ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SHUUJOSHI –YO DALAM KOMIK “AKACHAN TO BOKU” VOLUME 1 KARYA MARIMO RAGAWA
RAGAWA MARIMO NO SAKUHIN NO DAIIKKAN NO AKACHAN TO BOKU TO IU MANGA NI OKERU –YO NO SHUUJOSHI NO IMI TO KINOU NO
BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam bidang ilmu
Sastra Jepang
Oleh :
ERICK SETIAWAN 090708022
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat,
berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SHUUJOSHI – YO DALAM KOMIK AKACHAN TO BOKU VOLUME 1 KARYA MARIMO RAGAWA ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sederhana dan masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun uraiannya. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan akan sumber dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan masukan-masukan berupa kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca bagi usaha perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih,
penghargaan dan penghormatan kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra
Jepang Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Adriana Hasibuan, SS., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, yang
sedemikian besarnya telah memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing,
mengarahkan, menyemangati dan memberikan saran dan kritik kepada penulis
melindungi beliau dan keluarga, memberikan kesehatan, rezeki, umur panjang
dan membalas kebaikan beliau.
4. Bapak Drs. Nandi. S, selaku Dosen Pembimbing II, yang sedemikian besarnya
telah memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan, selalu
menyemangati penulis dan memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini sampai selesai. Semoga Tuhan senantiasa melindungi
beliau dan keluarga, memberikan kesehatan, rezeki, umur panjang dan
membalas semua kebaikan - kebaikan beliau.
5. Bapak/Ibu dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara yang telah berjasa memberikan pengajaran, perkuliahan dan ilmu
kepada penulis selaku mahasiswa Sastra Jepang dari 一年生 sampai pada
sekarang.
6. Kepada kedua orang tua penulis yang tersayang dan terkasih, ayahanda
Hamzah Tansil dan ibunda Nyo Koei Kie, terima kasih telah membesarkan
dan merawat penulis sampai saat ini dan terima kasih atas kasih sayang,
perhatian dan dukungan baik moril maupun materil sampai penulis dapat
menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan wujud
apresiasi dan rasa syukur kepada kedua orang tua penulis. Semoga Tuhan
senantiasa melindungi mereka, memberikan kesehatan, rezeki, umur panjang
dan membalas semua kebaikan - kebaikan mereka.
7. Kepada saudara-saudara penulis, kakak Enny Tansil, Abang Pardy Tansil,
Abang Johadi Tansil, Kakak Farya Tansil dan Abang Hadi Tansil. Kepada
kakak dan abang ipar penulis, kakak Nery Gani, kakak Lestari, kakak Pheny
Liong, dan Abang Hendrik Wijaya. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian,
menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan senantiasa
melindungi mereka, memberikan kesehatan, rezeki, umur panjang dan
membalas semua kebaikan - kebaikan mereka.
8. Kepada keponakan-keponakan penulis, Fabian Marcho Tansil, Filbert Tansil,
Davin Kurniawan Tansil, Devina Ingrida Tansil, Nadya Wijaya, Ryan Perdana,
Chavia Zagita dan Samantha. Terima kasih telah menghibur penulis di kala
sedih dan telah berbagi keceriaan dan kebahagiaan bersama penulis.
9. Kepada sahabat-sahabat penulis, Emmanuella Yanita Sinuhaji, Juwita Carolyn
Damanik, Birdy Rael Paulinka Sinaga, Lasmaria Magdalena Sitorus, Rohana
Uli Pakpahan, Johan Bimbo Sinaga, Febro Star Harefa dan Rizky Zivo Loise.
Terima kasih atas dukungan, doa, sindiran, dan semangat yang diberikan
kepada penulis. Canda, tawa, tangis, dan amarah sudah kita jalani
bersama-sama dan biarkanlah itu menjadi kisah klasik untuk masa depan.
10.Kepada teman-teman stambuk 2009 departemen Sastra Jepang Universitas
Sumatera Utara, Ody Pramana Bangun, Christina Emelya Tobing, Meiriza
Armanda, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terima kasih atas dukungan, doa, semangat, dan kenangan yang telah
diberikan kepada penulis.
11.Kepada anggota Korasu, Lim 先生, Zita, Lara, Vindo, Puti, Chusyam, Silvi,
Liza, Julia, Budi, Ardi, Arien, Helga, dan Dea. Terima kasih atas dukungan,
doa, semangat, canda, dan tawa yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
akan sangat merindukan kebersamaan yang telah kita jalani bersama.
12.Kepada teman-teman sepelayanan Departemen Anak GBI Swissbel Hotel
“SWORD”, Herry Andreas, Xiren, July Shen, Josephine Patricia, Vannesia
diberikan kepada penulis. Semoga kita tetap kompak dan lebih berkomitmen
dalam melayani.
13.Kepada anggota pengurus 五時 日 語 う い, Irwan 会長,
Rasyid, Kak Melani dan Kak Hanum. Terima kasih atas dukungan dan doa
yang telah diberikan kepada penulis.
14.Kepada Fenny dan Jellin Wargani, terima kasih atas dukungan dan doa yang
telah diberikan kepada penulis. Terima kasih juga telah menjadi teman terbaik
bagi penulis dari masa sekolah sampai sekarang.
15.Kepada Hendro, terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, dukungan
baik moril maupun materil, semangat, motivasi dan doa yang telah diberikan
kepada penulis.
16.Kepada bang Joko, terima kasih atas bantuan dan pertolongan dalam mengurus
segala berkas-berkas untuk kelancaran skripsi ini
Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan kepada orang-orang yang
telah disebutkan ataupun tidak disebutkan atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan.
Medan, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Rumusan Masalah... 4
1.3Ruang Lingkup Pembahasan... 4
1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori... 5
1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9
1.6Metode Penelitian... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA DAN PARTIKEL SHUUJOSHI –YO 2.1 Fungsi 2.1.1 Pengertian Fungsi... 11
2.1.2 Jenis-Jenis Fungsi ... 12
2.2 Makna 2.2.1 Pengertian Makna... 14
2.2.2 Jenis-Jenis Makna... 14
2.3.2 Jenis-Jenis Partikel... 20
2.4 Partikel –Yo 2.4.1 Pengertian Shuujoshi... 21
2.4.2 Fungsi Shuujoshi –Yo... 22
2.4.3 Makna Shuujoshi –Yo... 24
BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SHUUJOSHI –YO DALAM KOMIK “AKACHAN TO BOKU” VOLUME 1 KARYA MARIMO RAGAWA 3.1 Shuujoshi –Yo Yang Menyatakan Ajakan... 27
3.2 Shuujoshi –Yo Yang Menyatakan Permohonan... 31
3.3 Shuujoshi –Yo Yang Menyatakan Kepastian... 35
3.4 Shuujoshi –Yo Yang Menyatakan Omelan atau Hinaan... 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan... 42
4.2 Saran... 43
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Bahasa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu maksud dan
tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,
perasaan dan pendapat yang kita utarakan. Hal itu dikarenakan lawan bicara dapat
memahami makna dari pembicaraan tersebut. Penutur hendak menyampaikan makna
dan peserta tutur menangkap makna pula.
Kajian makna termasuk ke dalam semantik. Semantik adalah bidang studi
dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti bahasa. Objek kajian semantik
antara lain fungsi dan makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat.
Skripsi ini berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Shuujoshi –Yo Dalam Komik
Akachan To Boku Volume 1 Karya Marimo Ragawa” ini membahas mengenai fungsi
dan makna shuujoshi –yo khususnya dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya
Marimo Ragawa.
Shuujoshi –yo dalam kalimat bahasa Jepang termasuk ke dalam joshi.
Shuujoshi –yo adalah joshi yang terletak di akhir kalimat yang berfungsi untuk
menyatakan suatu perasaan yang dirasakan pembicara pada waktu mengucapkan
kalimat yang bersangkutan. Shuujoshi –yo mungkin dapat didefinisikan sebagai
bagian yang tidak dapat ditafsirkan dalam sebuah percakapan, memiliki kemutlakan
arti sendiri yang bebas ikatan, dan dapat melengkapi dirinya sendiri dalam
bagian-bagian pembicaraan. Oleh karena itu, shuujoshi –yo menempatkan dirinya dalam
Dalam penulisan skripsi ini membahas masing-masing lima buah contoh
fungsi shuujoshi –yo yang dikemukakan oleh Chino. Fungsi shuujoshi –yo yang
dikemukakan oleh Chino antara lain shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan,
shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan, shuujoshi –yo yang menyatakan
kepastian, dan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau hinaan. Seluruh contoh
kalimat shuujoshi –yo diambil secara acak dari komik Akachan To Boku Volume 1
karya Marimo Ragawa.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan makna shuujoshi
–yo secara umum, kemudian mengetahui fungsi dan makna shuujoshi –yo dalam
kalimat-kalimat percakapan di dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya
Marimo Ragawa. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini menggunakan metode
deskriptif dengan cara menguraikan arti dan pembagian fungsi dan makna shuujoshi –
yo dari teori linguistik yang dikemukakan oleh para pakar, mengumpulkan data
shuujoshi –yo yang ada dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo
Ragawa, mengelompokkan kalimat shuujoshi –yo berdasarkan teori fungsi shuujoshi
–yo oleh Chino dan menginterpretasikan makna shuujoshi –yo pada kalimat tersebut
dengan partikel bahasa prokem Indonesia.
Menurut Chino, fungsi shuujoshi –yo terbagi menjadi empat jenis yaitu
shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan, shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan,
shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian, dan shuujoshi –yo yang menyatakan
omelan atau hinaan. Sedangkan partikel bahasa prokem Indonesia yang memiliki
kaitan dengan teori fungsi Chino adalah ‘loh’, ‘ya’, ‘sih’, ‘kok’, ‘yuk’ dan ‘kan’.
1. 拓也 一緒 遊 い
Takuya, issho ni asonde koi yo
2. 私 家 来 い
Watashi no ie ni mo kite kudasai yo
3. 明日 う発表会
Ashita wa mou happyoukai yo
4. 実 人 寝
Minoru, nande hito no ue de neten da yo
Dari contoh di atas, dapat dikatakan bahwa shuujoshi –yo memiliki fungsi dan
makna yang berbeda antara kalimat-kalimat tersebut. Pada contoh kalimat yang
pertama, shuujoshi –yo tersebut berfungsi sebagai ajakan dan bermakna ‘yuk’. Hal itu
ditandai dengan pemakaian kata koi sebelum shuujoshi –yo. Pada contoh kalimat
kedua, shuujoshi –yo tersebut berfungsi sebagai permohonan dan bermakna ‘ya’. Hal
itu ditandai dengan penggunaan pola kalimat –te kudasai sebelum shuujoshi –yo. Pada
contoh kalimat ketiga, shuujoshi –yo tersebut berfungsi untuk menyatakan kepastian
dan bermakna ‘loh’. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata mou sebelum shuujoshi
–yo yang menyatakan keterangan waktu. Pada contoh kalimat keempat, shuujoshi –yo
tersebut berfungsi sebagai omelan atau hinaan dan bermakna ‘sih’. Hal ini ditandai
dengan penggunaan kata nande sebelum shuujoshi –yo.
Berdasarkan hasil analisis, terdapat 88 buah kalimat yang memiliki shuujoshi
–yo yang ada dalam komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa.
‘ayo’, shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan ada 4 buah kalimat dan bermakna
‘ya’, shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian ada 72 buah kalimat dan bermakna
‘ya’, ‘loh’, dan ‘kok’, dan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau hinaan ada 7
要旨
言語 あ 目的 目標 届け ュニケー ョン手 あ
言葉 使用 時 人 私 何 言う目的 意見 注文 感動 分
相手 話 意味 分 あ 話 手 意味 伝
え 相手 意味 理解
意味 研究 意味論 入 意味論 言語 意味 学ぶ言語学 中
あ 分野 いう意味 あ 意味論 研究対象 わ 語 機能 意味
語 意味関係 句 意味 文 意味 あ
論文 羅川真里茂 作 第一巻 赤 僕 いう漫画
け ー 終助詞 意味 機能 分析 いう題 あ
日 語文法 中 終助詞 助詞 入 終助
詞 文 言う時 話 手 感動 気持 言明 機能 文
あ 助詞 いう意味 あ 終助詞 会話 解釈 い文
不組合 自分 相対的意味 持 話文 自分 完備 ぶ
定義 終助詞 的意味 いう
入
論文 書 中 Chino 終助詞 機能
五 例 研究 Chino 終助詞 機能 わ 誘
う言明 願う言明 確実言明 陰口 侮辱言明 あ 全文 終助
詞 例文 羅川真里茂 作 第一巻 赤 僕 いう漫画 手
論文 書 一般的 終助詞 意味 機能 知
羅川真里茂 作 第一巻 赤 僕 いう漫画 会話
文 あ 終助詞 意味 機能 知 論文 書
専門家 言語学理論 終助詞 意味 機能 意味 分
配 説明 羅川真里茂 作 第一巻 赤 僕 いう漫画 中 あ
終助詞 ータ 集 Chino 終助詞 機能
理論 終助詞 文 分類 ン ネ 若者 言葉
助詞 文 あ 終助詞 意味 解釈 説明方法 使う
Chino 終助詞 機能 四 あ わ 誘う言
明 願う言明 確実言明 陰口 侮辱言明 あ 一方 Chino
終助詞 機能 理論 ン ネ 若者 言葉 関係 い 助
詞 loh ya sih kok yuk kan あ
例文:
5. 拓也 一緒 遊 い
6. 私 家 来 い
7. 明日 う発表会
8. 実 人 寝
記 例文 う 文 終助詞 う意味 機能
い 一番目 文 終助詞 誘う言明 機能
あ yuk 意味 い 終助詞 前
う言明 機能 あ ya 意味 い
終助詞 前 い 文型 使用 署 番目 文
終助詞 確実言明 機能 あ loh 意味
い 終助詞 前 う 言葉 使用 署
四番目 文 終助詞 陰口 侮辱言明 機能 あ
sih 意味 い 終助詞 前
言葉 使用 署
分析 結果 羅川真里茂 作 第一巻 赤
僕 いう漫画 あ 終助詞 あ 文 八十八 あ 誘う言明
終助詞 あ 文 五 あ yuk ayo 意味
願う言明 終助詞 あ 文 四 あ ya 意味 確実言
明 終助詞 あ 文 七十 あ ya loh kok
意味 陰口 侮辱言明 終助詞 あ 文 七 あ sih
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sarana manusia dalam menyampaikan suatu maksud dan
tujuan. Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna
dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional,
yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan
perasaan dan pikiran. Dalam pengertian tersebut memilik dua komponen penting,
yakni arbitrer yang berarti terpola dan konvensional yang berarti disepakati.
Hampir sama dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan
definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk
menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain. Ketika
kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan, perasaan dan
pendapat yang kita utarakan karena dia memahami makna dari pembicaraan tersebut.
Parera (2004:2) menyatakan bahwa penutur hendak menyampaikan makna dan
peserta tutur menangkap makna pula. Kajian makna dalam bahasa termasuk dalam
semantik. Kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari
bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya
adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksud
dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata sema itu adalah linguistik.
Semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti
Sutedi (2004:114) menjabarkan beberapa jenis makna, yaitu makna leksikal,
makna gramatikal, makna denotatif, makna konotatif, makna dasar dan makna
perluasan. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang
sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata
dalam kehidupan kita (Chaer, 1995:60). Makna leksikal dari suatu kata adalah
gambaran yang nyata tentang suatu konsep seperti yang dilambangkan kata tersebut.
Makna leksikal suatu kata sudah jelas bagi seorang bahasawan tanpa kehadiran kata
tersebut dalam suatu konteks kalimat.
Sutedi (2004:115) menyatakan bahwa makna gramatikal dalam bahasa Jepang
disebut Bunpouteki-imi (文法的―意味) yaitu makna yang muncul akibat proses
gramatikalnya. Chaer (1995:62) menyatakan bahwa makna gramatikal adalah makna
yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses
reduplikasi, dan proses komposisi.
Akhiran –yo dalam kalimat bahasa Jepang termasuk ke dalam joshi (助詞). Chino
(1992:vii) menyatakan bahwa sebuah partikel (助詞) mungkin dapat didefinisikan
sebagai bagian yang tak dapat ditafsirkan dalam sebuah percakapan, memiliki
kemutlakan arti sendiri yang bebas ikatan, melengkapi dirinya sendiri dalam
bagian-bagian pembicaraan, yang dengan demikian, ia menempatkan dirinya dalam sebuah
konteks. Situmorang (2010:50) menyatakan bahwa joshi (助詞) merupakan kata bantu
yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak berkonjugasi, tidak menjadi subjek, objek,
predikat, dan keterangan dalam kalimat, selalu mengikuti kata lain, dan ada yang
Shuujoshi –yo (- ) yang diletakkan pada akhir kalimat menyatakan beberapa
maksud. Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang memiliki shuujoshi –yo (- )
yang diambil dari komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa.
Contoh Kalimat:
1. 拓也
Takuya oniichan ni natta no yo.
Takuya sekarang sudah jadi kakak loh.
2. あー う 一人 泣い !!
Aa~ Mou hitori de naiteru yo!!
Sudah! Nangis sendiri lah!!
3. 拓也 実 反省 い 許
Takuya.. Minoru datte hansei shiteru jyanai ka. Yurushite yare yo.
Takuya.. Minoru kan sudah menyesal. Maafkan dia ya.
Shuujoshi –yo (- ) pada contoh pertama menunjukkan penekanan pada sebuah
berita, kabar ataupun pendapat kepada lawan bicara. Shuujoshi –yo (- ) dalam
Pada contoh kalimat kedua, shuujoshi –yo (- ) menunjukkan ekspresi marah,
kesal, ataupun omelan. Shuujoshi –yo (- ) dalam contoh kalimat tersebut bermakna
‘lah’ dan bermakna negatif.
Pada contoh kalimat ketiga, shuujoshi –yo (- ) menunjukkan suatu permohonan,
permintaan, ajakan ataupun saran. Shuujoshi –yo (- ) dalam contoh kalimat tersebut
bermakna ‘ya’.
Dari beberapa contoh kalimat di atas, fungsi shuujoshi –yo (- ) memiliki banyak
jenis fungsi dan makna. Hal inilah yang menarik penulis untuk membahas shuujoshi –
yo (- ) di dalam komik Akachan To Boku volume 1 karya Marimo Ragawa tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Shuujoshi –yo paling banyak digunakan di dalam berbagai situasi percakapan
di dalam komik Akachan To Boku volume 1 karya Marimo Ragawa, namun memiliki
fungsi dan makna tersendiri. Penulis menemukan beberapa kesulitan untuk
membedakan fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) dalam kalimat bahasa Jepang.
Agar penelitian tidak terlalu luas, penelitian ini mengacu pada fungsi dan makna
shuujoshi –yo (- ) dalam komik Akachan To Boku volume 1 karya MarimoRagawa.
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain:
1. Apa fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) secara umum dalam kalimat
2. Apa fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) dalam komik Akachan To Boku
volume 1 karya Marimo Ragawa?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Penelitian hanya difokuskan kepada pembahasan fungsi dan makna shuujoshi –yo
(- ) yang ada pada percakapan-percakapan yang terdapat di dalam komik Akachan
To Boku volume 1 karya Marimo Ragawa. Penulis akan mengklarifikasikan dan
menganalisis jenis shuujoshi –yo (- ) berdasarkan fungsinya masing-masing
sebanyak lima cuplikan dari komik Akachan To Boku volume 1 karya Marimo
Ragawa antara lain untuk menyatakan ajakan, menyatakan permohonan, menyatakan
kepastian, dan menyatakan omelan atau hinaan.
Sebelum menjelaskan fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ), penulis menguraikan
joshi, shuujoshi, fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ).
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Di dalam penelitian makna, ilmu yang digunakan dalam linguistik adalah ilmu
semantik. Semantik merupakan salah satu cabang dari linguistik yang mengkaji
tentang makna. Sutedi (2004:111) menyatakan bahwa objek kajian semantik adalah
makna kata (語 意味), relasi makna (語 意味関係), makna frase(句 意味), dan
Makna dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu makna gramatikal dan makna
leksikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang
sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata
dalam kehidupan kita (Chaer, 1995:60). Masih menurut Chaer (1995:62), bahwa
makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal
seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
Di dalam bahasa Jepang, frase harus diikuti oleh joshi (助詞).Joshi (助詞) adalah
kelas kata yang termasuk ke dalam fuzokugo (付属語) yang dipakai setelah suatu kata
untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut lebih jelas lagi (Sudjianto,
2004:181).
1.4.2 Kerangka Teori
Menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna suatu
kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal,
leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa
untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara
struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih
luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek.
Selain fungsi, penelitian ini juga membahas tentang makna. Hal ini
dikarenakan fungsi dan makna memiliki kesinambungan dan tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah:
(1) maksud pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi
atau perilaku manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan
atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang
Shuujoshi –yo (- ) memiliki beberapa fungsi dan makna. Chino (1992:122)
menjelaskan bahwa shuujoshi –yo (- ) memiliki beberapa fungsi dan makna, antara
lain:
1. Mengajak untuk perbuatan sebagai rangkaian dari suatu perbuatan yang
lain.
Contoh :
う いぶ 歩い 休 う
Mou daibu aruita kara, chotto yasumou yo.
Karena sudah berjalan cukup banyak, mari istirahat sebentar.
2. Menunjukkan suatu permohonan yang kadang maknanya lebih keras
daripada shuujoshi –ne (- ).
Contoh :
私 家 来 い
Watashi no ie ni mo kite kudasai yo.
Silahkan datang ke rumah saya juga.
3. Menunjukkan suatu pernyataan untuk memastikan
いいえ 恵子 小学校 去年 出 う13歳
Iie, Keiko wa shougakkou o kyonen demashita kara, mou jyuusan sai
desu yo.
Bukan, Keiko lulus sekolah dasar tahun lalu, jadi dia sudah genap 13
tahun.
4. Menunjukkan omelan atau menghina
Contoh :
あ 人 いわ !
Ano hito wa shigoto ga dekinai wa yo!
Dia tidak dapat melaksanankan perkerjaan!
Shuujoshi –yo (- ) tidak memiliki makna yang pasti. Chino (1992:120)
mengatakan bahwa shuujoshi –yo (- ) dipakai untuk menyampaikan nuansa emosi,
sering tanpa menyampaikan isi dan makna kalimat secara terus terang. Jika kalimat
yang memiliki shuujoshi –yo (- ) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, makna
shuujoshi –yo (- ) tersebut akan menjadi partikel bahasa prokem. Di dalam
http://bambang7714.wordpress.com, shuujoshi –yo (- ) atau sentence ending particle
diterjemahkan menjadi ‘loh’ dan ‘kok’ yang merupakan partikel bahasa prokem.
kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh Bahasa Indonesia Baku seperti
tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati/ekspresi pembicara,
dan suasana ketika kalimat tersebut diucapkan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem). Partikel bahasa prokem yang mewakili
makna dari teori fungsi shuujoshi –yo (- ) yang dikemukanan oleh Chino antara lain
‘loh’, ‘ya’, ‘sih’, ‘kok’, ‘yuk’, dan ‘kan’.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem), antara lain:
1. ‘Loh’
Kata informatif, untuk memastikan / menekankan suatu hal.
2. ‘Ya’
Memberi pembenaran atau meyakinkan pernyataan atau opini yang diucapkan.
3. ‘Sih’
Mengakhiri satu pernyataan sebelum memulai pernyataan yang bertentangan.
4. ‘Kok’
Memberi penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat.
5. ‘Yuk’
Menyatakan ajakan untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan.
6. ‘Kan’
Menyatakan suatu sebab yang pasti (pernyataan).
Shuujoshi –yo (- ) tidak dapat dimaknai secara mandiri. Untuk melihat fungsi
Makna kontekstual adalah makna yang muncul sesuai dengan konteks makna kata
tersebut digunakan. Artinya, makna tersebut muncul sebagai makna tambahan
disamping makna sebenarnya berupa kesan-kesan yang ditimbulkan oleh sebab atau
situasi tertentu (http://archigakiarataka.blogspot.com).
Untuk membahas fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) pada komik Akachan
To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa, penulis menggunakan teori fungsi dan
makna menurut pendapat Kridalaksana (2008:67,132), teori fungsi dan makna
shuujoshi –yo (- ) menurut pendapat Chino (1992:122-124) yang disempurnakan
dengan makna terjemahan partikel prokem bahasa Indonesia dari situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem, dan teori makna kontekstual yang
dikutip dari situs http://archigakiarataka.blogspot.com.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) dalam
kalimat-kalimat bahasa Jepang secara umum.
2. Untuk mendeskripsikan fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) dalam
kalimat-kalimat percakapan di dalam komik Akachan To Boku Volume 1
1.5.2 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat mengetahui fungsi dan makna shuujoshi –yo (- ) di dalam kalimat
bahasa Jepang.
2. Dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa Departemen Sastra Jepang dalam
penelitian lain selanjutnya.
1.6 Metode Penelitian
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan atau library research. Metode
kepustakaan ( Library Reseach ) adalah mengumpulkan data dengan membaca
buku-buku yang relevan untuk membantu di dalam menyelesaikan dan juga untuk
melengkapi data yang berhubungan dengan masalah yang dibahas
(www.fourseasonnews.com).
Data diperoleh dari komik Akachan To Boku Volume 1 karya Marimo Ragawa.
Kemudian penulis mengambil data shuujoshi –yo (- ) yang ada di dalam komik
Akachan To Boku Volume 1, mengelompokkan kalimat yang memiliki shuujoshi
–yo (- ) berdasarkan teori dan menginterpretasikan makna shuujoshi –yo (- )
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA DAN PARTIKEL SHUUJOSHI –YO
2.1 Fungsi
2.1.1 Pengertian Fungsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi fungsi dalam linguistik adalah
peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas seperti nomina yang
berfungsi sebagai subjek (http://kbbi.web.id).
Menurut Halliday dalam Tagor (2008:62) memberikan definisi tentang fungsi
yaitu suatu konsep abstrak yang berperan dalam mengungkapkan hakekat realita
sosial melalui wahana bahasa. Melalui definisi fungsi tersebut, dapat dilihat bahwa
segala aspek sosialisasi bahasa dan konsekuensinya merupakan bagian dari fenomena
penggunaan bahasa.
Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah: (1) beban makna
suatu kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur
gramatikal, leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan
bahasa untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya
secara struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis
yang lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi adalah suatu
kronologis yang merupakan bagian dari fenomena penggunaan bahasa dalam sebuah
realita sosial.
2.1.2 Jenis –Jenis Fungsi
Menurut Pangaribuan (2008:63), fungsi terdiri atas tiga jenis, yaitu:
1. Fungsi Ideasional
Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran logis yang
diungkapkan melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindakan sosial apa,
kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain
2. Fungsi Interpersonal
Fungsi yang menjelaskan bagaimana hubungan antar partisipan yang
direalisasikan lewat bahasa melalui peran ungkapan, pilihan persona, modalitas
ungkapan, dan lain-lain.
3. Fungsi Tekstual
Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui
struktur informasi, kohesi dan unsur-unsur lain yang menyatakan bagaimana bahasa
itu melayani kepentingan partisipan.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id),
jenis-jenis fungsi dibagi menjadi empat jenis-jenis, yaitu :
1. Fungsi Ekspresif
Penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan
2. Fungsi Fatis
Penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara
dan pendengar.
3. Fungsi Kognitif
Penggunaan bahasa untuk penalaran akal.
4. Fungsi Komunikatif
Penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis) dan
pendengar (pembaca)
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat fungsi terbagi atas :
1. Fungsi Ideasional / Kognitif
Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman, pemikiran logis dan
penalaran akal seperti peran, tindakan sosial, lokasi, dan lain-lain.
2. Fungsi Interpersonal / Fatis
Fungsi yang menjelaskan hubungan antar partisipan untuk mengadakan atau
memelihara kontak antara pembicara dan pendengar yang direalisasikan melalui
modalitas ungkapan, pilihan persona, dan lain-lain.
3. Fungsi Tekstual
Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui
struktur informasi, kohesi, dan unsur lain yang menyatakan proses bahasa itu
melayani kepentingan partisipan.
4. Fungsi Ekspresif
Fungsi yang menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi
5. Fungsi Komunikatif
Fungsi yang menunjukkan pengunaan bahasa untuk menyampaikan informasi
antara pembicara dan pendengar.
2.2 Makna
2.2.1 Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dan selalu melekat dari apa
saja yang kita tuturkan. Menurut Ferdinand de Saussure dalam Chaer (2007:287),
makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda
linguistik. Di dalam definisi makna tersebut, tanda linguistik berperan penting, baik
disamakan identitasnya dengan kata atau leksem ataupun disamakan identitasnya
dengan morfem.
Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: (1) maksud
pembicaraan; (2) pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku
manusia atau kelompok manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau
ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang
ditunjukkannya; (4) cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Kridalaksana dalam
Chaer (2007:287) juga mengatakan bahwa setiap tanda bahasa mengacu pada sesuatu
yang ditandai sehingga makna tutur tersebut dapat dimengerti oleh lawan bicara.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa makna adalah maksud
dan arti dari sebuah tuturan yang terkandung dalam sebuah tanda bahasa atau tanda
2.2.2 Jenis-Jenis Makna
Chaer (2007:289) membagi jenis-jenis makna ke dalam tiga belas jenis, yaitu:
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau pada leksem meski tanpa konteks
apapun. Dapat dikatakan juga bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya,
makna yang sesuai dengan hasil observasi indra dan makna apa adanya (makna
kamus).
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul ketika terjadi proses gramatikal,
seperti afiksasi (proses pembubuhan morfem pada sebuah bentuk dasar), reduplikasi
(proses pengulangan bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian, maupun
perubahan bunyi), dan komposisi (proses penggabungan antar morfem dasar, baik
bebas ataupun terikat sehingga terbentuk konstruksi yang memiliki identitas leksikal
yang baru).
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna yang muncul sesuai dengan situasi kalimat,
yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa yang bersangkutan.
4. Makna Referensial
Makna referensial adalah makna yang memiliki referensnya atau acuannya dalam
dunia nyata, seperti kata “kuda”, “merah”, “gambar” dan lain-lain.
5. Makna Non-Referensial
Makna non-referensial adalah makna yang tidak memiliki referens atau acuan
6. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang
dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif sama dengan makna leksikal.
7. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna tambahan pada makna denotatif yang berhubungan
dengan nilai rasa dari pribadi atau kelompok yang menggunankan kata yang
bersangkutan. Makna konotatif dibagi menjadi dua jenis yaitu konotasi postif
(mengandung arti yang baik) dan konotasi negatif (mengandung arti yang buruk).
8. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem, terlepas dari
konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual sama dengan makna leksikal, makna
denotatif dan makna referensial.
9. Makna Asosiatif
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang
berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan sesuatu yang berada di luar bahasa,
seperti kata “merah” berasosiasi dengan keberanian, kata “putih” yang berasosiasi
dengan kesucian, dan lain-lain.
10.Makna Kata
Makna kata adalah makna yang muncul ketika sudah berada di dalam konteks
kalimat atau konteks situasi. Hal itu dikarenakan makna kata yang terkandung dalam
sebuah kata tidak memiliki arti yang jelas dan pasti jika berdiri sendiri. Contohnya
kata “jatuh” tidak memiliki arti yang jelas sebelum berada dalam sebuah konteks
11.Makna Istilah
Makna istilah adalah makna yang sudah pasti, jelas dan tidak diragukan meskipun
tanpa berada dalam konteks kalimat, misalnya kata “lengan” dan “tangan”memiliki
makna yang berbeda yaitu “lengan” adalah bagian pergelangan sampai pangkal bahu
dan “tangan” adalah bagian pergelangan sampai jari tangan.
12.Makna Idiom
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan dari makna
unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Makna idiom dibagi menjadi 2
jenis yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang semua
unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan, sehingga makna yang dimiliki berasal
dari kesatuan tersebut, seperti “banting tulang”, “naik daun”, “jual gigi” dan lain-lain.
Idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal,
seperti “daftar hitam”, “mata tajam”, dan lain-lain.
13.Peribahasa
Peribahasa adalah makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna
unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai
peribahasa. Contohnya peribahasa “seperti anjing dan kucing” yang berarti tidak
pernah akur karena memiliki asosiasi bahwa anjing dan kucing merupakan binatang
yang selalu berkelahi dan tidak pernah damai.
Sedangkan Sutedi (2004:106) mengemukakan 6 jenis makna dalam bahasa
1. Makna Leksikal
Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut dengan jishoteki imi (辞書的意味)
atau goiteki imi (語彙的意味). Makna leksikal adalah makna yang sesungguhnya
sesuai dengan hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikal (makna asli).
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki imi (文法的意味).
Makna gramatikal adalah makna yang muncul akibat proses gramatikal.
3. Makna Denotatif
Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi (明示的意味) atau
gaien (外延). Makna denotatif adalah makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa
seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.
4. Makna Konotatif
Makna konotatif dalam bahasa Jepang disebut anjiteki imi (暗示的意味) atau
naihou (内包). Makna konotatif adalah makna yang ditimbulkan karena perasaan atau
pikiran pembicara dan lawan bicaranya.
5. Makna Dasar
Makna dasar dalam bahasa Jepang disebut kihongi (基 儀). Makna dasar adalah
makna asli yang dimiliki oleh suatu kata yang masih digunakan pada masa sekarang
6. Makna Perluasan
Makna perluasan dalam bahasa Jepang disebut tengi (転義). Makna perluasan
adalah makna yang muncul dari hasil perluasan makna dasar yang diantaranya akibat
penggunaan kiasan (majas).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat makna terbagi atas 15 jenis, yaitu
makna leksikal atau jishoteki imi (辞書的意味), makna gramatikal atau bunpouteki
imi (文法的意味), makna denotatif atau meijiteki imi (明示的意味), makna konotatif
atau anjiteki imi (暗示的意味), makna kontekstual, makna referensial, makna
non-referensial, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna
idiom dan peribahasa.
2.3 Partikel
2.3.1 Pengertian Partikel
Partikel di dalam bahasa Jepang disebut joshi (助詞). Istilah joshi (助詞)
terdiri dari dua buah kanji, yaitu kanji jo (助) dan shi (詞). Kanji jo (助) dapat dibaca
tasukeru yang berarti membantu atau menolong. Kanji shi (詞) yang memiliki makna
yang sama dengan istilah kotoba (言葉) yang berarti kata, perkataan atau bahasa. Bila
digabungkan, maka joshi (助 詞) dapat diartikan sebagai kata bantu (partikel)
(Situmorang, 2010:50).
Sedangkan Sutedi (2003:106) menyatakan bahwa joshi (助詞) tidak memiliki
makna leksikal namun memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika
Sudjianto (2007:1) mengatakan bahwa joshi (助 詞) merupakan sebuah
postposisi, dimana letak joshi (助詞) pada kalimat selalu menempati posisi setelah
kata lain.
Contoh:
私 う友 ャ タ 行
Watashi wa kinou tomodachi to jakaruta e ikimashita.
Kemarin saya bersama teman pergi ke Jakarta
Diantara 5 bunsetsu di atas, ada yang mengandung joshi (助詞) yaitu “watashi
wa”, “tomodachi to”, dan “jakaruta e”. Joshi (助詞) “wa” menempati posisi setelah
nomina “watashi”, joshi (助詞) “to” menempati posisi setelah nomina “tomodachi”,
dan joshi “e” menempati posisi setelah nomina “jakaruta”.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa joshi (助詞) adalah kata bantu
atau partikel yang selalu menempati posisi setelah kata lain dan tidak memiliki makna
leksikal namum memiliki makna gramatikal.
Situmorang (2010:50-51) menjabarkan ciri-ciri joshi (助詞) sebagai berikut :
1. Tidak dapat berdiri sendiri.
2. Tidak berkonjugasi.
3. Tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan di dalam kalimat.
5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang berfungsi memberi arti pada
kata lain.
2.3.2 Jenis-Jenis Partikel
Sudjianto (2007:4) membagi partikel (joshi) menjadi empat jenis, yaitu:
1. Fukujoshi (副助詞)
Joshi (助詞) yang berfungsi sebagai penghubung kata-kata yang ada sebelumnya
dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Joshi (助詞) dalam kelompok
fukujoshi (副助詞) biasanya dipakai setelah nomina, verba, adjektiva –i, adjektiva –
na, adverbia, bahkan ada juga yang dipakai setelah partikel lainnya. Joshi (助詞) yang
termasuk dalam fukujoshi (副助詞) yaitu bakari, dake, demo, hodo, ka, kiri, koso,
kurai/gurai, made, mo, nado, nari, noni, sae, shika, wa,dan yara.
2. Kakujoshi (格助詞)
Joshi (助 詞) yang diletakkan setelah taigen atau meishi (nomina) untuk
menyatakan hubungan antar bunsetsu. Kakujoshi (格 助 詞) yang menyatakan
hubungan antar nomina yang ada sebelumnya dengan nomina yang ada pada bagian
berikutnya menggunakan joshi no, to, ya. Kakujoshi (格助詞) yang menyatakan
hubungan nomina yang ada sebelumnya dengan predikat pada kalimat menggunakan
joshide, e, ga, kara, ni, o, dan yori.
3. Setsuzokujoshi (接続助詞)
Joshi (助 詞) yang berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian kalimat.
adjektiva –na). Namun ada juga setsuzokujoshi (接続助詞) yang dipakai setelah
nomina ataupun verba bantu. Joshi (助詞) yang termasuk ke kelompok setsuzokujoshi
(接続助詞) yaitu ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari, te, temo, dan
to.
4. Shuujoshi (終助詞)
Joshi (助詞) yang terletak di akhir kalimat yang berfungsi untuk menyatakan
suatu perasaan (kandou) yang dirasakan pembicara pada waktu mengucapkan kalimat
yang bersangkutan. Joshi (助詞) yang termasuk ke kelompok shuujoshi (終助詞)
yaitu ka, kashira, kke, na/naa, ne/nee, no, sa, tomo, wa, ya, yo, ze, zo.
2.4 Partikel –Yo
2.4.1 Pengertian Shuujoshi
Dalam bahasa Jepang, terdapat sekelompok partikel yang umum diletakkan di
bagian akhir kalimat (sentence final particle). Parikel-partikel ini umumnya berfungsi
untuk menjalankan konteks dari kalimat awalnya, apakah itu untuk bertanya,
menegaskan opini, melakukan persuasi, ataupun lain sebagainya.
(http://sora9n.wordpress.com). Partikel di bagian akhir kalimat itu disebut shuujoshi
(終助詞).
Istilah shuujoshi (終助詞) terdiri dari dua bagian kanji, yaitu kanji shuu (終)
dan joshi (助詞). Kanji shuu (終) dapat dibaca owari yang berarti akhir atau berakhir.
Sudjianto (2004:182) menyatakan bahwa joshi yang termasuk shuujoshi
umumnya dipakai setelah berbagai macam kata pada bagian akhir kalimat untuk
menyatakan suatu pernyataan, larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya.
Chino (1992:120) menyatakan bahwa shuujoshi biasanya dipakai dalam
bahasa percakapan, diucapkan mengikuti nada suara yang dipakai, untuk
menyampaikan nuansa emosi, sering tanpa menyampaikan isi kalimat secara terus
terang. Dengan adanya penggunaan shuujoshi, konteks kalimat dapat diperlembut
ataupun dipertegas. Shuujoshi (終助詞) yang digunakan dalam bahasa percakapan
yaitu ka, kashira, kke, na/naa, ne/nee, no, sa, tomo, wa, ya, yo, ze, zo.
2.4.2 Fungsi Shuujoshi –Yo
Chino (1992:122) menjelaskan bahwa shuujoshi –yo (- ) memiliki beberapa
fungsi, antara lain:
5. Mengajak untuk perbuatan sebagai rangkaian dari suatu perbuatan yang lain
(ajakan). Shuujoshi –yo dapat dipakai dalam ungkapan yang berbentuk ajakan
atau perintah.
Contoh :
う いぶ 歩い 休 う
Mou daibu aruita kara, chotto yasumou yo.
6. Menunjukkan suatu permohonan yang kadang maknanya lebih keras daripada
shuujoshi –ne (- ). Konteks memohon dan meminta tolong dalam fungsi ini
terkesan tegas, mendalam atau bersungguh-sungguh.
Contoh :
私 家 来 い
Watashi no ie ni mo kite kudasai yo.
Silahkan datang ke rumah saya juga.
7. Menunjukkan suatu pernyataan untuk memastikan atau menjelaskan. Penutur
berusaha memastikan ataupun memperbaiki informasi yang diterimanya. Penutur
juga dapat menekankan arti yang ingin disampaikan lewat fungsi ini.
Contoh :
いいえ 恵子 小学校 去年 出 う13歳
Iie, Keiko wa shougakkou o kyonen demashita kara, mou jyuusan sai
desu yo.
Bukan, Keiko lulus sekolah dasar tahun lalu, jadi dia sudah genap 13
tahun.
8. Menunjukkan omelan, amarah atau menghina
Contoh :
Dia tidak dapat melaksanankan perkerjaan!
2.4.3 Makna Shuujoshi –Yo
Di dalam memaknai shuujoshi –yo, makna terdapat pada konteks percakapan.
Hal ini dikarenakan shuujoshi –yo termasuk ke dalam jenis joshi merupakan makna
kontekstual dan tidak dapat berdiri sendiri untuk mendapatkan makna leksikalnya
(Sudjianto, 2007:3).
Shuujoshi –yo tidak memiliki makna yang pasti. Chino (1992:120)
mengatakan bahwa shuujoshi –yo dipakai untuk menyampaikan nuansa emosi, sering
tanpa menyampaikan isi dan makna kalimat secara terus terang.
Kalimat yang memiliki shuujoshi –yo bila diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, akan dimaknai menjadi partikel bahasa prokem. Partikel bahasa prokem
yang mewakili makna dan berkesinambungan dengan teori fungsi shuujoshi –yo yang
dikemukanan oleh Chino (1992:122) yaitu :
7. ‘Loh’
Kata informatif, untuk memastikan / menekankan suatu hal. Bisa juga digunakan
untuk membantah pernyataan yang diterima si pendengar.
Contoh :
a. Nanti kamu kedinginan loh
8. ‘Ya’
Pembenaran, penekanan, meyakinkan atau persetujuan atas pernyataan atau opini
yang diucapkan.
Contoh :
- Aku pulang duluan ya
- Pelajar di sekolah itu pintar-pintar ya
9. ‘Sih’
Mengakhiri satu pernyataan yang bertentangan. Biasanya dipakai dalam konteks
kekesalan akan pernyataan sebelumnya.
Contoh :
a. Kamu sendiri yang minta sih
b. Ini semua salah kamu sih
10.‘Kok’
Memberi penekanan atas kebenaran pernyataan yang dibuat. Pernyataan tersebut
lebih ditekankan untuk membuktikan pernyataan sebelumnya adalah tidak benar
adanya.
Contoh :
a. Saya dari tadi di sini kok
b. Dia sudah makan kok
Menyatakan ajakan untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan.
Contoh :
- Kita makan dulu yuk
- Sebelum tidur, gosok gigi dulu yuk
12.‘Kan’
Menyatakan suatu sebab yang pasti (pernyataan).
Contoh :
- Dia sudah bisa sendiri kan
- Bagus kan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_prokem)
Fungsi shuujoshi –yo yang memiliki kesinambungan antara fungsi dengan
maknanya. Namun tidak jarang terdapat shuujoshi –yo yang tidak memiliki makna
yang tepat, namun memiliki fungsi. Hal ini dikarenakan shuujoshi –yo tidak memiliki
makna leksikal namun tergantung kepada konteks dan situasi kalimat yang
BAB III
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA SHUUJOSHI –YO DALAM KOMIK “AKACHAN TO BOKU” VOLUME 1 KARYA MARIMO RAGAWA
3.1 Shuujoshi –Yo yang Menyatakan Ajakan
Cuplikan 1 : (Halaman 59)
Papa : 拓也 一緒 遊 い
Takuya, issho ni asonde koi yo
“Takuya, pergi main bersama yuk”
Takuya : 僕 一日 け 必要 い
Boku niwa ichi nichi no mama nante hitsuyou nai mon
“Aku tidak butuh mama hanya sehari saja”
Papa : い う け
Iya... Sore wa sou dake do...
“Bukan... Meskipun begitu....”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah untuk mengajak dan
bermakna ‘yuk’, dimana Papa berusaha ingin mencairkan suasana hati Takuya yang
Konteks mengajak pada cuplikan di atas ditandai dengan kata koi yang diucapkan
oleh Papa dan diakhiri dengan shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan.
Cuplikan 2 : (Halaman 109)
Siswi I : 前小 い子 一緒 所見
Kono mae chiisai ko to issho no tokoro mita
“Kemarin aku melihat dia bersama seorang anak kecil
di suatu tempat”
Siswi II : 弟 一 歳
Otouto datte mada ichi ni sai desho
“Adiknya baru berumur satu atau dua tahun kan”
Siswi I, II, dan III : え いわ ー 可 ー!
Eraiwane... demo kawaiso...
“Hebat ya.. tapi kasihan”
Gon : 俺ン 小 い い
俺 面倒
Oren toko ni mo chiisai no iru ze
Ore yoku mendou mitenda
Siswi II : あ ン
A Gon
“Ah Gon”
Gon : 可 相
慰
Kawaisou daro
Nagusametekure
“ Kasihan kan? Hibur aku dong”
Siswi I : 可 相 思え 顔立 いい人 け
Kawaisou tte omoeru nowa kao dachi no ii hito dake
nano
“ Rasa kasihanku cuma buat orang yang rupawan”
Takuya : ン ー
帰 う ー
Gon cha...n
Kaerou yo...
“ Gon... Ayo pulang yuk..”
Omae wa sono egao de hito wo taburakasu no ka
“ Kamu menipu orang dengan senyummu itu ya”
Takuya : ?
Ha?
“Ha?”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah untuk mengajak dan
bermakna ‘yuk’, dimana Takuya mengajak Gon untuk pulang bersama. Sebelumnya,
Gon terlibat percakapan dengan siswi-siswi di kelas. Di saat yang bersamaan, Takuya
ingin mengajak Gon untuk pulang bersama.
Ajakan Takuya menggunakan shuujoshi –yo terkesan lebih persuatif untuk
menarik Gon keluar dari percakapan dengan siswi-siswi itu dan mengikuti ajakan
Takuya untuk pulang bersama. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata kaerou yang
merupakan bentuk non-formal dari kaerimashou yang berfungsi sebagai ajakan dan
diakhiri dengan shuujoshi –yo yang menyatakan ajakan.
Cuplikan 3 : (Halaman 151)
Guru : 実君 様子 う わ
Minoru kun ga kocchi no yousu o ukagatteru wa
Takuya : 実 帰 !!
Minoru, kaeru yo!!
“Minoru, ayo pulang!!”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah untuk mengajak dan
bermakna ‘ayo’. Di dalam konteks cuplikan percakapan di atas, Takuya masih merasa
kesal dan belum bisa memaafkan kenakalan yang dilakukan oleh Minoru. Pada saat
menjemput Minoru pulang sekolah pun, ekspresi Takuya tetap dingin dan Minoru
terlihat merasa bersalah.
Makna shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas mengacu kepada ‘ayo’ daripada
‘yuk’. Hal ini dikarenakan Takuya masih merasa kesal terhadap Minoru, tetapi
Takuya harus menjemput Minoru di sekolah. Melihat Minoru yang masih merasa
bersalah dan mengintip keadaan di balik dinding, tanpa basa-basi Takuya mengajak
Minoru untuk pulang. Ajakan Takuya terkesan seperti perintah agar Minoru langsung
pulang tanpa basa-basi. Hal itu ditandai dalam penggunaan kata kaeru (bentuk kamus),
diakhiri dengan shuujoshi –yo dan tanda seru yang menunjukkan ketegasan dalam
pembicaraannya. Menggunakan makna ‘yuk’ terkesan seperti ajakan yang ramah dan
bersahabat, tetapi menggunakan makna ‘ayo’ dalam konteks bahasa Indonesia
Cuplikan 4 : (Halaman 164)
Takuya : 実― 食
実う TV 近 !!
Minoru... Gohan taberu yo
Minoru, TV ni chikazuki sugi datteba!!
“Minoru... Ayo makan”
“Minoru, jangan terlau dekat ke TV!!”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah untuk mengajak dan
bermakna ‘ayo’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Minoru masih menonton siaran
TV dengan jarak yang dekat pada waktu makan. Melihat hal tersebut, Takuya
menyuruh Minoru untuk makan dan tidak terlalu dekat menonton TV. Ajakan Takuya
dalam konteks percakapan di atas terkesan seperti perintah langsung dan harus segera
dilakukan agar Minoru langsung makan. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata
taberu (bentuk kamus) dan diikuti dengan shuujoshi –yo. Oleh karena itu, makna
shuujoshi –yo yang lebih tepat digunakan adalah ‘ayo’.
3.2 Shuujoshi –Yo yang Menyatakan Permohonan
Cuplikan 1 : (Halaman 33)
願い 拓也
Kawaigattene
Onegai yo, Takuya
“ Sayang-sayangi”
“ Tolong ya, Takuya”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah permohonan dan
bermakna ‘ya’. Konteks cuplikan di atas merupakan kenangan Takuya akan mandat
yang diberikan ibunya kepada Takuya untuk menjaga dan menyayangi Minoru. Ibu
Takuya menggunakan kata onegai dan diakhiri dengan shuujoshi -yo yang terkesan
memohon Takuya untuk selalu menjaga dan menyayangi Minoru sebagaimana
seorang kakak melindungi adiknya.
Cuplikan 2 : (Halaman 57)
Ooya : 榎木 実君私 抱
ケッ 持
拓也君行 う
Enoki san, Minoru kun watashi ni dakasete
“Enoki, biar saya yang gendong Minoru”
“Tolong bawa keranjangnya ya”
“Takuya, ayo jalan”
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah permohonan dan
bermakna ‘ya’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Ooya yang merupakan rekan
sekerja dari ayah Takuya berusaha mengambil langkah untuk berbaur dengan Takuya
dan Minoru. Pada saat itu, Ooya sedang membawa keranjang piknik ingin
menggendong Minoru. Ooya meminta tolong kepada ayah Takuya untuk memegang
keranjang piknik sehingga Ooya dapat menggendong Minoru. Hal itu ditandai dengan
kata motsu (bentuk kamus) yang diikuti shuujoshi –yo yang berfungsi untuk
permohonan yang bermakna ‘ya’ untuk menyatakan persetujuan atas permohonan
bantuan yang Ooya tuturkan kepada Papa.
Cuplikan 3 : (Halaman 173)
Tamadate : 明日僕 家 開
ク ー ー 来
Ashita bokun uchi hiraku
Kurisumasu pa-ti- kite yo
“Besok di rumahku ada perayaan natal”
“Datang ya”
拓也 母 死 い い ー
良 あ
Teme... Tamadate...
Takuya no okaachan shinde inaitte yu noni
Nani ga yokatta da...
“Hoi Tamadate!”
“ Takuya bilang mamanya sudah meninggal”
“Kenapa kamu malah bersyukur ha?”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah permohonan dan
bermakna ‘ya’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Tamadate tiba-tiba ikut di dalam
pembicaraan Takuya dan Gon. Tamadate yang tidak mengetahui percakapan Takuya
dan Gon yang sebelumnya dan memberitahukan Takuya tentang undangan pesta Natal
yang diadakan di kediaman Tamadate. Kalimat yang diucapkan oleh Tamadate
menyiratkan makna “tolong datang” dengan ditandai penggunaan kata kite yang
merupakan gabungan dari kata kuru dan bentuk te, yang lazimnya diikuti dengan kata
kudasai untuk memohon. Tetapi, shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas sudah
Cuplikan 4 : (Halaman 91)
Papa : 待 い
断 あ!?
Cho... Chotto matte kudasai yo
Kotowattan jyanakattan desuka!?
“Tunggu... Mohon tunggu sebentar ya”
“Bukankah saya sudah menolaknya!?”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah permohonan dan
bermakna ‘ya’. Di dalam konteks cuplikan di atas, ada yang mengetuk pintu rumah di
saat keluarga Enoki masih belum bangun pada jam 9 pagi. Tanpa mengetahui siapa
yang mengetuk pintu rumah, ayah Takuya bangun dan memohon kepada tamu yang
datang supaya menunggu sebentar dan membukakan pintu. Hal itu ditandai dengan
penggunaan shuujoshi –yo yang menyatakan permohonan setelah kata chotto matte
kudasai yang merupakan bentuk sopan dalam percakapan dimana Papa belum
mengetahui siapa tamu yang datang dan menggunakan bentuk sopan kepada tamu
3.3 Shuujoshi –Yo yang Menyatakan Kepastian
Cuplikan 1 : (Halaman 20)
Takuya : 実 僕 君主 い
う
忙 い 為
実 為
Minoru wa boku no kunshu jyanain da zo
Sou da yo
Isogashii papa no tame ni yatterun da
Minoru no tame nanka jya
“Minoru kan bukan rajaku”
“Iya ya”
“Aku melakukannya demi papa yang sibuk”
“Bukan demi Minoru”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian dan
bermakna ‘ya’. Konteks cuplikan di atas merupakan percakapan Takuya dengan
dirinya sendiri, dimana Takuya merasa bimbang akan apa yang dilakukannya selama
meyakinkan dirinya bahwa yang dilakukannya sampai saat ini hanya untuk membantu
meringankan beban ayahnya yang sibuk. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata sou
da yang diikuti shuujoshi –yo yang menyatakan kepastian dan pembenaran atas apa
yang dipikirkan oleh Takuya.
Cuplikan 2 : (Halaman 149)
Guru : ーい 集
明日 う発表会
ボン ッ 体操 覚え ?
い 今日 気 踊 う
Hai, minna atsumatte
Ashita wa mou happyoukai yo
Bonkikki taisou wa chantto oboetan kana?
Hai, sore jya kyou mo genki yoku odorou ne
“Ayo anak-anak semuanya berkumpul”
“Besok sudah hari pertunjukan loh”
“Kalian sudah menghafal senam Bonkikki dengan
baik?”
Analisis:
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian dan
bermakna ‘loh’. Di dalam konteks cuplikan di atas, guru taman kanak-kanak
mengingatkan dan menekankan kembali kepada murid-muridnya bahwa besok
merupakan hari pertunjukan agar murid-murid jadi lebih bersemangat untuk
mempersiapkan pertunjukan mereka. Hal itu ditandai dengan penggunaan kata
happyoukai (kata benda) dan diikuti dengan shuujoshi –yo yang menekankan kata
happyoukai sebelumnya.
Cuplikan 3 : (Halaman 39)
Papa : 拓也
Takuya
“Takuya”
Takuya : 何?
Nani?
“Apa?”
Papa : 前 当 息子 !!
う 実 前 可愛い
Omae tte hontou ni yoku dekita musuko da yo!!
“Kamu betul-betul anak yang baik ya!!”
“Oh iya Minoru, kamu juga manis kok”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian dan
bermakna ‘ya’ dan ‘kok’. Di dalam konteks cuplikan di atas, ayah Takuya merasa
sangat senang dan bahagia akan kemandirian dan tanggung jawab yang dilakukan
oleh Takuya. Oleh karena itu pada kalimat shuujoshi –yo yang pertama, ayah Takuya
mengekspresikan rasa bersyukurnya dengan memeluk Takuya dan meyakini
pernyataannya bahwa Takuya merupakan anak yang baik. Hal ini ditandai dengan
adanya kata hontou ni yang ada di tengah tuturan dan diakhiri dengan shuujoshi –yo
yang menunjukkan luapan hati yang diyakini oleh Papa kepada Takuya.
Melihat hal tersebut, Minoru yang masih kecil juga ingin merasakan hal yang
sama. Jadi ayah memeluk Minoru dan menambahkan pernyataan baru bahwa Minoru
adalah seorang anak yang lucu. Hal itu ditandai dengan adanya kata mo yang ada di
tengah tuturan dan diakhiri dengan shuujoshi –yo yang menggunakan makna ‘kok’
melalui kalimat shuujoshi –yo yang kedua.
Cuplikan 4 : (Halaman 63)
Papa : い い
実 大好 あ
Minoru wa oniichan daisuki da yo naa
“Tidak... Tidak ada apa-apa kok”
“Minoru sangat sayang kakak kan”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian dan
bermakna ‘kok’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Minoru merasa cemas akan
ekspresi Takuya yang murung dan ayahnya yang dingin dengan Takuya. Namun, ayah
Takuya mengklarifikasi dan menjelaskan kepada Minoru bahwa tidak terjadi apa-apa.
Hal itu ditandai dengan pernyataan nan demo nai dan diakhiri dengan shuujoshi –yo
yang menekankan kebenaran pernyataan tersebut.
Cuplikan 5 : (Halaman 139)
Takuya : 実 ク い
余計 覚え
写真整理 大人
Minoru, rakugaki surun jyanai
Mattaku... yokei na koto bakkari oboerun dakara
Shashin seiri suru kara, otona shiku shitero yo
“Kakak sedang menyusun foto, jangan iseng ya”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan kepastian
(nasehat) dan bermakna ‘ya’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Minoru sedang
bermain dengan spidol dan mencoreti dinding. Takuya mendapati hal itu dan
memarahinya supaya jangan nakal. Kemudian Takuya menyusun album foto dan
mengingatkan dan menasehati Minoru supaya tidak mengulangi keisengannya dengan
ditandai kata shitero dan diakhiri shuujoshi –yo yang berfungsi untuk menekankan
perkataannya tersebut.
3.4 Shuujoshi –Yo yang Menyatakan Omelan atau Hinaan
Cuplikan 1 : (Halaman 85)
Takuya : 実 人 寝
Minoru, nande hito no ue de neten da yo...
“Minoru, kenapa tidur di atas orang sih”
Papa : 拓也 気 い ?
良 気い失
Takuya, ki ga tsuita no ka?
Yokatta ki i ushinattetan da zo
“Syukurlah dia masih terlelap”
Takuya : 実
Papa, Minoru ga...
“Papa, Minoru...”
Papa : ああ 前 側 離 泣
Aaa... Omae no soba kara hanasu to nakun da yo
“Kalau dilepaskan dari sisimu, dia akan nangis loh”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan omelan dan
bermakna ‘sih’. Di dalam konteks cuplikan di atas, Takuya mendapati dirinya
terbangun dengan Minoru yang tertidur menindih dirinya. Kemudian Takuya
mengomentari Minoru dengan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau kekesalan.
Mendengar Takuya sudah bangun, ayahnya masuk ke kamar dan menjelaskan kalau
Minoru tidak mau dilepaskan dari Takuya dengan shuujoshi –yo yang memastikan
atau menjelaskan sesuatu.
Cuplikan 2 : (Halaman 47)
Guru : あ う ?
Ano... Doushitan desu ka?
Wanita : う う いわ
子 積 木 う 君ぶ !!
子供 士 喧嘩 あ
喧嘩 いわ
一方的 !!
Doushita mo koushita mo nai wa yo
Kono ko ga tsumiki de uchi no Masa kun butta no yo!!
Kodomo doushi no kenka wa yoku aru koto desu kara..
Kenka jya nai wa yo
Ippou teki ni naguraretan dakara!!
“ Tadinya tidak ada apa-apa kok”
“Anak ini memukul anakku Masa dengan mainan kayu
loh!!”
“Anak-anak sering bertengkar merebut mainan”
“Tapi ini bukan pertengkaran loh”
“ Dia sendiri yang memukul anakku”
Guru : 赤
Sumimasen... Akachan no suru koto dakara,
Waruki wa nain desu yo
“Maaf.. Apa yang dilakukan anak kecil,
Pasti tidak bermaksud buruk kok”
Wanita : 親 教育 い ,
乱暴 わ!!
母親 ー !?
Oya no kyouiku ga natte nai kara,
Konna ranbou na koto surun da wa!!
Haha oya wa do-shita no yo!?
“ Karena orang tuanya tidak mendidikan anaknya,
sampai terjadi hal brutal seperti ini!!”
“Ibunya yang mana sih!?”
Analisis :
Fungsi shuujoshi –yo dalam cuplikan di atas adalah menyatakan omelan dan
bermakna ‘loh’ dan ‘sih’. Di dalam konteks kalimat di atas, Minoru memukul kepala
murid lain dengan mainan kayu karena merasa iri dengan keharmonisan ibu dan
Pada kalimat shuujoshi –yo yang pertama, wanita tersebut menyatakan
klarifikasi bahwa tidak terjadi apa-apa sebelum pemukulan itu terjadi dengan
shuujoshi –yo yang berfungsi untuk memastikan dan meyakinkan sesuatu dan
bermakna ‘kok’.
Pada kalimat shuujoshi -yo yang kedua dan ketiga, wanita tersebut
berkomentar atau mengomel dengan berapi-api akan peristiwa yang terjadi kepada
guru dengan shuujoshi –yo yang menyatakan omelan atau amarah dengan makna ‘loh’.
Pada kalimat shuujoshi -yo yang keempat, guru berusaha mengklarifikasi dan
menjadi penengah dengan m