i ABSTRAK
NUR ASYIAH NASUTION. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Regulated Learning Siswa SMP Negeri Panyabungan. Tesis. Medan Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) efektivitas bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self regulated learning siswa SMP; 2) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP dengan menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri; 3) peningkatan self regulated learning siswa SMP dengan menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Penelitian ini dilakukan menggunakan model pengembangan Four-D. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri Panyabungan, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan sekolah yang dijadikan sebagai sampel untuk uji coba adalah SMP Negeri 1 Panyabungan kelas VIII-8 dan VIII-5. Dari hasil uji coba I dan uji coba II diperoleh: 1) bahan ajar memenuhi keefektifan, efektivitas ditinjau dari a) ketuntasan belajar siswa secara klasikal; b) ketercapaian tujuan pembelajaran; dan c) respon siswa; 2) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri; 3) peningkatan self regulated learning siswa dengan menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri. Selanjutnya, disarankan agar guru dapat menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri sebagai alternatif pembelajaran, dengan bimbingan atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat terjangkau oleh siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami masalah-masalah yang diberikan.
ii ABSTRACT
NUR ASYIAH NASUTION. Development of Teaching Materials Based on Inquiry Learning Model to Improve Students’ Mathematical Communication Skills and Self Regulated Learning of State Junior High School Panyabungan.
Thesis. Medan. Study Program of Mathematics Education Postgraduate State University of Medan. 2016.
This study aimed to describe: 1) the effectiveness of teaching materials based on inquiry learning model to improve students’ mathematical communication skills and self-regulated learning of state junior high school; 2) to improve students’ mathematical communication skill of junior high school using teaching materials based inquiry learning model; 3) an increase of students’ self-regulated learning in junior high school using teaching materials based inquiry learning model. This research was a development. This research was conducted using Four-D model of development. The populations in this study were all students of SMP Negeri Panyabungan using purposive sampling and the sample for testing was class VIII-8 and VIII-5 of SMP Negeri 1 Panyabungan. From the first and second test results trials obtained: 1) teaching material meets the effectiveness, effectiveness in terms of a) students learning mastery classically; b) achievement of learning objectives; and c) student response; 2) an increase of students' mathematical communication skills using teaching materials based inquiry learning model; 3) an increase of self-regulated learning of students using teaching materials based inquiry learning model. Furthermore, it was suggested that teachers could use teaching materials based inquiry learning model as an alternative to learning, with guidance or questions given could be affordable by the students, so that students more easily understand the problems given.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan
Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Regulated Learning Siswa SMP Negeri Panyabungan”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pembawa risalah umat.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak langsung
sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti
sampaikan kepada:
1. Secara khusus dan istimewa penulis mengucapkan terima kasih dan hormat
kepada orangtua saya Ayahanda Pirgong Matua Nasution dan Ibunda Muhibbah
Lubis untuk semua kasih sayang, doa, motivasi, jerih payah serta dukungan
penuh untuk setiap langkah dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis
ini. Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan murah rezki pada kedua orang
tuaku, aamiin”.
2. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr.
Edi Syahputra, M.Pd selaku dosen pemimbing II yang telah meluangkan waktu
iv
dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan tesis ini
sampai selesai.
3. Bapak Prof Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, dan Ibu Dr. Ani
Minarni, M.Si selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan kritik
yang membangun dalam penyempurnaan dan menjadi motivator dalam
penyelesaian tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi
Pendidikan Matematika.
5. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur dan Asisten Direktur I
Program Pascasarjana UNIMED.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna
kepada penulis selama menjalani pendidikan.
7. Seluruh staf pegawai di lingkungan Pascasarjana UNIMED
8. Kepada saudara kandungku Lailam Mahrani Nst, Muhammad Saleh Nst, Adinda
Sari Nst, Riska Khairani Nst, serta terimakasih terkhusus kepada Mara Sutan
Siregar yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, motivasi, do’a dan
dukungan baik moril maupun materi yang tak terhingga.
9. Kepada Bapak H. Bahrim Lubis, S.Pd selaku kepala sekolah dan Ibu Hj. Murniati
Harahap, S.Pd selaku guru mata pelajaran kelas VIII SMP Negeri 1 Panyabungan
serta seluruh dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada
v
10.Teman seperjuanganku: Mega Multina (kak me), Anim Faqod (Anim), Fitri
Ayunita (Kak Fitri), ayoo belum berhenti perjuangan kita sampai disini, masih
harus terus berjuang dalam masa pencarian pekerjaan yang terbaik demi masa
depan yang cerah semoga dipermudah langkah kita Aamiin.
11.Buat Sahabatku Yusi sabrida (Yusi), Dwi Putria Nst (Kak Dwi), Yessi Jurnala
(Yessi), Apriadani (Dani), Nova Juniati (Nova) yang telah memberikan
dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis semoga di permudah
dalam urusan Tesisnya salam kompak selalu.
12.Teristimewa kepada rekan-rekan kos, Aira, Anim, Dani, Diana, Flora, Lidya,
Wulan, Kak Geby terima kasih untuk doa dan semangatnya, for all terima kasih
untuk persaudaraan kita yang telah menjadi keluarga kecil di rumah kedua kita
di Medan Pancing, Jalan Perjuangan, Gang Ibadat No 08 A semoga ridho Allah
selalu tercurahkan dan selalu kompak.. aamiin, ”ma’a najah untuk adik-adik ya..”
13.Sahabat semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, serta rekan-rekan
mahasiswa pendidikan matematika angkatan XXIII khususnya untuk teman
seperjuangan kelas Dikmat A-3 Tahun 2014.
14.Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang
telah memberikan dukungan do’a dan motivasi yang diberikan selama ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan
bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis
berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya khasanah
ilmu dalam bidang pendidikan dan menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut.
vi
D.Model Pembelajaran Inkuiri ... 38
1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri... 38
2. Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Inkuiri ... 40
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri ... 40
4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri ... 41
E.Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajran Inkuiri ... 43
1. Teori Belajar Konstruktivisme ... 43
2. Teori Belajar Ausubel ... 46
3. Teori Belajar Bruner ... 47
F. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 47
G.Self Regulated Learning ... 54
H.Materi Bangun Ruang Sisi Datar ... 57
I. Penelitian yang Relevan ... 66
vii
F.Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 88
G. Teknik Analisis Data... 95
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 105
1. Deskripsi Tahap Pengembangan Bahan Ajar ... 105
Tahap I. Pendefenisian (Define) ... 104
Tahap II Perancangan (Design) ... 112
Tahap III Pengembangan (Develop) ... 122
2. Hasil Uji Coba Lapangan I ... 130
3. Hasil Uji Coba Lapangan II ... 148
Tahap IV Penyebaran (Disseminate) ... 164
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 165
1. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Ikuiri yang Valid, Praktis dan Efektif ... 165
a. Validitas Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri ... 166
b. Kepraktisan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri ... 167
c. Keefektifan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri ... 168
2. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri ... 177
3. Peningkatan Self Regulated Learning Siswa dengan Menggunakan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri ... 181
4. Kendala Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri ... 186
5. Keterbatasan Penelitian ... 188
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 190
B.Saran ... 192
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri ... 42
Tabel 2.2 Membelajarkan Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 65
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis... 91
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis .... 91
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Self Regulated Learning ... 93
Tabel 3.4 Alternatif Jawaban Angket Self Regulalted Learning ... 93
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kevalidan... 97
Tabel 3.6 Format Perhitungan Validasi ... 98
Tabel 4.1 Analisis Tugas Materi Bangun Ruang Sisi Datar Pada LAS ... 109
Tabel 4.2 Analisis Tugas Materi Bangun Ruang Sisi Datar Pada RPP dan Buku Siswa ... 110
Tabel 4.3 Sub Topik dan Tujuan Pembelajaran Setiap Pertemuan ... 112
Tabel 4.4 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis... 113
Tabel 4.5 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis .... 114
Tabel 4.6 Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Bangun Ruang Sisi Datar ... 115
Tabel 4.7 Nama-Nama Validator ... 122
Tabel 4.8 Hasil Validasi Buku Petunjuk Guru ... 123
Tabel 4.9 Hasil Validasi Buku Siswa ... 124
Tabel 4.10 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 126
Tabel 4.11 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 128
Tabel 4.12 Hasil Validasi Instrumen ... 129
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Wawancara ... 132
Tabel 4.14 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 135
Tabel 4.15 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hasil Postes Uji Coba I ... 135
Tabel 4.16 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba I... 137
Tabel 4.17 Rerata Tingkat Penguasaan Siswa Tiap Indikator Uji Coba I ... 138
Tabel 4.18 Rerata Skor Self Regulated Learning Siswa Tiap Indikator Uji Coba I ... 138
Tabel 4.19 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba I... 140
Tabel 4.20 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa pada Uji Coba I ... 142
Tabel 4.21 Rangkuman Hasil wawancara ... 150
Tabel 4.22 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa . 153 Tabel 4.23 Tingkat Penguasaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Hasil Postes Uji Coba II ... 154
Tabel 4.24 Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba II ... 155
Tabel 4.25 Rerata Tingkat Penguasaan Siswa Tiap Indikator Uji Coba II ... 156
ix
Tabel 4.27 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba II ... 159
Tabel 4.28 Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa pada Uji Coba II ... 161
Tabel 4.29 Rangkuman Hasil Validasi ... 166
Tabel 4.30 Jumlah Siswa yang Tuntas Pada Uji Coba I dan Uji Coba II ... 169
Tabel 4.31 Rerata Skor Self Regulated Learning Siswa Tiap Indikator Uji Coba I dan Uji Coba II ... 169
Tabel 4.32 Rata-Rata Persentase Respon Siswa pada Uji Coba I dan Uji Coba II ... 173
Tabel 4.33 Deskripsi Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Uji Coba I dan Uji Coba II ... 177
Tabel 4.34 Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa untuk setiap Indikator ... 178
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Proses Jawaban Komunikasi Matematis Siswa ... 11
Gambar 2.1 Tahap Pendefenisian (Define) dalam Model 4D ... 30
Gambar 2.2 Tahap Perencanaan (Design) dalam Model 4D... 31
Gambar 2.3 Tahap Pengembangan (Develop) dalam Model 4D ... 32
Gambar 2.4 Tahap Penyebaran (Disseminate) dalam Model 4D ... 33
Gambar 2.5 Kubus dan Jaring-Jaringnya ... 58
Gambar 2.6 Balok dan Jaring-Jaringnya ... 58
Gambar 2.7 Prisma dan Jaring-Jaringnya ... 59
Gambar 2.8 Limas dan Jaring-Jaringnya ... 61
Gambar 2.9 Rubik 2 × 2 ... 61
Gambar 2.10 Rubik 4 × 2 ... 62
Gambar 2.11 Balok Diiris Menjadi 2 Prisma ... 63
Gambar 2.12 Kubus Diiris Menjadi 6 Limas ... 64
Gambar 3.1 Bagan Pengembangan Bahan Ajar Model ... 76
Gambar 3.2 Peta Konsep Materi Bangun Ruang Sisi Datar ... 79
Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Bahan AjarPembelajaran Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri ... 85
Gambar 4.1 Hasil Analisis Konsep untuk Materi Bangun Ruang Sisi Datar ... 108
Gambar 4.2 Tampilan Buku Guru ... 117
Gambar 4.3 Tampilan Buku Siswa ... 119
Gambar 4.4 Tampilan Lembar Aktivitas Siswa ... 120
Gambar 4.5 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis hasil Postes Uji Coba I ... 136
Gambar 4.6 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba I ... 137
Gambar 4.7 Diagram Self Regulated Learning Siswa Uji Coba I... 139
Gambar 4.8 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba I... 141
Gambar 4.9 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematis hasil Postes Uji Coba II ... 154
Gambar 4.10 Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba II ... 155
Gambar 4.11 Diagram Self Regulated Learning Siswa Uji Coba II ... 158
Gambar 4.12 Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis pada Uji Coba II ... 159
Gambar 4.13 Diagram Self Regulated Learning Siswa pada Uji Coba I dan Uji Coba II ... 171
Gambar 4.14 Persentase Respon Siswa pada Uji Coba I dan Uji Coba II ... 173
Gambar 4.15 Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Mateamtis Untuk Setiap Indikator ... 179
xi
A-4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 301
LAMPIRAN B LEMBAR VALIDASI B-1 Lembar Validasi ... 376
LAMPIRAN C LEMBAR INSTRUMEN C-1 Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 389
C-2 Angket Self Regulated Learning ... 396
C-3 Daftar Riwayat Hidup ... 401
C-4 Angket Respon Siswa ... 402
LAMPIRAN D HASIL UJI COBA D-1 Laporan Validasi Bahan Ajar ... 404
D-2 Deskripsi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Uji Coba I ... 437
D-3 Deskripsi Hasil Postes Kemmpuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 438
D-4 Deskripsi Hasil Postes Kemmpuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Tujuan Pencapaian Pembelajaran Pada Ujicoba I... 439
D-5 Deskripsi Hasil Postes Kemmpuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Tujuan Pencapaian Pembelajaran Pada Ujicoba II ... 441
D-6 Deskripsi Hasil Postes Siswa Untuk Setiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Uji Coba I ... 442
D-7 Deskripsi Hasil Postes Siswa Untuk Setiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Uji Coba II ... 445
D-8 Deskripsi Hasil Angket Self Regulated Learning Siswa Untuk Setiap Indikator Pada Ujicoba I ... 447
D-9 Deskripsi Hasil Angket Self Regulated Learning Siswa Untuk Setiap Indikator Pada Ujicoba II ... 451
D-10 Tabel Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 459
D-11 Perhitungan Uji-t Peningkatan Uji Coba I dan Uji Coba II Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 460
D-12 Tabel Peningkatan Self Regulated Learning Uji Coba I ... 462
D-13 Tabel Peningkatan Self Regulated Learning Uji Coba II ... 464
D-14 Perhitungan Uji-t Peningkatan Uji Coba I dan Uji Coba II Self Regulated Learning Tiap Aspek ... 366
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap
manusia. Karena pendidikan manusia menjadi cerdas hingga dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan mudah. Selain itu pula pendidikan sangat penting dalam
pembangunan maka tidak salah jika pemerintah senantiasa mengusahakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan baik dari tingkat yang paling rendah sampai ke
tingkat perguruan tinggi.
Pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya dengan memperbaiki
Kurikulum 1994 dengan mengembangkan Kurikulum 2004, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dan sampai sekarang ini menjadi Kurikulum
2013. Selain itu juga peningkatan kualitas guru matematika juga dilakukan
melalui penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar siswa melalui
peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata
pelajaran matematika.
Degeng (Harijanto, 2007) yang menyatakan bahwa: “salah satu kegiatan
awal dalam meningkatkan pembelajaran adalah merancang bahan ajar yang
mengacu pada suatu model pengembangan agar memudahkan belajar.”
Bahan ajar yang baik memiliki kriteria valid, praktis dan efektif. Menurut
2
(bahan ajar) memenuhi aspek-aspek validitas, antara lain: (1) valid, (2) praktis,
dan (3) efektif. Sehingga dapat dinyatakan bahwa bahan ajar yang berkualitas
adalah yang memenuhi ketiga aspek tersebut. Validitas diperoleh dari validasi
perangkat oleh pakar (expert) dan teman sejawat berisikan validasi isi (content), konstruk dan bahasa. Selanjutnya kepraktisan berarti bahwa bahan ajar dapat
diterapkan oleh guru sesuai dengan yang direncanakan dan mudah dipahami oleh
siswa. Sedangkan keefektifan dilihat dari hasil penilaian autentik yang meliputi
penilaian terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar.
Namun, praktik pembelajaran sehari-hari bahan ajar yang digunakan guru
belum memenuhi aspek-aspek kualitas valid, praktis dan efektif. Sekolah masih
mengalami persoalan dengan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
yang tidak menuntut student centered. Bahan ajar yang digunakan masih minim dan dirancang untuk dipasarkan secara luas, gaya penulisan naratif tetapi tidak
komunikatif, sangat padat, tidak memiliki mekanisme untuk mengumpulkan
umpan balik dari pembaca. Bahan ajar merupakan salah satu penunjang untuk
tercapainya tujuan pembelajaran.
Pengembangan bahan ajar penting dilakukan oleh pendidik agar
pembelajaran lebih efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang
akan dicapainya. Bahan ajar perlu dikembangkan dalam pembelajaran
dikarenakan ketersediaan bahan sesuai dengan tuntutan kurikulum, karakteristik
sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah.
Penelitian pengembangan ini mengacu pada model pengembangan bahan
3
1974 yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Model pengembangan 4-D digunakan peneliti karena tahapan penelitian
pengembangan 4-D memiliki kelebihan, yaitu dalam model 4-D melibatkan
analisis materi dan analisis tugas dalam menentukan tujuan pembelajaran khusus,
sehingga akan memudahkan dalam menjabarkan tujuan pembelajaran umum ke
tujuan pembelajaran khusus. Model pengembangan ini sudah terfokus pada
pengembangan bahan ajar.
Bahan ajar merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran yang
akan menentukan terselenggaranya suatu pembelajaran yang berhasil atau tidak.
Namun yang sering terjadi pada praktek nyata pengajaran adalah guru tidak
mengembangkan bahan ajar, atau jika ada bahan ajar yang dikembangkan oleh
guru belum memadai untuk memudahkan siswa dalam belajar dan tidak
mendukung tercapainya kemampuan yang diharapkan melalui pembelajaran
matematika.
Abdul Majid (2008) menuliskan bahwa:
Bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Bahan ajar dapat diartikan sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran
4
sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar. Bahan
ajar merupakan komponen yang sangat penting karena berperan sebagai
penunjang proses pembelajaran serta bisa menjadi tolak ukur pembelajaran di
kelas. Bahan ajar hendaknya tidak hanya memberikan materi secara instan, tetapi
mampu mengiring siswa untuk mengerti konsep yang dipelajari sehingga
pembelajaran siswa lebih bermakna. Bahan ajar yang diawali dengan
menghadapkan siswa pada masalah kontesktual dapat membuat siswa merasa
tertantang untuk menyelesaikan masalah kontekstual tersebut.
Bahan ajar memiliki peran penting dalam pembelajaran, penggunaan
bahan ajar yang baik dapat membantu proses pembelajaran di kelas. Namun,
pada kenyataannya pemilihan bahan ajar yang baik belum mendapat perhatian
yang serius dari para guru. Pada pembelajaran matematika, materi yang
diajarkan merupakan objek-objek yang abstrak. Pemilihan bahan ajar yang
baik dapat menunjang pemahaman siswa dalam mempelajari objek-objek
abstrak pada pembelajaran matematika. Begitu pula sebaliknya, jika
pemilihan bahan ajar dilakukan tidak cermat dan tidak berhati-hati, maka
menyebabkan tidak tersampainya materi pembelajaran di kelas. Singkatnya bahan
ajar matematika yang tepat sangat dibutuhkan dalam proses pemahaman siswa
dalam mempelajari matematika.
Menurut Hamdani (2011) jenis bahan ajar meliputi, (1) bahan ajar dalam
5
audio; (4) visual, misalnya foto, gambar, model/maket; (5) multimedia, misalnya
CD interaktif, computer based learning, internet. Dalam penelitian ini jenis bahan ajar yang akan dikembangkan adalah bahan ajar dalam bentuk cetak yaitu buku
ajar.
Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu
pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Anggela
(2013) menuliskan Buku ajar adalah buku yang digunakan baik oleh siswa
maupun guru dalam kegiatan belajar mengajar. Suharta (Anggela, 2013) Materi
dalam buku ajar merupakan realisasi dari materi yang tercantum dalam
kurikulum.
Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa
yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan
gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu
yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu
pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi
akan berisi tentang pikiran-pikiran fiksi si penulis dan seterusnya.
Namun berdasarkan observasi penulis di SMP Negeri 1 Panyabungan,
bahwa guru masih menggunakan buku teks umum yang penyajian materi tersusun
sebagai berikut: 1) definisi (pengertian konsep); 2; contoh soal; dan 3) latihan
soal. Buku teks umum menjelaskan pengertian (definisi) suatu konsep dalam
matematika. Kemudian, memberikan contoh penerapan konsep tersebut, dan
diakhiri dengan memberikan soal latihan. Ketiga tahapan penulisan buku teks
6
pasif memahami dan mengerjakan soal yang dijelaskan dan diperintahkan oleh
penulis. Selain itu, buku teks umum matematika tersebut tidak memuat soal-soal
non rutin serta tidak menantang siswa untuk melakukan kegiatan refleksi,
eksperimen, eksplorasi, inkuiri, konjektur, dan generalisasi. Bahan yang disajikan
monoton dan soal-soalnya bersifat rutin.
Dengan cara penulisan buku teks umum seperti di atas, siswa sukar
mengembangkan kemahiran matematikanya. Akhirnya hasil TIMMS pada tahun
2007 dan 2011 siswa Indonesia jauh dibawah rata-rata. Menurut data yang
diperoleh dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) 2011 menunjukkan peringkat pembelajaran matematika Indonesia pada kelas
delapan berada pada posisi ke-40 dari 59 yang ikut berpartisipasi yaitu 45 negara
dan 14 peserta sebagai tolak ukur yang ikut berpartisipasi. Pencapaian skor
rata-rata Indonesia rata-rata-rata-rata Indonesia adalahh 386, sedangkan skor rata-rata-rata-rata
internasional 500”. Berdasarkan data TIMSS di atas skor matematika pada siswa
kelas VIII Indonesia masih jauh di atas rata-rata, belum bisa dikatakan sukses.
Peringkat tersebut menurun dari TIMSS 2007. Data pada TIMSS 2007
menunjukkan peringkat pembelajaran matematika Indonesia berada pada posisi
ke-36 dari 48 negara dan 14 peserta sebagai tolak ukur yang ikut berpartisipasi.
Dengan pencapaian skor rata-rata 397. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau yang
distandarkan di tingkat internasional.
Menurunnya hasil belajar belajar siswa Indonesia pada kelas VIII ini bisa
7
ini terjadi kurang tepat, bahan ajar yang digunakan tidak efektif. Untuk ini perlu
dilakukan pembaharuan buku ajar yang dapat mendorong keaktifan siswa (student centered).
Suharta (Anggela, 2013) menyebutkan bahwa buku ajar sangat bermanfaat
digunakan dalam pembelajaran, adapun manfaat buku ajar antara lain: (1) dapat
mempercepat pembahasan bahan kajian; (2) siswa dapat mempelajari bahan kajian
yang akan diajarkan lebih awal; (3) dalam buku ajar dapat juga disisipkan
latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa yang berorientasi masalah kontekstual; (4)
soal dapat dibuat berdasarkan buku ajar sehingga penilaiannya lebih fair sesuai kemampuan siswa; (5) dengan adanya buku ajar, teori yang disampaikan guru
yang belum dapat dipahami di kelas, siswa dapat mempelajari kembali dari buku
ajar tersebut; (6) dengan adanya buku ajar, jika ada tugas yang harus dikerjakan di
rumah siswa sudah memiliki salah satu referensi untuk mengerjakannya.
Jenis buku yang lazim dipakai dalam proses pembelajaran adalah buku
untuk guru dan buku untuk siswa. Buku guru terdiri dari dua bagian, yaitu
petunjuk umum pembelajaran dan petunjuk khusus pelaksanaan pembelajaran
pada setiap bab sesuai dengan buku siswa. Buku guru menjadi bagian yang terkait
dengan RPP dan LKS. Dengan adanya buku petunjuk guru akan memudahkan
guru dalam menerapkan model pembelajaran serta merancang evaluasi formatif
siswa.
Sedangkan buku siswa merupakan buku sumber belajar bagi siswa yang
memuat judul bab, informasi kompetensi dasar yang sesuai dengan topik pada
8
kegiatan siswa baik eksperimen maupun non eksperimen atau diskusi, latihan
soal, rangkuman, evaluasi, dan tugas bagi peserta didik. Trianto (2013)
mengatakan bahawa buku siswa merupakan panduan bagi siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang memuat materi pelajaran yang membuat materi pelajaran,
kegiatan penyelidikan pembenaran konsep, kegiatan sains, informasi, dan
contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari.
Namun dalam kesehariannya, dalam proses pembelajaran hanya ada teks
buku umum. Buku petunjuk guru dan buku siswa masih jarang ada. Hal ini
dikarenakan guru jarang sekali membuat sendiri bahan ajarnya.
Dalam NCTM (2000), dijelaskan bahwa komunikasi adalah suatu bagian
esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi ini merupakan
salah satu dari lima standar proses yang ditekankan dalam, yaitu pemecahan
masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof),
komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi
(representation). Selanjutnya menurut Brendefur dan Frykholm (dalam Viseu 2012, dalam pelajaran komunikasi interaksi yang terjadi di kelas membantu siswa
untuk membangun dan memodifikasi pengetahuan matematika mereka.
Komunikasi adalah salah satu faktor yang penting dalam proses pembelajaran
matematika di dalam atau di luar kelas. Komunikasi memegang peranan penting
dalam matematika. Setiap orang yang berkepentingan dengan matematika akan
memerlukan komunikasi dalam perbendaharaan informasi yang lebih banyak.
Brenner (1998) meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
9
mengisyaratkan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika. Melalui
komunikasi, siswa dapat menyampaikan ide-idenya kepada guru dan kepada siswa
lainnya.
Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui prilaku verbal dan non
verbal. Segala prilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau
lebih. Sedangkan menurut Wahyudin (Fachrurazi, 2011) Komunikasi merupakan
cara berbagi gagasan dan mengklasifikasikan pemahaman. Melalui komunikasi,
gagasan menjadi objek-objek refleksi, penghalusan, diskusi, dan perombakan.
Greenes dan Schulman (Anshari, 2012) komunikasi matematik adalah:
kemampuan (1) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan
strategi matematik, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan
penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, (3) wadah bagi siswa
dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi
pikiran dan penemuan, curah pendapat menilai dan mempertajam ide. Selanjutnya
menurut Sullivan & Mousley (Ansari, 2012), komunikasi matematik bukan hanya
sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan
siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar,
menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya
melaporkan. Indikator kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini
adalah (1) menafsirkan gambar ke dalam ide matematika secara tertulis,
(2) menginterpretasikan ide matematika ke dalam bentuk gambar, dan
10
Dari penjabaran di atas disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa memegang peranan penting dan perlu ditingkatkan di dalam
pembelajaran. Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa jarang mendapat perhatian. Guru lebih berusaha agar
siswa mampu menjawab soal dengan benar tanpa meminta alasan atas jawaban
siswa, ataupun meminta siswa untuk mengkomunikasikan pemikiran, ide dan
gagasannya.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari pemberian
satu soal komunikasi matematis kepada 30 siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Panyabungan pada tanggal 8 September 2015 dengan materi prasyarat untuk
bangun ruang sisi datar yaitu segi empat. Skor maksimum yang dapat diperoleh
setiap siswa adalah 8 namun hasilnya skor rata-rata yang diperoleh siswa secara
klasikal adalah 4,2 atau 52,5%. Hal ini menunjukkan kemampuan komunikasi
matematis siswa masih rendah.
Salah satu soal yang diberikan sebagai berikut:
1. Diketahui trapesium siku-siku ABCD dengan jumlah sisi sejajar 10 cm dan 7
cm dan tinggi 4 cm!
a. Buatlah sketsa trapesium siku-siku tesebut!
b. Hitunglah luas permukaan trapesium siku-siku tersebut!
c. Dari informasi di atas, bagaimanakah cara kamu menghitung keliling
trapesium siku-siku tersebut?
11
a. Gambar trapesium siku-siku di samping
b. Luas permukaan trapesium siku-siku
rumusnya 1
c. Cara menghitung keliling trapesium adalah dengan menjumlahkan seluruh
sisi trapesium tersebut yaitu 10 + sisi miring + 7 + sisi miring.
Terlebih dahulu kita harus mencari sisi miringnya dengan teorema
pythagoras.
�2 = 42+ 32
= 16 + 9
�= 25 = 5�
Jadi, keliling trapesium = 10 cm + 5 cm + 7 cm + 5 cm = 27 cm
Gambar 1.1 di bawah ini memperlihatkan salah satu jawaban siswa yang
memperlihatkan bahwa siswa tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Gambar 1.1. Proses Jawaban Tes Komunikasi Matematis Siswa
Jawaban siswa salah, siswa belum bisa membedakan antara trapesium siku-siku dan trapesium sama kaki.
Jawaban siswa benar, karena pada soal sudah tertera semua apa yang diketahui untuk mencari luas trapesium.
12
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ini disebabkan banyak hal.
Salah satunya adalah guru masih memegang peran aktif dalam pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Guru tidak menanyakan
argumen siswa dalam menjawab sebuah soal. Sekolah hanya mengumatakan
jawaban akhir siswa dibandingkan proses jawaban. Sehingga siswa jarang
mengkomunikasikan pengetahuannya. Sekolah justru mendorong siswa memberi
jawaban yang benar dari pada mendorong mereka memunculkan ide-ide baru atau
memikirkan ulang kesimpulan-kesimpulan yang sudah ada. Sehingga dapat
dikatakan bahwa salah satu penyebab rendahnya kemampuan komunikasi
matematis siswa adalah proses pembelajaran di sekolah.
Selain pentingnya kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
pembelajaran, perlu juga mengembangkan Self Regulated Learning (SRL) siswa. Menurut Pintrich (1990), self regulated learning meliputi strategi metakognitif siswa untuk perencanaan, pemantauan, dan memodifikasi kognisi mereka.
Zimmerman dan Schunk (Ghonsooly, 2011) Dalam dunia pendidikan,
keterampilan self regulator telah ditemukan terkait dengan prestasi siswa dan motivasi. Hal ini berkaitan dengan karakteristik dan tujuan mempelajari
matematika. Kemudian Zimmerman (Pintrich, 1990), self regulated mengacu pada pengalaman diri yang dihasilkan, perasaan, dan tindakan yang direncanakan
dan disesuaikan dengan pencapaian tujuan pribadi.
Sebagai implikasi dari hakekat matematika yang telah diutarakan, lebih
lanjut Sumarmo (2004) menyatakan bahwa pembelajaran matematika diarahkan
13
pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi dan koneksi matematis;
(2) kemampuan berfikir kritis, serta sikap yang terbuka dan obyektif, serta (3)
disposisi matematis atau kebiasaan, dan sikap belajar berkualitas yang tinggi.
Kebiasaan dan sikap belajar yang dimaksud antara lain terlukis pada karakteristik
utama SRL yaitu: (1) Menganalisis kebutuhan belajar matematika, merumuskan
tujuan dan merancang program belajar; (2) Memilih dan menerapkan strategi
belajar; (3) Mengevaluasi diri apakah strategi telah dilaksanakan dengan benar,
memeriksa hasil (proses dan produk), serta merefleksi untuk umpan balik.
Berdasarkan uraian tentang hakekat dan tujuan mempelajari matematika
diatas menunjukkan bahwa pengembangan SRL sangat diperlukan oleh individu
yang belajar matematika. SRL diperlukan oleh individu ketika menghadapi
tugas-tugas, dihadapkan pada sumber informasi yang banyak, mungkin relevan atau
tidak relevan dengan kebutuhan dan tujuan individu yang bersangkutan. Pada
kondisi seperti itu individu tersebut harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi
intrinsik, menganalisis kebutuhan dan merumuskan tujuan, memilih dan
menerapkan strategi penyelesaian masalah, menyeleksi sumber yang relevan, serta
mengevaluasi diri (memberi respons posistif atau negatif dan umpan balik).
Perlunya mengembangkan SRL pada siswa yang belajar matematika juga
didukung oleh beberapa temuan hasil penelitian antara lain adalah individu yang
memiliki SRL yang tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu mengevaluasi dan
mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan
tugasnya, mengatur belajar dan waktu secara efisien dan memperoleh skor yang
14
regulated learning dalam proses belajar-mengajar masih kurang. Oleh sebab itu ketertarikan siswa untuk mengatur/ mendisiplinkan diri dalam belajar juga kurang.
Hal ini didukung dengan studi pendahuluan peneliti ke sekolah, dari hasil
wawancara dari salah seorang guru matematika bahwa siswa mudah menyerah
ketika mendapatkan kendala dalam menyelesaikan masalah. Mereka cenderung
tidak tertarik untuk mencoba cara lain atau berusaha lagi untuk mendapatkan
jawaban. Selain itu, dilihat dari proses pembelajaran yang digunakan guru masih
dominan menggunakan pembelajaran biasa. Pada pembelajaran ini, guru
dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa hanya perlu menerima
pengetahuan tersebut tanpa harus terlibat secara maksimal dalam proses
pembelajaran di kelas. Hal ini berdampak tidak antusiasnya siswa dalam
pembelajaran dan rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa
sebagaimana dijelaskan di atas.
Selain kurangnya kemampuan komunikasi matematis dan self regulated learning siswa, menurunnya hasil belajar belajar siswa Indonesia pada kelas VIII ini bisa saja disebabkan tidak efektifnya bahan ajar terutama buku ajar yang
dipakai di sekolah tersebut. Guru belum pernah atau tidak mampu membuat buku
ajarnya sendiri.
Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005, pasal
20, menegaskan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran.
Kemudian dalam Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,
yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
15
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Wahyudi dkk (2014) menuliskan
bahwa salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Demikian pula pada
Peraturan Kementerian Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 dijelaskan
bahwa buku pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang
memuat materi pelajaran dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan,
budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang
disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut guru diharapkan untuk mengembangkan bahan
ajar sebagai salah satu sumber belajar. Hal ini berarti mencapai tujuan
pembelajaran guru dituntut mampu mengembangkan bahan ajar. Salah satu jenis
bahan ajar adalah buku ajar. Buku ajar terbagi menjadi dua yaitu buku pentunjuk
guru dan buku siswa. Namun ketika peneliti mewawancarai guru bidang studi
perihal pengembangan pengembangan buku ajar guru mengatakan belum pernah
membuat buku ajarnya sendiri.
Penerapan buku guru dan buku siswa dapat membantu sekolah dalam
mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Buku guru sebagai panduan dalam
mengajar sedangkan buku siwa dapat menyediakan kegiatan pembelajaran lebih
terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas. Buku siswa yang dikembangkan sendiri oleh guru dapat disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan dapat memfasilitasi siswa lebih tertarik dalam belajar,
peserta didik tidak lagi menghapal konsep tetapi dapat menggali sendiri konsep
16
Pengembangan buku petunjuk guru dan buku siswa yang efektif tidak
terlepas dari model pembelajaran yang tepat. Untuk itu perlu dicari model
pembelajaran yang tepat untuk mendukung pengembangan buku ajar yang
memfokuskan student centered.
Perkembangan model pembelajaran saat ini telah maju pesat, dari model
yang memfokuskan pada teacher centered beralih ke arah student centered. Meskipun demikian tidak semua sekolah bisa melakukan proses pembelajaran
yang student centered. Praktek-praktek mengajar di keseharian, guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran ditentukan
oleh ujian akhir semester. Sistem pembelajaran student centered membutuhkan perubahan paradigma para pelaku pembelajaran baik guru maupun siswa. Guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator, sedangkan siswa berperan sebagai
pelaku pembelajar aktif dan mandiri. Kedudukan guru bukan satu-satunya
sumber materi pembelajaran namun sebagai salah satu sumber materi
pembelajaran dan kedudukan siswa sebagai pengguna materi pembelajaran.
Dalam hal ini, perlu dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan
siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa mampu
mengkomunikasikan pemikirannya baik dengan guru, teman maupun terhadap
materi matematika itu sendiri serta mampu meningkatkan aktivitas kemandirian
belajar siswa dalam penyelesaikan soal matematika.
Indrawati (Trianto, 2013) menyatakan bahwa: “Suatu pembelajaran pada
umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model
17
model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang
berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.
Pembelajaran yang dianggap sesuai salah satunya adalah pembelajaran
dengan model inkuiri. Menurut Sanjaya (2014): “Pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan”. Sedangkan Trianto (2013) mengatakan: “Inkuiri
dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau
memahami informasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah proses
pembelajaran dimana siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuannya. Dalam
pembelajaran inkuiri siswa dituntut aktif agar dapat memahami materi pelajaran
karena siswa bekerja dan mengalami sendiri apa yang diketahuinya bukan dari
hasil pemberitahuan guru.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa dalam pembelajaran inkuiri siswa
mampu mengkonstruk sendiri pengetahuannya, sehingga siswa dengan sendirinya
dapat menemukan bagaimana mengkomunikasikan ide matematika, dan pada
akhirnya siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut
kemudian siswa dapat mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika ketika ia
dapat mengatur sendiri cara belajarnya (self regulator). Jadi dengan menerapkan buku ajar berbasis inkuiri siswa akan lebih bebas dalam menuangkan ide-idenya
18
Suasana belajar yang menyenangkan diindikasikan dapat membuat proses
pembelajaran lebih efektif, yaitu siswa akan mampu membangun pemahamannya
dengan kondisi fisik dan psikis yang tidak tertekan. Suasana yang menyenangkan
juga akan membuat guru mampu menyampaikan materi pelajaran dengan lebih
baik. Di samping itu siswa akan dapat menerima materi pelajaran dengan baik,
sehingga apa yang disampaikan oleh guru akan lebih cepat diterima dan diingat
dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk merealisasikan
upaya tersebut dalam suatu penelitian dengan judul: “Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis dan Self Regulated Learning Siswa SMP Negeri
Panyabungan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar yang digunakan guru belum memenuhi aspek-aspek kualitas valid,
praktis dan efektif.
2. Pemilihan bahan ajar yang baik belum mendapat perhatian yang serius.
3. Guru masih menggunakan buku teks umum yang penyajian materinya terdiri
dari defenisi, contoh dan latihan.
4. Buku petunjuk guru dan buku siswa masih jarang ada.
5. Kemampuan komunikasi matematis siswa rendah.
6. Self regulated learning siswa rendah.
19
8. Dalam proses pembelajaran guru masih mendominasi (teacher centered). C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka yang
menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar yang digunakan guru belum memenuhi kriteria valid, praktis dan
efektif.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
3. Self regulated learning siswa masih rendah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah maka rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana efektifitas bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri yang
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan
self regulated learning siswa?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri?
3. Bagaimana peningkatan self regulated learning siswa menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
20
1. Untuk mengetahui efektifitas bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri
yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
dan self regulated learning siswa
2. Untuk Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa
menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri.
3. Mengetahui peningkatan self regulated learning siswa menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga
bagi pihak-pihak terkait di antaranya:
1. Tersedianya bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self regulated learning
siswa.
2. Menjadi acuan bagi guru dalam mengimplementasikan pengembangan bahan
ajar berbasis model pembelajaran inkuiri untuk materi yang lain, yang relevan
bila diajarkan dengan model tersebut.
3. Memberikan informasi tentang kemampuan komunikasi matematis dan self regulated learning siswa dalam memecahkan masalah pada materi bangun ruang sisi datar.
4. Memberikan referensi dan masukan bagi pengayaan ide-ide penelitian dimasa
190 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengembangan bahan ajar berbasis model pembelaajran inkuiri
menggunakan model pengembangan Thiagarajan, Semmel dan Semmel ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self
regulated learning siswa di SMP Negeri 1 Panyabungan. Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diuraikan dalam penelitian ini
adalah:
1. Keefektifan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self regulated learning
siswa sudah efektif untuk digunakan dalam pembelajaran, yang meliputi:
a. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada uji coba I sebesar 76,58 dan
ujicoba II sebesar 82,48. Ini berarti uji coba I belum efektif sedangkan uji
coba II sudah efektif.
b. Ketercapaian tujuan pembelajaran pada uji coba I soal 1 sebesar 85,29%,
soal 2 sebesar 75,00%, soal 3 sebesar 69,12% dan soal 4 sebesar 73,16. Ini
berarti soal 3 dan soal 4 belum efektif. Sedangkan pada uji coba II soal 1
sebesar 82,42, soal 2 80,86, soal 3 90,63, soal 4 75,37. Ini berarti
ketercapaian tujuan pembelajaran untuk uji coba II sudah efektif.
c. Respon siswa positif di kedua uji coba dengan persentase tiap aspek pada
uji coba I sebesar 91,76; 84,12; 91,18; 97,06; 95,59. Sedangkan pada uji
191
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat dari uji coba I ke uji
coba II menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri yaitu
pada uji coba I sebesar 76,58 dan ujicoba II sebesar 82,48. Selanjutnya
Selanjutnya bila ditinjau dari uji statistik menguji dua kesamaan rata-rata: uji
dua pihak peningkatan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa
memperoleh nilai thitung > ttabel = 1,69 > 1,67.
3. Self Regulated Learning siswa meningkat dari uji coba I ke uji coba II
menggunakan bahan ajar berbasis model pembelajaran inkuiri untuk setiap
indikator meliputi (1) evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating) dari
8,74 menjadi 11,88, (2) mengatur materi pelajaran (organizing and
transforming) dari 5,24 menjadi 11,06, (3) membuat rencana dan tujuan
belajar (goal setting and planning) dari 5,65 menjadi 10,97, (4) mencari
informasi (seeking information) dari 6,21 menjadi 11,00, (5) mengatur
lingkungan belajar (enviromental structuring) dari 6,53 menjadi 11,41,
(6) mengulang dan mengingat (rehearsing and memorizing) dari 6,67 menjadi
10,91, (7) meminta bantuan teman, guru, orang dewasa (seeking peer, teacher,
adult assistence) 5,67 menjadi 10,78, (8) mengulang tugas/ tes sebelumnya
(review test/work) dari 6,53 menjadi 11,28. Selanjutnya bila ditinjau dari uji
statistik menguji dua kesamaan rata-rata: uji dua pihak peningkatan rata-rata
self regulated learning siswa masing-masing tiap indikator memperoleh nilai
192
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Guru dapat mengimplementasikan bahan ajar ini walaupun belum sampai
tahap penyebaran (disseminate). Untuk mengetahui efektivitas bahan ajar
berbasis model pembelajaran inkuiri dalam berbagai materi pokok bahasan
matematika dan pelajaran lain yang sesuai, disarankan pada para guru dan
peneliti untuk mengimplementasikan bahan ajar berbasis model
pembelajran inkuiri ini pada ruang lingkup yang lebih luas di
sekolah-sekolah dengan melakukan tahap penyebarannya.
2. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang mengukur
kemampuan komunikasi matematis siswa agar dapat lebih memperhatikan
kemampuan siswa pada indikator “menjelaskan ide matematika ke dalam
argumen sendiri”.
3. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang mengukur self
regulated learning siswa agar dapat lebih memperhatikan pada indikator
“meminta bantuan teman, guru, orang dewasa (seeking peer, teacher, adult
193
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M., H. 2010. Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Pembelajaran Inkuiri dan Kemandirian Belajar Pada Kelas VII SMPN 16 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak diterbitkan.
Anggela, M., Masril, Yenni, D. 2013. Pengembangan Buku Ajar Bermuatan Nilai-Nilai Karakter pada Materi Usaha dan Momentum Untuk Pembelajaran Fisika Siswa Kelas XI SMA. Pillar of Physics Education. Vol. 1, halm. 63-70
Akker, J. V. D. 1999. Principles and Methods of Development Research. Dalam Plomp, T; Nieveen, N; Gustafson, K; Branch, R.M; dan Van Den Akker, J (eds). Design Approaches and Tools in Education and Training. London: Kluwer Academic Publisher.
Alberta, 2004. Focus On Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing
Inquiry-Based Learning. Learning and Teaching Resources Branch, Canada.
Ansari, B. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik. Banda Aceh: Pena.
Arikunto. S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara
---. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Baroody, A. J. 1993. Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8:
Helping Children Think Matematically. New York: Msc Millan
Publishing.
Brenner, M. E. 1998. Development of Mathematical Communication in Problem Solving Groups By Language Minority Students. Bilingual Research
Journal. Volume 22 Nomor 2, halmn 3-4.
Dahar, R. W. 2006. Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: YramaWidya.
Fachrurazi. 2011. Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: Alex Media Komputindo.
Fauzan, A., dan Yerizon. 2013. Pengaruh Pendekatan RME dan Kemandirian Belajar Terhadap Kemampuan Matematis Siswa. Prosiding Semirata
194
Ghonsooly, Behzad dan Afsaneh G. 2011. Self-efficacy and self-regulation and their relationship: a study of Iranian EFL teachers. The Language Learning
Journal. ISSN 0957-1736 print/ISSN 1753-2167 online.halm. 1-17.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Harijanto, M. 2007, Pengembangan Bahan Ajar untuk Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Program Pendidikan Pembelajar Sekolah Dasar, Jurnal
Didaktika Vol. 2 No.1 Maret 2007: 216 – 226.
Husna, Ikhsan, Siti F. 2013. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Volume 1 Nomor 2 April 2013, ISSN: 2302-5158.
Jailani, N. A. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Kubus dan Balok.Jurnal. (Online). https://www.google.co.id
Majid, A. 2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mawadatur, I. 2014. Penerapan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Materi Dimensi Tiga Siswa Kelas X MA
At-Thohiriyah Ngantru Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi pada Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung: tidak diterbitkan.
Misliani. 2015. Respon Siswa Terhadap Penggunaan Media Pembelajaran Oleh
Guru IPA Biologi di Kecamatan Kendawangan.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=128826&val=2299
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: NCTM Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Permendiknas Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran.
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
Pintrich, Paul R., dan Elisabeth V.D.G. 1990. Motivational and Self-regulated Learning Components of Classroom Academic Performance. Journal of
Educational Psychology. Copyright by the American Psychological
195
Pugalee, D.K., Barbara B., Corey L., Patricia D. 2003. The Treatment of Mathematical Communication in Mainstream Algebra Texts. The Mathematics Education into the 21st Century Project Proceedings of the International Conference The Decidable and the Undecidable.
Purnama, Y. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Kemandirian Belajar dan Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Peserta Didik SMPN 1 Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan. Vol. 1 No. 1.
Qohar, A. 2011. Mathematical Communication: What And How To Develop It In Mathematics Learning. Building the Nation Character through
Humanistic Mathematics Education. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 7 – 0.
Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jurnal
Kreano, ISSN : 2086-2334.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group.
Sefalianti. B. 2014. Aplication of Supervised Enquiry Approach on Students Skill in Mathematical Communication and Mathematical Disposition. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan. Vol 1 No. 2.
Shih, J. L., Chien W. C., Gwo J. H. 2010. An Inquiry-based Mobile Learning Approach to Enhancing Social Science Learning Effectiveness.
Educational Technology & Society. Volume 13 Nomor 4, halm. 50–62.
Sholihah, W. dkk. 2015. Pengembangan Bahan Ajar (Buku Siswa) Matematika Untuk Siswa Tunarungu Berdasarkan Standar Isi dan Karakteristik Siswa Tunarungu Pada Sub Pokok Bahasan Menentukan Hubungan Dua Garis, Besar Sudut, Dan Jenis Sudut Kelas VII SMPLB/B Taman Pendidikan dan
Asuhan (TPA) Jember Tahun Ajaran 2012/2013. Pancaran. Vol. 4, No. 1,
hal 219-228.
Shulhany, M.A. Hasanah H., Julita R., Mulyana T. 2015. Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga dengan Pendekatan Scientific untuk Siswa. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS. ISBN :
978.602.361.002.0.
Suharyadi, Anna P., Hernani. 2013. Pengembangan buku ajar berbasis kontekstual pada pokok bahasan asam dan basa. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan
Kimia. Vol. 1 No. 1 Mei 2013. ISSN 2301-721X.
Sugiyono. 2010. Metode Peneltiian Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumarmo. 2004. Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa dan Bagaimana
196
Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal 8 Juli 2004. Tidak diterbitkan.
Susanto. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study
dengan Kooperatif Tipe Numbered Head Together untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di SD. Journal of Primary Education. Volum 1. No. 2.
Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional Children. A Sourse Book. Indiana:
Indiana University
TIMSS. 2011. Change in average mathematics scores of 8th-grade students, by
education system: 2007–2011 and 1995–2011. [Online]. Tersedia: http://
http://nces.ed.gov/timss/figure11_3.asp. [02September 2015].
Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1. Jakarta: Undang-Undang Republik Indonesia.
Viseu, F. dan Ines B.O. 2012. Open-ended Tasks in the Promotion of Classroom
Communication in Mathematics. International Electronic Journal of
Elementary Education(IEJEE) 2012, 4(2), 287-300.
Wahyudi, B.S. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Model Problem Based
Learning Pada Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri Grujugan Bondowoso. Pancaran. Vol. 3, No. 3, hal 83-92, Agustus 2014.
Yamasari, Y. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X – ITS. ISBN No. 979-545-0270-1.
Yuliani, K dan Saragih, S. 2015. The Development of Learning Devices Based Guided Discovery Model to Improve Understanding Concept and Critical Thinking Mathematically Ability of Students at Islamic Junior High School of Medan. Journal of Education and Practice. Vol.6, No.24. ISSN 2222-1735.
Zimmerman, B.J. (1990). Self regulated learning and academic achievement: An overview. Educational Psychologist, 25 (1), 3‐17.
---, B.J dan Manuel Martinez Pons. 1988. Contruct Validation of A Strategy Model of Student Self-Regulated Learning. Educational