• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

UNDANG-UNDANG :

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi

Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keungan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

PERATURAN PEMERINTAH :

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat

Daerah.

Peraturan Daerah :

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan.

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran Kota Medan.

Keputusan Walikota Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pajak Daerh.

Peraturan Walikota Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi

(2)

BAB III

GAMBARAN DATA PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN

A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Restoran 1. Definisi Pajak

Sebelum kita membahas mengenai gambaran penerapan prosedur

pendataan pajak restoran, maka kita terlebih dahulu mengetahui tentang

definisi pajak.

Adapun definisi pajak sebagai berikut :

a. Menurut Buku Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang Diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak Tahun 2007

Pajak adalah kontibusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)

yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

(3)

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan

dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung,

bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan

pembayaran di restoran.

2. Sumber Pendapatan Daerah

Dasar acuan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sumber Pendapatan Daerah berasal dari :

a. Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2000, pengertian pajak daerah

adalah iuran wajib yang dilaksanakan oleh orang pribadi atau badan kepada

daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.

Jenis pajak daerah yang berlaku berdasarkan peraturan Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2000, yaitu :

1) Pajak Provinsi (Pasal 2 ayat 1) terdiri dari :

- Pajak kendaraan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air;

- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

(4)

2) Pajak Kabupaten/kota (Pasal 2 ayat 2) terdiri dari :

- Pajak Hotel ;

- Pajak Restoran ;

- Pajak Hiburan ;

- Pajak Reklame ;

- Pajak Penerangan Jalan ;

- Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ;

- Pajak Parkir ;

b. Retribusi Daerah

1) Jasa Umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta

dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2) Jasa Usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah

Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya

dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

3) Perizinan Tertentu yaitu retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah

dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan pengendalian dan pengawasan

atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

(5)

c. Dana Perimbangan

1) Dana Alokasi Umum (DAU)

2) Dana Alokasi Khusus (DAK)

d. Pinjaman Daerah baik yang bersal dari dalam negeri maupun yang berasal dari

luar negeri.

e. Lain-lain penerimaan yang sah.

3. Fungsi Pajak

Dalam kedudukannya, Pajak mempunyai dua fungsi yaitu :

a. Fungsi Budgetair/Anggaran

Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Regulerend/mengatur

Menurut Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Misalnya :

1) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi

konsumsi minuman keras.

2) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi gaya hidup konsumtif.

3) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk

(6)

4. Jenis Pajak

Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang pembagiannya

dapat di tinjau dari berbagai segi, yaitu :

a. Menurut Sifatnya :

1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Misalnya : Pajak Penghasilan.

2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah (PPnBM).

b. Menurut Golongannya :

1) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak

dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Misalnya : Pajak Penghasilan (PPh).

2) Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan

atau dilimpahkan kepada orang lain.

Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

c. Menurut Lembaga Pemungutannya :

1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

(7)

2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

a) Pajak Propinsi, misalnya : Pajak Kendaran Bermotor dan Pajak Bahan

Bakar Kenderaan Bermotor.

b) Pajak Kabupaten/Kota, misalnya : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan

Pajak Hiburan (Mardiasmo, 2008 : 5).

5. Prosedur Pendataan Pajak Restoran

Pendataan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data

objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada wajib pajak

atau wajib retribusi serta pengawasan penyetoran.

Adapun prosedur dari pendataan sampai pemungutan pajak restoran menurut

peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :

a. wajib pajak restoran adalah pengusaha restoran yang mendaftarkan usahanya

ke Dinas Pendapatan dengan cara mengambil dan mengisi formulir pendaftaran.

b. Formulir yang sudah diisi Wajib Pajak dikembalikan kepada Dinas Pendapatan

untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

c. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan NPWPD, Wajib Pajak dapat menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terhutangnya dengan

mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SSPD).

d. Berdasarkan SPTPD tersebut, wajib pajak dapat menyetorkan pajak terhutangnya

(8)

B. Ketentuan

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

2. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi

Perangkat Daerah.

6. Keputusan Walikota Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pajak

Daerah.

7. Peraturan Walikota Nomor 1 tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok

dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.

8. Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.

9. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 31 tahun 2011 Tentang Pajak Restoran.

C. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang

(9)

Pasal 2

1. Setiap pelayanan yang disediakan di restoran dipungut pajak dengan nama

Pajak Restoran.

2. Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan di restoran termasuk :

a. Bar;

b. Kafe;

c. Rumah Makan;

d. Buffet;

e. Kantin;

f. Kedai Nasi/kopi;

g. Jasa Boga/katering.

Nama usaha yang di atas meliputi penjualan makanan/minuman yang dikonsumsi

oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain.

3. Yang tidak termasuk objek Pajak Restoran adalah :

Pelayanan yang disediakan di restoran yang nilai omzet penjualannya tidak

melebihi Rp.9.000.000 (sembilan juta rupiah) setiap bulan.

Pasal 3

1. Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan

dan/atau minuman dari restoran.

2. Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan

(10)

Pasal 4

Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau

seharusnya di terima Restoran.

Pasal 5

Tarif Pajak Restoran di tetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 6

Besaran Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak

sebagaimana dimaksud dalam pasal 4.

Pasal 8

Pajak Restoran yang terutang dipungut dalam Daerah.

Pasal 9

Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu pajak yang lamanya 1 (satu) bulan

kalender.

Pasal 10

Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pembayaran dan/atau yang

seharusnya dibayarkan oleh wajib pajak.

D. Pendataan dan Penetapan Pajak

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang

(11)

Pasal 11

1. Pendataan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

(SPTPD).

2. Setiap Wajib Pajak wajib menerima, mengisi dan menyampaikan SPTPD.

3. SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diisi dengan jelas, benar dan

lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya dan disampaikan

kepada Kepala Daerah.

4. Pengembalian SPTPD disampaikan kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya

15 (lima belas) setelah berakhirnya masa Pajak.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan dan tata cara pendataan Objek Pajak

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan

peraturan Kepala Daerah.

E. Tata Cara Pemungutan Pajak

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang

Pajak Restoran pada BAB VII tentang Tata Cara Pemungutan Pajak yaitu :

Pasal 12

1. Pemungutan Pajak Daerah dilarang diborongkan.

2. Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan SPTPD.

3. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan

(12)

4. Pajak yang terutang dibayar dibayar ke kas Daerah melalui Bank atau tempat

pembayaran lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran pajak diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 13

1. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala

Daerah dapat menerbitkan :

a. SKPDKB dalam hal ini :

1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang

terhutang tidak atau kurang dibayar;

2) Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka waktu

7 (tujuh) hari dan setelah di tegur secara tertulis tidak disampaikan pada

waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat Teguran;

3) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terhutang

dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum

terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang.

c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit

pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak.

2. Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud

pada ayat 1, huruf (a), angka (1) dikenakan sanksi administratif berupa bunga

2% (dua persen) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat

dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung

(13)

3. Jumlah kekurangan pajak yang terhutang dalam SKPDKBT sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf (a) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan

sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

4. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak

melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

5. Jumlah pajak yang terhutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud ayat (1)

huruf (a), angka (3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25%

(dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa

bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan, dihitung dari pajak yang kurang atau

terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan

dihitung sejak saat terutangnya pajak.

F. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang

Pajak Restoran pada BAB VII tentang Tata Cara Pembayaran dan Penagihan pajak yaitu :

Pasal 16

1. Jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak terutang ditetapkan 30 (tiga puluh)

hari setelah saat terutangnya pajak.

2. SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan dan Putusan Bandingyang menyebabkan jumlah pajak yang

harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi

(14)

3. Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur

atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2%

(dua persen) setiap bulan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat

pembayaran angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan

Kepala Daerah.

Pasal 17

1. Pajak yang terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar

atau kurang dibayar dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen)

setiap bulan, yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran

untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

2. Denda administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah dengan hutang

pajak yang belum atau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak yang

harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya

Surat Tagihan Pajak oleh Wajib Pajak.

3. Pajak yang terhutang dibayar di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh

Kepala Daerah.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran dan penagihan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan

(15)

Pasal 18

1. SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputsan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan dan Putusan Banding merupakan dasar penagihan pajak.

2. Pajak yang terhutang berdasarkan SPTPD, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau

kurang bayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

3. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan Peraturan Kepala

Daerah.

Pasal 19

1. Surat paksa diterbitkan apabila :

a. Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat

Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lainnya yang sejenis;

b. Wajib Pajak tidak melunasi utang pajak sekalipun telah dilakukan penagihan

pajak seketika dan sekaligus;

c. Wajib Pajak tidak memenuhi Ketentuan sebagaimana tercantum dalam

keputusan angsuran atau penundaan pembayaran.

2. Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat :

a. Nama Wajib Pajak atau Penanggung Pajak;

b. Dasar Hukum Penagihan Pajak;

c. Besarnya Utang Pajak; dan

d. Perintah untuk membayar.

3. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan

(16)

G. Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang

Pajak Restoran pada BAB VII Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan,

dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi yaitu :

Pasal 24

1. Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Kepala Daerah dapat

membetulkan, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam

penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau

kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perpajakan Daerah.

2. Kepala Daerah dapat :

a. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda

dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perpajakan daerah, dalam

hal sanksi tersebut dikenakan kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena

kesalahannya;

b. Mengurangkan atau membatalkan, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN atau

SKPDLB yang tidak benar;

c. Mengurangkan atau membatalkan STPD;

d. Membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau

diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan;

e. Mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan

(17)

f. Mengurangkan atau membatalkan ketetapan pajak terutang dalam hal Objek

Pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi

administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

H. Tata Cara Pembukuan dan Pemeriksaan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2011 tentang

Pajak Restoran pada BAB X tentang Tata Cara Pembukuan dan Pemeriksaan pajak

yaitu :

Pasal 28

1. Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp. 300.000.000

(tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau

pencatatan.

2. Kriteria Wajib Pajak dan tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 29

1. Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakan Peraturan

(18)

2. Wajib Pajak yang diperiksa wajib :

a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek pajak

yang terutang.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap

perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan, dan/atau

c. Memberikan keterangan yang diperlukan.

3. Apabila pada saat pemeriksaan, Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajiban

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka pajak terutang dapat ditetapkan secara

jabatan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan pajak diatur dengan

(19)

BAB IV

ANALISA DATA DAN EVALUASI

A. Analisa Data

Seiring Kota Medan yang terus berkembang dan mengarah pada Kota

Metropolitan, di Kota ini juga banyak tersedia tempat-tempat restoran yang

menyediakan berbagai jenis makanan dan juga minuman yang terus berkembang dan

bertambah. Hal ini akan menjadi pajak restoran sebagai salah satu sumber

penerimaan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan yang sangat potensial.

Dengan demikian pajak restoran merupakan sumber keuangan yang dapat terus digali

demi memenuhi pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah

kota medan. Berdasarkan pengenaan pajak tersebut tergantung dari maju tidaknya

usaha restoran yang dikelola. Sistem pemungutan pajak yaitu :

1. Official Assessment System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan

untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem

ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada

ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya

pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan

(20)

2. Self Assessment System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam

menentukan sendiri jumlah pajaknya yang terutang setiap tahunnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem

ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada

di tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak,

mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai

kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.

Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk :

a. Menghitung sendiri pajak yang terutang;

b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;

c. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;

d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang;

e. Mempertanggung jawabkan pajak yang terutang.

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak

tergantung pada wajib pajak sendiri (peranan dominan ada pada wajib pajak).

3. With holding System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga

yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan

perpajakan, keputusan Presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan

memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana

(21)

Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada

pihak ketiga yang ditunjuk (Resmi, 2007 : 11).

Berukut ini adalah tabel Target dan Realisasi Pajak Restoran pada 5 (lima) tahun

terkhir yaitu dari tahun 2008-2012 :

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2008

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2008 40.523.931.000,00 42.608.744.950,06 105,14

Data : Dinas Pendapatan Kota Medan

Dari tabel di atas realisasi pajak restoran sebesar Rp. 42.608.744.950,06 telah

terdapat peningkatan dari target yang ditentukan Rp. 40.523.931.000,00

peningkatannya sebesar 105,14% dari jumlah target yang telah ditentukan yaitu :

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 42.608.744.950,06 – Rp. 40.523.931.000,00

=Rp. 2.084.813.950,06

Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran

melebihi dari target yang telah ditentukan, dan kelebihannya mencapai sebesar :

Rp. 2.084.813.950,06.

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2009

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2009 45.750.127.000,00 49.316.929.029,18 107,80

(22)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa realisasi dari target pajak restoran terus

meningkat, peningkatan realisasi dari tahun 2008-2009 sebesar 107,80 dari

jumlah yang telah ditentukan yaitu :

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 49.316.929.029,18 − 45.750.127.000,00

= Rp. 3.566.802.029,18

Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran

melebihi dari target yang telah ditentukan, dan kelebihannya mencapai sebesar :

Rp. 3.566.802.029,18.

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2010

\

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2010 71.772.950.000,00 63.001.970.875,10 87,78

Data : Dinas Pendapatan Kota Medan

Dari tabel diatas maka realisasi pajak restoran sebesar Rp. 63.001.970.875,10

belum mencapai dari target yang di perkirakan yaitu Rp. 71.772.950.000,00

dengan persentase 87,78%.

= Rp. 63.001.970.875,10 – Rp. 71.772.950.000,00

= Rp. −8.770.979.125,10

Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran

mengalamami penurunan target yang telah ditentukan sebesar :

(23)

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2011

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2011 96.209.441.389,00 70.485.458.322,22 73,26

Data : Dinas Pendapatan Kota Medan

Dari tabel diatas maka realisasi pajak restoran sebesar Rp. 70.485.458.322,22

belum mencapai dari target yang di perkirakan yaitu Rp 96.209.441.389,00

dengan persentase 73,26%.

=Rp. 70.485.458.322,22 – 96.209.441.389,00

=Rp. –25.723.983.067,22

Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran

mengalamami penurunan target yang telah ditentukan sebesar :

Rp. –25.723.983.067,22.

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2012

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2012 113.209.441.000,00 83.182.567.950,56 73,48 Data : Dinas Pendapatan Kota Medan

Dari tabel diatas maka realisasi pajak restoran sebesar Rp. 83.182.567.950,56

belum mencapai dari target yang diperkirakan yaitu Rp 113.209.441.000,00

(24)

=Rp. 83.182.567.950,56 – 113.209.441.000,00

=Rp. –30.026.873.049,56

Dari data di atas disimpulkan bahwa penerimaan pada sektor pajak restoran

mengalamami penurunan target yang telah ditentukan sebesar :

Rp. –30.026.873.049,56

Dari data di atas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak

restoran pada tahun 2008-2012. Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak

kendala ataupun hambatan yang dihadapi, baik hambatan internal maupun hambatan

eksternal. Target dan realisasi tercapai dapat dilakukan karena banyak objek-objek

pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan pajak restoran.

Hambatan internal itu dapat berupa kendala administratif serta kurangnya

kesiapan sumber daya manusia. Sedangkan hambatan eksternal dapat berupa hambatan

yang dihadapi langsung di lapangan.

B. Evaluasi

1. Kendala dan Hambatan Dalam Pendataan Pajak Restoran

a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang

telah diterbitkan (menunggak pembayaran).

b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai

yang tercantum dalam SKPD.

c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya.

(25)

e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai

dengan yang dikutip dari subjek pajak.

f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak yang sesuai

dengan yang dilaporkan (tunggakan pajak).

g. Kurangnya kesadaran wajib pajak untuk mendaftarkan restoran/rumah

makan yang baru.

h. Masih banyak wajib pajak yang tidak memahami tentang pentingnya

membayar pajak.

2. Upaya-upaya yang dilakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan maka

diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang diperlukan demi peningkatan

penerimaan pajak restoran tersebut. Upaya-upaya tersebut adalah :

a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak,

dengan melaksanakan penjagaan.

b. Melakukan penagihan langsung kepada wajib pajak.

c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasip kepada wajib pajak

yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum

dalam SKPD.

d. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.

e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat

(26)

f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan

SPTPD.

g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan

potensi/omzet yang sebenarnya.

h. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum

menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan.

i. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak.

j. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak.

k. Membentuk Tim UPT (Unit Pelayanan teknis) di setiap wilayah

kecamatan.

l. Mensosialisasikan Peraturan Daerah pajak restoran kepada seluruh wajib

pajak.

m. Melakukan Verifikasi setiap 3 (tiga) bulan sekali.

n. Mengadakan pertemuan dengan Wajib Pajak yang Potensial.

3. Ketentuan Pidana Pajak Restoran

Ketentuan Pidana Pajak Restoran ini diatur pada Peraturan Daerah Kota

Medan Nomor 5 Tentang Pajak Restoran, pada BAB XIV yaitu :

Pasal 33

a. Wajib pajak yang karena kealpaanya tidak menyampaikan SPTPD atau

(27)

keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda

paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau

kurang bayar.

b. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau

mengisi dengan tidak benar atau dengan tidak lengkap atau melampirkan

keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda

paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau

kurang bayar.

Pasal 34

Tindak pidana dibidang perpajakan daerah tidak dituntut setelah melampaui

jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya

masa pajak atau berakhirnya bagian tahun pajak atau berakhirnya tahun pajak

yang bersangkutan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran adalah

sebagai berikut :

a. Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

(28)

c. Berdirinya atau terdapatnya usaha-usaha restoran, cafe, rumah makan,

kedai nasi/kedai kopi, jasa boga/catering dan usaha lainnya yang sejenis

dan sejalan dengan perkembangan kota Medan saat ini.

d. Tidak sesuainya pembayarannya pajak yang sudah ditetapkaan penghasilan

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data

yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, sebagai akhir dari penulis

menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

2. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Official Assessment System,

Self Assessment System dan With Holding System.

3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus

meningkat.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan dalam

meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain :

a. Membentuk Tim UPT (Unit Pelayanan teknis) di setiap wilayah kecamatan.

b. Mensosialisasikan Peraturan Daerah pajak restoran kepada seluruh wajib

pajak.

c. Melakukan Verifikasi setiap 3 (tiga) bulan sekali.

d. Mengadakan pertemuan dengan Wajib Pajak yang Potensial.

5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat besar

(30)

6. Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan merupakan unsur pelaksanaan pemerintah

daerah dalam melaksanakan kewenangan Walikota Medan di bidang pengelolaan

dan pendapatan daerah.

B. Saran

Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah :

1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi

daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan

dampak yang ditimbulkan.

2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjungjung tinggi azas keadilan.

3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelolaan pajak

restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan

peraturan daerah kepada masyarakat.

4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan

pentingnya membayar pajak.

5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi

proses pemungutan pajak restoran.

6. Hendaknya petugas pemungut pajak restoran betul-betul mengerti tentang

(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu Sub Bagian

pada Bagian Keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan Daerah.

Pada Sub ini tidak terdapat lagi Sub Seksi, karena pada saat ini Wajib Pajak yang

berdomisili di daerah Kota Medan belum begitu banyak.

Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan

penduduk di Kota Medan melalui Peraturan Daerah Sub Bagian Keuangan tersebut

diubah menjadi bagian IX/Pendapatan. Pada Bagian IX/Pendapatan dibentuklah

beberapa Seksi yang mengelola Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah yang

merupakan para Wajib Pajak Daerah Kota Medan, yang terdiri dari 21 Kecamatan

diantaranya Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan

Denai, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru,

Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Perjuangan, Medan Selayang, Medan

Petisah, dan lainnya.

Sehubungan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri KUPD Nomor 7/12/41-10

tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah diseluruh

Indonesia, maka Pemerintahan Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12

Tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan

(32)

Bagian Tata Usaha terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian. Peningkatan penerimaan

pendapatan daerah melalui Sub Sektor Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan

Daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi Pemerintah Daerah.

Meningkatnya Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh

dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki

atau menyempurnakan administrasi, sistem, dan prosedur serta organisasi dari

Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini dirasakan

tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan penyempurnaan Manual Pendapatan

Daerah (MAPATDA) dimaksud seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang

sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara

sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan

pemerintah yang paling akhir dibidang Perpajakan, maka penyempurnaan telah

dilaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan

Daerah (MAPATDA).

Adapun penyempurnaan dimaksudkan dituangkan di dalam :

1. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988 tanggal 26 Mei 1988,

tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan

Daerah lainnya.

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tanggal 26 Mei 1988, tentang

Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973/442 Tahun 1988.

3. Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1988, tentang Pelaksanaan

(33)

Penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan dan Organisasi Pendapatan

Kota Medan atau Manual Pendapatan Daerah (MAPATDA) yang dilasanakan

bertahap dan penyempurnaan ini merupakan berdasarkan Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri Nomor 061/1867/PUOD tanggal 2 Mei 1988, Instruksi Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 188.342.20/1991 tanggal 11 Maret 1991,

yang terakhir diubah dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor

188.342/790/SK/1991 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1991

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan

aktifitasnya, Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan telah membuat struktur

organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan

yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang

baik antara pimpinan dengan bawahan.

Untuk menunjang seluruh kegiatan yang ada pada Dinas Pendapatan

Kota Medan dan untuk pencapaian tujuan maka diadakan pembagian tugas dan

fungsi masing-masing sehingga memudahkan mengawasi pekerjaan. Dengan adanya

pembagian tugas yang dituangkan dalam struktur organisasi akan memberikan

(34)

Struktur organisasi yang digunakan untuk Dinas Pendapatan Kota Medan

adalah bentuk organisasi garis dimana bentuk tersebut menggunakan sistem

koordinasi mengalir dari pimpinan ke bawahan secara langsung dimana pihak

bawahan bertanggung jawab kepada pimpinan atas pekerjaan yang diberikan

kepadanya.

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri

dari :

1. Dinas

2. Sekretariat, membawahkan :

2.1Sub Bagian Umum

2.2Sub Bagian Keuangan

2.3Sub Bagian Penyusunan Program

3. Bidang Pendapatan dan Penetapan, membawahkan :

3.1Seksi Pendataan dan Pendaftaran

3.2Seksi Pemeriksaan

3.3Seksi Penetapan

3.4Seksi Pengolahan dan Informasi

4. Bidang Penagihan, membawahkan :

4.1Seksi Pembukuan dan Verifikasi

4.2Seksi Penagihan dan Perhitungan

(35)

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan :

5.1Seksi Bagi Hasil Pajak

5.2Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

5.3Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

5.4Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, mambawahkan :

6.1 Seksi Pengembangan Pajak

6.2 Seksi Pengembangan Retribusi

6.3 Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-lain

7. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)

8. Kelompok Jabatan Fungsional

C. Uraian Tugas dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan berdasarkan

Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2002 Pasal 2 tentang Rincian Tugas dan

Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dalam Peraturan Walikota, yang dimaksud yaitu :

1. Daerah adalah Kota Medan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.

3. Walikota adalah Walikota Medan.

4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.

(36)

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsur pelaksana teknis pada Dinas yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang

tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai

kebutuhan daerah.

Adapun tugas dari Kepala Dinas-Dinas dan masing-masing seksi pada Kantor

Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah, yang dipimpin oleh

Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah

berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pendapatan.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan

(37)

2. Sekretariatan

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi

umum, keuangan, dan penyusunan program.

Adapun fungsi Sekretariatan adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan.

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas.

c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan

Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan

kerumahtanggan Dinas.

d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan

organisasi, dan ketatalaksanaan.

e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas.

f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bagian sekretariatan terdiri dari beberapa sub dan tugas-tugas, yaitu:

a. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas sekretariat

(38)

b. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan.

3. Sub Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu :

a. Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan

pengelolaan data informasi.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pendataan dan Penetapan

menyelenggarakan fungsi :

1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan.

2) penyusunan petunjuk teknis ruang lingkup pendataan, pendaftaran,

pemeriksaan penetapan, dan pengelolaan data dan informasi.

3) melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh Wajib Pajak, Wajib

Pajak Retribusi dan pendataan daerah lainnya.

4) pelaksanaan pengelolaan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan

Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD),

(39)

5) pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah, dan

pendapatan daerah lainnya.

6) perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak

dan Wajib Pajak retribusi.

7) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

pendataan dan penetapan.

8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Adapun Bidang Pendataan dan Pendaftaran terdiri dari beberapa seksi dan

tugas-tugas pokok, yaitu :

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan

dan penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.

b. Seksi Pemeriksaan

Seksi ini mempunyai tugas sebagian bidang pendataan dan penetapan lingkup

pemeriksaan.

c. Seksi Penetapan

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan

dan penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah.

d. Seksi Pengolahan Data

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan

(40)

4. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bagian Penagihan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:

a. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas

dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan,

dan restitusi.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan mempunyai tugas

dan fungsi, yaitu :

1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan.

2) penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan,

perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

3) pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah,

dan pendapatan daerah lainnya.

4) pelaksanaan penagihan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah, dan

pendapatan daerah lainnya.

5) pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak

daerah, retribusi daerah, dan pendapatan daerah lainnya.

6) pelaksanaan telaan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib

pajak atas permohonan wajib pajak.

7) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelporan lingkup bidang penagihan.

8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas sesuai

(41)

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas pokok,

yaitu :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan

tugas Bidang Penagihan dan Perhitungan.

c. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:

a. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas melaksnakan sebagian tugas

Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan

perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok Bidang Bagi Hasil Pendapatan

(42)

1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil

Pendapatan.

2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan

pajak, penata usahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian

pendapatan.

3) pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak,

DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

4) pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan

bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.

5) pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/bukan

pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK,

dan lain-lain pendapatan yang sah.

6) pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan

dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang dana pertimbangan,

dan lain-lain pendapatan yang sah.

7) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi

hasil pendapatan.

8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

(43)

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi dan tugas-tugas,

yaitu :

a. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.

b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Bidang Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.

c. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.

d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai

tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup

peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.

6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas dan fungsi, yaitu:

a. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi,

(44)

b. Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

menyelenggarakan fungsi :

1) penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan

Pendapatan Daerah.

2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi,

dan pendapatan lain-lain.

3) pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah, dan

pendapatan lainnya.

4) penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah.

5) pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang

pengembangan pendapatan daerah.

6) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

Adapun bidang pelaksanaan terdiri dari beberapa seksi beserta tugas-tugas

pokok, yaitu :

a. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

b. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas melakanakan sebagian tugas

Bidang Penegmbangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

c. Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain

Seksi Pengembangan Pendapatan lain-lain memiliki tugas pokok melaksanakan

(45)

7. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas, dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan

lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Adapun peraturan yang berlaku, yaitu :

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang

diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional, dipimpin oleh Tenaga Fungsional

Senior yang ditunjuk.

c. Jumlah tenaga kerja fungsional, ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban

kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

D. Gambaran Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendapatan Kota Medan

Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pendapatan Kota Medan adalah

(46)

Tabel I

Jumlah PNS di Lingkungan Dinas Pendapatan Kota Medan

No. Bagian/Subdis/Bendahara/Swakelola Jumlah PNS

1.

Sekretariat 76 Orang

Kepala Dinas dan Sekretaris 2 Orang

Bagian Umum, Keuangan, dan Penyusunan Program 35 Orang

Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran 20 Orang

Penyimpan Barang dan Pengurus Barang 19 Orang

2. Bidang Pendataan dan Penetapan (DATAP) 76 Orang

3. Bidang Penagihan 45 Orang

4. Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 87 Orang

5. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 25 Orang

6. Unit Pelaksana Teknis (UPT) 33 Orang

J u m l a h 342 Orang

(47)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pemerintah dalam Negara Kita mempunyai peranan penting untuk

memajukan negara yang dipimpinnya. Salah satu indikator kemajuan suatu negara

dapat dilihat dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan

yang berlangsung terus-menerus dan berkeseimbangan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik materil maupun spiritual. Untuk dapat

merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan

pembangunan.

Dengan diberkakukannya otonomi daerah pada setiap provinsi maka akan

diberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola sepenuhnya

sistem pemerintahan daerah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan daerah secara nyata dan bertanggung jawab.

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004

tentang pemerintahan daerah. Dalam hal ini daerah berhak mengatur rumah

tangganya sendiri, termasuk mengelola penerimaan, pengeluaran keuangan dan

merencanakan pelaksanaan pembangunan. Sumber penerimaan daerah salah satunya

(48)

rendah. oleh karena itu pemerintah daerah berupaya meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) ini sehingga dapat membiayai penyelenggaran pemerintah daerah serta

meningkatkan pelayanan dan kesejahtraan masyarakat.

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah dari sektor

pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000.

Sebagai perubahan atas Undang-Undang dan peraturan pemerintah tersebut terdapat

jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah yaitu salah satunya

adalah pajak restoran.

Pajak Restoran ini sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan daerah,

maka dalam pelaksanaan penyelenggaraan pajak tersebut, pemerintah daerah melalui

Dinas Pendapatan Daerah harus melaksanakannya sesuai dengan peraturan daerah

yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan pajak restoran meliputi pemberian izin

restoran, penghitungan besarnya pajak serta pemungutan pajak daerah ini.

Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan pajak restoran ini harus

meningkatkan kinerjanya sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul

sehingga dapat membiayai pembangunan daerah.

Melalui pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis

berupaya mencari tahu dan memaparkan prosedur yang dilakukan dalam pendataan

dan pemungutan pajak restoran dan mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan

pendapatan pajak restoran tersebut. Berdasarkan hal ini, maka penulis memilih judul

(49)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Dinas

Pendapatan Kota Medan, yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan

studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan memiliki tujuan dan

manfaat sebagai berikut:

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

a. Untuk mengetahui Prosedur Pendataan Pajak Restoran pada Kantor Dinas

Pendapatan Kota Medan.

b. Untuk mengetahui target dan realisasi pajak restoran, kendala dan hambatan

dalam pendataan dan pendaftaran pajak restoran serta upaya untuk

meningkatkan penerimaan pajak restoran.

c. Untuk mengetahui sanksi yang dikenakan dalam ketentuan pidana pajak

restoran terhadap wajib pajak yang tidak taat pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Bagi Mahasiswa

1) Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi

(50)

2) Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti permasalahan

yang timbul selama melaksanakan PKLM.

3) Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan

pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya

khususnya di bidang perpajakan.

4) Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta

kedisiplinan.

b. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan

1) Untuk memperoleh, ide-ide, gagasan yang konstruktif dari perguruan

tinggi untuk mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerah.

2) Agar dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dalam bidang

perpajakan khususnya pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

3) Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara

khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1) Meningkatkan hubungan kerja sama dengan instansi-instansi pemerintah

dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.

2) Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama

(51)

3) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan USU dan instansi pemerintah.

4) Untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar

mutu pendidikan.

5) Mempromosikan sumber daya manusia di Universitas Sumatera Utara

khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Uraian Teoritas

1. Pengertian Pajak Daerah

Menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Pasal 1 ayat (10) tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut

pajak, adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undangdengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Definisi Pajak menurut Para Ahli

Menurut Prof.Dr.H Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat

kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung

dapat ditunjukandan yang digunakan untuk mebayar pengeluaran umum

(52)

3. Fungsi Pajak Daerah

a. Fungsi Anggaran (bugdetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

di bidang sosial dan ekonomi (Waluyo, 2009:6).

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan

Kota Medan dengan Ruang Lingkup mengenai :

1. Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota

Medan.

2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran di Kota Medan dan

hambatan-hambatan dalam pendataan Pajak Restoran pada Kantor Dinas

Pendapatan Kota Medan serta upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan

penerimaan Pajak Restoran.

3. Sanksi yang dikenakan dalam Ketentuan Pidana Pajak Restoran bagi Wajib Pajak

(53)

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah penulis akan berusaha

semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan mekanisme

pendataan, pemungutan dan penetapan pajak restoran dan akan mencari data dan

informasi yang berasal dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, Seksi Pendataan

dan pendaftaran dengan data tahun 2005-2009 sebagai bahan referensi untuk

mengetahui dan mendalami prosedur pendataan pajak restoran pada Kantor Dinas

Pendapatan Kota Medan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode

yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul dan setelah judul ditentukan,

maka penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandir,

mencari dan mengumpulkanbahan untuk pembuatan proposal dan melakukan

konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka

seperti undang-undang, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang

(54)

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas

Pendapatan Kota Medan, mengenai Prosedur Pendataan Pajak Restoran.

4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data mekanisme pendataan, pemungutan dan

penetapan pajak restoran melalui :

a. Data Primer, bersumber dari data Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

b. Data sekunder, bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang yang

berhubungan dengan pajak restoran.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka si penulis

melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai mekanisme

pendataan pajak restoran.

F. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada

pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan

(55)

2. Daftar Observasi (Observasi Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan

dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

prosedur pendataan pajak restoran, dan meminta berbagai dokumen yang

diperlukan dari kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan akhir ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis

melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Tujuan dan Manfaat

Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja

Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri,

Metode Pengumpulan, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik

Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Dinas

Pendapatan Kota Medan Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan

(56)

BAB III : GAMBARAN PENERAPAN PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang dan penerapan

Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan

Kota Medan, dan teori-teori pajak khususnya pajak restoran.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada

dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai Prosedur

Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota

Medan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi

kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan

kepada wajib pajak khususnya Kantor Dinas Pendapatan Kota

(57)

LAPORAN

TUGAS AKHIR

PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN

PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN

KOTA MEDAN

O L E H

NAMA : HARPAN TRY NAGA SAKTI DAULAY NIM : 102600074

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaian Studi Pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(58)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri (PKLM) ini.

Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

Adapun judul Laporan PKLM ini adalah “Prosedur Pendataan Pajak Restoran

Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.”

Penulisan Laporan PKLM ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program

Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Siswati Saragi S.Sos, M.SP selaku pembimbing penulis yang telah

banyak memberikan perhatian, petunjuk, dan pengarahan dalam

menyelesaikan Laporan PKLM ini.

4. Ibu Arlina, SH, M. Hum selaku sekretari Program Studi Diploma III

(59)

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, khususnya Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan,

yang telah memberikan penulisan berbagai ilmu mulai tingkat pertama

hingga laporan ini selesai.

6. Staf Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,

yang selalu membantu penulis.

7. Bapak Drs. Nawawi selaku kepala pendataan dan penetapan Dinas

Pendapatan Kota Medan yang telah memberikan data dan informasi kepada

penulis.

8. Bapak Benny Siregar, Ibu Mila, dan seluruh pegawai dinas pendapatan kota

medan yang telah banyak membantu dan menjawab semua pertanyaan

seputar penulisan Laporan PKLM ini kepada penulis.

9. Seluruh staf pegawai dan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Medan

(BALITBANG Kota Medan), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

Sumatra Utara I, dan Dinas Pendapatan Kota Medan.

10. Penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan

Ibunda, atas doa, dukungan, dan bantuan baik secara moril dan materil serta

pengorbanan yang tak terhingga. Yang telah diberikan kepada penulis.

11. Terimakasih kepada abangku,kakakku, adikku atas dukungannya selama ini,

dan khususnya buat keponakanku si kecil Amirah Annisa semoga menjadi

Gambar

Tabel I

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari data jumlah wajib pajak restoran yang terdaftar pada Dinas Pendapatan. Kota Medan sampai tahun 2011 sebanyak 1076

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan mekanisme pendataan, pemungutan dan

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan.. tugas

Dalam tata cara pelaksanan penagihan dan pemungutan pajak hiburan di Dinas Pendapatan kota Medan,penulis menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan penagihan pajak hiburan Dinas

f) Penyiapan bahan monitoring , evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas.. g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan. tugas

Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan