INDONESIA (ISSI) (Periode 2011 – 2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam
(S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
Sujefri
NPM: 20130730320
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) (Periode Oktober 2011 – September 2016)
SKRIPSI
Disusun oleh:
Sujefri
NPM: 20130730320
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
INDONESIA (ISSI) (Periode 2011 – 2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam
(S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
Sujefri
NPM: 20130730320
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
“Sesungguhnya sesudah ke
sulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S. Al Insyirah: 6-8)
“Setinggi
-tinggi ilmu Sepintar-pintar siasat Sekuat-kuat
keyakinan”
(Guru Besar Tjokroaminoto)
“Kerjakan sekarang juga atau tidak sama sekali”
“Karena telat itu Memalukan”
Teruntuk Ayah dan Ibu tercinta,
Keluarga Besar Pak Gino dan Ibu Pon
Kakak tercinta Mas Pur dan Mbk Reni
Adikku yang cantik Queensha dan Rania
Sahabat terbaikku Mas Khusen
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
memberikan segala rahmat, karunia dan kesehatan kepada kita semua sehingga kita masih
diberikan kesempatan bernafas dan dapat menjalankan aktivitas untuk selalu berbuat baik
serta selalu senantiasa berhudznuzon terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan
ini. Dan atas izinnya pula penulis diberikan kesehatan, kemudahn dan kelancaran dalam
menggerjakan proses karya tulis “skripsi” ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Agung, Nabi akhirul zaman yang diharapkan syafaatnya di zaumul akhir nanti.
Semoga kita senantiasa memegang prinsip dengan istiqomah “Amar ma’ruf nahi munkar”.
Aamiin
Segala perbuatan dan perilaku akan dipertanggung jawabkan kelak, sebagaimana
halnya Allah SWT tidak melihat dari rupa dan jabatan melainkan dari akhlak kita. Benar
kata orang bijak “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China dan Tuntutlah ilmu hingga ke
liang lahat” karena belajar itu tidak mengenal batas usia, waktu dan tempat. Suatu
keharusan bagi kita untuk belajar, agar bisa menjadi orang yang berguna bagi sesama,
agama dan negara. Karena sesungguhnya hidup ini akan berarti bila kita bermanfaat bagi
orang lain. Dalam Al-quran surat Al Mujaadilah:11 Allah berfirman :
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan
untkmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah rasa syukur ini selalu kupanjatkan kepada-Mu atas
semua yang telah engkau berikan. Hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian
karya tulis skripsi ini dengan judul “ ANALISIS FENOMENA JANUARY EFFECT DAN
SIZE EFFECT BERBASIS RETURN PADA SAHAM YANG LISTING DIINDEKS
SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) (Periode Oktober 2011 – September 2016).
Penelitian ini disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program
Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak dan orang-orang terdekat yang selalu memberikan semangat,
bimbingan, dukungan dan do’a dalam penyusunan skrisi ini:
1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas
4. Ibu Amelia Pratiwi, S.E.,M.E selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan banyak ilmu dan waktunya kepada penulis dalam membimbing,
memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat dalam proses penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak M. Sobar, S.EI.,M.sc selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen
Penguji yang telah memberikan arahan dan masukan untuk perbaikan skripsi
menjadi lebih baik.
6. Seluruh dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Fakultas Agama Islam
khususnya yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses
belajar mengajar berlangsung.
7. Kedua orang tuaku tersayang, Ayahanda Sugino. dan Ibunda Poniyem. yang telah
memberikan kasih sayang yang tulus kepada penulis. Terimakasih atas semangat
dan dukungan baik secara materi maupun non materi yang telah diberikan kepada
penulis sehingga penulis dapat mengemban amanah sebagai pelajar.
8. Kedua kakakku dan adikku tercinta, Purnoto, Reni Faranti dan Alya Nadya
Queensha, Vanesa Jenahara Almirania yang telah memberikan semangat kepada
penulis.
9. Sahabat terbaikku Akhmad Khusen Asyari, yang telah memberikan support baik
materil maupun non matril kepada penulis kala lagi malas mengerjakan skripsi.
10.Organisasiku yang kubanggakan DC UMY dan KSPM FEB UMY, terimakasih
12.Teman-teman KKN 101 (Andi,Fachri,Mario,Nasrun,Shindy,Suci, Tiara,Tiyas dan
Zaqki) yang selama satu bulan Januari-Februari telah memberikan banyak
pengalaman.
13.Teman-temanku(Bustomi,Rudi,Ismael,Yoga,Umar,Zainal,Adit,Irhas,Udin) serta
anak-anak yang katanya hitz dikostan (Ida,Mumut,Mega,Lia,Heni, Nurma,Elsa)
yang memberikan semangat untuk memakai toga dan baju kebesaran.
14.Teman-teman seperjuangan waktu di kalimantan hingga di jogja masih
bareng-bareng (Mas Kamrol,Dedy, Rendy,Fitri,Mbk Amel,Febri,Ayu) yang selalu saling
menyemangati.
15.Teman-teman kost Laundry Gula Jawa (Aan,Doni,Elvis,Meldi,Sultan,Fahmi) yang
mana dalam beberapa kesempatan memberikan semangat kepada penulis.
16.Teman-teman EPI 2013 sebagai tempat bertukar pikiran dan menjadi keluarga
dalam menuntut ilmu selama kurang-lebih 4 tahun.
Ilmu yang kita miliki pada haikatnya adalah titipan dari Allah, yang sama sekali tidak
sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita. Semoga kita dimudahkan oleh Allah
untuk meraih ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan dapat menjaga ilmu
tersebut dengan penuh kerendahan hati. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena kurangnya pengetahuan dan
Wasalamu’alaikum. Wr. Wb.
Yogyakarta, 02 Desember 2016
Penulis
NOTA DINAS ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
ABSTRAK ... xvii
ABSTRACT ... xviii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB –LATIN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 15
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Kegunaan Penelitian ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ... 17
A. Tinjauan Pustaka ... 17
B. Kerangka Teori ... 20
1. Pasar Modal ... 20
d. Saham Syariah ... 28
c. Market Capitalization (Market-Cap) ... 36
4. Kerangka Pemikiran ... 37
5. Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Metode Penelitian ... 40
1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 40
2. Populasi dan Sampel ... 40
3. Sumber Data ... 41
4. Definisi Operasional Variabel ... 42
5. Periode Pengamatan ... 43
6. Metode Analisis Data ... 43
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Hasil Pengumpulan Data ... 46
B. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46
1. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ... 46
2. Variabel Penelitian ... 47
a. Return Saham ... 47
C. Analisis Deskriptif ... 51
D. Uji Kruskal-Wallis ... 53
E. Pembahasan ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
Anomali Fenomena January Effect di Indonesia berbeda dengan negara barat yang kerap terjadi disetiap tahunnya, sehingga banyak para investor dan fund manager yang menjualsahamnya untuk liburan Natal dan Tahun Baru dan membeli ketika di awal bulan pada tahun yang baru. Sedangkan teori Size Effect erat kaitannya dengan saham yang berkapitalisasi kecil cenderung memiliki return yang tinggi dibandingkan dengan saham yang berkapitalisasi besar. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar dan konsisten di ISSI selama periode penelitian Oktober 2011 sampai September 2016. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sejumlah 90 emiten dengan metode purposive sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Kruskal-Wallis. Hasil Uji KW menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata return saham bulan Januari dan selain Januari pada ISSI. January Effect
hanya terjadi pada tahun 2012 selama periode penelitian dan secara keseluruhan rata-rata
return saham ISSI terbesar terjadi pada bulan Maret. Sedangkan Uji KW pada Size Effect
diperoleh hasil yang tidak signifikan antara saham berkapitalisasi kecil, sedang dan besar dengan perbedaan return yang tidak nyata. Saham yang berkapitalisasi sedang mempunyai
return yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang berkapitalisasi kecil dan besar,sehingga disimpulkan fenomena Size Effect terjadi di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
ABSTRACT
Anomaly phenomenon of January Effect in Indonesia is different from that of western country that often happens in every year, so that there are a lot of investors and fund managers that sell their stock for Christimas and New Year holidays and buy it in the beginning of the month in the year. Meanwhile, Size Effect theory is closely related to the stock with small capitalization and tends to have high return compared to stock with big capitalization. The data used in the research was secondary data from companies that were listed and were consistent in the ISSI during the research period from October 2011 until September 2016. The sample used in the research was 90 issuers with purposive sampling method. The analysis used in the research was Kruskal-Wallis Test. The result of the Kruskal-Wallis Test showed that there was difference in the return stock mean in January and beyond January in ISSI. January Effect only happened in 2012 during the research period and in a whole the biggest ISSI return stock mean happened in March. Meanwhile, Kruskal-Wallis Test on Size Effect, there was a result that was not significant between stock with small, average and big stock capitalization and return difference that was not real. Stock with average capitalization has a return that was a return bit higher compared to stock with small and big capitalization, so that it could be concluded that Size Effect phenomenon happened in Indonesia Sharia Stock Index (ISSI).
A. Latar Belakang Masalah
Di era sekarang ini kebutuhan masing-masing individu semakin banyak
dan bermacam-macam, untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya banyak
cara yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan investasi.
Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun
barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih di kemudian hari.
Dalam kamus istilah Pasar Modal, investasi merupakan penanaman uang atau
modal dalam suatu perusahaan atau proyek dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan. Investasi juga diyakini sebagai jalan keluar utama mengatasi masalah
pengangguran karena merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan dalam
pembangunan ekonomi suatu negara (Mochammad, 2008:54).
Sebagai seorang muslim yang berpegang pada ajaran agama Islam
memandang harta dengan acuan akidah berdasarkan Al-Quran, yakni
dipertimbangkannya kesejahteraan umat manusia, alam, masyarakat dan hak
milik. Pandangan demikian bermula dari landasan iman kepada Allah dan bahwa
dialah pengatur segala hal dan kuasa atas segalanya. Allah SWT secara tidak
langsung memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara
hendaknya setiap diri memperlihatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat) dan bertawakalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Hasyr:18).
Jenis kegiatan emiten yang tidak sesuai dengan syariat antara lain
perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
dalam syariat islam, menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep
ribawi, jual beli yang mengandung gharar dan maysir, memproduksi,
mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan barang atau jasa
yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi), barang dan jasa yang haram bukan
karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, barang dan
jasa yang bersifat mudharat (Peraturan-Bapepam,IX A.13). Pelaksanaan
perdagangan efek harus dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan tidak
melakukan spekulasi, manipulasi dan kezhaliman. Mekanisme perdagangan efek
menggunakan prinsip jual beli yang diperbolehkan oleh syariat Islam (Fatwa
DSN-MUI,No.8). Dewasa ini, masyarakat banyak yang mulai tertarik untuk
berinvestasi di Pasar Modal. Program pelatihan dan edukasi tentang Pasar Modal
tahu mengenai Pasar Modal. Selain itu juga didukung oleh banyaknya sekuritas
yang mempermudah mayarakat yang ingin berinvestasi di pasar modal seperti
biaya pembukaan rekening yang kecil sehingga masyarakat yang masih baru
dalam dunia Pasar Modal tidak lagi ragu untuk mencoba dalam berinvestasi.
Dari berbagai instrumen Pasar modal yang ada, saham merupakan salah
satu instrumen Pasar modal yang paling diminati oleh investor. Hal ini karena
mereka menganggap bahwa berinvestasi pada saham dapat menghasilkan
keuntungan yang lebih tinggi. Anggapan tersebut juga tidak dapat disalahkan
karena pada kenyataanya berinvestasi saham memang menjanjikan keuntungan
yang tinggi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah tingkat keuntungan yang
tinggi juga berimplikasi dengan tingkat risiko yang tinggi pula/ high risk high
return. Berinvestasi saham return yang didapatkan tidak menentu karena harga
saham yang sewaktu-waktu dan setiap saat nilainya dapat mengalami fluktuatif
atau berubah.
Menurut Undang – Undang No. 8 tahun 1995 mendefinisikan pasar modal
sebagai sebuah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar
modal merupakan pasar yang terdapat berbagai macam instrumen keuangan
jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun
modal sendiri (Darmadji,2001:1). Menurut (Husnan,2005:4) pasar modal di
pasar modal di Indonesia yang sedang menuju perkembangan dan sebagai
indikator penting dalam kemajuan dan perkembangan suatu negara.
Pasar efisien adalah pasar yang mampu menunjukkan harga saham
sebenarnya dan dapat memberikan jaminan atas keberadaan keadaan yang
ditampilkan (Husnan, 2005:264). Pasar modal dapat dikatakan efisien apabila
memiliki pola pergerakan random walk, yang disebut juga dengan pola acak.
Pasar modal yang efisien memprediksi bahwa harga saham yang aman harus
mengikuti pola pergerakan random walk (Thaler, 1987) dalam (As’adah, 2009).
Teori random walk mengatakan bahwa pergerakan saham harusnya bergantung
atas informasi yang datang (Hamid, 2010) dalam (Fitriyana, 2013). Informasi
dalam pasar modal datangnya tidak dapat diprediksi, sehingga reaksi yang terjadi
dalam pasar modal juga mengalami pola yang sama, karena pasar akan bergerak
ketika informasi datang. Ketika pasar modal bergerak sesuai dengan informasi
yang ada, maka saat itulah pasar modal dikatakan dapat memberikan gambaran
sebenarnya dari keadaan perekonomian suatu negara, bukan bergerak berdasarkan
pola – pola yang sudah diprediksi sebelumnya.
Dalam perkembangannya pasar modal syariah mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak,salah satunya pemerintah menerbitkan SBSN untuk pertama
kalinya yakni seri SBSN IFR0001 dan SBSN IFR0002 pada 2008
(Wiku,2011:150). Perkembangan pasar modal syariah semakin terlihat dengan
diterbitkannya Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 dan II.K.1 pada tanggal
(Wiku,2011:209). Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang
berkaitan dengan pasar modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah. Selanjutnya instrumen
investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi
syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan
Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) diterbitkan pada tanggal 12 Mei
2011. ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham
syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Konstituen ISSI adalah
keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar
dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI di review setiap 6 bulan
sekali, yaitu pada bulan Mei dan November dan dipublikasikan pada awal bulan
berikutnya, yaitu pada Bulan Juni dan Desember. Konstituen ISSI juga
diperbaharui jika ada saham syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES.
Metode dalam perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari
kapitalisasi pasar (www.sahamok.com). Data terakhir dalam ISSI terdapat 315
emiten atau perusahaan syariah yang tercantum dalam pengumuman Bursa Efek
Indonesia No.Peng-0303/BEI.OPP/05-2016 pada tanggal 30 Mei 2016.
Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia saham syariah khususnya ISSI dari tahun
2011 hingga Juli 2016 (dalam miliar) mengalami fluktuasi.
Sumber : Data diolah, 2016 (www.Ojk.go.id)
Gambar 1.1 Perkembangan Kapitalisasi Saham ISSI 2011 – 2016
Dapat dilihat pada Gambar 1.1 grafik data diatas bahwa kapitalisasi saham
ISSI dari tahun 2011 hingga 2016 mengalami fluktuasi dimana dari tahun 2011
sampai tahun 2014 kapitalisasi saham dalam trend kenaikan yaitu sebesar Rp.
1.968, Rp. 2.451, Rp. 2.557 dan Rp. 2.946 triliun dan pada tahun 2015 mengalami
penurunan sebesar Rp. 346 triliun menjadi Rp. 2.600 triliun dan kembali terjadi
kenaikan pada tahun 2016 sebesar Rp. 244 triliun menjadi Rp. 2.844 triliun.
Dimana kapitalisasi saham terbesar terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp.
2.946 triliun dan kapitalisasi saham terkecil terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar
Rp. 1.968 triliun.
Penelitian tentang reaksi dalam pasar modal akibat dari datangnya suatu
informasi sudah banyak dilakukan. Dengan tujuan untuk menemukan keadaan
yang efisien atau tidak efisien. Disaat kondisi pasar modal bereaksi atas suatu hal
yang tidak termasuk dalam konsep pasar efisien, maka hal itu disebut sebagai
anomali atau gangguan di (Rio ,2009). Anomali dalam kamus bahasa Inggris
diartikan sebagai keganjilan atau penyimpangan dari yang biasa. Dalam konteks
manajemen keuangan anomali merupakan behavioural finance yang berarti
ketidakonsistensi teori pasar efisien yang terjadi di berbagai kondisi tertentu.
Hal yang terjadi di pasar terkadang investor bereaksi dengan adanya
momentum di suatu bursa yang tidak ada kaitannya dengan informasi yang
dikeluarkan bursa, misalnya adanya reaksi yang berlebihan menjelang liburan
seperti pada akhir pekan (weekend), tutup tahun (january effect) perayaan tahun
baru keagamaan, hari kemerdekaan, dan beberapa event yang lainnya. Tidak ada
jaminan bahwa momen anomali pasar ini akan menguntungkan investor oleh
karena itu investor perlu berhati – hati dan penerapan strategi timing jual beli
yang tepat menjadi kunci keberhasilan investor dalam memanfaatkan anomali
tersebut.
Anomali pasar berdampak buruk pada pasar modal yang bersangkutan
karena menyebabkan pasar modal tidak lagi menampilkan keadaan ekonomi yang
sebenarnya. Keadaan terganggu, tidak ada jaminan atas kebenaran data yang
disajikan karena data-data tersebut terbentuk atas keadaan yang bukan berasal
dari informasi yang ada. Salah satu anomali yang bertentangan dengan teori pasar
efisien adalah January Effect (As’adah,2009). January effect adalah sebuah
perusahaan sekuritas. January effect terjadi akibat dari perusahaan – perusahaan
yang melakukan perbaikan laporan keuangannya diakhir tahun agar portofolio
perusahaan terlihat baik. Perusahaan-perusahaan tersebut melepas saham-saham
dengan kondisi buruk pada bulan Desember dengan tujuan untuk mengurangi
beban pajak diakhir tahun, sehingga investasi perusahaan yang tersaji di laporan
keuangan adalah investasi-investasi dengan nilai baik. January effect dapat
diartikan suatu kondisi tahunan yang terjadi dipasar modal dimana pada bulan
januari rata-rata return bulanannnya cenderung lebih tinggi.
Sedangkan menurut Asnawi dan Wijaya (2006) menyatakan bahwa
January effect merupakan efek psikologis yang mana pada kondisi akhir
Desember sebagai liburan (lesu) dan memasuki bulan Januari sebagai semangat
baru bagi para investor. (Sharpe, 1995) dalam (Maria, 2013) menyebutkan bahwa
terdapat tiga penyebab terjadinya january effect,yaitu : 1) tax-loss selling, 2)
window dressing, 3) small stock’s beta. Tax-loss selling merupakan suatu
fenomena dengan menjual saham-saham yang hasilnya buruk dengan tujuan
untuk memperbaiki laporan keuangannya yang nantinya akan berdampak kepada
pengurangan pajak pada pada akhir tahun. Sedangkan pada window dressing,
tidak jauh berbeda dengan tax-loss selling pada dasarnya hal yang dilakukannya
adalah sama yaitu dengan menjual saham-saham dengan kerugian besar, namun
letak perbedaanya adalah hal ini dilakukan bukan untuk tujuan pengurangan pajak
melainkan memperbaiki portofolio akhir tahun yang dimiliki perusahaan agar
januari, perusahaan kecil lebih memberikan tingkat return yang lebih tinggi
dibandingan dengan perusahaan besar.
January Effect merupakan anomali pada pasar saham dimana harga saham
meningkat pada bulan Januari dibandingkan dengan bulan-bulan lain. Hal ini
membuka peluang bagi investor untuk mendapatkan abnormal return dengan
menjual kepemilikan saham mereka saat harga naik dibulan Januari. Bulan
januari merupakan bulan dimana para investor berharap untuk mendapatkan
abnormal return. Para perusahaan memulai aktivitas baru didalam tahun yang
lain, reaksi perusahaan tersebut dapat menciptakan reaksi terhadap harga
sahamnya. Sehingga akan dibaca oleh investor dan nyatanya meningkatkan return
di bursa saham pada bulan januari telah menjadi fenomena yang terjadi berulang
kali setiap tahunnya (Suad, 2005:17). Abnormal return merupakan selisih antara
tingkat keuntungan yang didapatkan dan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Return saham adalah upah atas hasil yang didapatkan oleh investor dalam
keputusannya menanamkan modal pada perusahaan tertentu atau hasil yang
diperoleh dari investasi (Jogiyanto,2009:195). Return merupakan salah satu
cerminan keadaan saham yang paling valid, jika return yang diterima investor
tinggi, maka saham yang ada dalam keadaan baik, begitu pula sebaliknya. Hal ini
kemudian dapat digunakan untuk melihat apakah pada bulan januari return saham
di Indeks Saham Syariah Indonesia cenderung lebih tinggi atau lebih rendah.
Penyebaran informasi yang tidak simetris dipasar menyebabkan terjadinya
saham baru, penerbitan obligasi, penerbitan stock split. Banyak yang mengkaitkan
anomali dengan pasar efisien bentuk semi kuat dan anomali dapat dieksploitasi
untuk mengoptimalkan abnormal return.
Menurut (Elton dan Gruber 1995) Size Effect merupakan ukuran sebuah
perusahaan yang mana return pada perusahaan berkapitalisasi kecil cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kapitalisasi besar. Kapitalisasi pasar
adalah nilai dari saham sebuah perusahaan yang beredar di pasar. Dimana harga
tersebut menjadi patokan investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Kapitalisasi pasar kadang sering dikaitkan dengan ukuran besar kecilnya sebuah
perusahaan, jadi semakin besar perusahaan maka kapitalisasi sahamnya semakin
tinggi begitu juga sebaliknya. Selain itu saham yang kapitalisasi besar
memungkinkan sahamnya lebih likuid dan mudah diperjualbelikan di bursa,
sehingga investor tidak resah dengan adanya anomali pasar seperti efek januari
atau efek ukuran.
Kapitalisasi pasar dapat digunakan dalam menilai apakah saham-saham
yang berkapitalisasi kecil yang akan terkena dampak efek ukuran, dimana saham
yang berkapitalisasi mendapatkan pengembalian return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan saham yang berkapitalisasi besar dan sedang. Ang (2000)
dalam Aulia (2013) menemukan adanya saham yang kapitalisasi pasarnya
dibawah 1 triliun rupiah. Saham ini menghasilkan return of invesment yang tinggi
karena harganya yang relatif murah, namun demikian diiringgi oleh risiko yang
incaran para investor karena potensi pertumbuhan yang bagus dan saham-saham
kelompok ini umumnya banyak sekali peminatnya sehingga harga sahamnya
relatif tinggi.
Berdasarkan kapitalisasi, jenis-jenis saham dikategorikan menjadi 3 yaitu,
saham unggulan (Blue Chip – Big Cap) saham kategori ini termasuk saham yang
berkapitalisasi pasar diatas Rp. 5 triliun selain itu kinerja dan fundamentalnya
baik karena dikelola dengan professional dan saham ini banyak menjadi incaran
investor karena risiko yang relatif rendah. Kedua, saham lapis kedua (Second
Layer –Medium Cap) merupakan saham dengan kapitalisasi pasar antara Rp. 1
triliun sampai Rp. 5 triliun, pergerakan saham lapis kedua ini kadang fluktuatif
dan fundamental perusahaan cukup baik, namun saham ini tidak begitu likuid
dibandingkan dengan saham unggulan. Ketiga, saham lapis ketiga (Third Layer –
Small Cap) saham yang berkapitalisasi pasar kecil, yaitu dibawah Rp. 1 triliun
dan jenis saham ini sering dikenal dengan saham tidur dengan harga saham yang
murah dapat memungkinkan risiko yang besar berupa kerugian (Ang,1997) dalam
(Agus,2007).
Alasan untuk pemilihan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah
indeks tersebut merupakan indeks keseluruhan saham syariah yang ada di
Indonesia selain itu Indeks Saham Syariah Indonesia sebelumnya belum pernah di
uji terkait fenomena January Effect dan Size Effect. Jumlah konstituennya kadang
berubah-ubah setiap dilakukan review pada 6 bulan sekali yaitu pada bulan Mei
periode ke-1 saham ISSI berjumlah 212 hingga tahun 2016 periode ke-1 saham
ISSI berjumlah 306, dan setiap periode jumlah sahamnya berbeda-beda. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor emiten yang bergabung bahwa saham
tersebut tidak aktif dalam perdagangan dan tidak termasuk kriteria dalam saham
ISSI. Hal itu menunjukkan bahwa para investor dapat memilih saham yang
diinginkan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selanjutnya indeks tersebut akan
digunakan sebagai indikator untuk mengetahui apakah akan terjadi fenomena
January Effect dan Size Efeect di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) periode
2011 – 2016.
Dalam penelitian terdahulu, pernah diteliti tentang fenomena January
Effect dan Size Effect diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Mark Haug dan
Mark Hirschey (2006) mengungkapkan hasil yang sejalan dengan Rathinasamy,
R.S dan Mantripragada, Krisna G. (1996) yang menunjukkan bahwa terjadi
January Effect dan return pada saham berkapitalisasi kecil cenderung lebih tinggi
dibulan Januari dengan periode antara 1803 sampai 2004.
Agus Wahyu Pratomo (2007) dalam penelitiannya bertujuan untuk
mengetahui adanya January Effect dan Size Effect di perusahaan-perusahaan yang
terdaftar pada BEJ periode penelitian dari Januari 1998 sampai Desember 2005,
menghasilkan penelitian bahwa return bulan Januari bukan merupakan bulan
dengan return tertinggi sedangkan untuk efek ukuran perusahaan tidak diperoleh
disimpulkan bahwa tidak adanya fenomena efek ukuran perusahaan di Bursa
Efek Jakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Luluk As’adah (2009) menguji pengaruh
January Effect pada saham yang terdaftar di JII periode Desember tahun 2003
hingga Januari 2008 dengan 12 perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitiannya. As’adah (2009) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa dalam
periode penelitiannya tidak ada korelasi antara abnormal return dengan tax loss
selling maupun window dressing dengan kata lain tidak terdapat January Effect
dari abnormal return maupun volume perdagangan.
Penelitian Wiwit Rahayuningsih (2014) tentang “Pengaruh January Effect
dan Size Effect terhadap return saham di Jakarta Islamic Index (JII) tahun
2010-2013” menyimpulkan bahwa January Effect tidak berpengaruh terhadap return
saham di Jakarta Islamic Index selama periode penelitian tahun 2010-2013
dengan hasil uji one sample test diperoleh nilai return saham tertinggi pada bulan
April sebesar 2.0218 sedangkan pada bulan Januari nilai return sahamnya 0.407.
Selain itu menurut Wiwit Rahayuningsih (2014) January Effect tidak terjadi di
pasar modal indonesia dikarenakan mayoritas masyarakat Indonesia adalah
muslim sehingga mereka tidak merayakan natal dan tahun baru sebagai event
untuk liburan dan menjual sahamnya di bulan Desember dan membeli kembali di
Pada penelitian Devita Nursanti (2014) mengungkapkan tentang
“Perbedaan January Effect dan Rogalsky Effect pada Perusahaan yang tergabung
dalam Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013”
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan return saham pada bulan Januari
dengan bulan selain Januari dan tidak ada perbedaan return saham pada bulan
April dengan bulan selain April pada perusahaan yang tergabung dalam Jakarta
Islamic Index di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013.
Penelitian ini dilakukan atas dasar ketidakkonsistenan hasil penelitian dari
berbagai literatur yang telah dilakukan sebelumnya sehingga perlunya dilakukan
penelitian kembali dengan objek yang berbeda. Penelitian yang akan dilakukan
saat ini memilih Return, January Effect dan Size Effect sebagai variabelnya
dengan harapan hasil penelitiannya lebih akurat. Data penelitian ini menggunakan
data bulanan periode Oktober 2011 sampai September 2016.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti tentang fenomena January Effect dan Size Effect di
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk
melanjutkan penelitian terdahulu dengan judul “ANALISIS FENOMENA
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, berikut rumusan masalah dari
penelian ini:
1. Apakah terdapat perbedaan rata-rata return saham pada bulan Januari dan
bulan selain Januari diIndeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun
2011-2016?
2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata return saham pada perusahaan
kapitalisasi kecil, sedang dan besar diIndeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) pada tahun 2011-2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata return saham pada bulan Januari
dan bulan selain Januari diIndeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tahun
2011-2016.
2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata return saham pada perusahaan
kapitalisasi kecil, sedang dan besar diIndeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) pada tahun 2011-2016.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan antara lain :
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap ilmu
investasi bagi akademisi, para pelaku pasar modal, khususnya bagi peneliti
sendiri.
2. Kegunaan Praktis
Selain dilihat dari kegunaan teoritis, penelitian ini juga diharapkan
dapat berguna :
a. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
peluang terjadinya January Effect dan Size Effet di pasar modal Indonesia
khususnya diIndeks Saham Syariah Indonesia (ISSI),sehingga dapat
menjadi wacana yang bermanfaat di bidang investasi bagi para investor.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat ukur
efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada didalam
proses operasional perusahaan.
c. Bagi Pihak-Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh
pihak-pihak lain yang berkepentingan, baik sebagai referensi maupun
A. Tinjauan Pustaka
Pada tinjauan pustaka ini peneliti akan mengemukakan
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, digali dari berbagai macam
literatur. Dimana penelitian tersebut memiliki korelasi dengan penelitian yang
akan dilakukan saat ini. Sebagaimana yang sudah dibahas dalam latar belakang
masalah.
Penelitian yang dilakukan Chaterjee (2000) menggunakan metode regresi
berganda untuk menganalisis anomali pasar. Data yang digunakan berasal dari
data harian return saham yang terdapat pada New York Stock Exchange, The
American Stock Exchange (ASE) dan Over the Counter (OTC) antara tahun 1987
dan 1992 juga menyimpulkan bahwa terdapat size effect terutama pada beberapa
hari pertama bulan Januari.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan Mark Haug dan Mark Hirschey
(2006) dengan judul “The January Effect” mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan Chaterjee (2000) dalam penelitiannya menghasilkan terjadinya
abnormal return pada saham yang berkapitalisasi kecil di bulan Januari.
Agus Wahyu Pratomo (2007) dengan judul “January Effect dan Size
Effect pada Bursa Efek Jakarta 1998-2005”. Menguji January Effect dengan
analisis regresi berganda dengan variabel dummy dan Uji beda T untuk efek
ukuran perusahaan. Menunjukkan hasil hanya pada bulan Agustus rata-rata return
dengan return tertinggi. Sedangkan untuk size effect perusahaan tidak diperoleh
hasil yang signifikan berbeda antara perusahaan yang berkapitalisasi kecil dan
besar artinya tidak terdapat size effect pada saham di BEJ.
Dalam penelitian Lukuk As’adah (2009) dengan judul “Pengaruh January
Effect Terhadap Abnormal Return dan Volume Perdagangan Pada Saham di
Jakarta Islamic Index Periode Desember 2003 – Januari 2008”. Menghasilkan
bahwa tidak terjadinya abnormal return dan volume perdagangan pada bulan
Januari di Jakarta Islamic Index Periode 2003 hingga 2008 dan dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi January Effect di JII.
Penelitian Kamaludin (2010) dengan judul “Bagaimana Keberadaan
January Effect di Bursa Asia?” Menghasilkan bahwa tidak terdapatnya efek
januari di bursa asia secara signifikan, tapi ditemukan hanya di dua bursa yang
mengalami efek januari yaitu: Indonesia dan Pakistan. Selain itu ditemukannya
holiday effect atau dikenal dengan anomali yang terjadi saat liburan.
Penelitian Andreas dan Ria Daswan (2011) tentang “January Effect pada
Perusahaan LQ-45 Bursa Efek Indonesia 2003-2008”. Menghasilkan kesimpulan
bahwa Abnormal return saham tertinggi terjadi di bulan Desember, kemungkinan
terjadinya Desember Effect disebabkan karena turunnya harga minyak dunia yang
memberikan sentimen positif terhadap investor (Kompas,2004).
Penelitian Indah Fitriyani dan Maria M. Ratna (2013) tentang “Analisis
January Effect Pada Kelompok Saham Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
Bulan Januari pada Indeks LQ-45 dan tidak terdapatnya Trading Volume Activity
selama periode 2009-2011.
Penelitian Siti Mardhiyah (2014) tentang “Pengaruh Bulan Perdagangan
Terhadap Return Saham: Pengujian January Effect di Indeks harga saham LQ-45
periode 2004-2012”. Menghasilkan bahwa return pada bulan Januari mempunyai
perbedaaan dengan bulan lainnya namun tidak signifikan sehingga tidak terjadi
January Effect pada bidang Keuangan Perbankan yang terdaftar di LQ-45 selama
2004-2012.
Penelitian Wiwit Rahayuningsih (2014) tentang “Pengaruh January Effect
dan Size Effect terhadap return saham di Jakarta Islamic Index (JII) tahun
2010-2013”. Menghasilkan penelitian bahwa January Effect dan Size Effect tidak
berpengaruh terhadap return saham di Jakarta Islamic Index (JII) dengan return
saham di Bulan Januari sebesar 0.407 dan nilai p-value 0.0596%.
Penelitian Devita Nursanti (2014) tentang “Analisis Perbedaan January
Effect dan Rogalsky Effect Pada Perusahaan yang Tergabung Dalam Jakarta
Islamic Index di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013”. Dengan hasil tidak
adanya perbedaan return saham pada bulan januari dengan bulan selain januari
B. Kerangka Teori 1. Pasar Modal
a. Pasar Modal Syariah
Pasar modal sebagai mana pasar pada umumnya, yaitu bertemunya
penjual dan pembeli. Namun, yang membedakan disini adalah yang diperjual
belikan di pasar modal adalah modal atau dana. Menurut Widoatmodjo (2009:11)
Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, dimana yang diperjual belikan adalah
dana-dana yang bersifat jangka panjang, yaitu dana-dana yang keterikatannya
dalam investasi yang lebih dari satu tahun. Pasar modal memiliki peran yang
sangat besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan
dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan keuangan.
Dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan
fasilitas yang mempertemukan dua pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang memerlukan dana (issuer).
Dengan adanya pasar modal, pihak yang mempunyai kelebihan dana dapat
menginvestasikan dananya dengan harapan memperoleh return sedangkan pihak
issuer (dalam hal ini perusahaan). Adapun dikatakan memiliki fungsi keuangan
karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh
return bagi pemilik dana, sesuai dengan proporsi dan karakteristik investasi yang
dipilih (Umam, 2013:35).
Menurut Soemitra (2009) dalam Endi (2016:12) pasar modal syariah
adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
prinsip syariah. Efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksudkan dalam akad
perundang-undangan dibidang pasar modal, dimana akad, pengelolaan
perusahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah. Pasar
modal syariah merupakan tempat terjadinya transaksi yang sesuai dengan syariah
islam dengan mekanisme yang digunakan tidak bertentangan dengan dengan
prinsip syariah, antara lain tidak mengandung dharar,gharar,riba,maysir dan
risywah. Dasar hukum pasar modal syariah terdapat pada Q.S Al-Baqarah:275,
Artinya : “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu dan urusan (terserah) kepada Allah. Orang
yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni neraka, mereka
Pasar modal syariah di Indonesia diharapkan dapat mengakomodir dan
menjadi alternatif para investor dalam berinvestasi dengan produk-produk yang
sesuai dengan prinsip dasar syariah. Keberadaan pasar modal syariah secara
umum berfungsi :
1) Memungkinkan bagi para investor berparsitipasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh keuntungan dan risikonya.
2) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan produksinya.
3) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor : 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 04
Oktober 2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal, telah menentukan kriteria produk-produk
investasi yang sesuai dengan ajaran islam. Pada Pasar Modal Syariah emiten yang
menerbitkan efek syariah harus memenuhi kriteria tertentu, yaitu :
1) Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa
Dana Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
(KIKEBA) Syariah dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan
2) Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan
yang memenuhi kriteria berdasar syariah dan tidak termasuk
saham yang memiliki hak-hak istimewa.
3) Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
4) Reksa Dana Syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai pemilik harta dengan manager investasi, begitu
pola pengelolaan dana investasi sebagai wakil Shahib Almal
maupun antara manager investasi sebagai shahib Almal dengan
pengguna investasi.
5) Efek Beragun Aset Syariah adalah efek yang diterbitkan oleh
kontrak investasi kolektif EBA syariah yang portofolio nya terdiri
dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga
komersial, tagihan yang timbul dikemudian hari, jual beli
kepemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat
investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan
investasi atau arus kas serta aset keuangan setara, yang disesuaikan
6) Surat Berharga Komersial Syariah adalah surat pengakuan atas
suatu pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
Berdasarkan Fatwa DSN Nomor : 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 04
Oktober 2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal, dalam Bab V tentang Transaksi Efek Pasal 5
tentang Transaksi yang Dilarang, daintaranya sebagai berikut:
1) Pelaksanaan transaksi harus dilakukan dengan prinsip
kehati-hatian serta tidak boleh melakukan spekulasi dan manipulasi yang
di dalamnya mengandung unsur dharar (kerusakan),gharar
(ketidakpastian),riba, maysir (judi),risywah (suap), maksiat dan
kezhaliman.
2) Tindakan spekulasi transaksi yang mengandung unsur
dharar,gharar,riba,maysir,risywah, maksiat dan kezhaliman,
meliputi :
a) Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu;
b) Bai al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek
syariah) yang belum dimiliki (short selling);
c) Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk
memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang;
e) Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada
transaksi tingkat (nisbah) utang perusahaan kepada lembaga
keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya;
f) Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah
dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban
penyelesaian pembelian efek syariah tersebut;
g) Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan penimbunan dan atau
pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan
perubahan harga efek syariah dengan tujuan mempengaruhi
pihak lain.
h) Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur diatas.
b. Pasar Efisien
Salah satu indikator dalam penilain baik tidaknya suatu pasar modal
adalah tingkat efisiensi. Pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga
sekuritas-sekuritasnya mencerminkan suatu informasi yang relevan, karena
semakin cepat informasi baru relevan pada harga sekuritas maka akan semakin
efisien kondisi pasar modal tersebut (Husnan,2009:260). Perubahan harga di
waktu lampau tidak dapat digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa
yang akan datang. Apabila perubahan harga saham mengikuti pola random walk,
maka penaksiran harga saham tidak dapat dilakukan berdasarkan harga-harga
historis akan tetapi lebih berdasarka pada suatu informasi yang relevan.
Menurut Jogiyanto (2008:517) Pasar efisien menyajikan tiga macam
informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yang sedang
dipublikasikan dan informasi private, sebagai berikut :
1) Efisiensi Pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari
sekuritas tercermin secara penuh informasi masa lalu.
2) Efisiensi Pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat jika
harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan, termasuk informasi yang berada dalam
laporan-laporan keuangan perusahaan emiten.
3) Efisiensi Pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisiensi pasar bentuk kuat jika harga-harga
sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang
tersedia termasuk informasi private.
c. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen ISSI di
review setiap 6 bulan sekali, yaitu pada bulan Mei dan November dan di
publikasikan pada awal bulan berikutnya, yaitu pada bulan Juni dan Desember.
Konstituen ISSI juga diperbaharui jika ada saham syariah yang baru tercatat atau
rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang digunakan dalam
perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember 2007. Indeks ISSI
diluncurkan pada tanggal 12 Mei 2011 (www.idx.co.id).
Seleksi Syariah
Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan perdagangan
yang dilarang.
Bukan termasuk lembaga keuangan konvensional
Bukan usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan
menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat
mudharat.
Tidak memproduksi,mendistribusikan dan memperdagangkan
makanan dan minuman haram.
Proses Evaluasi Emiten Setiap 6 Bulan Sekali
Sumber : Heri Sudarsono (2008:202) dalam Endi (2016:24)
Gambar 2.1 Tahapan seleksi saham ISSI
Perusahaan yang masuk dalam indeks ISSI akan terus dipantau
perkembangannya oleh otoritas terkait. Pengkajian ulang akan dilakukan setiap
semester sekali yaitu setiap awal bulan Mei dan November. Sedangkan perubahan
pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan
tidak konsisten terhadap prinsip syariah akan dikeluarkan dari Indeks ISSI dan
digantikan oleh emiten lainnya yang memenuhi kriteria.
d. Saham Syariah
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, mendefinisikan saham syariah merupakan
bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Landasan hukum yang berkaitan
dengan saham syariah adalah:
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan riba) maka ketahuilah bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
Investasi dalam membeli saham syariah merupakan alternatif bagi para
investor umumnya dan investor muslim khususnya dalam memilih saham-saham
yang ada di pasar modal. Karena berlandaskan prinsip syariah dan transaksinya
harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak boleh melakukan
spekulasi dan manipulasi yang didalamnya mengandung unsur dharar, gharar,
riba, maysir, risywah, maksiat dan kedzhaliman. (Dewan Syariah
Nasional-Transaksi yang Dilarang, 2014:603)
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 80/DSN-MUI/III/2011, tentang
penerapan prinsip syariah dalam mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas
dipasar reguler bursa efek :
Artinya : “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah maha
2. Anomali
a. Anomali Pasar Modal
Anomali adalah kejadian atau peristiwa yang tidak diantisipasi dan yang
menawarkan investor peluang untuk memperoleh abnormal return. Anomali pasar
menunjukkan suatu fenomena yang terjadi berulang-ulang dan secara konsisten
menyimpang dari kondisi pasar yang efisien secara informasi. Jones (1998:96)
menyatakan bahwa anomali merupakan teknik atau strategi yang tampak
bertentangan dengan konsep efisiensi pasar. Anomali menyebabkan pergerakan
pasar tidak lagi acak melainkan terstruktur pada waktu-waktu tertentu.
Anomali pasar menyebabkan pola pergerakan return yang dapat diprediksi
oleh para investor, untuk kemudian digunakan menghasilkan abnormal return
yang lebih tinggi. Jones mendefinisikan efek januari sebagai kecenderungan
tingginya saham yang berkapitalisasi kecil pada Januari dibandingkan
bulan-bulan lain (Jones,1995:332). Efek januari merupakan tindakan para fund manager
yang memborong kembali portofolio sahamnya setelah menjualnya menjelang
tutup buku untuk menghindari pajak yang besar. Terjadinya January Effect dapat
dipahami sebagai berikut. Pada pertengahan Desember fund manager mulai libur
karena cuti natal dan tahun baru. Fund manager baru masuk pada awal Januari
dimana mereka sudah mendapatkan data harga saham perusahaan yang baru.
Fund manager melakukan pembelian besar-besaran dan harga di dorong
ke atas sehingga tingkat pengembalian pada Januari lebih tinggi dibandingkan
anomali yang dikenal. Menurut Levi ada sedikitnya empat macam anomali pasar
dalam teori keuagan (As’adah,2009:14), yaitu :
1. Anomali Perusahaan (firm anomaly)
Anomali perusahaan terdiri dari :
a. size anomaly : Perusahaan kecil cenderung memiliki return lebih
besar meskipun sudah disesuaikan dengan risiko.
b. Close-end mutual fund : Return pada close-end funds yang dijual
dengan potongan cenderung yang lebih tinggi.
c. Neglet : Perusahaan yang tidak banyak diikuti oleh analis cenderung
menghasilkan return yang lebih tinggi.
d. Institutional holdings : Perusahaan yang dimiliki oleh sedikit institusi
cenderung memiliki return yang lebih tinggi.
2. Anomali Musiman
Meliputi :
a. January effect : Harga sekuritas cenderung naik di bulan Januari,
khususnya dihari-hari pertama.
b. Weekend effect : Harga sekuritas cenderung naik dihari jumat dan
turun dihari senin.
c. Time of day effect : Harga sekuritas cenderung naik di 40 menit
pertama dan 15 menit terakhir perdagangan.
d. End of month effect : Harga sekuritas cenderung naik dihari-hari
e. Seasonal effect : Saham perusahaan dengan penjualan musiman tinggi
cenderung naik selama musim naik.
f. Holiday effect : Ditemukan return positif pada hari terakhir sebelum
liburan.
3. Anomali Peristiwa (event anomaly)
Terbagi menjadi :
a. Analysis recommendation anomaly : Semakin banyak analisis
merekomendasi untuk membeli suatu saham maka semakin tinggi
harga akan turun.
b. Insider trading anomaly : Semakin banyak saham yang dibeli oleh
insiders semakin tinggi kemungkinan harga akan naik.
c. Listing anomaly : Harga sekuritas cenderung naik setelah perusahaan
mengumumkan akan melakukan pencatatan saham di bursa.
d. Value line anomaly : Harga sekuritas akan terus naik setelah value
line menempatkan rating perusahaan pada urutan tinggi.
4. Anomali Akuntansi (accounting anomaly)
Dibedakan menjadi :
a. Price earnings ratio anomaly : Saham dengan price earnings ratio
rendah cenderung memiliki return yang lebih tinggi.
b. Earnings surprice : Saham dengan capaian earnings lebih tinggi
cenderung mengalami peningkatan harga.
c. Price to sales anomaly : Jika ratio rendah cenderung berkinerja lebih
d. Price to book anomaly : Jika ratio rendah cenderung berkinerja lebih
baik.
e. Dividend yield anomaly : Jika yieldnya tinggi cenderung berkinerja
lebih baik, dan
f. Earnings moment anomaly : Saham perusahaan yang tingkat
pertumbuhan earningsnya meningkat cenderung berkinerja lebih baik.
Pengujian pasar tidak efisien seperti anomali pasar menggunakan
data-data masa lalu. Data masa lalu ini digunakan untuk memprediksi harga saham
dimasa yang akan datang dengan menggunakan analisis teknikal. Analisis
teknikal memprediksi harga saham melalui data-data masa lalu sebagai dasar
dalam menentukan harga saham dimasa mendatang. Keputusan investor untuk
membeli, menjual maupun menahan sahamnya didasarkan pada data-data harga
saham masa lalu.
b. January Effect
January effect merupakan salah satu bentuk anomali kalender dalam tahun
atau biasa disebut month of the year effect (Andreas dan Ria Daswan, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi January Effect ini karena adanya penjualan
saham pada akhir tahun guna untuk mengurangi beban pajak, merealisasikan
capital gain, pengaruh dari portofolio window dressing, atau para investor
menjual sahamnya untuk liburan. Terjadinya january effect bisa ditunjukkan
dengan adanya abnormal return yang diperoleh investor. Rozeff dan Kinney
Case of Stock Return” diketahui bahwa terdapat rata-rata tingkat keuntungan
bulanan saham pada New York Stock Exchange menggunakan data 100
perusahaan dari tahun 1948 sampai 1970, hasil penelitian menemukan adanya
efek musiman, rata-rata tingkat keuntungan pada bulan Januari lebih tinggi
dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya selain itu pajak-pajak keuntungan
modal (taxes on capital gain) adalah penyebab January Effect. Menurut Roll
(1981) dan Rogalsky –Tinic (1986) The January Effect mensyaratkan bahwa
terdapat perbedaan yang nyata antara return bulan januari dengan bulan-bulan
sesudahnya dimana rata-rata return bulan Januari lebih tinggi dari return
bulan-bulan lainnya. Banyak penelitian memperlihatkan bukti-bukti yang meyakinkan
pada return saham yang tinggi dan kapitalisasi perusahaan kecil lebih baik dari
pada perusahaan besar di bulan Januari (Agus Wahyu Pratomo, 2007).
c. Size Effect
Menurut (Sugiarto, 2011) dalam (Wiwit, 2013) ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya modal
yang digunakan, total aktiva yang dimiliki atau total penjualan yang diperoleh.
Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung
risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan
yang berkaitan dengan operasinya (Adiwiratama, 2012) dalam (Rahayu,2013).
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang besar memiliki manajeman risiko
dimana rata-rata return tertinggi terjadi pada saham-saham dengan kapitalisasi
pasar kecil (small) dibandingkan dengan saham dengan kapitalisasi besar (big).
3. Klasifikasi Saham a. Return Saham
Return saham adalah upah atau timbal balik yang didapatkan oleh para
investor atas keputusannya menanamkan modal pada perusahaan tertentu atau
hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2008:195). Return merupakan
salah satu cerminan saham, ketika return tinggi maka kemungkinan saham dalam
kondisi baik dan sebaliknya ketika return rendah maka kemungkinan saham
dalam kondisi tidak baik. Return dapat juga berupa realisasi yang sudah terjadi
atau return ekspetasi, yaitu yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi
dalam masa mendatang. Berikut adalah formula return :
Keterangan :
R = Tingkat keuntungan/pengembalian
Pt = Harga penutupan hari t
Pt-1 = Harga penutupan hari sebelumnya
b. Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih antara expected return dengan ralized
return, atau dengan kata lain selisih antara return yang diharapkan dengan return
yang didapatkan sesungguhnya (Jogiyanto, 2008:195). Abnormal return tidak
hanya bernilai positif atau berbentuk keuntungan melainkan bisa muncul sebagai Pt – Pt-1
kerugian yang nilainya negatif. Ketika January effect terjadi maka investor akan
mendapatkan Abnormal return yang cenderung tinggi karena keadaan pasar yang
bergerak begitu saja.
c. Market Capitalization (Market-Cap)
Kapitalisasi pasar adalah nilai dari saham suatu perusahaan yang beredar
di pasar bursa. Dalam konteks ini, nilai perusahaan berbeda dengan nilai aset
perusahaan, sehingga kapitalisasi pasar tidak menggambarkan nilai aset
perusahaan. Kapitalisasi pasar sangat mungkin nilainya lebih besar atau lebih
kecil dari nilai aset perusahaan. Bagi perusahaan publik kapitalisasi pasar ini
sangat penting karena ia juga mencerminkan ukuran suatu perusahaan.
Kapitalisasi pasar dapat dihitung dengan mengalikan jumlah saham beredar
dengan harga saham dipasar. Dapat digambarkan seperti ini, perusahaan RST
memiliki jumlah saham yang beredar sebesar 1 miliar lembar dengan harga saham
dipasaran Rp. 3.000/lembar. Hal itu berarti, kapitalisasi pasar perusahaan RST
adalah Rp. 3 triliun.
Perhatikan, bahwa nilai kapitalisasi pasar ditentukan oleh dua hal, yakni
jumlah saham yang beredar dan harga saham di pasar. Disini dapat disimpulkan
bahwa nilai kapitalisasi pasar perusahaan dapat dan selalu berubah dari waktu
kewaktu, baik naik ataupun turun. Jika harga saham naik, maka nilai perusahaan
itu naik dan sebaliknya jika harga turun, maka nilai perusahaan juga turun. Dalam
dunia investasi, kita mengenal banyak sekali jenis saham. Di Indeks Saham
Syariah Indonesia misalnya, terdapat lebih kurangnya 300 saham syariah yang
perusahaan tersebut tentu tidak sama. Ada yang kecil (small cap), sedang
(medium cap) dan juga ada yang unggulan (big cap). Perbedaan tersebut
merupakan sebuah upaya dalam klasifikasi untuk memudahkan dalam
menganalisa.
4. Kerangka Pemikiran
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang
sebagai seorang investor apabila melakukan investasi dalam bentuk apapun
(Helmi dalam Fahmi,2012). Alasan utama investor berinvestasi adalah untuk
memperoleh keuntungan. Dalam manajemen investasi tingkat keuntungan
investasi disebut return (Tandelilin,2001:47). Sedangkan risk merupakan korelasi
langsung dengan pengembalian risiko, yaitu semakin tinggi pengembalian maka
semakin tinggi risiko. Oleh karena itu investor harus menjaga tingkat risiko
dengan pengembalian yang seimbang. Dalam pasar yang kompetitif, perubahan
harga ditentukan oleh besar kecilnya permintaan serta penawaran. Permintaan dan
penawaran tersebut dipengaruhi oleh informasi yang masuk ke dalam pasar.
Apabila pasar efisien berlaku pernyataan bahwa investor tidak mampu
memperoleh abnormal return dengan menggunakan strategi perdagangan.
Namun, pada kenyataannya ada anomali-anomali yang berlawanan dengan teori
pasar efisien.
Menurut French dan Trapani (1994) dalam Agus (2007) kebanyakan
return tertinggi terjadi pada minggu pertama pada bulan Januari. Selain itu
menyatakan bahwa tingkat penjualan lebih tinggi terjadi pada bulan Desember
sedangkan tingkat pembelian saham lebih tinggi pada bulan Januari. January
Effect merupakan salah satu anomali musiman yang terjadi karena cenderung
return pada bulan Januari lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lainnya. Size
Effect merupakan anomali perusahaan dimana saham pada perusahaan yang
berkapitalisasi kecil (small) mempunyai return yang lebih tingggi dibandingkan
dengan saham pada perusahaan yang berkapitalisasi besar (big) (Ang, 2000)
dalam (Aulia, 2013).
Dalam investasi portofolio, nilai kapitalisasi pasar memiliki makna yang
penting bagi investor. Ia juga memiliki indikator kekuatan yang dapat
memperngaruhi minat investor untuk menjadikannya sebagai instrumen
portofolio atau tidak. Pada umumnya, semakin besar nilai kapitalisasi pasar, maka
semakin besar juga daya pikat saham tersebut bagi investor. Begitu pula
sebaliknya semakin kecil nilai kapitalisasi semakin kurang menarik saham
tersebut bagi investor. Karena kapitalisasi pasar yang besar mencerminkan saham
yang ada didalamnya likuid dan risiko yang terjadi tidak terlalu besar
dibandingkan dengan saham yang berkapitalisasi kecil.
Kerangka pemikiran dibangun untuk memperlihatkan hubungan sebab dan
akibat masing-masing variabel dependen dan independen dalam satu penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah, kerangka teoritik dan review penelitian terdahulu,