UPAYA POLSEKTA MEDAN BARU DALAM
MENCEGAH DAN MENANGGULANGI
KENAKALAN GENG MOTOR
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
SARIYONO
NIM : 080200423
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
UPAYA POLSEKTA MEDAN BARU DALAM
MENCEGAH DAN MENANGGULANGI
KENAKALAN GENG MOTOR
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
SARIYONO
NIM : 080200423
Disetujui oleh:
Ketua Departemen Hukum Pidana
Dr. M. Hamdan, SH, MH
Pembimbing I
Liza Erwina, SH, M.Hum
Pembimbing II
Nurmalawaty, SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat
Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
berjudul “Upaya Polsekta Medan Baru Dalam Mencegah dan Menanggulangi
Kenakalan Geng Motor”.
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima-kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Dr. M. Hamdan, SH, MH, sebagai Ketua Departemen Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Liza Erwina, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I Penulis.
4. Ibu Nurmalawaty, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta semua unsur staf administrasi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
6. Rekan-rekan se-almamater di Fakultas Hukum khususnya dan Umumnya
7. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terima-kasih yang tiada
terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda serta Isteri dan ananda tersayang,
semoga kebersamaan yang kita jalani ini tetap menyertai kita selamanya.
8. Demikianlah penulis niatkan, semoga tulisan ilmiah penulis ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2012
Penulis
SARIYONO
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAKSI ... v
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 4
D. Keaslian Penulisan ... 5
E. Tinjauan Kepustakaan ... 5
1. Geng Motor ... 5
2. Pengertian Kepolisian ... 7
F. Metodologi Penulisan ... 8
G. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KENAKALAN GENG MOTOR ... 12
A. Klasifikasi Dan Tipe Kenakalan Remaja ... 12
B. Perkembangan Kenakalan Remaja ... 20
BAB III KENDALA-KENDALA POLSEKTA MEDAN BARU
DALAM MENCEGAH KENAKALAN GENG MOTOR ... 44
A. Kualitas Generasi Muda Dewasa Ini ... 44
B. Pengaruh Keluarga Terhadap Kemunculan Kenakan Remaja ... 48
C. Kendala-Kendala Polsekta Medan Baru Dalam Mencegah Kenakalan Geng Motor ... 54
BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH POLSEKTA MEDAN BARU DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI KENAKALAN GENG MOTOR ... 59
A. Pola Pembinaan Terhadap Anak ... 59
B. Penanggulangan Kenakalan Remaja ... 61
C. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Polsekta Medan Baru Dalam Mencegah Dan Menanggulangi Kenakalan Geng Motor ... 65
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
ABSTRAK
Sariyono*
Liza Erwina, SH., M.Hum** Nurmalawaty, SH., M.Hum***
Beragam kekerasan sering dimunculkan oleh geng motor, mulai dari tindakan penganiayaan, perampokan, pembunuhan sampai dengan terjadinya peperangan antar geng motor. Masyarakat pun banyak yang mencemaskan atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh geng motor ini, karena mayoritas pelaku yang ikut dalam tindak kekerasan yang dilakukan geng motor didominasi oleh kalangan remaja yang masih berstatus pelajar. Berbagai upaya tindak pencegahan juga kerap dilakukan oleh aparat kepolisian dalam mengantisipasi kasus kekerasan yang dilakukan oleh geng motor supaya tindakan kekerasan tersebut tidak berkelanjutan terus menerus. Berbagai upaya penanggulangan kekerasan geng motor yang dilakukan semua pihak terkait baik aparatur negara, lembaga sosial dan masyarakat sekitar memulainya dari razia di sekolah, penyuluhan, memberikan pengertian kepada para orang tua untuk mengawasi perilaku anak anaknya supaya tidak ikut terjerumus dalam kelompok geng motor.
Permasalahan yang diajukan adalah Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan geng motor, apakah kendala-kendala Polsekta Medan Baru dalam mencegah kenakalan geng motor dan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh Polsekta Medan Baru dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan geng motor. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan di Polsekta Medan Baru. Analisis yang dipakai adalah analisis juridis empiris.
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan geng motor adalah mencakup dua faktor utama. Faktor tersebut adalah faktor internal sipelaku dan faktor eksternal dari si pelaku. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal datang dari luar individu tetapi sangat mempengaruhi pola perilaku individu. Kendala-kendala Polsekta Medan Baru dalam mencegah kenakalan geng motor adalah pelakunya adalah anak dan masih berada di bawah umur, kecepatan berpindah geng motor antara satu tempat dengan tempat yang lain, jumlah anggota kepolisian kurang sepadan dengan jumlah geng motor, adanya arogansi masyarakat yang mencoba menggangu geng motor, tidak diketahui identitas para anggota geng motor dan aktivitas geng motor yang dilakukan dilakukan di malam hari. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Polsekta Medan Baru dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan geng motor adalah memberikan penyuluhan kepada anak-anak sekolah setiap hari Senin dan melakukan pengamanan merupakan prepentif (pembinaan).
* Mahasiswa Program Kekhususan Polri Fak. Hukum USU ** Pembimbing I, Staf Pengajar Fak. Hukum USU
ABSTRAK
Sariyono*
Liza Erwina, SH., M.Hum** Nurmalawaty, SH., M.Hum***
Beragam kekerasan sering dimunculkan oleh geng motor, mulai dari tindakan penganiayaan, perampokan, pembunuhan sampai dengan terjadinya peperangan antar geng motor. Masyarakat pun banyak yang mencemaskan atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh geng motor ini, karena mayoritas pelaku yang ikut dalam tindak kekerasan yang dilakukan geng motor didominasi oleh kalangan remaja yang masih berstatus pelajar. Berbagai upaya tindak pencegahan juga kerap dilakukan oleh aparat kepolisian dalam mengantisipasi kasus kekerasan yang dilakukan oleh geng motor supaya tindakan kekerasan tersebut tidak berkelanjutan terus menerus. Berbagai upaya penanggulangan kekerasan geng motor yang dilakukan semua pihak terkait baik aparatur negara, lembaga sosial dan masyarakat sekitar memulainya dari razia di sekolah, penyuluhan, memberikan pengertian kepada para orang tua untuk mengawasi perilaku anak anaknya supaya tidak ikut terjerumus dalam kelompok geng motor.
Permasalahan yang diajukan adalah Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan geng motor, apakah kendala-kendala Polsekta Medan Baru dalam mencegah kenakalan geng motor dan bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh Polsekta Medan Baru dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan geng motor. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan di Polsekta Medan Baru. Analisis yang dipakai adalah analisis juridis empiris.
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan geng motor adalah mencakup dua faktor utama. Faktor tersebut adalah faktor internal sipelaku dan faktor eksternal dari si pelaku. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal datang dari luar individu tetapi sangat mempengaruhi pola perilaku individu. Kendala-kendala Polsekta Medan Baru dalam mencegah kenakalan geng motor adalah pelakunya adalah anak dan masih berada di bawah umur, kecepatan berpindah geng motor antara satu tempat dengan tempat yang lain, jumlah anggota kepolisian kurang sepadan dengan jumlah geng motor, adanya arogansi masyarakat yang mencoba menggangu geng motor, tidak diketahui identitas para anggota geng motor dan aktivitas geng motor yang dilakukan dilakukan di malam hari. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Polsekta Medan Baru dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan geng motor adalah memberikan penyuluhan kepada anak-anak sekolah setiap hari Senin dan melakukan pengamanan merupakan prepentif (pembinaan).
* Mahasiswa Program Kekhususan Polri Fak. Hukum USU ** Pembimbing I, Staf Pengajar Fak. Hukum USU
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar
di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng
motor menjadi sajian yang sudah sering masyarakat terima dari berbangai media.
Geng motor dikenal masyarakat sebagai sekelompok orang yang selalu membuat
tindakan brutal dan mengganggu ketentraman masyarakat. Geng motor
berkembang sudah ada sejak dulu, diawali dengan perkumpulan orang yang hobi
atau menyukai terhadap dunia otomotif roda dua, kemudian perkumpulan orang
tersebut mengecil dengan membentuk kelompok kelompok lagi, sehingga terbagi
pada perkumpulan pecinta otomotif sesuai dengan ideologi visi misi yang berbeda.
Dahulu perkembangan geng motor tidak seramai sekarang. Sebelumnya
geng motor hanya berkembang di daerah perkotaan, dalam menjalankan aksinya
tanpa diketahui oleh media, mungkin dulu jika media banyak dan bebas
memberitakan informasi, pemberitaan kekerasan geng motor bisa lebih besar lagi
dari pada sekarang atau sebaliknya.
Pemberitaan yang disajikan oleh media. Geng motor sudah diidentikan
dengan perilaku kegiatan yang bertentangan dengan hukum pada perbuatan yang
sering mengancam ketentraman masyarakat, perilakunya banyak menjurus pada
tindakan kekerasan dan kriminal.
Beragam kekerasan sering dimunculkan oleh geng motor, mulai dari
tindakan penganiayaan, perampokan, penjambretan, pelecehan, pembunuhan
sampai dengan terjadinya peperangan antar geng motor. Masyarakat pun banyak
yang mencemaskan atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh geng motor ini,
karena mayoritas pelaku yang ikut dalam tindak kekerasan yang dilakukan geng
motor didominasi oleh kalangan remaja yang masih berstatus pelajar.
Berbagai upaya tindak pencegahan juga kerap dilakukan oleh aparat
kepolisian dalam mengantisipasi kasus kekerasan yang dilakukan oleh geng motor
supaya tindakan kekerasan tersebut tidak berkelanjutan terus menerus. Berbagai
upaya penanggulangan kekerasan geng motor yang dilakukan semua pihak terkait
baik aparatur negara, lembaga sosial dan masyarakat sekitar memulainya dari razia
di sekolah, penyuluhan, memberikan pengertian kepada para orang tua untuk
mengawasi perilaku anak anaknya supaya tidak ikut terjerumus dalam kelompok
geng motor. Bahkan upaya untuk membubarkan geng motor gencar dilakukan oleh
aparat yang didukung oleh masyarakat agar menghilangkan tindakan kekerasan
yang dilakukan geng motor, dengan menangkap dan mengamankan para anggota
geng motor untuk dilakukan pembinaan dan tindakan hukum agar memberikan
efek jera kepada para anggota geng motor.
Tindakan geng motor tersebut dilakukan pada dasarnya untuk menunjukkan
identitas dan keberadaan suatu geng motor. Selanjutnya tindakan tersebut
bersertaan pula dengan tindakan ingin memiliki hak orang lain seperti kendaraan
bermotor, Handphone dan sejumlah barang lainnya.
Perwujudan geng motor yang didominasi oleh remaja menjelaskan suatu
keadaan bahwa kriminologi memberikan suatu informasi tentang kejahatan geng
memberikan akibat timbulnya keberanian pada diri remaja untuk melakukan
pelanggaran hukum. Selain itu ilmu kriminologi juga dapat memberikan
identifikasi keadaan jiwa remaja yang sedang tumbuh dan berkembang dan
diketahui keberadaannya lalu menuangkannya dalam suatu identifikasi kelompok
geng motor, dimana dengan dan atas nama geng motor tersebut maka para anggota
geng motor dapat berbuat sekehendak hatinya.
Salah satu lembaga penegak hukum yang paling terdepan dalam
penanggulangan kejahatan yang dilakukan oleh geng motor adalah kepolisian.
Kepolisian. Tugas dan wewenang yang diemban oleh kepolisian adalah dalam
rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, sehingga perilaku-perilaku
yang mengakibatkan terganggunya keamanan tersebut seperti geng motor harus
ditanggulangi secara bijaksana oleh Kepolisian.
Kaitan antara tugas kepolisian dengan penanggulangan kejahatan yang
dilakukan oleh geng motor dihadapkan pada suatu benturan hukum itu sendiri
seperti usia para geng motor yang masih anak-anak sehingga dalam menjalankan
tugasnya kepolisian harus mengedepankan fungsi sosial daripada fungsi penegakan
hukum. Artinya kepolisian harus melakukan pembinaan terlebih dahulu dalam
menindak para geng motor daripada tindakan penangkapan dan penahanan.
Kenyataan yang ditemukan ternyata pendekatan yang dilakukan kepolisian
tidak memberikan efek apapun bagi para anggota geng motor. Hal ini dapat dilihat
dari pemberitaan baik itu melalui layar kaca atau media lainnya seperti majalah
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian skripsi ini mengambil judul
“Upaya Polsekta Medan Baru Dalam Mencegah dan Menanggulangi Kenakalan
Geng Motor”.
Permasalahan
Masalah dapat dirumuskan sebagai suatu pernyataan tetapi lebih baik
dengan suatu pertanyaan. Keunggulan menggunakan rumusan masalah dalam
bentuk pertanyaan ini adalah untuk mengontrol hasil dan penelitian.
Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
a. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan geng motor?
b. Apakah kendala-kendala Polsekta Medan Baru dalam mencegah kenakalan
geng motor?
c. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh Polsekta Medan Baru dalam
mencegah dan menanggulangi kenakalan geng motor?
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam skripsi ini adalah, untuk :
1. Untuk mengetahu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan geng
motor.
2. Untuk mengetahu kendala-kendala Polsekta Medan Medan Baru dalam
mencegah kenakalan geng motor.
3. Untuk mengetahu upaya-upaya yang dilakukan oleh Polsekta Medan Baru
Manfaat penelitian didalam pembahasan skripsi ditunjukkan kepada
berbagai pihak terutama:
a. Secara teoritis kajian ini diharapkan memberikan kontribusi penelitian perihal
penanggulangan kejahatan geng motor.
b. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak terkait khususnya
kepolisian dalam melakukan tindakan penanggulangan geng motor.
Keaslian Penulisan
Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Polsekta Medan Baru
Dalam Mencegah dan Menanggulangi Kenakalan Geng Motor” ini merupakan
luapan dari hasil pemikiran penulis sendiri. Penulisan skripsi ini tidak sama dengan
penulisan skripsi lainnya. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.
Tinjauan Kepustakaan
Geng Motor
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, geng berarti sebuah kelompok
atau gerombolan remaja yang dilatarbelakangi oleh persamaan latar sosial, sekolah,
daerah, dan sebagainya. Pelakunya dikenal dengan sebutan gengster. Sebuah kata
yang berasal dari bahasa Inggris, gangster. Gangster atau bandit berarti suatu
anggota dalam sebuah kelompok kriminal (gerombolan) yang terorganisir dan
memiliki kebiasaan urakan dan anti-aturan.1 Geng motor sendiri dilandasi oleh
1
aktivitas kesenangan di atas motor. Umumnya keberadaan mereka ada di setiap
kota besar dan perilakunya telah menjadi penyakit sosial yang akut.2
Perlu digarisbawahi bahwa pengertian geng motor di atas berbeda dengan
pengertian club motor. Pada club motor, aktivitas berkelompok didasari oleh
kesamaan hobi otomotif atau aktivitas sosial yang umumnya terdaftar pada wadah
organisasi otomotif resmi, semisal Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Forum
Persatuan Motor Indonesia (FPMI).3
Benih anggota geng motor adalah remaja atau anak muda usia antara 15
hingga 25 tahun. Dan kaderisasi dilakukan di lingkungan sekolah (SMP dan SMU)
atau daerah-daerah pemukiman yang memiliki jumlah populasi remaja cukup
banyak. Berdasarkan klasifikasi ekonomi, umumnya berkembang pada masyarakat
tingkat menengah dan menengah ke atas, di mana daya beli terhadap kendaraan
roda dua (motor) telah terpenuhi.4
Ajakan untuk bergabung dalam geng motor tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor. Antara lain, pertama, remaja atau pelajar tergiur dengan aktivitas
konvoi yang dilaksanakan seusai waktu belajar sekolah. Kedua, keterpaksaan
bergabung karena ancaman berupa pemukulan dan pemerasan oleh anggota senior
geng motor yang telah ada sebelumnya di sekolah atau daerah pemukiman
tersebut. Ketiga, kefrustasian terhadap keadaan lingkungan keluarga yang tidak
harmonis. Keempat, kebutuhan terhadap eksistensi diri di lingkungan sekolah
maupun lingkungan bermain akibat kondisi psikis yang labil seperti merasa
2
Riana Afriadi, “Perihal Geng Motor dan Penanggulangannya”,
http://harianrian.blogspot.com/2009/09/perihal-geng-motor-dan.html, Diakses tanggal 9 Mei 2012.
3 Ibid. 4
terasing dari lingkungan, merasa kurang pengalaman, canggung di dalam bergaul,
dan agresivitas untuk mencoba sesuatu hal yang dianggap baru, senang, dan unik.5
Kegiatan rutin geng motor tersebut adalah konvoi motor pada sabtu malam
yang bertujuan untuk sweeping atau penyisiran ke lokasi-lokasi yang disinyalir
merupakan kandang atau tempat nongkrong geng motor lainnya yang dianggap
sebagai musuh. Terkadang juga konvoi tersebut dilakukan sepulang sekolah atau
malam di hari-hari yang lain, tetapi bersifat insidentil.
Keberadaan geng motor sebagai kelompok kriminal, tentunya harus
mendapatkan perhatian serius dari semua pihak seperti Kepolisian, Pemerintah
Daerah, lembaga pendidikan, dan orang tua (keluarga).
Pengertian Kepolisian
Secara teoritis pengertian mengenai polisi tidak ditemukan, tetapi
penarikan pengertian polisi dapat dilakukan dari pengertian kepolisian sebagamana
diatur di dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi: “Kepolisian adalah segala
hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan “.
Dari kutipan atas bunyi pasal tersebut maka kita ketahui polisi adalah
sebuah lembaga yang memiliki fungsi dan pelaksanaan tugas sebagaimana yang
ditentukan oleh perundang-undangan.
Di dalam perundang-undangan yang lama yaitu Undang-Undang No. 13
Tahun 1961 ditegaskan bahwa kepolisian negara ialah alat negara penegak hukum.
Tugas inipun kemudian ditegaskan lagi dalam Pasal 30 (4) a Undang-Undang No.
20 Tahun 1982 yaitu Undang-Undang Pertahanan Keamanan Negara, disingkat
Undang-Undang Hankam.
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 yang mencabut
Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 maka Kepolisian ini tergabung di dalam
sebutan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dimana di dalamnya Kepolisian
merupakan bagian dari Angkatan Laut, Angkatan Darat, serta Angkatan Udara.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan bergulirnya era reformasi maka istilah
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia kembali kepada asal mulanya yaitu
Tentara Nasional Indonesia dan keberadaan Kepolisian berdiri secara terpisah
dengan angkatan bersenjata lainnya.
Metodologi Penulisan
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Sifat/materi penelitian
Sifat/materi penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini
adalah deskriptif analisis yang mengarah penelitian hukum yuridis empiris, yaitu
suatu penelitian hukum sosiologis atau penelitian lapangan, maka titik tolak
penelitiannya mempergunakan data primer yaitu data yang didapat langsung dari
masyarakat sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan.6
6
2. Sumber data
Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data penelitian yang didapatkan melalui penelitian
lapangan pada Polsekta Medan Baru. Sumber data sekunder yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai adalah KUHP.
b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang
diteliti.
c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun
kamus umum dan website internet baik itu melalui Google maupun Yahoo.
3. Alat pengumpul data
Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan serta penelitian
lapangan pada Polsekta Medan Baru dengan cara wawancara.
4. Analisis data
Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan,
studi dokumen, dan hasil penelitian lapangan di Polsekta Medan Baru maka hasil
penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya
merupakan pemaparan tentang teori yang dikemukakan, sehingga dari
teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa Bab, dimana dalam bab
terdiri dari unit-unit bab demi bab. Adapun sistematika penulisan ini dibuat dalam
bentuk uraian:
Bab I. Pendahuluan
Dalam Bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti penelitian
pada umumnya yaitu, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan
Kepustakaan, Metode Penulisan serta Sistematika Penulisan.
Bab II. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kenakalan Geng Motor.
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang: Klasifikasi dan
Tipe Kenakalan Remaja, Perkembangan Kenakalan Remaka serta
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kenakalan Geng Motor.
Bab III. Kendala-Kendala Polsekta Medan Baru Dalam Mencegah Kenakalan
Geng Motor
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang: Kualitas
Generasi Muda Dewasa Ini, Pengaruh Keluarga Terhadap Kemunculan
Kenakalan Remaja serta Kendala-Kendala Polsekta Medan Baru
Dalam Mencegah Kenakalan Geng Motor.
Bab IV. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Polsekta Medan Baru Dalam
Mencegah dan Menanggulangi Kenakalan Geng Motor
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan terhadap: Pola
Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Polsekta Medan Baru Dalam
Mencegah dan Menanggulangi Kenakalan Geng Motor.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir dimana akan
BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KENAKALAN GENG MOTOR
Klasifikasi Dan Tipe Kenakalan Remaja
Kenakalan dalam diri seorang anak atau remaja merupakan perkara yang
lazim terjadi. Tidak seorang pun yang tidak melewati tahap / fase negatif ini atau
sama sekali tidak melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya
menimpa beberapa golongan anak atau remaja di suatu daerah tertentu saja.
Dengan kata lain, keadaan ini terjadi di setiap tempat, lapisan dan kawasan
masyarakat.
Bentuk kenakalan anak atau remaja terbagi mengikuti tiga kriteria, yaitu :
“kebetulan, kadang-kadang, dan habitual sebagai kebiasaan, yang menampilkan
tingkat penyesuaian dengan titik patahan yang tinggi, medium dan rendah.
Klasifikasi ilmiah lainnya menggunakan penggolongan tripartite, yaitu :historis,
instinktual, dan mental. Semua itu dapat saling berkombinasi. Misalnya berkenaan
dengan sebab-musabab terjadinya kejahatan instinktual, bisa dilihat dari aspek
keserakahan, agresivitas, seksualitas, kepecahan keluarga dan anomali-anomali
dalam dorongan berkelompok”.7
Klasifikasi ini dilengkapi dengan kondisi mental, dan hasilnya
menampilkan suatu bentuk anak atau remaja yang agresif, serakah, pendek pikir,
sangat emosional dan tidak mampu mengenal nilai-nilai etis serta kecenderungan
Adapun macam dan bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan oleh anak
atau remaja dibedakan menjadi beberapa macam :
Kenakalan biasa.
Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal.
Kenakalan khusus.8
ad. 1. Kenakalan biasa.
Adalah suatu bentuk kenakalan anak atau remaja yang dapat berupa
berbohong, pergi keluar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran,
berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan, membolos dari
sekolah dan lain sebagainya.
ad. 2. Kenakalan yang menjurus pada tindakan Kriminal.
Adalah suatu bentuk kenakalan anak atau remaja yang merupakan perbuatan
pidana, berupa kejahatan yang meliputi : mencuri, mencopet, menodong,
menggugurkan kandungan, memperkosa, membunuh, berjudi, menonton dan
mengedarkan film porno, dan lain sebagainya.
ad. 3. Kenakalan Khusus.
Adalah kenakalan anak atau remaja yang diatur dalam Undang- Undang
Pidana khusus, seperti kejahatan narkotika, psikotropika, pencucian uang
(Money Laundering), kejahatan di internet (Cyber Crime), kejahatan
terhadap HAM dan sebagainya.
Bentuk lain dari kenakalan remaja (juvenile delinquency) ialah berdasarkan ciri kepribadian yang defek, yang mendorong mereka menjadi delinquen.
7
Kartini Kartono, 2003, Patologi Sosial Buku 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, halaman 47.
8
anak muda ini pada umumnya bersifat pendek pikir, sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai-nilai etis, dan cenderung suka menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya. Hati nurani mereka hampir tidak dapat digugah, beku.
Tipe Delinquen menurut struktur kepribadian ini dibagi atas :
Delinquensi terisolir
Delinquensi neurotik
Delinquensi psikopatik
Delinquensi defek mental.9
ad. 1. Delinquensi Terisolir
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinquen;
merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita
kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan oleh dorongan
faktor sebagai berikut:
Kejahatan mereka tidak didorong oleh motifasi kecemasan dan konflik batin yang
tidak dapat diselesaikan, dan motif yang mendalam, akan tetapi lebih banyak
dirangsang oleh keinginan meniru, ingin konform dengan norma gengnya.
biasanya semua kegiatan mereka lakukan bersama-sama dalam bentuk kegiatan
kelompok.
Mereka kebanyakan berasal dari daerah-daerah kota yang transisional sifatnya
memiliki subkultur kriminal. sejak kecil anak melihat adanya geng-geng
kriminal, sampai suatu saat dia ikut menjadi anggota salah satu kelompok geng
tersebut. Di dalam geng ini anak merasa diterima, mendapat kedudukan
dan kebiasaan kelompoknya dengan subkultur kriminal itu, diopernya dengan
serta merta.
Pada umumnya anak delinquen tipe ini berasal dari keluarga berantakan, tidak
harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi. Situasi keluarga
dipenuhi dengan konflik hebat di antara sesama anggota keluarga, dan ada
suasana penolakan oleh orang tua, sehingga anak merasakan disiakan serta
kesepian. Dalam situasi demikian anak tidak pernah merasakan iklim
kehangatan emosional. Kebutuhan elementernya tidak terpenuhi, misalnya,
tidak pernah merasa aman, harga dirinya terasa diinjak, merasa dilupakan dan
ditolak oleh orang tua, dan lain-lain. Pendeknya, anak mengalami banyak
frustasi dalam lingkuang keluarga sendiri, dan mereaksi negatif terhadap
lingkungannya.
Sebagai jalan keluarnya, anak memuaskan semua kebutuhan dasarnya ditengah
lingkungan anak-anak kriminal. Geng delinquen memberikannya alternatif
hidup yang menyenangkan. Mereka akhirnya mengadopsi etik dan kebiasaan
gengnya, dan dipakai sebagai sarana untuk meyakinkan diri sendiri bahwa
dirinya adalah penting, cukup “menonjol” dan berarti. geng tersebut
memberikan pada dirinya perasaan aman, diterima, bahkan mendapatkan
bimbingan untuk menonjolkan egonya.
Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali
mendapatkan supervisi dan latihan disiplin dan teratur. Sebagai akibatnya, anak
tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan banyak dari
mereka kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya lebih peka terhadap
9
pengaruh jahat.
Ringkasnya, delinquensi terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari
lingkungan sosial. Mereka mencari panutan dan sekuritas dari dan di dalam diri
kelompok gengnya. Namun pada usia dewasa, mayoritas anak delinquen tipe
terisolir tadi meninggalkan tingkah laku kriminalnya.
ad. 2. Delinquensi Neurotik10
Pada umumnya anak-anak delinquen tipe ini menderita ganguan kejiwaan
yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman,
merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah dan berdosa, dan
lain-lain. Ciri tingkah laku mereka itu antara lain :
a. Tingkah laku delinquennya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang
sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan
nilai subkultur gengnya yang kriminal itu saja, juga bukan berupa usaha untuk
mendapatkan prestise sosial dan simpati dari luar.
b. Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang
belum terselesaikan, karena itu tindak kejahatan mereka merupakan alat
pelepas bagi rasa ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnyayang jelas
tidak terpikulkan oleh egonya.
c. Biasanya, anak remaja delinquen tipe ini melakukan kejahatan seorang diri,
dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa lalu
membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.
d. Anak delinquen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah, yaitu
10
dari lingkungan konvensional yang cukup baik kondisi sosila ekonominya.
Namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan
emosional yang parah, dan orang tuanya biasanya juga neurotik atau psikotik.
e. Anak delinquen neurotik ini memiliki ego yang lemah, dan ada kecenderungan
untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa dan anak-anak remaja
lainnya.
f. Motivasi kejahatan mereka berbeda-beda. Misalnya, para penyundut api
(pyromania, suka membakar) didorong oleh nafsu ekshibisionistis, anakanak
yang suka membongkar melakukan pembongkaran didorong oleh keinginan
melepaskan nafsu seks, dan lain-lain.
g. Perilakunya memperlihatkan kualitas kompulsif (paksaan). Kualitas
sedemikian ini tidak terdapat pada tipe delinquen terisolir. Anak-anak dan
orang muda tukang bakar, para peledak dinamit dan bom waktu, penjahat seks,
dan pecandu narkotika dimasukkan dalam kelompok tipe neurotik ini.
Oleh karena perubahan tingkah laku anak-anak delinquen neurotik ini
berlangsung atas dasar konflik jiwani yang serius atau mendalam sekali, maka
mereka akan terus melanjutkan tingkah laku kejahatannya sampai usia dewasa dan
umur tua.
ad. 3. Delinquen Psikopatik11
Delinquen psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang
paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah :
11
a. Hampir seluruh anak delinquen ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin
keras namun tidak konsisten, dan selalu menyiakan anaknya. Tak sedikit dari
mereka berasal dari rumah yatim piatu. Dalam lingkungan demikian mereka
tidak pernah merasakan kehangatan, kasih sayang dan relasi personal yang
akrab dengan orang lain. Sebagai akibatnya mreka tidak mempunyai kapasitas
untuk menumbuhkan afeksi, sedang kehidupan perasaan pada umumnya
menjadi tumpul atau mati. Sebagai akibatnya mereka tidak mampu menjalin
relasi emosional yang akrab atau baik dengan orang lain.
b. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan
pelanggaran. Karena itu sering meledak dan tidak terkendali.
c. Bentuk kejahatan majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau tidak
dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif.
Biasanya mereka residivis yang berulangkali keluar masuk penjara, dan sulit
sekali diperbaiki.
d. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma
sosial yang umum berlaku. Juga tidak perduli terhadap norma subkultur
gengnya sendiri.
e. Acapkali mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi
kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri.
Psikopat itu merupakan bentuk kekalutan mental dengan ciri-ciri sebagai
berikut : tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri. Orangnya tidak pernah
bertanggung jawab secara moral, dia selalu konflik dengan norma sosial dan
hukum. Biasanya juga immoral. Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu a-sosial,
eksentrik kegila-gilaan, dan jelas tidak memiliki kesadaran sosial serta intelegensi
sosial.
Mereka sangat egoistis, fanatik, dan selalu menentang apa dan siapapun
juga. sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, ganas buas terhadap siapapun tanpa
sebab sesuatu pun juga. Kata-katanya selalu menyakiti hati orang lain,
perbuatannya sering ganas sadis, suka menyakiti jasmani orang lain tanpa motif
atau apapun juga. Karena itu, remaja delinquen yang psikopatik ini digolongkan
kedalam bentuk penjahat yang paling berbahaya.
ad. 4. Delinquen Defek Moral12
Defek (defect, defectus) artinya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat,
kurang. Delinquensi defek moral mempunyai ciri : selalu melakukan tindakan
a-sosial atau anti a-sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan
gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya.
Kelemahan dn kegagalan para remaja delinquen tipe ini adalah : mereka
tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak
mampu mengendalikan dan mengaturnya. Selalu saja mereka ingin melakukan
perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan. Relasi kemanusiaannya sangat
terganggu. Sikapnya sangat dingin dan beku, tanpa afeksi (perasaan), jadi ada
kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Mereka tidak memiliki rasa harga diri.
Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan
super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap ada dalam tarif primitif, sehingga
12
sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan “prestasinya”,
namun sering perbuatan mereka disertai agresivitas yang meledak. mereka juga
selalu bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga, karena itu mereka selalu
melakukan perbuatan kejahatan.
Pada umumnya bentuk tubuh para penjahat habitual dan residivis itu lebih
kecil daripada tubuh orang normal. Berat badan mereka juga lebih ringan. Acapkali
mereka memiliki kelainan jasmaniah. Pengaruh lingkungan adalah relatif kecil
dalam membentuk seseorang menjadi defek moralnya. Sebaliknya, konstitusi dan
disposisi psikis yang abnormal menyebabkan pertumbuhan anak muda menjadi
defek moralnya. Selanjutnya, apabila perbuatan kejahatan anak muda dan remaja
yang defek moralnya itu sangat mencolok ekstrim biasanya mereka digolongkan ke
dalam tipe delinquen psikopatik.
Perkembangan Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja tidak dapat dipisahkan dari perkembangan zaman dari
era ke era. Sebab setiap zaman memiliki ciri khas yang berbeda dan memiliki
tantangan yang berbeda khususnya kepada generasi mudanya, sehingga anak-anak
muda ini bereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi atau zaman yang
berbeda.
Pada tahun 50 sampai pada tahun 60-an di Indonesia yang menjadi masalah
rumit bagi orang muda ialah adaptasi terhadap situasi sosial politik yang baru,
yaitu setelah menjalani kemelut merebut kemerdekaan. Kenakalan remaja pada
saat itu umumnya berupa penodongan sekolah-sekolah untuk mendapatkan izasah
Selain itu, kenalan remaja pada zaman ini juga berupa keberandalan dan
tindak-tindak kriminal ringan ala anak-anak jalanan, menirukan pola perilaku
anak-anak muda di luar negeri yang mereka hayati dengan hadirnya film-film
impor dan buku-buku bacaan sadistis dan buku-buku porno. Adapun faktor
kejahatan mereka adalah karena ketidak mampuan si anak memanfaatkan waktu
kosong dan kurangnya pengendalian terhadap dorongan meniru. Sayangnya yang
mereka tiru justru perbuatan yang tidak terpuji, misalnya; hidup bermalas-malasan
dan hidup seperti hippis, melakukan tindak kriminal untuk memuaskan ambisi
sosial yang semakin meningkat.
Pada tahun 70-an keatas, kenakalan remaja di kota-kota besar di tanah air
sudah menjurus pada kejahatan yang lebih serius, antara lain berupa tindak
kekerasan, penjambretan, penggarongan, perbuatan seksual dalam bentuk
perkosaan sampai pada perbuatan pembunuhan danperbuatan kriminal lain seperti
pecandu narkotika.
Kejahatan dan kenakalan tersebut erat kaitannya dengan makin derasnya
arus urbanisasi dan semakin banyaknya jumlah remaja desa bermigrasi kedaerah
perkotaan tanpa jaminan sosial yang mantap, ditambah sulitnya mencari pekerjaan
yang cocok dengan keinginan mereka.
Pada tahun berikutnya kenakalan remaja semakin meluas baik dalam
frekuensinya maupun dalam kualitas kejahatannya. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya pengedaran dan penggunaan ganja dan narkotika ditengah
masyarakat dan memasuki ruang sekolah.
remaja pun semakin berkembang. Pada masa sekarang ini yang dikenal dengan
masa atau era reformasi dan kebesasan sepertinya membawa dampak yang nyata
dalam perkembangan kenakalan remaja. Dimana pada masa sekarang ini remaja
juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat
mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi orang tua sebagai pembangkangan.
Remaja tidak ingin diperlakukan seperti anak kecil lagi, mereka lebih senang
bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya.
Mereka juga semakin berani menentang tardisi orang tua yang dianggapnya kuno
dan tidak berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka kurang
beralasan.
Kenakalan remaja lain yang sedang populer di zaman sekarang ini adalah
kenakalan remaja geng motor. Remaja khususnya laki-laki, lebih suka membentuk
sebuah kelompok yang dinamai dengan “geng motor”, dimana para remaja ini
merasa populer dan disegani oleh orang lain apabila bergabung kedalam sebuah
geng motor, karena banyak orang yang berasumsi bahwa geng motor itu
merupakan segerombolan pemuda yang brutal, sadis, tidak berpendidikan dan
memiliki hobi menyakiti orang lain. Namun, bagi remaja yang bergabung dalam
geng motor tersebut, malah menyukai asumsi masyarakat yang seperti itu. Semakin
buruk asumsi masyarakat terhadap geng motor, maka semakin senanglah para
remaja yang tergabung dalam geng tersebut.
Geng motor ini, cenderung melakukan kenakalannya dengan melakukan
dan penganiayaan terhadap orang lain yang tidak mereka sukai. Dewasa ini banyak
hal yang meresahkan masyarakat akibat ulah para remaja baik itu dalam kondisi
statis maupun dinamis. Seiring dengan perkembangan dan pencarian identitas
kepribadian, banya wujud dan perilaku delinquen yang dilakukan remaja baik yang
diketahui ataupun yang tidak diketahui. Umumnya perbuatan remaja yang tidak
diketahui selalu tidak terjerat hukum yang disebabkan oleh :
a) Kejahatan yang dianggap sepele,
b) Tidak pernah dilaporkan kepada yang berwajib karena orang malas dan segan
berurusan dengan polisi dan pengadilan,
c) Orang takut akan adanya balas dendam.
Sementara itu wujud-wujud perilaku kenakalan remaja yang dapat
diketahui dan terjerat hukum adalah :
a) Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan
membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.
b) Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan yang mengacaukan ketenraman
masyarakat sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi dan
dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan.
c) Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, antar suku, sehingga
kadang-kadang membawa korban jiwa.
d) Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di
tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen bermacam-macam
kedurjanaan dan tindak asusila.
mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas,
menjambret, menyerang, merampok, menggarong, melakukan pembunuhan
dengan jalan menyembelih korbannya, mencekik, meracun, tindak kekerasan
dan pelanggaran lainnya.
f) Berpesta pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas, atau
orgi (mabuk-mabukan dengan menimbulkan keadaan yang kacau-balau) yang
mengganggu lingkungan.
g) Perkosaan, agresivitas seksual dan pembunuhan dengan motif seksual, atau
didorong oleh reaksi-reaksi kompensatoris dari perasaan inferior, menurut
pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi, balas dendam,
kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita dan lain-lain.
h) Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat
bergandengan dengan tindak kejahatan.
i) Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan, tanpa tendenga
aling-aling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks dan cinta bebas tanpa
kendali (promiscuity) yang didorong oleh hiperseksualitas, geltungsrieb
(dorongan menuntut hak) dan usaha-usaha kompensasi lainnya yang kriminal
sifatnya.
j) Homoseksualitas, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada anak
remaja lain disertai tindakan sadistis.
k) Perjudian dalam bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga
mengakibatkan ekses kriminalitas.
pembunuhan bayi-bayi oleh ibu-ibu yang tidak kawin.
m) Tindakan radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan, penculikan dan
pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
n) Perbuatan a-sosial dan anti-sosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan
pada anak-anak dan remaja psikopatik, psikotik, neurotik, dan menderita
gangguan-gangguan jiwa lainnya.
o) Tindakan kejahatan disebabkan oleh penyakit tidur ( encephalitis lethargical),
dan ledakan meningitis serta post- enchepalitics; juga luka dikepala dengan
kerusakan pada otak adakalanya membuahkan kerusakan mental, sehingga
orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan kontrol diri.
p) Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak
yang menuntut kompensasi, disebabkan oleh adanya organ-organ yang
inferior.13
Dari uraian diatas maka dukungan dari teman-teman seperjuangan tidak
dapat diabaikan keberadaannya. Steven Box dalam Kartini Kartono
mengemukakan bahwa ada anak-anak dan remaja yang mempunyai kemauan untuk
melakukan kejahatan tetapi tidak pernah terwujud. Untuk mewujudkan keinginan
tersebut, ada beberapa hal yang diperlukan yaitu:14
Keahlian (skills)
a) Anak-anak remaja yang mempunyai keinginan untuk melakukan kejahatan,
mungkin harus menunda keinginannya mengingat mereka tidak mempunyai
13
Ibid, halaman 32.
14
tingkat pengetahuan yang khusus atau keahlian (skills).
b) Keahlian dalam melakukan kejahatan merupakan proses belajar, yang
diperoleh dari teman-teman sekelompok. Cara-cara mengompas,
mengancam, menggunakan senjata tajam merupakan keahlian yang harus
dipelajari.
Perlengkapan (suplay)
Seseorang yang mempunyai keinginan melakukan kejahatan akan mengabaikan
keinginannya bila tidak mempunyai perlengkapan yang memadai.
Perlengkapan ini pun tidak mudah diperoleh. Hanya mereka yang dikenal dan
termasuk dalam kelompoklah yang mudah memperoleh perlengkapan.
Misalnya untuk memperoleh obat-obat terlarang, narkotika, bahan-bahan kimia
tertentu, senjata api, dan sebagainya. Mereka yang mempunyai keinginan untuk
melakukan penyimpangan/kejahatan baru dapat melaksanakan keinginannya
bila terdapat dukungan kelompok. Dukungan sosial, yang berbentuk dukungan
kelompok sangat penting bagi pelaksanaan kejahatan. Dengan adanya
dukungan kelompok ini segala perbuatan yang akan dilakukan dapat
direncanakan dengan baik. Dan yang lebih penting lagi, dengan dukungan
sosial ini akan diperoleh pembenaran dari perbuatan tersebut.
Para remaja yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam melaksanakan
kejahatan, memerlukan dukungan simbolis sebagai dasar pembenaran dari
perbuatan yang dilakukan.
Adanya dukungan sosial
Dari paparan di atas jelas bahwa perbuatan kenakalan remaja akan
menjurus menjadi kejahatan bila dilakukan secara berkelompok atau mendapat
dukungan dari kelompok. Adanya dukungan dari kelompok yang berbentuk “geng”
akan mempermudah pelaksanaan kejahatan. Oleh karena itu, kerumunan tempat
remaja-remaja berkumpul/berkelompok akan menjadi tempat yang rawan dan perlu
mendapat perhatian.
Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kenakalan Geng Motor
Berita tentang perilaku geng motor akhir-akhir ini bisa dianggap sudah
sangat meresahkan masyarakat, sehingga dapat dikategorikan sebagai kondisi
patologi sosial, penyakit masyarakat yang perlu segera diobati. Lembaga
kepolisian sampai mempermaklumkan akan menembak di tempat anggota geng
motor yang melakukan kebrutalan.15
Subkultur geng anak muda, kata kriminolog Cloward dan Ohlin, akan tumbuh subur tergantung pada tipe atau cara pertentangan di mana mereka tinggal. Ada tiga tipe geng yaitu:
Geng pencurian (thief gangs), mereka berkelompok melakukan pencurian yang mula-mula hanya untuk menguji keberanian anggota kelompok. Geng konflik (conflict-gangs) kelompok ini suka sekali mengekpresikan
dirinya melalui perkelahian berkelompok supaya tampak gagah dan pemberani.
Geng pengasingan (retreats gangs), kelompok geng ini sengaja mengasingkan dirinya dengan kegiatan minum minuman keras, atau napza yang kerap dianggap sebagai suatu cara pelarian dari alam nyata. Tetapi bisa saja sebuah geng memiliki lebih dari satu macam tipe.16
Khususnya di Kota Medan termasuk di Polsekta Medan Baru biasanya
15
Nur Rahman, “Geng Motor dan Patologi Sosial”,
http://asepnurrahman.wordpress.com/2011/09/30/geng-motor-dan-patologi-sosial/, Diakses tanggal 19 Mei 2012.
16
Gunadia’as Blog, “Geng Motor dan Patologi Sosial”,
geng motor melakukan aksinya di sekitar wilayah Medan Medan Baru dan
ringroad. Sedangkan jenis kejahatannya adalah berupa pengrusakan, pencurian dan
penganiayaan.17
Geng acapkali tumbuh subkultur kekerasan (subculture of violence).
Munculnya subkultur itu disebabkan oleh adanya sekelompok orang yang memiliki
sistem nilai yang berbeda dengan kultur dominan. Masing-masing subkultur
memiliki nilai dan peraturan berbeda-beda yang kemudian mengatur anggota
kelompoknya. Nilai-nilai itu terus berlanjut karena adanya perpindahan nilai dari
satu generasi ke generasi berikutnya.
Hal ini diperparah oleh adanya perubahan yang cepat (reformasi) dalam
masyarakat. Perubahan pada struktur sosial memperlemah nilai-nilai tradisional
yang berasosiasi dengan penundaan kepuasan, belum lagi peningkatan jumlah anak
muda dari kelas menengah yang tidak lagi memiliki keyakinan bahwa cara untuk
mencapai tujuan mereka adalah melalui kerja keras dan menunda kesenangan.
Mereka terlibat dalam delinquent gang, hate gang, atau satanic gang (pemuja
setan) yang berkembang di kalangan anak muda kelas menengah di Amerika
Serikat.18
Di Indonesia keberadaan geng ini tidak sama dengan di AS, karena perbedaan kultur. Untuk itu masih diperlukan penelitian yang mendalam agar soal geng ini dapat ditanggulangi secara tepat dan penuh kebijakan. Meskipun demikian, secara umum ada karakteristik yang sama untuk remaja di seluruh dunia. Mereka energik dan dinamis, senang mencoba hal baru yang penuh tantangan dan memiliki keingintahuan yang besar serta sangat terfokus pada diri sendiri.19
17
Hasil Wawancara Dengan Bapak Dony, Kepala Kepolisian Sektor Medan Baru, tanggal 19 Mei 2012.
18
Gunadia’as Blog, Op.Cit. 19
Terkadang mereka tidak sadar bahwa ada kemungkinan terbuka peluang
bagi para penjahat yang menyusup ke dalam geng motor, sehingga masyarakat
menganggap perilaku kriminal tersebut dilakukan oleh para remaja yang
sebenarnya tidak berniat untuk melakukan tindak kriminal. Penyusupan tersebut
sulit untuk diidentifikasikan.
Berita dan wacana tersebut tentunya akan mengundang banyak pertanyaan
dan analisa. Menjadi suatu pertanyaan yang mendalam adalah apa yang ada dalam
benak mereka, apa latarbelakang anggota geng motor tersebut melakukan tindak
pidana seperti pencurian, penganiayaan dan bentuk-bentuk kejahatan anak muda
lainnya.
Hasil wawancara dengan Bapak Kapolsek Medan Baru, menjelaskan
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kenakalan geng motor adalah karena
kurangnya pengawasan dari orang tua, dan merasa tidak diperhatikan oleh
keluarga, sehingga timbul kenakalan yang melampaui batas, dan adapula yang
disebabkan oleh pengaruh teman atau lingkungan.20
Hasil wawancara dengan anggota geng motor yang ditahan di Polsekta
Medan Baru mengapa seorang remaja menjadi anggota geng motor, maka
diketahui faktor tersebut adalah:
Berbeda Geng.
Kalau musuh sudah berbeda bendera jelas merupakan musuh bagi suatu geng
motor.
Doktrinasi anggota ini biasanya dilakukan oleh senior terhadap
anggota-anggota baru suatu geng motor, dimana senior menjelaskan bahwa geng motor
lain adalah musuh. Doktrinasi ini sangat ketat dan keras dalam suatu geng
motor.
Penunjukan rasa kesetiakawanan.
Penunjukkan rasa kesetiakawanan ini adalah apabila seorang geng motor yang
sama disakiti atau diejek oleh pihak lain maka anggota geng motor lainnya
akan melakukan pembalasan. Penunjukkan rasa kesetiakawanan ini lebih
terfokus karena berada dalam suatu bendera yang sama. Rasa setiakawan suatu
geng motor merupakan hal yang paling utama, apalagi sesama anggota geng,
itu dah tidak bisa ditawar lagi.
Broken home.
Broken home ini digembarkan dalam suatu bentuk ketidakharmonisan sebuah
keluarga dimana orang tuanya sering bertengkar, orang tuanya bercerai, orang
tuanya tidak memperhatikan anak-anaknya. Kondisi ini mengakibatkan anak
mencari hiburan di luar rumah termasuk menjadi anggota suatu geng motor.
Pergaulan yang tidak baik.
Faktor ini biasanya dimulai dengan ajakan teman yang memiliki perilaku tidak
baik. Akibat pergaulan yang terus-menerus maka seorang anak terlibat dengan
pergaulan tersebut termasuk menjadi anggota geng motor.
Mencari identitas diri.
Terkadang seorang anak tidak bisa berpuas diri dengan keadaan yang
20
diterimanya selama ini. Ia berusaha mencari dan menemukan identitas diri
termasuk bergaul dengan sesama anggota geng motor, yang selanjutnya
dimasukinya.21
Perilaku nakal remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri
(internal) maupun faktor dari luar (eksternal). 22
1. Faktor internal:
a. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi
kedua.
b. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
2. Faktor eksternal:
a. Keluarga
21
Hasil Wawancara dengan anak anggota geng motor yang ditahan di Kepolisian Sektor Medan Baru, tanggal 19 Mei 2012.
22
Perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada
remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap
eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat digolongkan golongkan latar belakang
terjadinya tindak pidana atau kenakalan yang dilakukan oleh anggota geng motor
mencakup dua faktor utama. Faktor tersebut adalah faktor internal sipelaku dan
faktor eksternal dari si pelaku. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal datang dari luar individu tetapi
sangat mempengaruhi pola perilaku individu.
Suatu hal yang patut diketahui bahwa tingkah laku individu atau manusia
yang a sosial itu ataupun yang bersifat kriminal tidaklah dapat dipisahkan dari
manusia itu. Karena manusia yang satu dengan lainnya adalah merupakan suatu
jaringan dan mempunyai dasar yang sama.23
Faktor yang termasuk internal adalah faktor dari dalam diri individu itu
sendiri seperti keyakinan agama, pengetahuan individu, pengalaman individu, dan
proses belajar. Keyakinan agama tentunya membentengi setiap manusia dalam
melelakukan sesuatu yang buruk. Kemudian pengetahuan individu akan menuntun
seseorang memilih suatu yang benar atau salah. Pengalaman dan proses belajar
23
tentunya akan mengakibatkan individu melihat lebih jauh pilihan yang akan
ditentukan.
Faktor internal tumbuh dalam diri pribadi setiap individu dimulai dengan
suatu rangsangan. Rangsangan kemudian akan diteruskan hingga pada fase respon
yang akan membawa individu kepada proses pengambilan sikap. Sikap sangat
mempengaruhi pola prilaku, karena setiap perilaku seseorang akan diwarnai atau
dilatarbelakangi oleh sikap.
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek
atau situasi relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan
dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara
yang tertentu yang dipilihnya.
Tiga komponen tersebut adalah komponen yang membentuk struktur sikap
yang terdiri dari: 24
a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu koponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
b. Komponen afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
c. Komponen konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini
menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan
bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
24
Jika ditelaah lebih dalam maka akan ditemukan bahwa ada suatu hubungan
yang cukup signifikan antara persepsi anggota geng motor dengan kejahatan yang
mereka lakukan sebagai perilaku kejahatan. Pada komponen kognitif (komponen
perceptual), yaitu koponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan,
keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi
terhadap objek sikap, anggota geng motor mempersepsikan bahwa kejahatan
merupakan sebagai aksi balas dendam, sebagai cara mempertahankan diri, setuju
sebagai cara aktualisasi diri, sebagai cara menaikan popularitas kelompok, dan
sebagai suatu tradisi kekerasan.
Komponen afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Dapat
dilihat bahwa ada motiv tersendiri dari anggota geng motor setelah melakukan
kejahatan seperti bangga karena popularitasnya terangkat, takut, menyesal dan
biasa saja.
Kemudian dari komponen konatif (komponen perilaku), yaitu komponen
yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya
kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Setelah
kedua komponen tersebut bersatu baik kognitif maupun akfektif akan
menimbulkan perasaan yang kuat, keyakinan yang kuat serta kemauan untuk
bertindak. Jika dikaitkan dengan fakta mengenai faktor yang mempengaruhi
bahwa penyebab utama dari persepsi tersebut adalah doktrin senior. Doktrin
tersebut meresap dan mengakar pada komponen kognitif.
Sejumlah teori psikologi diatas tentunya telah mengupas sisi pribadi individu.
Jika dikaitkan dengan teori asosiasi difrensial dapat diketahui bahwa pola perilaku
jahat tidak diwariskan tetapi dipelajari melalui pergaulan yang akrab. Tingkah laku
jahat dipelajari dalam kelompok melalui interaksi dan komunikasi, dan yang
dipelajari dalam kelompok adalah teknik untuk melakukan kejahatan dan alasan
yang mendukung perbuatan jahat .
Berdasarkan teori tersebut maka dapat diambil suatu prediksi bahwa
kejahatan yang dilakukan oleh anggota geng motor merupakan hasil dari pergaulan
yang akrab. Tingkah laku jahat dipelajari dalam kelompok/geng motor melalui
interaksi dan komunikasi, dan yang dipelajari dalam kelompok/geng adalah teknik
untuk melakukan kejahatan dan alasan yang mendukung perbuatan jahat seperti
mengembangkan bendera geng dan lainnya.
Lingkungan yang buruk tentunya akan menghasilkan output yang buruk
karena kepribadian personal akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jika dikaitkan
dengan teori subkultur seperti teori delinquent subculture. Akan diketahui bahwa
perilaku delinkuen lebih banyak terjadi pada laki-laki kelas bawah dan mereka
lebih banyak membentuk geng. Terdapat alasan yang rasional bagi delinkuen
subkultur untuk mencuri (selain mencari status kebersamaan) mencari kesenangan
dengan menimbulkan kegelisahan pada orang lain. Mereka juga mencoba untuk
meremehkan nilai-nilai kelas menengah.
anggota geng motor melakukan kejahatan seperti balas dendam, mempertahankan
harga diri yang merupakan alasan rasional seperti naiknnya popularitas anggota
geng motor.
Sebab musabab kejahatan dapat dirangkum dalam beberapa kelompok, antara
lain:
1. Kejahatan disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar terhadap si pelaku.
2. Kejahatan adalah akibat dari sifat-sifat si pelaku ditentukan oleh bakatnya.
3. Kejahatan disebabkan baik oleh pengaruh-pengaruh dari luar maupun oleh
sifat-sifat si pelaku.
Noach menjelaskan kejahatan lingkungan memberikan pengaruh terhadap
kejahatan. Lingkungan ditentukan sebagai pusat dari pengaruh kejahatan.25
Secara eksternal yang menstimulir munculnya banyak kejahatan antara
lain:
1. Saat-saat penuh perubahan transformasi sosial dan ekonomi, yaitu: di waktu perang, masa inflasi, banyak pengangguran saat malaise.
2. Pemerintahan yang lemah dan korup. 3. Konflik-konflik kebudayaan.
4. Mobilitas vertikal yang terhambat dan tidak memungkinkan penyaluran usaha untuk meningkatkan status sendiri.
5. Kebudayaan judi.
6. Pengembangan sikap-sikap mental yang keliru pada zaman modern.26
Sepakat dengan pendapat poin ke tiga tersebut maka penulis
mengkualifikasikan latar belakang terjadinya tindak pidana penganiayaan yang
dilakukan oleh anggota geng motor terbagi menjadi dua kategori utama yaitu
25
Noach, 1992, Kriminologi Suatu Pengantar, Bandung: Citra Aditya Bakti, Halaman 104.
26
kejahatan disebabkan baik oleh pengaruh-pengaruh dari luar maupun oleh
sifat-sifat si pelaku. Pembagian tersebut dinamakan faktor internal yaitu faktor dari
dalam diri anggota geng motor yang mempengaruhi anggota geng motor
melakukan tindak pidana penganiayaan. Kemudian faktor eksternal yaitu faktor
dari luar diri anggota geng motor yang mempengaruhi anggota geng motor
melakukan tindak pidana penganiayaan. Dari kualifikasi tersebut maka dapat
digambarkan latar belakang terjadinya tindak pidana penganiayaan yang dilakukan
oleh anggota geng motor adalah sebagai berikut:
Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang
sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu paguyuban tapi hubungan negatif
dengan paguyuban yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis.
Salah satu kontributor dari munculnya tindakan anarkis adalah adanya
keyakinan/anggapan/perasaan bersama (collective belief). Keyakinan bersama itu
bisa berbentuk, siapa yang cenderung dipersepsi sebagai maling, atau situasi apa
yang mengindikasikan adanya kejahatan.
Media-massa dalam hal ini amat efektif menanamkan citra, persepsi,
pengetahuan ataupun pengalaman bersama tadi. Maka, sesuatu yang mulanya
kasus individual, setelah disebarluaskan oleh media-massa lalu menjadi
pengetahuan publik dan siap untuk disimpan dalam memori seseorang. Memori
tersebut pada suatu waktu kelak dapat dijadikan referensi oleh yang bersangkutan
dalam memilih model perilaku. Adanya keyakinan bersama (collective belief)
tentang suatu hal tersebut amat sering dibarengi dengan munculnya geng, simbol,
diasosiasikan dengan kekerasan dan konflik.27
Pada dasarnya kemunculan hal-hal seperti simbol geng, tradisi dan lain-lain
itu mengkonfirmasi bahwa masyarakat setempat mendukung perilaku tertentu,
bahkan juga bila diketahui bahwa itu termasuk sebagai perilaku yang menyimpang.
Adanya dukungan sosial terhadap suatu penyimpangan, secara relatif, memang
menambah kompleksitas masalah serta, sekaligus kualitas penanganannya.
Secara perilaku, dukungan itu bisa juga diartikan sebagai munculnya
kebiasaan (habit) yang telah mendarah-daging (innate) dikelompok masyarakat itu.
Adanya geng-geng motor seperti “XTC, BRIGEZ, GBR, M2R”. Maka adanya pula
kecenderungan peningkatan anarki di masyarakat, sadarlah kita bahwa kita
berkejaran dengan waktu. Pencegahan anarki perlu dilakukan sebelum tindakan itu
tumbuh sebagai kebiasaan baru di masyarakat mengingat telah cukup banyaknya
kalangan yang merasakan “asyik”-nya merusak, menjarah, menganiaya bahkan
membunuh dan lain-lain tanpa dihujat apalagi ditangkap.
Para pelaku geng motor memang sudah menjadi kebiasaan untuk
melanggar hukum. Kalau soal membuka jalan dan memukul spion mobil orang itu
biasa dan sering dilakukan pada saat konvoi. Setiap geng memang tidak
membenarkan tindakan itu, tapi ada tradisi yang tidak tertulis dan dipahami secara
kolektif bahwa tindakan itu adalah bagian dari kehidupan jalanan. Apalagi jika
yang melakukannya anggota baru yang masih berusia belasan tahun. Mereka
mewajarkannya sebagai salah satu upaya mencari jati diri dengan melanggar
27
kaidah hukum. Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan dan perlu penyikapan
yang bijaksana. Dalam konteks penanganan kejahatan yang dilakukan anak-anak
dan remaja masih diperdebatkan apakah sistem peradilan pidana harus
dikedepankan atau penyelesaian masalah secara musyawarah tanpa bersentuhan
dengan sistem peradilan pidana yang lebih dominan walaupun dalam sistem
hukum pidana positif Indonesia, penyelesaian perkara pidana tidak mengenal
musyawarah.
Meskipun demikian dikenal dalam sistem pemidanaan berupa restorative
justice, dengan perdamaian antara korban dan pembuat disertai dengan ganti
kerugian, penuntutan tidak diteruskan.28
Pada dasarnya pidana dan tindakan adalah sama yitu berupa penderitaan.
Perbedaannya hanyalah penderitaan pada tindakan lebih kecil atau ringan daripada
penderitaan yang diakibatkan oleh penjatuhan pidana.29
Suatu hal yang patut dipahami pada kapasitas ini bahwa tujuan hukum
pidana itu adalah untuk melindungi kepentingan orang perserorangan atau hak
asasi manusia dan melindungi kepentingan masyarakat dan negara dengan
perimbangan yang serasi dari kejahatan tindakan tercela di satu pihak dan dari
tindakan penguasa yang sewenang-wenang di pihak lain.30
KUHP tidak memberi ruang sedikit pun untuk menyelesaikan
kejahatan-kejahatan yang dilakukan anak selain melalui sistem peradilan pidana yang sering
dikatakan selalu memberikan penderitaan kepada pihak-pihak yang terlibat di
28
Andi Hamzah, 2009, Delik_Delik Tertentu (Speciale Delicten) Di Dalam KUHP, Jakarta, Sinar Grafika, Halaman 3.
29
dalamnya khususnya pelaku kejahatan baik pelaku dewasa maupun pelaku
anak-anak dan remaja.
Peradilan pidana bagi anak-anak pelaku kejahatan mempunyai dua sisi
yang berbeda, di satu sisi sebagaimana diakui konvensi anak, bahwa
anak-anak perlu perlindungan khusus. Di sisi lain, "penjahat anak-anak-anak-anak" ini berhadapan
dengan posisi masyarakat yang merasa terganggu akibat perilaku jahat dari
anak-anak dan remaja tersebut. Kemudian juga anak-anak-anak-anak dan remaja ini akan
berhadapan dengan aparat penegak hukum yang secara sempit hanya bertugas
melaksanakan undang-undang sehingga pelanggaran dan tata cara perlindungan
terhadap pelaku anak, rentan terjadi.
Sebetulnya perhatian terhadap perlindungan anak-anak dan remaja pelaku
kejahatan harus semakin meningkat. Dunia internasional pun sejak 1924 dalam
deklarasi hak-hak anak kemudian diperbarui 1948 dalam deklarasi hak asasi
manusia dan mencapai puncaknya dalam Deklarasi Hak anak (Declaration on The
Rights of Child) 1958 menegaskan karena alasan fisik dan mental serta kematangan
anak-anak, maka anak-anak membutuhkan perlindungan serta perawatan khusus
termasuk perlindungan hukum.31
Manakala anak-anak dan remaja pelaku kejahatan tersebut bersentuhan
dengan sistem peradilan pidana, masyarakat meyakini bahwa mereka sedang
belajar di akademi penjahat. Hasil yang dikeluarkan oleh sistem peradilan pidana
hanya akan menghasilkan penjahat-penjahat baru.
30
Erdianto Effendi, 2011, Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Refika Aditama, Halaman 33.
31