Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI
KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN
MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN
Mahasiswa : Novitasari
Nomor Pokok Mahasiswa : 0853023039 Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Noor Fadiawati, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. NIP. 196608241991112001 NIP 196608241991112002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M. Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M. Si ______________
Sekretaris : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si ______________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Ila Rosilawati, M. Si. ______________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN
Oleh NOVITASARI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik model pembelajaran problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Batanghari kelas XI IPA1 Tahun Ajaran 2011-2012. Penelitian ini menggunakan metode Pre-Experimental dengan one-group pretest-posttest design. Efektivitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan nilai n-gain.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai n-gain keterampilan memberikan
Novitasari kali kelarutan efektif dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi
kesimpulan dengan kriteria tinggi.
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN
Oleh
NOVITASARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGIDENTIFIKASI KESIMPULAN
(Skripsi)
Oleh NOVITASARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
viii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur penelitian ... 23 2. Diagram rata-rata nilai pretest dan posttest keterampilan memberikan alasan
dan mengidentifikasi kesimpulan ... 26 3. Diagram rata-rata n-gain keterampilan memberikan alasan dan
v DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8
B. Model Pembelajaran Problem Solving ... 10
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 13
D. Kerangka Pemikiran ... 17
E. Anggapan Dasar…... 18
F. Hipotesis Penelitian ... 19
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 20
B. Jenis dan Sumber Data ... 20
vi
D. Variabel Penelitian ... 21
E. Instrumen Penelitian ... 21
F. Pelaksanaan Penelitian ... 22
G. Analisis Data Penelitian ... 23
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 26
B. Pembahasan ... 28
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 39
B. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus dan Sistem Penilaian ... 41
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 57
3. Lembar Kerja Siswa ... 94
4. Kisi-kisi Soal ... 130
5. Soal Pretest dan Posttest ... 131
6. Rubrik Penskoran ... 133
7. Lembar Penilaian Afektif Siswa ... 144
8. Data Skor Pretest, Posttest, Gain dan n-gain ... 152
9. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian ... 154
vii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Keterampilan berpikir kritis ... 14
2. Desain penelitian ... 20
3. Klasifikasi gain ... 24
M O T T O
“…Untuk mengetahui Anda ada kemajuan atau tidak, cukup
melihat perubahan watak diri Anda, keluasan wawasan Anda,
dan pengembangan kemurahan hati Anda. Itulah kemajuan dan tingkat Anda sesungguhnya.”
(Guru Ching Hai)
“ kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang
lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain.”
(Michel De Montaigne)
“Belajarlah mensyukuri apa yang telah diberikan ALLAH kepada kita, karena itu yang terbaik untuk kita”
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, November 2012
Novitasari
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat
dan hidayah-Nya. Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan
tulisan ini kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang
yang melimpah, selalu mendoakanku, memberiku materi dan
membesarkanku dengan sepuh hati. Terimakasih, untuk smua
yang bapak dan ibu berikan padaku…semoga Allah SWT
berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu.
Adikku tersayang,...Terima kasih buat semangatyang telah kau
berikan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batanghari, Lampung Timur pada tanggal 15 November 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tumirin dan Ibu Siti Juariyah.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 2 Telogorejo pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP N 1 Batanghari Lampung Timur pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur pada tahun 2008.
iii SANWACANA
Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam Meningkatkan
Keterampilan Memberikan Alasan dan Mengidentifikasi Kesimpulan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas
Lampung. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan saran dan
iv
6. Seluruh staff dan dosen di Jurusan PMIPA khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia Unila.
7. Bapak Drs. Sudigdo, M.Si, selaku kepala Sekolah SMA N 1 Batanghari, Bapak Abdi Simatupang, S.Pd, selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya. 8. Bapak dan Ibuku yang selalu memperjuangkan segalanya baik material maupun
spiritual untuk keberhasilan anaknya dan adikku yang selalu memberikan semangat.
9. Untuk teman seperjuanganku Yuliana, Sulis Setyowati, Pitri Yunia.
10. Untuk teman seperjuanganku dalam mengerjakan skirpsi Ria Marthandila dan Nurma Elisa terima kasaih buat masukan-masukan yang kalian berikan.
11. Mbak Wanti, Mbak Wulan, Mbak Eva, dan teman-teman kosan dania putri yang selalu memberiku semangat dan keceriaan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusus-nya dan pembaca pada umumkhusus-nya.
Bandar Lampung, November 2012 Penulis,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih men-dalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006).
2
ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat (BSNP, 2006).
Salah satu tujuan pembelajran kimia adalah menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa aspek yang perlu dibenahi salah satunya adalah proses belajar mengajar. Saat ini pendidikan di Indonesia memiliki banyak kelemahan pada berbagai sisi. Salah satu kelemahan pendidikan Indonesia adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pada pembelajaran ini siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksi-kan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirdiinstruksi-kan apa yang sebaiknya dilakudiinstruksi-kan untuk mencapai tujuan belajarnya. Mereka tidak dapat menjadi seorang pelajar mandiri yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan pengetahuan yang
dimilikinya (BNSP, 2006).
3
berpikir kritis siswa. Trilling dan Hood (1999) dalam Atika (2011) menambahkan pada abad 21 diperlukan SDM dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai budaya, mampu berkomunikasi, dan mampu belajar sepanjang hayat (life long learning). Upaya yang tepat untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan bermutu tinggi adalah melalui pendidikan yang berkualitas.
meng-4
hubungkan jawaban dari masalah yang ada dengan kemampuan yang telah mereka miliki. Pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, misalnya pada pembahasan pengaruh ion senama, siswa dituntut agar mampu menjelaskan “mengapa saat ditambah -kan ion senama kedalam suatu reaksi kesetimbangan, reaksi kesetimbangan tersebut akan bergeser atau berubah”. Kemampuan menghubungkan ini mampu melatih ke-terampilan berpikir kritis siswa, terutama keke-terampilan memberikan alasan. Pada fase menarik kesimpulan, siswa memiliki kebebasan untuk mengolah semua informasi yang mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang mereka miliki, proses ini membawa siswa untuk mengembangkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan.
Hasil penelitian Purwani (2009), yang dilakukan pada siswa SMA kelas X di SMA Negeri 1 Jombang, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkat-kan kemampuan berpikir pada materi konsep mol. Kemudian hasil penelitian Atika (2011), yang dilakukan pada siswa SMA kelas XI IPA di SMA negeri 9 Bandar
Lampung, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajar-an problem solving dapat meninggkatkpembelajar-an keterampilpembelajar-an berpikir kritis pada materi ke-setimbangan kimia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul : “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Kelarutan dan
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem Solving pada materi kelarut-an dkelarut-an hasil kali kelarutkelarut-an dalam meningkatkkelarut-an keterampilkelarut-an memberikkelarut-an alaskelarut-an? 2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran problem Solving pada materi
kelarut-an dkelarut-an hasil kali kelarutkelarut-an dalam meningkatkkelarut-an keterampilkelarut-an mengidentifikasi kesimpulan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin di capai adalah: 1. Mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran Problem Solving pada materi
ke-larutan dan hasil kali keke-larutan dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan 2. Mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran Problem Solving pada materi
ke-larutan dan hasil kali keke-larutan dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa
6
kesimpulan sehingga meningkatkan pemahaman siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
2. Guru
Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif bagi guru.
3. Sekolah
Penerapan model problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Efektivitas model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan nilai n-gain. 2. Model problem solving yang digunakan pada penelitian ini adalah model problem
solving menurut Depdiknas yaitu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Langkah-langkah model problem solving menurut Depdiknas adalah (a) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf
7
3. Keterampilan berpikir kritis yang akan diteliti adalah keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto dalam Atika, 2011).
Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan men-transformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Septiana, 2012).
9
terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).
Prespektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan pembelajaran problem solving, banyak meminjam pendapat Piaget (1954,1963). Prespektif ini mengatakan, seperti yang dikatakan Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodivikasi pengetahuan sebelumnya. Keyakinan Piaget ini berbeda dengan keyakinan Vygotsky dalam beberapa hal penting.
10
atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju. Zona yang terletak diantara kedua tingkat
perkembangan inilah yang disebutnya sebagai zone of proximal development (Arends dalam Septiana, 2012).
Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;
2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan 6. Guru adalah fasilitator.
B. Problem Solving
Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut (Rofiana, 2005).
11
pemecahan masalah memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dike-mukakan oleh Hudojo (2001), yaitu sebagai berikut:
1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
3. Potensi intelektual siswa meningkat.
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
5. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Langkah-langkah problem solving menurut Depdiknas (2008) sebagai berikut : a. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh
dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
12
e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
Meminjam pendapat Bruner bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberi suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula untuk memecahkan masalah-masalah serupa. Karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik (Trianto, 2010).
Kelebihan dan kekurangan problem solving menurut Dzamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan model pembelajaran problem solving
a. Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
2. Kekurangan model pembelajaran problem solving
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan ting-kat berfikir siswa, tingting-kat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pe-ngalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru
b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlu-kan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pel-ajaran lain
13
permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah keterampilan berpikir kritis. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh keterampilan berpikirnya, terutama dalam memecahkan maslah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Mengajarkan keterampilan berpikir dan memadukannya dengan materi pembelajaran dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis dan kreatif secara efektif. Menurut Ennis (1996:54): Critical thingking is reasonable, reflective thingking that is focused on deciding what to believe or do.
Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut
(advance clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah:
1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.
14
4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi.
11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain.
Tabel 1. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis
No Kelompok Indikator Sub Indikator
1 Memberikan c. Menjaga kondisi berpikir
Menganalisis e. Melihat struktur dari
suatu argumen f. Membuat ringkasan Bertanya dan
menjawab pertanyaan
a. Menyebutkan contoh b. Mengapa? Apa ide
15
No Kelompok Indikator Sub Indikator
kesesuaian sumber
d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti
yang benar
f. Menggunakan akses yang baik
16
No Kelompok Indikator Sub Indikator
dapat diterima b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi. Mengidentifikasi b. Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan
Dalam penelitian ini indikator yang dikembangkan adalah menganalisis argumen, khususnya keterampilan mengidentifikasi kesimpulan dan indikator mempertimbang-kan kredibilitas sumber, khususnya kemampuan memberimempertimbang-kan alasan.
17
D. Kerangka Pemikiran
Untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa, diperlukan model pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat memacu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran problem solving. Problem solving adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah.
18
terhadap situasi baru. Siswa akan mencari tahu jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari, begitu seterus-nya sehingga terjadi kesetimbangan antara struktur kognitif dengan penge-tahuan yang baru (ekuilibrasi). Hal ini menunjukkan bahwa siswa harus berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah yang ada. Sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran problem solving dapat mengingkatkan keterampilan berpikir kritis siswa khususnya kemampuan untuk memberikan alasan dan keterampilan mengidentifikasi
kesimpulan.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa-siswi kelas XI IPA1 semester genap SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi subyek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama.
2. Perbedaan pemahaman keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan terjadi karena perlakuan yang diberikan dalam proses pembelajaran. 3. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan
19
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 31 siswa.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterap-kan (posttest) kepada siswa. Sedangditerap-kan sumber data adalah siswa kelas IX IPA1.
C. Desain dan Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental, dan menggunakan desain one-group pretest-posttest yaitu ada pemberian tes awal sebelum diberi per-lakuan dan tes akhir setelah diberi perper-lakuan dalam satu kelompok yang sama. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
21
Dengan keterangan O1 adalah nilai pretes sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah nilai postes setelah diberikan perlakuan. X adalah perlakuan yang berupa pem-belajaran problem solving.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran problem solving. Sebagai variabel terikat adalah ke-mampuan untuk memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan siswa kelas XI IPA1 SMAN 1 Batanghari Lampung Timur.
E. Instrumen dan Validitas penelitian
1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
a. LKS kimia yang menggunakan model problem solving materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sejumlah 5 LKS
b. Soal pretest dan postest yang berjumlah 6 soal essay yang mewakili keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan.
2. Validitas Instrumen
22
penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. dan Ibu Dra.Chansyanah Diawati, M. Si. Sebagai Pembimbing penelitian untuk memvalidasinya
F. Pelaksaan Penelitian
1. Tahap prapenelitian
a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian ke sekolah.
b. Meminta izin kepada wakil kepala kurikulum sekolah SMA N 1 Batanghari Lampung Timur dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat. c. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang
keadaan sekolah, data siswa, jadwal dan sarana prasarana di sekolah.
d. Menentukan kelas yang akan dijadikan subyek penelitian yaitu kelas XI IPA1. e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi
yang diteliti yaitu materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
f. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan model pembelajaran problem solving
23
2. Tahap penelitian a. Melakukan pretest.
b. Melaksanakan pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sesuai dengan model pembelajaran problem solving.
c. Melakukan posttest.
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan dibawah ini :
Gambar 1. Alur Penelitian
G.Teknik Analisis Data
1. Nilai Akhir
Nilai akhir pretest atau postest dituliskan sebagai berikut: Nilai akhir = ∑ skor yang diperoleh siswaskor maksimum × Observasi Penyusunan
instrumen Pretes
Treatment (pembelajaran problem solving)
Postes
24
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung Gain.
2. Gain ternormalisasi
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran model problem solving dalam
meningkatkan keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan, maka dilakukan analisis skor n-gain. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan skor pretest dan posttest keterampilan memberikan alasan dan mengidentifikasi kesimpulan. N-gain dirumuskan sebagai berikut:
n − gain = S o Ma i u I a − S o � � �S o �� � −S o � � �
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (Meltzer, 2002) seperti terdapat pada tabel berikut :
Tabel 3. Klasifikasi gain ( g )
Besarnya g Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
25
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pembelajaran Problem Solving efektif dalam meningkatkan
keterampilan memberikan alasan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA Negeri 1 Batanghari dengan kriteria sedang.
2. Model pembelajaran Problem Solving efektf dalam meningkatkan keterampilan mengidentifikasi kesimpulan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan SMA Negeri 1 Batanghari dengan kriteria tinggi.
B. saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa : 1. LKS berbasis Problem Solving sebagai media pembelajaran perlu upaya
pengembangan yang lebih baik dan menarik karena keduanya mampu menunjang proses pembelajaran.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Atika, Y. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi
Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Skripsi. FKIP. Unila. Bandar Lampung.
Bell, G. M. E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Djamarah, S.B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Jakarta.
Depdiknas. 2008. Rambu – Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Depdiknas. Jakarta.
Ennis, R. 1985. Critical Thinking. Prentice Hall, Inc. New Jersey.
Hidayati, M. 2006. Model Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kalor dan Perpindahannya Pada Siswa MTsN 1 Tanjung Karang. (Skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.
Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.
Johari, J.M.C. dkk. 2006. Kimia untuk SMA dan MA kelas XI. Esis.Jakarta. Meltzer, D. E. 2002. The Relationship between Mathematic Preparation and
Conceptual Learning Gain in Physics : A Possible ” Hidden Variable” In Diagnostic Pretest Score [Online], Tersedia :
[1 Maret 2012].
Purba, M. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XI. Erlangga.Jakarta.
Purwani, Endah dan Martini. 2009. Implementasi Hasil-Hasil Penelitian untuk Peningkatan Profesionalisme di Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia (Prosiding). Unesa University Press. Surabaya.
Rofiana, S. 2005. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas X-4 Semester Genap MAN 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2004/2005. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.
Septiana, C. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran problem solving pada Materi Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi pada Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.