ABSTRAK
PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LERARNING CYCLE 5 FASE (LC) MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)TERHADAP
AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN
(Kuasai Eksperimental Pada Siswa Kelas VIII IPA Semester Ganjil SMP Negeri 4 Padang Cermin
Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh :
I Nyoman Tri Bayu T
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Cycle 5 Fase dengan STAD dalam meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa. Desain penelitian
adalah desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah
siswa kelas VIIIA dan VIIIC yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa
deskripsi aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Learning Cycle 5 Fase dengan STAD yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes,
iii
Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan penguasan materi siswa pada
kelas STAD dengan rata-rata pretest sebesar 34,22 ± 10.56; nilai posttest sebesar
73,43 ± 5,96; dan gain yaitu 0,61 ± 0,093 dengan kriteria sedang. Peningkatan Penguasaan materi juga terjadi pada indikator aspek kognitif (C2 dan C4) dengan
rata-rata gain pada indikator C2 0,52 ± 0,51 dan indikator C4 sebesar 0,55 ± 0,14. Sedangkan rata-rata aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada
kelas STAD yaitu 73,42 % yang berkriteria sedang. Selain itu, seluruh siswa (100
%) memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model STAD. Dengan
demikian, bahwa penerapan Model STAD lebih berpengaruh dalam meningkatkan
aktivitas dan penguasaan materi siswa secara signifikan dibandingkan dengan
model LC 5 Fase.
PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE (LC) DENGAN MODEL STUDENT
TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI
PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN
(Kuasai Eksperimental Pada Siswa Kelas VIII IPA Semester Ganjil SMP Negeri 4 Padang Cermin
Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
I NYOMAN TRI BAYU T
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
vii
Penulis dilahirkan di Mulyosari pada 29 April 1991, yang
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan
Bapak I Ketut Natra dan Ibu Ni Wayan Supartin. Alamat
penulis yaitu RT 03/RW 03 Desa Mulyosari, Kecamatan Pasir
Sakti, Kabupaten Lampung Timur. Nomor HP penulis
085769520690.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Mulyosari (1997-2003),
SMP 1 Pasir Sakti (2003-2006), SMA Negeri 1 Pasir Sakti (2006-2009). Pada
tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila
melalui jalur Mandiri.
Selama kuliah penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di
SMP Negeri 4 Padang Cermin, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa
Padang Cermin, Kecamatan Padang Cermin (Tahun 2012), dan penelitian
pendidikan di SMP Negeri 4 Padang Cermin untuk meraih gelar sarjana
ix
–
MOTO
–
Orang yang kurang dalam harta benda, bukanlah orang miskin
Sebaliknya orang kaya adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan
Dia yang kurang dalam ilmu pengetahuan, sesunguhnya dalam segala
keadaan ia disebut orang miskin
-Nitisastra, III. bait 1-
Hidup adalah perjuangan, bekerja adalah kemenangan, ikhlas adalah
keharusan (pepatah kuno)
Impian, ilmu pengetahuan dan pengorbanan adalah jalan untuk meraih
sukses
viii
Om Swastyastu, Om Awigenam Astu Namosidam
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, sehingga karya ini dapat diselesaikan,
Kupersembahkan karya ini teruntuk:
Yang tercinta ibu dan bapakku, yang telah mendidik dan membesarkanku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku,
mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.
Ni Putu Wahyu Ningsih, I Made Satya Mana , I Ketut Sastra Gama dan keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan, kebersamaan dengan kalianlah yang menjadi salah
satu motivasi hidupku.
x SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas segala karunia dan
anugrah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat
dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE DENGAN MODEL STUDEN TEAM ACHIEVENT DIVISIONS TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI PADA MATERI POKOK
SISTEM PENCERNAAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII Semester
Ganjil SMP Negeri 4 Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran
2013/2014)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik
yang telah yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini
dapat selesai;
5. Berti Yolida S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan
xi
6. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembahas atas saran-saran
perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;
7. Rita Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku pembimbing akademik yang slalu
memberikan motivasi.
8. Bambang Suhendi, S.P.d selaku Kepala SMP Negeri 4 Padang Cermin dan
Lita Anistya, S. Pd. selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan
bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
9. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIII A dan VIII C SMP
Negeri 4 Padang Cermin atas kerjasama yang baik selama penelitian;
10.Ibu dan Bapak keluargaku tercinta, terima kasih untuk setiap doa, motivasi,
kasih sayang, materi, dan tetes keringat yang menjadi semangat dalam hidup;
11.Teman-teman seperjuangan: (Vera Yuliana, Hamimatussa’adah, Ades Pangestu,
Karina Pratiwi, Nurlaila Kurniawati, Sri Wirahayu, Rio Afrian , Imron Rosadi, Retna
Ayu Utari, Melita Harleyani, Dias Ambarsari, Yunistia Wilman, Sefty Goestira,
Trisnawati), tutorial Tomi Arifin, keluarga Permata Hijau (Om Hendrik,
Marcelinus, Soma Romadoni, Firmansyah) terima kasih untuk semua
kebersamaan, keceriaan, saran, perhatian dan semangat yang kalian berikan;
12.Rekan-rekan Pendidkan Biologi Unila 2009, kakak dan adik tingkat
Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian berikan;
13.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis
xii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51
xiv V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 68 B. Saran ... 68
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif ... 16
2. Fase-fase pembelajaran STAD ... 21
3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 42
4. Item pernyataan pada angket ... 44
5. Kriteria % peningkatan Penguasaan materi siswa ... 46
6. Klasifikasi indeks aktivitas siswa ... 49
7. Skor setiap jawaban angket ... 49
8. Tanggapan siswa terhadap terhadap model pembelajaran ... 50
9. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran LC 5 Fase dan STAD ... 50
10.Hasil uji obsesrvasi aktivitas belajar siswa kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 51
11.Hasil uji normalitas pretest, postest, dan gain, hasil uji homogenitas, uji t, uji U dan kriteria gain penguasaan materi pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II ... 53
12.Hasil uji normalitas, homogenitas dan uji t nilai gain untuk setiap indikator penguasaan materi oleh siswa pada kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 54
13.Nilai pretes-postes dan gain kelas eksperimen I ... 144
14.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen II ... 145
15.Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen I ... 146
xvi
18.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model
STAD ... 150
19.Analisis butir soal pretes dan postes kelas ekperimen I ... 151
20.alisis butir soal pretes dan postes kelas ekperimen II ... 153
21.Hasil uji normalias pretes kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 155
22.Hasil uji Mann-Withney U pretest kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 156
23.Hasil uji normalitas postest kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 156
24.Hasil uji Mann-Withney U postest kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 156
25.Hasil uji normalitas Gain kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 157
26.Hasil uji kesamaan dua varian dan dua rata-rata Gain eksperimen I dan eksperimen II ... 157
27.Hasil uji satu pihak Gain Kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 158
28.Hasil uji normalitas Gain aspek kognitif tingkat C2 kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 159
29.Hasil uji Mann-Withney U gain aspek kognitif tingkat C2 kelas eksperimen I dan eksperimen II ... 159
30.Hasil uji normalitas Gain aspek kognitif tingkat C4 kelas eksperimen I dan eksperimen ... 160
31.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata Gain aspek kognitif tingkat C4 Kelas eksperimen I dan eksperimen II. ... 160
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9
2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen... 32
3. Tanggapan siswa eksperimen I ... 55
4. Tanggapan siswa eksperimen II ... 56
5. Contoh jawaban siswa indikator C2 (LKK LC 5 fase) ... 62
6. Contoh jawaban siswa indikator C2 (LKK STAD) ... 62
7. Contoh jawaban siswa untuk indikator C4 (LKS model LC 5 Fase) ... 64
8. Contoh jawaban siswa untuk indikator C4 (LKK model STAD) ... 64
9. Contoh jawaban siswa untuk pertanyaan no. 5 pada soal pretest dan posttest kelas LC 5 Fase ... 65
10.Contoh jawaban siswa untuk pertanyaan no. 5 pada soal pretest dan posttest kelas STAD ... 65
11.Contoh jawaban siswa untuk indikator C4 ( LKK model STAD) ... 66
12.Siswa memperhatikan apersepsi dan motivasi dari guru ( kelas STAD) ... 162
13.Siswa sedang melakukan berdiskusi kelompok ( kelas STAD) ... 162
14.Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi (kelas STAD) ... 163
15.kelompok menerima penghargaan kelompok (kelas STAD) ... 163
16.Siswa sedang melakukan berdiskusi kelompok (kelas LC) ... 164
17.Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS (kelas LC) ... 164
18.Siswa sedang mempresentasikan hasil diskusi (Kelas LC) ... 165
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama (SMP) tetap menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia saat ini.
BSNP (2006: 1) mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran
sangatlah penting bagi guru dalam menciptakan suasana belajar yang
bermakna sehingga dapat merangsang dan mendukung aktivitas siswa untuk
mendapakatkan penguasaan materi yang optimal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rohani (2004: 6), pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran
yang didalamnya melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik
maupun psikis.
Kenyataan yang ada dalam dunia pendidikan nasional saat ini, ketuntasan
penguasaan bahan pelajaran oleh siswa di Indonesia masih rendah, khususnya
dalam pendidikan sains. Hal ini dibuktikan dengan hasil Programme for International Student Assessment tahun2012 dalam matematika, sains, dan membaca yang diselenggarakan Organisationfor Economic Cooperation and Development baru saja dirilis. Hasilnya Indonesia di peringkat ke-64 dari 65 negara yang disurvei. Asesmen internasional tersebut mengukur kecakapan
dimilikinya untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata. Tahun ini,
siswa dari 65 negara, dengan ukuran sampel antara 4.500 dan 10.000
berpartisipasi dalam PISA (Driana dan Hamka, 2013: 1 ). Hasil kajian Trends in International Mathematics and Science Study(TIMSS) 2012, yang menilai kemampuan siswa kelas VIII di bidang Matematika, menempatkan Indonesia
di urutan ke-38 dari 42 negara. Malaysia, Thailand, dan Singapura berada di
atas Indonesia. Hasil sains pun sungguh mengecewakan, yakni Indonesia di
urutan ke-40 dari 42 negara. Yang mencengangkan adalah nilai matematika
dan sains siswa kelas VIII Indonesia berada di bawah Palestina yang
negaranya didera konflik berkepanjangan (Yusro, 2012: 3).
Trianto (dalam Fauzi, 2013: 2) menyatakan bahwa masalah utama pendidikan
formal (sekolah) saat ini adalah masih rendahnya penguasaan materi peserta
didik yang merupakan hasil kondisi pembelajaran konvensional yang dalam
proses pembelajaran memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses
bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Guru
belum menerapkan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa ikut aktif
dalam memperoleh pengetahuan yang bermakna.
Hasil observasi awal dan wawancara dengan guru SMPN 4 Padang cermin
dalam pembelajaran biologi khususnya pada materi sistem pencernaan
menunjukkan pembelajaran yang dilakukan di kelas sampai saat ini masih
menemukan rendahnya aktivitas dan penguasaan materi siswa. Pada materi
pokok sistem pencernaan yang diketahui dari hasil observasi bahwa
tahun pelajaran 2011/2012 masih sangat rendah, yaitu rata-rata 60. Nilai
tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan sekolah yaitu ≥ 70. Siswa yang telah mencapai KKM hanya 47% dari jumlah siswa kelas VII. Diketahui bahwa selama proses pembelajaran
guru belum menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa,
sehingga kurang merangsang aktivitas siswa. Selama proses pembelajaran guru
sering menggunakan metode diskusi sehingga pembelajaran membuat siswa
bosan dan akhirnya penguasaan materi siswa tidak optimal.
Diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memahami materi, tetapi
juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama dan
mengembangkan sikap sosial siswa. Banyak model pembelajaran yang
menarik sehingga siswa tidak bosan, serta dapat meningkatkan aktivitas dan
solidaritas sosial siswa dalam belajar yang dapat memberikan dampak positif
terhadap penguasaan materi siswa, Learning Cycle 5 Fase dan STAD (Student Team Achievement Divisions) keduanya adalah model pembelajaran yang cocok digunakan untuk pembelajar kelompok, mengajarkan materi yang
banyak melibatkan aktivitas, pengusaan materi, konsep, prinsip, aturan serta
perhitungan secara matematis sehingga sesuai jika diterapkan pada pokok
Penelitian Hidayati (2008: 79) di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun
2007/2008 pada aktivitas dan penguasaan siswa materi pokok sistem
pencernaan dengan model LC 5 Fase meningkat dibandingkan dengan yang
tidak menggunakan LC 5 Fase. Begitu juga dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, Penelitian Sari (2007: 28) menemukan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar biologi siswa. Dari hasil penelitian itu, terlihat bahwa kedua
model pembelajaran kooperatif tersebut apabila diterapkan pada siswa yang
sebelumnya masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional,
efek yang diberikan adalah sama-sama dapat meningkatkan penguasaan materi
siswa. Namun dari kedua tipe pembelajaran kooperatif tersebut belum
diketahui yang lebih baik apabila diterapkan pada siswa SMP Negeri 4 Padang
Cermin dengan karakteristik tersendiri yang mengutamakan pembelajaran
berbasis kekeluargaan sehingga pembelajaran menjadi efektif, hal ini belum
terlihat karena sumberdaya sekolah dan kedekatan pendidik dengan peserta
didik belum di kembangakan secara maksimal.
Berdasarkan masalah dan pernyataan yang telah diuraikan, maka perlu
dilakukan penelitian mengenai model pembelajaran yang diterapkan pada
konsep sistem penecernaan dengan judul: “Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe LC 5 Fase Dengan Tipe Kooperatif Tipe STAD Terhadap
Penguasaan Materi Pokok Sistem Pencernann Kelas VIII SMP N 4 Padang
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
(1) adakah perbedaan yang signifikan penguasaan materi siswa pada
pembelajaran menggunakan modelLC 5 Fase dan STAD?
(2) adakah perbedaan aktivitas siswa pada pembelajaraan menggunakan
model LC 5 Fase dan STAD?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui:
(1) perbedaan yang signifikan penguasaan materi siswa pada pembelajaraan
mengggunakan model LC 5 Fase dan STAD
(2) perbedaan aktivitas siswa pada pembelajaraan menggunakan model LC 5
Fase dan STAD .
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Peneliti
Memberikan wawasan serta pengalaman baru dalam melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe LC 5
Fase dan tipe STAD.
b. Guru
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe LC 5 Fase dan tipe
meningkatkan penguasaan materi siswa khususnya pada materi pokok
sistem pencernaan.
c. Siswa
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe LC 5 Fase dan tipe
STAD, diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang berkesan
bagi siswa, sehingga mampu meningkatkan penguasaan materi dan
aktivitas siswa khususnya pada materi biologi.
d. Sekolah
Model pembelajaran kooperatif tipe LC 5 Fase dan tipe STAD,
diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran dalam
upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. LC 5 Fase merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi
yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif ,
dengan langkah-langkah LCterdiri dari lima fase yaitu: (1) fase to engage
(fase mengundang), (2) fase to explore (fase menggali), (3) fase to explain
(fase menjelaskan), (4) fase to elaborate (fase penerapan konsep) dan (5) fase to evaluate (fase evaluasi).
2. STAD merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
kelompok yang bersifat heterogen, dengan angkah-langkah pembelajaran
STAD: (1)Penyampaian tujuan dan motivasi, (2) pembagian kelompok, (3)
presentasi guru, (4) kegiatan belajar dalam tim, (5) evaluasi dan (6)
penghargaan prestasi tim.
3. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa selama proses
pembelajaran yang meliputi kemampuan mengemukakan pendapat,
kemampuan bertanya, bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan
tugas kelompok, bertukar informasi, presentasi dan membuat kesimpulan.
4. Penguasaan materi diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil
pretes, postes dan gain pada materi sistem pencernaan.
5. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A sebagai kelompok
eksperimen I dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen II SMPN 4
Padang Cermin tahaun pelajaran 2013/2014.
6. Materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sistem
pencernaan. SK 1 . “memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia”. KD 1.4. “mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan”.
E. Kerangka Pikir
Aktivitas siswa dalam pembelajaran memiliki peranan penting dalam
perolehan pengetahuan siswa dan penguasan materi. Pada kenyataannya
dalam proses pembelajaran guru belum melibatkan siswa untuk aktif
memperoleh dan mengembangkan pengetahuannya, sehingga menyebabkan
merangsang aktivitas siswa dalam mengembangkan pengetahuannya tersebut
sehingga meningkatkan penguasaan materi adalah model pembelajaran LC 5
Fase dan STAD.
Model LC 5 Fase menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan
siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga proses sehingga proses
asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi
proses konstruksi pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat
meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. LC 5 Fase
merupakan model pembelajaran yang menggunakan tahapan belajar
sistematis yang diorganisir secara baik sehingga pembelajaran di kelas akan
menjadi aktif, LC 5 Fase diawali dengan fase mengundang, fase menggali,
fase menjelaskan, fase penerapkan dan fase evaluasi.Tahapan pertama dengan
memberikan pembelajaran yang , menarik oleh guru kemudian siswa
diberikan kemandirian untuk mengeksplorasi materi dengan berbagai sumber,
siswa dituntut untuk manpu menjelaskan dan menemukan konsep nyata
dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman belajar yang berkesan pada model
LC 5 Fase diberikan oleh siswa akan mampu meningkatkan aktivitas dan
penguasaan materi siswa.
STAD merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja kelompok
dalam belajar yang mengandalkan siswa untuk berinteraksi secara aktif dalam
kelompok dengan demikian akan membangkitkan potensi siswa untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga penguasaan materi siswa akan
merupakan pembelajaran kooperatif dengan membuat kelompok dimana setiap
kelompok beranggotakanenam sampai tujuh orang siswa secara heterogen.
Tipe STAD diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan motivasi,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.
Dalam pembelajaran kelompok siswa dituntut berkomunikasi dan
bersosialisasi dalam anggota kelompok, ini akan merangsang aktivitas siswa
dalam pembelajaran, tanggung jawab yang diberikan oleh guru dalam seiap
kelompok mengharuskan siswa untuk menyelesaiakan tugas dengan materi
yang harus dicari dan dijadikan informasi untuk pertanggungjawaban pada
masing-masing kelompok, ini akan merangsang siswa untuk menguasai materi
pada tugas yang diberikan oleh guru. Dengan membandingkan kedua model
pembelajaran kooperatif di atas dapat diketahui manakah yang paling cocok
digunakan pada siswa SMPN 4 Padang Cermin yang mempunyai karakteristik
tersendiri.
Adapun variabel bebas dari penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe LC 5 Fase dan tipe STAD, sedangkan variabel terikatnya
adalah aktivitas siswa dan penguasaan materi siswa. Hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. X1
Y
(Keterangan: X1 = Pembelajaran kooperatif dengan model tipe LC 5 fase, X2 = Pembelajaran kooperatif dengan model tipe STAD, Y = Penguasaan materi siswa dan Aktivitas siswa)
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan dari penerapan pembelajaran
kooperatif tipe LC 5 Fase dan tipe STAD terhadap penguasaan
materi siswa pada materi pokok sistem pencernaan.
H1 : Ada perbedaan yang signifikan dari penerapan pembelajaran
kooperatif LC 5 Fase dan tipe STAD terhadap penguasaan materi
oleh siswa pada materi pokok sistem pencernaan.
2. Model Pembelajaran kooperatif tipe LC 5 Fase dan tipe STAD
meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok sistem
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif berdasarkan pendapat Rusman (2010:
202) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen. Pengelompokan heterogenitas bersarkan pendapat Lie (2008: 41)
merupakan ciri yang menonjol dalam model pembelajaran kooperatif.
Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan jenis kelamin,
latar belakang, agama, sosial-ekonomi, etnik, dan keterampilan akademis.
Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar, saling
mendukung, meningkatkan relasi, interaksi antar ras, agama, etnik, jenis
kelamin dan memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu
orang yang berketerampilan akademis tinggi guru mendapatkan satu asisten
untuk setiap tiga orang.
Berdasarkan pendapat Sanjaya (dalam Nugraheni, 2011: 14) bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Lie
(2008: 12) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif atau pembelajaran
gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur, dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Slavin (dalam Rusman, 2010: 201)berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif dapat menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam
kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri
dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.
Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan dan
memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan
potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga
akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran.
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran
yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama. Johnson (dalam Nugraheni, 2011: 15) mengungkapkan bahwa tujuan
pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok.
Lie (2008: 31)berpendapat bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi
antaranggota dan (5) evaluasi proses kelompok.
Salah satu model pembelajaran yang telah berkembang saat ini yaitu model
pembelajaran kooperatif, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan sesuatu dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator, bukan
mendominasi pembelajaran di kelas. Seperti yang dikemukakan Lie (2004: 12)
bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator. Berdasarkan pendapat Sanjaya (2009: 194) pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem kelompokkan
atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar
belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok
akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Setiap anggota kelompok akan memiliki ketergantungan positif,
ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung
jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap
anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan
memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan
memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi dan
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan
dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada
siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar
belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu
sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara berkolaboratif
untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan
keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat
bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah (Trianto 2010: 58).
Pembelajaran kooperatif menekankan pembentukan suatu kelompok kecil
siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesiakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai
tujuan bersama lainnya. Keberhasilan dalam sebuah kerja dipengaruhi oleh
keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Seperti yang
dikemukakan oleh Slavin (2010: 4) bahwa pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran. Kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat
saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing. Cara pembelajaran kooperatif jarang sekali
menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya
menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar
siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk
memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep
yang telah dipikirkan.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif,
model pembelajaran mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan
model pembelajaran lainnya. Slavin (dalam Suwanti, 2011: 16)
mengungkapkan bahwa konsep utama dari belajar kooperatif sebagai berikut:
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa khususnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif mempunyai bebarapa kelebihan yaitu dapat
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Tujuan-tujuan
pembelajaran kooperatif mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan
sosial. Berdasarkan pendapat Slavin (2010: 100) pembelajaran kooperatif
bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan
pencapaian prestasi para siswa, pembelajaran kooperatif juga merupakan cara
untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang
merupakan salah satu manfaat untuk memperluas perkembangan interpersonal
Terdapat enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif, table
berikut:
Tabel 1. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Langkah Indikator Tingkah laku guru Langkah 1 Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pem-belajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan di-capai serta memotivasi siswa. Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi
ke-pada siswa Langkah 3 Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menginformasikan penge-lompokan siswa
Langkah 4 Membimbing belajar kelompok
Guru memotivasi serta memfa-silitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6 Pemberian Penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok. (Dimodifikasi dari Arends dalam Suyatna (2008: 96)
Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara
kolaboratif, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang
diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.
B. Model Learning Cycle 5 Fase
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik menuju konstruktivistik
melahirkan model, metode, pendekatan dan strategi-strategi baru dalam
sistem pembelajaran khususnya dalam pembelajaran biologi. Salah satu
belajar. LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered). LCmerupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan
aktif. Model LC dikembangkan dari teori perkembangan kognitif Piaget.
Model belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan
siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga proses asimilasi, akomodasi
dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi
pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan
pemahamannya terhadap materi yang dipelajari
Pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses belajar anak membangun
pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah
(Dahar, 1989: 3). Model pembelajaran yang dilakukan dalam Learning cycle
atau siklus belajar, seperti yang telah dijelaskan oleh (Herron, 1988: 14) yaitu
salah satu strategi mengajar untuk menerapkan model konstruktivis adalah
penggunaan siklus belajar.
Learning cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang
terorganisasi sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi
yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Kelebihan model learning cycle 5 Fase dibandingkan dengan model pembelajaran lain yaitu pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered), proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena
mengutamakan pengalaman nyata, menghindarkan siswa dari cara belajar
meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran (Fajaroh & Dasna, 2004: 4) Learning cycle perlu dikedepankan karena sesuai dengan teori belajar Piaget banyak versi yang
bermunculan dalam kurikulum sains mengenai model pembelajaran learning cycle yaitu fase 3E, 5E, dan 7E (Rahayu, 2009: 15).
Learning cycle adalah sebuah model pembelajaran yang terencana dan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Learning cycle
merupakan sebuah rangkaian tahapan-tahapan atau fase yang disusun secara
terorganisir sehingga siswa dapat menguasai kompetensi- kompetensi yang
harus dicapai dengan cara berperan aktif dalam pembelajaran (Fajaroh dan
Dasna dalam Utami, 2012: 3). Untuk itu, dipilihlah model pembelajaran
learning cycle dalam mengajarkan materi biologi.
Learning cycle pada mulanya terdiri atas tiga fase, yaitu eksplorasi
(exploration), pengenalan konsep (concept introduction) dan aplikasi konsep (concept application) (Karplus dan Their dalam Utami, 2012: 3 ). Learning cycle tiga fase saat ini telah dikembangkan menjadi 5 fase. Pada learning cycle 5 fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing
diistilahkan menjadi explanation dan elaboration.
Lorsbach (dalam Dasna, 2006: 79-84) mengungkapkan bahwa LCterdiri dari
penerapan konsep) dan (5) fase to evaluate (fase evaluasi). Kelima fase tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Fase Pendahuluan (Engagement)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikirnya, dan membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam fase eksplorasi. Fase ini dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa.
2. Fase Eksplorasi (Exploration)
Pada fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun secara berkelompok tanpa instruksi atau pengarahan secara langsung dari guru. Dalam kegiatan ini guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator membantu siswa agar bekerja pada lingkup
permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya). 3. Fase Penjelasan (Explaination)
Kegiatan belajar pada fase penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya. 4. Fase Penerapan Konsep (Elaborate)
Kegiatan belajar pada fase ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru. Guru dapat memulai dengan mengajukan masalah baru yang memerlukan pengujian lewat ekplorasi dengan melakukan praktikum, pengamatan, pengumpulan data, analisis data sampai membuat kesimpulan.
5. Fase Evaluasi (Evaluation)
Kegiatan belajar pada fase evaluasi, guru ingin mengamati perubahan pada siswa sebagai akibat dari proses belajar pada fase ini guru dapat
mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab dengan menggunakan lembar observasi, fakta atau data dari penjelasan dari sebelumnya yang dapat diterima.
Dalam konteks ini, Lorsbach dalam (Dasna, 2006:79-84) mengungkapkan
bahwa penerapan LC5 Fase dilihat dari segi guru memberi keuntungan karena
memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang
pembelajaran. Sedangkan ditinjau dari dimensi siswa, penerapan strategi ini
siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu
mengembangkan sikap ilmiah siswa dan (3) pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
C. Model STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS)
Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman
temannya, model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Guru yang menggunakan model pembelajaran STAD mengacu
pada kelompok belajar siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada
siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam
satu kelas dipecah menjadi kelompok dengan anggota empat sampai lima
orang. Setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah (Ibrahim, 2000: 20).
Slavin (dalam Rusman, 2010: 213) berpendapat bahwa tipe STAD merupakan
variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Tipe ini juga
sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa
inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, pada tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
Berbagai model pembelajaran kooperatif sudah banyak digunakan dalam
proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dan umum digunakan adalah STAD. Slavin (2005:143)
mengemukakan bahwa STAD merupakan salah satu metode pembelajaran
untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif. Berkaitan dengan hal tersebut, Slavin (dalam Eggen dan Kauchak,
2012: 144) telah mengungkapkan bahwa STAD adalah sebuah strategi
pembelajaran kooperatif yang memberi tim berkemampuan majemuk latihan
untuk mempelajari konsep dan keahlian. Eggen dan Kauchak (2012: 148),
menyatakan model pembelajaran kooperatif STAD memiliki beberapa fase.
Fase-fase tersebut ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Fase-fase dalam menerapkan pelajaran STAD
Fase Tujuan
Fase 1: Instruksi/Pengajaran Keterampilan dijelaskan dan dimodelkan di dalam lingkungan kelompok utuh
1. Mengembangkan pemahaman siswa tentang keahlian
2. Memberi siswa latihan untuk menggunakan keterampilan
Fase 2: Transisi menuju tim Siswa berpindah dari pengajaran kelompok utuh dan bersiap untuk studi tim
1. Membuat transisi dari pengajaran kelompok utuh ke kerja kelompok 2. Memberi siswa pengalaman
bekerja sama dengan rekan kelompok dari kemampuan dan latar belakang berbeda
Fase 3: Studi Tim
Tim-tim siswa berlatih melakukan keterampilan akademik
1. Memberikan latihan keterampilan akademis
2. Mendorong perkembangan sosial Fase 4: Mengakui prestasi
Nilai perbaikan dan penghargaan tim diberikan
1. Mengakui prestasi
2. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
Slavin (dalam Trisnawati, 2013: 15) mengemukakan beberapa tahapan yang
harus dilakukan dalam model pembelajaran STAD sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas
Materi yang disampaikan pada saat persentasi kelas biasa menggunakan
kelas ini sama dengan pembelajaran biasa hanya berbeda pada pemfokusan
terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Belajar Kelompok
Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan guru dan untuk lebih memantapkan pemahaman terhadap materi
yang telah diberikan oleh guru.
3. Kuis
Kuis atau tes diberikan setelah melaksanakan satu atau dua kali pertemuan
(satu atau dua kali kegiatan kelompok). Pada saat kuis atau tes siswa tidak
boleh saling membantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal secara
individu.
4. Skor Peningkatan Individu
Hasil tes setiap siswa diberi skor peningkatan yang ditentukan berdasarkan
selisih skor tes terdahulu (skor tes awal dan skor tes akhir). Skor individu
setiap anggota kelompok memberi sumbangan kepada skor kelompok.
5. Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok.
Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok
tersebut
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sering digunakan guru dalam
pembelajaran di kelas. Zulhartati (2012: 7)model ini memiliki kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:
a) Siswa dapat belajar dari siswa lainnya yang lebih mengerti, sehingga rasa
malu untuk bertanya terhadap materi yang belum dimengerti siswa dapat
berkurang.
b) Siswa dapat saling aktif dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh
guru.
c) Siswa menjadi harus merasa siap, karena akan mendapatkan tes oleh guru
bidang studi.
d) Di dalam penilaian, guru dapat melihat kemampuan dari masing-masing
individu siswa terhadap pemahaman materi.
2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a) Bagi siswa yang belum dapat bekerja sama dengan kelompoknya dan
tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, maka siswa
tersebut akan tertinggal dari siswa yang lainnya.
b) Apabila didalam kelompok tersebut tidak terdapat siswa yang mengerti
akan soal atau materi yang diberikan oleh guru, maka seluruh anggota
kelompok akan kesulitan dalam memecahkan masalah.
D. Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting
yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran. Pengajaran
yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri
atau melakukan aktivitas sendiri. Sardiman (2003:100) mengungkapkan
bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas,
belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses
siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat,
mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat
menunjang prestasi belajar. Siswa yang beraktivitas akan memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Rohani ( 2004: 6-7)mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis aktivitas dalam
pembelajaran yaitu aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah
jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam
rangka pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan
diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran
yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa
mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan dan
mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya. Hamalik (2009: 175)
mengungkapkan bahwa penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi
pengajaran para siswa, oleh karena:
1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang
tua dengan guru.
7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga
mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan
verbalistis.
8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
Sekolah adalah salah satu tempat berlangsungnya aktivitas belajar siswa.
Aktivitas siswa disekolah tidak hanya sekedar duduk, mendengarkan
penjelasan guru, ataupun mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Diedrich (dalam Sardiman, 2008: 101)mengemukakan membuat suatu daftar
yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Visual activities misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Listeningactivities sebagai contoh: mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.
4. Writing activities misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin dan membuat rangkuman.
6. Motor activities misalnya: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak.
7. Mental activities misalnya: mencari informasi, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil
keputusan.
8. Emosional activities misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, berani, tegang dan gugup.
D. Penguasaan Materi Siswa
Penguasaan materi merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari
tujuan kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif meliputi berbagai tingkah
laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penguasaan merupakan
kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari.
Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah
dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu, yakni memperlihatkan bebagai
proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Rohamah, 2006: 2).
Materi pelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari
oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam
kurikulum (Muhammad, 2003: 17). Dengan materi pelajaran siswa dapat
mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis, secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara
yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran (Awaluddin, 2008: 1).
Arikunto (2003: 115) mengungkapkan bahwa penguasaan materi merupakan
kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari.
Penguasaan materi bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah
dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses
kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis. Sedangkan materi
pembelajaran merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Awaluddin,
2008:1).
Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif.
Anderson (2000: 67-68) mengemukakan ranah kognitif terdiri dari 6 jenis
perilaku (1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta,
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode, (2) Understand
mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari, (3)
Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata, (4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik. Misalnya: mengurai masalah menjadi bagian yang
telah kecil, (5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu dan (6) Create mencakup
Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan
evaluasi. Thoha (1994: 1) menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan
yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi
adalah tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto 2001: 53). Fathurrohman dan Sutikno (2009: 174)
mengemukakan bahwa tes adalah pengukuran berupa pertanyaan perintah dan
petunjuk yang ditunjukan kapan test untuk mendapatkan respon sesuai dengan
petunjuk itu. Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan
pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan
adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai
pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah
terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana
pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam
meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999: 195-196).
Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Seorang siswa
dikatakan telah menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan oleh guru jika
dia mampu menyelesaikan soal-soal tes yang diberikan dan mencapai target
penguasaan materi yang telah ditentukan. Anderson (dalam Khoerul, 2012: 1)
menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom revisi yang
1. Menghafal (remember), yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, yang mencakup dua macam proses kognitif mengenali dan mengingat.
2. Memahami (understand), yaitu mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam pemikiran siswa, yang mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan
(interpreting), memberikan contoh (exemplifying),
mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).
3. Mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan suatu prosedur guna meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, yang mencakup dua proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
4. Menganalisis (analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling
keterkaitan antar unsur-unsur tersebut, yang mencakup tiga proses kognitif: menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributing).
5. Mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada, yang mencakup dua proses kognitif: memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing). 6. Membuat (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi
suatu bentuk kesatuan, yang mencakup tiga proses kognitif:
membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).
Penguasaan materi dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Sanjaya (2009:
243) mengemukakan evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam
kegiatan pendidikan formal. Adapun fungsi evaluasi sebagai berikut:
1. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi
siswa.
2. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana
ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
3. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan
4. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara
individual dalam mengambil keputusan, khususnya untuk
menentukanl masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang
pekerjaan serta pengembangan karier.
5. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya
dalam menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai.
6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik bagi semua pihak yang
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 di SMP Negeri 4
Padang Cermin.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4
Padang Cermin semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, pengambilan
sampel dipilih dengan teknik porpusive sampling dengan mengambil dua kelas dari empat kelas yang ada dan diperoleh kelas VIII C sebagai kelas
eksperimen I dan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen II.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes
kelompok tak ekuivalen. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan model
Struktur desainnya adalah sebagai berikut:
Kelas pretes perlakuan postes
I O1 X1 O2
II O1 X2 O2
Gambar 2. Desain pretest-postest tak ekuivalen
Keterangan:
I = Kelas eksperimen I LC 5 Fase II = Kelas eksperimen II STAD O1 = Pretest
O2 = Postest
X1 = Perlakuan eksperimen I X2 = Perlakuan eksperimen II (Dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah tempat
diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes atau postes berupa soal
pilihan jamak untuk setiap pertemuan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegitan penelitian ini menggunakan dua kelas eksperimen sebagai
perbandingan , yaitu kelas eksperimen dengan model pembelajaran LC 5
Fase dan model pembelajaran STAD dengan langkah- langkah sebagai
berikut:
1) Kelas eksperimen I (Pembelajaran menggunakan model LC 5 Fase)
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model LC 5
Fase. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga pertemuan. Pertemuan
I membahas submateri pokok komponen zat makanan, sumber, dan
fungsinya, Pertemuan II membahas submateri pokok sistem
pencernaan pada manusia, dan Pertemuan III membahas submateri
pokok gangguan sistem pencernaan. Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut:
a) Kegiatan awal Engagement
1. Siswa menjawab pretes berupa soal uraian untuk mengukur
kemampuan akademik awal siswa.
2. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
3. Siswa membentuk kelompok terdiri dari empat sampai lima
orang.
4. Siswa digali kemampuan awal oleh guru dengan pertanyaan:
Pertemuan I : ”Sebutkan alat-alat pencernaan pada manusia!” Pertemuan II : “Coba berikan contoh makanan yang
dibutuhkan oleh tubuh kita!”
Pertemuan III : ”Sebutkan gangguan sistem pencernaan yang terjadi pada manusia!”
5. Siswa diberi motivasi oleh guru dengan cara mengajukan
pertanyaan dan penegasan:
Pertemuan I : Guru memberikan motivasi berupa manfaat
mepelajari sistem pencernaan pada manusia: ”setelah kalian mempelajari sistem pencernaan pada manusia kalian dapat
mengetahui bahwa manusia memiliki organ-organ pencernaan
yang berfungsi untuk menyerap zat-zat makanan yang di
butuhkan oleh tubuh”.
Pertemuan II : Guru memberikan motivasi berupa manfaat
mepelajari zat makanan, sumber dan fungsinya: setelah kalaian
mempelajari zat makanan, sumber dan fungsinya kalian dapat
mengetahui bahwa makronutrien dan mikronutrien dibutuhkan
oleh tubuh serta makakan berfungsi sebagai sumber energi bagi
manusia.
Petemuan III : Guru memberikan motivasi berupa manfaat
kalian mempelajari gangguan sistem pencernaan kalaian dapat
mengetahui bahwa gangguan pencernaan pada manusia
disebabkan oleh beberpa faktor antara lain infeksi bakteri,
kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan , serta pola
makan yang salah.
6. Siswa diminta guru untuk membuat hipotesis.
b) Kegiatan Inti Explore
1. Siswa mengambil LKK yang diberikan oleh guru mengenai
pertemuan I membahas submateri pokok sistem pencernaan
pada manusia, Pertemuan II submateri pokok komponen zat
makanan, sumber, dan fungsinya dan Pertemuan III membahas
submateri pokok gangguan sistem pencernaan.
2. Siswa dalam kelompok menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terdapat dalam LKK dengan berdiskusi (Pertemuan I - III).
3. Siswa bekerja dalam kelompok, jika siswa mengalami kesulitan
guru melakukan intervensi terbatas pada kelompok, jika
seluruh kelompok mengalami kesulitan maka guru memberi
intervensi kelas.
Explain
Pertemuan I - III
1. Siswa mempresentasikan hasil diskusi.
2. Siswa lain memperhatikan, memberi tanggapan, atau
3. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
4. Siswa mendengar penjelasan guru.
Elaborate
1. Siswa menjawab pertanyaan guru, dengan pertanyaan: “Sistem pencernaan manusia meliputi alat-alat pencernaan dan kelenjar
pencernaan . Alat pencernaan berupa saluran pencernaan.
Sebutkan alat-alat pencernaan pada manusia dan fungsinya.” (Pertemuan I).
2. Siswa menyebutkan fungsi zat makanan. Kemudian memberi
contoh zat makan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagai
penghasil energi, sebagai pembangun dan sebagai pelindung.
Dapatkah kalian memberikan contoh zat makanan apa sajakah
yang manusia butuhkan dan apa fungsinya?” (Pertemuan II). 3. Siswa menjawab pertanyan guru, dengan pertanyaan: “berikan
contoh gangguan sistem pencernaan pada manusia dan
sebutkan penyebabnya?” (Pertemuan III).
4. Siswa diminta guru untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
pada setiap pertemuan.
c) Penutup Evaluate
1. Siswa diminta guru untuk mengumpulkan LKK yang telah
dikerjakan.
2. Siswa mendengarkan penguatan guru dan mengerjakan tugas
3. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dan memberi tugas
untuk materi selanjutnya.
4. Siswa diberikan postest oleh guru untuk mengukur kemampuan
akademik siswa pada akhir pelajaran (Pertemuan III).
5. Siswa menjawab salam guru pada akhir kegiatan pembelajaran.
2) Kelas eksperimen II (Pembelajaran menggunakan model STAD) Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilakukan tiga kali
pertemuan Pertemuan I membahas submateri pokok sistem pencernaan
pada manusia, Pertemuan II membahas submateri pokok komponen zat
makanan, sumber dan fungsinya dan Pertemuan III membahas
submateri pokok gangguan sistem pencernaan. Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Siswa mendengarkan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi
Dasar (KD), indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran
yang dibacakan oleh guru.
b) Siswa menjawab pretes pada pertemuan I (satu) mengenai
sistem pencernaan.
c) Siswa diberikan apersepsi oleh guru:
” sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Sebutkan organ saluran pencernaan
atas dua kelompok berdasarkan nutrisi yang dikandungnya
yaitu makronutrien dan mikronutrien. Sebutkan jenis-jenis dari
makronutrien!” (Pertemuan II) , Sebutkan gangguan sistem pencernaan yang terjadi pada manusia (pertemuan III).
d) Siswa diberikan motivasi oleh guru:
Pertemuan I : Guru memberikan motivasi berupa manfaat
mepelajari sistem pencernaan pada manusia: ”setelah kalian mempelajari sistem pencernaan pada manusia kalian dapat
mengetahui bahwa manusia memiliki organ-organ pencernaan
yang berfungsi untuk menyerap zat-zat makanan yang di
butuhkan oleh tubuh”.
Pertemuan II : Guru memberikan motivasi berupa manfaat
mepelajari zat makanan, sumber dan fungsinya: ”setelah kalian mempelajari zat makanan, sumber dan fungsinya kalian dapat
mengetahui bahwa makronutrien dan mikronutrien dibutuhkan
oleh tubuh serta makakan berfungsi sebagai sumber energi bagi
manusia”.
Petemuan III : Guru memberikan motivasi berupa manfaat
mepelajari gangguan sistem pencernaan manusia: ”setelah kalian mempelajari gangguan sistem pencernaan kalaian dapat
mengetahui bahwa gangguan pencernaan pada manusia
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain infeksi bakteri,
kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan, serta pola
2) Kegiatan inti
a) Pengelompokkan
Siswa membentuk kelompok heterogen berdasarkan nilai
akademik, jenis kelamin dan ras. Setiap kelompok
beranggotakan empat sampai lima siswa dan siswa
mendengarkan petunjuk guru dengan seksama.
b) Siswa mendengarkan instruksi dari guru.
c) Siswa medengarkan penjelasan materi oleh guru yang akan
didiskusikan secara umum pada pertemuan I membahas
submateri pokok sistem pencernaan pada manusia. Pertemuan
II submateri pokok komponen zat makanan, sumber dan
fungsinya dan Pertemuan III membahas submateri pokok
gangguan sistem pencernaan.
d) Siswa mengambil LKK yang diberikan oleh guru mengenai
pertemuan I membahas submateri pokok sistem pencernaan
pada manusia, Pertemuan II submateri pokok komponen zat
makanan, sumber dan fungsinya dan Pertemuan III membahas
submateri pokok gangguan sistem pencernaan. Pada tahap ini
terjadi kerja sama antar anggota kelompok, pemahaman tiap
anggota kelompok dalam memahami materi pembelajaran
menjadi tanggung jawab kelompok karena akan menentukan
perkembangan skor kelompok.
f) Presentasi LKK
Setelah LKK selesai dikerjakan, siswa diminta guru
mengumpulkan LKK. Selanjutnya, diadakan presentasi LKK.
g) Siswa dari kelompok lain memberikan sangahan atas jawaban
soal yang dibahas oleh kelompok tersebut.
h) Siswa mendengarkan dan memahami penjelasan dari guru.
3) Penutup
a) Penghargaan kelompok
Siswa menerima penghargaan yang diberikan oleh guru pada
kelompok seperti Super Team, Great Team dan Good Team. Penghargaan ini berdasarkan prestasi belajar yang dicapai
anggota kelompoknya dan menjadi motivator siswa untuk
mendapatkan nilai yang lebih baik.
b) Siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran dan
mendengar informasi materi yang dipelajari selanjutnya.
c) Siswa mengerjakan evaluasi postes pada akhir pembelajaran di
pertemuan III berupa soal uraian yang sama dengan soal
pretes.
D.Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa penguasaan materi pada materi pokok
sistem pencernaan yang diperoleh dari nilai pretest dan postest.
Kemudian dihitung nilai gain, lalu dianalisis secara statistik dengan bantuan program SPSS 17.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dan data angket tanggapan siswa, baik pada kelas eksperimen I yang
menggunakan model pembelajaran LC 5 Fase dan pada kelas
eksperimen II yang menggunakan model STAD.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point
kegiatan yang dilakukan secara langsung maupun melalui catatan
aktivitas siswa kemudian melakukan penilaian dengan cara memberi