LAPORAN TUGAS AKHIR
MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
O L E H
NAMA : LINCE HAYATI SITANGGANG NIM : 092600044
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
yang telah memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan
sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah
“Mekanisme Pengenaan dan Pemugutan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan”.
Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan disebabkan keterbatasan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki terbatas. Penyusunaan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah banyak membantu baik materi
maupun doa selama penulis menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Dra. Asima Yanti S. Siahaan, MA, PhD selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membimbing dan memberi saran penulis dalam penyelesaian Laporan
Tugas Akhir ini.
6. Kepada seluruh bapak/ibu dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP
USU yang telah memberikan ilmu nya selama penulis menjalani perkuliahan.
7. Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos yang telah banyak membantu selama masa
perkuliahan sampai dengan selesainya tugas akhir ini.
8. Kepada Seluruh pegawai FISIP USU penulis mengucapkan terima kasih atas
semua bantuannya kepada penulis.
9. Kepada teman saya Marina Nainggolan dan Raymond Gultom, teman yang
ada dikala senang dan susah.
10. Kepada seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
Khususnya Tax B 2009.
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
Laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )………1
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )…………..4
C. Uraian Teoritis………..………...6
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )………...9
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )………...10
F. Metode Pengumpulan Data………..11
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM………13
BAB II : GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan……….15
B. Stuktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan……… 16
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan…………. 20
D. Gambaran Data Pegawai Dinas Pendapatan……….. 32
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN A. Pengertian Pajak Restoran………...35
B. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran………...36
E. Pengertian Pajak Daerah………..………45
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
A. Cara Pengenaan Pajak Restoran dan Tata Cara yang dilakukan dalam
Pemugutan pajak Restoran pada Dinas Pehndapatan Kota Medan…………48
B. Target dan realisasi penerimaaan Pajak Restoran di Kota Medan…………..48
C. Masalah – masalah yang dihadapi dalam Pelaksanaan Pemugutan Pajak
Restoran di Kota Medan………..51
D. Upaya-Upaya Peningkatan Penerimaan Melalui Pajak Restoran…………..52
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………..54
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Demi mewujudkan kemandirian suatu Bangsa dan Negara pembiayaan
pembangunan, pemerintah perlu melakukan usaha-usaha yang cukup optimal, salah
satunya adalah menggali sumber – sumber dana yang berasal dari dalam negeri. Pada
saat ini sektor perpajakan merupakan salah satu sumber penerimaan yang ideal baik
itu penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Bila dilihat dari potensinya, sektor perpajakan dapat menjadi salah satu sektor
yang dapat memenuhi pembiayaan pembangunan yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara materil maupun
spiritual. Bisa berjalan secara baik atau tidak pemanfaatan sumber ini tidak lepas dari
adanya kebijakan– kebijakan dari pemerintah dan peran serta masyarakat yang
memiliki kepedulian akan kemandirian bangsanya.
Dengan adanya Undang – undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah dan Undang– undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah maka pemerintah pusat dan
pemerintah daerah maka pemerintah pusat memberikan wewenang dan tanggung
jawab kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri melalui
sistem otonomi daerah, yang berguna dalam menggoptimalkan pemanfaatan sumber-
sumber yang ada didaerah serta mengetahui mutu akan sumber daya manusia yang
ada diberbagai daerah dan wilayah Negara ini.Ciri utama yang menunjukan suatau
daerah otonom maupun berotonomi yaitu terletak pada kemampuan untuk menggali
sumber- sumber keuangan sendiri, mengelolah dan menggunakan keuangan sendiri
yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya.
Ketergantungan kepada bantuan pemerintah pusat harus seminimal mungkin,sehingga
Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi
bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan
keuangan pusat dan daerah. Sumber pendapatan yang dimaksud terdiri atas :
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil, Dana Perimbangan, Pinjaman
Daerah, dan lain lain Pendapatan Daerah yang sah.(Mustaqiem, 2008 : 4)
Selain itu pemerintah juga mengeluarkan Undang- undang No.34 Tahun 2000
mengenai pembagian atas pajak daerah. Pada Undang- undang ini dapat kita ketahui
pajak yang menjadi pajak daerah Provinsi dan pajak daerah kabupaten/kota dengan
pembagian adalah sebagai berikut :
1. Pajak Daerah Provinsi terdiri dari : Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan
3
2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari : Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangann Jalan, Pajak Penagambilan
Bahan Galian Golongan C dan Pajak Parkir.
Sesuai dengan Undang- undang tersebut maka daerah yang menjadi daerah otonom
harus berusaha semaksimal mungkin dalam meningkatkan penerimaan pajak
daerahnya.Upaya dan kebijakan didukung oleh peran serta dari semua pihak sangat
penting dilakukan.Salah satunya adalah lembaga pemeritahan yang berperan aktif
dalam mengelola PAD seperti Dinas Pendapatan Daerah.Dengan terbentuknya
sumber daya manusia yang berkualitas, maka tenaga ahlipun tercipta khususnya di
bidang perpajakan.Terpenuhinya tenaga- tenaga ahli profesional di bidang perpajakan
dapat memberikan kemudahan dalam pengelolahan penerimaan dari sektor pajak.
Oleh karena itu, Univesitas Sumatera Utara khususnya Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang
menekankan pada pendidikan profesionalisme untuk membentuk tenaga- tenaga ahli
tingkat madya yang kompoten dalam menangani pekerjaan, melaksanakan kegiatan
yang disebut dengan Praktik Kerja Lapangan (PKLM) dalam pembentukan SDM
yang berkualitas. Sebagai mahasiswa yang peduli mengenai perpajakan dan
penerimaan daerah lainnya sehubung dengan peningkatan kesejahteraan rakyat, maka
melalui kegiatan PKLM ini penulis coba mengangkat topik mengenai pajak restoran,
karena pajak restoran merupakan salah satu dari pajak daerah yang profesional
dikarenakan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka
sangat diharapkan pajak restoran sebagai alternatif pendanaan pemerintah untuk
mendukung peningkatan kemampuan daerah dalam rangka mengembangkan sumber-
sumber pendapatan daerah yang diharapkan akan meningkatkan kemamppuan
membangun Kota Medan.(Siahaan, 2006 : 3)
Oleh karena itu, tentunya penulis akan berusaha semaksimal mungkin dalam
menggali kemampuan yang diperoleh dan dimiliki dalam membahas mengenai pajak
restoran, khususnya judul yang penulis susun yaitu “Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan”.
Dengan harapan kegiatan ini nantinya mampu memberiakan sumbangsih
dalam dunia perpajakan dan pengetahuan yang mendalam khususnya pada restoran.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pengalaman praktik di lapangan yang seraca langsung berhubungan dengan
teori- teori yang diterima di bangku perkuliahan, tentunya dapat memberikan tujuan
dan manfaat.
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan mandiri adalah :
5
2. Untuk mengetahui masalah - masalah, kendala- kendala yang berkaitan dengan
pemungutan pajak restoran.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari di perkulihan ke dalam
permasalahan yang dihadapi di dalam PKLM dan ikut bergabung langsung
sekaligus berperan serta kedalam lingkungan kerja.
b. Menumbuhkan dan menciptakan semangat kerja dan profesionalisme dalam
melaksanakan pekerjaan serta mengembangkan tanggung jawab dan disiplin.
c. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman.
d. Mendorong mahasiswa untuk belajar menjadi tenaga ahli yang siap pakai.
2. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
a. Menyediakan ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan masukan
dan pertimbangan dalam mengatasi masalah yang ada.
b. Agar dapat membantu Dinas Pendapatan Kota Medan dalam
mensosialisasikan pajak restoran kepada masyarakat.
c. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam peningkatan
sumber daya manusia.
3. Bagi Prodip III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Membuka interaksi antara universitas dengan instalansi yang
bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.
c. Memberikan uji nyata disiplin ilmu yang telah diterima semasa
perkuliahan.
d. Mempromosikan sumber daya Univeersitas Sumatera Utara, khususnya
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
C. Uraian Teoritis
Dalam UUD RI 1995 yaitu pasal 23A menyatakan bahwa “Pajak dan
Pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan
undang-undang”. Pasal tersebut menunjukan bahwa pengaturan bidang perpajakan
bukan hanya sekedar hak, tetapi merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh
Negara, sekaligus sebagai bentuk identitas dalam pengaturan bidang perpajakan.
7
1. Pengertian Pajak
Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH
“Pajak adalah Iuaran kepada kas Negara berdasarkan Undang- undang ( yang dapat
dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa imbal ( kompensasi ) yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Suandy
2002:11)
Menurut Prof.Dr.M.J.H.Smeet
“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma- norma
umum,dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraperstasi yang dapat
ditunjukkan dalam hal yang individual, maksudnya adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah. (Suandy 2002:11)
Menurut Dr.Soeparman Soemahamidjaja
“Pajak adalah Iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma- norma hukum, guna menutup biaya produksi barang- barang dan
jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Suandy 2002:10)
2. Pengertian Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang diselesaikan dengan
pembayaran direstoran.
Dalam pemugutan pajak restoran terdapat beberapa terminology yang perlu
diketahui. Terminologi terdebut dapat dilihat berikut ini :
1. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang
disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan
catering.
2. Pengusaha Restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun,yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan melakukan usaha
dibidang rumah makan.
3. Bon Penjualan ( Bill ) adalah bukti pembayaran yang sekaligus sebagai bukti
pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak saat mengajukan pembayaran
atas pembelian makanan dan atau minuman kepada subjek pajak.
Dasar hukum pemugutan pajak restoran pada suatu kabupaten atau kota
adalah sebagaimana di bawah ini.
- Undang- undang No.34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas
Undang- undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
- Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
9
1. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.
2. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai
aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada
Kabupaten/Kota dimaksud.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini penulis melaksanakan PKLM pada Dinas Pendapatan Kota Medan
dan ingin memperoleh data tentang :
1. Mekanisme pengenaan pajak restoran
2. Pemungutan pajak restoran
3. Penentuan objek dan subjek pajak
4. Cara penghitungan pajak restoran
5. Masalah- masalah yang dihadapi serta upaya yang dilakukan Dinas
Pendapatan Kota Medan berkaitan dengan pengenaan dan pemungutan pajak
restoran yang dilakukan di sub Dinas Pendaftaran dan Pendataan pada Dinas
Pendapatan Kota Medan.
Dalam hal ini penulis akan mengambil data dari tahun 2010 sampai tahun
2011.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Metode yang dipergunakan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis mempersiapkan konsep- konsep yang telah diterima dalam
perkulihan, menentukan judul tugas akhir, menentukan tempat diadakan PKLM,serta
melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
2. Studi Literatur
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan kegiatan
yang akan dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Melakukan peninjauan langsung atau pengamatan secara langsung pada objek Praktik
Lapangan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Dinas Pendapatan Kota
Medan.
4. Pengumpulan Data
11
1) Data Primer
Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang- orang yang dianggap
mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis di lapangan
tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
2) Data Sekunder
Data/informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti sumber- sumber
pustaka, Undang- undang, dokumentasi maupun literature lain yang berhubungan
dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3) Analisis dan Evaluasi Data
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan penulis akan menganalisis dan
mengevaluasi data secara kumulatif yang kemudian akan di interprestasikan secara
objektif, jelas, dan sistematis.
F. Metode pengumpulan Data
Untuk mengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Daftar Wawancara ( Interview Guide )
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung yang melibatkan
pegawai (key person) pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan
maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi.
2. Data Observasi ( Observation Guide )
Pengumpulan dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak
langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan
mengamati,mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang
diberikan pihak instansi dengan diberikan petuunjuk atau arahan terlebih
dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan
tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki rahasia
dan memiliki resiko tinggi.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan
mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan
pemerintah yang berlaku, undang- undang Perpajakan, data mengenai
kepegawaian dan data- data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja
13
G. Sistematika Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan sistematika penulisan laporan
ini agar penulisan lebih terarah, dan membatasi permasalahan yang akan dibahas atas
beberapa bab sesuai dengan penelitian serta mempermudah pemahaman dalam
penulisan laporan ini. Sistematis penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dibuat
dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi penjelasan yang
memperinci yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis
melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik
Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri,
Metode Pengumpulan, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik
Kerja Lapngan Mandiri (PKLM).
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat tentang berdirinya
kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, Struktur Organisasi, Uraian
Tugas pokok serta Fungsi- fungsi dari masing- masing bagian, serta
gambaran pagawai Dinas Pendapatan Kota Medan.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang ketentuan- ketentuan
mengenai pajak restoran, objek dan subjek pajak restoran, cara
perhitungan serta mekanisme pemungutan pajak restoran.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada
dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai cara
perhitungan, pengenaan, target dan realisasi pajak restoran pada Dinas
Pendapatan Kota Medan, masalah- masalah yang dihadapi dalam
pemungutan pajak restoran serta upaya- upaya peningkatan pada
restoran.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpuulan dari
objek yang telah diteliti serta saran- saran yang membangun bagi
kemajuan penerimaan pajak restoran.
LAMPIRAN
15 BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada
bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada
sub bagian ini belum terdapat sub seksi, karena pada saat itu wajib pajak / wajib
retribusi yang berdomisili di daerah kota Medan belum begitu banyak.
Dengan mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju
pertumbuhan penduduk di kota Medan melalui peraturan daerah sub bagian keuangan
tersebut dirubah menjadi bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah
beberapa seksi yang mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang
merupakan kewajiban para wajib pajak / wajib retribusi di dalam daerah kota Medan,
yang terdiri dari 21 kecamatan diantaranya kecamatan Medan Tuntunnga, Medan
Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Timur, Medan Kota,
Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Selayang, Medan
Sunggal, dan Lainnya.
Sehubungan dengan instruksi Mentri Dalam Negeri KUPD No.7/12/41-10
tentang Penyeragaman Sruktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Di seluruh
Indonesia. Maka Pemerintahan Kota Medan, berdasarkan Peraturan Daerah NNo. 12
tahun 1978 menyesuaikan dan membentuk struktur organisasi Dinas Pendapatan yang
baru. Di dalam struktur organisasi Dinas Pendapatan yang ini dibentuklah seksi- seksi
administrasi Dinas Pendapatan, juga dibentuk Bagian Tata Usaha yang membawahi 3
(tiga) Kepala Sub Bagian yaitu sub sektor perpajakan, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontibusi yang cukup penting bagi
pemerintahan daerah dalam mendukung serta memelihara pembannguna dann di
dalam peningkatan penerimaan pendapatan daerah.
Selanjutnya berdasarkan peratutran Pemerintahan Nomor 84 Tahun 2000
Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Medan
melakukan Penataan Organisasi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas- Dinas.Daerah Dilingkungan Pemerintahan Kota Medan, salah satu diantaranya
adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.
B. Sruktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan
Berdasarkan Peraturan Daerah No.4 Tahun 2001 khusus untuk Dinas
17
Tahun 2002 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan.
Adapun struktur organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut:
DINAS
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM
BIDANG PENDATAAN DAN PENETAPAN
BIDANG PENAGIHAN BIDANG BAGI HASIL PENDAPATAN
BIDANG PENGEMBANGAN PENDAPATAN DAERAH SEKERTARIS
SEKSI PEMBUKUAN DAN SERTIFIKASI SEKSI PENDATAAN DAN
PENDAFTARAN
SEKSI PEMERIKSAAN
SEKSI PENETAPAN
SEKSI PENAGIHAN DAN PERHITUNGAN
SEKSI PERTIMBANGAN DAN RETRIBUSI
SEKSI BAGI HASIL PAJAK
SEKSI BAGI HASIL BUKAN PAJAK
SEKSI PENATAUSAHAAN BAGI HASIL
SEKSI PENGEMBANGAN DATA
SEKSI PENGEMBANGAN RETRIBUSI
SEKSI PENGEMBANGAN PENDAPATAN LAIN-LAIN SEKSI PERATURAN
19
Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
1. Kepala Dinas
2. Bagian Tata Usaha terdiri dari:
a. Sub Bagian Keuangan
b. Sub Bagian Kepegawaian
c. Sub Bagian Perlengkapan
3. Sub Dinas Program terdiri dari:
a. Seksi Penyusunan Program
b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian
c. Seksi Pengendalian Pendapatan
d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari:
a. Seksi Pendataan dan Penetapan
b. Seksi Pengelolahan Data Informasi
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pemeriksaan
5. Sub Dinas Penagihan terdiri dari:
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
c. Seksi Restitusi dan Pembukuan
d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan
6. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dab Pendapatan Lain-Lain
b. Seksi Penerimaan Lain-lain
c. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan Lain-lain
d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga
7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak
b. Seksi Bagi Hasil Pajak
c. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
9. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan
Dinas Pendapatan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan sebagian
urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan
tugas-tugas lainnya sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Dinas Pendapatan mempunyai fungsi:
21
2. Melakukan Pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah,
retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan pajak
Bumi Bagunan.
3. Melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah unit dan instansi terkait
dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.
4. Melakukan Penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan penetapan daerah
lainnya seta PBB.
5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidangnya.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah.
1) Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok
dinas di bidang ketatausahaan yang meliputi pengelolahan administrasi
keuangan kepegawaian,perlengkapan,kerumahtanggaan dan urusan umum
lainnya.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bagian Tata Usaha
mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kerja kegiatan
2. Melaksanakan pengelolahan urusan surat menyurat dan urusan umum
lainnya.
3. Mengelolah urusan keuangan dan perbendaharaan serta penyusunan
laporan keuangan
4. Mengelolah administrasi kepegawaian
5. Mengelolah urusan perlengkapan, kerumahtanggaan pengadaan barang
dinas
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugasnya.
Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
Bagian Tata Usaha terdiri dari:
a. Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas mengelolah keuangan dari
perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.
b. Sub Bagian Kepegawaian, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pengelolahan administrasi di bidang kepegawaian.
c. Sub Bagian Perlengkapan, mempunyai tugas kegiatan melaksanakan di
bidang perlengkapan,kerumahtanggaan da pengadaan barang.
d. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas mengelolah tatausaha dan surat
menyurat serta urusan umum lainnya.
23
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana deimaksud, Sub Dinas Program
mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kerja kegiatan
2. Mengumpulkan bahan dan data untuk penyusunan program kegiatan dan
perencanaan Pendapatan Daerah
3. Menyususn kebijakan teknis serta program kerja jangka pendek, menengah
dan panjang
4. Menyusun penerimaan Pendapatan Daerah, merencanakan sistem dan
prosedur kerja
5. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi pendapatan daerah
6. Melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendaptan terhadap semua unit
yang melaksanakan pungutan daerah
7. Menyajikan data statistic target dan realisasi pendapatan serta
mengidentifikasi permasalahan pendapatan daerah
8. Melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah
9. Melaksanakan tukar menukar informasi tentang target dan realisasi
penerimaan daerah dengan daerah lainnya
10.Mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah
tentang Pajak Daerah
11.Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional
pengelolahan pendapatan daerah
12.Menyusun laporan realisasi pendapatan daerah
13.Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikann oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Sub Dinas Program terdiri dari:
a. Seksi Penyusunan Program, mempunyai tugas merencanakan penerimaan
Pendapatan Daerah, sitem dan prosedur kerja seta menyusun kebijaksanaan
teknis dan program kerja jangka pendek,menegah serta jangka panjang
b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian, mempunyai tugas melaksanakan
pembimbing teknis di bidang daerah dan melaksanakan kegiatan pemantauan
yang melaksanakan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan di
bidang pendapatan serta melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan
daerah
c. Seksi Pengembangann Pendapatan, mempunyai tugasc menyusun rencana
serta mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah dan
mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah
tentang Pajak Daerah Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya.
d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai tugas mengevaluasi dan
memonitor pelaksanaan teknis operasional pengelolahan pendapatan daerah,
25
3) Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan
Sub Dinas Pendapatan dan Penetaaan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas dinas dibidang pendapatan dan penetaan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Pendapatan
dan Penetapan mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kegiatan kerja
2. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh Wajib Pajak, Wajib
Retribusi,dan Pendapatan Daerah Lainnya
3. Melaksanakan Pengelolahan data dan informasi baik dari Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah
(SPTRD) Hasil Pemerikasaan dan Informasi Terkait Lainnya
4. Melaksanakan Penetapan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan
Daerah Lainnya
5. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak
dan Wajib Retribusi
6. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidangnya.
Sub Dinas Pendapataan dan Penetapan terdiri dari:
a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran, mempunyai tugas melaksanakan Pendataan
Objek Pajak Daerah/Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya melalui
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan
Retribusi Daerah (SPTRD), melaksankan pendaftaran Wajib Pajak
Daerah/Wajib Retribusi Daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan,
mendistribusikan memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah serta
menyusun Surat Perpajkan Daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran
dan pendataan.
b. Seksi Pengelolahan Data dan informasi, mempunyai tugas melaksanakan
pengumpulan dan pengelolahan data Objek Pajak Daerah/Rertibusi Daerah,
menuangkan hasil pengelolahan data dan informasi data kedalam kartu data
serta mengirimkan kartu data kepada Seksi Penetapan dan demikian
sebaliknya.
c. Seksi Penetapan, mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan
Pokok Pajak Daerah/Retribusi Daerah berdasarkan kertu data termasuk
perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan
serata menyimpan arsip Surat Perpajakn Daerah/Retribusi Daerah yang
berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran
pembayaran/penyetoran atas permohonan Wajib Pajak
d. Seksi Penerimaan, mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan
27
4) Sub Dinas Penagihan
Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas
dibidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan
perhitungan restitusi, pemindahbukuan serta pertimbangan terhadap keberatan Pajak
Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Dinas Penagihan
mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kerja kegiatan
2. Melaksanakan Pembukuan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya
3. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah,retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya
4. Melaksanakan perhitungan retribusi dan atau pemindahbukuan atas Pajak
Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya
5. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan WP atas
pajak terutang
6. Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya
Sub Dinas Penagihan terdiri dari:
a. Seksi pembukuan dan verifikasi, mempunyai tugas melaksanakan pembukuan
dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan Pajak Daerah, Retribusi
Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan
verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencataan uang
dari hasil pungutan benda berharga ke dalam Kartu Persediaan Benda
Berharga, Menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan
Pajak Daerah Retribusi Daerah dab Pendapatan Daerah Lainnya serta
menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa
persediaan benda berharga secra berkala
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan, mempunyai tugas melaksanakan penagihan
atas tunggakan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah
lainnya menerbitkan dan mendistribusikan serta mmenyimpan arsip surat
perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan
c. Seksi retribusi dan pemindahbukuan, mempunyai tugas menerima
permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari Wajib Pajak , meneliti
kelebihan pembayaran Pajak Daerah/Retribusi Daerah yang Surat Keputusan
Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan
29
Keputusan Keapala Dinas tentang persetujuan atau penolakan atas keberatan
tersebut.
5) Sub Dinas Retribusi Dan Pendapatan Lain-Lain
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Sub
Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Menyusun rencana kegiatan kerja
2. Melaksankan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain
termasuk pinjaman daerah dan dana darurat
3. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain
termasuk pinjaman daerah dan dana darurat
4. Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) dan pendapatan lain-lain
5. Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga
6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan penerimaan retribusi dan Penerimaan Lain-Lain,
mempunyai tugas melaksankan penatausahan penerimaan retribusi dan
melaksanakan penatausahaan pendapatan lain-lain
b. Seksi Penerimaan Lain-Lain, mempunyai tugas melaksanakan penatausaahn
penerimaan lain-lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain
baik dari penerimaan, wakil pemerintah di daerah maupun
dilembaga-lembaga keuangan dan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan
dana darurat
c. Seksi Penerimaan Badan Usaha Milik Daerah dan Pendapatan Lain-Lain
mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha
Milik Daerah ( BUMD) dan melaksankan penatausahaan hasil pengelolahan
kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-Surat Berharga, mempunyai tugas
melaksanakan legalisasi surat-surat berharga dann melaksanakan pembukuan
surat-surat berharga.
Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam menjalankan
tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kapada Kepala Sub Dinas Retribusi
dan Pendapatan lain-lain.
31
yang dalam menjalankan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas.
Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi:
1. Menyusun rencana kegiatan kerja
2. Melaksanakan pinatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak
3. Melaksanakan koordinasi dengan pemberian bagi hasil, non pajak
4. Melaksankan perhitungan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK)
5. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan dan
pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang bagi hasil pendapatan
6. Melaksanakan tugas lain-lain yang berkaitan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari:
a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak,
mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak
Bumi dan Bangunan, menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan bukan
pajak
b. Seksi Bagi Hasil Pajak, mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan
suarat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok
Pajak (DHPP), Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Bumu dan
Bagunan melaksanakan penagihan pajak bumi dan bangunan, melaksanakan
perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada wajib
pajak, menerima kembali hasil penagihan SPOP dan mengirimkan kembali
kepada Kantor Pelayanan PBB
c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak, mempunyai tugas melaksanakan perhitungan
penerimaan dari hasil Dana Alokasi Umum, melaksanakan perhitungan
penerimaan dari Dana Alokasi Khusus
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan,
mempunyai tugas mengkaji tentang pelaksanaan Peraturan
Perundang-Undangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait pelaksanaan
Peraturan Perundang-Undangan serta melaksanakan pengkajian atas
penerimaan pendaptan daerah secara periodik.
7) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
D. Gambaran Data Pegawai Dinas Pendapatan
33
TABEL 2.1
Komposisi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2011
No Bagian/ Subdis/ Bendahara/ Swakelola Jumlah
1 Sekretariat 71 Orang
Dinas 1 Orang
Bagian Umum /Keuangan/Penyusunan
Program
36 Orang
Bendahara Penerimaan/Pengeluaran 20 Orang
Penyimpan Barang Berharga, Penyimpan
Barang & Pengurus Barang
14 Orang
2 Bidang Pengembangan Pendapatan
Daerah
26 Orang
3 Bidang Penagihan 49 Orang
4 Bidang Pendataan dan Penetapan
(DATAP)
77 Orang
5 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 85 Orang
6 Unit Pelaksana Teknis (UTS) 336 Orang
7 Security 18 Orang
Jumlah PNS / Pegawai Honor 662 Orang Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Tahun 2011
No Golongan Jumlah
1 Golongan IV/b 1 orang
2 Golongan IV/a 5 orang
3 Golongan III/d 35 orang
4 Golongan III/c 37 orang
5 Golongan III/b 62 orang
6 Golongan III/a 70 orang
7 Golongan II/d 8 orang
8 Golongan II/c 17 orang
9 Golongan II/b 6 orang
10 Golongan II/a 51 orang
Jumlah Keseluruhan 292 orang Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan
Keterangan:
Pegawai Negeri Sipil : 292 orang
Pegawai Honor : 59 orang
35 BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN
A. Pengertian Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran direstoran. Dalam pemugutan pajak restoran terdapat beberapa
terminology yang perlu diketahui. Terminologi terdebut dapat dilihat berikut ini :
1. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang
disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan
catering.
2. Pengusaha Restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun,yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan melakukan usaha
dibidang rumah makan.
3. Bon Penjualan ( Bill ) adalah bukti pembayaran yang sekaligus sebagai bukti
pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak saat mengajukan pembayaran
atas pembelian makanan dan atau minuman kepada subjek pajak.
Dasar hukum pemugutan pajak restoran pada suatu kabupaten atau kota
adalah sebagaimana di bawah ini.
- Undang- undang No.34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas
Undang- undang No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
- Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
- Keputusan Menteri Keuangan Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pemerintah
Pendapatan lain- lain.
- Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota
Medan.
- Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran
sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada
Kabupaten/Kota dimaksud.
B. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran
1. Objek Pajak Restoran
Yang merupakan objek pajak restoran adalah setiap pembayaran atas
pelayanan yang disediakan di restoran/rumah makan. Pelayanan yang dimaksud
adalah penjual makanan dan minuman di tempat, yang disertai dengan fasilitas. Yang
37
Pada pajak Restoran tidak semua pelayanan oleh restoran/rumah makan
dikenakan pajak. Ada pengecualian yang tidak termasuk objek pajak,yaitu:
a. Jasa Boga/catering
b. Pelayanan yang disediakan oleh restoran/rumah makan yang peredarannya
tidak melebihi batas yang dengan daerah Rp 600.000 per bulan
c. Penjualan makanan dan minuman yangb diserta dengan fasilitas penyantapan
di Hotel.
2. Subjek Pajak Restoran
Yang menjadi subjek pajak restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang
melakukan pembayaran makanan dan minuman atas pelayanan restoran/rumah
makan. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang
menikmati dan pelayanan yang diberiakan oleh subjek pajak adalah konsumen yang
menikmati dan pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran/rumah makan.
3. Wajib Pajak Restoran
Yang menjadi wajib pajak prestoran adalah Pengusaha restoran/rumah makan,
yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang restoran/rumah makan
Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada restoran tidak sama.
Konsumen yang menikmati pelayanan restoran merupakan subjek pajak yang
membayar (menanggung) pajak sedangkan pengusaha restoran bertindak sebagai
wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subjek
pajak).
C. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak, dan Cara Perhitungan Pajak Restoran
1. Dasar Pengenaan Pajak Restoran
Adalah jumlah pembayaran yang dilakukan atas pelayanan yang dilakukan
restotan/rumah makan. Pembayaran adalah jumlah uang yang dibayarkan maupun
wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang dibayarkan maupun penggantian
yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pembelian makanan
atau minuman, termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga dilakukan
berkaitan dengan dunia usaha restoran.
2. Tarif Pajak Restoran
Tarif Pajak restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan
oleh Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kotra untuk menetapkan tarif.
3. Cara Perhitungan Pajak Restoran
39
Secara umum perhitungan pajak restoran adalah sesuai dengan rumus berikut:
Contoh:
Pada tanggal 07 Juli 2011, Tn. Prianto dan Ny. Cheche mengkonsumsi makanan dan
minuman direstoran Rindana dengan jumlah Rp. 200.000. Hitung besarnya pajak
restoran yang dikenakan terhadap Tn. Prianto dan Ny. Cheche?
Jawab:
Pajak Terutang = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif x Jumlah Pembayaran yang Dilakukan kepada Restoran
= 10 % x RP. 200.000
= RP. 20.000
D. Mekanisme Pemugutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan
Pemungutan pajak restoran adalah suatu rangkaian mulai dari penghimpunan
data objek pajak restoran dan subjek pajak restoran, dengan penentuan besarnya pajak
restoran yang terutang sampai kegiatan menerima pembayaran pajak restoran tersebut
dari wajib pajak. Untuk itu wajib pajak terlebih dahulu melaporkan jenis usahanya
kepada dinas pendapatan daerah dengan mekanisme sebagai berikut: Pajak Terutang = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif x Jumlah Pembayaran yang Dilakukan kepada Restoran
1. Pengukuhan Wajib Pajak
Wajib Pajak Restoran mendaftarkan usahanya kepada dinas pendapatan
daerah Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat-lambatnya tiga puluh hari
sebelum dimulainya kegiatan usaha, untuk dilakukan dan diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP). Jangka waktuini sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan
oleh bupati atau walikota dimana pajak restoran dipungut.
Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh kepala dinas pendapatan
daerah tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat pajak terutang restoran,
tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan pengawasan bagi petugas dinas
pendapatan daerah. Apabila pengusaha restoran atau rumah makan tidak
mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu yang ditentukan, kepada dinas
pendapatan daerah akan menetapkan pengusa tersebut sebagai wajib pajak secara
jabatan. Penetapan secara jabatan dimaksudkan untuk pemberian nomor pengukuhan
dan NPWP dan bukan merupakan penetapan besarnya pajak terutang. Tata cara
pelaporan dan pengukuhan wajib pajak ditetapkan oleh bupati/walikota dengan surat
keputusan.
2. Pendaftaran dan Pendataan
41
pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak. Setelah dokumen disampaikan
kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap,
serta mengembalikan kepada petugas pajak. Selanjutnya, petugas pajak
mengembalikan formulir pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh wajib
pajak wajib pajak dalam dan Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut digunakan
sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.
3. Pelapoaran Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTD)
Wajib Pajak Restoran wajib melaporkan kepada bupati/walikota, dalam
praktiknya kepada kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten/kota tentang
perhitungan dan pembayaran pajak restoran yang terutang. Wajib pajak yang telah
memiliki NPWPD setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPTPD dengan
jelas, lengkap dan benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasa dan
disampaikan kepada walikota/bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka
waktu yang ditentukan. Umumnya SPTPD harus disampaikan selambat-lambatnya 15
hari setelah berakhirnya masa pajak. Seluruh data perpajakn yang diperoleh dari
daftar isisan tersebut dihimpun dan dicatat atau dituangkan dalam berkas atau kartu
data yang merupakan hasil akhir,yang akan dijadikan sebagai contoh perhitungan dan
penetapan pajak terutang. Keterangan dan dokumenyang harus dicantumkan dan atau
dilampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Walikota Kota Medan.
4. Penetapan Pajak Restoran
Berdasarkan SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak dan pendataan
dilakukan oleh petugas dinas pendapatan daerah, walikota atau pejabat yang ditunjuk
oleh ealikota menetapkan pajak restoran yang terutang dengan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak atau jangka
berditentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam SKPD,
wajib pajak dikenekan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan
ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).
5. Pembayaran Pajak Restoran
Pembayaran Pajak Restoran dilakukan wajib pajak dengan menyetorkan
pajaknaya ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang ditunjuk oleh walikota dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus
dilakukan sekaligus atau lunas. Namun, dalam keadaan tertentu walikota atau pejabat
yang ditunjuk dapat menerbitkan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur
pajak restoran terutang dalam kurung waktu tertentu. Kepada wajib pajak yang
terutang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat
dalam buku penerimaan.
43
penagihan pajak. Penagiahan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah.
Tata Cara Penagihan Pajak Restoran
a. Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai
awaltidak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo pembayaran
b. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka
waktu sebagaimana telah ditentukan dalm Surat Teguran atau Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang masih harus
dibayar ditagih dengan surat paksa
c. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari
sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenisnya.
d. Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalan jangka waktu 2x24 jam
sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, pajabat segera menerbitkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
e. Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang
pajakanya, setelah 10 hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah
Melaksanakn Penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal
pelelangan kepada Kantor Lelang Negara
f. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari,tanggal,jam dan tempat
lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada wajib
pajak
g. Bentuk, jenis dan isi formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan
pajka daerah ditetapkan oleh kepala daerah.
Dengan mekanisme di atas maka pajak restoran dipungut pelaksanaan
penagihan pajak yang berlaku di Indonesia, menurut Undang-undang No.18 Tahun
1997 dan undang-ungang No.34 Tahun 2000 Pemungutan Pajak menggunakan tiga
system pemugutan pajak yaitu:
a. Self Assessment System yaitu Sistem pemugutan pajak yang member
wewenag kepada wajib pajak untuk menghitung,membayar dan melaporkan
sendiri pajak daerah yang terutang
b. Official Assessment System yaitu Sistem pemugutan pajak daerah
berdasarkan kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajk
yang terutang menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
c. With Holding System yaitu system pemungutan yang memberiakan
45
Namun, pada Dinas Pendapatan Kota Medan, system pemugutan yang
digunakan adalah Self Assesment System dan Official Assessment System.
E. Pengertian Pajak Daerah
Menurut UU RI No.34 Tahun 2000, Pajak daerah adalah iuran wajib
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
seimbang, dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan berlaku,
hasil pemungutan pajak digunakan untuk membiayai penyelenggara pemerintah
daerah dan pembangunan daerah.
Dalam Peraturan Daerah No.12 Tahun 2003, tentang Pajak daerah Kota
Medan:
a. Daerah adalah Kota Medan
b. Pemerintah Daerah adalah Kota Medan
c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan
d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
e. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan
Daerah dan atau Retribusi daerah sesuai dengan Peraturan
perundang-undangan yang berlaku
f. Kas Daerah adalah Kas pemerintah Kota Medan
g. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk
melakukan pembayaran pajak yang terutang termasuk pemugut atau
pemotong pajak tertentu
h. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan
lainnya,Badan Usaha Milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan,
atau organisasi yang sejenis, lembaga, dan pension, Bentuk Usaha Tetap, serta
bentuk badan usaha lainnya
i. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran direstoran
j. Restoran atau Rumah Makan adalah tempat yang disediakan untuk menyantap
makanan dan minuman dengan dipungut bayaran kedai nasi,kedai mie, kedai
kopi, warung tempat jual makanan/minuman, tempat berdiscotik dan
berkaroke, usaha jasa catering dan jasa boga
k. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang dapat disingkat SSPD, adalah: yang
digunakan oleh ewajib pajak untuk melaporkan perhitungan pembayaran
pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undang perpajakan daerah
l. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah dapat disingkat SPTPD, adalah yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan pembayaran pajak
47
n. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang Dapat disingkat SKPDKB
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak yang
tetutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pada
besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar
o. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang dapat disingkat
SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan jumlah
pajak yang telah ditetapkan
p. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat SKPDLB
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak terutang atau tidak
seharusnya terutang
q. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang dapat disisngkat SKPDN dalah surat
Ketetapan pajak yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak
r. Surat Tagihan Pajak Daerah yang dapat disisngkat STPD adalah untuk
melakukan tagihan pajak dan sanksi administrasi berupa bunga atau denda
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Cara Pengenaan Pajak Restoran dan Tata Cara yang dilakukan dalam
Pemugutan Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Sejak Berlakunya Otonomi Daerah, sumber pendapatan bagi pemerintah
daerah ototnom salah satunya besaral dari hasil pemugutann pajak daerah. Sumber
pajak sangat penting bagi pemerintah daerah untuk memperoleh pendapatan dari
sumber tersebut. Hal itu dapat dilaksanakan dengan meemugut,
mengadministarasikan, menetapkan tariff dan sebagainya.
Tarif pengenaan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan yaitu
10% (sepeluh persen) dan tata cara yang dilakukanm dalam pemugutan pajak atas
restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan mengunakan dua system pemungutan
yaitu Self Asssessment System,Official Assessment System.
B. Target dan realisasi penerimaaan Pajak Restoran di Kota Medan
49
Dilihat dari data jumlah wajib pajak restoran yang terdaftar pada Dinas Pendapatan
Kota Medan sampai tahun 2011 sebanyak 1076 wajib pajak. Wajib pajak yang
menggunakan Self Assessment sebanyak 316 dan yang menggunakan Official
[image:55.612.119.525.344.636.2]Assessment sebanyak 760 antara lain:
Tabel 4.1
Jumlah Wajib Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Sampai dengan 2011
No Jenis Pajak Restoran Wajib Pajak Jumlah
Self Assessment
Official Assessment
1 Restoran Cepat Saji 71 - 71
2 Restoran Nasional 140 - 140
3 Restoran Khas Daerah 70 - 70
4 Warung Nasi, Kedai,
Kopi, Jual Mie Dll
- 760 760
5 Restoran Tempat Hiburan 35 - 35
JUMLAH 316 760 1076
Sumber Data : Dinas Pendapatan Kota Medan
2. Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran
Berdasarkan table target dan realisasi pendapatan kota Medan selama 2 (dua)
[image:56.612.85.565.329.469.2]tahun khusus pajak restoran dapat kita lihat pada table 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2
Target dan Realisasi Pajak Restoran pada Dinas Pendapatan Kota Medan
Tahun Anggaran 2010 – 2011
Tahun Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Sisa Lebih (kurang)
Persentase (%)
2010 Rp71.772.960,00 Rp63.001.970.875,10 Rp 8.770.979.124.9 87,78%
2011 Rp96.204.441.389,00 Rp70.485.458.321,76 Rp25723983067.24 73,26%
Sumber data : Dinas Pendapatan Kota Medan 2010-2011
Dari table 4.2, mengenai target realisasi pajak restoran pada tahun anggaran
2011 dapat dilihat bahwa target pajak restoran untuk tahun 2011 sebesar
Rp96.204.441.389,00 sedangkan yang terealisasi sebesar Rp63.001.970.875,10
dengan persentase 73,26% atau dengan kata lain pada tahun ini telah ditetapkan over
51
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2010-2011
penerimaan melalui pajak restoran tidak tercapai target. Hal ini menunjukkan bahwa
pemugutan atau penagihan pajak restoran yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Kota Medan Kurang efektif karena realisasi penerimaanya tidak dapat melebihi
pencapaian target.
Tidak tercapainya target pada tahun anggaran 2010-2011 di pengaruhi oleh
penetapan target yang realisasi serta kurang adanya peningkatan kinerja Dinas
Pendapatan Kota Medan dalam pemugutan dan penagihan pajak restoran.
C. Masalah – masalah yang dihadapi dalam Pelaksanaan Pemugutan Pajak
Restoran di Kota Medan
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemugutan pajak restoran
yang ada di kota medan adalah :
1. Masih banyak masyarakat Kota Medan yang mempunyai usaha
restoran/rumah makan dan sudah memenuhi syarat sebagai wajib pajak. Akan
tetapi, tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Padahal, jika masyarakat
mendaftarkan diri dan melaksanakan kewajiban sebagai wajib pajak untuk
membayar dan melaporkan jumlah pajak terutang, tentunya pendapatan atau
realisasi pajak restoran di Kota Medan juga akan lebih meningkat setiap
tahunnya, Apabila jika kita lihat, saat ini di Kota Medan sedang berkembang
usaha bidang kuliner.
2. Adanya wajib pajak yang tidak mengetahui bahwa dengan membuka
restoran/rumah makan maka dikenakan atas usahanya tersebut.
D. Upaya-Upaya Peningkatan Penerimaan Melalui Pajak Restoran
Berbagai dan kebijakan telah dilakukan oleh Dinas Pendapatan untuk
meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain melalui:
1. Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Restoran
Ekstensifikasi adalah kebijakan di bidang perpajakan yang ditujukan untuk
meningkatkan penerimaan perpajakan melalui penambahan jumlah wajib
pajak dan perluasan objek pajak restoran. Ekstensifikasi di bidang perpajakn
sangat penting karena dengan ekstensifikas, sumber-sumber penerimaan yang
ada di kota Medan, Khususnya pada penerimaan dari pajak restoran dapat
digali lebih lagi dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak restoran dan
meningkatkan pendapatan asli daerah kota Medan. Ekstensifikasi dapat
dilakukan dengan cara pendataan wajib pajak baru dengan melakukan
pendataan langsung. Kegiatan pendataan dan pendaftaran wajib pajak
53
2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Restoran
Intensifikasi merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan agar wajib
pajak membayar sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga realisasi
peneriman pajak restoran sesuai dengan target yang telah ditetapkan atau
bahkan dapat melebihi target yang telah ditetapakan. Instensifikasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Melakukan pemerikasaan untuk menilai, apakah pajak yang dilaporkan oleh
wajib pajak sudah benar atau tidak juga untuk meminimalisirkan
penyimpangan atau pelanggaran yang dapat terjadi baik sengaja atau tidak
sengaja yang dilakukan oleh wajib pajak
b. Menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak yang tidak/terlambat
menyampaikan SPTPD
c. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak atas tunggakan pajak. Pelaksanaa kegiatan penagihan tunggakan pajak daerah ini merupakan
kegiatan langsung menagih pajak daerah kepada wajib pajak yang menunggak
pajak sehingga pajak yang tertahan pada wajib pajak dapat segera masuk ke
kas Pemerintah Kota Medan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan adanya gambaran umum dan uraian-uraian mengenai pajak restoran
serta beberapa masalah-masalah dalam pelaksanaan pemugutan dan penagihannya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau
minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha
jasa boga dan catering
2. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Besarnya tarif,
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutuan,
sehingga memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah untuk menetapkan
besarnya tarif pajak restoran sesuai dengan kondisi masyarakat
3. Pada Dinas Pendapataun Kota Medan, system pemugutan pajak yang
diguanakan adalah Self Assessment System, Official Assessment System
55
5. Kecuali jasa boga/catering dan penjualan makanan dan atau minuman yang
disertai dengan fasilitas penyantapan di Hotel
6. Pemugutan pajak restoran adalah suatu rangkaian mulai dari penghimpunan
data objek pajak restoran dan subjek pajak restoran, dengan penentuan
besarnya pajak restoran yang terutang sampai kegiatan menerima pembayaran
pajak restoran tersebut dari wajib pajak
7. Adapun mekanisme pemugutan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Kota
Medan dimulai dari Pengukuhan Wajib Pajak, Pendaftaran dan Pendataan,
Pelaporan SPTPD oleh wajib pajak, Penetapan Jumlah Pajak Restotan melalui
SKPD, dan Pemyaran Pajak Restoran. Apabila pajak restoran yang terutang
tidak dilunasi setelah jatuh tempo maka akan dilakukan Penagihan oleh Dinas
Pendapatan Kota Medan
8. Realisasi penerimaan dari pajak restoran di Kota Medan selama tahun
2010-2011 tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
Hambatan-hambatan dalam Penerimaan dan Pemugutan Pajak Restoran mengenai
wajib tidak mau membayar pajak restoran.
1. Wajib Pajak memiliki kesadaran yang rendah akan kewajiban perpajakan
yang dilaksanakannya.
2. Kurangnya pengetahuan akan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
Wajib Pajak.
3. Pengawasan yang kurang optimal dari petugas pajak terhadap Wajib Pajak
yang tidak melapor atau menyetorkan pajak yang menjadi kewajiban dari
Wajib Pajak.
B. Saran
Dalam rangka upaya mensukseskan penerimaan Pajak Restoran di Kota
Medan pada tahun 2012 dan pada masa yang akan datang, penulis memberikan
saran,sebagai berikut :
1. Dinas Pendapatan Kota Medan harus dapat menciptakan iklim perpajakan
yang baik di lingkungannya sendiri agar masyarakat umum atau wajib pajak
tahu bahwa dengan membayar pajak tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat itu sendiri, sehingga meningkatkan kesadaran akan
kepatuhan masyarakat akan kewajibannya
2. Dinas Pendapatan Kota Medan harus mengelolah pajak daerah sesuai dengan
Undang-Undang Perpajakan yang berlaku secara baik dan benar. Dalam
memberikan pelayanan kepada wajib pajak, semua aparat atau petugas
perpajakan memelihara sifat yang jujur,sopan,dan tegas yang akan menambah
kepercayaan wajib pajak terhadap petugas
57
dengan memberiakn sanksi administrasi atau sanksi pidana bagi wajib pajak
nakal
4. Dinas Pendapatan Kota Medan harus lebih meningkatkan sosialisasi kepada
masyarakat dan memberiakan penyuluhan-penyuluhan mengenai pajak daerah
DAFTAR PUSTAKA
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Mustaqiem, H, 2008, Pajak Daerah Dalam Transisi Otonomi Daerah, FH UII Press
Yogyakarta
Siahaan, P Marihot, 2006, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Suandy, Early, 2002, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
PERATURAN PEMERINTAH
Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat