• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SANGGAR PURING SARI DALAM MELESTARIKAN TARI KRETEK DI DESA BARONGAN KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN SANGGAR PURING SARI DALAM MELESTARIKAN TARI KRETEK DI DESA BARONGAN KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANAN SANGGAR PURING SARI DALAM

MELESTARIKAN TARI KRETEK DI DESA

BARONGAN KECAMATAN KOTA KABUPATEN

KUDUS

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Ikha Sulis Setyaningrum NIM : 2501411089

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Keajaiban adalah kata lain dari kerja keras (Mario Teguh).

 Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill)  Eksistensi itu dengan berkarya, bukan dengan bicara (Hitam Putih)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, atas segala karuniaNya skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua Bapak Suharto, Ibu Suyatmi, yang selalu mendukung baik secara moral maupun material serta doa yang selalu terucap selama pembuatan sekripsi

2. Adik Bima dan Adik Tegar yang selalu mendoakan kelancaran dalam pembuatan skripsi

3. Fadhli Dzil Ikram yang selalu mendukung dan membantu dalam penulisan ini

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus dapat selesai dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan studi di Universitas Negeri Semarang, 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS)

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian,

3. Joko Wiyoso, S.Kar., M. Hum, ketua jurusan Sendratasik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini,

4. Moh. Hasan Bisri, S.Sn., M.Sn, Dosen pembimbing Skripsi yang telah memberi bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini,

5. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama penyusunan skripsi ini,

6. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Sendratasik yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti.

(7)

vii

8. Teman-teman pergelaran srikandi edan dan koreografi dewi sekar arum dan semua angkatan pendidikan seni tari 2011 yang menemani peneliti selama belajar di Unnes.

9. Keluarga besar Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Semarang.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 16 April 2015

(8)

viii

SARI

Setyaningrum, Ikha Sulis. 2015. Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Skripsi. Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Moh. Hasan Bisri, S.Sn.,M.Sn.

Kata Kunci: peran, sanggar, pelestarian

Tari tradisi suatu bangsa merupakan bentuk seni pertunjukan perlu untuk dilestarikan. Salah satu cara melestarikan yaitu melalui Peranan Sanggar di masyarakat. Sanggar Puring Sari merupakan sanggar yang terdapat di Kabupaten Kudus. Sanggar Puring Sari sebagai wadah penciptaan Tari Kretek dan memiliki peran untuk melestarikan Tari Kretek tersebut. Berdasarkan paparan tersebut rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk Sajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari (2) Bagaimana peran Sanggar Puring Sari dalam melestarikan Tari Kretek. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami (1) bentuk sajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari, (2) peran Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek. Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis yaitu Bagi peneliti, dapat memberi wawasan tentang Tari Kretek yang diciptakan dan dilestarikan di Sanggar Puring Sari dan manfaat praktis dapat memberikan sumbangan pikiran pada penelitian lebih lanjut dalam melestarikan

tari “Kretek”. Lokasi dan sasaran penelitian yang dipilih peneliti adalah Sanggar Puring Sari yang berada di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang merupakan pusat penciptaan, pelatihan dan pelestarian Tari Kretek di Kabupaten Kudus.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi, sintesisasi dan verifikasi/penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk sajian Tari Kretek terdiri dari sejarah terbentuknya Tari Kretek , ragam gerak, musik iringan, tatarias wajah dan busana, serta tempat pertunjukkan. Sanggar Puring Sari memiliki peran terhadap perkembangan Tari Kretek dengan cara pelestarian, pementasan dan pelatihan. Pelestarian yang dilakukan Sanggar Puring Sari yaitu dengan cara pementasan disetiap kegiatan dan pelatihan yang dilakukan oleh Sanggar Puring Sari sendiri ataupun bekerjasama dengan pihak luar, contohnya dengan PT.Djarum, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, serta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus.

(9)
(10)

x

3.7.1 Triangulasi Sumber... 31

3.7.2 Triangulasi Teknik ... 31

3.7.3 Triangulasi Waktu ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kudus ... 33

4.1.1 Lokasi Dan Geografis Desa Barongan ... 34

4.1.2 Demografi Desa Barongan ... 35

4.2 Sanggar Puring Sari ... 37

4.2.1 Profil Sanggar Puring Sari ... 36

(11)

xi

4.2.3 Administrasi Sanggar Puring Sari ... 41

4.2.4 Program Sanggar Puring Sari ... 44

4.2.4.1 Pelatihan Rutin Sanggar Puring Sari ... 44

4.2.4.2 Pementasan Intern/Ekstern ... 47

4.2.5 Sarana dan Prasarana Sanggar Puring Sari ... 48

4.2.6 Keadaan Siswa Sanggar Puring Sari ... 54

4.3 Tari Kretek ... 57

4.3.1 Sejarah Terbentuknya Tari Kretek ... 57

4.3.2 Bentuk Penyajian Tari Kretek ... 59

4.3.2.1 Bentuk Tari Kretek ... 59

4.3.2.2 Musik Iringan Tari Kretek ... 71

4.3.2.3 Tata Rias dan Busana Tari Kretek ... 74

4.3.2.3.1 Tata Rias Tari Kretek ... 74

4.3.2.3.1 Busana Tari Kretek ... 77

4.3.2.4 Tempat Pertunjukan ... 80

4.4 Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek ... 80

4.4.1 Pelestarian Tari Kretek Sanggar Puring Sari ... 80

4.4.1.1 Pelatihan Tari Kretek ... 80

4.4.1.2 Pementasan Tari Kretek ... 81

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 35

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Profesi/Mata Pencaharian ... 36

Tabel 4.3 Data Siswa Sanggar Puring Sari 2009-2012 ... 41

Tabel 4.4 Data Siswa Sanggar Puring Sari 2013-2015 ... 42

Tabel 4.5 Koleksi Kostum Sanggar Puring Sari ... 50

Tabel 4.6 Koleksi Kaset Sanggar Puring Sari ... 51

Tabel 4.7 Koleksi Property ... 52

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kudus ... 33

Gambar 4.2 Pelatihan Materi Wajib (Tari Kretek) ... 45

Gambar 4.3 Pelatihan Materi Pokok (Golek Manis) ... 45

Gambar 4.4 Latihan Rutin Modelling di Sanggar Puring Sari ... 46

Gambar 4.5 Arena Latihan Sanggar Puring Sari ... 48

Gambar 4.6 Sarana Tape Polytron dan GMC Sanggar Puring Sari ... 49

Gambar 4.7 Koleksi Kostum Sanggar Puring Sari... 50

Gambar 4.8 Koleksi Kaset Sanggar Puring Sari ... 51

Gambar 4.9 Koleksi Property Sanggar Puring Sari ... 52

Gambar 4.10 Koleksi Sampur dan Jarit Sanggar Puring Sari ... 53

Gambar 4.11 Koleksi Selendang Tohwatu Tari Kretek ... 53

Gambar 4.12 Proses Latihan di Desa Barongan... 55

Gambar 4.13 Proses Latihan di Gang Gazebo Perum Muria ... 56

Gambar 4.14 Tari Kretek Pertama di Pentaskan ... 58

Gambar 4.15 Ragam Gerak Nampeni ... 60

Gambar 4.16 Ragam Gerak Ngayak ... 61

Gambar 4.17 Ragam Gerak Milahi ... 62

Gambar 4.18 Ragam Gerak Ngiteri ... 63

Gambar 4.19 Ragam Gerak Melembar ... 64

Gambar 4.20 Ragam Gerak Ngiping ... 65

Gambar 4.21 Ragam Gerak Mbathil ... 66

Gambar 4.22 Ragam Gerak Sembahan ... 67

(15)

xv

Gambar 4.24 Ragam Gerak Ngepak ... 69

Gambar 4.25 Ragam Gerak Pemasaran ... 71

Gambar 4.26 Rias Wajah (Make Up) Tari Kretek ... 75

Gambar 4.27 Rias Rambut (Sanggul) Tari Kretek ... 76

Gambar 4.28 Busana Tari Kretek... 78

Gambar 4.29 Property Tari Kretek... 78

Gambar 4.30 Pementasan Intern (Ujian Sanggar Puring Sari) ... 83

Gambar 4.31 Pementasan Hari Jadi Kota Kudus ... 84

Gambar 4.32 Pementasan Car Free Day ... 84

Gambar 4.33 Pementasan Gelar Budaya Jawa Tengah ... 85

Gambar 4.34 Pementasan Tari Kretek Oleh Polwan Kudus ... 86

Gambar 4.35 Penari Kretek Tampil di Amerika ... 87

Gambar 4.36 Foto Penari Kretek di Festival Borobudur ... 87

Gambar 4.37 Tari Kretek Berkolaborasi dengan Bedhaya Lala ISI SOLO .. 88

Gambar 4.38 Tari Kretek dalam Festival Pagelaran di ISI SOLO ... 88

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian (Pedoman Wawancara) ... 94

Lampiran 2 Instrumen Penelitian (Pedoman Observasi) ... 97

Lampiran 3 Instrumen Penelitian (Dokumentasi) ... 98

Lampiran 4 Program Tahunan Sanggar ... 99

Lampiran 5 Daftar Pengurus Sanggar Puring Sari ... 102

Lampiran 6 Daftar Siswa Sanggar Puring Sari 2013-2015 ... 103

Lampiran 7 Surat Tugas Pembimbing... 105

Lampiran 8 Surat Tugas Izin Penelitian ... 106

Lampiran 9 Surat Tugas Panitia Ujian Sarjana ... 107

Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 108

Lampiran 11 Hasil Dokumentasi ... 109

(17)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kabupaten Kudus merupakan daerah yang mempunyai potensi alam dan industri yang sangat baik. Selain potensi alam dan industri, Kabupaten Kudus juga memiliki potensi lain dibidang seni tradisional khususnya dalam bidang seni tari.

Tari merupakan salah satu bentuk cabang seni perlu dikembangkan dan dilestarikan. Tari bisa menjadi ciri khas dalam sebuah daerah. Tari merupakan salah satu bentuk budaya yang memiliki nilai atau makna dalam kehidupan di masyarakat. Berlatih tari dan bahkan mementaskan sebuah tarian secara tidak langsung telah melestarikan budaya. Terdapat jenis-jenis dalam tari yaitu tari tradisi dan tari kreasi.

Sanggar Puring Sari merupakan sanggar seni yang menyelenggarakan kegiatan tentang kesenian. Sanggar ini berada di Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Pendiri Sanggar Puring Sari adalah Ibu Endang Tonny Supriyadi, sanggar ini dibentuk pada tanggal 14 Februari 1980. Hal yang menarik dari sanggar Puring Sari ini yaitu lebih mengedepankan Pelatihan dan Pementasan Tari Kretek dalam upaya melestarikan budaya.

(18)

Puring Sari melestarikan Tari Kretek mulai dari mengadakan kegiatan perlombaan Tari Kretek tingkat Jawa Tengah maupun DIY sebagai program kerja tahunan Sanggar Puring Sari yang diselenggarakan pada bulan April atau Mei, diselenggarakannya lomba bertujuan bahwa Tari Kretek supaya lebih dikenal daerah lain. Dokumentasi kegiatan tahunan (Lampiran hal.99)

Sanggar Puring Sari Selain mengadakan pelatihan tari, juga mengadakan pelatihan keterampilan lain, yaitu : (1) Mengadakan pelatihan Modeling, (2) Mengadakan pelatihan Olah Vocal, dan (3) mengadakan pelatihan Dansa untuk kalangan Orang Tua. Barongan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Tari Kretek adalah tarian kebanggaan masyarakat kudus. Tarian ini melambangkan bahwa Kota Kudus adalah “Kota Kretek” artinya pusat produksi rokok kretek, baik pembuatannya tradisional dengan tangan maupun modern dengan mesin. Bentuk tarian diwujudkan dengan gerak tari simbol-simbol indah, dinamis, dan menarik. Tarian ini menggambarkan seluruh rangkaian proses produksi rokok kretek tradisional.

(19)

3

diganti dengan nama Tari Kretek, Tari ini mulai populer tahun 1986 dalam Peresmian Museum Kretek. Marilis (2012 : 9)

Tari Kretek merupakan salah satu karya yang paling diunggulkan oleh sanggar Puring sari dan yang paling diketahui oleh masyarakat terutama masyarakat kudus. Sehingga sanggar puring sari mengadakan pelatihan wajib bagi anak didik sanggar sebagai upaya melestarikan tari kretek.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang

“Peranan Sanggar Puring Sari Dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa

Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus”

1.2Rumusan Masalah

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimanakah Bentuk Sajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari?

1.2.2 Bagaimanakah Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus?

1.3Tujuan Penelitian

Usaha penelitian diarahkan untuk mengungkapkan sejumlah data mengenai Tari Kretek Sanggar Puring Sari di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus yang bertujuan untuk mendeskripsikan :

1.3.1 Mengetahui Bentuk Penyajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari

(20)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini, dapat memberikan manfaat, baik secara praktis maupun teoritis. Adapun manfaat penelitian antara lain :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini mampu menghasilkan manfaat teoritis, yaitu dengan memberikan sumbangan pikiran pada penelitian lebih lanjut dalam melestarikan

tari “Kretek”.

1.4.2

Manfaat Praktis

1.4.2.1Bagi peneliti, dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang Tari Kretek yang ada di Sanggar Puring Sari

1.4.2.2Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat umum, khususnya generasi muda sebagai pewaris dan penerus kebudayaan Bangsa, untuk dapat melestarikan Tari Kretek sebagai tarian khas Kabupaten Kudus.

1.4.2.3Bagi Sanggar, hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi latihan pada kegiatan pelatihan tari “Kretek” di Sanggar Puring Sari.

1.4.2.4Bagi generasi penerus dapat memberikan motivasi untuk mempelajari tari

“Kretek” dan berusaha menjaga kelestariannya.

1.5Sistematika Skripsi

(21)

5

1.5.1 Bagian awal

Bagian ini berisi tentang halaman judul, pengesahan, persetujuan bimbingan, pernyataan keaslian skripsi, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, serta daftar lampiran.

1.5.2 Bagian Isi

Bagian ini terbagi menjadi lima bab yaitu : Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang alasan pemilihan judul (Latar Belakang Masalah), rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika skripsi.

Bab II : Landasan teori

Berisi tentang pengertian Peranan, sanggar, Pelestarian, Tari dan kerangka berfikir.

Bab III : Metode Penelitian

Berisi tentang metode penelitian, sasaran penelitian dan lokasi, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data.

Bab IV : Hasil penelitian dan Pembahasan

Mencakup tentang gambaran umum lokasi penelitian, sejarah berdirinya sanggar, kegiatan-kegiatan sanggar, bentuk sajian tari Kretek, dan Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan tari Kretek.

Bab V : Penutup

(22)
(23)

7 BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Peranan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:641) Peranan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.

Menurut (Malarsih, 2007 : 3) Peranan adalah pola kelakuan yang dikaitkan dengan status atau kedudukan. Status dalam Peranan individu atau kelompok sosial senantiasa muncul dalam berbagai bentuk perilaku. Unsur pokok dalam suatu Peranan adalah (1) Peranan yang diharapkan masyarakat, (2) Peranan sebagaimana dianggap oleh masing-masing individu, dan (3) Peranan yang dijalankan didalam kenyataan.

Menurut (Ahmadi 2007:106) Peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Peranan merupakan pengertian sejauh mana fungsi seseorang atau bagian dalam penunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau ukuran mengenai hubungan dua variable yang mempunyai hubungan sebab akibat (Rahadinta, 2011: 8).

(24)

2.2 Sanggar

Sanggar tari adalah salah satu bentuk pendidikan luar sekolah (PLS). Pendididkan luar sekolah adalah bentuk pembelajaran yang menggunkan pendekatan dan strategi yang berbeda dri pembelajaran formal. PLS memiliki ruang lingkup dan sasaran yang berbeda dari pembelajaran formal. Dalam proses pembelajaran diperlukan seni bagi tutornya, sebab sasaran yang di didik dan yang menjadi peserta didik bukan hanya dari anak-anak usia sekolah, melankan para pemuda dan orang dewasa. (Pramesthi, 2010 : 27)

Sanggar tari merupakan tempat yang digunakan untuk aktivitas yang berkaitan dengan kesenian tari. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar berupa kegiatan pembelajaran yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua proses hampir sebagian besar didalam sanggar (tergantung ada atau tidaknya fasilitas dalam sanggar) (Yulistio, 2011: 38-39).

Menurut Sutopo dalam Hartono (2000: 45-46) komponen yang dapat menunjang kehidupan seni meliputi seniman sebagai karya, karya seni yang merupakan bentuk nyata dari suatu karya seni yang dapat dihayati, dinikmati dan ditangkap dengan panca indera dan penghayat yaitu masyarakat konsumen tari. Ketiga komponen tersebut harus ada. Bila tidak ada maka syarat untuk kehidupan berkesenian akan gagal.

(25)

9

dihayati, dinikmati dan ditangkap dengan pancaindera dan penghayat yaitu masyarakat konsumen tari. Ketiga komponen tersebut harus ada. Bila tidak ada maka syarat untuk kehidupan berkesenian akan gagal. Beberapa hal yang terdapat dalam sebuah sanggar yaitu organisasi sanggar, administrasi dan manajemen sanggar itu sendiri.

2.2.1 Organisasi

Hakekat organisasi adalah sebuah bentuk yang secara sadar diciptakan manusia guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Fenomena organisasi adalah suatu sistem yang mempunyai aktivitas dengan fungsi dan tujuan yang diperhitungkan (Jazuli, 2001: 14). Sebuah kegiatan akan dapat berjalan manakala suatu wadah yang disebut organisasi dapat berkembang secara optimal didalam mencapai tujuannya (Sutomo, 2011: 3).

Menurut Louis dalam Sutomo (2011: 101-102) pengorganisasian adalah proses mengatur dan menghubungkan pekerjaan yang harus dilakukan, sehingga tugas organisasi dapat diselesaikan secara efektif dan efisien oleh orang-orang. Pada intinya organisasi adalah koordinasi secara rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama yang dirumuskan secara eksplesit, melalui pengaturan dan pembagian kerja serta melalui hierarki kekuasaan dan tanggungjawab.

2.2.2 Administrasi

(26)

sebuah kegiatan yang meliputi catat-mencatat, pembukuan ringan, agenda dan segala sesuatu yang bersifat teknis dengan ketatausahaan.

Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna. Administrasi erat kaitannya dengan istilah manajemen. Dalam perkembangannya istilah manajemen disamakan secara substansial dengan istilah administrasi. Administrasi lebih luas ruang lingkupnya dibandingkan dengan manajemen. Keduanya menekankan pada tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja untuk keuntungan yang lebih besar (Sutomo, 2011: 1-2).

2.2.3 Manajemen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 547) Manajemen merupakan pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dimaksudkan. Manajemen merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer, didalam sebuah sanggar, manajer yang dimaksud adalah pengelola sanggar itu sendiri. Seorang pengelola sanggar dalam pencapaian tujuan sanggar tentunya akan melakukan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki tingkatan jenjang tertentu.

2.2.4 Program

(27)

11

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 672) program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan(dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan sebagainya).

2.3 Pelestarian

Pelestarian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:531) adalah proses atau cara untuk melindungi agar tidak musnah dan menjadikan teteap seperti keadaan semula, tetap bertahan.

Strategi pelestarian warisan budaya berkenaan dengan dua aspek, yaitu (1) kelembagaan dan (2) sumber daya manusia. Disamping itu harus pula ditetapkan lebih dahulu, apa tujuan dari pelestarian warisan budaya itu. Pelestarian mempunyai makna bahwa didalamnya terdapat dua aspek yaitu pemertahanan dan dinamika (Sedyawati, 2008: 208).

Pelestarian budaya yang dirumuskan dalam draf RUU tentang Kebudayaan (1999) dijelaskan bahwa pelestarian budaya berarti pelestarian terhadap eksistensi suatu kebudayaan dan bukan berarti membekukan kebudayaan didalam bentuk-bentuknya yang sudah pernah dikenal saja. Pelestarian dilihat sebagai sesuatu yang terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) perlindungan, (2) pengembangan, dan (3) pemanfaatan (Sedyawati, 2008: 152).

(28)

produk kemasan-kemasan industry budaya, (3) pariwisata, baik untuk wisatawan umum maupun wisatawan minat khusus (Sedyawati, 2008: 152)

Pemanfaatan kebudayaan untuk tujuan pendidikan adalah sebagai substansi untuk disosialisasikan, demi berbagai tujuan yang khusus, seperti: (1) untuk memacu internalisasi nilai-nilai budaya yang dapat memperkuat integritas sebagai bangsa yang mampu menjunjung moral yang tinggi, (2) untuk menumbuhkan kepekaan dan toleransi dalam pergaulan antar golongan, dan (3) untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sejarah. Apabila ketiganya terlaksana, maka tercapailah tujuan umum kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Sedyawati, 2008: 152).

Pemanfaatan untuk tujuan pengembangan industri budaya berarti memberikan pada kemasan-kemasan industri budaya (buku, piringan hitam, video, film) isi yang bermanfaat. Kemanfaatan isi tersebut dilihat dari kekuatan pengaruhnya untuk miningkatkan mutu pengetahuan orang mengenai berbagai hal yang bersifat budaya ataupun dilihat dari kemampuannya membentuk selera (seni) yang baik, serta dari kegunaannya sebagai pemberi hiburan yang sehat (Sedyawati, 2008: 153).

(29)

13

pengadaan acara penampilan yang memungkinkan orang “mengalami” dan “menghayati”. Tanpa ketiga tindakan tersebut maka pelestarian mungkin tidak akan terjadi dengan sendirinya secara alamiah (Sedyawati, 2008: 280).

2.3.1 Pelatihan

Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi kegiatan sekarang maupun yang akan datang.

(https://teorionline.wordpress.com/2010/06/27/pelatihan-sdm/) diunduh tanggal 30 Maret 2015.P

2.3.2 Pementasan

Pementasan adalah suatu kegiatan apresiasi yang bertujuan menampilkan suatu karya seni yang mana bertujuan sebagai hiburan atau untuk apresiasi suatu karya seni yang dilakukan oleh manusia/penonton sebagai pencipta dan penikmat karya seni (http://sagiyantaruna.blogspot.com/2011/02/pementasan) diunduh tanggal 30 maret 2015

(30)

2.4 Tari

Menurut Rosjid dan Iyus (1979 : 4 - 45) Tari di Indonesia dapat dibagi menjadi dua bentuk karya tari, yaitu karya tari yang termasuk tari lepas dan karya tari yang berbentuk drama tari. Tari lepas adalah tari-tarian yang hanya menggambarkan suatu keadaan atau peristiwa atau kejadian baik berlatar belakang suatu cerita (legenda, sejarah, wayang, atau gubahan dan sebagainya) maupun tarian yang tidak berlatar belakang suatu cerita, yang tergolong dalam tari lepas yaitu tari tradisional dan tari kreasi baru. Sedangkan yang dimaksud dengan drama tari adalah pertunjukan tari yang pola atau kerangka khususnya dalam plot dan susunan cerita sama dengan pola yang digunakan oleh drama.

Menurut Jazuli (1994 : 5) gerak tari adalah gerak yang berasal dari hasil proses pengolahan yang berasal dari hasil proses pengolahan yang telah mengalami stilisasi (digayakan), distorsi (pengubahan). Hasil dari pengelolaan ituadalah gerak murni dan gerak maknawi.

Adapun unsur-unsur pendukung tari antara lain : (1) gerak tari (2) tema (3) pelaku, (4) musik atau iringan, (5) tata pentas, (6) tata rias dan busana

1. Gerak Tari

(31)

15

keindahan semata, sedangkan gerak maknawi (gesture)adalah gerak yang memiliki arti dan makna yang jelas.

2. Tema

Tema adalah gagasan utama atau dapat disebut juga dengan ide dasar. Sumber tema dapat berasal dari apa saja yang dapat kita dengar, kita lihat, kita rasakan, maupun yang kita pikirkan. Menurut Jazuli (1994 : 14-15) sumber tema pada dasarnya tidak terlepas dari tiga faktor yaitu Tuhan, manusia, dan lingkungan alam.

3. Pelaku

Pelaku dalam sebuah pertunjukan seni merupakan aspek terpenting, tanpa adanya pelaku sebuah totonan seni tidak akan berjalan. Pertama-tama muncul dari wajah penonton adalah sosok atau figur penarinya, menampakan gerakan yang lemah gemuali didukung oleh tata busana, polesan wajah dan tubuh penari. Dalam sebuah pertunjukan seni dimana pelaku seni mempunyai aspek daya tarik tersendiri. Hal ini secara langsung atau tidak langsung sangat mungkin menimbulkan kesan yang mampu merangsang libido penonton (Jazuli, 2001: 7). 4. Musik atau Iringan

(32)

5. Tata Pentas

Suatu pertunjukkan pastilah memerlukan tempat pentas guna menyelenggarakan pertunjukkan tersebut. Tempat pentas dapat berupa gedung, panggung, halaman, maupun lapangan.

Pentas adalah suatu bagian yang sangat berarti bagi keberlangsungan suatu pementasan dalam seni pertunjukan, karena disanalah gerak dan laku seorang pemain atau penari mengatur posisinya dan membentuk suatu komposisi yang berarti dan dinamis, panggung adalah lantai yang bertiang atau rumah yang tinggi dan atau lantai yang ketinggian di rumah untuk bermain sandiwara, balkon atau podium. Dalam istilah seni pertunjukan panggung dikenal dengan istilah stage, melingkupi pengertian seluruh panggung. (Halilintar 1986:2),

6. Tata Rias dan Busana

Tata rias merupakan karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang diperlukan, untuk memperkuat ekspresi dan menambah daya tarik penari pada penampilannya (Jazuli 1994 : 18).

Jenis-jenis tari tradisional terbagi menjadi tiga yaitu: 1. Tari Tradisional Kerakyatan

Yaitu tari yang hidup dan berkembang dikalangan rakyat. Tarian ini berkembang dikalangan rakyat yang bersifat bebas tanpa ada aturan yang mengikat.

2. Tari Klasik

(33)

17

menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang sehingga memiliki nilai tradisional.

3. Tari Kreasi

Yaitu suatu bentuk garapan tari/karya tari setelah bentuk-bentuk tari tradisi hidup berkembang cukup lama di di masyarakat. Bentuk tari kreasi bermunculan sebagai ungkapan rasa bebas.

Tari Kreasi dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : 3.1 Tari Kreasi Baru Berpolakan Tradisi

Merupakan tari tradisi yang mempunyai pola garap dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, music/karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya

3.2 Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (Non Tradisi)

Tari kreasi baru tidak berpolakan tardisi disebut juga dengan tari modern. Tari modern merupakan tari yang pola garapnya lepas dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya.

2.5 Kajian Pustaka

(34)

Bagaimana Peranan Sanggar Seni Kaloka terhadap perkembangan Tari Selendang Pemalang. Sanggar Seni Kaloka memiliki Peranan dalam memperkembangkan Tari Selendang Pemalang kepada Kabupaten Pemalang.

Persamaan dengan penelitian shara yaitu tentang Peranan Sanggar sedangkan Perbedaannya, shara meneliti perkembangan Tari Selendang Pemalang dan peneliti mencari data tentang pelestariannya.

Penelitian berikutnya terdapat pada penelitian Veni Budiyanti (2012)

(35)

19

2.6 Kerangka Berfikir

Sumber: Ikha Sulis Setyaningrum

Pada penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Tari Kretek merupakan tari yang diciptakan oleh Sanggar Puring Sari. Tarian yang sudah diciptakan oleh sanggar puring sari yaitu Tari Kretek, Tari Siskampling, Tari Gotongroyong, Tari Pesta Rakyat, semua tarian tersebut mempunyai makna tersendiri, makna tersebut diambil dari cerita atau kisah masyarakat. Dari empat tari tersebut yang terkenal di daerah Kudus adalah Tari Kretek, karena dalam penciptaan tari kretek adalah sebuah permintaan dari bapak Supardjo Rusatam sebagai gubertnur jawa tengah yang meminta perlu adanya tari khas kudus yang nantinya akan digunakan dalam

Sanggar Puring Sari

Peranan

Penciptaan Pelatihan Pengembangan

(36)

acara resmi di Kudus. Sebagai sanggar yang telah terdaftar di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, memiliki Peranan terhadap pelestarian Tari Kretek di Kabupaten Kudus. Hal ini dilihat dari kegiatan-kegiatan Sanggar Puring Sari yang mengarah pada pelestarian dan pengembangan Tari Kretek.

Sanggar Puring Sari mengembangkan tari keretek melalui Misi, Pementasan dan pelatihan. Didalam Sanggar Puring Sari mengadakan pelatihan yaitu Tari (Tari Klasik. Tari Kreasi, Tari Tari Modern), Olah Vocal, Modeling, Batik.

(37)

21 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Metode kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Bogdan dan Taylor dalam Sugiyono (2008: 73) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.

(38)

struktur sosial merupakan hasil interpretasi aktor dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya (Jazuli, 2011: 96-97).

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta menguraikan pelestarian tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

3.2 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah :

3.2.1 Bentuk Sajian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

3.2.2 Peranan Sanggar Puring Sari dalam Melestarikan Tari Kretek di Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah di sebuah sanggar yang bernama Sanggar Puring Sari beralamatkan di Jalan Bubutan 208 Desa Barongan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Alasan dipilihnya Sanggar Puring Sari karena merupakan pusat pelatihan tari Kretek dan sekaligus pencipta tari Kretek di Kudus.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data Primer

(39)

23

Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikannya. Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan maka ditentukan sumber data atau informasi yang terdiri dari nara sumber yang dipandang memiliki pengetahuan atau wawasan yang memadahi tentang informasi yang diperlukan. Nara sumber yang dimaksud adalah Pemilik Sanggar Puring Sari, pengurus Sanggar Puring Sari.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bacaan atau melalui kegiatan studi keperpustakaan, membaca jurnal dan contoh laporan tugas akhir yang terkait dengan penelitian. Serta browsing menggunakan internet yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian sebab tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2008: 308).

3.5.1 Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data

(40)

sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian terhadap informasi sanggar atau keterangan yang diperoleh dari Sanggar Puring Sari.

Menurut Masnur (2009: 59) ada empat metode observasi yang dapat diterapkan, yaitu terbuka, terfokus, terstruktur, dan sistematis.

3.5.1.1Observasi terbuka dimulai dengan pemikiran netral, kosong dan tidak diadakan pengarahan sebelumnya sehingga pengamatan harus berimprovisasi untuk merekam hal–hal penting dalam proses pembelajaran dalam rangka penerapan tindakan perbaikan. Tujuannya agar pengamat dapat merekonstruksi proses penerapan tindakan perbaikan dalam kerangka diskusi balikan.

3.5.1.2Observasi terfokus adalah observasi yang dilakukan secara spesifik, yaitu observasi yang diarahkan kepada aspek tertentu dalam tindakan guru atau aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

3.5.1.3Observasi terstruktur adalah observasi yang ditandai dengan perekam data yang sederhana, tetapi dengan format lebih rinci.

3.5.1.4Observasi sistematis adalah bentuk observasi yang diarahkan pada pengkategorian bentuk dan jenis data amatan yang disusun secara rinci.

Manfaat observasi menurut Patton dalam Sugiyono (2008: 313) adalah: 3.5.1.5Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh

(41)

25

oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery

3.5.1.7 Observasi, peneliti dapat melihat hal–hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah

dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara 3.5.1.8Observasi peneliti dapat menemukan hal–hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga

3.5.1.9Observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif

Peneliti melakukan observasi di Sanggar Puring Sari yang merupakan tempat berlatih dan pusat pelestarian tari Kretek. Hal-hal yang akan diobservasi yaitu mengamati dan mencatat bentuk sajian tari Kretek. Peneliti mengamati dan menganalisis Peranan sanggar dalam melestarikan tari Kretek. Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang mendukung pelestarian tari Kretek di Sanggar Puring Sari.

(42)

3.5.2 Wawancara

Wawancara (Interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto,1993: 145). Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai data pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, keterlibatan, dan sebagainya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu mengenai bentuk sajian tari dan Peranan sanggar puring sari dalam melestarikan tari kretek. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1991: 138-140) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Wawancara berfokus, yaitu pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan.

2. Wawancara bebas, yaitu pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek penelitian.

3. Wawancara sambil lalu, yaitu pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada narasumber dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan.

(43)

27

tentang hal yang akan diteliti. Teknik pengumpulan datanya dengan cara mewawancarai pelaku seni atau seniman.

Pertanyaan ini secara khusus ditujukan kepada informan peneliti, yakni Endang Toni Supriyadi selaku pencipta Tari Kretek dan Pemilik Sanggar Puring Sari serta Aan selaku anggota Sanggar Puring Sari. Metode pencatatan dalam penelitian ini menggunakan beberapa media yaitu, media pencatat berupa buku tulis, dan kamera digital. Menggunakan media tersebut diharapkan dapat memperoleh data yang jelas dan valid serta sebagai bukti dari pelaksanaan penelitian terhadap pelestarian Tari Kretek di Sanggar Puring Sari.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berhubungan dengan dokumen baik dalam bentuk laporan, surat-surat resmi maupun catatan harian dan sebagainya.

(44)

dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi (Sugiyono, 2008: 329 - 330).

Peneliti dapat mempelajari dokumen yang berhubungan dengan materi Peranan sanggar dalam melestarikan Tari Kretek dengan teknik dokumentasi. Dokumen diperoleh dari buku-buku, foto-foto, arsip-arsip. Berkenaan dengan penelitian ini, dokumen tersebut diharapkan dapat memberikan uraian dan wujud Peranan Sanggar Puring Sari dalam melestarikan tari Kretek. Dokumen-dokumen yang akan disertakan dalam penelitian ini antara lain foto, data Sanggar Puring Sari.

3.5.4 Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan alat pendukung berupa buku atau artikel-artikel yang digunakan untuk mendukung memberikan penjelasan dan melengkapi segala hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Sumber pustaka dapat diperoleh melalui : buku-buku jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian ( Skripsi ) dan sumber-sumber lainya yang sesuai (koran maupun internet ).

3.6 Teknis Analisis Data

(45)

29

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis (Sugiyono, 2008: 335). Untuk menganalisis data ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 1984).

3.6.1 Tahap Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telak direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2008: 338).

3.6.2 Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, semakin akan mudah dipahami (Sugiyono, 2008: 341)

3.6.3 Verifikasi Data

(46)

Berikut ini merupakan skema analisis data kualitatif model interaktif menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono adalah:

Bagan 3.1 Analisis data model interaktif (Miles dan Huberman, 1984) Penelitian ini data yang diperoleh bersifat kualitatif. Oleh karena itu analisis data yang digunakan adalah sesuai dengan data kualitatif, yaitu analisis kualitatif. Proses analisis data melalui proses reduksi data, sajian data dan verifikasi data.

Reduksi data merupakan data yang diperoleh melalui observasi atau pengumpulan dokumen yang masih berupa uraian panjang dan perlu direduksi. Menurut Sugiyono (2008: 338) mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data-data tersebut dipisahkan sesuai dengan permasalahan yang dimunculkan kemudian dideskripsikan, diasumsi, serta disajikan dalam bentuk rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat disederhanakan dalam pengertian bahwa sejumlah data yang terkumpul melalui teknik wawancara, teknik observasi, dan dokumentasi digabung menjadi satu kemudian dicoba untuk

(47)

31

interpretasi dan diolah serta dipilah-pilah menurut jenis-jenis atau golongan pokok bahasannya.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Peneliti dalam melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2008: 372).

3.7.1 Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2008: 373). Teknik pengujian keabsahan ini, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan sumber yang berbeda namun pertanyaan yang diajukan sama agar dapat memperkuat keabsahan data sehingga data yang diperoleh benar-benar teruji keabsahannya.

3.7.2 Triangulasi Teknik

(48)

3.7.3 Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono 2008: 374).

(49)

33 BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kudus

Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di lereng gunung muria. Secara astronomis Kabupaten Kudus terletak antara 110036’ BT dan 110050’ BT dan antara 6051’ dan 7016’ LS. Kabupaten Kudus memiliki luas wilayah sebesar 42.516 Ha.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kudus

(50)

Gambar 4.1 merupakan gambaran umum lokasi, Kabupaten Kudus di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pati dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Demak.

Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 Kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 125 desa dan 9 kelurahan. Kecamatan yang ada di Kudus tersebut adalah Kota, Bae, Jekulo, Dawe, Gebog, Jati, Mejobo, Undaan, Kaliwungu.

Kabupaten Kudus memiliki berbagai potensi seni diantaranya kesenian Barongan, Kethoprak, Reyog, Orkes. Dari sekian banyak seni di Kabupaten Kudus, Kecamatan Kota khususnya Desa Barongan memiliki potensi dibidang seni yaitu seni tari. Potensi seni yang ada di Kecamatan Kota salah satunya sanggar seni yang ada di Kecamatan Kota.

Hasil penelitian mendiskripsikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan Sanggar Puring Sari. Gambaran umum lokasi penelitian yang didiskripsikan yaitu mengenai letak geografis, kependudukan, pendidikan di Desa Barongan. Hasil penelitian mengenai Sanggar Puring Sari pada penelitian ini mendeskripsikan mengenai sejarah sanggar, profil sanggar, kondisi sanggar yang meliputi sarana prasarana, serta kegiatan sanggar yang meliputi pelatihan, dan pementasan.

4.1.1 Lokasi dan Geografis Desa Barongan

(51)

35

Mlati Lor, Nganguk, Kramat, Demaan, Demangan, Janggalan, Damaran, Kauman, Langgar Dalam, Krandon, Singo Candi, Glantengan, Barongan, Rendeng, Kaliputu, Burikan, dan Kelurahan Purwosari, Sunggingan, Panjunan, Wergu Kulon, Wergu Wetan, Mlati Kidul, Kerjasan, Mlati Norowito, Kajeksan

Batas wilayah desa Barongan antara lain sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kaliputu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Panjunan, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Glantengan dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kramat.

4.1.2 Demografi Desa Barongan

Keadaan demografi Desa Barongan Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus sampai dengan Januari 2015 berjumlah 3062 jiwa, terdiri dari laki-laki 1508 jiwa dan perempuan 1554 jiwa. Adapun klasifikasi menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin, serta menurut lapangan usaha, adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Sumber: Data Monografi Desa Barongan Januari 2015

(52)

dengan SLTP yang berjumlah 742 jiwa. Sekolah Dasar berjumlah 517 jiwa. Jumlah masyarakat yang bersekolah di tingkat SD, SMP/SLTP dan SMA/SLTA lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang bersekolah di Akademi, Sarjana, maupun Pasca Sarjana. Sehingga kesenian mudah diajarkan serta dilestarikan kepada masyarakat tingkat SD, SMP, SMA yang berusia produktif dan relatif muda sehingga dalam bidang pendidikan dapat diterapkan materi wajib di pendidikan formal.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Profesi / Mata pencaharian NO Profesi / Mata

Sumber: Data Monografi Desa Barongan bulan Januari 2015

Table 4.2 terlihat bahwa ada tujuh jenis mata pencaharian yang ada di Desa Barongan. Jumlah mata pencaharian terbanyak yaitu di bidang Industri dengan jumlah 1173 yang terbagi atas laki-laki 277 orang dan perempuan 896 0rang.

Penduduk Desa Barongan mayoritas berprofesi dibidang Industri (pabrik rokok) dengan adanya pabrik rokok dapat dijadikan sebagai objek dalam penciptaan tari kretek.

(53)

37

4.2 Sanggar Puring Sari

4.2.1 Profil Sanggar Puring Sari

Sanggar Puring Sari berdiri pada tahun 1980 yang didirikan oleh Endang

Toni Supriyadi. Kata “ Puring Sari” yang berarti bunga, bunga dilambangkan

dengan seorang perempuan. Puring sari juga diartikan bahwa pendiri atau pemilik sanggar tersebut seorang wanita yaitu ibu Endang Toni. Jadi dengan harapan Sanggar Puring Sari yang didirikan oleh seorang wanita agar semua karya tari dari Sanggar Puring Sari dapat berkembang dan lestari. Endang Toni mendirikan sanggar Puring Sari dengan tujuan agar budaya bangsa Indonesia khususnya kesenian tari maupun kesenian lainnya dapat dilestarikan serta dikembangan oleh generasi muda.

Pelatihan seni di Sanggar Puring Sari meliputi Tari, Modelling, Olah Vocal, Dansa. Sanggar Puring Sari memiliki tempat pelatihan yaitu di Jalan Bubutan 208 Desa Barongan. Pusat dari Sanggar Puring Sari di gunakan dalam penggarapan tari dan pelatihan para pelatih tari. Sanggar Puring Sari memiliki cabang yang digunakan untuk pelatihan tari. Yaitu berada di Perumahan Muria Indah 849 gang Gazebo Bae. (Wawancara dengan Endang Toni, 23 Januari 2015)

(54)

materi tari modern yaitu cha-cha, waltz, samba. Pelatihan tari di Sanggar Puring Sari biasanya diawali dengan menarikan tari kretek sebelum memulai materi inti, hal ini di biasakan karena sebagai upaya pelestarian tari Kretek. Pelatihan Olah Vocal yaitu meliputi nyanyi, MC, teater, dan baca puisi. Sedangkan pelatihan Modelling yaitu meliputi dari gerak jalan, dan Kepribadian. Gerak jalan dalam pelatihan modelling yaitu meluputi lenggak-lenggok berjalan yang baik, ekspresi mimik wajah dan pandangan. Kepribadian dalam modelling dapat membentuk mental, dan rasa percaya diri bagi siswa.

4.2.2 Struktur Organisasi Sanggar Puring Sari

Struktur Organisasi Sanggar Puring Sari terdiri dari Pembina, ketua, pelatih. Pembina Sanggar adalaha Bapak Supriyadi, Ketua Sanggar adalah Ibu Endang Toni Supriyadi yang juga merangkap sebagai pemilik Sanggar, pelatih Sanggar adalah Ibu Endang Toni, Bapak Supriyadi, Aan Driasmara, Safira Putri Ananta, Bagus Wicaksono, Indra Driasmara. yang terlibat dalam organisasi sanggar puring sari yaitu keluarga besar pemilik sanggar yaitu Ibu Endang Supriyadi. Pembina sanggar bapak Supriyadi adalah suami dari ibu endang toni, dan Aan Driasmara adalah Anak pertama, Indra Driasmara adalah anak kedua, Bagus Wicaksono adalah anak ketiga, dan Safira Putri Ananta adalah anak keempat dari ibu endang dan bapak supriyadi.

(55)

39

Sanggar juga bertugas menyetujui atau mengesahkan kegiatan-kegiatan Sanggar yang diadakan setiap tahun.

Pelatih sanggar (Endang Toni S, Aan Driasmara, Indra Driasmara) bertanggung jawab dalam pelatihan tari yang di ajarkan pada Sanggar Puring Sari. Pelatih juga memiliki tanggung jawab pada hasil pelatihan yang diajarkan oleh pelatih. Para pelatih tari memiliki tanggung jawab dalam pementasan-pementasan tari yang diadakan oleh Sanggar Puring Sari, diantaranya adalah pemilihan siswa dalam pementasan, pelatihan dan kematangan mental dalam pemantasan.

(56)

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Sanggar Puring Sari Sumber : Sanggar Puring Sari

Bagan 4.2 merupakan struktur organisasi Sanggar Puring Sari yang terdiri dari Pembina, Ketua, Pelatih. Pembina adalaha Bapak Supriyadi, Ketua Sanggar adalah Ibu Endang Toni Suriyadi, pelatih Tari adalah Ibu Endang Toni, Aan Driasmara, Indra Driasmara, pelatih Modelling Ibu Endang Toni, pelatih Olah Vocal bapak Supriyadi, pelatih Dansa adalah Ibu Endang Toni, Safira Putri Ananta, Bagus Wicaksono. Siswa yang mengikuti kegiatan pelatihan Tari sebanyak, pelatihan Modelling, pelatihan Olah Vocal, pelatihan Modelling di Sanggar Puring Sari bulan Januari 2015

(57)

41

4.2.3 Administrasi Sanggar Puring Sari

Sanggar Puring Sari tidak melakukan pendataan siswa atau pencatatan secara rinci setiap tahunnya. (Wawancara dengan Endang Toni, 23 Januari 2015) pada tahun 1980 sampai dengan 2012 pendataan siswa dilakukan secara terperinci tetapi karena Sanggar Tari mengalami kebakaran pada tahun 2012 sehingga data-data siswa sanggar terbakar, Sehingga data-data yang ada hanya data-data terbaru yaitu data-data siswa 2013 sampai 2014.

Data administrasi Sanggar Puring Sari, menurut pelatih Sanggar Puring Sari yaitu Aan Driasmara dapat menyampaikan informasi secara lisan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran seni di Sanggar Puring Sari, diantaranya sebagai berikut.

Tabel 4.3

Data Siswa Sanggar Puring Sari Periode 2009-2012

No Nama Peserta Usia Tahun

(58)

Tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran tari sebanyak 15 siswa, modelling 14 siswa, olah vocal 5 siswa, Dansa 6 siswa di Sanggar Puring Sari pada tahun 2009 sampai dengan 2012. Siswa lama tersebut berPeranan dalam sebuah pementasan tari yaitu melatih adik-adik sanggar dan membantu persiapan pada saat pementasan (tata rias dan busana).

Sejak tahun 2013 sampai dengan 2015, Sanggar Puring Sari mulai membuat data administrasi sanggar. Peningkatan administrasi sanggar terbukti bahwa Sanggar Puring Sari telah melakukan pendataan atau pencatatan data siswa yang mengikuti pembelajaran seni di Sanggar Puring Sari.

Tabel 4.4

Data Siswa Sanggar Puring Sari Periode 2013-2015

(59)

43

Sumber : data administrasi Siswa Sanggar Puring Sari 2013-2015

(60)

4.2.4 Program Sanggar Puring Sari

Program-program sanggar antara lain program kerja tahunan dan program mingguan yaitu program yang dilaksanakan setiap minggunya. Program kerja mingguan adalah program kerja yang rutin dilaksanakan setiap minggu dalam kepengurusan Sanggar Puring Sari. Program kerja tahunan adalah program kerja yang rutin dilaksanakan setiap tahun sekali oleh Sanggar Puring Sari, yaitu Evaluasi Tari, dan Lomba Tari Kretek.

4.2.4.1 Latihan rutin

Latihan rutin Sanggar Puring Sari dilakukan tiga kali dalam satu minggu. Latihan rutin tari dilaksanakan pada hari senin, rabu, jum’at. Latihan Tari setiap

hari senin, rabu, jum’at pukul 15.30 dan latihan Modelling dilaksanakan setelah

pelatihan Tari pukul 16.15 Dan Olah Vocal setiap hari Juma’at pukul 14.30 (Wawancara dengan Endang Toni 23 Januari 2015) latihan rutin di Sanggar Puring Sari dilaksanakan sesuai jadwal latihan.

Kegiatan pelatihan di Sanggar Puring Sari yaitu pelatihan tari dimulai jam 15.30 dan menarikan tari kretek sebelum memasuki materi pokok, materi pokok yang dimaksut adalah materi pelatihan yang diberikan tidak hanya Tari Kretek, menarikan Tari Kretek sebuah kebiasaan di Sanggar Puring Sari, matei pokok yang diberikan yang pertama adalah Tari Klasik (Golek Manis). Pelatihan modelling dimulai pukul 16.15, yang diajarkan pada pelatihan modelling yaitu

cara berjalan, ekspresi dan kepribadian. Pelatihan olah vocal dimulai Juma’t pukul

(61)

45

Gambar 4.2 Materi Wajib (Tari Kretek) Foto : Ikha Sulis Setyaningrum, 2 November 2014

ukuran foto : 14 cm x 9,5 cm

Gambar 4.3 Materi Tari Pokok Sanggar Puring Sari Foto : Ikha Sulis Setyaningrum, 28 Januari 2015

(62)

Gambar 4.2 merupakan kegiatan latihan dengan materi wajib yaitu Tari Kretek. Gambar 4.3 merupakan kegiatan latihan rutin di Sanggar Puring Sari. Latihan rutin ini dilaksanakan pada 28 Januari 2015 pada pukul 15.30 WIB. Latihan tari diikuti oleh 10 siswa yang berusia 8 tahun sampai dengan 21 tahun. Latihan tari pada Rabu 28 Januari 2015 Sanggar Puring Sari memberikan materi tari Golek Manis. Pada latihan ini tari golek manis akan digunakan sebagai pembuka acara di Oasis Djarum Kudus. Siswa sudah 70% menguasi materi yang diberikan oleh pelatih sanggar, ragam gerak tari golek manis sudah diajarkan, pelatih hanya memantau siswa menari dan membenarkan gerak-gerak yang belum tepat.

Gambar 4.4 Latihan Rutin Modelling Sanggar Puring Sari Foto : Ikha Sulis Setyaningrum, Rabu 28 Januari 2015

(63)

47

Pada gambar 4.4 merupakan kegiatan latihan modelling di Sanggar Puring Sari. Latihan modelling dilaksanakan setelah latihan tari yaitu pukul 16.15 pada hari rabu selesai tari dilanjutkan pelatihan modelling dan diikuti oleh peserta modelling. Latihan modelling ini dipersiapkan untuk lomba pemilihan putra-putri budaya Kudus, materi yang diberikan pada latihan yaitu cara berjalan, irama tubuh, dan ekspresi.

4.2.4.2 Pementasan Intern/ekstren

(64)

melaksanakan pementasan Tari Kretek untuk mengisi acara-acara yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah di Kabupaten Kudus maupun perorangan/swasta misalnya hari jadi kota Kudus di peringati pada 23 September Sanggar Puring Sari mementaskan Tari Kretek untuk memeriahkan Hari Jadi Kota Kudus.

4.2.5 Sarana dan Prasarana Sanggar Puring Sari

Sarana dan Prasarana Sanggar Puring Sari terdiri dari tempat latihan, kaset-kaset tari, kostum-kostum tari, tape. Gedung tempat pelatihan Sanggar Puring Sari bertempat di Halaman Belakang yang luas di Rumah Ibu Endang Toni, Gang Gazebo ini beralamatkan di Perum muria indah Kudus. Gang Gazebo tempat latihan Sanggar Puring Sari digabungkan dengan tempat latihan Modelling dan tempat latian Dansa. Ukuran tempat pelatihan tari, Modelling dan Dansa berukuran 9x19 meter. Penggarapan tari Sanggar Puring Sari bertempat di Jalan Bubutan 208 Barongan yang merupakan pusat dari Sanggar Puring Sari. (Wawancara dengan Endang Toni, 23 Januari 2015)

(65)

49

Pada Gambar 4.5 merupakan area tempat latihan Tari, Modelling, Olah Vocal, dan Dansa Sanggar Puring Sari yang berukuran 9 x 19 m yang bertempat di Perum Muria Gang Gazebo Kudus.

Gambar 4.6 Tape Polytron dan Tape GMC Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 23 Januari 2015

(66)

Sari.Sanggar Puring Sari memiliki 3 Tape untuk memutar kaset pita yaitu 2 rusak dan satu masih terpakai untuk iringan latihan, dan mempunyai 1 Tape GMC baru yang digunakan untuk iringan yang tersimpan di flasdick.

Tabel 4.5

Koleksi Kostum di Sanggar Puring Sari

No Nama Barong Jumlah Kondisi Sumber : wawancara dengan Endang 31 Januari 2015

(67)

51

Tabel 4.6

Koleksi kaset iringan Sanggar Puring Sari No Nama Barang Jumlah Kondisi

(68)

Tabel 4.7

(69)

53

Gambar 4.10 Koleksi sampur dan Jarit di Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 23 Januari 2015

(70)

4.2.6 Keadaan Siswa Sanggar Puring Sari

Siswa Sanggar Puring Sari pada Januari 2015 melakukan aktivitas latihan di sanggar tepatnya jam 15.30 dan sekaligus latihan untuk persiapan pementasan di Oasis Jarum Kudus pada bulan Februari bekerjasama dengan PT.Djarum. Tarian yang akan dibawakan pada acara di Oasis yaitu Tari Kretek dan Tari Golek Manis.

Pelatihan di Sanggar Puring Sari Pendaftaran siswa baru tidak ada batasan pendaftaran tetapi biasanya di buka awal tahun pada bulan Januari, latihan dilaksanakan tiga kali dalam seminggu. Sanggar Puring Sari mengadakan evaluasi tari atau ujian tari biasanya dilaksanakan antara bulan april dan mei, sedangkan pada bulan April Sanggar Puring Sari mengadakan agenda tahunan yaitu Lomba Tari Kretek dan Pemilihan Putra Putri Budaya tingkat Se-Jawa Tengah dan DIY.

(71)

55

Gambar 4.12 proses latihan di Barongan Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 7 November 2014

(72)

Gambar 4.13 proses latihan di Gang Gazebo Perum Muria Sanggar Puring Sari Foto: Ikha Sulis Setyaningrum, 29 Januari 2015

(73)

57

4.3 Tari Kretek

4.3.1 Sejarah Terbentuk Tari Kretek

Adanya ide dan gagasan gagasan dari Gubernur Jawa Tengah yang mendapatkan tanggapan baik dari Pemerintah Kudus. sehingga Pemerintah melimpahkan perwujudannya kepada Dwidjo Sumono selaku Kasi Kebudayaan di Kudus pada tahun 1986. Dwidjo Sumono selanjutnya memberikan tanggung jawab penuh kepada Endnag Toni selaku pimpinan Sanggar Puring Sari yang dibantu oleh Supriyadi dan Fandelan selaku seniman karawitan di Kota Kudus. Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi ke tempat produksi rokok untuk mengangakat kegiatan produksi rokok menjadi bahan untuk pembuatan tarian yang mencerminkan kehidupan mata pencaharian mayoritas masyarakat Kudus.

(74)

Ide terbentuknya Tari Kretek diambil dari Proses Pembuatan Rokok di Kudus karena kudus terkenal dengan Kota Kretek. Ide awal penciptaan tari kretek bermula dari rekomendasi Dinas Pariwisata atas Perintah Bupati Kudus pada waktu itu yang meminta ibu Endang Toni untuk membuat karya tari dalam peresmian museum Kretek yang didalamnya terdapat benda sejarah dan miniatur pembuatan rokok serta foto pengusaha rokok yang sukses di Kudus.

Tari Kretek dibuat pada tahun 1985 yang awalnya diberi nama Tari Mbathil oleh seniman Kabupaten Kudus yaitu Endang Toni Supriyadi. Menurut Endang Toni pada saat itu Kabupaten Kudus belum memiliki tari yang dapat sebagai identitas kota Kudus. Endang Toni mendapat tanggung jawab dari bupati Kudus untuk mencipta tari Kretek. Kecintaan Endang Toni kepada kesenian semakin menginspirasi dirinya dalam penggarapan Tari Kretek. Sampai pada tahun 1986 Tari Kretek mendapatkan SK dari Bupati Kudus yaitu Bapak Hartono sebagai tari khas Kabupaten Kudus. (wawancara, Endang Toni 23 Januari 2015).

Gambar 4.14 Tari Kretek Pertama dipentaskan pada peresmian Museum Kretek (Kostum masih memakai Tari Mbathil)

(75)

59

4.3.2 Bentuk Penyajian Tari Kretek 4.3.2.1 Bentuk Tari Kretek

Gerak merupakan unsur pokok dalam sebuah tarian, karena dapat mengungkapkan ekspresi jiwa yang dapat dituangkan dalam bahasa gerak. Ragam gerak Tari Kretek menggambarkan proses produksi pekerja pabrik rokok dalam pembuatan rokok sampai rokok dipasarkan. Sifat gerak nya halus lanyap dengan gerak lincah, sigrak, kenes serta ekspresi wajah riang gembira.

Ragam gerak Tari Kretek dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.8 Ragam Gerak Tari Kretek Sumber : DVD Pembuatan Film Tari Kretek

No Ragam

Gerak

Uraian Gerak Hitungan

(76)

Gambar 4.15 Ragam gerak Nampeni Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014

No Ragam

Gerak

Uraian Gerak Hitungan

2. Ngayak Tangan kiri memegang tampah tangan kanan ngrayung di depan dada tepat nya diatas tampah dan sambil diputar kekanan, kaki kiri di depan napak dan kaki kanan dibelakang dan gejug.kemudian tangan kanan diputar searah jarum jam dan jari tangan digerakkan, kemudian badan mengikuti kaki berputar ke arah kanan dan kepala gedeg ke kanan kiri mengikuti iringan musik

(77)

61

Gambar 4.16 Ragam Ngayak

Foto: : Dokumen sanggar puring sari, 2014

No Ragam

Gerak

Uraian Gerak Hitungan

(78)

Gambar 4.17 Ragam Gerak Milahi Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014

memilah posisi tangan seperti mengambil bahan rokok yang tidak bagus dan kaki kanan di depan napak dan kaki kiri dibelakang gejug, sedangkan pada saat membuang bahan rokok yang tidak bagus tangan kanan memegang tampah tangan kiri lurus kesamping posisi membuang sesuatu dan kaki kanan membuka samping kanan dan jinjit

No Ragam

Gerak

(79)

63

Gambar 4.18 Ragam Gerak Ngiteri

Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014 4. Ngiteri Kedua tangan memegang tampah dan

berjalan kecil-kecil dimulai kaki kanan dan berputar ke kanan dan disertai kepala dipatahkan kekanan dan ke kiri. Disaat kaki kanan mulai jalan kepala di patahkan ke kanan dan sebaliknya

Hitungan 1 sampai 8 hitungan

selama 2 kali hitungan

No Ragam

Gerak

(80)

Gambar 4.19 Ragam Gerak Melembar

Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014 5. Melembar Posisi duduk, kedua tangan di depan

dada kemudian di mainkan naik turun secara bergantian dan posisi badan dari duduk pelan-pelan menunduk dan kemudian tegak kembali dan dilakukan empat kali hitungan ke bawah dan empat kali hitungan ke atas.

Hitungan 1 sampai 8 selama 4

kali hitungan

No Ragam

Gerak

(81)

65

Gambar 4.20 Ragam Gerak Ngiping

Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014 6. Ngiping Posisi duduk, tangan kiri membuka

menghadap atas berada di samping kiri bagian depan dan tangan kanan posisi ngiting berada diatas tangan kiri telapak tangan menghadap bawah. Dan kemudian tangan kanan di geser ke kanan bawah dan kemudian kembali diatas tangan kanan dengan di pantulkan empat kali.

Hitungan 1 sampai 8 selama 3

kali hitungan

No Ragam

Gerak

(82)

Gambar 4.21 Ragam Gerak Mbathil

Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014 8. Mbathil Posisi duduk, tangan kiri ngithing di

depan puser menghadap atas dan kemudian tangan kiri ngiting di sebelah kanan bawah dan kemudian tangan kanan di atas tangan kiri dengan 4 kali hitungan kanan kiri kanan kiri, kemudian tangan kanan ukel dengan cara memutari pergelangan tangan kiri kemudian tangan kanan berada di atas tangan kiri kemudian tangan kanandi gerakan kedepan dan keatas tangan kiri.

Hitungan 1 sampai 8 selama 9

kali putaran

No Ragam

Gerak

(83)

67

Gambar 4.22 Ragam gerak Sembahan

Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014 9. Sembahan Pada hitungan delapan Kedua tangan

bertemu di depan muka posisi kaki kiri gejug, kemudian hitungan satu tujuh tangan diukel dan kaki kanan mundur dan disertai kedua tangan membuka kedepan dan diputer keluar dan disaat kaki kiri gejug kedua tangan bertemu dan tepuk kembali kemudian sembahan lagi

Hitungan 1 sampai 8 selama 3

kali

No Ragam

Gerak

Uraian Gerak Hitungan

(84)

Gambar 4.23

Ragam Gerak Mrikso Rokok Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014 rokok tangan ngrayung dan tangan kiri

ngrayung di depan dada, kaki berjalan 3 kali melangkah kesamping kanan dan hitungan empatnya kaki kiri gejug disamping kaki kanan, kemudian kaki kiri berjalan kekiri dan kemudian hitungan ke empat kaki kanan gejug disamping kaki kiri dan disiertai dengan tangan kiri pelan-pelan naik ke atas dan tangan kanan ngrayung di depan dada

sampai 8 selama 3 kali putaran

No Ragam

Gerak

Uraian Gerak Hitungan

(85)

69

Gambar 4.24 Ragam Gerak Ngepak

Foto: Dokumen sanggar puring sari, 2014 posisi jari nyekiting dan posisi kaki kanan membuka kekanan dan jempol kaki jinjit sebagai tumpuan. Kemudian tangan kakan di ukel atau di putar keluar masuk sebanyak tujuh kali dan kaki berjalan muter ke kanan hitungan ke delapan ganti dengan tangan kanan mentang dan nyekiting tangan kiri ukel keluar masuk dan kaki berjalan muter ke kiri.

sampai 8 selama 6 kali putaran

No Ragam

Gerak

Uraian Gerak Hitungan

Gambar

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kudus
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Gambar 4.3 Materi Tari Pokok Sanggar Puring Sari Foto : Ikha Sulis Setyaningrum, 28 Januari 2015  ukuran foto : 14 cm x 9,5 cm
Gambar 4.4 Latihan Rutin Modelling  Sanggar Puring Sari Foto : Ikha Sulis Setyaningrum, Rabu 28 Januari 2015 Ukuran foto : 14 cm x 10 cm
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ Ketika kita sudah berikan yang terbaik mungkin kita merasa hasil yang kita dapat tak sempurna, berarti itu ada hal yang harus kita koreksi yang telah Dia rancangkan untuk

Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa

membantu pemerintah untuk melakukan inventaris data tempat pariwisata secara. digital dan

Dalam Islam, pendidikan atau biasa dikenal sebagai at- tarbiyah adalah sebuah upaya dalam melakukan proses perkembangan potensi serta kemampuan yang dimiliki oleh

Pihak kepolisian umumnya memfasilitasi penyelesaian di luar pengadilan karena adanya permintaan yang umumnya dilakukan oleh para pelaku tindak pidana, bentuk fasilitas

• Dari hasil pengamatan di lapangan bahwa sistem pemberian reward yang dilaksanakan selama ini dalam mengukur tingkat kinerja antara organisasi desa dan kelurahan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STRUCTURE NUMBERED HEADS PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI.. Universitas Pendidikan Indonesia

[r]