan self efficacy pada artis ditinjau dari pengalaman. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Fajar, M., & Effendy, M (1992). Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan. Malang. PT. Tiara Wacana Jogjakarta.

(25)

Jex, S. M., & Bliese, P. D. (1999). Efficacy beliefs as a moderator of the impact of work-related stressors: a multilevel study. Journal of Applied Psychology, 84(3), 349–361.

Jumari, M. Y., Yudana & Sunu, A. (2013). Pengaruh budaya organisasi, efikasi diri dan kepuasan kerja terhadap kinerja mengajar Guru SMK Negeri Kecamatan Denpasar Selatan. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan. Vol. 4

Legowo, V. A., Yuwono, S. & Rustam, A. (2009). Correlation between self efficacy and perception of leadhership transformational style with job participation on the employees. Jurnal Psikohumanika. 2 (1); 22-32

Mahmudi, M. H.& Suroso (2014). Efikasi Diri, Dukungan Sosial Dan Penyesuaian Diri Dalam Belajar, Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. 3(2);183-194

Noormania, N. (2014). Pengaruh self efficacy dan iklim organisasi terhadap kepuasaan kerja karyawan di PT Wijaya Karya Beton, Tbk. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Muhardiyanto, M. R. (2007) Hubungan antara self efficacy dengan motivasi berprestasi pada karyawan CV. Telsof Teknologi. Skripsi: Psikologi UMM

Olivier, H. & Karim, M. (2012). Perceived gender discrimination and women’s subjective career success: The moderating role of career anchors. Relations Industrialles-Industrial Relations. (67);25-50

Prusia, G. E., Anderson, J. S. & Manz. C. C. (1998). Self-leadership and performance outcomes: the mediating influence of self efficacy. Journal of Organizational Behavior, 19,523-538.

Sakinaruci, N (2012), Hubungan antara self efficacy dan keaktifan berorganisasi dengan prestasi belajar siswa XI SMA Negeri 1 Salatiga. Skripsi; Program Studi Psikologi FPSI-UKSW

Sampurna, D., H. (2011). Pengaruh kepemimpinan diri pada kinerja dengan efikasi diri sebagai pemediasi (studi pada mahasiswa semester III Akademik Kebidanan Estu Utomo Boyolali Tahun Akademik 2009/2010). Riset Manajemen dan Akutansi Vol: 2

Sandra, K. I & Djalali, M. A. (2013) Manajemen Waktu, Efikasi-Diri Dan Prokrastinasi. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. 2(3);217-222

Subagyo, A (2014). Pengaruh Lingkungan dan self efficacy Terhadap Komitmen Organisasional Dosen Politeknik Negeri Semarang. Orbith, 10, 74-81

Schyns, B. & Sczesny, S. (2010), Leadership attributes valence in self-concept and occupational self-efficacy. Career Development International. 15(1);78-92

(26)

Simosi, M. (2012). The moderating role of self-efficacy in the organizational culture-training transfer relationship: international journal of training and development, ISSN 1360-3736. Blackwell Publishing Ltd.

Sugiyono, (2012).Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Strecher, J. V. Et al. (1986). The role of self-efficacy in achieving health behavior change. Health Education Quarterly Vol. 13 (1): 73-91

Suharsono, Y. & Istiqomah. (2014). Validitas dan reliabilitas skala self efficacy. Jurnal Psikologi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

ISSN:2301-8267, 02 (01).

Tobin, T. J., Muller, R. O. Turner, L. M. (2006). Organizational learning and climate as predictors of self efficacy. Social Psychology of Education. Washington USA. (9);301-319

Underwood, N. G.(Ed.D), (2015) Moderating Factors Between Self-Efficacy And Role Stressors For High School Counselors. Northern Illinois University 31-35

Website UMM, Jumlah Mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang (http://www.umm.ac.id/id/page/04/mahasiswa-dan-alumni.html) di akses 13 April 2015

Widayanti, A. (2005). perbedaan interaksi sosial antara mahasiswa yang mengikuti dan tidak mengikuti organisasi kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Tahun Akademik 2004/2005.

Winarsunu., T. (1996). Statistika: Teori dan aplikasinya dalam penelitian Jilid 2. Malang: UMM Press

Yu, C. & Chen C. (2012), Career Self-Management and Career Success: Moderating Role of Career Self-Efficacy. AdvancesIn Information Sciences and Service Sciences(AISS), 4 (19); 239-247

(27)

Lampiran 1

Blue PrintSelf Efficacy

(28)

No. Aspek Nomor Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Kepercayaan diri pada situasi yang tidak menentu

yang mengandung

kekaburan dan penuh

tekanan

1, 8, 15, 22, 33 9, 16, 23, 29 9

2. Keyakinan atau kemampuan dalam mengatasi masalah atau tantangan.

2, 10, 17, 24 3, 11, 18, 25 8

3. Keyakinan akan kemampuan mencapai target yang ditetapkan.

4, 12, 19, 30 5, 13, 20, 26, 31, 28 10

4. Keyakinan akan kemampuan kognitif, kemampuan untuk memunculkan motivasi, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil.

6 7, 14, 21, 27, 32 6

(29)

Lampiran 2

(30)

Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan hormat,

Dalam rangka penyusunan tugas akhir Saya pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, maka Saya mohon bantuan Saudara/I untuk mengisi skala penelitian berikut.

Perlu saudara ketahui bahwa hasil skala ini benar-benar hanya digunakan untuk tujuan penelitian, dan tidak digunakan untuk maksud-maksud lain. Oleh karena itu, Saudara/I tidak perlu ragu-ragu untuk menjawab semua pernyataan yang tersedia karena saya akan menjamin kerahasiaan jawaban yang saudara berikan. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sebab semua jawaban mempunyai makna dalam penelitian ini.

Besar harapan saya dapat menerima kembali skala yang telah saudara isi. Atas kesediaan saudara/I membantu penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Wassalammua’alaikum Wr. Wb

Hormat saya

Agussalim

Isilah identitas saudara/I dibawah ini

Nama (inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

Tahun angkatan kuliah :

Organisasi yang diikuti (Jika tidak ada, lanjutkan) :

Tahun masuk organisasi :

Petunjuk pengisian skala

1. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan saudara dengan memberikan tanda centang (√ ) pada salah satu jawaban yang telah tersedia dengan ketentuan :

SS : Bila anda Sangat Setuju dengan pernyataan

S : Bila anda Setuju dengan pernyataan

TS : Bila anda Tidak Setuju dengan pernyataan

STS : Bila anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan

2. Apabila saudara/I ingin menganti jawaban, beri tanda (=) pada jawaban yang telah saudara/I buat sebelumnya. Kemudian berilah tanda silang (√ ) pada jawaban baru.

SS S TS STS

√ √

(31)

SKALA

No. Penyataan SS S TS STS

1. Saya memiliki kemampuan yang kuat untuk mengatasi tugas baru 2. Dengan bakat yang dimiliki saya mampu menyelesaikan masalah 3. Saat situasi menegangkan, kemampuan saya menjadi tidak maksimal 4. Saya bisa diandalkan untuk mencapa target yang ditetapkan orang lain 5. Keahlian saya tidak akan optimal bila dibatasi oleh waktu

6. Saya dapat menemukan sesuatu dan mempertahankannya 7. Saya sulit berbicara ketika didepan orang banyak

8. Meskipun situasi menegankan saya dapat berkonsetrasi 9. Saat ada tekanan saya tidak bisa bekerja dengan baik

10. Ketika menghadapi kesulitan saya bisa beri solusi tanpa bantuan orang lain

11. Saat menghadapi kesulitan saya membutuhkan orang lain 12. Dengan keahlian yang saya miliki saya dapat mencapai target

13. Saya pesimis dapat menyelesaikan tugas sebelum batas waktu yang

19. Saya memiliki skala prioritas untuk mencapai target yang ada

20. Persaingan yang ketat dapat membuat saya takut tidak mampu mencapai target

21. Untuk melakukan sesuatu saya menunggu perintah orang lain

22. Dengan strategi yang saya miliki saya percaya mampu menyelesaikan tugas baru

31. Saya tidak siap untuk mencapi target dengan kemampuan saya saat ini 32. Saya mudah menyerah

(32)

Lampiran 3

Data Kasar Skala

Self

(33)
(34)
(35)
(36)

Lampiran 4

Hasil Validitas dan

Reliabilitas

Self Efficacy

(37)
(38)
(39)

Lampiran 5

Rangkuman Validitas dan

Reliabilitas Skala

Self

(40)
(41)

Lampiran 6

(42)

No. Aspek Nomor Item Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Kepercayaan diri pada

situasi yang tidak menentu

yang mengandung

kekaburan dan penuh

tekanan

1, 7, 12, 18, 28 8, 13, 19, 24 9

2. Keyakinan atau kemampuan dalam mengatasi masalah atau tantangan.

2, 20 3, 14, 4

3. Keyakinan akan kemampuan mencapai target yang ditetapkan.

4, 9, 15, 25 5, 10, 16, 21, 26, 23 10

4. Keyakinan akan kemampuan kognitif, kemampuan untuk memunculkan motivasi, dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil.

- 6, 11, 17, 22, 27 5

(43)

Lampiran 7

(44)

Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan hormat,

Dalam rangka penyusunan tugas akhir Saya pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, maka Saya mohon bantuan Saudara/I untuk mengisi skala penelitian berikut.

Perlu saudara ketahui bahwa hasil skala ini benar-benar hanya digunakan untuk tujuan penelitian, dan tidak digunakan untuk maksud-maksud lain. Oleh karena itu, Saudara/I tidak perlu ragu-ragu untuk menjawab semua pernyataan yang tersedia karena saya akan menjamin kerahasiaan jawaban yang saudara berikan. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sebab semua jawaban mempunyai makna dalam penelitian ini.

Besar harapan saya dapat menerima kembali skala yang telah saudara isi. Atas kesediaan saudara/I membantu penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Wassalammua’alaikum Wr. Wb

Hormat saya

Agussalim

Isilah identitas saudara/I dibawah ini

Nama (inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin :

Tahun angkatan kuliah :

Apakah anda mengikuti organisasi :

Tahun masuk organisasi :

Petunjuk pengisian skala

1. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan saudara dengan memberikan tanda centang (√ ) pada salah satu jawaban yang telah tersedia dengan ketentuan :

SS : Bila anda Sangat Setuju dengan pernyataan

S : Bila anda Setuju dengan pernyataan

TS : Bila anda Tidak Setuju dengan pernyataan

STS : Bila anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan

2. Apabila saudara/I ingin menganti jawaban, beri tanda (=) pada jawaban yang telah saudara/I buat sebelumnya. Kemudian berilah tanda silang (√ ) pada jawaban baru.

SS S TS STS

√ √

(45)

SKALA

No. Penyataan SS S TS STS

1. Saya memiliki kemampuan yang kuat untuk mengatasi tugas baru

2. Dengan bakat yang dimiliki saya mampu menyelesaikan masalah

3. Saat situasi menegangkan, kemampuan saya menjadi tidak

maksimal

4. Saya bisa diandalkan untuk mencapa target yang ditetapkan orang lain

5. Keahlian saya tidak akan optimal bila dibatasi oleh waktu 6. Saya sulit berbicara ketika didepan orang banyak

7. Meskipun situasi menegankan saya dapat berkonsetrasi 8. Saat ada tekanan saya tidak bisa bekerja dengan baik

9. Dengan keahlian yang saya miliki saya dapat mencapai target 10. Saya pesimis dapat menyelesaikan tugas sebelum batas waktu yang

ditetapkan

15. Saya memiliki skala prioritas untuk mencapai target yang ada 16. Persaingan yang ketat dapat membuat saya takut tidak mampu

26. Saya tidak siap untuk mencapi target dengan kemampuan saya saat ini

27. Saya mudah menyerah

(46)

Lampiran 8

Data Kasar

Self Efficacy

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

Lampiran 9

Data Kasar

Self Efficacy

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

Lampiran 10

(57)

T-Test

Group Statistics

Keikutsertaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Efficacy

Ikut Organisasi 172 69.55 3.311 .252 Tidak Ikut Organisasi 172 66.14 2.931 .223

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Efficacy Equal variances assumed

4.258 .040 10.105 342 .000 3.407 .337 2.744 4.070

Equal variances not assumed

(58)

Lampiran 11

(59)

Frequencies

Statistics

Jenis Kelamin Usia

N Valid 344 344

Missing 0 0

Mean 1.46 20.32

Median 1.00 20.00

Mode 1 20

Minimum 1 18

Maximum 2 25

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

L 187 54.4 54.4 54.4

P 157 45.6 45.6 100.0

Total 344 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

18 7 2.0 2.0 2.0

19 79 23.0 23.0 25.0

20 132 38.4 38.4 63.4

21 76 22.1 22.1 85.5

22 32 9.3 9.3 94.8

23 9 2.6 2.6 97.4

24 8 2.3 2.3 99.7

25 1 .3 .3 100.0

(60)

Lampiran 12

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

314. 64 -1.08019 39.2 2 Rendah

315. 69 0.3252 53.25 1 Tinggi

316. 67 -0.23695 47.63 2 Rendah

317. 68 0.04412 50.44 1 Tinggi

318. 65 -0.79911 42.01 2 Rendah

319. 69 0.3252 53.25 1 Tinggi

320. 66 -0.51803 44.82 2 Rendah

321. 68 0.04412 50.44 1 Tinggi

322. 63 -1.36126 36.39 2 Rendah

323. 66 -0.51803 44.82 2 Rendah

324. 64 -1.08019 39.2 2 Rendah

325. 61 -1.92342 30.77 2 Rendah

326. 59 -2.48557 25.14 2 Rendah

327. 68 0.04412 50.44 1 Tinggi

328. 65 -0.79911 42.01 2 Rendah

329. 67 -0.23695 47.63 2 Rendah

330. 69 0.3252 53.25 1 Tinggi

331. 59 -2.48557 25.14 2 Rendah

332. 68 0.04412 50.44 1 Tinggi

333. 67 -0.23695 47.63 2 Rendah

334. 65 -0.79911 42.01 2 Rendah

335. 69 0.3252 53.25 1 Tinggi

336. 69 0.3252 53.25 1 Tinggi

337. 69 0.3252 53.25 1 Tinggi

338. 67 -0.23695 47.63 2 Rendah

339. 70 0.60628 56.06 1 Tinggi

340. 64 -1.08019 39.2 2 Rendah

341. 66 -0.51803 44.82 2 Rendah

342. 63 -1.36126 36.39 2 Rendah

343. 69 0.3252 53.25 1 Tinggi

344. 59 -2.48557 25.14 2 Rendah

Keterangan :

Nomor 1 – 172 : Data Mengikuti Organisasi

Gambar

Tabel 6. Hasil Analisis t-test .......................................................................
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Skala Penelitian
Tabel di atas menjelaskan deskripsi subjek, berdasarkan jenis kelamin, dari total subjek 344 mahasiswa, ada 187  jumlah mahasiswa laki-laki (54,4 %) dan perempuan sebanyak 157 mahasiswa (45,6 %)
Tabel 5. Hasil Perhitungan T-scoreSelf Efficacy

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

a) Kekompakan, kerja keras, niat ikhlas, komitmen kuat, semangat, bahu membahu antara ta’mir, panitia pembangunan masjid, remaja masjid, dan ummat muslim Graha

Berbeda halnya jika kemaslahatan itu tidak dijelaskan secara eksplisit dalam kedua sumber itu, maka peranan mujtahid sangat menentukan untuk menggali dan menemukan

Menurut laporan Adnyana (2003), sistem agribisnis ternak sapi potong dengan memanfaatkan hasil limbah pertanian di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur mampu

Kuesioner atau daftar pertanyaan ini berisi variabel bebas (stres kerja) dan (kontrol diri), variabel terikat (perilaku kerja kontraproduktif) yang menggunakan

Dari analisis hasil tes kemampuan siswa dalam menjawab soal operasi hitung perkalian (soal tes akhir siklus I) diperoleh nilai rata-rata hasil tes akhir siklus 1 sebesar 74

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten