DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.
Resmi, Siti, 2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.
UNDANG-UNDANG :
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keungan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
PERATURAN PEMERINTAH :
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah.
Peraturan Daerah :
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran Kota Medan.
Keputusan Walikota Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pajak Daerh.
Peraturan Walikota Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi
BAB III
GAMBARAN DATA PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN
A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Restoran 1. Definisi Pajak
Sebelum kita membahas mengenai gambaran penerapan prosedur
pendataan pajak restoran, maka kita terlebih dahulu mengetahui tentang
definisi pajak.
Adapun definisi pajak sebagai berikut :
a. Menurut Buku Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang Diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak Tahun 2007
Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung,
bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di restoran.
2. Sumber Pendapatan Daerah
Dasar acuan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Sumber Pendapatan Daerah berasal dari :
a. Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2000, pengertian pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilaksanakan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.
Jenis pajak daerah yang berlaku berdasarkan peraturan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000, yaitu :
1) Pajak Provinsi (Pasal 2 ayat 1) terdiri dari :
- Pajak kendaraan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air;
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
2) Pajak Kabupaten/kota (Pasal 2 ayat 2) terdiri dari :
- Pajak Hotel ;
- Pajak Restoran ;
- Pajak Hiburan ;
- Pajak Reklame ;
- Pajak Penerangan Jalan ;
- Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ;
- Pajak Parkir ;
b. Retribusi Daerah
1) Jasa Umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2) Jasa Usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
3) Perizinan Tertentu yaitu retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan pengendalian dan pengawasan
atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
c. Dana Perimbangan
1) Dana Alokasi Umum (DAU)
2) Dana Alokasi Khusus (DAK)
d. Pinjaman Daerah baik yang bersal dari dalam negeri maupun yang berasal dari
luar negeri.
e. Lain-lain penerimaan yang sah.
3. Fungsi Pajak
Dalam kedudukannya, Pajak mempunyai dua fungsi yaitu :
a. Fungsi Budgetair/Anggaran
Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi Regulerend/mengatur
Menurut Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Misalnya :
1) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi minuman keras.
2) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif.
3) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk
4. Jenis Pajak
Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang pembagiannya
dapat di tinjau dari berbagai segi, yaitu :
a. Menurut Sifatnya :
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Misalnya : Pajak Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM).
b. Menurut Golongannya :
1) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Misalnya : Pajak Penghasilan (PPh).
2) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain.
Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
c. Menurut Lembaga Pemungutannya :
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daerah terdiri atas :
a) Pajak Propinsi, misalnya : Pajak Kendaran Bermotor dan Pajak Bahan
Bakar Kenderaan Bermotor.
b) Pajak Kabupaten/Kota, misalnya : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan
Pajak Hiburan (Mardiasmo, 2008 : 5).
5. Prosedur Pendataan Pajak Restoran
Pendataan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data
objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada wajib pajak
atau wajib retribusi serta pengawasan penyetoran.
Adapun prosedur dari pendataan sampai pemungutan pajak restoran menurut
peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :
a. wajib pajak restoran adalah pengusaha restoran yang mendaftarkan usahanya
ke Dinas Pendapatan dengan cara mengambil dan mengisi formulir pendaftaran.
b. Formulir yang sudah diisi Wajib Pajak dikembalikan kepada Dinas Pendapatan
untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).
c. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan NPWPD, Wajib Pajak dapat menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terhutangnya dengan
mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SSPD).
d. Berdasarkan SPTPD tersebut, wajib pajak dapat menyetorkan pajak terhutangnya
B. Ketentuan
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Daerah.
6. Keputusan Walikota Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pajak
Daerah.
7. Peraturan Walikota Nomor 1 tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok
dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.
8. Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.
9. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 tahun 2011 Tentang Pajak Restoran.
C. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang
Pasal 2
1. Setiap pelayanan yang disediakan di restoran dipungut pajak dengan nama
Pajak Restoran.
2. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan di restoran termasuk :
a. Bar;
b. Kafe;
c. Rumah Makan;
d. Buffet;
e. Kantin;
f. Kedai Nasi/kopi;
g. Jasa Boga/katering.
Nama usaha yang di atas meliputi penjualan makanan/minuman yang dikonsumsi
oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.
3. Yang tidak termasuk objek Pajak Restoran adalah :
Pelayanan yang disediakan di restoran yang nilai omzet penjualannya tidak
melebihi Rp.9.000.000 (sembilan juta rupiah) setiap bulan.
Pasal 3
1. Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan
dan/atau minuman dari restoran.
2. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan
Pasal 4
Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau
seharusnya di terima Restoran.
Pasal 5
Tarif Pajak Restoran di tetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).
Pasal 6
Besaran Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4.
Pasal 8
Pajak Restoran yang terutang dipungut dalam Daerah.
Pasal 9
Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu pajak yang lamanya 1 (satu) bulan
kalender.
Pasal 10
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran dan/atau yang
seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.
D. Pendataan dan Penetapan Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pasal 11
1. Pendataan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
(SPTPD).
2. Setiap Wajib Pajak wajib menerima, mengisi dan menyampaikan SPTPD.
3. SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya dan disampaikan
kepada Kepala Daerah.
4. Pengembalian SPTPD disampaikan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya
15 (lima belas) setelah berakhirnya masa Pajak.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan tata cara pendataan Objek Pajak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan
peraturan Kepala Daerah.
E. Tata Cara Pemungutan Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pajak Restoran pada BAB VII tentang Tata Cara Pemungutan Pajak yaitu :
Pasal 12
1. Pemungutan Pajak Daerah dilarang diborongkan.
2. Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan SPTPD.
3. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan
4. Pajak yang terutang dibayar dibayar ke kas Daerah melalui Bank atau tempat
pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran pajak diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 13
1. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala
Daerah dapat menerbitkan :
a. SKPDKB dalam hal ini :
1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terhutang tidak atau kurang dibayar;
2) Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka waktu
7 (tujuh) hari dan setelah di tegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat Teguran;
3) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terhutang
dihitung secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, huruf (a), angka (1) dikenakan sanksi administratif berupa bunga
2% (dua persen) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat
dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung
3. Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf (a) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan
sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
4. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak
melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
5. Jumlah pajak yang terhutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf (a), angka (3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25%
(dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan, dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
dihitung sejak saat terutangnya pajak.
F. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pajak Restoran pada BAB VII tentang Tata Cara Pembayaran dan Penagihan pajak yaitu :
Pasal 16
1. Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang ditetapkan 30 (tiga puluh)
hari setelah saat terutangnya pajak.
2. SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Putusan Bandingyang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi
3. Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur
atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2%
(dua persen) setiap bulan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat
pembayaran angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah.
Pasal 17
1. Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar
atau kurang dibayar dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen)
setiap bulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran
untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
2. Denda administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan hutang
pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak yang
harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya
Surat Tagihan Pajak oleh Wajib Pajak.
3. Pajak yang terhutang dibayar di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh
Kepala Daerah.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran dan penagihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Pasal 18
1. SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputsan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan dan Putusan Banding merupakan dasar penagihan pajak.
2. Pajak yang terhutang berdasarkan SPTPD, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau
kurang bayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.
3. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan Peraturan Kepala
Daerah.
Pasal 19
1. Surat paksa diterbitkan apabila :
a. Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lainnya yang sejenis;
b. Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak sekalipun telah dilakukan penagihan
pajak seketika dan sekaligus;
c. Wajib Pajak tidak memenuhi Ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan angsuran atau penundaan pembayaran.
2. Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama Wajib Pajak atau Penanggung Pajak;
b. Dasar Hukum Penagihan Pajak;
c. Besarnya Utang Pajak; dan
d. Perintah untuk membayar.
3. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan
G. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pajak Restoran pada BAB VII Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan,
dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi yaitu :
Pasal 24
1. Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Kepala Daerah dapat
membetulkan, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau
kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perpajakan Daerah.
2. Kepala Daerah dapat :
a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda
dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perpajakan daerah, dalam
hal sanksi tersebut dikenakan kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya;
b. Mengurangkan atau membatalkan, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN atau
SKPDLB yang tidak benar;
c. Mengurangkan atau membatalkan STPD;
d. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau
diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan;
e. Mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan
f. Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak terutang dalam hal Objek
Pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi
administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
H. Tata Cara Pembukuan dan Pemeriksaan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pajak Restoran pada BAB X tentang Tata Cara Pembukuan dan Pemeriksaan pajak
yaitu :
Pasal 28
1. Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp. 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan.
2. Kriteria Wajib Pajak dan tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 29
1. Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan Peraturan
2. Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek pajak
yang terutang.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap
perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan, dan/atau
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
3. Apabila pada saat pemeriksaan, Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka pajak terutang dapat ditetapkan secara
jabatan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan pajak diatur dengan
BAB IV
ANALISA DATA DAN EVALUASI
A. Analisa Data
Seiring Kota Medan yang terus berkembang dan mengarah pada Kota
Metropolitan, di Kota ini juga banyak tersedia tempat-tempat restoran yang
menyediakan berbagai jenis makanan dan juga minuman yang terus berkembang dan
bertambah. Hal ini akan menjadi pajak restoran sebagai salah satu sumber
penerimaan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan yang sangat potensial.
Dengan demikian pajak restoran merupakan sumber keuangan yang dapat terus digali
demi memenuhi pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah
kota medan. Berdasarkan pengenaan pajak tersebut tergantung dari maju tidaknya
usaha restoran yang dikelola. Sistem pemungutan pajak yaitu :
1. Official Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem
ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada
ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya
pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan
2. Self Assessment System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam
menentukan sendiri jumlah pajaknya yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem
ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada
di tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak,
mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai
kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.
Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk :
a. Menghitung sendiri pajak yang terutang;
b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;
c. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;
d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang;
e. Mempertanggung jawabkan pajak yang terutang.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
tergantung pada wajib pajak sendiri (peranan dominan ada pada wajib pajak).
3. With holding System
Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan
perpajakan, keputusan Presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan
memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada
pihak ketiga yang ditunjuk (Resmi, 2007 : 11).
Berukut ini adalah tabel Target dan Realisasi Pajak Restoran pada 5 (lima) tahun
terkhir yaitu dari tahun 2008-2012 :
Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2008
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2008 40.523.931.000,00 42.608.744.950,06 105,14
Data : Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari tabel di atas realisasi pajak restoran sebesar Rp. 42.608.744.950,06 telah
terdapat peningkatan dari target yang ditentukan Rp. 40.523.931.000,00
peningkatannya sebesar 105,14% dari jumlah target yang telah ditentukan yaitu :
Jumlah Realisasi – Target
= Rp. 42.608.744.950,06 – Rp. 40.523.931.000,00
=Rp. 2.084.813.950,06
Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran
melebihi dari target yang telah ditentukan, dan kelebihannya mencapai sebesar :
Rp. 2.084.813.950,06.
Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2009
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2009 45.750.127.000,00 49.316.929.029,18 107,80
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa realisasi dari target pajak restoran terus
meningkat, peningkatan realisasi dari tahun 2008-2009 sebesar 107,80 dari
jumlah yang telah ditentukan yaitu :
Jumlah Realisasi – Target
= Rp. 49.316.929.029,18 − 45.750.127.000,00
= Rp. 3.566.802.029,18
Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran
melebihi dari target yang telah ditentukan, dan kelebihannya mencapai sebesar :
Rp. 3.566.802.029,18.
Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2010
\
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2010 71.772.950.000,00 63.001.970.875,10 87,78
Data : Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari tabel diatas maka realisasi pajak restoran sebesar Rp. 63.001.970.875,10
belum mencapai dari target yang di perkirakan yaitu Rp. 71.772.950.000,00
dengan persentase 87,78%.
= Rp. 63.001.970.875,10 – Rp. 71.772.950.000,00
= Rp. −8.770.979.125,10
Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran
mengalamami penurunan target yang telah ditentukan sebesar :
Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2011
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2011 96.209.441.389,00 70.485.458.322,22 73,26
Data : Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari tabel diatas maka realisasi pajak restoran sebesar Rp. 70.485.458.322,22
belum mencapai dari target yang di perkirakan yaitu Rp 96.209.441.389,00
dengan persentase 73,26%.
=Rp. 70.485.458.322,22 – 96.209.441.389,00
=Rp. –25.723.983.067,22
Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran
mengalamami penurunan target yang telah ditentukan sebesar :
Rp. –25.723.983.067,22.
Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2012
Masa Pajak Target APBD Realisasi %
Tahun 2012 113.209.441.000,00 83.182.567.950,56 73,48 Data : Dinas Pendapatan Kota Medan
Dari tabel diatas maka realisasi pajak restoran sebesar Rp. 83.182.567.950,56
belum mencapai dari target yang diperkirakan yaitu Rp 113.209.441.000,00
=Rp. 83.182.567.950,56 – 113.209.441.000,00
=Rp. –30.026.873.049,56
Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran
mengalamami penurunan target yang telah ditentukan sebesar :
Rp. –30.026.873.049,56
Dari data di atas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak
restoran pada tahun 2008-2012. Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak
kendala ataupun hambatan yang dihadapi, baik hambatan internal maupun hambatan
eksternal. Target dan realisasi tercapai dapat dilakukan karena banyak objek-objek
pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan pajak restoran.
Hambatan internal itu dapat berupa kendala administratif serta kurangnya
kesiapan sumber daya manusia. Sedangkan hambatan eksternal dapat berupa hambatan
yang dihadapi langsung di lapangan.
B. Evaluasi
1. Kendala dan Hambatan Dalam Pendataan Pajak Restoran
a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang
telah diterbitkan (menunggak pembayaran).
b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai
yang tercantum dalam SKPD.
c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya.
e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai
dengan yang dikutip dari subjek pajak.
f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak yang sesuai
dengan yang dilaporkan (tunggakan pajak).
g. Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk mendaftarkan restoran/rumah
makan yang baru.
h. Masih banyak wajib pajak yang tidak memahami tentang pentingnya
membayar pajak.
2. Upaya-upaya yang dilakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran
Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan maka
diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang diperlukan demi peningkatan
penerimaan pajak restoran tersebut. Upaya-upaya tersebut adalah :
a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak,
dengan melaksanakan penjagaan.
b. Melakukan penagihan langsung kepada wajib pajak.
c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasip kepada wajib pajak
yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum
dalam SKPD.
d. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.
e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat
f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan
SPTPD.
g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan
potensi/omzet yang sebenarnya.
h. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum
menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan.
i. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak.
j. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak.
k. Membentuk Tim UPT (Unit Pelayanan teknis) di setiap wilayah
kecamatan.
l. Mensosialisasikan Peraturan Daerah pajak restoran kepada seluruh wajib
pajak.
m. Melakukan Verifikasi setiap 3 (tiga) bulan sekali.
n. Mengadakan pertemuan dengan Wajib Pajak yang Potensial.
3. Ketentuan Pidana Pajak Restoran
Ketentuan Pidana Pajak Restoran ini diatur pada Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 5 Tentang Pajak Restoran, pada BAB XIV yaitu :
Pasal 33
a. Wajib pajak yang karena kealpaanya tidak menyampaikan SPTPD atau
keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang bayar.
b. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau
mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang bayar.
Pasal 34
Tindak pidana dibidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah melampaui
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya
masa pajak atau berakhirnya bagian tahun pajak atau berakhirnya tahun pajak
yang bersangkutan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran adalah
sebagai berikut :
a. Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
c. Berdirinya atau terdapatnya usaha-usaha restoran, cafe, rumah makan,
kedai nasi/kedai kopi, jasa boga/catering dan usaha lainnya yang sejenis
dan sejalan dengan perkembangan kota Medan saat ini.
d. Tidak sesuainya pembayarannya pajak yang sudah ditetapkaan penghasilan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data
yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, sebagai akhir dari penulis
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
2. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Official Assessment System,
Self Assessment System dan With Holding System.
3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus
meningkat.
4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain :
a. Membentuk Tim UPT (Unit Pelayanan teknis) di setiap wilayah kecamatan.
b. Mensosialisasikan Peraturan Daerah pajak restoran kepada seluruh wajib
pajak.
c. Melakukan Verifikasi setiap 3 (tiga) bulan sekali.
d. Mengadakan pertemuan dengan Wajib Pajak yang Potensial.
5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat besar
6. Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan merupakan unsur pelaksanaan pemerintah
daerah dalam melaksanakan kewenangan Walikota Medan di bidang pengelolaan
dan pendapatan daerah.
B. Saran
Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah :
1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi
daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan
dampak yang ditimbulkan.
2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjungjung tinggi azas keadilan.
3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelolaan pajak
restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan
peraturan daerah kepada masyarakat.
4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan
pentingnya membayar pajak.
5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi
proses pemungutan pajak restoran.
6. Hendaknya petugas pemungut pajak restoran betul-betul mengerti tentang
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian
pada Bagian Keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan Daerah.
Pada Sub ini tidak terdapat lagi Sub Seksi, karena pada saat ini Wajib Pajak yang
berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk di Kota Medan melalui Peraturan Daerah Sub Bagian Keuangan tersebut
diubah menjadi bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan dibentuklah
beberapa Seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah yang
merupakan para Wajib Pajak Daerah Kota Medan, yang terdiri dari 21 Kecamatan
diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan
Denai, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru,
Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Perjuangan, Medan Selayang, Medan
Petisah, dan lainnya.
Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri KUPD Nomor 7/12/41-10
tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh
Indonesia, maka Pemerintahan Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12
Tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan
Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan
pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan
Daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.
Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh
dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki
atau menyempurnakan administrasi, sistem, dan prosedur serta organisasi dari
Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan
tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan
Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang
sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara
sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan
pemerintah yang paling akhir dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah
dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan
Daerah (MAPATDA).
Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan di dalam :
1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988,
tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan
Daerah lainnya.
2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tanggal 26 Mei 1988, tentang
Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.
3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang Pelaksanaan
Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan Organisasi Pendapatan
Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilasanakan
bertahap dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri Nomor 061/1867/PUOD tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 188.342.20/1991 tanggal 11 Maret 1991,
yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor
188.342/790/SK/1991 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1991
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan
aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah membuat struktur
organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan
yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang
baik antara pimpinan dengan bawahan.
Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan
Kota Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan
fungsi masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya
pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan
Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan
adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem
koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak
bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaan yang diberikan
kepadanya.
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri
dari :
1. Dinas
2. Sekretariat, membawahkan :
2.1Sub Bagian Umum
2.2Sub Bagian Keuangan
2.3Sub Bagian Penyusunan Program
3. Bidang Pendapatan dan Penetapan, membawahkan :
3.1Seksi Pendataan dan Pendaftaran
3.2Seksi Pemeriksaan
3.3Seksi Penetapan
3.4Seksi Pengolahan dan Informasi
4. Bidang Penagihan, membawahkan :
4.1Seksi Pembukuan dan Verifikasi
4.2Seksi Penagihan dan Perhitungan
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan :
5.1Seksi Bagi Hasil Pajak
5.2Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
5.3Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
5.4Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, mambawahkan :
6.1 Seksi Pengembangan Pajak
6.2 Seksi Pengembangan Retribusi
6.3 Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain
7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
8. Kelompok Jabatan Fungsional
C. Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan
Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2002 Pasal 2 tentang Rincian Tugas dan
Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.
Dalam Peraturan Walikota, yang dimaksud yaitu :
1. Daerah adalah Kota Medan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
3. Walikota adalah Walikota Medan.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang
tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai
kebutuhan daerah.
Adapun tugas dari Kepala Dinas-Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor
Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Dinas
Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pendapatan.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
2. Sekretariatan
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi
umum, keuangan, dan penyusunan program.
Adapun fungsi Sekretariatan adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.
c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan
Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggan Dinas.
d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan.
e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas.
f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.
h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Bagian sekretariatan terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas, yaitu:
a. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas sekretariat
b. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.
c. Sub Bagian Penyusunan Program
Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.
3. Sub Bidang Pendataan dan Penetapan
Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :
a. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan
pengelolaan data informasi.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan
menyelenggarakan fungsi :
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan.
2) penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran,
pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan informasi.
3) melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh Wajib Pajak, Wajib
Pajak Retribusi dan pendataan daerah lainnya.
4) pelaksanaan pengelolaan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD),
5) pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah, dan
pendapatan daerah lainnya.
6) perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dan Wajib Pajak retribusi.
7) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pendataan dan penetapan.
8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Adapun Bidang Pendataan dan Pendaftaran terdiri dari beberapa seksi dan
tugas-tugas pokok, yaitu :
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan
dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.
b. Seksi Pemeriksaan
Seksi ini mempunyai tugas sebagian bidang pendataan dan penetapan lingkup
pemeriksaan.
c. Seksi Penetapan
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan
dan penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah.
d. Seksi Pengolahan Data
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan
4. Bidang Penagihan
Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:
a. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan,
dan restitusi.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas
dan fungsi, yaitu :
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.
2) penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan,
perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.
3) pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah,
dan pendapatan daerah lainnya.
4) pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah, dan
pendapatan daerah lainnya.
5) pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya.
6) pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib
pajak atas permohonan wajib pajak.
7) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelporan lingkup bidang penagihan.
8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas sesuai
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok,
yaitu :
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan
tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.
c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi
Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:
a. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas melaksnakan sebagian tugas
Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan
perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.
b. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil
Pendapatan.
2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan
pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian
pendapatan.
3) pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak,
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
4) pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan
bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
5) pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/bukan
pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK,
dan lain-lain pendapatan yang sah.
6) pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan
dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana pertimbangan,
dan lain-lain pendapatan yang sah.
7) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi
hasil pendapatan.
8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas,
yaitu :
a. Seksi Bagi Hasil Pajak
Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.
c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil
Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan
Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup
peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:
a. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi,
b. Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah
menyelenggarakan fungsi :
1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan
Pendapatan Daerah.
2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi,
dan pendapatan lain-lain.
3) pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah, dan
pendapatan lainnya.
4) penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.
5) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah.
6) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta tugas-tugas
pokok, yaitu :
a. Seksi Pengembangan Pajak
Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.
b. Seksi Pengembangan Retribusi
Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas melakanakan sebagian tugas
Bidang Penegmbangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.
c. Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain
Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain memiliki tugas pokok melaksanakan
7. Unit Pelaksana Teknis
Pembentukan, nomenklatur, tugas, dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan
lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang
diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional
Senior yang ditunjuk.
c. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban
kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
D. Gambaran Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendapatan Kota Medan
Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pendapatan Kota Medan adalah
Tabel I
Jumlah PNS di Lingkungan Dinas Pendapatan Kota Medan
No. Bagian/Subdis/Bendahara/Swakelola Jumlah PNS
1.
Sekretariat 76 Orang
Kepala Dinas dan Sekretaris 2 Orang
Bagian Umum, Keuangan, dan Penyusunan Program 35 Orang
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran 20 Orang
Penyimpan Barang dan Pengurus Barang 19 Orang
2. Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP) 76 Orang
3. Bidang Penagihan 45 Orang
4. Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 87 Orang
5. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 25 Orang
6. Unit Pelaksana Teknis (UPT) 33 Orang
J u m l a h 342 Orang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pemerintah dalam Negara Kita mempunyai peranan penting untuk
memajukan negara yang dipimpinnya. Salah satu indikator kemajuan suatu negara
dapat dilihat dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan
yang berlangsung terus-menerus dan berkeseimbangan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik materil maupun spiritual. Untuk dapat
merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan
pembangunan.
Dengan diberkakukannya otonomi daerah pada setiap provinsi maka akan
diberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola sepenuhnya
sistem pemerintahan daerah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan daerah secara nyata dan bertanggung jawab.
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004
tentang pemerintahan daerah. Dalam hal ini daerah berhak mengatur rumah
tangganya sendiri, termasuk mengelola penerimaan, pengeluaran keuangan dan
merencanakan pelaksanaan pembangunan. Sumber penerimaan daerah salah satunya
rendah. oleh karena itu pemerintah daerah berupaya meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) ini sehingga dapat membiayai penyelenggaran pemerintah daerah serta
meningkatkan pelayanan dan kesejahtraan masyarakat.
Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah dari sektor
pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000.
Sebagai perubahan atas Undang-Undang dan peraturan pemerintah tersebut terdapat
jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah yaitu salah satunya
adalah pajak restoran.
Pajak Restoran ini sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan daerah,
maka dalam pelaksanaan penyelenggaraan pajak tersebut, pemerintah daerah melalui
Dinas Pendapatan Daerah harus melaksanakannya sesuai dengan peraturan daerah
yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan pajak restoran meliputi pemberian izin
restoran, penghitungan besarnya pajak serta pemungutan pajak daerah ini.
Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan pajak restoran ini harus
meningkatkan kinerjanya sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul
sehingga dapat membiayai pembangunan daerah.
Melalui pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis
berupaya mencari tahu dan memaparkan prosedur yang dilakukan dalam pendataan
dan pemungutan pajak restoran dan mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan
pendapatan pajak restoran tersebut. Berdasarkan hal ini, maka penulis memilih judul
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan, yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan memiliki tujuan dan
manfaat sebagai berikut:
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :
a. Untuk mengetahui Prosedur Pendataan Pajak Restoran pada Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan.
b. Untuk mengetahui target dan realisasi pajak restoran, kendala dan hambatan
dalam pendataan dan pendaftaran pajak restoran serta upaya untuk
meningkatkan penerimaan pajak restoran.
c. Untuk mengetahui sanksi yang dikenakan dalam ketentuan pidana pajak
restoran terhadap wajib pajak yang tidak taat pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi
2) Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti permasalahan
yang timbul selama melaksanakan PKLM.
3) Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya
khususnya di bidang perpajakan.
4) Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta
kedisiplinan.
b. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
1) Untuk memperoleh, ide-ide, gagasan yang konstruktif dari perguruan
tinggi untuk mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerah.
2) Agar dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dalam bidang
perpajakan khususnya pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
3) Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
1) Meningkatkan hubungan kerja sama dengan instansi-instansi pemerintah
dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.
2) Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama
3) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan USU dan instansi pemerintah.
4) Untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar
mutu pendidikan.
5) Mempromosikan sumber daya manusia di Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
C. Uraian Teoritas
1. Pengertian Pajak Daerah
Menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 1 ayat (10) tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut
pajak, adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undangdengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Definisi Pajak menurut Para Ahli
Menurut Prof.Dr.H Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukandan yang digunakan untuk mebayar pengeluaran umum
3. Fungsi Pajak Daerah
a. Fungsi Anggaran (bugdetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
di bidang sosial dan ekonomi (Waluyo, 2009:6).
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan dengan Ruang Lingkup mengenai :
1. Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota
Medan.
2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran di Kota Medan dan
hambatan-hambatan dalam pendataan Pajak Restoran pada Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan serta upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan
penerimaan Pajak Restoran.
3. Sanksi yang dikenakan dalam Ketentuan Pidana Pajak Restoran bagi Wajib Pajak
Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah penulis akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan mekanisme
pendataan, pemungutan dan penetapan pajak restoran dan akan mencari data dan
informasi yang berasal dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, Seksi Pendataan
dan pendaftaran dengan data tahun 2005-2009 sebagai bahan referensi untuk
mengetahui dan mendalami prosedur pendataan pajak restoran pada Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode
yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul dan setelah judul ditentukan,
maka penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandir,
mencari dan mengumpulkanbahan untuk pembuatan proposal dan melakukan
konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.
2. Studi Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka
seperti undang-undang, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan, mengenai Prosedur Pendataan Pajak Restoran.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data mekanisme pendataan, pemungutan dan
penetapan pajak restoran melalui :
a. Data Primer, bersumber dari data Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.
b. Data sekunder, bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang yang
berhubungan dengan pajak restoran.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka si penulis
melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai mekanisme
pendataan pajak restoran.
F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut :
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada
pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan
2. Daftar Observasi (Observasi Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan
dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.
3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
prosedur pendataan pajak restoran, dan meminta berbagai dokumen yang
diperlukan dari kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan akhir ini adalah :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis
melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Tujuan dan Manfaat
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri,
Metode Pengumpulan, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Dinas
Pendapatan Kota Medan Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan
BAB III : GAMBARAN PENERAPAN PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang dan penerapan
Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan
Kota Medan, dan teori-teori pajak khususnya pajak restoran.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada
dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai Prosedur
Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota
Medan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi
kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan
kepada wajib pajak khususnya Kantor Dinas Pendapatan Kota
LAPORAN
TUGAS AKHIR
PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN
PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN
KOTA MEDAN
O L E H
NAMA : HARPAN TRY NAGA SAKTI DAULAY NIM : 102600074
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaian Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
Adapun judul Laporan PKLM ini adalah “Prosedur Pendataan Pajak Restoran
Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.”
Penulisan Laporan PKLM ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Siswati Saragi S.Sos, M.SP selaku pembimbing penulis yang telah
banyak memberikan perhatian, petunjuk, dan pengarahan dalam
menyelesaikan Laporan PKLM ini.
4. Ibu Arlina, SH, M. Hum selaku sekretari Program Studi Diploma III
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, khususnya Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan,
yang telah memberikan penulisan berbagai ilmu mulai tingkat pertama
hingga laporan ini selesai.
6. Staf Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,
yang selalu membantu penulis.
7. Bapak Drs. Nawawi selaku kepala pendataan dan penetapan Dinas
Pendapatan Kota Medan yang telah memberikan data dan informasi kepada
penulis.
8. Bapak Benny Siregar, Ibu Mila, dan seluruh pegawai dinas pendapatan kota
medan yang telah banyak membantu dan menjawab semua pertanyaan
seputar penulisan Laporan PKLM ini kepada penulis.
9. Seluruh staf pegawai dan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Medan
(BALITBANG Kota Medan), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Sumatra Utara I, dan Dinas Pendapatan Kota Medan.
10. Penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan
Ibunda, atas doa, dukungan, dan bantuan baik secara moril dan materil serta
pengorbanan yang tak terhingga. Yang telah diberikan kepada penulis.
11. Terimakasih kepada abangku,kakakku, adikku atas dukungannya selama ini,
dan khususnya buat keponakanku si kecil Amirah Annisa semoga menjadi