• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah Konservasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah Konservasi"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

 

DINAMIKA GULMA LAHAN PERTANIAN

PADA SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI

GATRA SATRIA PUTRA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah Konservasi adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

(4)

ABSTRAK

GATRA SATRIA PUTRA. Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah Konservasi. Dibimbing oleh DWI GUNTORO dan AHMAD JUNAEDI.

Penelitian dinamika gulma pada sistem olah tanah konservasi telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor pada bulan Agustus hingga September 2011. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi herbisida glifosat dan dekomposer terhadap gulma dan dinamika gulma pada sistem olah tanah konservasi. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 9 perlakuan : glifosat 5.0 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha (P1), glifosat 5.0 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha (P2), glifosat 5.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha (P3), glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha (P4), glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha (P5), glifosat 4.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha (P6), glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 5.5 l/ha (P7), glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 4.4 l/ha (P8), dan glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gulma dominan yaitu spesies Paspalum conjugatum (NJD 51.46 %), Mimosa pudica (NJD 15.75 %), dan Borerria alata

(NJD 9.03 %). Perlakuan herbisida glifosat 3.0 l/ha + dekomposer 0.0 l/ha efektif mengendalikan gulma dominan. Penambahan dekomposer tidak menunjukkan peningkatan hasil pengendalian. Gulma Paspalum conjugatum menurun dominansinya pada akhir pengamatan.

Kata kunci : dekomposer, dinamika gulma, glifosat, olah tanah koservasi.

ABSTRACT

GATRA SATRIA PUTRA. Weed Dinamics on Land Preparation With Conservation Tillage System. Supervised by DWI GUNTORO and AHMAD JUNAEDI.

Research of weed dynamics on land preparation with conservation tillage system has been conducted at experimental farm of Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, from August until September 2011. The research objective was to study the effect of glyphosate herbicide and decomposer combination on weed control in conservation tillage. The research used Completely Randomized Block Design with nine treatments i.e. glyphosate 5.0 l/ha + decomposer 5.5 l/ha (P1), glyphosate 5.0 l/ha + decomposer 4.4 l/ha (P2), glyphosate 5.0 l/ha + decomposer 0.0 l/ha (P3), glyphosate 4.0 l/ha + decomposer 5.5 l/ha (P4), glyphosate 4.0 l/ha + decomposer 4.4 l/ha (P5), glyphosate 4.0 l/ha + decomposer 0.0 l/ha (P6), glyphosate 3.0 l/ha + decomposer 5.5 l/ha (P7), glyphosate 3.0 l/ha + decomposer 4.4 l/ha (P8), dan glyphosate 3.0 l/ha + decomposer 0.0 l/ha. The result showed that weed dominant were Paspalum conjugatum (51.46 %), Mimosa pudica (15.75 %), dan Borerria alata (9.03 %). Application glyphosate 3.0 l/ha + decomposer 0.0 l/ha could reduce weed dry weight biomass.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, atau penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

DINAMIKA GULMA LAHAN PERTANIAN

PADA SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI

GATRA SATRIA PUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(8)
(9)

Judul Skripsi : Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah Konservasi

Nama : Gatra Satria Putra

NIM : A24070054

Disetujui Oleh

Dr Dwi Guntoro, SP.,MSi Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui Oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr

Ketua Departemen

(10)

 

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

kekuatan, rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul Dinamika Gulma Lahan Pertanian pada Sistem Olah Tanah

Konservasi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dwi Guntoro dan Bapak

Ahmad Junaedi selaku pembimbing, serta Ibu Sandra Arifin Aziz sebagai dosen

pembimbing akademik. Di samping itu, ungkapan terima kasih tak lupa penulis

ucapkan kepada alm. Bapak Is Hidayat Utomo selaku pembimbing awal dan

bimbingannya pada waktu penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada Bapak Suwarto selaku dosen penguji. Tak lupa ungkapan terima kasih

kepada Ayah, Ibu, Adik, Kakak, Angela dan teman-teman AGH 44, serta keluarga

dan sahabat semasa kuliah, atas doa, nasihat dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Hipotesis 2

BAHAN DAN METODE 2

Tempat dan Waktu 2

Bahan dan alat 2

Metode Penelitian 2

Pelaksanaan Penelitian 3

Pengamatan 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kondisi Umum 4

Koefisien Komunitas 5

Gulma Dominan 5

Persentase Penutupan Gulma 6

Bobot Kering Biomass Gulma Total 7

Bobot Kering Gulma Dominan 8

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(12)

 

DAFTAR TABEL

1. Koefisien komunitas gulma sebelum perlakuan 5

2. Bobot kering gulma total pada berbagai perlakuan 7

3. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies

Paspalum conjugatum 8

4. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies

Mimosa pudica 9

5. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies

Borerria alata 10

6. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies

Axonopus compressus 10

7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies

Paspalum comersonii 11

8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass gulma spesies

Ottochloa nodosa 12

DAFTAR GAMBAR

1. a) Petak percobaan sebelum perlakuan, b) Petak percobaan setelah perlakuan 4

2. Nisbah jumlah dominansi sebelum dan setelah perlakuan 5

3. Pengaruh perlakuan terhadap persentase penutupan gulma 6

DAFTAR LAMPIRAN

1. Contoh denah pengambilan gulma pada setiap minggu 15

2. a) Petak percobaan sebelum perlakuan, b) Petak percobaan

setelah perlakuan 15

3. Petak contoh (0.5 m2) 15

(13)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Olah tanah konservasi merupakan suatu teknik budidaya konvensional ditiadakan atau dikurangi. Sistem tersebut dikenal dengan istilah budidaya olah tanah minimum dan tanpa olah tanah. Budidaya tanpa olah tanah pada pengendalian gulma dapat menggunakan herbisida. Olah tanah konservasi memanfaatkan hasil pelapukan gulma sebagai bahan organik. Tjitrosemito et al.

(1987) menyatakan bahwa prinsip olah tanah konservasi adalah menjaga serasah (tanaman maupun gulma) tetap di lapangan dan memanfaatkannya untuk melindungi tanah dari erosi serta menjaga kelembaban tanah.

Dalam usaha mempertahankan dan menaikkan produksi tanaman pertanian, banyak dijumpai bermacam-macam masalah yang menentukan keberhasilan produksi tanaman tersebut. Salah satu masalah yang perlu diperhatikan adalah keberadaan gulma yang mengganggu tanaman utama dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Masalah gulma pada umumnya, lebih dirasakan pada saat pengolahan tanah, karena ada keterkaitannya dengan faktor sumber daya manusia yaitu tenaga kerja dan biaya (Sukman dan Yakup, 2002).

Salah satu dalam mengendalikan gulma pada saat pengolahan tanah dengan menggunakan herbisida yang bersifat sistemik, karena dapat mematikan gulma berbahaya hingga ke akar rimpangnya dalam tanah, terutama alang-alang (Koswara, 2005). Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara atau seterusnya bila digunakan pada ukuran tepat, karena bahan kimia suatu herbisida menentukan kegunaan herbisida tersebut (Nufus, 2007).

Proses pembentukan bahan organik dibutuhkan dekomposer yang berfungsi meningkatkan mikroorganisme dalam tanah. Unsur anorganik baik makro maupun mikro hasil penguraian bahan organik oleh mikroorganisme akan mudah diserap oleh perakaran tanaman. Penggunaan mikroorganisme tanah yang dilakukan dengan memanfaatkan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman ini dikenal dengan Effective mikroorganisme 4(EM4).

Perpaduan antara pengendalian kimia (herbisida) dengan dekomposer sangat cocok dilakukan di Negara berkembang (Moenandir, 1990). Perpaduan ini menggunakan EM4 dan herbisida glifosat. Kombinasi tersebut mengacu pada nilai konservasi dan pemanfaatan gulma sebagai penghasil bahan organik. Hal ini akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan gulma pada persiapan lahan.

Tujuan

(14)

 

Hipotesis

1. Perbedaan dosis herbisida glifosat berpengaruh terhadap keefektivan penekanan bobot kering biomass gulma dan persentase penutupan gulma.

2. Penambahan dekomposer berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian gulma.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, dengan ketinggian tempat sekitar 300 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2011.

Bahan dan Alat

Bahan herbisida yang digunakan adalah herbisida glifosat dengan formulasi Round Up 486 SL. Bahan dekomposer yang digunakan yaitu EM4. Alat-alat yang digunakan adalah knapsack sprayer Solo, nozle biru, oven, hand sprayer, timbangan dan kuadran.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan ukuran petak penelitian 3 m x 3 m. Terdapat satu faktor yaitu kombinasi glifosat dengan EM4. Kombinasi faktor tersebut terdapat 9 perlakuan dengan 3 ulangan, yaitu :

(15)

 

C = 2 w

a + b x 100 %

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan pembuatan petakan berukuran 3 m x 3 m (luas 9 m2). Jarak antar petak 40 cm dan jarak antar kelompok sekitar 50 cm.

Identifikasi gulma

Identifikasi vegetasi gulma pada awal percobaan dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat. Pengambilan contoh gulma pada setiap petak perlakuan dilakukan dengan menggunakan kuadran berukuran 0.5 m x 0.5 m dengan metode purposive sampling (Lampiran 1).

Aplikasi herbisida glifosat

Aplikasi herbisida glifosat dilakukan sebelum aplikasi dekomposer. Aplikasi herbisida herbisida dilakukan menggunakan sprayer punggung Solo dengan nozzle biru pada volume semprot 400 l/ha. Aplikasi dilakukan pada saat kondisi cerah dan tidak ada hujan selama lebih dari 5 jam setelah aplikasi herbisida.

Aplikasi dekomposer

Dekomposer EM4 diaplikasikan di atas permukaan gulma secara merata dengan menggunakan sprayer tangan pada saat 2 minggu setelah aplikasi (MSA) herbisida. Aplikasi dekomposer EM4 dilakukan dengan dosis sesuai perlakuan pada volume semprot 400 l/ha.

Pengamatan

Peubah yang diamati antara lain : 1. Nilai koefisien komunitas

Nilai koefisien komunitas gulma dibandingkan antar petak perlakuan berdasarkan data contoh gulma yang diambil dengan metode kuadrat. Nilai koefisien komunitas dihitung dengan menggunakan rumus :

C : Nilai koefisien komunitas

w : Jumlah dari dua kuantitas gulma terendah pada tiap komunitas a : Jumlah seluruh kuantitas gulma pada komunitas pertama b : Jumlah seluruh kuantitas gulma pada komunitas kedua

2. Nisbah jumlah dominansi (NJD)

(16)

 

3. Persentase penutupan gulma (PPG)

PPG dihitung dari luasan gulma yang masih hidup dalam kuadran 0.5 mx 0.5 m dibagi dengan luas kuadrat contoh.

4. Bobot kering biomassa gulma total dan gulma per spesies

Gulma yang masih hidup pada kuadrat contoh dipotong tepat permukaan tanah, selanjutnya dikeringkan pada oven dengan suhu 105 ºC selama 24 jam, kemudian ditimbang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Lahan percobaan yang digunakan sebelumnya merupakan rotasi tanaman pangan. Gulma yang tumbuh merupakan gulma semusim (annual). Petak percobaan ditumbuhi oleh gulma dengan penutupan lebih dari 70 % (Gambar 1a) dengan nilai koefisien komunitas di atas 70 %. Gulma mengalami degradasi setelah aplikasi herbisida (Gambar 1b). Setelah aplikasi tidak terjadi hujan hingga pengamatan 5 HSA (hari setelah aplikasi). Kondisi tersebut sangat mendukung kerja herbisida glifosat yang bersifat sistemik, sehingga herbisida dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tubuh gulma dengan sempurna. Menurut Asthon dan Monaco (1991) herbisida glifosat memiliki rainfastness sekitar 5 hari (120 jam) setelah aplikasi.

a) b)

Gambar 1. a) Petak percobaan sebelum perlakuan b) Petak pecobaan setelah perlakuan

(17)

 

Koefisien Komunitas

Koefisien komunitas atau indeks kesamaan digunakan untuk membandingkan komunitas vegetasi dari petak percobaan yang berbeda. Data tersebut menentukan tingkat homogenitas petak percobaan. Hasil pengamatan nilai koefisien komunitas petak perlakuan memiliki tingkat kehomogenan tinggi (Tabel 1). Data pengamatan menunjukkan bahwa nilai koefisien komunitas gulma yang terendah yakni 77.6 % dan nilai paling tinggi yaitu 99.2 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa petak percobaan memiliki tingkat homogenitas yang tinggi. Nilai koefisien komunitas diatas 70 % menunjukkan tingkat komunitas gulma dalam petak percobaan homogen (Tjitrosemito et al., 1987).

Tabel 1. Koefisien komunitas gulma sebelum perlakuan

Perlakuan Petak Perlakuan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Koefisien Komunitas (%)

P1 90.5 98.0 77.6 87.4 96.1 91.1 91.6 94.3

P2 99.2 77.6 87.4 96.1 91.1 91.6 94.3

P3 96.1 94.3 96.1 90.5 92.6 77.6

P4 87.4 96.1 96.1 91.1 91.6

P5 96.1 92.6 91.8 87.8

P6 90.5 92.6 77.6

P7 87.4 96.1

P8 80.4 P9

Gulma Dominan

Berdasarkan data identifikasi gulma sebelum aplikasi perlakuan didapatkan beberapa gulma dominan pada lahan percobaan. Gulma dominan pada lahan percobaan dapat dilihat dari persentase nisbah jumlah dominansi (NJD).

(18)

 

Hasil perhitungan NJD (Gambar 2) terlihat bahwa gulma dominan di lahan percobaan yakni Paspalum conjugatum (NJD 51.46 %), Mimosa pudica (NJD 15.75 %), Borreria alata (NJD 9.03 %), Axonopus compressus (NJD 6.69 %), Paspalum comersonii (NJD 6.11 %), Ottochloa nodosa (NJD 5.73 %), Imperata cylindrica (NJD 1.06 %), dan Pennisetum polystachion (NJD 1.35 %). Berdasarkan nilai NJD, gulma spesies Paspalum conjugatum merupakan gulma yang paling dominan sebelum perlakuan percobaan, yakni sebesar 51.5 % (Lampiran 4).

Nilai NJD setelah aplikasi mengalami penurunan. Gulma spesies Paspalum conjugatum yang dikenal sebagai rumput pahit ini tetap memiliki nilai NJD tertinggi pada 6 MSA yakni sebesar 2.32 %. Cara hidup gulma ini yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan kembali. Periodisitas (masa hidup) gulma rumput Paspalum conjugatum dapat mencapai 3 tahun (Sukman dan Yakup, 2002).

Persentase Penutupan Gulma (PPG)

Persentase penutupan gulma (PPG) dilihat dari persentase gulma yang masih hidup dalam petak percobaan setelah aplikasi herbisida. Persentase penutupan gulma sebelum aplikasi herbisida dan dekomposer mencapai penutupan 95 % (Gambar 3).

Gambar 3. Pengaruh perlakuan terhadap persentase penutupan gulma

(19)

 

Penambahan dekomposer EM4 setelah aplikasi herbisida glifosat tidak menunjukkan penurunan persentase penutupan gulma yang nyata (Gambar 3). Hal tersebut diduga disebabkan oleh cara kerja dekomposer EM4 yang bekerja mendekomposisi bahan organik sehingga tidak terlihat pengaruhnya dalam meningkatkan hasil pengendalian. Dekomposisi oleh mikroorganisme tanah dapat terlihat setelah 2-3 minggu setelah aplikasi EM4 (Sumiyatun, 1998).

Persentase penutupan gulma pada semua perlakuan mengalami peningkatan pada minggu-minggu berikutnya sampai pengamatan 5 MSA. Peningkatan persentase penutupan gulma ini dipengaruhi oleh pertumbuhan kembali beberapa spesies gulma. Gulma spesies Paspalum comersonii, Paspalum conjugatum dan

Mimosa pudica mengalami pertumbuhan kembali (regrowth). Peningkatan persentase penutupan gulma setelah aplikasi juga disebabkan oleh adanya pertumbuhan gulma baru di petak percobaan (new growth).

Bobot Kering Biomass Gulma Total

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi kombinas herbisida glifosat dan dekomposer berpengaruh terhadap bobot kering biomassa gulma total. Gulma total tertekan setelah aplikasi herbisida glifosat. Aplikasi herbisida glifosat dosis 3.0 l/ha tanpa dekomposer dapat menurunkan bobot kering gulma total yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada saat pengamatan 2 MSA. Hasil ini juga terlihat konsisten sampai dengan pengamatan (Tabel 2).

Tabel 2. Bobot kering gulma total pada berbagai perlakuan

Perlakuan Bobot Kering Biomass Gulma Total a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %.

(20)

 

Bobot Kering Gulma Dominan

Bobot kering spesies Paspalum conjugatum

Gulma spesies P. conjugatum termasuk gulma rumput dan hidup berkelompok (Nasution, 1981). Jumlah individu dan hidup berkelompok mempengaruhi tingkat dominasi dan bobot kering biomass gulma. Gulma tersebut memiliki tingkat dominasi paling tinggi yakni 51,5 % (Gambar 2).

Bobot kering gulma spesies P. conjugatum setelah perlakuan mengalami penurunan menjadi 9.21 g/0.25 m2 pada 2 MSA. Perlakuan herbisida glifosat dosis 3 l/ha dapat menekan pertumbuhan gulma spesies P. conjugatum. Perlakuan glifosat 3 l/ha + EM4 4.4 l/ha menunjukkan tidak berbeda nyata hingga pengamatan 5 MSA (Tabel 3). Gulma P. conjugatum merupakan gulma golongan rumput yang lunak, sehingga dengan dosis glifosat 3 l/ha sudah terkendalikan dengan baik. Koswara (2005) menyatakan bahwa perlakuan dosis rendah dan aplikasi herbisida dengan tepat, dapat mengendalikan gulma semusim yaitu alang-alang.

Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomas gulma spesies

Paspalum conjugatum

Perlakuan Bobot Kering Spesies P. conjugatum a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %.

Penambahan EM4 tidak berpengaruh tehadap penurunan bobot kering gulma. Penurunan bobot kering hanya disebabkan oleh aplikasi herbisida. Penurunan bobot kering setiap pengamatan yang dilakukan diakibatkan oleh aktifitas biologi dan kimia gulma yang terhambat dan mengalami kematian. Perlakuan glifosat 4 l/ha dengan EM4 terjadi peningkatan bobot kering pada 5 MSA. Peningkatan bobot kering gulma tersebut diakibatkan oleh adanya pertumbuhan kembali (regrowth) gulma P. conjugatum.

Bobot kering spesies Mimosa pudica

(21)

 

(Asthon and Monaco, 1991). Gulma tersebut hidup berkelompok dan memiliki tingkat produktivitas tinggi. Karakteristik gulma berkayu memiliki bobot kering gulma perspesies lebih tinggi.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Mimosa pudica

Perlakuan Bobot Kering Spesies M. pudica a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi herbisida glifosat dosis 3 l/ha sudah dapat mengendalikan gulma M. pudica. Peningkatan dosis glifosat menunjukkan hasil pengendalian yang tidak berbeda nyata. Pemberian dekomposer setelah aplikasi herbisida glifosat tidak menunjukkan peningkatan hasil pengendalian yang ditunjukkan dengan bobot kering biomass yang tida berbeda nyata antar perlakuan (Tabel 4).

Bobot kering spesies Borreria alata

Gulma spesies B. alata termasuk dalam gulma berdaun lebar. Gulma berdaun lebar pada umumnya tumbuh di daerah lahan tertutup dan memiliki jumlah individu yang sedikit dalam setiap populasi (Sukman dan Yakup, 2002). Karakteristik gulma ini adalah memiliki batang lunak dan mampu tumbuh hingga 30 cm dari permukaan tanah.

(22)

 

Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Borreria alata

Perlakuan Bobot kering spesies B. alata a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %.

Bobot kering spesies Axonopus compressus

Perlakuan aplikasi herbisida glifosat berpengaruh terhadap bobot kering biomass gulma spesies A. compressus. Aplikasi herbisida glifosat dosis 3 l/ha dapat mengendalikan gulma A. compressus mulai pengamatan 2 MSA hingga 5 MSA. Penambahan dekomposer tidak menunjukkan peningkatan hasil pengendalian. Demikian juga dengan peningkatan dosis herbisida glifosat, hasil pengendalian menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 6). Hasil ini menunjukkan bahwa dengan dosis rendah, gulma A. compressus sudah dapat terkendalikan dengan baik tanpa harus dengan penambahan dekomposer. Dosis semakin tinggi maka bobot kering yang dihasilkan lebih sedikit (Sidabutar, 2003).

Tabel 6. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Axonopus compressus

Perlakuan Bobot Kering Spesies A. compressus a

(23)

 

Bobot kering spesies Paspalum comersonii

Gulma spesies P. comersonii termasuk dalam gulma rumput yang hidup berkelompok. Gulma tersebut rentan terhadap kekeringan dan herbisida baik sistemik maupun kontak. Karakteristik yang rentan terhadap herbisida menyebabkan bobot kering gulma spesies P. comersonii mengalami penurunan yang signifikan pada 2 MSA hingga 5 MSA. Aplikasi herbisida glifosat berpengaruh terhadap penurunan bobot kering gulma. Penurunan disebabkan oleh penurunan berat kering tajuk gulma tersebut. Peningkatan dosis menurunkan persentase penutupan gulma dan berat kering akar maupun tajuk gulma (Kusnanto, 1991).

Pada pengamatan 2 MSA, aplikasi herbisida glifosat mulai dosis 3 l/ha sudah dapat mengendalikan gulma P. comersonii. Penigkatan dosis herbisida yang lebih tinggi dari dosis 3 l/ha menunjukkan hasil pengendalian yang tidak berbeda nyata dengan dosis 3 l/ha. Penambahan dekomposer EM4 tidak menunjukkan peningkatan hasil pengendalian gulma P. comersonii (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Paspalum comersonii

Perlakuan Bobot Kering Spesies P. comersonii a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %.

Bobot kering spesies Ottochloa nodosa

Gulma spesies O. nodosa termasuk dalam golongan gulma rumput yang rentan terhadap aplikasi herbisida. Gulma ini mempunyai identitas yakni hidup berkelompok dalam populasi yang sedikit. Gulma tersebut dapat hidup di lahan pertanian dan perkebunan. Setelah perlakuan terjadi penurunan bobot kering yang dihasilkan.

(24)

 

menunjukkan bahwa aplikasi herbisida glifosat dengan dosis 3 l/ha tanpa pemberian dekomposer EM4 sudah mampu mengendalikan gulma spesies O. nodosa di lahan percobaan.

Pemberian dekomposer diharapkan dapat mempercepat dekomposisi rumput yang telah mati akibat aplikasi herbisida. Rumput yang mati diharapkan menambah bahan bahan organik ke dalam tanah yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup mikroorganisme di dalam tanah (Wirawan, 2005).

Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Ottochloa nodosa

Perlakuan Bobot Kering Spesies O. nodosa a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Gulma dominan di lokasi percobaan berdasarkan nilai NJD adalah gulma spesies Paspalum conjugatum, diikuti oleh gulma spesies Mimosa pudica dan

Borreria alata. Aplikasi herbisida glifosat yang dikombinasikan dengan dekomposer dapat mempengaruhi pertumbuhan gulma dominan dan dinamika gulma dominan pada lahan pertanian pada sistem olah tanah konservasi. Aplikasi herbisida dan dekomposer dapat mengubah dominansi gulma spesies Paspalum conjugatum dan spesies gulma dominan lainnya yang dijumpai di lokasi percobaan.

Aplikasi herbisida glifosat dosis 3.0 l/ha efektif mengendalikan gulma total dan spesies gulma dominan serta menurunkan penutupan gulma di lokasi percobaan. Persentase penutupan gulma setelah aplikasi semakin meningkat yang disebabkan oleh pertumbuhan kembali (regrowth) gulma dominan maupun oleh adanya pertumbuhan gulma baru (newgrowth).

(25)

 

glifosat. Pemberian dekomposer ini diharapkan dapat mempercepat laju dekomposisi gulma yang mati akibat herbisida, namun pada penelitian ini laju dekomposisi tidak teramati.

Persiapan lahan pada sistem olah tanah konservasi dapat dilakukan dengan aplikasi herbisida glifosat dengan dosis rendah yaitu 3 l/ha. Penambahan dekomposer tidak meningkatkan hasil pengendalian terhadap gulma sasaran.

Saran

Persiapan lahan pada sistem olah tanah konservasi dengan aplikasi herbisida glifosat dapat dilakukan dengan menggunakan dosis aplikasi 3.0 l/ha. Perlu penelitian lanjutan tentang pengaruh dekomposer terhadap laju dekomposisi gulma yang mati akibat aplikasi herbisida glifosat dan perannya dalam memberikan tambahan bahan organik ke dalam tanah pada sistem olah tanah konservasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asthon, F. M. and T. J. Monaco. 1991. Weed Science : Principles and Practice. Third edition. John Wiley and Sons, Inc. Canada. 466 p.

Djuarni, N. Kristian, Budi, S.S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia. Depok. 51 hal.

Gomez, KA., dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian (diterjemahkan dari Statistical Prosedures for Agricultural Research, penerjemah : E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah). Universitas Indonesia Press. Jakarta. 698 hal.

Koswara, E. 2005. Pengaruh penambahan pupuk nitrogen terhadap efektifitas dan efisiensi herbisida glifosat untuk mengendalikan gulma alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv.). Skripsi. Program Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 39 hal.

Kusnanto, U. 1991. Pengendalian gulma secara manual dan kimiawi di perkebunan kelapa sawit ; studi tentang efikasi, frekuensi aplikasi dan analisis biaya. Buletin Perkebunan 22(3). Medan. Hal. 163-182.

Moenandir, J. 1990. Herbisida (Ilmu Gulma –Buku II). Raja Grafindo Persada. Jakarta. 143 hal.

Nasution, U. 1981. Inventarisasi Gulma di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Hubungannya dengan Pengelolaan Gulma. Konferensi ke-enam Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Himpunan Ilmu Gulma Indonesia Komisariat Sumatera Utara. 193 – 210.

(26)

 

Sanusi, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. 93 hal.

Sidabutar, L. P. 2003. Evaluasi beberapa herbisida untuk pengendalian gulma pada piringan kelapa sawit muda. Prosiding. Konferensi Nasional XVI Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI). SEAMEO BIOTROP. Bogor. Hal. 160-170.

Soerjani, M. 1978. Mencegah kehilangan produksi dengan pengendalian gulma secara tepat. Menara Perkebunan 46(4):175-180

Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers. Jakarta. 159 hal.

Suminah, N. 2003.Studi aplikasi glifosat dengan menggunakan beberapa aplikator untuk mengendalikan gulma Borerria alata (Aubl.) DC. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 54 hal.

Sumiyatun. 1998. Pengaruh effective mikroorganisme 4 (EM4) dan pupuk N, P, K, Mg terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan utama. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakrta. 198 hal.

Tjitrosemito, S. J. Wiroatmodjo. dan I. H. Utomo. 1987. Pertanian dengan olah tanah konservasi pada alang-alang. Makalah Seminar Budidaya Pertanian Tanpa Olah Tanah. Bogor. Hal 1-17.

(27)

 

LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh denah pengambilan gulma pada setiap minggu

 

     

a) b)

Lampiran 2. a) Petak percobaan sebelum perlakuan, b) Petak percobaan setelah perlakuan

(28)

 

a) b)

Lampiran 4. Gulma Paspalum conjugatum tidak mati setelah perlakuan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Sribhawono, Lampung Timur, Lampung, pada tanggal 01 Oktober 1989. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara, putra dari Bapak Setiawan dan Ibu Sumarmi.

Tahun 1995 penulis lulus pendidikan TK Al Istiqomah. Tahun 2001 penulis lulus dari MI Nurul Huda Sadar Sriwijaya, Lampung Timur, Lampung. Kemudian penulis menyelesaikan studi di MTs SRIWIJAYA, Sadar Sriwijaya, Lampung Timur, Lampung. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono, Lampung Timur, Lampung.

Gambar

Tabel 1. Koefisien komunitas gulma sebelum perlakuan
Tabel 2. Bobot kering gulma total pada berbagai perlakuan
Tabel  5. Pengaruh perlakuan terhadap bobot kering biomass Borreria alata

Referensi

Dokumen terkait

p. Guru menutup pelajaran dengan berdoa. Menerapkan metode Cooperative Script pada pembelajaran IPA materi perubahan pada makhluk hidup, diharapkan siswa dapat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian mengenai Pengaruh Kepemimpinan dan Etos

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa media yang paling banyak ditempeli teritip adalah media kayu dengan rata-rata laju penempelan sebanyak 230 teritip/2 bulan

Dilihat dari instrumen yang digunakan maupun gaya musik yang digunakannya berbeda antara gondang hasapi pada ritual sipaha sada dengan gondang hasapi pada Batak

Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan : (1) secara umum gambaran konsep diri siswa broken home tergolong

Berikut merupakan kriteria yang dibutuhkan untuk Perancangan Sistem Seleksi Dosen Teladan Dengan Metode TOPSIS Pada STMIK STIKOM Bali.. Dari kriteria tersebut maka

Berdasarkan hasil tersebut, peneliti melihat adanya psychological capital yang kurang sehingga menjadi kemungkinan kurangnya komitmen organisasi pada pekerja sosial