• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Dalam Mendukung Pemberdayaan Masyarakat Suburban” (Studi Kasus: Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Dalam Mendukung Pemberdayaan Masyarakat Suburban” (Studi Kasus: Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PEKARANGAN DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT SUBURBAN

(Studi Kasus: Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Muhammad Idris Al Fath 110304090

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PEKARANGAN DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT SUBURBAN

(Studi Kasus: Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

MUHAMMAD IDRIS AL FATH 110304090

AGRIBISNIS

Usulan Penelitian sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.)

NIP: 196304021997031001 NIP: 196206241986031001 (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

MUHAMMAD IDRIS AL FATH (110304090/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “STRATEGI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PEKARANGAN DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SUBURBAN DENGAN STUDI KASUS: DESA SUKA MAKMUR, KEDAI DURIAN, DAN MEKAR SARI, KECAMATAN DELI TUA, KABUPATEN DELI SERDANG”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dengan dibimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran pekarangan di wilayah suburban, untuk mengetahui pembagian fungsi ruang pekarangan di wilayah suburban, untuk mengetahui stratifikasi tanaman (etagebow) penyusun pekarangan di wilayah suburban, untuk mengetahui nilai dan fungsi yang terkandung dalam pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban, untuk mengetahui faktor-faktor pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban, untuk mengetahui strategi pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban dalam pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan upaya memunculkan nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat. Penetuan sampel dengan metode accidental dengan sampel sebanyak 17 orang. Data yang digunakan adalah data primer. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan Analisis SWOT .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Luas lahan pekarangan daerah suburban termasuk dalam kategori pekarangan sempit. (2) Fungsi ruang pekarangan di wilayah suburban ialah untu sirkulasi aktivitas anggota keluarga dan tetangga. (3) Stratifikasi tanaman (etagebow) penyusun pekarangan di wilayah suburban ialah terpenuhi 4 (empat) strata keragaman vertikal yaitu Strata I, II, III, dan IV. (4) Nilai dan fungsi yang terkandung dalam pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban ialah produksi secara subsisten, fungsi sosial-budaya, fungsi spiritualitas, fungsi estetis, fungsi ekologis dan bio-fisik lingkungan, iklim mikro, dan ekosistem suburban. (5) Faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan pemanfaatan pekarangan suburban. (6) Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan.

(4)

RIWAYAT HIDUP

MUHAMMAD IDRIS AL FATH dilahirkan di Desa Tanjung Morawa pada tanggal 25 Januari 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Drs. Anwar dan Ibu Roslaini. Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut:

1. Jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak di Raudhatul Athfal Nurul Amaliyah masuk pada tahun 1998 dan tamat tahun 1999

2. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Inpres No. 105328 Desa Dagang

Kerawan, masuk pada tahun 1999 dan tamat tahun 2005

3. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa, masuk pada tahun 2005 dan tamat tahun 2008

4. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa, masuk pada tahun 2008 dan tamat tahun 2011

5. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk pada tahun 2011 dan tamat pada tahun 2015.

Mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Kuala Gebang Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 dan mengadakan penelitian skripsi di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2015.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PEKARANGAN DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SUBURBAN” (Studi Kasus: Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang). Skripsi ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ayahanda tercinta Drs. Anwar dan ibunda tercinta Roslaini atas segala doa dan dukungan yang tidak pernah putus diberkan kepada penulis. Dalam hal ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu sebagai berikut:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S., sebagai Ketua Program Studi Agribisnis dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., sebagai Sekretaris Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah

memimpin dan mengelola institusi pendidikan tinggi di tingkat program studi. 2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta,

(6)

3. Seluruh dosen di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

4. Seluruh staf akademik di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu proses administrasi. 5. Seluruh kantor pemerintahan Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar

Sari, Kecamatan Deli Serdang, Kabupaten Deli Serdang yang terkait dengan penelitian penulis.

6. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama penelitian ini terutama kepada abangda Dicky Syahlevi yang terus memberikan dorongan dalam penyelesain skripsi ini.

7. Teman-teman penulis di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara angkatan 2011, khususnya Annisa Azzahra, Denti Juli Irawati, Risa Januarti, Syari Syafrina, Ade Rezkika Nasution, Muhammad Sidik Pramono, Alief Ya Hutomo, Meinia Singgar Niari dan semua rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu atas doa, semangat, dan bantuannya.

Sebagai sebuah karya ilmiah, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan yang disebabkan keterabatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2015

(7)

DAFTAR ISI

2.5.2 Teori Strategi Pengembangan ... 13

2.6 Penelitian Terdahulu ... 14

2.7 Kerangka Pemikiran ... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2 Metode Pengumpulan Sampel ... 19

3.3 Metode Penentuan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 27

3.5.1 Defenisi ... 27

3.5.2 Batasan Operasional ... 30

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 31

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

4.1.1 Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah ... 31

(8)

4.2 Karakteristik Responden ... 33

5.1 Ukuran Pekarangan di Wilayah Suburban ... 36

5.2 Pembagian Fungsi Ruang Pekarangan di Wilayah Suburban ... 36

5.5.1 Fungsi Ruang Berkaitan dengan Aktifitas dan Nilai Tempat .... 36

5.2.2 Fungsi Ruang Menurut Spatial Pattern ... 47

5.3 Stratifikasi Tanaman ... 55

5.4 Nilai dan Fungsi yang Terkandung dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan pada Masyarakat Suburban ... 56

5.5 Analisis Faktor-faktor Internal dan Eksternal Strategi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan ... 59

5.5.1 Faktor Faktor Internal ... 59

5.5.2 Faktor Faktor Eksternal ... 60

5.5.3 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman dalam Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Suburban ... 61

5.5.3.1 Kekuatan dalam Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Subruban ... 61

5.5.3.2 Kelemahan dalam Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Subruban ... 65

5.5.3.3 Peluang dalam Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Subruban ... 67

5.5.3.4 Ancaman dalam Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Subruban ... 69

5.6 Formulasi Strategi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Suburban ... 70

5.6.1 Skoring Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 70

5.6.2 Pembobotan Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 74

5.6.3 Penentuan Strategi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Berdasarkan Analisis SWOT ... 76

5.6.4 Penentuan Alternatif Strategi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan ... 82

5.6.5 Evaluasi strategi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Suburban di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang ... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

6.1 Kesimpulan ... 87

6.2 Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

1 Faktor-Faktor Yang Diperkirakan Terkait dengan

Pengembangan Pemanfaatan Lahan Pekarangan 22

2 Skala Teknik Komparasi Berpasangan (Pairwise Comparison) 24 3 Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan

Penduduk di Kecamatan Deli Tua Tahun 2013 32

4 Banyaknya Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Deli Tua Tahun 2013 32

5 Banyaknya Penduduk menurut Suku Bangsa di Kecamatan Deli

Tua Tahun 2013 33

6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 32 7 Karakterisktik Responden Berdasarkan Pekerjaan 34 8 Karakterisktik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga 34

9 Fungsi Yang Terkandung dalam Pemanfaatan Lahan

Pekarangan 58

10 Faktor-faktor Internal dalam Pengembangan Pemanfaatan

Pekarangan Suburban 59

11 Faktor-faktor Eksternal dalam Pengembangan Pemanfaatan

Pekarangan Suburban 60

(10)

Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Suburban 73

14 Pembobotan Faktor Internal (IFAS) 74

15 Pembobotan Faktor Eksternal (EFAS) 75

16 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS) 77 17 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal (IFAS) 78 18 Gabungan Matiks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan

Eksternal Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Suburban 79 19 Analisis SWOT Strategi Pengembangan Pemanfaatan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Tabel Hal

1 Skema Kerangka Penelitian 16

2 Matriks Posisi SWOT 24

3 Tampak dua sisi Kasus 1 36

4 Tampak dua sisi Kasus 2 36

5 Tampak dua sisi Kasus 3 37

6 Tampak dua sisi Kasus 4 38

7 Matriks Posisi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Data Karakteristik Responden

2 Indikator dan Parameter Faktor Internal 3 Indikator dan Parameter Faktor Eksternal 4 Pembobotan Faktor Internal

5 Pembobotan Faktor Eksternal

6 Hasil Kuesioner - Faktor-faktor Internal 7 Hasil Kuesioner - Faktor-faktor Eksternal

8 Parameter Penilaian Skor Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Pemanfaatan Pekarangan Suburban

9 Penentuan Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Pemanfaatan Pekarangan

10 Penentuan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pemanfaatan Pekarangan

11 Hasil Penilaian Faktor Internal (IFAS) 12 Hasil Penilaian Faktor Eksternal (EFAS)

13 Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Geometris Faktor Internal (IFAS) 14 Normalisasi Faktor Internal (IFAS)

15 Hasil Perhitungan Nilai Rata-rata Geometris Faktor Eksternal (EFAS) 16 Normalisasi Faktor Eksternal (EFAS)

(13)
(14)

ABSTRAK

MUHAMMAD IDRIS AL FATH (110304090/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “STRATEGI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PEKARANGAN DALAM MENDUKUNG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SUBURBAN DENGAN STUDI KASUS: DESA SUKA MAKMUR, KEDAI DURIAN, DAN MEKAR SARI, KECAMATAN DELI TUA, KABUPATEN DELI SERDANG”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015 dengan dibimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran pekarangan di wilayah suburban, untuk mengetahui pembagian fungsi ruang pekarangan di wilayah suburban, untuk mengetahui stratifikasi tanaman (etagebow) penyusun pekarangan di wilayah suburban, untuk mengetahui nilai dan fungsi yang terkandung dalam pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban, untuk mengetahui faktor-faktor pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban, untuk mengetahui strategi pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban dalam pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan upaya memunculkan nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat. Penetuan sampel dengan metode accidental dengan sampel sebanyak 17 orang. Data yang digunakan adalah data primer. Metode analisis yang digunakan adalah dengan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan Analisis SWOT .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Luas lahan pekarangan daerah suburban termasuk dalam kategori pekarangan sempit. (2) Fungsi ruang pekarangan di wilayah suburban ialah untu sirkulasi aktivitas anggota keluarga dan tetangga. (3) Stratifikasi tanaman (etagebow) penyusun pekarangan di wilayah suburban ialah terpenuhi 4 (empat) strata keragaman vertikal yaitu Strata I, II, III, dan IV. (4) Nilai dan fungsi yang terkandung dalam pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban ialah produksi secara subsisten, fungsi sosial-budaya, fungsi spiritualitas, fungsi estetis, fungsi ekologis dan bio-fisik lingkungan, iklim mikro, dan ekosistem suburban. (5) Faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan pemanfaatan pekarangan suburban. (6) Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran roti kacang di Kota Tebing Tinggi adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu ada kekuatan yang dimanfaatkan untuk meraih peluang yang menguntungkan.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup panjang guna mewujudkan kesejahteraan di Tanah Air. BPS (2015) memproyeksikan, jumlah penduduk Indonesia pada 2015 mencapai 255.461.700 atau naik dibanding jumlah penduduk 2010 yang mencapai 238.518.600 jiwa. Artinya, dalam lima tahun terakhir telah terjadi pertambahan penduduk sebanyak 16.943.100 jiwa.

Tantangan pembangunan fisik telah memacu urbanisasi dan industrialisasi yang selalu berdampak pada perubahan tata guna lahan dan penutupan lahan karena adanya beragam kepentingan (Saroinsong et al, 2007 dalam Arifin, 2013). Di hulu daerah aliran sungai (DAS) banyak terjadi deforestasi, di tengah banyak lahan pertanian berubah menjadi permukiman, dan di hilir alih fungsi lahan cenderung menuju ke pembangunan fisik kawasan industri, kota baru, serta fasilitas dan infrastruktur kota lainnya (Arifin, 2013).

(16)

Pertambahan penduduk ini memicu pembangunan kota baru serta sarana dan prasarana pendukungnya yang berkembang. Pembangunan perumahan yang berkembang secara horizontal akan membuka lahan baru disekitar rumah. Setiap penambahan unit terkecil dari perumahan tersebut akan menambah jumlah pekarangan sehingga total luasannya juga bertambah. Potensi lahan pekarangan di Indonesia harus dapat dimanfaatkan (Rukmana, 2008). Terdapat 5.686.177 ha pekarangan di Indonesia, 268.122 ha luasan ada di Provinsi Sumatera Utara dan 38.557 ha di Kabupaten Deli Serdang (BPS, 2003). Menurut Sankarto (2012 dalam Arifin, 2013) pada 2010 total luas pekarangan di Indonesia telah bertambah menjadi 10.3 juta ha.

Pekarangan adalah bagian dari kultur masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia telah mengenal bahwa pekarangan merupakan bagian dari kehidupan yang telah mengakar dari kebiasaan dan adat-istiadat yang selama ini dikenal sebagai pengetahuan lokal (local knowledge). Baik pada masyarakat Melayu, Jawa, Bali, dan daerah-daerah lainnya. Pekarangan memiliki fungsi dan nilai-nilai yang didapati di dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kultur pekarangan penting untuk diberdayakan dalam upaya pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan penguatan kembali nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ukuran pekarangan di wilayah suburban?

(17)

3. Bagaimana stratifikasi tanaman (etagebow) penyusun pekarangan di wilayah suburban?

4. Apa nilai dan fungsi yang terkandung dalam pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban?

5. Apa faktor-faktor dalam pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban?

6. Bagaimana strategi pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban dalam pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan upaya memunculkan nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka tujuan penulisan yaitu: 1. Untuk mengetahui ukuran pekarangan di wilayah suburban

2. Untuk mengetahui pembagian fungsi ruang pekarangan di wilayah suburban

3. Untuk mengetahui stratifikasi tanaman (etagebow) penyusun pekarangan di wilayah suburban

4. Untuk mengetahui nilai dan fungsi yang terkandung dalam pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban

5. Untuk mengetahui faktor-faktor pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban

(18)

dan upaya memunculkan nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan ialah:

1. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu untuk pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan untuk mengembangkan program pengentasan kemiskinan terutama untuk daerah-daerah suburban.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lahan Pekarangan

Pekarangan dari sudut ekologi merupakan lahan dengan sistem yang terintegrasi dan mempunyai hubungan yang kuat antara manusia sebagai pemilik/penghuninya dengan tanaman, tumbuhan, serta ikan, satwa liar, dan hewan yang diternakkannya (Arifin, 2013). Selain itu, pekarangan secara global dapat didefenisikan sebagai berikut (Kehlenbeck, 2007):

As the appearance of homegardens is highly variable, there are several definitions of this system. Homegardens are commonly defined as a piece of land with a definite boundary surrounding a homestead, being cultivated with a diverse mixture of perennial and annual plant species, arranged in a multilayered vertical structure, often in combination with raising livestock, and managed mainly by household members for subsistence production (Christanty, 1990; Fernandes & Nair, 1986; Hoogerbrugge & Fresco, 1993; Kumar & Nair, 2004; Rugalema et al., 1994; Soemarwoto, 1987).

(20)

Menurut Badan Litbang Pertanian (2014) pemanfaatan lahan pekarangan merupakan suatu wujud dari kemandirian pangan rumah tangga petani. Kemandirian pangan rumah tangga petani merupakan kemampuan kepala rumah tangga dalam memenuhi konsumsi protein nabati dan hewani sehari-hari untuk keluarganya. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami aneka tanaman sayuran yang biasa dikonsumsi. Aneka sayuran yang ditanam dalam bentuk pot atau polibag meliputi tanaman sawi, bayam, cabe, caisim, kangkung, seledri, tomat, terong, bawang daun, dan sejenisnya. Protein hewani hasil pemanfaatan lahan pekarangan seperti ayam, telur ayam, ikan, dan kelinci.

Menurut Badan Litbang Pertanian (2014) pengelompokan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan pedesaan. Lahan pekarangan di perkotaan dikelompokkan berdasarkan dengan tipe rumah di perumahan. Sedangkan Lahan pekarangan di perdesaan dikelompokkan berdasarkan luas lahan.

a. Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu: 1. Pada perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2 2. Pada perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m2

3. Pada perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m2

4. Pada perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m2 b. Pekarangan pedesaan dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu:

1. Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman) 2. Pekarangan sempit (<120 m2)

(21)

2.2 Kultur Pekarangan

Konsep pekarangan diperkenalkan oleh sekelompok orang yang berasal dari Indochina dan selanjutnya menetap di Jawa Tengah sejak tahun 860 M. Pekarangan berkembang kearah Jawa Timur, Madura dan Bali dan penyebaran ke daerah Jawa Barat pada abad ke-18 (Terra, 1948 dalam Christanty, 1990 dalam Pendong dan Arrijani, 2004).

Keberadaan pekarangan telah menjadi bagian dari kultur bangsa Indonesia. Pekarangan dipengaruhi oleh adat istiadat, kebiasaan, agama, dan suku. Konsep tri-hita-karana sebagai pengetahuan lokal pada masyarakat di Bali yang hingga kini masih melekat dan menjadi bagian kultur hidup masyarakat. Setiap aspek pekarangan memiliki penggunaan yang khas, termasuk bagi pola pertanaman dan pemilihan jenis tanaman di pekarangan. Pekarangan memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Hasil pekarangan selain untuk kebutuhan pangan secara subsisten dan dijual, juga untuk sesajen setiap hari serta untuk rangkaian upacara terutama buah-buahan dan daun. Hal ini adalah ekspresi kearifan lokal masyarakat dalam konsep keberlanjutan fungsi pekarangan (Arifin, 2013).

(22)

Terra (1948) dalam Danoesastro (1977) mengemukakan bahwa di Indonesia perkembangan pemanfaatan pekarangan dapat dilaksanakan lebih baik di daerah yang penduduknya matriarchal (Jawa, Madura, Minang, Aceh, Bali), sebaliknya di daerah yang patriarchal seperti Tapanuli, pekarangan tidak atau sukar berkembang.

Hal ini juga didukung dari hasil penelitian di beberapa negara melihat bahwa penduduk yang matriarchal memiliki potensi dalam pengembangan pekarangan. Menurut Kehlenbeck (2007): Dominance of females in hoeing, weeding, and harvesting, but of males in pruning and hard work such as preparing the land is stated also in the literature (e.g. Tchatat et al. (1996) for Cameroon, Rugalema et al. (1994) for Tanzania, Bennett-Lartey et al. (2004) for Ghana). A rather equal division of labour between male and female household members without giving more detailed information is reported from Java, Indonesia (Andayani, 1988, cited in Suryana & Simatupang, 1992), Vietnam (Hodel et al., 1999), Nicaragua (Méndez et al., 2001), and Martinique (Kimber, 1966). However, in some regions, homegardens are said to be managed mainly or even exclusively by females, e.g. in Bangladesh (Ali, 2005; Oakley, 2004; Oakley & Momsen, 2007), Thailand (Moreno-Black et al., 1996), Nepal (Shrestha et al., 2004), Yemen (Ceccolini, 2002), or Tanzania (Rugalema et al., 1994). In contrast, dominance of males in homegardening is reported only from India (Dash & Misra, 2001).

(23)

pulau,banjar, sampai pekarangan dibagi menjadi parahyang (hulu, atas, kepala), pawongan (tengah, badan), dan palemahan (hilir, bawah, kaki). Setiap bagian memiliki penggunaan yang khas, termasuk bagi pola pertanaman dan pemilihan jenis tanaman di pekarangan. Pada pekarangan Bali, zona parahyangan menghadap ke arah Gunung Agung, sebagai tempat suci (prajan) untuk sembahyang (sanggah). Zona ini digunakan untuk tanaman hias baik bunga-bungaan maupun daun yang setiap hari bisa dipetik untuk persembahan. Zona pawongan adalah bagian dari kehidupan manusia penghuninya yang dicirikan dengan tanaman buah-buahan, bunga dan daun. Pada zona palemahan tanamannya dalam bentuk buah, batang, daun, dan umbi-umbian.

(24)

2.3 Fungsi Pekarangan

Peranan dan fungsi pekarangan sangat penting dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari, yaitu sebagai warung hidup yang mana hasil dari bercocok tanam di lahan pekarangan dapat digunakan untuk kegiatan dapur, apotek hidup sebagai tanaman obat keluarga yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk kesehatan, lumbung hidup sebagai cadangan makanan bagi keluarga, dan tabungan hidup sebagai pendapatan keluarga apabila hasil produksi bercocok tanam di lahan pekarangan tersebut dikomersilkan (Rukmana, 2008).

Menurut Arifin (2013) ada empat fungsi dasar pekarangan secara sosial ekonomis, yaitu:

1. Produksi secara subsisten, seperti sumbangan tanaman pangan yang menghasilkan produk karbohidrat, buah, sayur, bumbu, obat, dan produk non-pangan lainnya termasuk produksi ternak dengan nilai gizi yang tinggi dalam bentuk protein, mineral, dan vitamin.

2. Pekarangan dapat menghasilkan produksi untuk komersial dan memberi tambahan pendapatan keluarga, khususnya di wilayah yang memiliki akses pasar yang baik. Produk pekarangan tersebut termasuk tanaman tahunan, yaitu pohon buah-buahan, juga kakao dan kopi, termasuk tanaman sayuran dan tanaman hias.

(25)

dan sebagai tempat upacara keagamaan, khususnya bagi masyarakat Hindu Bali menggunakan bagian dari pekarangan untuk prajan sebagai tempat sembahyang.

4. Pekarangan memiliki fungsi ekologis, bio-fisik lingkungan. Struktur tanaman dengan multi-strata merupakan miniatur dari hutan alam tropis yang berfungsi sebagai habitat bagi beragaman tumbuhan dan satwa liar. Sistem produksi terintegrasi dari tanaman, ternak, dan ikan menghasilkan penggunaan yang efisien dalam penggunaan pupuk organik serta daur ulang bahan dan menurunkan runoff.

2.4 Suburban

Wilayah suburban menurut karakteristiknya sebenarnya adalah pencampuran antara desa dengan kota (Muawanah, 2011). Daldjoeni (1992 dalam Muawanah, 2011) mengutip Whynne-Hammond, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan suburban:

a. Peningkatan pelayanan transportasi kota. Tersedianya angkutan umum memudahkan orang untuk bertempat tinggal jauh dari tempat kerjanya.

b. Perpindahan penduduk dari pusat kota ke pinggiran kota dan masuknya penduduk baru yang berasal dari pedesaan.

c. Meningkatnya taraf hidup masyarakat yang memungkinkan orang mendapatkan perumahan yang lebih layak.

d. Munculnya permukiman penduduk. Pemerintah membantu masyarakat yang akan mendirikan rumah lewat pinjaman bank.

(26)

Masyarakat suburban dapat menjadi penyangga (buffer) bagi kehidupan kota jika warganya memiliki ketempilan atau kemampuan untuk berkontribusi bagi kehidupan kota induk (Muawanah, 2011).

2.5 Landasan Teori 2.5.1 Pekarangan

Teori pekarangan menurut Kehlenbeck (2007): Homegardens are commonly defined as a piece of land with a definite boundary surrounding a homestead, being cultivated with a diverse mixture of perennial and annual plant species, arranged in a multilayered vertical structure, often in combination with raising livestock, and managed mainly by household members for subsistence production.

Menurut Badan Litbang Pertanian (2014) pemanfaatan lahan pekarangan merupakan suatu wujud dari kemandirian pangan rumah tangga petani. Kemandirian pangan rumah tangga petani merupakan kemampuan kepala rumah tangga dalam memenuhi konsumsi protein nabati dan hewani sehari-hari untuk keluarganya. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami aneka tanaman sayuran yang biasa dikonsumsi. Aneka sayuran yang ditanam dalam bentuk pot atau polibag meliputi tanaman sawi, bayam, cabe, caisim, kangkung, seledri, tomat, terong, bawang daun, dan sejenisnya. Protein hewani hasil pemanfaatan lahan pekarangan seperti ayam, telur ayam, ikan, dan kelinci.

(27)

lingkungan. Nilai dan fungsi dari lahan pekarangan itu dapat lebih luas lagi ditemukan diberbagai daerah yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik daerahnya.

2.5.2 Teori Strategi Pengembangan

Rangkuti (2008) mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Menurut Umar (2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa mendatang.

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Dalam mencapai tujuan yaitu keberhasilan, ada beberapa elemen strategi yang harus dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten, dan berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan. Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya dan implementasi yang efektif (David, 2006).

(28)

menggunakan bobot dan bagaimana strategi pengembangan tersebut bermanfaat bagi suatu usaha atau organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal dan faktor eksternal untuk merumuskan strategi (Pearce dan Robinson, 2009).

2.6 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pekarangan merupakan salah satu aspek kehidupan masyarakat yang memiliki fungsi dan manfaat. Hasil penelitian Nuraini. (2009) yang berjudul Peran, Fungsi, dan Manfaat Pekarangan sebagai Salah Satu Model Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Permukiman Padat Kota Studi Kasus : Pekarangan di Karang Kajen, Yogyakarta menunjukkan bahwa pekarangan di Karang Kajen, mampu memenuhi 3 fungsi dari 4 fungsi dasar Ruang Terbuka Hijau, yaitu (1). Fungsi Bio-ekologis/ fisik; (2) Fungsi Sosial, ekonomi dan budaya yang mampu menggambarkan ekspresi budaya lokal dan (3) Ekosistem perkotaan. Adapun manfaatnya dapat ditinjau dari dua aspek penting yaitu manfaat fisik dan non-fisik. Manfaat fisik, meliputi manfaat kesehatan dan arsitektur sedangkan manfaat non-fisik terkait fungsi ekonomi. Pekarangan di Karang Kajen, Yogyakarta merupakan sebuah kawasan Ruang Terbuka Hijau yang unik dan memiliki karakter berbeda dari ruang-ruang terbuka di lingkungan permukiman padat kota pada umumnya. Walaupun kawasan permukiman ini memiliki ciri bangunan yang berbeda-beda, dan padat seperti layaknya sebuah kampung kota, tetapi karakter Ruang Terbukanya telah memberikan identitas tersendiri bagi masyarakat yang ada di sana.

(29)

Kelurahan Sendang Tirto, Sleman menunjukkan bahwa tambahan pendapatan RT yang diperoleh dari usahatani pekarangan adalah 24,2% dari pertanaman pekarangan, 21,l% dari unggas dan telur, 5,4% dari ternak sapi, kerbau, atau kambing, 9,6% dari ikan kolam pekarangan; sedang dari nonusahatani pekarangan (industri rumah, kerajinan, bertukang, jasa) adalah sebesar 39,7% per tahun. Usahatani pekarangan di pedesaan tersebut umumnya diusahakan secara tumpangsari. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa luas pekarangan efektif, jumlah jenis tanaman, jumlah pohon per jenis tanaman, jumlah macam usaha pekarangan, biaya usaha luar pekarangan, pengelolaan usaha pekarangan, jumlah pencari nafkah RT tani, tanggungan RT tani, pengalaman tani kepala RT tani, penghasilan dari luar usaha pekarangan, dan penghasilan total RT tani berpengaruh nyata terhadap hasil konservasi sebagai suatu usaha pengelolaan dalam memanfaatkan sumberdaya alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan secara berkelanjutan dengan pemanfaatan lahan pekarangan petani di pedesaan.

Penelitian dari Ashari, dkk. (2012) berjudul Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk mendukung Ketahanan Pangan mengemukakan bahwa lahan pekarangan memiliki potensi dalam penyediaan bahan pangan keluarga, mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga.

(30)

pekarangan dapat membantu menekan masalah ekonomi, sosial, dan pembangunan ekologi di masyarakat marginal pedesaan. Oleh karena itu dengan revitalisasi sistem agroforestri kecil berupa pekarangan, masyarakat marjinal memiliki kemungkinan untuk maju secara ekonomi, sosial, dan ekologis. Jasa lingkungan dari pekarangan adalah (1) konservasi keanekaragaman hayati, (2) akumulasi stok karbon, (3) kepemilikan sumber daya ekonomi, dan (4) nutrisi tambahan bagi manusia. Ditemukan pekarangan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan stok karbon hingga 20% dari lanskap hutan, sedangkan total pendapatan bisa meningkat hingga 12,9%. Tercatat pula bahwa pekarangan dapat memberikan 2,0% dari asupan kalori harian.

(31)

2.7 Kerangka Pemikiran

Masyarakat suburban pada umumnya memiliki lahan untuk bercocok tanam. Diharapkan lahan pekarangan tersebut dapat diusahakan dan mampu membantu memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Begitu pula dengan kultur pekarangan yang pada umumnya sudah ada pada masyarakat. Sehingga pemberdayaan masyarakat dalam hal pekarangan dapat memberi upaya pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan penguatan kembali nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan strategi apa yang dapat mengembangkan kultur pekarangan. Pemberdayaan masyarakat dalam mendayagunakan kembali pekarangan tidak terlepas dari faktor-faktor keragaan sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya manusia, sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah dilakukan pengumpulan data keragaan sumber daya di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang maka dapat diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berkaitan dengan kultur pekarangan. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh daerah penelitian. Faktor strategis eksternal adalah peluang dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh daerah penelitian. Faktor eksternal dan faktor internal tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.

(32)

yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat mengembangkan kultur pekarangan.

Adapun skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar (1) berikut ini:

Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian

Keterangan:

: Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan

Pengembangan Lahan Pekarangan

Faktor-faktor Strategis

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive) di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang. Hal ini berdasarkan pertimbangan Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang cukup berkembang di Provinsi Sumatera Utara dan lokasinya berdampingan langsung dengan ibu kota provinsi. Selain itu, di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari masih ada masyarakat yang melakukan pemanfaatan lahan pekarangan.

3.2 Metode Penentuan Sampel

(34)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Data primer tersebut terdiri dari data langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara secara langsung terhadap responden.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Secara umum metode deskriptif dapat memberikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003). Metode deskriptif yang digunakan untuk menjawab identifikasi masalah (1), (2), (3), (4), dan (5) adalah dengan pendekatan kualitatif.

(35)

Chandler (1962 dalam Rangkuti, 2013) mengatakan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

Perumusan strategi pengembangan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Secara rinci tahapan yang dilakukan dalam pembuatan matriks SWOT dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan pada masyarakat suburban dalam pemenuhan lahan bagi usaha pertanian dan upaya memunculkan nilai-nilai yang selama ini melekat pada beberapa masyarakat Indonesia.

(36)

Tabel 3.1. Faktor-Faktor Yang Diperkirakan Terkait dengan Pengembangan Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha tani antara lain:

Faktor-faktor strategis yang diperkirakan

mempengaruhi perkembangan pemanfaatan lahan pekarangan yaitu:

a. Produksi hasil pertanian b. Jumlah input

c. Biaya produksi (Harga input rata-rata) d. Harga jual di tingkat petani

e. Permintaan hasil produksi organik f. Luas lahan

g. Akses Pasar h. Posisi tawar

i. Sarana pendukung dan infrastruktur j. Penguasaan Petani terhadap teknik

budidaya

k. Tenaga kerja yang digunakan l. Adanya lembaga pendukung

permodalan

m. Adanya bantuan atau dukungan pemerintah

n. Adanya tenaga pendamping o. Tingkat pendidikan petani p. Manajemen usahatani

a. Luas lahan pekarangan sempit b. Diperlukannya penyediaan tanaman

buah dan atau sayur tahunan c. Diperlukannya penyediaan tanaman

obat keluarga (toga)

d. Kebutuhan tanaman peneduh/ hutan mini

e. Kurang diperlukannya penyediaan lahan hewan peliharaan/ternak f. Gaya hidup yang cukup praktis g. Tingginya kenyamanan alam

h. Penguasaan teknik budidaya yang cukup baik

i. Adanya nostalgia perumahan yang tinggi

j. Kondisi tanah dan klimatologis tidak mendukung untuk tanaman pangan dan tanaman hortikultura

k. Adanya kelompok pemberdaya keluarga atau perkumpulan tetangga (Paguyuban)

l. Sarana dan infrastruktur yang mendukung

m. Akses pasar sangat mudah

n. Kegiatan sosial dan hiburan yang dibutuhkan oleh masyarakat

o. Tidak adanya Lembaga Pendukung Penggerak Pemanfaatan Pekarangan (Program Pemerintah di Bidang Pekarangan)

1. Setelah diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lahan pekarangan, kemudian faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Penguasaan teknik budidaya yang cukup baik

a. Faktor eksternal adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh masyarakat yang mengusahakan lahan pekarangan untuk bercocok tanam. b. Faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh masyarakat

(37)

3. Apabila faktor-faktor eksternal dan internal selesai dikelompokkan maka dapat disusun kuesioner untuk menentukan skor (rating) setiap faktor. Dari besarnya skor (rating) dapat diketahui apakah faktor tersebut merupakan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) atau faktor eksternal (peluang dan ancaman).

a. Skor masing-masing faktor dapat dihitung dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usahatani. Pemberian nilai skor untuk faktor peluang (opportunity) bersifat positif, skor +4 dengan kategori semakin besar sampai dengan skor +1 dengan kategori semakin kecil, serta sebaliknya untuk nilai skor ancaman (threat). Untuk faktor kekuatan (strength) diberi skor +1 dengan kategori sangat kecil sampai dengan +4 dengan kategori sangat besar, dan sebaliknya untuk nilai skor kelemahan (weakness).

a. Untuk menentukan apakah faktor tersebut merupakan faktor eksternal atau faktor internal dilakukan dengan cara menghitung rata-rata skor tiap faktor. Pada faktor internal, skala 1 dan 2 menunjukkan kelemahan, skala 3 dan 4 menunjukkan kekuatan. Pada faktor eksternal, skala 1 dan 2 menunjukkan ancaman, sedangkan skala 3 dan 4 menunjukkan peluang. 4. Setelah skor setiap faktor selesai dihitung, kemudian dilakukan pembobotan

(38)

Tabel 3.2. Skala Teknik Komparasi Berpasangan (Pairwise Comparison) Tingkat

Kepentingan Defenisi Keterangan

1 Kedua elemen sama penting Dua elemen yang mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan.

2 Satu elemen sedikit lebih penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.

3 Nilai-nilai diantara dan

pertimbangan yang berdekatan

Nilai yang diberikan bila ada dua komponen diantara dua pilihan. Respirokal Jika aktivitas I memiliki salah satu angka diatas dibandingkan

aktivitas j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan aktivitas i.

Sumber: Saaty, 1988

5. Setelah memperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari setiap responden, kemudian dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot dari tiap faktor.

6. Apabila penilaian tiap faktor dari seluruh responden telah selesai diperoleh, kemudian dicari rata-rata perbandingan dari seluruh responden yang disebut dengan rata-rata geometris. Nilai rata-rata geometris dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Dimana :

G = Nilai rata-rata geometris

(39)

7. Setelah mendapatkan nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut dinormalisasi untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis. Nilai inilah yang menjadi bobot faktor-faktor strategis perkembangan pemanfaatan lahan pekarangan.

8. Jika bobot tiap faktor strategis telah selesai diperoleh, kemudian dicari skor terbobot dengan cara mengalikan skor dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dalam tiap faktor. Hasil perhitungan skor terbobot ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan pemanfaatan lahan pekarangan terhadap faktor-faktor strategis eksternal dan faktor-faktor strategis internalnya.

9. Setelah itu dilanjutkan dengan menyusun faktor-faktor strategis menggunakan matriks SWOT, sehingga akan menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT. Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut: a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi masyarakat pemanfaat pekarangan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

(40)

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

Gambar 2. Matriks Posisi SWOT Sumber: David, 2006

Kuadran I:

- Merupakan posisi yang menguntungkan

- Masyarakat mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal

- Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II:

(41)

- masyarakat dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar. Kuadran III:

- Masyarakat menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal, fokus strategi pemanfaat pekarangan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal.

Kuadran IV:

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan

- Masyarakat menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

- Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Defenisi

(42)

seperti sayuran (olerikultura), buah-buahan segar (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman obat-obatan (biofarmaka), tanaman palawija, dan taman (lansekap), ternak, atau perikanan.

2. Ukuran pekarangan adalah luasan lahan yang mengakomodir semua fungsi pekarangan. Bukanlah hanya luas lahan halaman yang mana dalam penelitian ini luasannya kurang dari 120m2.

3. Produksi pekarangan merupakan hasil pertanian dari pemanfaatan lahan pekarangan.

4. Strategi pengembangan pemanfaatan pekarangan adalah cara-cara yang efisien dan sistematis untuk mengembangkan pemanfaatan pekarangan di masa yang akan datang oleh masyarakat suburban

5. Kekuatan adalah faktor internal yang mendukung usahatani pekarangan di daerah penelitian.

6. Kelemahan adalah masalah atau kekurangan yang perlu diminimalkan dalam usahatani pekarangan yang berasal dari dalam atau internal di daerah penelitian.

7. Ancaman adalah masalah-masalah yang perlu dihindari dalam usahatani pekarangan yang berasal dari luar atau eksternal di daerah penelitian.

8. Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang mendukung usahatani pekarangan di daerah penelitian.

9. Ketersediaan lahan adalah luas pekarangan yang dimiliki masyarakat dalam satuan hektar.

(43)

11. Akses pasar adalah jarak antara masyarakat pekarangan dengan pasar Kabupaten/Kota.

12. Penyediaan tanaman buah dan sayur tahunan adalah kebutuhan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga aspek tanaman buah dan sayur di daerah penelitian.

13. Penyediaan tanaman obat keluarga (toga) adalah kebutuhan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga aspek tanaman obat keluarga (toga) di daerah penelitian.

14. Kebutuhan tanaman peneduh/ hutan mini adalah kebutuhan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga aspek tanaman peneduh/ hutan mini di daerah penelitian.

15. Penyediaan lahan hewan peliharaan/ ternak adalah upaya pemenuhan kebutuhan dalam aspek hewan peliharaan/ ternak.

16. Gaya hidup praktis adalah gaya hidup yang menginginkan segalanya serba mudah, cepat, dan instan.

17. Kondisi tanah dan klimatologis adalah keadaan tanah yang dipengaruhi oleh unsur-unsur iklim, yaitu hujan, suhu dan kelembaban. Pengaruh ini kadang menguntungkan tapi tidak jarang pula merugikan.

18. Paguyuban adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan masyarakat yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi.

(44)

diklasifikasikan sebagai orang yang bekerja dari daerah kabupaten Deli Serdang ke ibu kota provinsi.

20. Kegiatan sosial dan hiburan adalah sebuah inti dari hubungan para individu atau kelompok yang membentuk pola hubungan.

21. Nostalgia perumahan adalah Kenangan pada masa silam mengenai rumah masa lalu serta aspek-aspek penyusunnya merupakan salah satu faktor bagi masyarakat untuk melestarikan pekarangan.

22. Kultur pekarangan adalah pengetahuan mengenai pemberdayaan pekarangan yang didapatkan secara turun-temurun.

23. Stratifikasi tanaman (etagebow) terbagi atas 2 (dua) keragaman, yaitu keragaman vertikal dan keragaman horizontal. Keragaman vertikal adalah struktur tanaman dari pohon yang sangat tinggi hingga rerumputan yang menjadi penutup tanah. Struktur ini dikelompokkan menjadi 5 strata (Arifin et al. 1997; Arifin et al. 2010; Arifin et al. 2013). Keragaman horizontal adalah keragaman elemen penyusun pekarangan yaitu keragaman jenis tanaman, hewan ternak dan satwa liar, serta jenis ikan.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang.

2. Responden adalah masyarakat suburban yang bertempat tinggal di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang yang salah satu anggota atau beberapa anggota keluarganya bekerja di ibukota provinsi.

(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah

Kabupaten Deli Serdang secara geografis terletak diantara 2057”-3016” Lintang Utara dan 98033”-99027” Bujur Timur. dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat.

Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 kecamatan keseluruhan definitif wilayah kabupaten deli serdang. Secara administratif, batas-batas Kabupaten Deli Serdang ini adalah sebagai berikut:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Selat Sumatera

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Kabupaten Deli Serdang mengelilingi perbatasan ibukota Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kota Medan.

(46)

- Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Medan Johor Kota Medan - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan patumbak

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe - Sebelah Selatana berbatasan dengan Kecamatan Biru Biru

Tabel 4.1 Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Deli Tua Tahun 2013

No Desa/Kelurahan Luas (Km2) Jumlah

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2014

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Deli Tua dan disusul oleh Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari.

4.1.2 Keadaan Penduduk

Tabel 4.2 Banyaknya Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Deli Tua Tahun 2013

No Desa/Kelurahan PNS ABRI Karyawan

Swasta

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2014

(47)

Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk menurut Suku Bangsa di Kecamatan Deli Tua Tahun 2013

No Desa/Kelurahan Jawa Melayu Karo Simalungun Toba

1 Suka Makmur 6752 378 1286 193 893

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, 2014

Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa mayoritas suku bangsa penduduk di kecamatan Deli Tua adalah Jawa. Di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari masing-masing sebanyak 6752 jiwa, 6003 jiwa, dan 5702 jiwa penduduk.

4.2 Karakteristik Responden

Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga.

4.2.1 Usia

Usia adalah umur responden yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai saat dilakukan penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Usia responden dalam penelitian ini bervariasi, mulai dari usia 32 tahun hingga 60 tahun, dimana umur rata-rata sampel adalah 44 tahun.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

SMA 9

SMK 2

Perguruan Tinggi 6

Jumlah 17

(48)

Dari Tabel 4.4 tentang tingkat pendidikan terlihat bahwa kebanyakan responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu lulusan SMA, SMK, dan Sarjana. Responden yang merupakan lulusan SMA sebanyak 9 orang, Sarjana sebanyak 6 orang, dan SMK sebanyak 2 orang.

4.2.3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah mata pencaharian responden dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pekerjaan responden di daerah penelitian adalah di ibukota Provinsi yang dilakukan pulang pergi sehari-harinya. Pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Karakterisktik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (jiwa)

PNS 2

Wiraswasta 4

Karyawan Swasta 11

Jumlah 17

Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 4.5 tentang pekerjaan responden dapat dilihat bahwa responden pada penelitian ini sebagian besar adalah karyawan swasta sebanyak 11 orang.

4.2.4 Jumlah Anggota Keluarga

(49)

Tabel 4.6 Karakterisktik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (jiwa)

0 -

1 -

2 3

3 9

4 4

5 1

Jumlah 17

Sumber: Data Olahan Primer, Lampiran 1

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Ukuran Pekarangan di Wilayah Suburban

Luas lahan pekarangan yang didasarkan pada daerah suburban di Desa Suka Makmur, Kedai Durian, dan Mekar Sari adalah bervariasi, mulai dari 28m2 hingga 116m2. Pekarangan di daerah suburban termasuk dalam kategori pekarangan sempit. Hal ini berdasarkan pada pengkategorian luasan pekarangan menurut ukuran minimal yang dapat menyediakan tempat untuk ke lima strata tanaman yang disebut dengan keragaman vertikal yang didasarkan pada posisi pekarangan pada daerah aliran sungai di hulu, di tengah, dan di hilir (Arifin, et al. 2008) ukuran pekarangan dikelompokkan menjadi empat. Pekarangan disebut kecil atau sempit jika ia memiliki luas ruang terbuka hijaunya kurang dari 120m2. Pekarangan sedang memiliki luas pekarangan sama dengan 120m2 hingga 400m2. Luas pekarangan besar berkisar mulai 400m2 sampai dengan 1000m2. Pekarangan dengan luas lebih besar dari 1000m2 disebut pekarangan ekstra luas.

5.2Pembagian Fungsi Ruang Pekarangan di Wilayah Suburban

(51)

halaman maka akan dijumpai hamparan pekarangan yang banyak ditumbuhi tanaman dan sejuk. Fungsi yang dapat diamati adalah tempat parkir sepeda motor. Beberapa bagian berfungsi sebagai tempat jemuran dengan mengikatkan tali-tali ke pohon yang ada.

Gambar 3. Tampak sisi isometrik a Kasus 1 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(52)

Gambar 5. Tampak sisi kanan Kasus 1 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

Gambar 6. Tampak sisi kiri Kasus 1 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(53)

Gambar 7. Tampak sisi isometrik a Kasus 2 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(54)

Gambar 9. Tampak sisi depan Kasus 2 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

Gambar 10. Tampak sisi kanan Kasus 2 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(55)

kemudian air digunakan untuk menyirami tanaman. Hanya saja tetangga tidak bisa bebas masuk karena pekarangan ini dipagari.

Gambar 11. Tampak sisi isometrik a Kasus 3 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(56)

Gambar 13. Tampak sisi depan Kasus 3 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(57)

Pada kasus empat, estetika pekarangan terlihat sangat jelas. Ukiran di dinding, tanaman buah dan peneduh sudah tumbuh besar. Ada juga sangkar burung yang memberikan sensasi alam pada saat mengeluarkan kicauan. Pada sore hari, pemilik rumah terlihat beristirahat di teras rumah karena pekarangan kasus empat sejuk dan terdengar suara air mengalir. Pekarangan sebagai tempat menjemur pakaian yang terbuat dari jemuran semi permanen. Sehingga saat pakaian sudah kering, maka jemuran juga diangkat dan disimpan sehingga pekarangan menjadi lebih luas lagi dan penjemuran yang dapat dipindah-pindah membuat pakaian jadi lebih cepat kering. Di pekarangan ini terlihat anak-anak bermain dan para ibu memberi makan anaknya sambil mengobrol dengan tetangga.

(58)

Gambar 16. Tampak sisi isometrik b Kasus 4 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(59)

Gambar 18. Tampak sisi kanan Kasus 4 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

Pada kasus lima, pekarangan yang tidak dipagari ini menjadi tempat anak-anak bermain dan terlihat lebih asri karena lahan disampingnya adalah kebun. Aktivitas tidak hanya didominasi oleh anggota keluarga tetapi juga tetangga. Beberapa bagian halaman berfungsi sebagai tempat parkir sepeda motor.

Pada kasus enam, pekarangan dipagari oleh tanaman pagar setinggi 2 meter. Kasus enam ini terdiri dari 3 (tiga) rumah. Terdapat warung kecil diantara ketiga rumah tersebut. Di pekarangannya terlihat ada berbagai macam tanaman bunga yang indah dan berwarna-warni. Pada siang hari setelah anak-anak pulang sekolah terlihat anak-anak kecil diberi makan dan bermain.bagian halaman juga digunakan sebagai tempat menjemur pakaian dan parkir kendaraan roda dua.

(60)

perwiritan desa. Pada pagi hari di hari minggu, kepala keluarga melakukan senam. Dan terdapat tanaman buah yang pada saat panen maka akan dibagi ke tetangga. Selain itu, terkadang mereka bertukar tanaman bunga.

Di pekarangan kasus delapan, aktivitas lebih banyak didominasi oleh anggota keluarga dan tetangga dan jarang sekali terlihat banyak anak-anak bermain. Kegiatan bercengkerama dan mengobrol hanya terjadi antar personal yang ada di pekarangan ini. Hal ini dapat dipahami karena lokasinya yang agak tertutup dari luar karena pagar yang cukup tinggi, padahal ketika kita berada di dalam halaman maka akan dijumpai tanaman buah yang sudah besar dan tanaman bunga dibalik pagar sehingga pekarangan menjadi teduh dan asri. Fungsi yang dapat diamati adalah parkir motor dan sebagai tempat jemuran dengan mengikatkan tali-tali ke pohon yang ada.

(61)

5.2.2 Fungsi Ruang Menurut Spatial Pattern

Spatial pattern adalah skema desain dari pekarangan di daerah suburban berdasarkan kasus-kasus yang diamati.

Gambar 19. Spatial pattern Kasus 1 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

Gambar 20. Spatial pattern Kasus 2 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

No Kategori Tanaman

1 Pati

2 Buah-buahan

3 Sayur-sayuran

4 Bumbu-bumbuan

5 Biofarmaka

6 Tanaman Hias

(62)

Gambar 21. Spatial pattern Kasus 3 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(63)

Gambar 23. Spatial pattern Kasus 5 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(64)
(65)

Gambar 26. Spatial pattern Kasus 7b (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(66)

Gambar 28. Spatial pattern Kasus 7d (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(67)

Gambar 30. Spatial pattern Kasus 9a (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(68)

Gambar 32. Spatial pattern Kasus 9c (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)

(69)

Dilihat dari historis pembagian fungsi ruang pekarangan pada masa berkembangnya pemanfaatan pekarangan terutama di perdesaan, pembagian fungsi ruang pekarangan daerah suburban yang masih menganut pada histori pekarangan desa ialah pemanfaatan pekarangan di zona bagian depan dari rumah. Pekarangan depan memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena dipergunakan untuk ditanami tanaman hias dan buah-buahan. Hal ini adalah ekspresi kearifan lokal masyarakat dalam konsep keberlanjutan fungsi pekarangan, khususnya untuk pelestarian keanekaragaman hayati pertanian.

5.3Stratifikasi Tanaman

Stratifikasi tanaman (etagebow) di pekarangan merupakan hal yang menarik. Pekarangan memiliki struktur tanaman dari pohon yang sangat tinggi hingga rerumputan yang menjadi penutup tanah yang disebut dengan keragaman vertikal. Struktur ini dikelompokkan menjadi 5 strata (Arifin et al. 1997; Kehlenbeck, 2007; Arifin et al. 2010), yaitu:

1. Strata V adalah pohon tinggi > 10 m;

2. Strata IV yaitu pohon kecil/perdu besar: 5-10 m; 3. Strata III adalah perdu kecil, semak: 2-5 m; 4. Strata II adalah semak, herba: 1-2 m; dan 5. Strata I adalah herba, rumput <1m.

(70)

1. Pemanenan matahari yang efisien, sinar matahari yang menerobos ke lapisan lebih bawah tetap dapat ditangkap oleh dedaunan pada kanopi strata yang lebih rendah

2. Penyaringan penetrasi sinar matahari sehingga udara ruangan dalam rumah menjadi lebih sejuk

3. Penyerapan karbon yang lebih baik daripada struktur monokultur pada satu strata tanaman, dan

4. Pengendalian erosi tanah lebih baik karena sistem tajuk berlapis dapat menahan jatuhnya butir air hujan secara bertahap. Oleh karena itu air hujan sampai di permukaan tanah dengan tekanan yang lebih lemah.

5.4Nilai dan Fungsi yang Terkandung dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan pada Masyarakat Suburban

Pekarangan suburban merupakan salah satu sistem wilayah yang sengaja dibangun yang mampu memenuhi berbagai fungsi dasar sebagai berikut:

1. Produksi secara subsisten, seperti sumbangan tanaman pangan yang menghasilkan produk karbohidrat yang didominasi oleh tanaman buah dan bumbu.

2. Fungsi sosial-budaya. Fungsi ini termasuk jasa seperti untuk saling bertukar hasil tanaman dan bahan tanaman antar tetangga, juga fungsi lainnya antara lain tempat bermain bagi anak- anak juga tempat bersosialisasi sesama tetangga.

(71)

4. Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan dan memperindah lingkungan. Pekarangan juga memberikan status bagi pemilik di lingkungannya, menyediakan ruang untuk keindahan taman. Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota. Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti bermain dan berolah raga sekaligus menghasilkan keseimbangan kehidupan fisik dan psikis. 5. Fungsi ekologis, bio-fisik lingkungan. Struktur tanaman dengan

multi-strata merupakan miniatur dari hutan alam tropis yang berfungsi sebagai habitat bagi beragaman tumbuhan dan satwa liar. Sistem tajuk berlapis juga berperan dalam pengendalian erosi tanah lebih baik karena dapat menahan jatuhnya butir air hujan secara bertahap. Oleh karena itu air hujan sampai di permukaan tanah dengan tekanan yang lebih lemah.

6. Iklim mikro adalah kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas sampai batas kurang lebih setinggi dua meter dari permukaan tanah. Iklim mikro merupakan iklim dalam ruang kecil yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aktivitas manusia dalam pembangunan pekarangan tersebut. Pengaruh lingkungan terhadap iklim mikro misalnya terhadap suhu udara, suhu tanah, kecepatan arah angin, intensitas penyinaran yang diterima oleh suatu permukaan, dan kelembaban udara.

(72)

Tabel. 5.1 Fungsi yang Terkandung dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan No. Kasus Fungsi Terkandung dalam

Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Vegetasi Pengisi

Jenis Jlh (%)

1. Tempat Jemur

Sirkulasi & Tempat Interaksi Apotek Hidup

Parkir Mobil, Motor Pelihara Burung

Tanaman Berbuah Tanaman Hias Berbunga Perdu/ Semak Tanaman Hias Berbunga Rumput Apotek & Warung Hidup Penampung Air

Pembakaran Sampah Bermain Anak

Tanaman Berbuah Tanaman Hias Berbunga Perdu/ Semak Apotek & Warung Hidup Taman Mini

Pelihara Burung

Tempat Interaksi/ Kumpul Bermain Anak

Tanaman Hias Berbunga Tanaman Berbuah Tanaman Hias Berbunga Rumput Tanaman Hias Berbunga Rumput Tanaman Hias Berbunga Rumput

30 30 30 10

8. Tempat Interaksi Tempat Jemuran Parkir Motor

Perdu/ Semak Tanaman Berbuah Tanaman Hias Berbunga

40

Tanaman Hias Berbunga

(73)

5.5Analisis Faktor-faktor Internal dan Eksternal Strategi Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan

Faktor-faktor internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan dari strategi pengembangan pemanfaatan pekarangan di daerah suburban. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor peluang dan ancaman dari strategi pengembangan pemanfaatan pekarangan di daerah suburban.

5.5.1. Faktor-faktor Internal

Tabel 5.2 Faktor-faktor Internal dalam Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Suburban

No. Uraian Ukuran Rata-rata Range

1 Luas lahan pekarangan sempit

m2 60 28-116

2 Diperlukannya penyediaan tanaman buah dan atau sayur tahunan

Kesesuaian keperluan

Diperlukan Kurang diperlukan s/d Sangat

Diperlukan Kurang diperlukan s/d Sangat Diperlukan 4 Kebutuhan tanaman

peneduh/ hutan mini

Kesesuaian keperluan

Diperlukan Kurang diperlukan s/d Sangat Diperlukan 5 Kurang diperlukannya

penyediaan lahan

Cukup Praktis Agak Praktis s/d Sangat Praktis 7 Tingginya

kenyamanan alam

4 poin penilaian

Tinggi Rendah s/d Sangat Tinggi 8 Penguasaan teknik

budidaya yang cukup baik

4 poin penialain

Cukup Baik Kurang Baik s/d Sangat Baik

9 Adanya nostalgia perumahan yang tinggi

4 poin penilaian

Tinggi Rendah s/d Sangat Tinggi Sumber: Lampiran, 2015

(74)

keluarga (toga), kebutuhan tanaman peneduh/ hutan mini, kurang diperlukannya penyediaan lahan hewan peliharaan/ternak, gaya hidup yang cukup praktis, tingginya kenyamanan alam, penguasaan teknik budidaya yang cukup baik, dan adanya nostalgia perumahan yang tinggi.

5.5.2 Faktor-faktor Eksternal

Tabel 5.3 Faktor-faktor Eksternal dalam Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Suburban

No. Uraian Ukuran Rata-rata Range

1 Kondisi tanah dan

klimatologis tidak mendukung untuk tanaman pangan dan tanaman hortikultura 2 Adanya kelompok

pemberdaya keluarga atau 3 Sarana dan infrastruktur yang

mendukung 5 Kegiatan sosial dan hiburan

yang dibutuhkan oleh 6 Tidak adanya Lembaga

Pendukung Penggerak

(75)

sarana dan infrastruktur yang mendukung, akses pasar, Kegiatan sosial dan hiburan yang dibutuhkan oleh masyarakat, tidak adanya lembaga pendukung penggerak pemanfaatan pekarangan (program pemerintah di bidang pekarangan). 5.5.3 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pengembangan

Pemanfaatan Pekarangan Suburban

5.5.3.1Kekuatan dalam Pengembangan Pemanfaatan Pekarangan Suburban 1. Diperlukannya penyediaan tanaman buah dan atau sayur tahunan

Tanaman buah atau sayur dapat ditanam dibeli ditoko, namun menanam sendiri tanaman buah adalah sesuatu yang istimewa dimana buah hasil panennya dapat dinikmati sendiri. Menanam tanaman buah dan atau sayuran tidak hanya dapat memperindah atau mempercantik rumah, namun juga bisa menjadi penambah bahan makanan. Dengan begitu keluarga bisa menghemat pengeluaran walaupun tidak signifikan namun cukup berarti jika dilihat dari berbagai manfaat yang didapat.

Ada tanaman buah dan sayuran yang dapat dipanen dalam semusim, namun lebih banyak tanaman buah dan sayur yang merupakan tanaman tahunan yang dapat dipanen setiap tahun. Tanaman ini tidak hanya ditanam di media tanah langsung, tapi juga ditanam di dalam pot sehingga efisiensi pemakaian air dan bibit unggul yang digunakan juga merupakan aspek baik karena tanaman yang ditanam tidak tumbuh terlalu tinggi, sehingga memudahkan pemanenan dan terlihat lebih mempercantik pekarangan.

2. Diperlukannya penyediaan tanaman obat keluarga (toga)

(76)

yang berkhasiat bagi kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan.

Tanaman obat yang ditanam biasanya berkaitan dengan kebutuhan penyembuhan atau kesehatan bagi rumah tangga, misalnya apabila ada anggota keluarga yang mengidap penyakit diabetes maka mereka menanam tanaman kumis kucing, binahong untuk demam, mengkudu untuk berbagai pengobatan, dan lain-lain.

Tanaman obat keluarga ini bermanfaat sebagai pelengkap obat-obatan keluarga yang bersifat tradisional, bernilai tambah estetika bila ditata dengan baik, menambah nilai keasrian dan kesejukan pekarangan.

3. Kebutuhan tanaman peneduh/ hutan mini

Rumah yang halamannya tidak mempunyai pohon atau tanaman peneduh akan terasa panas pada siang hari, selain itu akan terasa kurang sedap dipandang mata jika pekarangan rumah tidak mempunyai sesuatu yang tumbuh. Maka dari itu, sangatlah penting untuk menanam tanaman peneduh di pekarangan. Tanaman peneduh bagus untuk melindungi rumah dari paparan sinar matahari langsung agar tidak terlalu panas.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian
Gambar 2. Matriks Posisi SWOT Sumber: David, 2006
Gambar 3. Tampak sisi isometrik a Kasus 1 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)
Gambar 12. Tampak sisi isometrik b Kasus 3 (Sumber: Observasi Lapangan, 2015)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Event kepariwisataan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Lebak Banten merupakan promosi yang paling efektif dalam meningkatkan kunjungan

Tujuan penelitian adalah untuk mengeksplorasi perilaku bidan dalam pemberian Asuhan ASI Eksklusif di Kecamatan Simangumban Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2017.. Jenis

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk

Pembuatan situs ini menggunakan CMS (Content Management System) joomla dengan tujuan memudahkan pengelola website dalam mengelola konten maupun fitur yang ada didalamnya.

Di dalam penulisan ilmiah ini penulis berkeinginan untuk membuat aplikasi pembelajaran Bahasa Jepang menggunakan Borland Delphi 8.0, dimana aplikasi ini akan membuat anak atau

Layanan PPID Provinsi Riau dan Dinas Kominfo Provinsi Riau Belanja Alat Tulis Kantor JB: Barang/jasa JP: Barang.. 1

Pada penuliasan ilmiah ini penulis membahas pembuatan web untuk pendaftaran online dengan menggunakan PHP yang menggunakan script untuk pemrograman berbasis server. PHP sering

sesuai dengan target (peringkat 1). Keberhasilan Dinas Kominfo dan PDE Provinsi Riau pada Tahun 2013,. diantaranya