YOGYAKARTA
(Studi Deskriptif Pesan Nonverbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten pada Abdi Dalem di Kraton Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana (strata Satu) Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
DWI AGUSTINA NIM. 41807068
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G
iv ABSTRAK
Pesan Nonverbal dalam Upacara Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta (Studi Deskriptif Pesan Nonverbal Dalam Upacara Adat Grebek Sekaten pada Abdi
Dalem Di Kraton Yogyakarta). Oleh :
Dwi Agustina NIM.41807068
Skripsi ini di bawah bimbingan : Iin Rahmi Handayani , S.Sos., M. I. Kom.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta. Dengan Indikator ekspresi wajah, waktu, ruang dan tempat, diam, gerakan, busanan, bau-bauan dan sentuhan yang ada dalam upacara grebek sekaten di kraton yogyakarta. Metode yang digunakan Metode Penelitian Kualitatif dengan pendekatan Deskriptif yaitu, peneliti menggambarkan, mendeskripsikan, dan memaparkan pesan-pesan nonverbal pada suatu kebudayaan yaitu upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi,study kepustakaan dan internet searching. Serta uji keabsahan data menggunakan Triangulasi data.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pesan nonverbal yang ada pada upacara adat Grebek Sekaten antara lain terdapat simbol nonverbal pada ekpresi wajah dari abdi dalem dan Sri Sultan yang mengartikan rasa penghormatan, waktu dimana pada pelaksanaanya upacara grebek sekaten harus sesuai dengan perhitungan kalender jawa yang berarti masih memegang tradisi leluhurnya, grebek sekaten hanya dilakukan pada ruangan tertentu yaitu di Siti Hinggil karena tempat ini memiliki arti yang paling atas dan tinggi serta masjid kauman yang diartikan sebagai tempat yang sakral, dalam pelaksanaanya terdapat prosesi diam pada saat pembacaan doa yang memiliki arti menghormati raja sebagai pemimpin.
pesan nonverbal gerakan pula terlihat pada cara jalan para abdi dalem da prajurit yang tidak di perbolehkan memakai sandal yang berarti hidup untuk mengabdi dan kesetiaan kepada keluarga kerajaan. Simbol pada pakaian yang dikenakan abdi dalem dan para prajurit memiliki arti masing-masing namun pada intinya mengartikan suatu kegagahan dan kesetiaan dan pakaian yang di kenakan oleh sri sultan memiliki arti lambang keperkasaan dan keadilan seorang raja terhadap rakyat. Dalam grebek sekaten terdapat unsur bau-bauan pada penggunaan bunga tujuh rupa dan dupa serta kemenyaa yang berarti menghormati leluhur terdahulu menurut pandangan orang jawa, dan yang utama dalam upacara grebek sekaten adalah simbol gunungan dimana jika berhasil menyentuh gunungan sekaten ini akan mendapatkan berkah karena gunungan memiliki makna kebesaran dan sedekah dari Sri Sultan.
v
(Descriptive Study Nonverbal Messages In Ceremony Grebek Sekaten in the direction of Abdi Dalem In the Palace of Yogyakarta).
By : Dwi Agustina NIM.41807068
This thesis under the guidance of : Rahmi Iin Handayani, S. Sos., M. I. Kom.
This study aims to determine the Non-Verbal Messages in Grebek Sekaten Ceremony at the Sultan's Palace. With a facial expression indicators, time, space and place, still, motion, busanan, smells and touch of existing in a ceremony at the palace grebek sekaten yogyakarta. The method used by the Qualitative Research Methods The descriptive approach is, researchers describe, describe, and explain nonverbal messages in a culture that is grebek sekaten ceremonies at the Palace of Yogyakarta. Data collection techniques through in-depth interviews, observation, study literature and internet searching. As well as the validity of test data using triangulated data. Results from the study indicate that the nonverbal messages that exist in traditional ceremonies Sekaten Grebek among other nonverbal symbols found on the facial expressions of the courtiers and the Sultan that defines a sense of respect, the time at which the implementation sekaten grebek ceremony should be in accordance with the calculation of Javanese calendar which means that there holds traditions of his ancestors, grebek sekaten only done on a particular room that is in Hinggil because this place has a meaning and a high top and mosques kauman defined as a sacred place, in the implementation there is a procession of silent prayer at the time of reading that has
meaning to respect the king as a leader. nonverbal message is also seen in the way of movement of the courtiers da road warriors who are not allowed to wear sandals in the meaning of life to the service and loyalty to the royal family. Symbols on the clothing worn courtiers and the soldiers have their meanings but in essence defines a valor and loyalty and wear the clothes in sri sultan meaningful symbol of the might and justice of a king against the people. In grebek sekaten there are elements of odors on the use of flowers and incense as well as the seven-way kemenyaa which means respecting the ancestral past in the eyes of people of Java, and the main ceremony is a symbol grebek sekaten mountains where mountains touch sekaten if successful this will get a blessing because the mountains have the meaning of greatness and the alms of the Sultan.
vi Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Syukur Alhamdulillahirobbil’alamin penulis haturkan kepada Allah SWT
yang maha Pemurah dan Penyayang, karena berkat Rakmat_Nya lah penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pesan Nonverbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten di Kraton Yogyakarta (Studi Deskriptif Pesan Nonverbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten pada Abdi Dalem di Kraton Yogyakarta)” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Karena selama penulisan banyak sekali
kendala yang tak terduga serta hambatan yang penulis hadapi. Adapun penulisan
skripsi ini ditujukan untuk memenuhi tugas akhir yang merupakan syarat
kelulusan program strata satu (1) pada jurusan Ilmu Komunikasi dengan
konsentrasi kehumasan Universitas Komputer Indonesia.
vii
berarti apa-apa. Maka dari itu, perkenankanlah penulis melalui kesempatan ini, dengan
hormat penulis untuk menyampaikan terima kasih yang tak terhingga dan tak
terukur, serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yth. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia dan dosen pengajar dari penulis.
2. Yth, Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)
yang telah memberi izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di
lapangan.
3. Yth, Manap Solihat S. Sos., M. Si., selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan arahan dan izin kepada peneliti untuk
menyusun skripsi ini dan memberikan kelancaran pelayanan dalam urusan
akademik.
4. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations, yang telah memberikan dukungan dan
kemudahan serta ilmu-ilmunya, arti hidup, dan semangat kepada penulis
viii
semangat, serta ilmu-ilmu yang berharga kepada penulis selama ini.
6. Yth. Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si., selaku dosen wali, yang telah banyak memberikan motivasi, arti hidup, nasehat, arahan, semangat, serta
ilmu-ilmu yang berharga kepada penulis selama ini
7. Yth. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komuniasi dan Public Relations, khususnya kepada : Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., Bapak Sangra Juliano P., S.I.Kom., Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom., Bapak Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si., Bapak Ari Prasetyo, S.Sos., M.Si., Ibu Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., Terima kasih yang tiada tara untuk ilmunya yang tak terhingga serta dukungan yang telah diberikan kepada
penulis selama ini.
8. Mba Astri Ikawati., A.Md,.Kom., Dan Rr. Intan S.I.Kom Selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP
UNIKOM, yang telah membantu kelancaran administrasi bagi penulis.
ix
data-data untuk kelengkapan dalam penulisan skripsi.
11.Kerabat Keraton dan Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dengan ketulusan hati bersedia menjadi informan.
12.Kepada Ayah dan Ibu tersayang yang sudah memberikan doanya, semangat serta arahannya dalam mendukung penulis, terimakasih Ayah,
Ibu atas semua semangatnya.
13.Kakak dan Keluarga ku tercinta (Mas lana, Mba Sri Harjuni,) serta adik ku tersayang (Tri Handoyo), yang telah memberikan dukungan, semangat,
serta arahan dan senyum canda tawa dalam kebersamaan.
14.Sahabat-sahabat seperjuangan Imanudin (adin) Mayang Riyanti,
Indah Rahman, Maria Mawati Puspa (Iza), linda Yulianti serta Verlian, Ayu dan Teman–teman seperjuangan Angkatan 2007, IK-Humas 1, 2 dan 3 serta IK-Jurnal, Terimakasih atas semangat yang kalian berikan serta saran dan kritikan Semangat… teruskan langkah
kita meraih harapan dan cita-cita kita
15.Teman-teman satu bimbingan, Sendy, Rifky, Gita Terimakasih banyak ya, buat kalian yang sudah banyak aku repotin, dan yang terus
x
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu penulis, dari penulisan hingga selesainya
skripsi ini. Semoga dibalas setimpal dari Allah SWT, dan dapat memberikan
manfaat yang berarti.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Bandung, Juli 2011
Peneliti
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan
keanekaragaman budaya. Budaya merupakan salah satu identitas suatu
bangsa. Indonesia biasa disebut sebagai negara kepulauan terdiri dari
beribu-ribu pulau besar dan kecil.
Indonesia memiliki etnis yang beranekaragam kebudayaan dimana
akan menghasilkan sebuah tatanan kemasyarakatan yang heterogen.
Keberagaman etnis tersebut dapat melahirkan sebuah tatanan masyarakat
yang dinamis dan integrative. Salah satunya adalah masyarakat
Yogyakarta, dimana sejak lama kita ketahui orang-orang jawa atau
masyarakat Yogyakarta sangat menjungjung dan menjaga nilai-nilai
tradisi.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Karena budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
Selain itu bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.1
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah provinsi di Indonesia
yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi
Jawa Tengah di sebelah utara. Secara geografis Yogyakarta terletak di
pulau Jawa bagian Tengah. sebuah provinsi yang berdasarkan wilayah
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Selain
itu ditambahkan pula mantan-mantan wilayah Kasunanan Surakarta
Hadiningrat dan Praja Mangkunagaran yang sebelumnya merupakan
enklave di Yogyakarta.
Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dirunut asal
mulanya dari tahun 1945, bahkan sebelum itu. Beberapa minggu setelah
Proklamasi 17 Agustus 1945, atas desakan rakyat dan setelah melihat
kondisi yang ada, Hamengkubuwono IX mengeluarkan dekrit kerajaan
yang dikenal dengan Amanat 5 September 1945. Isi dekrit tersebut adalah
integrasi monarki Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia.
1
Pada saat itu kekuasaan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
meliputi:
1. Kabupaten Kota Yogyakarta dengan bupatinya KRT
Hardjodiningrat,
2. Kabupaten Bantul dengan bupatinya KRT Joyodiningrat,
3. Kabupaten Gunungkidul dengan bupatinya KRT
Suryodiningrat,
4. Kabupaten Kulonprogo dengan bupatinya KRT Secodiningrat.
5. Sedangkan kekuasaan Kadipaten Pakualaman
meliputi:Kabupaten Kota Pakualaman dengan bupatinya KRT
Brotodiningrat, Kabupaten Adikarto dengan bupatinya KRT
Suryaningprang.
Dalam kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana persepsi manusia
terhadap dunia lingkungan serta masyarakat, seperangkat nilai-nilai yang
menjadi landasan pokok untuk memotivir setiap langkah yang hendak dan
harus dilakukannya dan sehubungan dengan itu pola hidup serta cara
kemasyarakatan. Dengan demikian kebudayaan menunjukkan identitas
serta integritas seseorang atau suatu bangsa. Dalam kebudayaanlah
tertuang segala kekayaan serta mutu hidup suatu bangsa
Kebudayaan sendiri dapat diartikan sebagai semua hal yang
dihasilkan dan yang mampu dipertahankan berdasarkan
pengalaman-pengalaman simbolik. Atau dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan
terdiri dari pola-pola dan cara-cara berpikir, merasa dan bertindak yang
dicapai dan disalurkan melalui simbol.
Salah satu hasil budaya yang masih ada sejak berabad-abad yang
lalu hingga sekarang adalah upacara Sekaten. Grebeg Sekaten adalah salah
satu peristiwa budaya yang sangat penting Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat. Upacara Sekaten dimaknai sebagai upacara untuk
memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dan untuk
mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan YME atas Rakhmat-Nya yang
telah memberikan berkahnya kepada rakyat.
Selain itu yang terpenting yaitu sebagai sarana menyebarkan
dakwah agama Islam.Meskipun upacara adat grebek sekaten ini telah
berabad-abad lamanya, upacara Sekaten masih tetap terjaga sampai
sekarang, tradisi ini sudah ada sejak jaman Kerajaan Demak (abad ke-16)
dan diadakan setiap bulann ke-tiga dalam tahun Jawa. Pada Proses
Tahapan nya upacara Sekaten diawali terlebih dahulu dengan Upacara
tumplak wajik yaitu upacara pembuatan Wajik (makanan khas yang
terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali pembuatan
pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg. Upacara ini hanya
Besar. Dalam upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi
dengan sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum
garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk
padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Selanjutnya Sekaten
dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur
Madu dan KK Nagawilaga, dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan
Selatan dan Utara di depan Mesjid Gedhe. Selama tujuh hari, mulai hari
ke-6 sampai hari ke-14, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan
ditabuh secara bergantian menandai perayaan sekaten.
Pada malam kedelapan Sultan atau wakil yang beliau tunjuk,
melakukan upacara Udhik-Udhik, tradisi menyebar uang logam (koin).
Setelah itu Sultan atau wakil beliau masuk ke Mesjid Gedhe untuk
mendoakan gunungan dan mendengarkan pembacaan riwayat hidup nabi.
Akhirnya pada hari terakhir upacara ditutup Sego Gurih (sejenis nasi
uduk) dan Endhog Abang (harfiah=telur merah) merupakan makanan khas
pada upacara grebek sekaten. Selain itu terdapat pula sirih pinang dan
bunga kantil (Michelia alba atau Magnoliaceae).
Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya
kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas
kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem,
berupa gunungan (pareden) yang terdiri dari Pareden Kakung (gunungan
Dharat, serta Pareden Kutug atau Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun
sekali pada saat Garebeg Mulud tahun Dal. Lalu arakan gunungan yang
berisi berbagai macam hasil pertanian menjadi simbol berkah Sultan
kepada rakyat. 2
Dalam kehidupan kesahariannya manusia, sering berkomunikasi
menggunakan media atau medium. Bentuk yang merupakan komplemen
dari beragam media (gerak, bunyi, rupa, dan bahasa) banyak terdapat pada
sebuah seni pertunjukan ataupun suatu tradisi, yang kesemuanya itu
merupakan bahasa komunikasi yang kaya akan nuansa imajinatif dan
penuh dengan multitafsir dan memiliki beragam makna yang disampaikan
dalam bentuk komunikasi non verbal.
Komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih,
yang mengirim dan menerima pesan. Dalam berkomunikasi pasti ada
simbol, yaitu sesuatu yang digunakan untuk mewakili maksud tertentu,
misalnya dalam kata-kata verbal yang tertulis maupun lisan, dan juga non
verbal yang diperagakan melalui gerak-gerik tubuh, warna, artifak,
gambar, pakaian, dan lainnya yang harus dapat dipahami secara konotatif.
2
Menurut Larry A Samovar dan Richard E Porter (dalam Mulyana,
2000), “Pesan komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan
(kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”, juga
mencakup perilaku yang disengaja dan tidak disengaja sebagai bagian dari
peristiwa komunikasi secara keseluruhan, mengirim banyak pesan non
verbal tanpa menyadari bahwa pesan tersebut bermakna bagi orang lain.
Pesan non verbal mempunyai klafikasinya dalam pesan nonverbal
itu sendiri.yang banyak menciptakan paradigma dari para ahli, yang
sebagaimana tercantum menurut : Lary A. Samovar dan Richard E. Porter
mengklafikasikan pesan-pesan non verbal kedalam 2 kategori utama, yaitu
:
1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan, dan
postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan,
dan parabahasa.
2. Ruang, waktu, dan diam.
John R. Wenburg dan William W. Wilmot mengemukakan
klafikasi lain dari pesan non verbal, sebagai berikut:
1. Isyarat-isyarat non verbal perilaku (behavioral)
2. Isyarat-isyarat non verbal bersifat publik seperti ukuran ruangan
5
Diantara kedua pengkategorian diatas, saya sebagai penulis
memilih dan menggunakan penelitian ini bedasarkan klasifikasi yang
dikemukakan oleh Lary A. Samovar dan Richard E. Porter sebagai
dasar rujukan yang akan diajukan.
Komunikasi terdapat dua bagian yaitu komunikasi verbal dan
von verbal Pesan komunikasi non verbal merupakan salah satu bentuk
media komunikasi yang sama pentingnya dan banyak digunakan dalam
berbagai situasi terutama berkaitan dengan sistem nilai, gaya dan
bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Pesan komunikasi non verbal
dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih
dianggap efektif untuk menyampaikan pesan
Keterampilan pesan komunikasi non verbal menjadi bagian
penting dari kemampuan pendamping untuk mengenal sikap, perilaku,
tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui gerak tubuh yang
terkadang sulit untuk dipahami, diharapkan dapat mengenal pola-pola
nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.
Pesan non verbal juga sangat tergantung pada budaya. Tidak
semu konteks non verbal dapat di maknai sama pada setiap budaya.
Dengan beragamnya suku bangsa yang terdapat di Indonesia,
melahirkan budaya yang beragam dan menambah kekayaan negeri, hal
Dell hymes (1973), ahli antropologi budaya memandang komunikasi sebagai unsur penting dalam memahami suatu budaya. Ia menyebutkan empat komponen komunikasi, pesan komunikasi,peserta komunikasi,sandi yang digunakan,sertamedia atau saluran.
Karena sesungguhnya pada dasarnya semua komunikasi
adalah budaya mengacu pada cara-cara kita telah belajar untuk
berbicara menggunakan kata-kata verbal dan memberikan pesan-pesan
nonverbal. Kita tidak selalu berkomunikasi dengan cara yang sama
dari hari ke hari, karena faktor-faktor seperti konteks (situasional),
kepribadian individu, dan suasana hati berinteraksi dengan berbagai
pengaruh budaya kita telah menginternalisasi yang mempengaruhi
pilihan kita.
Seperti pada upacara adat grebek sekaten dimana di dalam
setiap prosesinya terdapat perlengkapan seperti gamelan, wajik, uang
koin, sesajen (kemenyan, bunga kantil, dupa), dan gunungan yang
mengandung pesan non verbal yang tidak semua orang mengetahui
makna dan pesan yang disampaikan dalam tradisi sekatenan ini
kepada masyarakat awam.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti menarik rumusan
masalah sebagai berikut :” Bagaimana Pesan NonVerbal dalam
1.1 Identifikasi Masalah.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis mengidentifikasikan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Ekpresi wajah yang ditunjukan abdi dalem pada saat
menghadap Sri Sultan saat Miyos Gongso dalam upacara adat grebek
sekaten di Kraton Yogyakarta?
2. Bagaimana Waktu yang tepat untuk melaksanakan upacara adat
grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?
3. Bagaimana Ruang dan Tempat dalam upacara adat grebek sekaten di
Kraton Yogyakarta?
4. Bagaimana Diam dalam upacara adat grebek sekaten di kraton
Yogyakarta?
5. Bagaimana Gerakan para abdi dalem pada saat kirab gunungan dalam
upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?
6. Bagaimana Busana yang dikenakan dalam upacara adat grebek
sekaten di Kraton Yogyakarta?
7. Bagaimana Bau-bauan yang dipergunakan dalam upacara adat
grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?
8. Bagaimana sentuhan dalam prosesi upacara adat grebek sekaten di
kraton Yogyakarta?
9. Bagaimana Pesan Nonverbal dalam upacara adat grebek sekaten di
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang pesan nonverbal dalam upacara adat
grebek skaten yang dapat dilihat mulai dari prosesi kegiatan
upacara grebek skaten di Kraton Yogyakarta, samapai pesan-pesan
yang terkandung dalam setiap prosesinya.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ekpresi wajah yang ditunjukan abdi dalem
pada saat menghadap Sri Sultan saat Miyos Gongso dalam
upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta
2. Untuk mengetahui waktu yang tepat untuk melaksanakan
upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta
3. Untuk mengetahui ruang dan tempat dalam upacara adat
grebek sekaten di Kraton Yogyakarta
4. Untuk mengetahui gerakan para abdi dalem pada saat kirab
gunungan dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton
Yogyakarta
5. Untuk mengetahui busana yang dikenakan dalam upacara
6. Untuk mengetahui bau-bauan yang dipergunakan dalam
upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta
7. Untuk Mengetahui sentuhan dalam prosesi upacara adat
grebek sekaten di kraton Yogyakarta
8. Untuk mengetahui pesan nonverbal dalam upacara adat
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan
pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu komunikasi
secara umum dan dalam penyelenggaraannya secara teoritis
khususnya yang berkaitan dengan komunikasi non verbal dan
komunikasi budaya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. kegunaan peneliti
Kegunaan penelitian ini untuk peneliti adalah memberikan
pengetahuan lebih mendalam tentang pesan nonverbal
dalam upacara adat greber Skaten di Kraton Yogyakarta.
dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat
peneliti lebih mengetahui dan dapat menambah wawasan
dalam bidang komunikasi non verbal dan budaya
khususnya dalam upacara adat grebek sekaten.
b. Kegunaan bagi Universitas
Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas
Komputer Indonesia secara umum, program studi ilmu
komunikasi secara khusus sebagai literatur atau untuk
peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian
yang sama.
c. kegunaan untuk masyarakat
Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat umum adalah
untuk mengetahui bahwa negara indonesia ini memiliki
beragam budaya dan beraneka ragam suku. Salah satunya
yaitu yang terdapat pada upacara adat grebek sekaten yang
terdapat di kota Yogyakarta. Selain itu secara mendalam
masyarakat pula dapat mengetahui makna, arti serta filosofi
yang terkandung dalam prosesi upacara adat grebek
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Kerangka PemikiranTeoritis
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. karena komunikasi nonverbal
lebih menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan
kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan
sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi,
penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Pesan
komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan
verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan
potensial bagi pengirim atau penerima (Dedi Mulyana 2000:308)
Lary A. Samovar dan Richard E. Porter mengklafikasikan
pesan-pesan non verbal kedalam 2 kategori utama, yaitu:
1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan, dan
postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan,
dan parabahasa.
Salah satu jenis komunikasi yaitu pesan komunikasi non verbal
disebut dengan bahasa tubuh. Komunikasi non verbal adalah
penyampaian pesan tanpa kata-kata dan pesan komunikasi non verbal
memberikan arti pada komunikasi verbal. Untuk memahami
komunikasi tersebut sehingga menimbulkan beberapa paradigma yang
muncul salah satunya paradigma yang dikemukakan oleh Lary A.
Samovar dan Richard E. Porter dimana komunikasi meliputi enam
unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:
1. Ekspresi Wajah
merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat
menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang
mengamatinya. merupakan salah satu cara penting dalam
menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia,
2. Waktu
Untuk proses pemyampaian pesan diperlukan waktu yang tepat
dalam tujuan penyampaian pesan bisa dilakukan dan diterima oleh
3. Ruang
Untuk proses peyampaian komunikasi non verbal ruang merupakan
tempat atau posisi dimana proses pesan non verbal itu terjadi.
4. Gerakan
Dalam komunikasi non verbal cara orang berjalan dan melakukan
suatu tindakan dapat menimbulkan kesan terhadap orang lain yang
melihatnya.
5. Busana
Dalam proses penyampaian pesan non verbal penampilan fisik
menunjukan cerminan dari cara penyampaian terhadap publik.
Salah satunya dapat terlihat dari busana yang dikenakan.
6. Bau-bauan
Aspek-aspek yang terjadinya proses pesan kumunikasi non verbal
yang di timbulkan melalui bunga dan minyak wangi yang di
pergunakan yang tercium wangi oleh public. (wewangian, seperti,
eau de toilette, eau de cologne, dan parfum) telah berabad-abad
digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan
7. Sentuhan
Sentuhan dapat memiliki arti multimakna, seperti pada foto dimana
terdapat pesan nonverbal yang di dalamnya terkandung banyak
makna.
1.5.2 Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konseptual ini. Penulis mengaplikasikan teori yang
digunakan sebagai landasan penelitian dengan keadaan yang ada pada saat
peneliti bereda di dilapangan mengenai Komunkiasi Non Verbal dalam
upacara adat grebek sekaten dimana upacara grebek sekaten merupakan
suatu tradisi yang di dalam setiap prosesinya mengandung pesan-pesan
non verbal. dimana ini terlihat dari perlengkapan yang di gunakan pada
saat tradisi sekatenan ini.
Pada Proses Tahapan nya upacara Sekaten diawali terlebih dahulu
dengan Upacara tumplak wajik yaitu upacara pembuatan Wajik (makanan
khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali
pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg. dalam
upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi dengan
sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum
garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk
padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Selanjutnya Sekaten
dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur
Selatan dan Utara di depan Mesjid Gedhe. Selama tujuh hari, mulai hari
ke-6 sampai hari ke-14, kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan
ditabuh secara bergantian menandai perayaan sekaten.
Pada malam kedelapan Sultan atau wakil yang beliau tunjuk,
melakukan upacara Udhik-Udhik, tradisi menyebar uang logam (koin).
Setelah itu Sultan atau wakil beliau masuk ke Mesjid Gedhe untuk
mendoakan gunungan dan mendengarkan pembacaan riwayat hidup nabi.
Akhirnya pada hari terakhir upacara ditutup Sego Gurih (sejenis nasi
uduk) dan Endhog Abang (harfiah=telur merah) merupakan makanan khas
pada upacara grebek sekaten. Selain itu terdapat pula sirih pinang dan
bunga kantil (Michelia alba atau Magnoliaceae).
Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya
kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas
kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem,
berupa gunungan (pareden) yang terdiri dari Pareden Kakung (gunungan
anak), Pareden Estri, Pareden Pawohan, Pareden Gepak, dan Pareden
Dharat, serta Pareden Kutug atau Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun
Dalam setiap prosesi dalam upacara adat sekaten ini mengandung pesan
yang tujuan nya menyampaikan pesan kepada masyarakat yaitu sebagai berikut:
1. Ekspresi wajah
Pada tahapan ini terlihat di dalam pelaksanaan prosesi upacara adat
grebek sekaten yaitu pada saat acara miyos gongso dimana pada tahap
ini Sri Sultan dan para abdi dalem menunjukan ekspresi wajah yang
dapat diamati satu sama lainya oleh setiap masyarakat yang hadir
dimana pada prosesi ini memiliki pesan dan makna yang sedang
terjadi.
2. Waktu
Pada tahap ini, saat pelaksanaan upacara adat grebek sekaten ini, harus
dilaksanakan sesuai waktu yang di tetapkan oleh perhitungan kalender
jawa , dimana upacara adat grebek sekaten ini dilaksanaka tiga kali
dalam setahun dengan proses prosesi dan waktu yang berbeda.
3. Ruang
Pada tahap ini dalam prosesi upacara adat sekaten ini dilaksanakan di
beberapa tempat mulai dari penyusunan kirab gunungan yang
dilaksanakan di tempat khusus upacara adat dengan kondisi terbuka,
sampai dengan miyos gongso yang dilaksanakan di dalam ruangan
gunungan di kirab keliling komplek kraton dan di bagikan kepada
masyarakat. Yang sebagian besar dapat dilihat oleh publik dimana di
dalam setiap prosesinya ini mengandung pesan nonverbal yang di
sampaikan.
4. Gerakan.
Tahap ini bagian dari bentuk penyampaian pesan non verbal yang
diliahat dari gaya berjalan dan gerakan pada saat kirab gunungan.
5. Busana
Pada Tahap ini penampilan fisik dapat dilihat melalui busana yang
dikenakan para abdi dalem, Kerabat Kraton, serta Kanjeng Sri Sultan
dan GPPH. Prabukusumo. Diaman setiap pakaian dan atribut yang
dikenakan memiliki ciri khas dan makna serta pesan.
6. Bau-bauan.
Tahap ini prosesi upacara grebek sekatenan adanya terdapat
penggunaan dupa, bunga Tujuh rupa dan kemenyan bertujuan agar
aroma wanginya tercium sehingga masyarakat tau sedang akan
7. Sentuhan
Proses sentuh-menyentuh ini terjadi pada saat akhir upacara adat
grebek sekatena dimana masayarakat sangat antusias dalam menyentuh
dan mendapatkan gunungan karena mereka percaya dengan suatu
tradisi dimana jika berhasilkan mendapatkan bagian dari gunungan
akan mendapatkan berkah.
Dari ketujuh komponen diatas yang diadaptasikan oleh penulis ke
gambar di bawah ini agar lebih jelas mengenai proses terjadinya pesan pesan
komunikasi non verbal yang terdapat dalam prosesi upacara adat grebek
sekaten. yang urutannya saling berkaitan sehingga menjadikan suatu
informasi yang lebih efektif dan terencana, seperti bagan dibawah ini :
Gambar .1.1
Teori Lary A. Samovar dan Richard E. Porter
1.6 Pertanyaan Penelitian.
Pertanyaan Penelitian ini di tujukan kepada Masyarakat Lamaole agar
Peneliti ini bisa lebih jauh lagi secara lebih mendalam mengetahui tentang
Penelitian yang diteliti. Adapun beberapa bentuk pertanyaan Penelitian yang
peneliti buat :
1. Ekpresi wajah yang ditunjukan abdi dalem pada saat menghadap Sri
Sultan saat Miyos Gongso dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton
Yogyakarta?
a. Apakah dalam upacara grebek sekaten di setiap prosesinya
terkandung atau terdapat pesan yang terlihat dari bahasa tubuh,
atau ekspresi wajah?
2. Waktu yang tepat untuk melaksanakan upacara adat grebek sekaten di
Kraton Yogyakarta?
a. Dalam penyelenggaraan upacara sekaten di lakukan berapa
lama selama proses penyelenggaraannya hingga selesai?
3. Ruang dan tempat dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton
Yogyakarta?
a. Dimana saja ruang atau tempat pelaksanaan dalam menjalankan
prosesi upacara grebek sekaten ini?
b. Apakah terdapat pemilihan ruang atau tempat dalam
pelaksanaan upacara adat grebek sekaten ini sesuai dengan
tradisi yang sudah ada atau berubah tiap tahunnya sesuai
4. Gerakan para abdi dalem pada saat kirab gunungan dalam upacara adat
grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?
a. Seperti apa gerakan yang dilakukan pada saat kirab gunungan
dalam upacara adat grebek sekaten di kraton Yogyakarta?
b. Apa saja gerakan yang dilakukan pada saat upacara adat grebek
sekaten berlangsung?
c. Bagaimana tahapan dalam pelaksanaan upacara adat grebek
sekaten ?
d. Ada berapa tahapan dalam Upacara Grebek Sekaten?
e. Perlengkapan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk upacara
Sekatenan?
5. Busana yang dikenakan dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton
Yogyakarta?
a. Pakaian apa saja yang dikenakan oleh abdi dalem, para prajurit
serta kerabat kreaton dan Sri Sultan dalam upacara adat grebek
sekaten?
b. Pakaian warna atau motif apa yan dikenakan oleh abdi dalem, para
prajurit serta kerabat kreaton dan Sri Sultan dalam upacara adat
grebek sekaten?
6. Bau-bauan yang dipergunakan dalam upacara adat grebek sekaten di
Kraton Yogyakarta?
a. Bebauan seperti apa yang di gunakan dalam prosesi upacara adat
b. Bunga apa saja yang di gunakan dalam prosesi upacara adat grebek
sekaten?
c. Apakah terdapat jenis wewangian yang khusus yang digunakan
selain bunga, sebagai bau-bauan?
7. Sentuhan dalam prosesi upacara adat grebek sekaten di kraton
Yogyakarta?
a. Apa saja arti pesan dan makna yang terkandung di dalam gunungan
sehingga masyarakat sangat antusias dalam menyentuh gunungan
dan mendapatkan isi dari gunungan?
8. Pesan nonverbal dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton
Yogyakarta?
a. Bagaimana pelaksanaan pesan komunikasi non verbal dalam
upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta?
b. Apakah terdapat makna komunikasi yang di sampaikan dalam
1.7 Subjek Penelitian dan Informan
1.7.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun
lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti.
Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya
melekat atau terkandung objek penelitian. Dalam penelitian ini yang
menjadi subjek penelitian adalah Para Abdi Dalem Kraton Yogjakarta.
1.7.2 Informan
Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena
memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti,
dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut.
Informan adalah seseorang yang mengetahui informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian, sehingga seorang informan harus
memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian (Moleong : 90).
Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin
mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik
terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001).
Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 orang.
Dimana mereka adalah para abdi dalem dan kerabat kraton serta
masyarakat Yogyakarta yang mengetahui tentang seluk beluk dari kegiatan
Tabel 1.1 Informan Penelitian
(Informan Kunci)
No. Nama Jabatan
1. Dewi Sukaningsih Kerabat Kraton Yogyakarta
2. Surono Abdi Dalem Kraton
3. Wagiem Abdi Dalem Kraton
4. Rintaiswara Abdi Dalem Widoyo Budoyo
(sumber : catatan peneliti; 2011)
Tabel 1.2 Informan Pendukung
1. Purwanto Masyarakat
2. Sugeng Maulana Masyarakat
1.8 Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data , seperti transkripsi wawancara,
catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Karena
dalam penelitan kualitatif perlu menekankan pada pentingnya
kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti
memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan
nyata. ( Patton dalam Poerwandari, 1998). Penelitian ini melakukan
pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif dimana
Penelitian studi deskriptif adalah kutipan-kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan tersebut.
Studi deskriptif, yaitu laporan penelitian yang berisi
kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan, data
tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto
videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi
lainnya (Moleong,2006:23).
Kirk dan Miller Menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social, yang
fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dan
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam
Hadani Nawawi dan Martini (1974 : 174) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran atau sebagaimana adanya (natural setting)
dengan tidak diubah dalam bentuk symbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti rangkaian kegiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum diketahui dengan mempergunakan cara bekerja atau metode yang sitematik, terarah dan dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam pendekatan kualitatif, realitas dipandang sebagai
sesuatu yang berdimensi banyak, suatu kesatuan yang utuh serta
berubah-ubah sehingga biasa nya rancangan penelitian tersebut tidak
disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitian di mulai untuk
alasan itu pula, kualitatif sering di asosiasikan dengan teknik analisa
data dan penulisan laporan penelitian.
Karena seperti yang di kemukakan oleh Hadani Nawawi dan
Martini Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat atau
memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan
kewajaran atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak
diubah dalam bentuk symbol atau bilangan, karena penelitia
bertujuan untuk menggambarkan simbol-simbol, makna serta filosofi
dan pesan komunikasi nonverbal yang terkandung dalam upacara
grebek sekaten.
Menurut Bagong Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi
beberapa macam, yaitu : 1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan
diperlukan dalam penelitian, 2) Informan Utama merupakan mereka yang
terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, 3) Informan
Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Dalam pelaksanaannya, peneliti mencari calon informan yang
concern terhadap upacara adat grebek sekaten itu sendiri. Peneliti
mendatangi beberapa tempat dilaksanakannya upacara tersebut dan dimana
informan tersebut bekerja. Untuk mendapatkan calon informan yang tepat,
peneliti menanyakan beberapa orang yang nantinya akan membentuk suatu
jaringan.
Dalam masa pencarian informan yang kompeten dan tokoh
budayawan, peneliti mendatangi Kraton Yogyakarta. Kemudian peneliti
mencatat beberapa nama, seperti ; Ibu Dewi Sukaningsih (Kepala Musium
Batik Yogyakarta) dan KRT.Raintanswara (Abdi dalem widoyo budoyo).
yang dalam penelitian ini merupakan informan kunci (key informan). Serta
memunculkan informan lain yaitu bapak purwanto dan bapak sugeng yang
1.9 Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini Peneliti juga menggunakan Pengumpalan
Data sebagai berikut :
1. Wawancara Mendalam
Untuk memperoleh data informasi secara akurat dari
narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan
metode wawancara. Wawancara adalah pengumpulan data yang
dalam pelaksanaannya adalah mengadakan tanyaa jawab
terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan
permasalahan, baik tertulis maupun lisan guna memperoleh
masalah yang di teliti.
Wawancara menurut Koentjaraningrat adalah: percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitupewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Koentjaraningrat, 1996).
Wawancara dapat beberapa kali dilakukan untuk mendapatkan
data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode
penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data
dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang
timbul dilapangan kemudian terus menerus di sempurnakan
selama penelitian berlangsung
2. Observasi
Observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku
atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti prilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan
pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik
terhadap pengukuran tersebut.
Bungin (2007:115) mengemukakan beberapa bentuk observasi
yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu
observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi
kelompok tidak terstruktur.
Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengematan dan pengindraan dimana
observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian
responden. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang
dilakukan tanpa guide observasi. Pada observasi ini peneliti tau
pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya
3. Dokumentasi
Adalah penelitian dengan mengambil sejumlah besar fakta dan
data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi
misalnya berupa foto-foto, surat-surat, catatan harian, dan
sebagainya, atau juga peneliti secara langsung mengambil
gambar pada acara upacara adat grebek sekaten dengan cara
memfoto ataupun merekam suasana pada saat upacara adat
grebek sekaten sedang berlangsung.
4. Study Kepustakaan
Peneliti juga menggunakan pencarian data melalui
sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek
penelitian ini, sebagai data sekunder. dan sebagai penunjang
penelitian. Diantaranya studi literatur untuk mendapatkan
kerangka teoritis dan untuk mendapatkan kerangka konseptual
dan memperkaya latar belakang penelitian melalui teknik
pengumpulan data yang menggunakan buku atau refrensi
Dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan
dari Literlatur, Refrensi, Majalah, Makalah, dan juga yang
lainnya. Sehingga peneliti memperoleh data-data yang tertulis
melalui telaah bacaan yang ada kaitannya dengan masalah
5. Internet Searching
Perkembangan teknologi kini telah banyak membantu dalam
kegiatan penelitian. Perkembangan teknologi dijadikan sebagai
alat untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian.
Internet digunakan sebagai salah satu pilihan peneliti untuk
sebagai salah satu teknik pengumpulan data. Internet menjelma
menjadi ensyklopedia raksasa yang memuat berbagai informasi
termasuk informasi mengenai penelitian dari berbagai daerah di
berbagai penjuru didunia. Penulis menggunakan internet
searching karena didalam internet terdapat banyak bahasan dan
sumber data yang beragam dan dinamis tentang perkembangan
penelitian yang dalam hal ini tentang fenomena motif batik
dalam kegiatan upacara grebek skaten. Peneliti menggunakan
internet sebagai media teknologi informasi yang mendunia
untuk mendapatkan informasi terbaru dan informasi yang telah
ada sebelumnya. Dalam penggunaannya, peneliti mencari
berbagai data yang brkenaan dengan penelitian seperti buku
para ahli dari luar negeri dan lain-lain tanpa ada batasan ruang
dan waktu. Teknik pengumpulan data internet searching ini
sangat efektif untuk mendapatkan berbagai informasi yang
kemungkinan bentuk fisiknya belum terdapat di dalam
masyarakat, sehingga memungkinkan mendapatkan informasi
1.10. Uji Keabsahan Data
Untuk melengkapi penelitian ini, peneliti menambahkan uji
keabsahan data dengan teknik triangulasi data. Menurut Moleong
dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain. Teknik triangulasi data menurut Denzin (1978)
membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
yang memanfaatkan penggunaan sumber, penyidik, metode dan
teori.
Uji keabsahan data dengan cara melakukan triangulasi data
untuk dapat mengetahui suatu keabsahan dalam penelitian ini.
Peneliti melakukan wawancara dengan pihak luar yang terkait
dengan masalah yang diteliti. 3
1.11 Teknik Analisa Data
Dalam penelitian diperlukan tahap-tahap penelitian yang
memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalur yang benar dan
memiliki langkah-langkah yang akan diambil dalam penelitian.
Tahapan-tahapan ini berguna sebagai sistematika proses penelitian yang
akan mengarahkan peneliti dengan patokan jelas sebagai gambaran dari
proses penelitian dan digunakan sebagai analisis data. Teknik analisis
data dilakukan dengan langkah:
Analisa data menurut Patton (dalam buku Penelitian Kualitatif,
Moleong : 1980 : 268), adalah mengatur urutan data, dan
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan
dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang
penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan melalui penjabaran dan
penganalisisan suatu kasus. Penelaahan tema-tema yang ada, serta
penonjolan-penonjolan pada tema tertentu (Creswell, 1998 : 65).
Teknik analisa data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian,
dimana sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data.
Dan terkait dengan hal itu, teknik analisis data yang akan ditempuh
peneliti melalui tiga tahap yakni reduksi data, penyajian (display) data,
dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Seperti yang digambarakan di
Gambar 1.2
Analisis Interaktif Miles dan Huberman
(Sumber: Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Op.Cit, hal. 20)
Data yang sudah diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui
tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap pertama adalah Tahap Reduksi data, yaitu tahap dimana
kategorisasi dan mereduksi data, melakukan pengumpulan terhadap
informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian. Selanjutnya
data yang sudah diperoleh di kelompokan sesuai dengan topic masalah. Koleksi Data
Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi Penyajian
b. Tahap kedua adalah Tahap Pengumpulan data, yaitu data yang sudah
dikelompokan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi,
sehingga berbentuk rangkaian-rangkaian informasi yang bermakna
sesuai dengan masalah penelitian.
c. Tahap yang ketiga adalah Tahap Penyajian data, yaitu dimana pada
tahap ini melakukan interpretasi data yaitu menginterpritasikan apa
yang telah diinterpretasikan informan.
d. Tahap keempat adalah Tahap Penarikan Kesimpulan, yaitu
pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah
disusun pada tahap ketiga sehingga dapat memberikan jawaban atas
masalah penelitian.
e. Tahap yang ke lima adalah Tahap Evaluasi, yaitu melakukan verifikasi
hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan
tahap keempat. Pada tahap ini dimaksudkan untuk menghindari
kesalahan interprestasi dari hasil wawancara dengan sejumlah
informan yang dapat mengaburkan, maka persoalan sebenarnya dari
focus penelitian.
Tahapan-tahapan dalam analisis data di atas merupakan bagian yang
tidak saling terpisahkan, sehingga saling berhubungan anatara tahapan yang
satu dengan tahapan yang lainnya. Analisis dilakukan secra bertahap
(kontinu) dari awal sampai akhir penilitian, untuk mengetahui hasil dari
1.12 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.12.1 Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk melakukan penelitian
di Kraton Yogjakarta yang beralamat di Jalan. Rotowijayan 1, Alun-alun
Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta
1.12.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dengan jangka waktu
penelitian selama 6 (enam) bulan, terhitung mulai dari bulan Febuari
2011 hingga Juni 2011, dengan rundown waktu penelitian sebagai berikut
1.13 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dibuat untuk memberikan gambaran umum
tentang penelitian yang dilakukan untuk kejelasan penulisan hasil penelitian
dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,
Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian (meliputi; kegunaan teoritis,
kegunaan praktis), Kerangka Pemikiran, Teknik Pengumpulan Data,
Pengolahan Data dan Analisis Data, Subjek Penelitian dan Informan, Lokasi
dan Waktu Penelitian (meliputi; lokasi penelitian, waktu penelitian) dan
Sistematika Penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan tentang
konteks komunikasi, tinjauan mengenai komunikasi nonverbal. dan tinjauan
tentang kegiatan upacara adat Grebek skaten.
BAB III OBYEK PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai komunikasi non
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang hasil analisis dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti melalui hasil wawancara , lalu data tersebut di edit dan disusun
sesuai dengan data pertanyaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini adalah bab terahkir yang berisi tentang kesimpulan dari
kesluruhan Penelitian ini dan juga saran-saran yang diberikan kepada Obyek
43 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi
Dalam kehidupan manusia, komunikasi memiliki peran sentral bagi
keberlangsungan, keberdayaan, esensi dan eksistensi manusia. Melalui
komunikasi manusia dapat mengekspresikan dan mengapresiasikan dirinya dalam
lingkup interaksi sosial dengan sesamanya. Tanpa komunikasi, manusia tidak
dapat menginterpretasikan kehendak dirinya dan kebutuhan hidupnya dengan
orang lain. Jadi, komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia.
2.1.1 Definisi Komunikasi
Menurut Willbur Schramm,”istilah komunikasi berasal dari perkataan
latin communis yang artinya common atau sama. Jadi apabila manusia
mengadakan komunikasi dengan orang lain, maka ia mengoperkan (gagasan)
untuk memperoleh commones atau kesamaan dengan pihak lain itu mengenai
sesuatu objek tertentu” (Palapah & Syamsudin, 1983:2). Atas dasar upaya untuk
pemerolehan kesamaan itulah yang mengindikasikan terjadinya komunikasi
Pengertian lain mengenai komunikasi juga bisa dilihat dari pernyataan
Carl I Hovland yang mendefinisikan komunikasi, ”sebagai suatu proses di mana
seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya
lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku insan-insan
lainnya (komunikate)” (Effendy, 1986:12).
Pengertian komunikasi di atas adalah pengertian komunikasi sederhana
yang ditinjau dari asal katanya. Masih banyak terdapat pengertian komunikasi
yang didefinisikan oleh ahli-ahli lainnya. Sebuah definisi yang dibuat oleh
kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi
antarmanusia (human communication) yang dikutip oleh Hafied Cangara
membuat definisi bahwa:
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan
antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan
sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan
tingkah laku itu. (Cangara dalam Gusnavianti Vivien, 2005:18-19).
Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi pedesaan Amerika yang telah
banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal
penyebaran inovasi membuat definisi bahwa: “Komunikasi adalah proses di
mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka” (Cangara, 1998:18). Definisi ini
kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981)
adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba
pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 1998:19). Rogers berusaha
menspesifikasi hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran
informasi (pesan), di mana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan
tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari
orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.
2.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi
Jika mengacu pada pengertian komunikasi yang telah
dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa
terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain
dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek.
Unsur-unsur ini dapat juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Jika
unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam
gambar, maka kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat
seperti berikut:
Gambar 2 .1 Unsur-Unsur Komunikasi
Sumber : Cangara, 1998 : 23
Lingkungan
SUMBER PESAN PENERIMA EFEK
Keterangan:
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim, komunikator,
atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Dalam bahasa Inggris
diterjemahkan dengan message, content.
3. Media
Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber, biasanya disebut receiver atau audience.
5. Efek
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan.
6. Umpan Balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu
umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media,
meski pesan belum sampai pada penerima.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas
empat macam, yakni lingkungan fisik, sosial budaya, psikologis dan
dimensi waktu (Cangara dalam Gusnavianti Vivien, 1998:21).
Unsur-unsur komunikasi di atas merupakan satu kesatuan
terciptanya proses komunikasi, di mana antara yang satu dengan yang
lainnya saling berkaitan. Komunikator adalah pihak yang mempunyai
kemampuan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada
komunikan, sehingga komunikan menjadi tahu atau bahkan berubah sikap,
pendapat atau perilakunya. Pesan adalah penyajian informasi yang
disediakan oleh komunikator terhadap komunikan. Untuk keberhasilan
suatu pesan maka seorang komunikator harus mampu memahami
kesesuaian isi pesan yang hendak disampaikan kepada komunikan. Media
merupakan interpretasi dari saluran komunikasi yang digunakan. Efek dan
umpan balik merupakan akses yang diberikan komunikan kepada
komunikator. Lingkungan adalah kondisi yang melingkupi terjadinya
proses komunikasi. Komunikan atau penerima adalah pihak yang menjadi
sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. (Gusnavianti Vivien dalam Cangara,
Ketika simbol ada, maka makna ada dan selanjutnya adalah
bagaimana menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata,
gambar dan sebagainya adalah simbol yang mewakili suatu makna.
Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon
mewakili tumbuhan dan sebagainya. (Mulyana, 2004: 84).
2.1.2 Sifat Komunikasi
Sifat komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy ada beberapa
macam, yaitu sebagai berikut:
1. Tatap muka (face-to-face)
2. Bermedia (mediated)
3. Verbal (verbal)
a. Lisan (oral)
b. Tulisan (written/priated)
4. Nonverbal
a. Gerakan /isyarat badaniah (gestural)
b. Bergambar (pictorial). (Effendy, 2002:7).
Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim)
dituntut untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapatkan umpan
balik (feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari pesan
tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan dengan efektif.
Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara
media apapun kecuali bahasa sebagai lambing atau simbol komunikasi
bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.
Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan
nonverbal. Verbal dibagi kedalam dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan
(written/printed). Sementara nonverbal dapat menggunakan gerakan atau
isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan
mata dan sebagainya, serta menggunakan gambar untuk mengemukakan
idea tau gagasannya.
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Keberadaan komunikasi sebagai bagian dalam kehidupan manusia
memiliki beberapa tujuan tertentu. Menurut Devito (1997:30), ada empat
tujuan komunikasi yang perlu dikemukakan yakni :
1. Untuk Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi adalah penemuan diri
(personal discovery). Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda
belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Dengan
berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain, kita memperoleh
umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku
kita. Cara lain untuk melakukan penemuan diri melalui proses
perbandingan sosial, melalui pembandingan kemampuan, prestasi, sikap,
2. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan
dengan orang lain, membina dan memelihara dengan orang lain. Kita
ingin merasa dicintai dan disukai dan kita juga ingin mencintai dan
menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi
komunikasi kita dalam membina dan memelihara hubungan sosial
3. Untuk Meyakinkan
Kita menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi
antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam
perjumpaan antarpribadi sehari-hari, kita berusaha untuk merubah sikap
dan perilaku orang lain, berusaha untuk mengajak mereka melakukan
sesuatu.
4. Untuk Bermain
Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain
dan menghibur diri. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita
dirancang untuk memberikan hiburan pada orang lain. Adakalanya
hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan
untuk mengikat perhatian orang lain sehingga kita dapat mencapai
Jadi, secara keseluruhan dapat dipahami bahwa tujuan dari
komunikasi tidak terlepas dari bagaimana manusia mengisi hidupnya
dalam pola interaksi sosial yang tercipta antara satu dengan lainnya. Baik
untuk aktualisasi diri, interaksi, eksistensi, ekspresi, apresiasi maupun
menciptakan esensi dalam hidupnya.
2.1.4 Prinsip Komunikasi
Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah
lingkaran yang bertindihan satu sama lain. Daerah yang bertindihan
disebut kerangka pengalaman (field of experience), yang menunjukkan
adanya persamaan antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau
simbol.
Gambar 2.2
Field Of Experience Orang Berkomunikasi
Sumber: Effendy, 1997: 19
Sender Encoder Signal decoder receiver Field of Experience Field of Experience