• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IVB SD NEGERI 8 METRO BARAT TP. 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IVB SD NEGERI 8 METRO BARAT TP. 2012/2013"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IVB

SD NEGERI 8 METRO BARAT TP. 2012/2013

Oleh

SEPTI ARIANINGSIH

Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan guru kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS yaitu rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa yakni 13 siswa dari 24 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar berdasarkan KKM yang telah ditentukan yaitu 63. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis.

Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik non tes dan tes. Alat pengumpul data berupa lembar panduan observasi dan soal tes formatif. Teknik analisis data berupa analisis deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Cooperative Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi siswa pada siklus I yaitu 67,25 dengan kategori baik, siklus II sebesar 71,00 dengan kategori baik dan pada siklus III sebesar 81,33 dengan kategori sangat baik. Kinerja guru pada siklus I yaitu 72,85 dengan kategori baik, siklus II yaitu 75,71 dengan kategori baik dan pada siklus III sebesar 83,71 dengan kategori sangat baik. Hasil belajar siswa pada siklus I rata-rata 49,68 dengan ketuntasan 33,3% kategori rendah, siklus II yaitu 74,15 dengan ketuntasan 66,7% kategori tinggi dan siklus III yaitu 77,91 dengan ketuntasan 83,3% kategori sangat tinggi.

(3)
(4)
(5)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 8

2.1.1 Pengertian IPS ... 8

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS ... 9

2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS ... 10

2.2 Belajar ... 11

2.2.1 Teori Belajar ... 11

2.2.2 Motivasi Belajar ... 12

2.2.3 Fungsi Motivasi Belajar ... 14

2.2.4 Prinsip Motivasi Belajar ... 15

2.2.5 Hasil Belajar ... 16

2.3 Model Cooperative Learning ... 17

2.3.1 Pengertian Model Cooperative Learning ... 17

2.3.2 Karakteristik Model Cooperative Learning ... 18

2.3.3 Prosedur Model Cooperative Learning... 19

2.3.4 Model-model Cooperative Learning ... 19

2.4 Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 20

2.4.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 20

2.4.2 Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Scramble ... 21

(6)

xiii

2.5.3 Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 25

2.5.4 Media Grafis ... 26

2.6 Hipotesis Tindakan ... 28

III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Setting Penelitian ... 30

3.1.1 Tempat Penelitian ... 30

3.1.2 Waktu Penelitian ... 31

3.2 Subjek Penelitian ... 31

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.3.1 Teknik Non Tes ... 31

3.3.2 Teknik Tes ... 31

3.4 Alat Pengumpulan Data ... 32

3.4.1 Lembar Panduan Observasi ... 32

3.4.1 Soal Tes Formatif ... 32

3.5 Teknik Analisis Data ... 32

3.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ... 32

3.5.2 Analisis Kuantitatif ... 34

3.6 Prosedur Penelitian ... 35

3.6.1 Siklus I ... 35

3.6.2 Siklus II ... 37

3.6.3 Silklus III ... 40

3.7 Indikator Keberhasilan ... 43

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1.Profil Sekolah ... 44

4.1.2 Pelakasanaan Penelitian ... 45

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus I ... 46

4.1.4 Hasil Penelitian Siklus II ... 61

4.1.5 Hasil Penelitian Siklus III ... 75

4.2 Pembahasan ... 86

4.2.1 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 86

4.2.2 Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 87

4.2.3 Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 89

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA

(7)

xiii

(8)

xiii

(9)

xiii

(10)

xiii

(11)

xiii

(12)
(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting yang berhak diperoleh setiap individu. Dengan adanya pendidikan yang diberikan kepada setiap individu dapat berpengaruh terhadap kehidupannya.

(15)

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya. Guru mempunyai peran yang sangat penting di dunia pendidikan. Seorang guru mempunyai tugas yang sangat penting yaitu mendidik para siswa untuk menjadi seseorang yang berguna bagi dirinya, orang lain maupun bangsa.

Pendidikan formal yang diberikan kepada seorang anak khususnya pada usia 6-12 tahun yaitu pendidikan di sekolah dasar. Pada sekolah dasar terdapat lima mata pelajaran pokok, salah satunya yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS menggkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaiatan dengan isu sosial (Kurikulum 2006).

Tujuan mata pelajaran IPS yaitu: (1) mengenal konsep-konsep yang

berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Permendiknas No 22 Tahun 2006).

(16)

nyaman dalam pembelajaran. Selain itu, guru harus dapat memberikan inovasi dalam pembelajarannya seperti penggunaan model-model pembelajaran dan media pembelajaran yang bervariasi.

Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Tahap-tahap ini bersifat hierakhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya (Komalasari, 2011: 20).

Menurut Piaget dalam Komalasari (2011: 20) ada 4 tahapan perkembangan kognitif: (1) tahap sensorimotor (umur 0–2 tahun) yaitu pertumbuhan anak tampak dari kegiatan motorik, (2) tahap preoperasional (umur 2–7 tahun) yaitu anak sudah mulai menggunakan simbol atau bahasa tanda, (3) tahap operasional konkret (umur 7–11 tahun) yaitu anak telah memiliki kecakapan berfikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret, (4) tahap operasional formal (umur 11–18 tahun) yaitu anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis.

Tahap perkembangan kognitif khususnya untuk anak sekolah dasar yaitu tahap operasional konkret. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi kepada siswanya.

(17)

dari guru. Kedua, guru selalu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Ketiga, penggunaan media pembelajaran kurang bervariasi sehingga pembelajaran menjadi membosankan bagi siswa.

[image:17.595.136.513.278.387.2]

Penelusuran lebih lanjut diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS belum maksimal. Hal ini dibuktikan dari data hasil ulangan mid semester ganjil.

Tabel 1. Hasil ulangan mid semester ganjil TP. 2012/3013 mata pelajaran IPS

KKM Jumlah siswa Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Persentasi ketuntasan (%) Persentasi ketidaktuntasan (%)

63 24 11 13 45,8 54,2

Dari data di atas diketahui bahwa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 63, hanya 11 siswa yang tuntas atau 45,8%, dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 13 orang atau 54,2% dari 24 siswa di kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat. Melihat fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas, maka perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran agar motivasi dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Model Cooperative Learning tipe Scramble merupakan salah satu model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Selain penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Scramble, penggunaan media dalam pembelajaran khususnya media grafis secara tepat dapat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tri Rakhmawati yaitu dengan

(18)

Motivasi IPA (Fisika) pada Siswa SMP Negeri 16 Purworejo Tahun

Pelajaran 2011/2012” serta penelitian yang dilakukan oleh Febri Belandina

Lay dengan judul “Penerapan model pembelajaran scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA pada mata pelajaran PKn SDN

Madyopuro 4 Kecamatan Kedungkandang kota Malang”. Dari hasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Scramble dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble dan penggunaan media grafis untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Guru selalu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran.

2. Penggunaan media pembelajaran kurang bervariasi.

3. Rendahnya motivasi belajar siswa kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat pada pembelajaran IPS.

(19)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan masalah lebih rinci sebagai berikut.

1. Bagaimanakah meningkatkan motivasi belajar siswa dalam penerapan model Cooperative Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis pada pembelajaran IPS di kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat? 2. Apakah dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble

dan media grafis pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble dan penggunaan media grafis.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVB Negeri 8 Metro Barat dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble dan penggunaan media grafis.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

(20)

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui model Cooperative Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis

di kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat. 2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya, serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai model-model pembelajaran dan penggunaan media khususnya model-model Cooperative Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis.

3. Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis.

4. Peneliti

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2.1.1 Pengertian IPS

Mata pelajaran di sekolah dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok, salah satunya yaitu mata pelajaran IPS. Sapriya, dkk (2006: 3) menjelaskan IPS merupakan perpaduan dari pilihan konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang diperuntukkan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan. Menurut A. Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan. Sedangkan menurut Rosdijati, dkk (2010: 58) IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

(22)

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS

Setiap pembelajaran memiliki tujuan yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya tujuan pembelajaran dapat dijadikan sebagai arah untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar.

Kurikulum 2006 menjelaskan bahwa pembelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Menurut Solihatin & Raharjo (2007: 14) pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Hasan (dalam Supriatna, dkk., 2007: 5) tujuan pembelajaran IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi.

(23)

siswa agar dapat mengembangkan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya. Dalam pembelajaran IPS diharapkan guru dapat mendidik dan memberi bekal kepada siswa dengan pengetahuan dan keterampilan agar dapat bermanfaat bagi kehidupannya.

2.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar. Setiap mata pelajaran memiliki ruang lingkup yang berbeda-beda. Ruang lingkup dalam pembelajaran dapat dijadikan sebagai pembatas dalam menyampaikan materi pembelajaran.

IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD (Massofa, wordpress.com: 2010).

Kurikulum 2006 menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi: (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

(24)

sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Dengan adanya ruang lingkup, diharapkan guru dalam menyampaikan materi disesuaikan dengan jenjang pendidikan anak.

2.2Belajar

2.2.1Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Ada beberapa Teori-teori belajar yang melandasi model pembelajaran yaitu teori belajar konstruktivisme, teori belajar perkembangan kognitif Piaget, teori penemuan Jerome Bruner, dan teori pembelajaran perilaku (Trianto, 2011: 28-39). Salah satu teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Menurut Hanafiah (2010: 62) teori konstruktivisme diprakarsai oleh Piaget dan Vigotsky. Pada dasarnya teori konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Trianto (2011: 28) menjelaskan teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.

Menurut Winataputra, dkk (2007: 6.7) perspektif konstruktivisme pada pembelajaran di kelas dilihat sebagai proses

(25)

Sejalan dengan pendapat Winataputra, Piaget (dalam Rusman, 2011: 202) mengemukakan bahwa belajar merupakan sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Dengan menyusun pengetahuan siswa di dalam pikirannya, ini sesuai dengan karateristik teori konstruktivisme.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa teori belajar yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme menekankan bahwa dalam belajar siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator. Di samping itu, guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa melainkan juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.

2.2.2 Motivasi Belajar

Motivasi berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Fathurrohman, 2010: 19). Motivasi sebagai daya penggerak dapat diartikan sebagai suatu daya atau upaya yang ada di dalam diri siswa sehingga dapat memberikan dorongan dalam kegiatan belajar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

(26)

perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Uno (2007: 23) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Motivasi yang ada dalam diri siswa dapat berpengaruh terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa. Menurut Sudjana (2011: 61) keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam hal: minat, semangat, tanggung jawab, reaksi dan rasa senang siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa, motivasi belajar merupakan suatu kekuatan atau dorongan baik dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa yang dapat merubah perilaku siswa dalam belajar. Dengan adanya perubahan perilaku pada diri siswa ke arah yang lebih baik dapat dijadikan indikator bahwa siswa memiliki motivasi belajar.

2.2.3 Fungsi Motivasi Belajar

(27)

Hamalik (2011: 108) mengemukakan 3 fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, (2) motivasi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (3) motivasi berfungi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.

Sedangkan menurut Hanafiah (2010: 26) ada 4 fungsi motivasi yaitu sebagai berikut.

1. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik.

2. Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta didik.

3. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

4. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.

Menurut Sardiman (2011: 85) adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirkan prestasi yang baik.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa, fungsi motivasi yaitu sebagai pendorong dan penggerak untuk mengarahkan siswa untuk lebih baik lagi dalam belajarnya sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Motivasi yang terbaik yaitu motivasi yang timbul dari diri siswa itu sendiri.

2.2.4 Prinsip Motivasi Belajar

(28)

Menurut Kennet H. Hoover (dalam Hamalik, 2011: 114) ada beberapa prinsip-prinsip motivasi belajar, yaitu: (1) pujian lebih efektif daripada hukuman, (2) motivasi yang bersumber dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi dari luar, (3) pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar, (4) teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (5) motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas.

Menurut Hanafiah (2010: 27) prinsip-prinsip motivasi belajar, yaitu: (1) peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda, (2) motivasi belajar peserta didik yang satu dapat merambat kepada peserta didik yang lain, (3) motivasi belajar peserta didik akan berkembang jika disertai dengan implementasi keberagaman metode.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip motivasi belajar, yaitu: (1) motivasi intrinsik siswa dalam belajar akan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik, (2) metode pembelajaran yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) motivasi belajar siswa akan berkembang jika disertai pujian dari pada hukuman.

2.2.5 Hasil Belajar

(29)

kemampuan yang dimiliki siswa (Kosasih, 2007: 50). Menurut Sudjana (2011: 3) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sejalan dengan pendapat Sudjana, Suprijono (2010: 7) menjelaskan hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Sedangkan menurut Gagne dalam (Suprijono, 2011: 6) hasil belajar merupakan informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap. Sardiman (2011: 84) menjelaskan bahwa hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari proses pembelajaran melalui evaluasi. Evaluasi dapat dijadikan sebagai alat ukur atau pertimbangan untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa.

2.3 Model Cooperative Learning

2.3.1Pengertian Model Cooperative Learning

(30)

Cooperative Learning. Menurut Rusman (2011: 202) Cooperative

Learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 5 orang. Sejalan dengan pendapat Rusman, Komalasari (2011: 62) menjelaskan bahwa Cooperative Learning adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut Slavin (2005: 4) Cooperative Learning merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya dalam mempelajari materi pelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang membutuhkan kerja sama tim atau kelompok yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 6 orang dengan struktur kelompok bersifat heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

2.3.2 Karakteristik Model Cooperative Learning

(31)

ada empat hal penting dalam strategi Cooperative Learning, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok

Menurut Slavin (2005: 10) ada tiga konsep penting Cooperative Learning, yaitu penghargaan tim, tanggung jawab individu, dan

kesempatan sukses yang sama. Sedangkan menurut Rusman (2011: 207) ada empat karakteristik atau ciri-ciri Cooperative Learning, yaitu (1) pembelajaran secara tim, (2) didasarkan pada manajemen kooperatif, (3) kemauan untuk bekerja sama, (4) keterampilan bekerja sama.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakteristik Cooperative Learning yaitu adanya kerja sama dalam kelompok, adanya kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok, dan adanya penghargaan kelompok. Dengan adanya karakteristik ini, dapat membedakan model Cooperative Learning dengan model pembelajaran lainnya.

2.3.3 Prosedur Model Cooperative Learning

Cooperative Learning seperti halnya model pembelajaran yang

(32)

Penerapan Cooperative Learning membutuhkan kreativitas. Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2011: 66) terdapat enam langkah utama di dalam Cooperative Learning, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, (6) memberikan penghargaan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah Cooperative Learning yaitu: (1) guru menyampaikan materi pembelajaran, (2) guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok, (3) guru membimbing siswa dalam kelompok bekerja dan belajar, (4) guru memberikan evaluasi, (5) guru memberikan penghargaan. Dengan adanya langkah-langkah tersebut, Cooperative Learning dapat diterapkan dengan benar dan tepat dalam

pembelajaran.

2.3.4 Model-model Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi dalam penerapanya. Semua pembelajaran kooperatif pada dasarnya sesuai dengan prinsipnya. Menurut Komalasari (2011: 62) terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif yaitu: model Jigsaw, Berpikir berpasangan berbagi, STAD, NHT, TGT, Make A Match, Role Playing, Scramble, Inquiry dan lain-lain.

Menurut Suprijono (2010: 89) pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi. Ada beberapa jenis model kooperatif yaitu: Jigsaw, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make A Match, STAD dan

(33)

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Salah satu model kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu model Scramble.

2.4 Model Cooperative Learning Tipe Scramble

2.4.1Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Scramble

Model Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang mempunyai banyak tipe yang bervariasi, salah satunya yaitu model Cooperative Learning tipe Scramble. Menurut Komalasari (2011: 84) model Scramble merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan/pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban/pasangan konsep yang dimaksud.

(34)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa model Scramble merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk lebih kreatif dan teliti dalam mencari jawaban dengan menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak. Model pembelajaran Scramble dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sebab model Scramble menuntut siswa untuk lebih kreatif dan teliti.

2.4.2Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Scramble

Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Scramble memiliki keunggulan dan kelemahan seperti halnya dengan model-model pembelajaran yang lainnya. Menurut Sriudin (www.sriudin.com: 2011) model Cooperative Learning tipe Scramble memiliki keunggulan dan kelemahan yaitu, sebagai berikut.

Kelebihan model pembelajaran Scramble: 1. memudahkan mencari jawaban.

2. mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut. 3. semua siswa terlibat.

4. kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

5. melatih untuk disiplin.

Kekurangan model pembelajaran Scramble: 1. siswa kurang berfikir kritis.

2. bisa saja mencontek jawaban teman lainnya. 3. mematikan kreativitas siswa.

4. siswa tinggal menerima bahan mentah.

(35)

Learning tipe Scramble terletak pada keakuratan pemerolehan jawaban

siswa, bisa saja siswa hanya mencontek jawaban teman lainnya.

2.4.3Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Scramble Model-model pembelajaran mempunyai langkah-langkah dalam penerapannya. Dalam penerapan langkah-langkah model pembelajaran dapat dimodifikasi sehingga lebih menarik dan bermakna dalam pembelajaran. Komalasari (2011: 84) menjelaskan ada beberapa langkah model Scramble, yaitu: Guru menyajikan materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, kemudian guru membagikan lembar kerja kepada siswa. Sedangkan menurut Hanafiah (2010: 53) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model Scramble, yaitu: (1) guru membuat pertanyaan yang sesuai dengan indikator pembelajaran, (2) guru membuat jawaban yang diacak hurufnya, (3) guru menyajikan materi, (4) guru membagikan lembar kerja kepada siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran model Scramble sebagai berikut.

1. Guru mempersiapkan lembar kerja yang sesuai dengan indikator pembelajaran berupa pertanyaan dan jawaban yang diacak hurufnya.

2. Guru menyampaikan materi pembelajaran.

3. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa.

(36)

5. Setiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan oleh guru.

6. Guru bersama siswa membahas lembar kerja secara bersama-sama.

2.5 Media Pembelajaran

2.5.1Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah

berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dengan kata lain media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan (Fathurrohman dan Sutikno, 2010: 65). Menurut Gagne (dalam Sadiman, dkk., 2006: 6) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Lebih lanjut Sadiman, dkk (2006: 7) menjelaskan media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan suatu perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada siswa sehingga dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Dengan menggunakan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena siswa akan lebih tertarik dalam pembelajaran.

(37)

Media pembelajaran dapat berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Musfiqon (2012: 33) menjelaskan pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Menurut Musfiqon (2012: 35) media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran, (2) meningkatkan gairah belajar siswa, (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar, (4) menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan, (5) mengatasi modalitas belajar siswa yang beragam, (6) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran, (7) meningkatkan kualitas pembelajaran.

Menurut Hamalik (dalam Sukiman, 2012: 41) pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada peserta didik.

Daryanto (2010: 5) menjelaskan media pembelajaran memiliki beberapa fungsi dan manfaat, yaitu: (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalisme, (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar, (4) mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama. Dengan media pembelajaran siswa akan lebih tertarik dan termotivasi dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, membuat pembelajaran lebih menarik dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

(38)

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Media pembelajaran mempunyai banyak variasi. Menurut Winataputra, dkk (2007: 5.13) ada beberapa jenis media pembelajaran yaitu: (1) media visual seperti media grafis dan media realia, (2) media audio seperti radio dan perekam suara, (3) media audio-visual seperti video dan slide suara.

Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam media auditif, visual dan media audiovisual. Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio. Media visual adalah media yang hanya mengandalakan indera penglihatan seperti gambar. Media audio visual yaitu media yang menampilkan suara dan gambar seperti film bingkai suara (Fathurrohman & Sutikno, 2010: 67- 68).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai banyak jenis. Dalam menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar guru perlu memperhatikan media yang digunakan sesuai dengan materi serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Media pembelajaran memiliki beberapa jenis diantaranya, media visual, media audio dan media audio visual.

2.5.4 Media Grafis

(39)

menggambarkan dan merangkum suatu ide, data atau kejadian. Sedangkan menurut Winataputra, dkk (2007: 5.14) media grafis merupakan media pandang dua dimensi yang dirancang khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran.

Secara umum media grafis berfungsi sebagai penyalur pesan dari sumber ke penerima pesan. Sedangkan secara khusus media grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan (Musfiqon, 2012: 73).

Daryanto (2010: 19) menjelaskan karakteristik media grafis dapat dilihat berdasarkan ciri-cirinya, kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya, serta jenis-jenisnya, ciri-ciri media grafis yaitu media dua dimensi sehingga hanya dapat dilihat dari bagian depan saja, media visual diam sehingga hanya dapat diterima melalui indra mata. Kelebihan yang dimiliki media grafis, yaitu: bentuknya sederhana, ekonomis, bahan mudah diperoleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, membandingkan suatu perubahan, dapat divariasikan antara media satu dengan media yang lain. Kelemahan media grafis yaitu tidak dapat menjangkau kelompok besar, dan hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja.

Media grafis terdiri dari beberapa jenis yaitu: grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik (Winataputra, dkk., 2007: 5.14). Media grafis memiliki banyak jenis, dalam penggunaannya disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Menurut Daryanto (2010: 20) media grafis terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:

1. Sketsa merupakan gambar sederhana.

2. Gambar adalah bahasa bentuk/rupa yang umum.

3. Grafik adalah pemakaian lambang visual untuk menjelaskan suatu perkembangan suatu keadaan.

(40)

5. Poster merupakan perpaduan antara gambar dan tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan, peringatan, atau ide-ide lain.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa media grafis merupakan media yang disajikan secara visual dengan menggunakan garis, gambar atau tulisan untuk menggambarkan sesuatu. Karakteristik media grafis yaitu membutuhkan alat indra mata sebagai perantara penerima pesan. Media grafis memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihan media grafis yaitu sederhana, dapat menarik perhatian, ekonomis, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta dapat divariasikan dengan media yang lainnya. Sedangkan kelemahan media grafis yaitu hanya menekankan pada indra penglihatan saja. Ada beberapa jenis media grafis yaitu gambar, grafik, bagan, dan poster yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan sebagai berikut: ”Apabila dalam pembelajaran IPS menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis sesuai langkah-langkah yang tepat, maka motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat dapat

(41)
(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional (Suyanto dalam Muslich, 2012: 9). Menurut Muslich (2012: 9) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru secara kolaboratif dan partisipatif untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar (Arikunto, dkk., 2007: 60).

(43)

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diadopsi dari Arikunto, dkk (2007: 74)

3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat.

Permasalahan Perecanaan

tindakan I Pelaksanaan tindakan I Siklus I Pengamatan/ pengumpulan data I Refleksi I Permasalahan baru hasil

[image:43.595.121.495.70.559.2]
(44)

3.1.2 Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu dimulai bulan Desember sampai dengan April pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

3.2 Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dan partisipatif antara peneliti dan guru kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat. Guru kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat bertugas sebagai observer sedangkan peneliti berperan sebagai guru. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa dan 1 orang guru. Jumlah siswa sebanyak 24 orang siswa, dengan rincian 8 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan serta 1 orang guru.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Teknik Non Tes

Teknik non tes yang digunakan yaitu observasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi siswa dan kinerja guru.

1.4.1Teknik Tes

(45)

3.4 Alat Pengumpulan Data

3.4.1 Lembar Panduan Observasi

Lembar panduan observasi, instrument ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai motivasi siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas berlangsung.

3.4.2 Soal Tes Formatif

Soal tes formatif, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui penerapan model Cooperative Learning tipe Scramble dengan media grafis.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses yaitu, data tentang motivasi siswa, dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

a. Nilai motivasi belajar siswa diperoleh dengan rumus:

N =

x 100

Keterangan:

N = nilai yang dicari R = skor yang diperoleh SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap

(46)
[image:46.595.176.502.111.243.2]

Tabel 2. Kategori Motivasi.

No Rentang nilai Kategori

1 0 – 20 Sangat kurang

2 21- 40 Kurang

3 41 – 60 Cukup

4 61 – 80 Baik

5 81 – 100 Sangat baik

(Dimodifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8) b. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

N =

x 100

Keterangan:

N = nilai yang dicari R = skor yang diperoleh SM = skor maksimum ideal 100 = bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2009: 102)

Tabel 3. Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai.

No Rentang nilai Kategori 1 N ≤ 20 Sangat kurang 2 20 < N ≤ 40 Kurang 3 40 < N ≤ 60 Cukup 4 60 < N ≤ 80 Baik

5 N > 80 Sangat baik

[image:46.595.175.504.543.674.2]
(47)

3.5.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi yang telah dipelajari. Nilai tes hasil belajar siswa diperoleh dari tes pada setiap siklus.

a. Nilai individual ini diperoleh menggunakan rumus:

S = x 100

Keterangan:

S : nilai yang dicari atau diharapkan R : skor yang diperoleh

N : skor maksimum dari tes 100 : bilangan tetap

(Adopsi dari Purwanto, 2008: 112)

b. Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh dengan rumus:

̅ =

Keterangan:

̅ = nilai rata-rata yang dicari

∑x = jumlah nilai

N = aspek yang diniliai

(diadopsi dari Muncarno, 2009: 15) c. Nilai klasikal

P =

(48)

Tabel 4. Kriteria Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam Persen (%).

Tingkat Ketuntasan (%) Arti

≥80 60-79 40-59 20-39 <20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (Adopsi Aqib, dkk 2009: 41)

3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Siklus I

Pada siklus pertama dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan

1. Menetapkan materi pembelajaran yaitu Koperasi dan kesejahteraan Rakyat.

2. Menyusun perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus dan rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru sesuai dengan standar kompetensi yang akan diajarkan.

3. Menyiapkan lembar kerja siswa sesuai dengan materi dan model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Cooperative Learning tipe Scramble.

4. Menyiapkan media pembelajaran yang digunakan yaitu media grafis berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

(49)

6. Menyiapkan soal tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, rencana pembelajaran yang dirancang untuk dilaksanakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Kegiatan awal

a) Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. b) Mengondisikan siswa.

c) Berdoa. d) Absensi. e) Apersepsi.

- Menyampaikan tujuan pembelajaran. - Guru memberikan motivasi pada siswa. 2. Kegiatan inti

a) Guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan media grafis.

b) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar, setiap kelompok beranggota 4 orang siswa.

c) Guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok. Lembar kerja yang dibuat berdasarkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Scramble.

(50)

e) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru, kemudian setiap kelompok menukarkan hasil kerjanya dengan kelompok lain.

f) Kemudian guru bersama siswa membahas lembar kerja yang sudah dikerjakan secara berkelompok.

3. Kegiatan penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri. c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

d) Guru memberi pekerjaan rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut.

c. Tahap Pengamatan

Dalam tahap ini dilakukan pengamatan oleh observer tentang jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan motivasi siswa selama proses pembelajaran, menggunakan lembar panduan observasi.

d. Tahap Refleksi

(51)

3.6.2Siklus II

Pada siklus kedua dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan

1. Menetapkan materi pembelajaran yaitu Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi.

2. Menyusun perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus dan rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru sesuai dengan standar kompetensi yang akan diajarkan.

3. Menyiapkan lembar kerja siswa sesuai dengan materi dan model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Cooperative Learning tipe Scramble.

4. Menyiapkan media pembelajaran yang digunakan yaitu media grafis berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

5. Menyiapkan lembar observasi baik untuk guru maupun untuk siswa.

6. Menyiapkan soal tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

(52)

1. Kegiatan awal

a) Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. b) Mengondisikan siswa.

c) Berdoa. d) Absensi. e) Apersepsi.

- Menyampaikan tujuan pembelajaran. - Guru memberikan motivasi pada siswa. 2. Kegiatan inti

a) Guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan media grafis.

b) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar, setiap kelompok beranggota 4 orang siswa.

c) Guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok. Lembar kerja yang dibuat berdasarkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Scramble.

d) Setiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja yang sudah diberikan oleh guru.

e) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru, kemudian setiap kelompok menukarkan hasil kerjanya dengan kelompok lain.

(53)

3. Kegiatan penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri. c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

d) Guru memberi pekerjaan rumah kepada siswa sebagai tindak lanjut.

c. Tahap Pengamatan

Dalam tahap ini dilakukan pengamatan oleh observer tentang jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan motivasi siswa selama proses pembelajaran, menggunakan lembar panduan observasi.

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka peneliti dapat merefleksi tentang berhasil atau tidaknya kegiatan yang dilakukan pada siklus II. Hasil refleksi siklus II digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus berikutnya.

3.6.3Siklus III

Pada siklus ketiga dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan

(54)

2. Menyusun perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus dan rencana pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru sesuai dengan standar kompetensi yang akan diajarkan.

3. Menyiapkan lembar kerja siswa sesuai dengan materi dan model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Cooperative Learning tipe Scramble.

4. Menyiapkan media pembelajaran yang digunakan yaitu media grafis berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

5. Menyiapkan lembar observasi baik untuk guru maupun untuk siswa.

6. Menyiapkan soal tes formatif untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, rencana pembelajaran yang dirancang untuk dilaksanakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Kegiatan awal

a) Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam. b) Mengondisikan siswa.

c) Berdoa. d) Absensi. e) Apersepsi.

(55)

2. Kegiatan inti

a) Guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah dan media grafis.

b) Guru membagi siswa dalam kelompok belajar, setiap kelompok beranggota 4 orang siswa.

c) Guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok. Lembar kerja yang dibuat berdasarkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Scramble.

d) Setiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja yang sudah diberikan oleh guru.

e) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru, kemudian setiap kelompok menukarkan hasil kerjanya dengan kelompok lain.

f) Kemudian guru bersama siswa membahas lembar kerja yang sudah dikerjakan secara berkelompok.

3. Kegiatan penutup

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

b) Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri. c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

(56)

c. Tahap Pengamatan

Dalam tahap ini dilakukan pengamatan oleh observer tentang jalannya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan motivasi siswa selama proses pembelajaran, menggunakan lembar panduan observasi.

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka peneliti dapat merefleksi tentang berhasil atau tidaknya kegiatan yang dilakukan pada siklus I, II, dan III.

3.7 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:

1. Adanya peningkatan motivasi siswa kelas IVB SD Negeri 8 Metro Barat pada setiap siklusnya.

2. Adanya peningkatan hasil belajar setiap siklusnya, yaitu siswa dianggap

(57)
(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IVB SDN 8 Metro Barat, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

a. Penerapan model Cooperative Learning tipe Scramble dan media grafis dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata motivasi klasikal siswa yaitu 67,25 (baik). Kemudian pada siklus II rata-rata motivasi siswa yaitu 71,00 (baik) dan pada siklus III rata-rata motivasi siswa yaitu 81,33 (sangat baik).

b. Penerapan model Cooperative Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai rata-rata kelas yaitu 49,68 ketuntasan 33,3% dengan kategori rendah, siklus II yaitu 74,15 ketuntasan 66,7% dengan kategori tinggi dan siklus III yaitu 77,91 ketuntasan 83,3% dengan kategori sangat tinggi. Dengan demikian, penerapan model Cooperatve Learning tipe Scramble dengan menggunakan media grafis dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVB SDN 8 Metro Barat TP 2012/2013.

(59)

1. Bagi siswa diharapkan dapat terus meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran.

2. Bagi guru, sebagai teman sejawat diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya dengan menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif salah satunya yaitu model Cooperative Learning tipe Scramble serta dapat memanfaat media pembelajaran seperti media grafis.

3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah.

4. Bagi peneliti sebagai bahan masukan peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan agar dapat menerapkan model Cooperative Learning tipe Scramble dan penggunaan media grafis dengan memperhatikan saran

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Angga, Kadek. 2012. Contoh kisi-kisi. http://anggagocill.blogspot.com /2011/12/contoh-kisi-kisi.html. Diakses pada tangga 18 Januari 2013 @14.00.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Fathurrohman, Pupuh & M. Sobry Sutikno. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama. Bandung.

Kosasih, A & Angkowo. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Grasindo. Jakarta.

(61)

Mudyahadjo, Redja. 2006. Pengantar Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. PGSD. Metro.

Musfiqon. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Muslich, Masnur. 2012. Melaksanakan PTK Itu Mudah (classroom action research) Pedoman Praktis Bagi Guru Profesional. Bumi Aksara. Jakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Rosdijati, Nana, dkk. 2010. Panduan PAKEM IPS SD. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sadiman, Arief S, dkk. 2006. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Bumi Aksara. Jakarta.

Sriudin. 2011. Model Pembelajaran Scramble. http:// www. sriudin.com /2011/07/model-pembelajaran-scramble.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2012 @ 13.40.

(62)

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Pedagogia. Yogyakarta.

Supriatna, Nana, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Tim penyusun. 2011. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya. Bumi Aksara. Jakarta.

Widodo, Rachmad. 2009. Model Pembelajaran Scramble. http://wyw1d. wordpress.com/2009/11/14/model-pembelajaran-scramble/. Diakses pada tanggal 5 Desember 2012 @ 11.30.

Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yusiriza. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble. http: //yusiriza. wordpress.com/author/yusiriza/page/2/. Diakases pada tanggal 4 Desember 2012 @ 19.00.

Gambar

Tabel 1. Hasil ulangan mid semester ganjil TP. 2012/3013 mata pelajaran IPS
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diadopsi dari Arikunto, dkk (2007: 74)
Tabel 3. Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan               nilai.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik,

Based on result of the analysis, it was found that there was insignificant influence between the control treatment and reduced micronutrients of B, Fe, and Zn on the

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN TABATA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KECEPATAN ( SPEED ).. (Studi Eksperimen pada Atlet Futsal Puteri Anggota UKM Futsal UPI

perihal Uang Pengganti Biaya Cetak Blangko, dengan ini kami beritahukan. bahwa pungutan uang pengganti biaya cetak blangko

Selanjutnya kelompok ketiga mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas tentang prestasi-prestasi yang dicapai Muhammad Arsyad al-Banjari  Kemudian kelompok 1, 2 dan 4

Dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi misi Gubernur berdasarkan Undang-Undang Nomor

[r]

B   Informasi merupakan kebutuhan sehari- hari, sehingga harus tersedia secara. cepat, mudah,