• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Penderita Kanker Epitel Ovarium Berdasarkan Jenis Histologi, Stadium Penyakit, Penatalaksanaan dan Luaran Ketahanan Hidup 5 Tahun di RSUP. H Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Profil Penderita Kanker Epitel Ovarium Berdasarkan Jenis Histologi, Stadium Penyakit, Penatalaksanaan dan Luaran Ketahanan Hidup 5 Tahun di RSUP. H Adam Malik Medan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL PENDERITA KANKER EPITEL OVARIUM

BERDASARKAN JENIS HISTOLOGI,

STADIUM PENYAKIT, PENATALAKSANAAN DAN LUARAN

KETAHANAN HIDUP 5 TAHUN

DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS MAGISTER

OLEH :

FERDIANSYAH PUTRA HARAHAP

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM 5

Pembimbing :

Dr. Deri Edianto, M.Ked(OG),SpOG.K

Prof. dr. M Fauzie Sahil, SpOG.K

Penyanggah :

Dr.dr. Muhammad Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG, SpOG.K

dr. M. Rhiza Z. Tala, M. Ked(OG),SpOG.K

dr. David Luther, M.Ked (OG), SpOG

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Kedokteran dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai

manusia biasa Saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari

sempurna, namun demikian besar harapan Saya kiranya Tesis ini dapat bermanfaat dalam

menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :

“Profil Penderita Kanker Epitel Ovarium Berdasarkan Jenis

Histologi,Stadium Penyakit, Penatalaksanaan Dan Luaran Hidup 5 Tahun

Di RSUP. H Adam Malik Medan 2008-2012”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah Saya menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H (CTM&H),

SpA(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr.

Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH), yang telah memberikan kesempatan

kepada Saya untuk mengikuti Program Pendidikan Magister di Fakultas Kedokteran

USU Medan

2. Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Prof. Dr. Delfi Lutan,

MSc, SpOG (K); Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan,

(5)

Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. Henry Salim Siregar, SpOG

(K); Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG (K); Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah,

SpOG (K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. Dr. dr. M. Thamrin Tanjung,

SpOG (K); Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono

Roeshadi, SpOG (K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Budi R.

Hadibroto, SpOG (K); Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K); Prof. Dr. Daulat H.

Sibuea, SpOG (K); yang telah bersama-sama berkenan menerima Saya untuk

mengikuti pendidikan magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

3. Khususnya kepada Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); yang telah memberi Saya

kesempatan untuk dapat menempuh Program Pendidikan Mgister di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK-USU. Saya ucapkan Terimakasih yang tidak terhingga,

semoga Allah SWT membalas kebaikan beliau.

4. Ketua Divisi Onkologi Ginekologi Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) dan Sekretaris

Divisi Onkologi Ginekologi dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K) yang telah

mengizinkan Saya untuk melakukan penelitian tentang

“Profil Penderita Kanker Epitel Ovarium Berdasarkan Jenis

Histologi,Stadium Penyakit, Penatalaksanaan Dan Luaran Hidup 5

Tahun Di RSUP. H Adam Malik Medan 2008-2012”

5. Dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K) dan Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K)

selaku pembimbing tesis Saya, bersama Dr.dr. Muhammad Fidel Ganis

Siregar,Mked.(OG), SpOG(K); dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG(K); dan dr.

David Luther,M.Ked(OG),SpOG, selaku pembanding dan nara sumber yang penuh

dengan kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,

(6)

6. Terimakasih kepada dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG(K) yang telah memberikan

ide dan membantu disetujuinya penulisan tesis ini.

7. Dr. Makmur Sitepu,M.Ked(OG) SpOG(K) selaku Bapak Angkat Saya selama

menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan

memberikan nasehat yang bermanfaat kepada Saya selama dalam pendidikan.

8. Kepada dr. Johny Marpaung,M.Ked(OG), SpOG selaku pembimbing minirefarat

Magister Saya yang berjudul: “Efektifitas Tokolitik Pada Penanganan Persalinan

Preterm Berdasarkan Evidence Based Medicine”, kepada dr. Dudy Aldiansyah, Mked.(OG),SpOG selaku pembimbing minirefarat Fetomaternal Saya yang

berjudul:”Diagnosis dan Manajemen Fetal Aritmia”. Kepada dr.Ichwanul

Adenin,M.Ked(OG),SpOG(K) selaku pembimbing minirefarat Fertilitas

Endokrinologi dan Reproduksi Saya yang berjudul:” Endokrinologi Dari Recurrent Pregnancy Loss”. Kepada dr. Sarah Dina K ,M.Ked(OG), SpOG(K) selaku pembimbing minirefarat Onkologi-Ginekologi Saya yang berjudul: “Antiangiogenik

Bevacizumab Pada Kanker Ovarium”.

9. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang

secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik Saya sejak awal hingga

akhir pendidikan. Semoga Allah SWT membalas budi baik Guru-guru Saya tersebut.

10.Kepada Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K) dan keluarga yang telah banyak

meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing saya dalam sejak awal pendidikan.

11.Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan

sarana kepada Saya selama m mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan

Ginekologi.

12.Kepada dr. Surya Dharma sebagai pembimbing statistik yang telah memberikan

(7)

13.Direktur RSUP dr. Pirngadi Medan, dr. Amran Lubis, SpJP; dan khususnya Kepala

SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Syamsul Arifin

Nasution, SpOG; Wakil SMF Obgin RSPM dr. ; Ketua koordinator PPDS Obgin

RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Sanusi Piliang, SpOG; Ketua Komite Penelitian di

RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Fadjrir, SpOG beserta staf yang telah memberikan

kesempatan dan sarana kepada Saya selama menempuh pendidikan di Departemen

Obstetri dan Ginekologi.

14.kepada dr. John S. Khoman, SpOG (K), terima kasih banyak atas segala nasehat,

arahan, dan bimbingannya kepada Saya selama bertugas di Divisi Onkologi

Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan.

15.Direktur Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dan Mantan Kepala

SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dr.

Gunawan Rusuldi, SpOG; Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri

Hijau KESDAM II/BB Medan dr. Yazim Yaqub, SpOG beserta staf yang telah

memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan selama Saya bertugas di Rumah

Sakit tersebut.

16.Direktur Rumah Sakit Umum PTPN II Tembakau Deli; dr. Sofyan Abdul Ilah, SpOG

dan dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah memberikan kesempatan

dan bimbingan selama Saya bertugass menjalani pendidikan di Rumah Sakit tersebut.

17.Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Gnekologi RSU Haji Medan

dr. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan

sarana serta bimbingan kepada Saya selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.

18.Direktur RSU Sundari Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Gnekologi RSU Sundari

(8)

telah memberi kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugas di Rumah Sakit

tersebut.

19.Direktur RSUD Tamiang Kabupaten Aceh Tamiang beserta staf yang telah

memberikan kesempatan untuk bekerja dan memberikan bantuan moril selama Saya

bertugas di Rumah Sakit tersebut.

20.Ketua Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK-USU Medan beserta staf, atas

kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen

tersebut.

21.Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU Medan beserta staf, atas kesempatan

dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen tersebut.

22.Kepada senior-senior Saya, dr. Teuku Rahmat Iqbal, SpOG; dr. T.M. Rizki, SpOG;

dr. Mulda, SpOG,; dr. Sim Romi, SpOG; dr. Tomy, SpOG; dr. Simon P. Saing,

SpOG; dr. Sukhbir Singh, SpOG, dr. Ferry Simatupang, SpOG; dr. Dwi Faradina,

Mked(OG), SpOG; dr. Hj. Dessy Hasibuan, SpOG; dr. Rony P. Bangun, SpOG; dr.

Alim Sahid, SpOG; dr. Ilham Sejahtera L., SpOG; dr. Nur Aflah, SpOG; dr.

Yusmardi, SpOG; dr. Gorga W. Udjung, SpOG; dr. Siti S. Sylvia, SpOG; dr. Anggia

Melanie L., SpOG; dr.Maya Hasmita, SpOG; dr. David Luther, SKM, Mked(OG),

SpOG; dr. Riza H. Nasution, SpOG; dr. Lili Kuswani, SpOG;dr. M. Ikhwan, SpOG;

dr. Edward Muldjadi, SpOG; dr. Ari Abdurrahman Lubis, SpOG; dr. Zilliyadein R.,

SpOG; dr. Benny J., SpOG; dr. M. Rizki Yaznil, Mked(OG), SpOG; dr. Yuri

Andriansyah, SpOG; dr. T. Jeffrey A., SpOG; dr. Made S. Kumara, SpOG; dr. Sri

Jauharah L., SpOG; dr. M. Jusuf Rahmatsyah, Mked(OG), SpOG; dr. Boy P. Siregar,

SpOG; dr. Hedy Tan, dr. Glugno Joshimin F,dr. Firman A, SpOG; dr. Aidil A.,

SpOG; dr. Rizka H., SpOG; dr. Hatsari, SpOG; dr. Andri P. Aswar, SpOG; dr. Alfian,

(9)

Mked(OG), SpOG; dr. Elvira M.S., Mked(OG), SpOG; dr. Hendry A.S., Mked(OG),

SpOG; dr. Heika NS, Mked(OG), SpOG; dr. Riske E.P.; dr. Ali Akbar, Mked(OG),

SpOG; dr. Arjuna S, Mked(OG), SpOG; dr. Janwar S, Mked(OG), SpOG; dr.

Irwansyah P, Mked(OG), SpOG; dr.UlfahW.K., Mked(OG), SpOG; dr. Ismail Usman,

Mked(OG), SpOG; dan dr. Aries M. dr.Hendri Ginting, Mked(OG) SpOG; dr.Robby

Pakpahan; dr.Meity Elvina, Mked(OG) SpOG; dr.M. Yusuf, Mked(OG) SpOG;

dr.Dany Aryani, Mked(OG) SpOG; dr.Fatin Atifa, Mked(OG) SpOG Saya berterima

kasih atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama

ini.

23.Kepada sahabat-sahabat saya sejawat angkatan: dr.Pantas S Siburian; dr. Morel

Sembiring; dr. Eka Handayani; dr.Sri Damayana Hrp; dr. Liza Marosa; dr. M Rizki

Pratama Yudha; dr Arif Siregar; dr. Yudha Sudewo; dr. Henry Gunawan terima kasih

untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama pendidikan hingga saat ini.

24.Teman sejawat yang pernah bekerjasama dengan saya dalam tim jaga dr.Edward

SM,dr Edy Rizaldi, dr. Novrial, dr. Erwin Edi S, dr. Ray Christy Barus, dr. Hiro

Hidaya Danial Nst, dr. M. Rizal Sangadji, dr. Julita Andriani Lubis, dr, Ivo F

Canitry,dr Anindita N,dr. Ika Sulaika, dr. Chandran Frinaldo Saragih, dr. Alfred HS,

dr. Arvita M; dr. Hendrik A. Tarigan Tua, dr. Rahmanita, dr. Ninong Ade Putri, dr.

Dona Wirniaty, dr. Jesurun B.D. Hutabarat, dr. Johan Ricardo, dr. Juhriyani M. Lubis,

dr. Bandini, dr. Yufi P,dr. Renny Junitasari, dr. Mario M T Hutagalung, dr. Dalmy

Iskandar, dr. T Larry A,dr Haikal R, dr. Ratih Puty Hariandy, dr. Abdul Gafur, dr.

Muhar Yunan Tanjung,dr Zulkarnain T, dr. Tri Ebta Mayniar, dr Dyah Nurvita,dr

Isnayu,terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, kenangan indah akan Saya ingat

(10)

25.Rekan-rekan PPDS yang sangat baik: dr. Edward, dr. Edy R, dr. Abdur Rohim, dr.

Kiko M, dr. Anindita, dr. Wahyu Wibowo, dr.Alfred, dr. Reni, dr. Apriza, dr. Yufi,

dr. Arvitamuriany, dr. Dewi, dr. S. Djaganata, dr. Wahyu, dr. Indra, dr. Sugeng, dr.

Eva M, dr. Andrian, dr. Aurora, dr. Heikal, dr. Putra, dr. Irsyat, dr. Ahmad syafiq, dr.

Yusrizal, dr. Tony Simarmata, dr. Irfan Hamidi, dr. Azano Syahriza, dr. Titi Amalia,

dr. Sofwatul Mardiah, dr. Luthfi Aditiarahman, dr. Citra Lestari, dr. Henry Silaen, dr.

Marissa, dr. Dahler, dr. Irvan Arifianto,dr. Zulkarnaen T, dr. Devi, dr. Vita, dr.

Isnayu, dr. Syauki, dr. Ria Suci, dan almh. Dr. Kartika Sari, khususnya kepada dr.

Iman Syahputra, dr Qisthi Aufa Lbs. Terima kasih atas kebersamaan, dorongan

semangat dan doa yangt elah diberikan selama ini.

26.Kepada almh. Ibu Hj. Asnawati Hsb, Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah, Mimi, dan

seluruh Pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam

Malik Medan terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

27.Dokter muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, serta para pasien di

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik-RSUD dr.

Pirngadi Medan, RS. Haji Medan, RS. Sundari yang dari padanya Saya banyak

memperoleh pengetahuan baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian

yang diberikan kepada Saya sehingga dapat sampai pada akhir program pendidikan

ini.

Tiada kata yang dapat Saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT dan

sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga Saya sampaikan kepada kedua

orangtua Saya yang sangat Saya cintai, Ayahanda H. Syafii Hrp, SE dan ibunda Hj.

Latifah Hanum yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik Saya

dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh

(11)

selama mengikuti pendidikan ini. Kepada ketiga saudara kandung Saya, Kakanda: Lavena

Ulfah Hrp, SE, dan Adinda M. Balyan Hrp,Siti Hajar Hrp terima kasih atas bantuan,

dorongan semangat dan doa kepada Saya selama menjalani pendidikan

Sembah sujud saya kepada Ayah mertua saya Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K)

dan inu mertua Hj. Cut Nyak Elyana yang penuh dengan kesabaran memberikan

dukungan motivasi dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada abang ipar saya Ir.T. Syahri,ST,MT. T Kemal P SE,MBA, Cut Fitri Julaikha

M.Psi.Psikolog, atas dorongan doa dan semangat kepada Saya.

Kepada Istri tercinta dr. Cut Putri Hazlianda dan buah hati kami Aisyah Azzahra Hrp,

yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi Saya dalam menyelesaikan pendidikan

saya selama ini. Semoga ilmu yang saya peroleh dapat memberikan manfaat kepada kita

semua.

Akhirnnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat Saya sebutkan

namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah

banyakmemberikan bantuan, baik moril maupun materil, Saya ucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Medan, Juli 2013

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI... 1

DAFTAR GAMBAR ... 1

DAFTAR TABEL ... 1

DAFTAR LAMPIRAN ... 1

ABSTRAK ... 1

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Patogenesis ... 6

2.2. Faktor Risiko Kanker Epitel Ovarium ... 8

2.3. Jenis Histopatologi Kanker Epitel Ovarium ... 11

2.4. Penatalaksanaan Kanker Epitel Ovarium ... 18

2.4.1. Kanker Ovarium pitel Stadium Dini ... 19

2.4.2. Kanker Ovarium Risiko Rendah ... 19

2.4.3. Kanker Ovarium Risiko Tinggi ... 20

2.4.4. Kanker Epitel Ovarium Stadium Lanjut ... 20

(13)

2.5.1. Tumor Marker CA 125 ... 23

2.5.2. Penilaian Radiologi ... 24

2.6. Ketahanan Hidup ... 26

2.7. Stadium Tumor Ovarium Epitel Berdasarkan International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) tahun 2000 ... 28

2.8. Kerangka Teori ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Rancangan Penelitian ... 31

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

3.3. Subyek Penelitian... 31

3.4. Kriteria Penelitian ... 31

3.4.1. Kriteria Inklusi ... 31

3.4.2. Kriteria Eksklusi ... 32

3.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 32

3.6. Batasan Operasional ... 32

3.7. Cara Kerja ... 36

3.8. Alur Penelitian ... 38

3.9. Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1. Umur dan Paritas Penderita Kanker Epitel Ovarium ... 40

4.2. Jenis Histopatologi Kanker Epitel Ovarium ... 42

4.3. Jumlah penderita kanker epitel ovarium berdasarkan stadium kanker epitel ovarium 43 4.4. Jenis Terapi Primer ... 43

(14)

4.6. Jenis Pemberian Kemoterapi ... 44

4.7. Disease free survival berdasarkan jenis histologi ... 46

4.8. Disease free survival berdasarkan stadium ... 47

4.9. Disease free survival berdasarkan jenis penatalaksaan ... 48

4.10.Hubungan antara stadium dan luaran akhir ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jenis Histologi Kanker Ovarium ... 5

Gambar 2.Karsinogenitas epitel ovarium ... 7

Gambar 3. Disfungsi BRCA 1 dan BRCA 2... 10

Gambar 4. Kurva survival Kaplan Meier kanker epitel ovarium periode

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi kanker ovarium berdasarkan World Health Organization (WHO) . 11

Tabel 2. Pembagian kanker epitel ovarium risiko tinggi dan rendah ... 19

Tabel 3. Ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium berdasarakan stadium ... 27

Tabel 4.1. Umur dan Paritas Penderita Kanker Epitel Ovarium ... 40

Tabel 4.2. Jenis Histopatologi Kanker Epitel Ovarium ... 42

Tabel 4.3.Jumlah penderita kanker epitel ovarium berdasarkan stadium kanker epitel ovarium ... 43

Tabel 4.4. Jenis Terapi Primer ... 43

Tabel 4.5. Jenis Pembedahan yang Dilakukan ... 44

Tabel 4.6. Jenis Pemberian Kemoterapi ... 44

Tabel 4.7. Disease free survival berdasarkan jenis histologi ... 46

Tabel 4.8. Disease free survival berdasarkan stadium ... 47

Tabel 4.9. Disease free survival berdasarkan jenis penatalaksaan ... 48

(17)

PROFILE OF EPITHELIAL OVARIAN CANCER BASED ON HISTOLOGIC TYPE, STAGING, TYPE OF

TREATMENT, AND 5 YEAR SURVIVAL RATE ON

ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL MEDAN 2008-2012

Harahap FP,Edianto D, Sahil MF.Siregar MFG,Tala MRZ,Luther D

Departement of Obstetric and Gynecology

Medical Faculty of Universitas Sumatera Utara

Medan, Indonesia, July 2013

ABSTRACT

BACKGROUND: Ovarian cancer ranks seventh in cancer found in women and fifth of the cancer cases

found in women at less developed countries. Globally, ovarian cancer causes 125,000 deaths per

year that put it in seventh as a cause of death by cancer in women. Overall 5-year survival rate in

stage I ovarian cancer is over 90%. But most patients present with advanced stage (III / IV) in which

the 5-year survival rate is very small, namely 30%. Though in recent years there has been a

development of the strategy of surgery and chemotherapy, but they only produced a slight

improvement on patient survival. In this study we sought to assess the profile of ovarian cancer

patients that affects 5-year survival in the General Hospital Center H.Adam Malik.

METHODS: The study design was a retrospective cohort study to describe the profile of patients with

epithelial ovarian cancer by histologic type, stage of disease, treatment and outcomes of 5-year

(18)

records department of the Department of Obstetrics and Gynecology. H. Adam Malik Medan during

the period of January 2008 to December 2012 and met the inclusion criteria.

RESULTS: Of 256 patients, mucinous cystoadenocarcinoma histologic type is the most common with

as many as 86 cases (33.6%) followed by serous cystadenocarcinoma with as many as 68 cases

(26.6%). Based on the stage, 165 patients or 64.5% of patients are detected at an advanced stage of

stage III. Obtained based on the primary therapy, 176 (68.8%) received surgery plus adjuvant

chemotherapy. Overall survival of epithelial ovarian cancer patients with <6 months gained is

45.02%. In the 6-12 months group we found overall survival was 25.65%. In the 13-30 group overall

survival was 15.18% and in the group> 30 months 4.1%. From Kaplan Meier curves, the longest

survival is from the group receiving neoadjuvant therapy and surgery with 60 months (10%) .

CONCLUSIONS: Histopathological type of epithelial cancer that occurs the most is mucinous

cystadenocarcinoma with an age range of 41-50 years are the most common age of epithelial

ovarian cancer patients. Epithelial ovarian cancer patients mostly diagnosed at an advanced stage

such as stage IIIC and get treatment include surgery plus platinum chemotherapy in combination

with taxane, and based on this study most patients generally received complete chemotherapy.

Kaplan Meier curve shows that patients who can survive the longest we have encountered are in the

group receiving neoadjuvant therapy and surgery with about 60 months.

(19)

PROFIL PENDERITA KANKER EPITEL OVARIUM BERDASARKN JENIS HISTOLOGI, STADIUM

PENYAKIT, PENATALAKSANAAN DAN LUARAN KETAHANAN HIDUP 5 TAHUN DI RSUP. H. ADAM

MALIK MEDAN

Harahap FP,Edianto D, Sahil MF.Siregar MFG,Tala MRZ, Luther D

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Kanker ovarium menempati posisi ketujuh, kanker yang dijumpai pada wanita

dan posisi ke lima kasus kanker pada wanita yang sering dijumpai pada negara yang kurang

berkembang. Secara global kanker ovarium menyebabkan 125.000 kematian pertahunnya sehingga

menempatkannya di peringkat ketujuh sebagai penyebab kematian oleh kanker pada wanita. Secara

keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun pada kanker ovarium stadium I diatas 90%. Tetapi

kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut (III/IV) dimana angka ketahanan hidup 5 tahun

sangat kecil yaitu 30%.Walaupun dalam beberapa tahun belakangan ini telah terjadi perkembangan

pada strategi pembedahan dan kemoterapi, tetapi hanya menghasilkan sedikit perbaikan terhadap

ketahanan hidup pasien. Pada penelitian ini kami berusaha untuk menilai profil pasien kanker

ovarium yang mempengaruhi ketahanan hidup 5 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik

Medan.

METODE: Rancangan penelitian ini merupakan studi cohort retrospektif untuk menggambarkan

profil penderita kanker epitel ovarium berdasarkan jenis histologi,stadium penyakit,

penatalaksanaan dan luaran hidup 5 tahun. Subyek adalah penderita kanker epitel ovarium yang

tercatat di rekam medis Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan selama

(20)

HASIL:Dari 256 pasien jenis histologi terbanyak adalah mucinous cystoadenocarcinoma yaitu

sebanyak 86 kasus (33.6%) diikuti oleh serous cystadenocarcinomasebanyak 68 kasus (26.6%).

Berdasarkan stadium, 158 orang pasien atau 61.7% pasien dideteksi pada stadium lanjut yaitu pada

stadium III. Berdasarkan terapi primer yang didapat, 176 orang (68.8%) mendapat tindakan

pembedahan ditambah dengan adjuvan kemoterapi. overall survival penderita kanker epitel ovarium

dengan < 6 bulan didapat 45,02%. Pada kelompok 6-12 bulan didapati overall survival sebesar

25,65%. Pada kelompok 13-30 bulan overall survival sebesar 15,18% dan pada kelompok > 30 bulan

sebesar 4.1%. Dari kurva survival Kaplan Meier didapat pasien yang dapat survive terlama kita

jumpai pada kelompok yang mendapat terapi neoadjuvant dengan pembedahan sekitar 60 bulan

sekitar 10%.

KESIMPULAN: Jenis histopatologi kanker epitel yang sering dijumpai adalah dari jenis mucinous

cystadenocarcinoma dengan rentang usia 41-50 tahun merupakan usia tertinggi penderita kanker

epitel ovarium. Penderita kanker epitel ovarium terdiagnosa pada stadium lanjut yaitu stadium IIIC

dan mendapatkan terapi berupa pembedahan ditambah dengan kemoterapi platinum yang

dikombinasikan dengan taxane, dan berdasarkan penelitian ini umumnya pasien mendapatkan

kemoterapi secara lengkap. Melalui kurva kaplan Meier terlihat bahwa pasien yang dapat survive

terlama kita jumpai pada kelompok yang mendapat terapi neoadjuvant dengan pembedahan sekitar

60 bulan.

KATA KUNCI : Profil, kanker epitel ovarium,jenis histologi, stadium penyakit penatalaksanaan,

(21)

PROFILE OF EPITHELIAL OVARIAN CANCER BASED ON HISTOLOGIC TYPE, STAGING, TYPE OF

TREATMENT, AND 5 YEAR SURVIVAL RATE ON

ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL MEDAN 2008-2012

Harahap FP,Edianto D, Sahil MF.Siregar MFG,Tala MRZ,Luther D

Departement of Obstetric and Gynecology

Medical Faculty of Universitas Sumatera Utara

Medan, Indonesia, July 2013

ABSTRACT

BACKGROUND: Ovarian cancer ranks seventh in cancer found in women and fifth of the cancer cases

found in women at less developed countries. Globally, ovarian cancer causes 125,000 deaths per

year that put it in seventh as a cause of death by cancer in women. Overall 5-year survival rate in

stage I ovarian cancer is over 90%. But most patients present with advanced stage (III / IV) in which

the 5-year survival rate is very small, namely 30%. Though in recent years there has been a

development of the strategy of surgery and chemotherapy, but they only produced a slight

improvement on patient survival. In this study we sought to assess the profile of ovarian cancer

patients that affects 5-year survival in the General Hospital Center H.Adam Malik.

METHODS: The study design was a retrospective cohort study to describe the profile of patients with

epithelial ovarian cancer by histologic type, stage of disease, treatment and outcomes of 5-year

(22)

records department of the Department of Obstetrics and Gynecology. H. Adam Malik Medan during

the period of January 2008 to December 2012 and met the inclusion criteria.

RESULTS: Of 256 patients, mucinous cystoadenocarcinoma histologic type is the most common with

as many as 86 cases (33.6%) followed by serous cystadenocarcinoma with as many as 68 cases

(26.6%). Based on the stage, 165 patients or 64.5% of patients are detected at an advanced stage of

stage III. Obtained based on the primary therapy, 176 (68.8%) received surgery plus adjuvant

chemotherapy. Overall survival of epithelial ovarian cancer patients with <6 months gained is

45.02%. In the 6-12 months group we found overall survival was 25.65%. In the 13-30 group overall

survival was 15.18% and in the group> 30 months 4.1%. From Kaplan Meier curves, the longest

survival is from the group receiving neoadjuvant therapy and surgery with 60 months (10%) .

CONCLUSIONS: Histopathological type of epithelial cancer that occurs the most is mucinous

cystadenocarcinoma with an age range of 41-50 years are the most common age of epithelial

ovarian cancer patients. Epithelial ovarian cancer patients mostly diagnosed at an advanced stage

such as stage IIIC and get treatment include surgery plus platinum chemotherapy in combination

with taxane, and based on this study most patients generally received complete chemotherapy.

Kaplan Meier curve shows that patients who can survive the longest we have encountered are in the

group receiving neoadjuvant therapy and surgery with about 60 months.

(23)

PROFIL PENDERITA KANKER EPITEL OVARIUM BERDASARKN JENIS HISTOLOGI, STADIUM

PENYAKIT, PENATALAKSANAAN DAN LUARAN KETAHANAN HIDUP 5 TAHUN DI RSUP. H. ADAM

MALIK MEDAN

Harahap FP,Edianto D, Sahil MF.Siregar MFG,Tala MRZ, Luther D

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Kanker ovarium menempati posisi ketujuh, kanker yang dijumpai pada wanita

dan posisi ke lima kasus kanker pada wanita yang sering dijumpai pada negara yang kurang

berkembang. Secara global kanker ovarium menyebabkan 125.000 kematian pertahunnya sehingga

menempatkannya di peringkat ketujuh sebagai penyebab kematian oleh kanker pada wanita. Secara

keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun pada kanker ovarium stadium I diatas 90%. Tetapi

kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut (III/IV) dimana angka ketahanan hidup 5 tahun

sangat kecil yaitu 30%.Walaupun dalam beberapa tahun belakangan ini telah terjadi perkembangan

pada strategi pembedahan dan kemoterapi, tetapi hanya menghasilkan sedikit perbaikan terhadap

ketahanan hidup pasien. Pada penelitian ini kami berusaha untuk menilai profil pasien kanker

ovarium yang mempengaruhi ketahanan hidup 5 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik

Medan.

METODE: Rancangan penelitian ini merupakan studi cohort retrospektif untuk menggambarkan

profil penderita kanker epitel ovarium berdasarkan jenis histologi,stadium penyakit,

penatalaksanaan dan luaran hidup 5 tahun. Subyek adalah penderita kanker epitel ovarium yang

tercatat di rekam medis Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan selama

(24)

HASIL:Dari 256 pasien jenis histologi terbanyak adalah mucinous cystoadenocarcinoma yaitu

sebanyak 86 kasus (33.6%) diikuti oleh serous cystadenocarcinomasebanyak 68 kasus (26.6%).

Berdasarkan stadium, 158 orang pasien atau 61.7% pasien dideteksi pada stadium lanjut yaitu pada

stadium III. Berdasarkan terapi primer yang didapat, 176 orang (68.8%) mendapat tindakan

pembedahan ditambah dengan adjuvan kemoterapi. overall survival penderita kanker epitel ovarium

dengan < 6 bulan didapat 45,02%. Pada kelompok 6-12 bulan didapati overall survival sebesar

25,65%. Pada kelompok 13-30 bulan overall survival sebesar 15,18% dan pada kelompok > 30 bulan

sebesar 4.1%. Dari kurva survival Kaplan Meier didapat pasien yang dapat survive terlama kita

jumpai pada kelompok yang mendapat terapi neoadjuvant dengan pembedahan sekitar 60 bulan

sekitar 10%.

KESIMPULAN: Jenis histopatologi kanker epitel yang sering dijumpai adalah dari jenis mucinous

cystadenocarcinoma dengan rentang usia 41-50 tahun merupakan usia tertinggi penderita kanker

epitel ovarium. Penderita kanker epitel ovarium terdiagnosa pada stadium lanjut yaitu stadium IIIC

dan mendapatkan terapi berupa pembedahan ditambah dengan kemoterapi platinum yang

dikombinasikan dengan taxane, dan berdasarkan penelitian ini umumnya pasien mendapatkan

kemoterapi secara lengkap. Melalui kurva kaplan Meier terlihat bahwa pasien yang dapat survive

terlama kita jumpai pada kelompok yang mendapat terapi neoadjuvant dengan pembedahan sekitar

60 bulan.

KATA KUNCI : Profil, kanker epitel ovarium,jenis histologi, stadium penyakit penatalaksanaan,

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologik yang berasal dari jaringan

ovarium. Kanker ini dapat berasal dari sel epitel, stroma dan germinal ovaruim. Kanker

ovarium menempati posisi ke tujuh, kanker yang dijumpai pada wanita dan posisi ke lima

kasus kanker pada wanita yang sering dijumpai pada negara yang kurang berkembang. Di

seluruh dunia pada tahun 2008 dijumpai 224.747 kasus baru kanker ovarium dimana 99.521

kasus diantaranya dijumpai pada negara-negara berkembang dan 125.226 kasus dijumpai

pada negara-negara yang kurang berkembang. Secara global kanker ovarium menyebabkan

125.000 kematian pertahunnya sehingga menempatkannya sebagai penyebab kematian oleh

kanker pada wanita di peringkat ketujuh.1,2,3

Di Inggris pada tahun 2008 sekitar 6500 kasus kanker ovarium baru yang dijumpai

sehingga menempatkan kanker ovarium sebagai kanker ginekologi kedua yang paling

dijumpai dan menempati posisi kelima pada jenis kanker yang paling sering dijumpai pada

wanita. Di Amerika Serikat, kanker ovarium diderita oleh 21.650 orang wanita dengan angka

mortalitas yang tinggi yakni sebesar 15.520 kematian pertahunnya. Dan menempati posisi ke

lima kematian yang disebabkan oleh kanker pada wanita. Bahkan pada tahun 2008 kanker

ovarium merupakan penyebab kematian yang lebih tinggi melebihi kanker paru, kolon dan

uterus serta berjumlah 4% dari seluruh kanker pada wanita dan 31% dari seluruh kanker

pada traktus genital wanita. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2002 pada Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo, kanker ovarium menempati posisi ketiga kanker ginekologi yang

paling sering dijumpai setelah kanker cervix dan kanker payudara.Dengan rata-rata angka

(26)

Secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun pada kanker ovarium stadium I

diatas 90%. Tetapi kebanyakan pasien datang pada stadium lanjut (III/IV) dimana angka

ketahanan hidup 5 tahun menjadi sangat kecil yaitu 30%. Tingginya angka morbiditas dan

mortalitias kanker ovarium ini umumnya disebabkan oleh terdeteksi pada stadium

lanjut,timbulnya beberapa keluhan seperti perut kembung,mual,muntah meningkatnya

frekuensi berkemih. Keluhan ini bukan merupakan keluhan yang patognomonis sehingga

dapat dikaburkan dengan kelainan organ lainnya. Timbulnya keluhan ini sebagai hasil dari

penekanan massa tumor,invasi terhadap jaringan sekitar atau metastasis. Sedangkan pada

stadium awal umumnya penderita kanker ovarium tidak memiliki gejala sehingga kanker

ovarium ini dijuluki sebagai “the silent killer”.3,7

Beberapa metode yang telah berkembang dalam mendeteksi kanker ovarium secara

dini adalah dengan penggunaan ultrasonografi untuk menilai morfologi massa ovarium

seperti yang dikembangkan oleh Sassone, Indeks Risiko Malignancy oleh Jacob, serta

penggunaan beberapa biomarker seperti CA 125, LDH, AFP, CEA, CA 19-9 dan yang

terbaru adalah Human Epydidimis protein (HE4) yang diharapkan dapat meningkatkan

sensitifitas dan spesifitas dalam mendeteksi kanker ovarium pada stadium dini yang pada

akhirnya akan meningkatkan ketahanan hidup penderita kanker ovarium.

Penanganan baku pada kanker ovarium masih merupakan kombinasi antara

pembedahan serta pemberian kemoterapi berbasis platinum. Pada awalnya, penanganan ini

efektif untuk meningkatkan ketahanan hidup. Walaupun dalam beberapa tahun belakangan

ini telah terjadi perkembangan pada strategi pembedahan dan kemoterapi, tetapi hanya

menghasilkan sedikit perbaikan terhadap ketahanan hidup pasien. Dan strategi ini masih

memiliki risiko timbulnya rekurensi dan resisten terhadap terapi. Yang pada akhirnya akan

(27)

menilai profile pasien kanker ovarium yang mempengaruhi ketahanan hidup 5 tahun di

Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang hendak diteliti adalah

Bagaimana profil penderita kanker epitel ovarium berdasarkan jenis histologi, stadium

penyakit,penatalaksaan serta ketahanan hidup 5 tahun dan disease free interval di

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui profil penderita kanker epitel ovarium berdasarkan jenis histologi, stadium

penyakit,penatalaksaan serta ketahanan hidup 5 tahun dan disease free interval di

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam Malik Medan

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui profil penderita kanker epitel ovarium berdasarkan jenis histologi

2. Mengetahui profil penderita kanker epitel ovarium berdasarkan stadium penyakit

3. Mengetahui profil penderita kanker epitel ovarium berdasarkan penatalaksanaan

4. Mengetahui ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker epitel ovarium

5. Mengetahui disease free interval penderita kanker epitel ovarium di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam Malik Medan

1.4. Manfaat penelitian

1. Bagi bidang ilmiah : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti ilmiah

(28)

ovarium, dan luaran pasien kanker ovarium yang telah di terapi di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam Malik Medan serta menjadi

data dasar bagi penelitian selanjutnya

2. Bagi masyarakat : diperolehnya data mengenai kertahanan hidup lima tahun serta

free disease interval bagi pasien akan mendapatkan penatalaksanaan kanker

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang sering dijumpai pada wanita,

dan penderita kanker ini cenderung untuk datang pada stadium lanjut, yang pada akhirnya

penderita dengan keadaan ini memiliki keterbatasan pemilihan penanganan dan umumnya

memiliki ketahanan hidup yang buruk. Berdasarkan jenis histologi kanker ovarium dibagi

menjadi jenis epitel, sex cord stromal dan sel germinal. Dimana hampir 90% kanker ovarium

ini berasal dari jenis epitel ovarium. 8,9,10

Gambar 1. Jenis histologi kanker ovarium

Secara umum penanganan kanker ovarium adalah tindakan pembedahan dan

kombinasi antara pembedahan yang dikombinasikan dengan kemoterapi yang berbasis

platinum. Pada pasien dengan stadium awal yaitu IA, IB dengan grade diferensiasi 1 dan 2

penanagan utamanya adalah melalui pembedahan tanpa diikuti dengan tindakan kemoterapi.

Sedangkan pada pasien dengan stadium lanjut yaitu III-IV diperlukan terapi mutimodal yang

(30)

dilakukan untuk mengangkat seluruh massa yang disebut dengan optimal tumor debulking

yang kemudian diikuti dengan enam siklus kemoterapi berbasis platinum. Tetapi pada pasien

dengan stadium lanjut ini memiliki risiko untuk berkembang menjadi rekuren baik dengan

platinum sensitif maupun platinum resiten. Yang pada akhirnya mempengaruhi ketahanan

hidup 5 tahun pasien dengan kanker ovarium.9

Kanker epitel ovarium

2.1. Patogenesis

Terdapat 3 jalur tumorigenik yang bertanggung jawab atas heterogenisitas kanker

epitel ovarium. Pertama beberapa kasus berasal dari akumulasi perubahahan generik yang

menyebabkan perubahan kista ovarium jinak menjadi low malignant potential tumor yang

pada akhirnya berkembang menjadi kanker ovarium invasif. Umumnya tumor invasif ini

bersifat low grade dan indolen secara klinis. Ras famili onkogen termasuk K-ras,dan N-ras.

Produksi protein mereka ikut mempengaruhi regulasi siklus sel dan pengaturan proliferasi sel.

Sehingga terjadinya mutasi dari ras ini ikut mempengaruhi proses pertumbuhan kanker

melalui cara kerja penghambatan terhadap apoptosis sel dan peningkatan proliferasi sel.

Sebaliknya kanker invasif yang timbul dari tumor LMP memiliki mutasi pada gen supresor

(31)

Gambar 2.Karsinogenitas epitel ovarium

Jalur kedua, sekitar 5 sampai 10 persen kanker epitel ovarium merupakan faktor

keturunan. Wanita yang lahir dengan mutasi BRCA hanya memerlukan pemicu pada copy

alelle yang normal untuk menyingkirkan produk BRCA supressor gen. Sehingga kanker yang

berkaitan dengan BRCA berkembang selama 15 tahun sebelum timbulnya kasus. Setelah itu,

BRCA-terkait ovarium dan kanker peritoneal tampaknya memiliki patogenesis molekul yang

unik, membutuhkan inaktivasi p53 untuk mengalami perkembangan. P53 merupakan produk

protein yang mencegah sel untuk memasuki tahap pembelahan dan menghambat menghambat

pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Terjadinya mutasi pada P53 dikaitkan dengan

sejumlah kanker.9

Ketiga, sebagian besar kanker tampaknya berasal dari sel-sel de novo permukaan

ovarium epitel yang diasingkan dalam kista inklusi dalam stroma ovarium. Sejumlah

peristiwa memicu dan jalur berikutnya telah diusulkan. Sebagai contoh, perbaikan siklik dari

(32)

melimpah. Pada wanita ini , mutasi p53 spontan yang timbul selama sintesis DNA yang

menyertai proliferasi ini tampaknya memainkan peran utama dalam karsinogenesis. Tentu

saja, beberapa jalur perkembangan yang mungkin, berasal dari inaktivasi gen awal tak

terhitung.9

2.2.. Faktor risiko kanker epitel ovarium

Beberapa faktor risiko terjadinya kanker ovarium adalah riwayat keluarga dengan

kanker payudara,ovarium, pertambahan usia, infertilitas dan nuliparitas, penggunanaan

esterogen dosis tinggi dalam jangka panjang.

Paritas

Pada sebuah penelitian case control yang dilakukan oleh John F. Annegeks

menunjukkan bahwa kejadian angka kanker ovarium terjadi pada kelompok nuliparitas

sebanyak 44% dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya 30%,dengan angka risiko

relatif 1.8.Hal ini juga diperlihatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Susan E. Hankinson

yang menunjukkan bahwa wanita yang pernah melahirkan memiliki penurunan risiko kanker

epitel ovarium sebanyak 45% dibandingkan dengan wanita yang nuliparitas [RR] = 0.55;

95% confidence interval [CI] = 0.38-0.80.Dan mereka juga menujukkan terjadinya penurunan

risiko sebanyak 16% untuk setiap bertambahnya jumlah paritas. Hal ini juga konsisten

dengan penelitian oleh Tomas Riman yang menemukan bahwa risiko kanker eiptel ovarium

lebih rendah pada wanita yang telah melahirkan dibandingkan pada wanita nulipara, dan level

proteksinya meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah kelahiran. Beberapa penelitian

juga menujukkan hal yang sama pada populasi di Amerika Utara, Eropa dan Asia. Dari

keseluruhan menunjukkan banwa terjadi penurunan 40% risiko kanker ovarium. Dimana

(33)

Riwayat Keluarga

Kanker ovarium mempengaruhi 1% wanita yang memiliki riwayat keluarga satu atau

lebih dengan riwayat kanker ovarium atau dengan riwayat kanker lainnya. Sekitar 15%

penderita kanker ovarium melaporkan memilki riwayat keluarga yang menderita kanker

ovarium.18

Riwayat keluarga derjat pertama seperti ibu,saudara perempuan, anak perempuan,

saudara perempuan menyebabkan life time risk menderita kanker ovarium menjadi 3 kali

lipat. Dan risiko ini meningkat dengan dua atau lebih keluarga derjat pertama yang menderita

kanker ovarium. Identifikasi pasien berisiko tinggi yang memiliki riwayat keluarga dengan

kanker ovarium,kanker payudara dan kanker colon telah menjadu salah satu strategi

pencegahan. Jika riwayat keluarga ada yang menderita kanker colon maka para klinisi harus

waspada dengan kemungkinan timbulnya hereditary non polyposis colorectal cancer

(HNPCC) yang juga dikenal dengan Lynch Syndrome. Pasien dengan sindroma ini memilki

life time risk sebesar 10-12 persen menderita kanker ovarium.9

Gen BRCA 1 dan BRCA 2 yang merupakan protein gen supresor tumor yang

berinterkasi dengam rekombinan DNA perbaikan protein, untuk menjaga keutuhan struktur

kromosom. Mutasi pada BRCA1 dan BRCA 2 menyebabkan ketidakstabilan genetik

sehingga sel berisiko untuk mengalami perkembangan malignan. Gen BRCA 1 ini berada

pada kromosom 17q21. Pasien yang terbukti menderita mutasi pada gen ini memilki risiko

tinggi menderita kanker payudara sebesar 45 sampai 85% dan ovarium 20 sampai 45%.

BRCA 2 berada pada kromosom 13q12 dan secara umum menurut Chen dan Risch pada

tahun 2006 mengarah pada kanker payudara sebesar 30 sampai 50% dan kanker ovarium

(34)

Gambar 3. Disfungsi BRCA 1 dan BRCA 2

Ras

Perempuan ras putih memiliki insidensi kanker ovarium tertinggi di antara semua

kelompok ras dan etnis.Dibandingkan dengan perempuan kulit hitam dan Hispanik, risiko

meningkat 30 hingga 40 persen .Walaupun alasan yang tepat tidak diketahui, perbedaan rasial

dalam paritas dan tingkat pembedahan ginekologi dapat menjelaskan beberapa

perbedaan.9,19,20

Menarche dini

Menarche dini dan menopause terlambat juga telah dikaitkan dengan peningkatan

risiko kanker ovarium. Sebaliknya, pemberian ASI memiliki efek perlindungan, mungkin

dengan memperpanjang amenore. Upaya mencegah ovulasi, penggunaan kontrasepsi oral

kombinasi jangka panjang dianggap dapat mengurangi risiko kanker ovarium sebesar 50 %.

Durasi perlindungan berlangsung sampai dengan 25 tahun setelah penggunaan terakhir.

(35)

Usia

Kejadian keseluruhan kanker ovarium meningkat dengan bertambahnya usia ke

pertengahan 70 dan menurun sedikit di antara perempuan yang usia 80 tahun. Secara umum,

penuaan memungkinkan perpanjangan waktu untuk menyebabkan perubahan genetik secara

acak dalam epitel permukaan ovarium. Perempuan yang tinggal di Amerika Utara, Eropa

Utara, atau negara industri Barat, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker ovarium. Secara

global angka kejadian sangat bervariasi, namun negara-negara berkembang dan Jepang

memiliki tingkat terendah. Kebiasaan diet di daerah tertentu kemungkinan berpengaruh,

konsumsi makanan rendah lemak tetapi tinggi serat, karoten, vitamin dapat sebagai pelindung

sel epitel ovarium.22

2.3. Jenis histopatologi kanker epitel ovarium.23

Table 1. Klasifikasi kanker ovarium berdasarkan World Health Organization (WHO)

• Adenocarcinoma serous

• Tumor mucin (Adenocarcinoma mucinous) • Adenocarcinoma

• Small cell carcinoma • Tumor endometrioid

(36)

• Mixed carcinoma

• Undifferentiated carcinoma

Kanker ovarium jenis epitel dibagi sesuai grading / differensiasinya:

- GX : Grading tidak dapat ditentukan

- G1 : Berdifferensiasi baik

- G2 : Berdifferensiasi sedang

- G3 : Berdifferensiasi buruk.

Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh William E. Winter III et al yang mencoba

mengidentifikasi faktor-faktor sebagai prediktor buruknya prognosis pada pasien dengan

kanker epitel ovarium stadium lanjut dimana salah satunya adalah jenis histopatologi, mereka

menemukan bahwa pada pasien dengan stadium IV kanker epitel ovarium dengan gambaran

histopatologi musinus dan clear cell memiliki overall survival yang lebih buruk dibandingkan

dengan jenis seorus. Pada penelitian lainnya oleh Hess V, A’Hern, yang membandingkan

kelompok histopatologi musinus yang dibandingkan dengan kelompok lainnya menemukan

penurunan progression free survival dan overall survival pada kelompok musinus.24,25

Pada penelitian terbaru menunjukkan bahwa jenis kanker epitel ovarium dengan jenis

musinus dan clear cell berkaitan dengan progression free survival yang lebih buruk

dibandingkan dengan jenis serous. Dan secara umum dikatakan bahwa jenis histologi clear

cell merupakan jenis histologi yang memiliki prognostik yang lebih buruk.Berikut ini adalah

pembagian kanker epitel ovarium berdasarkan jenis histologinya.26

(37)

Setengah dari seluruh kanker ovarium epitel memiliki histologi serosa. Mikroskopik,

sel-sel mungkin menyerupai epitel tuba fallopi pada tumor diferensiasi baik atau sel

anaplastik dengan nukleus atipik pada tumor diferensiasi buruk. Pada tumor diferensiasi baik,

struktur papiler nampak pada daerah kistik, dan sering diidentifikasi psammoma bodies.

Selama evaluasi frozen section, psammoma bodies pada dasarnya pathognomonis dari suatu

kanker ovarium tipe serosa. Seringkali tumor ini mengandung berbagai jenis sel lain sebagai

komponen minor (<10 persen) yang dapat menyebabkan masalah diagnostik tapi tidak

mempengaruhi hasi.9,27

Endometrioid Adenokarsinoma

Sekitar 15 sampai 20 persen dari kanker ovarium epitel adalah adenokarsinoma

endometrioid, jenis histologis kedua yang paling umum. Namun, hasil frekuensinya lebih

rendah karena tumor endometrioid diferensiasi buruk dan tumor serosa tidak dapat

dibedakan dengan mudah, dan kasus tersebut biasanya diklasifikasikan sebagai tumor

serosa.. Akibatnya, tumor endometrioid diferensiasi baik yang lebih umum ditemukan, yang

juga menjelaskan prognosis tumor ini relatif baik. Variasi tipe sel endometrioid

berdiferensiasi baik menyerupai adenocarcinoma dari endometrium, sering menunjukkan

gambaran yang sama (diferensiasi skuamosa). Psammoma bodies kadang-kadang dapat

muncul. Adenokarsinoma endometrioid berdiferensiasi buruk memiliki bentuk utama padat.

Area dengan gambaran residu mikroglanduler membedakan tumor ini dari serosa atau tipe

histologi undifferentiated.23

Mucinous Adenokarsinoma

Sekitar 5-10% kanker epitel ovarium adalah adenokarsinoma mucinous. Frekuensi ini

biasanya berlebihan karena ada tumor primer dari apendiks dan kolon yang tidak terdeteksi.

(38)

yang berasal dari usus atau endoservikal. Secara histologi, perbedaan mungkin sulit tanpa

korelasi klinis. Pseudomyxoma peritonei adalah istilah klinis yang digunakan untuk

menggambarkan temuan bahan mukoid atau gelatin di rongga pelvis dan abdomen yang

dikelilingi oleh kapsul berserat tipis. Kanker ovarium mucinous dengan asites jarang

menyebabkan kondisi ini, dan ada bukti yang meyakinkan bahwa tumor ovarium mucinous

terkait dengan pseudomyxoma peritonei hampir semua metastasis dan bukan tumor primer.

Akibatnya, appendiks dan daerah usus lainnya lainnya asal harus dieksklusi. Tumor

appendiks primer mungkin relatif kecil dibanding tumor ovarium dan mungkin tidak

diperhatikan secara makroskopik. Dengan demikian pengangkatan dan pemeriksaan

histologis menyeluruh apendiks ditunjukkan dalam semua kasus pseudomyxoma

peritonei.Jika sel epitel peritoneal menunjukkan jinak atau borderline, kondisi ini disebut

sebagai disseminated peritoneal adenomucinosis. Pasien dengan diagnosis ini memiliki

perjalanan klinis jinak atau lamban . Ketika sel epitel peritoneal muncul ganas, perjalanan

klinis selalu fatal.27

Clear Cell Adenokarsinoma

Terdiri dari 5 sampai 10 persen dari kanker epitel ovarium, clear cell adenocarcinoma

adalah yang paling sering dikaitkan dengan endometriosis pelvis. Munculnya tumor ini sama

dengan clear cell carcinoma yang berkembang secara sporadis dalam uterus, vagina, dan

serviks. Secara mikroskopis, baik clear cell dan "hobnail" merupakan karakteristik. Pada

clear cell, hasil sitoplasma terlihat jelas dari pelarutan glikogen sebagai spesimen jaringan

secara histologis. Hobnail cell memiliki inti sel bulat yang menonjol jauh ke dalam lumen

kistik di luar batas sitoplasma dari sel. Foto mikto spesimen histologi dari clear cell

(39)

Malignant mixed Müllerian tumor

Tumor ini jarang terjadi, mewakili kurang dari 1 persen dari kanker ovarium dan

secara histologis mirip dengan tumor primer uterus. Menurut definisi, tumor mengandung

unsur ganas epitel dan mesenkim.9

Tumor Sel Transisional/Tumor Brenner

Ini merupakan kanker ovarium yang jarang, dicirikan dengan koeksistensi kanker sel

transisional diferensiasi buruk dan fokus yang diselingi tumor jinak atau tumor Brenner

borderline. Mikroskopik, komponen sel transisional menyerupai kanker yang timbul dari

saluran kemih, sering berupa diferensiasi skuamosa. Tumor Brenner ditandai dengan bagian

padat yang mendominasi, stroma fibrosa dengan sarang sel epitel transisional.9

Kanker Sel Transisional

Sejumlah kurang dari 5 persen kanker ovarium, ditandai secara histologi oleh adanya

komponen Brenner. Pasien dengan kanker sel transisional memiliki prognosis lebih buruk

dibandingkan dengan tumor ganas Brenner tapi lebih baik dibandingkan dengan jenis

histologis lain kanker ovarium epitel . Mikroskopis, menyerupai kanker kandung kemih

utama namun memiliki pola immunoreactive konsisten dengan asal dari ovarium.9,27,28

Kanker Sel Skuamosa

Jarang sekali tumor dapat diklasifikasikan sebagai kanker sel skuamosa primer. Pada

kenyataannya, ini adalah kategori terbaru yang diakui. Lebih umum, kanker sel skuamosa

berasal dari teratoma kistik mature (kista dermoid) dan diklasifikasikan sebagai tumor ganas

sel benih ovarium. Dalam kasus lain, varian endometrioid ovarium mungkin memiliki

(40)

Karsinoma campuran

Jenis sel tumor campuran merupakan kombinasi umum yang meliputi campuran clear

cell-endometrioid atau serous-endometrioid adenocarcinoma.9

Undifferentiated Carcinoma

Jarang sekali tumor ovarium epitel berdiferensiasi buruk diklasifikasikan sebelumnya

ke dalam salah satu jenis mullerian. Mikroskopik, sel-sel tersebut diatur dalam kelompok

padat atau lembaran dengan banyak aktivitas mitosis dan ditandai dengan sitologi yang

atipik. Biasanya, fokus kanker mullerian di dalam tumor berupa serosa. Secara keseluruhan,

undifferentiated carcinoma ovarium memiliki prognosis yang sangat buruk dibandingkan

dengan jenis histologis lain.9

Small Cell Carcinoma

Jenis ini jarang terjadi, sangat ganas, dan terdiri dari dua sub kelompok. Kebanyakan

pasien memiliki tipe hiperkalemia, yang biasanya berkembang pada wanita muda pada usia

20 tahunan. Hampir semua tumor ini adalah unilateral, dan dua pertiga berhubungan dengan

kadar kalsium serum yang meningkat pasca operasi. Tipe pulmoner menyerupai kanker oat

cell paru-paru dan berkembang pada wanita yang lebih tua, dan setengah dari kasus memiliki

penyakit ovarium bilateral. Secara umum, pasien dengan small cell kanker sel kecil

meninggal dalam waktu 2 tahun dari perkembangan penyakit.9

Karsinoma Primer Peritoneal

Sampai dengan 15 persen dari kanker ovarium epitel adalah karsinoma primer

(41)

terutama di kalangan carrier mutasi BRCA1, transformasi maligna independen terjadi pada

daerah peritoneal secara bersamaan. Secara klinis dan histologi, tumor ini hampir tidak bisa

dibedakan dari kanker ovarium epitel. Namun, kanker peritoneal primer dapat berkembang

pada wanita beberapa tahun setelah menjalani Bilateral Salphingoforektomi . Jika ovarium

masih ada, beberapa kriteria yang diperlukan untuk membuat diagnosis. Sejauh ini, varian

yang paling umum adalah papiler serous, tapi beberapa jenis histologis lain yang masih

memungkinkan. Secara umum pengklasifikasian, pengobatan, dan prognosis dari kanker

peritoneal primer adalah sama seperti untuk kanker ovarium epitel. Diagnosis diferensial

meliputi mesothelioma ganas.9

Karsinoma Tuba Falopii

Kasus ini jauh lebih jarang daripada tumor ovarium epitel, kanker tuba fallopi

memiliki kesamaan klinis yang mirip. Untuk sebagian besar, faktor risiko, jenis histologis,

pengklasifikasian bedah, pola penyebaran, pengobatan, dan prognosis sebanding. Dianggap

sebagai kanker utama dari tuba fallopi, tumor harus berada secara makroskopik dalam tuba

atau akhir dari fimbriae. Selain itu, uterus dan ovarium tidak boleh mengandung kanker, atau

jika ada, maka jelas berbeda dari lesi tuba falopi.9

Tumor Sekunder

Tumor ganas yang bermetastasis ke ovarium hampir selalu bilateral. Tumor

Krukenberg merujuk pada suatu metastasis adenocarcinoma mucinous-signet ring cell dari

ovarium yang biasanya tumor primer berasal dari dari saluran intestinal. Metastasis ovarium

sering merupakan tahap akhir penyebaran penyakit di mana metastase secara hematogen juga

(42)

2.4. Penatalaksanaan kanker epitel ovarium

Penaganan kanker epitel ovarium telah mengalami perubahan dalam beberapa dekade

belakangan ini. Cisplatin yang pertama sekali diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun

1970 an, kini telah menjadi kemoterapi lini pertama dalam penaganan kanker epitel ovarium.

Sebelumnya pada akhir tahun 1960an dan 1970an konsep operasi sitoreduksi pertama sekali

diperkenalkan, sebyah metanalais oleh Bristow menunjukkan dengan peningkatan ketahanan

hidup setelah dilakukannnya sitoreduktif yang maksimal. Pada dekade belakangan ini

tercapainya debulking yang lengkap merupakan tujuan utama dalam peanganan kanker epitel

ovarium.29,30

Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anne M. van Altena di Belanda yang

mencoba menjelaskan kecenderungan ketahanan hidup dan terapi pada kanker epitel

ovarium, dan menentukan apakah perubahan [pda terapi ikut menentukan ketahanan hidup

pasien. Hasilnya dari 23.399 orang yang terdiagnosis kanker epitel ovarium,sebanyak 15.892

orang berada pada stadium lanjut (stadium IIB). Pada pasien yang mendapatkan kemoterapi

neoadjuvat dan optimal debulking (residu tumor < 1 cm) mengalami peningkatan ketahanan

hidup. Ketahanan hidup 5 tahun pada pasien yang didagnosa pada stadium lanjut meningkat

mulai dari 18% pada periode 1989-1993, menjadi 28% pada periode tahun 2004-2009.

Berikut ini adalah beberapa jenis penatalaksanaan kanker epitel ovarium.29

2.4.1. Kanker ovarium epitel stadium dini

Walaupun manfaat kemoterapi pada kanker stadium lanjut telah dibuktikan, tetapi

hasilnya pada kanker ovarium stadium dini belum terlalu jelas. Perawataan baku pada kasus

kanker ovarium stadium dini adalah pembedahan yaitu total abdominal histerektomi,bilateral

(43)

ovarium stadium dini yang ingin mempertahankan fertilitas oophorectomy unilateral

merupakan suatu pilihan, berdasarkan beberapa variable prognostik dibawah ini.23,28

Risiko rendah Risiko tinggi

Low grade High grade

Jenis histologi non clear cell Jenis histologi clear cell

Kapsul utuh Kapsul tidak utuh

No surface excrescences Surface excrescences

Tidak ada asites Ada asites

Sitologi peritoneal negatif Sitologi peritoneal positif

Tidak pecah atau pecah intraoperatif Pecah sebelum operasi

Perlekatan yang tebal negatif Perlekatan yang tebal positif

Tumor diploid Tumor aneuploid

Tabel 2. Pembagian kanker epitel ovarium risiko tinggi dan rendah

2.4.2. Kanker ovarium risiko rendah

Pada penelitian yang dilakukan oleh Guthrie et al memperlihatkan luaran 656 pasien

dengan kanker epitel ovarium stadium dini, tidak diberikan kemoterapi dan radioterapi pada

seluruh pasien dengan stadium IA grade I yang meninggal akibat penyakitnya sehingga

pemberian adjuvan radioterapi dan kemoterapi tidak dibutuhkan. Kemudian pada penelitian

prospektif yang dilakukan the Gynecologic Oncology Group,penelitian yang terandomisasi

observasi dibandingkan dengan melphalan pada pasien stadium IA dan IB grade 1 dan 2,

memperlihatkan angka ketahanan hidup 5 tahun masing-masing 94% dan 96%. Hal ini

mengkonfirmasi bahwa pemberian terapi adjuvan tidak dibutuhkan pada pasien-pasien

(44)

2.4.3. Kanker ovarium risiko tinggi

Pada pasien dengan risiko tinggi contohnya dengan derjat diferensiasi yang poor atau

pada pasien dengan sitologi asites yang positif atau bilasan peritoneum yang positif,

diperlukan terapi tembahan. Pilihan terapi berupa kemoterapi adjuvan dengan jenis

kemoterapi bergantung pada tingkat kesehatan penderita secara keseluruhan dan adanya

ko-morbid. Pemberian kemoterapi carboplatin dan paclitaxel selama 3 sampai 6 siklus

digunakan pada kebanyakan kasus, pemebrian carboplatin sebagai kemoterapi tunggal lebih

dianjurkan pada beberapa kasus.23

2.4.4. Kanker epitel ovarium stadium lanjut

Sitoreduktif

Pada kebanyakan kasus, kanker ovarium terdeteksi pada stadium lanjut dimana telah

terjadi penyebaran diluar ovarium. Umumnya pasien datang dengan keluhan perut membesar

disertai dengan asites dan terkadang massa di cavum abdomen telah membsear hingga ke

bagian atas abdomen. Penangkatan massa tumor pada penderita kanker ovarium stadium

lanjut dapat memperbaiki kualitas hidup penderita, mengurangu efek samping metabolik

yang disebabkan tumor, meningkatkan kemampuan penderita untuk mencukupi asupan

nutrisi. Pengangkatan massa tumor juga dapat meningkatkan respon terhadap kemoterapi.23

Tumor yang berukuran besar yang memiliki asupan pembuluh darah yang jelek dapat

memberikan perlindungan pada sel tumor untuk dapat lolos dari paparan kemoterapi. Dan

juga massa dengan aliran darah yang jelek memiliki fraksi pertumbuhan yang rendah

sehingga sel tersebut menjadi kurang sensitif terhadap obat-obatan kemoterapi. Prinsip utama

dari pembedahan sitoreduksi adalah menghilangkan semua massa primer dan jika

(45)

maka tujuannya adalah untuk mengurangi massa tumor dengan reseksi hingga mencapai

status optimal. Hacker dan Berek menunjukkan bahwa pasien dengan residu massa ≤ 5 mm

memiliki ketahan hidup yang lebih tinggi. Data ini kemudian disokong oleh penenlitian yang

dilakukan oleh Hoskins et al yang menunjukkan median ketahanan hidup selama 40 bulan

dibandingkan penderita dengan residu massa > 1.5 cm. Pada pasien dengan massa yang telah

direseksi secara lengkap memiliki prognosis yang paling baik dengan ketahanan hidup 5

tahun sekitar 60%.23

Resektabilitas tumor metastasis ditentukan oleh lokasi penyakit. Sitoreduktif optimal

sulit untuk dicapai jika penyakit telah meluas hingga diafragma,parenkim hepar dan

disepanjang usus halus mesenterium,omentum minor dan porta hepatis.Interval debulking

merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pembedahan yang dilakukan diantara

pemberian kemoterapi pada pasien yang sebelumnya telah menjalani pembedahan debulking

yang tidak berhasil sebelumnya.23,28

Kemoterapi Cisplatin

Cisplatin merupakan metal inorganik. Golongan obat ini membunuh sel pada semua

siklus pertumbuhan,menghambat biosintesis DNA dan berikatan dengan DNA membentuk

ikatan silang. Beberapa penelitian randomized control trial yang membandingkan cisplatin

dengan carboplatin telah dilakukan, dan metanalisa telah menunjukkan bahwa tidak dijumpai

perbedaan dalam hal keberhasilan antara cisplatin dan carboplatin. Tidak ada bukti yang

mendukung bahwa penggunaan cisplatin dengan dosis 50-100 mg/m2 setiap 3 mingu lebih

baik dari carboplatin dengan AUC 5-7.5 setiap 3 minggu. Carboplatin lebih unggul dalam hal

efek samping dimana carboplatin memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan

(46)

Efek samping utama pemberian cisplatin adalah nefrotoksik. Hidrasi yang cukup

dengan garam fisiologis atau manitol penting untuk mengurani nefrotoksisitas. Selain itu

cisplatin juga memiliki efek neurotoksisitas perifer yang ireversibel.28

Kemoterapi Paclitaxel

Dikatakan bahwa paclitaxel merupakan obat aktif dalam pengobatan kanker ovarium.

Secara keseluruhan respons rate paclitaxel pada fase II sebesar 36%. Mcguire et al

melaporkan bahwa kombinasi cisplatin 75 mg/m2 dan paclitaxel 135,g/m2 lebih unggul

dibandingkan dengan penggunaan cisplatin 75 mg/m2 dan cyclophosphamid 600 mg/m2

yang diberikan selama 6 siklus. Pada pasien dengan massa yang direseksi suboptimal

paclitaxel menunjukkan pengurangan mortalitas sebesar 36%. Data ini juga diverifikasi oleh

the European Organization for the Research and Treatment of Cancer, the Nordic Ovarian

Cancer Study Group (NOCOVA), dan the National Cancer Institute of Canada (NCIC).23

Kemoterapi Carboplatin

Carboplatin merupakan platinum analog generasi kedua yang memiliki toksisitas yang

lebih rendah dibandingkan dengan cisplatin. Carboplatin memiliki efek samping

gastrointestinal yang lebih rendah terutama mual dan muntah dan toksisitas pada ginjal,saraf

dan ototoksik yang lebih rendah.Sehingga carboplatin menjadi kemoterapi lini pertama pada

kanker epitel ovarium di Amerika Serikat. Tetapi carboplatin ini memiliki efek myelosupresi

yang lebih besar dibandingkan dengan cisplatin.23,28

Penggunaan carboplatin yang standar sebagai obat tunggal adalah dengan dosis 400

mg/m2 pada penelitian fase II. Cara pemberian yang optimal adalah dengan menggunaan

Area Under Curve (AUC) dan kecepatan filtrasi glomerolus dengan menggunakan formula

Calvert. Target AUC yang digunakan adalah 5-7 pada penderita yang belum pernah

(47)

Kemoterapi dengan penambahan taxane

Doxetacel ditambah dengan carboplatin telah dibandingkan dengan paclitaxel

ditambah dengan carboplatin. Tidak terdapat perbedaan dalam progression free interval

ataupun pada overall survival diantara kedua jenis regimen ini, dengan progrssion free

survival 15.1 bulan pada kelompok doxetacel dan 15.4 bulan pada kelompok paclitaxel.23,32

2.5. Follow up

2.5.1. Tumor marker CA 125

CA 125 merupakan molekul yang disusun oleh rantai sitoplasmik pendek dengan

domain transmembran dandomain ekstrasel yang mengalami glikosilasi berukuran besar yang

lebih dari 60, dan terdiri dari 150 unit asam amino yang berulang yang berikatan pada

antibodi OC125 dan M11. Kadar molekul musin yang terglikosilasi ini terdapat pada jaringan

ovarium yang normal,epithel endometrium,endoserviks dan tuba falopi.23,33

Peningkatan CA125 berguna dalam memprediksi adanya penyakit,tetapi nilainya yang

normal kurang sensitif dalam menentukan ad tidaknya penyakit, Pada sebuah penelitian

prospektif menunjukkan nilai prediksi positif sebesar 100% jika nilai CA 125 yang digunakan

>35 U/dl maka penyakit tetap terdeteksi pada pasien yang menjalani operasi second look

laparotomi. Nilai prediksi negatif yang hanya 56% jika menggunakan nilai CA 125 < 35

U/dL, dan hanya dapat mendeteksi 44% penderita.23,33

Kadar CA125 dapat digunakan sebagai follow up pada penderita yang sedang

menjalani kemoterapi. Perubahan secara umum berkaitan dengan respon. Pada penderita yang

memiliki kadar CA125 yang meningkat setelah pemeberian kemoterapi selam 3 siklus

cenderung mengalami resistensi.The Gynecologic Cancer Intergroup (GCIG) telah

(48)

peningkatan CA125 sebelum pengobatan yang telah mengalami kadar CA125 yang

normal,harus menunjukkan peningkatan kadar CA125 lebih besar atau sama dengan dua kali

batas atas nilai normal pada dua kali pemeriksaan dengan jarak 1 minggu.23

2.5.2. Penilaian radiologi

Pada penderita dengan kanker epitel ovarium stadium I-III, pemeriksaan radiologi

memiliki keterbatasn. Asites dapat mudah terdeteksi tetapi metastase omental yang besar

dapat tidak terlihat pada pemeriksaan CT scan. Nilai false negatif pemeriksaan CT scan

sebesar 45%.Pada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa PET scan memiliki sensitifitas

90% dan spesifisitas 85% dalam mendeteksi kanker ovarium recurrent, dan sepertinya dapat

berguna dalam mendiagnosis kanker ovarium recurrent jika hasil CA125 mengalami

peningkatan.23,34,35,36

Kriteria yang digunakan dalam menilai respon terapi adalah berdasarkan kriteria

Response Evaluation Criteria in Solid Tumours (RECIST) yang pertama kali dipublikasi pada

tahun 2000. Kunci penting dari kriteria RECIST ini adalah definisi ukuran maksimum massa

yang dapat terukur, instrtuksi berapa banyak lesi yang diikuti, penggunaan pengukuran

unidimensi dan langkah evaluasi seluruh massa tumor.37

Pengukuran menurut kriteria RECIST melalui seluruh pengukuran harus dicatat dalam

notasi metrik,jika dinilai berdasarkan klinis maka digunakan kaliper. Seluruh pengukuran

awal dilakukan sedekat mungkin dengan dimulainya terapi dan dengan jarak tidak lebih 4

minggu dengan dimulainya terapi. Harus digunakan metode penilaian dan teknik yang sama

dalam mengidentifikasi dan melaporkan lesi pada penilaian awal dan follow up. Evaluasi

berbasis imaging harus dilakukan dibandingkan dengan pemeriksaan klinis,kecuali pada pada

lesi yang pada imaging tidak dapat dinilai tetapi dapat dinilai dengan pemeriksaan klinis.

(49)

dan MRI> CT scan merupakan pemeriksaan yang tersedia secara luas, dapat diproduksi ulang

dalam mengukur besarnya lesi sebagai penilaian respon terhadap terapi. Panduan ini

mendefinisikan lesi berdasarkan CT scan, dengan asumsi bahwa ketebalan potongan CT 5

mm atau kurang.32

Pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound tidak dapat digunakan sebagai metode

penilaian, hal ini disebabkan hasil pemeriksaan ultrasonografi ini sangat bergantung pada

kemampuan operator sehingga kesamaan teknik pengukuran tidak mungkin menggambarkan

hasil yang sama jika diambil dari operator yang berbeda.37

Penggunaan tumor marker secara tunggal juga tidak dapat digunakan dalam menilai

respon penilaian. Jika tumor marker pada awal terapi diatas normal,maka pada pasien dengan

complete respon harus menunjukkan kadar tumor marker yang normal. CA 125 tidak dapat

digunakan secara tunggal dalam memonitor kanker ovarium karena keterbatasannya pada

kadar yang dapat berubah-ubah seperti pada laparotomi atau peritonitis. Serta adanya

kemungkinan variasi hasil pemeriksaan diantara beberapa laboratorium yang

berbeda-beda.37,38

Berikut adalah kriteria respon menurut RECIST. Complete response (CR) adalah

hilangnya seluruh target lesi. Terjadinya reduksi seluruh kelenjar limf patologi (baik target

atau tidak) pada axis pendek sampai <10 mm. Partial response (PR) adalah berkurangnya

jumlah diameter target lesi sedikitnya 30%, dengan referensi total diameter pada pengukuran

awal. Progrssive disease (PD) terjadinya peningkatan diameter total lesi target setidaknya

20% dan menunjukkan peningkatan absolut massa setidaknya 5 mm , dengan referensi total

diameter pada pengukuran awal. Stable disease (SD) berkurangnya ukuran masa yang tidak

Gambar

Gambar 1. Jenis histologi kanker ovarium
Gambar 2.Karsinogenitas epitel ovarium
Gambar 3. Disfungsi BRCA 1 dan BRCA 2
Tabel 2. Pembagian kanker epitel ovarium risiko tinggi dan rendah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peran perawat dibutuhkan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penderita skizofrenia.Salah satu pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat. Perilaku

1. Eksistensi Kepolisian Sektor dalam mewujudkan keamaman dan ketertiban masyarakat di Nagari Kuranji Hilir dan Nagari Koto Tinggi Kuranji Hilir Kecamatan Sungai

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) huruf a sampai sampai dengan huruf o tidak diketahui atau lebih rendah

Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

2- Titrasi kembali : melarutkan alkaloid dalam sejumlah standar asam dan kelebihan asam dititrasi dengan larutan standard alkali.. • Titrasi bebas air: penetapan kadar alkaloid

Teori ini mengedepankan bahwa sanksi dalam hukum pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan sesuatu kejahatan yang merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai

Karena nilai P Value 0,099 &gt; 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan keaktifan ibu balita dalam kegiatan

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC