• Tidak ada hasil yang ditemukan

Museum Kereta Api Ambarawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Museum Kereta Api Ambarawa"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

MUSEUM KERETA API AMBARAWA

Diajukan untuk memenuhi matakuliah DI 38309 Tugas Akhir Semester ganjil tahun akademik 2013/2014

Oleh:

Aji Nurcahyo 52007004

PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(2)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR BAGAN ... Iv DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

LAMPIRAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Ide Dasar Perancangan... 5

1.3 Fokus Permasalahan ... 6

1.4 Permasalahan Perancangan ... 7

1.5 Maksud dan Tujuan Perancangan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORI DAN DATA ... 9

2.1 Pengertian Dasar ... 9

(3)

ii

2.3 Dasar Hukum ... 10

2.4 Jenis dan Status Museum ... 11

2.5 Fungsi dan Tugas Museum ... 14

2.6 Struktur Organisasi Museum ... 14

2.7 Pengertian Museum Kereta Api ... 19

2.8 Sarana Pameran ... 20

2.9 Studi Teknik Penyajian Display ... 21

2.10 Studi Teknik Pencahayaan ... 23

2.11 Studi Banding ... 24

BAB III KONSEP PERENCANAAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA ... 28

3.1 Deskripsi Proyek ... 28

3.2 Data Karakteristik User ... 31

3.3 Data Koleksi Museum ... 32

3.4 Alur Sirkulasi ... 38

BAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM KERETA API AMBARAWA ... 39

(4)

iii

4.2 Konsep Bentuk ... 40

4.3 Konsep Material ... 42

4.3 Konsep Ruangan ... 45

4.5 Konsep Sirkulasi ... 48

4.6 Konsep Display ... 51

4.7 Konsep Mebel ... 55

4.8 Konsep Warna ... 56

4.9 Konsep Pencahayaan ... 58

4.10 Konsep Penghawaan... 59

4.11 Konsep Keamanan ... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(5)

iv

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Pengelompokan Museum ... 12

Bagan 1.2 Struktur Organisasi Museum Tingkat Internasional ... 15

Bagan 1.3 Struktur Organisasi Museum Tingkat Pemerintahan ... 16

Bagan 1.4 Struktur Internal Museum Model A ... 17

Bagan 1.5 Struktur Internal Museum Model B ... 17

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perusahaan Kereta Api di Indonesia ... 30

Tabel 1.2 Informasi Besaran Koleksi Lokomotif ... 33

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perhitungan Jarak Visual Pandangan Mata ... 22

Gambar 2.2 Daerah Visual Vertikal Pandangan Mata ... 22

Gambar 2.3 Model Pencahayaan Buatan ... 23

Gambar 2.4 Rel kereta api ... 24

Gambar 2.5 Bahan bangunan museum ... 25

Gambar 2.6 Mesin pencetak tiket Edmondson ... 25

Gambar 2.7 Mekanisme pemindah jalur ... 26

Gambar 2.8 Vitrin berukuran kecil ... 26

Gambar 2.9 Vitrin berukuran besar ... 26

Gambar 2.10 Pedestal berukuran besar ... 27

Gambar 2.11 Pedestal berukuran kecil ... 27

Gambar 4.1 Ilustrasi bentuk Streamline ... 41

Gambar 4.2 Bentuk Streamline yang teraplikasikan dalam kendaraan41 Gambar 4.3 Arsitektur Lawang Sewu Semarang ... 42

(8)

vii

Gambar 4.4 Relief yang berbahan dasar GRC ... 44

Gambar 4.5 Hotel Hilton AS, menggunakan material lantai marmer . 44 Gambar 4.6 Gambar ilustrasi dari sebuah café di Amerika ... 53

Gambar 4.7 Hotel Savoy Homan Bandung ... 53

Gambar 4.8 Pencahayaan Pada Media Display ... 53

Gambar 4.9 Meja kerja bergaya Art Deco ... 55

Gambar 4.10 Logo dan warna PT. KAI Persero ... 56

(9)

viii

LAMPIRAN

Tabel Program Kebutuhan Ruang

Site Plan

Tampak Arsitektural A & B

Tampak Arsitektural C & D

Zoning Lantai 1

Zoning Lantai 2

Blocking Lantai 1

Blocking Lantai 2

General Layout Lantai 1

General Layout Lantai 2

Denah Ruang Khusus

Denah Lantai Ruang Khusus

Denah Ceiling Ruang Khusus

Tampak Potongan A-A’

Tampak Potongan B-B’

(10)

ix Tampak Potongan D-D’

Gambar Kerja Media Display

Detail Interior

Perspektif 1

Perspektif 2

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Yunus, dkk, Konsep Penyajian Museum, Dirjen Sejarah dan Purbakala

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011

Colin, Armand, Key Concepts of Museology, ICOM, 2010.

Heskett, Jhon, Industrial Design, Thames & Hudson, New York, 2001

Kecil Tetapi Indah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Kebudayaan Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, Jakarta,

1993

Lubis, Hary dan Ambar Mulyono, Glosarium Desain Interior, UNIKOM Prodi

Desain Interior Fakultas Desain, Bandung, 2008

Neufert, Ernst, Data Arsitek Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992.

Seminar Pengelolaan dan Pendayagunaan Museum di Indonesia, Proyek

Rehabilitasi dan Perluasan Museum DKI Jakarta, Jakarta, 1977

Sutaarga, Amir, Persoalan Museum di Indonesia, Jawatan Kebudayaan

Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Jakarta, 1962

Pedoman Teknis Pembuatan Sarana Pameran di Museum, Departemen

Pendidikan dan kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek

(12)

Panero, Julius & Martin Zelnik, Dimensi Manusia dan Ruang Interior,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

E book

E book, G. Rudiger dan H. Hoffmann, Handbook of Lighting Design, Erco:

diunduh pada 31 Oktober 2010

E Book: Akzo Nobel Decorative Paints (Dulux), Color Futures, International

Color Trends 2014: Diunduh pada 9 Agustus 2014

Internet

www.kereta-api.co.id/tentang-kami/sekilas-sejarah.html

(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi

Nama : Aji Nurcahyo

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 4 November 1989

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Tinggi, berat badan : 170cm, 52kg

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Jl.Babakan Sari I no. 271. Rt. 05 Rw. 14.

Kiaracondong, Bandung 40283.

Telepon, HP : 085 620 375 04

E-mail : Ajinrchy@yahoo.com

(14)

C. Pengalaman Organisasi

 2004-2007 : FIS (Forum Islamic Students) SMAN 16 Bandung

D. Pengalaman Kerja

 2013 : Magang PT. POS Indonesia Div. Property

 2013-2014 : Drafter CV.Bhinneka Kreasindo

E. Bidang Keahlian  Microsoft Office

 Adobe Photoshop

 Corel Draw

 Autodesk AutoCAD

 Google Sketchup

(15)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin,

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan

Laporan Pengantar Tugas Akhir yang berjudul “MUSEUM KERETA API

AMBARAWA”, sebagai salah satu syarat kelulusan pada jurusan Desain

Interior Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia .

Laporan Pengantar Tugas ini merupakan kumpulan dari berbagai ilmu

dan pengalaman yang telah penulis dapatkan selama dalam masa

perkuliahan. Dalam sistematika penulisannya terbagi kedalam empat Bab

yaitu: BAB I Pendahuluan, BAB II Tinjauan Teori dan Data, BAB III Konsep

Perencanaan Museum Kereta Api Ambarawa, dan BAB IV Konsep

Perancangan Museum Kereta Api Ambarawa.

Berbagai dukungan penulis dapatkan selama dalam proses

penyusunannya baik dukungan do’a, moral, dan bantuan yang akhirnya

mengantarkan penulis untuk dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Tugas

Akhir ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

 Allah SWT, yang telah memberi jalan untuk menyelesaikan

(16)

xi

 Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

 Bapak Drs.Harry Lubis selaku mantan Dekan Prodi Seni &

Desain yang menyemangati penulis.

 Ibu Tiara Isfiaty, S.Sn., M.Sn. selaku Dosen Pembimbing, Dosen

Wali dan juga sebagai Ketua Koordinator Tugas Akhir atas ide

dan inspirasi-inspirasi selama kuliah.

 Bapak Cherry Darmawan, S.Sn., M.Sn. selaku Ketua Jurusan

dan Dosen Penguji atas masukan dan gagasan.

 Ibu Dina Fatimah, S.Sn., M.Ds. selaku Dosen Penguji atas saran

tata penulisan.

 Ibu Febry Maharlika, S.Ds selaku Dosen Penguji atas dasar

teori-teori saat pengujian

 Kedua orangtua yang telah mendukung baik secara fisik,

keuangan, dan moril semenjak taman kanak-kanak hingga

penulis menyelesaikan bangku perkuliahan.

 Paman, bibi dan saudara yang berada di Bandung yang turut

mendoakan.

 Kaka yang telah mendukung perlengkapan selama masa kuliah.

 Alumni SMA 16 Kang Cep Aam Permana yang mengantar

penulis ke Semarang, CEO Inkjetto & Bebek Super Hero Kang

Sapto Gunawan yang sudah membolehkan penulis untuk

menginap selama di Semarang, Kang Engkus Kusnadi yang

(17)

xii

Akhir kata Laporan Pengantar Tugas Akhir ini mungkin masih jauh dari

sempurna segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan laporan ini di masa yang akan datang penulis sambut

dengan segala kerendahan hati.

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peradaban manusia sepanjang sejarahnya terbentuk dari apa

yang diciptakannya sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi

kehidupannya. Berdasarkan alat yang diciptakannya pula kita dapat

membedakan tingkat peradaban manusia di seluruh dunia. Disaat

terjadinya kesenjangan tingkat peradaban antara Peradaban Timur dan

Barat, terjadilah penjajahan atas peradaban timur oleh bangsa Eropa.

Namun hal tersebut secara tidak langsung menyebabkan asimilasi dua

budaya dan peradaban. Disaat yang bersamaan Bangsa Eropa sedang

mengalami masa Revolusi Industri dimana tenaga mekanis manual

digantikan dengan otomatisasi mesin berkat penemuan James Watt.

Revolusi Industri tersebut begitu pesatnya hingga terbawa ke Indonesia

yang saat itu menjadi daerah jajahan Belanda.

Salah satu produk yang dihasilkan di era Revolusi Industri ini ialah

Kereta Api yang dikenalkan oleh seorang berkebangsaan Inggris yaitu

Richard Trevithick, yang mengubah gaya transportasi ke era

modern.”The development of railways provide a key example of the

evolution of design in relation to the new technology. The spread of

(19)

2

anything else, for the transformation of nineteenth-century work and life”.

(John Hesket, Industrial Design, P 29)

Yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti:

“Perkembangan perkeretaapian memberikan contoh fungsi dari evolusi

desain dalam kaitannya terhadap teknologi baru. Tersebarnya kereta api

di setiap Negara dan Benua bertanggung jawab, lebih dari apapun, atas

transformasi kerja dan kehidupan abad Sembilan belas”.

Sebagai Negara Agraris dalam perekonomian, Indonesia

memerlukan alat transportasi berat untuk mengangkut hasil alam agar

bisa dibawa ke pelabuhan dan diperdagangkan. Dengan menggunakan

kereta api hal tersebut menjadi lebih mudah karena menggunakan

tenaga manusia yang lebih sedikit hingga jalur kereta api banyak dibuat

di Indonesia.

Dibangun oleh Nederland Indische Spoorwegen Maatschappid

(NIS) yang berawal menghubungkan antara kota Semarang-Tanggung

jalur kereta api kemudian menyebar ke pesisir utara Pulau Jawa hingga

pelosok dan berbagai wilayah di Indonesia seperti Pulau Sumatra, Pulau

Kalimantan dan Sulawesi. Di Pulau Jawa pada masa kolonial kereta api

digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti teh, kopi, dan tebu. Di

pulau Sumatra mengangkut kelapa sawit dan kopi sedangkan di

Kalimantan digunakan untuk mengangkut bahan bakar kereta yaitu batu

bara dan di Sulawesi digunakan untuk mengangkut palawija dan

(20)

3

Kereta api berkembang dari kegunaannya sebagai alat angkut

barang hingga menjadi alat angkut massal. Sebagai dampak sosialnya

kota-kota di Indonesia terutama pulau Jawa menjadi tumbuh dan

berkembang karena mendapat pasokan penduduk lewat urbanisasi dari

desa ke kota lewat jalur kereta api. Pemukiman penduduk kemudian

bermunculan pula di sepanjang jalur kereta api secara linier.

Kereta api adalah produk hasil revolusi industri yang belum

pernah ada sebelumnya sebagai angkutan darat. Bahkan kereta api

berkembang sangat cepat dibandingkan transportasi lainnya dalam

pengaplikasian teknologi. Kereta yang pertama menggunakan tenaga

uap dari kayu bakar dan batu bara, kemudian berkembang ke tenaga

diesel dengan bahan bakar fosil, lalu beralih dengan tenaga listrik yang

lebih ramah lingkungan hingga akhirnya disempurnakan menjadi tenaga

magnet dengan bantuan magnet buatan lewat aliran listrik. Dibandingkan

dengan kendaraan roda empat seperti mobil yang merupakan turunan

dari kereta kuda hingga saat ini masih mengandalkan tenaga diesel.

Setelah teknologi baru ramah lingkungan menggantikan kereta api

sebelumnya, pada akhirnya kereta yang dahulu digunakan diistirahatkan

atau banyak dijadikan ikon perusahaan kereta api dan dimuseumkan

atas jasa-jasanya dalam membangun kehidupan sosial, perekonomian

sebagai bukti buah karya pemikiran manusia agar dapat dipelajari

generasi mendatang.

Adalah sebuah ide dan gagasan tersendiri dari kereta api yang

(21)

4

keberadaannya dapat dinikmati setiap kalangan. Apabila dibandingkan

dengan moda transportasi lain, satu lokomotif kereta api memiliki cerita

panjangnya tersendiri mewakili kisah di zamannya terlihat dari tiap-tiap

bentuk yang selalu berbeda sepanjang zaman hingga akhirnya memiliki

museumnya tersendiri. Stasiun Ambarawa yang dahulu dibuka langsung

oleh Pangeran Willem I dari Belanda menjadi pilihan untuk pusat dari

semua museum kereta api yang ada di Indonesia atas usulan Gubernur

Jawa Tengah kala itu Supardjo Rustam tahun 1976. Baru kemudian

pada tahun 1978 secara resmi dibuka sebagai Museum Kereta Api

Ambarawa dibawah Mentri Perhubungan Roesmin Noerjadin. Museum

Ambarawa beralamat di Jl. Stasiun no.1, Kota Ambarawa yang memiliki

area seluas 127.500 meter persegi.

Gedung Stasiun Kereta Api Ambarawa atau yang sebelumnya

bernama Stasiun Willem I adalah stasiun yang menjadi tempat transit

jalur kereta api yang sebelumnya menjadi sarana mobilitas militer untuk

menjaga kota Semarang dan Jogjakarta yang dikontor lewat Fort Willem

yang ada di Ambarawa. Pengalihan fungsi dari stasiun menjadi sebuah

museum mengakibatkan ruang-ruang yang semula digunakan staf

stasiun sebagai tempat kerja kendali lalu-lintas kereta api menjadi

sebuah tempat artefak-artefak perkeretaapian dipamerkan. Lajur berhenti

kereta api yang beralih fungsi menjadi tempat dimana lokomotif saling

berjajar untuk dipamerkan.

Alih fungsi ini tidak mempertimbangkan perlakuan terhadap

(22)

5

penikmat warisan sejarah. Lajur kereta api tidak memiliki pertahanan

secara fisik terhadap perubahan cuaca yang dapat menyebabkan

kerusakan terhadap artefak berbahan metal, juga vegetasi yang dapat

tumbuh di sekeliling artefak. Sedangkan ruang staf yang menjadi ruang

pameran sebelumnya dikhususkan bagi pekerja stasiun yang

memerlukan pencahayaan dan bukaan yang dimaksudkan untuk

mengawasi kereta dari jauh serta akses yang perlu dibatasi dari publik.

Berbagai ketimpangan yang terjadi di Museum Kereta Api Ambarawa ini

perlu untuk dikaji dalam sebuah gagasan perancangan museum kereta

api yang berbasis pada kebutuhan perlakuan terhadap benda artefak

dan terhadap manusia yang ada dalam ranah Interior.

1.2 Ide Dasar Perancangan

Sebagai suatu tempat yang memberikan wawasan edukatif

mengenai sejarah, museum menceritakan sejarah lewat gambaran nyata

kehidupan suatu masa kejadian dikala sejarah itu sendiri baru tertuliskan.

Penggambaran itu memerlukan pendalaman terhadap kisah yang ada

dari suatu koleksi atau terhadap tema dari museum tersebut.

Ibarat sebuah kereta api yang berjalan melintasi waktu, Museum

Kereta Api Ambarawa akan bertemakan “Metamorfosa Kereta Api

Indonesia” dimana berbagai kereta api terlahir dengan model dan

karakteristiknya tersendiri.

Diaplikasikan dalam sebuah penggayaan bernuansa kolonial. Art

(23)

6

Hindia Belanda sebagai simbol bangunan-bangunan pemerintahannya di

Indonesia yang hingga kini menjadi warisan budaya peninggalan era

kolonialisme. Merujuk kepada sejarah Indonesia, penggayaan Art Deco

dinilai dapat menghidupkan sejarah dari perancangan Museum Kereta

Api Ambarawa yang akan dilaksanakan.

Kata Art Deco muncul setelah pameran internasional yang dikenal

sebagai “Expotition Internationale des Arts Decoratifs” yang

diselenggarakan di Paris dengan tokoh terkenal Le Corbusier. Le

Corbusier menampilkan sebuah interior ruangan yang bertemakan

“Pavillon de l’Esprit Nouveau” yang berarti Paviliun Semangat Baru

dimana ia menekankan teori Purism atau kemurnian berdasarkan

landasan bahwa manusia sebagai mekanisme kemanusiaan

disempurnakan oleh proses seleksi natural. Kesempurnaan ini

dicerminkan oleh objek fungsional yang dibuat oleh manusia yang

berkaitan erat dengan hukum yang sama. Maksud dari hal tersebut ialah

estetika mesin yang dalam fungsi interior menerjemahkan sebuah ruang

sebagai suatu mekanisme yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan

dan kepuasan manusia yang menggunakannya.

1.3 Fokus Permasalahan

a. Koleksi Museum Kereta Api Ambarawa memiliki rentang periode

(24)

7

b. Objek daripada benda artefak yang dipamerkan merupakan benda

yang memiliki karakteristik yang beragam baik dalam material, bobot,

dan perlakuan yang diberikan terhadap keamanan artefak.

c. Benda koleksi memiliki berbagai kategori yang tidak dapat

dikelompokan dalam satu kelompok koleksi.

d. Setiap benda koleksi memiliki sejarahnya masing-masing yang dapat

disampaikan dalam metode bentuk visual, audio dan gabungan

keduanya.

1.4 Permasalahan Perancangan

a. Bagaimana menerapkan gagasan storyline dari museum kereta api

kedalam bentuk dan susunan ruang dalam aplikasi suatu konsep

museum yang sesuai dengan periode artefak koleksi museum

sehingga mendukung penyajian museum secara tematis juga secara

fungsional?

b. Bagaimana menentukan dan menerapkan teknik media display

pameran yang dapat menunjang koleksi-koleksi museum khusus

kereta api yang sebagian besar terdiri dari lokomotif kereta api

berskala besar?

c. Bagaimana mengaplikasikan alur sirkulasi yang tepat bagi

perancangan interior Museum Kereta Api Ambarawa secara

pengamatan, perilaku material, dan penataan cahaya dalam standar

(25)

8

d. Bagaimana menciptakan suatu tatanan ruang interior yang bersifat

informatif, edukatif dan rekreatif agar pesan-pesan dalam aretefak

dapat dipahami oleh pengunjung?

1.5 Maksud dan Tujuan Perancangan

Maksud daripada perancangan Museum Kereta Api ini ialah

sebagai suatu preservasi bagi benda-benda bernilai sejarah sebagai

suatu karya di masa lampau yang menandakan dimulainya era

transportasi modern abad dua puluh di Indonesia agar menjadi

pembelajaran bagi generasi mendatang.

Tujuan perancangan Museum Kereta Api Ambarawa ini dalam

ranah desain interior adalah sebagai upaya mewujudkan citra Museum

Kereta Api Ambarawa sebagai tempat yang membuka wawasan

masyarakat akan jalinan kerjasama pemerintahan kolonial Hindia

Belanda terhadap Indonesia dalam kemajuan transportasi. Dalam hal

teknis bertujuan untuk menerapkan teknik perencanaan dan penyajian

museum berdasarkan teori-teori yang mendukung dalam studi teknis

interior baik dalam penetapan bentuk ruang yang berkaitan dengan

kebutuhan manusia secara ergonomis, pemilihan warna yang selaras

dengan arti dari citra museum yang ingin ditampilkan dan disampaikan,

dan tata cara penyajian media display berkenaan dengan informasi yang

(26)

9

BAB II

Tinjauan Teori dan Data

2.1 Pengertian Dasar

Secara etimologi, kata museum berasal dari Yunani yaitu

Mouseion, kuil untuk Muses. Dan juga sepadan dalam bahasa Perancis

musée, bahasa Spanyol museo, Jerman museum, Italia museo, Portugis

museu. Dan dalam Kamus besar Bahasa Indonesia museum diartikan

sebagai “Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap

benda-benda yg patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan

sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno.”

2.2 Definisi Museum

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Cagar Budaya, dalam Pasal 18 ayat 2 menyebutkan: “Museum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga yang

berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa

benda, bangunan, atau struktur yang telah ditetapkan sebagai cagar

budaya atau yang bukan cagar budaya, dan mengkomunikasikannya

kepada masyarakat.”

Definisi Museum yang digunakan oleh ICOM adalah: “badan yang

tetap diusahakan untuk kepentingan umum, dengan tujuan untuk

memelihara, menyelidiki dan memperbanyak pada umumnya, khususnya

(27)

10

kumpulan-kumpulan objek dan barang-barang yang berharga bagi

kebudayaan: koleksi barang-barang kesenian, sejarah, ilmiah, dan

teknologi, kebun raya, kebun binatang dan akuarium. Perpustakaan

umum dan lembaga-lembaga arsip untuk umum yang mempunyai

ruangan-ruangan pameran yang tetap akan diangap sebagai museum

pula.”

Seorang museologi Amerika serikat A.C. Parker a.l. pernah

menyatakan bahwa “A Museum in Modern sense in an institution actively

devoted to the task of interpreting the world man and nature”. Yang dapat

diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia: “Museum

dalam arti modern adalah suatu lembaga yang secara aktif melakukan

tugasnya dalam menerangkan dunia manusia dan alam”.

2.3 Dasar Hukum

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Cagar Budaya, dalam Pasal 18 ayat 2 menyebutkan: “Museum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga yang

berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa

benda, bangunan, atau struktur yang telah ditetapkan sebagai cagar

budaya atau yang bukan cagar budaya, dan mengkomunikasikannya

kepada masyarakat.”

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 1995 Tentang

Pemeliharaan dan Pemanfaatan Cagar Budaya di Museum, dalam BAB I

(28)

11

lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan

pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta

alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan

pelestarian kekayaan budaya bangsa.”

2.4 Jenis dan Status Museum

Dalam buku yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Proyek Pembinaan Permuseuman

Jakarta 1992/1993 yang berjudul Kecil Tetapi Indah halaman 25 dijelaskan secara umum bahwa jenis museum dapat dibagi kedalam

beberapa kategori berdasarkan tiga hal yaitu,

a. Ditinjau dari sudut koleksi

b. Ditinjau dari sudut kedudukan, dan

(29)

12

(Bagan 1.1 Sumber: Kecil Tetapi Indah, Pedoman Pendirian Museum, Dep. Pendidikan dan

Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta 1992/1993 p.26)

a. Menurut koleksi

Museum dapat dibagi dalam beberapa jenis. Secara garis

besarnya yaitu museum dan khusus. Museum umum adalah

museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material

manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan

berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Sedangkan

museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang

berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu

cabang teknologi. Apabila koleksi suatu museum dapat

mewakili dua kriteria atau lebih, maka museum khusus tersebut

(30)

13

b. Menurut kedudukannya museum dapat dibagi kedalam:

1. Museum Nasional

2. Museum Provinsi

3. Museum Lokal

Museum Nasional adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan

dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari

seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional. Museum

Provinsi adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan

benda yang berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti

material manusia dan atau lingkungannya dari wilayah provinsi

dimana museum tersebut berada. Museum Lokal adalah

museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang

berasal dari, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material

manusia dan atau lingkungannya dari wilayah kabupaten atau

kotamadya dimana museum tersebut berada.

c. Menurut penyelenggaraannya atau status kepemilikan,

museum dapat dibagi dalam:

 Museum pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan

dan dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi

dalam museum yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan

yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

 Museum Swasta, ialah museum yang diselenggarakan dan

(31)

14

2.5 Fungsi dan Tugas Museum

Dalam suatu kata bijak disebutkan bahwa “Bangsa yang besar

adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya”. Dalam hal ini

musem adalah sebagai tempat memorium atau pengingat akan sejarah

yang dimaksud. Sejarah yang tercatat hitam atau putih dapat menjadi

cerminan bagi masyarakat yang mempelajarinya. Tugas dan fungsi

museum di Indonesia ialah

1. Menghindarkan bangsa dari kemiskinan kebudayaan

2. Memajukan kesenian kerajinan rakyat.

3. Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara

masal.

4. Memberikan kesempatan bagi penikmatan seni.

5. Membantu metodik didaktik sekolah dengan cara kerja yang

berfaedah pada setiap kunjungan murid-murid ke museum.

6. Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah.

Dalam peranannya di dunia kepariwisataan, museum juga berperan

sebagai usaha untuk memperkenalkan harta budaya bangsa Indonesia.

2.6 Struktur Organisasi Museum

Suatu museum yang berdiri dalam suatu wilayah tertentu memiliki

kepengurusan yang luas, karena fungsi dan keberadaannya juga diatur

(32)

15

museum selain pemerintahan yang disebut ICOM (International Council

Of Museum).

(Bagan 1.2 Sumber: Seminar Pengelolaan dan Pendayagunaan Museum di Indonesia, Dep.

Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum DKI

Jakarta 1976/1977 p.41)

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization) dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN) mampu

menetapkan suatu benda bersejarah sebagai warisan budaya dunia milik

suatu bangsa yang harus dilestarikan. Sedangkan di kawasan regional

asia tenggara dalam cakupan ASEAN, ICOM membawahi ASEANCOM

(Association of South East Asian Nations Council Of Museum) dan

NATCOM (National Council Of Museum) untuk bekerja sama dalam

struktur regional dan suatu Negara. Dari ASEANCOM dan NATCOM

kepengurusan museum masuk kedalam ranah Negara dalam hal ini

(33)

16

khusus menangani perihal permuseuman yang dikepalai oleh

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(Bagan 1.3 Sumber: Seminar Pengelolaan dan Pendayagunaan Museum di Indonesia, Dep.

Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum

(34)

17

(Bagan 1.4 Sumber: Kecil Tetapi Indah, Pedoman Pendirian Museum, Dep. Pendidikan dan

Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta 1992/1993 p.39)

(Bagan 1.5 Sumber: Kecil Tetapi Indah, Pedoman Pendirian Museum, Dep. Pendidikan dan

Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta 1992/1993 p.39)

(35)

18

Suatu museum yang ideal selain mempunyai kepala juga harus

ada pembantu utama yang biasa disebut staf dan pelaksana. Pemerintah

dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang telah

menyelenggarakan museum Nasional dan Museum Negeri Provinsi juga

beberapa museum khusus telah memiliki pembakuan atas struktur dari

museum-museum kecil. Pada Museum Provinsi strukturnya dapat dilihat

dalam bagan A, sedangkan struktur yang lebih sederhana terdapat

dalam bagan B.

Dalam suatu museum untuk menjalankan fungsinya memiliki

tenaga-tenaga ahli yang secara khusus menangani hal-hal yang

berkaitan dengan sejarah. Tenaga ahli museum atau yang disebut juga

sebagai museum-workers terdiri atas berbagai profesi sesuai dengan

bidang yang dijalaninya. Tenaga ahli ini terdiri dari;

 Direktur museum atau Pimpinan museum ialah seorang pengemudi

penyelenggaraan museum yang harus sanggup memenuhi

keinginan-keinginan atau menunjang kebutuhan tenaga ahli lain yang

dibawahinya.

 Konservator diambil dari bahasa Belanda Conserveren ialah seorang

pegawai yang mengurus museum atau mengurus koleksi museum.

Direktur sebuah museum biasanya mengepalai beberapa konservator.

 Kurator ialah seorang akademius yang memimpin bagian ilmiah

(koleksi) di museum.

 Pustakawan atau Librarian ialah seorang yang mengurus

(36)

19

 Instruktor atau sering juga disebut sebagai curator of education

bertugas sebagai staf penghubung staf ilmiah (curatorial) dengan

publik pengunjung museum. Ia dapat menyelenggarakan seminar,

ceramah demonstrasi, pemutaran film dan lain-lain.

 Preparator ialah seorang teknisi yang yang merencanakan dan

menyelenggarakan bentuk penyajian pameran objek-objek museum

baik yang bersifat tetap (permanent exhibition) maupun yang bersifat

sementara (temporary exhibition). Dalam bidang kerjanya ia

berhubungan erat dengan Kurator dan Instruktor.

2.7 Pengertian Museum Kereta Api

Kata kereta api dalam bahasa Indonesia tidak mengacu kepada

satu objek saja. Akan tetapi kata tersebut mengacu kepada semua jenis

kereta api yang menggunakan panas sebagai tenaga penggerak,

meskipun secara teoritis kereta di klasifikasikan penamaannya

berdasarkan energi yang digunakan. Seperti diketahui bahwa kereta uap

adalah kereta yang menggunakan energi uap, kereta diesel adalah

kereta yang menggunakan energi bahan bakar diesel dan kereta listrik

yang memanfaatkan energi listrik sebagai sumber tenaga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kereta api berarti

“kereta yang terdiri atas rangkaian gerbong (kereta) yang ditarik oleh

lokomotif, dijalankan dengan tenaga uap (atau listrik), berjalan di atas rel

(37)

20

dua objek yaitu, gerbong sebagai bagian yang ditarik dan lokomotif

sebagai mesin penarik gerbong.

Museum Kereta Api adalah museum yang menyimpan benda atau

hal-hal yang berkaitan dengan sejarah perkeretaapian. Museum kereta

api sejatinya adalah museum sarana transportasi. Karena itu hal-hal

yang berkaitan dengan kereta api mulai dari pertama digunakan,

perkembangan hingga transisi perubahannya dijelaskan dalam museum

tersebut.

2.8 Sarana Pameran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana adalah segala

sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan

tujuan.

Sarana Pameran di Museum dapat dibedakan menjadi dua kategori

yaitu:

a. Sarana Pokok pameran yang berupa; panel, vitrin, dan pedestal atau

alas koleksi

b. Sarana Penunjang Pameran yang berupa; label, koleksi penunjang,

sarana pengamanan, sarana publikasi, sarana pengaturan cahaya,

sarana pengaturan warna, sarana pengaturan udara, sarana

audiovisual, sarana angkutan dalam ruang, dan dekorasi ruangan.

Sarana pameran dibuat dengan tujuan selain untuk penataan

(38)

21

bentuk kerusakan yang bersifat fisik seperti perubahan cuaca dan korosi

terhadap benda yang berpengaruh secara proses kimiawi. Karena

bentuk ukuran yang sangat besar daripada sebuah lokomotif dan

gerbong kereta maka kedua koleksi tersebut perlu ditempatkan dalam

ruangan. Ataupun setidaknya jika ditempatkan diluar ruangan diperlukan

suatu atap pelindung dari panas dan hujan.

2.9 Studi Teknik Penyajian Display

Ernst dan Peter Neufert dalam buku Data Arsitek Jilid 3

menuturkan bahwa sudut pandang normal mata seseorang adalah 27o

dari tinggi mata.

Untuk mengetahui tinggi atau jarak benda yang akan dipamerkan secara

terukur menggunakan rumus sebagai berikut.

E adalah jarak benda terhadap mata.

(39)

22

(Gambar 2.1 Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data Third Edition p.333)

(Gambar 2.2 Sumber: Dimensi Manusia & Ruang Interior, Julius Panero dan Martin Zelnik p.290)

Garis pandang standar diasumsikan sebagai garis horizontal pada

0o. Sedangkan rotasi optimal mata pada seseorang adalah 30o dari garis

pandang standar. Dalam posisi berdiri garis pandang normal adalah 10 o

di bawah garis horizontal, dan jika pada posisi duduk pada 15o. Dan

dalam posisi yang benar-benar rileks garis pandang pada posisi berdiri

dan duduk bahkan membentuk sudut yang lebih besar lagi yakni sebesar

(40)

23

2.10 Studi Teknik Pencahayaan

Hal yang perlu diketahui bahwa pada cahaya alam atau matahari,

juga cahaya lampu terdapat radiasi dan intensitas yang tidak terbatas

frekuensinya. Antara lain yang merusak terhadap benda organik ialah

radiasi Ultra Violet.

Suatu hal yang ideal adalah bila ruangan-ruangan pameran di

setiap museum itu tidak memiliki jendela, agar seluruh tata cahaya dalam

ruang pameran tersebut dapat diatur dengan cahaya buatan.

(Gambar 2.3 Sumber: Ernst and Peter Neufert Architects Data Third Edition Ed.200, Museums

and Art Galleries p.336)

Untuk pencahayaan buatan:

• Lampu yang digunakan dalam ruang pameran sebaiknya adalah

lampu TL dan lampu pijar yang ditempatkan di dalam vitrin.

• Sedangkan lampu yang digunakan di luar vitrin hendaknya hanya

diarahkan kepada benda koleksi yang disajikan.

(41)

24

• Lampu-lampu TL yang digunakan untuk menyinari benda yang peka

cahaya seperti lukisan, kain-kain serta cetakan berwarna lainnya

sebaiknya berjarak +40 cm.

2.11 Studi Banding

Berdasarkan studi banding yang dilakukan pada tanggal 28

November 2012 yang berlokasi di Graha Parahyangan Bandung.

Didapati bahwa model dari museum kereta api yang ada dalam tata

ruang displaynya menggunakan vitrin dan pedestal berukuran kecil yaitu

rata-rata 50x50cm. sarana display ini difungsikan untuk menyimpan

benda koleksi yang mayoritas ukurannya kecil. Sedangkan untuk yang

berukuran panjang menggunakan pedestal berukuran + 2x1m untuk

menyimpan koleksi seperti miniature kereta api. Hal-hal yang tidak

didapati di museum lain ialah bagaimana detail dari bahan bangunan

awal museum ikut menjadi bahan koleksi. Sedangkan benda-benda

seperti rambu lalulintas dan juga rel dipajang di area luar museum.

Set rangkaian kereta api

beserta pemasangannya tidak

didisplay menggunakan media

tambahan.

(42)

25

Bahan bangunan yang

dijadikan sebagai bahan utama

daripada museum Graha

Parahyangan, menilai dari sisi

bahwa gedung tersebut

termasuk dalam gedung

bersejarah milik PT. KAI yang

terdapat di kota Bandung.

(Gambar 2.5 Sumber: Dokumen pribadi)

Mesin pencetak tiket

Edmondson yang merupakan

salah satu mesin tertua yang

digunakan untuk mencetak

tiket dalam bentuk karton

berukuran 6x3cm.

(43)

26

Alat mekanis pemindah jalur

kereta api yang dulunya alat

tersebut tersambung dengan

rangkaian kabel penggerak di

dalam sebuah stasiun.

(Gambar 2.7 Sumber: Dokumen pribadi)

Vitrin yang digunakan untuk

mendisplay benda-benda

koleksi berukuran kecil seperti

alat komunikasi dan peralatan

kantor stasiun kereta api.

(Gambar 2.8 Sumber: Dokumen pribadi)

Vitrin berukuran besar yang

digunakan untuk menyimpan

koleksi berukuran besar berupa

lemari penyimpanan dari tiket

karton dari hasil cetak mesin

pencetak tiket Edmondson.

(44)

27

Pedestal berukuran besar

sebagai media penyajian

koleksi miniatur kereta api

dengan skala tertentu.

(Gambar 2.10 Sumber: Dokumen pribadi)

(Gambar 2.11 Sumber: Dokumen pribadi)

Pedestal berukuran kecil yang

merupakan media penyajian

koleksi lampu sinyal morse

antik yang tanpa disertai vitrin

dikarenakan bahan dasar

koleksi tersebut berupa metal

dan kaca yang tahan terhadap

(45)

28

BAB III

Konsep Perencanaan Museum Kereta Api Ambarawa

3.1 Deskripsi Proyek

Nama Proyek : Museum Kereta Api Ambarawa

Pemilik : PT. Kereta Api Indonesia Persero

Pengelola : PT. KAI Persero Daerah Operasi IV Semarang,

Seksi Rel Jalan dan Jembatan

Lokasi : Jl. Stasiun Ambarawa No.1 Ambarawa

Penggagas : Gubernur Jawa Tengah Supardjo

Diresmikan : 8 April 1976, Mantan Mentri Perhubungan Roesmin

Noerjadin

Luas : 127.500 m2

Museum Kereta Api Ambarawa sebelumnya adalah stasiun kereta

api yang dibuka pada 21 Mei 1873 oleh pemerintahan Kolonial Belanda

dan dijalankan oleh Staat Spoorwagen atau Jawatan Kereta Api Milik

Negara. Stasiun Ambarawa bukanlah stasiun pertama di Indonesia,

sebelumnya perusahaan swasta Belanda bernama Naamloze

Venootschap Nederlandsch Indische Spoorwagen Maatschappij (NV

NISM) atau yang popular disebut sebagai NIS membangun jalur kereta

(46)

29

Surakarta dan Semarang untuk membawa hasil bumi ke pelabuhan

Semarang.

Ambarawa semenjak sebelum kereta api didatangkan ke

Indonesia telah menjadi daerah strategis militer untuk mengamankan

komoditas ekspor dan mengamakan situasi di Jawa Tengah karena

letaknya yang ada di antara daerah perkebunan dan pelabuhan kota

Semarang. Sebagaimana diketahui secara politik masyarakat Jawa

Tengah sangat dipengaruhi oleh dua keraton yaitu Yogyakarta dan

Surakarta sehingga stabilitas dalam negeri perlu dijaga.

Maka 1873 Stasiun Ambarawa dibuka bahkan sangat pentingnya

hingga Pangeran Willem I dari Kerajaan Belanda secara pribadi

meresmikannya. Bukti lain bahwa kota Ambarawa menjadi daerah militer

adalah benteng peninggalan Belanda yang juga dinamai Fort Willem

sesuai nama Pangeran Willem.

Melewati periode yang panjang semenjak pemerintahan Kolonial

Belanda hingga saat ini membuat kereta api mengalami perpindahan

kepengurusan berulang kali sejak diserahkan dari NIS (Nederlandsch

Indische Spoorwagen Maatschappijj) kepada jawatan negeri SS (Staat

Spoorwagen) hingga PT. Kereta Api Indonesia Persero. Berikut adalah

daftar nama Jawatan Kereta Api di Indonesia:

Periode Nama Jawatan Dasar Hukum

1864 s.d 1945

Staat Spoorwagen (SS)

Verinigde Spoorwagenberifj

(47)

30 (VS)

1945 s.d 1950 Djawatan Kereta Api (DKA) IBW

1950 s.d 1963

1998 s.d 2010 PT. Kereta Api (Persero)

PP. No. 19 Th. 1998

(Tabel 3.1 Sumber: Situs Resmi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) www.kereta

-api.co.id/tentang-kami/sekilas-sejarah.html)

Di periode Pemerintahan Orde Baru PJKA secara resmi

memberhentikan pengoperasian kereta uap secara berkala untuk

digantikan dengan kereta api berbahan bakar diesel. Kereta uap yang

tersisa dipulau Jawa sebagian besar ditarik ke Stasiun Ambarawa dan

sebagian lainnya disimpan di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Pada

8 April 1976 Gubernur Jawa Tengah Supardjo Rustam memutuskan

(48)

31

PJKA Soeharso. Baru kemudian pada tahun 1978 secara resmi dibuka

sebagai Museum Kereta Api Ambarawa dibawah Mentri Perhubungan

Roesmin Noerjadin. Museum Ambarawa beralamat di Jl. Stasiun no.1,

Kota Ambarawa yang memiliki area seluas 127.500 meter persegi.

3.2 Data Karakteristik User

Dari hasil Observasi yang dilakukan secara langsung di lapangan,

bahwa Museum Kereta Api Ambarawa berada dalam pengelolaan PT.

KAI Daerah Operasi IV Semarang Seksi Rel dan Jembatan. Akan tetapi

kantor pengurusan museum tidak dilakukan secara langsung di lokasi

melainkan berpusat di Jl. Tamrin Ambarawa. Sehingga di dalam museum

hanya terdapat kantor jaga bagi petugas selain ruangan museum dan

depo lokomotif tempat kereta uap yang masih dapat beroperasi

disimpan.Petugas jaga bertugas dalam museum secara bergiliran antara

shift siang dan malam. Petugas lainnya ialah teknisi kereta uap yang

berjaga di ruangan pegawai depo lokomotif. Jumlah petugas berikut

teknisi tidak lebih dari sepuluh orang.

Museum ini dibuka untuk umum, pengunjungnya beragam dimulai

dari kalangan usia lanjut, dewasa, remaja dan anak-anak. Kalangan usia

lanjut dan dewasa memiliki kecenderungan untuk meneliti dan

mempelajari koleksi dari museum, sehingga sebagian besar waktunya

dihabiskan pada benda-benda koleksi museum. Sedangkan kalangan

remaja dan anak-anak cenderung menikmati dan berinteraksi langsung

(49)

32

diperlukan untuk menyusuri keseluruhan koleksi berkisar antara 2 hingga

3 jam.

Selain pengunjung lokal dari Indonesia, dalam observasi juga

ditemui sejumlah besar turis asing yang penggemar kereta kuno yang

sengaja datang mengunjungi museum. Berdasarkan status sosial

pengunjung museum berasal dari seluruh kalangan dengan berbagai

profesi. Dikarenakan Museum Kereta Api Ambarawa bukan hanya

sebagai tempat untuk mempelajari sejarah kereta dari kalangan

akademisi tetapi juga tempat wisata bagi para aktivis pecinta kereta uap

lokal dan mancanegara.

3.3 Data Koleksi Museum

Museum Kereta Api Ambarawa menyimpan sejumlah besar

peninggalan sejarah yang berkaitan dengan kereta uap peninggalan

Hindia Belanda. Benda-benda koleksi tersebut digunakan untuk

menunjang kegiatan kereta api di masa lalu. Karena pesatnya

perkembangan teknologi menjadikan perbedaan yang sangat mencolok

antara keadaan di masa lalu dan masa sekarang. Hal ini menyebabkan

artefak-artefak terlihat antik di masa sekarang.

Koleksi yang terdapat dalam museum terdiri atas;

 Lokomotif kereta api

Lokomotif Kereta Api yang menjadi mesin penggerak kereta

memiliki kode penomoran tertentu yang diawali dengan huruf.

(50)

33

untuk satu gandar penggerak, B untuk dua gandar penggerak, C

untuk tiga gandar penggerak dan D untuk empat gandar

penggerak. Sistem penomoran ini digunakan setelah penjajahan

Jepang di Indonesia yang sebelumnya ketika penjajahan Belanda

menggunakan kode perusahaan jawatan. Kode NIS untuk

Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij, SCS untuk

Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij, dan SS untuk Staat

(51)

34

20 B 2503 - -

21 B 2502 - -

22 C 1507 - -

(Tabel 3.2 Sumber: Dokumen pribadi)

Data diatas adalah data tertulis berdasarkan papan informasi yang

terdapat di museum diambil pada saat penulis melakukan studi observasi

tanggal 9 Februari 2012. Sebagian papan informasi hilang atau tidak

ditemukan sehingga kelengkapan ukurannya tidak diketahui. Koleksi

terbesar yang diketahui ialah kereta SS600/B 5112 dengan berat 32 ton.

Namun sebagian informasi yang beredar di masyarakat mengenai

jumlah koleksi lokomotif uap yang berada di dalam museum memiliki

banyak perbedaan. Hal ini disebabkan beberapa lokomotif yang masih

bagian dari koleksi museum ada yang masih dapat digunakan untuk

tamasya nostalgia melewati jalur lama di sekitar ambarawa, dan juga

terdapat lokomotif yang ditempatkan di jalan raya dekat pintu masuk

Stasiun Ambarawa.

 Gerbong kereta api

Gerbong kereta api yang dipamerkan berupa rangkaian gerbong

tertutup dengan nomor seri GW 152002, GW 152013, dan satu

gerbong terbuka YR 986

 Telegraf

Sebelum ada mesin fax seperti sekarang, telegraf memainkan

perannya sebagai penyampai informasi tertulis secara jarak jauh

(52)

35

 Mesin pencetak tiket Edmondson

Mesin pencetak tiket Edmondson telah digunakan sejak era awal

perkeretaapian hingga akhirnya tergantikan dengan sistem

komputerisasi. Mesin ini mencetak tiket pada karton berukuran

6x3cm. Hanya terdapat empat buah mesin ini di Indonesia, dua

buah berada di Bandung yakni di kantor pusat KAI dan di Museum

Graha Parahyangan, dua mesin lainnya berada di Museum Kereta

Api Ambarawa.

 Mesin ketik

Mesin ketik yang digunakan oleh para petugas stasiun untuk

membuat laporan tertulis.

 Pesawat telepon kuno

Telepon digunakan untuk menginformasikan sesuatu secara lisan

antara internal stasiun atau eksternal seperti antara stasiun dengan

perkantoran atau pemerintahan.

 Lonceng Stasiun

Lonceng ini digunakan untuk menandakan kedatangan atau

keberangkatan dalam sebuah stasiun.

 Lonceng pintu perlintasan

Lonceng yang digunakan untuk memperingatkan masyarakat akan

kereta api yang hendak melewati perlintasan yang bersilangan

dengan jalan raya.

(53)

36

Morse digunakan untuk memberikan peringatan sinyal antara

stasiun, menara pengawas, dan kereta api.

 Teropong

Teropong digunakan untuk melihat posisi kereta api lewat menara

pengawas.

 Timbangan

Timbangan digunakan untuk menetapkan harga pengiriman barang

berdasarkan berat barang per kilogram.

 Keran air pengisi lokomotif uap

Berupa menara air yang digunakan untuk mengisi air dalam mesin

kereta yang diubah menjadi energy panas oleh bahan bakar kereta

api yang kemudian disalurkan pada ketel uap untuk kemudian

diproses menjadi tenaga gerak.

 Jenis-jenis rel

Jenis rel seperti rel bergerigi yang digunakan oleh kereta uap

generasi pertama untuk menaiki daerah ketinggian, hingga rel yang

digunakan sampai saat ini.

 Mesin pengubah jalur kereta api

Sebelum menggunakan mesin otomatis seperti sekarang, lokomotif

kereta diubah lajurnya dengan transmisi mekanik secara manual

dengan mesin ini.

(54)

37

Seragam yang digunakan oleh petugas pelaksana kereta api

seperti Kondektur, Masinis, Mekanis, Petugas Stasiun hingga

Kepala Stasiun.

 Dokumentasi-dokumentasi perjalanan kereta api

Berupa foto-foto dan catatan tertulis mengenai kereta api yang

bersifat monumental seperti peresmian,dan peristiwa kecelakaan

(55)

38

3.4 Alur Sirkulasi

(Bagan 1.6 Sumber: Kecil Tetapi Indah, Pedoman Pendirian Museum, Dep. Pendidikan dan

Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta 1992/1993 p.88)

(56)

39 BAB IV

Konsep Perancangan Museum Kereta Api Ambarawa

4.1 Tema Perancangan

Kemajuan perkembangan teknologi transportasi kereta api

memberikan jalan kepada berbagai generasi lokomotif yang baru untuk

bermunculan dengan membawa teknologi baru berlainan dengan

generasi terdahulunya bahkan dengan satu sama lain. Bersama dengan

itu pula tiap lokomotif memiliki bentuk dan model yang memiliki ciri khas

tersendiri sebagai upaya penyesuaian bentuk mesin. Ketika hal tersebut

diurutkan dalam suatu rentang waktu maka akan didapati urutan

perubahan bentuk dari lokomotif paling sederhana buatan Richard

Trevithick hingga yang ada saat ini seperti kereta berjenis Maglev.

Perubahan bentuk tersebut menjadi inspriasi daripada perancangan

museum sebagai tema dari Museum Kereta Api Ambarawa yaitu

“Metamorfosa Kereta Api Indonesia” Metamorfosa yang berarti

perubahan bentuk atau susunan dan peralihan bentuk, yang

mengisyaratkan perkembangan perkeretaapian di Indonesia.

Dalam Penggayaannya sebagai suatu museum yang memiliki

periodik kronologis sejarah dari benda koleksi yaitu berasal dari era

kolonialisme penjajahan Belanda lewat pemerintahan Hindia Belanda di

(57)

40

diterapkan dalam gedung-gedung dinas dan pemerintahan, yaitu gaya

Art Deco. Gaya Art Deco ini sebagai unsur pengingat bahwa sebelum

koleksi yang ada dalam museum tersebut dimuseumkan, koleksi-koleksi

itu pernah digunakan pada era kolonial.

4.2 Konsep Bentuk

Konsep dalam perancangan sebuah museum memiliki hubungan

mendasar dengan tema dan Storyline. Hubungannya dengan tema ialah

bahwa gagasan bentuk yang ingin diterapkan kedalam perancangan

harus dapat memunculkan tema yang ingin kita tampilkan. Sedangkan

hubungannya berkenaan dengan Storyline, konsep bentuk menjadi

solusi daripada pergerakan alur pengunjung dan pesan tersirat dalam

sebuah bentuk yang memiliki suatu hubungan dalam masa periodik

sejarah dalam alur Storyline.

Konsep bentuk yang ingin diterapkan kedalam perancangan

museum ini adalah bentuk Streamline. Bentuk Streamline merupakan

salah satu bentuk yang berkaitan erat dengan Art Deco. Ciri khas dari

bentuk Streamline ialah bahwa ia selalu didominasi oleh garis-garis yang

menjadi upaya dalam menegaskan bentuk dan warna. Bentuknya

didominasi oleh pola linear, radial, oval dan spiral yang mana merupakan

acuan dalam prinsip aerodinamika untuk dapat menembus aliran udara.

Keuntungan dari penerapan bentuk ini ialah fungsi utamanya dalam

(58)

41

(Gambar 4.1 Sumber: www.Google.com)

(Gambar 4.2 Sumber: www.Google.com)

Selain bentuk Streamline yang diambil sebagai ide gagasan

utama dalam bentuk juga diaplikasikan bentuk-bentuk arsitektural

kolonial bergaya Art Deco. Bentuk arsitektur ini diantaranya dalam

bentukan pilar dan lengkungan antar pilar (Arches) diterapkan dalam

(59)

42

(Gambar 4.3 Sumber: www.Google.com)

4.3 Konsep Material

Pengambilan material memiliki fungsi terutama dalam hal

struktural, dalam hal pencitraan atau visual, dan dalam hal fungsional.

Museum merupakan ruang publik terbuka sehingga dalam penentuan

materialnya memperhatikan kenyamanan dari para pengunjungnya.

Dalam hal pencitraan penggunaan material menitik beratkan kedalam

fungsi penggayaan. Dalam hal ini material dipilih dan disusun

sebagaimana mungkin untuk menghidupkan penggayaan Art Deco.

Material yang digunakan adalah material yang umum digunakan yaitu:

 Untuk lantai digunakan material seperti marmer

Marmer ialah ia memiliki warna dan garis yang dibentuk secara

natural yang tidak dimiliki oleh keramik biasa pada umumnya.

Marmer memiliki kesan mewah namun dingin

(60)

43

GRC (Glassfibre Reinforcement Cement) adalah semen cetak yang

dibentuk dalam sebuah rangka yang dalam prosesnya diperkuat

dengan fiberglass. Material ini lebih kuat daripada gypsum dan dapat

dicetak sesuai keinginan dalam bentuk apapun terutama untuk

bentuk-bentuk dekoratif seperti relief pada dinding atau lambrisering

yang masif. Gypsum memiliki karakteristik yang sama dengan GRC

namun massa jenisnya lebih ringan dikarenakan berbahan dasar

kapur. Karena beratnya yang ringan ia bisa digunakan sebagai

treatment dinding pada bagian atas seperti profil dinding.

 Material ceiling menggunakan bahan gypsum

Ceiling sebagai penutup atap dalam ruang interior juga berfungsi

sebagai elemen dekoratif yang memiliki arti tertentu. Untuk

membentuk ceiling tersebut material gypsum merupakan material

yang umum digunakan karena dapat dibentuk sesuai dengan bentuk

yang diinginkan serta perawatannya yang mudah jika perlu

pergantian dan aman dikarenakan beratnya yang ringan untuk

ditempatkan di ketinggian.

 Stainlessteel sebagai material pelengkap

Stainlessteel merupakan material logam yang terlebih dahulu

melewati proses sehingga cukup tahan terhadap korosi. Ciri khas

material ini ialah permukaannya yang licin dan mengkilap.

Stainlessteel digunakan untuk keperluan seperti railing dan elemen

(61)

44

(Gambar 4.4 Sumber: www.Google.com)

(Gambar 4.5 Sumber: www.Google.com)

(62)

45 4.4 Konsep Ruangan

Ruang (space) bukan hanya berbentuk kamar yang memiliki

sekat-sekat sebagai pembatas, tetapi juga dapat berupa suatu tempat

yang memiliki batas-batas yang tidak tampak secara kasat mata.

Keputusan dibuatnya suatu ruangan tertentu ialah didasarkan pada

kebutuhan dari kegiatan yang terjadi dalam suatu institusi tertentu.

Dengan demikian meskipun memiliki kesamaan dalam konteks secara

luasnya yaitu museum, akan tetapi kebutuhannya bisa berbeda

mengikuti jenis dan artefak daripada museum tersebut.

Konsep ruang sebagai bagian besar daripada tema yang ingin

disampaikan dibentuk dari pendekatan maksud Metamorfosa, yaitu

perubahan bentuk. Perubahan bentuk tersebut tercipta dari pola susun

koleksi secara kronologis yang diatur dengan dipengaruhi suatu kisah

yang dimiliki benda koleksi sehingga memiliki sinkronisasi antara bentuk

ruang dan koleksi. Misalnya:

 Pada area Hall dimana era perkeretaapian dimulai di Indonesia

ditempatkan pada ruang yang besar mengesankan impian dan

prospek dari penggagas kereta api di Indonesia,

 Ruang yang dibuat melekuk saat perubahan tujuan kereta bukan

hanya sebagai alat industri tetapi juga militer.

 Area yang lebih tinggi saat kereta api berkembang tidak hanya di

(63)

46

 Area memorabilia berbentuk spiral yang menjelaskan dokumentasi

perkeretaapian di Indonesia yang memiliki kisah baik atau buruk

menandakan roda waktu yang berputar.

 Juga Area melingkar dimana berjajar kereta api sebagaimana

diadaptasi dari tempat peristirahatan kereta api atau Depo semasa

era kereta uap masih Berjaya.

Secara teoritis konsep ruangan yang diperlukan dalam sebuah

museum harus mempunyai ruangan-ruangan yang memberi jaminan

untuk kelangsungan pekerjaan pekerja museum (museum worker),

misalnya:

 Museum harus mempunyai ruangan kerja bagi para

konservatornya, dibantu oleh perpustakaan dan staf administrasi.

 Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk koleksi

penyelidikan (“reference collection”) yang disusun menurut sistem

dan metode yang khas bagi ilmu yang mencakup koleksi itu.

 Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk pameran tetap

(“permanent exhibition”) yang dapat memberi kemungkinan

-kemungkinan untuk cara-cara pameran yang instruktif, fungsional

dan dapat memenuhi syarat-syarat keindahan yang diperlukan,

sehingga setiap benda dapat ditempatkan menurut arti dan

fungsinya, dapat tempat yang sewajarnya sesuai dengan nilai

(64)

47

 Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk pameran

sewaktu-waktu (“temporary exhibition”), yang sifatnya lebih khusus

tetapi lebih jelas dan sedapat mungkin diselenggarakan secara

konstruktif, sehingga terasa benar faedahnya bagi pendidikan

masyarakat.

 Museum harus diperlengkapi dengan suatu laboratorium yang

berkewajiban mencari cara-cara merawat atau mengawetkan

barang-barang koleksinya, menghindarkannya dari bahaya

serangga, bahaya udara, lembab dan bahaya-bahaya kehancuran

lainnya.

 Museum harus mempunyai studio dengan perlengkapan

pemotretan dan pembuatan alat-alat audio visual lainnya, studio

untuk membetulkan barang-barang koleksi yang rusak.

 Museum harus mempunyai ruangan-ruangan untuk bagian

penerangan dan pendidikan, yang dapat memberikan kesempatan

kerja bagi para anggota staf ilmiah yang ditugaskan untuk

menyusun acara-acara kunjungan, ceramah dan film,

ruangan-ruangan untuk menggambar dan pekerjaan tangan lainnya,

demonstrasi musik, tari dll. Baik bpara pelajar sekolah, bagi para

mahasiswa, maupun bagi setiap rombongan anggota perkumpulan

dilapangan rumah tangga (kaum ibu), dilapangan perburuhan,

(65)

48

 Perpustakaan museum harus diperlengkapi dengan apa yang

disebut alat-alat audio visual, berupa slide, film dan alat-alat

penyimpan suara dsb.

 Museum harus dapat memberikan tempat penikmatan seni

penyaluran ilmu pengetahuan dan apabila museum itu ditempatkan

di tengah taman luas, menghijau penuh tetumbuhan yang diatur

secara seni, yang didalamnya ada tempat-tempat untuk pesta

rakyat, seperti halnya di beberapa museum folkore di Skandinavia,

maka museum dan lingkungannya itu dapat disebut pusat

kebudayaan dalam arti yang sebenar-benarnya.

4.5 Konsep Sirkulasi

Sirkulasi yang dicoba diterapkan menggunakan tahapan-tahapan

yang diatur sedemikian rupa dalam upaya mengaplikasikan tema

museum, yakni “Metamorfosa” kedalam bentuk sirkulasi. Sirkulasi adalah

suatu tipe gerakan melalui ruang (gerakan oleh dua roda, oleh kaki, oleh

air, oleh rel, oleh udara). Alur sirkulasi diartikan sebagai tali yang

mengikat ruang-ruang. Sirkulasi dapat mempengaruhi kesan psikologik

yang diungkapkan oleh suatu sistem sirkulasi dengan mengurangi atau

meningkatkan kualitas elemen sirkulasi. Konfigurasi sirkulasi yang

digunakan dalam konsep perancangan interior Museum Kereta Api

(66)

49  Linear

Sirkulasi linear digunakan untuk ruang bersifat terbuka yang

memungkinkan pengguna sirkulasi mengarah langsung ke tujuan.

 Radial

Sirkulasi radial digunakan untuk ruang yang bersifat tersamar

sehingga mengharuskan pengguna sirkulasi untuk mengelilingi

ruang agar dapat mengarah pada tujuannya.

 Spiral

Sirkulasi spiral digunakan untuk ruang yang bersifat tersembunyi

sehingga mengharuskan pengguna sirkulasi untuk mengitari ruang

dalam beberapa tahap sebelum mencapai tujuannya.

Secara umum konsep sirkulasi dibentuk berdasarkan Storyline

atau alur cerita baik pada bentuk pameran tetap dan pameran sementara.

Tujuan daripada hal tersebut adalah untuk memberikan gambaran

sejarah secara berurutan kepada pengunjung museum agar pengunjung

dapat memahami kandungan museum tersebut. Judul Storyline dari

Museum Kereta Api Ambarawa ini ialah “Perjalanan Sejarah Kereta Uap

di Indonesia”.

 Dimulai dari ruang pengenalan, alasan mengapa kereta api

didatangkan ke Indonesia. Yang menjelaskan sejarah kesuburan

wilayah indonesia dan peranannya sebagai produsen tanaman

(67)

50

 Lalu ruang yang menjelaskan sejarah para penggagas

pembangunan jalur kereta uap Indonesia.

 Menggambarkan titik-titik penyebaran stasiun kereta uap dan

perkembangannya.

 Memperagakan jalannya aktifitas stasiun seperti pengaturan lalu

lintas kereta api, komunikasi antar stasiun dan kereta api. Dengan

memamerkan kelengkapan seragam atribut kelengkapan pegawai

stasiun.

 Menjelaskan cara kerja mesin kereta uap, dan

 Memperlihatkan model-model kereta uap yang menjadi koleksi.

Alur sirkulasi masuk museum berkumpul dari lobby, dari tempat ini

tamu atau pengunjung dapat mencari informasi terlebih dahulu mengenai

maksud dari kunjungnnya. Barulah kemudian pengunjung dapat

memasuki area publik dimana terdapat ruang audio visual untuk

memberikan pengertian mengenai isi dari museum dan tujuan museum.

Setelah pengunjung diberikan pemahaman barulah berlanjut pada ruang

pamer koleksi museum bagaimana pengaturan lalu lintas kereta api

dijalankan dari dalam ruangan dan mempelajari pengamatan kereta dari

menara pengawas. Kemudian beranjak ke field museum dimana

pengunjung bisa melihat secara langsung lokomotif kereta uap yang

dipamerkan. Lalu mengetahui bagamana perawatannya dari depo

(68)

51

Susunan koleksi yang digunakan bagi pengunjung disusun secara

tematis dengan storyline yaitu berdasarkan:

a. Periode kronologis waktu yang dapat menjelaskan kepada

pengunjung berupa koleksi tertua hingga koleksi terbaru yang

dimiliki. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada

pengunjung berupa perubahan bentuk dan perkembangan

perkeretaapian hingga akhir periode kereta uap.

b. Berdasarkan jenis koleksi terbagi kedalam empat bagian, yakni

koleksi yang berkenaan dengan alat-alat perkeretaapian,

rambu-rambu, alat komunikasi kereta api masa lalu dan atribut seragam

perkeretaapian.

4.6 Konsep Display

Media display adalah merupakan bagian yang vital sebagai

tempat koleksi museum diperlihatkan. Selain itu display memegang

peranan dalam memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada

pengunjung atas koleksi yang disimpan di dalamnya. Konsep display

yang perlu dibuat adalah dengan memperhatikan karakteristik berupa

nilai daripada koleksi, material atau bahan dasar koleksi, ukuran koleksi

dan massa atau berat koleksi itu sendiri.

Dari koleksi yang ada dibagi kedalam jenis-jenis display yang

sesuai untuk karakteristik dari masing-masing koleksi. Untuk koleksi

dengan material yang rentan terhadap usia disimpan di dalam vitrin.

(69)

52

pedestal. Dan untuk koleksi yang bernilai tinggi baik dalam nilai sejarah

maupun nilai materialnya disimpan dalam vitrin yang diletakan pada area

yang mudah dilihat secara visual, sebagai point of interest dengan

memperhatikan jarak aman daripada pengunjung.

Konsep display dibagi berdasarkan karakteristik benda pamer, yaitu

berdasarkan:

 Nilai koleksi

 Material atau bahan dasar koleksi

 Ukuran koleksi, dan

 Massa atau berat dari koleksi

Jenis display digunakan berdasarkan bidang tata letak:

 Horizontal: Vitrin, Pedestal

 Vertikal: Display gantung

Pada konsep bentuk media display bentukan streamline memiliki

ciri paduan antara bentuk linear dan oval pada bagian ujungnya. Bentuk

ini diaplikasikan kedalam bentuk media display selain sebagai penguatan

unsur tema juga sebagai pemecahan permasalahan sirkulasi pada saat

pengunjung mengitari ruangan karena sifat dari streamline ialah

(70)

53

(Gambar 4.7 Sumber: www.Google.com)

(Gambar 4.8 Sumber: www.Google.com)

Pencahayaan Pada Display

Pencahayaan menggunakan

spotlight yang dilengkapi

dengan reflektor untuk

menghindari bahaya

terhadap objek benda

Referensi

Dokumen terkait

Tank milik Inggris yang digunakan Sekutu dalam berpatroli memeriksa kamp- kamp maupun untuk membombardir pertahanan rakyat Indonesia (koleksi Museum

alternatif yaitu dengan mencari KA yang melewati jalur yang sama, pada hari. yang

konservasi dalam bentuk Preservasi, Restorasi dan Adaptasi untuk melestarikan bangunan eksisting di Kawasan Museum Kereta Api Ambarawa yaitu bangunan stasiun, dipo

konservasi dalam bentuk Preservasi, Restorasi dan Adaptasi untuk melestarikan bangunan eksisting di Kawasan Museum Kereta Api Ambarawa yaitu bangunan stasiun, dipo

Bab VI berisi pendekatan perencanaan dan perancangan arsitektur yang merupakan pokok-pokok pikiran sebagai pedoman perancangan secara menyeluruh, mencakup pendekatan

Dalam pengaktifan jalur kereta api non operasi pada lintas Kedungjati-Ambarawa, seyogyanya selain memperhatikan aspek teknis harus juga memperhatikan aspek non

kegiatan sponsorship yang merupakan sumber dana bagi team Sepoorheroes juga tidak. berjalan dengan semestinya dikarenakan waktu yang tidak panjang juga dari

Di dalem itu juga nggak ada food courtnya gitu.” Narasumber: “Iya nggak ada, kalau istirahat ya di mushola kalau nggak ya di sini ini.” Peneliti: “Tapi untuk yang terkait mengenai