TRAUMA HEALING ANAK-ANAK KORBAN SINABUNG
Ameilia Zuliyanti Siregar
Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
NIP. 19730527 200501 2 002
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TRAUMA HEALING ANAK-ANAK KORBAN SINABUNG
Ameilia Zuliyanti Siregar
Staf Pengajar Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU
Gunung Sinabung yang terletak di tanah Karo adalah gunung berapi aktif tertinggi
(2.460 meter) di Pendahuluan
Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi di provinsi itu. Ketinggian
gunung ini tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali
meletus pada tanggal 29 Agustus 2010. Pada tanggal 3 September 2010, terjadi dua
letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 wib, sedangkan letusan kedua terjadi
sekitar pukul 18.00 wib. Letusan pertama menyemburkan debu vulkanis setinggi 3
kilometer.
Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013,
telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini
hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2
letusan pada siang dan sore hari.
Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat
terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Pada tanggal 7 September 2010, Gunung
Sinabung kembali meletus dengan suara letusan terdengar sampai jarak 8 kilometer,
sedangkan debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara.
Letusan ini melepaskan
Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada
peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan
ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar lokasi meletusnya
gunung terpaksa mengungsi ke kawasan aman.
Akibat peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan ke level 3 menjadi Siaga.
Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013
status diturunkan menjadi level 2, Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan
kondisinya fluktuatif. Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan
letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul
03.00 dini pagi, status Gunung Siabung dinaikkan kembali menjadi Siaga. Sebanyak
Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran
1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi
(letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore,dilanjutkan
pada hari berikutnya, sebanyak lima kali. Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas
puncak gunung. Akibat rangkaian letusan ini
timur terkena
Gunung Sinabung dinaikkan ke level tertinggi, level 4 (Awas).
Status level 4 (Awas) ini terus bertahan hingga memasuki tahun 2014. Guguran
lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014. Mulai
tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas
terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi,
hingga melebihi 20 ribu orang ke kota Medan dan Kabupaten Langkat. Setelah kondisi ini
bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung Sinabung mulai stabil
dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya (5 km) dapat
dipulangkan. Namun demikian, sehari kemudian 14 orang ditemukan tewas dan 3 orang
luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa
Penduduk dari 21 desa dan
2 dusun harus diungsikan ke kota Berastagi.
Kecamatan
Hingga saat ini aktivitas Gunung Sinabung masih cukup tinggi, kegempaan masih
didominasi gempa hybrid yang mengindikasikan pertumbuhan kubah lava masih
berlangsung. Potensi erupsi disertai awan panas masih ada, meski intensitasnya menurun.
Sejak Sabtu 8 Februari 2014 terjadi 2 kali erupsi dan beberapa kali guguran. Status masih
Awas atau level IV, masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas pada radius 5 kilometer
dari puncak kawah. Masa tanggap darurat diperpanjang hingga Sabtu 15 Februari 2014.
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan
warga di 15 desa dan 2 dusun untuk tetap mengungsi. Desa-desa yang warganya harus
tetap mengungsi itu adalah Desa Mardinding, Perbaji, Selandi, Sukameriah, Guru Kinayan,
Gamber, Berastepu, Bekerah, Simacem, Sukanalu, Kuta Tonggal, Sigarang-garang, Kuta
Rakyat, Kuta Gugung, Kuta Tengah, Dusun Sibintun, dan Dusun Lau Kawar.Di luar desa yang berada dalam zona bahaya I. Gunung Sinabung akhirnya memberi
peringatan kepada kita manusia untuk intropeksi terhadap perlakuan kita kepada alam di
sekitarnya. Banyak pengungsi ditampung disekitar lokasi pengungsian di kota
tersebut dapat kembali ke tempat tinggal masing-masing dan beraktivitas di luar radius 5
kilometer dari kawah gunung.
BNPB menginstruksikan agar persiapan pemulangan pengungsi dilakukan dengan
baik dan bertahap. Pengungsi dari 17 desa di luar radius 5 kilometer yang boleh pulang
sesuai rekomendasi PVMBG dan keinginan pengungsi harus disiapkan baik. Tahap
pertama pemulangan akan dilakukan bagi 4 desa, yaitu Desa Batu Karang, Rimo Kayu,
Cimbang, dan Ujung Payung. Para Kepala Keluarga atau pria dewasa diharapkan
membersihkan rumah dahulu. Setelah itu keluarganya akan difasilitasi kepulangannya.
Hingga saat ini, jumlah pengungsi mencapai 32.351 jiwa dari 9.991 kepala keluarga (KK),
dan tersebar di 42 titik. Pengungsi berasal dari 32 desa dan 2 dusun. Ketersedian shelter, makanan, obat-obatan, air, dan toilet bagi pengungsi tercukupi dengan baik
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan aktivitas erupsi
Gunung Sinabung telah berkurang. Namun pengungsi malah bertambah menjadi 30.177
jiwa atau 9.388 kepala keluarga. Jumlah pengungsi sebelumnya 28.715 jiwa atau 9.045
kepala keluarga. "Jadi bertambah 1.402 jiwa atau 343 KK. Jumlah tersebut, berasal dari 34
desa dan empat kecamatan. Empat kecamatan tersebut yakni Payung, Simpang Empat,
Namantran, dan Tiganderket. "Semuanya termasuk ke dalam radius 5 kilometer dari
jangkauan erupsi”.
Pemerintah pusat memutuskan, dalam jangka pendek, sebulan hingga dua bulan ke
depan, warga korban erupsi Gunung Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara, akan dijamin
kehidupannya. Makan dan minum akan dicukupi pemerintah. Bahkan beasiswa bagi
murid-murid, siswa/i hingga mahasiswa agar anak-anak tidak putus sekolah.
Ratusan pengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung, Kabupaten Tanah Karo,
Sumatra Utara (Sumut), mengeluhkan minimnya fasilitas Mandi, Cuci dan Kakus (MCK).
Untuk menggunakan fasilitas MCK, mereka harus antre berjam-jam. Jika pun bisa
menggunakan MCK, air bersihnya belum mencukupi. Kondisi itu misalnya terlihat di
lokasi penampungan Jambur Sempakata di Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara (Sumut). Antrean panjang terjadi, Senin (16/9/2013), karena kamar mandi
yang ada di sana terbatas, sementara jumlah pengungsi semakin banyak. Di lokasi ini
fasilitas kamar mandi yang tersedia hanya 5 unit, masing-masing 2 untuk laki-laki, dan 3
Bantuan logistik dan kesehatan bagi warga di penampungan juga akan terus
dilanjutkan, demikian pula ketersediaan makanan minuman dan air bersih. Rata-rata
pengungsi yang datang ke posko kesehatan mengeluhkan demam, flu, diare dan ISPA.
Bahkan di antaranya sudah ada yang terkena penyakit kulit. Penanggulangan krisis
kesehatan yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan ialah pemberian bantuan obat
obatan, Makanan Pengganti ASI dan logistik kesehatan, melakukan analisis kebutuhan
pelayanan kesehatan reproduksi dalam situasi bencana mendata jumlah ibu hamil dan
Balita di semua pengungsian. Selain itu, mengirim tim kesehatan jiwa semenjak bulan
November Desember 2013 untuk memberikan pelayanan kesehatan di pos kesehatan dan
memetakan kesehatan jiwa di tiap Posko serta memberikan pelayanan kesehatan.
Sebanyak 2.856 anak-anak pengungsi korban letusan Gunung Sinabung di
Kabupaten Karo, Sumatera Utara tetap bersekolah seperti biasanya. Sebelum status
Gunung Sinabung dinyatakan "Awas" (level IV) anak- anak korban pengungsi Gunung
Sinabung sudah mengikuti proses belajar di sekolah-sekolah terdekat dengan lokasi
pengungsian dan sudah ditentukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Karo dengan
mengandalkan guru dari sekolah yang bersangkutan. Jumlah anak-anak pengungsi 2.856
orang, terdiri dari 1.579 pelajar tingkat SD, 835 pelajar tingkat SMP, dan 442 pelajar
tingkat SMA yang memiliki motivasi belajar walaupun dalam situasi berkabung duka di
lokasi pengungsian.
Trauma Healing Anak-Anak Sekitar Lokasi Gunung Sinabung
Kegiatan trauma healing pada anak-anak akibat gunung meletus di Tanah Karo dilakukan dengan cara membuat permainan bersifat edukasi. Kegiatan di antaranya diisi
dengan kampanye hidup sehat untuk anak-anak, tidak membuang sampah sembarangan,
mencuci tangan dengan sabun, buang air di toilet (toilet training).
Disamping itu, pelaksanakan perlombaan olahraga Turnamen futsal dalam tajuk
“Sinabung Ceria” turnamen futsal oleh Dompet Dhuafa, di ikuti oleh perwakilan tim dari tiap posko pengungsian yang ada disekitar Kabupaten Karo, yaitu: Tim Pos Pengungsian
Islamic Center Kabanjahe (2 tim): Tim Posko Maka Mehuni (2 tim); Tim Pos Pengungsian
Lapangan Futsal “Champion Arta‟ (1 tim); Tim Pos Pengungsian Masjid Kaban Jahe (1 Memberi pengertian
Kegiatan yang setiap harinya diikuti oleh ratusan anak di pengungsian korban
erupsi Gunung Sinabung dilakukan oleh tim sukarelawan, pihak pemerintah, pihak swasta
dan partispan masyarakat dalam mengasah potensi intelektual anak-anak di
pengungsian. Kegiatan tersebut di antaranya lomba mewarnai dan menggambar dilengkapi
media grafis yang mudah dipahami anak, bercerita mengangkat tema kearifan lokal,
mendongeng, bercerita, bernyanyi dengan bahasa Karo dan menari adat dan budaya Karo.
Penutup
Namun perlu disadari bahwa penanganan anak dan perlindungan anak dalam situasi
darurat di lokasi bencana tidak bisa dilaksanakan secara eksklusif, untuk itu perlunya
keterlibatan banyak pihak yang mempunyai komitmen dan tanggung jawab diharapkan
bisa terkoordinasi dan dilaksanakan secara sinergis. Hal ini akan menjadi pemikiran kita
bagaimana pemenuhan hak akan terus dilaksanakan pada masa tanggap darurat dan pasca
darurat (rehabilitasi dan resosialisasi) yang menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar anak,
pendidikan anak, kesehatan anak, dan kesejahteraan anak.
Semoga upaya sistematis dan terstruktur dalam program perlindungan anak yang
telah dilaksanakan di Tanah Karo menjadi miniatur produk (model) dan akan
berkesinambungan dengan program yang ada di daerah dan mampu untuk diteladani di
wilayah-wilayah lain di Indonesia.
Trauma healing disarankan dilakukan tidak hanya satu kali, namun dilakukan
secara rutin dan berkesinambungan agar anak-anak tetap punya semangat dan motivasi
dalam menjalani aktivitas pendidikan dan kehidupannya di masyarakat kita.Semoga!
Daftar Pustaka
http://www.dompetdhuafa.org/trauma-healing-anak-pengungsi-sinabung-dompet-dhuafa-gelar-kompetisi-futsal/ Diakses pada tanggal 4 Maret 2014.
Februari 2014
Diakses pada tanggal 18 Februari 2014.
http://www.martabesumut.com/ berita-2781-4-10-jan-2014-gunung-sinabung-meletus-254-kali-gempa-hybrid-9403-kali--643-guguran-awan-panas.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2014.