• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Communication Effectiveness onImplementation Activities of Strengthening Community Food Distribution Institutional. (The Case of “Maju Bersama” Joint Farmer’s Group of Bumiharjo Village, Batanghari Sub-district, East Lampung District)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Communication Effectiveness onImplementation Activities of Strengthening Community Food Distribution Institutional. (The Case of “Maju Bersama” Joint Farmer’s Group of Bumiharjo Village, Batanghari Sub-district, East Lampung District)"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT

(Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

M. FIKRI AKBAR I352100031

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “EFEKTIVITAS

KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN

PENGUATANLEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimibing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

M. Fikri Akbar

(4)

ABSTRACT

M. Fikri Akbar. The Communication Effectiveness onImplementation Activities of Strengthening Community Food Distribution Institutional. (The Case of “Maju Bersama” Joint Farmer’s Group of Bumiharjo Village, Batanghari Sub-district, East Lampung District) Under direction of NURMALA K. PANJAITAN and YATRI I. KUSUMASTUTI

Government Regulation No. 68 of 2002 on food security stated that food needs fulfillment is not only the matter of production but also distribution issues, which cause many problems. The objectives of the research were to describe strengthening program of food community distribution institutional (P-PLDPM), analyze forms of communication of Joint Farmer’s Group (Gapoktan) in the program and analyze communication effectiveness of in the program. The research was designed as a descriptive and correlational survey research. The study site selection was purposively selected namely Gapoktan Maju Bersama of Bumiharjo Village, Batanghari Subdistrict, East Lampung District. Primary data collection and field observations were carried out during April to June 2012. Respondents of this study amounted to 83 farmers who know the P-PLDPM. The data used in this research consisted of primary data and secondary data. Data analysis applied descriptive statistics and Spearman Rank Correlation Analysis using Excel and SPSS 15.0 program for Windows. Gapoktan Maju Bersama have been implementing the strengthening community food distribution institutional program since 2010 up to date. The most frequent communication forms, which were performed by Gapoktan Maju Bersama management was group meeting with the field companion and farmer members.In the group meeting, a discussionalways takes place.Farmers' level of understanding on the P-PLDPM activities determined the communication effectiveness, because it could significantly change knowledgeand behavior levels.

Keywords: communication effectiveness, communication forms, program of

(5)

RINGKASAN

M. FIKRI AKBAR. Efektivitas Komunikasi dalam Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur) dibimbing oleh NURMALA K. PANJAITAN dan YATRI I. KUSUMASTUTI.

Pangan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan baik tingkat wilayah maupun nasional.Untuk mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan menjamin agar setiap rumah tangga dapat mengakses pangan sesuai kebutuhannya, merupakan sasaran utama dalam pembangunan ketahanan pangan wilayah, yang akan terakumulasi pada pembangunan ketahanan pangan nasional. Pembagian tugas mengenai cadangan pangan tersebut, dituangkan dalam PP No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan pelaksanaan Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat(P-LDPM) pada Gapoktan Maju Bersama. (2) Menganalisis bentuk komunikasi Gapoktan dalam Kegiatan P-LDPM pada Gapoktan Maju Bersama. (3) Menganalisis efektivitas komunikasi dalam Kegiatan P-LDPM pada Gapoktan Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Seperti yang dikemukakan Berlo (1960), agar terjadi komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator, pesan, saluran, dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Selanjutnya Effendy (2006) menyatakan komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak yaitu pengetahuan, afektif dan perilaku.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumiharjo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pengumpulan data primer dan pengamatan lapangan dilaksanakan selama bulan April sampai dengan Juni 2012. Populasi dalam penelitian adalah seluruh petani yang tergabung dalam Gapoktan Maju Bersama berjumlah 830 petani yang berpartisipasi dalam kegiatan P-LDPM. Penarikan responden menggunakan teknik purposive sampling, karena tidak semua anggota Gapoktan Maju Bersama mengetahui kegiatan P-LDPM meskipun mereka ikut serta dalam kegiatan. Responden penelitian ini berjumlah 83 petani yang mengetahui kegiatan P-LDPM. Data yang terkumpul meliputi data primer dan sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Excel dan SPSS 15.0 for Windows, yaitu statistik deskriptif dan analisis korelasi rank spearman.

(6)

(c) tahap mandiri pada tahun ketiga. Gapoktan Maju Bersama saat ini masih pada tahap pengembangan. Dana Bansos tahun pertama dan kedua disalurkan langsung ke rekening Gapoktan Maju Bersama untuk penguatan dan pemberdayaan Gapoktan. Sedangkan untuk tahun ketiga akan dialokasikan dana APBN untuk pembinaan tahap akhir menuju kemandirian. Pengurus Gapoktan menyampaikan kegiatan P-LDPM dalam pertemuan kelompok dengan petani anggota kelompoknya yang melibatkan PPL dan perangkat desa. Dalam pertemuan kelompok selalu terjadi tanya jawab antara pengurus Gapoktan dengan petani anggotanya, tetapi responden hanya kadang-kadang saja bertanya dalam pertemuan kelompok tersebut. Kadang-kadang bertanya bukan karena tidak ada kesempatan, namun responden terkadang kesulitan menyampaikan secara verbal apa yang ada dalampikiran mereka sehingga kurang berani bertanya.Efektivitas komunikasi dilihat dari tiga aspek meliputi tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku. Untuk tingkat pengetahuan dan tingkat afektif responden sudah cukup tinggi dan positif namun untuk tingkat perilaku masih perlu ditingkatkan partisipasi dari petani anggota Gapoktan Maju bersama.

(7)

©Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT

(Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)

M. FIKRI AKBAR

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT(Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur) Nama : M. FIKRI AKBAR

NIM : I352100031

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA Ir.Yatri I. Kusumastuti,MSi

Ketua Anggota

Diketahui

Koordinator Mayor

Komunikasi Pembangunan Dekan Sekolah Pascasarjana Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(11)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN

KEGIATAN PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN

MASYARAKAT(Kasus Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian Pedesaan (KMP), Sekolah Pascasarjana IPB. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepadaIbu Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA, selaku ketua komisi pembimbing dan IbuIr. Yatri I. Kusumastuti,MSi, selaku anggota komisi pembimbing, karena dengan segala kesabaran, dedikasi dan motivasi dalam memberikan bimbingan telah memberi arahan dan masukan hingga tesis ini dapat penulis selesaikan.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS, sebagai dosen penguji dan Koordinator Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dan beserta seluruh staf pengajar yang telah memberikan materi dan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Kedua orangtua, Ayah A. Fauzie Nurdin dan IbuAnita Linda, serta saudaraku Atu Rahmawati Ahfan, Kanjeng Syamfikri Ghadafi, Daing A. Hadinata Ahfan dan Daingtan Siti Mahmudah yang dengan cinta mereka memberi dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi.Teman seluruh teman-teman di KMP angkatan 2010, umi Maya, mami Damay,mba Elly, kk Poppy, mba Dewi, tante Ratih, usi Ine, mba uki,babe Oji, om Wije, ko Alim, wak Lang, dan mas tuko, terima kasih untuk saling mendukung dan kebersamaan selama dua tahun terakhir dalam menyelesaikan studi di KMP. Teman-teman KMP S3 2010 bunda rita dan bu dyah dan lain-lain yang tak dapat disebutkan satu persatu. Tidak lupa teman seperjuangan mba Sukma. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Gapoktan Maju Bersama dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta seluruh staf administrasi program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2012

(12)

RIWAYAT HIDUP

(13)

xi

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat ... 21

Gabungan Kelompok Tani ... 24

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 27

Kerangka Pemikiran ... 27

Hipotesis ... 28

METODE PENELITIAN ... 31

Desain Penelitian ... 31

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

Data dan Instumen ... 32

Teknik Pengumpulan Data ... 32

Definisi Operasional ... 33

Analisis Data ... 36

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 37

Kondisi Lokasi Penelitian ... 37

Kependudukan ... 39

Sarana dan Prasarana ... 44

Pertanian ... 46

PELAKSANAAN KEGIATAN P-LDPM ... 49

Gambaran Umum Gapoktan Maju Bersama... 49

Komunikasi Dalam Gapoktan Maju Bersama ... 49

Pelaksanaan Kegiatan P-LDPM ... 51

(14)

xii

Hubungan Komunikasi Gapoktan dengan Efektivitas Komunikasi ... 76

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Afektif ... 78

denganTingkat Perilaku ... 78

SIMPULAN DAN SARAN... 81

Simpulan ... 81

Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Status Kepemilikan Tanah di Desa

Bumiharjo Tahun 2012 ... 38

2. Luas Lahan dan Persentase Berdasarkan Peruntukan Tanah di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 38

3.Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 39

4. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Agama di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 39

5. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasar Usia Kelompok Pendidikan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 40

6. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasar Usia Kelompok Tenaga Kerja di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 41

7. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 41

8. Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Lulusan Pendidikan Khusus di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 42

9. Jumlah dan Pesentase Penduduk BerdasarkanJenis Mata Pencaharian di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 43

10. Jumlah dan Persentase Organisasi Sosial di Desa Bumiharjo Tahun 2012 .... 43

11. Panjang Jalan dan Persentase Berdasarkan Jenis Jalan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 44

12. Jumlah Fasilitas Olahraga di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 45

13. Jumlah Alat Komunikasi di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 45

14. Jumlah Alat Transportasi di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 46

15. Jumlah Produk dan Persentase Berdasarkan Jenis Tanaman Palawija di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 46

16. Jumlah Produk dan Persentase Bedasarkan Jenis Sayur-sayuran di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 47

17. Jumlah Produk dan Persentase Berdasarkan Jenis Buah-buahan di Desa Bumiharjo Tahun 2012 ... 48

18. Harga dan Volume Pembelian berdasarkan Peruntukan Dana Tahap Pengembangan ... 57

19. Nilai, Harga dan Volume Pembelian untuk Pembangunan Gudang ... 58

(16)

xiv 21. Jumlah dan Persentase berdasarkan Karakteristik Petani Anggota Gapoktan

Maju Bersama ... 61 22. Jumlah dan Persentase responden berdasarkan Bentuk Komunikasi Kegiatan

P-LDPM ... 63 23. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Intensitas Interaksi Pengurus,

PPL dan Responden Anggota Gapoktan Maju Bersama ... 64 24. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Jenis Pesan dalam Kegiatan

P-LDPM ... 66 25. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Saluran Komunikasi Kegiatan

P-LDPM ... 68 26. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Persepsi Petani pada Kegiatan

P-LDPM ... 69 27. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Kepercayaan pada

Pengurus Gapoktan, PPL, dan sesama anggota Gapoktan ... 70 28. Jumlah dan Persentase Responden berdasar Tingkat Pengetahuan tentang

Kegiatan P-LDPM ... 73 29. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Afektif Petani tentang

Kegiatan P-LDPM ... 74 30. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Perilaku tentang

Kegiatan P-LDPM ... 75 31. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Tingkat Afektif, Tingkat Perilaku

berdasarkan Bentuk Komunikasi Anggota Gapoktan Maju Bersama ... 76 32. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Afektif berdasarkan Tingkat

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Denah Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur . 87 2. Jumlah Anggota berdasarkan Kelompok Tani AnggotaGapoktan Maju

Bersama ... 88 3. Pembelian Gabah Untuk Unit Usaha Distribusi dan Pemasaran Hasil Pertanian

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok yang bersifat mendasar, sehingga memiliki sifat strategis dalam pembangunan baik tingkat wilayah maupun nasional. Untuk mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan menjamin agar setiap rumah tangga dapat mengakses pangan sesuai kebutuhannya, merupakan sasaran utama dalam pembangunan ketahanan pangan wilayah, yang akan terakumulasi pada pembangunan ketahanan pangan nasional.

Pembagian tugas mengenai cadangan pangan tersebut, dituangkan dalam PP No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Pada pasal 5 menjelaskan: (a) cadangan pangan nasional terdiri atas cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat; (b) cadangan pangan pemerintah terdiri atas cadangan pangan pemerintah desa, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah propinsi, dan

cadangan pangan pemerintah pusat. Cadangan pangan dilakukan untuk menanggulangi masalah pangan yang mencakup terjadinya kelebihan pangan,

kekurangan pangan, dan atau ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan.

Telah banyak kegiatan peningkatan cadangan pangan oleh pemerintah di perdesaan, tetapi seringkali hasil kegiatan tersebut belum diserahkan kepada pemerintah daerah untuk dilanjutkan pada pemerintah desa guna pembinaan lebih lanjut. Akhirnya tidak satu SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) pun merasa memiliki dan bertanggung jawab atas pembinaan dan keberlanjutan kegiatan dimaksud, sehingga baik kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) dan kemampuan mengelola cadangan pangan di desa semakin melemah.

(20)

rawan pangan menjadi ironis jika mengingat desa sebagai basis utama penghasil pangan (beras).

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional dan daerah. Ada tiga alasan penting yang melandasi adanya kesadaran dari semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan yaitu: (a) akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia; (b) konsumsipangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas; (c) ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara berdaulat (Panduan Umum kegiatan P-LDPM).

Ketahanan pangannasional dicirikan dengan adanya ketersediaan pangan yang cukup secara makro. Saat ini masih ada beberapa daerah dimana masyarakatnya tidak mampu mengakses pangan yang cukup. Hal ini disebabkan

kondisi masyarakat yang miskin sehingga mereka tidak memperoleh aksesterhadap pangan. Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung ketersediaan sarana prasarana pertanianuntuk produksi, pengolahan, dan

penyimpanan bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah lain. Demikian juga waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya, menimbulkan masalah bagi petani.

(21)

sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya dan kekurangan pangan pada saat musim paceklik.

Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani (Poktan), gabungan kelompok tani (Gapoktan) di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) cq Badan Ketahanan Pangan (BKP), telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehinggamempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (kegiatan P-LDPM).

Kegiatan P-LDPM adalah bagian kegiatan Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi atau pemasaran dan cadangan pangan)dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Kegiatan P-LDPM dibiayai melalui APBN tahun anggaran 2010 dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan.Adapun pola

kegiatan yang dilaksanakanpadakegiatan P-LDPM adalah dengan pemberdayaan Gapoktan berupa pembinaan kelembagaan Gapoktan dan pemberian dana modal untuk menyiapkana sarana dan prasarana berupa pembangunan gudang atau

lumbung serta penambahan modal untuk usaha jual beli(Panduan Umum Kegiatan P-LDPM).

(22)

Perumusan Masalah

Gapoktan merupakan kelembagaan tani sebagai pelaksana kegiatan P-LDPM dalam hal pengelolaan bantuan modal usaha bagi petani serta pengelolaan program secara keseluruhan. Peran dan kemampuan Gapoktan sangat menentukan dalam keberhasilan implementasi program ini. Namun, hal ini tak lepas dari komunikasi yang terjadi di dalam Gapoktan tersebut baik komunikasi yang terjadi antara Gapoktan kepada Poktan dan petani serta Badan Ketahanan Pangan Daerah sebagai pengawas kegiatan.

Dalam suatu proses penyampaian sebuah kegiatan dibutuhkan komunikasi yang efektif, agar masyarakat dapat diajak, dibimbing, diarahkan sehingga menjadi masyarakat yang mau dan mampu secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri dalam menentukan masa depannya sendiri. Namun demikian, kegiatan komunikasi tidak akan berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila tidak terdapat interaksi dinamis dan harmonis antara komunikator dan komunikannya. Interaksi yang dinamis dan harmonis akan terjadi apabila di antara komunikator dan komunikan telah ada

rasapercaya dan keterbukaan.

Kegiatan P-LDPM telah dilaksanakan tetapi pemahaman masyarakat terhadap kegiatan ini masih beragam. Masih banyak petani anggota Gapoktan

yang ikut menjual hasil panen pada Gapoktan namun mereka tidak mengetahui apa tujuan mereka menjual hasil panen pada Gapoktan. Kegiatan ini bertujuan apabila musim paceklik datang petani tidak mengalami kesulitan pangan karena memiliki ketersedian cadangan pada gudang milik Gapoktan. Lambatnya perkembangan kegiatanini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya adalah berasal dari dalam Gapoktan itu sendiri dalam menyampaikan informasi tentang kegiatan P-LDPM dan dari Poktan yang ada dibawah Gapoktan itu sendiri yang tidak dapat mengkoordinir setiap anggotanya.Gapoktan yang diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kegiatan P-LDPM tersebut.

(23)

dalam hal tukar-menukar informasi maupun berbagai ketimpangan dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM. Oleh karena itu, penelitian ini menguji dan mengkaji sejauh mana efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM. Apakah melalui karakteristik kegiatan P-LDPM merupakan suatu program baru dan sampai saat ini penelitian atau kajian yang secara spesifik membahas tentang efektivitas komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan P-LDPM bebelum pernah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dianggap perlu agar kegiatan Penguatan-LDPM dapat lebih dikembangkan lagi.

Berdasar pemaparan tersebutmaka masalah yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat” oleh Gapoktan?

2. Bagaimana bentuk komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat”?

3. Bagaimana efektivitas komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan”?

Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan

utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas komunikasi yang terjadi Gapoktan pelaksana kegiatan P-LDPM di Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

Secara terperinci untuk mendukung tujuan utama tersebut disusun secara spesifik tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicarikan jawabannya, yaitu untuk: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat” oleh Gapoktan.

2. Menganalisis bentuk komunikasi Gapoktan dalam “Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat”.

(24)

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat:

1. Para pengambil kebijakan Badan Ketahanan Pangan Daerah Lampung dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lampung Timur, Sebagai bahan masukan dalam menyempurnakan kegiatan P-LDPM dimasa yang akan datang. 2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan tentang efektivitas

komunikasi khususnya dalam kegiatan P-LDPM Gapoktan di perdesaan. 3. Dapat menjadi kerangka acuan atau refrensi dalam mengembangkan ilmu

(25)

TINJAUANPUSTAKA

Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin communis atau common dalam bahsa Inggris yang berarti sama atau berusaha untuk mencapai kesamaan makana (commonness) dan komunikasi dianggap sebagai suatu proses berbagi informasi untuk mencapai saling pengertian atau kebersamaan. Komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu atau lebih penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Rogers, 2003). Aktivitas komunikasi selalu menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia,karena komunikasi adalah suatu pernyataan manusia, baik secara peroranganmaupun secara kelompok, yang bersifat umum (tidak bersifat rahasia) denganmenggunakan tanda-tanda, kode-kode atau lambang-lambang tertentu(Soekartawi, 2005).

Tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalahmencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Bila masing-masingtelah memahami

makna yang disampaikan maka para peserta saling percayamempercayai atau menyetujui penafsiran masing-masing. Mempercayai adalahtindakan menerima informasi yang digunakan bersama sebagai hal yang sah danbenar. Dengan mempercayai berarti menerima ketulusan orang yangmenggunakan informasi bersama-sama.Secaraumum Effendy (1979), mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimanaseorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambangdalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku insan-insan lainnya(komunikan atau sasaran). Oleh karena itu tujuan komunikasi menurut Effendy (2000) ada empat, yaitu: (a) mengubah sikap, (b) mengubah opini pendapat atau pandangan, (c) mengubah perilaku dan (d) mengubah masyarakat.

Program pemerintah agar dapat berjalan dengan baik membutuhkan komunikasi persuasi. Pada dasarnya komunikasi persuasi ialah kemampuan komunikasi yang dapat membujuk atau mengarahkan orang lain. Perlu kita ketahui bahwa ada tiga jenis pola komunikasi (Burgon & Huffner, 2002), yaitu: 1. Komunikasi asertif, yaitu kemampuan komunikasi yang mampu

(26)

tidak melukai atau menyinggung secara verbal maupun non verbal (tidak ada agresi verbal dan non verbal).

2. Komunikasi pasif, yaitu pola komunikasi yang tidak mempunyai umpan balik yang maksimal sehingga proses komunikasi seringkali tidak efektif.

3. Komunikasi agresif, yaitu pola komunikasi yang mengutarakan pendapat atau informasi atau pesan secara lugas namun terdapat agresi verbal maupun non verbal.

Burgon & Huffner (2002) meringkas beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai definisi komunikasi persuasi sebagai berikut:

1. Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan keinginan komunikator.

2. Proses komunikasi yang mengajak atau membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai keinginan komunikator.

Dalam komunikasi persuasi terdapat komponen atau elemen sehingga dapat disebut sebagai komunikasi persuasi. Komponen tersebut antaranya; 1. Claim, yaitu pernyataan tujuan persuasi baik yang tersurat (eksplisit) maupun

tersirat (implisit).

2. Warrant, yaitu perintah yang dibungkus dengan ajakan atau bujukan sehingga terkesan tidak memaksa.

3. Data, yaitu data-data atau fakta yang digunakan untuk memperkuat argumentasi keunggulan pesan dari komunikator.

Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan agar komunikasi persuasi menjadi lebih efektif. Maksudnya lebih efektif yaitu agar lebih berkesan dalam mempengaruhi orang lain. Beberapa pendekatan itu antaranya:

1. Pendekatan berdasarkan bukti, yaitu mengungkapkan data atau fakta yang terjadi sebaga bukti argumentatif agar berkesan lebih kuat terhadap ajakan. 2. Pendekatan berdasarkan ketakutan, yaitu menggunakan fenomena yang

(27)

3. Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat mengingat pesan karena mempunyai efek emosi yang positif.

4. Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu menggunakan pilihan kata yang mudah diingat (memorable) oleh audience atau komunikan dengan tujuan membuat efek emosi positif atau negatif.

Unsur Komunikasi

Menurut Berlo (1960) komunikasi akan berjalan efektif apabila ketepatan (fidelity) dapat ditingkatkan dan gangguan (noise) dapat diperkecil. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur komunikasi, sebagai berikut:

1. Komunikator harus memiliki keterampilan berkomunikasi, memiliki sikap positifterhadap komunikan dan pesan yang disampaikan dapat meningkatkan pengetahuan serta memahami kondisi sistem sosial dan budaya komunikan. 2. Pesan komunikasi yang disampaikan harus berorientasi pada isi, unsur,

struktur, kemasan dan kode yang dipahami.

3. Saluran ataumedia komunikasi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan isi pesan, sesuai dengan konteks komunikasi dan

diupayakan agar dapat menyentuh panca indra.

4. Komunikan harus memiliki pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi, bersikap positif terhadap komunikator dan pesan yang disampaikan, serta dapat memahami kondisi sistem sosial dan budaya dari komunikator.

Seperti yang dikemukakan Berlo (1960), Effendy (2000) pula mengatakan agar terjadi komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mualai dari komunikator, pesan, saluran, dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Rincian unsur-unsur tersebut sebagai berikut:

(28)

lain seorang komunikator akan mendapat kepercayaan, apabila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau keahliannya. Faktor heteropily

dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke komunikasi yang tidak efektif. 2. Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi

dapat satu macam, namun lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.

3. Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masing-masing media komunikasi memiliki kelebihan dan kekurangan.

4. Komunikan, pengalaman komunikan merupakan ketentuan utama yang harus

dilaksanakan oleh komunikator dalam berkomunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan, seseorang dapat dan akan menerima pesan jika terdapat empat kondisi secara simultan berikut: (a) komunikan benar-benar

dapat mengerti pesan komunikasi; (b) pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuan; (c) pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusan itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya; dan (d) komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik.

Sumber Informasi Bentuk Komunikasi

Bentuk komunikasi dapat dilihat dari dua hal, yaitu: arah dan interaksi. Wenburg dan Wilmot dalam Mulyana (2007) mengkategorikan definisi-definisi bentuk komunikasi dalam tiga konseptual, meliputi:

(29)

seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap sebagai suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhankomunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.

2. Komunikasi sebagai interaksi yaitu sebuah pandangan yang menyertakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal maupun nonverbal, seorang penerima beraksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan-balik dari orang kedua dan begitu seterusnya.

3. Komunikasi sebagai transaksi yaitu komunikasi diartikan sebagai sebuah proses yang dinamis yang secara berkesinambunganmengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan mentransfer pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal atau

nonverbal.

Hakekat komunikasi adalah mempengaruhi orang lain. Mempengaruhi orang lain merupakan harapan atas perubahan prilaku yang ingin terjadi pada

orang tersebut. Berdasar arus pesan, pengaruh yang diinginkan serta ada tindakannya umpan balik, maka para ahli membuat tipologi pola atau model komunikasi. Applbaum dkk. (1973) dalam Hubies (2010) membedakannya dalam empat tipologi, yaitu (a) one way influence model (model satu arah), (b)

two-way influencemodel (model dua arah), (c) interaction influencemodel

(model pengarah interaksi), dan (d) transaksional influencemodel (model pengaruh transaksional). Tubbs dan Moss (2000) serta De Vito (1997), membedakannya ke dalam tiga tipologi, yakni: linier, interaksional dan transaksional.

Interaksi

(30)

interaksi. Komunikasi adalah kendaraan atau alat yang digunakan untuk bertingkah laku dan untuk memahami serta memberi makna terhadap segala sesuatu di sekitar kita (Morissan dan Wardhany, 2009).

Goldberg dan Larson (2006) bahwa interaksi adalah komunikasi antar pribadi, interaksi mencakup penyampaian maksud dari pemikiran seorang pemikir ke orang yang lain baik secara sengaja maupun tidak. Proses komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi, menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi (Vardiansyah, 2004). Mulyana (2007) menjelaskan bahwa komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian yang memiliki respons atau umpan-balik.

Berinteraksi membutuhkan kontak satu sama lain dan juga komunikasi antarorang yang melakukan kontak (Suharman 2010). Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), interaksi merupakan proses saling mempengaruhi dan bersifat timbal-balik dari suatu tindakan berbagai individu atau kelompok tani, biasanya digabungkan dengan komunikasi. Interaksi sosial dapat berupa interaksi

timbal-balik atau satu arah (kerjasama) dan perselisihan. Bungin (2009) mengatakan bahwa kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama lainnya, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama

yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut.

Interaksi sosial adalah titik awal berlangsungnya suatu peristiwa sosial merupakan merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Kata sosial menyatakan bahwa lebih dari seorang yang terlibat dan interaksi berarti bahwa terjadi saling mempengaruhi satu sama lain. (Gillin dan Gillin1954 dalam

Sumarti 2003). Adapun bentuk interaksi sosial tersebut menurut Soekanto (2007) dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Fisher(1986)

(31)

Pesan Jenis Pesan

Steve King (1975) dalam Fisher (1986) menganggap pesan sebagai suatu bentuk yang disandi, yang tersirat di dalamnya pengaruh sosial. Sedangkan Widjaja (1986) mengemukakan bahwa pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator, pesan itu mempunyai inti pesan atau tema yang sebenarnya menjadi pengarah didalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Berlo (1960) mengartikan isi pesan sebagai materi dalam pesan yang telah diseleksi oleh sumber untuk mengekpresikan tujuannya berkomunikasi. Isi pesan meliputi pernyataan-pernyaan yang dibuat dan informasi yang disajikan sumber, kesimpulan atau informasi yang dibuat orang serta penilaian seseorang terhadap suatu pesan.

Pesan dapat secara panjang dan lebar mengupas berbagai segi namun inti pesan dari komunikasi selalu mengarah pada tujuan akhir dari komunikasi. Penyampaian pesan melalui lisan, face to face, langsung, menggunakan media dan saluran. Isi pesan bersifat informatif, persuasif, koersif. Pesan yang mengena

harus memenuhi syarat yaitu : umum, jelas dan gamblang, bahasa yang jelas, positif, seimbang, penyesuaian dengan keinginan komunikan. Hambatan-hambatan pesan terdiri dari Hambatan-hambatan bahasa dan teknis.Menurut Tasmara

(1997) pesan-pesan akan sangat dipengaruhi oleh: 1. Kemampuan menerima dari komunikan

2. Proses pengaruh-mempengaruhi, bertambah intensif suatu interaksi sosial, bertambah kaya pula

3. Daya tanggap (interpretasi) dari komunikan dalam menerima suatu pesan komunikasi sangat ditentukan oleh situasi dirinya serta keterikatannya dengan norma-norma dimana dia hidup sebagai anggota kelompok tertentu.

(32)

Bahasa Pesan

Menurut Saussure dalam Littelejohn dan Foss (2009) membuat sebuah pembeda penting antara bahasa formal, yang disebut dengan langgue, dan kegunaan bahasa sebelumnya dalam komunikasi, yang ia sebut sebagai parole. Kedua istilah Prancis ini dapat disamakan seperti dalam bahasa Inggris bahasa dan pengucapan. Bahasa (langue) adalah sebuah sistem baku yang dapat dianalisis terpisah dari kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengucapan (parole) adalah kegunaan sebenarnya dari bahasa untuk mencapai tujuan. Pelaku komunikasi tidak menciptakan peraturan bahasa. Peraturan ini berfungsi melalui priode waktu yang lama dan “dianugrahkan” kepada kita saat bersosialisasi dalam sebuah komunikasi bahasa.

Berlo (1960) mengartikan kode pesan sebagai setiap kelompok simbol-simbol yang dapat distrukturkan dengan cara tertentu sehingga bermakna bagi sejumlah orang. Bahasa adalah kode pesan yang utama dalam komunikasi antar pribadi. Setiap kode bahasa memiliki sekelompok elemen seperti kosakata dan prosedur untuk mengombinasikan elemen-elemen tersebut sehingga bermakna.

Sebagaimana diketahui keefektivan komunikasi akan ditentukan oleh kemampuan dalam memilih: (a) kode atau bahasa yang akan digunakan, (b) elemen-elemen apa yang akan digunakan, serta (c) metode apa yang akan

dipakai dalam menstrukturkan elemen-eleman apa yang telah dipilih.

Saluran

Komunikasi Antar Pribadi

DeVito (1997) menjelaskan bahwa definisi komunikasi antar pribadi dibagi atas tiga rancangan utama yaitu:

(33)

2. Definisi berdasarkan hubungan diadik, komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

3. Definisi berdasarkan pengembangan, komunikasi antar pribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan suatu komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.

Sendjaja (2007) mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon atau surat menyurat.

Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah pertemuan dalam jumlah tertentu. Kemungkinan adanya umpan balik menjadi terbatas, namun antara individu

dapat saling berinteraksi. Misal pada pertemuan kelompok tani, kunjungan kelompok ke lokasi demonstrasi plot (demplot), study tour kelahan lokasi petani lain. Pendapat Santucci (2005), suatu kelompok dapat terdiri dari 15 sampai 20

orang. Bila partisipasi lebih dari jumlah tersebut, akan ada masalah komunikasi. Misal beberapa orang tidak berpartisipasi sepenuhnya dan umpan balik dari individu akan mengalami distorsi. Robbins (2002) menjelaskan bahwa komunikasi berfungsi mengendalikan perilaku anggotanya, memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan, sebagai jalan untuk menyatakan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial dan komunikasi memberikan informasi bagi perseorangan atau kelompok untuk membuat keputusan menyertakan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan. Dapat dikatakan bahwa komunikasi mempunyai empat fungsi utama dalam sebuah kelompok yaitu fungsi kendali, motivasi, pernyataan emosi dan informasi.

(34)

komunikasi kelompok selain menfokuskan pada interaksi antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil, komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar pribadi.Pada dasarnya kelompok itu lahir dari suatu kondisi sosial tertentu yang menimbulkan motivasi bagi beberapa orang yang mempunyai kesamaan identitas untuk berinteraksi dan melakukan sesuatu untuk kepentingan mereka bersama dalam rangka usaha untuk mewujudkan harapan, tujuan atau kehendak bersama.

Komunikasi Bermedia

Komunikasi bermedia yaitu komunikasi dalam bentuk tercetak dan elektronik Berlo (1960). Tercetak adalah koran perdesaan, majalah, brosur, buku, poster. Elektronik adalah radio, televisi, internet. Komunikasi bermedia mempunyai potensi menyebarkan informasi dengan cepat. Konteks mekanisme yang berpasangan sangat relevan dalam berkomunikasi bermedia. Sumber tidak mungkin mengirim pesan dengan berbicara melalui telepon kepada penerima yang tidak memiliki pesawat telepon. Baik sebagai sumber dan penerima, tidak

mungkin berkomunikasi melalui surat elektronik (e-mail) jika tidak memiliki komputer atau laptop dengan fasilitas internet. Hanya mereka yang sama-sama memiliki akses internet yang dapat berkomunikasi.

Media komunikasi adalah alat untuk membantu menggabungkan saluran komunikasi yang berbeda dalam “transportasi” sinyal teks, visual, audio, sentuhan dan penciuman. Media komunikasi dapat dibagi ke dalam tiga kelas utama yaitu media massa konvensional (jurnal, brosur, buku, manual), media antar personal (diskusi ataupertemuan kelompok dan diskusi ataupertemuan bilateral termasuk konversasi telpon) dan media hibrida (Leeuwis, 2009).

Penerima Informasi Persepsi

(35)

individu kemudian diorganisasikan dan diintepretasikan, sehingga individumenyadari atau mengerti tentang apa yang diindera tersebut. Robbins (2002) juga menambahkan bahwa tujuan dari pengintepretasian atau penafsiran ketika individu mempersepsikan sesuatu adalah agar stimulus itu dapat memberi makna kepada lingkungan mereka. Dengan demikian, persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita tangkap dan mempengaruhi makna yang kita berikan kepada stimulus tersebut ketika mencapai kesadaran.

Individu pada dasarnya menerima bermacam-macam stimulus dari lingkungannya, namun tidak semua stimulus akan ditanggapi atau direspon oleh individu. Individu melakukan proses seleksi stimulus karena individu cenderung hanya akan merespon stimulus yang menarik bagi dirinya. Setiap karakteristik yang membuat seseorang, suatu objek, atau peristiwa menyolok akan meningkatkan kemungkinan bahwa itu akan dipersepsikan. Bahkan, menurut Leavitt (1997), individu cenderung melihat kepada hal-hal yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka, dan mengabaikan hal-hal yang dianggap merugikan atau mengganggu. Keadaan psikologis menjadi sangat

berperan dalam proses intepretasi atau penafsiran terhadap stimulus, sehingga sangat mungkin persepsi seorang individu akan berbeda dengan individu lain, meskipun objek atau stimulusnya sama.

Penafsiran sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif atau kebutuhan, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan harapan Robbins (2002). Proses persepsi melibatkan intepretasi yang mengakibatkan hasil persepsi antara satu orang dengan orang lain sifatnya berbeda (individualistik).

(36)

Kepercayaan (Trust)

Luhmann (1979) mengatakan bahwa tidakakan ada masyarakat tanpa kepercayaan, karena kepercayaan adalah fakta mendasar dari kehidupan sosial. Menurut Luhmann, fungsi dari kepercayaan adalah untuk mereduksikompleksitas. Penghilangan atas kompleksitas adalah hal yang tidak mungkin,namun kita dapat mereduksinya. Kepercayaan mensyaratkan situasi risiko. Kepercayaan mengacu pada orientasi masa depan, namun tetap membutuhkanhistorisitas masa lalu. Kepercayaandengan begitu tetap membutuhkan familiarity sebagaipra-kondisi. Keduanya merupakan cara yang saling melengkapi untuk menyerapkompleksitas dan terhubung satu sama lain.

Efektivitas Komunikasi

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapai keberhasilan yang telah ditetapkan. Menurut Sugandha (1988) prinsip efektif itu adalah kemampuan untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir melalui kerja sama orang-orang dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada seefisien mungkin.

Komunikasi dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang

dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan.

(37)

Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi yang efektif, yaitu: pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

1. Pemahaman arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator), dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.

2. Kesenangan komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, adakalanya komunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagian bersama.

3. Mempengaruhi sikap tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dapat dikatakan bahwa kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan

kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.

4. Memperbaiki hubungan komunikasi yang dilakukan dalam suasana

psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja mengubah makna.

5. Tindakan mendorong orang lain untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui, tindakan merupakan feed back komunikasi paling tinggi yang diharapkan pemberi pesan.

(38)

baik dalan konteks fisik atauruang dan waktu, serta diharapkan dari proses komunikasi tersebut muncul efek komunikasi.

Menurut Wilbur Schramm yang dikutip Effendy (2000) menampilkan apa yang ia sebut the condition of success in communication, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita hendaki :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan

beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Menurut Vardiansyah (2004), efek komunikasi adalah salah satu elemen

komunikasi yang penting untuk mengetahui berhasil atau tidaknya komunikasi. Pesan yang sampai pada komunikan menimbulkan dampak (efek), sehingga persoalan utama dalam komunikasi efektif adalah sejauh mana tujuan

komunikasi komunikator terwujud dalam diri komunikannya:

1. Apabila hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang diharapkan dikatakan bahwa komunikasi berlangsung efektif.

2. Apabila hasil yang didapatkan lebih besar dari tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi berlangsung sangat efektif.

3. Apabila hasil yang didapatkan lebih kecil daripada tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komunikasi tidak atau kurang efektif.

(39)

kepemilikan lahan, pendapatan keluarga, peran fasilitator dan partisipasi anggota dalam kelompok. Hal senada juga dikemukakan oleh Manjar (2002), bahwa karakteristik pengurus program (dalam hal jenis kelamin, pendidikan formal, jenis pekerjaan, pendapatan) cukup potensial untuk mengkomunikasikan program secara efektif dan hasil penelitiannya juga menyatakan faktor wilayah mempengaruhi efektivitas komunikasi.

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat adalah bagian kegiatan Peningkatan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang bertujuan meningkatkan kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi atau pemasaran dan cadangan pangan)dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan. Menurut panduan umum

kegiatan P-LDPM dibiayai melalui APBN TA 2010 dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung kepada rekening Gapoktan.

Tujuan dari penyaluran dana Bansos untuk pelaksanaan kegiatan P-LDPM

adalah:

1. Memperkuat modal usaha Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi atau pemasaran dan cadangan pangan) untuk dapat mengembangkan sarana penyimpanan, melakukan pembelian hasil produksi petani anggotanya, dan tersedianya cadangan pangan disaat menghadapi musim paceklik serta tercapainya stabilisasi harga pangan di tingkat petani saat panen raya;

(40)

3. Memperluas jejaring kerja sama pemasaran yang saling menguntungkan dengan mitra usaha di dalam maupun di luar wilayahnya.

Sasaran dari pengguna Pedoman Teknis Kegiatan P-LDPM tahun 2011 adalah Aparat Provinsi dan Kabupaten atau Kota, Tim Pembina Provinsi, Tim Teknis Kabupaten atauKota, yang akan melaksanakan kegiatan P-LDPM tahun 2011 dan PPL yang akan melakukan pembinaanterhadap Gapoktan tahap Penumbuhan, Pengembangan, dan Kemandirian. Sedangkan sasaran kegiatan P-LDPM tahun 2011 secara nasional adalah (a) Gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung; (b) Gapoktan yang memiliki unit usaha distribusi atau pemasaran atau pengolahan dan unit pengelola cadangan pangan; (c) Gapoktan yang memiliki lahan sendiri untuk membangun sarana penyimpanan (gudang).

Beberapa indikator pada panduan umum kegiatan P-LDPM, kinerjayang digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan P-LDPM tahun 2010 antara lain :

1. Indikator Masukan (Input):

a. Dana Bansos tahun anggaran 2010 bagi 204 Gapoktan;

b. Terseleksinya PPLyang berada di wilayah Gapoktan binaan; c. Terseleksinya Gapoktan.

2. Indikator Keluaran (Output):

a. Tersalurkannya dana bansos diGapoktan sasaran;

b. Tersedianya gudang dan cadangan pangan milikGapoktan sasaran;

c. Tersedianya dana bansos diGapoktanuntuk disalurkan ke unit-unit usaha Gapoktan yang digunakan untuk pembelian dan pengadaan cadangan pangan .

3. Indikator Hasil (Outcome):

a. Tersedianya cadangan pangan (gabah atau beras, dan/atau jagung, dan/atau pangan pokok lokal spesifik lainnya) digudang milik Gapoktan;

b. Meningkatnya volume pembelian-penjualan gabah atau beras, di unit usaha distribusi atau pemasaran minimal 2 kali putaran.

(41)

mengatakan bahwa “Pemerintah dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka mengendalikan harga pangan untuk mencegah dan atau atau menanggulangi gejolak harga pangan tertentu yang dapat merugikan ketahanan pangan”.

Undang-Undang tersebut juga telah dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (pasal 12 ayat 1 dan 2) yang menegaskan bahwa: (a) “Pengendalian harga pangan tertentu yang bersifat pokok di tingkat masyarakat diselenggarakan untuk menghindari terjadinya gejolak harga pangan yang mengakibatkan keresahan masyarakat, dan/atau paceklik yang berkepanjangan”; dan (b) “Pengendalian harga dapat dilakukan melalui pengaturan dan pengelolaan pasokan pangan dan pengaturan kelancaran distribusi pangan.”

Mengingat sering terjadinya gejolak harga pangan disaat panen raya maka Gapoktan yang merupakan wadah dari Poktan dan petani wajib untuk membantu mendistribusikan atau memasarkan produksi anggotanya secara berkelompok untuk dapat memenuhi skala ekonomi sehingga memudahkan dalam

halpengangkutan, pengolahan, penyimpanan, dan pemasaran dimana pada akhirnya dapat memberikan harga serta keuntungan yang layak. Agar perputaran usaha pembelian-penjualan gabah atau beras dan/atau jagung meningkat maka

Gapoktan perlu mendorong unit usahanya untuk mengelola kegiatannya secara komersial dengan mengembangkan jejaring pemasaran dengan mitranya baik di dalam maupun di luar wilayahnya.

(42)

mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan cadangan pangan masyarakat yang dilakukan secara mandiri serta sesuai dengan kemampuan masing-masing.” Selanjutnya pasal 14 menegaskan bahwa “Masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya dalam mewujudkan ketahanan pangan, dimana peran masyarakat dapat berupa: (a) melaksanakan produksi, perdagangan, distribusi dan konsumsi pangan; (b) menyelenggarakan cadangan pangan masyarakat; dan (c) melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah pangan.”

Gabungan Kelompok Tani

Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam menjalankan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi organisasi petani yang kuat dan mandiri. Kelompok tani yang berkembang bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan). Penggabungan kelompok tani ke dalam Gapoktandilakukan agar kelompok tani

dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna, dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usahatani ke sektor hulu dan hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar, dan

penggabungan dalamGapoktan terutama dapat dilakukan oleh kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan yang sama secara kooperatif (Deptan, 2002).

Gapoktan merupakan suatu kelembagaan milik petani yang menurut Warsana (2009) adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Gapoktan merupakan Wadah Kerjasama Antar Kelompok tani-nelayan (WKAK) yaitu kumpulan dari beberapa kelompok tani nelayan yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas usahatani tertentu untuk menggalang kepentingan bersama.

(43)

sistem dan usaha agribisnismemerlukan penguatan kelembagaan baik kelembagaan petani, maupunkelembagaan usaha dengan pemerintah berfungsi sesuai dengan perannyamasing-masing. Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkankepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang dari masyarakatitu sendiri.

Kelembagaan petani merupakan wadah bagi para petani untuk dapat menyalurkan aspirasi petani dalam hal kepemilikan modal, kemampuan dan keterampilan berusahatani. Kelembagaan juga merupakan wadah untuk menumbuhkan tindakan kolektif di tingkat lokal sehingga mampu menciptakan perubahan arah struktur ekonomi perdesaan (subsisten menjadi ekonomi industri). Kinerja kelembagaan merupakan kemampuan suatu lembaga untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan menghasilkan

output yang sesuai dengan tujuan dan relevan dengan kebutuhan pengguna (Syahyuti, 2003).

Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha (Permentan

No: 273/Kpts/OT.160/4/2007).Poktan adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk bekerjasama dalam meningkatkan,

mengembangkan produktivitas usahatani, memanfaatkan sumber daya pertanian, mendistribusikan hasil produksinyadan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

(44)

dibentuk atas keinginan, kebutuhan, dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapatmengolah atau menggiling atau mengepak atau menyimpangabah/beras/jagung hasil produksi petani anggotanya sehingga mampumeningkatkan nilai tambah produk petani. Unit pengelola cadangan pangan adalah unit pengelolaan cadangan pangan yang dibentuk atas keinginan, kebutuhan dan kesepakatan dari anggota Gapoktan untuk dapat menyimpan pangan dalam jumlah yang cukup bagi anggotanya sehingga mampu mendekatkan akses pangan sepanjang waktu khususnya saat menghadapi musim paceklik.

Kelembagaan petani merupakan wadah bagi para petani untuk dapat menyalurkan aspirasi petani dalam hal kepemilikan modal, kemampuan dan keterampilan berusaha tani. Kelembagaan merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan dan pengembangan pertanian disuatu daerah dimana keberhasilan pembangunan pertanian juga ditunjang oleh kelompok tani dan sistem kelembagaan yang ada, sesuai dengan fungsi dan tugasnya (BKP, 2010). Kelembagaan juga merupakan wadah untuk menumbuhkan tindakan

kolektif di tingkat lokal sehingga mampu menciptakan perubahan arah struktur ekonomi perdesaan (subsisten menjadi ekonomi indusri). Kinerja kelembagaan merupakan kemampuan suatu lembaga untuk menggunakan sumber daya yang

dimiliki secara efisien dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan dan relevan dengan kebutuhan pengguna (Syahyuti, 2003).

(45)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Gapoktan merupakan sasaran kelembagaan tani sebagai pelaksana kegiatan P-LDPM dalam hal pengolahan bantuan modal usaha dan pengelola program secara keseluruhan. Peran dan kemampuan Gapoktan sangat menentukan dalam pelaksanaan dan keberhasilan program. Gapoktan adalah suatu kelembagaan milik petani yang terdiri dari kumpulan beberapa kelompok tani merupakan wadah kerjasama antarkelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu, sehingga komunikasi yang efektif sangat diperlukan baik komunikasi di dalam kelompok itu sendiri maupun komunikasi yang terjalin dengan pihak luar seperti komunikasi dengan PPL. Dengan komunikasi yang efektif orang dapat diajak, dibimbing dan diarahkan sehingga Gapoktan dapat mengenali potensinya sendiri sehingga menjadi suatu asosiasi kelompok yang mandiri.

Kemampuan Gapoktan menjalankankegiatan P-LDPM dan mengimplementasikan kegiatan agar tepat sasaran sangat dipengaruhi dari proses

komunikasi seperti sumber, pesan, saluran dan anggota Gapoktan. Dalam penelitian ini ingin melihat efektivitas komunikasi yang terjadi di dalam Gapoktan Maju Bersama dalam kegiatan P-LDPMDesa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur yang dapat mempengaruhi peran dan kemampuannya sebagai lembaga pelaksana kegiatan P-LDPM.

Penelitian melihat komunikasi dalam Gapoktan: 1) sumber pesan yang meliputi bentuk komunikasi yang dilakukan dalam gapoktan dan intensitas interaksi sumber denga anggota, 2) pesan meliputi tingkat pemahaman pesan yang disampaikan dan tingkat bahasa yang digunakan dalam penyampaian kegiatan, 3) saluran komuikasi meliputi tingkat komunikasi antar pribadi, tingkat komunikasi kelompok dan tingkat komunikasi yang menggunakan media, 4) serta penerima informasi meliputi persepsi mengenai kegiatan P-LDPM, tingkat kepercayaan anggota. Bentuk komunikasi Gapoktan yang diduga berhubungan dengan efektivitas komunikasi dalam mengimplementasi kegiatan P-LDPM. Efektivitas komunikasi Gapoktan diukur dengan melihat aspek tingkat pengetahuan, tingkat afektif dan tingkat perilaku. Perubahan perilaku terlihat dari adanya musyawarah

(46)

pembelian-UNSUR KOMUNIKASI

penyimpanan-pengolahan-pemasaran sesuai rencana, kebutuhan anggota, dan kebutuhan pasar, serta mempunyai nilai tambah bagi khususnya unit usaha Gapoktan yang mengelolanya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara sederhana alur penelitian tentang efektivitas komunikasi kegiatan P-LDPM pada GapoktanMaju Bersama Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timurtersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian inisebagai berikut:

1. Sumber informasi berhubungan nyata efektivitas komunikasi dalam kegiatan P-LDPM.

2. Jenis pesan berhubungan nyata efektivitas komunikasi dalam kegiatan P-LDPM.

(47)
(48)
(49)

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai penelitian survaiyang difokuskan pada kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM)di Desa Bumiharjo. Desa ini merupakan salah satu daerah penghasil padi terbesar di Provinsi Lampung. Menurut Singarimbun dan Effendy (2006), desain penelitian survai adalah penelitian yang mengambil contoh dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Data yang terkumpul meliputi data primer dan sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumiharjo Kecamatan Batanghari

Kabupaten Lampung Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan lokasi karena Desa Bumiharjo adalah salah satu daerah penghasil padi terbesar di wilayah Lampung dan di desa ini terdapat Gapoktan Maju Bersama yang menjalankan kegiatan P-LDPM sejak tahun 2010 dan masih berjalan sampai saat ini. Pelaksanaan penelitian diawali dari pengumpulan data primer, penyebaran kuesioner dan wawancara secara langsung dengan cara pengamatan lapangan yang dilaksanakan selama bulan April sampai dengan Juni 2012.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan, 2004). Populasi penelitian dipilih secara sengaja yang didasarkan pada tujuan penelitian, sehingga populasi dalam penelitian adalah seluruh petani yang tergabung dalam Gapoktan Maju Bersama berjumlah 830 petani yang berpartisipasi dalam kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM).

(50)

mereka ikut serta dalam kegiatan. Menurut Arikunto (1998) bahwa apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga hasil penelitian populasi. Selanjutnya jika subyek lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10 sampai 15 persen atau20 sampai 25 persen atau lebih.Berdasarkan hal tersebut dan kemampuan peneliti dari aspek dana, waktu, kesempatan maupun tenaga, maka untuk keperluan penelitian, penarikan sampel diambil sebesar 10 persen dari sub-populasi agar dapat mewakili sub-populasinya, jadi sampel penelitian ini berjumlah 83 petani yang mengetahui kegiatan P-LDPM tersebut.

Data dan Instumen

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diambilberasal dari peubah utama yang diteliti berupa faktor karakteristik Gapoktan, komunikasi Gapoktan, dan efektivitas komunikasiGapoktan yang diperoleh langsung lewat responden dengan menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner. Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan terkait dengan keadaan umum, data pendukung atau potensi

aktual mengenai kondisi geografis ataupun data tentang kondisi suatu Gapoktan yang bisa diperoleh dari pihak-pihak atau lembaga terkait seperti Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP-PP) Desa Bumiharjo

Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, aparat Kantor Kepala Desa danpihak-pihak lembaga terkait lainnya.

Teknik Pengumpulan Data

(51)

sekunder.(c) observasi yaitu bentuk pengumpulan data melalui pengamatan langsung di lapangan dengan melihat secara langsung kenyataan sebagaimana apa adanya yang terjadi di masyarakat.

Definisi Operasional

Indikator dan parameter dituangkan dalam definisi operasional, kemudian dikembangkan dalam bentuk daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai acuan atau instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner dan wawancara dengan responden.

Peubah-peubah penelitian didefinisikan secara operasional sebagai berikut: 1. Unsur komunikasi adalah komunikasi yang dilakukan oleh sesama anggota

dan pengurus Gapoktan yang diukur dengan indikator sumber informasi, pesan, saluran dan penerima informasi.

2. Sumber informasi adalah siapa dan bagaimana informasi disampaikan meliputi bentuk komunikasi dan internsitas interaksi yang dilakukan pengurus Gapoktan Maju Bersama dan PPL.

3. Bentuk komunikasi adalah bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh

pengurus Gapoktan dan pendamping lapangan dalam mensosialisasikan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM). Bentuk komunikasi itu dilihat dari mana petani mengetahui berbagai kegiatan

P-LDPM, bagaimana cara menyampaikan kegiatan P-LDPM, apakah dalam penyampaian kegiatan terjadi tanya jawab, apakah petani dapat bertanya ketika sosialisasi, dan apakah petani bertanya ketika sosialisasi. Atas dasar itu,bentuk komunikasi yang dilakukan oleh pengurus Gapoktan dan pendamping lapangan dapat diperoleh secara jelas dan berguna bagi penelitian ilmiah, dengan skala ordinal 1) tidak pernah, 2) kadang-kadang, 3) selalu.

Gambar

Gambar 1.  UNSUR KOMUNIKASI
Tabel 1.Jumlah dan Persentase Berdasarkan Status Kepemilikan Tanah di Desa
Tabel 17.Jumlah Produk dan Persentase Berdasarkan Jenis Buah-buahan di Desa
Tabel 19. Nilai, Harga dan Volume Pembelian untuk Pembangunan Gudang
+7

Referensi

Dokumen terkait

PV of any stream of cash flows equals the sum of PV of each cash flow as long cash flows are indexed at the same point in time. PV of ordinary

[r]

Assessment of water quality of the ex-sand mining sites in Pasir Sakti Sub-District, East Lampung for tilapia (Oreochromis niloticus)

The results of this study indicate that the accountability of the recruitment of sub-district social welfare personnel in the context of the effectiveness of the

Peningkatan jumlah konsentrasi amilum jagung pregelatinasi sebagai bahan pengikat tablet vitamin E menunjukkan penurunan nilai kerapuhan, peningkatan kekerasan tablet,

The research to Effectiveness of Management of Village Fund Allocation in Tanjung Morawa A Village, Tanjung Morawa District, Deli Serdang Regency. Allocation of

Sistem Informasi Pemesanan..., Oryza Luqman Adam, Fakultas Teknik Dan Sains UMP,

Penelitian ini memerlukan partisipasi dari para Manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah, dan manajer tingkat bawah Perusahaan Manufaktur berskala