PEMBELAJARAN TARI MELINTING
PADA SISWA ANGKATAN 2012-2013 SEMESTER 2 IPA 5
DI SMA NEGERI 1 METRO
Oleh
Anastasia Asih Kartikawaty
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA SISWA ANGKATAN 2012-2013 SEMESTER 2 IPA 5 DI SMA NEGERI 1 METRO
Oleh
ANASTASIA ASIH KARTIKAWATY
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran tari melinting
pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam
pembelajaran tari melinting dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tari melinting.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran tari melinting pada siswa
angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro. Objek penelitian adalah pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro. Subjek penelitian adalah 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro. Sumber data dalam penelitian adalah guru seni tari, dan 26 siswa. Teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan panduan observasi, panduan wawancara, panduan dokumentasi, panduan penilaian aktivitas siswa, dan panduan penilaian tes praktik. Data dianalisis dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian aktivitas siswa, yaitu visual activities, listening activities,
motor activities, dan emotional activities pada pertemuan pertama sampai
DAFTAR ISI
2.4.4 Properti ... 20
2.4.5 Ragam Gerak Tari Melinting ... 21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sekolah SMA Negeri 1 Metro ... 44
4.4 Pembahasan Hasil Aktivitas Belajar Siswa... 65
4.5 Hasil Belajar Siswa ... 67
4.6 Pembahasan Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 88
5.2 Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya,
kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada
tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Sardiman, 2011: 57).
Pembelajaran merupakan faktor penting dalam proses pendidikan untuk
mewujudkan agar pendidikan berlangsung dengan baik. Tercapainya sebuah
tujuan pendidikan diperlukan pembelajaran yang teratur dan jelas. Apabila
pembelajaran tersebut tidak teratur dan jelas, maka sebuah tujuan pendidikan tidak
akan tercapai dengan maksimal.
Pengajaran adalah suatu system. Artinya, keseluruhan yang terdiri dari
komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya
untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun,
komponen-komponen tersebut meliputi: 1) tujuan pendidikan dan pengajaran, 2)
peserta didik atau siswa, 3) tenaga kependidikan khususnya guru, 4) perencanaan
pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, 5) strategi pembelajaran, 6) media
pengajaran, 7) evaluasi pengajaran (Hamalik, 2004: 77).
Sekolah adalah sebagai tempat mengajar dan belajar, bukan saja disediakan untuk
2
dewasa. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis
merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang
menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan
belajar. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan
diarahkan untuk mencapai tujuan.
Seni budaya merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa di
sekolah. Salah satu bagian dari mata pelajaran seni budaya seperti seni tari, seni
musik, seni rupa, dan seni drama. Seni tari adalah gerak terangkai yang berirama
sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur
keindahan wiraga/tubuh, wirama/irama, dan wirasa/penghayatan (Setyobudi dkk,
2007: 105).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tingkat SD, SMP, SMA
menuntut siswa agar dapat menguasai salah satu tarian daerah setempat, misalnya
daerah Lampung sehingga pada pembelajaran seni tari siswa dituntut untuk
menguasai satu tarian tradisional daerah Lampung. Demikian halnya terdapat
dalam silabus kelas X terdapat standar kompetensi (SK) mengapresiasi karya seni
tari dengan (KD) mengidentifikasi keunikan gerak, kostum, iringan tari nusantara
daerah setempat yang berpasangan/kelompok dalam konteks budaya masyarakat
daerah setempat. Di SMA Negeri 1 Metro terdapat mata pelajaran seni budaya,
silabus yang digunakan sesuai dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar.
Di SMA Negeri 1 Metro terdapat pembelajaran tari. Pada pembelajaran tari
Pada pembelajaran tari di sekolah tentu diperlukan beberapa aspek agar
pembelajaran berlangsung dengan baik. Dalam penelitian ini peneliti meneliti
aspek aktivitas siswa, evaluasi belajar siswa dan mengamati aktivitas guru pada
saat mengajar.
SMA Negeri 1 Metro terletak di Jl. Jend. AH. Nasution No. 222 Yosodadi 21
Kota Metro. Saat ini SMA Negeri 1 Metro dalam kegiatan belajar dan mengajar
sudah menerapkan sistem SKS. SKS adalah sistem pembelajaran dengan
menggunakan kredit satuan. Sistem ini mengharuskan siswa untuk memilih mata
pelajaran apa saja yang hendak diambil dalam satu semester. Dengan adanya
sistem SKS ini tidak lagi dikenal kelas X, XI, XII, namun diganti dengan tahun
berapa siswa masuk sekolah, dan mata pelajaran tersebut diambil pada semester
berapa. Sebagai contoh, kelas angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5. Peneliti
mengambil kelas angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 yang berjumlah 26 siswa
atas rekomendasi dari guru seni tari, yaitu Tri Utami, S.Pd. karena menurut beliau
kelas tersebut siswanya lebih antusias dalam mengikuti pelajaran seni tari. Tari
yang diajarkan adalah tari melinting dan tari piring 12, peneliti memilih tari
melinting karena tari melinting merupakan tari berpasangan/kelompok sesuai
dengan kompetensi dasar, yaitu mengidentifikasi keunikan gerak, kostum, iringan
tari nusantara daerah setempat yang berpasangan/kelompok dalam konteks budaya
masyarakat daerah setempat, sedangkan tari piring 12 merupakan tari tunggal. Hal
inilah yang menjadi alasan peneliti memilih SMA Negeri 1 Metro.
Tari melinting adalah salah satu tarian yang berasal dari Provinsi Lampung. Tari
4
diciptakan oleh Ratu Melinting, yaitu Pangeran Panembahan Mas, yang
dipentaskan pada saat acara gawi adat (begawi). Gerak tari melinting terdiri dari
gerak putra dan putri. Gerak putra, yaitu babar kipas, sukhung sekapan , balik
palau, salaman, suali, loncat kijang. Gerak putri yaitu, babar kipas, sukhung
sekapan, timbangan, melayang, ngiyau bias, injak tai manuk.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin mengamati proses belajar-mengajar
seni tari di SMA Negeri 1 Metro, maka diangkatlah sebuah judul penelitian
“Pembelajaran Tari Melinting Pada Siswa Angkatan 2012-2013 Semester 2 IPA 5
di SMA Negeri 1 Metro”.
1.2Rumusan Masalah
Bagaimana pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester
2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran
tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA
Negeri 1 Metro.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
1. menambah pengetahuan dan wawasan mengenai salah satu tari tradisional
Lampung;
2. memberikan gambaran kepala sekolah, guru, dan calon guru mengenai
1.5Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mencakup subjek penelitian (sasaran), objek penelitian
(masalah), tempat penelitian, dan waktu penelitian.
1.5.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru tari dan siswa angkatan 2012-2013 semester 2
IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa
laki-laki dan 16 siswa perempuan.
1.5.2 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pembelajaran tari melinting.
1.5.3 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Metro, Jl. Jend. AH. Nasution No.
222 Yosodadi 21 Kota Metro.
1.5.4 Waktu Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman,
2011: 100). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Kaitan
antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Aktivitas
belajar siswa pada prinsipnya secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan,
yaitu ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama
guru yang menentukan bahan dan metode, sedangkan siswa menerima begitu saja.
Aktivitas belajar anak terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab
pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Jadi, siswa kurang memiliki
aktivitas dan kreativitas. Adapun menurut pandangan ilmu jiwa modern, tugas
guru adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat
mengembangkan bakat dan potensinya sehingga yang aktif dan mendominasi
aktivitas belajar adalah siswa.
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, sekolah
merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang
dapat dilakukan oleh siswa di sekolah antara lain sebagai berikut.
1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memerhatikan
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain, melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2011: 101).
Dari delapan jenis aktivitas belajar di atas, aktivitas siswa yang dapat menunjang
siswa dalam pembelajaran tari melinting dan selanjutnya akan digunakan pada
observasi proses aktivitas siswa sebagai berikut.
1. visual activities, seperti: memperhatikan gambar demonstrasi;
2. listening activities, sebagai contoh mendengarkan musik;
3. motor activities, seperti: melakukan percobaan;
4. emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
8
2.2 Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 1994: 57).
Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga
lainnya misalnya, tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis
dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan
perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga
komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,
belajar, ujian.
Ada tiga hal yang terkandung dalam sistem pembelajaran sebagai berikut..
1. rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan
unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus;
2. saling ketergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi
dalam suatu keseluruhan;
3. tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai
(Hamalik, 1994: 65-66).
Ada beberapa unsur dalam pembelajaran, yaitu.
1. unsur dinamis pembelajaran pada diri guru
a. motivasi membelajarkan siswa;
b. kondisi guru siap membelajarkan siswa.
2. unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar
b. sumber-sumber belajar;
c. pengadaan alat bantu belajar;
d. upaya agar suasana belajar efektif;
e. binaan terhadap subjek belajar.
2.2.1 Tujuan Pembelajaran
Tujuan umum pengajaran/pembelajaran adalah merupakan hasil belajar siswa
setelah selesai belajar, dan dirumuskan dengan suatu pernyataan yang bersifat
umum (Sardiman, 2011: 69).
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 1994:
73).
Kriteria tujuan pembelajaran
1. tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar;
2. tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur
dan dapat diamati;
3. tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.
2.2.2 Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode
dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi
10
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan (Sanjaya,
2010: 126).
Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang
menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar untuk mencapai tujuan
tertentu (Hamalik, 2004: 201).
Ada empat strategi dasar dalam belajar yang meliputi hal-hal berikut.
1. mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan;
2. memilih sistem pendekatan belajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat;
3. memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar-mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh
guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya;
4. menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar-mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem intruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan (Djamarah, 2006: 5-6).
2.2.3 Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
Ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai
berikut.
a. tujuan yang beragam jenis dan fungsinya;
b. anak didik yang berbagai macam tingkat kematangannya;
c. situasi yang beragam keadaannya;
d. fasilitas dengan berbagai macam kualitas dan kuantitasnya;
e. pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda (Djamarah,
2006: 53).
Dalam kegiatan belajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu
metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya
pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian siswa. Dengan demikian
metode mengajar adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Berikut ini akan dijelaskan tentang metode pembelajaran.
1. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui
penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
a. Kelebihan
1. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.
Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan
peralatan-peralatan yang lengkap hanya mengandalkan suara guru.
2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi
yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh
12
3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan. Artinya guru dapat mengatur pokok-pokok materi mana
yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai.
4. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena
sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan
ceramah.
5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi
lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang
beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit.
b. Kelemahan
1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan
terbatas pada apa yang dikuasai oleh guru.
2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan
terjadinya verbalisme.
3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah
sering dianggap sebagai metode yang membosankan.
4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa
sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
a. Kelebihan
1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari sebab siswa langsung memerhatikan bahan pelajaran yang
dijelaskan.
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik sebab siswa tidak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi
pembelajaran.
b. Kelemahan
1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang,
sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bias gagal
sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang
memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional
(Sanjaya, 2010: 147-153).
2.2.4 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
14
media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan
(Djamarah, 2006: 136).
Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pendidikan seperti radio. televisi, buku, koran, majalah, dan
sebagainya (Sanjaya, 2010: 163).
Secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut.
1. memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra, seperti
a. objek yang terlalu besar bias digantikan dengan realita. Gambar, film
bingkai, film, atau model;
b. objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau
gambar;
c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photography;
d. kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi
lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
e. objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dan
lain-lain;
f. konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film, film
bingkai, gambar, dan lain-lain.
3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk
b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan;
c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya;
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan
pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan
ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan
bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat
diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam
a. memberikan perangsang yang sama;
b. mempersamakan pengalaman;
c. menimbulkan persepsi yang sama (Sadiman dkk, 2006: 17-18).
Dari sifatnya media dapat dibagi menjadi 3, yaitu.
a. media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara;
b. media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah
film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk
bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya;
c. media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran
16
2.2.5 Evaluasi Pembelajaran
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu evaluation. Evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Djamarah, 2006:
57).
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari evaluasi adalah.
1. mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam
mencapai tujuan yang diharapkan;
2. memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat;
3. menilai metode mengajar yang dipergunakan.
Tujuan khusus dari evaluasi adalah
1. merangsang kegiatan siswa;
2. menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan;
3. memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan
bakat siswa yang bersangkutan;
4. memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan
orang tua dan lembaga pendidikan;
5. untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan metode mengajar (Djamarah,
2006: 58).
Dari tujuan itu dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada
evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses adalah suatu evaluasi yang
diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar-mengajar yang
bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan
dalam satuan pelajaran. Evaluasi produk adalah suatu evaluasi yang diarahkan
kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana
penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika
proses belajar-mengajar berlangsung (Djamarah, 2006: 59).
2.3 Tari
Tari adalah gerak pada diri manusia, dan gerak itu sendiri merupakan alat bantu
yang paling tua di dalam kehidupan manusia, untuk mengemukakan keinginan
atau menyatakan refleksi spontan di dalam jiwa manusia. Tari merupakan bagian
dari kehidupan manusia baik secara mandiri atau berkelompok. Tari dapat
dimanfaatkan di dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti sarana
pendidikan dan rekreasi (Firmansyah dkk, 1996: 2). Tari merupakan alat ekspresi
atau sarana komunikasi seorang seniman kepada orang lain (penonton), dasar tari
adalah gerak, gerakan ini mempunyai makna apa yang ingin disampaikan (Sultan
Ratu Idil M.T.I.IV, 2011: 91).
2.4Tari melinting
2.4.1 Asal Usul Tari melinting
Tari melinting merupakan salah satu tari tradisioanal Lampung yang berasal dari
Desa Wana Lampung Timur. Melinting berasal dari kata meninting yang berarti
membawa timbulnya melinting pada masa penyebaran agama Islam. Jadi arti
melinting adalah membawa misi Islam (Sultan Ratu Idil M.T.I.IV, 2011: 7).
Dilihat dari sejarahnya, tarian ini diciptakan oleh Ratu Melinting, yaitu Pangeran
18
Fungsi tari melinting dahulu merupakan tarian keluarga Ratu Melinting dan hanya
dipentaskan oleh keluarga ratu saja di tempat tertutup (sessat atau balai adat),
pementasannya pun hanya pada saat gawi adat keagungan keratuan melinting saja.
Penarinya hanya sebatas pada putra putri Ratu Melinting. Namun dalam
perkembangannya sekarang tari melinting tidak lagi sebagai tarian keluarga Ratu
Melinting dan tidak lagi berfungsi sebagai tari upacara saja, tetapi bergeser
menjadi tari hiburan pada saat penyambutan tamu agung yang datang ke daerah
Lampung serta acara-acara lainnya seperti kesenian Lampung, festival tari, dan
lain-lain, yang menunjukkan bahwa tari melinting sudah tersebar luas di Provinsi
Bandar Lampung. Tari ini ditarikan oleh 4 wanita dan dua pria, jadi jenis tarian ini
dilihat dari penyajiannya adalah tari kelompok dan jenis tari berdasarkan gayanya
adalah tari tradisional klasik (Sultan Ratu Idil M.T.I.IV, 2011: 25).
2.4.2 Musik Pengiring Tari melinting
Musik dan tari adalah alat komunikasi melalui bunyi dan gerak bagi setiap insan
pecinta dan pelaku seni. Secara tradisional musik dan tari sangat erat
hubungannya, keduanya saling membutuhkan, karena keduanya mempunyai
sumber yang sama, yaitu dorongan dan naluri ritmis manusia. Bunyi atau suara
untuk mengiringi tari dapat dihasilkan oleh penari itu sendiri, seperti tepuk tangan,
hentakan kaki ataupun bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh perlengkapan tari yang
dipakai, bahkan ada kalanya menggunakan teriakan-teriakan (vocal) atau
lagu-lagu (Firmansyah dkk, 1996: 4).
Iringan pada tari melinting menggunakan instrumen kolintang yaitu:
2. Tabuh centik dialunkan pada saat tarian dimulai.
3. Tabuh kedanggung yaitu pada para penari mengadakan pertukaran formasi,
dan selanjutnya kembali ke tabuhan arus/gupek pada akhir tarian (Sultan Ratu
Idil M.T.I.IV, 2011: 33-34).
Adapun perangkat tabuhan yang dipakai meliputi gong besar, gelitak, rebana,
gendang, dan gujih.
2.4.3 Busana Tari melinting
1. Busana Penari Putri
a. Siger melinting cadar kuning
b. Kebaya putih lengan panjang
c. Tapis pepadun
d. Kipas melinting
e. Cemara panjang
f. Bebe merah
g. Selendang tapis
h. Kalung inuh
i. Kalung papan jajar
j. Kembang melati
k. Pending
l. Antingan
m. Gelang kano
n. Gelang burung
20
2. Busana Penari Putra
a. Kopiah emas
b. Baju panjang kurung
c. Celana panjang
d. Kain selendang tumpal
e. Kain tumpal
f. Kipas melinting
g. Gelang burung
h. Gelang kano
i. Ikat pinggang
j. Kalung jukun
k. Kalung inuh
2.4.4 Properti
Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum dan perlengkapan
panggung, tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari.
Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untu kebutuhan suatu
penampilan tataan tari atau koreografi. Propreti adalah alat-alat yang dibawa dan
digunakan penari sebagai pelengkap sesuai tuntutan tari tersebut.
Properti yang digunakan oleh penari putri dan putra pada tari melinting adalah
2.4.5 Ragam Gerak Tari melinting
Tabel. 2.1 Uraian Gerak Tari melinting Putra No. Nama
Gerakan Hit. Uraian Gerak Gambar
1 Babar Kipas 1-2 Kedua tangan merapat
di depan dada, dan gerakan kaki lapah ayun.
3-4 Kedua tangan diayun membuka kesamping selebar badan sejajar dada.
22
7-8 Kedua tangan diayun membuka ke samping selebar badan sejajar dada.
2 Sukhung
Sekapan
1-2 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang, tetap di depan dada, dan gerakan kaki lapah ayun.
5-6 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang, tetap di depan dada.
7-8 Tangan kiri didorong ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.
3 Balik Palau 1-2 Tangan kanan rentang
24
3-4
5-6
4 Suali 1-2 Kedua tangan membuka ke samping kemudian menutup di depan dada kaki kanan maju ke depan.
3-4 Kedua tangan membuka ke samping kemudian menutup di depan dada kaki kiri maju ke depan.
5-6 Kedua tangan membuka ke samping kemudian menutup di depan dada kaki kanan kanan maju ke depan.
26
5 Lompat
Kijang
1-2 Kaki kanan meloncat ke depan ditutup kaki kiri tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang di depan dada.
3-4 Tangan kiri ditarik ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.
5-6 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang di depan dada.
6 Salaman 1-2 Posisi badan jongkok tangan kanan
rentangkan lurus ke samping kanan, dan tangan kiri tekuk di depan dada.
3-4 Posisi badan jongkok dengan tangan kiri rentangkan lurus ke samping kiri, tangan kanan tekuk di depan dada.
5-6 Posisi badan jongkok dengan tangan kanan rentangkan lurus ke samping kanan, tangan kiri tekuk di depan dada.
7-8 Posisi badan jongkok, kedua tangan
28
1-2 Kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian geser ke kanan.
3-4 Kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian geser kekiri.
5-6 Kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian geser ke kanan.
Tabel. 2.2 Uraian Gerak Tari melinting Putri No. Nama
Gerak Hit. Uraian Gerak Gambar
1 Babar Kipas 1-2 Kedua tangan merapat
di depan dada, gerakan kaki lapah ayun.
3-4 Kedua tangan diayun membuka ke samping selebar badan sejajar dada.
30
7-8 Kedua tangan diayun membuka ke samping selebar badan sejajar dada.
2 Sukhung
Sekapan
1-2 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang, tetap di depan dada. Gerakan kaki lapah ayun.
5-6 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang, tetap di depan dada.
7-8 Tangan kiri didorong ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.
3 Timbangan 1-2 Kedua tangan ditarik
32
3-4 Kedua tangan ditarik lurus ke belakang, pergelangan tangan diputar atau ukel, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.
5-6 Kedua tangan ditarik lurus ke belakang, pergelangan tangan diputar atau ukel, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.
4 Melayang 1-2 Tangan kanan lurus ke depan tangan kiri lurus ke belakang
pergelangan tangan diputar atau ukel kearah dalam, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.
3-4 Tangan kanan lurus ke depan tangan kiri lurus ke belakang
pergelangan tangan diputar atau ukel ke arah dalam, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.
5-6 Tangan kanan lurus ke depan tangan kiri lurus ke belakang
34
7-8 Tangan kanan lurus ke depan tangan kiri lurus ke belakang
pergelangan tangan diputar atau ukel ke arah dalam, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.
5 Ngiyau Bias 1-2 Kedua tangan
diletakkan di samping pinggul sebelah kanan kemudian pergelangan tangan diputar ke arah dalam, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.
3-4 Kedua tangan
5-6 Kedua tangan
diletakkan di samping pinggul sebelah kanan kemudian pergelangan tangan diputar ke arah dalam, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.
7-8 Kedua tangan digeser kesamping pinggul sebelah kiri kemudian pergelangan tangan diputar ke arah dalam, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.
6 Nginjak Tai
Manuk
1-2 Kedua tangan
diletakkan di pinggul sebelah kanan
kemudian tangan ukel,
36
3-4 Kedua tangan
diletakkan di pinggul sebelah kanan
kemudian tangan ukel,
kaki ditarik lagi ke belakang.
5-6 Kedua tangan
diletakkan di pinggul sebelah kanan
kemudian tangan ukel,
kanan maju ke depan silangkan ke kiri lagi kaki menapak di lantai.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan faktor penting untuk memecahkan suatu masalah
dan turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Dalam penelitian ini desain
penelitian yang peniliti gunakan adalah desain penelitian deskriptif kualitatif
untuk menjelaskan hal-hal yang terjadi pada saat melakukan penelitian tanpa
mengurangi atau menambahi kejadian yang telah terjadi. Deskriptif merupakan
pemaparan dengan jelas hal-hal yang dipermasalahkan (Margono, 2000: 5).
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data-data yang berasal dari informan,
yaitu guru seni tari, dan siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA
Negeri 1 Metro.
3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
38
Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru selama
mengajar, aktivitas belajar siswa, dan pembelajaran yang berlangsung di dalam
kelas.
3.3.2 Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2010: 198). Tujuan
wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui
observasi. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru seni tari, dan
siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro.
3.3.3 Dokumentasi
Pada penelitian ini, dokumentasi berupa catatan lapangan, foto, dan video.
Adapun tujuan dokumentasi adalah agar penulis dapat mereview kembali kegiatan
selama proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran.
3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Panduan Observasi
Pengamatan yang digunakan dalam penelitian berisi tentang kisi-kisi yaitu
kejadian yang terjadi di sekolah. Catatan yang dibuat dalam penelitian ini berisi
tentang apa yang dilihat dari hasil pengamatan secara langsung.
3.4.2 Panduan Wawancara
Panduan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan
3.4.3 Panduan Dokumentasi
Alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah kamera,
handphone, buku, dan alat tulis. Data yang diperoleh setiap hari di catat dalam
buku pada saat observasi dan wawancara agar data yang diperoleh lengkap dan
tidak ada yang terlewati.
3.4.4 Panduan Penilaian Aktivitas Siswa
Tabel. 3.1 Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
No.
1. Semua siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting.
2. Ada 1-6 siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting. 3. Ada 7-12 siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting.
4. Ada 13-18 siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting.
5. Ada >18 siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting.
5
1. Semua siswa mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.
2. Ada 1-6 yang tidak mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.
3. Ada 7-12 siswa yang tidak
mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.
4. Ada 13-18 siswa yang tidak
mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.
5. Ada >18 siswa yang tidak
mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.
40
3 Motor
activities
1. Semua siswa terlihat melakukan
percobaan terhadap gerak tari melinting
yang telah dicontohkan oleh guru. 2. Ada 1-6 siswa yang tidak melakukan
percobaan terhadap gerak tari melinting
yang telah dicontohkan oleh guru. 3. Ada 7-12 siswa yang tidak melakukan
percobaan terhadap gerak tari melinting
yang telah dicontohkan oleh guru. 4. Ada 13-18 siswa yang tidak melakukan
percobaan terhadap gerak tari melinting
yang telah dicontohkan oleh guru. 5. Ada >18 siswa yang tidak melakukan
percobaan terhadap gerak tari melinting
yang telah dicontohkan oleh guru.
5
1. Semua siswa terlihat bersemangat dan tidak merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.
2. Ada 1-6 siswa yang tidak bersemangat dan merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.
3. Ada 7-12 siswa yang tidak bersemangat dan merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.
4. Ada 13-18 siswa yang tidak bersemangat dan merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.
5. Ada >18 siswa yang tidak bersemangat dan merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.
5
Jumlah Skor Maksimal 20
Ns =� �� �ℎ�
� �� � � �100
Keterangan: Ns = presentase aktivitas belajar siswa
Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari melinting diukur dengan menggunakan
lembar nontest dengan jumlah skor maksimal 20. Kualitas hasil belajar siswa
3.4.5 Panduan Penilain Tes Praktik
Tabel. 3.2 Instrumen Pengamatan Tes Praktik
No Aspek Skor Skor
Maksimal
1 Wiraga Bentuk Gerak
a. Siswa mampu memeragakan 12 motif gerak tari melinting.
b. Siswa mampu memeragakan 9 motif gerak tari melinting.
c. Siswa mampu memeragakan 6 motif gerak tari melinting.
d. Siswa mampu memeragakan 3 motif gerak tari melinting.
e. Siswa mampu memeragakan <3 motif gerak tari melinting.
5
Hafalan Ragam Gerak
a. Siswa hafal dalam memergakan 12 motif gerak gerak tari melinting. b. Siswa hafal dalam memergakan 9 motif
gerak gerak tari melinting.
c. Siswa hafal dalam memergakan 6 motif gerak gerak tari melinting.
d. Siswa hafal dalam memergakan 3 motif gerak gerak tari melinting.
e. Siswa hafal dalam memergakan <3 motif gerak gerak tari melinting.
5
2 Wirama Ketepatan Gerak Dengan Musik
a. Siswa memeragakan 12 motif gerak
tari melinting tepat dengan musik.
b. Siswa memeragakan 9 motif gerak tari
melinting tepat dengan musik.
c. Siswa memeragakan 6 motif gerak tari
melinting tepat dengan musik.
d. Siswa memeragakan 3 motif gerak tari
melinting tepat dengan musik.
e. Siswa memeragakan <3 motif gerak
tari melinting tepat dengan musik.
42
3 Wirasa Ekspresi Saat Menari
a. Siswa memeragakan tari melinting
dengan senyum dan pandangan ke depan.
b. Siswa memeragakan tari melinting
dengan senyum namun menunduk. c. Siswa memeragakan tari melinting
tidak senyum namun pandangan ke depan.
d. Siswa memeragakan tari melinting
tidak senyum dan menunduk.
e. Siswa memeragakan tari melinting
dengan takut.
Jumlah Skor Maksimal 20
Ns =� �� �ℎ�
� �� � � �100
Keterangan: Ns = presentase aktivitas belajar siswa
Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari melinting diukur dengan menggunakan
lembar nontest dengan jumlah skor maksimal 20. Kualitas hasil belajar siswa
dapat dilihat dengan menggunakan skala lima.
Tabel. 3.3 Penentuan Patokan dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Lima
Interval Presentase
Tingkat Penguasaan Keterangan
85 – 100 Baik Sekali 75 – 84 Baik 60 – 74 Cukup 40 – 59 Kurang
3.5 Analisis Data
Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau
interprestasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau
kategori. Hasil analisis yang diperoleh disusun untuk mengetahui proses
pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri 1 Metro. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model air. Analisis model air
diawali dengan data yang muncul berupa deskripsi kata-kata atau rangkaian kata,
dapat juga berupa rangkaian yang jelas bukan rangkaian angka. Tahap
pengumpulan data dibedakan menjadi empat tahap yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Tabel. 3.4 Tahap Pengumpulan Data Model Alir
No.
Tahap
Analisis Keterangan
1 Pengumpulan Data
Proses ini diawali dengan data yang muncul berupa deskripsi kata-kata atau rangkaian kata dan dapat juga berupa kalimat-kalimat sebagai sebuah narasi, yang jelas bukan rangkaian angka. Dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi dan wawancara yang telah diketahui reabilitasnya.
2 Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama berada di lokasi penelitian. Reduksi data tidak terpisahkan dari analisis. 3 Penyajian
Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian lebih banyak mengacu pada teks naratif dan akan dilakukan penyederhanaan pada informasi yang bersifat kompleks 4 Penarikan
Kesimpulan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara deskriptif kualitatif maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2
IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro sebagai berikut.
1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan
2012-2013 semester 2 di SMA Negeri 1 Metro ditandai dengan visual activities
(aktivitas melihat), listening activities (aktivitas mendengar), motor activities
(aktivitas melakukan gerak), emotional activities (aktivitas yang berkaitan
dengan emosi seperti semangat dan gembira). Pada pertemuan pertama
aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena hanya ada 3 orang siswa tidak
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru serta mengobrol di
kelas, pada pertemuan kedua aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena hanya
ada 2 orang siswa yang masih terlihat malas dalam menggerakkan gerakan
yang diajarkan oleh guru, pada pertemuan ketiga aktivitas siswa memperoleh
nilai 70 karena terlihat 7 orang siswa ada yang bermain laptop, handphone,
mengobrol dan kurang bersemangat terhadap materi yang diberikan oleh guru,
pada pertemuan keempat aktivitas siswa memperoleh nilai 75 karena hanya ada
oleh guru, pada pertemuan kelima aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena
hanya ada 2 orang siswa yang terlihat malas untuk memeragakan gerak yang
dicontohkan oleh guru, dan pada pertemuan keenam aktivitas siswa
memperoleh nilai 95 karena siswa terlihat aktif dan bersemangat dalam
menggerakan gerak tari melinting sesuai dengan iringan musik.
2. Pada hasil belajar siswa berdasarkan aspek bentuk ragam gerak, aspek hafalan
gerak, aspek ketepatan gerak dengan musik, dan aspek ekspresi saat menari
nilai yang diperoleh siswa secara umum adalah cukup, siswa yang mendapat
nilai baik sekali (12) sebanyak 3 orang siswa karena siswa mampu
memeragakan 12 motif ragam gerak tari melinting, siswa mampu menghafal
12 motif ragam gerak tari melinting, siswa mampu melakukan 12 motif ragam
gerak tepat dengan musik, dan ekspresi saat menari senyum dan pandangan
kedepan, siswa yang mendapat nilai baik (38) sebanyak 10 orang siswa karena
siswa hanya mampu memeragakan 9 motif ragam gerak tari melinting, siswa
hanya mampu menghafal 9 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya
mampu melakukan 9 motif ragam gerak tepat dengan musik, dan ekspresi saat
menari senyum tetapi menunduk, dan siswa yang mendapat nilai cukup (50)
sebanyak 13 orang siswa karena siswa hanya mampu memeragakan 6 motif
ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu menghafal 6 motif ragam
gerak tari melinting, siswa hanya mampu melakukan 6 motif ragam gerak tepat
dengan musik, dan ekspresi saat menari tidak senyum namun pandangan
90
3. Kendala yang dihadapi pada saat peneliti melakukan penelitian yaitu pada
pertemuan pertama tidak tersedianya kipas melinting sebagai properti untuk
menari sehingga peneliti ikut mencari kipas agar siswa dapat belajar
menggunakan kipas dan pada pertemuan keempat guru mengalami kendala
yaitu sound system yang akan dipergunakan untuk mendengarkan musik tari
melinting mati sehingga mengganggu proses pembelajaran tari melinting.
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Agar pembelajaran tari dapat berlangsung lebih baik guru dan sekolah
sebaiknya memerhatikan media yang digunakan seperti sound system dan kipas
sebagai properti dalam menari sebelum tahun pelajaran baru dimulai karena
sound system dankipas melinting sangat diperlukan untuk kelancaran dalam
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.
Djamarah, S.B, & Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Firmansyah, dkk. Mengenal Tari Bedana. Gunung Pesagi: Bandar Lampung.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Bumi Aksara: Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar-Mengajar. PT.Bumi Aksara: Jakarta.
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta.
Sadiman, Arief, dkk. 2006. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Belajar Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group: Jakarta.
Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Setyobudi, dkk. 2007. Seni Budaya. Erlangga: Jakarta.