ABSTRACT
FINANCIAL ANALYSIS OF PROBIOTIC CHICKEN FARMING (Case Study: KPA Berkat Usaha Bersama, in Metro City)
By
Bayu Suci C. Sunarya, Zainal Abidin, Umi Kalsum
This research aim at determaining the financial, technical, marketting, and social feasibility of probiotic chicken farming, and analyzing the sensitivity of probiotic chicken farming. This research was using case study at KPA Berkat Usaha Bersama at Village of Yosomulyo 21, District of Metro Center, Metro City which was selected purposively as the research location. The data was taken from June to July 2015. The sample size was 23 chicken farmers and 1 chairman of KPA Berkat Usaha Bersama. The analysis of financial aspect in this study used investment criteria, such as; NPV, Net B/C Ratio, Gross B/C Ratio, IRR, Payback Period, ROI with 17 percent interest rate, while the technical, marketting, and social aspects used the descriptive analytical. The sensitivity analysis used calculation of rate sensitivity when the price increase in DOC by 6 percent, feed by 6 percent, and decrease in production by 5 percent. Research result showed that the probiotic chicken farming was feasible and profitable in financial, technical marketting, and social aspect which was showed by value of NPV was Rp53.613.075,93 per 1.000 chicken. In addition Net B/C Ratio, Gross B/C Ratio, IRR, Payback Period, and ROI were 1,41, 1,02, 24 percent, 1,04 years, and 48 percent respectively. Therefore, investmen on probiotic chicken farming is feasible, even if the price of DOC increase by 6 percent. However, if the production decrease by 5 percent and the price of feed increase by 6 percent, probiotic chicken farming is no longer feasible. In conclution the probiotic chicken farming was feasible and profitable.
ABSTRAK
ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK (Studi Kasus: KPA Berkat Usaha Bersama, di Kota Metro)
Oleh
Bayu Suci C. Sunarya, Zainal Abidin, Umi Kalsum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak ayam probiotik KPA Berkat Usaha Bersama yang dilihat dari aspek finansial, teknis, pemasaran, dan sosial, serta untuk menganalisis tingkat sensitivitas terhadap kelayakan usaha ternak ayam probiotik.. Penelitian dilaksanakan secara studi kasus pada KPA Berkat Usaha Bersama di Kelurahan Yosomulyo 21, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro yang dipilih secara sengaja (purposive) sebagai lokasi penelitian. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2015. Responden dalam penelitian ini berjumlah 23 orang peternak dan 1 orang bukan peternak (Ketua KPA Berkat Usaha Bersama). Pada analisis aspek finansial menggunakan kriteria investasi NPV, Net B/C Ratio, Gross B/C Ratio, IRR, Payback Periode, ROI pada tingkat suku bunga 17%, sedangkan untuk analisis aspek teknis, pemasaran, dan sosial menggunakan analisis deskriptif, dan pada analisis sensitivitas menggunakan perhitungan laju kepekaan dengan kenaikan harga DOC 6%, harga pakan 6%, dan penurunan produksi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha ternak ayam probiotik dinyatakan layak dan menguntungkan secara finansial, teknis, pemasaran, dan sosial dengan perolehan nilai NPV Rp53.613.075,93 per 1.000 ekor. Selain itu diperoleh nilai Net B/C Ratio, Gross B/C Ratio, IRR, Payback Period, dan ROI adalah 1,41, 1,02, 24 persen, 1,04 tahun dan 48 persen secara berturut-turut. Usaha ternak ayam probiotik akan tetap layak walaupun jika terjadi kenaikan harga DOC 6 persen. Namun, apabila terjadi penurunan jumlah produksi 5 persen dan kenaikan harga pakan 6 persen, maka kelayakan usaha ternak ayam probiotik akan berpengaruh (sensitif) terhadap perubahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha ternak ayam probiotik adalah layak dan menguntungkan.
ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK (Studi Kasus: KPA Berkat Usaha Bersama, di Kota Metro)
Oleh
Bayu Suci Catur Sunarya
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK (Studi Kasus: KPA Berkat Usaha Bersama, di Kota Metro)
(Skripsi)
Oleh
BAYU SUCI CATUR SUNARYA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran……… 45
2. Struktur Organisasi KPA BeUBe……… 67
3. Bangunan Kandang Populasi 1500 ekor………. 79
4. Kegiatan Bimbingan Teknis Budidaya Ayam Probiotik bersama Dinas Peternakan Kota Metro………...………. 80
5. Keadaan dalam kandang ayam probiotik……… 82
6. Cashflow usaha ternak ayam probiotik selama 15 tahun dengan populasi 1000 ekor per musim……… 95
7. Mesin penggelinging untuk mengekstrak herbal jamu………. 105
8. Bangunan rumah pemotongan ayam KPA BeUBe ……….... 108
9. Karkas dengan kemasan Natrua Pangan yang di pasarkan di Super Market………. 111
10. Karkas kemasan Natura Pangan………. 113
11. Letak kandang ayam probiotik……… 115
12. Sebaran karyawan KPA BeUBe……… 116
13. Ayam probiotik usia 17 hari……… 152
14. Ruang pengolahan jamu……….. 152
15. Ruang kerja kantor KPA BeUBe……… 153
16. Pakan ternak yang digunakan peternak KPA BeUbe………. 153
17. Karung sekam yang akan digunakan untuk menjadi alas kandang populasi 1000 ekor……….. 154
19. Aktivitas pemotongan ayam di RPA……….. 155
20. Pembuatan jamu……….... 155
21. Keadaan ruang kebersihan di RPA………. 156
22. Aktivitas pengemasan karkas ayam di RPA………..….. 156
23. Karyawan yang melayani transaksi jual beli di RPA……….……. 157
24. Pengolahan limbah di RPA………..……. 157
25. Ruang karantinan ayam siap potong di RPA……….…….. 158
26. Mesin cuci yang digunakan sebagai pengolah jamu……….…….. 158
27. Sertifikat peternak yang dipasang disetiap kandang peternak………… 159
28. SOP pemeliharaan yang dipasang disetiap kandang peternak………… 159
29. Susu yang diberikan untuk ayam probiotik………. 160
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rata-rata penjualan daging karkas ayam probiotik KPA BeUBe
tahun 2012-2014……….. 3
2. Perbandingan fisik ayam probiotik dan ayam broiler biasa…………. 14
3. Perbandingan kandungan ayam probiotik dengan broiler biasa…….. 15
4. Persyaratan mutu standar pakan broiler……….. 20
5. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan kelayakan usaha ternak ayam probiotik... 48
6. Daftar anggota peternak KPA Berkat Usaha Bersama……… 70
7. Sebaran responden menurut umur………... 74
8. Sebaran responen menurut tingkat pendidikan……… 75
9. Sebaran responden menurut pengalaman usaha……….. 77
10. Sebaran peternak menurut luas kandang dan populasi DOC yang budidayakan………. 78
11. Pendapatan usaha ternak ayam probiotik dalam satuan 1000 ekor per musim……… 88
12. Biaya investasi usaha ternak ayam probiotik per 1000 ekor ……... 90
13. Rata-rata biaya produksi usaha ternak ayam probiotik pertahun…… 91
14. Biaya total usaha ternak ayam probiotik per tahun………. 92
15. Total penerimaan usaha ternak ayam probiotik………... 94
16. Laba atau pendapatan usaha ternak ayam probiotik KPA BeUBe unit 1.000 ekor per musim………. 96
18. Laju kepekaan usaha ternak ayam probiotik terhadap perubahan ..… 101
19. Penilaian usaha ternak ayam probiotik secara teknis ..……….. 103
20. Keadaan lokasi kandang dan lokasi RPA ………...…… 106
21 Keadaan bangunan kandang dan bangunan RPA... 107
22. Peniliaian pemasaran usaha ternak ayam probiotik KPA BeUBe ….. 110
23. Nilai rata-rata harga dari petani hingga ke tingkat distributor………. 112
24. Identitas responden penelitian………. 126
25 Sebaran Karyawan KPA BeUBe………. 127
26. Biaya penyusutan usaha ternak ayam probiotik……….. 128
27. Total penerimaan usaha ternak ayam probiotik………... 129
28. Keterangan satuan dalam tabel input-output dan cashflow... 129
29. Input output usaha ternak ayam probiotik……….. 130
30. Cash flow usaha ternak ayam probiotik populasi 1.000 ekor per musim……….. 132
31. Analisis finansial usaha ternak ayam probiotik populasi 1.000 ekor per musim……… 134
32. Analisis finansial usaha ternak ayam probiotk saat penurunan jumlah produksi 5%... 135
33. Analisis finansial usaha ternak ayam probiotik saat kenaikan harga DOC 6%... 136
34. Analisis finansial usaha ternak ayam probiotik saat kenaikan harga pakan 6%... 137
35. Analisis sensitifitas usaha ternak ayam probiotik dengan kemungkinan penurunan jumlah produksi 5%, kenaikan harga pakan 6%, dan kenaikan harga DOC 6%... 138
36. Jawaban kuisioner tentang aspek teknis……….. 139
37. Keterangan tabel jawaban kuisioner tentang aspek teknis………….. 140
38. Jawaban kuisioner tentang aspek finansial………. 141
39. Keterangan tabel jawaban kuisioner tentang aspek finansial……… 142
40. Jawaban kuisioner tentang aspek sosial, teknis, dan pemasaran terhadap KPA BeUBe Manajement………... 143
v
-MOTO-
“
Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”
(QS. Al Insyirah : 6)
“Maka Nikmat Tuhan mu yang manakah yang kau dustakan?”
(QS. Ar rahman : 55)
“Try not to become a man of success. Rather become a man of value”
Albert Einstein
“Teruslah Begerak Hingga Lelah Itu Lelah Menghampiri mu.” Anonim
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum, sampai ia merubah keadaan yang ada pada dirinya.”
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang………...………..1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan ... 7
D. Kegunaan Penelitian ... 7
II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8
A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Kebijakan Usaha Peternakan ... 8
2. Usaha Peternakan Ayam Broiler ... 10
3. Klasifikasi Ayam Broiler ... 11
4. Konsep Ayam Broiler Organik (Ayam Probiotik) ... 12
5. Perbedaan Ayam Broiler Kualitas Organik (Ayam Probiotik) dan Ayam Broiler Non Organik ... 13
6. Faktor Produksi Peternakan Ayam Probiotik ... 16
7. Konsep Kelayakan ... 25
8. Analisis Finansial ... 31
9. Analisis Sensitivitas ... 36
10. Hasil Penelitian Terdahulu ... 36
B. Kerangka Pemikiran ... 40
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 46
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 46
ii
C. Lokasi, Sampel, dan Waktu Penelitian ... 51
D. Alat Analisis Data ... 52
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 64
A. Gambaran Umum Kota Metro ... 64
1. Geografis dan Iklim ... 64
2. Administrasi Pemerintah dan Kependudukan ... 65
B. Kecamatan Metro Pusat (Kelurahan Yosomulyo) ... 66
1. Geografis ... 66
2. Penduduk... 66
C. Keberadaan KPA Berkat Usaha Bersama... 66
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Keadaan Umum Responden ... 74
1. Sebaran Responden Menurut Kelompok Umur ... 74
2. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 75
3. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usaha... 76
4. Sebaran Responden Menurut Luas Kandang Dan Populasi DOC Yang Dibudidayakan ... 77
B. Usaha peternakan ayam probiotik ... 79
C. Pendapatan Usaha Ternak Ayam Probiotik Per Musim ... 88
D. Analisis Finansial Usaha Ternak Ayam Probiotik... 89
1. Cash flow Usaha Ternak Ayam Probotik... 89
2. Analisis Finansial ... 96
3. Analisis Sensitivitas ... 36
E. Analisis Kelayakan Melalui Aspek Teknis, Pemasaran, dan Sosial ... 103
1. Aspek Teknis ... 103
2. Aspek Pemasaran ... 109
3. Aspek Sosial... 114
F. Implikasi Kebijakan………...118
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA ... 122
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, zat yang Maha Agung, lagi Maha Perkasa. Sholawat beriring salam tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, Manusia utusan
Allah yang sangat mencintai umatnya.
Sesungguhnya Skripsi Ini Dipersembahkan Untuk :
Indonesia
Universitas Lampung
Mama, Dan Bapak Tercinta dan Teristimewa Selamanya
Kakak , Mbak dan Keponakan Ku
Keluarga Ku Tercinta
Guru-Guru Peradaban Ku
Saudara-Saudara Ku
Sahabat-Sahabat Ku
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Natar pada
tanggal 4 Agustus 1993. Penulis merupakan anak bungsu dari
pasangan Bapak Sunardi dan Ibu Suratmi. Pendidikan yang
telah ditempuh penulis dimulai dari SD Negeri 1 Tanjung Sari
(1999-2005), SMP Negeri 3 Natar (2005-2008), SMA Negeri 1 Natar
(2008-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur PMPAP Unila.
Selama mengenyam masa pendidikan penulis sangat menyukai kegiatan
organisasi baik didalam lingkungan pendidikan maupun diluar hingga sekarang.
Sejak Sekolah Dasar penulis sudah tergabung dalam anggota Pramuka, pernah
menjadi Sekretaris OSIS di SMP Negeri 3 Natar 2006/2007, menjadi Wakil
Ketua Umum ROHIS di SMA Negeri 1 Natar 2009/2010, dan menjadi Sekretaris
Komisi I DPM U KBM Unila 2014/2015.
Selama kuliah penulis pernah menjadi Asisten Dosen MK. Sosiologi Pertanian
dan menjadi Asisten Pendamping Praktik Pengenalan Pertanian Jurusan
Agribisnis. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum di PT. Momenta
Agrikultura (Amazing Farm) di Bandung tahun 2014, melaksanakan Kuliah Kerja
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, nikmat, dan keridhoan Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Skripsi ini berjudul
“Analisis Finansial Usaha Ternak Ayam Probiotik (Studi kasus KPA BeUBe, di Kota Metro).”
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir.Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
2. Dr. Ir. F. Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
sekaligus Dosen Pembahas pada skripsi ini, terimakasih atas bimbingan
dan saran-saran yang diberikan
3. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih
telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam peyelesaian
skripsi ini
4. Ir. Umi Kalsum, M.S., selaku Dosen Pembimbing II, terimakasih telah
5. Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi sejak awal perkuliahan hingga
saat ini penulis dapat menyelesaikan masa studinya
6. Bapak Yulius Wahyu Hidayanto selaku Ketua KPA Berkat Usaha
Bersama yang telah memberikan izin, bantuan, dan motivasi selama masa
penelitian, juga kepada Mba Wulan, Kiki, Pak Suselo, Pak Yasir, Mba
Tini yang ikut membantu selama masa penelitian.
7. Teristimewa kepada Bapak saya Sunardi yang selama ini banyak
memberikan dukungan, doa dan motivasi kepada anak bungsunya agar
dapat segera menyelesaikan tugas ini.
8. Tercinta Mama saya Suratmi yang segala bentuk cinta, kasih dan
sayangnya tak dapat diperhitungkan sehingga memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan semangat.
9. Tersayang saudara/i kandung saya Kang Kiki, Yu Puji, Yu Mai, serta
keponakan-keponkan saya Maria, Saras, Pandu, dan Fatih yang telah
banyak memberikan warna dan keceriaan sehingga memberikan dorongan
untuk semangat menulis.
10.Sahabat 8 Cantik; Anisa Maya Sari, S.P., Dian Ika Sari, Elisa, Faridatu Ch
Alimah, Trie Harrini, Venny Unida Lugara, dan Wulan Juwita Sianturi.
Terimakasih atas kebersamaan, dan cerita yang tak terlupakan, semoga
persahabatan ini tidak putus oleh ruang dan waktu.
11.Teman-teman Agribisnis 2011 baik NPM ganjil dan genap; Lukyta,
Adyguna WFS, Arif, Rian, Fadhloli, Endah, Yuda, Graha, Gustam,Sonya,
Intan, Dino, Agun, Clara S.P., Yanuar S.P., Azmi, Habibi, Asih, , Haliana,
Tami, Ical, Fadlan, Bram, Radot, Ratu, Desta, Dila, Ade, Pe’I, Didit, Fika,
Mak Ayu, Bi Su, Anton, Fadel, Yeni, Aan, Ikhwan, Wiji, Deni, Evi,
Frisca, Galuh, May, Mona, dll yang tak bisa disebutkan satu per satu.
Terimakasih atas segalanya.
12.Terimakasih untuk senior-senior yang mengispirasi Mbak Meitri Sugesti,
S.P., Kak Kholis Meizari, S.P., Mbak Fitria M. Sari, S.P., Mbak Andini F.
Hadi, S.P., Kak M. Nurul Huda, S.P., Mbak Rahayu Ningsih, S.P., Mbak
Sri W., S.P., Bang Jale, S.P., Bang Hendra, Bang Riza, Bang Reza, Kak
Seta, Kak Debi, Mbak Meta, Mbak Febri, Mbak Yunita, S.P., Mbak Madu,
S.P., Mbak Dedeh Kurniasih,S.P., Mbak Tasya Juwita, S.P., dkk.
13.Terimakasih untuk Tim Administrasi Jurusan Agribisnis; Mba Ai, S.P.,
Mba Fitri, S.P., Mba Iin, A.Md., Bang Boim, Mas Bo, Mas Kardi, dkk.
14.Sahabat sahabat saya di DPM U KBM Unila Ani Dahlia, Yuliana
Qomariyah, S.H., Bertha Braja, Ridwan Kususma, Isnaini Rahmadi, Nur
Rohman, Ari Susanto, Oka Amsal, Eva Yulianti, Erma, Anisa, Iin
Fadhila,S.Pd., Virgi, Tendy S.Pd., Tiyas S.Pd., Anggi, Eko, Johan,
Lintang, Hamdani, Dian S.Pd., Agung, Abe, Resti, Rabiah, Rido S.Si.,
Ridwan Saleh, Muji, Nurul, Suci, Ule S.Pd., Ijal, dkk.. Terimakasih atas
15.Rekan-rekan KKN Tematik Kec. Banjar Agung; Dani, Lexi, Risa, Ocy,
Hamid, Kak Deni, Eko, Sarkoni, Dimas, Mba Siti, Aan, Leon, Nadir, dkk.
Terimakasih atas support dan kerjasamanya.
16.Keluarga besar Kampung Moris Jaya tempat dimana saya mengabdi dalam
rangka KKN Tematik 2014/2015, terimakasih Pak Parno, Bu Tini, Pak
Jono, Pak Fathurohman, Kak Dana, Pak Mukhlis, dkk atas pelajaran dan
pengalaman berharga yang tak terlupakan.
17.Saudara-saudara perjuangan di Natar, Mbak Siska Ratih, S.Sos., Mbak
Amel, S.P., Kak Diktri, S.T.P., Mbak Yuwana, S.Si., Kak Joni Susanto,
S.Si. MM., Mustaqim, Nyoto, Okta, Riska, Mba Windy, Qori, K imam,
Titin, Mba Mitha, dkk
18.Lembaga lembaga naungan saya ROHIS SMA N1 NATAR, TKS SMA N
1 NATAR, HIMASEPERTA, Birohmah Unila, FOSI FP, BEM U KBM
Unia, dan DPM U KBM Unila. Terimakasih atas bimbingan dan
pengalaman yang tak ternilai.
Semoga segala kebaikan dibalas kebaikan. Penulis menyadari bahwa masih ada
kekurangan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi pembaca. Aamiin
Bandar Lampung, 24 November 2015 Penulis
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Peningkatan dalam pembangunan perekonomian di Indonesia sebagian besar
dipengaruhi oleh petumbuhan di sektor industri dan sektor pertanian. Sektor
industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses
industri didapatkan dari sektor pertanian, maka sektor pertanian memiliki
peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian identik
dengan sistem agribisnis dengan berbagai subsektornya yakni tanaman pangan
dan hortikultura, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Subsektor
peternakan merupakan bagian dari pembangunan keseluruhan yang bertujuan
untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang
bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan petani peternak, serta menambah
devisa dan memperluas kesempatan kerja.
Saat ini agribisnis berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang
tumbuh pesat ketika ketersediaan lahan menjadi terbatas. Dalam sistim usaha
tani memerlukan lahan yang besar untuk mendapatkan jumlah produksi besar,
namun dengan ketersediaan lahan yang terbatas akan memicu efisiensi dan
2
dijadikan salah satu alternatif yang menjanjikan nilai keuntungan di masa
depan (Arifin, 2004). Usaha peternakan di Indonesia terdiri atas ternak sapi
potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras
petelur, ayam ras pedaging, dan itik. Salah satu komoditas peternakan yang
paling populer di dunia usaha peternakan adalah ayam ras pedaging (broiler).
Usaha ternak ayam broiler memiliki prospek yang cerah karena minat
masyarakat untuk mengkonsumsi ayam broiler cukup tinggi ( Setyono dan
Ulfah, 2012).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pola hidup sehat.
Sebagaimana diketahui, tren pangan organik dalam negri secara umum
direspon positif, mulai dari beras organik, sayuran organik, hingga broiler
organik/probiotik. Sehingga menurut keterangan tersebut permintaan ayam
probiotik saat ini meningkat. Faktor yang mempengaruhi permintaan ayam
probiotik adalah harga ayam probiotik, harga ayam broiler non probiotik, harga
ayam buras, jumlah anggota keluarga, dan pengetahuan tentang kesehatan
(Hadi, Ismono, dan Yanfika, 2015).
Ayam probiotik adalah ayam broiler yang dipelihara secara organik, yakni
dengan menggunakan probiotik dan herbal jamu sebagai tambahan pakan dan
antibiotik. Sehingga tidak terdapat residu bahan kimia dalam tubuh ayam ,
serta menghasilkan daging ayam yang sehat sehingga aman dikonsumsi dan
baik bagi kesehatan (Direktur jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian, 2014). Peluang bisnis usaha ternak ayam probiotik sangat besar
peternak broiler biasa sebab sasaran pasarnnya berbeda (Jayanata, dan
Harianto, 2011). Sedikitnya jumlah peternak ayam probiotik menyebabkan
rendahnya tingkat persaingan sehingga harga jual relatif stabil dan lebih tinggi
dibandingkan dengan harga broiler biasa. Provinsi Lampung merupakan salah
satu penghasil ayam probiotik. Usaha ternak ayam probiotik di Lampung
berada di Kota Metro. Kota Metro merupakan daerah sentra usaha ternak yang
memiliki usaha ternak ayam probiotik satu-satunya di Lampung yang
diprakarsai oleh Kelompok Peternak Ayam (KPA) Berkat Usaha Bersama
(BeUBe) (Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
2014). Oleh sebab itu, lokasi dan komoditas tersebut dipilih untuk diteliti.
KPA BeUBe memiliki distributor besar di Jakarta yang bernama Natura
Pangan sehingga wilayah pemasarannya dapat menembus pasar interlokal.
Jumlah penjualan daging karkas ayam probiotik KPA BeUBe dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata penjualan daging karkas ayam probiotik KPA BeUBe tahun 2012-2014
No. Regional Jumlah Penjualan (ekor/tahun)
2012 2013 2014
1. Jakarta 33.072 82.680 89.294
2. Bandung 2.640 6.600 7.128
3. Bali 4.800 12.000 12.960
4. Bekasi 960 2.400 2.592
5. Tambun 960 2.400 2.592
6. Metro 2.400 6.000 6.480
7. Bandar Lampung 3.840 9.600 10.368 Total 48.672 121.680 131.414
Sumber : Profil KPA Berkat Usaha Bersama, 2014
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa jumlah penjualan daging karkas
4
dengan wilayah pemasaran terbesar berada di Kota Jakarta dan Bali.
Berdasarkan hasil prasurvey (2015) permintaan daging ayam probiotik di Kota
Jakarta bertambah, bahkan saat ini Singapore dan Papua (Freeport) mulai
melakukan Purchase-Order (PO) karkas ayam probiotik pada KPA BeUBe.
Namun hal tersebut belum dapat terpenuhi sebab jumlah produksi ayam
probiotik lebih rendah dari jumlah permintaannya. Sedikitnya jumlah produksi
ayam probiotik dipengaruhi oleh jumlah populasi ayam probiotik yang
dibudidayakan oleh peternak.
Menurut AD/ART KPA BeUBe usaha ternak ayam probiotik adalah usaha unit
skala mikro sehingga jumlah populasi ayam yang dibudidayakan setiap
peternak ditentukan yaitu antara 500-2000 ekor per sesuai dengan kemampuan
dan ketersediaan lahan yang dimiliki setiap peternak. Oleh sebab itu untuk
meningkatkan jumlah produksi ayam probiotik KPA BeUBe dapat
mengembangkan usahanya dengan menambah jumlah populasi ayam atau
menambah anggota peternak. Namun untuk melakukan hal tersebut
dibutuhkan suatu evaluasi terhadap kelayakan pengembangan usaha agar
mendapatkan keputusan terbaik sebelum dilakukan pengembangan sebab untuk
memulai usaha ini dibutuhkan modal atau biaya investasi yang besar.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin meneliti kelayakan usaha
ternak ayam probiotik yang dikelola oleh KPA BeUBe yang dilihat dari aspek
finansial, aspek teknis, aspek pemasaran, dan aspek sosial terhadap daerah
B. Rumusan Masalah
KPA BeUBe adalah kelompok peternak ayam probiotik yang berperan sebagai
fasilitator faktor produksi, pengolah, dan pemasar ayam probiotik bagi
peternaknya. Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat terhadap
pola hidup sehat, jumlah permintaan karkas ayam probiotik semakin
meningkat. Hal ini tentu menjadi pendorong pengembangan usaha bagi KPA
BeUBe untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Pada hasil penelitian Hadi, Ismono, dan Yanfika (2015) menyimpulkan bahwa
jumlah produksi ayam probiotik KPA BeUBe lebih rendah dibanding dengan
jumlah produksi peternak ayam broiler, maka laba yang didapatkan pun lebih
rendah pula. Laba usaha dapat ditingkatkan jika peternak memiliki modal
cukup untuk menambah populasi DOC yang dipelihara dan dapat menekan
biaya produksi.
Saat ini jumlah populasi produksi ayam probiotik KPA BeUBe adalah
sebanyak 26.800 ekor per musim. Dengan jumlah tersebut tentu tidak dapat
memenuhi permintaan pasar dan meningkatkan laba produksinya. Oleh sebab
itu untuk meningkatkan jumlah produksi ayam probiotik KPA BeUBe dapat
mengembangkan usahanya dengan menambah jumlah anggota peternak.
Namun untuk melakukan hal tersebut dibutuhkan suatu evaluasi terhadap
kelayakan pengembangan usaha agar mendapatkan keputusan terbaik sebelum
6
Sebagaimana dengan usaha-usaha lainnya, usaha ternak ayam probiotik juga
menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari
sisi pengeluaran maupun pemasukan yang akhirnya akan mempengaruhi
tingkat kelayakan suatu usaha. Hal tersebut adalah pengaruh perubahan faktor
input dan output seperti biaya produksi dan jumlah produksi. Faktor input
yang dimaksud adalah harga DOC, dan pakan, karena harganya yang fluktuatif
seringkali kedua faktor ini berpengaruh terhadap biaya dan penerimaan
peternak.
Menurut penelitian Daud (2005) ternak yang diberi penambahan probiotik dan
prebiotik baik digunakan untuk menggantikan antibiotik dalam ransum karena
tidak menimbulkan residu metabolik dalam jaringan ternak. Sehingga hal ini
menjelaskan bahwa dengan adanya tambahan probiotik pada ransum ayam ras
pedaging belum tentu dapat membantu mengurangi konsumsi pakan yang
dapat menekan pengeluaran biaya operasional produksi ayam probitik. Oleh
sebab itu diperlukan pula analisis sensitivitas terhadap beberapa kemungkinan
yang terjadi. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka terdapat beberapa
hal yang akan menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah usaha ternak ayam probiotik KPA Berkat Usaha Bersama layak
dikembangkan apabila dilihat dari aspek finansial, teknis, pemasaran, dan
sosial?
2. Bagaimanakah tingkat sensitivitas kelayakan usaha ternak ayam probiotik
C.Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, dapat
dirumuskan tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kelayakan usaha ternak ayam probiotik KPA Berkat Usaha
Bersama yang dilihat dari aspek finansial, teknis, pemasaran, dan sosial
2. Menganalisis tingkat sensitivitas terhadap kelayakan usaha ternak ayam
probiotik KPA Berkat Usaha Bersama apabila terjadi kenaikan harga
DOC, harga pakan, dan penurunan produksi
D.Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
1. Sebagai bahan informasi KPA Berkat Usaha Bersama di Kota Metro untuk
meningkatkan usahanya supaya lebih baik
2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dan kebijakan
untuk perbaikan usaha ternak ayam probiotik
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak (akademisi) yang
8
II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A.Tinjauan Pustaka
1. Kebijakan Usaha Peternakan
Peternakan merupakan salah satu faktor penunjang penting yang perlu
diselenggarakan dengan tertib dan teratur dalam rangka melaksanakan
pembangunan nasional, sehingga dapat diperoleh ternak yang baik dan sehat
oleh karena perlu diatur usaha peternakan dengan peraturan pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1977
tentang Usaha Peternakan Pasal 1 menjelaskan bahwa Perusahaan
Peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus
menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan
komersil yang meliputi kegiatan menghasilkan ternak (ternak bibit/ternak
potong), telur dan susu serta usaha menggemukkan suatu jenis ternak
termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya, yang untuk
tiap jenis ternak melebihi dari jumlah yang ditetapkan untuk tiap jenis
ternak pada peternakan rakyat. Peternakan rakyat adalah usaha peternakan
yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang jumlah maksimum
3 Ayat 1 dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
1977 jenis peternakan dapat digolongkan menjadi:
a. Peternakan unggas, yang terdiri dari bidang:
1) peternakan ayam telur;
2) peternakan ayam daging (broiler);
3) peternakan ayam bibit;
4) peternakan unggas lainnya.
b. Peternakan kambing dan domba;
c. Peternakan babi;
d. Peternakan sapi potong
e. Peternakan kerbau potong
f. Peternakan sapi perah
g. Peternakan kerbau perah
h. Peternakan kuda.
Setiap perusahaan peternakan wajib memiliki izin usaha peternakan. Izin
usaha peternakan dapat diberikan kepada:
a. Badan Hukum Indonesia
b. Perorangan Warga Negara Indonesia.
Setiap izin usaha peternakan dikenakan iuran izin usaha peternakan yang
besarnya serta tata cara pemungutan, penyetoran, dan penggunaannya
ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri setelah mengadakan konsultasi dan
10
2. Usaha Peternakan Ayam Broiler
Usaha peternakan ayam broiler menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian
Republik Indonesia No 472/KPTS/TN.330/6/1996, peternakan ayam broiler
dengan jumlah ternak yang dipelihara tidak melebihi 15.000 ekor per
periode adalah usaha budidaya ayam ras yang dilakukan oleh perorangan
secara individual atau kelompok usaha bersama (koperasi), sedangkan
jumlah minimum yang harus dimiliki perusahaan peternakan adalah 5.000
ekor per periode produksi (Suharno, 2004).
Usaha peternakan ayam broiler pada awalnya merupakan usaha sampingan
dari usaha peternakan ayam petelur dan masih jauh dari jangkauan usaha
ekonomi yang berorientasi produksi dan pasar. Hal ini terjadi pada tahun
1960 sampai tahun 1969 dimana struktur usaha belum terpisah berdasarkan
spesialisasi karena semua kegiatan agribisnis ayam broiler bersatu dalam
peternakan itu sendiri, mulai dari pembuatan pakan dan pengadaan bibit
(Yusdja, 2004).
Pada tahun 1970, usaha yang berasal dari hobi tumbuh dan berkembang
pada skala yang lebih besar dengan struktur yang tetap terintegrasi dan
mempunyai orientasi produksi untuk pasar. Seiring dengan perkembangan
zaman, usaha ternak ayam broiler semakin berkembang dengan pesat baik
3. Klasifikasi Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari
bangsa-bangsa ayam yang memliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging ayam. Ayam ras pedaging mulai dikenal di Indonesia
sejak tahun 1980-an, walaupun galur murninya sudah diketahui pada tahun
1960-an ketika peternak mulai memeliharanya. Berikut adalah galur murni
ayam ras pedaging (Mulyadi, 2014):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Subkelas : Neornithes
Ordo : Galliformis
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
Strain ayam ras pedaging berasal dari persilangan ayam white plymounth
rock dengan white cornish yang telah mengalami seleksi gen selama
bertahun tahun. Sehinga hanya dalam waktu produksi 35-40 hari sudah
dapat dipanen, menghasilkan daging, dan menguntungkan secara ekonomis.
Broiler strain cobb memiliki keunggulan dan karakteristik tersendiri, yaitu
titik tekan pada perbaikan FCR (Feed Convertion Ratio), dan
pengembangan genetik diarahkan kepada pembentukan daging dada
12
Pada mulanya masyarakat sudah terbiasa untuk mengkonsumsi ayam
kampung sehingga pemasaran ayam broiler semakin sulit. Pada akhir
periode 1980-an pemerintah mencanangkan penggalakan konsumsi daging
ayam untuk menggantikan konsumsi daging ruminansia yang saat itu
semakin sulit keberadaannya. Sehingga ayam broiler komersial atau ayam
broiler final stock mulai dikenal dan secara perlahan mulai diterima
masyarakat (Rasyaf, 2004).
4. Konsep Ayam Broiler Organik (Ayam Probiotik)
Ayam broiler merupakan ayam yang memiliki pertumbuhan cepat dan dapat
mengkonversi pakan yang dikonsumsi secara optimal menjadi daging.
Sementara itu broiler organik merupakan ayam ras pedaging yang
pemeliharaannya tanpa pemberian bahan kimia seperti obat-obatan,
antibiotik, maupun vitamin buatan pabrik. Untuk meningkatkan kekebalan
tubuhnya, selama pemeliharaan ayam tersebut diberi asupan probiotik dan
herbal. Pemberian probiotik tidak hanya digunakan sejak bibit ayam atau
DOC masuk kandang hingga masa panen, tetapi juga pasca panen yaitu pada
proses pembersihan setelah ayam dipotong. Menurut Standar Internasional
(SI), daging organik harus memiliki kriteria sebagai berikut (Jayanata dan
Harianto, 2011) :
a. Berasal dari bibit yang ditetaskan atau dilahirkan dari induk yang
dipelihara secara organik
b. Selama pemeliharaan dan pembesaran, sama sekali tidak menggunakan
c. Pemberian pakan menggunakan bahan-bahan alami tanpa imbuhan
kimia
d. Pengkondisian kandang tidak menggunakan bahan-bahan kimia
e. Dipotong dan dibersihkan tidak menggunakan bahan-bahan kimia, serta
mengunakan air yang terjamin kebersihan dan terbebas dari kandungan
kimia.
5. Perbedaan Ayam Broiler Kualitas Organik (Ayam Probiotik) dan Ayam Broiler Non Organik
Secara teknis pemeliharaannya ayam broiler terbagi menjadi dua yakni
ayam broiler organik dan ayam broiler non organik. Untuk
membedakannya ayam broiler organik biasanya disebut sebagai ayam
probiotik, sedangkan ayam broiler non organik biasanya tetap disebut
sebagai ayam broiler saja. Beberapa perbedaan antara ayam probiotik dari
ayam broiler yakni sebagai berikut (KPA Berkat Usaha Bersama, 2014).
a. Dilihat dari segi pemeliharaannya, pakan yang diberikan untuk ayam
probiotik tetap sama dengan ayam broiler namun tidak diberi vaksin,
obat-obatan kimia, atau antibiotik. Namun sebagai gantinya, ayam
probiotik hanya diberikan jamu dan probiotik (mikroba) untuk
perkembangan performa ayam, jamu digunakan sebagai minuman ayam,
probiotik digunkan sebagai campuran dalam minuman dan pakan
14
[image:35.595.155.513.137.287.2]b. Dilihat dari segi fisik
Tabel 2. Perbandingan fisik ayam probiotik dan ayam broiler biasa
Ayam probiotik Ayam broiler biasa Warna daging merah muda dan serat
lebih halus
Warna daging pucat, tekstur lembek, dan serat kasar
Tidak ada sisa darah serta bau tidak amis Banyak sisa darah dan bau amis sangat menyengat
Kandungan lemak sangat sedikit Banyak kandungan lemak menempel pada kulit dan daging
Megandung banyak lendir dan berbau anyir
Sumber : KPA Berkat Usaha Bersama, 2014
c. Dilihat dari segi mortalitas, ayam probiotik lebih rendah tingkat
kematiannya daripada ayam broiler, yakni dari 100 ekor tingkat
mortalitas sejak awal hingga masa panen hanya sebesar 5 persen atau
bahkan 0 persen. Hal ini karna dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
(KPA Berkat Usaha Bersama, 2014):
1) Kandang ayam probiotik adalah bukan kandang panggung, sehingga
dapat mengurangi potensi cidera pada ayam akibat terjepit bambu
lantai
2) Pengaruh jamu-jamuan yang diberikan kepada ayam sehingga
menguatkan sistem imun ayam
3) Pengaruh probiotik yang diberikan kepada ayam sehingga kotoran
ayam tidak terlalu bau, menekan pertumbuhan lalat, sehingga
menekan penyebaran penyakit
d. Dilihat dari harga penjualan, harga jual ayam probiotik adalah statis
sedangkan harga jual ayam broiler disetiap periodenya adalah fluktuatif
pada bulan tertentu.
Broiler yang dipelihara secara organik memiliki berbagai keunggulan baik
dari segi kandungan gizi, fisik, maupun rasa. Berbagai keunggualan ayam
broiler organik berdasarkan kandungan gizi, residu kimia, dan tampilan
[image:36.595.134.517.306.423.2]dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Perbandingan kandungan ayam probiotik dengan broiler biasa
Deskripsi Ayam probiotik Ayam broiler biasa Kolesterol 59.7 mg/100 g 80-100 mg/100 g
Lemak 9.15% 21-25 %
Protein 19% 17 %
Kadar air 64.9% 68-74 %
Salmonella dan E. Coli Tidak terdeteksi Terdeteksi Antibiotik Negatif Positif
Pb < 0.05 Maks 0.05 mg
Hg <0.0005 Maks 0.03 mg
Arsenic <0.0002 Maks 0.05 mg
Sumber : www.pronic.co.id dalam Jayanata dan Harianto, 2011
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan beberapa keunggulan kandungan ayam
kualitas organik (ayam probiotik) yakni sebagai berikut:
1. Rendah kolesterol. Kandungan kolesterol broiler organik yang
dihasilkan pada tabel diatas hanya sebesar 59.7 mg/100 gram daging
ayam. Sedangkan, kandungan kolesterol broiler biasa 80-100 g/ daging
ayam
2. Rendah lemak. Lemak yang ada dalam broiler kualitas organik hanya
sekitar sepertiga dari kandungan lemak dalam broiler biasa
16
4. Rendah kandungan air (lebih rendah hingga 10 persen dibandingkan
dengan broiler biasa)
5. Cemaran logam dan kimia yang jauh dibawah standar minimum
6. Tinggi protein (meningkat 2 persen dari kandungan protein dalam
broiler biasa)
6. Faktor Produksi Peternakan Ayam Probiotik
Sarana produksi yang digunakan dalam produksi ternak ayam probiotik
yaitu:
a. Lahan
Lokasi lahan untuk peternakan ayam ras pedaging atau ayam broiler
sebaiknya harus jauh dari lokasi pemukiman penduduk. Lokasi
hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi
pemasaran agar terhindar dari resiko kematian yang tinggi, biaya
transportasi yang dikelurkan rendah, serta kondisi ayam dapat lebih
segar. Selain itu lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis
agar terhindar dari penggusuran (Rasyaf, 2004).
b. Kandang dan Peralatan Kandang
Kandang memegang peranan penting dalam sebuah peternakan ayam
pedaging. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang
memenuhhi persyaratan teknis, sehingga kandang dapat berfungsi
melindungi ternak ayam pedaging terhadap lingkungan yang merugikan,
mempermudah tatalaksana, menghemat tempat, menghindari dari
langsung dengan unggas lain (Mulyadi, 2014). Peralatan kandang yang
digunakan dalam usaha ternak ayam pedaging adalah tempat pakan,
tempat minum, tempatpakan, lampu listrik, litter(layer dinding kandang)
dan peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam,
dan blower atau kipas angin.
Iklim kandang yang cocok untuk berternak ayam pedaging berkisar
32,2-35oC, sedangkan kelembaban sekitar 60-70 persen. Adapun penerangan
atau pemanasan kadang sesuai dengan aturan yang ada. Tata letak
kandang diupayakan agar mendapatkan sinar matahari di pagi hari,
sirkulasi udara juga diusahakan dengan baik (Mulyadi, 2014). Adapun
syarat konstruksi kandang yang baik adalah :
1) Terdapat sirkulasi udara
2) Arah kandang membujur timur-barat untuk mengurangi sengatan
matahari
3) Tinggi tiang harus ideal, yakni 7 meter ke atap dan 4 meter ke tepi.
4) Kapasitas kandang harus ideal, yakni 1 meter per 9 ekor ayam
5) Atap kandang disesuaikan dengan iklimnya
c. Day Old Chick (DOC)
Day Old Chick (DOC) adalah komoditas unggulan perunggasan hasil
persilangan dari jenis-jenis ayam berproduktifitas tinggi yang memiliki
nilai ekonomis tinggi. Salah satu ciri khas yang dimiliki komoditas
adalah memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Menurut Hardjosworo
18
tentang persyaratan mutu bibit ayam broiler yakni ; (1) bobot kuri untuk
umur sehari atau DOC adalah 37 - 45 gram, (2) kondisi bibit sehat, (3)
kaki normal dan dapat berdiri tegak, (4) tampak segar dan aktif, (5) tidak
terdehidrasi, (6) tidak ada kelainan bentuk dan cacat fisik, (7) sekitar
pusar dan dubur kering, serta pusar tertutup, (8) warna bulu seragam,
sesuai warna galur (strain) serta kondisi bulu kering dan berkembang, (9)
jaminan kematian kuri/DOC pada saat penerimaan minimal 2 persen.
Bibit yang baru tiba, dilakukan penanganan dimulai dari:
1) Penimbangan untuk mengetahui bobot rata-rata DOC
2) Penyeleksian untuk mengetahui kualitas DOC yang baik
d. Pemanas atau brooder
Pemanas buatan atau brooder berfungsi sebagai pengganti indukan alami
untuk memberi kehangatan bagi anak ayam yang baru menetas (DOC).
Suhu lingkungan kandang terutama pada awal pemeliharaan harus
diperhatikan agar tercipta suhu lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan
ayam. Pengaturan suhu lingkungan ini menjadi titik awal kesuksesan
peternakan. Selain sebagai penghangat, pemanas juga berfungsi
menstimulus fungsi-fungsi organ ayam, termasuk fungsi pengatur suhu
badan. Ayam merupakan hewan berdarah panas (homeothermal) yang
masih termasuk hewan peralihan dari hewan berdarah dingin ke hewan
berdarah panas sejati seperti mamalia. Karena itu, ketika baru menetas
pengatur suhu badannya belum berfungsi dengan sempurna. Untuk
mengatasi hal tersebut kandang harus dilengkapi dengan pemanas buatan
dikandang yakni infra red gas brooder (gasolek), semawar, serta
pemanas batu bara dan serbuk kayu (Jayanata dan Harianto, 2011).
e. Pakan
Pakan merupakan kumpulan bahan makanan pokok yang layak untuk
dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu. Aturan
tersebut mengikuti nilai kebutuhan gizi dari bahan makanan yang
digunakan. Rasyaf (2002) menyatakan bahwa pakan starter diberikan
pada ayam berumur 0-3 minggu, sedangkan pakan finisher diberikan
pada waktu ayam berumur 4 minggu sampai panen. Pemberian pakan
harus sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang dibedakan berdasarkan
tingkat umur.
Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi dua tahap.
Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1-20 hari), yang harus
mengandung kadar protein minimal 23persen. Sedangkan tahap kedua
disebut tahap penggemukan (umur diatas 20 hari), yang menggunakan
pakan berkadar protein sebesar 20 persen, jenis pakan biasanya tertulis
pada kemasannya, efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan feed
convertation ratio (FCR), cara menghitungnya adalah jumlah pakan
selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen, dimana
semakin rendah angka FCR maka semakin baik kualitas pakan, karena
20
Pada usaha pembesaran ayam probiotik ayam dapat diberi pakan buatan
pabrik atau pakan hasil racikan peternakan sendiri. Berikut persyaratan
[image:41.595.150.507.208.341.2]mutu standar pakan broiler
Tabel 4. Persyaratan mutu standar pakan broiler
Kandungan Jumlah
Kadar air (maksimum) 14.0% Protein kasar 18.0-23.0% Lemak kasar 2.5-7.0%
Serat kasar 7.0%
Abu 5.0-8.0%
Kalsium (Ca) 0.9-1.2%
Fosfor (P) 0.7-1.0%
Aflatoksin (maksimum) 50 ppb L-Lysine (maksimum) 1.1% DL-Methioniene (maksimum) 0.5%
Sumber : Standar Nasional Indonesia dalam Jayanata dan Harianto, 2011
f. Pencatatan atau Recording
Pencatatan atau recording dalam usaha peternakan ayam ras pedaging
sangat diperlukan pencatatan ini bertujuan untuk; (1) mengetahui tingkat
keberhasilan atau kegagalan dalam usaha ternak ayam pedaging baik
ditinjau dari segi tehnik maupun ekonomis, (2) memantau semua
kegiatan dalam budidaya ayam pedaging. (3) sebagai evaluasi dan tindak
lanjut kegiatan budidaya pada periode berikutnya (Rasyaf, 2002).
Pencatatan atau recording perlu dilakukan setiap hari meliputi kematian
ayam, penggunaan pakan, program pengobatan berat tubuh ayam,
vaksinasi dan pemberian vitamin. Hal ini perlu untuk mengetahui
perkembangan pertumbuhan ayam serta untuk mengontrol performance
Dalam pencatatan (recording) ayam ras pedaging biasanya berisi; (1)
nama perusahaan peternakan/farm, (2) nomor kandang, (3) strain ayam,
(4) tanggal tetas, (5) tanggal penerimaan, (6) jumlah ayam, (7) jumlah
kematian ayam, (8) pemberian pakan (9) vaksinasi( jenis, dosis dan cara),
(10) obat- obat yang digunakan (11) bobot badan ayam, dan (12)
konversi pakan (Rasyaf, 2002).
g. Sekam
Sekam adalah bagian dari bulir padi yang sudah terpisah setelah proses
penggilingan. Umumnya sekam dapat digunakan sebagai media bakar
batu bata, media lantai kandang hamster, media atau bahan kerajinan
tangan, dll. Pada usaha ternak ayam probiotik, semua kandang ayam
beralaskan sekam dengan ketebalan antara 8-10 cm. Sekam umumnya
dijual dengan harga Rp7.000 per karungnya. Berikut beberapa kelebihan
kandang beralaskan sekam (non panggung) yaitu sebagai berikut (KPA
Bekat Usaha Bersama, 2014):
1) Mengurangi angka cidera pada kaki ayam probiotik
2) Efisien tenaga dan biaya
3) Memudahkan peternak dalam pemeliharaan kandang
4) Memberikan rasa aman dari resiko jatuh atau kecelakaan kepada
peternak
Jumlah sekam yang digunakan per kandang berbeda-beda, ukurannya
22
dalam kandang tersebut yakni sebnyak 25 karung (KPA Berkat Usaha
Bersama, 2014).
h. Tenaga kerja
Tenaga kerja sangat diperlukan untuk kegiatan operasional kandang,
seperti pemberian pakan, pemberian minum, pelaksanaan vaksinasi,
pengaturan pemanas, pembersihan kandang dan sebagainya. Tenaga
kerja yang digunakan dalam usaha ternak ayam ras pedaging adalah
tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pengalaman di dunia
peternakan. Jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan jumlah populasi
ayam broiler yang dipelihara.
Umumnya jumlah populasi ayam sebanyak 4000-5000 ekor mampu
dipelihara oleh satu orang tenaga kerja, jika pengelolaan usaha ternak
secara manual atau tanpa alat-alat otomatis. Apabila pengelolaannya
menggunakan alat-alat otomatis seperti tempat minum otomatis, maka
satu orang tenaga kerja mampu memelihara sebanyak 10.000 ekor ayam
broiler (Rasyaf, 2002). Pada usaha ternak KPA BeUBe, tenaga kerja
yang digunakan biasanya adalah tenaga kerja dalam keluarga karena
populasi ayam yang dibudidayakan hanya berkisar 700-2.000 ekor per
kandang.
i. Probiotik dan herbal
Penggunaan probiotik dan herbal menjadi pembeda antara usaha ternak
broiler konvensional dan usaha ternak broiler kualitas organik yang
pabrik. Penggunaan herbal dalam pemeliharaan broiler organik berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga meminimalisasi serangan
penyakit pada ayam. Ayam menjadi lebih sehat dan kemungkinan
terserang penyakit sejak dipelihara hingga siap dipanen menurun.
Penggunaan herbal juga mampu meningkatkan nafsu makan ayam.
Selain itu kotoran yang dihasilkan ayam pun tidak terlalu bau.
Beberapa bahan yang digunakan sebagai bahan pembuat herba bagi
broiler adalah jahe, kunyit, kencur, temulawak, temu putih, temu ireng,
lempuyang, lengkuas, daun sirih dan bawang putih. Bahan yang
digunakan untuk membuat herbal memiliki banyak manfaat seperti
kunyit yang mengandung senyawa kurkumin dapat berfungsi sebagai
anti-mikroba dan anti-virus, temulawak bermanfaat untuk meningkatkan
nafsu makan ayam, sedangkan daun sirih dan bawang putih bekerja
sebagai antibiotik (Jayanata dan Harianto, 2011).
Probiotik adalah koloni kecil bibit mikroba yang berasal dari lambung
sapi, yang dikemas dalam campuran tanah, akar rumput, dan
daun-daunan atau ranting yang dibusukkan. Mikroba-mikroba tersebut
berfungsi sebagai penghuni protein, serat kasar, dan nitrogen fiksasi
nonsimbiotik. Dengan menambahkan probiotik kedalam ransum ayam
dan mengupayakan kadar amonia lebih rendah, maka bau menyengat
yang biasanya dicium disekitar kandang menjadi berkurang, karena
24
Menurut Fuller (1997), probiotik adalah makanan tambahan berupa
mikroba hidup, baik bakteri, kapang atau yeast yang dapat
menguntungkan bagi inangnya dengan jalan memperbaiki
keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan. Mikroba yang
dikatakan sebagai probiotik jika :
a. Dapat diisolasi dari hewan inangnya dengan spesies yang sama.
b. Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya.
c. Tidak bersifat patogen.
d. Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya.
e. Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang
lama selama penyimpanan.
Budiansyah (2004) menyatakan bahwa penggunaan probiotik sebagai
bahan aditif dapat memberikan keuntungan pada inangnya (terutama
dalam saluran pencernaan), diantaranya :
a. Efek nutrisional
Pemberian probiotik secara langsung memberikan efek
menguntungkan, seperti diantaranya pengurangan kemampuan
mikroorganisme patogen dalam memproduksi toksin, menstimulasi
produksi enzim indigenus yang dapat meningkatkan fungsi
pencernaan unggas, dihasilkannya vitamin dan substansi antimikrobial
b. Efek sanitari
Dengan adanya probiotik dapat menstimulasi respon kekebalan.
Mikroba probiotik dapat mengeluarkan toksin yang dapat
menghambat perkembangan mikroba patogen dalam saluran
pencernaan sehingga dapat meningkatkan kekebalan inangnya.
Toksin dari mikroba probiotik merupakan antibiotik bagi mikroba
patogen. Probiotik pada unggas bisa diberikan dalam campuran pakan
atau melalui air minum atau dalam bentuk probiotik yang hanya
mengandung satu macam strain mikroba.
7. Konsep Kelayakan
Studi kelayakan merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak
hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maximal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2003).
Pengkajian kelayakan atas suatu usulan proyek bertujuan untuk mempelajari
usulan tersebut dari segala segi secara profesional agar setelah usulan
tersebut diterima dan dilaksanakan, betul-betul dapat mencapai hasil sesuai
dengan yang direncanakan (Soeharto, 2001).
Untuk menilai layak tidaknya melakukan investasi dalam pembangunan
proyek tersebut, umumnya aspek yang perlu dikaji meliputi
aspek-aspek pasar, teknis, finansial, dan ekonomi. Pengkajian tersebut tidak
26
a. Aspek pemasaran
Pengkajian aspek pasar berfungsi menghubungkan manajemen suatu
organisasi dengan pasar yang bersangkutan melalui informasi.
Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi
kesempatan serta permasalahan yang berkaitan dengan pasar dan
pemasaran. Dengan demikian, hal itu diharapkan dapat meningkatkan
kualitas keputusan-keputusan yang akan diambil. Menurut Husnan dan
Suwarsono (2000), aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang:
1) Permintaan, baik secara total maupun diperinci dan proyeksi
permintaan dimasa mendatang.
2) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun impor.
Perkembangan dimasa lalu dan yang akan datang, jenis barang yang
menyaingi, dan sebagainya.
3) Harga, perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam
negri lainnya, serta pola perubahan harganya
4) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan
digunakan marketing mix, identifikasi siklus kehidupan produk, dan
pada tahap apa produk akan dibuat.
5) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang
bisa dikuasai perusahaan.
Pemasaran ayam ras pedaging dilakukan dengan menjalin hubungan
dengan penyalur daging ayam dibeberapa tempat yang telah ditentukan,
yang mempunyai pangsa kemajuan pasar. Sehingga pasokan daging
2014). Pada umumnya ayam ras pedaging dapat dipanen pada usia
sekitar 7-8 minggu. Namun, tetap disesuaikan dengan permintaan dan
selera konsumen. Ayam ras pedaging di Indonesia dipasarkan dalam
bentuk hidup langsung ke pedagang pengumpul atau distributor tanpa
seleksi, namun ada juga yang dipasarkan dalam bentuk karkas seperti
yang dilakukan oleh KPA BeUBe. Pengolahan ayam menjadi karkas
merupakan satu kesatuan dengan aktivitas pemasaran karena
berhubungan erat dengan pembeli akhir. Jadi, perlu disadari bahwa
bentuk harus dipilih dahulu sebelum aktivitas pemasarannya dirancang,
organisasinya dibentuk, petugasnya diambil dan diarahkan dengan baik,
serta aktivitas kandang diawasi (Rasyaf, 2000).
b. Aspek teknis dan produksi
Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudnkan untuk
memberikan batasan atas garis besar parameter-parameter teknis yang
berkaitan dengan pewujudan fisik proyek. Pengkajian aspek teknis amat
erat hubungannya dengan aspek-aspek lain, terutama aspek enonomi,
finansial, dan pasar. Pada dasarnya lingkup pengkajian aspek teknis
terdiri dari (Soeharto, 2001):
1) Penentuan letak geografis lokasi
Dalam hal ini faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah sumber
bahan baku, daerah pemasaran, tenaga kerja dan transportasi,
tersedianya fasilitas pendukung lain, seperti prasarana, utiliti, dan
28
2) Pemilihan teknologi produksi
Pemilihan teknologi produksi, berarti memlilih proses menghasilkan
produk atau jasa, yang pada tahap berikutnya akan menentukan
macam peralatan dan “design-engineering”.
3) Denah instalasi
Penentuan denah instalasi besar pengaruhnya teradap efisiensi
produksi dan keselamatan kerja. Ini dikerjakan dengan
mempertimbangkan parameter-parameter penampungan dan
penyimpanan produk, letak peralatan, hubungannya dengan proses
produksi, ruang gerak, dan penanganan material.
4) Kapasitas produksi
Kapasitas produksi memberikan plafon atas produksi yang dapat
dicapai oleh suatu instalasi hasil proyek. Plafon ini memberikan
paramter unutk perhitungan dan pengkajian selanjutnya, seperti
“desain-engineering”, perhitungan titik produksi dan lain-lain
5) Bangunan instalasi
Peneranagan yang cukup serta warna cat yang sesuai merupakan
kebutuhan pokok operasi dan menumbuhkan rasa nyaman ditempat
kerja. Disamping itu, di banyak negara telah diberlakukan peraturan
kebisingan yang tidak boleh melampaui ambang batas, bila berlebihan
akan mengganggu kesehatan dan mengurangi konsentrasi berfikir.
c. Aspek manajemen dan SDM
Menurut Umar (2003), bahwa manajemen dalam pembangunan proyek
saja dengan manajemen dalam manajemen lainnya. Ia berfungsi untuk
aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian. Aspek SDM bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
pembangunan dan implementasi bisnis diperkirakan layak atau
sebaliknya dilihat dari ketersediaan SDM. Kesuksesan suatu
perencanaan dan pelaksanaan pembangunansebuah proyek bisnis sangat
tergantung pada SDM yang solid, yaitu manajer, dan tim-nya.
d. Aspek hukum
Aspek ini mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan,
jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber
dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, izin yang
diperlukan dan sebagainya (Husnan dan Suwarsono, 2000).
e. Aspek sosial
Tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya, namun perusahaan tidak dapat hidup sendirian. Perusahaan
hidup bersama-sama dengan komponen lain dalam satu tatanan
kehidupan yang kompleks. Salah satu komponen yang dimaksud adalah
lembaga sosial, sehingga dalam rangka keseimbangan tadi, hendaklah
perusahaan memiliki tanggung jawab sosial.
Suatu usaha hendaknya memiliki manfaat-manfaat sosial yang dapat
diterima oleh masyarakat seperti :
1) Membuka lapangan kerja baru
30
3) Meningkatkan mutu hidup (Umar, 2003).
f. Aspek dampak lingkungan
Aspek ini harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
beroperasinya proyek-proyek industri. Manusia dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan melakukan
aktifitas yang makin lama makin mengubah lingkungan (Umar, 2003)
g. Aspek finansial
Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek
bisnis adalah untuk menentukan rencanan investasi melalui perhitungan
biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membenadingkan antara
penegeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal,
kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu
yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang
terus (Umar, 2003).
Menurut Gittinger (2008) aspek-aspek finansial dari persiapan dan
analisa proyek menerangkan pengeruh-pengaruh finansial dari suatu
proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang tergabung didalamnya.
Dalam proyek-proyek pertanian, para peserta terdiri dari para petani,
perusahaan-perusahaan sektor swasta, koperasi umum,
lembaga/badan-badan proyek, dan mungkin kantor bendahara nasional (Departemen
Keuangan). Tujuan utama analisa finansial terhadap usaha pertanian
(farms) adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang
Uraian analisa finansial pada suatu proyek akan tergantung pada rumit
tidaknya proyek tersebut.
8. Analisis Finansial
Ada enam tujuan utama analisa finansial untuk proyek-proyek pertanian
yaitu (Gittinger, 2008):
1. Penilaian pengaruh finansial
Menilai pengaruh-pengaruh proyek terhadap para petani, perusahaan
swasta dan umum, badan-badan pelaksana pemerintah dan pihak lain
yang turut serta dalam proyek tersebut. Penilaian ini didasarkan atas
keadaan finansial setiap peserta pada saat tersebut dan suatu proyeksi
keadaan finansial pada masa yang akan datang sejalan dengan
pelaksanaan proyek
2. Penilaian sumberdaya terbatas
Analisa investasi usaha tani dan analisa perbandingan (ratio) finansial
merupakan suatu alat yang cukup baik.
3. Penilaian insentif (penarik)
Pengamatan insentif secara finansial sangat dibutuhkan dalam penilaian
insentif pada para petani, manajer, dan pemilik (pemerintah) yang ikut
dalam proyek.
4. Ketetapan suatu rencana pembelajaran
Salah satu tujuan dasar analisa finansial adalah menghasilkan suatu
rencana yang menggambarkan keadaan finansial dan sumber-sumber
32
merupakan suatuuu dasar untuk menentukan jumlah dan waktu
pelaksanaan investasi oleh para petani dan penentuan tingkat
pembayaran serta kemungkinan penambahan kredit untuk mendukung
investasi yang telah ada.
5. Koordinasi kontribusi finansial
Rencana finansial mengikuti kontribusi finansial dari berbagai peserta
proyek. Koordinasi tersebut dibuat pada dasar dari proyeksi seluruh
finansial untuk proyek sebagai suatu keseluruhan
6. Penilaian kecakapan mengelola keuangan
Atas dasar proyeksi neraca finansial, khususnya untuk
perusahaan-perusahaan besar dan kesatuan (entity) proyek, analis dapat membuat
penilaian tentang kerumitan pengelolaan finansial proyek dan
kemampuan pimpinan dalam mengelola proyek. Dari penilaan tesebut,
analisa dapat mengetahui apakah diperlukan perubahan-perubahana
dalm organisasi dan kepemimpinan agar proyek diharapkan terlaksana
sesuai dengan jadwal dan apakah latihan-latihan khusus perlu diadakan.
Dalam analisa proyek ada beberapa kriteria yang sering digunakan untuk
menentukan diterima tidaknya suatu usulan proyek, atau untuk menentukan
pilihan antara berbagai macam usulan proyek (Kadariah, 1999). Kriteria
penilaian atau kriteria profitabilitas merupakan alat bantu bagi manajemen
untuk membandingkan dan memilih alternatif investasi yang tersedia.
Terdapat bermacam-macam kriteria yang dianggap baku yakni NPV, IRR,
Benefit-cost ratio, indeks profitabilitas, pay back periode, ROI, dll
1) Payback period (PP)
Payback period (PP) adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
mengambalikan modal suatu investasi, yang dihitung dengan arus kas
bersih. Arus kas bersih adalah selisih antara pendapatan dan pengeluaran
pertahun. PP biasanya dinyatakan dalam jangka waktu per tahun.
Kriteria ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek dengan
periode pengembalian lebih cepat akan lebih disukai (Soeharto, 2001).
Metode termudah untuk menghitug PP adalah dengan mengakumulasi
kas bersih dari proyek hingga mencapai nilai positif. Makin pendek
periode pengembalian maka semakin baik proyek tersebut (Weston,
1990). Metode ini masih digunakan secara luas karena beberapa
keuntungan yakni sebagai berikut:
a) Sederhana, menghitungnya tidak sulit, dan memberikan pengertian
yang mudah tentang waktu pengembalian modal (capital recovery)
b) Bagi proyek yang memiliki resiko yang semakin lama semakin tinggi,
atau perusahaan yang peka terhadap masalah likuiditas pada awal
investasi, maka dengan mengetahui kapan diperoleh pengambilan
modal, akan amat membantu memutuskan disetujui tidaknya proyek
tersebut. Jadi berlaku indeks resiko bagi investor.
c) Investasi yang menghasilkan produk dengan model yang relatif cepat
berubah atau usang, perlu diketahui kapan periode pengembalian akan
34
2) Return on investmen (ROI)
Pengembalian atas investasi (ROI) adalah perbandingan antara
pemasukan per tahun terhadap dana investasi yang memberikan indikasi
profitabilitas suatu investasi. Semakin besar ROI maka semakin disukai
oleh calon investor. Seperti halnya dengan Pay back period (Soeharto,
2001). Sampai saat ini ROI masih digunakan karena hal berikut :
a) Mudah dipahami dan tidak sulit menghitungnya
b) Tidak seperti periode pengembalian, lingkup pengkajian kriteria ini
menjadi seluruh umur investasi, sehingga wawasannya lebih luas
(Soeharto, 2001).
3) Net Present Value (NPV)
NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai
sekarang, kemudian menghitng angka bersihnya. Adapun arus kas
proyek yang akan dikaji meliputi keseluruhan yaitu, biaya pertama,
operasi, produksi, pemeliharaan, dan lain lain (Soeharto, 2001)
Kelebihan metode NPV yakni sebagai berikut:
a) Memasukkan faktor nilai waktu dari uang
b) Mempertimbangkan semua arus kas proyek
c) Mengukur besaran absolut dan bukan relatif, sehingga mudah
mengikuti kontribusinya terhadap usaha meningkatkan kekayaan
4) Internal rate of return (IRR)
Sering kali digunakan dalam menjelaskan apakah rencana proyek cukup
menarik bila dilihat dari segi tingkat pengembalian telah ditentukan.
Prosedur yang lazim digunakan untuk mengkaji IRR yaitu tingkat
pengembalian yang menghasilkan NPV arus kas masuk sama dengan
arus kas keluar (Soeharto, 2001). Internal rate of return adalah tingkat
diskonto yang menyamakan PV dari arus kas masuk proyek dengan PV
dari biaya proyek tersebut (Weston, 1990). Pada metode NPV analisis
analisis dilakukan dengan ditemtukan terlebih dahulu tingkat diskonto (i),
kemudian dihitung nilai sekarang bersih (NPV) dari arus kas masuk dan
arus kas keluar. Untuk IRR ditentukan dahulu NPV = 0, kemudian
dicari lagi berapa tingkat diskonto (i) agar NPV = 0 (Soeharto, 2001).
5) Indeks Profitabilitas (IP)
Ialah menunjukkan kemampuan menghasilkan laba per satuan nilai
investasi. Dengan demikian dalam batas atau syarat tertentu indeks
profitabilitas dapat digunakan untuk membandingkan secara langsung
menarik tidaknya usulan suatu proyek (Soeharto, 2001).
6) Net B/C Ratio
Penggunaannya adalah untuk mengevaluasi proyek-proyek dalam
kepentingan umum atau publik. Meskipun penekanannya kepada manfaat
atau benefit bagi kepentingan umum, namun bukan berarti perusahaan
36
9. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknis untuk menganalisis risiko dengan
mengubah-ubah variabel kunci dan mengamati pengaruhnya terhadap NPV
dan kriteria investasi lainnya (Weston, 1990). Menurut Gittinger (2008)
analisis sensitivitas proyek-proyek pertanian sensitif berubah-ubah akibat
masalah harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil yang
diperoleh. Teknis analisis sensitifitas hanya perlu menghitung lagi ukuran
kemanfaatan proyek dari estimasi baru dari satu atau lebih komponen seperti
biaya, harga, atau hasil dengan kriteria investasi yang diinginkan. Dengan
mengasumsikan komponen tersebut perkiraan persentase kenaikan atau
penurunan yang ditentukan.
10. Hasil Penelitian Terdahulu
Hadi, Ismono, dan Yanfika (2015), menjelaskan dalam penelitiannya yang
berjudul “Analisis Harga Pokok Produksi, Laba Usaha, dan Permintaan
Ayam Ras Pedaging Probiotik dan Non Probiotik di Kota Metro.” bahwa
harga pokok produksi (HPP) per kilogram pada usaha ternak ayam ras
pedaging probiotik lebih tinggi dibandingkan ayam ras pedaging non
probiotik. Perbedaan HPP disebabkan oleh jumlah produksi dan biaya
produksi ayam ras pedaging yang dikeluarkan. Laba usaha yang diperoleh
peternak ayam ras pedaging probiotik lebih rendah dibandingkan ayam ras
pedaging non probiotik karena jumlah penerimaan dan biaya produksi ayam
ras pedaging probiotik lebih kecil. Faktor yang mempengaruhi permintaan
jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang
kesehatan.
Yemima (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis usaha
peternakan ayam broiler pada peternakan rakyat di Desa Karya Bakti,
Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah,
menyimpulkan bahwa pendapatan peternak yang diperoleh dari usaha ayam
broiler dengan populasi 500 ekor adalah Rp8.450.461,33/tahun atau bila
dengan populasi 1.000 ekor adalah Rp16.900.922,7. Pendapatan petani
sebagai tenaga kerja (PPs