• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEBUTUHAN DAN GLOBALISASI TERHADAP MINAT REMAJA PADA KESENIAN TRADISIONAL DI DESA PATOMAN KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEBUTUHAN DAN GLOBALISASI TERHADAP MINAT REMAJA PADA KESENIAN TRADISIONAL DI DESA PATOMAN KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2013"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KEBUTUHAN DAN GLOBALISASI TERHADAP MINAT REMAJA PADA KESENIAN TRADISIONAL

DI DESA PATOMAN KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN 2013 Oleh

NENI PURNAMASARI

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menguji pengaruh kebutuhan terhadap minat remaja pada kesenian tradisional di desa patoman kecamatan pagelaran kabupaten pringsewu. Serta menjelaskan dan menguji pengaruh globalisasi terhadap minat remaja pada kesenian tradisional di desa patoman kecamatan pagelaran kabupaten pringsewu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 orang. Pengumpulan data menggunakan tehnik angket, wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat.

Berdasarkan pengujian dan analisis data dapat diketahui bahwa: 1. Terdapat pengaruh kebutuhan terhadap minat remaja pada kesenian tradisional di desa Patoman kecamatan Pagelaran kabupaten Pringsewu tahun 2013. Hal ini berarti bahwa minat remaja pada kesenian tradisional ditentukan oleh kebutuhan yakni keinginan, kehendak dan harapan para remaja pada kesenian tradisional. 2. Terdapat pengaruh globalisasi terhadap minat remaja pada kesenian tradisional di desa Patoman kecamatan Pagelaran kabupaten Pringsewu tahun 2013. Hal ini berarti bahwa minat remaja pada kesenian tradisional ditentukan oleh globalisasi yang merubah pola pikir, semangat dan gaya hidup yang dimiliki para remaja. .

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan dapat memicu terjadinya konflik yang dengan susah payah dan penuh pengorbanan telah dapat datasi, sehingga sekarang bangsa Indonesia dapat tetap utuh sebagai suatu bangsa yang majemuk. Keberagaman inilah yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia yang harus dipertahankan agar tidak luntur karena kemajuan zaman yang sangat pesat pada saat ini. Kebudayaan daerah yang beraneka ragam adalah salah satu kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan oleh semua warga negara terutama generasi muda.

(3)

suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.

Teknologi yang berkembang pada era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, di dalam diri generasi muda perlu benar-benar mengerti dan memahami nilai-nilai budaya yang ada pada suatu kebudayaan di lingkungan masyarakat, karena dengan memahami nilai-nilai budaya yang sebenarnya maka masuknya kebudayaan asing akan dapat disaring secara baik oleh generasi muda. Melalui pemahaman nilai-nilai budaya yang kuat dikemudian hari dapat menjadi dasar dari terbentuknya kebudayaan baru dengan harapan tidak melupakan kebudayaan asli Indonesia.

(4)

Hadirnya kebudayaan barat secara global membuat nilai-nilai budaya etnis menemukan titik-singgung dalam membentuk budaya Indonesia yang baru. Meskipun kebudayaan yang baru itu merupakan sistem dan nilai budaya yang baru, faktor nilai budaya etnis (tertentu) akan terasa di dalam budaya yang sedang terbentuk. Melalui kreativitas, nilai-nilai budaya etnis yang kuat dan lentur akan memberi kontribusi yang penting didalam proses pembentukan kebudayaan baru tersebut. Proses pembentukan kebudayaan Indonesia dengan demikian berlangsung tidak melalui proses yang sentralistis. Beberapa sentra dan bagian-bagian kebudayaan haruslah ditumbuhkan dan dikembangkan guna memungkinkan nilai-nilai budaya etnis dapat dipadukan dan menemukan titik-singgung dengan nilai-nilai budaya global. Nilai-nilai budaya yang demikian yang akan membentuk sistem budaya dalam menghadapi tantangan-tantangan kebudayaan di masa depan. Kebudayaan berubah seirama dengan perubahan hidup masyarakat. Perubahan itu berasal dari pengalaman baru, pengetahuan baru dan akibatnya dalam penyesuaian cara hidup dan kebiasaannya kepada situasi baru.

(5)

dari kebhinekaan. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Bangsa Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran secara nasional.

Dapat dikatakan kesenian tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional sekarang ini masih sangat dibutuhkan mengingat fungsinya sebagai ciri khas dalam kebudayaan asli Indonesia. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, kesenian tidak hanya menyentuh dimensi keindahan semata-mata, akan tetapi senantiasa tidak pernah terlepas dari masalah keseluruhan kebudayaan. Cara berpikir, suasana cita rasa, diafragma pandangan duniawi, dan kebijakan mengelola kehidupan, kesemuanya berkaitan dengan gugusan nilai, makna, moral, keyakinan, serta pengetahuan yang menyeluruh dalam kebudayaan di mana kesenian itu hidup. Pada kesenian melekat ciri-ciri khas suatu kebudayaan.

(6)

inilah yang kemudian akan menjadikan para pemuda memiliki jiwa Nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang luas.

Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kesenian tradisional, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa. Padahal perasaan bangga dan cinta terhadap tanah air yang kemudian akan membuat para pemuda Indonesia memiliki jiwa nasionalisme saat ini haruslah terus dipupuk. Agar para pemuda khususnya para remaja di era zaman sekarang ataupun di masa depan tidak terlalu mengelu-elukan kebudayaan yang ada di bangsa lain serta dapat menularkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air itu pada generasi selanjutnya.

(7)

semangat nasionalisme dan cinta tanah air, yang dapat dilakukan dengan senantiasa berusaha memelihara kesenian-kesenian tradisional asli Indonesia. Sehingga, sebagai warga negara Indonesia kita masih memiliki Identitas kebudayaan asli yang menjunjung tinggi nilai-nilai serta norma-norma yang telah sejak dulu ada. Hal inilah yang bisa dijadikan salah satu sarat utama dalam mewujudkan nasionalisme nasional bagi bangsa Indonesia.

Remaja merupakan bagian dari pemuda generasi penerus bangsa. Sebagai penerus bangsa, pemuda diharapkan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Sehingga dapat mempertahankan identitas bangsa, khususnya dalam hal kesenian tradisional. Pada bidang seni tradisional, pemuda memiliki peran yang cukup penting, yaitu untuk menggali kesenian tradisional dan meningkatkan minat rakyat terhadap seni tradisional itu sendiri. Sebab, tanpa adanya keinginan para remaja untuk terus mempelajari dan meningkatkan minat terhadap kesenian tradisional, baik dalam hal tarian, alat musik, lagu, dll, maka kesenian tradisional Indonesia akan menghilang. Padahal seni tradisional merupakan bagian dari budaya Indonesia dan salah satu kekayaan Indonesia.

(8)

Disisi lain masih ada juga para remaja yang ikut terlibat dalam kegiatan kesenian tradisional dan juga menyukainya bahkan mereka menganggap bahwa kesenian tradisional juga merupakan hiburan yang menarik untuk tetap dikembangkan karena sekarang ini kesenian tradisional dirasa sudah mulai sulit untuk ditemukan.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan melalui dokumentasi diperoleh data tentang jumlah remaja yang mengikuti kesenian tradisional di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 dari jumlah remaja usia 15-19 tahun yang berjumlah 474 orang, yakni sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data jumlah remaja yang mengikuti kesenian tradisional di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013.

Sumber: Sanggar kesenian tradisional Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu tahun 2013.

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa remaja di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu banyak yang kurang berminat pada kesenian tradisional. Kuda Lumping yang berminat hanya 24/474 X 100% = 5.06 % dari jumlah remaja 474 yang berminat hanya 5.06 %. Selanjutnya Sintreng yang berminat hanya 19/474 X 100% = 4.01 % dari jumlah remaja 474 orang yang berminat sebanyak 4.01% dan kemudian kesenian wayang kulit yang berminat hanya 22/244 X 100% = 4.64%. Beberapa faktor yang menjadi penyebab

No. Jenis Kesenian Tradisional Jumlah Keterangan

1. Kuda Lumping 24 orang

Jumlah Seluruh Remaja usia 15-19 tahun adalah 474 Orang

2. Sintreng 19 orang

3. Wayang Kulit 22 orang

(9)

kurangnya minat para remaja tersebut ialah karena, mereka kurang bisa memahami nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tradisional.

Kurangnya kebutuhan untuk menghargai keindahan yang ada pada kesenian tradisional, faktor ini merupakan salah satu faktor penentu timbulnya minat remaja pada kesenian tradisional karena apabila mereka merasa membutuhkan serta menghargai keindahan kesenian tradisional sebagai hiburan sekaligus ciri khas budaya bangsa Indonesia maka mereka akan tertarik dan tumbuh minatnya pada seni tradisional. Kesadaran akan kebutuhan inilah yang harusnya ada dalam diri seseorang setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan sekunder manusia. Selanjutnya, pandangan remaja terhadap kesenian tradisional, pandangan merupakan sudut pandang atau dapat dikatakan sebagai pemikiran mereka tentang seni tradisional kebanyakan dari para remaja menganggap seni tradisional sekarang ini sudah ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan era zaman modern sekarang ini serta tidak banyak lagi peminatnya bahkan pendapat mengenai kesenian tradisional yang masih dibutuhkan atau tidak para remaja disini terkesan bingung untuk menilainya karena mereka bernggapan sudah ada kesenian-kesenian modern yang lebih menghibur.

(10)

dihasilkannya pun besar dan dianggap mampu untuk menunjang kebutuhan para pelaku seninya sampai di masa depan nantinya.

Faktor globalisasi, faktor ini merupakan faktor yang membawa pengaruh kuat pada perubahan tata nilai dan sudut pandang para remaja-remaja ini terhadap seni tradisional. Adanya globalisasi yang dengan mudah membawa kebudayaan dari luar masuk ke dalam negeri membuat para remaja di sini menjadi terbawa ke dalam arus modernisasi yang kuat sehingga para remaja merasa segala sesuatu yang bersifat tradisional itu menjadi kuno dan akhirya mereka lebih menggemari hiburan-hiburan lain yang bersifat modern.

Kemajuan di bidang IPTEK yang merupakan dampak dari globalisasi juga berpengaruh terhadap minat remaja pada kesenian tradisional, kemajuan di bidang IPTEK menyebabkan terciptanya alat-alat atau media-media canggih yang saat ini bisa dijadikan hiburan baru yang lebih menarik dan lebih seru sehingga membuat para remaja seolah-olah tidak lagi membutuhkan kesenian tradisional sebagai hiburan.

Kebijakan pemerintah terhadap kesenian tradisional juga turut mempengaruhi minat remaja karena selama ini seruan-seruan yang dilakukan oleh pemerintah untuk melestarikan kesenian tradisional dirasakan hanya sebagai wacana semata. Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul “Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia‟,

(11)

mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Inilah yang kemudian membuat kesenian tradisional di mata publik seolah menjadi tenggelam karena kurangnya peran pemerintah sendiri terhadap kesenian tradisional terutama pada pelaku seninya.

Kurangnya minat remaja pada kesenian tradisional di desa Patoman ini juga turut dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dan keluarga. Hal ini dikarenakan jarangnya masyarakat yang mengadakan pertunjukan seni tradisional, kesenian tradisional baru diadakan hanya jika ada hari-hari besar tertentu saja. Selanjutnya, faktor dari keluarga atau kedua orang tua yang mungkin tidak pernah memperkenalkan anak-anaknya pada kesenian tradisional atau bahkan melarang para anaknya yang memiliki minat pada kesenian tradisional untuk tidak ikut serta dalam kegiatan seni karena dianggap sebagai profesi yang tidak memiliki masa depan seperti yang telah dijelaskan di atas. Atas dasar inilah penulis menganggap perlu untuk mengetahui bagaimana pengaruh kebutuhan dan globalisasi terhadap minat remaja pada kesenian tradisional di Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kurangnya minat remaja pada kesenian tradisional dipengaruhi oleh :

(12)

2. Globalisasi yang membawa kebudayaan asing masuk ke Indonesia.

3. Kemajuan di bidang IPTEK yang menyebabkan terciptanya alat-alat atau media-media canggih yang saat ini bisa dijadikan hiburan baru.

4. Kebijakan pemerintah, lingkungan, dan keluarga yang seolah kurang memperhatikan kesenian tradisional.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Pengaruh kebutuhan terhadap minat remaja pada kesenian tradisional. 2. Pengaruh globalisasi terhadap minat remaja pada kesenian tradisional. 3. Minat remaja pada kesenian tradisional.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat Pengaruh Kebutuhan Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2013?

(13)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menguji:

1. Pengaruh Kebutuhan Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

2. Pengaruh Globalisasi Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian Tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

1.6. Kegunaan Penelitian

1.6.1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritik penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan wilayah kajian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai moral Pancasila. Kajian penelitian ini berkaitan dengan upaya membina pengetahuan, keterampilan, dengan lebih banyak memberikan pemahaman tentang pelestarian keberadaan budaya tradisional sebagai identitas bangsa kepada remaja dan masyarakat luas, yang bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air di masyarakat.

1.6.2. Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis dari hasil penelitian ini diharapkan:

1. Masyarakat yaitu menumbuhkan kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya melestarikan budaya-budaya daerah yang semakin pudar dan mulai ditinggalkan penggemarnya.

(14)

1.7. Ruang Lingkup penelitian

1.7.1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang ilmu pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian PKn sebagai Pendidikan Moral pancasila. Karena tinjauan dilakukan dari aspek pendidikan kemasyarakatan, yang berkaitan dengan nilai sosial dan budaya.

1.7.2. Ruang Lingkup Subyek

Ruang lingkup subyek penelitian ini adalah Remaja di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

1.7.3. Ruang lingkup Objek

Ruang Lingkup Objek Penelitian ini adalah Pengaruh Kebutuhan dan Globalisasi Terhadap Minat Pada Kesenian tradisional.

1.7.4. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang Lingkup Wilayah dalam Penelitian ini adalah di Lingkungan Desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupten Pringsewu.

1.7.5. Ruang Lingkup waktu

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritis

2.1.1 Tinjauan Tentang Kebutuhan dan Globalisasi

1. Pengertian Kebutuhan

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Oleh karena itu, kebutuhan merupakan sesuatu yang diperlukan guna menumbuhkan minat terhadap sesuatu karena dengan adanya kebutuhan maka seseorang akan berusaha untuk memenuhinya.

Kebutuhan menurut Murray (1964: 161) adalah “suatu konstruk (fiksi atau konsep hipotesis) yang mewakili suatu daya dalam diri seorang individu pada bagian otak, kekuatan yang mengatur persepsi, apersepsi, pemahaman, konasi, dan kegiatan sedemikian rupa untuk mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan ke arah tertentu”.

(16)

Lionel Bobbins (Dikutip dari: Prayit Sulistya Asih. Error! Hyperlink reference not valid.) menyebutkan bahwa “kebutuhan adalah perilaku manusia sebagai kaitan antara hasil (tujuan) dengan sarana yang langka dan memilki kepuasan dari berbagai alternative penggunaan”.

Menurut Adam Smith (1981) kebutuhan adalah”suatu masalah atau sebab yang dapat menyebabkan kemakmuran dari suatu bangsa”. (Dikutip dari: Prayit Sulistya Asih. http://prari007luck.wordpress.com/2009/04/08/54).

Kebutuhan diberi arti sebagai sesuatu yang harus dipenuhi. Kedalam istilah “sesuatu” tersebut termasuk keinginan, kehendak, harapan, atau keadaan,

pengertian ini searah dengan definisi yang dikemukakan Morris dalam the American heritage dictionary yang menjelaskan bahwa “need is a condition or situation in which something necessary or desirable is required or wanted”

(Morris, 1976: 878). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan adalah suatu keadaan atau situasi yang di dalamnya terdapat sesuatu yang perlu atau ingin di penuhi. Sesuatu yang ingin dipenuhi itu dianggap perlu, penting, atau harus dipenuhi dengan segera.

(17)

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kebutuhan di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan adalah suatu perasaan kekurangan yang muncul secara naluriah akan sesuatu di dalam diri manusia yang ingin dipenuhi atau pun dipuaskan karena dianggap perlu dan penting yang kemudian mendorong seseorang untuk berprilaku hingga akhirnya dapat memenuhinya.

Menurut Abraham Maslow (1984: 95-96), kebutuhan manusia tersusun dalam suatu kesatuan yang hierarkis. Hierarki kebutuhan menurut Maslow :

1. Kebutuhan Fisiologis, kebutuhan pokok manusia, seperti; makan, minum, tidur.

2. Kebutuhan rasa aman, kebutuhan ini tidak hanya secara fisik saja akan tetapi rasa aman secara psikologis, seperti; tubuh yang sehat, terlindung dari bahaya.

3. Kebutuhan sosial, manusia sebagai makhluk sosial adakalanya memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan sesamanya atau yang lainnya maksudnya adalah manusia perlu berinteraksi untuk melaksanakan fungsinya sebagai makhluk sosial, seperti; berkawan, berkelompok, berkeluarga.

4. Kebutuhan esteem, kebutuhan akan pangakuan orang lain untuk dihargai mengenai keberadaannya dan statusnya di masyarakat, seperti; pengakuan akan martabat, derajat, status sosial, kedudukan.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk mengekspresikan diri, seperti; mengembangkan kegemaran, pengetahuan dan keterampilan tertentu.

(18)

tidak dapat beranjak pada kebutuhan esteem. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut akan mendorong timbulnya minat dalam diri seseorang untuk memenuhinya.

Maslow (1984: 98) mengetengahkan tiga prinsip yang dapat digunakan dalam upaya memenuhi kebutuhan (Dikutip dari file.upi.edu/Direktori/.../ASAS_ kebutuhan. pdf 13/02/02. Saturday, 16 Februari 2013). Pertama, upaya itu dimulai dari usaha

yang paling mungkin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kemudian, secara berangsur. Beralih kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Kedua apabila satu tingkat kebutuhan telah terpenuhi dengan baik maka kebutuhan yang serupa, yang muncul kemudian, akan dapat dipenuhi dengan mudah, ketiga, apabila kebutuhan dasar yang dirasakan oleh seseorang telah terpenuhi maka upaya tersebut akan menjadi motivasi bagi yang bersangkutan untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi sehingga pada suatu saat memungkinkan ia dapat memenuhi kebutuhan mengaktualisasi diri.

Menurut Nanang Ganda Prawira (2009: 6) kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk melangsungkan dan meningkatkan taraf hidup manusia terdiri dari kebutuhan:

a) Primer atau biologis

b) Kebutuhan sekunder atau sosial, dan

(19)

Pemenuhan kebutuhan manusia, yang dilakukan dengan berpedomankan kepada kebudayaan akan senantiasa menyesuaikan dengan sumber daya lingkungan alam-fisik, sosial-budaya dan perubahan-perubahannya, yang ada dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Secara operasional kebudayaan hanya mungkin terwujud sebagai sistem norma dan peranan yang mengatur berbagai tindakan warga masyarakatnya karena adanya pranata-pranata sosial yang dianggap menguntungkan oleh masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan teori kebutuhan, di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan budaya merupakan faktor penentu timbulnya minat dalam diri seseorang dalam hal ini ialah minat remaja pada kesenian tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan.

2. Pengertian Globalisasi

Globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.

(20)

Roland Robertson (1992) menyatakan “globalisasi tidak dapat disederhanakan secara objektif karena menyangkut meningkatnya saling keterkaitan, juga karena menyangkut budaya dan persoalan subjektif (yakni cakupan dan kedalaman kesadaran bahwa dunia adalah tempat yang tunggal)”. (Dikutip dari http://www.katailmu.com/2012/01/pengertian-globalisasi.html).

Menurut Malcolm Waters (1995) menyebutkan bahwa “globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma di dalam kesadaran orang”. (Dikutip dari http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/ pengertian-globalisasi.html. Saturday, 16 Februari 2013).

Globalisasi menurut Selo Soemardjan (2002:70) adalah “suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama”.

(21)

a. Aspek Globalisasi

Globalisasi dapat dinilai dari aspek positif dan negatif. Cochrane dan Pain (Adi Sulhardi 2011:3) menegaskan bahwa globalisasi mempunyai posisi teoritis sebagai berikut:

a. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap berjalannya orang dan lembaga di seluruh dunia. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal dapat hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. b. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka

berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan.

c. Para transformasionalis berada diantara para globalis dan tradisionalis telah sangat dilebih-lebihkan pada globalis. Mereka berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai “ seperangkat hubungan yang

saling berkaitan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagaian besar tidak terjadi secara langsung”.

b. Dampak Globalisasi

(22)

1. Bidang Politik

- Dampak Positif

a) Pemerintahan dijalankan dengan terbuka ( transparan ). b) Meningkatkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan.

c) Mendorong kreativitas rakyat sehingga menjadi alat control dan pengawas yang efektif untuk mengawasi pemerintahan.

d) Semakin banyaknya organisasi nonpemerintah, partai politik, dan LSM yang menyuarakan HAM dan aspires rakyat.

e) Terbukanya kesempatan untuk belajar dari Negara lain terkait dengan kebijakan politik yang telah sukses mereka diterapkan.

- Dampak Negatif

a) Semakin lunturnya nilai-nilai politik yang telah mendasar yang berdasarkan kekeluargaan, musyawarah mufakat dan gotong royong.

b) Semakin menguatnya nilai-nilai politik yang berdasar semangat individualis, kelompok dan tirani minoritas

c) Penyebaran nilai-nilai politik barat yang cenderung anarkis tanpa mementingkan kepentingan umum.

2. Bidang Hukum, Pertahanan dan Keamanan

- Dampak Positif

a) Semakin menguatkan jaminan pelaksanaan HAM.

(23)

c) Semakin menguatkan tuntutan aparat penegak hukum, pertahanan dan keamanan agar bertindak secara professional, transpararan dan tidak pandang bulu.

d) Masyarakat dapat melakukan kontrol hukum yang dilakasanakan oleh pemerintah.

- Dampak Negatif

a) Peran masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban berkurang karena telah menjadi tugas pihak yang berwajib

b) Akan semakin banyak pihak yang ingin memisahkan diri dari suatu megarah karena terpengaruh oleh kasus –kasus dinegara lain

3. Bidang Ekonomi - Dampak Positif

a) Dapat memperluas pasar untuk memproduksi barang dalam negeri hingga ke luar negeri.

b) Menigkatkan kesmpatan kerja dan menambah devisa Negara.

c) Mendorong masyarakat untuk belomba lomba menghasilkan produk berkualitas tinggi.

(24)

- Dampak Negatif

a) Beberapa usaha kecil akan tersingkir oleh usaha yang bermodal besar b) Akibat adanya pasar bebas, dapat mengancam produk dalam negeri yang

mayoritas kualitasnya jauh dibawah produk luar negeri

c) Membuka masuk untuk investasi luar negeri yang juga berpotensi dapat menguasai perekonomian dalam negeri yang tentu saja akan memperburuk kondisi perekonomian.

d) Memperlebar kesenjangan antara perekonomian Negara maju dan Negara berkembang.

3. Bidang Sosial dan Budaya

- Dampak Positif

a) Memajukan pola pikir masyarakat.

b) Meningkatkan etos kerja, disiplin dan jiwa kemandirian.

c) Mudahnya mengadopsi budaya budaya yang baik dari Negara lain.

- Dampak Negatif

a) Mudah masuknya budaya dari luar yang tidak sesuai dengan budaya Negara asal.

b) Luturnya semangat dan nilai – nilai yang telah mengakar.

c) Merusak moral bangsa akibat dari kurangnya penyaringan dari budaya yang masuk.

(25)

yang bermanfaat saja), hedonisme ( mengutamakan kepentingan dunia saja ) dan individualisme ( mengutamakan kepentikan diri sendiri).

2.1.2. Minat Remaja

Minat memegang peranaan yang sangat penting dalam kemampuan berhasil atau tidaknya seseorang dalam berbagai bidang salah satunya pada pengembangan bidang seni.

Selain minat, hal yang tidak kalah pentingnya pada proses pengembangan bidang seni ialah sumber daya manusia yang dalam hal ini dimaksudkan adalah remaja yang memiliki minat akan hal tersebut.

1. Pengertian Minat

Minat dapat menjadi penentu bagi seseorang terhadap apa yang ia kerjakan. Slameto (2010: 180) mengemukakan bahwa “Minat adalah suatu rasa lebih suka

dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.

Pernyataan ini menyatakan bahwa minat tumbuh di dalam diri manusia dengan sendirinya. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

Semakin besar minat seseorang terhadap sesuatu maka semakin besar pula kemungkinan seseorang itu akan meraihnya. Sebagaimana pula, dengan ungkapan Slameto (2010: 180) bahwa ”minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

(26)

Minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung pada bidang itu”. (Winkel, 1984: 30).

Djaka (1965: 16) menyatakan “minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi orang, sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuai dengan kebutuhannya. Minat juga diartikan kecenderungan untuk mempelajari sesuatu lebih baik. Minat ini adalah motor yang kuat menerbitkan perhatian”. Dengan begitu, minat terhadap sesuatu berarti dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru akan sesuatu hal yang dianggap menarik.

Beberapa penjelasan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan keinginan, ketertarikan, kehendak diri diluar dari individu untuk memberi rangsangan terhadap sesuatu, yang ada pada diri seorang terhadap segala sesuatu hal yang dianggap menarik.

Berdasarkan pendapat diatas minat individu ditandai dengan adanya rasa senang terhadap suatu pekerjaan, benda, situasi, dan sebagainya. Sehingga setiap individu mempunyai minat tersendiri. Minat itu sendiri timbul karena adanya informasi atau pengetahuan tentang pekerjaan, benda, dan situasi. Minat dapat dibagi menjadi:

Menurut Kartono (1980: 79) minat dibagi menjadi:

(27)

b. Minat yang fixed (tetap), dalam hal ini seseorang hanya mengamati satu atau sedikit saja objek tertentu, hanya pengamatannya teliti dan akurat.

Witherington (1984: 136) juga turut mengemukakan bahwa minat terbagi menjadi:

a. Minat primitive atau minat biologis, yaitu minat yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan jaringan seperti makan dan minum.

b. Minat cultural atau minat sosial, yaitu minat yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan rohani seperti belajar, berteman, mendengarkan nasehat atau petunjuk-petunjuk lain.

Berbeda halnya dengan Andi Mapiere (1983: 136) yang menggolongkan minat menjadi dua macam yaitu :

a. Minat pribadi, yaitu minat yang merupakan suatu daya yang mengarah individu untuk memanfaatkan waktu luang dalam melaksanakan hal-hal yang paling disenangi untuk dilakukan.

b. Minat sosial, yaiu minat yang bersangkutan dengan faktor pengarah bagi individu dalam aktivitas-aktivitas sosial dan mobilitas sosial.

Terlihat pembagian minat ini cenderung mengarah kepada subyek dari pelaku orang yang memiliki minat. Minat terdapat suatu objek dapat timbul dengan beberapa cara. Seperti yang dikemukakan oleh Usman Effendi (1985: 72), bahwa “Suatu kegiatan akan lancar apabila ada minat, sedangkan minat dapat timbul

dengan cara menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah lampau, membangkitkan suatu kebutuhan untuk menghargai keindahan, mendapat penghargaan, memberi untuk menghasilkan yang lebih baik”.

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Usman Effendi (1985: 720), minat dapat ditimbulkan dengan berbagai cara meliputi:

a. Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk dapat penghargaan dan sebagainya.

(28)

c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga akan menimbulkan rasa puas.

Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. Dengan demikian, minat menjadi hal yang sangat penting juga bagi remaja karena akan membantu mereka untuk mempelajari sesuatu dalam hal ini ialah minat pada kesenian tradisional.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Minat menurut Soetminah dan Wiyono (1986: 72-73) dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar yang antara lain meliputi:

1. Faktor dalam dipengaruhi oleh:  Pembawaan atau bakat  Jenis kelamin

 Umur dan tingkat perkembangan  Keadaan fisik dan psikis

 Kebutuhan obyektif

2. Faktor luar dipengaruhi oleh:

 Lingkungan diantaranya : keluarga dan masyarakat

 Kesempatan yaitu seseorang akan berminat terhadap sesuatu apabila mempunyai kesempatan untuk memperolehnya

 Rangsangan dari sesuatu hal yang membuatnya tertarik pada sesuatu

Berdasarkan pendapat di atas faktor yang menjadi pendorong minat remaja melestarikan kesenian tradisional meliputi 2 aspek yaitu:

Faktor dari dalam diri remaja itu misalnya:

(29)

- Umur dan tingkat perkembangan akan sangat menentukan sukses atau tidaknya kegiatan seseorang, semakin muda umurnya maka akan semakin mudah pula seseorang untuk mempelajari sesuatu.

Faktor dari luar misalnya:

- Remaja melakukan kegiatan dipengaruhi oleh lingkungan. Minat remaja dalam melestarikan kesenian tradisional di daerahnya tidak bisa terlepas - dari lingkungan tempat mereka berkecimpung.

3. Pengertian Remaja

Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja adalah: “(1) Mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kimpoi, (2) Muda (tentang anak

laki-laki dan perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi”.

(30)

berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Suardi (1986: 98) menyatakan “remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik”. Selain itu, masa ini juga adalah masa konflik, terutama konflik remaja dengan dirinya sendiri dengan remaja yang lain sehingga membutuhkan penanganan khusus yang menuntut tanggung jawab paripurna.

Masa remaja, menurut Mappiare (Muhammad Ali & Muhammad Asrori 2006: 9), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.

Pengertian dan batasan mengenai remaja menurut Drajat (1989: 69) yaitu:

Masa pemilihan yang ditempuh oleh seorang dari mana anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah situasi yang menjembatani menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini berlansung kira-kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja antara usia 16 sampai 18 tahun yang oleh Drajat (1989: 75). Dikatakan masa usia matang secara hukum pada masa ini remaja sangat ingin dihargai kehadirannya oleh orang sekitarnya.

(31)

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Seperti yang diungkapkan oleh Monks dkk.1989 (Muhammad Ali & Muhammad Asrori 2006: 9) “Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari

jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja belum mampu menguasai dan

memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik.

(32)

2.1.3. Kesenian Tradisional

Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah. Kebutuhan akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang lebih tinggi diantara urutan kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan langsung dengan kesejahteraan, keindahan, kebijaksanaan, ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Akhdiat K. Miharja (Tontowi Amsia, 2005: 3) menyatakan “seni adalah suatu

kegiatan rohani yang merefleksikan realita dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya maka mempunyai suatu daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani rohani Si penerimanya. Menurut Ki Hajar Dewantara “seni adalah semua aktivitas dan tindakan manusia yang muncul dari hidup dan

perasaannya serta memiliki sifat keindahan sehingga mampu menggerakkan perasaan dan jiwa seseorang” (Tontowi Amsia, 2005: 3).

Pendapat lain mengenai seni diungkapkan oleh Sumardjo (2000: 62) yang mengungkapkan bahwa “seni adalah ungkapan perasaan yang disampaikan

kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan. Berdasarkan antara kaitannya tradisi seni dengan karya seni yang diciptakannya”.

(33)

Kesenian menurut Nanang Ganda Prawira (2009:2) “merupakan kebutuhan manusia yang asasi untuk memenuhi kepuasannya akan keindahan dalam pengertian ini tercakup keterpesonaan, imaginasi, pengungkapan dan penghayatan emotif, serta makna-makna yang berkaitan dengan fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia secara universal”.

Berkaitan dengan pengertian seni, T.R. Rohidin (2000: 209-210), membagi jenis kesenian di Indonesia menjadi tiga yakni:

1. Kesenian yang bersifat lokal atau tradisional, kesenian ini hidup di kalangan suku bangsa tertentu yang kerap kali menjadi bagian dari kehidupan diantara sesama warga masyarakat. Dikatakan pula bahwa kesenian lokal dapat menyerap nilai-nilai kebudayaan lain sehingga menjadi bagian berkeseniannya serta diwariskan ke generasi selanjutnya. 2. Kesenian umum, kesenian ini hidup dalam pergaulan seni di tempat umum

dalam pergaulan masyarakat yang berbeda status sosialnya. Kesenian umum berlaku dalam tempat atau ruang lingkup tertentu yang berfungsi untuk menjembatani perbedaan-perbedaan dengan toleransi. Kesenian umum hidup dan berkembang dikalangan masyarakat yang terbuka hubungannya serta hidup pada masyarakat perkotaan yang alternativ untuk berkesenian baik dalam cara, corak maupun tujuan keterlibatannya sangat luas.

3. Kesenian formal merupakan kesenian resmi baik dalam tingkat regional maupun nasional yang dipandang sebagai kesenian yang mewakili kesenian regional atau nasional. Kesenian formal umumnya menjadi bagian dari pementasan resmi dalam kegiatan-kegiatan yang menjadi unsur-unsur sistem pemerintahan.

(34)

Seni tradisional merupakan keanekaragaman unsur budaya yang sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat kesenian tradisional, tidak terlepas dari tradisi masyarakat, karena kesenian tradisional merupakan perwujudan dari suatu penciptaan yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Kasim Achmad dan Juju Masunah (2001:1), bahwa:

Kesenian tradisional adalah suatu bentuk seni yang besumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat dan lingkungannya. Pengolahannya berdasarkan atas cita-cita masyarakat pendukungnya. Cita rasa di sini mempunyai pengertian yang luas, termasuk nilai tradisi,’ pandangan hidup, pendekatan falsafah, rasa etis dan estetis serta ungkapan budaya lingkungan. Hasil kesenian tradisional biasanya diterima sebagai tradisi pewarisan yang diwariskan dari angkatan tua dan angkatan muda.

Pengertian lain tentang seni budaya tradisional diungkapkan pula oleh Yoeti (1985: 2), “seni budaya tradisional adalah seni budaya yang sejak lama turun

temurun telah hidup dan berkembang pada suatu daerah tertentu”.

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian tradisional adalah kesenian yang merupakan hasil kreasi yang berasal dari masyarakat asli yang ada pada suatu bangsa, yang penciptaannya tidak terlepas dari tradisi masyarakat tersebut, dan di dalamnya terkandung nilai-nilai sosial budaya, serta telah ada turun temurun dari generasi ke generasi.

Umar Kayam (1981: 60-61) berpendapat bahwa seni tradisional dapat dikategorikan dalam lima cabang seni yaitu:

1. Seni Rupa, meliputi seni ukir, seni lukis dan seni tatah. 2. Seni Tari, merupakan wayang kulit, jatilan, reog 3. Seni Sastra, meliputi puisi dan prosa

(35)

5. Seni Musik meliputi, jaipongan dan tembang

Selain, memberikan kategori seni Umar Kayam (1981: 85) juga menjelaskan ciri-ciri tentang kesenian tradisional yaitu sebagai berikut:

a. Seni tradisional memiliki jangkauan yang terbatas pada lingkungan kultur yang dapat menunjangnya

b. Seni tradisional merupakan sebuah pencerminan dari satu kultur yang berkembang sangat perlahan, disebabkan karena dinamik masyarakat penunjangnya memang demikian.

c. Merupakan bagian dari suatu kosmos kehidupan yang bulat yang tidak terbagi-bagi dalam pengkotakan spesialisasi.

d. Seni tradisional bukan merupakan kreatifitas individu-individu tetapi tercipta secara anonim bersama dengan sifat kolektivitas masyarakat yang menunjangnya.

Kayam juga menjelaskan mengenai fungsi dari kesenian tradisional. Adapun fungsi kesenian tradisional menurut Umar Kayam (1981: 62) adalah sebagai berikut:

1. Segi Geografis: Wilayah penyebaran dari seni tradisional akan menunjukan satu pola tertentu yang menunjukan letak geografis para penggemarnya.

2. Fungsi Sosial: Daya tarik dari pertunjukan rakyat terletak pada kemampuannya sebagai pembangun dan pemelihara solidaritas kelompok, maka masyarakat akan memahami kembali nilai-nilai dan pola prilaku yang berlaku dalam lingkungan sosialnya.

3. Segi daya jangkau penyebaran sosialnya: Memiliki wilayah jangkauan yang meliputi seluruh aspek lapisan masyarakat, dapat pula mencerminkan komunikasi antar unsur dalam masyarakat dimana komunikasi terjadi baik pada pria dan wanita, antara lapisan atas dan bawah, serta antar golongan tua dan muda.

(36)

berdasarkan kultur masyarakat setempat serta dapat dijadikan sebagai pembangun dan pemelihara solidaritas kelompok, kemudian masyarakat akan memahami kembali nilai-nilai dan pola prilaku yang berlaku dalam lingkungan sosialnya.

2.2. Kerangka Pikir

1. Pengaruh Kebutuhan Terhadap Minat Remaja

Kebutuhan sangat mempengaruhi minat remaja terhadap kesenian tradisional, karena dengan adanya kebutuhan akan kebudayaan, ini akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu agar dapat terpenuhi dan kemudian berusaha memuaskannya. Kebutuhan dapat terlihat dari beberapa indikator yakni:

1. Keinginan. 2. Kehendak. 3. Harapan.

2. Pengaruh Globalisasi Terhadap Minat Remaja

Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang terjadi secara menyeluruh atau mendunia yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting dengan demikian membawa semua penduduk dunia tergabung menjadi masyarakat global. Indikator globalisasi yakni:

(37)

3. Minat remaja pada kesenian tradisional

Minat remaja pada kesenian tradisional dapat terlihat dari ketertarikannya terhadap seni tersebut yang dapat dilihat dari:

1. Perasaan Senang. 2. Tertarik.

3. Perhatian. 4. Keterlibatan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat ditarik kerangka pikir sebagai berikut :

Variabel X Variabel Y

Vari

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Minat Remaja ( Y ) 1. Perasaan Senang. 2. Tertarik

3. Perhatian. 4. Keterlibatan. Kebutuhan (X1):

1. Keinginan. 2. Kehendak. 3. Harapan.

(38)

2.3. Hipotesis Masalah

Adapun dalam penelitian ini hipotesis alternatif sementara adalah sebagai berikut: 1. Ada pengaruh Kebutuhan Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian

tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. 2. Ada pengaruh Globalisasi Terhadap Minat Remaja Pada Kesenian

tradisional di desa Patoman Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

(39)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teoritis

2.1.1 Tinjauan Tentang Kebutuhan dan Globalisasi

1. Pengertian Kebutuhan

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Oleh karena itu, kebutuhan merupakan sesuatu yang diperlukan guna menumbuhkan minat terhadap sesuatu karena dengan adanya kebutuhan maka seseorang akan berusaha untuk memenuhinya.

Kebutuhan menurut Murray (1964: 161) adalah “suatu konstruk (fiksi atau konsep hipotesis) yang mewakili suatu daya dalam diri seorang individu pada bagian otak, kekuatan yang mengatur persepsi, apersepsi, pemahaman, konasi, dan kegiatan sedemikian rupa untuk mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan ke arah tertentu”.

(40)

Lionel Bobbins (Dikutip dari: Prayit Sulistya Asih. Error! Hyperlink reference not valid.) menyebutkan bahwa “kebutuhan adalah perilaku manusia sebagai kaitan antara hasil (tujuan) dengan sarana yang langka dan memilki kepuasan dari berbagai alternative penggunaan”.

Menurut Adam Smith (1981) kebutuhan adalah”suatu masalah atau sebab yang dapat menyebabkan kemakmuran dari suatu bangsa”. (Dikutip dari: Prayit Sulistya Asih. http://prari007luck.wordpress.com/2009/04/08/54).

Kebutuhan diberi arti sebagai sesuatu yang harus dipenuhi. Kedalam istilah “sesuatu” tersebut termasuk keinginan, kehendak, harapan, atau keadaan,

pengertian ini searah dengan definisi yang dikemukakan Morris dalam the American heritage dictionary yang menjelaskan bahwa “need is a condition or situation in which something necessary or desirable is required or wanted”

(Morris, 1976: 878). Pengertian tersebut menjelaskan bahwa kebutuhan adalah suatu keadaan atau situasi yang di dalamnya terdapat sesuatu yang perlu atau ingin di penuhi. Sesuatu yang ingin dipenuhi itu dianggap perlu, penting, atau harus dipenuhi dengan segera.

(41)

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kebutuhan di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan adalah suatu perasaan kekurangan yang muncul secara naluriah akan sesuatu di dalam diri manusia yang ingin dipenuhi atau pun dipuaskan karena dianggap perlu dan penting yang kemudian mendorong seseorang untuk berprilaku hingga akhirnya dapat memenuhinya.

Menurut Abraham Maslow (1984: 95-96), kebutuhan manusia tersusun dalam suatu kesatuan yang hierarkis. Hierarki kebutuhan menurut Maslow :

1. Kebutuhan Fisiologis, kebutuhan pokok manusia, seperti; makan, minum, tidur.

2. Kebutuhan rasa aman, kebutuhan ini tidak hanya secara fisik saja akan tetapi rasa aman secara psikologis, seperti; tubuh yang sehat, terlindung dari bahaya.

3. Kebutuhan sosial, manusia sebagai makhluk sosial adakalanya memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan sesamanya atau yang lainnya maksudnya adalah manusia perlu berinteraksi untuk melaksanakan fungsinya sebagai makhluk sosial, seperti; berkawan, berkelompok, berkeluarga.

4. Kebutuhan esteem, kebutuhan akan pangakuan orang lain untuk dihargai mengenai keberadaannya dan statusnya di masyarakat, seperti; pengakuan akan martabat, derajat, status sosial, kedudukan.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk mengekspresikan diri, seperti; mengembangkan kegemaran, pengetahuan dan keterampilan tertentu.

(42)

tidak dapat beranjak pada kebutuhan esteem. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut akan mendorong timbulnya minat dalam diri seseorang untuk memenuhinya.

Maslow (1984: 98) mengetengahkan tiga prinsip yang dapat digunakan dalam upaya memenuhi kebutuhan (Dikutip dari file.upi.edu/Direktori/.../ASAS_ kebutuhan. pdf 13/02/02. Saturday, 16 Februari 2013). Pertama, upaya itu dimulai dari usaha

yang paling mungkin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan kemudian, secara berangsur. Beralih kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Kedua apabila satu tingkat kebutuhan telah terpenuhi dengan baik maka kebutuhan yang serupa, yang muncul kemudian, akan dapat dipenuhi dengan mudah, ketiga, apabila kebutuhan dasar yang dirasakan oleh seseorang telah terpenuhi maka upaya tersebut akan menjadi motivasi bagi yang bersangkutan untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi sehingga pada suatu saat memungkinkan ia dapat memenuhi kebutuhan mengaktualisasi diri.

Menurut Nanang Ganda Prawira (2009: 6) kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk melangsungkan dan meningkatkan taraf hidup manusia terdiri dari kebutuhan:

a) Primer atau biologis

b) Kebutuhan sekunder atau sosial, dan

(43)

Pemenuhan kebutuhan manusia, yang dilakukan dengan berpedomankan kepada kebudayaan akan senantiasa menyesuaikan dengan sumber daya lingkungan alam-fisik, sosial-budaya dan perubahan-perubahannya, yang ada dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Secara operasional kebudayaan hanya mungkin terwujud sebagai sistem norma dan peranan yang mengatur berbagai tindakan warga masyarakatnya karena adanya pranata-pranata sosial yang dianggap menguntungkan oleh masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan teori kebutuhan, di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan budaya merupakan faktor penentu timbulnya minat dalam diri seseorang dalam hal ini ialah minat remaja pada kesenian tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan.

2. Pengertian Globalisasi

Globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.

(44)

Roland Robertson (1992) menyatakan “globalisasi tidak dapat disederhanakan secara objektif karena menyangkut meningkatnya saling keterkaitan, juga karena menyangkut budaya dan persoalan subjektif (yakni cakupan dan kedalaman kesadaran bahwa dunia adalah tempat yang tunggal)”. (Dikutip dari http://www.katailmu.com/2012/01/pengertian-globalisasi.html).

Menurut Malcolm Waters (1995) menyebutkan bahwa “globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting, yang terjelma di dalam kesadaran orang”. (Dikutip dari http://sobatbaru.blogspot.com/2008/05/ pengertian-globalisasi.html. Saturday, 16 Februari 2013).

Globalisasi menurut Selo Soemardjan (2002:70) adalah “suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama”.

(45)

a. Aspek Globalisasi

Globalisasi dapat dinilai dari aspek positif dan negatif. Cochrane dan Pain (Adi Sulhardi 2011:3) menegaskan bahwa globalisasi mempunyai posisi teoritis sebagai berikut:

a. Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap berjalannya orang dan lembaga di seluruh dunia. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal dapat hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. b. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka

berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan.

c. Para transformasionalis berada diantara para globalis dan tradisionalis telah sangat dilebih-lebihkan pada globalis. Mereka berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai “ seperangkat hubungan yang

saling berkaitan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagaian besar tidak terjadi secara langsung”.

b. Dampak Globalisasi

(46)

1. Bidang Politik

- Dampak Positif

a) Pemerintahan dijalankan dengan terbuka ( transparan ). b) Meningkatkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan.

c) Mendorong kreativitas rakyat sehingga menjadi alat control dan pengawas yang efektif untuk mengawasi pemerintahan.

d) Semakin banyaknya organisasi nonpemerintah, partai politik, dan LSM yang menyuarakan HAM dan aspires rakyat.

e) Terbukanya kesempatan untuk belajar dari Negara lain terkait dengan kebijakan politik yang telah sukses mereka diterapkan.

- Dampak Negatif

a) Semakin lunturnya nilai-nilai politik yang telah mendasar yang berdasarkan kekeluargaan, musyawarah mufakat dan gotong royong.

b) Semakin menguatnya nilai-nilai politik yang berdasar semangat individualis, kelompok dan tirani minoritas

c) Penyebaran nilai-nilai politik barat yang cenderung anarkis tanpa mementingkan kepentingan umum.

2. Bidang Hukum, Pertahanan dan Keamanan

- Dampak Positif

a) Semakin menguatkan jaminan pelaksanaan HAM.

(47)

c) Semakin menguatkan tuntutan aparat penegak hukum, pertahanan dan keamanan agar bertindak secara professional, transpararan dan tidak pandang bulu.

d) Masyarakat dapat melakukan kontrol hukum yang dilakasanakan oleh pemerintah.

- Dampak Negatif

a) Peran masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban berkurang karena telah menjadi tugas pihak yang berwajib

b) Akan semakin banyak pihak yang ingin memisahkan diri dari suatu megarah karena terpengaruh oleh kasus –kasus dinegara lain

3. Bidang Ekonomi - Dampak Positif

a) Dapat memperluas pasar untuk memproduksi barang dalam negeri hingga ke luar negeri.

b) Menigkatkan kesmpatan kerja dan menambah devisa Negara.

c) Mendorong masyarakat untuk belomba lomba menghasilkan produk berkualitas tinggi.

(48)

- Dampak Negatif

a) Beberapa usaha kecil akan tersingkir oleh usaha yang bermodal besar b) Akibat adanya pasar bebas, dapat mengancam produk dalam negeri yang

mayoritas kualitasnya jauh dibawah produk luar negeri

c) Membuka masuk untuk investasi luar negeri yang juga berpotensi dapat menguasai perekonomian dalam negeri yang tentu saja akan memperburuk kondisi perekonomian.

d) Memperlebar kesenjangan antara perekonomian Negara maju dan Negara berkembang.

3. Bidang Sosial dan Budaya

- Dampak Positif

a) Memajukan pola pikir masyarakat.

b) Meningkatkan etos kerja, disiplin dan jiwa kemandirian.

c) Mudahnya mengadopsi budaya budaya yang baik dari Negara lain.

- Dampak Negatif

a) Mudah masuknya budaya dari luar yang tidak sesuai dengan budaya Negara asal.

b) Luturnya semangat dan nilai – nilai yang telah mengakar.

c) Merusak moral bangsa akibat dari kurangnya penyaringan dari budaya yang masuk.

(49)

yang bermanfaat saja), hedonisme ( mengutamakan kepentingan dunia saja ) dan individualisme ( mengutamakan kepentikan diri sendiri).

2.1.2. Minat Remaja

Minat memegang peranaan yang sangat penting dalam kemampuan berhasil atau tidaknya seseorang dalam berbagai bidang salah satunya pada pengembangan bidang seni.

Selain minat, hal yang tidak kalah pentingnya pada proses pengembangan bidang seni ialah sumber daya manusia yang dalam hal ini dimaksudkan adalah remaja yang memiliki minat akan hal tersebut.

1. Pengertian Minat

Minat dapat menjadi penentu bagi seseorang terhadap apa yang ia kerjakan. Slameto (2010: 180) mengemukakan bahwa “Minat adalah suatu rasa lebih suka

dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”.

Pernyataan ini menyatakan bahwa minat tumbuh di dalam diri manusia dengan sendirinya. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

Semakin besar minat seseorang terhadap sesuatu maka semakin besar pula kemungkinan seseorang itu akan meraihnya. Sebagaimana pula, dengan ungkapan Slameto (2010: 180) bahwa ”minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

(50)

Minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung pada bidang itu”. (Winkel, 1984: 30).

Djaka (1965: 16) menyatakan “minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi orang, sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah sesuai dengan kebutuhannya. Minat juga diartikan kecenderungan untuk mempelajari sesuatu lebih baik. Minat ini adalah motor yang kuat menerbitkan perhatian”. Dengan begitu, minat terhadap sesuatu berarti dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi minat-minat baru akan sesuatu hal yang dianggap menarik.

Beberapa penjelasan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan keinginan, ketertarikan, kehendak diri diluar dari individu untuk memberi rangsangan terhadap sesuatu, yang ada pada diri seorang terhadap segala sesuatu hal yang dianggap menarik.

Berdasarkan pendapat diatas minat individu ditandai dengan adanya rasa senang terhadap suatu pekerjaan, benda, situasi, dan sebagainya. Sehingga setiap individu mempunyai minat tersendiri. Minat itu sendiri timbul karena adanya informasi atau pengetahuan tentang pekerjaan, benda, dan situasi. Minat dapat dibagi menjadi:

Menurut Kartono (1980: 79) minat dibagi menjadi:

(51)

b. Minat yang fixed (tetap), dalam hal ini seseorang hanya mengamati satu atau sedikit saja objek tertentu, hanya pengamatannya teliti dan akurat.

Witherington (1984: 136) juga turut mengemukakan bahwa minat terbagi menjadi:

a. Minat primitive atau minat biologis, yaitu minat yang timbul dari kebutuhan-kebutuhan jaringan seperti makan dan minum.

b. Minat cultural atau minat sosial, yaitu minat yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan rohani seperti belajar, berteman, mendengarkan nasehat atau petunjuk-petunjuk lain.

Berbeda halnya dengan Andi Mapiere (1983: 136) yang menggolongkan minat menjadi dua macam yaitu :

a. Minat pribadi, yaitu minat yang merupakan suatu daya yang mengarah individu untuk memanfaatkan waktu luang dalam melaksanakan hal-hal yang paling disenangi untuk dilakukan.

b. Minat sosial, yaiu minat yang bersangkutan dengan faktor pengarah bagi individu dalam aktivitas-aktivitas sosial dan mobilitas sosial.

Terlihat pembagian minat ini cenderung mengarah kepada subyek dari pelaku orang yang memiliki minat. Minat terdapat suatu objek dapat timbul dengan beberapa cara. Seperti yang dikemukakan oleh Usman Effendi (1985: 72), bahwa “Suatu kegiatan akan lancar apabila ada minat, sedangkan minat dapat timbul

dengan cara menghubungkan pengalaman-pengalaman yang telah lampau, membangkitkan suatu kebutuhan untuk menghargai keindahan, mendapat penghargaan, memberi untuk menghasilkan yang lebih baik”.

Sejalan dengan pendapat di atas menurut Usman Effendi (1985: 720), minat dapat ditimbulkan dengan berbagai cara meliputi:

a. Membangkitkan suatu kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk dapat penghargaan dan sebagainya.

(52)

c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga akan menimbulkan rasa puas.

Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya. Dengan demikian, minat menjadi hal yang sangat penting juga bagi remaja karena akan membantu mereka untuk mempelajari sesuatu dalam hal ini ialah minat pada kesenian tradisional.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Minat menurut Soetminah dan Wiyono (1986: 72-73) dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar yang antara lain meliputi:

1. Faktor dalam dipengaruhi oleh:  Pembawaan atau bakat  Jenis kelamin

 Umur dan tingkat perkembangan  Keadaan fisik dan psikis

 Kebutuhan obyektif

2. Faktor luar dipengaruhi oleh:

 Lingkungan diantaranya : keluarga dan masyarakat

 Kesempatan yaitu seseorang akan berminat terhadap sesuatu apabila mempunyai kesempatan untuk memperolehnya

 Rangsangan dari sesuatu hal yang membuatnya tertarik pada sesuatu

Berdasarkan pendapat di atas faktor yang menjadi pendorong minat remaja melestarikan kesenian tradisional meliputi 2 aspek yaitu:

Faktor dari dalam diri remaja itu misalnya:

(53)

- Umur dan tingkat perkembangan akan sangat menentukan sukses atau tidaknya kegiatan seseorang, semakin muda umurnya maka akan semakin mudah pula seseorang untuk mempelajari sesuatu.

Faktor dari luar misalnya:

- Remaja melakukan kegiatan dipengaruhi oleh lingkungan. Minat remaja dalam melestarikan kesenian tradisional di daerahnya tidak bisa terlepas - dari lingkungan tempat mereka berkecimpung.

3. Pengertian Remaja

Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja adalah: “(1) Mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kimpoi, (2) Muda (tentang anak

laki-laki dan perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi”.

(54)

berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Suardi (1986: 98) menyatakan “remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik”. Selain itu, masa ini juga adalah masa konflik, terutama konflik remaja dengan dirinya sendiri dengan remaja yang lain sehingga membutuhkan penanganan khusus yang menuntut tanggung jawab paripurna.

Masa remaja, menurut Mappiare (Muhammad Ali & Muhammad Asrori 2006: 9), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.

Pengertian dan batasan mengenai remaja menurut Drajat (1989: 69) yaitu:

Masa pemilihan yang ditempuh oleh seorang dari mana anak-anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah situasi yang menjembatani menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini berlansung kira-kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja antara usia 16 sampai 18 tahun yang oleh Drajat (1989: 75). Dikatakan masa usia matang secara hukum pada masa ini remaja sangat ingin dihargai kehadirannya oleh orang sekitarnya.

(55)

Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Seperti yang diungkapkan oleh Monks dkk.1989 (Muhammad Ali & Muhammad Asrori 2006: 9) “Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari

jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja belum mampu menguasai dan

memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik.

(56)

2.1.3. Kesenian Tradisional

Seni merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa sehingga merupakan sesuatu yang elok atau indah. Kebutuhan akan seni budaya merupakan kebutuhan manusia yang lebih tinggi diantara urutan kebutuhan lainnya. Seni budaya berkaitan langsung dengan kesejahteraan, keindahan, kebijaksanaan, ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Akhdiat K. Miharja (Tontowi Amsia, 2005: 3) menyatakan “seni adalah suatu

kegiatan rohani yang merefleksikan realita dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya maka mempunyai suatu daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani rohani Si penerimanya. Menurut Ki Hajar Dewantara “seni adalah semua aktivitas dan tindakan manusia yang muncul dari hidup dan

perasaannya serta memiliki sifat keindahan sehingga mampu menggerakkan perasaan dan jiwa seseorang” (Tontowi Amsia, 2005: 3).

Pendapat lain mengenai seni diungkapkan oleh Sumardjo (2000: 62) yang mengungkapkan bahwa “seni adalah ungkapan perasaan yang disampaikan

kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan. Berdasarkan antara kaitannya tradisi seni dengan karya seni yang diciptakannya”.

(57)

Kesenian menurut Nanang Ganda Prawira (2009:2) “merupakan kebutuhan manusia yang asasi untuk memenuhi kepuasannya akan keindahan dalam pengertian ini tercakup keterpesonaan, imaginasi, pengungkapan dan penghayatan emotif, serta makna-makna yang berkaitan dengan fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia secara universal”.

Berkaitan dengan pengertian seni, T.R. Rohidin (2000: 209-210), membagi jenis kesenian di Indonesia menjadi tiga yakni:

1. Kesenian yang bersifat lokal atau tradisional, kesenian ini hidup di kalangan suku bangsa tertentu yang kerap kali menjadi bagian dari kehidupan diantara sesama warga masyarakat. Dikatakan pula bahwa kesenian lokal dapat menyerap nilai-nilai kebudayaan lain sehingga menjadi bagian berkeseniannya serta diwariskan ke generasi selanjutnya. 2. Kesenian umum, kesenian ini hidup dalam pergaulan seni di tempat umum

dalam pergaulan masyarakat yang berbeda status sosialnya. Kesenian umum berlaku dalam tempat atau ruang lingkup tertentu yang berfungsi untuk menjembatani perbedaan-perbedaan dengan toleransi. Kesenian umum hidup dan berkembang dikalangan masyarakat yang terbuka hubungannya serta hidup pada masyarakat perkotaan yang alternativ untuk berkesenian baik dalam cara, corak maupun tujuan keterlibatannya sangat luas.

3. Kesenian formal merupakan kesenian resmi baik dalam tingkat regional maupun nasional yang dipandang sebagai kesenian yang mewakili kesenian regional atau nasional. Kesenian formal umumnya menjadi bagian dari pementasan resmi dalam kegiatan-kegiatan yang menjadi unsur-unsur sistem pemerintahan.

(58)

Seni tradisional merupakan keanekaragaman unsur budaya yang sudah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat kesenian tradisional, tidak terlepas dari tradisi masyarakat, karena kesenian tradisional merupakan perwujudan dari suatu penciptaan yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Kasim Achmad dan Juju Masunah (2001:1), bahwa:

Kesenian tradisional adalah suatu bentuk seni yang besumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat dan lingkungannya. Pengolahannya berdasarkan atas cita-cita masyarakat pendukungnya. Cita rasa di sini mempunyai pengertian yang luas, termasuk nilai tradisi,’ pandangan hidup, pendekatan falsafah, rasa etis dan estetis serta ungkapan budaya lingkungan. Hasil kesenian tradisional biasanya diterima sebagai tradisi pewarisan yang diwariskan dari angkatan tua dan angkatan muda.

Pengertian lain tentang seni budaya tradisional diungkapkan pula oleh Yoeti (1985: 2), “seni budaya tradisional adalah seni budaya yang sejak lama turun

temurun telah hidup dan berkembang pada suatu daerah tertentu”.

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian tradisional adalah kesenian yang merupakan hasil kreasi yang berasal dari masyarakat asli yang ada pada suatu bangsa, yang penciptaannya tidak terlepas dari tradisi masyarakat tersebut, dan di dalamnya terkandung nilai-nilai sosial budaya, serta telah ada turun temurun dari generasi ke generasi.

Umar Kayam (1981: 60-61) berpendapat bahwa seni tradisional dapat dikategorikan dalam lima cabang seni yaitu:

1. Seni Rupa, meliputi seni ukir, seni lukis dan seni tatah. 2. Seni Tari, merupakan wayang kulit, jatilan, reog 3. Seni Sastra, meliputi puisi dan prosa

Gambar

Tabel 1.1 Data jumlah remaja yang mengikuti kesenian tradisional di Desa
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 3. Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Ganjil (X)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya bank diberikan keleluasaan untuk dapat menerapkan pendekatan yang lebih advanced seperti IRB apabila dari kesiapan IT, SDM dan System serta Bank Risk Profile

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyediakan pandangan terhadap (produksi) konten di mana kekuasaan termanifestasi dengan kuat. Dalam menyelesaikan seri laporan mengenai

Adapun fungsi dari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui atau menduga jumlah mikroorganisme (bakteri dan fungi) yang ada pada tanah yang berbeda-beda seperti pada

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sinaga, Hiswani dan Jemadi, (2011) yang menjelaskan bahwa proporsi penderita DM dengan komplikasi tertinggi pada jenis

Judul : peningkatan penyadaran hukum bagi masyarakat tentang pencemaran air bawah tanah akibat intrusi air laut di

Enterprise Architectural (EA) adalah cetak biru organisasi yang mencakup proses bisnis, data, aplikasi, dan infrastruktur IT yang didesain secara terpadu untuk memudahkan

mengisyaratkan bahwa kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan yang dikenakan terhadap narapidana. Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam

[r]