• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Kepemilikan Dan Pengembangan Teknologi Nuklir Bagi Negara Anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Kepemilikan Dan Pengembangan Teknologi Nuklir Bagi Negara Anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Carter, Barry E. & Philip R. Trimble. 1991. International Law. Canada: Little, Brown and Company.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kusumaatmadja, Mochtar 1982. Pengantar Hukum Internasional, Buku I Bagian Umum. Jakarta: Bina Cipta.

Mauna, Boer. Hukum Internasional Pengertian, Peranan Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global edisi ke-2. Bandung. P.T Alumni 2005

Shotwell, James T. & Marina Salvin. 1949. Lessons on Security and Disarmament

From the History of The League of Nations. New York: King’s Crown

Press.

Soematri, Ronitidjo Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta. Ghalia Indonesia, 1990.

Starke, J.G 2008. Pengantar Hukum Internasional 1. terjemahan Bambang Iriana Djajaatmadja. Jakarta: Sinar Grafika

Pengantar Hukum Internasional 2. terjemahan Bambang Iriana Djajaatmadja. Jakarta: Sinar Grafika

Wayan, I Parthiana. 2003. Pengantar Hukum Internasional cetakan II. Bandung: Mandar Maju.

(2)

Universitas Sumatera Utara Agus, Fadillah. 1997. Hukum Humaniter Suatu Perspektif. Jakarta: Pusat Studi

Hukum Humaniter Fakultas Hukum Universitas Trisakti

B. Peraturan dan Perjanjian Internasional

Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty of 1996

IAEA Statue of 1956

Non-Proliferation Treaty of 1968

Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone Treaty (Treaty of Bangkok) of 1995

Strategic Arms Limitation Talks (SALT) I Agreements of 1969

Strategic Arms Limitation Talks (SALT) II Agreements of 1979

The Strategic Arms Reduction Talks (START) of 1982

Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons in Latin America (Tlateloco

Treaty) of 1967

C. Jurnal dan Buletin, beserta Makalah

Jelly Leviza. ―Pengenalan Konvensi/ Peraturan Internasional Ketenaganukliran‖,

makalah disampaikan dalam seminar tentang ketenaganukliran pada tanggal 27 November 2007 di Fakultas Hukum USU, Medan

Mukhlis Akhadi. 1997 ―Memahami Asas Optimalisasi dalam Proteksi Radiasi‖.

Buletin ALARA, Vol. 1 No. 1.

Rezelman, David; F.G. Gosling and Terrence R. Fehner. 2000. ―THE ATOMIC BOMBING OF HIROSHIMA‖. The Manhattan Project: An Interactive

(3)

Universitas Sumatera Utara Koesrianti. ―peran dan fungsi badan energi atom internasional (iaea): pemanfaatan

nuklir untuk tujuan damai (pembangunan pltn di indonesia).

D. Skripsi/Tesis

Chrisyela Sinaga, Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Ujicoba Nuklir Korea Utara dan Kaitannya Dengan Perdamaian Dan Stabilitas Keamanan Global: Skripsi Jurusan Hukum Internasional Universitas Sumatera Utara

E. Website

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_nuklir http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Tenaga_Atom_Internasional https://id.wikipedia.org/wiki/Senjata_nuklir

http://www.infonuklir.com/read/detail/198/sejarah-perkembangan-nuklir-di-dunia

https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Nonproliferasi_Nuklir#Isi_Perjanjian https://id.wikipedia.org/wiki/Traktat_Pelarangan_Menyeluruh_Uji-coba_Nuklir http://www.iaea.org/NewsCenter/News/2008/peerevaluation.html

http://www.infonuklir.com/Pemasyarakatan/Sosialisasi/sosialisasi.html https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi nuklir

http://www.un.org/en/conf/npt/2005/npttreaty.html

Rizki-dianafisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail108379_rezim_nonpoliferasi.html http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_dengan_senjata_nuklir

(4)

Universitas Sumatera Utara

http://www.dw.com/id/remajakan-senjata-nuklir-negara-adidaya-waspadai-perang-terbuka/a-18517525

(5)

Universitas Sumatera Utara BAB III

TINJAUAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI PERJANJIAN NONPROLIFERASI NUKLIR

A. Terbentuk dan Berkembangnya Perjanjian Proliferasi Nuklir

(NonProliferation Treaty)

Permasalahan mengenai nuklir membuat negara-negara hingga komunitas internasional menciptakan suatu aturan yang berbentuk traktat, hukum, dan perjanjian, hingga terbentuklah perjanjian Nonproliferasi nuklir yang bertujuan untuk mencegah penyebaran senjata nuklir secara lebih lanjut.

Sebelum NPT terbentuk, International Atomic and Energy Agency (IAEA) yang merupakan organisasi internasional di bawah naungan PBB yang menetapkan aturan perlindungan teknis mengenai pengaturan penggunaan material nuklir secara damai dan kesepakatan pengadaan inspeksi secara berkala terhadap negara-negara anggota perjanjian nonproliferasi nuklir yang dikenal dengan IAEA Safeguards82. IAEA pertama kali dicetuskan pada tahun 1957 di Vienna yang diikuti oleh 126 negara. Fungsinya tidak hanya melakukan pengawasan (monitoring) maupun inspeksi kepada negara-negara anggota, namun juga ke negara-negara bukan anggota yang memiliki material nuklir seperti India, Israel, dan Pakistan, dengan adanya ijin atau permintaan dari negara yang bersangkutan, tujuannya adalah untuk memastikan bahwa negara-negara yang memiliki material nuklir tidak akan mengembangkannya menjadi senjata. Selain itu IAEA memiliki kuasa terhadap negara-negara anggotanya berupa inspeksi

(6)

Universitas Sumatera Utara spesial yang dapat dilakukan bahkan di situs atau tempat yang tidak menggunakan material nuklir. IAEA juga berhak atas adanya keterbukaan informasi mengenai instalasi-instalasi nuklir, dan juga data lengkap atas ekspor, impor, maupun produksi material nuklir. Selain itu, jumlah material nuklir, kegunaan, dan juga proyek penelitian yang melibatkan adanya proses pengayaan uraniaum atau pun plutonium harus dilaporkan secara berkala kepada IAEA. Sistem inspeksi atau IAEA Safeguards ini lalu digunakan sebagai salah satu elemen penting dalam rangka melengkapi perjanjian nonproliferasi nuklir83.

Seiring dengan berjalannya waktu dimana makin banyak negara yang menguasai teknologi nuklir, keprihatinan muncul karena disadari bahwa cepat atau lambat banyak negara akan memiliki senjata nuklir. Di sisi lain, ketentuan pengawasan yang terdapat dalam Statuta IAEA dirancang sangat ringkas, yang hanya meliputi reaktor nuklir individual dan suplai bahan bakar nuklir, jelas tidak cukup untuk mencegah terjadinya proliferasi senjata nuklir. Oleh karena itu, muncul suatu keinginan akan adanya suatu komitmen internasional yang sifatnya mengikat secara hukum sehingga dapat mencegah meluasnya penyebaran penggunaan senjata nuklir di samping usaha-usaha kerjasama untuk pemusnahannya. Hal ini terwujud pada tahun 1968 dengan disetujuinya Traktat NPT (Non Proliferation Treaty).

Perjanjian nonproliferasi nuklir ini dibuat dengan tiga pilar utama, yaitu : 1. Non-Proliferasi;

2. Perlucutan;

3. Hak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai

83

(7)

Universitas Sumatera Utara Tujuan utama dari NPT adalah untuk mencegah penyebaran senjata nuklir melalui keberadaan tiga pokok utama yang menjadi pembahasan dalam NPT. NPT dianggap sebagai alat untuk menahan penyebaran senjata nuklir. Ini adalah perannya dalam kebijakan non-proliferasi dari banyak negara, terutama terhadap negara anggota dewan keamanan PBB yang diperbolehkan untuk memiliki senjata Nuklir.

Dalam perkembangannya, sejak NPT diperpanjang secara tidak terbatas (indefinite extension) pada tahun 1995, terdapat konsesi yang diberikan oleh

negara-negara NWS kepada negara-negara NNWS yang dikenal sebagai mekanisme strengthened review process (SRP). Mekanisme ini tertuang dalam Decision 1 dari Sidang NPT Review and Extension Conference (NPTREC) tahun 1995 dan kemudian diperkuat dengan kesepakatan berjudul Improving the Effectiveness of the Strengthened Review Process for the NPT yang merupakan

hasil Sidang Revcon NPT tahun 200084.

Sesuai ketentuan di dalam Traktat, seluruh negara pihak melakukan pertemuan Review Conference setiap 5 tahun dengan tujuan untuk mengkaji implementasi berbagai ketentuan yang terdapat di dalam NPT sekaligus menyepakati hal-hal yang perlu dilakukan di masa mendatang untuk memperkuat NPT. Memasuki tahun 2009, seiring dengan perubahan administrasi di AS, telah terdapat atmosfir yang lebih mendukung pada kemajuan pembahasan isu perlucutan senjata nuklir. Perkembangan positif terlihat pada PrepCom Ketiga NPT Review Conference 2010 yang dilaksanakan bulan Mei 2009 di New York

yang berhasil menyepakati agenda untuk NPT Review Conference 2010.

84

(8)

Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, dalam sidang UNDC pada tahun 2009 walaupun belum dihasilkan laporan substantif, namun dirasakan adanya perubahan mood dalam pembahasan yang antara lain dipengaruhi oleh joint statement Presiden Obama dan Dmitry Medvedev85 to achieving a nuclear free world86 pada awal April 2009. Dibandingkan tahun sebelumnya, pembahasan di dalam sidang mengalami kemajuan karena setiap delegasi mulai tergerak untuk membahas substansi, khususnya dalam isu nuclear disarmament87.

Pada tahun 2010, berbagai perubahan yang terjadi sejak tahun 2009 telah memberikan pengaruh positif pada diplomasi multilateral di bidang perlucutan senjata88. Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) merupakan salah satu bentuk dari perjanjian tentang pelarangan nuklir untuk kepentingan militer paling awal yang menindak lanjuti traktat yang dibuat pada tahun 1963 mengenai pelarangan adanya uji coba senjata nuklir di udara, angkasa, maupun di bawah laut. NPT kemudian menetapkan aturan mengenai kepemilikan senjata nuklir, baik bagi negara yang memiliki senjata nuklir, juga bagi negara yang tidak memiliki senjata nuklir. Negara yang memiliki senjata nuklir dilarang mendistribusikan senjata nuklir tersebut kepada negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir. Selain itu, dalam NPT ini juga terdapat kesepakatan antar negara-negara yang memiliki nuklir seperti Amerika, Inggris, Rusia, Cina, serta Prancis untuk menghentikan

85

Perdana Menteri kesepuluh Rusia saat ini, menjabat sejak 2012. Sebelumnya menjabat sebagai Presiden ketiga Rusia, dari tahun 2008 sampai 2012 Ketika dia menjabat pada usia 42, ia adalah yang termuda dari tiga Presiden Rusia yang sebelumnya pernah menjabat.

86 Merupakan pernyataan yang dikeluarkan oleh presiden Amerika serikat Barrack Obama dengan mantan presiden rusia Dmitry Medvedev tentang nuklir untuk tujuan damai

87

http://www.kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx. Loc.cit

(9)

Universitas Sumatera Utara pengembangan senjata nuklirnya, sedangkan bagi negara yang tidak memiliki senjata nuklir dilarang untuk mengembangkan senjata nuklir. Negara-negara yang memiliki energi nuklir yang kemudian dimanfaatkan sebagai industri, teknologi, tenaga pembangkit atau untuk peaceful nuclear energy diperbolehkan untuk mengembangkannya, dengan syarat segala material yang digunakan untuk proyek pengembangan nuklir harus mendapat persetujuan dari Badan Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency dan juga harus bersedia untuk membuka negaranya akan adanya inspeksi-inspeksi dari International Atomic Energy Agency (IAEA), serta menaati aturan perlindungannya yaitu IAEA Safeguards.

Peraturan-peraturan tersebut berlaku bagi seluruh negara yang telah setuju menandatangani NPT sampai saat ini negara yang bergabung dalam NPT berjumlah 180 negara non-nuklir, serta 5 negara awal pemilik nuklir yaitu Amerika, Inggris, Rusia, Cina, dan Prancis89.

Di samping Traktat NPT, pada Juni 1996 Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, telah berhasil menyelesaikan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir atau Comprehensive Test Ban Treaty (selanjutnya disebut CTBT) dan pada 10 September 1996 diterima oleh Majelis Umum PBB dan terbuka untuk ditandatangani pada 24 September 1996. Saat ini perjanjian ini telah ditandatangani oleh 176 negara dan sudah diratifikasi oleh 135 negara.7 Dalam ketentuannya dinyatakan bahwa Traktat ini akan berlaku jika telah ditanda tangani dan diratifikasi oleh 44 negara pemilik reaktor nuklir yang tercantum pada Annex II Traktat dimana Indonesia termasuk didalamnya. Indonesia sudah menandatangani tetapi belum meratifikasi Perjanjian ini, sedangkan Korea Utara,

89

(10)

Universitas Sumatera Utara India, dan Pakistan yang ditenggarai mempunyai senjata nuklir belum melakukan tanda tangan maupun ratifikasi Perjanjian tersebut.

B. Pengaturan Mengenai Nuklir Sesuai Dengan Perjanjian NonProliferasi Nuklir

Perjanjian Nonproliferasi Nuklir ini tujuannya adalah untuk melokalisir dan membatasi jumlah negara yang mendeklarasikan dirinya bersenjata nuklir yang hanya terdiri dari lima negara, yaitu AS, Rusia, Inggris, Perancis dan China. Hanya lima negara inilah yang berhak disebut sebagai negara bersenjata nuklir atau the Nuclear Weapons States yang berkewajiban untuk mengakhiri perlombaan senjata nuklir dan bersedia merundingkan perlucutan, sedangkan negara-negara lainnya yaitu negara non-senjata nuklir atau the Non-Nuclear Weapons States diminta untuk tidak akan memiliki senjata nuklir dan sebagai

imbalan NWS berjanji untuk memberikan bantuan dalam bidang riset, produksi dan penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai. NNWS bersedia membuat persetujuan safeguards yang komprehensif dengan IAEA tentang bahan nuklir mereka.

Dalam perjanjian nonproliferasi nuklir, ada beberapa pokok penting dalam pembuatan perjanjian ini, yaitu mengenai nonproliferasi, pelucutan dan penggunaan nuklir untuk kepentingan damai. Hal ini terkandung didalam pasal-pasal pokok dalam perjanjian ini yaitu90 :

Article I : Each nuclear-weapon State Party to the Treaty undertakes

not to transfer to any recipient whatsoever nuclear weapons or other

(11)

Universitas Sumatera Utara nuclear explosive devices or control over such weapons or explosive

devices directly, or indirectly; and not in any way to assist, encourage,

or induce any non-nuclear-weapon State to manufacture or otherwise

acquire nuclear weapons or other nuclear explosive devices, or control

over such weapons or explosive devices.

Article II: Each non-nuclear-weapon State Party to the Treaty

undertakes not to receive the transfer from any transferor whatsoever

of nuclear weapons or other nuclear explosive devices or of control

over such weapons or explosive devices directly, or indirectly; not to

manufacture or otherwise acquire nuclear weapons or other nuclear

explosive devices; and not to seek or receive any assistance in the

manufacture of nuclear weapons or other nuclear explosive devices.

Pada pasal 1 dan 2 NPT ini menjelaskan tentang pelarangan penggunaan senjata nuklir, pengembangan senjata nuklir dan pelarangan penyebaran senjata nuklir oleh negara yang menyandang status Nuclear Weapon State dalam pasal ini dijelaskan juga bahwa negara NNWS dilarang untuk menerima teknologi apapun dari negara NWS yang ada kaitannya dengan senjata nuklir.

Article III :

1. Each non-nuclear-weapon State Party to the Treaty undertakes to

accept safeguards, as set forth in an agreement to be negotiated and

concluded with the International Atomic Energy Agency in accordance

with the Statute of the International Atomic Energy Agency and the Agency’s safeguards system, for the exclusive purpose of verification of

(12)

Universitas Sumatera Utara preventing diversion of nuclear energy from peaceful uses to nuclear

weapons or other nuclear explosive devices. Procedures for the safeguards

required by this Article shall be followed with respect to source or special

fissionable material whether it is being produced, processed or used in any

principal nuclear facility or is outside any such facility. The safeguards

required by this Article shall be applied on all source or special

fissionable material in all peaceful nuclear activities within the territory of

such State, under its jurisdiction, or carried out under its control

anywhere.

2. Each State Party to the Treaty undertakes not to provide: (a) source or

special fissionable material, or (b) equipment or material especially

designed or prepared for the processing, use or production of special

fissionable material, to any non-nuclear-weapon State for peaceful

purposes, unless the source or special fissionable material shall be subject

to the safeguards required by this Article.

3. The safeguards required by this Article shall be implemented in a

manner designed to comply with Article IV of this Treaty, and to avoid

hampering the economic or technological development of the Parties or

international co-operation in the field of peaceful nuclear activities,

including the international exchange of nuclear material and equipment

for the processing, use or production of nuclear material for peaceful

purposes in accordance with the provisions of this Article and the

(13)

Universitas Sumatera Utara 4. Non-nuclear-weapon States Party to the Treaty shall conclude

agreements with the International Atomic Energy Agency to meet the

requirements of this Article either individually or together with other

States in accordance with the Statute of the International Atomic Energy

Agency. Negotiation of such agreements shall commence within 180 days

from the original entry into force of this Treaty. For States depositing their

instruments of ratification or accession after the 180-day period,

negotiation of such agreements shall commence not later than the date of

such deposit. Such agreements shall enter into force not later than

eighteen months after the date of initiation of negotiations91.

Pada pasal 3 NPT dijelaskan bahwa NNWS harus menandatangani Comprehenssive Safeguard Agreement dari IAEA setelah menjadi anggota dari

perjanjian NPT, hal ini dimaksudkan agar memudahkan dan memberi ruang gerak bagi badan atom internasional (IAEA) untuk melakukan pengamatan dan pemantauan terhadap negara tersebut. Pengamatan dan pemantauan yang dilakukan IAEA sangat berguna untuk melihat proyek nuklir suatu negara yang dikhawatirkan akan berubah fungsi dan ternyata mengembangkan senjata nuklir.

Article IV

1. Nothing in this Treaty shall be interpreted as affecting the inalienable

right of all the Parties to the Treaty to develop research, production and

use of nuclear energy for peaceful purposes without discrimination and in

conformity with Articles I and II of this Treaty.

(14)

Universitas Sumatera Utara 2. All the Parties to the Treaty undertake to facilitate, and have the right to

participate in, the fullest possible exchange of equipment, materials and

scientific and technological information for the peaceful uses of nuclear

energy. Parties to the Treaty in a position to do so shall also co-operate in

contributing alone or together with other States or international

organizations to the further development of the applications of nuclear

energy for peaceful purposes, especially in the territories of

non-nuclear-weapon States Party to the Treaty, with due consideration for the needs of

the developing areas of the world.

Pada pasal 4 dijelaskan bahwa perjanjian ini bukan lah untuk membatasi hak-hak mutlak negara anggota dalam pengembangan teknologi nuklirnya, baik itu dalam eksplorasi maupun eksploitasi. Perjanjian ini dibuat untuk menciptakan nuklir itu hanya digunakan untuk kepentingan damai saja, mengingat bahaya yang sangat besar yang bisa ditimbulkan oleh nuklir. Didalam pasal 4 ini juga dijelaskan mengenai pertukaran teknologi atas pengembangan teknologi nuklir, yang mana dalam hal ini merupakan suatu keuntungan bagi negara anggota perjanjian nonproliferasi nuklir dan hak khusus yang didapat bagi negara anggota.

Article VI :Each of the Parties to the Treaty undertakes to pursue

negotiations in good faith on effective measures relating to cessation of the

nuclear arms race at an early date and to nuclear disarmament, and on a

treaty on general and complete disarmament under strict and effective

international control.

(15)

Universitas Sumatera Utara perlombaan senjata nuklir nya hingga kepada pelucutan terhadap senjata nuklir. Hal ini dimaksudkan kepada negara pemilik senjata nuklir (NWS) untuk tidak mengembangkan senjata nuklirnya lebih lanjut.

Dalam prakteknya, setiap negara anggota Non-Nuclear Weapon States diharuskan untuk membuat comprehensive safeguards agreement dengan IAEA dalam jangka waktu 180 hari sejak menjadi peserta Traktat NPT. Dalam melakukan verifikasi atas bahan nuklir dan fasilitasnya, ketentuan pengamanan IAEA menerapkan konsep tepat waktu dan tranparansi yang menjamin bahwa pernyataan negara tertentu yang menyatakan bahwa bahan nuklir negaranya tidak dialihkan fungsinya untuk tujuan-tujuan tidak damai atau tujuan tidak jelas adalah benar. Menurut ketentuan, seluruh negara anggota IAEA mempunyai kewajiban untuk mengirimkan secara berkala laporan tahunan mereka tentang penerapan keselamatan atas pengelolaan energi nuklirnya kepada Dewan Gubernur IAEA, dan IAEA wajib memeriksa poin-poin laporan tersebut dan memastikan bahwa:

1. Laporan yang dikirim tepat waktu dan pernyataan negara yang bersangkutan sesuai dengan safeguard agreement

2. Memberikan IAEA akses pada instalasi nuklir negaranya untuk keperluan verifikasi tanpa pembatasan yang tidak perlu atau penundaan

(16)

Universitas Sumatera Utara 4. Memberikan visa (multiple entry/exit visa) seketika dibutuhkan dan tanpa penundaan yang berlaku paling tidak untuk satu tahun kepada tim inspektor IAEA yang ditunjuk

Dari laporan negara tersebut, Dewan Gubernur akan mendapatkan gambaran yang jelas bahwa negara yang bersangkutan telah memenuhi kewajiban pengamanan atas program nuklirnya dan bersifat kooperatif dan transparan sesuai dengan perjanjian keselamatannya.

Di samping Safeguard Agreements, negara-negara termasuk negara-negara bukan peserta Traktat NPT, juga diharuskan menandatangani Protocol Tambahan (Additional Protocol) yang sangat berguna untuk mencegah proliferasi nuklir. Informasi yang diberikan oleh negara berkaitan dengan Protokol tambahan ini sangatlah penting untuk menilai program nuklir negara yang bersangkutan. Dari informasi ini, IAEA akan mempunyai gambaran yang lebih baik tentang bagaimana sebuah negara patut diduga telah mengekspor peralatan khusus dan bahan non-nuklir yang dapat secara tidak sengaja atau sebaliknya yang dapat menyebabkan negara lain mengalihkan fungsi program nuklirnya. Sehingga dengan demikian negara non-NPT, terlepas mempunyai senjata nuklir atau tidak, juga diharapkan menandatangani Protokol Tambahan guna menunjukkan komitmen mereka untuk tidak membantu negara NNWS berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kenukliran92.

Selanjutnya negara-negara yang meskipun hanya mempunyai bahan nuklir dalam jumlah yang kecil harus membuat pernyataan sesuai dengan Small

(17)

Universitas Sumatera Utara

Quantities Protocol93 sebagai bagian dari Safeguard Agreement mereka. Namun,

dalam prakteknya hal ini dapat menimbulkan masalah jika dikaitkan dengan ketentuan-ketentuan operatif dari Safeguard Agreement yaitu ketika negara tersebut memiliki jumlah bahan nuklir yang ternyata melebihi jumlah yang telah dinyatakan sebelumnya94.

Pada awal terbentuknya hingga 3 dekade kemudian, keberadaan rezim nuklir ini mengalami masa emas, di mana terdapat tingkat kepatuhan yang cukup tinggi. Salah satunya adalah ketika IAEA dengan Democratic People’s Republic of Korea (DPRK) menandatangani sebuah Comprehensive Safeguards Agreement

(CSA) pada tahun 1992. Namun, rezim NPT mulai mendapat tantangan dari negara yang mulai tidak mematuhi peraturan-peraturan yang ada dalamNPT dan kerenggangan yang terjadi dalam komunitas internasional untuk meyakinkan kemampuan senjata nuklir tanpa adanya ketakutan akan tindakan balasan. Pada masa kini mulai terdapat ketidakkonsistenan dari kepatuhan negara terhadap rezim ini, seperti yang dilakukan oleh Iran95. Permasalahan mengenai ketidakpatuhan Iran membuat ancaman terhadap eksistensi rezim NTP. Usaha IAEA dalam

93 Protokol ini merujuk pada SQP, yang dalam prakteknya telah menghambat kemampuan IAEA untuk menetapkan kevalidan status SQP sebuah negara dan melaksanakan tindakan yang dianggap perlu untuk mendeteksi material nuklir dan kegiatan-kegiatan yang tidak dinyatakan (undeclared nuclear material), salah satunya karena SQP menetapkan bahwa IAEA hanya akan diberitahu enam bulan sebelum pemakaian material nuklir pada fasilitas nuklir, bukan pada waktu sebuah fasilitas nuklir mulai didesign.

94

Koesranti. Op.cit hlm 15 95

(18)

Universitas Sumatera Utara menghadapi masalah bersama mengenai Iran ini diupayakan untuk segera diselesaikan dan dapat diterapkan secara universal96.

NPT telah berhasil membentuk suatu standard dan kewajiban-kewajiban non-proliferasi dan pelucutan senjata yang meskipun belum begitu sempurna namun mempunyai arti penting. Sampai saat ini, diketahui ada empat negara yang telah mempunyai dan mengembangkan senjata nuklir diluar lima negara nuklir yang telah diijinkan97. Traktat NPT yang didukung oleh pengawasan ekspor bahan nuklir dan system keselamatan telah menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga sulit bagi NNWS untuk memperoleh atau membuat senjata nuklir. Hal ini juga didukung oleh Pasal VI Traktat NPT yang mengharuskan adanya komitmen NWS, yaitu AS, Russia, Inggris, Perancis dan China, untuk mewujudkan tercapainya perlucutan senjata nuklir.

Rezim non-proliferasi senjata nuklir saat ini mengkhawatirkan, hal ini berkait dengan adanya program senjata nuklir dan senjata misil di beberapa tempat, seperti di Timur Tengah, Asia Selatan, dan Korea Utara serta adanya ancaman nuclear terrorism atau terorisme dengan senjata nuklir, yang semuanya ini dapat mengancam stabilitas regional dan internasional bahkan beberapa negara telah mengembangkan pengayakan uranium atau plutonium, yang memungkinkan negara mereka menjadi NWS.

Sejak berakhirnya perang dingin, kekuatan-kekuatan strategis persenjataan nuklir memang telah berusaha dihentikan, namun ternyata NWS tetap bertumpu dan bahkan memodernkan persenjataan nuklir mereka seperti Amerika telah

96

Rizki Diana. Loc.cit

(19)

Universitas Sumatera Utara menolak komitmen kunci perlucutan senjata Traktat NPT yang dibuat pada tahun 1995 dan menolak hasil review dari konferensi NPT tahun 2000. Hal ini telah menyebabkan sejumlah negara berpendapat bahwa Traktat NPT telah diterapkan secara tidak adil dan NWS tidak berkeinginan untuk memenuhi kewajiban mereka sesuai ketentuan-ketentuan yang ada pada Traktat NPT. Akibatnya sejumlah negara NNWS tidak mendukung tujuan Traktat dan program nonproliferasi. Di samping itu, kemajuan teknologi yang terus berkembang yang didukung oleh pendidikan dan pengalaman para ilmuwan yang dapat dengan bebas berpindah tempat tinggal kapanpun dan dimanapun, yang dikombinasikan dengan tersedianya akses informasi, telah menyebabkan semakin terbukanya kesempatan bagi negara-negara untuk melakukan proliferasi nuklir, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka di bidang persenjataan nuklir tanpa bisa dideteksi sejak awal98.

Negara-negara yang merasa tidak dirugikan terhadap perjanjian nonproliferasi nuklir ini dapat keluar dengan alasan yang jelas seperti yang dijelaskan dalam pasal 10 perjanjian nonproliferasi nuklir

98 Hal ini terjadi, paling tidak pada kasus Irak dan Korea

1. Pada kasus Irak, Irak telah menjadi negara peserta Traktat NPT pada tahun 1970 sebagai NNWS dan telah menandatangani safeguard agreement dengan IAEA seperti yang diharuskan 17 oleh Traktat. Oleh karena itu, Irak dianggap tetap pada komitmennya sebagai NNWS. Peran IAEA adalah hanya lembaga yang melakukan verifikasi semata-mata atas laporan dari Irak tentang bahan nuklir dan instalasi yang dimilikinya. Jadi, meskipun selama ini seluruh instalasi nuklir di Irak selalu diumumkan dan dilaporkan ke IAEA ternyata sejak awal tahun 1990an diketahui bahwa Irak telah mengembangkan program senjata nuklir secara diam-diam.

(20)

Universitas Sumatera Utara Article X :

1. Each Party shall in exercising its national sovereignty have the right to

withdraw from the Treaty if it decides that extraordinary events, related to

the subject matter of this Treaty, have jeopardized the supreme interests of

its country. It shall give notice of such withdrawal to all other Parties to

the Treaty and to the United Nations Security Council three months in

advance. Such notice shall include a statement of the extraordinary events

it regards as having jeopardized its supreme interests.

2. Twenty-five years after the entry into force of the Treaty, a conference

shall be convened to decide whether the Treaty shall continue in force

indefinitely, or shall be extended for an additional fixed period or periods.

This decision shall be taken by a majority of the Parties to the Treaty.

Pada pasal 10 ini dijelaskan mengenai hak negara untuk bisa keluar dari perjanjian ini dengan apabila isu stabilitas keamanan negara mereka terancam dan memperbolehkan sebuah negara untuk mundur dari perjanjian jika terjadi hal-hal penting, yang berhubungan dengan subjek perjanjian ini, telah mengacaukan kepentingan utama negara tersebut dengan memberikan pemberitahuan 3 bulan sebelumnya. Dan negara tersebut harus memberikan alasannya keluar dari perjanjian ini.

(21)

Universitas Sumatera Utara Negara-negara yang berkomitmen untuk mengikuti perjanjian nonproliferasi nuklir harus bersedia mematuhi aturan-aturan yang diterapkan oleh NPT, termasuk juga aturan yang ditetapkan oleh IAEA mengenai nuklir, dan harus bersedia menerima akibatnya apabila perjanjian ini dilanggar. NPT menetapkan tiga pilar dasar99 dari pembentukan perjanjian ini, dan diharapkan keseluruhan dari tiga pilar itu harus dipenuhi oleh setiap negara anggota perjanjian. Aturan-aturan yang ada dalam NPT ini membuat rezim terhadap kepemilikan nuklir dan dalam rezim non-proliferasi nuklir internasional, prinsip fundamental yang dianutnya adalah bahwa penyebaran senjata nuklir dianggap berbahaya, dan Norma yang diterapkan adalah bahwa negara-negara anggota di dalamnya tidak boleh menunjukkan perilaku yang bertujuan mamfasilitasi penyebaran nuklir. Aturan yang diterapkan seperti pada NPT juga jelas bahwa secara garis besar suatu negara dilarang mengembangkan senjata nuklir. Selanjutnya yaitu mengenai proses pengambilan keputusan pada rezim nuklir ini dapat dilihat melalui NPT yang terdapat konsensus negara-negara anggotanya dalam proses pengambilan keputusan.

Dalam perjanjian nonproliferasi ini negara terbagi menjadi dua status dalam hal kepemilikan dan pengembangan teknologi nuklir, yaitu NWS dan NNWS, dimana NWS adalah negara yang diperbolehkan untuk memiliki senjata nuklir, namun dilarang untuk mengembangkan teknologi nya untuk kepentingan militer, dan negara NNWS dilarang untuk memulai proyek pengembangan teknologi nuklir untuk kepentingan militer. Negara NWS diperbolehkan untuk memiliki senjata nuklir karenan menyandang status anggota tetap dewan

(22)

Universitas Sumatera Utara keamanan PBB dan dianggap sebagai yang berperan dalam status keamanan dunia. Perjanjian nonproliferasi nuklir ini membatasi terhadap kepemilikan dan pengembangan teknologi nuklir negara anggota nya, membatasi disini maksudnya adalah bukan menjadi diskriminasi terhadap suatu negara dimana dilarang untuk menggunakan teknologi nuklir, namun untuk membatasi penggunaan nuklir hanya untuk kepentingan damai saja dan tidak boleh mengembangkan nuklir untuk kepentingan militer atau senjata nuklir. Walaupun dalam perjanjian nonproliferasi nuklir ini membagi negara menjadi dua status100 yang seolah-olah terlihat seperti diskriminasi, namun hal ini diperlukan untuk menjaga stabilitas keamanan dunia, agar tidak terjadi lagi kejadian seperti pada tahun 1945 silam101.

Perjanjian nonproliferasi nuklir berpengaruh terhadap negara-negara anggotanya dalam menjalankan program riset maupun pengembangan teknologi nuklirnya, seperti memperluas peran IAEA dalam melakukan inspeksi terhadap negara-negara anggota perjanjian, hal ini memungkinkan untuk memudahkan IAEA masuk kedalam suatu negara untuk memeriksa program nuklir mereka, dan negara anggota juga harus melaporkan program nuklir mereka secara berkala kepada IAEA. Hal penting dalam perjanjian ini menyangkut dengan keamanan dunia internasional karena berkaitan dengan pengembangan senjata dan teknologi nuklir serta keikutsertaan negara-negara pihak yang menandatangani perjanjian ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap konsistensi mereka dalam menjaga perdamaian dunia102. Perjanjian nonproliferasi nuklir (NPT) sendiri

100 Dua status yang dimaksud adalan Nuclear weapon states dan Non-Nuclear Weapon States

101 Kejadian pengemboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika serikat pada bulan agustus tahun 1945 yang mengakhiri perang dunia ke-2

(23)

Universitas Sumatera Utara ditinjau melalui konferensi yang diselenggarakan setiap lima tahun sejak perjanjian mulai berlaku pada tahun 1970. Setiap konferensi peninjauan NPT telah berupaya untuk menemukan kesepakatan mengenai deklarasi akhir yang akan dapat memberikan penilaian tentang pelaksanaan ketentuan yang ada dalam NPT dan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah untuk lebih memperkuatnya. Pengaruh perjanjian nonproliferasi nuklir bagi negara anggotanya secara keseluruhan adalah103 :

1. Membatasi penggunaan teknologi nuklir hanya untuk kepentingan damai saja

2. Melarang penyebaran teknologi nuklir jika digunakan untuk kepentingan militer atau senjata

3. Melarang negara pemilik senjata nuklir untuk membantu negara non pemilik senjata nuklir untuk mengembangkan senjata nuklir

4. Melarang negara pemilik senjata nuklir untuk memodernisasi senjata nuklirnya

5. Memberikan jalan mudah bagi IAEA untuk melakukan inspeksi program teknologi nuklir bagi negara anggota perjanjian

6. Memudahkan negara anggotanya untuk bekerja sama dengan tiap negara anggota perjanjian untuk mengembangkan teknologi nuklir selama digunakan untuk kepentingan damai.

103Isi dari perjanjian NPT, terjemahan dari ―

(24)

Universitas Sumatera Utara 7. Memberikan peluang bagi negara yang belum memiliki teknomogi nuklir untuk mengembangkan teknologi nuklirnya dengan bantuan-bantuan negara anggota

8. Memberikan peluang bagi negara anggota untuk keluar dari perjanjian apabila ada ketentuan-ketentuan yang dianggap tidak sesuai dengan keadaan negaranya.

Negara-negara non nuklir di berbagai kawasan mulai menyadari perlunya ditempuh cara baru atau alternatif lain untuk mencegah proliferasi nuklir. Karena itu, negara-negara non-nuklir ulai menjajaki kembali upaya pelucutan senjata nuklir regional, terutama melalui pembentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir atau KBSN dan juga kawasan damai. Pembentukan KBSN dan kawasan damai diharapkan dapat menjadi salahsatu cara mencegah proliferasi senjata nuklir dan menegakkan rezim non-proliferasi nuklir. Dan alasan lain meningkatnya minat negara untuk menciptakan KBSN atau kawasan denuklirisasi juga berasal dari kenyataan pesatnya peningkatan penggunaan nuklir untuk tujuan damai dan adanya kemungkinan dan kekhawatiran bahwa teknologi nnuklir tersebut digunakan untuk kepentingan militer104

Mengingat semakin meluasnya penggunaan energy nuklir, dalam laporannya pada Sidang Majelis Umum PBB (SMU-PBB) ke-31 tahun 1976, Sekjen PBB Kurt Waldheim menyatakan :

104

(25)

Universitas Sumatera Utara

“In this situation, where the danger of nuclear proliferation has increased,

it is essential that suppliers and rexeivers of nuclear installations apply the

requisite rules to prevent a proliferation of nuclear weapon technology”

Pembentukan kawasan bebas senjata nuklir dan kawasan damai ini bukan hanya ditujukan untuk mengurangi atau menghapuskan senjata nuklir, melainkan juga untuk mencegah munculnya negara-negara nuklir baru dan mencegah negara adidaya. Karena itu sebagai bagian dari upaya pengawasan dan perlucutan senjata, KBSN pada dasarnya merupakan bagian dari rezim nonproliferasi nuklir. Pembentukan rezim non-proliferasi nuklir ini dilakukan secara bertahap terutama setelah kegagalan upaya serupa pada masa perang dunia II, antara lain melalui rencana Baruch (Baruch Plan) setelah berakhirnya perang untuk mengawasi dan menghapuskan senjata nuklir105

Dalam pasal VII traktat NPT menegaskan hak negara-negara untuk membuat traktat regional demi adanya jaminan total absence senjata-senjata nuklir di masing-masing kawasan yang mana sesuai dengan pasal VII NPT yaitu:

“Nothing in this Treaty affects the right of any group of States to conclude

regional treaties in order to assure the total absence of nuclear weapons in their respective territories”.

Mengingat dorongan untuk memiliki senjata nuklir dapat muncul karena pertimbangan situasi keamanan kawasan, pembentukan kawasan denuklirisasi atau KBSN di berbagai kawasan di dunia merupakan asset dalam kerangka

(26)

Universitas Sumatera Utara proliferasi. Kawasan bebas senjata nuklir dan kawasan damai ini membutuhkan adanya full-scope safeguards antara masing-masing negara dengan IAEA. Dengan cara ini negara-negara kawasan yang tidak menjadi pihak pada NPT dapat memperoleh perlakuan yang sama dengan negara-negara pihak dalam kaitannya dengan penyediaan suplai nuklir106.

Perjanjian non-proliferasi tidak hanya berpengaruh terhadap negara yang menandatangani saja, melainkan juga kepada negara yang tidak ikut menandatangani perjanjian tersebut, hal ini menunjukkan adanya kepedulian masyarakat dunia terhadap bahaya luar biasa yang dapat ditimbulkan oleh nuklir. Pengaruh NPT terhadap negara yang menandatangani nya adalah terciptanya rezim nonproliferasi di negara tersebut, karena perlu nya pengawasan terhadap nuklir secara intense.

106

(27)

Universitas Sumatera Utara BAB IV

KEPEMILIKAN NUKLIR DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI NUKLIR SESUAI DENGAN PERJANJIAN NONPROLIFERASI NUKLIR

A. Status kepemilikan dan pengembangan teknologi nuklir negara anggota perjanjian nonProliferasi nuklir

1. Nuclear Weapon State (NWS)

Dalam ketentuan perjanjian nonproliferasi nuklir, setiap negara anggota sepakat untuk membagi status negara kedalam dua kategori yaitu Nuclear Weapon States(NWS), dan Non-Nuclear Weapon State (NNWS). Nuclear Weapon State

adalah negara-negara yang diberi hak khusus untuk memiliki senjata nuklir, namun NWS tidak dibenarkan untuk mengembangkan teknologi nuklir mereka lebih canggih dan tidak boleh sembarangan untuk melakukan uji ledak nuklir sesuai dengan Comprehensive test ban treaty (CTBT). Setiap negara anggota dalam perjanjian nonproliferasi nuklir ini setuju terhadap nonproliferasi nuklir atau pembatasan kepemilikan nuklir.

Negara yang menyandang status NWS adalah negara anggota dewan keamanan PBB, negara tersebut diperbolehkan untuk memiliki senjata nuklir, dan negara tersebut dilarang untuk mengembangkan senjata nuklir nya dan juga membantu negara lain untuk mengembangkan nuklir demi kepentingan militer. Negara yang menyandang status sebagai NWS adalah107 :

1. Amerika Serikat

107

Daftar negara dengan senjata nuklir” sebagaimana dimuat dalam

(28)

Universitas Sumatera Utara Amerika adalah negara yang diketahuin pertama kali mengembangkan senjata nuklir pada masa perang dunia II, akibat dibayangi ketakutan didahuluin oleh Nazi Jerman pimpinan Hitler. Amerika juga menjadi negara satu-satunya yang sampai saat ini pernah menggunakan bom nuklir terhadap negara lain. Pada 1945, dua bom nuklir milik Amerika dijatuhkan di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Dalam hal percobaan nuklir, Amerika telah melakukan 1.054 kali uji coba, dan memiliki jangkauan ledakan sejauh 13.000 kilometer. Tes nuklir pertama dilakukan pada 1945, yang juga menjadi ledakan bom nuklir pertama di dunia. Sementara uji coba nuklir yang mereka lakukan terakhir kali ada 1992. Setelah keberhasilan penggunaan bom nuklir yang mereka jatuhkan di Jepang, Amerika pun terus mengembangkan senjata nuklir. Pada 1952, mereka berhasil mengembangkan bom hydrogen, yang lalu disempurnakan dua tahun kemudian, dan sekarang Amerika memiliki 20 pusat pengembangan nuklir, dan memiliki persediaan 5.113 bom nuklir.

2. Rusia

(29)

Universitas Sumatera Utara dengan Tsar Bomba108 yang memiliki daya ledak lebih dari 100 mega ton. Uji coba nuklir rusia Tsar Bomba ini merupakan uji coba nuklir terbesar yang pernah ada, sementara uji coba nuklir terakhir terjadi pada 1992. Rusia merupakan negara kedua yang meledakkan bom nuklir di dunia, setelah Amerika Serikat, pada tahun 1990, Rusia telah melakukan kurang lebih 715 uji coba bom nuklir, termasuk 969 uji coba peralatan nuklir. Rusia juga pernah memiliki persediaan senjata nuklir terbanyak yang mencapai 41.000 unit, namun setelah dilucuti, jumlah senjata nuklir yang dimiliki Rusia berjumlah sekitar 2.825 unit.

3. Inggris

Inggris melakukan uji coba nuklirnya yang pertama pada tahun 1952, dengan data penciptaan senjata nuklir yang sebagian besar diperoleh dari hasil kerjasama dengan Amerika, ketika inggris pernah terlibat dalam Manhattan Project. Inggris melakukan pengembangan senjata nuklir dengan tujuan utama untuk melawan Rusia secara independen. Inggris memiliki persediaan nuklir sejumlah 225 unit, dan melengkapi sejumlah armada kapal dengan senjata nuklir. Pada tahun 1968, inggris menandatangani perjanjian untuk tidak mengembangkan lebih lanjut mengenai proyek senjata nuklir dengan bergaabung dalam perjanjian Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT). Inggris dan amerika juga bekerjasama dalam bidang keamanan nuklir, hingga

108

(30)

Universitas Sumatera Utara sejak awal tahun 1958 mengadakan persetujuan kerjasama di bidang pertahanan (Mutual Defence Agreement). Inggris juga pernah melakukan uji coba bom hydrogen dan uji coba nuklir terakhir dilakukan pada tahun 1991

4. Cina

Cina melakukan uji coba nuklirnya yang pertama pada tahun 1964, dan mengejutkan dinas intelijen di negara barat karena cina mendapat pengetahuan nuklirnya dai Rusia. Pada tahun 1967, Cina juga diketahui melakukan uji coba bom hydrogen, dan melakukan uji coba terakhirnya pada tahun 1996. Cina memiliki persediaan nuklir kurang lebih sebanyak 240 unit, dengan yang aktif mencapai 180 unit. Dengan persediaan bom nuklir yang banyak, cina merupakan satu-satunya negara pemilik senjata nuklir yang memberikan jaminan kepada negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir, bahwa mereka tidak akan menyerang negara tersebut, dan tidak akan meledakkan bom nuklir di zona bebas senjata nuklir, kapan pun dan dalam kondisi apa pun. Sikap cina ini sesuai dengan kesepakatan tentang perjanjian nonproliferasi nuklir.

5. Prancis

(31)

Universitas Sumatera Utara Bom109. Selain Fusion Bom, prancis juga mengembangkan bom hydrogen yang di ujicoba juga pada tahun itu. Hingga saat ini, prancis telah melakukan lebih dari 200 percobaan uji coba bom nuklir dan yang terakhir terjadi pada tahun 1995. Setelah perang dingin usai Perancis telah melucuti 175 hulu ledak dan mengurangi modernisasi persenjataannya yang kini telah berevolusi ke sistem dual berdasarkan rudal kapal selam balistik (SLBM) dan jarak menengah udara-ke-permukaan rudal (Rafale fighter- pembom). Namun senjata nuklir jenis baru masih dalam pengembangan oleh prancis saat perang dingin usai dan pasukan skuadron nuklir telah dilatih selama operasi

Enduring Freedom of Afghanistan110. Presiden Jacques Chirac

menyatakan aksi teroris atau penggunaan senjata pemusnah massal melawan Prancis akan menghasilkan serangan balik nuklir. Dengan persediaan nuklir yang cukup banyak, prancis bergabung kedalam anggota Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) untuk setuju agar tidak mengembangkan Nuklir untuk kepentingan militer dan menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir pada tahun 1992 pada bulan Januari 2006. Pada bulan Februari 2015, Presiden Francois

109 Senjata jenis ini disebut senjata termonuklir atau bom hidrogen (disingkat sebagai bom-H), karena tipe ini didasari proses fusi nuklir yang menggabungkan isotop-isotop hidrogen (deuterium dan tritium). Meski, semua senjata tipe ini mendapatkan kebanyakan energinya dari proses fisi (termasuk fisi yang dihasilkan karena induksi neutron dari hasil reaksi fusi.) Tidak seperti tipe senjata fisi, senjata fusi tidak memiliki batasan besarnya energy yang dapat dihasilkan dari sebuah sejata termonuklir.

(32)

Universitas Sumatera Utara Hollande menekankan perlunya pencegahan nuklir di dunia, dia juga mengatakan kalau Perancis sekarang memiliki kurang dari 300 hulu ledak nuklir, tiga set 16 kapal selam yang bisa meluncurkan rudal balistik dan 54 rudal udara jarak menengah, prancis begitu transparan mengenai kepemilikan senjata nya, dan mereka mendesak negara-negara lain untuk menunjukkan transparansi serupa111.

Negara yang dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir sesuai dengan perjanjian nonproliferasi adalah ke-lima negara tersebut, alasan mengapa ke-lima negara tersebut dibenarkan untuk memiliki nuklir karena negara-negara tersebut merupakan anggota tetap dewan keamanan PBB, dan hanya mereka lah yang dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir demi kepentingan keamanan dunia. walaupun hanya ke-5 negara tersebut yang dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir, ada beberapa negara di dunia ini yang memiliki dan terbukti memiliki senjata nuklir walaupun menyangkalnya, negara tersebut adalah112:

1. Korea Utara

Korea utara dahulunya merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir tetapi kemudian menarik diri pada 10 Januari 2003. Pada Februari 2005 Korea Utara mengklaim telah memiliki sejumlah senjata nuklir aktif, walaupun diragukan sejumlah ahli karena Korea Utara kurang dalam melakukan uji coba. Pada Oktober 2006, Korea Utara mengatakan seiring dengan tekanan oleh Amerika Serikat, akan

111Francois Hollande: Perancis Memiliki Sekitar 300 Hulu Ledak Nuklir‖ sebagaimana dimuat dalam berita elektronik eramuslim, diakses melalui http://www.eramuslim.com/berita/francois-hollande-perancis-memiliki-sekitar-300-hulu-ledak-nuklir.htm#.VeVzi_mqqko terakhir diakses pada tanggal 31 Agustus 2015 pukul 16.00

(33)

Universitas Sumatera Utara mengadakan sejumlah uji coba nuklir sebagai konfirmasi atas status nuklirnya. Korea Utara melaporkan sebuah uji coba nuklir yang sukses pada 9 Oktober 2006. Kebanyakan pejabat intelejensi AS mempercayai bahwa sebuah uji coba nuklir telah dilangsungkan seiring dengan dideteksinya isotop radioaktif oleh angkatan udara AS, akan tetapi kebanyakan pejabat setuju bahwa uji coba tersebut kemungkinan hanya mengalami sedikit keberhasilan, dikarenakan daya ledaknya yang hanya berkisar kurang dari 1 kiloton

2. India

India tidak pernah menjadi anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. India menguji coba sebuah alat nuklir damai, sebagaimana digambarkan oleh pemerintah India pada 1974 uji coba pertama yang dikembangkan setelah pendirian NPT, menjadi pertanyaan baru tentang bagaimana sebuah teknologi nuklir sipil dapat diselewengkan untuk kepentingan persenjataan. Motivasi utamanya diperkirakan adalah untuk melawan NATO113. India kemudian menguji coba hulu ledak nuklirnya pada 1998 yang disebut dengan Operasi Shakti114, termasuk sebuah alat termonuklir walaupun kesuksesan termonuklir tersebut masih diragukan. Pada Juli 2005, India secara resmi diakui oleh Amerika Serikat sebagai sebuah negara dengan teknologi nuklir

113 Pakta Pertahanan Atlantik Utara adalah sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949, sebagai bentuk dukungan terhadap Persetujuan Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949.

(34)

Universitas Sumatera Utara maju yang bertanggungjawab dan setuju untuk melakukan kerjasama nuklir di antara kedua negara.115

3. Pakistan

Pakistan bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan senjata nuklirnya dimulai pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara nuklir setelah pembangunan reaktor nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan peralatan dan bahan yang disediakan oleh negara-negara barat pada awal 1970-an. Setelah uji coba senjata nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai program pengembangan senjata nuklirnya dan secara rahasia membangun fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad. Banyak spekulasi yang menyatakan Pakistan telah memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir 1980-an. Hal tersebut masih bersifat spekulatif sampai pada 1998 ketika Pakistan melakukan uji coba pertamanya di Chagai Hills, beberapa hari setelah India melakukan uji cobanya

4. Israel

Israel bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, atau mengembangkan program senjata nuklir. Walaupun Israel mengklaim Pusat Riset Nuklir Negev dekat Dimona adalah sebuah reaktor penelitian, tetapi tidak ada hasil pekerjaan ilmuwan yang

(35)

Universitas Sumatera Utara bekerja disana yang dipublikasikan. Informasi mengenai program di Dimona dibeberkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada 1986. Analisis gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil bergerak, dan situs peluncuran pada foto satelit. Badan Tenaga Atom Internasional mempercayai Israel memiliki senjata nuklir. Israel mungkin telah melakukan sebuah uji coba senjata nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, tetapi hal ini belum dikonfirmasikan. Menurut Natural Resources Defense Council dan Federasi Ilmuwan Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata.

Cadangan hulu ledak nuklir di dunia tercatat turun menjadi 15.850, kebanyakan karena kebijakan Amerika Serikat dan Rusia116. Temuan tersebut diumumkan oleh lembaga penelitian asal Swedia, Stockholm Peace Research

Institute (SIPRI)117. Namun begitu SIPRI juga mengklaim kedua negara adidaya

dan tujuh negara lain yang memiliki senjata nuklir terus memodernisasi alat perangnya, yang secara nyata menjadi kegagalan Nuclear Non-Proliferation Treaty dalam menjalankan rezimnya untuk membatasi kepemilikan nuklir dan

membatasi negara pemilik senjata nuklir untuk memodernisasi senjatanya.

2. Non-Nuclear Weapon States (NNWS)

Non-Nuclear Weapon States dalam perjanjian Nonproliferasi nuklir

adalah negara yang menyandang status untuk boleh memiliki nuklir namun hanya

116 “Remajakan Senjata Nuklir, Negara Adidaya Waspadai Perang Terbuka” sebagaimana dimuat dalam http://www.dw.com/id/remajakan-senjata-nuklir-negara-adidaya-waspadai-perang-terbuka/a-18517525 diakses pada tanggal 26 agustus 2015 pukul 13.00

(36)

Universitas Sumatera Utara sebatas untuk kepentingan damai saja, dan tidak boleh memiliki senjata nuklir ataupun proyek nuklir manapun yang bisa berujung terhadap pemakaian senjata nuklir. NNWS dalam perjanjian nonproliferasi nuklir hanya dibenarkan untuk memiliki nuklir demi kepentingan damai, dan apabila ternyata diketahui memiliki senjat nuklir atau mengembangkan proyek senajata nuklir, maka bisa dikenakan sanksi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Proyek pengembangan nuklir NNWS diawasi oleh Badan Atom Internasional atau International atomic Energy Agency (IAEA), yang mana IAEA berperan sebagai sebuah forum antar

pemerintah (an intergovernmental forum) untuk keilmuan dan kerjasama teknik dalam pemanfaatan secara damai teknologi nuklir di seluruh dunia. Dengan tujuan untuk mewujudkan perdamaian internasional dan keamanan serta untuk mewujudkan tujuan-tujuan millenium Dunia (the World’s Millennium Goals) bidang sosial, ekonomi, dan peningkatan kualitas lingkungan. Peran IAEA dalam kesepakatan perjanjian nonproilferasi nuklir adalah sebagai tindak lanjut Traktat NPT didasarkan pada dua perangkat hukum yaitu perjanjian keselamatan comprehensive (Comprehensive Safeguard Agreement) dan Protokol Tambahan (Additional Protocols) dan cara-cara lainnya seperti Small Quantities Protocol (SQP). pengamanan berupa tindakan-tindakan independen IAEA dengan membuat sebuah verifikasi yang didasarkan pada pernyataan yang dibuat oleh negara-negara anggota tentang bahan-bahan nuklir yang dimiliki negaranya dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengannya

(37)

Universitas Sumatera Utara tersebut, protocol tambahan ini dibuat karena insiden Irak yang ternyata mengembangkan senjata nuklir secara diam-diam dimana Irak telah menjadi negara peserta Traktat NPT pada tahun 1970 sebagai NNWS dan telah menandatangani safeguard agreement dengan IAEA seperti yang diharuskan oleh Traktat. Oleh karena itu, Irak dianggap tetap pada komitmennya sebagai NNWS. Peran IAEA adalah hanya lembaga yang melakukan verifikasi semata-mata atas laporan dari Irak tentang bahan nuklir dan instalasi yang dimilikinya. Jadi, meskipun selama ini seluruh instalasi nuklir di Irak selalu diumumkan dan dilaporkan ke IAEA ternyata sejak awal tahun 1990-an diketahui bahwa Irak telah mengembangkan program senjata nuklir secara diam-diam.

(38)

Universitas Sumatera Utara berkenaan dengan peredaran bahan bakar nuklir dan lokasinya, dan tindakan teknis lainnya, misalnya pengambilan sample lingkungan (environmental sampling).

B. Hak dan kewajiban negara anggota perjanjian Non-proliferasi Nuklir

Setiap negara anggota perjanjian non-proliferasi nuklir memperoleh hak-hak yang menguntungkan bagi negara tersebut, disamping hak-hak-jak tersebut, teradapat juga kewajiban-kewajiban yang mesti dipenuhi oleh negara tersebut, dan adanya sanksi bagi yang melanggar ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut. Walaupun pada perjanjian non-proliferasi tidak ada dibahas mengenai sanksi bagi yang melanggar ketentuan-ketentuan yang telah disepakati, bukan berarti tidak ada sanksi bagi yang melanggar perjanjian tersebut.

Selain kewajiban, jika suatu negara merasa dirugikan hak atau kepentingannya oleh perjanjian ini, negara tersebut dibenarkan untuk keluar dari perjanjian dengan alasan yang jelas, karena pembuatan perjanjian ini pada dasarnya untuk membatasi penggunaan nuklir untuk kepentingan militer di dunia, karena efek nuklir yang menyebabkan kerugian luar biasa diharapkan tidak terulang kembali seperti peristiwa Hiroshima dan Nagasaki. Setiap negara anggota perjanjian non-proliferasi nuklir harus setuju dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian non-proliferasi nuklir, dank arena perjanjian non-proliferasi nuklir adalah suatu perjanjian yang diawasi oleh badan atom internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) dan secara tidak langsung setiap

(39)

berbeda-Universitas Sumatera Utara beda, sesuai dengan status negara dalam perjanjian ini. Semua disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan negara dalam mengembangkan teknologi nuklirnya.

1. Hak dan Kewajiban Non-Nuclear Weapon States (NNWS)

Negara yang tidak dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir (NNWS), memiliki hak dan kewajiban yang berbeda dengan negara yang dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir. Walaupun tidak dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir, namun NNWS juga mendapat hak istimewa karena telah menjadi anggota perjanjian nonproliferasi nuklir.

Hak NNWS sesuai dengan perjanjian nonproliferasi nuklir adalah118: a. NNWS berhak untuk melakukan kerjasama nuklir untuk

kepentingan damai dengan negara-negara anggota perjanjian non-proliferasi;

b. NNWS berhak untuk mendapat bantuan bahan dasar nuklir selama digunakan untuk tujuan damai dan diawasi oleh IAEA; c. NNWS berhak untuk mendapat bantuan teknologi nuklir untuk

kepentingan damai;

d. NNWS berhak untuk keluar dari perjanjian ini apabila ada kepentingan dari negara itu yang dilanggar atau hak yang dilanggar yang menyebabkan negara itu rugi.

Kewajiban bagi NNWS dalam perjanjian non-proliferasi nuklir ini antara lain adalah119:

(40)

Universitas Sumatera Utara a. Berkewajiban untuk tidak mengembangkan teknologi nuklir

yang mengarah ke tujuan militer

b. Berkewajiban untuk tidak menerima segala macam jenis bantuan dari negara manapun terhadap teknologi nuklir yang mengarah ke program nuklir untuk kepentingan militer

c. Berkewajiban untuk membuat laporan mengenai program teknologi nuklir yang mereka miliki kepada IAEA

d. Berkewajiban untuk menandatangani IAEA safeguards agreement

e. Berkewajiban untuk menandatangani protocol tambahan oleh IAEA

f. Bersedia memberikan ruang kepada IAEA untuk melakukan inspeksi terhadap kepemilikan dan pengembangan teknologi nuklir.

2. Hak dan Kewajiban Nuclear Weapon States (NWS)

Negara pemilik senjata nuklir atau NWS mempunyai hak yang sama dengan negara NNWS dalam perjanjian non-proliferasi nuklir, hanya saja hak negara pemilik senjata nuklir hanya mereka lah yang dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir, sesuai yang tertera dalam perjanjian non-proliferasi nuklir

(41)

Universitas Sumatera Utara b. Berkewajiban untuk tidak membantu NNWS atau negara manapun yang tidak dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir untuk mengembangkan senjata nuklir baik itu dalam penyediaan bahan dasar untuk membuat senjata nuklir, maupun membantu dalam bidang teknologi

Hak dan kewajiban yang ada dalam perjanjian non-proliferasi nuklir pada dasarnya adalah untuk membatasi pengembangan teknologi nuklir oleh negara anggotanya karena ditakutkan akan mengembangkan senjata nuklir yang mengancam keamanan dunia, hal ini lah yang menjadi pertimbangan dalam perjanjian nonproliferasi nuklir mengapa tidak dihapuskan saja senjata nuklir yang ada di dunia, karena harus ada negara superpower yang menjadi pemilik senjata nuklir dan bertugas menjaga keamanan dunia.

C. Peran NPT (Perjanjian Non-proliferasi nuklir) dalam aturan pengembangan teknologi Nuklir Bagi Negara Anggota perjanjian NonProliferasi Nuklir

1. Keberhasilan NPT dalam membatasi pengembangan teknologi nuklir

(42)

Universitas Sumatera Utara senjata nuklirnya, negara yang dulunya memiliki senjata nuklir namun sekarang sudah tidak memiliki senjata nuklir lagi karena sudah bergabung dalam perjanjian nonproliferasi nuklir, adalah sebagai berikut120:

1. Iran

Iran menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan mengemukakan ketertarikannya dalam teknologi nuklir termasuk pengayaan nuklir untuk tujuan damai (sebuah hak yang dijamin dalam perjanjian), tetapi CIA (badan rahasia AS) dan beberapa negara barat mencurigai bahwa hal tersebut sebenarnya untuk menutupi program untuk pengembangan senjata nuklir dan mengklaim bahwa Iran memiliki sedikit kebutuhan untuk mengembangkan tenaga nuklir, dan secara konsisten memilih opsi nuklir yang dapat menjadi multi penggunaan dibandingkan dengan memilih teknologi nuklir yang hanya bisa digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik. Mantan Menteri Luar Negeri Iran Kamal Kharrazi secara tegas menyatakan ambisi negaranya dalam teknologi nuklir. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) kemudian melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB pada 4 Februari 2006 sebagai respon dari kekhawatiran negara-negara barat akan program nuklir Iran. Pada 11 April 2006, presiden Iran mengumumkan bahwa Iran telah berhasil melakukan pengayaan uranium untuk dapat digunakan dalam reaktor untuk pertama kalinya. Pada 22 April 2006, delegasi Iran untuk badan pengawasan nuklir PBB bahwa Iran telah mencapai persetujuan awal

(43)

Universitas Sumatera Utara dengan Kremlin untuk membentuk sebuah kerjasama dalam pengayaan uranium bersama di wilayah Rusia. Sekarang iran telah mencabut semua proyek pengembangan senjata nuklirnya dengan syarat Amerika mencabut embargonya terhadap iran

2. Brazil

Rejim militer Brazil membentuk program penelitian senjata nuklir dengan kode Solimões pada tahun 1978, walaupun telah meratifikasi Perjanjian Tlatelolco pada 1968. Program tersebut kemudian ditinggalkan ketika sebuah pemerintahan terpilih berkuasa pada 1985. Pada 13 Juli 1998 Presiden Fernando Henrique Cardoso menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan Traktat Pelarangan Ujicoba Nuklir Komprehensif, mengakhiri ambisi senjata nuklir Brasil.

3. Argentina

Argentina membentuk Komisi Energi Atom Nasional (National Atomic Energy Commission atau CNEA) pada 1950 untuk

mengembangkan program energi nuklir untuk tujuan damai tetapi kemudian mengadakan penelitian program senjata nuklir di bawah kepemimpinan militer tahun 1978 pada suatu saat ketika menandatangani tetapi belum meratifikasi Perjanjian Tlatelolco121. Program ini kemudian ditinggalkan setelah proses demokrasi pada 1983. Beberapa laporan tidak resmi dan intelijen AS kemudian melaporkan bahwa Argentina meneruskan beberapa jenis program

(44)

Universitas Sumatera Utara senjata nuklir pada 1980-an122, terutama dikarenakan rivalitas dengan Brasil, tetapi akhirnya program tersebut dibatalkan. Pada awal 1990-an, Argentina dan Brasil membentuk sebuah badan inspeksi bilateral bertujuan untuk melakukan verifikasi kegiatan kedua negara dalam penggunaan energi nuklir dengan tujuan damai. Argentina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 10 Februari 1995.

4. Australia

Setelah Perang Dunia II, kebijakan pertahanan Australia membentuk kerjasama pengembangan senjata nuklir dengan Britania Raya. Australia menyediakan uranium, wilayah untuk uji coba senjata dan roket, serta ilmuwan. Canberra juga secara aktif terlibat dalam program peluru kendali Blue Streak. Pada 1955, sebuah kontrak dengan perusahaan Britania ditandatangani untuk membangun

Hi-Flux Australian Reactor (HIFAR)123. HIFAR dianggap sebagai

langkah pertama dari rencana untuk membangun reaktor yang lebih besar yang berkemampuan untuk memproduksi plutonium yang lebih banyak bagi kebutuhan senjata nuklir. Ambisi nuklir Australia akhirnya ditinggalkan pada 1960-an. Australia kemudian menandatangani NPT pada 1970 dan meratifikasinya pada 1973 5. Irak

122

https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_dengan_senjata_nuklir. Loc.cit

(45)

Universitas Sumatera Utara Irak telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir namun mereka terbukti memiliki sebuah program riset senjata nuklir pada 1970-an sampai 1980-an. Pada 1981, Israel menghancurkan reaktor nuklir Irak Osiraq. Tahun 1996, Hans Blix melaporkan bahwa Irak telah melucuti atau menghancurkan semua kemampuan nuklir mereka. Tahun 2003, sebuah koalisi multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat menginvasi Irak berdasarkan laporan intelijen yang melaporkan bahwa Irak memiliki senjata yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Karena Irak menolak untuk bekerja sama dengan inspeksi PBB, Irak dicurigai oleh banyak anggota Dewan Keamanan PBB memiliki program nuklir. Akan tetapi, tahun 2004, Laporan Duelfer menyimpulkan bahwa program nuklir Irak telah ditutup pada 1991.

6. Polandia

Riset nuklir di Polandia dimulai pada awal 1960-an, ketika tercapainya reaksi fisi nuklir terkontrol pertama pada akhir 1960-an. Pada 1980-an, riset difokuskan pada pengembangan reaksi mikro-nuklir di bawah kontrol militer. Polandia saat ini mengoperasikan reaktor riset nuklir MARIA di bawah kendali Institute of Atomic

Energy di Świerk dekat Warsawa124

. Polandia telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan secara resmi mengumumkan tidak memiliki senjata nuklir

(46)

Universitas Sumatera Utara 7. Rumania

Rumania menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1970.

Walaupun demikian, di bawah pemerintahan Nicolae Ceauşescu, pada

1980-an, Rumania memiliki program pengembangan senjata nuklir

rahasia yang berakhir ketika Nicolae Ceauşescu digulingkan pada

1989. Sekarang ini Rumania mengoperasikan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua buah reaktor yang dibangun dengan bantuan Kanada. Rumania juga memiliki fasilitas penambangan dan pengayaan uraniumnya sendiri untuk pembangkit listrik dan sebuah program riset125

8. Swedia

Swedia secara serius mempelajari pengembangan senjata nuklir antara 1950-an dan 1960-an. Swedia diperkirakan memiliki pengetahuan yang cukup yang memungkinkan negara itu untuk membuat senjata nuklir. Sebuah fasilitas penelitian senjata dibangun di Studsvik, SAAB126 pernah membuat rencana untuk sebuah pesawat pengebom nuklir berkecepatan supersonik yang berkode A36. Swedia kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan program senjata nuklirnya dan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.

9. Korea Selatan

125 Federation of American Scientists (fas.org). Romania Special Weapons

126 SAAB awalnya merupakan singkatan dari Svenska Aeroplan AB. AB adalah singkatan dari aktiebolaget atau perusahaan SAAB didirikan sebagai perusahaan pesawat pada 1937 di kota Linköping, Swedia.

(47)

Universitas Sumatera Utara Korea selatan memulai program senjata nuklirnya pada awal 1970-an, yang diperkirakan ditinggalkan ketika Korea Selatan menandatangani NPT pada 1975. Akan tetapi banyak laporan yang mengatakan program tersebut kemudian dilanjutkan oleh militer. Pada akhir tahun 2004, pemerintah Korea Selatan mengungkapkan kepada IAEA bahwa para ilmuwan di Korea Selatan telah mengekstrak plutonium pada tahun 1982 dan memperkaya uranium yang hamper mendekati kelas senjata pada tahun 2000.

10. Afrika Selatan

Afrika Selatan membuat 6 senjata nuklir pada 1980-an, tetapi kemudian melucutinya pada awal 1990-an sehingga menjadi satu-satunya negara yang diketahui tidak melanjutkan program senjata nuklirnya setelah mengembangkannya sendiri. Pada 1979 terjadi suatu insiden yang dikenal dengan insiden Vela127 di Samudera Hindia yang dicurigai adalah uji coba nuklir oleh Afrika Selatan yang kemungkinan bekerja sama dengan Israel. Hal ini tidak pernah dikonfirmasikan antara Afrika Selatan dan Israel. Afrika selatan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1991 dan menghentikan semua proyek senjata nuklirnya

Dari banyaknya negara yang menghentikan proyek nuklirnya, hal ini membuktikan bahwa NPT telah berhasil dalam menekan dan membatasi

127

(48)

Universitas Sumatera Utara penggunaan nuklir untuk kepentingan militer di dunia dan telah berhasil membawa arti penting nuklir untuk kepentingan damai, dan melihat dari banyaknya negara yang dulunya mempunyai senjata nuklir dan telah melucutinya, NPT mempunyai peranan penting dalam membawa kedamaian dunia. NPT sekarang telah beranggotakan lebih dari 180 negara128 yang konsisten u

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu visa yang dipergunakan untuk keperluan yang meliputi semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan untuk singgah guna meneruskan perjalanan ke negara lain, bergabung dengan

Berdasarkan uraian di atas maka dirasa penting untuk mengkaji mengenai ujicoba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara pada tanggal 12 Pebruari 2013 yang lalu karena