• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil dan Tumbuhan Dikotil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil dan Tumbuhan Dikotil"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Data Pengukuran Akar Dikotil Tahunan

No Nama

Data Pengukuran Akar Dikotil Semusim

No Nama Tumbuhan Tinggi

Data Pengukuran Akar Monokotil Tahunan

No Nama

Data Pengukuran Akar Monokotil Semusim

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Aldi.2010. Sel dan Jaringan pada Tumbuhan .http://www.tentangbiologi.co.cc

Arlyulina dkk, 2006. Biologi SMA dan MA. Esis. Jakarta.

. (diakses tanggal 14 September 2015).

Atmojo S. W, 2008. Peran Agroforestry Dalam Mengurangi Banjir Dan Longsor

DAS. UNS. Solo.

Campbell. 2003. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

David. 2013. Anatomy Morphology. http://generalhorticulture.tamu.edu

Hairiah, K., Utami, S.R., Suprayogo, D., Widiyanto., Sitompul, S.M., Sunaryo., Lusiana, B., Mulia, R., Van Noordwijk, M., and Cadisch, G. 2000.

Agroforestry pada Tanah Masam: Penglolaan Interaksi Antara Pohon-Tanah-Tanaman Semusim. ISBN. 979-95537-5-X. ICRAF. Bogor.

/Anatomy Morphology.pdf (diakses tanggal 22 September 2015).

Kimball, J.W. 1992. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Manalu, H. 2014. Perilaku Perakaran Beberapa Jenis Pohon Hutan Yang

Dominan di Hutan Lae Pondom. USU. Medan.

Nugroho, H. dkk. 2006. Stuktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Reinhardt, S.2008. Jaringan pada Tumbuhan. http://stevenvilan.frienster.com

Reksohadiprodjo, S., Brodjonegoro. 2000. Ekonomi Lingkungan. BPFE Yogyakarta. Edisi kedua. Yogyakarta.

. (diakses tanggal 22 September 2015).

Rompas, Yulanda. Dkk. 2011. Struktur Sel Epidermis dan Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal Biologos, Volume 1 nomor 1,

halaman 1.online from (diakses tanggal 14

September 2015).

Saktiyono. 1989. Biologi 2. Bumi Aksara. Jakarta.

Soeprapto. 1994. Biologi Jilid 1. Universitas Diponegoro Press. Semarang.

(3)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, Taman Hutan Raya Bukit Barisan (TAHURA BB), Berastagi, Padangsidimpuan, Sumatera Utara, pada bulang Oktober 2015 sampai dengan Januari 2016.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa cangkul, meteran, clinometer, linggis, alat tulis, kamera, dan tojok. Sedangkan bahan yang digunakan berupa 5 jenis tumbuhan dikotil, 5 jenis tumbuhan dikotil semusim, 5 jenis tumbuhan monokotil tahunan dan 5 jenis tumbuhan monokotil semusim.

Pengambilan Data Tumbuhan Monokotil

Pengukuran pada tumbuhan monokotil tahunan dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih dahulu dengan jarak mulai 20 cm dari tajuk terjauh, dan dengan kedalaman dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.

(4)

Pengambilan Data Tumbuhan Dikotil

Pengukuran pada tumbuhan dikotil tahunan dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih dahulu dengan jarak mulai 20 cm dari tajuk terjauh, dan dengan kedalaman dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.

(5)
(6)
(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tumbuhan yang diteliti terdiri dari 5 jenis tumbuhan monokotil tahunan, 5 jenis tumbuhan dikotil tahunan, 5 jenis tumbuhan monokotil semusim dan 5 jenis tumbuhan dikotil semusim. 20 jenis tumbuhan yang diteliti adalah sebagai berikut:

Table 1. Nama Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Yang Diteliti Dengan Jenis Yang berbeda.

No Nama Tumbuhan Kelas Jenis

1 Gersap (Strombosia javanica) Dikotil Tahunan

2 Puspa (Schima wallichi) Dikotil Tahunan

3 Rasamala (Altingia excelsa) Dikotil Tahunan 4 Sigadangdueng (Symingtonia populena) Dikotil Tahunan

5 Pinus (Pinus merkusi) Dikotil Tahunan

6 Pepaya (Carica papaya) Monokotil Tahunan 7 Kelapa (Cocos nucifera) Monokotil Tahunan 8 Pinang (Areca catechu) Monokotil Tahunan 9 Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) Monokotil Tahunan 10 Pisang (Musa paradisiaca) Monokotil Tahunan 11 Cabe Rawit (Capsicum frutescens) Dikotil Semusim 12 Cabe Hijau (Capsicum annum) Dikotil Semusim 13 Terong (Solanum melongenae) Dikotil Semusim 14 Tomat (Lycopersicon esculentum) Dikotil Semusim 15 Bunga Kertas (Bougainvillea) Dikotil Semusim

16 Jagung (Zea mays) Monokotil Semusim

17 Bunga Matahari (Helianthus annus) Monokotil Semusim

18 Sansevieria aubrytiana Monokotil Semusim

19 Bromelia chantinii Monokotil Semusim

(8)

Tabel 2. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran Terhadap Bidang Horisontal.

No Nama Tumbuhan Kelas Tinggi Diameter

Batang Lebar Tajuk Jenis Akar

(9)

Tabel 3. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Monokotil Tahunan dengan Monokotil Semusim Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran Terhadap Bidang Horisontal.

No Karateristik Tahunan

Pengukuran pada tumbuhan monokotil tahunan yakni Cocos nucifera dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih dahulu dengan jarak mulai 20 cm dari tajuk terjauh, dan dengan kedalaman 1 m, dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.

Pengukuran pada tumbuhan monokotil semusim yakni Helianthus annus dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih dahulu mengelilingi tumbuhan daengan jarak 1 m dari batang tumbuhan, dan dengan kedalaman 50 cm, dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.

Dari proses pengukuran di dapat data tinggi, diameter, lebar tajuk, lebar akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal seperti yang tertera pada table 2.

(10)

Table 4. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Dikotil Tahunan dengan Monokotil Semusim Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran Terhadap Bidang Horisontal.

No Karateristik Tahunan

Altingia excels

Pengukuran pada tumbuhan dikotil tahunan yakni Altingia excels dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih dahulu dengan jarak mulai 20 cm dari tajuk terjauh, dan dengan kedalaman 1,5 m, dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.

Pengukuran pada tumbuhan dikotil semusim yakni Capsicum frutescens dilakukan dengan cara manual. Untuk memperoleh data ukuran lebar akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal dilakukan penggalian terlebih dahulu mengelilingi tumbuhan daengan jarak 1 m dari batang tumbuhan, dan dengan kedalaman 50 cm, dimana tidak ditemui lagi akar pada bidang tanah.

Dari proses pengukuran di dapat data tinggi, diameter, lebar tajuk, lebar akar, dalam akar dan sudut kemiringan perakaran terhadap bidang horizontal seperti yang tertera pada table 3.

(11)

Tabel 5. Perbandingan Dalam Akar Dengan Tinggi Tumbuhan Monokotil

Carica papaya Zea mays

(12)

Tabel 6. Perbandingan Dalam Akar Dengan Tinggi Tumbuhan Dikotil

Pinus merkusi Bougainvillea

(13)

1. Gersap (Strombosia javanica)

Bentuk akar sejajar dan bertindih dengan pola perakaran primer yang tumbuh secara horizontal dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh vertical 75° dari bidang rata tanah pada setiap akar primernya. Akar gersap memiliki warna coklat tua dengan kulit yang licin yang tumbuh saling sejajar dan bertindih.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 20cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena merupakan salah satu hutan alami.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 120 cm, pada kedalaman ini posisi dari akar sekunder yang tumbuh vertical sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang 720 cm kearah kiri batang gersap dan 640 cm kearah kanan.

(14)

2. Puspa (Schima wallichi)

Bentuk akar menjari diagonal kebawah dan bergelombang, pola perakaran primer yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang dengan kemiringan 35° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar primernya. Akar puspa memiliki warna coklat muda menuju orange dengan kulit bersisik yang tumbuh menjari dan bergelombang.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 10cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena merupakan salah satu hutan alami.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 138 cm, pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang 320 cm kearah kiri batang gersap dan 219 cm kearah kanan.

(15)

3. Rasamala (Altingia excelsa)

Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur kearah bawah, pola perakaran primer yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang dengan kemiringan 75° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh secara tidak teratur pada bagian bawah setiap akar primernya. Akar rasamala memiliki warna coklat tua dengan kulit licin yang tumbuh menjari.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 30cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena merupakan salah satu hutan alami.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 101 cm, pada kedalaman ini akar primer dan sekunder sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang 448 cm kearah kiri batang gersap dan 262 cm kearah kanan.

(16)

4. Sigadangdueng (Symingtonia populena)

Bentuk akar menjari dan bercabang kebawah, pola perakaran primer yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh kearah bawah pada setiap akar primernya. Akar sigadangdueng memiliki warna hitam menuju coklat dengan kulit bersisik yang tumbuh menjari dan bergelombang.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 35cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh termasuk tanah yang subur dan gembur karena merupakan salah satu hutan alami.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 121 cm, pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang 216 cm kearah kiri batang gersap dan 214 cm kearah kanan.

(17)

5. Pinus (Pinus merkusi)

Bentuk akar bergelombang dan bersilangan antara akar yang satu dengan yang lain, pola perakaran primer yang tumbuh secara horizontal kemudian bercabang dengan kemiringan 30° dari bidang rata tanah dan tidak terlalu banyak ditumbuhi akar sekunder pada setiap akar primernya. Akar pinus memiliki warna coklat muda menuju orange dengan kulit bersisik yang tumbuh bergelombang dan bersilangan.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 20cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh gersap termasuk tanah yang subur dan gembur karena merupakan salah satu hutan alami.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 111 cm, pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan akar primer yang tumbuh horizontal mencapai panjang 312 cm kearah kiri batang gersap dan 399 cm kearah kanan.

(18)

6. Pepaya (Carica papaya)

Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar pepaya memiliki warna kuning muda dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bertindih.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 1cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh papaya didominasi oleh top soil dengan warna hitam menuju coklat.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 62 cm, pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 276 cm.

(19)

7. Kelapa (Cocos nucifera)

Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar kelapa memiliki warna coklat menuju orange dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bertindih.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 1cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh kelapa didominasi pasir dengan warna hitam menuju abu-abu.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 80 cm, pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 372 cm.

(20)

8. Pinang (Areca catechu)

Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 45° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar pinang memiliki warna kuning orange dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bertindih.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 1cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh pinang didominasi pasir dengan warna hitam menuju abu-abu.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 50 cm, pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 232 cm.

(21)

9. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)

Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 65° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar kelapa sawit memiliki warna coklat menuju abu-abu dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bertindih.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 10 cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh kelapa sawit didominasi pasir dengan warna hitam menuju abu-abu.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 110 cm, pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 390 cm.

Gambar. 17 Gambar. 18

(22)

10. Pisang (Musa paradisiaca)

Bentuk akar menjari dan saling bertindih, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan mengelilingi setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar pisang memiliki warna kuning dan orange dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bertindih.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 6 cm dari permukaan tanah. Tanah tempat tumbuh pisang didominasi pasir dengan warna hitam menuju abu-abu.

Dalam penggalian akar hanya ditemukan hingga pada kedalaman 56 cm, pada kedalaman ini akar sudah tidak ditutupi tanah lagi atau bisa disebut menggantung. Sedangkan lebar perakarannya adalah 192 cm.

(23)

11. Cabe Rawit (Capsicum frutescens)

Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya. Akar cabe rawit memiliki warna coklat dengan kulit kasar yang tumbuh menjari dan bercabang tidak teratur.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 14 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 32 cm.

(24)

12. Cabe Hijau (Capsicum annum)

Bentuk akar menjari dan bercabang tidak teratur, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya. Akar cabe hijau memiliki warna coklat dengan kulit kasar yang tumbuh menjari dan bercabang tidak teratur.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 25 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 62 cm.

(25)

13. Terong (Solanum melongenae)

Bentuk akar menjari dengan percabangan yang jarang, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 15° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya. Akar terong memiliki warna kuning dengan kulit bersisik yang tumbuh menjari dengan percabangan yang jarang.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 1 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 20 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 48 cm.

(26)

14. Tomat (Lycopersicon esculentum)

Bentuk akar sejajar dan bercabang sedikit, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya. Akar tomat memiliki warna kuning dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan bercabang sedikit.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0.5cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 12 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 62 cm.

(27)

15. Bunga Kertas (Bougainvillea)

Bentuk akar menjari sejajar dan bercabang pada ujung akarnya, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 30° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya. Akar bunga kertas memiliki warna kuning dengan kulit licin yang tumbuh menjari dan sejajar.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 38 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 44 cm.

(28)

16. Jagung (Zea mays)

Bentuk akar sejajar dan bertindih, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 45° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar jagung memiliki warna kuning dengan kulit licin yang tumbuh sejajar dan bertindih.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 19 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 13 cm.

(29)

17. Bunga Matahari (Helianthus annus)

Bentuk akar sejajar dan mengikat, pola perakaran primer yang tumbuh dengan kemiringan 25° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar bunga matahari memiliki warna kuning dengan kulit licin yang tumbuh sejajar dan mengikat.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 14 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 32 cm.

(30)

18. Sansevieria aubrytiana

Bentuk akar sejajar dan bercabang tidak teratur, pola perakaran yang tumbuh dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar

Sansevieria aubrytiana memiliki warna coklat dan merah dengan kulit licin yang

tumbuh sejajar dan bercabang tidak teratur.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 13 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 11 cm.

(31)

19. Bromelia chantinii

Bentuk akar berkumpul dan mengikat, pola perakaran yang tumbuh dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar Bromelia chantinii memiliki warna coklat dan hitam dengan kulit licin yang tumbuh berkumpul dan mengikat.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 0 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 9 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 11 cm.

(32)

20. Sansevieria zeylanica

Bentuk akar mengikat dan bercabang tidak teratur, pola perakaran yang tumbuh dengan kemiringan 10° dari bidang rata tanah dan ditumbuhi akar sekunder yang rapat dan tumbuh halus dengan pertumbuhan tidak teratur pada setiap akar primernya dengan panjang tiap akar yang hampir sama. Akar

Sansevieria aubrytiana memiliki warna kuning dan merah dengan kulit licin yang

tumbuh mengikat dan bercabang tidak teratur.

Perakaran sudah mulai terdapat pada kedalaman 2 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian akar memiliki panjang 3 cm, sedangkan lebar perakarannya adalah 23 cm.

Gambar. 39 Gambar. 40

(33)

mencengkram tanah lapisan atas (0-5 cm), dan mengurangi daya dorong masa tanah akibat pecahnya gumpalan tanah. Peran perakaran pohon dalam meningkatkan ketahanan geser tanah ditentukan oleh umur pohon, total panjang akar dan diameter akar. Pohon yang berperakaran intensif di lapisan atas sangat efektif membantu mengurangi hanyutnya lapisan atas.

Hairiah et al., (2007) menyatakan bahwa strategi yang paling tepat untuk meningkatkan stabilitas tebing adalah dengan meningkatkan diversitas pohon yang ditanam dalam suatu lahan untuk meningkatkan jaringan akar yang kuat baik pada lapisan tanah atas maupun bawah. Oleh karena itu untuk konservasi daerah tebing rawan longsor sebaiknya penghijauan dengan tanaman yang system perakarannya dalam.

Perilaku perakaran yang terdapat pada kedalaman lebih dari 30 cm dari permukaan tanah dan tidak membelok kearah permukaan tanah lebih cocok digunakan untuk tujuan agroforestry. (Atmojo, 2008) menyatakan bahwa masuknya tanaman tahuan (hutan) dalam system agroforestry mempunyai potensi mampu mengeksploitasi hara yang tidak terjangkau oleh perakaran tumbuhan semusim, menangkap hara yang bergerak turun maupun yang bergerak lateral dalam profil tanah, dan melarutkan bentuk hara yang tidak tersedia bagi tanaman.

(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari 20 jenis tumbuhan yang diteliti pertumbuhan akar tumbuhan dikotil lebih cenderung tumbuh kearah bawah sehingga kedalaman perakarannya lebih besar jika dibandingkan dengan perakaran tumbuhan monokotil yang pertumbuhan akarnya cenderung sama besar dengan panjang hampir sama pada setiap akarnya. 2. Perbandingan tinggi, lebar perakaran, dan dalam perakaran tumbuhan monokotil setahun dengan semusim adalah tinggi 11m : 1,91m; lebar perakaran 1,86m : 0,32m; dan dalam perakaran 0,8m : 0,14m. Dan pada tumbuhan dikotil setahun dan semusim adalah tinggi 11,04m : 0.48m; lebar perakaran 7,1m : 0,43m ;dan dalam perakaran 1,01m : 0,14m.

Saran

(35)

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan Dikotil dan Monokotil

Pada batang dikotil, jaringan dewasa primer berasal dari sistem apikal (protoderm, ground meristem, dan procambium) dan terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh (floem, xylem, dan kambium). Pada tumbuhan dikotil terdapat kambium. Adanya kambium dikotil dapat mengadakan pertumbuhan sekunder dan periderm.

(36)

Pada pengamatan preparat segar, tujuannya yaitu mengamati slide awetan akar dan batang tumbuhan monokotil dan dikotil dan membuat preparat segar dengan menggunakan tumbuhan dikotil dan monokotil yang ada disekitar kampus atau disekitar laboratorium pendidikan biologi (David, 2013 ).

Monokotil

Tumbuhan monokotil memiliki ciri-ciri batang tidak bercabang, tidak berkambium, akar serabut, pertulangan daun sejajar dan mempunyai ikatan pembuluh koklea (Mukhtar, 1992). Tumbuhan monokotil tidak memiliki cabang, ikatan pembuluh tertutup, tidak berkambium, mempunyai akar serabut, biji berkeping satu, dan jumlah biji tiga atau berkelipatan tiga (Saktiyono, 1989).

(37)

Dikotil

Tumbuhan dikotil yaitu tumbuhan yang memiliki biji berkeping dua yang merupakan cabang dari tumbuhan Angiospermae. Ciri tumbuhan dikotil adalah bercabang-cabang, berkambium, akar tunggang, pertulangan daun menyirip dan mempunyai ikatan pembuluh kolateral terbuka (Kimball, 1992).

Tumbuhan dikotil merupakn tumbuhan berkeping dua yang memiliki lembaga, dua daaun lembaga dan akar serta pucuk lembaga yang tidak memiliki pelindung khusus. Batang bagian bawah tanaman dikotil lebih besar daripada ujungnya, hal ini dikarenakan tumbuhan dikotil mempunyai kambium (Suprapto, 1994). Tumbuhan dikotil mempunyai cabang ikatan pembuluh kolateral berkambium, mempunyai akar tunggang dan pembuluh akut tersusun dalam lingkaran (Saktiyono, 1989).

(38)

sebagai takson dan menamakannya kel dengan menggantikan akhiran -aceae dalam nama Magnoliopsida dengan akhiran -opsida . Kelas Magnoliopsida dipakai sebagai nama takson bagi semua tumbuhan berbunga bukan monokotil.

Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang dipakai sistem klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicotyledoneae(kelas “tumbuhan berdaun lembaga dua atau tumbuhan dikotil.

Akar

Dalam pertumbuhannya akar merupakan bagian penting bagi tumbuhan untuk dapat mempertahankan hidupnya. Akar memiliki tugas untuk memperkuat berdirinya tumbuhan, menyerap air dan unsur hara yang terlarut di dalamnya dari dalam tanah, serta terkadang sebagai tempat untuk menimbun makanan. Saat biji berkecambah, akar lembaga atau calon akar mempelihatkan system perakaran yang berbeda antara tumbuhan dikotil dan monokotil. Akar pada tumbuhan dikotil merupakan akar tunggang. Sedangkan akar pada tumbuhan monokotil merupakan akar serabut (Aryulina dkk, 2006).

(39)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi.

Keberadaan hutan, dalam hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspek kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya kesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan merupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung kehidupan (Reksohadiprojo, 2000).

(40)

Berdasarkan fungsinya, epidermis dapat berkembang dan mengalami modifikasi seperti stomata dan trikomata (Rompas, 2011).

Bagian dari aksis tumbuhan yang menopang daun dan organ reproduktif, dan biasanya terletak di atas permukaan tanah dan brdiri tegak disebut batang. Secara umum, batang danakar mempunya struktur yang relatif sama, keduannya memiliki stele dngan xilem dan floem, perisikel, endodermis, korteks dan epidermis. Perbedaannya adalah dalam hal struktur berkas pengankutnya. Pada akar, berkas xilem dan floem primer terletak dalam radius yang berbedadan terpisah satu dengan yang lainnya, sedang pada batang berkas xilem dan floem terletak bersebelahan dan dalam radius yang sama. Dalam perkembangan sekundernya, batang danakar memiliki struktur yang relatif sama (Nugroho. dkk; 2006).

(41)

stomata tetapi mempunyai tudung akar yang tidak ada persamaannya pada batang. Berdasarkan asal pembentukannya, ada dua tipe akar yaitu akar primer dan akar adventif. Akar primer terbentuk dari bagian ujung embrio (koleoriza) dan dari perisikel,sedang akar adventif berkembang dari bagian akar yang telah dewasa selain perisikel atau dari bagian tubuh yang lain misalnya dari batang atau daun (Soerodikoesoemo,1993).

Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut.Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butir-butir amilum, dinamakan kolumela (Reinhardt, 2008).

(42)

Kelompok sel tumbuhan tertentu membentuk suatu kelompok sel yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dan disebut jaringan. jaringan pada tumbuhan berasal dari pembelahan sel embrional yang berdiferensiasi menjadi bermacam-macam bentuk yang memiliki fungsi khusus. Berdasarkan aktivitas pembelahan sel selama fase pertumbuhan dan perkembangan sel/jaringan tumbuhan, maka jenis jaringan pada tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa (permanen) (Aldi, 2010).

Hingga kini belum banyak ditemukan penelitian yang membahas mengenai perbedaan bentuk dan pertumbuhan pada akar tanaman. Maka saya merasa perlu diadakan penelitian mengenai perbandingan akar tanaman dikotil dan monokotil sebagai bahan acuan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai pertumbuhan akar.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan akar tumbuhan monokoltil dan dikotil.

2. Untuk mengetahui perbandingan antara tinggi, lebar akar dan dalam perakaran pada tumbuhan dikotil dan monokotil

Manfaat Penelitian

(43)

ABSTRAK

DANY ROY PUTRA STG : Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil Dan Tumbuhan Dikotil. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Perakaran pada pohon merupakan landasan yang sangat penting pada pertumbuhan dan perkembangan pohon. Tidak hanya memberikan penguat mekanis untuk memelihara struktur lurus keatas suatu pohon, tetapi juga esensial untuk penyerapan air dan mineral. Pada tumbuhan terdapat dua jenis perakaran yakni akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan akar serabut pada tumbuhan monokotil. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait perilaku perakaran pada tumbuhan baik dikotil maupun monokotil serta beberapa perbandingan pertumbuhan akar antara tumbuhan dikotil setahun dengan semusim dan tumbuhan monokotil setahun dan semusim. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016 dengan mengamati secara langsung dilapangan. Ada dua puluh jenis tumbuhan yang di teliti yang terbagi atas 5 tumbuhan dikotil setahun, 5 tumbuhan dikotil semusin, 5 tumbuhan monokotil setahun dan 5 tumbuhan monokotil semusim. Hasil penelitian menunjukan perilaku perakaran tumbuhan, karateristik akar dan perbadingan pertumbuhan akar tumbuhan setahun dan semusim.

(44)

ABSTRACT

DANY ROY PUTRA STG : Comparison Of Growth Roots Monocots Plant And

Dicots Plant. supervision of BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE. Rooting on the tree is a very important base in growth and development of trees. Not only provide mechanical reinforcement to maintain the structure a tree straight up, but also essential for the absorption of water and minerals. In plants, there are two types of rooting that is tap root on dicots plants and fiber roots in monocots plants. This research can provide information related to the behavior of

plant roots on both dicots and monocotyledons and some comparisons root growth between year plant dicots with seasonal and year monocot plants and seasonal. This research was conducted in October 2015 through February 2016 by observe directly in the field. There are twenty species of plants accurate divided into 5 year dicots plants, 5 seasonal dicots plants, 5 year monocot plants and 5 monocot plants seasonal. The results showed the behavior of plant root, root characteristics and a comparison growth of year plant roots and seasonal.

(45)

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN AKAR

TUMBUHAN MONOKOTIL DAN TUMBUHAN DIKOTIL

SKRIPSI

Oleh:

DANY ROY PUTRA SITANGGANG 101201159/ BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(46)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil Dan Tumbuhan Dikotil

Nama : Dany Roy Putra Sitanggang NIM : 101201159

Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing I Komisi Pembimbing II

Dr. Budi Utomo, S.P., M.P.

NIP. 197008202003121002 NIP. 197311052002121001 Afifuddin Dalimunte, S.P., M.P.

Mengetahui,

Ketua Program StudiKehutanan

(47)

ABSTRAK

DANY ROY PUTRA STG : Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil Dan Tumbuhan Dikotil. Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.

Perakaran pada pohon merupakan landasan yang sangat penting pada pertumbuhan dan perkembangan pohon. Tidak hanya memberikan penguat mekanis untuk memelihara struktur lurus keatas suatu pohon, tetapi juga esensial untuk penyerapan air dan mineral. Pada tumbuhan terdapat dua jenis perakaran yakni akar tunggang pada tumbuhan dikotil dan akar serabut pada tumbuhan monokotil. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait perilaku perakaran pada tumbuhan baik dikotil maupun monokotil serta beberapa perbandingan pertumbuhan akar antara tumbuhan dikotil setahun dengan semusim dan tumbuhan monokotil setahun dan semusim. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016 dengan mengamati secara langsung dilapangan. Ada dua puluh jenis tumbuhan yang di teliti yang terbagi atas 5 tumbuhan dikotil setahun, 5 tumbuhan dikotil semusin, 5 tumbuhan monokotil setahun dan 5 tumbuhan monokotil semusim. Hasil penelitian menunjukan perilaku perakaran tumbuhan, karateristik akar dan perbadingan pertumbuhan akar tumbuhan setahun dan semusim.

(48)

ABSTRACT

DANY ROY PUTRA STG : Comparison Of Growth Roots Monocots Plant And

Dicots Plant. supervision of BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE. Rooting on the tree is a very important base in growth and development of trees. Not only provide mechanical reinforcement to maintain the structure a tree straight up, but also essential for the absorption of water and minerals. In plants, there are two types of rooting that is tap root on dicots plants and fiber roots in monocots plants. This research can provide information related to the behavior of

plant roots on both dicots and monocotyledons and some comparisons root growth between year plant dicots with seasonal and year monocot plants and seasonal. This research was conducted in October 2015 through February 2016 by observe directly in the field. There are twenty species of plants accurate divided into 5 year dicots plants, 5 seasonal dicots plants, 5 year monocot plants and 5 monocot plants seasonal. The results showed the behavior of plant root, root characteristics and a comparison growth of year plant roots and seasonal.

(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Muarasipongi pada 27 Januari 1993 dari Ayah P. Sitanggang dan R. Br. Sitohang. Menamatkan Sekolah Dasar dari SD Swasta HKBP Padangsidimpuan pada Tahun 2004. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP N 5 Padangsidimpuan lulus tahun 2007. Melanjutkan ke SMA Negeri 3 Padangsidimpuan lulus tahun 2010.

Tahun 2010 melanjutkan ke Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN dengan jurusan Kehutanan. Penulis melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil Dan Tumbuhan Dikotil”.

(50)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Perbandingan Pertumbuhan Akar Tumbuhan Monokotil Dan Tumbuhan Dikotil”.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Budi Utomo, S.P, M.P selaku ketua komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi saran dalam penulisa usulan penelitian ini. Juga kepada semua pihak yang ikut membantu dalam penulisan usulan peenelitian ini.

Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kelancaran penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khusus bidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

(51)

DAFTAR ISI

Tumbuhan Dikotil Monokotil ... 5

Monokotil ... 6

Dikotil ... 8

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 10

Alat dan Bahan ... 10

Pengambilan Data Tumbuhan Monokotil ... 10

Pengambilan Data Tumbuhan Dikotil ... 10

Skema Pengambilan Data Tumbuhan Monokotil ... 11

Skema Pengambilan Data Tumbuhan Dikotil ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan ... 14

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 40

Saran……… 40

(52)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Karateristik Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Yang Diteliti Dengan

Jenis Yang berbeda. ... 13 2. Tabel 2. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Monokotil dan

Dikotil Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran Terhadap Bidang Horisontal. ……… 14 3. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Monokotil Tahunan dengan

Monokotil Semusim Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran Terhadap Bidang Horisontal ..……… 15 4. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Dikotil Tahunan dengan

(53)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Akar Gersap (Strombosia javanica) ... 19

2. Sketsa Akar Gersap (Strombosia javanica) ... 19

3. Akar Puspa (Schima wallichi) ... 20

4. Sketsa Akar Puspa (Schima wallichi) ... 20

5. Akar Rasamala (Altingia excelsa) ... 21

6. Sketsa Akar Rasamala (Altingia excelsa) ... 21

7. Akar Sigadangdueng (Symingtonia populena) ... 22

8. Sketsa Akar Sigadangdueng (Symingtonia populena) ... 22

9. Akar Pinus (Pinus merkusi) ... 23

10.Sketsa Akar Pinus (Pinus merkusi) ... 23

11.Akar Pepaya (Carica papaya) ... 24

12.Sketsa Akar Pepaya (Carica papaya) ... 24

13.Akar Kelapa (Cocos nucifera) ... 25

14.Sketsa Akar Kelapa (Cocos nucifera) ... 25

15.Akar Pinang (Areca catechu) ... 26

16.Sketsa Akar Pinang (Areca catechu) ... 26

17.Akar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) ... 27

18.Sketsa Akar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) ... 27

19.Akar Pisang (Musa paradisiaca) ... 28

(54)

23.Akar Cabe Hijau (Capsicum annum) ... 30

24.Sketsa Akar Cabe Hijau (Capsicum annum) ... 30

25.Akar Terong (Solanum melongenae) ... 31

26.Sketsa Akar Terong (Solanum melongenae) ... 31

27.Akar Tomat (Lycopersicon esculentum) ... 32

28.Sketsa Akar Tomat (Lycopersicon esculentum) ... 32

29.Akar Bunga Kertas (Bougainvillea) ... 33

30.Sketsa Akar Bunga Kertas (Bougainvillea) ... 33

31.Akar Jagung (Zea mays) ... 34

32.Sketsa Akar Jagung (Zea mays) ... 34

33.Akar Bunga Matahari (Helianthus annus) ... 35

34.Sketsa Akar Bunga Matahari (Helianthus annus) ... 35

35.Akar Sansevieria aubrytiana ... 36

36.Sketsa Akar Sansevieria aubrytiana ... 36

37.Akar Sansevieria aubrytiana ... 37

38.Sketsa Akar Sansevieria aubrytiana ... 37

39.Akar Sansevieria zeylanica ... 38

(55)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Table Pengukuran Tumbuhan Dikotil Setahun……….….. 32

2. Table Pengukuran Tumbuhan Dikotil Semusim ………...……… 32

3. Table Pengukuran Tumbuhan Monokotil Setahun ... …. 32

Gambar

Table 1. Nama Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Yang Diteliti Dengan   Jenis Yang berbeda
Tabel 2. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Monokotil dan Dikotil Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran Terhadap Bidang Horisontal
Tabel 3. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Monokotil   Tahunan     dengan Monokotil Semusim Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, No  Karateristik  Lebar Tajuk, Lebar Akar, Dalam Perakaran dan Sudut Kemiringan Perakaran Terhadap Bidang Hor
Table 4. Perbandingan Karateristik Perakaran Tumbuhan Dikotil Tahunan dengan    Monokotil Semusim Yang Diteliti Berdasarkan Tinggi, Diameter, Lebar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan literature (Alis Nirmala,2006) yang menyatakan bahwa Pada akar tumbuhan dikotil dan monokotil, terdapat perbedaan, pada akar tumbuhan dikotil antara xylem

Secara morfologis ( dipotong membujur ) Struktur dan Jaringan akar terdiri atas : leher akar (pangkal akar), batang akar, cabang akar, serabut akar, rambut akar, ujung akar, dan

yaitu akar-akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala yaitu akar-akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah dan seakan-akan menunjang batang ini jangan

Tumbuhan yang tergolong tumbuhan tinggi adalah tumbuhan berbiji, karena tumbuhan tersebut memiliki akar, batang, dan daun sejati serta organ tambahan seperti bunga

Tumbuhan secara morfologi terdiri atas unit sel yang dilindungi oleh dinding, dan tiap sel dengan mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel.

Epidermis dan bulu akar. Epidermis terdiri dari sel-sel yang rapat tanpa antar sel, berdinding tipis, memanjang sejajar sumbu akar, pada penampang melintang

Pada akar dikotil berkas pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini

§ Identifikasi dan diskripsi hewa serangga berdasarkan golongan, jenis, ciri-ciri , sifat, cara hidup, dan cara berkembang biak serta teknik pengendaliaannya pada beberapa