KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) DALAM PENERAPAN PANCA USAHATANI JAGUNG SERTA HUBUNGANNYA DENGAN
TINGKAT KEMAJUAN USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
NYOMAN RIADI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung Serta Hubungannya Dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung Di
Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan ABSTRAK
Oleh
Nyoman Riadi1, Irwan Efendi2, Begem Viantimala2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. (2)Tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang kabupaten Lampung Selatan. (3)Hubungan antara kinerja PPL dengan penerapan panca usahatani jagung dan tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan September sampai oktober 2013. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 10 PPL dan 30 kelompok tani yang dipilih secara sengaja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan pengujian hipotesis menggunakan analisis statistik non parametrik Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan (1)Tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca usahatani jagung adalah tinggi. Kinerja PPL yang meliputi identifikasi masalah usahatani, penyusunan rencana kerja, pembinaan terhadap kelopok tani jagung, transfer ilmu dan teknologi pertanian juga tinggi kecuali pada kerjasama PPL dengan instansi terkait adalah sedang. (2)Tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan adalah tinggi. Indikator kemajuan usahatani jagung yang meliputi pendapatan, produktivitas dan penggunaan input modern secara keseluruhan juga tinggi. (3)Ada hubungan yang nyata antara kinerja PPL dengan penerapan panca usahatani jagung, namun tidak terdapat hubungan yang nyata antara kinrja PPL dengan tingkat kemajuan usahatani jagung dan penerapan panca usahatani jagung dengan tingkat kemajuan usahatani jagung.
Kata kunci: Kinerja PPL, Penerapan Panca Usahatani Jagung, Kemajuan Usahatani Jagung
1
Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2
Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung Serta Hubungannya Dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung Di
Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan
(Agricultural Extension Workers’ Performance in Implementing Panca Usaha Tani in Corn Farming and Its Correlation with the Advancement of Corn Farming In
Ketapang District South Lampung Regency)
Nyoman Riadi, Irwan Efendi, Begem Viantimala
ABSTRACT
The objectives of this research are to find out (1) Agricultural Extension Workers’ performance level in implementing Panca Usaha Tani (Five Principles of Agricultural Modernization Package) in Ketapang district, South Lampung regency, (2) level of corn farming advancement in Ketapang district, South Lampung regency, (3) correlation between Agricultural Extension Workers’ performance and the implementation of Panca Usaha Tani in corn farming, and the level of corn farming advancement in Ketapang district, South Lampung. This research was conducted in Ketapang district, South Lampung regency from September to October 2012. Respondents in this research were 10 Agricultural Extension Workers and 30 farmer groups intentionally determined. The research method applied was a survey method. Data were analyzed through a descriptive method, and correlations among variables were tested using Rank Spearman’s correlation. The results showed that (1) Agricultural Extension Workers’ performance level in implementing Panca Usaha Tani in corn farming was high. Agricultural Extension Workers’ performance including agricultural issues identification, work plan preparation, corn farmer groups fostering, knowledge and agricultural technology transfer were also high, yet, the cooperation of Agricultural Extension Workers with related agencies was fair. (2) the level of corn farming advancement in Ketapang district, South Lampung Regency was high. The indicators including income, productivity, and the use of modern input were also high overall. (3) There was a real correlation between Agricultural Extension Workers’ performance with the implementation of Panca Usaha Tani in corn farming, but there was no real correlation between Agricultural Extension Workers’ performance with the advancement of corn farming and the implementation of Panca Usaha Tani in corn farming with the advancement of corn farming.
KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANG (PPL) DALAM PENERAPAN PANCA USAHATANI JAGUNG SERTA HUBUNGANNYA DENGAN
TINGKAT KEMAJUAN USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Studi Kasus di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan) Oleh
NYOMAN RIADI Skripsi
Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Program StudiAgribisnis
FakultasPertanianUniversitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Bali Agung Kecamatan Palas Kabupaten Lampung
Selatan pada tanggal 29 Desember 1989. Penulis adalah putra ke dua dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Made Juta dan Ibu Nyoman Mastri.
Penulis menyelesaikan studi Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Bali Agung
Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2002, Sekolah Lanjut
Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 2 Palas pada tahun 2005, Sekolah
Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2008.
Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2008 melalui jalur
Ujian Mandiri (UM).
Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tirta Kencana, Kecamatan
Pulung Raharjo, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penulis melakukan Praktik
Umum (PU) di Sub Terminal Agribisnis (STA) PT. Mitra Tani Parahiyangan,
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012.
Penulis pernah menjadi Bendahara Umum Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat–Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penyelesaian skripsi yang berjudul “Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung serta Hubungannya dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan ”, banyak pihak yang telah memberikan bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun, karena itu dengan rendah hati penulis mengucapakan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, M. S., selaku pembimbing pertama yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis tentang penulisan skripsi,
2. Ibu Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku pembimbing yang senantiasa dengan
sabar memberikan masukan, bimbingan dan motivasi dalam penulisan skrispi.
3. Ibu Ir Indah Nurmayasari, M.Sc selaku pembahas yang telah memberikan
saran dan arahan dalam penulisan skrispi.
4. Ibu Indah Listiana, S.P., M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan nasehat-nasehat yang memotivasi penulis dalam
5. Dr. Ir. F. E. Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.
6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
7. Sembah sujud baktiku kepada kedua orang tuaku bapak dan Ibu tercinta, Made
Juta dan Nyoman Mastri, yang selalu senantiasa mendoakan dan memberikan
dukungan, keringatnya yang merupakan suatu pengorbanan untuk penulis.
8. Teruntuk saudariku Made Eka Santi dan Ketut Putri terima kasih atas kasih
sayang, materi dan doanya yang selalu mengiringi langkah penulis untuk mencapai
keberhasilan.
9. Sahabat-sahabatku Ariansah S.D, Anggi Nastiti, Edlin Sarasmitha, Finko H.N
Haris Permaja, Khusnu Febriyanto, M. Fariando Marga, Rizki Fathonie, Riski Dwi
Saputra, dan Vitho Yerriandha yang selalu ada dikala susah maupun senang, yang
selalu membantu dan memotivasi jika sedang terjatuh hingga mencapai gelar ini.
10.Saudara-saudari kampusku, angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu namanya, serta angkatan 2008 Eka Fitriani, Fitria. M, Handini,
Kartini, Lika Masesah, Bina M Zen dan kawan-kawan yang lain yang tidak
bisa disebutkan satu persatu namanya yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis,
11.Adek-adek Agribisnis angkatan 2009, 2010, dan 2011, Tika Leoni Putri,
Dedeh Kurniasih, Kurniasih, Agum M Iqbal, Kemas M Fahri, Adriez F,
Alviansyah, Adin dan lain-lain yang telah memberikan bantuan, dukungan
serta sarannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1
B. Tujuan Penelitian ... 13
C. Kegunaan Penelitian ... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka... 14
1. PPL dan peranannya dalam pembangunan pertanian ... 14
2. Kinerja penyuluh pertanian lapangan ... 20
3. Deskripsi komoditas jagung ... 26
4. Pengertian usahatani dan indikator kemajuan usahatani ... 31
5. Teknologi pertanian ... 36
6. Produktivitas ... 37
7. Referensi dari penelitian terdahulu ... 38
B. Kerangka Pemikiran ... 40
C. Hipotesis ... 44
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran dan Klasifikasi ... 45
1. Variabel bebas (X) ... 45
2. Variabel terikat (Y) ... 55
3. Variabel terikat (Z) ... 60
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 63
C. Metode Penelitian, Pengumpulan Data, dan Pengambilan Sampel ... 64
D. Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 64
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 66
B. Karakteristik Tanah dan Iklim ... 69
C. Sumber Daya Manusia... 70
1. Umur ... 75
2. Pendidikan ... 76
B. Deskripsi Variabel Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang dalam Penerapan Panca Usahatani Jagung dan Hubungannya dengan Kemajuan Usahatani Jagung ... 78
a. Identifikasi Masalah Usahatani Jagung ... 78
b. Penyusunan Rencana Kerja ... 80
c. Pembinaan terhadap Kelompok tani Jagung ... 82
d. Transfer Ilmu dan Teknologi Pertanian ... 83
e. Hubungan Kerjasama PPL dengan Instansi Terkait ... 85
C. Deskripsi Variabel Penerapan Panca Usahatani Jagung ... 89
a. Penggunaan Benih Unggul ... 90
b. Cara Bercocok Tanam/Pengolahan Lahan ... 91
c. Pengairan/Drainase ... 93
d. Pemupukan ... 94
e. Pemeliharaan/Pengendalian Organisme Pengganggu ... 95
D. Deskripsi Variabel Kemajuan Usahatani Jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan ... 98
E. Pengujian Hipotesis ... 100
a. Hubungan antara Kinerja PPL dengan Penerapan Panca Usahatani Jagung ... 101
b. Hubungan antara Kinerja PPL dengan Kemajuan Usahatani Jagung ... 102
c. Hubungan antara Penerapan Panca Usahatani Jagung dengan Kemajuan Usahatani Jagung ... 103
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105
B. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
Tabel Halaman
1. Sentral Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2011 ... 7
2. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Jagung di Provinsi Lampung dari Tahun 2008-2012 ... 8
3. Produksi Jagung di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2011 ... 9
4. Data Luas Panen dan Jumlah Produksi (ton) Jagung di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011 ... 10
5. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011 ... 11
6. Nama desa dan Gapoktan di Kecamatan Ketapang ... 69
7. Jumlah Penduduk Menurut Umur ... 71
8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 71
9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaannya ... 72
10. Jumlah Kelompok atau lembaga di Kecamatan Ketapang tahun 2011 ... 73
11. Jumlah Kelompok Tani Berdasarkan Kelas Kelompok Tani ... 74
12. Karakteristik responden PPL menurut umur ... 75
13. Karakteristik responden petani menurut umur ... 76
14. Karakteristik responden PPL menurut tingkat pendidikannya ... 77
15. Karakteristik responden petani menurut tingkat pendidikannya .... 77
18. Sebaran skor keterlibatan PPL dalam pembinaan terhadap kelompok tani jagung dan klasifikasi ... 82
19. Sebaran skor kinerja PPL dalam transfer ilmu dan teknologi pertanian terhadap kelompok tani jagung dan klasifikasi ... 84
20. Sebaran skor tingkat hubungan kerjasama Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dengan instansi terkait dan klasifikasi ... 86
21. Rekapitulasi data hasil penelitian mengenai kinerja PPL ... 87
22. Sebaran skor tingkat kinerja PPL dalam melakukan pembinaan terhadap kelompok tani jagung di wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Ketapang berdasarkan responden kelompok tani ... 88
23. Sebaran skor tingkat kinerja PPL dalam melakukan pembinaan terhadap kelompok tani jagung di wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Ketapang berdasarkan responden kelompok tani ... 89
24. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani jagung pada penggunaan benih unggul ... 90
25. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani jagung mengenai cara bercocok tanam atau pengolahan lahan ... 92
26. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani jagung pada sistem pengairan ... 93
27. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani dalam pemupukan ... 94
28. Tingkat klasifikasi penerapan panca usahatani dalam pengendalian organism pengganggu ... 95
29. Rekapitulasi data hasil penelitian mengenai penerapan panca usahatani jagung ... 97
30. Sebaran skor tingkat penerapan panca usahatani jagung Kecamatan Ketapang ... 98
jagung ... 100
33. Penerapan panca usahatani Jagung ... 112
34. Identifikasi masalah usahatani berdasarkan kelompok tani responden ... 113
35. Penyusunan rencana kerja ... 114
36. pembinaan terhadap kelompok tani ... 115
37. Transfer ilmu dan teknologi pertanian ... 116
38. Hubungan kerja sama PPL dengan instansi terkait berdasarkan kelompok tani responden ... 117
39. Hubungan kerja sama PPL dengan instansi terkait berdasarkan PPL responden ... 118
40. Total variabel x ... 119
41. Penerapan panca usahatani Jagung ... 120
42. Rekapitulasi data pendapatan (pemasukan) ... 122
43. Rekapitulasi data pendapatan (biaya benih dan pupuk) ... 125
44. Rekapitulasi data pendapatan (biaya tenaga kerja) ... 128
45. Rekapitulasi data pendapatan (biaya sewa) ... 138
46. Rekapitulasi data pendapatan (pendapatan bersih) ... 141
47. Produktivitas ... 146
48. Rekapitulasi skor produktivitas dan pendapatan ... 150
49. Rekapitulasi data input modern ... 151
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Paradigma Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca usahatani jagung dan Hubungannya dengan Tingkat Kemajuan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,
usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya
alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan
teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Petani, adalah
perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang
mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture,
penangkaran satwa dan tumbuhan di dalam dan di sekitar hutan yang meliputi
hulu sampai hilir. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian, diakses pada tanggal 6
Oktober, 2010 )
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Hal ini
dikarenakan Indonesia memiliki berbagai potensi alam untuk mengembangkan
sektor pertanian menjadi sebuah sektor maju. Pelaksanaan pembangunan
pertanian di Indonesia memiliki beberapa tujuan yang mencakup upaya untuk
meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna
memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar nilai
perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta
mendukung pembangunan daerah.
Di era globalisasi, petani sebagai produsen utama produk-produk pertanian
secara langsung dan tidak langsung telah mengalami persaingan dengan
produsen-produsen lain. Para petani sebagai produsen produk-produk pertanian
tidak hanya bersaing dengan produk – produk pertanian di pasar domistik tetapi
juga dengan produk-produk pertanian luar negeri di pasar internasional. Dalam
pasar global terbuka, suatu negara tidak boleh mengenakan proteksi dan
hambatan tarif terhadap komoditas yang masuk kewilayahnya. Dalam kondisi
demikian persaingan menjadi semakin ketat, produsen kuat bersaing dengan
produsen lemah, akibatnya produsen yang kalah bersaing akan semakin terpuruk.
Keadaan demikian yang sekarang sedang terjadi dengan produk-produk pertanian
khususnya produk pangan.
Pembangunan di bidang ketahanan pangan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional. Pangan mempengaruhi kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara dalam rangka menjamin stabilitas yang
diperlukan bagi pertumbuhan ekonomi nasional, serta terwujudnya ketahanan
pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya bahan pangan dalam jumlah
dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau dengan
memperhatikan peningkatan pendapatan petani serta peningkatan produksi.
Jagung merupakan salah satu komoditas yang strategis dalam rangka
semakin meningkat. Peningkatan ini tidak terlepas dari semakin tingginya
permintaan jagung untuk kebutuhan bahan pangan pokok, bahan baku industri
maupun pakan ternak BPP Ketapang, 2010). Hal ini menunjukkan adanya
implikasi bahwa komoditas jagung kini memiliki peranan yang sangat pentin,
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman jagung ini tidak terlepas dari
kerjasama antara pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat petani.
Pemerintah adalah sebuah lembaga yang menentukan kebijakan di sektor
pertanian, maka pemerintah harus dapat mengeluarkan kebijakan yang
mendukung para pelaku usahatani. Kebijakan pemerintah harus selaras dengan
kebutuhan dan keinginan petani agar tidak menimbulkan berbagai kerugian di
pihak petani. Selain itu petani memerlukan sebuah lembaga atau institusi sebagai
wadah untuk menyalurkan aspirasi mereka kepada pemerintah agar dapat
menetapkan kebijakan yang mampu mendukung usahatani mereka. Salah satu
lembaga atau instansi tersebut adalah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
Balai Penyuluhan Pertanian adalah sebuah lembaga atau instansi yang dibentuk
oleh pemerintah untuk membantu para petani dalam menyelesaikan berbagai
masalah usahataninya guna meningkatkan produksi komoditas pertanian dan
mengurangi ketergantungan terhadap komoditas pertanian impor. Penyuluhan
dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan
keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu
melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,
masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian. Penyuluhan
pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan
keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga
kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen Pertanian, 2009).
Balai Penyuluhan Pertanian memiliki tenaga profesional yaitu Penyuluh
Pertanian Lapang (PPL) yang memiliki keahlian dalam bidang pertanian.
Penyuluh Pertanian Lapang memiliki tugas pokok untuk membantu para petani
dalam menyelesaikan berbagai permasalahan usahatani mereka, dengan cara
menyampaikan berbagai inovasi baru di bidang pertanian dan melakukan
pembinaan kepada para petani dalam mengelola usahataninya. Pembinaan yang
dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapang kepada para petani adalah mencakup
perubahan pola pengetahuan, sikap dan keterampilan para petani. Tingkat
pengetahuan petani yang masih rendah menyebabkan lambannya proses adopsi
dan inovasi di bidang pertanian oleh petani.
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) memiliki peranan yang penting dalam rangka
mensukseskan berbagai kebijakan dan program pemerintah guna mewujudkan
sektor pertanian menjadi sektor yang maju. Salah satu upaya pemerintah dalam
mewujudkan sektor pertanian menjadi sektor yang maju adalah dengan cara
melakukan pengesahanUU no 16 tahun 2006 mengenai sistem penyuluhan
pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka
memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan
mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan (Mardikanto, 1992)
Banyak pihak menyadari bahwa kegiatan penyuluhan pertanian masih sangat
diperlukan oleh petani. Kondisi pertanian rakyat masih lemah dalam banyak
aspek, sementara tantangan yang dihadapi semakin berat. Untuk mewujudkan
kondisi penyuluhan pertanian yang baik memang tidak mudah, dan tidak
mungkin dapat dilakukan dalam waktu singkat. Meskipun demikian,
upaya-upaya perbaikan yang nyata perlu segera dilakukan, karena jika tidak kinerja
penyuluhan pertanian yang memang sudah mengalami kemunduran besar akan
semakin memburuk.
Keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian di tingkat petani tidak akan terlepas
dari bagaimana kegiatan penyuluhan itu dilakukan, bagaimana tahapan-tahapan
dari kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan secara tepat dan petani dapat
menilai bahwa kegiatan penyuluhan pertanian merupakan hal yang penting,
sehingga mereka dapat berpartisipasi secara aktif dan dapat mengadopsi berbagai
inovasi yang disampaikan oleh tenaga penyuluh untuk meningkatkan
pengetahuan mereka untuk berusahatani. Para petani akan berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan pertanian jika materi penyuluhan yang diberikan sesuai
Menurut Sumardjo (1999), secara konseptual sebenarnya program penyuluh
pertanian menrupakan langkah-langkah strategis dalam mewujudkan
pembangunan wilayah. Komponen instrument nya sudah jelas yaitu: adanya
potensi wilayah, program dan yang terpenting adalah mengakomodasi dengan
aspirasi petani. Penyuluhan pertanian merupakan salah satu bentuk pembangunan
pertanian di suatu wilayah melalui pelakasanaan program yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat sasaran dengan tujuan agar masyarakat sasaran
ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, kegiatan peyuluhan pertanian harus
mampu menciptakan kesadaran petani akan pentingnya partisipasi mereka dalam
kegiatan pembangunan pertanian di Indonesia.
Pada era globalisasi dan menghadapi pasar bebas, kebijakan penyuluhan
mengalami perubahan yang awalnya untuk menjadikan petani hanya trampil
berproduksi menjadi kebijakan yang menciptakan iklim untuk memotivasi petani
agar lebih rasional dalam mengembangkan usahatani mereka berdasarkan
kemampuannya dan potensi pasar. Perubahan kebijakan ini menimbulkan
konsekuensi terhadap perubahan organisasi penyuluhan pertanian terutama
terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan, pemerintah harus berperan dalam
membantu penyuluh pertanian lapang dengan cara memfasilitasi sarana dan
prasarana penyuluhan yang memadai serta memberikan jaminan kesejahteraan
kepada tenaga penyuluh pertanian lapang. Hal ini bertujuan agar penyuluh
membantu masyarakat petani untuk meningkatkan hasil dan pendapatan
usahataninya.
Lampung merupakan salah satu provinsi yang mempunyai potensi sumber daya
alam yang dapat dikembangkan menjadi sektor pertanian yang maju dengan
dukungan dari pemerintah daerah dan perusahaan pertanian. Salah satu
komoditas pangan yang berpotensi dan diunggulkan untuk dikembangkan yaitu
jagung. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentral produksi jagung di
Indonesia, dan menempati urutan ketiga terbesar di Indonesia setelah Provinsi
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Adapun data mengenai produksi jagung di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sentral Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2011
No. Provinsi Produksi (ton)
1 2 3 4 5
Jawa Timur Jawa Tengah
Lampung
Sulawesi Selatan Sumatra Utara
5952268 2981460
1825292
1458412 1349874
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012.
Berdasarkan Tabel 1, Provinsi Lampung menempati urutan ketiga sentral
produksi jagung di Indonesia. Sejauh ini pengembangan penanaman komoditas
jagung di lampung belum begitu maksimal, hal ini disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah : fluktuatifnya harga jagung di Indonesia sehingga
manusia yang masih rendah, dan kurangnya dukungan pemerintah mengenai
pembudidayaan tanaman jagung ini (BPP Ketapang , 2010).
Provinsi lampung berpotensi menjadi sektor pertanian yang maju, dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, hal tersebut dapat dilihat dari
stabilnya luas panen dan produktivitas tanaman jagung dari tahun ke tahun di
provinsi Lampung. Adapun data mengenai luas panen, produktivitas dan
produksi tanaman jagung dari tahun 2008-2012 di Provinsi Lampung dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Jagung di Provinsi Lampung dari Tahun 2008-2012
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha) 2008
2009 2010 2011 2012
387549 434542 447509
380917
378544 1.809.886 2.067.710 2.126.571 1.817.906 1.825.292
4,67 4,76 4,75 4,77 4,82
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012.
Produksi jagung di Provinsi Lampung berdasarkan Angka Badan Pusat Statistik
(BPS) bisa dibilang stabil, karena tidak ada peningkatan dan penurunan jumlah
produksi yang terlalu besar.
Lampung Selatan adalah kabupaten penyokong produksi komoditas jagung
andalan di Kabupaten Lampung Selatan. Adapun data jumlah produksi jagung di
Kabupaten/kota Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Jagung di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2011
Sumber : Badan Pusat Statistik Bandar Lampung Tahun 2012.
Berdasarkan Tabel 3 dapat kita lihat bahwa Kabupaten Lampung Selatan
berpeluang menjadi daerah pertanian yang maju, hal tersebut didukung oleh
beberapa lembaga yang aktif, seperti : BPP, gapoktan, koperasi dan lain
sebagainya.
Ketapang merupakan salah satu kecamatan penyumbang komoditas jagung
terbesar yang membuat kabupaten Lampung Selatan menjadi sentral produksi
jagung di provinsi Lampung. Adapun data luas panen dan jumlah produksi
jagung di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2011 adalah sebagai berikut. No Kabupaten/Kota Produksi (ton)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang bawang Pesawaran Pringsewu Masuji
Tabel 4. Data Luas Panen dan Jumlah Produksi (ton) Jagung di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011
Sumber : Pusat Statistik Bandar Lampung tahun 2012
Berdasarkan data luas panen dan jumlah produksi tanaman jagung di Kabupaten
Lampung selatan pada tahun 2011 Sebagian besar lahan di daerah Ketapang
merupakan lahan kering dan persawahan. Adapun data luas lahan menurut
kegunaannya di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2011
Sumber : BPP Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan, 2012.
Tabel 5 menjelaskan bahwa penggunaan lahan di Kecamatan Ketapang sebagian
besar (54 %) atau sekitar 7.826 berpotensi ditanami jagung.
Kecamatan Ketapang merupakan sentral produksi jagung terbesar di Kabupaten
Lampung Selatan, namun hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan ekonomi
petani yang berbanding terbalik dengan potensi lahan yang mereka miliki. Harga
jual komoditas jagung pada saat panen raya di bawah harga dasar, tidak ada
kredit bagi petani sehingga petani kesulitan dalam memperoleh modal yang
dampaknya para petani banyak yang terjerat oleh tengkulak dan terjadi
penurunan tingkat kesuburan tanah karena petani belum menyadari pentingnya
penggunaan pupuk organik (BPP Ketapang, 2010). Dari masalah tersebut salah
satu upaya untuk menanggulanginya adalah meningkatkan kinerja PPL.
No Jenis Penggunaan Lahan Jumlah Lahan (ha)
1 Pekarangan 1.180 2 Sawah 3.193 3 Perkebunan 535
4 Ladang 7.826 5 Kolam 52 6 Tambak 1.661
PPL sangat diperlukan untuk membantu kegiatan petani dalam mengelola
kegiatan usahataninya, karena PPL memiliki fungsi sebagai berikut, 1)
memfasilitasi proses pembelajaran petani, 2) mengupayakan kemudahan akses
petani, 3) meningkatkan kemampuan manajemen petani, 4) mengajarkan cara
berorganisasi yang baik, 5) menumbuhkan kesadaran petani untuk berorganisasi,
6) menampung seluruh aspirasi petani kemudian di sampaikan kepada
pemerintah. (Rasyid, 2001)
Namun, masih ditemui berbagai permasalahan dan keterbatasan yang dirasakan
PPL cukup menghambat pelaksanaan tugas mereka yaitu : 1) sarana dan
prasarana yang kurang memadai sehinga PPL kesulitan dalam menyuluhkan
penerapan panca usahatani jagung di daerah tersebut, 2) terbatasnya kemapuan
penyuluh dan 3) rendahnya partisipasi petani. Kondisi ini akan menyebabkan
menurunnya kinerja penyuluh, dan penurunan kinerja penyuluh akan
berimplikasi pada tingkat kemajuan usahatani petani binaan PPL (BPP, 2010)
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :
1. Bagaimana tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam
menerapkan panca usaha tani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten
Lampung Selatan.
2. Bagaimana tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang
Kabupaten Lampung Selatan.
3. Apakah kinerja PPL mempengaruhi penerapan panca usahatani jagung dan
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui :
1. Tingkat kinerja Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) dalam penerapan panca
usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan.
2. Tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang kabupaten
Lampung Selatan.
3. Hubungan antara kinrja PPL dengan penerapan panca usahatani jagung dan
tingkat kemajuan usahatani jagung di Kecamatan Ketapang Kabupaten
Lampung Selatan
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
1. Bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Pertanian dalam
penyelenggaraan program penyuluhan pertanian untuk komoditas
subsektor tanaman pangan.
2. Bahan masukan dan pertimbangan bagi PPL untuk meningkatkan pembinaan
petani terutama di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A.Tinjauan Pustaka
1. PPL dan Peranannya dalam Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian di
negara berkembang. Pembangunan pertanian di negara berkembang memiliki
tujuan untuk memperbaiki mutu produk dan memenuhi kebutuhan bahan
pangan secara nasional. Salah satu upaya untuk melaksanakan pembangunan
pertanian adalah dengan cara mengadakan penyuluhan pertanian. Kegiatan ini
mampu memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan produksi komoditas
pertanian dan pendapatan petani. Keberhasilan penyuluhan pertanian
ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola sistem
pertanian yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu pemberdayaan sumber daya manusia di bidang pertanian perlu
ditingkatkan melalui pedidikan, pelatihan dan penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi
petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih
penyuluh pertanian yang profesional dan memiliki keahlian dibidang pertanian
yang bekerja di Balai Penyuluhan Pertanian (Departemen Pertanian, 2009).
Mardikanto (1992) mengatakan bahwa semula peran utama penyuluh adalah
menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui teknik
dan metode tertentu sehingga mereka sadar dan mampu mengadopsi inovasi
yang disampaikan. Namun sesuai dengan perubahan kondisi maka peran
penyuluh pertanian mengalami pergeseran meliputi: penyampai inovasi,
mempengaruhi keputusan sasaran, menjadi jembatan penghubung antara
pemerintah dan lembaga penyuluhan dengan petani, serta menggerakkan
masyarakat agar mau berubah. Peran penyuluh yaitu membantu petani untuk
memecahkan permasalahannya sendiri dengan kemampuan yang dimiliki
sendiri, sehingga petani dapat menjadi lebih baik. Penyuluh juga memiliki
peran untuk menyampaikan program-program pemerintah dan menyampaikan
teknologi baru dalam meningkatkan produksi pada bidang pertanian.
Mosher (1997) menguraikan tentang peran penyuluh pertanian, yaitu: sebagai
guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang
kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan
masyarakat petani. Kartasapoetra (1994) juga menjelaskan tentang peran
penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian
moderen yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut
1. Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi,
penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing
petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan
teknologi.
2. Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi
kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja
para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien,
dan ekonomis.
3. Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh
berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani
beserta keluarganya.
Peranan agen penyuluhan pertanian adalah membantu petani membentuk pola
pikir dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan
memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama
penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil
keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan menolong
petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing masing
pilihan tersebut. Menurut Rasyid (2001) belum optimalnya peranan penyuluhan
pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap
penyuluhan pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan
pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan juga
tugas dan fungsinya. Penyuluhan pertanian yang baik adalah penyuluh
pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani
dengan melakukan peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa
pendidikan( educator ), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani (Mardikanto, 1992).
Rogers dan Shoemaker (1985) menyatakan ada tujuh peran agen pembaru
dalam memperkenalkan inovasi kepada kliennya:
a. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Ini berarti agen pembaru
berperan sebagai katalisator bagi kebutuhan kliennya. Dalam memulai
proses perubahan agen pembaru dapat mengemukan alternatif baru dalam
mengatasi permasalahan yang ada. Bila perlu ia dapat juga mendramatisir
permasalahan sehingga kliennya merasa yakin bahwa inovasi yang
disodorkan memang betul-betul mampu memecahkan masalah mereka.
b. Mengadakan hubungan untuk perubahan. Begitu kebutuhan untuk berubah
telah tumbuh maka agen pembaru harus membuka hubungan secara fisik dan
sosial dengan kliennya, sebelum mereka diminta menerima inovasi yang
dipromosikan.
c. Mendiagnosa masalah. Agen pembaru harus mampu menganalisis kebutuhan
kliennya untuk menyatakan bahwa cara-cara yang sekarang digunakan
kliennya sudah tidak mampu lagi mengatasi masalah yang ada. Untuk itu
secara psikologis ia harus terjun ke dalam situasi klien agar dapat melihat
d. Mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada diri klien. Agen
pembaru harus membangkitkan motivasi untuk mengadakan perubahan serta
menimbulkan dorongan untuk menerima, atau setidak-tidaknya menaruh
minat, terhadap inovasi yang ditawarkan.
e. Merencanakan tindakan pembaruan. Agen pembaruan hendaknya berusaha
mempromosikan pelaksanaan yang ia sarankan. Klien diharapkan tidak
hanya menyetujui atau menaruh minat terhadap inovasi tetapi termasuk
merencanakan tindakan dalam pelaksanaan pembaruan.
f. Memelihara progran pembaruan dan mencegahnya dari kemacetan. Agen
pembaru diharapkan dapat memberikan berbagai informasi penunjang agar
klien tetap merasa aman dan terasa segar melaksanakan pembaruan.
g. Mencapai hubungan terminal. Tujuan akhir dari tugas agen pembaru adalah
berkembangnya perilaku “memperbarui diri sendiri” pada kliennya. Untuk
itu agen pembaru harus berusaha agar kliennya dapat mengembangkan diri
sehingga dapat berperan sebagai agen pembaru, paling tidak untuk dirinya
sendiri.
Seorang penyuluh sesungguhnya adalah sebagai agen perubahan (change agent). Menurut Lippit et al (1958) dalam M. Thorik (2008) ada lima peran agen perubahan di dalam proses perubahan pada suatu masyarakat yaitu:
a. Melakukan mediasi dan mendorong hubungan baru di dalam sistem klien.
Agen perubahan hendaklah mampu mendorong terciptanya hubungan baru
Hubungan baru yang lebih kondusif ini diperlukan untuk memungkinkan
adanya perubahan di dalam masyarakat.
b. Menunjukkan pengetahuan keahlian dalam prosedur. Agen perubahan harus
mampu meyakinkan kliennya bahwa prosedur perubahan yang ia tawarkan
betul-betul dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Agen
perubahan dapat melakukan hal ini dengan memperkenalkan pengalamannya
sehingga memungkinkan kliennya dapat menggali sendiri pengetahuan dan
pengalaman yang ada di lingkungan mereka.
c. Mendorong kekuatan dari dalam. Perubahan di dalam masyarakat sering
menimbulkan konflik yang dapat menggagalkan proses perubahan itu. Oleh
karenanya harus didorong munculnya kekuatan dari dalam sistem yang ada
agar dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk perubahan.
d. Menyediakan lingkungan khusus. Ada kalanya klien tidak bisa
mengembangkan dirinya dalam lingkungan yang ada. Oleh karena itu harus
diciptakan lingkungan khusus yang memungkinkan mereka dapat belajar
misalnya membentuk kelompok diskusi atau mengunjungi tempat tertentu.
e. Memberikan dukungan selama proses perubahan. Proses membutuhkan
sering membutuhkan waktu yang panjang dan kompleks. Oleh karena itu
agen perubahan harus memberikan dukung agar kliennya merasa yakin
bahwa perubahan yang dilakukan merupakan suatu hal yang dapat
Pengalaman Indonesia pada tahun 1980-an menunjukkan peran penyuluh
pertanian yang sangat besar dalam peningkatan produksi pertanian. Hasil
penelitian Universitas Padjadjaran tahun 1981 yang dilaporkan oleh Sukaryo
(1983) menunjukkan bahwa 50 persen dari informasi dan rekomendasi yang
diterima oleh petani diberikan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Penyuluh
dalam hal ini berperan mendampingi petani dalam menganalisis kebutuhan
manajemen usahatani mereka agar memperoleh produksi yang optimal. Selain
itu ditemui juga bahwa perkembangan kelompok tani sangat dipengaruhi oleh
keberadaan penyuluh. Interaksi sosial antara anggota kelompok serta antar
kelompoktani dan lembaga eksternal sangat ditentukan oleh keaktifan
penyuluh. Dalam hal ini penyuluh berperan dalam melakukan identifikasi
terhadap kendala utama dalam pengembangan interaksi kelompok atau
hubungan petani dalam satu kelompok.
2. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang
Kinerja adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai dengan tanggung jawabnya, dalam rangka
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral atau etika ( Prawirosentono, 1999 ).
Kinerja penyuluh pertanian merupakan akumulasi dari berbagai aktivitas
penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugasnya (Bimas, 1999). Rozi (2005)
untuk pekerjaan secara cepat dan tepat sesuai dengan prosedur kerja dan
berkesinambungan yang didukung dengan tingginya rasa tanggung jawab.
Profesionalisme penyuluh sebagai suatu jabatan fungsional merupakan suatu
profesi yang dengan sendirinya mempunyai sifat pekerjaan profesi. Profesi
mempunyai syarat – syarat tertentu yaitu : adanya kemandirian, adanya
keahlian dan ketrampilan, adanya tanggung jawab yang terkait dengan kode
etik profesi, dan adanya unsur terciptanya suatu panggilan jiwa yang berkaitan
dengan pekerjaan tersebut, sehingga seorang penyuluh pertanian yang telah
dapat mengaplikasikan dan memenuhi prasyarat – prasyaratan profesi tersebut
dapat dikatakan sebagai penyuluh pertanian yang profesional. (Subagyo, 1977)
Menurut Larsen yang dikutip Umar (1989), dan Sadarmayanti (1995), untuk
kerja dan Job Performance yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kecakapan tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan sulit untuk
mendapatkan output yang tinggi. Untuk mencapai produktivitas yang
maksimum, organisasi harus menjamin dipilihnya orang yang tepat dengan
pekerjaan yang tepat serta kondisi yang memungkinkan mereka kerja optimal.
Kartasapoetra (1994), sifat – sifat yang harus dimiliki penyuluh pertanian yang
sebenarnya dapat menggambarkan kinerja PPL adalah memiliki disiplin kerja
yang kuat, tekun, tahu akan tugasnya, dan tidak cepat putus asa.
Menurut Suhardiyono (1992), syarat – syarat yang harus ada dalam diri PPL
a. Mampu berkomunikasi dengan petani.
Agar dapat berkomunikasi dengan petani seorang PPL harus memiliki dasar
– dasar pengetahuan praktik usahatani, dapat memahami bagaimana
kehidupan petani, kemampuan mengenal orang desa dan mau
mendengarkan serta mau mengerti terhadap keluhan – keluhan yang
disampaikan oleh mereka.
b. Mampu bergaul dengan orang lain.
Agar dapat menyatu dengan petani, maka seorang penyuluh harus memiliki
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain
c. Antusias terhadap tugasnya.
Dalam melaksanakan tugasnya seseorang PPL memerlukan tanggung jawab
yang besar, karena sebagian besar waktunya dipergunakan untuk bekerja
sendiri dengan bimbingan dan pengawasan yang sangat minim, sehingga
sebelum bertugas seorang PPL harus mengerti dan menghayati berapa besar
tanggung jawab yang harus dipikulnya.
d. Berfikir logis dan berinisiatif.
Berpikir logis merupakan pengertian praktis yang dimiliki seseorang,
biasanya diperoleh dari pengalaman hidup, sedangkan inisiatif adalah
kemampuan seseorang untuk melihat apakah ada suatu hal yang perlu
dilakukan dan mempunyai keberanian untuk berusaha melakukan suatu hal
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971, dalam Nasution, 1996) PPL sebagai
agen perubahan memiliki tugas utama dalam melaksanakan difusi inovasi yaitu:
1) menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan,
2) membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (Changerelationship), 3) mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat,
4) menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien,
5) menerjemahkan keinginan tersebut menjadi tindakan yang nyata,
6) menjaga kestabilan perubahan,
7) mencapai suatu terminal tunggal yaitu satu-satunya agen perubahan.
Samsudin (1976), menyatakan bahwa seorang PPL harus memiliki kemampuan
untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, membantu
petani dalam berbagai kegiatan usahatani, membantu dalam rangka
meningkatkan pendapatan petani, membantu petani untuk menambah
kesejahteraan keluarganya, mengusahakan suatu perangsang agar petani lebih
aktif, menjaga dan mengusahaakan iklim sosial yang harmonis, agar petani
dapat dengan aman menjalankan kegiatan usahataninya, mengumpulkan
masalah – masalah dalam masyarakat tani untuk bahan penyusunan program
penyuluhan pertanian. Menurut Havelock (1973, dalam Nasution 1989)
seorang penyuluh harus melakukan tugas utamanya yaitu :
a. Sebagai katalisator, menggerakan masyarakat untuk mau melakukan
perubahan.
c. Sebagai pembantu proses perubahan : membantu dalam proses pemecahan
masalah dan penyebaran inovasi, serta memberi petunjuk mengenai
bagaimana : mengenali dan merumuskan kebutuhan, mendiagnosa
permasalahan dan menentukan tujuan, memilih atau menciptakan
pemecahan masalah, menyesuaikan dan merencanakan pentahapan
pemecahan masalah.
d. Sebagai penghubung dengan sumber atau instansi terkait yang diperlukan
untuk pemecahan masalah yang dihadapi.
Menurut Kartasapoetra (1994), para PPL akan mengembangkan tugas pokok
sebagai berikut : menyebarkan informasi pertanian yang bermanfaat,
mengajarkan keterampilan yang lebih baik, memberikan saran – saran atau
rakomendasi bagi usahatani yang menguntungkan, membantu mengikhtiarkan
sarana produksi, fasilitas kerja serta bahan informasi pertanian yang diperlukan
para petani mengembangkan swakarya dan swasembada para petani agar taraf
kehidupannya lebih meningkat.
Adapun tugas – tugas pokok yang dilakukan PPL yaitu : (1) Mengajarkan PKS
( pengetahuan, keterampilan, dan sikap) kepada petani dan melakukan
percontohan , (2) mengembangkan swadaya dan swakarsa petani, (3) menyusun
program penyuluhan pertanian (4) membantu mengajar pada kursus tani (5)
mengajar pada kursus tani (6) membantu dan melaksanakan pengujian, survey,
(8) membantu dan menyiapkan petunjuk informasi pertanian, (9) menulis karya
ilmiah, (10) merumuskan arah kebijaksanaan kelembagaan penyuluhan
(BIPP, 2000).
Menurut Kartasapoetra (1988) dalam Thorik (2008) kinerja merupakan hal
penting yang harus dicapai oleh setiap organisasi manapun, karena kinerja
merupakan cerminan dari kemampuan organisasi penyuluhan dalam mengelola
dan mengalokasikan sumberdaya pertanian. Selain itu tujuan pokok penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi tenaga PPL dalam mencapai sasaran
organisasi penyuluhan dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuat tindakan dan hal yang diharapkan.
Pengukuran kinerja juga sangat bermanfaat nantinya untuk evaluasi kinerja
organisasi penyuluh. Evaluasi kinerja adalah proses membandingkan antara
kinerja aktual dengan target yang telah direncanakan oleh manajemen, untuk
mengidentifikasi tindakan – tindakan perbaikan yang perlu dilakukan untuk
menjamin tercapainya tujuan organisasi penyuluhan dan untuk
mengkomunikasikannya terhadap pihak – pihak yang berwenang.
Secara umum kinerja PPL dapat digambarkan dalam pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi PPL, sehingga untuk mennetahui kinerja PPL dalam penerapan
panca usahatani serta hubungannya dengan pengembangan usahatani jagung di
wilayah binaannya dapat dilihat dari beberapa tugas pokok PPL yaitu : (1)
pembinaan terhadap kelompok tani, (4) transfer ilmu dan teknologi pertanian
serta (5) hubungan kerja sama PPL dengan instansi terkait (Thorik, 2008)
3. Deskripsi Komoditas Jagung
Jagung (Zey mays) termasuk keluarga (family) Gramineae (rumput-rumputan), tetapi tanaman yang memiliki spesies tunggal seperti pada rumput-rumputan
yang lain, akar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah
yang memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman (AAk, 1993).
Sistem perakaran jagung terdiri atas akar-akar primer, akar lateral, akar
horizontal, dan akar udara. Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul
pada saat benih berkecambah dan tumbuh ke bawah. Akar lateral adalah akar
yang tumbuh dari bulu-bulu di atas permukaan tanah (Danarti dan Najiyati,
1995). Sistem perakaran jagung yang didukung dengan pengolahan tanah yang
kedalamannya 10 cm, jumlah akarnya 68 akar, kedalaman 50 cm, jumlah
akarnya 23 akar, dan kedalaman 70 cm, jumlah akarnya 6 akar, sehingga batang
tidak mudah rebah.
Batang jagung tidak berlubang, tidak seperti batang padi, tetapi padat dan berisi
oleh berkas-berkas pembuluh sehingga semakin memperkuat tegaknya
tanaman. Hal ini juga didukung oleh jaringan kulit yang keras dan tipis yang
terdapat pada bagian batang sebelah luar. Batang jagung beruas dan pada
berkisar antara 8-21 ruas. Jumlah ruas tersebut tergantung pada varietas yang
mempunyai panjang batang antara 50-60 cm, namun rata-rata panjang batang
pada umumnya 150-300 cm. Jumlah daun yang menempel pada tanaman yaitu
antara 8-48 helai, tetapi biasanya berkisar antara 12-18 helai. Danarti dan
Najiyati (1995) dalam Agustina (2001), menuliskan bahwa daun jagung tumbuh
di setiap ruas batang. Daun ini mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150
cm, serta didukung dengan pelepah daun yang menyelubungi batang.
Tanaman jagung menghendaki daerah-daerah yang beriklim sedang hingga
beriklim subtropis atau tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang
terletak antara 1-50o LU hingga 0-40o LS. Temperatur yang dikehendaki
tanaman jagung antara 21-30oC, sedangkan temperatur optimum adalah antara
23-27 oC. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dataran rendah sampai
dataran tinggi yang memiliki ketinggian antara 1000-1500 m dpl, dengan
kemiringan tanah kurang dari 8 %.
Tanaman jagung dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, karena jagung tidak
memerlukan persyaratan khusus. Akan tetapi tanaman jagung yang ditanam
pada tanah gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberikan hasil baik.
Untuk tanah yang bersifat asam, sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih
dahulu. Tanah dan tempat pertanaman hendaknya memperoleh sinar matahari
Menurut AAK (1993), dalam usahatani jagung, benih harus disiapkan terlebih
dahulu, karena benih merupakan modal pokok dalam budidaya jagung. Pada
umumnya benih jagung yang dibutuhkan tergantung pada :
(a) Kesehatan benih
Faktor kesehatan benih berasal dari dalam benih meliputi keadaan embrio
yang baik, normal, dan sehat, sehingga memungkinkan biji tumbuh dengan
baik, keadaan cadangan makanan dalam benih cukup sebagai persediaan
selama proses pertumbuhan benih, dan benih tidak terinfeksi oleh hama
dan penyakit.
(b) Kemurnian benih
Benih murni tidak tercampur oleh kotoran dan benih lain.
(c) Daya tumbuh benih
Daya tumbuh benih yang baik mencapai 90 %.
Peranan benih dalam usaha peningkatan produksi sangat besar, sehingga
penyediaan benih dalam pembangunan pertanian merupakan faktor yang
menentukan berhasil tidaknya usaha pertanian. Benih merupakan sarana
produksi yang sangat penting dalam meningkatkan produktivitas suatu
tanaman, sedangkan sarana produksi lainnya seperti pupuk dan pestisida hanya
akan memberikan dukungan yang positif, apabila disertai dengan penggunaan
Keuntungan menggunakan benih bermutu dibandingkan dengan benih lokal
adalah (a) Benih bermutu (berlabel) telah memenuhi syarat dan dijamin oleh
pemerintah. (b) Benih bermutu mempunyai kemurnian tinggi, sehingga
memberikan kepuasan tersendiri bagi petani (c) Pertanaman yang dihasilkan
tumbuh serempak, merata serta masaknya juga serempak, sehingga akan
memudahkan pemanenan.
Arsyad (1988) menyatakan bahwa lokasi penanaman jagung sebaiknya di
daerah terbuka seperti persawahan, sebab tanaman jagung adalah tanaman yang
memerlukan cahaya yang banyak. Selain itu bebas dari genangan air, tidak
terendam dan dapat diairi jika diperlukan. Suhu yang dibutuhkan selama
pertumbuhan tanaman jagung adalah berkisar antara 33o C-35o C. Curah hujan
yang baik bagi tanaman jagung adalah berkisar antara 100 mm – 123 mm setiap
bulan dengan penyebaran merata. Tanaman jagung baik ditanam pada tanah
lempung berdebu, lempung, dan lempung berpasir, pada pH tanah sekitar
5,5-7,5 dengan kemiringan tanah tidak lebih dari 8 %.
Waktu tanam jagung yang baik adalah pada musim hujan sekitar bulan
September – November, musim kemarau sekitar bulan Februari – April. Pada
saat tanam, tanah harus lembab tetapi tidak becek. pada lahan jenis sawah,
penanaman dapat dilakukan pada musim labuhan, musim marengan, dan musim
kemarau. Khusus untuk penanaman pada musim labuhan sebaiknya dipilih
penanaman padi. Pada saat penanaman, tanah harus cukup lembab tetapi tidak
becek. Jarak antara tanaman diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman
seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Dengan populasi 50.000
tanaman/ha, jagung dapat ditanam dengan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan
dua tanaman per lubang atau 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman per lubang
atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman per lubang. Lubang yang dibuat
sedalam 3-5 cm, setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup
dengan tanah.
(AAK, 1993)
Untuk pemupukan, pupuk yang diberikan berupa pupuk organik dan anorganik.
Pupuk organik yang diberikan berupa pupuk kandang yang diberikan sebagai
pupuk dasar dan diberikan pada saat pengolahan tanah, sedangkan pupuk
anorganik yang diberikan sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan. Untuk
jagung hibrida, pupuk yang diberikan adalah pupuk urea 1/3 bagian dari dosis
anjuran, TSP dan KCl diberikan seluruhnya, sisa dari pupuk urea diberikan
pada 3 minggu setelah tanam dan 6 minggu setelah tanam masing-masing 1/3
dari dosis anjuran, untuk jagung non hibrida, pupuk urea diberikan 1/3 dari
dosis yang dianjurkan disertai pupuk TSP dan KCl pada saat penanaman, 2/3
pupuk urea diberikan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam.
Kebutuhan pupuk per hektar adalah: untuk jagung hibrida pupuk urea yang
dibutuhkan sebesar 250-300 kg, TSP 100-150 kg, KCl 100-150 kg. Sementara
75-100 kg, dan KCl 50-100 kg. Jenis atau tingkat kesuburan sangat
mempengaruhi jumlah pupuk yang diberikan.
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi : penjarangan tanaman pada
umur 2-3 hari setelah tanam, penyulaman (dilakukan pada umur 1 minggu
setelah tanam), penyiangan (dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari
setelah tanam) penyiangan kedua dilakukan pada waktu pemupukan kedua
yaitu dengan pembubunan. Pembubunan dilakukan untuk memperkokoh batang
dan untuk memperbaiki drainase. Tanaman jagung yang sudah tua dan siap
dipanen berumur 7 minggu setelah berbunga. Produksi jagung dengan
penggunaan benih jagung hibrida yang diikuti dengan dosis pemupukan yang
optimum dan dengan bercocok tanam yang baik, dapat menghasilkan 4-5
ton/ha. (AAK, 1993)
4. Pengertian Usahatani dan Indikator Kemajuan Usahatani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 1992).
Menurut Mubyarto (1989) dan Soekartawi (1995), biaya usahatani dibedakan
tetap meliputi sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi; Biaya tidak
tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisida,
dan bibit). Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai
produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun
yang tidak dijual. Untuk menaksir komoditas atau produk yang tidak dijual,
digunakan nilai berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi
dengan harga pasar (Soekartawi, dkk, 1995). Soeharjo dan Patong (1973) dan
Hernanto F (1989) menyatakan penerimaan usahatani dapat berupa: (1) hasil
penjualan tanaman, ternak, ikan, atau produk yang akan dijual; (2) produk yang
dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan; dan (3)
kenaikan nilai investasi.
Usahatani memerlukan faktor – faktor produksi untuk menghasilkan barang dan
jasa. Faktor produksi usahatani adalah input yang digunakan untuk
menghasilkan barang – barang dan jasa (Tedy, dkk, 2001) atau dalam hal ini
pengertian faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan tanaman
agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk pertanian yang
baik. Faktor produksi memang sangat menentukan jumlah produk yang
dihasilkan.
Produksi merupakan kombinasi dan kordinasi material – material dan keluaran
pembuatan barang atau jasa. Dengan kata lain produksi merupakan tolak ukur
dari seluruh kegiatan usahatani. Produksi juga dapat diartikan sebagai segala
kegiatan dalam rangka menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa
untuk kegiatan dimana dibutuhkan faktor – faktor produksi yang dalam ilmu
ekonomi terdiri dari modal, tenaga kerja, dan manajemen. Produksi juga
merupakan alat ukur dari pendapatan usahatani (Tedy, 2001).
Pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan dari total penerimaan
usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan yang
diterima merupakan balas jasa untuk tenaga kerja dan modal yang digunakan
dalam proses produksi usahatani (Tjakrawiralaksana, 1985). Analisis
pendapatan usahatani biasanya digunakan untuk mengukur keberhasilan
usahatani. Analisis pendapatan usahatani menggambarkan keadaan sekarang
dari suatu usahatani sehingga dapat melakukan evaluasi dengan peranan dan
tindakan pada masa yang akan datang, (Soeharjo dan Patong, 1973).
Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor intern dan faktor
ekstern, faktor intern meliputi 1) manajemen sumberdaya manusia, 2)
tekhnologi yang digunakan, 3) tanah, 4) modal, 5) petani pengelolah, 6) jumlah
keluarga, sedangkan faktor ekstern meliputi 1) transportasi, 2) pasar, 3)
fasilitas, 4) sarana penyuluhan.
Keberhasilan dari usahatani atau indikator keberhasilan dari suatu usahatani
merupakan suatu alat ukur dari tingkat berhasilnya sebuah usahatani,
(Tjakrawiralaksana, 1985).
Soekartawi (1987), usahatani bisa dikatakan maju bila petani sudah
menggunakaninput modern. Soekartawi menjelaskan bahwa dalam usahatani
modern tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti
produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani
melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Efisiensi
teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi
sedemikian rupa sehingga produksi tinggi dapat tercapai. Berikut uraian dari
masing-masing faktor produksi dalam usahatani
a) Tanah
Petani hendaknya mempelajari sistem atau klasifikasi usahatani apa yang
harus digunakan. Bagaimana pola, tipe, struktur, corak dan bentuk
usahataninya. Kecocokan tanah adalah kemampuan tanah untuk ditanami
dengan berbagai jenis tanaman, atau kemampuan tanah untuk berproduksi.
Kemampuan tersebut, dapat dilihat dari segi : lereng, drainase, kedalaman
tanah, tekstur bawah, konselerasi/ derajat kelembaban, resiko kebanjiran dan
lain-lain Tanah merupakan faktor terpenting dalam usahatani, dalam
usahatani modern petani harus menentukan pupuk yang digunakan untuk
pengolahan tanah dan sebaiknya mengikuti anjuran penyuluh, alat – alat
petani membajak tanahnya menggunakan bantuan hewan, memberantas
hama secara manual dan sebagainya namun di era modern sudah
menggunakan alat – alat modern seperti pengolahan tanah dengan traktor
yang lebih efisien, sprayer beserta obat gulma untuk memberantas gulma.
b) Tenaga Kerja
Untuk memperoleh produksi yang tinggi petani harus mampu menghitung
ukuran satuan kerja. Petani juga dapat mengefisiensikan biaya yang mereka
keluarkan. Berikut adalah contoh menghitung ukuran satuan kerja :
Cabang Usaha : Jagung, Cabang Usaha : Ubi Jalar
Hari Kerja : 178 Hari Kerja : 525
Hasil : Rp 19.400 Hasil : Rp 10.500
Produktivitas (Rp/HK): 108,99 Produktivitas (Rp/HK): 20
Masing-masing cabang usaha mempunyai produktivitas yang berbeda.
Dengan perhitungan satuan kerja tersebut, dapat dilihat oleh petani manakah
cabang usaha yang dapat memberikan keuntungan bagi petani
c) Modal
Modal adalah input yang sangat penting untuk usahatani. Usahatani akan
berjalan jika petani memiliki cukup modal, dalam hal ini sistem yang efisien
untuk memperoleh modal adalah dengan sistem kemitraan, dengan sistem
kemitraan ini, selain petani memperoleh modal dari mitra kerja petani juga
tidak mengalami kesulitan dalam menjual produknya, harga produksinya pun
d) Manajemen
Cooperative Farming Complexes (CFC) adalah konsep sistem pengelolaan lahan satu hamparan secara efisien oleh sekelompok petani dalam suatu
manajemen bersama. Model ini sejak lama berkembang dan dipraktekkan
oleh beberapa negara maju seperti Jepang dan negara-negara Eropa dalam
menghadapi masalah inefisiensi produksi.
5. Teknologi Pertanian
Teknologi pertanian dapat diartikan sebagai suatu cara dan metode baru untuk
menghasilkan atau menyelesaikan suatu produk dan meningkatkan hasil
produksi. Pengertian teknologi dalam arti luas dapat mencakup semua cara
atau prosedur yang oleh masyarakat dianggap baru dan untuk menghasilkan
atau menyelesaikan suatu produk serta pekerjaan dengan biaya, tenaga dan
waktu yang lebih hemat ( Sugihen, 1996 ).
Mubyarto (1989) mengartikan tekhnologi pertanian sebagai cara – cara bertani.
Penerapan teknologi pertanian dimaksudkan untuk menaikan produktivitas baik
produktivitas tanah, modal, atau tenaga kerja. Teknologi yang senantiasa
berubah merupakan syarat mutlak dalam pembangunan pertanian. Apabila
tidak ada perubahan teknologi maka pembangunan pertanian akan berhenti.
Teknologi di pedesaan dapat membantu warga desa meningkatkan
mendapatkan nafkah dalam usahataninya. Tujuan utama dalam menggunakan
teknologi adalah untuk meningkatkan produktivitas (Sayogyo, 1985).
Penggabungan beberapa teknologi menghasilkan paket teknologi yang disebut
panca usahatani yaitu meliputi:
a) Penggunaan benih unggul yang bermutu, b) Perbaikan cara bercocok
tanam, c) Pengairan dan drainase, d) Pemupukan berimbang. e) Pengendalian
organisme pengganggu tanaman.
Menurut Mosher (1986), untuk meningkatkan produktivitas setiap petani
semakin lama semakin bergantung pada sumber – sumber luar lingkungannya.
Petani harus dapat mewujudkan 5 syarat fasilitas dan jasa (servis) jika pertanian
hendak dimajukan.
Kelima syarat fasilitas dan jasa (servis) itu adalah :
a. Pasaran untuk hasil usahatani
b. Teknologi yang selalu berubah.
c. Sarana produksi dan peralatan secara local yang harus tersedia.
d. Perangsang produksi bagi petani.
e. Pengangkutan
6. Produktivitas
Menurut Beattle dan Taylor (1994), produksi adalah proses kombinasi dan
Produksi merupakan suatu proses yang dapat mengubah barang dan jasa (input) menjadi barang atau jasa lainnya (output), sedangkan untuk meningkatkan produk usahatani diperlukan teknologi yang berkembang.
Menurut Mubyarto (1989), produktivitas adalah tingkat efektifnya serangkaian
atau satu faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa
yang ekonomis dalam satu tahun dalam satuan kuantitas per faktor produksi.
Produktivitas merupakan perbandingan hasil yang telah diperoleh dengan
jumlah faktor produksi yang digunakan yaitu : tenaga kerja, lahan dan input
lainnya (Hernanto, 1991).
7. Referensi dari Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Fahrul Rozi tentang Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang Pria
dalam Meningkatkan Kemampuan Kelompok Tani kodya metro tahun 2005
menyatakan, kinerja PPL merupakan akumulasi dari berbagai aktivitas
penyuluh dalam melaksanakan tugasnya. Adapun aktivitas penyuluh antaralain
: (1) pencapaian angka kredit sesuai jenjang jabatan, (2) kepemimpinan, (3)
pembinaan kelompok tani, (4) transfer teknologi dan rekayasa sosial, (5)
produktivitas komoditas di wilayah kerja PPL, (6) rencana kerja PPL, (7)
gabungan kerjasama PPL dengan instansi terkait, (8) hasil karya khusus PPL,
Hasil penelitian M. Thoriq tentang Kinerja Penyuluh Pertanian Lapang dan
Hubungannya dengan Tingkat Kemajuan Usahatani Jeruk di Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2000 menyatakan, kinerja seorang PPL dapat dilihat dari tugas
pokok PPL tersebut. Adapun tugas pokok seorang PPL antara lain :
(1) identifikasi masalah usahatani, (2) penyusunan rencana kerja, (3)
pembinaan terhadap kelompok tani, (4) transfer ilmu dan teknologi pertanian,
dan (5) hubungan kerjasama PPL dengan instansi terkait.
Hasil penelitian Fadli tentang Tingkat Keberhasilan dalam Pelaksanaan tugas
dan Hubungannya dalam Pencapaian Tujuan Penyuluh di Wilayah Kerja Balai
Penyuluhan (WKBPP) di Kecamatan Jati Agung Tahun 2006 menyatakan,
tugas – tugas dari seorang PPL antaralain : (1) mengidentifikasi masalah yang
dihadapi oleh petani, (2) menginventarisasi data wilayah kerjanya sebagai
bahan dasar dalam dalam penetapan materi penyuluhan sumberdaya,
(3) membantu menyusun program penyuluhan pertanian, (4) menggali dan
mengembangkan sumberdaya, (5) mengembangkan swakarsa petani, (6)
mengupayakan kemudahan petani dalam mendapatkan saprodi, (7)
meningkatkan pengetahuan petani, dan (8) menyusun laporan.
Hasil penelitian Paryani tentang Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Motivasi Petani dalam Budidaya Jagung di Kecamatan Candipuro menunjukan,
motivasi itu sendiri adalah dorongan untuk memuaskan suatu kehendak untuk
mencapai suatu hasil, kepuasan terjadi apabila hasilnya sudah tercapai.
B.Kerangka Pemikiran
Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di masa lalu masih menggunakan
pendekatan dari atas kebawah (top down) sehingga belum dapat mengakomodasi aspirasi dan peran aktif yang sebenarnya dari petani dan pelaku usahatani lainnya.
Paradigma baru manajemen pembangunan adalah mendorong dan memberikan
kesempatan seluas – luasnya bagi masyarakat untuk berpartisipasi, jadi tidak lagi