• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN DAN BENTUK TORTOR PADA PEMENTASAN OPERA BATAK DI PUSAT LATIHAN OPERA BATAK (PLOT) PEMATANG SIANTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN DAN BENTUK TORTOR PADA PEMENTASAN OPERA BATAK DI PUSAT LATIHAN OPERA BATAK (PLOT) PEMATANG SIANTAR."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN DAN BENTUK TORTOR PADA PEMENTASAN

OPERA BATAK DI PUSAT LATIHAN OPERA BATAK

(PLOt) PEMATANG SIANTAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DEVI LASROHA SINAGA

NIM 2113142016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2016

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Devi Lasroha Sinaga, 2113142016. Peranan dan Bentuk Tortor pada Pementasan Opera Batak di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar. Jurusan Sendratasik. Program Studi Pendidikan Tari. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian pementasan opera Batak, untuk mendeskripsikan bentuk penyajian pementasan opera Batak, untuk mendeskripsikan bentuk penyajian tortor, dan untuk mengetahui peranan tortor pada pementasan opera Batak.

Landasan teoritis dalam penelitian ini berpijak pada beberapa teori yang dikaji, yaitu teori bentuk penyajian pementasan opera Batak, teori bentuk Penyajian tortor dan teori peranan, dengan kerangka konseptual sebagai penjabaran masalah yang terdapat di dalamnya.

Penelitian ini dilakukan di jalan Bahbolon Kiri (Lorong IV) No. 96 Pematang Siantar, pada bulan Desember 2015 sampai Februari 2016. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 1 orang informan yang memahami tentang tari (tortor) pada pementasan opera Batak, 1 orang sutradara, 1 orang pemain musik, dan 1 orang pemeran yang bergabung dalam opera Batak, maka jumlah sampel yang akan diteliti berjumlah 4 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk penyajian opera Batak memiliki unsur-unsur penting, yakni: lakon (sandiwara), dialog, musik (gondang), lagu (ende) dan tari (tortor). Bentuk penyajian tortor pada pementasan opera Batak disajikan tiga kali, pada awal, pertengahan dan akhir adegan. Peranan tortor pada pementasan opera Batak berperan untuk memperindah apa yang di ungkapkan oleh naskah menjadi simbolis, memperkaya variasi estetika dalam opera, memperkuat adegan/lakon cerita, menjadi hiburan dan menjadi transisi antar adegan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Peranan dan Bentuk Tortor pada Pementasan

Opera Batak di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar”, ini dibuat sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih dan rasa hormat kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si. Ketua Prodi Pendidikan Tari dan Pembimbing Akademik,

5. Nurwani, S.S.T, M.Hum. Pembimbing Skripsi I, 6. Dra. Dilinar Adlin, M.Pd. Pembimbing Skripsi II, 7. Dra. Rr. RHD. Nugrahaningsih, M.Si. NaraSumber II, 8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Tari,

9. Pegawai Tata Usaha FBS Universitas Negeri Medan: Kurnia Hendra Putra, Indri Hapsari, M. Abror Harahap dan yang lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,

10. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda M. Sinaga dan Ibunda R. br Sihaloho yang telah banyak memberikan dukungan, didikan, motivasi, semangat dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga, mendukung baik secara moril maupun materil, dan doa yang tulus yang tiada hentinya,

(8)

Luhut Gembira Sinaga, Mesri Efolora Sinaga dan Suami Maruli Simanjuntak, berserta adik Evi Christina Sinaga yang selalu memberikan semangat, doa dan perhatian kepada penulis,

12. Abangda Thompson Hs, Inong Lena Simanjuntak, Mas Suwarsono, Bapak Herry Ketaren, dan abangda Octavianus Matondang, yang telah memberi semangat, bantuan materil maupun non materil, dan memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini,

13. Teman-teman terbaik penulis 5 SADALANAN, SAMOLAND DANCER (Marta, Rini, Rinda, Kristin), Delfiana Sinaga, Septa Apriani Turnip, Dewi Nadeak, dan teman-teman Pendidikan Seni Musik dan Tari Stambuk 2011 yang telah memberikan doa, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini, 14. Abangda Edison Manik, Dian Manik, yang memberikan bantuan dan

semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini juga teman-teman PPL yang terbaik Rondang Sihotang, S.Pd, Elisabeth Sidabutar, S.Pd, Deliana Oshin Siahaan, S.Pd, Monica Siagian, S.Pd dan Agusvina S.Pd, terimakasih atas doa dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan tari.

Medan, April 2016 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL . 10 A. Landasan teoritis ... 10

1. Pengertian Opera Batak... 10

2. Pengertian Tortor ... 12

3. Teori Bentuk Penyajian Teater... 13

4. Pengertian Peranan... 14

5. Teori Bentuk Penyajian Tortor ... 15

B. Kerangka Konseptual ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Metodologi Penelitian ... 20

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C. Populasi dan Sampel ... 21

1. Populasi ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 28

(10)

1. Letak Geografis Pematang Siantar... 28

2. Gambaran Penduduk ... 30

B. Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) ... 31

C. Cerita Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau”... 36

D. Bentuk Penyajian Opera Batak“Perempuan di Pinggir Danau”... 41

1. Lakon... 41

2. Dialog ... 43

3. Musik (gondang)... 74

4. Lagu (ende) ... 78

5. Tari (tortor) ... 79

E. Peranan Tortorpada Pementasan Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau”... 80

F. Bentuk Penyajian Tortor pada Pementasan Opera BatakPerempuan di Pinggir Danau”... 81

1. Tortor Saniang Naga Laut ... 81

2. Tortor Upacara Perkawinan... 99

3. Tortor Sihutur Sanggul ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Saran... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 131

LAMPIRAN...

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Urutan Cerita Opera Batak“Perempuan di Pinggir Danau”... 38

Tabel 4.2 Lakon Pemain Opera Batak“Perempuan di Pinggir Danau”... 41

Tabel 4.3 Dialog Opera Batak“Perempuan di Pinggir Danau”... 45

Tabel 4.4 Urutan Musik atau Gondang Opera Batak“Perempuan di Pinggir Danau”... 76

Tabel 4.5 Urutan Lagu atau Ende Opera Batak“Perempuan di Pinggir Danau”... 78

Tabel 4.6 Deskripsi Tor-tor Saniang Naga Laut ... 83

Tabel 4.7 Deskripsi Tor-tor Upacara Perkawinan... 101

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 19

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teater berasal dari kata Theatron, yang artinya “Tempat di ketinggian”

sebagai tempat meletakkan sesajian persembahan bagi para dewa pada zaman Yunani Kuno. Namun pengertian tersebut berkembang, kemudian teater tidak hanya sebagai tempat, tetapi diartikan lebih luas menjadi segala hal yang dipertunjukkan di depan orang. Teater terdiri dari teater tradisi dan teater modern. Teater tradisi memiliki ciri khusus sesuai gambaran kebudayaan daerahnya, sedangkan teater modern merupakan teater yang dipengarui oleh teater Barat. Unsur-unsur dalam teater tradisi adalah lakon, musik, tari dan lagu. Di dalam penggunaan unsur dialog, bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat, unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik diiringi dengan alat musik tradisional, dalam lakon terjadi improvisasi, adanya interaksi dengan penonton. Teater tradisi berfungsi sebagai sarana upacara, hiburan dan presentasi estetis yang berbaur menjadi sebuah bentuk sajian.

Di Indonesia teater mempunyai sebutan yang berbeda-beda sesuai dengan daerah masing-masing, seperti di wilayah Jawa dengan sebutan ketoprak, di Bali dengan sebutan gambuh, di Minangkabau dengan sebutan randai, di Lombok dengan sebutan gurantang, di Melayu dengan sebutan makyong. Sementara di Tapanuli Utara disebut opera Batak.1

(14)

2

Pada tahun 1920-an opera Batak dipelopori oleh Tilhang Oberlin Gultom di Tapanuli Utara dan diberi nama Opera Batak Tilhang Parhasapi. Opera Batak lahir, tumbuh dan berkembang di Desa Sitamiang Negeri Gultom, sebuah kampung yang tidak seberapa luas dan terjepit diantara bukit-bukit batu tandus. Negeri Sitamiang terletak di lereng Pusuk Buhit di tepi Danau Toba, Samosir.2

Pertunjukan opera Batak sangat mendapat perhatian masyarakat Tapanuli Utara hingga ke masyarakat di sekitar Pulau Samosir, dan juga desa-desa lainnya di Tapanuli Utara. Pertunjukan opera Batak didukung dan ditampilkan pertama kalinya oleh Tilhang Gultom, Pipin Butar-butar dan Adatraja Gultom. Kedatangan misionaris-misionaris Eropa yang memperkenalkan agama Kristen dalam kehidupan masyarakat Batak, ternyata juga memberikan pengaruh teater dari Jerman dan Belanda ke dalam kesenian opera Batak. Pengaruh tersebut kemudian memunculkan nama baru dengan nama opera Batak atau opera bergaya Batak. Lahirnya opera Batak tersebut semakin digemari dan didukung oleh masyarakat, dan sampai pada saat ini terus mengalami perkembangan. Pementasan opera Batak yang semula hanya di daerah Tapanuli Utara, sekarang sudah melakukan pementasan di Medan, Jakarta, Papua sampai Ke Jerman.

(15)

3

dengan melahirkan sebuah grup percontohan bernama Grup Opera Silindung (2002-2004). Kemunculan grup percontohan itu didorong melalui program Revitalisasi Opera Batak. Pengembangan program itu lalu dilanjutkan oleh Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) sejak September 2005. PLOt melakukan perubahan dalam bentuk pengembangan terhadap opera Batak. Upaya perubahan pertunjukan lebih berupa bagaimana mensinkronkan antara, musik (gondang), tari (tortor), lagu (ende) dengan lakon (sandiwara) cerita. Sebelum diadakan perubahan pada opera Batak antara unsur musik (gondang), tari (tortor), lagu (ende) dengan lakon (sandiwara) cerita tidak ada sinkronisasi satu sama lainnya.3

Proses perubahan dan pengembangan tersebut telah berlangsung semenjak tahun 2005 sampai 2015, selama sepuluh tahun lebih dilakukan peningkatan citra pemain opera Batak di mata masyarakat Batak pada umumnya. Hal itu menandakan bahwa kebangkitan kembali teater tradisi lisan asal Sumatera Utara tersebut. Melalui revitalisasi ini opera Batak mendapat banyak perhatian dari pihak akademisi untuk ditelaah sebagai budaya lisan nusantara yang berkembang luas.

Namun kerja keras dan upaya praktisi teater tradisi ini tidak sepenuhnya didukung oleh pemerintah, dengan tidak adanya gedung pertujukan opera Batak yang khusus, maka opera Batak tidak hanya direvitalisasi. Opera Batak dimodifikasi dengan membuat pementasan menjadi variatif dan menarik, dimanfaatkan untuk memperkenalkan teater tradisi dari tanah Batak, sehingga kalangan luas lebih banyak memahami serta mengenal opera Batak, lalu opera

3http://monyfirstablellasigiro.blogspot.com/2015/01/makalah-opera-batak.html. diakses

(16)

4

Batak diperkenalkan kembali ke masyarakat luas, hingga pementasan opera Batak dipentaskan diluar Pulau Sumatera bahkan keluar negeri.

Materi atau unsur-unsur yang membentuk dan mendukung wujud pementasan opera tersebut adalah konsep pementasan berupa ide/gagasan yang terdapat didalamnya. Seni pertunjukan opera Batak bukanlah sekadar pertunjukan yang berfungsi sebagai tontonan atau hiburan, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan pendidikan didalam setiap opera yang dipentaskan. Hal ini berkaitan

dengan pendapat M. Saleh Nasution (1993:19) yang menyatakan bahwa “Materi

opera Batak” yaitu unsur-unsur yang membentuk dan mendukung wujud tontonan. Ide dan nilai-nilai tersebut tersusun dalam bentuk cerita, yang mempunyai bagian-bagian awal, tengah dan akhir.

Menurut M. Saleh Nasution (1993:21) Perkembangan pementasan terlihat pada awal tahun 1928 dengan menyajikan lagu-lagu berpasangan (duet) dan campuran. Selain lagu-lagu, opera ini menampilkan tari (tortor) dan musik (gondang). Bagian dari materi yang dibawakan dalam setiap pementasan opera Batak tidak lepas dari unsur-unsur materi yaitu tema dan isi cerita tersebut. Adapun cerita yang menjadi unsur dalam opera Batak adalah jenis teater yang berangkat dari cerita rakyat, mitos, cerita legenda dan mengenai kehidupan masyarakat.

(17)

lakon-5

mencari Sijonaha (kehidupan seorang yang pintar Berbohong), opera Danau Toba dan Perempuan di Pinggir Danau (cerita mengenai legenda terjadinya Danau Toba dan ekologi lingkungan).

Untuk kepentingan penelitian ini, penulis memilih pementasan opera Batak dengan naskah “Perempuan di Pinggir Danau”. Ide cerita merupakan pengembangan dari cerita “Opera Danau Toba” yang dipentaskan dari tahun

2008 di kota Medan, Batam, dan Pematang Siantar. Cerita “Opera Danau Toba

pada awalnya hanya dalam bentuk teks, kemudian ditulis dan dikembangkan kembali oleh Lena Simanjuntak (Sutradara, penulis Naskah) dalam bentuk

naskah tulisan yaitu dengan tema “Perempuan di Pinggir Danau”. Naskah cerita

mengenai “Perempuan di Pinggir Danau” menceritakan bagaimana legenda terjadinya Danau Toba dan geologi meletusnya Gunung Toba. Cerita dihubungkan dengan perubahan yang terjadi di Danau Toba, alam yang tidak lagi seimbang karena pembangunan perumahan, keramba, penebangan pohon, pencemaran air danau dan kekwatiran yang akan terjadi akan tahun-tahun mendatang, keluhan perempuan akan keadaan air dan lingkungan. Melalui pementasan ini diharapkan munculnya kembali kesadaran masyarakat mengenai keadaan lingkungan dan perempuan di sekitar Danau Toba. Pada akhir pementasan, penonton juga diberikan selebaran yaitu berisi surat “MASA DEPAN” jika pada tahun 2050, orang-orang bekerja untuk mencari air, bukan uang.

(18)

6

(sandiwara) disesuaikan dengan tempat/lingkungan di mana dipentaskan. Tari (tortor) yang disajikan, disesuaikan dengan tema. Pada pementasan opera Batak, bentuk penyajian tari (tortor) dilakukan di awal, tengah dan akhir pementasan naskah drama. Tari (tortor) ditampilkan pada selingan di antara babak dan juga memiliki peranan penting dalam adegan pementasan naskah. Tari (tortor) berperan juga saat pemain opera menari dalam menyampaikan maksud dan tujuan yang disampaikan dalam naskah pertunjukan. Demikian juga musik (gondang) dan lagu (ende) disesuaikan dengan tema naskah drama.

Dalam pementasan “Perempuan di Pinggir Danau” ada beberapa tari (tortor) yang disajikan dalam pementasan ini antara lain: tortor Saniang Naga Laut dan tortor Upacara Perkawinan yaitu tortor yang merupakan bagian yang

memiliki peran sebagai penguat dari naskah dan tortor Sihutur Sanggul yaitu tortor sebagai hiburan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk lebih jauh lagi meneliti secara detail: “Peranan dan Bentuk Tortor padaPementasan Opera Batak di Pusat Latihan Opera Batak(PLOt) Pematang Siantar”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah upaya untuk mengumpulkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Identifikasi masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan bahwa:

(19)

7

latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang timbul dan dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah opera Batak?

2. Bagaimana bentuk penyajian opera Batak Perempuan di Pinggir Danau? 3. Apa-apa saja tortor yang disajikan dalam pementasan opera Batak di Pusat

Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar?

4. Bagaimana bentuk penyajian tortor pada pementasan opera Batak Perempuan di Pinggir Danau?

5. Bagaimana peranan tortor pada pementasan opera Batak Perempuan di Pinggir Danau?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah yang akan diteliti. Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk mempersingkat cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis, maka peneliti mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai

dengan pendapat Sugiyono (2008:286) mengatakan bahwa “Pembatasan dalam

penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi, serta

faktor keterbatasan tenaga, dana, dan waktu”.

Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan penelitian ini yaitu:

(20)

8

2. Bagaimana bentuk penyajian tortor pada pementasan opera Batak Perempuan di Pinggir Danau?

3. Bagaimana peranan tortor pada pementasan opera Batak Perempuan di Pinggir Danau?

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pernyataan dari penelitian agar mendapatkan jalan keluar. Uraian diatas didukung

juga dengan pendapat Sugiyono (2008:288) “Rumusan masalah adalah pertanyaan

penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data”.

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Peranan dan Bentuk Tortor pada Pementasan Opera Batak di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar?

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan selalu mengarah kepada tujuan yang merupakan suatu keberhasilan penelitian yaitu tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan dan penelitian. Maka tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk penyajian pementasan opera Batak

(21)

9

3. Untuk mendeskripsikan peranan tortor pada pementasan opera Batak Perempuan di Pinggir Danau.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh penulis itu sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat penelitian yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui bentuk penyajian opera Batak, peranan dan bentuk penyajian tortor pada pementasan opera Batak “Perempuan di Pinggir

Danau” di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt).

2.Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis.

3.Sebagai sumbangan tulisan ilmiah mengenai pelaksanaan mengenai bentuk pementasan, peranan dan bentuk penyajian tortor pada pementasan opera Batak.

4.Sebagai bahan referensi sumbangan penulis bagi civitas akademik Program Studi Seni Tari dan pihak lain dalam melakukan penelitian yang sejenis.

5.Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya bidang pendidikan seni tari dan pariwisata.

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada tahun 1920-an opera Batak dipelopori oleh Tilhang Oberlin Gultom di Tapanuli Utara dan diberi nama Opera Batak Tilhang Parhasapi. Opera Batak lahir, tumbuh dan berkembang di Desa Sitamiang Negeri Gultom, sebuah kampung yang tidak seberapa luas dan terjepit diantara bukit-bukit batu tandus. Negeri Sitamiang terletak di lereng Pusuk Buhit di tepi Danau Toba, Samosir

2. Pada pementasan opera Batak terdiri dari beberapa unsur; lakon, dialog, musik, lagu dan tari. Pengembangan program revitalisasi yang dilanjutkan oleh Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) sejak September 2005. PLOt melakukan perubahan dalam bentuk pengembangan terhadap opera Batak. Upaya perubahan pertunjukan lebih berupa bagaimana mensinkronkan antara, musik (gondang), tari (tortor), lagu (ende) dengan lakon (sandiwara) cerita. Sebelum diadakan perubahan pada opera Batak antara unsur musik (gondang), tari (tortor), lagu (ende) dengan lakon (sandiwara) cerita tidak ada sinkronisasi satu sama lainnya.

(23)

129

dipentaskan dari tahun 2008 di kota Medan, Batam, dan Pematang Siantar.

Cerita “Opera Danau Toba” pada awalnya hanya dalam bentuk teks,

kemudian ditulis dan dikembangkan kembali oleh Lena Simanjuntak (Sutradara, penulis Naskah) dalam bentuk naskah tulisan yaitu dengan

tema ”Perempuan di Pinggir Danau”. Naskah cerita mengenai

Perempuan di Pinggir Danau” menceritakan bagaimana legenda terjadinya Danau Toba dan geologi meletusnya Gunung Toba. Cerita dihubungkan dengan perubahan yang terjadi di Danau Toba, alam yang tidak lagi seimbang karena pembangunan perumahan, keramba, penebangan pohon, pencemaran air danau dan kekwatiran yang akan terjadi akan tahun-tahun mendatang, keluhan perempuan akan keadaan air dan lingkungan. Melalui pementasan ini diharapkan munculnya kembali kesadaran masyarakat mengenai keadaan lingkungan dan perempuan di sekitar Danau Toba.

4. Tortor dalam opera Batak merupakan salah satu media ungkapan. Media ungkapan melalui lakon dan melalui gerak. Media ungkapan lewat lakon yaitu dengan berdialog, sementara media ungkapan melalui yaitu dengan gerak tubuh, gerak tari yang dilakukan oleh seseorang. Secara tradisi dalam konteks opera Batak, kebiasaan dalam pementasan opera Batak, opera tidak lengkap kalau tidak ada tortor. Dalam pementasan opera Batak

“Perempuan di Pinggir Danau” ini yaitu; peranan tortor menjadi penting

(24)

130

memperkaya variasi estetika dalam opera, memperkuat adegan/lakon cerita.

B. Saran

1. Diperlukan perhatian pemerintah terhadap opera Batak, karena opera Batak merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia khususnya Sumatera Utara.

2. Bagi Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) agar terus memberikan pelatihan kepada generasi muda, agar konsep pertunjukan opera Batak dan elemen-elemen teater pendukungnya tetap terjaga dan terus dilestarikan agar tidak punah.

(25)

131

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Djelantik, AAM. 1990. Pengantar Pasar Estetika. Denpasar: STSI Denpasar Fawer, Jhon. 2012.Skripsi Sejarah Opera Batak. Medan: Universitas Negeri

Medan

Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta

Hidayati, Ihda. 2014. Skripsi Struktur dan Tekstur Pertunjukan Opera Batak Lakon “Perempuan Di Pinggir Danau” Sutradara Lena Simanjuntak. Padang: Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Hutari, Fandy. 2009. Sandiwara dan Perang. Yogyakarta: Ombak

Hutasoit, Thompson. 2008. Prosiding Opera Batak Menuju Kemungkinan Menjadi Alat Pendidikan dan Perdamaian.

Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi pustaka. Merriam, Alan P. 1964. The Anthopology Of Music. Evanston Illinois:

North Western University Press.

Nasution, Saleh M.1992. Opera Batak Teater Rakyat Tapanuli Utara. Jurnal Purba, Krismus. 2002. Opera Batak Tilhang Serindo. Yogyakarta: Kalika

Rangkuti, Maysaroh. 2012. Skripsi Tari Dalam Pementasan Opera Batak Kajian Terhadap Tari Lima Puak. Medan: Universitas Negeri Medan

Siahaan, E. K. 1981-1982. Tilhang Oberlin Gultom, Hasil Karya dan Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Simanjuntak, B.A. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Simanjuntak, Lena. 2013. Perempuan di Pinggir Danau. Yogyakarta: KATAKITA

(26)

132

Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soekanto, S, 1984. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing

House.

Tobing, Damayanti. 2013. Skripsi Keberadaan PLOt(Pusat Latihan Opera Batak) di Jalan Kabanjahe Atas No.21 Pematang Siantar. Medan: Universitas Negeri Medan

Wijaya Putu. 2007. Seni Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Alfabeta

http://monyfirstablellasigiro.blogspot.com/2015/01/makalah-opera-batak.html https://www.google.com/search?q=peta+jalan+bah+bolon+pematang+siantar&ie= utf-8&oe=utf-8#q=bps+pematangsiantar

https://id.wikipedia.org/wiki/Siantar_Sitalasari,_Pematangsiantar https://id.wikipedia.org/wiki/Siantar_Sitalasari,_Pematangsiantar#Suku http://www.google.co.id/imgres?=kecapi+batak&hl

Gambar

Tabel 4.1Urutan Cerita Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau”..... 38
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual................................................................

Referensi

Dokumen terkait

supply ) atau surplus adalah kondisi di mana kuantitas yang ditawarkan melebihi yang diminta pada harga saat itu. • Harga akan cenderung

Apa yang harus anda lalukan jika anda tidak bisa mendapatkan informasi, mentransfer ke orang yang dapat memberikan informasi dengan tepat atau minta ijin untuk mengambil

Tesis berjudul "Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Serta Dampaknya Pada Kinerja Pegawai Negeri Sipi1 Di

Keberadaan sisa permukiman kuna di Desa Balanti, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan diketahui dari informasi penduduk pada saat tim penelitian Balai

Penolakan adanya dikotomi dalil qath’idan dalil zanni untuk memperluas lapangan ijtihad sebagaimana yang dijelaskan di atas dapat mengakibatkan terlalu bebas dan

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar fosil khususnya batubara, adalah salah satu kegiatan pembangkitan tenaga listrik milik Perusahaan Umum Listrik

Agar dapat memberikan solusi terhadap suatu permasalahan yang telah diuraikan tersebut maka dibutuhkan “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Bawang Merah Menggunakan Metode

Untuk menjawab masalah di atas, peneliti menggunakan penelitian eksperimen yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya