LAMPIRAN
COSPLAY TOKUSATSU
COSPLAY ANIME
COSPLAY GOTHIC
COSPLAY ORIGINAL
LOLITA FASHION
gosurori
gurori
Guro Rori atau Horrible Lolita
Sweet Lolita atau Ama Rori
White Lolita
Punk Lolita
Erotic Lolita atau Ero Rori
Maid Lolita atau Meido
Wa Lolita
Gothic Lolita :
EGA
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pendukung Gaya Busana Harajaku http://id.wikipedia.org/wiki
http://4.bp.blogspot.com
BAB III
GAYA BUSANA
HARAJUKU
DI JEPANG
Pada bagian ini, gaya busana Harajuku di Jepang dibagi menjadi tiga yaitu
cosplay, lolita dan ganguro.
3.1Cosplay
Cosplay berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play"
(bermain). Cosplay berarti hobi mengenakan pakaian beserta aksesori dan rias
wajah seperti yang dikenakan tokoh-tokoh dalam anime, manga, dongeng,
permainan video, penyanyi dan musisi idola, dan film kartun. Pelaku cosplay
disebut cosplayer, Di kalangan penggemar, cosplayer juga disingkat sebagai
coser.Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah
tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun
Indonesia.
Cosplay dibagi menjadi lima jenis yaitu cosplay anime/manga, cosplay
original, cosplay tokusatsu, cosplay game dan cosplay gothic.
3.1.1 Cosplay anime/manga
Cosplay yang berasal dari anime maupun manga dan doujinshi.
Meskipun hal ini dilakukan di Jepang, akan tetapi banyak juga Cosplay yang
menggunakan kostum dari manhwa/komik Korea dan juga komik komik dari
3.1.2 Cosplay Original
Cosplay yang benar-benar original tidak ada di anime, tokusatsu dan
lainnya. Atau memiliki dasar yang sama seperti tokoh game Kingdom heart
misalnya: Sora dan Riku (Kingdom Heart).
3.1.3 Cosplay Tokusatsu
Cosplay yang berasal atau mengambil karakter di film tokusatsu (istilah
dalam bahasa Jepang untuk special effects dan seringkali digunakan untuk
menyebut film sci-fi/fantasi/horor live-action produksi Jepang). Biasanya kostum
yang sering digunakan Cosplayer Tokusatsu adalah kostum Kamen Rider.
3.1.4 Cosplay Game
Cosplay yang berlandaskan karakter karakter dari sebuah game, contohnya
adalah Cloud (Final Fantasy 7), Dante (Devil My Cry), Jin (Tekken)dan masih
banyak lagi yang lainnya.
3.1.5 Cosplay Gothic
Cosplayyang mengambil tema dan karakter yang bernuansa gelap atau
Gothic. Biasanya digabung dengan Lolita. Contohnya: Misa Amane (Death Note)
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Bagi yang menyukai dunia cosplay dan ingin coba-coba atauingin melihat
para cosplayer beraksi, kalian bisa mendatangi acara berikut ini:
1. Gelar Jepang
Biasanya sering diselenggarakan di Universitas, Universitas yang saya tahu
sering menyelenggarakannya adalah UI dan UNJ
2. Bunkasai
Bunkasai sekarang sering sekali diadakan diSMA, diMall, Universitas dan
3. Hellofest
Tempatnya ditentukan oleh pihak penyelenggara, jadi kalo ingin datang
keacara Hellofest harus sering sering cari informasi tentang acara tersebut.
4. Animonster Event
Event yang disponsori oleh Animonster, biasanya ada acara lomba cosplay
juga di dalamnya.
3.2Lolita
Publik Jepang mulai mengetahui keberadaan Lolita fashion setelah
diputarnya film Kamikaze Girls (Shimotsuma Monogatari) pada tahun 2004.
Pemakai busana Lolita meningkat dengan drastis pada dekade 2000-an di
kota-kota besar Jepang seperti Tokyo dan Osaka sebagai salah satu bentuk busana
jalanan (street fashion). Satu ciri khas Lolita fashion adalah rok menggembung
yang amat indah. Penampilan busana Lolita fashion yang amat mencolok dan
berlebih-lebihan ini menempatkan busana Lolita pada kedudukan istimewa
tersendiri di antara busana jalanan lainnya di Jepang.
Lolita fashion berasal dari mode gaun era Barok, Rokoko, dan Victoria
bercampur citra putri raja dari buku cerita dongeng yang dibaca anak gadis ketika
mereka masih kecil. Menurut buku Lolita Ishō Dōraku (Ketamakan Kostum Lolita), "Budaya dan agama di Jepang begitu berbeda dari budaya dan agama
Eropa-Amerika, sehingga orang Jepang mencampuradukkan mode busana dunia nyata
dengan busana dunia fiksi yang melahirkan gaya orisinal fashion Lolita."
potongan baju anak orok, ditambah pemakaian kerut (frill) dan renda secara
berlebih-lebihan seperti putri raja dan gadis aristokrat dari era feodalisme Eropa.
Meski ada kecenderungan mode pakaian wanita mengikuti penilaian pria yang
suka atau tidak suka terhadap mode pakaian tersebut, gadis pemakai busana mode
Lolita hanya mau memakai baju yang mereka senangi. Mereka tidak peduli
dengan penilaian orang lain, apalagi tren busana mutakhir. Kendati pada dekade
2000-an, Lolita fashion bukanlah sesuatu yang trendi, pada awal dekade 2010-an
mulai banyak merek-merek busana yang menjual busana Lolita, dan tersedia
banyak pilihan model busana Lolita. Walaupun setiap merek busana Lolita
memiliki ciri khas tersendiri, secara keseluruhan mereka melahirkan sebuah
"corak mode" (style) yang umum. Beberapa unsur busana Lolita juga telah diserap
ke dalam tren busana mutakhir oleh merek-merek busana non-Lolita.
Di dalam buku Lolita Ishō Dōraku diperkenalkan lini busana kasual dari merek-merek busana Lolita, pakaian rumah (pakaian dalam dan pakaian tidur)
yang disenangi penggemar busana Lolita. Ada pula lini busana kasual yang
diproduksi oleh merek-merek busana Lolita.
Istilah Lolita dalam Lolita fashion diambil dari nama karakter dalam novel
Lolita karya Vladimir Nabokov. Novel ini terkenal karena subjeknya yang kontroversial. Protagonis adalah seorang pria setengah baya dosen sastra sekaligus
hebefilia bernama Humbert Humbert yang terobsesi oleh gadis berusia 12 tahun
bernama Dolores Haze. Setelah menjadi ayah tirinya, Humbert terlibat secara
seksual dengan Dolores. "Lolita" adalah panggilan kesayangan untuk Dolores.
Dari novel ini juga tercipta istilah Lolita complex yang berarti pria yang memiliki
Deskripsi oleh Nabokov sangat mendetail, Lolita adalah gadis berusia
12 tahun dengan penampilan, cara berbicara, dan perilaku bagaikan seorang gadis
nakal. Di mata Nabokov, Lolita adalah seorang nymphet, gadis muda yang genit
dan suka main cinta. Definisi Lolita di Jepang hampir-hampir bertolak belakang
dengan deskripsi Nabokov. Di Jepang, Lolita berarti anak perempuan yang masih
murni dari seks, atau wanita yang sebetulnya sudah dewasa, namun berparas
kekanak-kanakan dan berperilaku seperti anak-anak. Novala Takemoto
berpendapat perlunya pembedaan antara Lolita versi Nabokov dan pengertian
Lolita versi Jepang. Menurutnya, pengertian Lolita versi Jepanglah yang dipakai
dalam konteks Lolita fashion.
3.2.1 Fashion Gothic Lolita
Fashion Lolita adalah sebuah gaya berpakaian yang cenderung berkesan
manis atau lucu. Bagi cewek yang memakai gaya ini akan terlihat sangat
manis dan lucu saat memakainya. Lolita awalnya berasal dari judul novel
karya Vladmir Nabokov pada tahun 1995, sedangkan orang Jepang sendiri
menerjemahkan kata Lolita sebagai boneka atau gadis yang manis, lucu, imut,
ceria serta cantik. Style ini sebenanya sudah lama muncul yaitu pada tahun 70-an,
tetapi baru populer saat tahun 1990-an dan 2000-an. Dan yang pertama kali
mempelopori gaya ini adalah Mana dalam bandnya Malice Mizer. Pelopor Lolita
lain yang sangat berpengaruh dalam gaya ini adalah mangaka Kaori Yuki,
Lolita dibagi dalam beberapa genre atau jenis yaitu :
3.2.1.1Gothic Lolita atau Gosurori
Style Lolita ini adalah yang paling terkenal di Jepang. Style ini
mengadaptasi dari dua style dari zaman yang berbeda, yaitu Gothic dari
zaman-zaman kegelapan eropa dan Lolita periode Rococo dan Victorian. Sesuai namanya
Gothic Lolita selalu berkombinasi dengan warna hitam dan putih, disertai
kombinasi renda-renda diujung pakaian dan hiasan pita-pita. Kebanyakan
dibagian roknya dihiasi dengan crinoline dan petticoat. Dan dilengkapi dengan
stocking atau bisa juga pakai kaos kaki hingga lutut, jangan lupa juga sepatu boots
Marry Jane. Aksesoris yang biasa dipakai adalah, topi, boneka, bandana, dan
aksesorisnya juga terkadang dilengkapi dengan renda berkerut.
Gothic Lolita sendiri dibagi menjadi 2 Sub-Genre
3.2.1.2Guro Rori atau Horrible Lolita
Gothic Lolita jenis ini mengutamakan kesadisan yang tampak pada
aksesoris dan aksen-aksen yang mengerikan. Jenis ini sangat digemari banyak
anak muda jepang karena aksesoris yang sadis yang menarik perhatian mereka.
3.2.1.3Sweet Lolita atau Ama Rori
Style Lolita dari genre ini pasti sudah mencerminkan gadis kecil yang
manis, cantik, lucu serta ceria. Karena kesan dari penampilan Lolita jenis ini
haruslah dibuat semanis dan secantik mungkin. Pakaian yang biasa digunakan
biasanya baju dengan terusan rok. Dan warna yang biasa dipakai style jenis ini
biasanya warna-warna pastel yang cerah, contohnya pink pastel, merah pastel,
biru pastel, ungu pastel dan crem. Dalam Sweet Lolita ini ada juga satu sub-genre
yaitu White Lolita atau Shiro Rori. Style dari White Lolita tentunya memakai
Sesuai dengan namanya, Punk Lolita adalah campuran dari gaya Punk
dan gaya Lolita. gadis yang mengenakan style ini tampak seperti seorang gadis
tomboy yang cantik.
3.2.1.4Erotic Lolita atau Ero Rori
Jenis dari gaya Lolita ini lebih mengutamakan keindahan tubuh
sang pemakai. Style ini cenderung memperlihatkan bentuk tubuh pemakai.
Jika memakai rok, roknya pasti akan lebih pendek dari Lolita biasa, dan biasanya
roknya hanya menutupi tubuh bagian atas saja setelah itu kebawahannya memakai
celana terusan sepatu yang ketat.
3.2.1.5Maid Lolita atau meido
Style Lolita yang ini pasti siapapun tau. Style ini diadaptasi dari pakain
pelayan Perancis. Pakaian dalamnya atau dalaman roknya dirombak seperti korset
atau stocking tinggi. Banyak yang percaya jika siapapun yang memakai style ini
akan terlihat muda 10 tahun karena saking imutnya.
3.2.1.6Wa Lolita
Style ini terkenal dengan bentuknya yang dipadukan dengan kimono atau
yukata, dan seperti yg kita ketahui kimono atau yukata adalah pakaian tradisional
Jepang. Panjang pakaian ini biasanya tak lebih selutut.
3.2.1.7Clasic Lolita
Gayanya lebih dewasa dengan aksesoris motif bunga, off white
ataupun warna-warna gelap. Potonganya juga menonjolkan kelangsingan tubuh
3.2.1.8Gothic Lolita
Gaya Gothic Lolita adalah perpaduan antara gaya Gothic dan Lolita
fashion. Secara umum Gothic adalah nama suatu periode yang berkisar pada
abad ke-18 di Eropa, tepatnya di Eropa Utara. Pada era ini, terjadi perkembangan
besar-besaran di bidang karya seni, sastra dan arsitektur dimana perkembangan
karya-karya tersebut umumnya dipengaruhi oleh tema-tema religius. Sedangkan
istilah Lolita sering dipakai untuk merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan
anak perempuan di bawah umur.
Gothic Lolita sendiri dipopulerkan oleh Mana dari band Malice Mizer
pada tahun 90-an.Malice Mizer sendiri adalah band dengan konsep terindah,
bukan hanya dari konsep berpakaian, tetapi juga dari lagu yang benar benar indah.
Karena kesuksesanya, Malice Mizer berhasil menarik minat para cosplayer
untuk meniru gaya mereka. Selain itu Mana juga merintis sebuah butik
yang menyediakan fashion Gothic Lolita yang bernama Moi-Même-Moitié.
Moi-Même-Moitié mengedepankan 2 gaya Gothic andalanya yaitu EGA
(Elegant Gothic Aristocrat) dan EGL (Elegant Gothic Lolita). EGA menekankan
pada gaya androginy dimana pakaiannya tidak terpaku hanya untuk pria atau
wanita saja, justru pria dan wanita bisa saling crossing dress. Biasanya baju yang
dipakai berwarna hitam atau putih tapi tidak menutup kemungkinan menggunakan
warna lain. Kesan yang ditunjukkan EGA adalah elegan yang terinspirasi dari
gaya aristocrat abad 18-19. Sedangkan EGL lebih menekankan pada nuansa
kekanakan.
Berdasarkan cara berpakaiannya, Gothic Lolita dapat dibagi menjadi tiga
a. Gothic Lolita: merupakan gaya paling umum dan paling populer dari
sub-kategori Gothic dalam Lolita fashion. Pakaian yang dikenakan
biasanya berwarna khusus hitam dan putih tetapi dapat juga meliputi
warna biru-gelap kehitaman (Moitié) ataupun hitam dan merah.
b. Kurololi (Lolita hitam): merupakan Gothic Lolita tetapi terbatas pada
warna dengan tema serba hitam.
c. Gurololi: berarti Lolita yang mengerikan atau menakutkan. Gaya ini
tidak sekedar dilihat dari kostum saja tetapi harus memakai pakaian
yang dilengkapi dengan darah kental, contohnya dengan perban,
darah palsu, tutup mata, dan lainnya. Makeup yang digunakan oleh
Gothic Lolita biasanya berwarna gelap, hal ini sangat berlawanan
dengan aliran Lolita yang menonjolkan makeup warna terang. Raut
wajah yang pucat juga digunakan dalam gaya ini, tetapi bukan seperti
warna putih pada ’goth’. Selain itu Gothic Lolita menggunakan lipstik
berwarna merah untuk pewarnaan bibir, serta eyeliner warna hitam.
Dalam dunia visual kei, gothic lolita merupakan salah satu gaya yang
cukup diminati. Musisi yang menggunakan gaya ini adalah mana (Malice mizer),
Hizaki(Versailles), rame (Vidoll), dan lain-lain.
Berikut istilah yg sering di pakai dalam fashion lolyta :
a. Aristocrat (atau madam) : adalah fashion Jepang yang terinspirasi dari
baju-baju eropa kelas bangsawan abad 19.
b. Cross dress : adalah memakai pakaian lawan jenis.
c. Dandy : style pria eropa abad 19 seperti kemeja dengan ruffles di leher atau
d. Elegant gothic lolita (EGL) & Elegant gothic aristocrat (EGA) : style yang
di populerkan mana lewat brand pakaianya.
e. Gothic & lolita bible : magazine books yang terbit sekali semusim. Berisi fashion
tips, foto, cara menjahit, catalog butik, ide mendekorasi kostum lolita,
bahkan resep makanan.
f. Gothic lolita & punk brand rock : saingan dari gothic & lolita bible.
Isinya hampir sama dengan gothic & lolita bible.
g. Lolita culture : budaya yang berkembang di barat berhubungan dengan style
lolita.
h. Moi meme moitie : brand pakaian milik mana.
i. Ouji : karakter anak laki-laki dalam lolita fashion. Terinspirasi dari anak laki-laki
yang berpakaian ala Victorian.
j. Super dollfie : boneka yang mirip boneka porcelain.
3.3Ganguro
Ganguro adalah sebuah trend fashion alternatif di kalangan wanita muda
Jepang yang mulai pertengahan 1990-an, dibedakan oleh cokelat gelap dan
kontras make-up bebas diterapkan oleh fashionista.
Kabupaten Shibuya dan Ikebukuro Tokyo adalah pusat fashion Ganguro;
itu dimulai oleh pemuda pemberontak yang bertentangan dengan konsep
tradisional Jepang keindahan; kulit pucat, rambut hitam dan nada make-up netral.
Ganguro bukannya kecokelatan kulit mereka, dikelantang rambut mereka dan
Ganguro memiliki koneksi kecerita rakyat Jepang hantu dan setan yang
digambarkan dengan penampilan yang sama seperti yang ada dikabuki dan
kostum noh. Koneksi ini lebih digaris bawahi oleh yamanba gaya cabang, dinamai
penyihir gunung dalam cerita rakyat Jepang.
Kecenderungan Ganguro dimulai pada pertengahan 1990-andan mencapai
puncaknya pada paruh kedua dekade ini; itu konon menjadi hampir usang oleh
2000 ketika menggila Bihakumuncul di antara perempuan muda yang ingin
meniru tampilan penyanyi populer favorit mereka, khusus Ayumi Hamasaki yang
memulai debutnya pada saat itu. Kecenderungan Ganguro memudar setelah itu,
meskipun pengaruhnya dapat diamati dalam yamanba dan Manbagaya.
3.3.1 Karakteristik
Ganguro muncul sebagai gaya busana baru di Jepang pada awal 1990-an
dan sudah umum disebagian besar kalangan perempuan muda. Dalam mode
Ganguro, cokelat mendalam dikombinasikan dengan rambut dicat dalam nuansa
oranye untuk pirang, atau abu-abu perak yang dikenal sebagai dikelantang tinggi".
Tinta hitam digunakan sebagai mata-kapal dan concealer putih digunakan sebagai
lipstik dan eyeshadow. Bulu mata palsu, permata wajah plastik, dan bubuk
mutiara sering ditambahkan ke ini. Sepatu platform dan pakaian berwarna cerah
melengkapi tampilan Ganguro. Juga khas Ganguro fashiontie-di celup sarung, rok
Ganguro jatuh ke dalam subkultur yang lebih besar dari gyaru (dari bahasa
Inggris "gal"), istilah slang yang digunakan untuk berbagai kelompok perempuan
muda, biasanya mengacu pada perempuan yang terlalu kekanak-kanakan. Para
peneliti di bidang studi Jepang percaya bahwa Ganguro merupakan bentuk balas
dendam terhadap masyarakat tradisional Jepang karena kebencian kelalaian,
isolasi, dan kendala dari masyarakat Jepang. Ini adalah usaha mereka
individualitas, ekspresi diri, dan kebebasan, bertentangan terbuka standar dan
peraturan sekolah.
Ganguro dapat digunakan untuk menggambarkan gadis-gadis, atau gals,
dengantan, meringankan rambut dan beberapa merek pakaian; mereka sering
bingung dengan Oneegyaru(kakak Gal) dan Serebu(Celeb), meskipun Oneegyaru
biasanya berhubungan dengan merek galmahal dan Serebu berfokus pada mode
barat mahal.
Majalah fashion seperti Egg dan Ageha memiliki pengaruh langsung pada
Ganguro tersebut. Majalah Ganguro populer lainnya termasuk Popteen dan Ego
System.Budaya Ganguro sering dikaitkan dengan parapara, gaya tarian Jepang.
Namun, sebagian besar penari para para tidak Ganguro, dan sebagian Ganguro tidak
para penari para, meskipun ada banyak yang Ganguro atau gal dan tari parapara.
Salah satu gadis Ganguro awal yang paling terkenal dikenal sebagai
Buriteri, dijuluki setelah kecap hitam digunakan untuk membumbuiikan kuning
diteriyaki memasak. Telur membuat dia jadi bintang dengan sering menampilkan
dirinya dalam halaman-halamannya selama puncak menggila Ganguro. Setelah
pemodelan dan iklan untuk salon tanning Shibuya"Blacky", tekanan sosial dan
3.3.2 Yamanba dan Manba
Yamanba dan Manba adalah gaya yang dikembangkan dari Ganguro.
Yamanba Old sekolah dan Manba (terutama dikenal sebagai 2004 Manba)
unggulan tans gelap dan lipstik putih, mata pastel make-up, logam atau berkilauan
perekat kecil di bawah mata, lensa lingkaran berwarna cerah, pakaian Dayglo
berwarna plastik, dan aksesoris aneh, seperti sebagai leis Hawaii. Stiker di wajah
mati tak lama setelah tahun 2004 dan, untuk sementara waktu, yamanba
meninggal. Manba kemudian menjadi lebih ekstrim, dengan rambut warna-warni
dan biasanya sintetis. Manba tahun 2008 melihat gelap tan, dan tidak ada stiker
wajah. Rambut biasanya neon / warna-warna cerah, dengan merah muda menjadi
favorit. Wol meniru gimbal, ekstensi, dan klip yang dipakai untuk membuat
rambut tampak lebih panjang. Pakaian tetap sama, meskipun leis yang dipakai
lebih jarang.
Yamanba dan Manba yang berbeda satu sama lain. Yamanba melibatkan
make-up putih hanya di atas mata, sementara Manba makeup diterapkan di bawah
mata juga.Boneka binatang, gelang, lonceng dan bunga kembang sepatu yang
dikenakan.Setara laki-laki disebut "pria Pusat ",pun pada nama jalan belanja
pejalan kaki populer di dekat Stasiun Shibuya di Tokyo disebut Pusat Gai.
Ganguro sebagai cerminan budaya hiphop di Jepang, Ganguro umumnya
dikenal sebagai 'blackface' dengan beberapahiphopyang beredarciri-ciri fisik,
telah muncul sebagaigaya busanabaru di antara beberapa gadis-gadis remaja
Jepang dibeberapa kota metropolitan di Jepang seperti Tokyo. Karena pengaruh
membuat diri mereka menonjol sebagai yang berbedadari orang laindari generasi
yang sama. Mengenakan sepatu dengan solpadatplatform yang lebih dari 10cm
tingginya, berwarna cerah ketatrok mini, memiliki pirang atau rambut putih, dan
memakai makeup berkilauan adalah fitur khusus dari gadis Ganguro. Beberapa
gadis Ganguro bahkan pergi keekstrim dengan memiliki wajah dan leher mereka
kecokelatan atau hitam, sering disorot oleh putih makeup. Dengan demikian,
mereka membuat diri mereka terlihat mirip dengan wanita kulit hitam. Seperti
yang sering diamati di Jepang hari ini, Ganguro bukanlah fenomena sosial yang
terisolasi, tapi dampak yang diberikan oleh budaya hip hop pada genera simuda
Jepang. Berbeda dengan pengamatan lain di Jepang dan bagian lain dunia, seperti
meniru popule rmusik hiphop, lirik, dan gerakan menari, Ganguro terutama tiruan
dari hip hop gambar.
Ada beberapa spekulasi tentang motivasi untuk beberapa gadis-gadis
Jepang untuk menjadi Ganguro. (Barnwell, 2004) Beberapa berspekulasi bahwa
gadis Ganguro menggunakan hip hop gambar untuk memberontak melawan
mengenakan seragam sekolah tradisional untuk mengekspresikan individualitas
mereka. Lainnya berspekulasi bahwa gadis Ganguro meniru selebriti seperti
NamieAmuro, penyanyi dan model Jepang, yang menjadi substansial populer di
Jepang pada 1990-an, ketika ia tampil dengan kulit gelap. Yang lain berspekulasi
bahwa beberapa gadis-gadis Jepang, terinspirasi oleh kesejukan yang dirasakan,
meniru hip-hop tindakan yang mereka kagumi dan meniru pemain populer seperti
Meskipun Ganguro sebagai gaya busana tidak cocok dengan standar sosial
tradisional Jepang dan nilai-nilai budaya, menjadi populer di kalangan beberapa
gadis yang hanya mendekati masa dewasa. Banyak gadis non-Ganguro dan anak
laki-laki siap menerima beberapa elemen Ganguro, dan takut pengecualian,
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG
HARAJUKU
2.1 Sejarah Harajuku
Jepang adalah tempat dimana setiap orang bersifat individu tapi suka berada dalam kelompok. Jika kita mengunjungi taman pada jam tertentu di setiap hari sabtu, kita akan melihat ratusan anak laki-laki berpakaian seperti penyanyi rock dan skater, menari dengan alunan musik rock and roll, mereka sangat serius. Jadi tidak mengherankan juga jika anak perempuan ingin menampilkan mode inovatif yang tidak ada atau belum pernah terlihat sebelumnya, mereka ingin melakukannya di tempat yang sama, pada waktu yang sama dan tempat itu adalah distrik.
Ada sebuah tempat yang sangat populer di sekitar stasiun JR, Distrik Shibuya Tokyo. Lokasinya mencakup sekitar Kuil Meiji, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita, department store Laforet dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Sekitar tahun 1980-an, merupakan tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku yaitu lokasi dimana anak-anak muda berdandan atau berbusana aneh dan menari-nari di jalanan.
Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan bagi orang yang bepergian melalui rute jalan utama Kamakura. Tokugawa leyasu menghadiahkan sebuah tanah kosong kepada ninja yang membantu melarikan diri dari Sakai setelah terjadi insiden Honji. Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di tanah itu untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis yaitu di bagian selatan jalan utama Keshi.
2.2 Perkembangan Gaya Busana Harajuku
Di tahun1990-an gaya Gyaru yang fenomenal adalah Kogyaru yang inosen namunseksi dengan seragam sekolahnya, namun di tahun 2000-an gaya Gyaru yang fenomenal justru gaya slebornya Ganguro gals yang melabrak konsep cantik di masyarakat Jepang, sedangkan untuk saat ini gaya Gyaru yang sedang trend adalahOnee Gyaru yang terkesan dewasa dan mempesona dengan keglamorannya. Ciri khas gaya Shibuya yang paling menonjol adalah riasan wajah dan tubuh mereka yang nyaris sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki, mereka tak segan menggunakan wig, bulu mata palsu, nail arts atau kuku palsu hias, dan alat kosmetik yang selalu lengkap di dalam tas mereka.
(Mori Gyaru) yang merepresentasikan gayayang sudah diadopsi oleh komunitas Gyaru di Shibuya. Anak-anak Makumuro tersebut melakukan performance yang membuat para pengunjung merasakan sensasi utopia dunia fantasi Jepang yang biasanya hanya mereka saksikan dalam dunia dua dimensi. Salah satu perwakilan mereka yang juga seorang magician, yaitu Vincent, ikut bersama saya dan Ms. Hashimoto Ayumi dari Japan Foundation di dalam talk show untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kami mengenai budaya pop Jepang khususnya tentang street fashion Jepang baik di Jepang maupun di Indonesia.
muda dan baby pink mirip gaya-gaya Fairy Kei di . Saat ditanya oleh pengunjung mengenai perbedaan Cosplay di Jepang dan di Indonesia, Vincent sepakat dengan saya bahwa Cosplay di Jepang dan di Indonesia hampir sama, namun tidak seperti di kompetisi Cosplay di Jepang yang membatasi karakter cosplay (hanya boleh dari manga/anime/games Jepang), di Indonesia kreatifitas Cosplayers lebih memiliki ruang gerak yang luas dalam berimajinasi dan mengkreasikan karakter baru yang orisinal, di dalam kompetisi Cosplay, kreasi ini dimasukkan ke dalam kategori Original Characters. Vincent memberikan contoh karakter Wayangbliz Legends yang dikreasikan oleh komunitas Skoater Akademi, karakter imajinasi tersebut memadukan ciri khas wayang Indonesia dengan gaya robot ala Jepang; sedangkan saya sendiri pernah bertemu cosplay tokusatsu dengan karakter Gatot-Gundam (paduan robot Gatot-Gundam dan wayang Gatot Kaca) di sebuah festival budaya Jepang di salah satu mall di Depok, inilah yang membuat cosplay di Indonesia semakin berwarna dan dapat menjadi wadah kreatifitas anak muda Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Alasan Pemilihan Judul
Jepang adalah sebuah negara kepulauan yang pulaunya berjumlah
kira-kira 4.000 buah pulau besar dan kecil, luas wilayahnya sekitar 370.000 km.
Jepang memiliki kemajuan di bidang fashion style (gaya berbusana). Hal ini
ditandai dengan semakin luasnya fenomena gaya berbusana mereka baik di
negara-negara Asia maupun di negara-negara lain. Penggelut dunia fashion sering
mengibaratkan Tokyo yakni ibu kota Jepang sebagai Paris kedua yang berada di
Asia. Baik dari tatanan rambut, tata rias wajah (make up), sampai busana yang
berasal dari negara matahari terbit ini disukai hampir dari seluruh anak muda Asia
termasuk Indonesia. Salah satu alasan mengapa Jepang dianggap sebagai Parisnya
Asia adalah populernya gaya busana yang kini sedang menjadi sorotan dunia bagi
negara Jepang yang disebut dengan Fashion Street. Istilah fashion street diberikan
karena gaya-gaya berbusana ini disebut-sebut merupakan hasil kreatifitas
berbusana orang-orang yang memakainya dan tentu saja dipamerkan di
kawasan.Memang terkenal sebagai tempat "nongkrong" orang-orang yang stylish
dan fashionable.Gayasendiri merupakan semacam street fashion atau fashion
jalanan yang tidak mengenal peraturan. Tampilan yang bertabrakan antara warna,
corak, motif, ukuran, sampai jenis pakaian yang dipakai merupakan ciri khas fashion
Di Indonesia sendiri, banyak remaja-remaja yang sudah melekat dengan
busana. Hal yang paling nyata terlihat yaitu sebagai contoh di kota Medan.
Banyak remaja-remaja yang tergabung dalam komunitas trend. Di Fakultas Ilmu
Budaya sendiri sudah tidak heran melihat mahasiswa banyak yang menggunakan
fashionsebagai style dalam berbusana. Tidak hanya mahasiswa perempuan,
laki-lakinya pun menggunakan tren.
Tidak hanya itu, di daerah ini juga banyak terdapat butik-butik yang
menjual berbagai pakaian dan berbagai pernak-pernik yang sedang trend di
Jepang juga berbagai macam restoran yang membuat tempat ini menjadi salah
satu tujuan pariwisata yang menarik bagi para wisatawan asing
Semangat dandan yang memuliakan kebebasan berkreasi,
kemerdekaanekspresi dari kaum muda Jepang berkembang dijalanan disekitar
kawasan, Tokyo.Berkembang menjadi semacam subkultur kaum muda Jepang
yang produknya berupa gaya dandanan yang belakangan telah menyebar ke
berbagai negara.Melabrak pakem, tatanan, standar dan segala kredo busana
berikut tata rambut dan rias wajah. Hal ini ternyata merupakan bentuk dari
pemberontakan dan pelarian atas keseharian mereka ketika berada di bawah
kekuasaan bos atau atasan. Tekanan bos dan orang tua yang menuntut standar
tinggi untuk sementara dialihkan dengan mengubah diri menjadi tokoh-tokoh
imajinatif dan mencari makna baru. Bahkan di Indonesia sendiri, trendstyle ini
dipopulerkan oleh para artis-artis penyanyi. Tidak hanya di Indonesia saja,
penyanyi-penyanyi yang berasal dari Amerika juga mengakui adanya trend
Berdasarkan pada uraian di atas tersebut, maka penulis tertarik untuk
membahas tentang maraknya trend mode pada remaja-remaja Jepang dengan
judul “Gaya Busana Harajukudi Jepang”
1.2Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk lebih mengenal gaya busana yang ada di Jepang.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan setiap pembaca dan penulis
tentang gaya busana yang ada di Jepang.
3. Untuk menjadi salah satu acuan bagi remaja Indonesia mengenal gaya busana
yang ada di Jepang.
1.3Pembatasan Masalah
Dalamkertas karya ini penulis membahas mengenai gambaran umum
tentang sejarah Harajuku, perkembangan gaya busana Harajuku di Jepang.
1.4Metode Penulisan
Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan, yaitu
metode mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku, serta
menggunakan internet. Selanjutnya data dibahas dan dirangkum untuk kemudian
ABSTRAK
Harajuku adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Meiji Jingū, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), departement store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Di sana akan dijumpai berbagai macam gaya, mulai dari tokoh kartun, gaya seorang punk rock dengan segala pernak-pernik besi sebagai asesoris, gothic dengan ciri khas pakaian dan make up yang serba hitam dan juga yang sedang trend saat ini adalah gaya lolita yang terinspirasi oleh gaya berbusana anak-anak di zaman Victoria. Para pemuda yang memakai gaya Harajuku tersebut berkisar dua puluh lima tahun. Anak-anak muda tersebut menari dengan koreografi yang sangat bagus, yang biasanya dilakukan antara pria dengan pria dan wanita dengan wanita. Semua itu dilakukan sebagai sikap pemberontakan mereka yang jenuh dengan sistem yang berlangsung statis dalam kehidupannya. Berbagai gaya berpakaian ala harajuku yang sangat fenomenal ini terdiri dari gaya Cosplay antara lain gaya tokoh fiksi dan gaya rocker Jepang, bermacam gaya lolita, dan juga gaya decora. Kostum-kostum yang bergaya tokoh fiksi dapat berupa gaya anime atau kartun jepang, maupun tokoh-tokoh film dan video game. Diantara bermacam gaya berpakaian ala Harajuku, gaya lolita memiliki banyak tipe. Pada umumnya, gaya berpakian Harajuku ada yang disadur dari luar maupun hasil kekreatifitasan anak-anak muda Jepang.
Gaya busana atau fashion di Jepang selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan, karena fashion selalu bersifat dinamis merepresentasikan suatu zaman dan masyarakat yang hidup di masa tersebut. Fashion juga bisa merepresentasikan identitas seseorang; hal pertama yang dinilai oleh orang lain sebelum mengenal kita lebih jauh, mau tak mau, adalah gaya penampilan kita.
GAYA BUSANA
HARAJAKU
DI JEPANG
KERTAS KARYA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
Nama : Elisa Simanjuntak
NIM : 112203022
DEPARTEMEN D-III BAHASA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
GAYA BUSANA
HARAJAKU
DI JEPANG
KERTAS KARYA
Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Program Studi Bahasa Jepang
Dikerjakan
Oleh :
ELISA SIMANJUNTAK NIM: 112203022
Pembimbing Pembaca
Muhammad.Pujiono S.S., M.Hum Zulnaidi, S.S., M.Hum NIP. 196910112002121001 NIP. 196708072005011001
PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN
Diterima oleh
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Program Studi Bahasa Jepang
Pada : Tanggal : Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Dekan
Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 195110131976031001
Panitia Ujian :
No. Nama Tanda Tangan
1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( )
2. Muhammad Pujiono, S.S., M.Hum ( )
Disetujui Oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi D-III BahasaJepang Ketua Program Studi
Zulnaidi,S.S,M.Hum
NIP. 1967080720050110011
ABSTRAK
Harajuku adalah sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul. Lokasinya mencakup sekitar Meiji Jingū, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), departement store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Di sana akan dijumpai berbagai macam gaya, mulai dari tokoh kartun, gaya seorang punk rock dengan segala pernak-pernik besi sebagai asesoris, gothic dengan ciri khas pakaian dan make up yang serba hitam dan juga yang sedang trend saat ini adalah gaya lolita yang terinspirasi oleh gaya berbusana anak-anak di zaman Victoria. Para pemuda yang memakai gaya Harajuku tersebut berkisar dua puluh lima tahun. Anak-anak muda tersebut menari dengan koreografi yang sangat bagus, yang biasanya dilakukan antara pria dengan pria dan wanita dengan wanita. Semua itu dilakukan sebagai sikap pemberontakan mereka yang jenuh dengan sistem yang berlangsung statis dalam kehidupannya. Berbagai gaya berpakaian ala harajuku yang sangat fenomenal ini terdiri dari gaya Cosplay antara lain gaya tokoh fiksi dan gaya rocker Jepang, bermacam gaya lolita, dan juga gaya decora. Kostum-kostum yang bergaya tokoh fiksi dapat berupa gaya anime atau kartun jepang, maupun tokoh-tokoh film dan video game. Diantara bermacam gaya berpakaian ala Harajuku, gaya lolita memiliki banyak tipe. Pada umumnya, gaya berpakian Harajuku ada yang disadur dari luar maupun hasil kekreatifitasan anak-anak muda Jepang.
Gaya busana atau fashion di Jepang selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan, karena fashion selalu bersifat dinamis merepresentasikan suatu zaman dan masyarakat yang hidup di masa tersebut. Fashion juga bisa merepresentasikan identitas seseorang; hal pertama yang dinilai oleh orang lain sebelum mengenal kita lebih jauh, mau tak mau, adalah gaya penampilan kita.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini,
sebagai syarat untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Kertas karya ini
berjudul “GAYA BUSANA HARAJUKU DI JEPANG”.
Penulis menyadari bahwa apa yang tertulis dalam kertas karya ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi maupun penulisan.
Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk ke arah perbaikan.
Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak yang cukup bernilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak M. Pujiono, S.S, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing kepada penulis
dalam menyelesaikan kertas karya ini.
4. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum., selaku Dosen Pembaca yang telah cukup sabar
5. Dari semuanya, yang teristimewa buat Alm. Papa saya Mangarancang
Simanjuntak dan Mama saya Donna Gunawan Hutabarat yang selalu
memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang yang sangat besar
meskipun Papa tidak memberikan semangatnya sampai akhir saya
menyelesaikan tugas akhir ini, terima kasih besar Papa, salam dan peluk
hangat erat buat Papa.
6. Buat Opung, Tante Melva, Maktua Bintang dan adik-adik saya Erwin, Esron,
Enci dan Elkandi Simanjuntak yang selalu menyemangati penulis.
7. Buat keluarga kedua saya yang ada di kampus, terima kasih besar untuk
semua anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Gemapala).
8. Buat kawan-kawan seperjuangan saya di Program Studi Bahasa Jepang 2011,
kalian adalah kawan terbaik yang selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan
kertas karya ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa kertas karya ini tidak luput dari
berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran serta sumbangan pemikiran yang bersifat
membangun, agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.
Besar harapan penulis bahwa kertas karya ini nantinya dapat bermanfaat
dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperluas cakrawala dan
pengetahuan kita semua.
Medan, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
2.2 Perkembangan Gaya Busana Harajuku ... 6
BAB III : GAYA BUSANA HARAJUKU DI JEPANG ... 13
3.2.1.1 Gothic lolita atau Gosurori ... 18
3.2.1.3 Sweet Lolita Atau Ama Rori ... 18
3.2.1.4 Erotic Lolita Atau Ero Rori ... 19
3.2.1.5 Maid Lolita atau Maido ... 19
3.2.1.6 Wa Lolita ... 19
3.2.1.7 Clasic Lolita ... 19
3.2.1.8 Gothic Lolita ... 20
3.3 Ganguro ... 22
3.3.1 Karakteristik ... 23
3.3.2 Yamanba dan Manba ... 25
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 28
4.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA………... 30