LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi jagung (Zea maysL.) varietas Pioneer 23
Nama varietas : Pioneer 23
Warna biji : Kuning, kadang-kadang terdapat 2-3 biji,...berwarna putih pada satu tongkol
Kedudukan tongkol : Di bawah pertengahan tinggi tanaman (74 cm)
Bentuk biji : Mutiara
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik
Perakaran : Baik
Baris biji : Lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol : 14-16 baris
Kebutuhan benih/Ha : 10 kg/ha
Bobot 1000 biji : 301 gram
Rata-rata hasil : 7-9 ton/ha pipilan kering Potensi hasil : 10-12 ton/ha pipilan kering
Kerebahan : Tahan rebah
Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap bulai
...(Sclerospora maydis), karat dan bercak daun
Lampiran 3. Data Analisis Awal Tanah Inceptisol Kwala Bekala
Analisis Tanah Inceptisol
pH 4,20
C-Organik 1,33 %
N-Total 0,15 %
P-Tersedia < 0,27 ppm
C/N 8,86 %
Lampiran 4. Data Analisis Awal Pupuk Kandang Sapi
Analisis Pupuk Kandang Sapi
pH 6,48
C-Organik 6,35%
N-Total 1,77 %
P2O5 4,57 %
K2O 3,14 %
C/N 3,58 %
Lampiran 5. Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap pH Tanah
.pada Awal Penanaman
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Lampiran 7. Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap C-organik Tanah pada Awal Penanaman
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 8. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Lampiran 9. Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap P-tersedia Tanah pada Awal Penanaman
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 10. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Lampiran 11. Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Serapan P
.Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 12. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Lampiran 13. Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Tinggi Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 14. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Lampiran 15. Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering Tajuk Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 16. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Lampiran 17. Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering Akar Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 18. Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Lampiran 19. Foto Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
P
0S
0(Kontrol)
P
0S
1(50 g Pupuk Kandang Sapi)
P
0S
3(150 g Pupuk Kandang Sapi)
P
1S
0(100 ppm Pupuk SP-36)
P
1S
2(100 ppm Pupuk SP-36 + 100 g Pupuk Kandang Sapi)
P
1S
3(100 ppm Pupuk SP-36 + 150 g Pupuk Kandang Sapi)
P
2S
1(200 ppm Pupuk SP-36 + 50 g Pupuk Kandang Sapi)
P
2S
2(200 ppm Pupuk SP-36 + 100 g Pupuk Kandang Sapi)
P
3S
0(300 ppm Pupuk SP-36)
P
3S
1(300 ppm Pupuk SP-36 + 50 g Pupuk Kandang Sapi)
DAFTAR PUSTAKA
Arviandi, R., A. Rauf., dan G. Sitanggang. 2015. Evaluasi Sifat Kimia Tanah Inceptisol pada Kebun Inti Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.) di Kecamatan Salak, Kabupaten Pakpak Bharat.Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3. No.4, September 2015. (513) :1329 – 1334.
Dahlan, M., Mulyati., dan N. W. D. Dulur. 2008. Studi Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap PerubahanBeberapa Sifat Tanah Entisol. Agroteksos Vol. 18 No. 1-3.
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin dan H. Hanum, 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan
Gustiana, V., Irfan, S., dan N. Armon. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Kultivar Tanaman gandum (Triticum aestivum L.) di Pekonina, Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.
Hakim, N. 2008. Pengolahan Kesuburan Tanah Ultisol Masam dengan Teknologi Pengapuran Terpadu. Andalas University Press. Padang.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA Press. Lampung.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hanum, C. 2013. Pertumbuhan, Hasil, dan Mutu Biji Kedelai dengan Pemberian
Pupuk organik dan Fosfor. J. Agron. Indonesia 41 (3) : 209 - 214 (2013). Hartatik, W., D. Setyorini, L. R. Widowati, dan S. Widati. 2005. Laporan Akhir
Penelitian Teknologi Pengelolaan Hara pada Budidaya Pertanian Organik. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif.
Hermawansyah, A. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kasno, A. 2009. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Manurung, R. H. 2013. Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Durian pada Entisol, Inceptisol, dan Ultisol terhadap Beberapa Aspek Kesuburan Tanah (pH, C-organik, dan N-total) serta Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Novizan. 2004. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Pasaribu, P. K., A. Barus., dan Mariati. 2014. Pertumbuhan dan Produksi Kacang
Pupuk Fosfat. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.2, No.4 : 1391 - 1395, September 2014.
Pranjnanta, W. 2009. Kandungan Unsur Hara pada Pupuk Kandang Berbeda-Beda. Fakultas Pertanian.Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Padang.
Sandrawati, A., E. T. Sofyan., dan Mulyani, O. 2007. Pengaruh Kompos Sampah Kota dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Sifat Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata) pada Fluventic Eutrudepts Asal Jatinangor Kabupaten Sumedang. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sevindrajuta. 2012. Efek Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Kandang Sapi Terhadap Sifat Kimia Inceptisol Dan Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L.). Universitas Muhammadiyah. Sumatera Barat.
Sianturi, D. 2008. Uji Kandungan Fosfat Sebagai P2O5dalam Berbagai Merek Pupuk Fosfat Komersial Secara Spektrofotometri. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Simanjuntak, J., H. Hanum., dan A. Rauf. 2015. Ketersediaan Hara Fosfor dan Logam Berat Kadmium pada Tanah Ultisol Akibat Pemberian Fosfat Alam dan Pupuk Kandang Kambing serta Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea maysL.). Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.2: 499 – 506, Maret 2015.
Siregar, H. M., Jamilah, dan H. Hanum. 2015. Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 untuk Meningkatkan Unsur Hara P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala. Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.2 : 710 - 716, Maret 2015.
Soepardi, 1983. Peranan Pupuk Kandang Sapi sebagai Bahan Organik. http:/library.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Agustus 2016.
BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa, Laboratorium Kimia dan Kesuburan TanahFakultas Pertanian UniversitasSumatera Utara, serta PT. Nusa Pusaka Kencana Analytical & QC Laboratory (Asian Agri Group)dimulai dari bulan Maret sampai Agustus 2016.
Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih jagung (Zea mays L.), contoh tanah Inceptisol Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, pupukSP-36, kotoran sapi, serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk keperluananalisis tanah dan tanaman di laboratorium.
Alat yang digunakan adalah cangkul, polybag, meteran, timbangan, dansejumlah alat-alat yang digunakan di laboratorium untuk analisis kimia tanah dantanaman.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengandua faktor, yaitu :
Faktor I : Pupuk SP-36 (P)
Faktor II :Pupuk Kandang Sapi (S) S0 = 0 ton/ha (0 g/polybag) S1 = 10 ton/ha (50 g/polybag) S2 = 20 ton/ha (100 g/polybag) S3 = 30 ton/ha (150 g/polybag)
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuannya sebagai berikut :
P0S0 P0S1 P0S2 P0S3
P1S0 P1S1 P1S2 P1S3
P2S0 P2S1 P2S2 P2S3
P3S0 P3S1 P3S2 P3S3
Jumlah Ulangan : 3
Total Perlakuan : 4 x 4 x 3 = 48 perlakuan Model linier Rancangan Acak Kelompok :
Yijk = μ + αi + βj + (αβ) ij + γk + εijk
Dimana:
Yijk = respon tanaman yang diamati μ = nilai tengah umum.
αi = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor P βj = pengaruh ulangan ke-j dari faktor S
(αβ) ij = pengaruh interaksi taraf ke- i dari faktor P dan taraf j dari faktor S γk = pengaruh blok
εijk = pengaruh galat taraf ke-i dari faktor P dan taraf j dari faktor S pada blok
Data-data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisisVarian pada setiap peubah amatan yang diukur dan diuji lanjutan bagi perlakuanyang nyata dengan menggunakan uji beda Duncan Multiple Range Test (DMRT)pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan dan Persiapan Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara zig-zag pada kedalaman 0-20 cm lalu di kompositkan,kemudian tanah di keringudarakan dan diayak denganayakan 10 mesh.
Pengambilan Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi diambil dari peternakan sapi yang berada di Jl. A. H. Nasution secara manual dengan menggunakan cangkul.
Analisis Awal Tanah dan Pupuk Kandang Sapi
Tanah yang telah kering udara dan telah diayak lalu di analisis % kapasitas lapang dan% kadar air nya untuk mengetahui kebutuhan air untuk penyiraman danmenentukan berat tanah yang dimasukkan ke tiap polibag setara 10 kg BTKO. Analisis awal dilakukan terhadap tanah dan pupuk kandang sapi yang meliputipH H2O, P-tersedia, N-total, % C-Organik Tanah dan rasio C/N.
Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi
Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Benih jagung di tanam 2 benih per polybag, setelah berumur 2 minggudilakukan penjarangan dengan hanya meninggalkan satu tanaman yang palingbagus. Tanaman ditanam selama 7 minggu atau hingga akhir masa vegetatif.Penyiraman dilakukan setiap hari sampai mencapai kondisi kapasitas lapang.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 6-7 minggu. Bagian tajukdipotong dan bagian akar diambil lalu dibersihkan dan dikeringkan untukselanjutnya diovenkan guna mendapatkan berat konstan. Dihitung berat keringtajuk dan berat kering akarnya setelah diovenkan.
Parameter Penelitian
Peubah amatan yang di ukur meliputi : 1. Tanah
Parameter amatan tanah diambil pada saat penanaman - pH H2O (1:2,5) metode elektrometri
- P-tersedia tanah (ppm) metode Bray II
- C-Organik Tanah (%) metode Walkley and Black 2. Tanaman
Parameter pertumbuhan tanaman jagung diambil pada akhir masa vegetatif - Tinggi tanaman (cm)
- Bobot kering akar tanaman (g) ditimbang setelah di ovenkan ± 48 jam dengan temperatur 75oC
- Serapan P-Tanaman (mg P/tanaman) dihitung dengan cara : % P tanaman x Berat Kering tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Adapun analisis kimia tanah yang dilakukan adalah pH, C-organik, dan P-tersedia, sedangkan pada tanaman analisis yang dilakukan meliputi serapan P, tinggi tanaman, berat kering tajuk serta berat kering akar yang dilakukan setelah panen.
pH Tanah
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 6 memperlihatkan bahwa aplikasi pupukSP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, sedangkan aplikasi pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap pH tanah.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadap pH tanah disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. PengaruhAplikasi Pupuk SP-36 danPupuk Kandang Sapi terhadap pH Tanah pada Awal Penanaman
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang sapi pada taraf S0 (kontrol) berbeda nyata dengan semua taraf lainnya (S1, S2, dan S3). Taraf S1 berbeda nyata dengan taraf S2 dan S3, sedangkan taraf S2 (20 ton / ha) tidak berbeda nyata dengan taraf S3 (30 ton / ha).
Gambar 1. Grafik Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Sapi terhadappH Tanah pada Awal Penanaman
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pH tanah meningkat dan mencapai batas optimum dengan pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 20 ton / ha (S2) dimana pH tertinggi pada taraf S2 (5,03) dan yang terendah pada taraf S0 (4,47). C-organik Tanah
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 8 memperlihatkan bahwa interaksi antara pupuk SP-36 dengan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah, sedangkan aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadap C-organik tanah disajikan pada Tabel 2.
y = -0,000x2+ 0,040x + 4,433
Pupuk Kandang Sapi (ton / ha)
...%... Tabel 2. PengaruhAplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap
C-organik Tanah pada Awal Penanaman
P0 P1 P2 P3 Rataan
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji DMRT
Dari hasi uji beda rataan pada Tabel 2 diketahui bahwa aplikasi pupuk SP-36 pada taraf P1 (100 ppmP2O5) dan P2 (200 ppmP2O5) tidak berbeda nyata dibandingkan taraf P0 (kontrol) akan tetapi berbeda nyata terhadap peningkatan C-organik tanah dibandingkan taraf P3 (300 ppm SP-36).
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 2 diketahui bahwa aplikasi pupuk
kandang sapi pada taraf S2 (20 ton / ha) tidak berbeda nyata dengan taraf S3 (30 ton /ha) dan S1 ( 10 ton / ha). Taraf S3berbeda nyata dengan taraf S1 dan S0 (kontrol) serta taraf S1berbeda dengan S0.
Gambar 2. Grafik PengaruhAplikasi Pupuk SP-36 terhadap C-organik Tanah pada Awal Penanaman
Pada Gambar 2 terlihat bahwa pemberian pupuk SP-36 sebanyak 300 ppm P2O5menyebabkan terjadinya penurunan kadar C-organik tanah, dimana
Gambar 3. Grafik PengaruhAplikasi Pupuk Kandang Sapi terhadap C-organik Tanah pada Awal Penanaman
Pada Gambar 3 diperoleh persamaan regresi linier sederhana yang menunjukkan hubungan positif dengan persamaan y = 0,0202x + 1,2059 dengan nilai koefisien korelasi r2 = 0,9567. Dari gambar terlihat bahwa semakin tinggi dosis pupuk kandang sapi yang diberikan pada tanah maka semakin meningkatkan C-organik tanah, dimanaC-organik tertinggi tarafS3 (1,78 %) dan terendah pada taraf S0 (1,15 %).
P-tersedia Tanah
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 10 memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk kandang sapi dan interaksi pupuk SP-36 dengan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah, sedangkan aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadap P-tersedia tanah disajikan pada Tabel 3.
...ppm... Tabel 3. Pengaruh AplikasiPupuk S36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap
P-tersedia Tanah pada Awal Penanaman
P0 P1 P2 P3 Rataan
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji DMRT
Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 3menunjukkan bahwa aplikasipupuk SP-36 pada tarafP0(kontrol) berbeda dengan semua taraf perlakuan SP-36 lainnya (P1, P2, danP3). Taraf P1(100 ppm SP-36) berbeda dengan taraf P2dan P3, sedangkan taraf P2 (200 ppmP2O5) tidak berbeda dibandingkandengan taraf P3 (300 ppmP2O5).
Gambar4. Grafik Pengaruh AplikasiPupuk SP-36 terhadap P-tersedia Tanah pada Awal Penanaman
Pada Gambar 3 diperoleh persamaan regresi linier sederhana yang menunjukkan hubungan positif dengan persamaan y = 0,0056x + 1,2303 dengan nilai koefisien korelasi r2 = 0,9082. Dari gambar terlihat bahwa semakin tinggi
...mg / tanaman...
dosis pupuk SP-36 yang diberikan pada tanah maka semakin meningkatkan P-tersedia tanah, dengan P-tersedia tertinggi pada P3 (2,71ppm) dan terendah padaP0 (1,02ppm).
Serapan P
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 12 memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang sapi dan interaksi antara pupuk SP-36 dengan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap serapan P pada tanaman
jagung. Hasil
uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadap serapan P tanaman disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. PengaruhAplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Serapan P Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
P0 P1 P2 P3 Rataan
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji DMRT
Gambar5. Grafik PengaruhAplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Serapan P Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
...m... Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 14 memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang sapi dan interaksi antara pupuk SP-36 dengan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadap tinggi tanaman disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. PengaruhAplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Tinggi Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
P0 P1 P2 P3 Rataan
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji DMRT
Gambar6. Grafik PengaruhAplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Tinggi Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
Aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi pada kombinasi perlakuan P0S0 berbeda dengan semua taraf kombinasi perlakuan lainnya. Kombinasi perlakuan P1S0 tidak berbeda dengan P0S1, P0S2, P0S3, P1S1, P1S2, P1S3, P2S0, P2S3, dan P3S1 tetapi berbeda dengan P2S1, P2S2, P3S0, P3S2, dan P3S3. Kombinasi perlakuan
P2S0tidak berbeda dengan P0S2, P0S3, P1S1, P1S2, P1S3, P2S1,P2S2, P2S3, P3S0, P3S1, P3S2, dan P3S3 tetapi berbeda dengan P0S1. Kombinasi perlakuan P3S0 tidak berbeda dengan P1S1, P1S2, P1S3, P2S1,P2S2, P2S3, P3S1, P3S2, dan P3S3 tetapi berbeda dengan P0S1, P0S2, dan P0S3. Kombinasi perlakuan P0S1tidak berbeda dengan P0S2, P0S3,dan P1S1 tetapi berbeda dengan P1S2, P1S3, P2S1,P2S2, P2S3, P3S1, P3S2, dan P3S3. Kombinasi perlakuan P1S1 tidak berbeda dengan P0S2, P0S3,P1S2, P1S3, P2S1,P2S2, P2S3, P3S1, P3S2, dan P3S3. Kombinasi perlakuan P2S1 tidak berbeda dengan P0S2, P0S3,P1S2, P1S3, P2S2, P2S3, P3S1, P3S2, dan P3S3. Kombinasi perlakuan P3S1 tidak berbeda dengan P0S2, P0S3,P1S2, P1S3, P2S2, P2S3, P3S2, dan P3S3. Kombinasi perlakuan P0S2 tidak berbeda dengan P0S3,P1S2, P1S3, P2S2, dan P2S3 tetapi berbeda dengan P3S2 dan P3S3. Kombinasi perlakuan P1S2 tidak berbeda dengan P0S3,P1S3, P2S2, P2S3, P3S2, dan P3S3. Kombinasi perlakuan P2S2 tidak berbeda dengan P0S3,P1S3, P2S3, P3S2, dan P3S3. Kombinasi perlakuan P3S2 tidak berbeda dengan P0S3,P1S3, P2S3, dan P3S3. Kombinasi perlakuan P0S3 tidak berbeda dengan P1S3 dan P2S3 tetapi berbeda dengan P3S3. Kombinasi perlakuan P1S3tidak berbeda dengan P2S3, dan P3S3.Kombinasi perlakuan P2S3tidak berbeda denganP3S3.
Berat Kering Tajuk
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 16 memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang sapi dan interaksi antara pupuk SP-36 dengan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk tanaman.
...g... Tabel 6. PengaruhAplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering
Tajuk Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
P0 P1 P2 P3 Rataan
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji DMRT
Gambar7. Grafik PengaruhAplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering Tajuk Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
Aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi pada kombinasi perlakuan P0S0 tidak berbeda dengan P1S0, tetapi keduanya berbeda dengan semua taraf kombinasi perlakuan lainnya. Kombinasi perlakuan P2S0tidak berbeda dengan P1S1, P1S2, P1S3, P2S1, P2S2, P2S3, P3S0, P3S1, P3S2, dan P3S3 tetapi berbeda dengan P0S1, P0S2, dan P0S3. Kombinasi perlakuan P3S0 tidak berbeda dengan P1S1, P1S2, P1S3, P2S1, P2S2, P2S3, P3S1, P3S2, dan P3S3 tetapi berbeda dengan P0S1, P0S2, dan P0S3. Kombinasi perlakuan P0S1tidak berbeda dengan P0S2 dan P0S3tetapi berbeda dengan P1S1, P1S2, P1S3, P2S0,P2S1, P2S2, P2S3, P3S1, P3S2, dan P3S3.Kombinasi perlakuan P1S1tidak berbeda dengan P0S3,P1S2, P1S3, P2S1, P2S2, P2S3, dan
P3S1tetapi berbeda dengan P0S2,P3S2, dan P3S3.Kombinasi perlakuanP2S1tidak berbeda dengan P1S2, P1S3, P2S2, P2S3,P3S1, dan P3S3tetapi berbeda dengan P0S2, P0S3,dan P3S2.Kombinasi perlakuanP3S1tidak berbeda dengan P1S2, P1S3, P2S2, P2S3,P3S2, dan P3S3tetapi berbeda dengan P0S2 dan P0S3.Kombinasi perlakuanP0S2tidak berbeda dengan P0S3tetapi berbeda denganP1S2, P1S3, P2S2, P2S3,P3S2, dan P3S3.Kombinasi perlakuanP1S2tidak berbeda dengan P1S3, P2S2, P2S3,P3S2, dan P3S3tetapi berbeda denganP0S3.Kombinasi perlakuanP2S2tidak berbeda dengan P1S3 dan P2S3tetapi berbeda denganP0S2,P3S2, dan P3S3.Kombinasi perlakuanP3S2tidak berbeda dengan P1S3, P2S3dan P3S3tetapi berbeda denganP0S3.Kombinasi perlakuanP0S3berbeda denganP1S3, P2S3dan P3S3.Kombinasi perlakuanP1S3tidak berbeda denganP2S3dan P3S3.Kombinasi perlakuanP2S3tidak berbeda denganP3S3.
Berat Kering Akar
Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 18 memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk SP-36, pupuk kandang sapi dan interaksi antara pupuk SP-36 dengan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap berat kering akar tanaman.
...g... Tabel 7. PengaruhAplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering
Akar Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
P0 P1 P2 P3 Rataan
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji DMRT
Gambar 8. Grafik PengaruhAplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering Akar Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
Aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi pada kombinasi perlakuan P0S0 berbeda dengan semua taraf kombinasi perlakuan lainnya. Kombinasi perlakuan P1S0 tidak berbeda dengan P0S1, P0S2, dan P0S3tetapi berbeda denganP1S1, P1S2, P1S3,P2S0, P2S1, P2S2, P2S3, P3S0, P3S1, P3S2, dan P3S3.Kombinasi perlakuan P2S0tidak berbeda dengan P1S1, P1S2, P1S3, P2S1, P2S2P3S0, P3S1, dan P3S3tetapi berbeda denganP0S1, P0S2, P0S3, P2S3, dan P3S2.Kombinasi perlakuanP3S0tidak berbeda dengan P1S1, P1S2, P1S3,P2S1,P2S3,P3S2, dan P3S3tetapi berbeda dengan P0S1, P0S2, P0S3, P2S2, dan P3S2.Kombinasi perlakuanP0S1tidak berbeda dengan P0S2 dan P0S3tetapi berbeda denganP1S1, P1S2, P1S3,P2S1,P2S2, P2S3,P3S1, P3S2, dan P3S3.Kombinasi perlakuanP1S1tidak berbeda dengan P1S2, P1S3,P2S1,P2S2,P3S1,dan
Pembahasan pH Tanah
Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, dimana pH tertinggi terdapat pada S2 (5,03) dan terendah terdapat pada S0 (4,47).
Peningkatan pH tanah dipengaruhi oleh rendahnya pH pada tanah Inceptisol Kwala Bekala yakni berkisar 4,20, sehingga pemberian bahan organik
yang bersifat humus dapat mengikat hidrogen sehingga bermuatan positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2004) yang menyatakan bahwa beberapa manfaatpupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro,mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan pH padatanahmasam.
C-organik Tanah
Dari hasil sidik ragam pada Tabel 2 pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-organik tanah (Tabel 2). C-organik tanah tertinggi terdapat pada perlakuan S3 yaitu 1,78 % dan yang terendah pada perlakuan S0 (kontrol) yaitu 1.15%.
dekomposisi bahan organik akan terganggu, sehingga pembebasan karbon dari bahan organik juga akan terhambat. Dengan penambahan bahan organik maka aktivitas mikroorganisme akan meningkat dan proses perombakan bahan organik yang menghasilkan karbon juga akan meningkat.
P-Tersedia Tanah
Dari hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah hingga pada awal masa penanaman dimana P tersedia tertinggi terdapat pada aplikasiP3(2,71 ppm) dan terendah pada P0 (1,02 ppm).
Adanya peningkatan P-tersedia tanah disebabkan pupuk SP-36 memiliki kandungan hara fosfor yang cukup tinggi yakni sebesar 36 % yang terbuat dari campuran batuan fosfat dengan asam sulfat yang dapat mengikat P dan menyebabkan P-tersedia di dalam tanah menjadi lebih banyak. Hal ini sesuai dengan SNI (2005) yang menyatakan bahwa pupuk fosfat buatan berbentuk butiran (granular) yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang komponen utamanya mengandung unsur hara fosfor berupa mono kalsium fosfat Ca(H2PO4).
Serapan P
Hasil sidik ragam pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk
SP-36, pupuk kandang sapi serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap
serapan P tanaman. Pengaruh aplikasi SP-36 terendah pada taraf P0 (5,45 mg /
tanaman) dan yang tertinggi pada taraf P3 (17,69 mg / tanaman) yang berbeda nyata
pada setiap tarafnya, sedangkan pada perlakuan pupuk kandang sapi terendah pada
Hal ini dipengaruhi oleh kandungan P tersedia tanah yang cukup tinggi dan
berpengaruh nyata sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara P tersebut.
Tersedianya P di dalamtanah yang diakibatkan pH tanah meningkat dan menurunnya Al-ddsehinggamampu diserap tanaman dalam jumlah yang cukup, ditambah lagi diakibatkanadanya perbedaan bobot akar yang signifikan (Tabel 7) sehingga mempengaruhi pengambilan P oleh tanaman. Menurut Hakim (2008), serapan Psangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah. Selanjutnya iamengemukakan bahwa pengambilan P oleh tanaman jagung dipengaruhi oleh sifatakar dan sifat tanah dalam menyediakan P.
Tinggi Tanaman
Dari hasil sidik ragam pada Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk
SP-36, pupuk kandang sapi serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Hal ini berkaitan dengan unsur hara P yang tersedia dan
dimanfaatkan oleh tanaman sehingga mempengaruhi tinggi tanaman. Hal ini sesuai
dengan Damanik, dkk, (2011) yang menyatakan bahwa peranan utama fosfor dalam
metabolisme tanaman dan langsung sebagai pembawa energi. Oleh karena itu
kekuranagan unsur fosfor dapat menyebabkan gangguan hebat terhadap pertumbuhan
tanaman.
Berat Kering Tajuk
transfer danpenyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses didalam tanaman lainnya dan membantu mempercepat perkembangan danperpanjangan akar dan perkecembahan. P dapat merangsang pertumbuhan akar,yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian di ujung-ujung tanaman.
Berat Kering Akar
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Aplikasi pupuk SP-36 berpengaruh nyata dalam meningkatkan P-tersedia tanah, serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
2. Aplikasi pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, C-organik tanah, serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
3. Interaksi aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
Saran
TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inceptisol
Inceptisol (“ept” = inception atau awal), merupakan tanah di wilayah humida yang mempunyai horison teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi, dan pelapukan yang ekstrim. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah brown-forest, gley-humik, dan gley-humik rendah (Manurung, 2013).
Inceptisol merupakan tanah yang mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat-sifat: (1) tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari tiga bulan berturut-turut dalam musim kemarau, (2) satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silika amorf, (3)tekstur lebih halus dari pasir berlempung dengan beberapa mineral lapuk dan (4) kemampuan menahan kation dari fraksi lempung yang sedang sampai tinggi. Kisaran kadar C-organik dan KTK Inceptisols sangat lebar, demikian pula kejenuhan basanya, oleh karena itu tidak berarti bahwa semua Inceptisols memiliki produktivitas yang rendah.Produktivitas alami Inceptisols sebenarnya sangat bervariasi tergantung dari proses pembentukan tanah Inceptisols itu sendiri (Sandrawatidkk, 2007).
lereng curam solumnya tipis. Pada tanah berlereng cocok untuk tanaman tahunan atau tanaman permanen demi menjaga kelestarian tanah (Manurung, 2013).
Ciri khas Inceptisol ini adalah tanah mulai berkembang, mempunyai epipedon Ochric (pucat), meskipun masih sedikit memperlihatkan bukti adanya eluviasi dan iluviasi. Golongan tanah ini dapat terjadi hampir dalarn semua zone iklim yang memungkinkan terjadinya proses pencucian. Inceptisol merupakan tanah yang mempuyai horizon alterisasi yang telah kehilangan basa-basa atau besi dan aluminium tetapi mengandung mineral-mineral terlapuk, tampa horizon iluviasi yang diperkaya dengan liat silikat yang mengandung aluminium dan bahan organik amorf (Sevindrajuta, 2012)
Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P, dan K) maupun masukan organik (percampuran sisa panen pada tanah saat pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau) terutama bila tanah sawah dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar C-organik dan kapasitas tukar kation (KTK) pada Inceptisol sangat lebar, demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika (Manurung, 2013).
Pupuk Fosfor (SP-36)
Unsur hara fosfat adalah unsur haramakro yang dibutuhkan tanaman dalamjumlah banyak dan essensial bagipertumbuhan tanaman. Fosfat sering juga disebut sebagai kunci kehidupan karenaterlibat langsung hampir pada seluruh proseskehidupan. Fosfat merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui pada biji dan titik tumbuh (Pasaribu dkk, 2014).
Unsur hara fosfor (P) merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup untuk pertumbuhannya secara normal, oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup tinggi. Fungsi penting P dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintetis, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya yang membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan. Unsur P dapat merangsang pertumbuhan akar, kemudian berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas tanah. Kekurangan unsur P dapat menunjukkan gejala menurunnya sintesis protein, seperti: lambatnya pertumbuhan bibit dan daun berwarna keunguan (Winarso, 2005).
tanah tetapi menetralisasi fosfat tetap sukar, sehingga P yang tersedia dalam tanah relatif rendah. Fosfor tersedia didalam tanah dapatdiartikan sebagai P- tanah yang dapat diekstraksikan atau larut dalam air dan asam sitrat.P-organik dengan proses dekomposisi akan menjadi bentuk anorganik (Sianturi, 2008).
Peningkatanserapan P tanaman disebabkan olehkandungan bahan organik yang terdapat padapupuk kandang kambing. Bahan organik akanmelepaskan senyawa-senyawa organik yangmampu berikatan dengan kation-kation dalamtanah seperti Al dan Fe, sehingga terjadiproses pertukaran muatan didalam kompleksjerapan. Hal ini mengkibatkan konsentrasiion-ion basa akan semakin tinggi sehingga pHpun menjadi naik. Begitu juga dengan P-tersediatanah akan meningkat karenasenyawa organik mampumelepaskan ikatan Al-P dan Fe-P sehinggadengan lepasnya ikatan tersebut, maka P yangtersedia di dalam tanah akan lebih banyak.Dengan demikian, P yang diserap tanaman pun semakin meningkat (Simanjuntak dkk, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kriteria P-tersedia pada kebun inti tanaman gambir tergolong rendah. Hal ini diduga terjadi karena tanah yang terdapat di Kebun Inti Gambir ini memiliki sifat andik, yang dapat dilihat dari ketebalan lapisan bahan organiknya dimana pada tanah yang memiliki sifat andik terdapat mineral amorf (mineral Alofan dan Imagolit) yang dapat meretensi
fosfat dalam jumlah besar sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Arviandi dkk, 2015).
tanaman, berat kering tajuk tanaman dan berat kering akar tanaman pada tanah Inceptisol Kwala Bekala (Siregar dkk, 2015).
Faktor yang mempengaruhi ketersedian P dalam tanah menurut Winarso (2005) adalah:
a. Tipe liat: Fiksasi P akan lebih kuat pada liat tipe 1:1 daripada tipe 2:1. Tipe liat 1:1 yang banyak mengandung kaolinit lebih kuat mengikat P. Disamping itu oksida hidrous dari Al dan Fe pada tipe liat 1:1 juga ikut menjerap P.
b. Reaksi tanah: Ketersediaan dari bentuk P di dalam tanah sangat erat hubungannya dengan pH tanah. Pada kebanyakan tanah, ketersediaan P maksimum dijumpai pada kisaran pH antara 5.5-7. Ketersediaan P akan menurun bila pH tanah 7. Adsorpsi P dalam larutan tanah oleh oksida Al dan Fe dapat menurun apabila pH meningkat. Apabila pH tanah makin tinggi, maka ketersediaan P juga akan berkurang yang terfiksasi oleh Ca dan Mg yang banyak pada tanah-tanah alkalis. P sangat rentan untuk diikat atau terjerap pada kondisi masam maupun alkalis. Semakin lama antara P dan tanah bersentuhan, semakin banyak P yang terfiksasi.
c. Waktu reaksi: Semakin lama antara P dan tanah bersentuhan, semakin banyak P yang terfiksasi. Apabila pada waktunya Al akan diganti oleh Fe, maka kemungkinan akan terjadi ikatan Fe-P yang lebih sukar terlarut jika dibandingkan dengan ikatan Al-P.
panas akan menyebabkan kadar oksida hidrous Al dan Fe dalam tanah cukup tinggi.
e. Bahan organik: Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanaman dengan lengkap (unsur hara makro dan mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil.
Pupuk Kandang Sapi
Bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikrotanah dan tanpa bahan organik semua kegiatan biokimiaakan terhenti, efektivitas penyerapan unsur hara juga sangatdipengaruhi oleh kadarnya di dalam tanah. Pemberian bahanorganik terutama pada tanah masam mampu meningkatkanefisiensi pemberian pupuk P. Asam organik yang terkandungpada pupuk organik mampu bertindak sebagai pengkelatsenyawa Al, sehingga P menjadi lebih tersedia (Hanum, 2013).
Kandungan unsur hara pada pupuk kandang berbeda-beda, tapi pada prinsipnya semua jenis pupuk kandang sangat baik untuk tanaman cabai, jagung, dan yang terpenting pupuk kandang tersebut haru benar-benar matang karena pupuk kandang yang tidak matang akan berbahaya bagi tanaman sebab masih mengeluarkan gas selama proses pembusukannya (Pranjnanta, 2009).
terutama Ptersedia,dapat dimanfaatkan secara efektif danefisien oleh tanaman. Umumnya pupuk kandangyang telah matang ini dapat diberikan 1 – 2minggu
sebelum tanam dengan cara mencampurkannya dengan tanah (Dahlan dkk, 2008).
Pupuk kandang sapi adalah salah satu bahan organik yang memiliki kandungan hara yang mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme di dalam tanah. Pemberian pupuk kandang sapi selain dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah. Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah. Pupuk kandang menyediakan unsur hara makro (N, P, K, Ca, dan S) serta unsur hara mikro (Fe, Zn, B, Co, dan Mo) (Hermawansyah, 2013).
Pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang berasal dari kandang ternaksapi, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang sapi beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya. Pupuk kandang sapi biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O. Pupuk kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20% P2O5 dan 0,1% K2O dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2% P2O5 dan 1,35% K2O (Soepardi, 1983).
tinggi > 40. Tingginya kadar C dalam kotoran sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan kotoran sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos kotoran sapi dengan rasio C/N di bawah 20 (Hartatik dkk, 2005).
Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan dan Sol (solum) yang berarti tanah, sehingga Inceptisol berarti tanah pada tingkat perkembangan permulaan (Sandrawati dkk, 2007). Tanah Inceptisol memiliki kandungan P-potensial rendah sampai tinggi, pH tanah yang masam sampai agak masam (pH 4,5-5,5) dan kandungan bahan organik rendah sampai sedang. Oleh karena itu, tanah Inceptisol memiliki beberapa kendala untuk dikembangkan dalam budidaya pertanian di Indonesia (Siregar dkk, 2015).
Syahputra dalam Kasno (2009) menyatakan bahwa salah satu kendala yang dihadapi pada tanah Inceptisol adalah tingkat kesuburan tanahnya yang rendah dengan karakteristik pH rendah dan ketersediaan unsur hara nitrogen(N), fosfor (P), dan kalium (K) rendah, bereaksi masam dengan pH 4.5- 5.5, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang.
Unsur P merupakan unsur hara makro yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dalam jumlah yang cukup besar. Menurut Hanafiah (2005), ketersediaan P dalam tanah dipengaruhi oleh bahan induk tanah, reaksi tanah (pH), C-organik tanah, dan tekstur tanah. Tanaman menyerap P dari larutan tanah dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO4), dan ion orthosfosfat sekunder (HPO42-). Karena ketersediaannya di dalam tanah, khususnya pada tanah masam yang terbatas,maka perlu dilakukan upaya penambahan pupuk kimia P guna meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah.
terjadinya ketidakseimbangan hara di dalam tanah, dan rusaknya struktur tanah, sehingga dapat menurunkan produktivitas tanah pertanian. Selain itu harga pupuk di pasaran cukup mahal sehingga tidak sedikit petani memberikan pupuk dalam jumlah yang lebih sedikit sehingga tanaman menjadi kekurangan unsur hara dan akan berdampak terhadap penurunan produksi. Salah satu alternatif penanggulangannya adalah dengan pemberian bahan organik seperti pemberian pupuk kandang ke dalam tanah.
Menurut Novizan (2004) pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang tercampur dengan sisa makanan dan urine yang didalamnya mengandung unsur hara N, P, dan K yang dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Lebih jauh Winarso (2005) menjelaskan pemberian pupuk kandang akan memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas menahan air, dan meningkatkan kehidupan biologi tanah.
Pupuk kandang sapi adalah salah satu bahan organik yang memiliki kandungan hara yang mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme di dalam tanah. Pemberian pupuk kandang sapi selain dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, juga dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme serta mampu memperbaiki struktur tanah (Hermawansyah, 2013).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi serta interaksinya terhadap ketersediaan dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala.
Hipotesis Penelitian
- Aplikasi pupuk SP-36 dapat meningkatkan ketersediaan P pada tanah Inceptisol Kwala Bekala dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
- Aplikasi pupuk kandang sapi dapat meningkatkan ketersediaan P pada tanah Inceptisol Kwala Bekala dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
- Interaksi antara pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan ketersediaan P pada tanah Inceptisol Kwala Bekala dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)
Kegunaan Penelitian
ABSTRAK
RINO LINDRI CHUACA : Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman
Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala, dibimbing oleh Ir. M. Madjid B. Damanik, M.Sc dan Ir. Posma Marbun, MP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi serta interaksinya terhadap ketersediaan dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa, Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah, Fakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara serta PT. Nusa Pusaka Kencana Analytical & QC Laboratory (Asian Agri Group). Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan Faktor I : pupuk SP-36 (P) dengan 4 taraf dosis (ppm/10 kg BTKO) yaitu : P0 (0), P1 (100), P2 (200), P3 (300) dan Faktor II : pupuk kandang sapi (S) dengan 4 taraf dosis (g/10 kg BTKO) yaitu: S0 (0), S1 (50), S2 (100) dan S3 (150).
Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk SP-36 berpengaruh nyata dalam meningkatkan P-tersedia, serapan P tanaman,dan pertumbuhan tanaman jagung.Pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, C-organik, serapan P tanaman, dan pertumbuhan tanaman jagung.Interaksi antara pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan P tanaman dan pertumbuhan tanaman jagung.
ABSTRACT
RINO LINDRI CHUACA: SP-36 Fertilizer Application and Cow Manure on
Availability and Phosphorus Uptake and Growth of Maize on Soil
Inceptisol Kwala Bekala, supervised by Ir. M. Madjid B. Damanik, M.Sc and Ir. Posma Marbun, MP.
This study aims to determine the effect of SP-36 fertilizer application and manure of cattle as well as its interaction with the availability and P uptake and growth of maize (Zea mays L.) on soil Inceptisol Kwala Bekala. This research was done in gauze house, Soil Fertility Chemical Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra and PT. Nusa Pusaka Kencana & QC Analytical Laboratory (Asian Agri Group). The design used in this study are set out in a randomized block design factorial consisting of two factors with three replications Factor I: SP-36 fertilizer (P) with 4 levels dose (ppm / 10 kg BTKO) ie: P0 (0), P1 (100), P2 (200), P3 (300) and factor II: cow manure (S) with 4
levels dose(g / 10 kg BTKO), namely: S0 (0), S1 (50), S2 (100) and S3 (150).
The results showed SP-36 fertilizer application significantly in improving P-available, P-plant uptake and growth of corn plants. Cow manure significant effect in increasing soil pH, C-organic, P-plant uptake and growth of corn plants. The interaction between SP-36 fertilizer and cow manure significantly in improving P-plant uptake and growth of corn plants.
SKRIPSI
OLEH :
RINO LINDRI CHUACA 120301202
AGROEKOTEKNOLOGI– ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
APLIKASI PUPUK SP-36 DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFOR SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA
SKRIPSI
OLEH :
RINO LINDRI CHUACA 120301202
AGROEKOTEKNOLOGI – ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul :Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan
;;;danSerapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada ;;;Tanah Inceptisol Kwala Bekala
Nama : Rino Lindri Chuaca NIM : 120301202
Prodi : Agroekoteknologi Minat : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing:
( Ir. M. Madjid B. Damanik, M.Sc) (Ir. Posma Marbun, MP.
Ketua Anggota
ABSTRAK
RINO LINDRI CHUACA : Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman
Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala, dibimbing oleh Ir. M. Madjid B. Damanik, M.Sc dan Ir. Posma Marbun, MP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi serta interaksinya terhadap ketersediaan dan serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Inceptisol Kwala Bekala. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kasa, Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah, Fakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara serta PT. Nusa Pusaka Kencana Analytical & QC Laboratory (Asian Agri Group). Rancangan yang digunakan pada penelitian ini disusun dalan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan Faktor I : pupuk SP-36 (P) dengan 4 taraf dosis (ppm/10 kg BTKO) yaitu : P0 (0), P1 (100), P2 (200), P3 (300) dan Faktor II : pupuk kandang sapi (S) dengan 4 taraf dosis (g/10 kg BTKO) yaitu: S0 (0), S1 (50), S2 (100) dan S3 (150).
Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk SP-36 berpengaruh nyata dalam meningkatkan P-tersedia, serapan P tanaman,dan pertumbuhan tanaman jagung.Pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, C-organik, serapan P tanaman, dan pertumbuhan tanaman jagung.Interaksi antara pupuk SP-36 dan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan P tanaman dan pertumbuhan tanaman jagung.
ABSTRACT
RINO LINDRI CHUACA: SP-36 Fertilizer Application and Cow Manure on
Availability and Phosphorus Uptake and Growth of Maize on Soil
Inceptisol Kwala Bekala, supervised by Ir. M. Madjid B. Damanik, M.Sc and Ir. Posma Marbun, MP.
This study aims to determine the effect of SP-36 fertilizer application and manure of cattle as well as its interaction with the availability and P uptake and growth of maize (Zea mays L.) on soil Inceptisol Kwala Bekala. This research was done in gauze house, Soil Fertility Chemical Laboratory, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra and PT. Nusa Pusaka Kencana & QC Analytical Laboratory (Asian Agri Group). The design used in this study are set out in a randomized block design factorial consisting of two factors with three replications Factor I: SP-36 fertilizer (P) with 4 levels dose (ppm / 10 kg BTKO) ie: P0 (0), P1 (100), P2 (200), P3 (300) and factor II: cow manure (S) with 4
levels dose(g / 10 kg BTKO), namely: S0 (0), S1 (50), S2 (100) and S3 (150).
The results showed SP-36 fertilizer application significantly in improving P-available, P-plant uptake and growth of corn plants. Cow manure significant effect in increasing soil pH, C-organic, P-plant uptake and growth of corn plants. The interaction between SP-36 fertilizer and cow manure significantly in improving P-plant uptake and growth of corn plants.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat Nya maka akhirnyaPenulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Aplikasi Pupuk SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala”yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjanadi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini Penulismengucapkan terima kasih kepada Ir. M. Madjid B. Damanik, M.Sc dan Ir. Posma Marbun, MPselaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukanselama penulisan skripsi ini.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih
Medan, Agustus 2016
DAFTAR ISI
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penulisan... 3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan Penelitian... 14
Parameter Penelitian ... 15
DAFTAR TABEL
No Keterangan Hal
1 Uji beda rataan aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadappH tanah pada awal penanaman
17
Uji beda rataan aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadapC-Organik tanah pada awal penanaman Uji beda rataan aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadap P-tersedia tanah pada awal penanaman Uji beda rataan aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadap serapan P tanaman pada akhir masa vegetatif
Uji beda rataan aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadaptinggi tanaman pada akhir masa vegetatif
Uji beda rataan aplikasi SP-36 dan pupuk kandang sapi terhadapberat kering tajuk tanaman pada akhir masa vegetatif
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Hal
1 Grafik Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Sapi terhadap pH Tanah pada Awal Penanaman
18 2 Grafik Pengaruh Aplikasi Pupuk SP-36 terhadap
C-organik Tanah pada Awal Penanaman
19 3 Grafik Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Sapi
terhadap C-organik Tanah pada Awal Penanaman
20 4 Grafik Pengaruh Aplikasi Pupuk S36 terhadap
P-tersedia Tanah pada Awal Penanaman
21 5 Grafik Pengaruh Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang
Sapi terhadap SerapanP Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
22
6 Grafik Pengaruh Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Tinggi Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
24
7 Grafik Pengaruh Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering Tajuk Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
26
8 Grafik Pengaruh Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering Akar Tanaman pada Akhir Masa Vegetatif
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Hal
1 Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 37
2 Bagan Percobaan 38
3 Data analisis Tanah Inceptisol Kwala Bekala 39
4 Data Analisis Pupuk Kandang Sapi 39
5 Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap pHTanah pada Awal Penanaman
40
6 Tabel Sidik Ragam (ANOVA) 40
7 Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap C-organikTanah pada Awal Penanaman
41
8 Tabel Sidik Ragam (ANOVA) 41
9 Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap P-tersediaTanah pada Awal Penanaman
42
10 Tabel Sidik Ragam (ANOVA) 42
11 Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Serapan PTanaman pada Akhir Masa Vegetatif
43
12 Tabel Sidik Ragam (ANOVA) 43
13 Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap TinggiTanaman pada Akhir Masa Vegetatif
44
14 Tabel Sidik Ragam (ANOVA) 44
15 Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering TajukTanaman pada Akhir Masa Vegetatif
45
16 Tabel Sidik Ragam (ANOVA) 45
17 Data Aplikasi SP-36 dan Pupuk Kandang Sapi terhadap Berat Kering AkarTanaman pada Akhir Masa Vegetatif
46
18 Tabel Sidik Ragam (ANOVA) 46