• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pesan Non Verbal Dlam Upacara Adat Grebek Sekaten Di Keraton Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pesan Non Verbal Dlam Upacara Adat Grebek Sekaten Di Keraton Yogyakarta"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

YOGYAKARTA

(Studi Deskriptif Pesan Nonverbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten pada Abdi Dalem di Kraton Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana (strata Satu) Pada

Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

DWI AGUSTINA NIM. 41807068

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G

(2)

iv ABSTRAK

Pesan Nonverbal dalam Upacara Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta (Studi Deskriptif Pesan Nonverbal Dalam Upacara Adat Grebek Sekaten pada Abdi

Dalem Di Kraton Yogyakarta). Oleh :

Dwi Agustina NIM.41807068

Skripsi ini di bawah bimbingan : Iin Rahmi Handayani , S.Sos., M. I. Kom.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta. Dengan Indikator ekspresi wajah, waktu, ruang dan tempat, diam, gerakan, busanan, bau-bauan dan sentuhan yang ada dalam upacara grebek sekaten di kraton yogyakarta. Metode yang digunakan Metode Penelitian Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif yaitu, peneliti menggambarkan, mendeskripsikan, dan memaparkan pesan-pesan nonverbal pada suatu kebudayaan yaitu upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi,study kepustakaan dan internet searching. Serta uji keabsahan data menggunakan Triangulasi data.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pesan nonverbal yang ada pada upacara adat Grebek Sekaten antara lain terdapat simbol nonverbal pada ekpresi wajah dari abdi dalem dan Sri Sultan yang mengartikan rasa penghormatan, waktu dimana pada pelaksanaanya upacara grebek sekaten harus sesuai dengan perhitungan kalender jawa yang berarti masih memegang tradisi leluhurnya, grebek sekaten hanya dilakukan pada ruangan tertentu yaitu di Siti Hinggil karena tempat ini memiliki arti yang paling atas dan tinggi serta masjid kauman yang diartikan sebagai tempat yang sakral, dalam pelaksanaanya terdapat prosesi diam pada saat pembacaan doa yang memiliki arti menghormati raja sebagai pemimpin.

pesan nonverbal gerakan pula terlihat pada cara jalan para abdi dalem da prajurit yang tidak di perbolehkan memakai sandal yang berarti hidup untuk mengabdi dan kesetiaan kepada keluarga kerajaan. Simbol pada pakaian yang dikenakan abdi dalem dan para prajurit memiliki arti masing-masing namun pada intinya mengartikan suatu kegagahan dan kesetiaan dan pakaian yang di kenakan oleh sri sultan memiliki arti lambang keperkasaan dan keadilan seorang raja terhadap rakyat. Dalam grebek sekaten terdapat unsur bau-bauan pada penggunaan bunga tujuh rupa dan dupa serta kemenyaa yang berarti menghormati leluhur terdahulu menurut pandangan orang jawa, dan yang utama dalam upacara grebek sekaten adalah simbol gunungan dimana jika berhasil menyentuh gunungan sekaten ini akan mendapatkan berkah karena gunungan memiliki makna kebesaran dan sedekah dari Sri Sultan.

(3)

v

(Descriptive Study Nonverbal Messages In Ceremony Grebek Sekaten in the direction of Abdi Dalem In the Palace of Yogyakarta).

By : Dwi Agustina NIM.41807068

This thesis under the guidance of : Rahmi Iin Handayani, S. Sos., M. I. Kom.

This study aims to determine the Non-Verbal Messages in Grebek Sekaten Ceremony at the Sultan's Palace. With a facial expression indicators, time, space and place, still, motion, busanan, smells and touch of existing in a ceremony at the palace grebek sekaten yogyakarta. The method used by the Qualitative Research Methods The descriptive approach is, researchers describe, describe, and explain nonverbal messages in a culture that is grebek sekaten ceremonies at the Palace of Yogyakarta. Data collection techniques through in-depth interviews, observation, study literature and internet searching. As well as the validity of test data using triangulated data. Results from the study indicate that the nonverbal messages that exist in traditional ceremonies Sekaten Grebek among other nonverbal symbols found on the facial expressions of the courtiers and the Sultan that defines a sense of respect, the time at which the implementation sekaten grebek ceremony should be in accordance with the calculation of Javanese calendar which means that there holds traditions of his ancestors, grebek sekaten only done on a particular room that is in Hinggil because this place has a meaning and a high top and mosques kauman defined as a sacred place, in the implementation there is a procession of silent prayer at the time of reading that has

meaning to respect the king as a leader. nonverbal message is also seen in the way of movement of the courtiers da road warriors who are not allowed to wear sandals in the meaning of life to the service and loyalty to the royal family. Symbols on the clothing worn courtiers and the soldiers have their meanings but in essence defines a valor and loyalty and wear the clothes in sri sultan meaningful symbol of the might and justice of a king against the people. In grebek sekaten there are elements of odors on the use of flowers and incense as well as the seven-way kemenyaa which means respecting the ancestral past in the eyes of people of Java, and the main ceremony is a symbol grebek sekaten mountains where mountains touch sekaten if successful this will get a blessing because the mountains have the meaning of greatness and the alms of the Sultan.

(4)

vi Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Syukur Alhamdulillahirobbil’alamin penulis haturkan kepada Allah SWT

yang maha Pemurah dan Penyayang, karena berkat Rakmat_Nya lah penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pesan Nonverbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta (Studi Deskriptif Pesan Nonverbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten pada Abdi Dalem di Kraton Yogyakarta)” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Karena selama penulisan banyak sekali

kendala yang tak terduga serta hambatan yang penulis hadapi. Adapun penulisan

skripsi ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan syarat

kelulusan program strata satu (1) pada jurusan Ilmu Komunikasi dengan

konsentrasi kehumasan Universitas Komputer Indonesia.

(5)

vii

berarti apa-apa. Maka dari itu, perkenankanlah penulis melalui kesempatan ini, dengan

hormat penulis untuk menyampaikan terima kasih yang tak terhingga dan tak

terukur, serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia dan dosen pengajar dari penulis.

2. Yth, Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di

lapangan.

3. Yth, Manap Solihat S. Sos., M. Si., selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan arahan dan izin kepada peneliti untuk

menyusun skripsi ini dan memberikan kelancaran pelayanan dalam urusan

akademik.

4. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations, yang telah memberikan dukungan dan

kemudahan serta ilmu-ilmunya, arti hidup, dan semangat kepada penulis

(6)

viii

semangat, serta ilmu-ilmu yang berharga kepada penulis selama ini.

6. Yth. Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si., selaku dosen wali, yang telah banyak memberikan motivasi, arti hidup, nasehat, arahan, semangat, serta

ilmu-ilmu yang berharga kepada penulis selama ini

7. Yth. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komuniasi dan Public Relations, khususnya kepada : Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Bapak Sangra Juliano P., S.I.Kom., Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom., Bapak Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si., Bapak Ari Prasetyo, S.Sos., M.Si., Ibu Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., Terima kasih yang tiada tara untuk ilmunya yang tak terhingga serta dukungan yang telah diberikan kepada

penulis selama ini.

8. Mba Astri Ikawati., A.Md,.Kom., Dan Rr. Intan S.I.Kom Selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP

UNIKOM, yang telah membantu kelancaran administrasi bagi penulis.

(7)

ix

data-data untuk kelengkapan dalam penulisan skripsi.

11.Kerabat Keraton dan Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dengan ketulusan hati bersedia menjadi informan.

12.Kepada Ayah dan Ibu tersayang yang sudah memberikan doanya, semangat serta arahannya dalam mendukung penulis, terimakasih Ayah,

Ibu atas semua semangatnya.

13.Kakak dan Keluarga ku tercinta (Mas lana, Mba Sri Harjuni,) serta adik ku tersayang (Tri Handoyo), yang telah memberikan dukungan, semangat,

serta arahan dan senyum canda tawa dalam kebersamaan.

14.Sahabat-sahabat seperjuangan Imanudin (adin) Mayang Riyanti,

Indah Rahman, Maria Mawati Puspa (Iza), linda Yulianti serta Verlian, Ayu dan Teman–teman seperjuangan Angkatan 2007, IK-Humas 1, 2 dan 3 serta IK-Jurnal, Terimakasih atas semangat yang kalian berikan serta saran dan kritikan Semangat… teruskan langkah

kita meraih harapan dan cita-cita kita

15.Teman-teman satu bimbingan, Sendy, Rifky, Gita Terimakasih banyak ya, buat kalian yang sudah banyak aku repotin, dan yang terus

(8)

x

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

seluruh pihak yang telah membantu penulis, dari penulisan hingga selesainya

skripsi ini. Semoga dibalas setimpal dari Allah SWT, dan dapat memberikan

manfaat yang berarti.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Bandung, Juli 2011

Peneliti

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan

keanekaragaman budaya. Budaya merupakan salah satu identitas suatu

bangsa. Indonesia biasa disebut sebagai negara kepulauan terdiri dari

beribu-ribu pulau besar dan kecil.

Indonesia memiliki etnis yang beranekaragam kebudayaan dimana

akan menghasilkan sebuah tatanan kemasyarakatan yang heterogen.

Keberagaman etnis tersebut dapat melahirkan sebuah tatanan masyarakat

yang dinamis dan integrative. Salah satunya adalah masyarakat

Yogyakarta, dimana sejak lama kita ketahui orang-orang jawa atau

masyarakat Yogyakarta sangat menjungjung dan menjaga nilai-nilai

tradisi.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke

generasi. Karena budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk

sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,

(10)

Selain itu bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak

terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung

menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berusaha

berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan

menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu

dipelajari.1

Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi di Indonesia

yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi

Jawa Tengah di sebelah utara. Secara geografis Yogyakarta terletak di

pulau Jawa bagian Tengah. sebuah provinsi yang berdasarkan wilayah

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Selain

itu ditambahkan pula mantan-mantan wilayah Kasunanan Surakarta

Hadiningrat dan Praja Mangkunagaran yang sebelumnya merupakan

enklave di Yogyakarta.

Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dirunut asal

mulanya dari tahun 1945, bahkan sebelum itu. Beberapa minggu setelah

Proklamasi 17 Agustus 1945, atas desakan rakyat dan setelah melihat

kondisi yang ada, Hamengkubuwono IX mengeluarkan dekrit kerajaan

yang dikenal dengan Amanat 5 September 1945. Isi dekrit tersebut adalah

integrasi monarki Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia.

1

(11)

Pada saat itu kekuasaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat

meliputi:

1. Kabupaten Kota Yogyakarta dengan bupatinya KRT

Hardjodiningrat,

2. Kabupaten Bantul dengan bupatinya KRT Joyodiningrat,

3. Kabupaten Gunungkidul dengan bupatinya KRT

Suryodiningrat,

4. Kabupaten Kulonprogo dengan bupatinya KRT Secodiningrat.

5. Sedangkan kekuasaan Kadipaten Pakualaman

meliputi:Kabupaten Kota Pakualaman dengan bupatinya KRT

Brotodiningrat, Kabupaten Adikarto dengan bupatinya KRT

Suryaningprang.

Dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana persepsi manusia

terhadap dunia lingkungan serta masyarakat, seperangkat nilai-nilai yang

menjadi landasan pokok untuk memotivir setiap langkah yang hendak dan

harus dilakukannya dan sehubungan dengan itu pola hidup serta cara

kemasyarakatan. Dengan demikian kebudayaan menunjukkan identitas

serta integritas seseorang atau suatu bangsa. Dalam kebudayaanlah

tertuang segala kekayaan serta mutu hidup suatu bangsa

(12)

Kebudayaan sendiri dapat diartikan sebagai semua hal yang

dihasilkan dan yang mampu dipertahankan berdasarkan

pengalaman-pengalaman simbolik. Atau dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan

terdiri dari pola-pola dan cara-cara berpikir, merasa dan bertindak yang

dicapai dan disalurkan melalui simbol.

Salah satu hasil budaya yang masih ada sejak berabad-abad yang

lalu hingga sekarang adalah upacara Sekaten. Grebeg Sekaten adalah salah

satu peristiwa budaya yang sangat penting Kraton Ngayogyakarta

Hadiningrat. Upacara Sekaten dimaknai sebagai upacara untuk

memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dan untuk

mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas Rakhmat-Nya yang

telah memberikan berkahnya kepada rakyat.

Selain itu yang terpenting yaitu sebagai sarana menyebarkan

dakwah agama Islam.Meskipun upacara adat grebek sekaten ini telah

berabad-abad lamanya, upacara Sekaten masih tetap terjaga sampai

sekarang, tradisi ini sudah ada sejak jaman Kerajaan Demak (abad ke-16)

dan diadakan setiap bulann ke-tiga dalam tahun Jawa. Pada Proses

Tahapan nya upacara Sekaten diawali terlebih dahulu dengan Upacara

tumplak wajik yaitu upacara pembuatan Wajik (makanan khas yang

terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali pembuatan

pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg. Upacara ini hanya

(13)

Besar. Dalam upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi

dengan sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum

garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk

padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Selanjutnya Sekaten

dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur

Madu dan KK Nagawilaga, dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan

Selatan dan Utara di depan Mesjid Gedhe. Selama tujuh hari, mulai hari

ke-6 sampai hari ke-14, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan

ditabuh secara bergantian menandai perayaan sekaten.

Pada malam kedelapan Sultan atau wakil yang beliau tunjuk,

melakukan upacara Udhik-Udhik, tradisi menyebar uang logam (koin).

Setelah itu Sultan atau wakil beliau masuk ke Mesjid Gedhe untuk

mendoakan gunungan dan mendengarkan pembacaan riwayat hidup nabi.

Akhirnya pada hari terakhir upacara ditutup Sego Gurih (sejenis nasi

uduk) dan Endhog Abang (harfiah=telur merah) merupakan makanan khas

pada upacara grebek sekaten. Selain itu terdapat pula sirih pinang dan

bunga kantil (Michelia alba atau Magnoliaceae).

Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya

kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas

kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem,

berupa gunungan (pareden) yang terdiri dari Pareden Kakung (gunungan

(14)

Dharat, serta Pareden Kutug atau Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun

sekali pada saat Garebeg Mulud tahun Dal. Lalu arakan gunungan yang

berisi berbagai macam hasil pertanian menjadi simbol berkah Sultan

kepada rakyat. 2

Dalam kehidupan kesahariannya manusia, sering berkomunikasi

menggunakan media atau medium. Bentuk yang merupakan komplemen

dari beragam media (gerak, bunyi, rupa, dan bahasa) banyak terdapat pada

sebuah seni pertunjukan ataupun suatu tradisi, yang kesemuanya itu

merupakan bahasa komunikasi yang kaya akan nuansa imajinatif dan

penuh dengan multitafsir dan memiliki beragam makna yang disampaikan

dalam bentuk komunikasi non verbal.

Komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih,

yang mengirim dan menerima pesan. Dalam berkomunikasi pasti ada

simbol, yaitu sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu,

misalnya dalam kata-kata verbal yang tertulis maupun lisan, dan juga non

verbal yang diperagakan melalui gerak-gerik tubuh, warna, artifak,

gambar, pakaian, dan lainnya yang harus dapat dipahami secara konotatif.

2

(15)

Menurut Larry A Samovar dan Richard E Porter (dalam Mulyana,

2000), “Pesan komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan

(kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang

dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang

mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”, juga

mencakup perilaku yang disengaja dan tidak disengaja sebagai bagian dari

peristiwa komunikasi secara keseluruhan, mengirim banyak pesan non

verbal tanpa menyadari bahwa pesan tersebut bermakna bagi orang lain.

Pesan non verbal mempunyai klafikasinya dalam pesan nonverbal

itu sendiri.yang banyak menciptakan paradigma dari para ahli, yang

sebagaimana tercantum menurut : Lary A. Samovar dan Richard E. Porter

mengklafikasikan pesan-pesan non verbal kedalam 2 kategori utama, yaitu

:

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan, dan

postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan,

dan parabahasa.

2. Ruang, waktu, dan diam.

John R. Wenburg dan William W. Wilmot mengemukakan

klafikasi lain dari pesan non verbal, sebagai berikut:

1. Isyarat-isyarat non verbal perilaku (behavioral)

2. Isyarat-isyarat non verbal bersifat publik seperti ukuran ruangan

(16)

5

Diantara kedua pengkategorian diatas, saya sebagai penulis

memilih dan menggunakan penelitian ini bedasarkan klasifikasi yang

dikemukakan oleh Lary A. Samovar dan Richard E. Porter sebagai

dasar rujukan yang akan diajukan.

Komunikasi terdapat dua bagian yaitu komunikasi verbal dan

von verbal Pesan komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk

media komunikasi yang sama pentingnya dan banyak digunakan dalam

berbagai situasi terutama berkaitan dengan sistem nilai, gaya dan

bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Pesan komunikasi non verbal

dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih

dianggap efektif untuk menyampaikan pesan

Keterampilan pesan komunikasi non verbal menjadi bagian

penting dari kemampuan pendamping untuk mengenal sikap, perilaku,

tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui gerak tubuh yang

terkadang sulit untuk dipahami, diharapkan dapat mengenal pola-pola

nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.

Pesan non verbal juga sangat tergantung pada budaya. Tidak

semu konteks non verbal dapat di maknai sama pada setiap budaya.

Dengan beragamnya suku bangsa yang terdapat di Indonesia,

melahirkan budaya yang beragam dan menambah kekayaan negeri, hal

(17)

Dell hymes (1973), ahli antropologi budaya memandang komunikasi sebagai unsur penting dalam memahami suatu budaya. Ia menyebutkan empat komponen komunikasi, pesan komunikasi,peserta komunikasi,sandi yang digunakan,sertamedia atau saluran.

Karena sesungguhnya pada dasarnya semua komunikasi

adalah budaya mengacu pada cara-cara kita telah belajar untuk

berbicara menggunakan kata-kata verbal dan memberikan pesan-pesan

nonverbal. Kita tidak selalu berkomunikasi dengan cara yang sama

dari hari ke hari, karena faktor-faktor seperti konteks (situasional),

kepribadian individu, dan suasana hati berinteraksi dengan berbagai

pengaruh budaya kita telah menginternalisasi yang mempengaruhi

pilihan kita.

Seperti pada upacara adat grebek sekaten dimana di dalam

setiap prosesinya terdapat perlengkapan seperti gamelan, wajik, uang

koin, sesajen (kemenyan, bunga kantil, dupa), dan gunungan yang

mengandung pesan non verbal yang tidak semua orang mengetahui

makna dan pesan yang disampaikan dalam tradisi sekatenan ini

kepada masyarakat awam.

Dari latar belakang tersebut maka peneliti menarik rumusan

masalah sebagai berikut :” Bagaimana Pesan NonVerbal dalam

(18)

1.1 Identifikasi Masalah.

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis mengidentifikasikan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana Ekpresi wajah yang ditunjukan abdi dalem pada saat

menghadap Sri Sultan saat Miyos Gongso dalam upacara adat grebek

sekaten di Kraton Yogyakarta?

2. Bagaimana Waktu yang tepat untuk melaksanakan upacara adat

grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?

3. Bagaimana Ruang dan Tempat dalam upacara adat grebek sekaten di

Kraton Yogyakarta?

4. Bagaimana Diam dalam upacara adat grebek sekaten di kraton

Yogyakarta?

5. Bagaimana Gerakan para abdi dalem pada saat kirab gunungan dalam

upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?

6. Bagaimana Busana yang dikenakan dalam upacara adat grebek

sekaten di Kraton Yogyakarta?

7. Bagaimana Bau-bauan yang dipergunakan dalam upacara adat

grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?

8. Bagaimana sentuhan dalam prosesi upacara adat grebek sekaten di

kraton Yogyakarta?

9. Bagaimana Pesan Nonverbal dalam upacara adat grebek sekaten di

(19)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang pesan nonverbal dalam upacara adat

grebek skaten yang dapat dilihat mulai dari prosesi kegiatan

upacara grebek skaten di Kraton Yogyakarta, samapai pesan-pesan

yang terkandung dalam setiap prosesinya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ekpresi wajah yang ditunjukan abdi dalem

pada saat menghadap Sri Sultan saat Miyos Gongso dalam

upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta

2. Untuk mengetahui waktu yang tepat untuk melaksanakan

upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta

3. Untuk mengetahui ruang dan tempat dalam upacara adat

grebek sekaten di Kraton Yogyakarta

4. Untuk mengetahui gerakan para abdi dalem pada saat kirab

gunungan dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton

Yogyakarta

5. Untuk mengetahui busana yang dikenakan dalam upacara

(20)

6. Untuk mengetahui bau-bauan yang dipergunakan dalam

upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta

7. Untuk Mengetahui sentuhan dalam prosesi upacara adat

grebek sekaten di kraton Yogyakarta

8. Untuk mengetahui pesan nonverbal dalam upacara adat

(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan

pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu komunikasi

secara umum dan dalam penyelenggaraannya secara teoritis

khususnya yang berkaitan dengan komunikasi non verbal dan

komunikasi budaya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. kegunaan peneliti

Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah memberikan

pengetahuan lebih mendalam tentang pesan nonverbal

dalam upacara adat greber Skaten di Kraton Yogyakarta.

dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat

peneliti lebih mengetahui dan dapat menambah wawasan

dalam bidang komunikasi non verbal dan budaya

khususnya dalam upacara adat grebek sekaten.

b. Kegunaan bagi Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas

Komputer Indonesia secara umum, program studi ilmu

komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk

(22)

peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian

yang sama.

c. kegunaan untuk masyarakat

Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah

untuk mengetahui bahwa negara indonesia ini memiliki

beragam budaya dan beraneka ragam suku. Salah satunya

yaitu yang terdapat pada upacara adat grebek sekaten yang

terdapat di kota Yogyakarta. Selain itu secara mendalam

masyarakat pula dapat mengetahui makna, arti serta filosofi

yang terkandung dalam prosesi upacara adat grebek

(23)

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka PemikiranTeoritis

Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan

disampaikan tidak menggunakan kata-kata. karena komunikasi nonverbal

lebih menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan

kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan

sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi,

penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Pesan

komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan

verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan

penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan

potensial bagi pengirim atau penerima (Dedi Mulyana 2000:308)

Lary A. Samovar dan Richard E. Porter mengklafikasikan

pesan-pesan non verbal kedalam 2 kategori utama, yaitu:

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan, dan

postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan,

dan parabahasa.

(24)

Salah satu jenis komunikasi yaitu pesan komunikasi non verbal

disebut dengan bahasa tubuh. Komunikasi non verbal adalah

penyampaian pesan tanpa kata-kata dan pesan komunikasi non verbal

memberikan arti pada komunikasi verbal. Untuk memahami

komunikasi tersebut sehingga menimbulkan beberapa paradigma yang

muncul salah satunya paradigma yang dikemukakan oleh Lary A.

Samovar dan Richard E. Porter dimana komunikasi meliputi enam

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:

1. Ekspresi Wajah

merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat

menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang

mengamatinya. merupakan salah satu cara penting dalam

menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia,

2. Waktu

Untuk proses pemyampaian pesan diperlukan waktu yang tepat

dalam tujuan penyampaian pesan bisa dilakukan dan diterima oleh

(25)

3. Ruang

Untuk proses peyampaian komunikasi non verbal ruang merupakan

tempat atau posisi dimana proses pesan non verbal itu terjadi.

4. Gerakan

Dalam komunikasi non verbal cara orang berjalan dan melakukan

suatu tindakan dapat menimbulkan kesan terhadap orang lain yang

melihatnya.

5. Busana

Dalam proses penyampaian pesan non verbal penampilan fisik

menunjukan cerminan dari cara penyampaian terhadap publik.

Salah satunya dapat terlihat dari busana yang dikenakan.

6. Bau-bauan

Aspek-aspek yang terjadinya proses pesan kumunikasi non verbal

yang di timbulkan melalui bunga dan minyak wangi yang di

pergunakan yang tercium wangi oleh public. (wewangian, seperti,

eau de toilette, eau de cologne, dan parfum) telah berabad-abad

digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan

(26)

7. Sentuhan

Sentuhan dapat memiliki arti multimakna, seperti pada foto dimana

terdapat pesan nonverbal yang di dalamnya terkandung banyak

makna.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam kerangka konseptual ini. Penulis mengaplikasikan teori yang

digunakan sebagai landasan penelitian dengan keadaan yang ada pada saat

peneliti bereda di dilapangan mengenai Komunkiasi Non Verbal dalam

upacara adat grebek sekaten dimana upacara grebek sekaten merupakan

suatu tradisi yang di dalam setiap prosesinya mengandung pesan-pesan

non verbal. dimana ini terlihat dari perlengkapan yang di gunakan pada

saat tradisi sekatenan ini.

Pada Proses Tahapan nya upacara Sekaten diawali terlebih dahulu

dengan Upacara tumplak wajik yaitu upacara pembuatan Wajik (makanan

khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali

pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg. dalam

upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi dengan

sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum

garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk

padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Selanjutnya Sekaten

dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur

(27)

Selatan dan Utara di depan Mesjid Gedhe. Selama tujuh hari, mulai hari

ke-6 sampai hari ke-14, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan

ditabuh secara bergantian menandai perayaan sekaten.

Pada malam kedelapan Sultan atau wakil yang beliau tunjuk,

melakukan upacara Udhik-Udhik, tradisi menyebar uang logam (koin).

Setelah itu Sultan atau wakil beliau masuk ke Mesjid Gedhe untuk

mendoakan gunungan dan mendengarkan pembacaan riwayat hidup nabi.

Akhirnya pada hari terakhir upacara ditutup Sego Gurih (sejenis nasi

uduk) dan Endhog Abang (harfiah=telur merah) merupakan makanan khas

pada upacara grebek sekaten. Selain itu terdapat pula sirih pinang dan

bunga kantil (Michelia alba atau Magnoliaceae).

Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya

kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas

kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem,

berupa gunungan (pareden) yang terdiri dari Pareden Kakung (gunungan

anak), Pareden Estri, Pareden Pawohan, Pareden Gepak, dan Pareden

Dharat, serta Pareden Kutug atau Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun

(28)

Dalam setiap prosesi dalam upacara adat sekaten ini mengandung pesan

yang tujuan nya menyampaikan pesan kepada masyarakat yaitu sebagai berikut:

1. Ekspresi wajah

Pada tahapan ini terlihat di dalam pelaksanaan prosesi upacara adat

grebek sekaten yaitu pada saat acara miyos gongso dimana pada tahap

ini Sri Sultan dan para abdi dalem menunjukan ekspresi wajah yang

dapat diamati satu sama lainya oleh setiap masyarakat yang hadir

dimana pada prosesi ini memiliki pesan dan makna yang sedang

terjadi.

2. Waktu

Pada tahap ini, saat pelaksanaan upacara adat grebek sekaten ini, harus

dilaksanakan sesuai waktu yang di tetapkan oleh perhitungan kalender

jawa , dimana upacara adat grebek sekaten ini dilaksanaka tiga kali

dalam setahun dengan proses prosesi dan waktu yang berbeda.

3. Ruang

Pada tahap ini dalam prosesi upacara adat sekaten ini dilaksanakan di

beberapa tempat mulai dari penyusunan kirab gunungan yang

dilaksanakan di tempat khusus upacara adat dengan kondisi terbuka,

sampai dengan miyos gongso yang dilaksanakan di dalam ruangan

(29)

gunungan di kirab keliling komplek kraton dan di bagikan kepada

masyarakat. Yang sebagian besar dapat dilihat oleh publik dimana di

dalam setiap prosesinya ini mengandung pesan nonverbal yang di

sampaikan.

4. Gerakan.

Tahap ini bagian dari bentuk penyampaian pesan non verbal yang

diliahat dari gaya berjalan dan gerakan pada saat kirab gunungan.

5. Busana

Pada Tahap ini penampilan fisik dapat dilihat melalui busana yang

dikenakan para abdi dalem, Kerabat Kraton, serta Kanjeng Sri Sultan

dan GPPH. Prabukusumo. Diaman setiap pakaian dan atribut yang

dikenakan memiliki ciri khas dan makna serta pesan.

6. Bau-bauan.

Tahap ini prosesi upacara grebek sekatenan adanya terdapat

penggunaan dupa, bunga Tujuh rupa dan kemenyan bertujuan agar

aroma wanginya tercium sehingga masyarakat tau sedang akan

(30)

7. Sentuhan

Proses sentuh-menyentuh ini terjadi pada saat akhir upacara adat

grebek sekatena dimana masayarakat sangat antusias dalam menyentuh

dan mendapatkan gunungan karena mereka percaya dengan suatu

tradisi dimana jika berhasilkan mendapatkan bagian dari gunungan

akan mendapatkan berkah.

Dari ketujuh komponen diatas yang diadaptasikan oleh penulis ke

gambar di bawah ini agar lebih jelas mengenai proses terjadinya pesan pesan

komunikasi non verbal yang terdapat dalam prosesi upacara adat grebek

sekaten. yang urutannya saling berkaitan sehingga menjadikan suatu

informasi yang lebih efektif dan terencana, seperti bagan dibawah ini :

Gambar .1.1

Teori Lary A. Samovar dan Richard E. Porter

(31)

1.6 Pertanyaan Penelitian.

Pertanyaan Penelitian ini di tujukan kepada Masyarakat Lamaole agar

Peneliti ini bisa lebih jauh lagi secara lebih mendalam mengetahui tentang

Penelitian yang diteliti. Adapun beberapa bentuk pertanyaan Penelitian yang

peneliti buat :

1. Ekpresi wajah yang ditunjukan abdi dalem pada saat menghadap Sri

Sultan saat Miyos Gongso dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton

Yogyakarta?

a. Apakah dalam upacara grebek sekaten di setiap prosesinya

terkandung atau terdapat pesan yang terlihat dari bahasa tubuh,

atau ekspresi wajah?

2. Waktu yang tepat untuk melaksanakan upacara adat grebek sekaten di

Kraton Yogyakarta?

a. Dalam penyelenggaraan upacara sekaten di lakukan berapa

lama selama proses penyelenggaraannya hingga selesai?

3. Ruang dan tempat dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton

Yogyakarta?

a. Dimana saja ruang atau tempat pelaksanaan dalam menjalankan

prosesi upacara grebek sekaten ini?

b. Apakah terdapat pemilihan ruang atau tempat dalam

pelaksanaan upacara adat grebek sekaten ini sesuai dengan

tradisi yang sudah ada atau berubah tiap tahunnya sesuai

(32)

4. Gerakan para abdi dalem pada saat kirab gunungan dalam upacara adat

grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?

a. Seperti apa gerakan yang dilakukan pada saat kirab gunungan

dalam upacara adat grebek sekaten di kraton Yogyakarta?

b. Apa saja gerakan yang dilakukan pada saat upacara adat grebek

sekaten berlangsung?

c. Bagaimana tahapan dalam pelaksanaan upacara adat grebek

sekaten ?

d. Ada berapa tahapan dalam Upacara Grebek Sekaten?

e. Perlengkapan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk upacara

Sekatenan?

5. Busana yang dikenakan dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton

Yogyakarta?

a. Pakaian apa saja yang dikenakan oleh abdi dalem, para prajurit

serta kerabat kreaton dan Sri Sultan dalam upacara adat grebek

sekaten?

b. Pakaian warna atau motif apa yan dikenakan oleh abdi dalem, para

prajurit serta kerabat kreaton dan Sri Sultan dalam upacara adat

grebek sekaten?

6. Bau-bauan yang dipergunakan dalam upacara adat grebek sekaten di

Kraton Yogyakarta?

a. Bebauan seperti apa yang di gunakan dalam prosesi upacara adat

(33)

b. Bunga apa saja yang di gunakan dalam prosesi upacara adat grebek

sekaten?

c. Apakah terdapat jenis wewangian yang khusus yang digunakan

selain bunga, sebagai bau-bauan?

7. Sentuhan dalam prosesi upacara adat grebek sekaten di kraton

Yogyakarta?

a. Apa saja arti pesan dan makna yang terkandung di dalam gunungan

sehingga masyarakat sangat antusias dalam menyentuh gunungan

dan mendapatkan isi dari gunungan?

8. Pesan nonverbal dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton

Yogyakarta?

a. Bagaimana pelaksanaan pesan komunikasi non verbal dalam

upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?

b. Apakah terdapat makna komunikasi yang di sampaikan dalam

(34)

1.7 Subjek Penelitian dan Informan

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun

lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti.

Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya

melekat atau terkandung objek penelitian. Dalam penelitian ini yang

menjadi subjek penelitian adalah Para Abdi Dalem Kraton Yogjakarta.

1.7.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena

memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti,

dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut.

Informan adalah seseorang yang mengetahui informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian, sehingga seorang informan harus

memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian (Moleong : 90).

Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin

mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik

terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001).

Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 orang.

Dimana mereka adalah para abdi dalem dan kerabat kraton serta

masyarakat Yogyakarta yang mengetahui tentang seluk beluk dari kegiatan

(35)

Tabel 1.1 Informan Penelitian

(Informan Kunci)

No. Nama Jabatan

1. Dewi Sukaningsih Kerabat Kraton Yogyakarta

2. Surono Abdi Dalem Kraton

3. Wagiem Abdi Dalem Kraton

4. Rintaiswara Abdi Dalem Widoyo Budoyo

(sumber : catatan peneliti; 2011)

Tabel 1.2 Informan Pendukung

1. Purwanto Masyarakat

2. Sugeng Maulana Masyarakat

(36)

1.8 Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan dan mengolah data , seperti transkripsi wawancara,

catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Karena

dalam penelitan kualitatif perlu menekankan pada pentingnya

kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti

memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan

nyata. ( Patton dalam Poerwandari, 1998). Penelitian ini melakukan

pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif dimana

Penelitian studi deskriptif adalah kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.

Studi deskriptif, yaitu laporan penelitian yang berisi

kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan, data

tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto

videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi

lainnya (Moleong,2006:23).

Kirk dan Miller Menyatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social, yang

fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dan

kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam

(37)

Hadani Nawawi dan Martini (1974 : 174) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau sebagaimana adanya (natural setting)

dengan tidak diubah dalam bentuk symbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui dengan mempergunakan cara bekerja atau metode yang sitematik, terarah dan dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam pendekatan kualitatif, realitas dipandang sebagai

sesuatu yang berdimensi banyak, suatu kesatuan yang utuh serta

berubah-ubah sehingga biasa nya rancangan penelitian tersebut tidak

disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitian di mulai untuk

alasan itu pula, kualitatif sering di asosiasikan dengan teknik analisa

data dan penulisan laporan penelitian.

Karena seperti yang di kemukakan oleh Hadani Nawawi dan

Martini Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat atau

memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan

kewajaran atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak

diubah dalam bentuk symbol atau bilangan, karena penelitia

bertujuan untuk menggambarkan simbol-simbol, makna serta filosofi

dan pesan komunikasi nonverbal yang terkandung dalam upacara

grebek sekaten.

Menurut Bagong Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi

beberapa macam, yaitu : 1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan

(38)

diperlukan dalam penelitian, 2) Informan Utama merupakan mereka yang

terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, 3) Informan

Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam pelaksanaannya, peneliti mencari calon informan yang

concern terhadap upacara adat grebek sekaten itu sendiri. Peneliti

mendatangi beberapa tempat dilaksanakannya upacara tersebut dan dimana

informan tersebut bekerja. Untuk mendapatkan calon informan yang tepat,

peneliti menanyakan beberapa orang yang nantinya akan membentuk suatu

jaringan.

Dalam masa pencarian informan yang kompeten dan tokoh

budayawan, peneliti mendatangi Kraton Yogyakarta. Kemudian peneliti

mencatat beberapa nama, seperti ; Ibu Dewi Sukaningsih (Kepala Musium

Batik Yogyakarta) dan KRT.Raintanswara (Abdi dalem widoyo budoyo).

yang dalam penelitian ini merupakan informan kunci (key informan). Serta

memunculkan informan lain yaitu bapak purwanto dan bapak sugeng yang

(39)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini Peneliti juga menggunakan Pengumpalan

Data sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam

Untuk memperoleh data informasi secara akurat dari

narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan

metode wawancara. Wawancara adalah pengumpulan data yang

dalam pelaksanaannya adalah mengadakan tanyaa jawab

terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan

permasalahan, baik tertulis maupun lisan guna memperoleh

masalah yang di teliti.

Wawancara menurut Koentjaraningrat adalah: percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitupewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Koentjaraningrat, 1996).

Wawancara dapat beberapa kali dilakukan untuk mendapatkan

data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode

penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data

dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang

(40)

timbul dilapangan kemudian terus menerus di sempurnakan

selama penelitian berlangsung

2. Observasi

Observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku

atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu

mengerti prilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan

pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik

terhadap pengukuran tersebut.

Bungin (2007:115) mengemukakan beberapa bentuk observasi

yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu

observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi

kelompok tidak terstruktur.

Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengematan dan pengindraan dimana

observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian

responden. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang

dilakukan tanpa guide observasi. Pada observasi ini peneliti tau

pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya

(41)

3. Dokumentasi

Adalah penelitian dengan mengambil sejumlah besar fakta dan

data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi

misalnya berupa foto-foto, surat-surat, catatan harian, dan

sebagainya, atau juga peneliti secara langsung mengambil

gambar pada acara upacara adat grebek sekaten dengan cara

memfoto ataupun merekam suasana pada saat upacara adat

grebek sekaten sedang berlangsung.

4. Study Kepustakaan

Peneliti juga menggunakan pencarian data melalui

sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek

penelitian ini, sebagai data sekunder. dan sebagai penunjang

penelitian. Diantaranya studi literatur untuk mendapatkan

kerangka teoritis dan untuk mendapatkan kerangka konseptual

dan memperkaya latar belakang penelitian melalui teknik

pengumpulan data yang menggunakan buku atau refrensi

Dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan

dari Literlatur, Refrensi, Majalah, Makalah, dan juga yang

lainnya. Sehingga peneliti memperoleh data-data yang tertulis

melalui telaah bacaan yang ada kaitannya dengan masalah

(42)

5. Internet Searching

Perkembangan teknologi kini telah banyak membantu dalam

kegiatan penelitian. Perkembangan teknologi dijadikan sebagai

alat untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian.

Internet digunakan sebagai salah satu pilihan peneliti untuk

sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Internet menjelma

menjadi ensyklopedia raksasa yang memuat berbagai informasi

termasuk informasi mengenai penelitian dari berbagai daerah di

berbagai penjuru didunia. Penulis menggunakan internet

searching karena didalam internet terdapat banyak bahasan dan

sumber data yang beragam dan dinamis tentang perkembangan

penelitian yang dalam hal ini tentang fenomena motif batik

dalam kegiatan upacara grebek skaten. Peneliti menggunakan

internet sebagai media teknologi informasi yang mendunia

untuk mendapatkan informasi terbaru dan informasi yang telah

ada sebelumnya. Dalam penggunaannya, peneliti mencari

berbagai data yang brkenaan dengan penelitian seperti buku

para ahli dari luar negeri dan lain-lain tanpa ada batasan ruang

dan waktu. Teknik pengumpulan data internet searching ini

sangat efektif untuk mendapatkan berbagai informasi yang

kemungkinan bentuk fisiknya belum terdapat di dalam

masyarakat, sehingga memungkinkan mendapatkan informasi

(43)

1.10. Uji Keabsahan Data

Untuk melengkapi penelitian ini, peneliti menambahkan uji

keabsahan data dengan teknik triangulasi data. Menurut Moleong

dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain. Teknik triangulasi data menurut Denzin (1978)

membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan

yang memanfaatkan penggunaan sumber, penyidik, metode dan

teori.

Uji keabsahan data dengan cara melakukan triangulasi data

untuk dapat mengetahui suatu keabsahan dalam penelitian ini.

Peneliti melakukan wawancara dengan pihak luar yang terkait

dengan masalah yang diteliti. 3

(44)

1.11 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian diperlukan tahap-tahap penelitian yang

memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalur yang benar dan

memiliki langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian.

Tahapan-tahapan ini berguna sebagai sistematika proses penelitian yang

akan mengarahkan peneliti dengan patokan jelas sebagai gambaran dari

proses penelitian dan digunakan sebagai analisis data. Teknik analisis

data dilakukan dengan langkah:

Analisa data menurut Patton (dalam buku Penelitian Kualitatif,

Moleong : 1980 : 268), adalah mengatur urutan data, dan

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan

dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang

penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan melalui penjabaran dan

penganalisisan suatu kasus. Penelaahan tema-tema yang ada, serta

penonjolan-penonjolan pada tema tertentu (Creswell, 1998 : 65).

Teknik analisa data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian,

dimana sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data.

Dan terkait dengan hal itu, teknik analisis data yang akan ditempuh

peneliti melalui tiga tahap yakni reduksi data, penyajian (display) data,

dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Seperti yang digambarakan di

(45)

Gambar 1.2

Analisis Interaktif Miles dan Huberman

(Sumber: Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Op.Cit, hal. 20)

Data yang sudah diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui

tahap-tahap sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah Tahap Reduksi data, yaitu tahap dimana

kategorisasi dan mereduksi data, melakukan pengumpulan terhadap

informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian. Selanjutnya

data yang sudah diperoleh di kelompokan sesuai dengan topic masalah. Koleksi Data

Reduksi Data

Penarikan

Kesimpulan/Verifikasi Penyajian

(46)

b. Tahap kedua adalah Tahap Pengumpulan data, yaitu data yang sudah

dikelompokan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi,

sehingga berbentuk rangkaian-rangkaian informasi yang bermakna

sesuai dengan masalah penelitian.

c. Tahap yang ketiga adalah Tahap Penyajian data, yaitu dimana pada

tahap ini melakukan interpretasi data yaitu menginterpritasikan apa

yang telah diinterpretasikan informan.

d. Tahap keempat adalah Tahap Penarikan Kesimpulan, yaitu

pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah

disusun pada tahap ketiga sehingga dapat memberikan jawaban atas

masalah penelitian.

e. Tahap yang ke lima adalah Tahap Evaluasi, yaitu melakukan verifikasi

hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan

tahap keempat. Pada tahap ini dimaksudkan untuk menghindari

kesalahan interprestasi dari hasil wawancara dengan sejumlah

informan yang dapat mengaburkan, maka persoalan sebenarnya dari

focus penelitian.

Tahapan-tahapan dalam analisis data di atas merupakan bagian yang

tidak saling terpisahkan, sehingga saling berhubungan anatara tahapan yang

satu dengan tahapan yang lainnya. Analisis dilakukan secra bertahap

(kontinu) dari awal sampai akhir penilitian, untuk mengetahui hasil dari

(47)

1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.12.1 Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk melakukan penelitian

di Kraton Yogjakarta yang beralamat di Jalan. Rotowijayan 1, Alun-alun

Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta

1.12.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dengan jangka waktu

penelitian selama 6 (enam) bulan, terhitung mulai dari bulan Febuari

2011 hingga Juni 2011, dengan rundown waktu penelitian sebagai berikut

(48)
(49)

1.13 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk memberikan gambaran umum

tentang penelitian yang dilakukan untuk kejelasan penulisan hasil penelitian

dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian (meliputi; kegunaan teoritis,

kegunaan praktis), Kerangka Pemikiran, Teknik Pengumpulan Data,

Pengolahan Data dan Analisis Data, Subjek Penelitian dan Informan, Lokasi

dan Waktu Penelitian (meliputi; lokasi penelitian, waktu penelitian) dan

Sistematika Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan tentang

konteks komunikasi, tinjauan mengenai komunikasi nonverbal. dan tinjauan

tentang kegiatan upacara adat Grebek skaten.

BAB III OBYEK PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai komunikasi non

(50)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil analisis dari hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti melalui hasil wawancara , lalu data tersebut di edit dan disusun

sesuai dengan data pertanyaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini adalah bab terahkir yang berisi tentang kesimpulan dari

kesluruhan Penelitian ini dan juga saran-saran yang diberikan kepada Obyek

(51)

43 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

Dalam kehidupan manusia, komunikasi memiliki peran sentral bagi

keberlangsungan, keberdayaan, esensi dan eksistensi manusia. Melalui

komunikasi manusia dapat mengekspresikan dan mengapresiasikan dirinya dalam

lingkup interaksi sosial dengan sesamanya. Tanpa komunikasi, manusia tidak

dapat menginterpretasikan kehendak dirinya dan kebutuhan hidupnya dengan

orang lain. Jadi, komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia.

2.1.1 Definisi Komunikasi

Menurut Willbur Schramm,”istilah komunikasi berasal dari perkataan

latin communis yang artinya common atau sama. Jadi apabila manusia

mengadakan komunikasi dengan orang lain, maka ia mengoperkan (gagasan)

untuk memperoleh commones atau kesamaan dengan pihak lain itu mengenai

sesuatu objek tertentu” (Palapah & Syamsudin, 1983:2). Atas dasar upaya untuk

pemerolehan kesamaan itulah yang mengindikasikan terjadinya komunikasi

(52)

Pengertian lain mengenai komunikasi juga bisa dilihat dari pernyataan

Carl I Hovland yang mendefinisikan komunikasi, ”sebagai suatu proses di mana

seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya

lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku insan-insan

lainnya (komunikate)” (Effendy, 1986:12).

Pengertian komunikasi di atas adalah pengertian komunikasi sederhana

yang ditinjau dari asal katanya. Masih banyak terdapat pengertian komunikasi

yang didefinisikan oleh ahli-ahli lainnya. Sebuah definisi yang dibuat oleh

kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi

antarmanusia (human communication) yang dikutip oleh Hafied Cangara

membuat definisi bahwa:

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki

orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan

antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan

sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan

tingkah laku itu. (Cangara dalam Gusnavianti Vivien, 2005:18-19).

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi pedesaan Amerika yang telah

banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal

penyebaran inovasi membuat definisi bahwa: “Komunikasi adalah proses di

mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka” (Cangara, 1998:18). Definisi ini

kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981)

(53)

adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan

pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba

pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 1998:19). Rogers berusaha

menspesifikasi hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran

informasi (pesan), di mana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan

tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari

orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.

(54)

2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi

Jika mengacu pada pengertian komunikasi yang telah

dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa

terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain

dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau

didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek.

Unsur-unsur ini dapat juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Jika

unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam

gambar, maka kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat

seperti berikut:

Gambar 2 .1 Unsur-Unsur Komunikasi

Sumber : Cangara, 1998 : 23

Lingkungan

SUMBER PESAN PENERIMA EFEK

(55)

Keterangan:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat

atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator,

atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Dalam bahasa Inggris

diterjemahkan dengan message, content.

3. Media

Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh

sumber, biasanya disebut receiver atau audience.

5. Efek

Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima

pesan.

6. Umpan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu

(56)

umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media,

meski pesan belum sampai pada penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas

empat macam, yakni lingkungan fisik, sosial budaya, psikologis dan

dimensi waktu (Cangara dalam Gusnavianti Vivien, 1998:21).

Unsur-unsur komunikasi di atas merupakan satu kesatuan

terciptanya proses komunikasi, di mana antara yang satu dengan yang

lainnya saling berkaitan. Komunikator adalah pihak yang mempunyai

kemampuan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada

komunikan, sehingga komunikan menjadi tahu atau bahkan berubah sikap,

pendapat atau perilakunya. Pesan adalah penyajian informasi yang

disediakan oleh komunikator terhadap komunikan. Untuk keberhasilan

suatu pesan maka seorang komunikator harus mampu memahami

kesesuaian isi pesan yang hendak disampaikan kepada komunikan. Media

merupakan interpretasi dari saluran komunikasi yang digunakan. Efek dan

umpan balik merupakan akses yang diberikan komunikan kepada

komunikator. Lingkungan adalah kondisi yang melingkupi terjadinya

proses komunikasi. Komunikan atau penerima adalah pihak yang menjadi

sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. (Gusnavianti Vivien dalam Cangara,

(57)

Ketika simbol ada, maka makna ada dan selanjutnya adalah

bagaimana menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata,

gambar dan sebagainya adalah simbol yang mewakili suatu makna.

Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon

mewakili tumbuhan dan sebagainya. (Mulyana, 2004: 84).

2.1.2 Sifat Komunikasi

Sifat komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy ada beberapa

macam, yaitu sebagai berikut:

1. Tatap muka (face-to-face)

2. Bermedia (mediated)

3. Verbal (verbal)

a. Lisan (oral)

b. Tulisan (written/priated)

4. Nonverbal

a. Gerakan /isyarat badaniah (gestural)

b. Bergambar (pictorial). (Effendy, 2002:7).

Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim)

dituntut untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapatkan umpan

balik (feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari pesan

tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan dengan efektif.

Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara

(58)

media apapun kecuali bahasa sebagai lambing atau simbol komunikasi

bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan

menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan

nonverbal. Verbal dibagi kedalam dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan

(written/printed). Sementara nonverbal dapat menggunakan gerakan atau

isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan

mata dan sebagainya, serta menggunakan gambar untuk mengemukakan

idea tau gagasannya.

2.1.3 Tujuan Komunikasi

Keberadaan komunikasi sebagai bagian dalam kehidupan manusia

memiliki beberapa tujuan tertentu. Menurut Devito (1997:30), ada empat

tujuan komunikasi yang perlu dikemukakan yakni :

1. Untuk Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi adalah penemuan diri

(personal discovery). Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda

belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Dengan

berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain, kita memperoleh

umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku

kita. Cara lain untuk melakukan penemuan diri melalui proses

perbandingan sosial, melalui pembandingan kemampuan, prestasi, sikap,

(59)

2. Untuk Berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan

dengan orang lain, membina dan memelihara dengan orang lain. Kita

ingin merasa dicintai dan disukai dan kita juga ingin mencintai dan

menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi

komunikasi kita dalam membina dan memelihara hubungan sosial

3. Untuk Meyakinkan

Kita menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi

antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam

perjumpaan antarpribadi sehari-hari, kita berusaha untuk merubah sikap

dan perilaku orang lain, berusaha untuk mengajak mereka melakukan

sesuatu.

4. Untuk Bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain

dan menghibur diri. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita

dirancang untuk memberikan hiburan pada orang lain. Adakalanya

hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan

untuk mengikat perhatian orang lain sehingga kita dapat mencapai

(60)

Jadi, secara keseluruhan dapat dipahami bahwa tujuan dari

komunikasi tidak terlepas dari bagaimana manusia mengisi hidupnya

dalam pola interaksi sosial yang tercipta antara satu dengan lainnya. Baik

untuk aktualisasi diri, interaksi, eksistensi, ekspresi, apresiasi maupun

menciptakan esensi dalam hidupnya.

2.1.4 Prinsip Komunikasi

Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah

lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan

disebut kerangka pengalaman (field of experience), yang menunjukkan

adanya persamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau

simbol.

Gambar 2.2

Field Of Experience Orang Berkomunikasi

Sumber: Effendy, 1997: 19

Sender Encoder Signal decoder receiver Field of Experience Field of Experience

Gambar

Gambar .1.1
Tabel 1.2
Gambar 1.2
Tabel Jadwal Penelitian 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis disimpulkan bahwa bentuk-bentuk simbol yang terdapat pada upacara pernikahan adat Jawa di Hajoran Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan ada

Hasil penelitian adalah: (1) Upacara adat di Desa Jrahi dan Desa Pakem yang dilakukan pada masa perawatan maternal bersumber dari Budaya Jawa; (2) Upacara adat

Terteran atau perang api di Desa Adat Saren menggunakan sambuk atau sabut kelapa dan pelaksanaannya dalam rangkaian upacara Usaba Dalem pada sasih kedasa,

2.3 Nilai Pendidikan Agama Hindu yang terkandung dalam upacara Ngajaga-jaga di Pura Dalem Desa Adat Tiyingan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.. Nilai pendidikan agama

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk fungsi dan makna pada lambang/simbol dalam parjambaran pada upacara adat kematian saurmatua di Kecamatan Doloksanggul

Perubahan Komunikasi Nonverbal pada Payas Agung Badung pada Upacara Perkawinan Bagi Umat Hindu di Kota Denpasar Terjadinya transformasi dalam tata rias dan busana pengantin Bali,

Busana Upacara Resmi Deskripsi dari indikator busana upacara resmi pada tingkat pengetahuan Busana Melayu Riau di Lingkungan Adat Riau berdasarkan angket dari responden dalam

Tinjauan Pustaka Jurnal Musik Tiup dan Upacara Adat: Kasus Pengayaan Identitas Kebudayaan Musikal pada Masyarakat Batak Toba di Kota Medan dalam Jurnal Panggung Vol... Tinjauan