i ABSTRAK
Mas Andri Marbun. Pengaruh Model Inquiry Training dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMK. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata, dan ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training dengan keterampilan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang dilakukan secara kuasi eksperimen ini menggunakan siswa SMK Taruna Tekno Nusantara Medan sebagai populasi dan memilih sampel kelas XI RPL A dan XI TKJ A secara cluster random sampling. Instrument yang digunakan adalah tes keterampilan untuk keterampilan proses sains serta tes essay untuk tes keterampilan berpikir kritis. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, Keterampilan proses sains siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dibawah rata-rata dan Ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training dengan keterampilan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
ii ABSTRACT
Mas Andri Marbun. The Effect of Inquiry Training Model and Critical Thinking Skill To Student’s Science Process Skill. Postgraduate School of the State University of Medan, 2016.
The aim of the research is to analyze: student’s science process skill using inquiry training learning model is better than conventional learning, student’s science process skill who have critical thinking skill above average are better than under average, and The interaction between inquiry training learning model and critical thinking skill to increase student’s science process skill. The experiment was conducted in SMK Taruna Tekno Nusantara Medan as population and class XI RPL A and XI TKJ A were chosen as sample through cluster random sampling. Science process skill used test of skill and critical thinking skill used essay test as instrument. Result of the data was analyzed by using two ways ANAVA. Result show that: student’s science process skill using inquiry training learning model is better than conventional learning model, student’s science process skill who have critical thinking skill above average are better than under average, and The interaction between inquiry training learning model and critical thinking skill to increase student’s science process skill.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Pengaruh Model Inquiry Training dan Keterampilan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMK” ini telah selesai disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
teman-iv
teman seperjuangan selama perkuliahan dan group the gembel, semoga kebersamaan dan kekeluargaan yang kita lalui dapat selalu terjaga.
Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.
Medan, Juni Penulis,
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 9
1.3. Batasan Masalah ... 9
1.4. Rumusan Masalah ... 9
1.5. Tujuan Penelitian ... 10
1.6. Manfaat Penelitian ... 11
1.7. Defenisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 13
2.1.1. Model Pembelajaran ... 13
2.1.2. Model Pembelajaran Inquiry Training ... 14
2.1.3. Keterampilan Berpikir Kritis ... 23
2.1.4. Model Pembelajaran Konvensional ... 26
2.1.5. Pengertian Belajar ... 27
2.1.6. Keterampilan Proses Sains ... 30
2.1.7. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 34
2.2.Kerangka Konseptual ... 35
2.2.1. Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Pembelajaran Inquiry Training Lebih Baik dari Pembelajaran Konvensional ... 35
2.2.2. Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis di atas Rata-rata Lebih Baik dari Siswa yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis di Bawah Rata-rata ... 37
2.2.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inquiry Training dengan Keterampilan Berpikir Kritis terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa ... 39
2.3. Materi Pembelajaran ... 40
2.3.1. Arus dan Beda Potensial Listrik ... 40
vi
2.3.1.2. Kuat Arus Listrik ... 41
2.3.1.3. Konsep Beda Potensial Listrik ... 42
2.3.2. Hukum Ohm... 44
2.3.2.1. Merumuskan Hukum Ohm ... 44
2.3.2.2. Penerapan Hukum Ohm ... 45
2.3.3. Konduktor dan isolator ... 47
2.3.4. Hukum I Kirchoff ... 48
2.3.5. Perhitungan Rangkaian Sederhana ... 48
2.4. Hipotesis Penelitian ... 50
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan aktu Penelitian ... 52
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 52
3.3. ariabel Penelitian ... 52
3.4. Jenis dan Desain Penelitian... 53
3.5. Prosedur Penelitian ... 54
3.6. Instrumen Penelitian ... 56
3.6.1.Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 57
3.6.2.Tes Keterampilan Proses Sains ... 58
3.7. aliditas ... 59
3.7.1. aliditas Isi ... 59
3.8.Teknik Analisis Data ... 59
3.8.1.Menentukan Mean ... 59
3.8.2.Menentukan Standar Deviasi ... 60
3.8.3. ji Normalitas ... 60
3.8.4. ji Homogenitas ... 61
3.8.5.Pengujian Hipotesis ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 67
4.1.1. Analisis Deskriptif dan Hasil Penelitian Pretes ... 67
4.1.1.1. Deskriptif Data Pretes Kelas Eksperimen ... 67
4.1.1.2. Deskrptif Data Pretes Kelas Kontrol ... 69
4.1.2. Deskriptif Data Keterampilan Berpikir Kritis ... 70
4.1.3. Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian ... 72
4.1.4 Analisis Deskriptif Data dan Hasil Penelitian Postes ... 74
4.1.5. Analisis Persyaratan Pengujian Hipotesis ... 78
4.1.5.1. ji Normalitas ... 78
4.1.5.1.1. ji Normalitas Data Pretes... 78
4.1.5.1.2. ji Normalitas Data Postes ... 80
4.1.5.2. ji Homogenitas ... 81
4.1.5.2.1. ji Homogenitas Data Pretes ... 81
4.1.5.2.2. ji Homogenitas Data Postes ... 82
vii
4.1.6.1. Analisis Data Postes Keterampilan Proses Sains ... 83 4.1.6.2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan
Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis ... 84 4.2. Analisis Pengujian Hipotesis ... 86 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98
4.3.1. Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Pembelajaran In ui y T aining Lebih Baik dibandingkan dengan Pembelajaran
Konvensional ... 98 4.3.2. Keterampilan Proses Sains Siswa pada
Kelompok Siswa yang Memiliki Keterampilan Berpikir Kritis di atas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Memiliki
Keterampilan Berpikir Kritis di bawah Rata-rata ... 101 4.3.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran In ui y
T aining dan Pembelajaran Konvensional dengan Keterampilan Berpikir Kritis terhadap
Keterampilan Proses Sains ... 104 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training ... 17
Tabel 2.2. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 25
Tabel 2.3 Aspek Keterampilan Proses Sains ... 33
Tabel 2.4 Beberapa Hasil Penelitian yang Relevan ... 34
Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian ... 53
Tabel 3.2 Design Penelitian ANAVA ... 53
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 57
Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Ketrampilan Proses Sains ... 58
Tabel 3.5 Ringkasan Anava Dua Jalur ... 65
Tabel 4.1 Data Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen .. 67
Table 4.2 Data Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Kontrol ... 69
Tabel 4.3 Data Nilai KBK Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 70
Tabel 4.4 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis ... 71
Tabel 4.5 Nilai Postes Keterampilan Proses Sains pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 74
Tabel 4.6 Uji Normalitas Postes ... 78
Tabel 4.7 Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 80
Tabel 4.8. Uji Normalitas Data Pretes ... 82
Tabel 4.9. Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 82
Tabel 4.10 Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Keterampilan Berpikir Kritis di atas dan di bawah Rata-rata pada Kelas Kontrol ... 84
Tabel 4.11 Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Keterampilan Berpikir Kritis di atas dan di bawah Rata-rata pada Kelas Eksperimen ... 85
Tabel 4.12 Desain Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur ... 87
Tabel 4.13. Data Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains ... 88
Tabel 4.14. Uji Homogenitas Antar Kelompok ... 88
Tabel 4.15. Deskripsi Statistik Model Pembelajaran Inquiry Training dan Keterampilan Berpikir Kritis ... 89
Tabel 4.16. Hasil Uji Anava Dua Jalut ... 90
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training... 22
Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Penelitian ... 56
Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen ... 68
Gambar 4.2. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ... 70
Gambar 4.3. Hasil Data Nilai LKS Siswa ... 73
Gambar 4.4. Hasil tiap Indikator Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol .... 75
Gambar 4.5. Hasil Indikator Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen .... 76
Gambar 4.6. Histogram Data Postes Kelas Kontrol ... 77
Gambar 4.7. Histogram Data Postes Kelas Eksperimen ... 77
Gambar 4.8. Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen KPS... 79
Gambar 4.9. Histogram Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol KPS ... 79
Gambar 4.10 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen ... 80
Gambar 4.11 Histogram Normalitas Data Postes Kelas Kontrol ... 81
Gambar 4.12 Diagram Postes dan Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 83
Gambar 4.13 Hubungan Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis ... 85
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113
Lampiran 2 Bahan Ajar Pertemuan I ... 127
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Pertemuan I ... 137
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 139
Lampiran 5 Bahan Ajar Pertemuan II ... 154
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Pertemuan II ... 157
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 159
Lampiran 8 Bahan Ajar Pertemuan III ... 172
Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Pertemuan III ... 174
Lampiran 10 Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 176
Lampiran 11 Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 179
Lampiran 12 Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains ... 182
Lampiran 13 Deskriptor Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 187
Lampiran 14 Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen ... 189
Lampiran 15 Rekapitulasi Data Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Kontrol... 191
Lampiran 16 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 193
Lampiran 17 Data Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol 195 Lampiran 18 Data Hasil Postest Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol 197 Lampiran 19 Data Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Eksperimen... 197
Lampiran 20 Data Hasil Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Eksperimen... 198
Lampiran 21 Data Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ... 199
Lampiran 22 Data Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ... 200
Lampiran 23 Deskripsi Statistik Perhitungan Data Pretes Dan Postes 201
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menghasilkan
sumber daya manusia seutuhnya baik sebagai individu maupun sebagai
masyarakat umum. Dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia kegiatan
pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang harus ditingkatkan sehingga
tercapai tujuan dalam bentuk perubahan tingkah laku, pengetahuan, maupun
keterampilan dalam diri peserta didik.
Undang-undang RI No.20 tahun 2003 mendefenisikan pendidikan sebagai
usaha sadar dan terencena untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pemebelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan,
masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Depdiknas,
2005). Maka dalam kegiatan belajar mengajar perlu mengembangkan proses
pembelajaran yang baik sehingga tercipta suasana yang menarik dan membuat
siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar.
Pendidik mempunyai peran yang besar untuk meningkatkan kualitas
2
sebagai pendidik selain menguasai bahan ajar, tentu perlu memahami model
pembelajaran dan memilih model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan
materi pelajaran dan bagaimana karakteristik peserta didik yang menerima materi
pelajaran tersebut. Kegagalan pendidik dalam memberikan materi pelajaran bukan
hanya karena kurang menguasai materi, tetapi karena penggunaan model
pembelajaran dan metode pengajaran yang kurang sesuai. Oleh karena itu, salah
satu usaha yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa
adalah melalui penggunaan model pembelajaran dan metode pengajaran yang
sesuai pada materi pokok yang diajarkan, sehingga peserta didik dapat belajar
dengan suasana yang menyenangkan. ( eywood & Parker, 2010).
Mendidik adalah membantu peserta didik dengan penuh kesadaran, baik
dengan alat atau tidak, dalam kewajiban mereka mengembangkan dan
menumbuhkan diri untuk meningkatkan kemampuan serta peran dirinya sebagai
individu, anggota masyarakat, dan umat Tuhan. Mendidik adalah upaya
menciptakan situasi yang membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas
dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi dan potensi-potensi
lainnya secara optimal ke arah yang positif. (Pidarta, 2007).
uru sebagai pusat pembelajaran dan kurang melibatkan siswa sehingga
siswa kurang berperan aktif. Pembelajaran sering kali berlangsung satu arah dan
berpusat kepada guru atau teacher-center tanpa melibatkan siswa. Karena
kurangnya peran aktif siswa maka siswa merasa kurang terlibat dalam pelajaran,
tidak kreatif, dan tidak tertarik mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru.
kemampuan untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran yang sesuai untuk
mendukung proses belajar ( eywood, 2010). Pada dasarnya guru berperan
sebagai motivator, fasilitator, mediator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
uru juga harus mampu meningkatkan rasa ingin tahu dan menjadikan siswa
lebih aktif dalam mengikuti pelajaran yang diajarkan.
Keterampilan proses sains siswa yang masih rendah menuai banyak
pertanyaan yang perlu dikaji lebih dalam lagi dari berbagai sisi, seperti kualitas
guru saat mengajar, fasilitas praktikum yang kurang lengkap, dan ketidaksesuaian
model pembelajaran. Pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen yang
sekedarnya saja tanpa memperhatikan kinerja setiap siswa dengan seksama
membuat sebagian siswa cenderung bermain sendiri dan kurang mengikuti
eksperimen dengan baik, sehingga masih ada siswa tidak terpantau dan tidak aktif.
Ketidakterlibatan sebagian siswa dalam pembelajaran menjadikan siswa kurang
dalam mengembangkan keterampilan proses sains. al ini akan semakin sulit bagi
siswa saat mereka dituntut untuk mengembangkan keterampilan proses sains
siswa sementara mereka belum membiasakan diri melatih keterampilan dengan
eksperimen atau inquiry. erdasarkan pertimbangan tentang permasalahan
tersebut, maka usaha untuk meningkatkan keterampilan proses sains fisika yaitu
dengan mengupayakan terciptanya pembelajaran yang efektif, efisien, dan
kreatif.( Joyce, 2003).
Rendahnya keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran fisika
dikarenakan proses pembelajaran yang diterapkan selama ini masih menggunakan
tingkat kemampuan guru yang mampu membangkitkan motivasi bagi siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran. uru kurang membimbing siswa agar mampu
merumuskan dan mendiskusikan suatu pertanyaan yang mampu mendorong
munculnya rasa keingintahuan siswa. uru cenderung tidak memberikan
dorongan agar siswa mampu berpikir secara kritis dalam porses pembelajaran,
sehingga siswa tidak memiliki keterampilan proses sains yang baik.
Rendahnya berpikir kritis siswa terlihat dalam perilaku siswa yaitu rasa
ingin tahu dalam mencari informasi masih rendah. al ini terbukti dari siswa yang
hanya menerima informasi dari guru. Sehingga pemahaman siswa terhadap suatu
informasi tersebut masih lemah. Siswa yang cenderung pasif dan guru yang hanya
memberikan informasi serta model pembelajaran yang masih kurang tepat dalam
proses pembelajaran akan mempunyai dampak. Dampak tersebut yaitu siswa tidak
dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya terutama kemampuan berpikir
kritis.. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa kemampuan siswa dalam mencari
tahu dan mengembangkan informasi untuk menangani masalah masih rendah
sehingga dapat dinyatakan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dikatakan
masih rendah.
osta (200 ) menyatakan visi sekolah pada abad ke 21 harus mampu
menciptakan siswa yang mandiri, percaya diri dan memiliki tingkat keahlian yang
tinggi maka setiap siswa harus memiliki salah satu sikap yaitu berpikir kritis. Era
globalisasi yang diiringi dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi manusia dalam
bepergian, mendeteksi penyakit dan dalam melakukan pekerjaan lainnya. Namun,
dibalik semua dampak positif tersebut, terdapat permasalahan yang semakin
kompleks, seperti pemanasan global dan degradasi moral. al ini
mengidentifikasikan bahwa tantangan yang dihadapi generasi yang akan datang
pun akan semakin berat. Siegel (2010) menyatakan bahwa salah satu
keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa yang datang
adalah keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill). Keterampilan ini
berkaitan dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan memecahkan
masalah secara kreatif sehingga menghasilkan pertimbangan dan keputusan yang
tepat.
erdasarkan hasil observasi yang dilakukan di sekolah proses
pembelajaran fisika di sekolah lebih menekankan pada penjelasan materi secara
ceramah sehingga membuat siswa merasa jenuh mengikuti pembelajaran fisika di
kelas. Siswa kurang memahami konsep-konsep fisika yang disampaikan guru
dengan metode ceramah dan diskusi. Penggunaan metode ceramah dan diskusi
yang dilakukan secara monoton sangat mempengaruhi minat dan hasil belajar
fisika siswa. Walaupun tersedia alat-alat percobaan yang mendukung
pembelajaran namun guru jarang menggunakan metode eksperimen untuk
penyampaian materi. Selain itu proses pembelajaran fisika di kelas masih belum
melibatkan siswa sepenuhnya dalam belajar, sehingga tidak semua siswa
memahami konsep fisika yang disampaikan oleh guru di kelas. Sebagian siswa
dan lebih memilih berbicara sendiri dengan temannya untuk menghilangkan
kejenuhan siswa tersebut.
erdasarkan hal diatas, terdapat hal lain yang dibutuhkan untuk membuat
para siswa bisa lebih aktif yaitu keterampilan proses sains. Keterampilan proses
sains sangat penting dimiliki siswa karena keterampilan ini membuat siswa bisa
berkarya dan siap dalam menghadapi segala persoalan, terutama persoalan dalam
fisika. Pemebelajaran sains membawa perubahan karakter dan memberikan
kesempatan untuk lebih berpikir kreatif dan mampu menyusun imajinasi siswa.
(Rao, 200 ).
Keterampilan proses sains itu ialah mengamati, mengklasifikasikan,
berkomunikasi, mengukur, mengenal dan menggunakan hubungan ruang dan
waktu, menarik kesimpulan, menyusun definisi operasional, merumuskan
hipotesis, mengendalikan variabel-variabel, menafsirkan data-data dan
bereksperimen. Permasalahan tersebut dapat diatasi jika guru dapat melihat
permasalahan-permasalahan di kelas dan mencari suatu pendekatan belajar yang
tepat agar materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dan dipahami oleh
siswa dengan baik. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan proses sains siswa adalah inquiry training.
erdasarkan penjabaran pelaksanaan proses pembelajaran fisika tersebut,
maka sebagai seorang guru harus bisa menyiasati agar proses pembelajaran
tersebut dapat berjalan dengan lebih baik meskipun pembelajaran berlangsung di
dalam kelas. Salah satu model yang dapat diterapkan dalam situasi ini yaitu model
asil pembelajaran utama dari inquiry training adalah proses-proses yang
melibatkan aktifitas observasi, mengumpulkan data, mengolah data,
menidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,
merumuskan penjelasan, dan menggambarkan kesimpulan. al ini sesuai dengan
pencapaian indikator pada keterampilan proses sains dan berpikir kritis.
Menurut Joyce (2011) model pembelajaran Inquiry Training dirancang
untuk membantu siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
latihan-latihan yang dapat meningkatkan proses ilmiah tersebut dalam periode waktu
yang singkat. Tujuannya adalah membuat siswa mengembangkan disiplin dan
mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan
pertanyaan dan menemukan jawaban berdasarkan rasa ingin tahu siswa.
Model Inquiry Training dirancang untuk melatih siswa dalam suatu
penelitian ilmiah sehingga diterapkan untuk dapat menumbuhkan dan
mengembangkan rasa ingin tahu siswa dalam diri siswa, menumbuhkembangkan
intelektual , kemampuan meneliti, kemampuan beragumentasi dan kemampuan
mengembangkan teori. Schlenker (dalam Joyce, 2001) mengatakan bahwa latihan
penelitian akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan, produktivitas dalam
berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.
rends (200 ) mengatakan bahwa “Pada prinsipnya belajar adalah
kegiatan sosial dan budaya di mana peserta didik membangun pengertian yang
dipengaruhi oleh interaksi dari pengetahuan sebelumnya dan pembelajaran hal
dalam interaksi belajar-mengajar. Slameto (2010) menyatakan, “ kitvitas belajar
merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi
belajar-mengajar.” Perlu ditambahkan bahwa aktivitas belajar itu bersifat fisik maupun
mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, Piaget menerangkan bahwa seorang anak itu
berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir.
Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk
berbuat sendiri. erpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu
berpikir pada taraf perbuatan.
Model inquiry training ini telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya,
antara lain: (1) Pandey (2011) menyimpulkan model inquiry training lebih efektif
daripada model pembelajaran konvensional pada pencapaian hasil ilmu
pengetahuan siswa. (2) Taylor berjudul “Improving ritical Thinking with Science
Inquiry” menyimpulkan bahwa danya peningkatan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan pembelajaran inquiry. (3) Vaishnav (2013) berjudul “Effectiveness
of Inquiry Training Model for Teaching Science” menyimpulkan bahwa
pembelajaran melalui model Inquiry Training lebih efektif daripada pembelajaran
melalui model konvensional.
erdasarkan paparan masalah-masalah di atas dengan model inquiry
training dan tingkat keterampilan berpikir kritis untuk meningkatkan keterampilan
proses sains siswa, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul, Pengaruh
M del Inquiry Training dan Keteram lan Ber k r Kr t s erhada
1. . Ident f kas Masalah
erdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Siswa jarang diajak berfikir menemukan konsep fisika dalam kehidupan
sehari-hari sehingga fisika menjadi membosankan.
2. Proses pembelajaran fisika yang bersifat teacher-center.
3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
4. Strategi pembelajaran yang selama ini digunakan tidak melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Keterampilan proses sains siswa yang masih relatif rendah.
1. . Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti membatasi
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry training
pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol.
2. Materi yang akan diajarkan ialah materi pokok Listrik Dinamis.
3. Siswa yang diteliti ialah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kelas XI.
4. asill yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains siswa.
1. . umusan Masalah
erdasarkan latar belakang, identikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka
10
1. pakah keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran
Inquiry Training lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains siswa
dengan model pembelajaran Direct Instruction?
2. pakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat berpikir
kritis di atas rata-rata lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains
siswa yang memiliki tingkat berpikir kritis di bawah rata-rata?
3. pakah ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training dan
Direct Instruction dengan berpikir kritis terhadap keterampilan proses
sains siswa?
1. . u uan Penel t an
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis apakah keterampilan proses sains siswa dengan
model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dibandingkan
keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran Direct
Instruction
2. Untuk menganalisis apakah keterampilan proses sains siswa yang
memiliki tingkat berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik
dibandingkan keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat
berpikir kritis di bawah rata-rata
3. Untuk menganalisis adanya interaksi antara model pembelajaran
Inquiry Training dan Direct Instruction dengan berpikir kritis terhadap
11
1. . Manfaat Penel t an
1. agi siswa
1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah
pada mata pelajaran fisika khususnya materi Listrik Dinamis.
2. Meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran fisika
khususnya materi Listrik Dinamis.
2. agi guru
1. Membuka wawasan berpikir guru dalam mengajar dan mengembangkan
model pembelajaran salah satu menggunakan model pembelajaran inquiry
training.
2. Umpan balik bagi guru untuk mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar di kelas
3. agi sekolah
1. Meningkatkan kualitas dan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar
siswa dan kinerja guru
2. Sebagai bahan informasi alternatif dalam pemilihan model pembelajaran di
sekolah.
3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran
1. . Def n s O eras nal
dapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
12
keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingin tahuan mereka,
yang dikemukakan oleh Joyce (2011).
2. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah keterampilan
mengobservasi, mengumpulkan dan mengolah data, mengidentifikasi dan
mengontrol variabel-variabel, merumuskan dan menguji hipotesis,
107 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran
inquiry training lebih baik dibandingkan pembelajaran Konvensional.
2. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai
keterampilan berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan
kelompok siswa yang mempunyai keterampilan berpikir kritis dibawah
rata-rata.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training dengan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam meningkatkan keterampilan
proses sains siswa. Pada penelitian ini menunjukkan keterampilan berpikir
kritis siswa di atas rata-rata mempengaruhi peningkatan keterampilan
proses sains siswa pada kelas eksperimen.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:
a. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
b. Model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat
108
c. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan
model pembelajaran inquiry training , maka sebaiknya siswa mulai dilatih
untuk melakukan percobaan – percobaan sederhana ketika pembelajaran
fisika agar memiliki respon yang cepat ketika akan melakukan model
pembelajaran inquiry training.
d. Teknik dalam pelaksanaan model inquiry training sebaiknya disesuaikan
dengan persediaan alat praktikum yang ada di sekolah. Dimana yang
seharusnya jika menggunakan model inquiry training alat praktikum
109
Daftar Pustaka
Abdi, A. (2014). The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’
Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of
Educational Research 2(1): 37-41. p(38-40)
Akpullukcu, S & Yasemin G. (2011). The Effect Of Inquiry Based Learning Environment In Science And Technology Course On The Students’
Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educational
Science ISSN 1308 – 8971 : 418-422
Aldrich, C. (2005). Learing by Doing. San Fransisco: Pfeiffer An Important of Willey.
Arends, R. I. (2009). Learning to Teach Ninth Edition. New York: Mc Graw-Hill.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Azizah, A & Parmin. (2012). Inquiry Training Untuk Melatih Keterampilan Mahasiswa. Unnes Science Education Journal ISSN 2252-6617
Costa, A.L. (1985). Goal for Critical Thingking Curriculum. In Costa A.L. (ed). Developing Minds : A. Resource Book for Teaching Thingking. Alexandria : ASCD.
Costa, A.L. (2008). Learning and Leading with Habits of Mind 16 Essential Characteristics for Succes.Virginia USA. Alexandria : ASCD.
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Elen, J, dkk. (2014). Effectiveness of Critical Thinking Instruction in Higher
Education: A Systematic Review of Intervention Studies. Canadian
Center of Science and Education. Vol. 4, ISSN 1925-4741. p(1-17)
Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Uper Saddle river.
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Fisher, A. (2001). Critical Thinking An Introduction. United Kingdom:
110
Greenwald, R. R. & Ian J. Q. (2014). A Mind of Their Own: Using Inquiry-based Teaching to Build Critical Thinking Skills and Intellectual Engagement
in an Undergraduate Neuroanatomy Course. The Journal of
Undergraduate Neuroscience Education (JUNE), Spring 2014, 12(2):A100-A106
Hayati & Retno D. S. (2013). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Multimedia Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika ISSN 2301-7651 Vol (2): 24-33.
Hergenhahn,B.R. (2008). Teori Belajar Edisi ke 7. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hewit, P. G. (2006). Conceptual Physics Tenth Edition. San Francisco: Pearson
Addison Wesley.
Heywood, D & Joan P. (2010). The Pedagogy of Physical Sciences. New York: Springer
James. (1970). Studying Teaching. USA: Prentice Hall.
Joyce, B & Marsha W. (1980). Model of Teaching Second Edition. USA:
Prentice-Hall.
Joyce, B & Marsha W. (2003). Model of Teaching Fifth Edition. New Dehli: Prentice-Hall of India.
Joyce, B & Marsha W. (2011). Models of Teaching Model-model Pengajaran
Edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kazempour, E. (2013). The Effects Of Inquiry-Based Teaching on Critical Thinking of Students. Journal of Social Issues & Humanities ISSN 2345-2633 , Volume (1) : 23-27.
Kitot, A. K, dkk. (2010). The Effectiveness of Inquiry Teaching in Enhancing Students’ Critical Thinking. Procedia Social and Behavioral Sciences 7: 264–273
Klein, S. B. (1991). Learning Principles & Applications Second Edition. Singapore: McGraw-Hill.
111
Manurung, S. R. (2014). The Relationship between Formal Thinking Abilities and
Problem-Solving Skills in Kinematics Topic. International Conference
On Theoretical and Applied Physics p. 230-234
Mudyahardjo, R. (2009). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mokiwa, H. O. (2014). Exploring the Teaching of Physical Science through
Inquiry. University of South Africa, Department of Science and
Technology Education. Vol (1): 21-27
Pandey, A, dkk. (2011). Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science
Students in India.Global Research Publishing:7-20
Paul, R & Linda E. (2007). The Miniature Guide to Crtitical Thinking. Concepts and Tools. USA. The Foundation for Critical Thinking.
Pidarta, M. (2007). Landasan Kependidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Rao, D. B. (2008). Science Process Skills of School Students. New Dehli:
Discovery Publishing House PVT, LTD.
Rustaman, N. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Rustaman, N. (2003). Kemampuan Proses Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains.
Bandung: UPI.
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi KBK. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Semiawan, C, dkk. (1987). Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia
Siddiqui, M. H. (2013). Inquiry Training Model of Teaching : A Search of Learning. International Journal of Scientific Research. Vol : 2 ISSN No 2277 – 8179: p(108-110)
Siegel, H. (2010). Critical Thinking. FL USA. Elsevier Ltd. Univesity of Miami.
Sudjana, N. (2002). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.
112
Sutama, I. N, dkk. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis Dan Kinerja Ilmiah Pada Pelajaran Biologi
Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Amlapura. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 4
Taylor, J. C. (2013). Improving Critical Thinking with Science Inquiry. CEDAR Building, University Park PA 16802 334-663-2558
Trianto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Vaishnav, R. S. (2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching Science. Scholarly Research Journal for Interdisciplinary Studies. ISSN 2278-8808: 1216-1220.
Upadhyaya, A. K & Akhilesh K. U. (2015). Effectiveness Of Inquiry Training Model On Scientific Aptitude Of Students At Secondary Level. Galaxy International Interdisciplinary Research Journal. ISSN 2347-6915. Vol 3. p(84-90).
Zhou Q. (2010). Promoting Preservice Teachers’ Critical Thinking Skills By
Inquiry-Based Chemical Experiment. Procedia Social and Behavioral