• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN EKSPOSITORI BERBANTUAN MEDIA AUTOGRAPH DENGAN SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUTOGRAPH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN EKSPOSITORI BERBANTUAN MEDIA AUTOGRAPH DENGAN SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUTOGRAPH."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPAT

PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DENGAN SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN PENEMUAN

TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUTOGRAPH

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI NIM : 8136171045

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Metakognisi dan Komunikasi Matematis Antara Siswa yang Mendapat Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph Dengan Siswa yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognisi matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan media Autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph, (2) apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan media Autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph, (3) bagaimana proses dan kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan metakognisi dan komunikasi matematis, (4) bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran ekspositori berbantuan media Autograph dan respon siswa terhadap pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Harapan 1 Medan, kemudian secara acak dipilih dua kelas dari lima kelas. Kelas eksperimen 1 mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan media Autograph dan kelas eksperimen 2 mendapat pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan metakognisi matematis, (2) tes kemampuan komunikasi matematis, (3) angket respon siswa terhadap pembelajaran, (4) angket hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan (5) angket kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (ANACOVA) dan N-Gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognisi matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan media Autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph, (2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan media Autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph, (3) proses jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan metakognisi dan komunikasi matematis pada kelas eksperimen 2 lebih baik daripada kelas eksperimen 1, dan kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan metakognisi dan komunikasi matematis pada kelas eksperimen 2 lebih sedikit daripada kelas eksperimen 1, (4) respon siswa terhadap pembelajaran ekspositori berbantuan media Autograph dan pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph sama-sama memberikan respon positif.

(7)

ii ABSTRACT

RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI. The Differences of Improvement in Metacognition and Communication Mathematics Abilities Between The Students Who Get The Expository Learning by Using Autograph with The Students Who Get The Guided Discovery Learning by Using Autograph. A

Thesis. Medan: Post Graduate Program, State University of Medan, 2016.

This research aim to: (1) the differences of improvement metacognition mathematics abilities between students who get the expository learning by using Autograph with the students who get the guided discovery learning by using Autograph, (2) the differences of improvement communication mathematics abilities between students who get the expository learning by using Autograph with the students who get the guided discovery learning by using Autograph, (3) how the process and mistakes of students answers on solve the tests who representate the metacognition and communication abilities, (4) how the students responses in expository learning by using Autograph and the students responses in quided discovery learning by using Autograph. This research is a quasi-experimental research. The research population are students of class XI SMA Harapan 1 Medan, then randomly selected two classes of five classes. The experimental class 1 get the expository learning by using Autograph and the experimental class 2 get the quided discovery learning by using Autograph. The instrument used consisted of: (1) test of mathematical metacognition abilities, (2) test of mathematical communication abilities, (3) the response questionnaire of students on the learning, (4) the questionnaire of students result activities on the learning, and (5) the questionnaire of teacher abilities on manage of learning. The data analysis by using analysis of covariance (ANACOVA) and N-Gain. The results of research show that (1) there are no differences of improvement metacognition mathematics abilities between students who get the expository learning by using Autograph with the students who get the guided discovery learning by using Autograph, (2) there are differences of improvement communication mathematics abilities between students who get the expository learning by using Autograph with the students who get the guided discovery learning by using Autograph, (3) the process of the students answers on solve the exercises who representate the metacognition and communication abilities in experimental class 2 is better than the experimental class 1, and the mistakes of the students answers on finish the exercises who representate the metacognition and communication abilities in experimental class 2 is lower than the experimental class 1, (4) the responses of students in the expository learning by using Autograph and responses of students in the quided discovery learning by using Autograph equally representate the positive response.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan masa studi dan penulisan tesis ini. Dalam proses menyelesaikan

masa studi dan penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi

sebagai bentuk persyaratan unsur akademik dan administrasi, tentu saja banyak

menghadapi kendala dan keterbatasan. Namun itu semua dapat teratasi berkat

kerja keras dan atas izin Allah SWT.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Drs. Mahmud Rangkuti dan Ibunda Dra. Tati Murni Nasution,

serta Adek Rahmat Taufik Rangkuti beserta keluarga besar terutama Wak

Utet dan Tante Fitri yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing I

dan Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc.Ed., Ph.D. selaku Pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan

tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. sebagai Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd. selaku

Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.

4. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd. sebagai narasumber I, Bapak Prof. Dr.

Mukhtar, M.Pd. sebagai narasumber II, dan Bapak Prof. Dr. Pargaulan

Siagian, M.Pd. sebagai narasumber III.

5. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga

bagi pengembangan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis ini.

6. Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si. sebagai staf Prodi Pendidikan

Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam

administrasi perkuliahan di UNIMED.

7. Bapak Drs. Anwar selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di sekolah SMA Harapan 1 Medan, termasuk dalam

pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah.

(9)

iv

8. Bapak Ibnu Rusdi, S.Pd., M.Si. selaku guru bidang studi matematika dan

Bapak staf administrasi yang telah membantu penulis dalam administrasi

untuk menerbitkan surat bukti penelitian di sekolah tersebut.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan kuliah di Pendidikan Matematika A-3 Reguler;

Henra Saputra Tanjung, Yunus Shobrun, Siti Aminah Nababan, Salimah

Angreiny Nasution, Suci Dahlya Narpila, Sri Wahyuni, Yanti Rambe, Mustika

Fitri, Nur Asima Siregar, Hetty Elfina, Irma Sari Daulay, Puspa Nasution,

Maisyaroh Manurung, Diana Panggabean, Trisna Sianipar dan Jaruddin

Sinaga.

Semoga Allah SWT memberikan segala kebaikannya seperti maupun

melebihi apa yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kiranya kita semua

tetap dalam lindungan-Nya dan istiqomah dalam kebaikan dan kebenaran.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan

matematika serta perkembangannya. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih

jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa

pemikiran yang membangun dalam bentuk saran dan kritik demi kesempurnaan

tesis ini.

Medan, 26 Januari 2016

Penulis

(10)

v

2.1.1.Kemampuan Metakognisi Matematis ... 21

2.1.1.1.Strategi Pengembangan Metakognisi ... 23

2.1.1.2.Pengembangan Metakognisi dalam Pembelajaran Matematika ... 25

2.1.1.3.Tingkat Metakognisi dalam Menyelesaikan Masalah Matematika ... 27

2.1.2.Kemampuan Komunikasi Matematis ... 31

2.1.2.1.Aspek-Aspek dalam Komunikasi ... 32

2.1.2.2.Indikator Kemampuan Komunikasi ... 34

2.1.3.Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 40

2.1.3.1.Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 40

2.1.3.2.Karakteristik Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 41

2.1.3.3.Prinsip Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 43

2.1.3.4.Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 46

2.1.3.5.Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Ekspositori .. 48

2.1.3.6.Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Ekspositori 50 2.1.4.Pendekatan Penemuan Terbimbing ... 51

2.1.4.1.Pengertian Pendekatan Penemuan Terbimbing ... 51

2.1.4.2.Karakteristik Pendekatan Penemuan Terbimbing ... 54

2.1.4.3.Langkah-Langkah Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 55

(11)

vi

2.1.4.5.Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Penemuan

Terbimbing ... 58

2.1.5.Media Autograph dalam Pembelajaran ... 60

2.1.6.Materi Program Linear ... 62

2.1.6.1.Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel ... 63

2.1.6.2.Model Matematika ... 66

2.1.6.3.Nilai Optimum Suatu Fungsi Objektif ... 68

2.1.7.Program Linear Dengan Menggunakan Media Autograph ... 73

2.2Hasil Penelitian yang Relevan ... 77

2.3Kerangka Konseptual ... 77

2.3.1Perbedaan Peningkatan Kemampuan Metakognisi Matematis Antara Siswa Yang Mendapat Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph Dengan Siswa Yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 78

2.3.2Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Antara Siswa Yang Mendapat Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph Dengan Siswa Yang Mendapat Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 81

2.3.3Proses dan Kesalahan Jawaban Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal yang Menuntut Kemampuan Metakognisi dan Komunikasi Matematis ... 84

2.3.4Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph dan Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Penemuan Terbimbing Bebantuan Media Autograph ... 85

2.4Pengujian Hipotesis ... . 86

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 87

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 87

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian... 87

3.3. Desain Penelitian ... 88

3.4. Prosedur Penelitian ... 90

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 92

3.5.1.Variabel Bebas ... 92

3.5.2.Variabel Perlakuan ... 92

3.5.3.Variabel Kontrol ... 92

3.5.4.Variabel Bebas Penyerta ... 93

3.5.5.Variabel Terikat ... 93

3.6. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 93

3.6.1.Tes Kemampuan Metakognisi Matematis ... 93

3.6.2.Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 97

3.6.3.Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ... 101

3.6.4.Uji Coba Instrumen ... 102

3.6.4.1.Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran... 102

3.6.4.2.Validasi Ahli Terhadap Instrumen Penelitian ... 103

(12)

vii

3.7. Teknik Analisa Data ... 109

3.7.1.Analisis Statistik Deskriptif ... 110

3.7.1.1.Data Hasil Kemampuan Metakognisi dan Komunikasi Matematis ... 110

3.7.1.2.Data Hasil Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 112

3.7.1.3.Data Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 112

3.7.1.4.Lembar Angket Respon Siswa ... 113

3.7.2.Analisis Statisitik Inferensial ... 113

3.7.2.1.Uji Normalitas Data ... 115

3.7.2.2.Uji Homogenitas Data ... 115

3.7.2.3.Menentukan Model Regresi ... 116

3.7.2.4.Uji Independensi X Terhadap Y / Uji Keberartian X dalam Model Regresi ... 117

3.7.2.5.Uji Linieritas Model Regresi ... 118

3.7.2.6.Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 119

3.7.2.7.Uji Kesejajaran Dua Model Regresi / Uji Homogenitas Koefisien Regresi ... 120

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 124

4.1.Deskripsi Hasil Penelitian ... 125

4.1.1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 125

4.1.2. Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 126

4.1.3. Hasil Kemampuan Metakognisi Matematis ... 128

4.1.4. Analisis Statistik Inferensial (ANACOVA) Kemampuan Metakognisi Matematis ... 143

4.1.5. Deskripsi N-Gain Hasil Tes Kemampuan Metakognisi Matematis ... 160

4.1.6. Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis ... 163

4.1.7. Analisis Statistik Inferensial (ANACOVA) Kemampuan Komunikasi Matematis ... 177

4.1.8. Deskripsi N-Gain Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 195

4.1.9. Proses dan Kesalahan Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan Metakognisi Matematis ... 198

4.1.10.Proses dan Kesalahan Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 213

4.1.11.Analisis Hasil Respon Siswa Terhadap Strategi Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph ... 224

4.1.12.Analisis Hasil Respon Siswa Terhadap Pendekatan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 228

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 232

4.2.1.Faktor Pembelajaran ... 233

(13)

viii

4.2.3.Kemampuan Komunikasi Matematis ... 240

4.2.4.Proses dan Kesalahan Jawaban Siswa ... 243

4.2.5.Data Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ... 246

4.2.6.Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 248

4.2.7.Respon Siswa dalam Pembelajaran ... 250

4.3. Keterbatasan Penelitian ... 255

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 257

5.1.Kesimpulan ... 257

5.2. Saran ... 259

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Posisi Indonesia pada TIMSS dari Tahun 1999-2007... 2

Tabel 1.2 Posisi Indonesia dibandingkan Negara-Negara lain Berdasarkan Studi PISA ... 3

Tabel 2.1 Strategi Penemuan Terbimbing ... 56

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 88

Tabel 3.2 Weiner Tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 89

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Metakognisi Matematis ... 94

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Metakognisi Matematis Siswa ... 95

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 98

Tabel 3.6 Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 99

Tabel 3.7 Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran ... 102

Tabel 3.8 Penilaian Kurikulum 2013 ... 111

Tabel 3.9 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 114

Tabel 3.10 Keterkaitan Permasalahan Hipotesis dan Jenis Uji Statistik yang digunakan ... 123

Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 125

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Setiap Butir Soal Tes Awal Kemampuan Metakognisi Matematis ... 126

Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Setiap Butir Soal Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 126

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Setiap Butir Soal Tes Akhir Kemampuan Metakognisi Matematis ... 127

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Setiap Butir Soal Tes Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis ... 128

Tabel 4.6 Pre Test Kemampuan Metakognisi Matematis Siswa Kelas Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph Secara Kualitatif ... 129

Tabel 4.7 Post Test Kemampuan Metakognisi Matematis Siswa Kelas Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph Secara Kualitatif ... 130

Tabel 4.8 Pre Test Kemampuan Metakognisi Matematis Siswa Kelas Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph Secara Kualitatif ... 132

(15)

xiv

Tabel 4.10 Deskripsi Pre Test Kemampuan Metakognisi Matematis di Kelas Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph dan Kelas Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Berbantuan Media Autograph ... 144 Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Varians Pre Test Kemampuan

Metakognisi Matematis Kelas Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph dan Kelas Pembelajaran

Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 145 Tabel 4.12 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Metakognisi

Matematis Kelas Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph ... 146 Tabel 4.13 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Metakognisi

Matematis Kelas Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Berbantuan Media Autograph ... 146 Tabel 4.14 Analisis Varians untuk Uji Indipendensi Kemampuan

Metakognisi Matematis Kelas Pembelajaran Ekspositori

Berbantuan Media Autograph ... 147 Tabel 4.15 Perhitungan Manual Analisis Varians untuk Uji Indipendensi

Kemampuan Metakognisi Matematis Kelas Pembelajaran

Ekspositori Berbantuan Media Autograph ... 148 Tabel 4.16 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Metakognisi Matematis Kelas Pembelajaran Ekspositori

Berbantuan Media Autograph ... 149 Tabel 4.17 Perhitungan Manual Analisis Varians untuk Uji Linieritas

Regresi Kemampuan Metakognisi Matematis Kelas

Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph ... 149 Tabel 4.18 Analisis Varians untuk Uji Indipendensi Kemampuan

Metakognisi Matematis Kelas Pembelajaran Penemuan

Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 150 Tabel 4.19 Perhitungan Manual Analisis Varians untuk Uji Indipendensi

Kemampuan Metakognisi Matematis Kelas Pembelajaran

Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 151 Tabel 4.20 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Metakognisi Matematis Kelas Pembelajaran Penemuan

Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 152 Tabel 4.21 Perhitungan Manual Analisis Varians untuk Uji Linieritas

Regresi Kemampuan Metakognisi Matematis Kelas Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media

Autograph ... 152 Tabel 4.22 Perhitungan Manual Analisis Kovarians untuk Uji Kesamaan

Dua Model Regresi Kemampuan Metakognisi Matematis ... 153 Tabel 4.23 Analisis Kovarians untuk Uji Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Metakognisi Matematis ... 154 Tabel 4.24 Koefisien Analisis Kovarians untuk Uji Kesamaan Dua Model

Regresi Kemampuan Metakognisi Matematis ... 154 Tabel 4.25 Perhitungan Manual Analisis Kovarians untuk Uji Kesejajaran

(16)

xv

Tabel 4.26 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Metakognisi Matematis ... 157 Tabel 4.27 Hasil Uji Lanjut Analisis Kovarians untuk Kemampuan

Metakognisi Matematis ... 159 Tabel 4.28 Hasil Tes Kemampuan Metakognisi Matematis Kelas

Eksperimen 1 ... 161 Tabel 4.29 Hasil Tes Kemampuan Metakognisi Matematis Kelas

Eksperimen 2 ... 161 Tabel 4.30 Rekapitulasi Hasil Pre Tes Kemampuan Metakognisi Matematis

pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 162 Tabel 4.31 Rekapitulasi Hasil Post Tes Kemampuan Metakognisi Matematis

pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 162 Tabel 4.32 Rekapitulasi N-Gain Kemampuan Metakognisi Matematis

pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 163 Tabel 4.33 Pre Test Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph

Secara Kualitatif ... 164 Tabel 4.34 Post Test Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph

Secara Kualitatif ... 165 Tabel 4.35 Pre Test Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media

Autograph Secara Kualitatif ... 167 Tabel 4.36 Post Test Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas

Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media

Autograph Secara Kualitatif ... 168 Tabel 4.37 Deskripsi Pre Test Kemampuan Komunikasi Matematis

di Kelas Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph dan Kelas Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Berbantuan Media Autograph ... 177 Tabel 4.38 Hasil Uji Homogenitas Varians Pre Test Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph dan Kelas Pembelajaran

Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 179 Tabel 4.39 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelas Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph ... 180 Tabel 4.40 Koefisien Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi

Matematis Kelas Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Berbantuan Media Autograph ... 180 Tabel 4.41 Analisis Varians untuk Uji Indipendensi Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Pembelajaran Ekspositori

Berbantuan Media Autograph ... 181 Tabel 4.42 Perhitungan Manual Analisis Varians untuk Uji Indipendensi

Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Pembelajaran

(17)

xvi

Tabel 4.43 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Pembelajaran Ekspositori

Berbantuan Media Autograph ... 183 Tabel 4.44 Perhitungan Manual Analisis Varians untuk Uji Linieritas

Regresi Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph ... 183 Tabel 4.45 Analisis Varians untuk Uji Indipendensi Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Pembelajaran Penemuan

Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 184 Tabel 4.46 Perhitungan Manual Analisis Varians untuk Uji Indipendensi

Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Pembelajaran

Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 185 Tabel 4.47 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Komunikasi Matematis Kelas Pembelajaran Penemuan

Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 186 Tabel 4.48 Perhitungan Manual Analisis Varians untuk Uji Linieritas

Regresi Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media

Autograph ... 186 Tabel 4.49 Perhitungan Manual Analisis Kovarians untuk Uji Kesamaan

Dua Model Regresi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 187 Tabel 4.50 Analisis Kovarians untuk Uji Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Komunikasi Matematis ... 188 Tabel 4.51 Koefisien Analisis Kovarians untuk Uji Kesamaan Dua Model

Regresi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 188 Tabel 4.52 Perhitungan Manual Analisis Kovarians untuk Uji Kesejajaran

Dua Model Regresi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 189 Tabel 4.53 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 192 Tabel 4.54 Hasil Uji Lanjut Analisis Kovarians untuk Kemampuan

Komunikasi Matematis ... 193 Tabel 4.55 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

Eksperimen 1 ... 195 Tabel 4.56 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas

Eksperimen 2 ... 196 Tabel 4.57 Rekapitulasi Hasil Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 196 Tabel 4.58 Rekapitulasi Hasil Post Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 197 Tabel 4.59 Rekapitulasi N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 197 Tabel 4.60 Skor Perolehan Tes Kemampuan Metakognisi Matematis

pada Indikator Kemampuan Perencanaan ... 202 Tabel 4.61 Skor Perolehan Tes Kemampuan Metakognisi Matematis

pada Indikator Kemampuan Pemonitoran ... 206 Tabel 4.62 Skor Perolehan Tes Kemampuan Metakognisi Matematis

(18)

xvii

Tabel 4.63 Skor Perolehan Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Indikator Kemampuan Menyatakan Ide Matematis ... 216 Tabel 4.64 Skor Perolehan Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Indikator Kemampuan Memahami, Menafsirkan dan

Menilai Ide Matematis ... 220 Tabel 4.65 Skor Perolehan Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

pada Indikator Kemampuan Mengkonstruksi dan

Menghubungkan Ide Matematis ... 223 Tabel 4.66 Distribusi Frekuensi Jawaban Siswa pada Angket Respon

Siswa Terhadap Strategi Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media Autograph ... 224 Tabel 4.67 Ringkasan Hasil Jawaban Angket Respon Siswa Terhadap

Strategi Pembelajaran Ekspositori Berbantuan Media

Autograph ... 225 Tabel 4.68 Distribusi Frekuensi Jawaban Siswa pada Angket Respon

Siswa Terhadap Pendekatan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Berbantuan Media Autograph ... 228 Tabel 4.69 Ringkasan Hasil Jawaban Angket Respon Siswa Terhadap

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern dan berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi,

sehingga matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu

dan memajukan daya pikir manusia untuk menguasai dan menciptakan teknologi

secara terus menerus. Menurut Hudojo (2005:37) matematika tidak hanya

berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga

unsur ruang sebagai sasarannya. Hal ini berhubungan bahwa kemajuan zaman

tidak lain dipengaruhi oleh kecakapan manusia dalam matematika, karena dengan

matematika manusia memiliki karakter untuk memacu segala perkembangan.

Matematika disadari sangat penting peranannya, namun tingginya tuntutan

untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar

matematika siswa. Pada kenyataannya, seringkali siswa menjadi korban dan

dianggap sebagai sumber penyebab kesulitan belajar. Padahal mungkin saja

kesulitan itu bersumber dari luar diri siswa, misalnya proses pembelajaran yang

terkait dengan kurikulum, cara penyajian materi pelajaran, dan pendekatan

pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal tersebut dapat mengakibatkan

kemampuan matematika serta sikap siswa terhadap matematika akan mengalami

kemunduran. Ada yang merasa takut, ada yang merasa bosan bahkan ada yang

pesimis pada pelajaran matematika, akibatnya siswa tidak mampu mandiri dan

tidak tahu apa yang harus dilakukannya sehingga kemampuan matematika dan

sikap siswa terhadap matematika sangat rendah kualitasnya.

(20)

2

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada bidang

studi matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya Departemen

Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

salah satu diantaranya adalah pendidikan matematika, baik dengan peningkatan

kualitas guru matematika melalui penataran-penataran maupun peningkatan

prestasi belajar siswa melalui peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional

untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika.

Terkait dengan tujuan-tujuan pembelajaran matematika dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, ternyata tidak bersesuaian dengan

kondisi yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Kondisi ini dibuktikan dengan

beberapa laporan antara lain, The Third International Mathematics and Science

Study (TIMSS) pada tahun 2007 Indonesia berada di posisi ke-36 dari 48 negara

yang mengikutinya. Lima Negara dibawah Indonesia masing-masing Syiria,

Mesir, Algeria, Colombia, dan Oman. Untuk lima Negara terbaik adalah China

Taipei, Korea Selatan, Singapura, Hongkong, dan Jepang, sedangkan Malaysia

rangking 20 dan Thailand pada rangking 29.

Tabel 1.1. Posisi Indonesia pada TIMSS dari tahun 1999-2007

Tahun Score rata-rata Rangking Negara Peserta

1999 403 34 38

2003 411 34 45

2007 397 36 48

Sumber: TIMSS(Trends in International Mathematics and Science Study)

Selain itu laporan Programme for International Student Assessment

(PISA) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk

bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38, sementara untuk bidang

(21)

3

dibandingkan dengan Korea Selatan, peringkatnya sangat jauh untuk bidang IPA

menempati peringkat 8, membaca peringkat 7 dan matematika peringkat

ke-3. Pada kenyataannya dalam tes PISA negara Indonesia masih berada pada level

yang paling bawah. Berdasarkan hasil survey Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dari tahun 2000 sampai tahun 2009 menyatakan bahwa rata-rata

pencapaian masih rendah dan posisi atau peringkat Indonesia berada pada juru

kunci, seperti tampak pada tabel berikut:

Tabel 1.2. Posisi Indonesia dibandingkan Negara-Negara lain Berdasarkan Studi PISA

Adapun salah satu kemampuan matematis yang digunakan dalam penilaian

proses matematika dalam PISA adalah (1) kemampuan komunikasi, siswa

merasakan adanya beberapa tantangan dan dirangsang untuk mengenali dan

memahami masalah, membaca, mengkode dan menginterpretasikan pernyataan,

pertanyaan, tugas atau benda, dan (2) kemampuan matematisasi, istilah

matematisasi digunakan untuk menggambarkan kegiatan matematika yang terlibat

(22)

4

pada APMO (Asian Pasific Mathematics Olympiad) tahun 2003 cukup maksimal,

hal ini dibuktikan Indonesia memperoleh 1 medali emas, 3 perak, 3 perunggu, dan

3 honorable mention. Namun prestasi ini menurun pada tahun 2004, dari 7 peserta

yang dikirimkan dan memperoleh 4 medali perunggu dan 2 honorable mention

(Muchlis, 2005:5).

Rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor. Salah satu penyebabnya berkaitan dengan rendahnya kemampuan

metakognisi dan komunikasi matematis siswa. Menurut Nurmalia (Basith, 2014:1)

penyebab yang saat ini dianggap dapat menjelaskan fakta rendahnya kemampuan

metakognitif siswa adalah pada saat pembelajaran guru sibuk untuk memacu

perolehan nilai ujian yang baik melalui teknik ceramah, try-out, dan lain

sebagainya. Akibat dari rendahnya kemampuan metakognisi dalam pembelajaran,

yaitu siswa tidak memiliki kemampuan matematis yang matang ketika

menyelesaikan masalah matematika yang abstrak, akibatnya prestasi siswa hanya

sebatas nilai akhir bukan pada proses matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat

Asmin & Mansyur (2014;4) bahwa konsep dalam matematika adalah ide abstrak

yang memudahkan orang dapat mengklasifikan objek atau kejadian, dan

menentukan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh,

kesamaan, ketaksamaan, segitiga, kubus, jari-jari, dan eksponen dan sebagainya.

Dalam hal lain Soedjadi (1999:7) keabstrakan objek matematika perlu diupayakan

secara lebih konkret, sehingga akan mempermudah siswa memahaminya. Dengan

demikian guru harus lebih kreatif dalam membelajarkan matematika, seperti

dengan melengkapkan seluruh alat peraga dan mengkaitkan lingkungan sekitar

(23)

5

Rendahnya kemampuan metakognisi matematis siswa terungkap pada saat

pemberian soal materi prasyarat di kelas XI IPA 4 SMA Harapan 1 Medan. Materi

prasyarat yang diberikan sistem persamaan linear, sistem pertidaksamaan linear

dan sistem koordinat Cartesius. Berdasarkan hasil tes uji coba tersebut, diperoleh

beberapa kelemahan siswa terkait dengan kemampuan metakognisi matematis,

seperti disajikan dalam gambar berikut:

Gambar 1.1. Fakta rendahnya kemampuan metakognisi matematis ketika menyelesaikan soal materi prasyarat

Dari gambar tersebut, terlihat bahwa (1) Siswa tidak dapat merencanakan

penyelesaian masalah terkait materi pertidaksamaan linear. Hal ini dikarenakan

siswa langsung mengerjakannya dengan penyelesaian yang singkat, (2) Siswa

tidak dapat memantau hasil pekerjaannya terkait materi pertidaksamaan linear.

Hal ini dikarenakan siswa hanya terfokus pada sistem pertidaksamaan linear yang

diberikan tanpa memperhatikan titik koordinat dan garis yang membangun daerah

penyelesaian tersebut, dan (3) Siswa tidak dapat mengevaluasi hasil pekerjannya

Gambar yang diberikan tidak sesuai dengan pertidaksamaan linear yang diminta, dalam hal ini siswa tidak tampak melakukan proses perencanaan, pemonitoran dan pengevaluasian. Siswa hanyak memacu hasil akhir.

(24)

6

terkait materi pertidaksamaan linear. Hal ini dikarenakan siswa tidak dapat

mengecek kembali daerah penyelesaian dalam bidang Cartesius terkait daerah

penyelesaian dan titik selidik dari sistem fungsi kendala yang diberikan.

Metakognisi merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh John

Flavell, seorang ahli psikologi dari Universitas Stanford pada sekitar tahun 1976.

Secara umum metakognisi adalah model dari kognisi, yang merupakan aktivitas

kognitif pada suatu meta-level dan dihubungkan untuk objek melalui monitoring

dan fungsi kontrol, sehingga metakognisi mempunyai peranan ganda, yaitu

sebagai suatu bentuk representasi kognisi yang didasarkan pada proses monitoring

dan kontrol. Flavell (dalam Mahromah & Manoy, 2012:3) mendefinisikan

metakognisi sebagai suatu kesadaran siswa, pertimbangan, dan pengontrolan

terhadap proses serta strategi kognitif milik dirinya. Terkait dengan hal tersebut,

metakognisi merupakan suatu kesadaran siswa (awareness), pertimbangan

(consideration), dan pengontrolan atau pemantauan terhadap strategi serta proses

kognitif dari mereka sendiri pada suatu tingkatan tertentu.

Sesuai dengan penelitian Laurens (2011) bahwa apabila keputusan yang

diambil tidak tepat, maka mereka seharusnya mencoba alternatif lain membuat

suatu pertimbangan. Proses menyadari adanya kesalahan, memonitor hasil

pekerjaan serta mencari alternatif lain merupakan beberapa aspek metakognisi

yang perlu dalam penyelesaian masalah matematika. Tugas guru sebagai pendidik

untuk mengakui keberadaan, memanfaatkan kemampuan metakognitif dari semua

siswanya. Menurut Sjuts (dalam Laurens, 2011:9), keberhasilan dalam

pembelajaran matematika dapat diketahui melalui aktivitas metakognisi peserta

(25)

7

Selain itu rendahnya hasil belajar matematika siswa juga dipengaruhi oleh

kualitas komunikasi matematis. Baroody (dalam Ansari, 2009:4) menyebutkan

sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi dalam matematika perlu

ditumbuhkembangkan dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language,

artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking),

alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan,

tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk

mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua,

mathematics learning as social activity; artinya sebagai aktivitas sosial dalam

pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa

dan juga komunikasi guru dengan siswa.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga terungkap pada

saat pemberian soal materi prasyarat di kelas XI IPA 3 SMA Harapan 1 Medan.

Berdasarkan hasil tes uji coba tersebut, diperoleh beberapa kelemahan siswa

terkait dengan kemampuan komunikasi matematis, seperti disajikan dalam

gambar berikut:

Gambar 1.2. Fakta rendahnya kemampuan komunikasi matematis ketika menyelesaikan soal materi prasyarat

Sistem pertidaksamaan yang diberikan tidak sesuai dengan gambar, dalam hal ini siswa tidak tampak melakukan proses mengkonstruksi dan

(26)

8

Dari gambar tersebut terlihat bahwa (1) Siswa salah dalam

mengkomunikasikan jawabannya secara tulisan terkait materi pertidaksamaan

linear. Hal ini dikarenakan siswa tidak mengetahui ide dari soal tersebut, (2)

Siswa tidak dapat menafsirkan ide dari soal yang diberikan terkait materi

pertidaksamaan linear. Hal ini dikarenakan siswa tidak memahami konsep

pertidaksamaan linear tersebut, dan (3) Siswa tidak dapat mengkonsktruksi hasil

pekerjaannya terkait materi pertidaksamaan linear. Hal ini dikarenakan siswa

tidak dapat menghubungkan ide matematis dari tampilan geometris ke bentuk

pertidaksamaan linear.

Dalam hal ini komunikasi (Communication) merupakan salah satu daya

matematika (Mathematical Power) di samping problem solving, reasoning,

connection dan representation. NCTM memandang bahwa komunikasi

matematika adalah cara berbagi ide dan mengklarifikasi pemahaman. Melalui

komunikasi, ide-ide menjadi objek refleksi, finement ulang, diskusi, dan

amandemen. Ketika siswa ditantang untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran

mereka kepada orang lain secara lisan atau tertulis, mereka belajar untuk menjadi

jelas, meyakinkan, dan tepat dalam penggunaan bahasa matematika.

Mathematical communication is a way of sharing ideas and clarifying understanding. Through communication, ideas become objects of reflection, re- finement, discussion, and amendment. When students are challenged to communicate the results of their thinking to others orally or in writing, they learn to be clear, convincing, and precise in their use of mathematical language.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh Roza (dalam Paper presented in

National Workshop: Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Menyenangkan

dan Berkarakter, 2011) mengatakan bahwa standar komunikasi dalam

(27)

9

1. Mengatur dan menggabungkan pemikiran matematis mereka melalui

komunikasi.

2. Mengkomunikasikan pemikiran matematika mereka secara jelas kepada

teman, guru, dan orang lain.

3. Menganalisa dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain.

4. Menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika

dengan tepat.

Dalam proses pembelajaran guru belum berusaha untuk mengaktifkan

kemampuan metakognisi siswa, mengingat kemampuan metakognisi dimiliki oleh

semua orang, tinggal bagaimana memanfaatkannya saja. Hal ini diperkuat oleh

pernyataan Mulbar (2008:2) bahwa saat ini, guru dalam mengevaluasi pencapaian

hasil belajar hanya memberikan penekanan pada tujuan kognitif tanpa

memperhatikan dimensi proses kognitifnya, khususnya yang berkaitan dengan

kemampuan metakognitif. Akibatnya upaya-upaya untuk memperkenalkan

metakognisi dalam menyelesaikan masalah matematika kepada siswa sangat

kurang atau bahkan cenderung diabaikan.

Memperhatikan kondisi yang terjadi di atas sangat perlu untuk diadakan

pembaruan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set ke arah pencapaian

tujuan pembelajaran. Pembelajaran matematika yang menekankan pada tujuan

pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan akademik siswa dalam hal ini

kemampuan kognitif adalah pembelajaran dengan strategi ekspositori.

Pembelajaran ekspositori merupakan suatu strategi pembelajaran pembelajaran

yang proses penyampaian materi pelajaran dilakukan secara verbal dengan

(28)

10

siswa secara optimal akan mengarahkan siswa pada proses berpikir yang lebih

mendalam yang memacu pada aspek kemampuan menyelesaikan soal.

Kemampuan siswa dalam menguasai materi secara optimal juga akan berpengaruh

pada proses perencanaan siswa dalam mengerjakan soal, memantau strategi yang

digunakan dan mengevaluasi hasil penyelesaian. Dalam strategi pembelajaran

ekspositori guru dituntut menguasai materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai agar siswa dapat memahami materi dengan sepenuhnya. Faktor

kesiapan siswa juga harus diperhatikan dalam strategi ekspositori, mengingat

strategi pembelajaran ekspositori memiliki prinsip kesiapan, artinya siswa harus

siap secara fisik dan psikis dalam menerima pelajaran sedemikian sehingga materi

pelajaran yang diperoleh siswa dapat dikembangkan oleh siswa yang menuntut

kehirarkisan materi tersebut.

Dalam hal yang sama, proses untuk melihat peningkatan kemampuan

komunikasi matematis melalui strategi pembelajaran ekspositori perlu untuk

dilakukan, sebab strategi ekspositori memiliki prinsip komunikasi yang

mengusahakan agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik terhadap apa yang

mereka ketahui sebagai hasil dari penyampaian materi secara verbal oleh guru.

Dengan strategi pembelajaran ekspositori siswa diharapkan juga agar dapat

mengkomunikasikan pertanyaan yang berfokus pada “apa” dan “mengapa”.

Sebagai contoh dalam proses mengkomunikasikan yang berfokus pada kata

“apa”, “apa yang perlu dilakukan untuk mengerjakan soal ini?” dan kata

mengapa “mengapa”, “mengapa jawaban tersebut harus diperiksa kembali

dengan teorema limit?”. Dua kata tanya “apa” dan “mengapa” merupakan suatu

(29)

11

yang mendalam terhadap tugas yang dilakukan dalam hal meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

Proses untuk meningkatkan kemampuan metakognisi dan komunikasi

matematis melalui strategi pembelajaran ekspositori lebih efektif bila

menggunakan media Autograph, karena pada penelitian ini dalam rangka

peningkatan kemampuan metakognisi matematis pada materi program linear,

yang mana jika menggunakan media Autograph akan lebih mambantu siswa

dalam memahami tampilan geometris, mengingat strategi pembelajaran

ekspositori merupakan pembelajaran yang berusaha menyampaikan isi materi

secara verbal, artinya bertutur secara lisan sehingga dengan adanya media

Autograph dapat memberi peluang yang cukup besar dalam meningkatkan

kemampuan metakognisi dan komunikasi matematis siswa.

Mengingat penggunaan media komputer di sekolah-sekolah masih belum

dioptimalkan terutama saat belajar matematika, hal ini diakibatkan karena

minimnya pengetahuan guru dalam pemanfaatan komputer dan software

pembelajaran yang menjadi salah satu faktor tidak digunakannya media berbasis

ICT dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartono (2010),

Rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan ICT ini terlihat dari sangat sedikitnya guru yang bisa mengoperasikan internet hal ini diakibatkan oleh kurangnya kemauan guru itu sendiri untuk belajar dan juga karena kurang atau bahkan tidak adanya fasilitas internet di sekolah atau karena faktor usia.

Penggunaan ICT baik itu berupa internet, software sistem administrasi

pendidikan, notebook dan LCD projector dalam dunia pendidikan untuk saat ini

sudah merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi jika dunia

(30)

12

Ketika siswa mempelajari materi program linear guru lebih memilih

menggambarkan visualisasi sistem pertidaksamaan linear di koordinat Cartesius

dengan media papan tulis dan siswa menggambarnya di bukunya masing-masing.

Tentunya cara ini memerlukan waktu lama dan siswa hanya menggambar sedikit

contoh visualisasi tersebut. Dengan mengandalkan apa yang disampaikan guru,

tidak jarang siswa lupa atau bingung ketika diminta menggambarkannya atau

menuliskan kembali hasil visualisasi dari titik dan garis pada grafik Cartesius,

sementara jika menggunakan media Autograph siswa dapat berulangkali

mencoba-coba menghasilkan banyak contoh visualisasi dari titik dan garis materi

program linear hingga pada akhirnya siswa dapat mengambil kesimpulan tentang

bagaimana menggambarkan titik dan garis yang memenuhi daerah penyelesaian

dengan menggunakan media Autograph, dan jika siswa ragu siswa dapat mencoba

lagi berulang kali sampai yakin dan terbukti benar kesimpulan yang diambilnya.

Berarti penerapan strategi pembelajaran ekspositori dibantu penggunaan media

Autograph akan dapat meningkatkan metakognisi dan kemampuan komunikasi

matematis siswa.

Berbeda halnya jika siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, siswa

menyelidiki, menginvestigasi, mencoba hingga pada akhirnya menemukan sendiri

konsep matematika yang dimaksud. Para pakar matematika berpendapat bahwa

pengetahuan tidak diterima secara pasif seperti sebuah hadiah, tetapi harus secara

aktif diciptakan dan dikonstruksi siswa. Piaget (Saragih & Afriati, 2012:369)

menyatakan, “mathematics is made (constructed) by children, not found like a

rock nor received from others as a gift”. Dalam hal yang sama Reys (Saragih &

(31)

13

rather, knowledge is actively created or invented (constructed) by students”.

Begitu juga Fruedenthal (Markaban, 2006:3) mengatakan, “mathematics as a

human activity. Education should given students the “guided” opportunity to

“reinvent” mathematics by doing it”. Berdasarkan pendapat Reys dan

Fruedenthal bahwa pengetahuan itu harus dibangun sendiri oleh siswa melalui

penemuan-penemuan dalam tindakan nyata siswa, guru tidak lagi menerangkan

konsep secara detail sehingga membuka peluang bagi siswa untuk mencari konsep

teori yang bermakna dari suatu proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Dahar (2006:95) yang menyatakan bahwa bagi Ausubel, belajar

bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada

konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kogitif seseorang. Dalam hal ini

berimplikasi bahwa seorang siswa harus memahami semua materi sebelum

memulai materi baru, ini dikarenakan karena materi dalam matematika sifatnya

hirarki atau saling terkait satu dengan lainnya, sehingga untuk menjamin

berjalannya pembelajaran bermakna, siswa harus menguasai benar semua materi

matematika yang telah dipelajarinya untuk menjamin kesipannya dalam belajar

materi baru sehingga keadaan siswa dalam belajar memang benar terarah sesuai

kondisi dalam hal memperjelas pengatahuan, hal ini sesuai dengan pendapat

Ausubel (Dahar, 2006:98) bahwa faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar

bermakna adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan

dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat para pakar matematika di atas maka pendekatan

penemuan terbimbing (Guided Inquiry) dapat menjadi salah satu alternatif yang

(32)

14

karena pada pendekatan ini siswa terlibat aktif bekerja sama mencari, menggali,

mengeksplorasi, mencoba-coba, menyelidiki dari berbagai keadaan untuk

menemukan dan mengkonstruksi ide baru, pengetahuan baru, berdasarkan

berbagai sumber informasi dan pengetahuan awal atau konsep yang telah dikuasai

sebelumnya hingga menyimpulkan dan menguji kesimpulannya. Pada proses

pelaksanaan pembelajaran penemuan terbimbing akan diintegrasikan dengan

media Autograph guna membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menarik,

hal ini dikarenakan materi yang akan diajarkan kepada siswa adalah materi

program linear yang memerlukan pendekatan khusus agar visualisasi model

matematika dari masalah program linear menjadi lebih konkret untuk membantu

siswa dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Hal ini didukung

oleh Ausubel (Dahar, 2006:94) yang menyatakan bahwa melalui dimensi

penyajian informasi, materi pelajaran yang disajikan pada siswa dalam bentuk

belajar penerimaan yang menyajikan informasi dalam bentuk final ataupun dalam

bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri

sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Dalam hal lain Markaban

(2006:7) menyatakan bahwa teori belajar menurut teori konstruktivisme, yang

merupakan salah satu filsafat pengetahuan, menekankan bahwa pengetahuan kita

itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Dari teori belajar Ausubel dan teori

konstruktivisme menyatakan hal yang sama, yakni di dalam proses belajar harus

dipenuhi dengan aktivitas penemuan agar pengetahuan yang dimiliki tidak mudah

hilang dari ingatan dan menambah kreavititas siswa dalam memecahkan berbagai

(33)

15

Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan memberikan beberapa

kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama dan lebih mudah diingat bila

dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua,

hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil

belajar lainnya. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan

kemampuan siswa untuk berpikir bebas.

Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menerapkan pendekatan

pembelajaran penemuan terbimbing, dan hasilnya penemuan terbimbing mampu

meningkatkan komunikasi matematis siswa. Hasanah (2011:129) dalam

penelitiannya menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa melalui pembelajaran penemuan terbimbing, diketahui nilai akhir

siswa di kelas eksperimen adalah 0,67, sementara di kelas kontrol

diperoleh 0,48.

Berdasarkan karakteristik penemuan terbimbing yang berpusat pada siswa

dan mempunyai beberapa kelebihan, serta didukung data hasil penelitian

terdahulu yang menunjukkan pembelajaran penemuan terbimbing mampu

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, maka dalam penelitian

ini akan diterapkan pendekatan penemuan terbimbing yang diprediksi mampu

meningkatkan kemampuan metakognisi dan komunikasi matematis siswa.

Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dalam

rangka melihat Perbedaan Peningkatan Kemampuan Metakognisi dan

(34)

16

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Siswa kurang terlatih dalam menyelesaikan soal matematika yang salah satu

faktor penyebabnya adalah karena siswa kurang terlatih dalam

menyelesaikan soal-soal matematika yang menuntut kemampuan

komunikasi, penalaran, argumentasi, metakognisi dan kreativitas dalam

menyelesaikannya.

2. Prestasi belajar matematika siswa masih rendah.

3. Strategi pembelajaran ekspositori dan pendekatan pembelajaran penemuan

terbimbing tidak digunakan dalam proses belajar mengajar, akibatnya guru

hanya memacu perolehan nilai akhir yang baik melalui teknik ceramah,

try-out, dan lain sebagainya.

4. Kemampuan metakognisi siswa yang masih kurang, hal ini dilihat dari

kurangnya kemampuan berpikir siswa terhadap proses berpikirnya, sehingga

siswa kurang mampu dalam menyelesaikan soal dengan prosedur yang

benar dan logis, dan terakhir siswa jarang mengevaluasi jawaban yang

diperolehnya.

5. Kemampuan komunikasi siswa masih rendah, hal ini dapat dilihat bahwa

siswa mengalami kesulitan dalam mengajukan argumentasi, menemukan

pola dan pengajuan bentuk umum dari soal matematis yang diberikan dan

kemampuan siswa dalam memberikan alasan terhadap pernyataan yang

(35)

17

6. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih dipandang tak

bermakna oleh siswa, artinya pendekatan pembelajaran belum dikaitkan

dengan pengalaman belajar siswa.

7. Penggunaan media pembelajaran Autograph di sekolah-sekolah masih

belum dioptimalkan, terutama ketika belajar matematika.

8. Minimnya pengetahuan siswa dalam pemanfaatan media komputer dan

software matematika menjadi salah satu faktor tidak digunakannya media

pembelajaran Autograph dalam mengajarkan matematika.

1.3. Batasan Masalah

Dengan adanya beberapa masalah yang teridentifikasi, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah agar pengkajian penelitian ini dapat dilakukan

secara lebih terarah dan mempersempit deviasinya. Mengingat luasnya cakupan

masalah, maka agar lebih fokus mencapai tujuan penulis membatasi masalah pada

perbedaan peningkatan kemampuan metakognisi dan kemampuan komunikasi

matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan

media Autograph dengan siswa yang diberi pembelajaran penemuan terbimbing

berbantuan media Autograph.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diberikan

beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang

dihadapi berupa rumusan masalah. Dalam penelitian ini rumusan masalah yang

diformulasikan akan diolah menggunakan statistika kuantitatif dan kualitatif.

(36)

18

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan metakognisi

matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan

media Autograph dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan media Autograph?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis

antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan media

Autograph dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan media Autograph?

3. Bagaimana proses dan kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan

soal-soal yang menuntut kemampuan metakognisi dan komunikasi matematis?

4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran ekspositori berbantuan

media Autograph dan respon siswa terhadap pembelajaran penemuan

terbimbing berbantuan media Autograph?

1.5. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang

objektif mengenai perbedaan peningkatan kemampuan metakognisi dan

komunikasi matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori

berbantuan media Autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan media Autograph. Sesuai dengan rumusan

masalah yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan

metakognisi matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran

ekspositori berbantuan media Autograph dibandingkan dengan siswa yang

(37)

19

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan

komunikasi matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran

ekspositori berbantuan media Autograph dibandingkan dengan siswa yang

mendapat pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses dan kesalahan jawaban siswa dalam

menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan metakognisi dan

komunikasi matematis.

4. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran

ekspositori berbantuan media Autograph dan respon siswa terhadap

pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi sekolah, yaitu sebagai bahan masukan edukatif

dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah, yaitu untuk lebih

memberdayakan laboratorium komputer dan meningkatkan pengetahuan

guru-guru dalam mengoperasikan komputer di sekolahnya.

3. Sebagai bahan masukan bagi guru khususnya guru matematika, yaitu untuk

menerapkan pembelajaran yang mengkombinasikan media dengan strategi

maupun pendekatan pembelajaran.

4. Bagi peneliti sendiri, yaitu sebagai hasil pengembangan dari beberapa hasil

penelitian yang relevan sebelumnya.

5. Bagi peneliti lanjutan, yaitu sebagai bahan dasar untuk pengembangan

(38)

20

1.7. Definisi Operasional

Berikut ini adalah beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara

operasional dengan tujuan agar tidak terjadi salah paham terhadap istilah yang

digunakan dalam penelitian, sehingga penelitian ini menjadi terarah. Beberapa

istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan metakognisi matematis adalah kemampuan siswa dalam

menyusun strategi atau rencana tindakan, memonitor tindakan, dan

mengevaluasi tindakan.

2. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam

menyatakan ide matematis secara tulisan, memahami, menafsirkan dan

menilai ide matematis secara tulisan, dan mengkonstruksi dan

menghubungkan ide matematis secara tulisan.

3. Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang

pendidik kepada sekelompok peserta didik sesuai tujuan pembelajaran yang

ditetapkan.

4. Pendekatan pembelajaran penemuan terbimbing adalah pendekatan

pembelajaran yang mengembangkan cara belajar siswa secara aktif dengan

mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,

sehingga hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan,

serta tidak akan mudah dilupakan siswa.

5. Pembelajaran berbantuan media Autograph adalah suatu pembelajaran

berbasis ICT yang menggunakan perangkat lunak untuk membantu siswa

(39)

257

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran

ekspositori berbantuan media Autograph dan pembelajaran penemuan terbimbing

berbantuan media Autograph dengan menekankan pada kemampuan metakognisi

dan komunikasi matematis, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Kesimpulan

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan peningkatan kemampuan

metakognisi matematis antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori

berbantuan media Autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran

penemuan terbimbing berbantuan media Autograph.

2. Terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis

antara siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori berbantuan media

Autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran penemuan terbimbing

berbantuan media Autograph.

3. a. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes

kemampuan metakognisi matematis pada aspek indikator perencanaan di

kelas eksperimen 2 lebih baik daripada di kelas eksperimen 1, dan tingkat

kesalahan jawaban siswa di kelas eksperimen 1 lebih tinggi daripada

(40)

258

b. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes

kemampuan metakognisi matematis pada aspek indikator pemonitoran di

kelas eksperimen 1 lebih baik daripada di kelas eksperimen 2, dan tingkat

kesalahan jawaban siswa di kelas eksperimen 1 lebih rendah daripada

tingkat kesalahan jawaban siswa di kelas eksperimen 2.

c. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes

kemampuan metakognisi matematis pada aspek indikator pengevaluasian

di kelas eksperimen 1 sama baik dengan kelas eksperimen 2, dan tingkat

kesalahan jawaban siswa di kelas eksperimen 1 tidak jauh berbeda dengan

tingkat kesalahan jawaban siswa di kelas eksperimen 2.

4. a. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes

kemampuan komunikasi matematis pada aspek indikator menyatakan ide

matematis di kelas eksperimen 2 lebih baik daripada di kelas eksperimen

1, dan tingkat kesalahan jawaban siswa di kelas eksperimen 1 lebih tinggi

daripada tingkat kesalahan jawaban siswa di kelas eksperimen 2.

b. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes

kemampuan komunikasi matematis pada aspek indikator memahami,

menafsirkan dan menilai ide matematis di kelas eksperimen 2 lebih baik

daripada di kelas eksperimen 1, dan tingkat kesalahan jawaban siswa di

kelas eksperimen 2 lebih rendah daripada tingkat kesalahan jawaban siswa

di kelas eksperimen 1.

c. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes

kemampuan komunikasi matematis pada aspek indikator mengkonstruksi

(41)

259

daripada di kelas eksperimen 1, dan tingkat kesalahan jawaban siswa di

kelas eksperimen 2 lebih rendah daripada tingkat kesalahan jawaban siswa

di kelas eksperimen 1.

5. Hasil persentase respon siswa terhadap pembelajaran ekspositori berbantuan

media Autograph dan respon siswa terhadap pembelajaran penemuan

terbimbing berbantuan media Autograph sama-sama menunjukkan bahwa

seluruh indikator respon siswa tersebut berada di atas 80%. Hal ini

menunjukkan respon positif siswa terhadap strategi pembelajaran ekspositori

berbantuan media Autograph dan pendekatan pembelajaran penemuan

terbimbing berbantuan media Autograph.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran ekspositori berbantuan media

Autograph dan pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan media Autograph

yang diterapkan pada kegiatan pembelajaran memberikan hal-hal penting untuk

perbaikan, untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut:

1. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen 1 dan di kelas

eksperimen 2 hendaknya guru lebih aktif melibatkan semua siswa untuk

berinteraksi dalam proses pembelajaran.

2. Pembelajaran penemuan terbimbing memerlukan waktu yang relatif

banyak, maka dalam pelaksanaanya guru diharapkan dapat

mengefektifkan waktu dengan sebaik-baiknya.

3. Untuk melatih kemampuan metakognisi dan komunikasi matematis

(42)

260

untuk berpikir, mengemukakan ide yang terkait dengan pengalaman

belajar mereka.

4. Soal-soal yang diberikan pada Lembar Aktivitas Siswa (LAS) harus

disesuaikan dengan waktu pembelajaran pada RPP agar soal-soal

tersebut dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

5. Jika memungkinkan, sebaiknya digunakan alat peraga dalam

pembelajaran agar siswa lebih mudah mempelajari materi pelajaran

dan memudahkan siswa menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

6. Sebaiknya pada penelitian relevan yang berikutnya lebih

memperhatikan dan mengendalikan variabel-variabel yang diduga tak

Gambar

Tabel 4.63 Skor Perolehan Tes Kemampuan Komunikasi Matematis  pada Indikator Kemampuan Menyatakan Ide Matematis ......
Tabel 1.1. Posisi Indonesia pada TIMSS dari tahun 1999-2007
Tabel 1.2. Posisi Indonesia dibandingkan Negara-Negara lain
Gambar yang diberikan tidak sesuai
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada setiap ruang lingkup pekerjaan dibutuhkan daya pendorong (energizer) atau motivasi kerja. Motivasi kerja harus dimiliki setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya

diberikan, diperkirakan semakin baik karakteristik magnet yang akan dihasilkan.. Dengan teknologi proses yang digunakan ini yang relatif lebih sederhana

Diagram Ishikawa maupun pohon masalah hanya. menggambarkan kemungkinan penyebab (belum pasti), shg ditindaklanjuti dg

2008 Model Pengelolaan Air Tanah Pasca Gempa Tektonik Di Lereng Merapi Daerah Klaten Jawa Tengah.Penelitian Hibah Bersaing tahun pertama Direktorat

Hasil tangkapan menunjukkan ikan belida baik jantan maupun betina yang sudah matang gonad ditemukan pada setiap bulan pengamatan. Persentase tingkat kematangan goand ikan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan logam Cr pada ikan nila ( Oreochromis niloticus) dan air, serta tingkat kerusakan spesifik

Dari perbandingan antara tari Dolalak versi terdahulu yang ditarikan oleh penari putra dan versi Mlaranan yang ditarikan penari putri dengan kostum, musik

Dari Neomodernisme ke Islam Liberal: Jejak Fazlur Rahman Dalam Wacana Islam di Indonesia.. Al-`Arabiyah, Wazarah al-Awqaf